LABORATORIUM SATUAN OPERASI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014 MODUL : Aliran Fluida PEMBIMBING : Ir. Triharyadi Oleh : Kelompok : XI (Sembilan) Nama : 1. Muhammad Rahmatullah I. K. NIM.121411052 2. Yulia Endah Permata NIM.121411062 Kelas : 2B Praktikum : 10 April 2014 Penyerahan : 17 April
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LABORATORIUM SATUAN OPERASI
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014
MODUL : Aliran Fluida
PEMBIMBING : Ir. Triharyadi
Oleh :
Kelompok : XI (Sembilan)
Nama : 1. Muhammad Rahmatullah I. K. NIM.121411052
2. Yulia Endah Permata NIM.121411062
Kelas : 2B
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014
Praktikum : 10 April 2014Penyerahan : 17 April 2014(Laporan)
BAB I
TUJUAN
Tujuan dari percobaan aliran fluida ini antara lain :
1. Menghitung harga koefisien orificemeter, venturimeter dan membandingkannya dengan
literatur.
2. Membuat kurva antara koefisien venturimeter, orificemeter terhadap bilangan Reynold.
3. Membuktikan apakah pressure drop harganya tetap untuk laju aliran fluida yang berbeda.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Fluida
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara
permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di dalam
fluida tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan di mana lapisan yang satu akan
mengalir di atas lapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk baru. Selama perubahan
bentuk tersebut, terdapat tegangan geser (shear stress), yang besarnya bergantung
pada viskositas fluida dan laju alir fluida relatif terhadap arah tertentu. Bila fluida
telah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser tersebut akan hilang
sehingga fluida berada dalam keadaan kesetimbangan. Pada temperatur dan tekanan
tertentu, setiap fluida mempunyai densitas tertentu. Jika densitas hanya sedikit
terpengaruh oleh perubahan yang suhu dan tekanan yang relatif besar, fluida tersebut
bersifat incompressible. Tetapi jika densitasnya peka terhadap perubahan variabel
temperatur dan tekanan, fluida tersebut digolongkan compresible. Zat cair biasanya
dianggap zat yang incompresible, sedangkan gas umumnya dikenal sebagai zat yang
compressible.
2.2. Aliran
Setiap partikel dalam fluida dinamis, akan bergerak menurut jenis aliran
tertentu. Lintasan yang ditempuh oleh satu partikel dalam fluida yang mengalir
dinamakan garis alir (flow line).
Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti:
turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak seragam,
rotasional, tak rotasional.
2.2.1. Aliran Laminer
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan – lapisan, atau
lamina-lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran
laminar ini viskositas berfungsi untuk meredam kecenderungan terjadinya
gerakan relative antara lapisan sehingga aliran ini memenuhi hukum viskositas
Newton yaitu :
τ=μdudy
Aliran laminer mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Terjadi pada kecepatan rendah.
Fluida cenderung mengalir tanpa adanya pencampuran lateral.
Berlapis-lapis seperti kartu.
Tidak ada arus tegak lurus arah aliran.
Tidak ada pusaran (arus eddy).
2.2.2. Aliran Turbulen
Cairan dengan rapat massa yang akan lebih mudah mengalir dalam
keadaan laminer. Dalam aliran fluida perlu ditentukan besarannya, atau arah
vektor kecepatan aliran pada suatu titik ke titik yang lain. Agar memperoleh
penjelasan tentang medan fluida, kondisi rata-rata pada daerah atau volume
yang kecil dapat ditentukan dengan instrument yang sesuai.
Aliran turbulen mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Terbentuk arus eddy.
Terjadi lateral mixing.
Secara keseluruhan arah aliran tetap sama.
Distribusi kecepatan lebih uniform atau seragam
2.2.3. Aliran Transisi
Rejim aliran yang terbentuk di antara rejim laminer dan turbulen
adalah rejim transisi. Penentuan rejim aliran dilakukan dengan menentukan
bilangan tidak berdimensi yaitu bilangan Reynolds (Reynolds Number/NRe).
