ALKALIMETRI
1.1 TUJUANMenentukan kadar asam tartart secara Alkalimetri1.2
TINJAUAN PUSTAKA Alkalimeteri adalah Penetapan kadar basa dengan
menggunakan larutan baku asam kuat. Oleh sebab itu disebut juga
sebagai titrasi asam-basa. Reaksi Netralisasi Garam adalah hasil
reaksi antara asam dan basa. Prosesnya disebut dengan reaksi
netralisasi. Zat-zat yang dihasilkan yang berbentuk kristalin
disebut garam oleh ahli-ahli kimia zaman dulu, pembentukan garam
seakan-akan merupakan hasil dari suatu proses kimia sejati, tetapi
ini sebenarnya keliru. Lebih tepat dikatakan bahwa reaksi
netralisasi sebagai penggabung anion-ion secara kimia. Zat-zat
atmosfer, atau amfolit mampu melangsungkan reaksi netralisasi baik
dengan asam maupun basa dan sifat ini disebut dengan sifat amfoter
(Khopkar, 1990)Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang
terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang
diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan
perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang
menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam
prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya merupakan
titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi
dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik
akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan
keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan
menyebabkan perubahan warna indikator (Anonim , 2008). Dalam
stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah
titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu
dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu
larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam
flask bersamaan dengan beberapa tetes 1 indikator asam basa.
Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam buret,
ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak,
kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen
terjadipada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada
titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir
(Petrucci, 1997)Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator
yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang
dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah
tercapainya titik akhir titrasi (Basset, 1994). Titrasi biasanya
merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yang
diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang
disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik
ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk
akhir adalah kesalahan acak yangberbeda untuk setiap sistem.
Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dannilainya dapat
dihitung. Dengan menggunakan metode potensiometri dan
konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Rivai,
1995). Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan
dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Larutan standar
sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara
mentitrasi dengan larutan standar primer, biasanya melalui metode
titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2. Syarat larutan baku
sekunder1. Tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam
keadaan yang diketahui kemurniannya.2. Zatnya tidak mudah
dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air, menyerap CO2 pada waktu
penimbangan.3. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku
primer.4. Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan5. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.Larutan
baku dapat dibuat dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan
dalam sejumlah pelarut(air). Larutan baku ini sangat bergantung
pada jenis zat yang ditimbangnya/dibuat. Syarat-syarat larutan baku
primer :Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat
tertentu .Syarat agar suatu zat menjadi larutan baku primer
adalah:1. Mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin
pada suhu 110-1200C) dan disimpan dalam keadaan murni.2. Tidak
bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di
udara.3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji
kualitatif dan kepekaan tertentu.4. Sedapat mungkin mempunyai massa
relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena
penimbangan dapat diabaikan.5. Zat tersebut harus mudah larut dalam
pelarut yang dipilih.6. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi
tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan
titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat
dan mudah.Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit,
penimbangan yang dilakukanpun harus teliti, dan dilarutkan dengan
volume yang akurat. Pembuatan larutan baku primer ini biasanya
dilakukan dalam labu ukur yang volumenya tertentu. Zat yang dapat
dibuat sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat, Boraks,
asam benzoat (C6H5COOH), K2Cr2O7, AS2O3, NaCl Konsentrasi larutan
baku yang digunakan dapat berupa molaritas(jumlah mol zat terlarut
dalam satu liter larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat
terlarut dalam satu liter larutan). Satuan molaritas merupakan
satuan dasar yang digunakan secara internasional, sedangkan satuan
normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis karena dapat
memudahkan perhitungan.Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk
menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator
yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada
berbagai perubahan pH.Kadang-kadang kita perlu mengetahui tidak
hanya atau sekedar pH, akan tetapi perlu kita ketahui juga berapa
banyak asam atau basayang terdapat didalam sampel. Sebagai contoh,
seorang ahli kimia lingkungan mempelajari suatu danau dimana
ikan-ikannya mati. Dia harus mengetahui secara pasti seberapa
banyak asam yang terkandung dalam suatu sampel air danau tersebut.
Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang
disebut tirant dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan
disebut analit. Berhasilnya titrasi asam-basa tergantung pada
seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri. Pada
titik tersebut, jumlah mol dari H3O+ dan OH- yang ditambahkan
sebagai titrant adlah sama dengan jumlah mol dari OH- atau H3O+
yang terdapat dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan
terdiri dari garam dan air. Larutan tersebut adalah asam apabila
ion asam yang terkandung didalamnya, dan basa apabila ion basa yang
terkandung didalamnya (Atkins, 1997 : 550).Misalkan kita ingin
menentukan molaritas dari suatu larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya. Kita bisa menentukan konsentrasi tersebut melalui
suatu prosedur yang disebut titrasi, dimana kita menetralisasi
suatu asam dengan suatu basa yang telah diketahui konsentrasinya.
