Top Banner

of 44

ALAT UKUR LISTRIK

Oct 31, 2015

Download

Documents

Syaiful Fuad

alat ukur listrik merupa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • INSTRUMENTASI & METERING

    I. Alat-Alat Ukur Listrik

    Alat-alat ukur listrik adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur besaran-

    besaran listrik, misalnya arus, tegangan, daya, dan lain-lain. Berdasarkan prinsip

    kerjanya alat ukur listrik dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :

    Alat ukur penunjuk (Indicating Instruments)

    Alat ukur pencatat (Recording Instruments)

    Alat ukur penjumlah (Integrating Instruments)

    Alat Ukur Penunjuk

    Alat ukur penunjuk adalah alat ukur yang langsung menunjukkan besaran yang

    diukur, biasanya menggunakan jarum penunjuk. Tetapi sekarang ada pula yang tidak

    menggunakan jarum penunjuk yaitu alat ukur digital. Banyak alat ukur yang termasuk

    kategori ini, misalnya Voltmeter, Amperemeter, Wattmeter.

    Alat Ukur Pencatat

    Alat Ukur Pencatat adalah alat ukur yang mencatat secara terus menerus besaran yang

    diukur selama periode waktu yang ditentukan. Pada alat ini terdapat pena dan

    gulungan kertas yang berputar. Pena tersebut akan bergerak sebanding dengan

    besaran listrik yang diukur sehingga perubahannya tercatat secara kontinyu. Sebagai

    contoh adalah recording voltmeter yang terdapat pada gardu induk yang mencatat

    fluktuasi tegangan yang terjadi.

    Alat Ukur Penjumlah

    1

  • Alat ukur penjumlah adalah alat ukur yang mengukur jumlah total energi listrik yang

    dikonsumsi oleh suatu rangkaian dalam periode waktu tertentu. Energi yang diukur

    ini sebenarnya merupakan perkalian antara daya aktif dengan waktu. Kilo Watt Hour

    meter (kWH meter) merupakan contoh dari alat ukur jenis ini.

    1.1. Prinsip Kerja Alat Ukur

    Pada dasarnya alat ukur listrik menggunakan efek-efek di bawah ini sebagai prinsip

    kerjanya :

    efek magnetik

    efek panas

    efek kimia

    efek elektrostatik

    efek induksi

    Efek magnetik

    Pada Gambar 1.1 (a) terdapat sebuah konduktor yang dialiri arus listrik dengan arah

    mundur. Sebagai akibatnya di sekitar konduktor ini akan terdapat medan magnet

    dengan arah berlawanan dengan arah jarum jam. Gambar 1.1 (b) merupakan gambar

    medan magnet uniform. Bila konduktor pada Gambar 1.1 (a) diletakkan pada medan

    magnet uniform ini maka hasil kombinasi ke dua medan magnet ini seperti terlihat

    pada Gambar 1.1 (c). Medan magnet di sebelah kiri konduktor akan menjadi lebih

    rapat jika dibandingkan dengan sebelah kanan.

    2

  • (a) (b) (c)

    Gambar 1.1. Konduktor berarus di medan magnet uniform

    Hal ini akan mengakibatkan konduktor bergerak ke kanan atau konduktor mendapat

    gaya ke arah kanan. Kalau salah satu arah medan magnet dibalik arahnya, maka gaya

    yang terjadi pada konduktor tersebut arahnya akan ke kiri. Pada alat ukur yang

    menggunakan prinsip ini, gaya tersebut digunakan sebagai momen penggerak jarum

    penunjuk.

    Bentuk lain dari efek magnit ini dapat diperoleh dari gaya antara kumparan yang

    dialiri listrik (elektromagnet) dengan sebuah magnet tetap, lihat gambar 1.2. Alat

    ukur kumparan putar (moving coil) adalah contoh alat ukur yang menggunakan

    prinsip ini.

    3

  • Gambar 1.2 Gaya antara elektromagnet dengan magnet tetap

    Bila magnet tetap diganti dengan elektromagnet maka akan diperoleh gaya tarik atau

    tolak sesuai dengan polaritas elektromagnet tersebut, Gambar 1.3.

    Gambar 1.3 Gaya antara 2 buah elektromagnet

    Alat ukur yang menggunakan prinsip ini adalah alat ukur tipe elektrodinamis.

    Efek Termal

    Arus listrik yang melewati konduktor menyebabkan panas akibat adanya tahanan

    pada konduktor tersebut. Panas ini sebanding dengan besarnya tahanan dan kuadrat

    arus. Panas ini akan menyebabkan perubahan panjang konduktor, dan ini dapat

    digunakan untuk menggerakkan mekanisme jarum penunjuk alat ukur. Alat ukur

    kawat panas (hot wire instruments) menggunakan cara ini.

    Ada pula bentuk lain efek termal yaitu jika ada persambungan (junction) dua buah

    metal yang berbeda mengalami kenaikan temperatur maka akan terjadi beda potensial

    diantara kedua metal tersebut. prinsip ini dapat digunakan unutk mengukur arus dan

    temperatur.