Bilangan Reynolds merupakan perbandingan antara gaya dinamis dari aliran
massa terhadap tegangan geser yang disebabkan oleh viskositas cairan.
N ℜ=ρvD
μ
dengan, ρ : massa jenis fluida.
v : kecepatan fluida.
μ : viskositas fluida.
D : diameter pipa dalam.
Untuk pipa sirkuler lurus,
NRe < 2100 : rejim laminar.
NRe > 4000 : rejim turbulen.
2100 < NRe > 4000 : rejim transisi.
Kecepatan kritis : Kecepatan pada saat NRe = 200.
Prinsip kerja alat ukur fluida adalah mengganggu aliran dengan penambahan
alat tertentu sehingga menyebabkan terjadinya pressure drop yang dapat diukur. Nilai
pressure drop ini berhubungan dengan debit dari aliran tersebut. Adanya pressure
drop bias disebabkan Karena adanya perubahan energi kinetik (karena laju alir
berubah), skin friction, dan form friction.
Berdasarkan persamaan Bernoulli, persamaan neraca energi dapat ditentukan
yaitu :
( P2−P1
ρ )+ v22−v1
2
2gc α+∑ F=0
disusun ulang menjadi :
v22−v1
2=−2 gc α( P2−P1
ρ+∑ F)
digabung dengan persamaan kontinuitas :
v1 . A1 . ρ1=v2 . A2. ρ2
karena fluida inkompresibel (khusus bahasan fluida cair), maka :
v2=v1 . A1
A2
sehingga dimasukan ke persamaan neraca energi menjadi :
v1=√ 2 gc (∆ Pρ
+∑ F )α
(1− A12
A22 )
Dimana :
gc : 32,174lbm. ft
lbf . sec2 = 1 kg N-1 det-2
∑F : jumlah energi yang hilang
2.3. Pengukuran Aliran
Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa laju aliran,
volume aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian, kemampuan
pengukuran, harga, kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan keawetan alat ukur
tersebut. Dalam pengukuran fluida termasuk penentuan tekanan, kecepatan, debit,
gradien kecepatan, turbulensi dan viskositas.
Terdapat banyak cara melaksanakan pengukuran-pengukuran, misalnya
langsung, tak langsung, gravimetrik, volumetrik, elektronik, elektromagnetik dan
optik. Pengukuran debit secara langsung terdiri dari atas penentuan volume atau berat
fluida yang melalui suatu penampang dalam suatu selang waktu tertentu. Metoda tak
langsung bagi pengukuran debit memerlukan penentuan tinggi tekanan, perbedaan
tekanan atau kecepatan dibeberapa dititik pada suatu penampang dan dengan besaran
perhitungan debit.
Metode pengukuran aliran yang paling teliti adalah penentuan gravimerik atau
penentuan volumetrik dengan berat atau volume diukur atau penentuan dengan
mempergunakan tangki yang dikalibrasikan untuk selang waktu yang diukur.
Pada prinsipnya besar aliran fluida dapat diukur melalui :
1. Kecepatan (velocity)
2. Berat (massanya)
3. Luas bidang yang dilaluinya
4. Volumenya
2.4. Jenis Alat Ukur Aliran Fluida
2.4.1. Venturimeter
Meteran ini terbentuk dari bagian masuk yang mempunyai flens, yang
terdiri dari bagian pendek berbentuk silinder dan kerucut terpotong. Bagian
leher berflens dan bagian keluar juga berflens yang terdiri dari kerucut
terpotong yang panjang.
Dalam venturimeter, kecepatan fluida bertambah dan tekanannya
berkurang di dalam kerucut sebelah hulu. Penurunan tekanan di dalam kerucut
hulu itu lalu dimanfaatkan untuk mengukur laju aliran melalui instrument itu.
Kecepatan fluida kemudian berkurang lagi dan sebagian besar tekanan
awalnya kembali pulih di dalam kerucut sebelah hilir agar pemulihan lapisan
batas dapat dicegah dan gesekan minimum.