Pada titrasi, pertama-tama kita menempatkan suatu asam yang
volumenya telah ditentukan ke dalam suatu flask. Dan tambahkan
beberapa tetes indikator seperti penolftalein, kedalam larutan
asam. Dalam larutan asam, penolftalein tidak berwarna. Kemudian,
buret kita isi dengan larutan NaOH yang konsentrasinya telah
diketahui. dan dengan hati-hati NaOH ditambahkan ke asam pada
flask. Kita bisa mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung
ketika penolftalein volume yang ditambahkan dan molar NaOH, kita
dapat menentukan konsentrasi asam tartrat (Timberlake, 2004 :
354-355)a. Asam Tartrat Nama Resmi : Tartaric AcidNama Lain :
2,3-dihydroxysuccinic acid threaric acidracemic aciduvic
acidparatartaric acidRumus Molekul : Berat Molekul : 150,09
g/molPemerian: hablur, tidak berwarna atau serbuk putih, tidak
berbau, rasa sangat asam.Kelarutan : Sangat mudah larut dalam ai,r
mudah larut dalam etanol 95% P, sukar larut dalam eter P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baikKhasiat: -Kegunaan : Sebagai
Sampel
b. Air suling Nama Resmi : Aquades desilataNama Lain :
AquadestRumus molekul : H2OBerat molekul : 18,02 g/molPemerian :
cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa.Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.Kegunaan : Sebagai
pelarut
c. Gliserol Nama resmi : Glycerolum Nama lain :
Gliserol/GliserinRM/BM : C3H8O3 /92,10 g/molPemerian : Cairan
seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti
rasa hangat, higroskopisKelarutan : Dapat campur dengan air dan
dengan etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam
eter P, dan dalam minyak lemakPenyimpanan : Dalam wadah tertutup
baikKandungan : -Khasiat: Zat tambahanKegunaan : Sebagai sampel
d. Fenolftalein Nama resmi : PhenolftaleinNama lain :
FenolftaleinRM/BM : C20H14O4/318,32 g/molPemerian : Serbuk hablur
putih, putih atau kekuningan, larut dalam etanol, agak sukar larut
dalam eterKelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol
(95%) PPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.Kandungan : -Khasiat
: -Kegunaan : Sebagai larutan indikator.
e. Natrium hidroksida Nama resmi : Natrii hydroxydumNama lain :
Natrium hidroksidaRM/BM : NaOH/40,00 g/molPemerian : Bentuk batang,
butiran, massa hablur atau keping, kering, rapuh dan mudah meleleh
basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap CO2Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) .Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baikKandungan : Mengandung tidak kurang dari 97,5%
alkali jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 2,5%
Na2CO3Khasiat: -Kegunaan: Sebagai zat tambahan.
1.3 PRINSIP KERJAPenetralan Asam basa Penetapan kadar asam
tartrat menurut FI III :Kurang lebih 3 gram yang ditimbang seksama
larutkan dalam 10 ml air. Titrasi NaOH 1 N menggunakan indicator
Fenolftalein.
1.4 KESETARAAN
1 mol NaOH ~ 1 mol
1.5 ALAT DAN BAHAN1.5.1 ALAT Erlenmeyer 250 mL Gelas bekker 250
mL dan 500 mL Batang Pengaduk Corong Sire Pipet tetes Labu ukur 50
mL Pipet volume 10 mL Gelas arloji Gelas ukur 10 ml Buret asam dan
basa 50 mL Kompor listrik Neraca analitik Statif dan klem
1.5.2 BAHAN NaOH Asam Tartrat Kalium Biftalat Gliserol Netral
Indicator PP Aquadest Bebas C
1.6 CARA KERJA1.6.1 PEMBUATAN LARUTAN Pembuatan larutan NaOH
0,05N sebanyak 500ml= = = 1 gram Menimbang NaOH 1 gram larutkan
dalam backerglass dengan Aquadest bebas CO2 sampai larut.
Menambahkan Aquadest bebas bebas CO2 ad 500 ml dalam labu takar 500
ml. Kocok hingga homogeny dan larut.