    Efek Kimia4

  • Kalau arus listrik melewati suatu elektrolit, akan terjadi reaksi kimia yang

    menghasilkan gas atau endapan pada salah satu elektrodenya. Jumlah endapan atau

    gas ini sebanding dengan perkalian antara arus dengan waktu, sehingga prinsip ini

    dapat digunakan untuk mengukur besaran listrik

    Efek Elektrostatik

    Jika dua buah pelat logam diberi muatan listrik maka akan terjadi gaya di antara

    kedua pelat tersebut. gaya ini dapat digunakan untuk menggerakkan salah satu pelat

    yang dihubungkan dengan mekanisme jarum penunjuk. Alat ukur yang menggunakan

    prinsip ini disebut alat ukur elektrostatis dan pada umumnya berupa sebuah voltmeter.

    Efek Induksi

    Jika sebuah prinsip logam diletakkan pada medan magnet yang berubah-ubah atau

    yang dihasilkan oleh arus bolak-balik, akan timbul tegangan induksi pada piringan.

    Piringan logam ini dapat dianggap sebuah rangkaian tertutup, sehingga pada piringan

    tersebut akan timbul arus putar. Interaksi antara arus pusar ini dengan medan magnet

    bolak balik akan menghasilkan gaya yang menyebabkan piringan berputar. Prinsip

    induksi ini terutama digunakan pada alat pengukur energi listrik.

    Tabel di bawah ini menunjukan penggunaan efek-efek di atas pada alat ukur.

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------

    Efek Alat ukur

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------

    5

  • - Efek magnetik Amperemeter, Voltmeter,

    Wattmeter, Alat Ukur Penjumlah

    - Efek panas Amperemeter, Voltmeter

    - Efek kimia DC ampere hour meters

    - Efek elektrostatik Voltmeter

    - Efek induksi Amperemeter, Voltmeter,

    Wattmeter, Alat ukur Penjumlah

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------

    1.2 Alat Ukur Penunjuk

    Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai gaya atau momen yang diperlukan dan

    dikonstruksi dari alat ukur ini.

    1.2.1 Gaya pada Alat Ukur

    Pada alat ukur penunjuk ada tiga buah gaya atau momen yang bekerja yaitu gerak,

    gaya lawan, dan gaya redaman. Ketiga gaya ini mempunyai fungsi yang berbeda-

    beda, demikian pula cara mendapatkannya.

    1.2.1.1 Gaya Gerak

    Fungsi dari momen gerak ini adalah untuk menggerakkan jarum penunjuk dari posisi

    nol. cara memperoleh gaya gerak ini telah dibahas pada sub bab 1.1.

    6

  • 1.2.1.2 Gaya Lawan

    Gaya lawan ini diperlukan untuk melawan gaya gerak sehingga arus yang

    menghasilkan gaya gerak atau simpangan jarum penunjuk sebanding dengan

    penunjukkan jarum penunjuk. Tanpa adanya gaya lawan jarum penunjuk akan

    bergerak terus. Fungsi yang lian adalah untuk mengembalikan jarum penunjuk ke

    posisi semula.

    Cara Menghasilkan Gaya Lawan

    a. Cara Gravitasi

    Cara ini hanya dapat digunakan pada alat ukur yang digunakan secara vertikal.

    Sebuah pemberat dilatakkan pada lengan bagian yang bergerak, Gambar 1.4.

    7

  • Gambar 1.4 Momen Lawan tipe gravitasi

    Gaya/Momen lawan yang dihasilkan :

    M = W sin x l = Wl sin

    l

    W dan l merupakan hrga konstan, sehingga :

    M = K sin l K = konstanta

    Kesimpulannya momen/gaya lawan sebanding dengan sinus sudut simpangannya.

    b. Cara pegas/per

    Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pegas :

    - non magnetik

    - mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi

    - bila dilewati atau untuk jalan arus, harus mempunyai tahanan yang kecil.

    Gambar 1.5 memperlihatkan salah satu contoh pegas yang digunakan pada alat ukur.

    8

  • Gambar 1.5 Pegas

    Momen lawan yang dihasilkan :

    M = E b t12 l

    kg - m l3

    E = Modulus Young material pegas (kg/m2)

    b = lebar pegas (m)

    t = tebal pegas (m)

    = sudut simpangan/deflesi (rad)

    l = panjang pegas (m)

    Untuk suatu pegas tertentu E,b,t,l konstan, sehingga diperoleh :

    M = S l

    S = konstanta pegas.

    1.2.1.3 Gaya Redaman

    9

  • Jarum penunjuk akan berhenti apabila gaya gerak sama dengan gaya lawan. bagian

    yang bergerak (moving system) dari suatu alat ukur mempunyai massa sehingga tidak

    bisa langsung berhenti tapi berosilasi disekitar posisi akhir. Gaya redaman diperlukan

    agar jarum penunjuk cepat berhenti pada posisi akhir. Pengaruh besarnya gaya

    redaman terhadap unjuk kerja suatu alat ukur dapat dilihat pada Gambar 1.6.

    Gambar 1.6 Respons jarum penunjuk pada alat ukur

    Apabila gaya redamannya terlalu kecil unjuk kerja alat ukur dapat dilihat pada kurva

    a. Kondisi ini disebut redaman kurang (under damping), kurva b menunjukkan jika

    redamannya terlalu besar (over damping). sedangkan kondisi redaman diantara

    keduanya disebut redaman kritis.

    Cara Mendapatkan Gaya Redaman

    a. Gesekan udara, konstruksinya dapat dilihat pada gambar 1.7.