Oleh karena itu pada bagian penampungnya mengecil tidak ada
pemisahan, maka kerucut hulu dapat dibuat lebih pendek daripada kerucut
hilir. Gesekannya pun di sini kecil juga. Dengan demikian ruang dan bahan
pun dapat dihemat. Walaupun meteran venturi dapat digunakan untuk
mengukur gas, namun alat ini biasanya digunakan juga untuk mengukur zat
cair terutama air.
Persamaan yang digunakan dalam venturimeter :
Q=v1× A1
v= Cv
√1−β4.√ 2. gc . (∆ P )
ρ
dimana, Cv : koefisien venturimeter
β :Di
D0
; Di>D0
ρ : massa jenis fluida
gc : 32,174lbm. ft
lbf . sec2 = 1 kg N-1 det-2
2.4.2. Orificemeter
Venturimeter memiliki beberapa kekurangan pada kenyataannya.
Untuk meteran tertentu dengan sistem tertentu pula, laju alir maksimum yang
dapat terukur terbatas, sehingga apabila laju alir berubah, diameterleher
menjadi terlalu besar untuk memberikan bacaan yang teliti, atau terlalu kecil
untuk dapat menampung laju aliran maksimum yang baru. Meteran orifice
dapat mengatasi kekurangan-kekurangan venturimeter, tetapi konsumsi
dayanya cukup tinggi.
Prinsip meteran orifice identik dengan meteran venturi. Penurunan
penampang arus aliran melalui orifice menyebabkan tinggi tekan kecepatan
menjadi meningkat tetapi tinggi tekan akan menurun, dan penurunan antara
kedua titik dapat diukur dengan manometer. Persamaan Bernoulli memberikan
dasar untuk mengkolerasikan peningkatan tinggi tekan kecepatan dengan
penurunan tinggi tekanan.
Persamaan yang berlaku untuk orificemeter adalah :
Q=v1× A1
v= Co
√1−β4.√ 2. gc . (∆ P )
ρ
dimana, Co : koefisien orificemeter
β :Di
D0
; Di>D0
ρ : massa jenis fluida
gc : 32,174lbm. ft
lbf . sec2 = 1 kg N-1 det-2
2.4.3. Rotameter
Laju alir fluida akan menyebabkan perbedaan tinggi float pada
rotameter digunakan pada perbedaan tekanan konstan.
v=Cr√ 2. gc .V f ( ρ f−ρ )A f . ρ
dimana, v : kecepatan alir di daerah pelampung
ρf : densitas pelampung
Vf : volume pelampung
Af : luas maksimum pelampung
Cr : koefisien rotameter yang dapat dilihat di kurva.
Fluida cair yang mengalir dalam sistem perpipaan akan mengalami
banyak kehilangan energi karena adanya friksi selama fluida mengalir.
Kehilangan energi ini akan berakibat penurunan tekanan aliran aliran yang
dikenal sebagai pressure drop (ΔP). Friksi (kehilangan energi) dapat
ditimbulkan antara lain :
a. Faktor Gesekan Fanning (f)
Faktor gesekan fanning (f) didifinisikan sebagai perbandingan drag
force per luas permukaan terbasahi dengan perkalian densitas dan velocity
head. Nilai f sangat penting untuk menghitung energi yang hilang karena
friksi di sistem perpipaan baik untuk laminar maupun turbulen. Nilai
faktor gesekan fanning f banyak di temui di buku pustaka dalam bentuk
kurva-kurva.
∆ P f=4. f . ρ.∆ L . v2
2 D
Energi yang hilang karena gesekan (friction loss = Ff) adalah :
F f =∆ P f
ρ=4. f .
∆ L . v2
2 D
dimana, ΔP : pressure drop karena gesekan
ΔL : panjang pipa lurus
f : koefisien fanning
ρ : massa jenis fluida
D : diameter pipa
v : laju alir fluida
Ff : friction loss.
b. Faktor Fitting dan Kerangan
Fitting dan kerangan akan mengganggu aliran normal yang akan
menyebabkan penambahan friksi.
h f=K f .v2
2
Dimana, hf : friction loss karena fitting dan kerangan
Kf : koefisien fitting dan kerangan.