Larutan Glyserol netral 10 ml Memasukkan larutan Glyserol 10 ml
dalam Erlenmeyer. Ditambahkan 2 tetes indicator PP 1 % Titrasi
dengan larutan NaOH standart ad terjadi perubahan warna merah muda
konstan.
Indikator PP 2% 60 ml Pembuatan etanol 90% sebanyak 60 ml V1 .
N1 = V2 . N260.90 = V2 . 965400 = 96. V2
(Mengukur 56,25 etanol 96%, masukkan dalam gelas ukur 100 ml
ditambah aquadest bebas CO2 ad 60 ml) Mengukur indicator PP 200mg
Menimbang etanol 90% sebanyak 60 ml. larutan indicator PP 200 mg
dengan 60 ml etanol 90% masukkan dalam labu takar ditambah aquadest
ad sampai 50 ml
Orientasi Kadar Asam Tartrat1. Timbang seksama 100 mg asam
Tartrat dengan timbangan Analitik.2. Masukkan dalam Erlenmayer
ditambah aquadest bebas CO2 sampai larut.3. Tembahkan 3 ml glycerol
netral.4. Tambahkan 3 tetes indicator PP 1%5. Titran dengan NaOH
0,05 N standart sampai terjadi perubahan warna merah muda
konstan.
Penetapan kadar Asam Tartrat1. Timbang 300 mg Asam Tartrat
dengan timnbangan analitik.2. Masukkan dalam Erlenmayer ditambah
aquadest bebas CO2 sampai larut.3. Tembahkan 3 ml glycerol netral4.
Tambahkan 3 tetes indicator PP 1%5. Titran dengan NaOH 0,05 N
standart sampai terjadi perubahan warna merah muda
konstan.(replikasi 3x)
Cara pembuatan Kalium Biftalat 0,05 N = 0,5105 gram Menimbang
kalium biftalat ( 0,5105 gram. Larutkan dalam backerglass ditambah
sedikit aquadest bebas CO2 aduk ad larut. Masukkan dalam labu takar
50 ml tambahkan aquadest bebas CO2 ad 50 ml.
Penetapan kadar NaOH dengan kalium biftalat Pipet 10 ml kalium
biftalat standart, masukkan dalam Erlemayer Tambahkan aquadest
bebas CO2 10 ml. Tambahkan 2 tetes PP 1% Titrasi dengan NaOH 0,05 N
standart sampai terjadi perubahan warna merah muda konstan.
(Replikasi 3x)
1.7 HASIL1.7.1 ORIENTASI PENIMBANGANa. Penimbangan IData
penimbangan asam tartratKertas + Sampel = 0,350 g = 350 mgKertas +
Sisa = 0,250 g = 250 mg Sampel 100 mg Titran NaOH 5,00 ml b.
Penimbangan IIKertas + Sampel = 0,550 g = 550 mgKertas + Sisa =
0,250 g = 250 mgSampel 300 mg Titran NaOH 11,00 ml
PERHITUNGANa. Perhitungan IPembacaan buret sampel 0,00 5,00 =
5,00 ml (karena hasil pembacaan buret 10-40 ml maka penimbangan
sampel asam tartrat dinaikkan menjadi 300 mg)
Kadar Asam Tartrat I= x 100% x 100% x 100% x 100%
= 18,76 %
b. Perhitungan IIPembacaan buret sampel0,00- 11,00 = 11,00
ml
Kadar asam tartrat II = x 100%= x 100% x 100% x 100%
= 13,76 %
Jadi rencana penimbangan sampel asam tartrat adalah 300 mg
1.7.2 Standarisasi Larutan NaOH 0,05 N Dengan Menggunakan Kalium
Biftalat. Pembacaan buret standarisasi naOH 0,05 N dengan kalium
biftalat1. 0,00 12,30 = 12,30 ml2. 0,00 12,00 = 12,00 ml3. 0,00
12,40 = 12,40 ml
I. Pembacaan buret 12,30 mlV1 . N1 = V2 . N2NaOH = Kalium
biftalat12,30.N1 = 10 . 0,05N1 = 0,0406 NNormalitas NaOH adalah
0,0406 N
II. Pembacaan buret 12,00 mlV1 . N1 = V2 . N2NaOH = Kalium
biftalat12,00.N1 = 10 . 0,05N1 = 0,0416 NNormalitas NaOH adalah
0,0416 N
III. Pembacaan buret 12,40 mlV1 . N1 = V2 . N2NaOH = Kalium
biftalat12,40.N1 = 10 . 0,05N1 = 0,0403 NNormalitas NaOH adalah
0,0403 N
Jadi, rata-rata normalitas NaOH :
1.7.3 Penetapan Kadar Asam Tartrat Dengan Larutan NaOH 0,05N
(Replikasi 3x) PENIMBANGANa. Penimbangan IData penimbangan asam
tartratKertas + Sampel = 0,560 g = 560 mgKertas + Sisa = 0,260 g =
260 mg Sampel 300 mg Titran NaOH 19,30 ml
b. Penimbangan IIData penimbanfan asam tartratKertas + Sampel =
0,550 g = 550 mgKertas + Sisa = 0,250 g = 250 mg Sampel 300 mg
Titran NaOH 20,30 ml
c. Penimbangan IIIData penimbangan asam tartratKertas + Sampel =