    10

  • Gambar 1.7 Gaya redaman tipe gesekan udara

    b. Gesekan fluida, konstruksinya bisa seperti pada Gambar 1.7 hanya udara diganti

    dengan fluida lain, misalnya minyak.

    Gambar 1.8 memperlihatkan bentuk konstruksi yang lain.

    Gambar 1.8 Gaya lawan tipe gesekan fluida

    11

  • 1.2.2 Konstruksi Alat Ukur

    Persyaratan bagian yang bergerak :

    ringan

    gaya gesekan kecil

    Macam-macam bantalan :

    a. Suspensi Gantung

    Bagian yang bergerak digantung dengan pita metal tipis (Gambar 1.9). Alat ukur

    yang menggunakan bantalan seperti ini penggunaannya harus hati-hati karena bagian

    yang bergerak harus benar-benar tergantung secara vertikal.

    Gambar 1.9 Suspensi Gantung

    b. Suspensi Tarik

    12

  • Konstruksinya sama seperti pada gambar 1.9, hanya gantungan atas yang terbuat dari

    logam tipis diganti dengan pegas yang halus. Kontruksi ini mengakibatkan

    penggunaan alat ukur harus vertikal.

    Gambar 1.10 Suspensi Tarik

    c. Pasak dengan bantalan batu permata

    Pasak terbuat dari tembaga sedangkan batu permata yang umum digunakan adalah

    intan karena keras sehingga tidak mudah aus. Konstruksi sistem ini dapat dilihat pada

    Gambar 1.11.

    Gambar 1.11 Pasak dengan bantalan batu permata

    13

  • Bantalan seperti ini banyak digunakan karena tidak memerlukan perawatan yang

    intensif dan tidak memerlukan penyetelan yang rumit.

    1.2. Tanda-Tanda Alat Ukur

    Pada umumnya alat ukur pada bagian depan atau di buku petunjuknya terdapat tanda-

    tanda yang menunjukkan cara menggunakan, konstruksi, ketelitian dari alat tersebut.

    tabel di bawah ini merupakan contoh tanda-tanda alat ukur.

    14

  • Kelas alat ukur = kesalahan maksimum/skala penuh x 100 %

    15

  • 1.3 Alat Ukur Kumparan Putar (Moving coil)

    Alat ukur jenis ini paling akurat untuk mengukur arus atau tegangan searah. banyak

    digunakan sebagai Voltmeter, Amperemeter, dan Ohmmeter.

    1.3.1 Prinsip Kerja

    Gaya/momen gerak diperoleh dengan menggunakan efek magnetik yaitu interaksi

    anatara medan magnet/fluks magnet dari sebuah magnet tetap dengan arus yang

    melewati kumparan putar. Gaya lawan pada umumnya diperoleh dengan

    menggunakan pegas, sedangkan gaya redaman didapat dengan Eddy Current

    Damping.

    1.3.2 Konstruksi

    Konstruksi alat ukur kumparan putar dapat dilihat pada Gambar 1.12.

    Gambar 1.12 Konstruksi alat ukur kumparan putar

    Medan magnet (fluks magnet) dihasilkan oleh magnet tetap. Kumparan putar

    ditopang oleh bantalan pasak dan batu permata. Jika ada arus yang mengalir melalui

    kumparan putar maka pada kumparan putar tersebut akan timbul gaya karena adanya

    fluks magnet. Adanya gaya ini menyebabkan kumparan berputar yang berarti juga

    menggerakkan jarum skala karena jarum ini dihubungkan dengan poros kumparan.

    16

  • 1.3.3 Persamaan Gaya/Momen

    l = panjang kumparan (m)

    d = lebar kumparan putar (m)

    N = jumlah lilitan kumparan putar

    i = arus (A)

    S = konstanta pegas (Nm/rad)

    = sudut simpangan (rad)

    Gaya tiap konduktor pada kumparan = B i l sin

    B = rapat fluks (Wb/m2)

    = sudut antara arus dengan fluks magnet (90)

    Sehingga gaya tiap konduktor pada kumparan menjadi = B i l

    Gaya total pada kumparan : F = N B i l Newton

    Momen gerak : Mg = F x d

    = N B i l d

    = k i (k = konstanta)

    Momen lawan : Ml = S

    Posisi akhir terjadi apabila momen gerak sama dengan momen lawan.

    S = k i = k1 i

    17

  • Berdasarkan persamaan di atas dapat dilihat bahwa skala alat ukur kumparan putar

    linier.

    1.3.4 Penggunaan

    Alat ukur ini menggunakan fluks yang konstan sehingga hanya bisa digunakan untuk

    arus searah. Jika digunakan unutk arus bolak-balik harus diberi penyearah. Alat ukur

    ini banyak digunakan sebagai Amperemeter dan Voltmeter. Untuk memperluas

    daerah ukur digunakan tahanan depan (Voltmeter) dan tahanan shunt (Amperemeter).

    1.4 Alat Ukur Besi Putar (Moving Iron)

    Alat ukur besi putar banyak digunakan sebagai Amperemeter dan Voltmeter di

    laboratorium dan panel-panel daya. Alat ukur jenis ini merupakan alat ukur yang

    paling murah jika dibandingkan dengan alat ukur jenis lain.

    1.4.1 Prinsip Kerja

    Gaya gerak diperoleh dengan efezk magnetik yang diperoleh dengan cara

    elektromagnet. gaya yang didapat merupakan gaya tarik atau tolak dari kutub-kutub

    elektromagnet. gaya lawan diperoleh dengan menggunakan pegas. gaya redaman

    diperoleh dengan cara gesekan udara atau cara yang lain.