2.5. Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan berfungsi untuk mengantarkan atau mengalirkan suatu fluida
dari tempat yang lebih rendah ke tujuan yang diinginkan dengan bantuan mesin atau
pompa. Sistem perpipaan harus dilaksanakan sepraktis mungkin dengan minimum
bengkokan dan sambungan las atau brazing, sedapat mungkin dengan flens atau
sambungan yang dapat dilepaskan dan dipisahkan bila perlu. Semua pipa harus
dilindungi dari kerusakan mekanis. Sistem perpipaan ini harus ditumpu atau dijepit
sedemikian rupa untuk menghindari getaran. Sambungan pipa melalui sekat yang
diisolasi harus merupakan sambungan flens yang diijinkan dengan panjang yang
cukup tanpa merusak isolasi.
Pada perancangan sistem instalasi diharapkan menghasilkan suatu jaringan
instalasi pipa yang efisien dimana aplikasinya baik dari segi peletakan maupun segi
keamanan dalam pengoperasian harus diperhatikan sesuai peraturan-peraturan
klasifikasi maupun dari spesifikasi installation guide dari sistem pendukung
permesinan.
2.6. Menentukan Debit
Q= A . Ht
Dimana, Q : debit (m3/det)
A : luas basah (m2)
H : tinggi air (m)
t : waktu jatuh (detik)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat: 1 set alat aliran fluida beserta pipa lurus, elbowmeter, venturimeter dan
orificemeter.
Bahan: Air Kran
3.2 Langkah Kerja
3.2 Flowchart
Membuka semua keran aliran
Menghidupkan pompa
Menggunakan pipa Orifice
Mengukur waktu yang dibutuhkan untuk setiap bukaan valve
Mengukur perbedaan tekanan pada pipa manometer untuk raksa dan
minyak
Mengulangi percobaan diatas dengan pipa yang berbeda (Venturimeter,
Pipa lurus, dan Elbowmeter)
BAB IV
KESELAMATAN KERJA
Hati-hati pada saat pemasangan/pembukaan rotameter karena dapat menyebabkan
kecelakaan terhadap kaki.
Bak bagian bawah alat tidak boleh dalam keadaan kering karena dapat menyebabkan
kavitasi pada pompa dan konslet pada pompa hidroliknya.
BAB V
DATA PENGAMATAN
A. ALIRAN TURBULEN
a. ORIFICEMETER
∆P0 = H1 – H2= (312 mmHg – 312 mmHg) = 0 mmHg
Luas permukaan orificemeter = 0.00037994 m2
No.∆P (mmHg)
Volume (m3) Waktu (s)H1 H2 ∆P
1. 312 311 1 0,001 44
2. 312 311 1 0,001 38
3. 312 311 1 0,001 35
4. 312 311 1 0,001 34
5. 312 311 1 0,001 31
6. 311 310 1 0,001 25
7. 312 311 1 0,001 22
8. 312 311 1 0,001 18
1atm = 7.6 cmHg = 1.01325 x 105 Pa
b. PIPA LURUS
∆P0 = H1 – H2 = (312 mmHg – 312 mmHg) = 0 mmHg
Luas permukaan pipa lurus = 0.001193985 m2
No∆P (mmHg)
Volume (m3) Waktu (s)H1 H2 ∆P
1. 313 309 4 0,001 41
2. 313 309 4 0,001 36
3. 315 309 6 0,001 29
4. 314 309 5 0,001 23
5. 313 308 5 0,001 22
6. 312 307 5 0,001 21
7. 314 308 6 0,001 19
8. 313 310 3 0,001 12
c. ELBOWMETER
∆P0 = H1 – H2 = (312 mmHg – 312 mmHg) = 0 mmHg