0,540 g = 540 mgKertas + Sisa = 0,240 g = 240 mg Sampel 300 mg
Titran NaOH 20,40 ml
PERHITUNGANa. Perhitungan 1Pembacaan buret sampel0,00- 19,30 =
19,30 ml
Kadar asam tartrat I= x 100% x 100% x 100%
= 19,69 %
b. Perhitungan IIPembacaan buret sampel0,00- 20,30= 20,30 ml
Kadar asam tartrat II = x 100% x 100% x 100% x 100%
= 20,71 %
c. Perhitungan IIIPembacaan buret sampel0,00- 20,40 = 20,40
ml
Kadar asam tartrat III = x 100%= x 100% x 100% x 100%== 20,81
%
Jadi, data sampel:1. 19,69% (data dicurigai)2. 20,71%3.
20,81%
20,710,05
20,760,05
20,810,05
UjiData penolakan : 19,69 20,76 > 0,05 . 2,51,07 > 0,05.
2,51,07 > 0,125 (data mengalami penolakan)
Kadar Asam Tartrat
Jadi kadar Asam Tartrat Dalam Percobaan ini adalah 20,76%
1.8 PEMBAHASANTitrasi adalah proses mengukur volume larutan yang
terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang
diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan
perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalen. Titrasi asam basa sering disebut
alkalimetri. Reaksi dasar dalam titrasi asam-basa adalah
netralisasi atau penetralan, yaitu reaksi asam dan basa, yang dapat
dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti berikut : H+ + OH-
H2OBila kita mengukur berapa ml larutan asam bertitar tertentu yang
diperlukan untuk menetralkan larutan basa yang kadar atau titernya
belum diketahui, maka pekerjaan itu disebut asidimetri. Peniteran
sebaliknya, asam dengan basa yang titernya diketahui disebut
alkalimetri. Dalam titrasi sampel direaksikan dengan suatu pereaksi
sehingga jumlah kedua zat tersebut ekivalen. Bila pereaksi
digunakan dalam bentuk padat, maka beratnya harus diketahui dengan
tepat. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk larutan, maka volume
dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat. Larutan yang
diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan standar.
Larutan standar dibagi menjadi dua yaitu, larutan standar primer
dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan
yang kadarnya dapat diketahui secara langsung dari hasil
penimbangan. Contohnya K2Cr2O7 dan Na2B4O7. Larutan standar
sekunder adalah larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan cara
pembakuan. Contohnya NaOH dan HCl. Pelaksanaan penentuan kadar zat
dengan jalan titrasi yaitu, larutan peniter diteteskan sedikit demi
sedikit kedalam larutan contoh sampai tercapai titik akhir titrasi
yaitu, titik dimana indikator tepat berubah warna. Hendaknya
diusahakan agar titik akhir ini sedekat mungkin pada titik ekivalen
yaitu, titik dimana titran dan titrat tepat saling menghabiskan,
tidak ada kelebihan yang satu maupun yang lain. Dalam penentuan
titik akhir titrasi digunakan indikator yaitu, senyawaan yang
digunakan sebagai penunjuk visiual pada saat tercapainya titik
setara titrasi antara dua larutan tertentu. Dalam alkalimetri
indikator yang digunakan adalah indikator pH yaitu zat yang dapat
berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Sebenarnya telah
terjadi reaksi antara indikator dan asam atau basa yang
bersangkutan. Pada percobaan titrasi antara NaOH dan yaitu titrasi
asam lemah dengan basa kuat digunakan indikator PP. Dikarenakan
trayek pH indikator PP mencakup pH titik ekivalen antara asam lemah
dengan basa kuat. Jadi ketika indikator tepat berubah warna atau
titik akhir titrasi telah tercapai, ini berarti jumlah titrat telah
ekivalen dengan jumlah titran. Oleh karena itu, indikator PP sangat
tepat digunakan untuk penunjuk titrasi asam lemah dengan basa kuat.