    1.4.2 Konstruksi

    Ada jenis atau tipe yaitu tipe tolak dan tip kombinsi tolak dengan tarik, lihat Gambar

    1.13. Tipe tolak digunakan untuk alat ukur sudut sempit, sedangkan tipe kombinasi

    tolak dengan tarik digunakan untuk alat ukur sudut lebar.

    18

  • Tipe tolak Tipe Tarik + Tolak

    Gambar 1.13 Konstruksi alat ukur besi putar

    Bila kumparan (coil) dialiri arus I maka besi akan diam dan besi putar akan bersifat

    menjadi magnet. Kedua besi ini terletak dalam lingkup medan magnet yang sama

    maka kutub-kutub yang terjadi akan mempunyai polaritas yang sama. Dengan

    demikian akan terjadi gaya tolak menolak yang menyebabkan besi putar bergerak

    yang berarti menggerakkan juga jarum penunjuk. Ini adalah prinsip unutk alat sudut

    sempit

    Untuk alat ukur tipe sudut lebar terdapat susunan besi diam dan sebuah besi putar.

    Pada waktu arus I mengalir pada kumparan maka besi putar akan bergerak dengan

    gaya yang dominan adalah gaya tolak. Setelah mencapai pertengahan pergerakannya,

    gaya tarik menarik menjadi dominan. dengan demikian sudut gerakannya menjadi

    lebar.

    1.4.3 Persamaan Gaya/Momen

    Misalkan :

    arus mula-mula = I

    19

  • induktansi alat ukur = L

    sudut simpangan = Jika arus berubah sebesar dI maka sudut simpangan berubah sebesar d dan induktansi berubah sebesar dL. Dengan adanya kenaikan arus maka akan terjadi

    perubahan tegangan sebesar :

    e = ddt

    (LI) = I dLdt

    + L dIdt

    Energi listrik yang diberikan :

    e I dt = I dL + ILdI2

    Energi yang disimpan dalam sistem berubah dari I2L menjadi (I+dI)2(L+dL)

    Perubahan energi yang disimpan : I L dI + I dL

    Energi listrik yang diberikan = perubahan energi yang disimpan + kerja mekanis

    I2dL + ILdI = ILdI + I2dL + MgdMg = I2 dL/d

    Momen lawan : Mi = S (diperoleh dari pegas)

    Posisi akhir terjadi apabila momen gerak = momen lawan, diperoleh :

    = I2/S dL/d

    Berdasarkan persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa skala alat ukur besi putar

    berbanding lurus dengan kuadrat arusnya atau dengan kata lain skalanya kuadratis.

    1.4.4 Penggunaan

    Alat ukur besi putar dapat digunakan untuk arus searah maupun arus bolak-balik. Alat

    ini banyak digunakan sebagai amperemeter dengan daerah ukur antara 0 sampai 10

    Ampere dan sebagai Voltmeter.

    20

  • 1.5. Alat Ukur Elektrodinamis

    Alat ukur elektrodinamis pada dasarnya sama dengan alat ukur kumparan putar hanya

    magnet tetap diganti dengan elektromagnet.

    1.5.1. Prinsip Kerja

    Gaya gerak dihasilkan oleh efek magnetik dari sepasang kumparan elektromagnet

    (kumparan diam) terhadap arus.

    1.5.2. Konstruksi

    Konstruksi dari alat ukur elektrodinamis disesuaikan dengan maksud penggunaannya.

    Jika digunakan sebagai Voltmeter atau Amperemeter konstruksinya seperti pada

    Gambar 1.14.

    Gambar 1.14 Konstruksi alat ukur elektrodinamis

    1.5.3. Penggunaan

    Alat ukur ini dapat digunakan untuk arus searah maupun bolak-balik. Alat ukur ini

    dapat digunakan sebagai Amperemeter, Voltmeter, Wattmeter, VAR-meter, Cos meter, frekuensimeter.

    21

  • 1.5.3.1 Wattmeter

    Konstruksi Wattmeter satu fasa dapat dilihat pada Gambar 1.14.

    Gambar 1.15 Konstruksi Wattmeter 1 fasa tipe elektrodinamis

    Ada dua buah kumparan yaitu kumparan arus (kumparan diam) dan kumparan

    tegangan (kumpartan putar). Kumparan arus digunakan untuk mengukur arus,

    belitannya sedikit dan penampang konduktornya besar. Kumparan tegangan berfungsi

    untuk mengukur tegangan, belitannya cukup banyak dan penampang konduktornya

    kecil. Tahanan R untuk menghasilkan persamaan skala untuk daya aktif.

    Gaya gerak = k i1 i2= k i1 v/R = k1 i1 v (perkalian vektor)

    = k1 i1 v cos (perkalian skalar)

    Gaya lawan = k2

    Posisi akhir : = K v i cos

    Jika ingin memperluas daerah ukur dapat digunakan trafo arus dan trafo tegangan.

    1.5.3.2 VAR-meter

    22

  • Konstruksi VAR-meter sebetulnya sama persis dengan Wattmeter, perbedaannya

    hanya dalam cara merangkainya ke rangkaian yang diukur daya reaktifnya.