Luas permukaan elbowmeter = 0.001193985 m2
No∆P (mmHg)
Volume (m3) Waktu (s)H1 H2 ∆P
1. 341 280 61 0,001 24
2. 340 280 60 0,001 23
3. 341 280 61 0,001 20
4. 341 280 61 0,001 16
5. 340 280 60 0,001 17
6. 341 280 61 0,001 15
7. 340 280 60 0,001 19
8. 340 280 60 0,001 13
d. VENTURIMETER
∆P0 = H1 – H2 = (312 mmHg – 312 mmHg) = 0 mmHg
Luas permukaan venturimeter = 0.001193985 m2
No∆P (mmHg)
Volume (m3) Waktu (s)H1 H2 ∆P
1. 319 311 8 0,001 28
2. 316 310 6 0,001 25
3. 315 309 6 0,001 23
4. 314 308 6 0,001 20
5. 313 307 6 0,001 19
6. 313 307 6 0,001 17
7. 312 306 6 0,001 16
8. 310 303 7 0,001 13
B. ALIRAN LAMINER
a. ORIFICEMETER
∆P0 = (A-B) – (C-D)
No∆P (mmHg)
Waktu (s) Volume (m3)A B C D ∆P
1. 752 608 805 705 44 37 0,001
2. 754 610 806 705 43 34 0,001
3. 758 614 803 702 43 24 0,001
4. 763 620 802 701 42 21 0,001
5. 772 629 797 695 41 18 0,001
6. 775 632 795 695 43 18 0,001
7. 781 638 800 700 43 17 0,001
8. 818 677 783 682 40 15 0,001
b. PIPA LURUS
∆P0 = (A-B) – (C-D)
No∆P (mmHg) Waktu
(s)
Volume
(m3)A B C D ∆P
1. 775 632 807 706 42 54 0,001
2. 778 634 805 704 43 39 0,001
3. 783 640 804 702 41 30 0,001
4. 798 647 801 700 50 25 0,001
5. 789 646 810 710 43 24 0,001
6. 794 651 813 712 42 23 0,001
7. 800 657 815 715 43 18 0,001
8. 801 657 817 716 43 17 0,001
c. ELBOWMETER
∆P0 = (A-B) – (C-D)
No∆P (mmHg) Waktu
(s)
Volume
(m3)A B C D ∆P
1. 757 610 809 708 46 36 0,001
2. 757 611 811 712 47 29 0,001
3. 757 611 814 712 44 25 0,001
4. 757 612 815 715 45 23 0,001
5. 755 613 818 717 41 23 0,001
6. 754 613 821 720 40 22 0,001
7. 754 614 822 721 39 22 0,001
8. 753 614 824 724 39 21 0,001
d. VENTURIMETER
∆P0 = (A-B) – (C-D)
No∆P (mmHg) Waktu
(s)
Volume
(m3)A B C D ∆P
1. 752 608 805 705 44 37 0,001
2. 754 610 806 705 43 34 0,001
3. 758 614 803 702 43 24 0,001
4. 763 620 802 701 42 21 0,001
5. 772 629 797 695 41 19 0,001
6. 775 632 795 695 43 18 0,001
7. 781 638 800 700 43 16 0,001
8. 818 677 783 682 40 15 0,001
Pada saat aliran laminer yang harus diperhatikan adalah mempertahankan aliran tersebut
dalam aliran laminer, hal ini didasari oleh perhitungan berdasarkan teori hukum aliran
laminer dengan bilangan reynold (Nre).
1. Pipa orifice
Aliran Laminer
Q = v . A
Q = (0,086 ms
) . (14
. 3,14 . 0,0222m2)
Q = 3,267 .10−5 m3
s
Aliran turbulen = 6.231x 105 m3
s= 6.231x 105 m3
s x 10 s x
103 dm3
m3
= 600 mL
Maka untuk aliran laminer diharuskan debit aliran-nya kurang dari aliran turbulen yaitu
600mL/s.
2. Pipa Lurus = Pipa Elbow
Aliran Laminer
Q = v . A
Q = (0,048 ms
) . (14
. 3,14 . 0,0392 m2)
Q = 5,731 .10−5 m3
s
Aliran turbulen = 1.098x 105 m3
s= 6.231x 105 m3
s x 10 s x
103 dm3
m3
= 1098 mL
Maka untuk aliran laminer diharuskan debit aliran-nya kurang dari aliran turbulen yaitu 900
mL/10s.