Alkalimetri pada percobaan ini yang akan ditetapkan kadarnya adalah
asam tartrat dengan menggunakan kalium biftalat. Sebanyak 10 ml
kalium biftalat standart masukkan dalam erlemeyer tambahkan
aquadest bebas CO2 10 ml asam tartrat diencerkan didalam labu ukur
hingga 100 ml. Dari 100 ml larutan asam cuka yang telah diencerkan
dipipet 10 ml dan ditambahkan 2 tetes indikator PP, Lalu asam
tartrat dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N yang telah
distandarisasi. Pada saat titik akhir telah tercapai warna larutan
berubah menjadi merah muda konstan dikarenakan penambahan [OH-],
menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser ke kanan,
perubahan HIn menjadi In-. Sehingga warna larutan berubah menjadi
merah muda konstan yang disebut warna basa indikator. Setelah
didapat titik akhir pada volume NaOH maka dapat dihitung kadar.
Dari perhitungan didapatkan kadar sebesar 20,76% Pada saat
melakukan titrasi banyak kemungkinan faktor kesalahan yang terjadi
diantaranya :- Kebersihan alat-alat yang digunakan. Alat yang
digunakan harus bersih dan kering agar tidak terjadi kontaminasi
dengan zat-zat sisa yang tertinggal pada alat-alat yang digunakan.-
Kelebihan titran sehingga volume titik akhir melebihi yang
seharusnya.- Kesalahan praktikan pada pembacaan miniskus buret.
Dalam kehidupan sehari-hari alkalimetri memiliki peranan penting.
Misalnya dalam bidang kesehatan basa (Mg(OH)2) digunakan sebagai
antasida untuk menetralkan asam lambung (HCl). Dalam bidang
farmasi, alkalimetri digunakan untuk menentukan gugus obat sulfa.
Pada peniteran asam dan basa, setiap basa yang diteteskan bereaksi
dengan asam dan peniteran dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara
dengan jumlah mol OH-. Pada saat ini larutan bersifat netral, atau
[H+] = [OH-] = 107.Indikator yang tepat untuk titik akhir titrasi
ini salah satunya adalah fenolftalein yang memiliki trayek pH 8,2
10,00.
1.9 KESIMPULANSetelah melakukan percobaan Penentuan Asam Tartrat
dengan Alkalimetri maka praktikan dapat menarik kesimpulan yaitu
:1. Dari percobaan didapat kadar asam tartrat sebesar 20,76 %.
Sedangkan dalam teori kadar asam tartrat sebesar 20 %.2. Reaksi
yang ada pada titrasi ini adalah reaksi netralisasi yaitu reaksi
antara asam dengan basa untuk mencapai titik ekivalen.3. Pada
titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah
phenolphthalein.4. Metode titrasi alkalimetri dapat digunakan untuk
menentukan kadar zat yang bersifat asam ataupun basa dalam
sampel.5. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi alkalimetri
adalah asam kuat ataupun basa kuat yang telah diketahui
konsentrasinya secara tepat.6. Pada titrasi asam lemah dan basa
kuat, pH larutan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya
volume larutan dari basa kuat.
Kemungkinan kesalahan terjadi disebabkan oleh factor:-
Kebersihan alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus
bersih dan kering agar tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat
sisa yang tertinggal pada alat-alat yang digunakan.- Kelebihan
titran sehingga volume titik akhir melebihi yang seharusnya.-
Kesalahan praktikan pada pembacaan miniskus buret.
1.10 DAFTAR PUSTAKAAnonim.1979.Farmakope Indonesia Edisi
III.Jakarta : Depkes RIBrady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas
dan Struktur. Jakarta: Binarupa AksaraDay,RA.,Uderwood
A.L1980.Analisa Kimia Kuntitatif Edisi keempat. erlangga:
Jakarta.Harjadi,W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia :
JakartaJ. Basset dkk. 1994. Teknik Analisis Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.Keenan,W. Kleinfelter. 1980. Kimia Untuk Universitas.
Erlangga : JakartaKeenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga.Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Universitas Indonesia : JakartaSastrohamidjojo, Hardjono. 2005.
Kimia Dasar. Gajah Mada Universitas Press :
JogjakartaSyabani,M.W.2009.Buku Petunjuk Pratikum Kimia Analisis.
Akademi Teknoloi Kulit: Yogyakarta.
1