    1.5.3.3 Cos meter

    Alat ini digunakan untuk mengukur faktor daya atau cos . Pada dasarnya alat ini merupakan alat ukur elektrodinamis dengan kumparan pembanding, yaitu kumparean

    putar terdiri atas dua kumparan yang berbeda sudut 90.Alat ukur ini mempunyai dua

    buah kumparan tetap dan tidak menggunakan pegas. Konstruksi alat ini dapat dilihat

    pada Gambar 1.16.

    Gambar 1.16 Konstruksi Cos meter

    Momen gerak pada kumparan A :

    Mmaks = iduktansi bersama maksimum

    Momen gerak pada kumparan B :

    23

    sin cos M I VK M maksA =

    cos sin M I VK )sin(90 )-cos(90 M I VK M

    maks

    oomaksA

    =

    +=

  • MA dan MB berlawanan arah sehingga posisi akhir terjadi apabila MA sama dengan

    MB, sehingga diperoleh :

    Atau dengan kata lain sudut simpangan jarum penunjuk sama dengan sudut faktor

    daya beban yang diukur.

    1.6. KWH meter

    KWH meter yang akan dibahas ini termasuk jenis alat ukur induksi. KWH meter

    merupakan alat untuk mengukur konsumsi energi listrik dan banyak sekali

    penggunaannya.

    1.6.1 Prinsip Kerja

    Alat ukur ini bekerja berdasarkan prinsip induksi. Gaya gerak diperoleh dengan efek

    induksi yang akan mengakibatkan piringan berputar. Dengan mengkalibrasikan

    jumlah putaran/waktu akan diperoleh besaran energi.

    1.6.2 Konstruksi

    Konstruksi KWH meter dapat dilihat pada Gambar 1.17.

    24

    : maka)sin(90 )-cos(90 M I VK sin cos M I V K oomaksmaks

    =

    +=

  • Gambar 1.17 Konstruksi KWH meter

    Kumparan tegangan jumlah lilitannya banyak sehingga dapat dianggap suatu induktor

    murni yang akan memberikan v. yang menembus piringan. i merupakan fluks dari kumparan arus. Magnet permanen untuk memberikan gaya lawan serta pengereman

    magnetis. Medan magnet dan arus Eddy pada piringan dapat dilihat pada Gambar

    1.18, sedangkan diagram fasornya pada Gambar 1.19.

    Gambar 1.18 Gaya pada piringan KWH meter

    25

    V

    I

    v

    i

    ev

    eiiii

    v

  • Gambar 1.19 Diagram fasor KWH meter

    1.6.3 Persamaan Daya

    Misal : V = Em sin t

    I = Im sin(t - )Maka :

    Z = impedansi arus pusar (Eddy Current)

    Persamaan gaya : F = K ( v ii cos( + ) + i iv cos(- ))

    F = K V I (cos( + ) + cos( - )) = K V I cos cos Karena Z konstan maka juga konstan, sehingga :

    F = K V I cos (persamaan daya)

    Pada magnet permanen :

    26

    e/Z i e/Z i)-tcos( IK e t sin EK e)-t sin( IK t cos EK

    mimv

    mm

    ==

    ==

    ==

    iv

    KI I/ZK i KV V/ZK iIK IK KV EK

    v

    mm

    ====

    ==== iiv

    em

    m

    im

    90

  • Fm = K m im cos(90+) = K m im sin im = n m2

    n = putaran/satuan waktu

    sehingga : Fm = K n m2

    1.6.4 Persamaan Energi

    K V I cos = K n m2n = K V I cos / K m2 = K V I cos

    Jadi jumlah putaran = K V I cos x satuan waktu = energi

    1.6.5 Kesalahan-kessalahan KWH meter

    Pada KWH meter terdapat kesalahan-kesalahan pengukuran sebagai akibat :

    - kesalahan fasa

    - penyesuaian pada beban-beban besar

    - penyesuaian beban ringan

    - putaran pada beban kosong

    1.7 Alat Ukur Elektrostatis (Elektrometer)

    27

  • Pada alat ukur ini momen gerak dihasilkan oleh kerja medan listrik pada konduktor

    bermuatan (efek elektrostatik). Gaya lawan diperoleh dari gaya pegas.

    Ada dua cara untuk mendapatkan momen gerak, yaitu :

    - Dua buah elektroda diberi muatan berlawanan, satu diam (tetap) yang lain dapat

    bergerak. Elektroda yang bergerak akan tertarik ke elektroda tetap.

    - Kombinasi gaya tarik dan gaya tolak yang akan menghasilkan gerak berputar.

    Alat ukur jenis ini banyak digunakan sebagai Voltmeter tegangan tinggi.

    Gambar 1.20 Konstruksi alat ukur elektrostatis

    Keuntungan dari alat ukur ini adalah :

    - Dapat digunakan untuk tegangan searah maupun bolak-balik

    - Tidak terpengaruh oleh bentuk gelombang maupun medan magnet.

    Sedangkan kekurangannya adalah skalanya tidak uniform dan gaya geraknya sangat

    kecil.

    2. Pengukuran Listrik (Metering)

    2.1. Pengukuran Daya

    Pengukuran daya dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengukuran daya searah dan

    pengukuran daya bolak balik. Pengukuran daya bolak balik sendiri dapat dibedakan

    menjadi pengukuran daya satu fasa dan tiga fasa.