6,231 m3/s
transienlaminer turbulen
3,267 m3/sx10−5
1,098 m3/s
transienlaminer turbulen
5,731 m3/sx10−5
3. Pipa Venturimeter
Aliran Laminer
Q = v . A
Q = (0,057ms
) . (14
. 3,14 . 0,0332 m2)
Q = 4,873 .10−5 m3
s
Aliran turbulen = 9.318 x 105 m3
s= 6.231 x 105 m3
s x 10 s x
103 dm3
m3
= 931.8 mL
Maka untuk aliran laminer diharuskan debit aliran-nya kurang dari aliran turbulen yaitu
900mL/10s.
9,318 m3/s
transienlaminer turbulen
4,873 m3/sx10−5
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A. ALIRAN TURBULEN
a. ORIFICEMETER
No
.
∆P (mmHg) ∆PVolum
e (m3)
Wakt
u (s)NRe C0
H1 H2
∆
P
cmH
gPa
1.31
2
31
11 0,1
1333,223
70,001 44
1460,46451
8
0,03661044
1
2.31
2
31
11 0,1
1333,223
70,001 38
1691,06417
8
0,04239103
7
3.31
2
31
11 0,1
1333,223
70,001 35
1836,01253
7
0,04602455
5
4.31
2
31
11 0,1
1333,223
70,001 34
1890,01290
5
0,04737821
8
5.31
2
31
11 0,1
1333,223
70,001 31 2072,91738
0,05196320
7
6.31
1
31
01 0,1
1333,223
70,001 25
2570,41755
1
0,06443437
6
7.31
2
31
11 0,1
1333,223
70,001 22
2920,92903
6
0,07322088
2
8.31
2
31
11 0,1
1333,223
70,001 18
3570,02437
70,08949219
b. PIPA LURUS
∆P0 = H1 – H2 = (312 mmHg – 312 mmHg) = 0 mmHg
Luas permukaan pipa lurus = 0.001193985 m2
No∆P (mmHg) ∆P
Volume (m3) Waktu (s)H1 H2 ∆P cmHg Pa
1. 313 309 4 0,4 5332,89 0,001 41
2. 313 309 4 0,4 5332,89 0,001 36
3. 315 309 6 0,6 7999,34 0,001 29
4. 314 309 5 0,5 6666,12 0,001 23
5. 313 308 5 0,5 6666,12 0,001 22
6. 312 307 5 0,5 6666,12 0,001 21
7. 314 308 6 0,6 7999,34 0,001 19
8. 313 310 3 0,3 3999,67 0,001 12
c. ELBOWMETER
∆P0 = H1 – H2 = (312 mmHg – 312 mmHg) = 0 mmHg
Luas permukaan elbowmeter = 0.001193985 m2
No∆P (mmHg) ∆P
Volume (m3) Waktu (s)H1 H2 ∆P cmHg Pa
1. 341 280 61 6,1 81326,64474 0,001 24
2. 340 280 60 6,0 79993,42105 0,001 23
3. 341 280 61 6,1 81326,64474 0,001 20
4. 341 280 61 6,1 81326,64474 0,001 16
5. 340 280 60 6,0 79993,42105 0,001 17
6. 341 280 61 6,1 81326,64474 0,001 15
7. 340 280 60 6,0 79993,42105 0,001 19
8. 340 280 60 6,0 79993,42105 0,001 13
d. VENTURIMETER
∆P0 = H1 – H2 = (312 mmHg – 312 mmHg) = 0 mmHg
Luas permukaan venturimeter = 0.001193985 m2
No∆P (mmHg) ∆P
Volume (m3) Waktu (s)H1 H2 ∆P cmHg Pa
1. 319 311 8 0,8 10665,78947 0,001 28
2. 316 310 6 0,6 7999,342105 0,001 25
3. 315 309 6 0,6 7999,342105 0,001 23
4. 314 308 6 0,6 7999,342105 0,001 20
5. 313 307 6 0,6 7999,342105 0,001 19