    28

  • 2.1.1 Pengukuran Daya Searah

    Pengukuran daya searah sangat mudah pelaksanaannya, dapat diukur langsung

    dengan Wattmeter atau dengan menggunakan Voltmeter dan Amperemeter.

    Rangkaian pengukuran dengan Wattmeter dapat dilihat pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Rangkaian pengukuran daya searah dengan Watttmeter

    Sedangkan jika digunakan Voltmeter dan Amperemeter rangkaiannya dapat dilihat pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.2 Rangkaian pengukuran daya searah dengan Voltmeter dan Amperemeter

    Ada dua rangkaian yang dapat digunakan yaitu rangkaian A dan rangkaian B.

    Daya pada rangkaian A : PL = (V x I) I2RaDaya pada rangkaian B : PL = (V x I) V2/Rv

    2.2.2 Pengukuran Daya Bolak Balik

    2.1.2.1 Pengukuran Daya Bolak Balik Satu Fasa

    29

  • Pengukuran daya bolak balik satu fasa dapat dilakukan dengan Wattmeter satu fasa

    atau menggunakan rangkaian pada Gambar 2.1 hanya diberi tambahan cos meter untuk mengetahui faktor dayanya. Gambar 2.3 memperlihatkan rangkaian

    pengukuran daya 1 fasa menggunakan Wattmeter dengan trafo arus dan trafo

    tegangan, apabila daya yang diukur cukup besar.

    Gambar 2.3 Rangkaian Pengukuran daya 1 fasa dengan trafo arus, trafo tegangan, dan

    Wattmeter

    Dapat juga digunakan metode tiga Amperemeter dan metode tiga Voltmeter.

    Rangkaian pengukuran untuk metode 3 Amperemeter dan diagram fasornya dapat

    dilihat pada gambar 2.4. Pada metode ini dibutuhkan suatu tahanan murni R.

    Gambar 2.4 Metode 3 Amperemeter

    Persamaan :

    30

  • Sedangkan rangkaian pengukuran untuk metode 3 Voltmeter dan diagram fasornya

    dapat dilihat pada gambar 2.5. Pada metode ini juga dibutuhkan tahanan murni R.

    Gambar 2.5 Metode 3 Voltmeter

    Persamaan :

    31

    2R )I - I- (I

    I2I)I - I- (I I RI

    R I V cos VI PI2I

    I - I- I cos

    cos I2I I I I

    22

    21

    23

    21

    22

    21

    2321

    12

    21

    22

    21

    23

    2122

    21

    23

    =

    =

    ==

    =

    ++=

    R 2 )V - V- (V

    VRV 2)V - V- (V I V

    /RV I cos I V PV2V

    V - V- V cos

    cos V2V V V V

    22

    21

    23

    21

    22

    21

    232

    12

    21

    22

    21

    23

    2122

    21

    23

    =

    =

    ==

    =

    ++=

  • 2.1.2.2 Pengukuran Daya Bolak Balik Tiga Fasa

    Pengukuran daya bolak balik 3 fasa dapat dilakukan dengan :

    a. Pengukuran dengan 1 Wattmeter 3 fasa

    Pada sistem pengukuran dengan metode ini daya 3 fasa langsung dibaca pada

    Wattmeternya.

    b. Pengukuran dengan Voltmeter, Amperemeter dan cos meter. Pengukuran dengan metode ini hanya dapat dilakukan pada kondisi beban

    seimbang.

    c. Pengukuran dengan 3 Wattmeter satu fasa.

    Sistem pengukuran ini dapat dilakukan untuk sistem tiga fasa 3 kawat maupun 4

    kawat.

    Pada sistem tiga fasa 3 kawat dapat digunakan bantuan titik netral buatan dan

    rangkaian pengukurannya dapat dilihat pada Gambar 2.6.

    Gambar 2.6. Pengukuran daya 3 fasa dengan 3 Wattmeter 1 fasa dan titik netral buatan

    32

  • Sedangkan untuk sistem 3 fasa 4 kawat rangkaian pengukurannya dapat dilihat pada

    Gambar 2.7.

    Gambar 2.7. Pengukuran daya 3 fasa 4 kawat dengan 3 Wattmeter 1 fasa

    Daya 3 fasa pada rangkaian pengukuran Gambar 2.6. dan 2.7. adalah :

    P3fasa = P1 + P2 + P3

    Rangkaian pengukuran daya tiga fasa baik hubungan bintang ataupun delta dengan

    menggunakan 2 buah Wattmeter satu fasa dapat dilihat pada Gambar 2.8.

    Cara ini disebut metode Aron.

    (a) (b)

    Gambar 2.8. Pengukuran daya 3 fasa dengan 2 Wattmeter 1 fasa

    33

  • Dari Gambar 2.8.a (hubungan bintang) dapat dilihat daya yang diukur oleh masing-

    masing Wattmeter adalah :

    P1 = i1 (v1 v3)

    P2 = i2 (v2 v3)

    P1 + P2 = v1i1 + v2i2 v3(i1+i2)

    Hukum Kirchoff untuk arus :

    i1 + i2 + i3 = 0

    atau : i3 = -(i1+i2)

    Sehingga diperoleh :

    P1 + P2 = v1i1 + v2i2 + v3i3 (Daya 3 fasa)

    Sedangkan untuk hubungan delta (Gambar 2.8. b) daya yang diukur oleh masing-

    masing Wattmeter adalah :

    P1 = - v3 (i1 i3)

    P2 = v2 (i2 i1)

    P1 + P2 = - v3 (i1 i3) + v2 (i2 i1)

    = v3i3 + v2i2 i1(v2 + v3)

    Hukum Kirchoff untuk tegangan :

    v1 + v2 + v3 = 0

    atau : v1 = -(v2 + v3)

    Sehingga diperoleh :

    P1 + P2 = v3i3 + v2i2 + v1i1 (Daya tiga fasa)

    2.2 Pengukuran Tahanan

    Tahanan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :

    34

  • - tahanan kecil (rendah), lebih kecil dari 1 Ohm

    - tahanan sedang, besarnya antara 1 sampai dengan 100.000 Ohm

    - tahanan besar, lebih besar dari 100.000 Ohm

    2.2.1 Pengukuran tahanan kecil

    Pengukuran tahanan kecil memerlukan ketelitian karena tahanan penghatar

    penyambung dan tahanan kontak dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Metode

    yang digunakan untuk pengukuran tahanan kecil adalah :

    - Metode Voltmeter Amperemeter

    - Metode jembatan ganda Kelvin

    2.2.1.1 Metode Voltmeter-Amperemeter

    Gambar 2.9 menunjukkan rangkaian pengukuran dengan menggunakan metode

    Voltmeter Amperemeter.

    Gambar 2.8 Metode Voltmeter - Amperemeter

    Tahanan dalam Voltmeter (Rv) dalam keadaan paralel dengan tahanan yang diukur

    Rx. Amperemeter mengukur juga arus Iv = Vv/Rv yang mengalir melalui Voltmeter.

    Sehingga diperoleh :

    35

  • R = VI

    = V

    I -

    xx

    x

    AV

    Rv

    Jika Rv jauh lebih besar daripada Rx maka faktor V/Rv dapat diabaikan.

    2.2.1.2 Metode Jembatan Ganda Kelvin (Kelvin Double Bridge)

    Prinsip jembatan ganda Kelvin ini mirip dengan jembatan Wheatstone. Untuk

    memperhalus keseimbangan tegangan digunakan jembatan ganda. Rangkaian

    jembatan ini dapat dilihat pada Gambar 2.9.

    Gambar 2.9 Jembatan Ganda Kelvin

    Pada keadaan seimbang diperoleh :

    RR

    = RR

    = RR

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    36

  • R1 = tahanan yang diukur

    R2 = tahanan standard lainnya tahanan variabel

    2.2.2 Pengukuran tahanan sedang

    Pada pengukuran tahanan sedang ini metode yang dapat digunakan adalah :

    - Metode Voltmeter amperemeter

    - Metode Perbandingan Arus

    - Metode Perbandingan Tegangan

    - Jembatan Wheatstone

    - Meode Langsung dengan Ohmmeter

    2.2.2.1 Metode Voltmeter-Amperemeter

    Rangkaian pengukuran dengan metode ini dapat dilihat pada Gambar 2.10.

    Gambar 2.10 Metode Voltmeter Amperemeter

    Tahanan yang diukur Rx dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini :

    R = VI

    = V

    I- R

    xx

    x

    RA

    Jika tahanan dalam Amperemeter RA sagat kecil dibandingkan dengan tahanan yang

    diukur maka tahanan dalam ini dapat diabaikan.

    37

  • 2.2.2.2 Metode Perbandingan Arus

    Pada metode ini menggunakan sebuah amperemeter, tahanan standard, dan saklar.

    Rangkaiannya dapat dilihat pada Gambar 2.11.

    Gambar 2.11 Metode Perbandingan Arus

    Jika tegangan Vo konstan selama percobaan didapatkan :

    Vo = (Rx + RA) Ix = (R + RA) I

    Rx = (R + RA) I /Ix RA

    Jika RA sangat kecil dibandingkan dengan Rx dan R, maka I Ix .

    Sehinggga didapat :

    R = R IIx x

    R = tahanan standard

    2.2.2.3 Metode Perbandingan Tegangan

    Tahanan Rx yang diukur dihubungkan seperti pada rangkaian di Gambar 2.12.

    38

  • Gambar 2.12 Metode Perbandingan Tegangan

    Jika tahanan dalam Voltmeter Rv jauh lebih besar dari pada Rx dan R maka

    didapatkan :

    I Vx/Rx V/R

    R = R VVx

    x

    R = tahanan standard

    2.2.2.4 Jembatan Wheatstone

    Rangkaian Jembatan Wheatstone dapat dilihat pada Gambar 2.13. Rangkaian

    menggunakan 4 buah tahanan salah satunya adalalah tahanan yang diukur,

    Galvanometer untuk detektor keseimbangan dan sebuah sumber tegangan searah.

    Gambar 2.13 Jembatan Wheatstone

    Pada keadaan seimbang diperoleh :

    R = R RR1 2

    3

    4

    R1 = tahanan yang diukur

    39

  • 2.2.3 Pengukuran tahanan besar

    Pengukuran tahanan besar pada umumnya untuk mengukur tahanan isolasi suatu

    isolator atau kabel. Pengukuran tegangan dilakukan dengan Voltmeter elektrostatis

    karena tegangan yang dipasang cukup tinggi. Sedangkan arus yang mengalir biasanya

    kecil sehingga diperlukan amperemeter yang cukup sensitif. Metode yang dapat

    digunakan adalah :

    - Metode perbandingan tegangan

    - Metode transient (pelepasan muatan)

    2.2.3.1 Metode Perbandingan Tegangan

    Pengukuran tahanan besar dengan metode dilakukan dengan menggunakan sebuah

    tahanan standard dan sebuah Voltmeter elektrostatis. Rangkaian pengukurannya dapat

    dilihat pada Gambar 2.14.