6. 313 307 6 0,6 7999,342105 0,001 17
7. 312 306 6 0,6 7999,342105 0,001 16
8. 310 303 7 0,7 9332,565789 0,001 13
B. ALIRAN LAMINER
a. ORIFICEMETER
∆P0 = (A-B) – (C-D)
No∆P (mmHg) ∆P
Waktu (s) Volume (m3)A B C D ∆P cmHg Pa
1. 752 608 805 705 44 4,458661,842
137 0,001
2. 754 610 806 705 43 4,357328,618
434 0,001
3. 758 614 803 702 43 4,357328,618
424 0,001
4. 763 620 802 701 42 4,255995,394
721 0,001
5. 772 629 797 695 41 4,154662,171
118 0,001
6. 775 632 795 695 43 4,357328,618
418 0,001
7. 781 638 800 700 43 4,357328,618
417 0,001
8. 818 677 783 682 40 453328,947
415 0,001
b. PIPA LURUS
∆P0 = (A-B) – (C-D)
No∆P (mmHg) ∆P Waktu
(s)
Volume
(m3)A B C D ∆P cmHg Pa
1. 775 632 807 706 42 4.2 55995,394 54 0,001
7
2. 778 634 805 704 43 4.357328,618
439 0,001
3. 783 640 804 702 41 4.154662,171
130 0,001
4. 798 647 801 700 50 566661,184
225 0,001
5. 789 646 810 710 43 4.357328,618
424 0,001
6. 794 651 813 712 42 4.255995,394
723 0,001
7. 800 657 815 715 43 4.357328,618
418 0,001
8. 801 657 817 716 43 4.357328,618
417 0,001
c. ELBOWMETER
∆P0 = (A-B) – (C-D)
No∆P (mmHg) ∆P Waktu
(s)
Volume
(m3)A B C D ∆P cmHg Pa
1. 757 610 809 708 46 4,6 61328,2895 36 0,001
2. 757 611 811 712 47 4,7 62661,5132 29 0,001
3. 757 611 814 712 44 4,4 58661,8421 25 0,001
4. 757 612 815 715 45 4,5 59995,0658 23 0,001
5. 755 613 818 717 41 4,1 54662,1711 23 0,001
6. 754 613 821 720 40 4 53328,9474 22 0,001
7. 754 614 822 721 39 3,9 51995,7237 22 0,001
8. 753 614 824 724 39 3,9 51995,7237 21 0,001
d. VENTURIMETER
∆P0 = (A-B) – (C-D)
No ∆P (mmHg) ∆P Waktu Volume
(s) (m3)A B C D ∆P cmHg Pa
1. 752 608 805 705 44 4,458661,842
137 0,001
2. 754 610 806 705 43 4,357328,618
434 0,001
3. 758 614 803 702 43 4,357328,618
424 0,001
4. 763 620 802 701 42 4,255995,394
721 0,001
5. 772 629 797 695 41 4,154662,171
119 0,001
6. 775 632 795 695 43 4,357328,618
418 0,001
7. 781 638 800 700 43 4,357328,618
416 0,001
8. 818 677 783 682 40 453328,947
415 0,001
BAB VI
PENGOLAHAN DATA
6.1 Rumus yang digunakan
1. Untuk Menghitung Laju Alir (Q)
Q=Volume (L)Waktu(s)
×1 m3
1000 L
2. Untuk Menghitung ΔP
1 atm = 760 mmHg = 7.6 cmHg
1 atm = 1.01325 bar = 1 x 105 Pa
7.6 cmHg = 1.01325 x 105 Pa
∆P (Pa) = ∆ P (cmHg ) x (1.01325 x105 Pa)
7.6 cmHg
3. Untuk Menghitung Bilangan Reynold (NRe)
N ℜ=ρ × v× D
μ
4. Untuk Menghitung Koefisien Orificemeter, Venturimeter, Pipa Lurus dan