    Gambar 2.14 Metode Perbandingan Tegangan

    Tegangan yang digunakan sekitar 1 kV searah (DC). Tegangan Vo adalah tegangan

    pada saat saklar pada posisi 0, sedangkan Vx adalah tegangan pada tahanan Rx.

    Diperoleh :

    R = R VV - Vx n

    x

    0 x

    40

  • Rn = tahanan yang diketahui besarnya

    2.2.3.2 Metode Transient (Pelepasan Muatan)

    Metode ini menggunakan kapasitor yang dipasang paralel dengan tahanan yang

    diukur. Voltmeter yang digunakan adalah Voltmeter elektrostatis. Rangkaian

    pengukurannya dapat dilihat pada Gambar 2.15.

    Gambar 2.15. Metode Transient

    Vo = tegangan pengisian kapasitor

    Gc = konduktansi kapasitor

    Co = kapasitansi kapasitor

    Gv, Cv = konduktansi dan kapasitansi Voltmeter elektrostatis

    Gx, Cx = konduktansi dan kapasitansi tahanan yang diukur

    Semua kapasitansi (C) dan G terhubung paralel sehingga didapat :

    C = Co + Cv + CxG = Gc + Gv + Gx

    41

  • Konstanta waktu rangkaian adalah = C/G. Selama terjadi pelepasan muatan

    tegangan pada Voltmeter turun secara eksponensial mengikuti persamaan di bawah

    ini :

    v = Vo e t/

    Jika v1 dan v2 adalah tegangan Voltmeter pada saat t1 dan t2 maka diperoleh :

    Tahanan yang diukur :

    Rx = 1/Gx

    Daftar Pustaka

    1. AK Sawhney, A Course in Electrical and Electronic Measurement and

    Instrumentation, Dhanpat Ray and Sons, Delhi,1976.

    2. Cooper, WD, Electronic Instrumentation & Measurement Technique, Printice

    Hall of India, New Delhi, 1982.

    3. Golding & Widdis, Electrical Measurement & Measuring Instrumentation,

    Wheeler Publishing, Second Indian Reprint, 1988.

    4. Sappie, S, Pengukuran dan Alat-Alat Ukur Listrik, Pradnya Paramita, Jakarta,

    1975.

    5. Stockl M, Winterling KH, Electro Technical Measurement, Berlin-New York,

    1978.

    42

    12

    21

    21

    12

    t- t/vln v C

    C G /vln vt-t

    ===

  • Jembatan Impedansi

    Jembatan impedansi ini pada dasarnya mirip dengan jembatan Wheatstone hanya

    tahanan diganti dengan impedansi. Dengan jembatan impedansi ini dapat dilakukan

    pengukuran induktansi, induktansi sendiri, induktansi bersama, kapasitansi, dll.

    Rangkaian jembatan impedansi dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

    43

  • Pada keadaan seimbang :

    Z Z = Z Z atau

    ZZ

    = ZZ

    1 4 2 3

    1

    2

    3

    4

    44

    Gambar 1.1. Konduktor berarus di medan magnet uniformGambar 1.2 Gaya antara elektromagnet dengan magnet tetapGambar 1.3 Gaya antara 2 buah elektromagnetGambar 1.4 Momen Lawan tipe gravitasiGambar 1.6 Respons jarum penunjuk pada alat ukurGambar 1.7 Gaya redaman tipe gesekan udaraGambar 1.8 Gaya lawan tipe gesekan fluidaGambar 1.9 Suspensi GantungGambar 1.10 Suspensi TarikGambar 1.11 Pasak dengan bantalan batu permataGambar 1.12 Konstruksi alat ukur kumparan putarGambar 1.13 Konstruksi alat ukur besi putarGambar 1.14 Konstruksi alat ukur elektrodinamisGambar 1.15 Konstruksi Wattmeter 1 fasa tipe elektrodinamisGambar 1.16 Konstruksi Cos meterGambar 1.18 Gaya pada piringan KWH meterGambar 1.19 Diagram fasor KWH meterGambar 1.20 Konstruksi alat ukur elektrostatisGambar 2.1 Rangkaian pengukuran daya searah dengan WatttmeterGambar 2.2 Rangkaian pengukuran daya searah dengan Voltmeter dan AmperemeterGambar 2.4 Metode 3 AmperemeterGambar 2.5 Metode 3 VoltmeterGambar 2.8 Metode Voltmeter - AmperemeterGambar 2.9 Jembatan Ganda KelvinGambar 2.10 Metode Voltmeter AmperemeterJika tahanan dalam Amperemeter RA sagat kecil dibandingkan dengan tahanan yang diukur maka tahanan dalam ini dapat diabaikan.

    Gambar 2.11 Metode Perbandingan ArusRx = (R + RA) I/Ix RAGambar 2.12 Metode Perbandingan Tegangan2.2.2.4 Jembatan Wheatstone

    Gambar 2.13 Jembatan WheatstoneGambar 2.14 Metode Perbandingan TeganganGambar 2.15. Metode TransientDaftar Pustaka