Ugahari : Pilihan Orang Kristen 1 Timotius 6 : 6-19 Dalam sebuah acara pengucapan syukur, tuan dan nyonya rumah menyediakan makan malam dengan menu yang beragam, spesial dan enak-enak. Saat acara makan tiba, seluruh tamu mulai mengantre makanan di meja makan. Satu demi satu mengambil makanan. Mereka yang antre lebih awal, segera mengambil makanan dengan porsi yang lumayan banyak bahkan terkesan berlebih. Semua menu diambil dan dengan porsi besar. Sedangkan yang antre belakangan, ada yang tidak kebagian menu makanan tertentu. Sayangnya, mereka yang mengambil makanan di awal, sepertinya hanya “lapar mata” dan mereka tidak menghabiskan makanan yang telah diambil sebelumnya. Ada banyak makanan yang tersisa di piring, tidak tersentuh atau hanya dicicipi sedikit saja. Akibatnya, makanan yang tidak dimakan dan tersisa itu terbuang percuma. Sementara itu, pada saat yang sama, ada banyak orang yang tidak kebagian makanan. Keserakahan orang-orang yang mengambil makanan di awal akhirnya diikuti dengan situasi banyak makanan yang terbuang dan adanya orang lain yang tidak turut menikmati menu makanan yang spesial dan enak tadi. Cerita di atas mungkin saja sebuah ceritaan rekaan. Hanya saja cerita tadi menggambarkan betapa orang berlomba-lomba untuk mengambil banyak karena keserakahan (greed) padahal apa yang diambil melebihi apa yang menjadi kebutuhan (need). Akibatnya terbuang dan sia-sia, dan ada banyak orang lain yang tidak kebagian makanan. Apa jadinya jika kehidupan orang Kristen seperti demikian? Pada saat ini kita akan menghayati pilihan hidup orang Kristen di tengah zaman yang semakin serakah, yaitu dengan memilih dan melakukan spiritualitas keugaharian. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan ugahari: 1. Sedang; pertengahan, 2. Sederhana, sahaja. Jadi keugaharian adalah kesahajaan, kesederhanaan. Dalam konteks spiritualitas, ugahari bermakna adanya semangat iman yang meyakini bahwa rahmat Tuhan itu cukup untuk semua ciptaan-Nya. Oleh karena itu, setiap orang yang meyakininya akan mengembangkan gaya hidup sederhana, tidak berfoya-foya, serakah atau rakus. Berani berkata “cukup” atas godaan materi. Surat 1 Timotius 6:6-19 adalah bagian akhir dari surat Paulus kepada anak rohaninya yang berisikan nasehat pribadi dan peringatan tentang ajaran sesat dan cinta uang. Ayat 6 Paulus berbicara tentang keuntungan beribadah dengan apa yang kita miliki. Karena tidak ada sesuatu yang kita bawa ke dalam dunia ketika kita lahir dan tidak ada yang kita akan bawa ketika kita meninggal. Ibadah dengan rasa cukup artinya jika seseorang hanya mempunyai sedikit harta di dunia ini tetapi itu cukup untuk menyokong hidupnya, maka dia tidak perlu lagi menginginkan lebih banyak harta. Sebab bagi orang Kristen, ibadah itu sendiri merupakan suatu keuntungan. Kita merasa cukup dengan berkat yang Allah sudah berikan serta meyakini bahwa itulah yang terbaik bagi kita. Ayat 10 Paulus memperingatkan Timotius bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang. Orang yang mencintai uang terdorong untuk melakukan kejahatan. Mereka menjadi tamak dan menyiksa diri mereka. Karena bagi orang yang mencintai uang, dunia ini jauh lebih berharga dibandingkan dengan iman kepada Tuhan.. Paulus mendorong Timotius untuk melakukan bagiannya seperti seorang yang bertanding dalam pertandingan iman yang benar untuk mendapatkan hidup yang kekal. Bagaimanakah dengan kehidupan kita sekarang? Apakah kita mau menjadi seperti Timotius yang terus berjuang dalam spiritualitas keugaharian, yang hidup dalam kesahajaan dan kesederhanaan namun di dalamnya kita melihat berkat Tuhan yang cukup? Atau justru kita akan menjadi sama seperti dunia yang hidup dalam keserakahan? Hendaknya kita memilih ugahari sebagai pilihan hidup orang Kristen. Ugahari yang juga mau memberi ruang untuk berbagi berkat bagi sesama sebagai respons bahwa rahmat Tuhan cukup untuk semua ciptaan-Nya. Untuk Didiskusikan Hal apakah pada diri kita yang harus dibangun agar memiliki sikap ugahari ? JADWAL KEBAKTIAN Keb. Minggu (UMUM) 06.30, 09.00, 17.00 Sekolah Minggu 07.00 & 09.00 Keb. Remaja Minggu, 09.00 Keb. Pemuda Minggu, 09.00 Keb. Keluarga Muda Sabtu II & IV, 19.00 Keb. Perempuan Jumat, 16.30 Keb. Pria Jumat II & IV, 19.30 Keb. Lansia Sabtu, 07.00 PENDETA & VIKARIS JEMAAT Pdt. Yoga W. Pratama, M.Th (081385597234) [email protected]Pdt. Sains Pieter S., S.Si (081282202265) [email protected]Vik. Brahmana Duta Dewa Egne, S.Si (085770130107) [email protected]SEKRETARIAT GEREJA Selasa-Minggu 09.00 – 17.00 Tlp. 021-8814961 Tema 2019/2020 Gerejaku, Rumahku Alamat: Jl. Ir. H. Juanda No. 166B, Bekasi 17114, Jawa Barat. Telp./Faks. 021-8814961, Email:bekasigkp@gmail.com Badan Hukum: Keputusan Pemerintah No. 15 Tgl. 8 April 1936, Lembaran Negara No. 176 Tgl. 17 April 1936 Surat Keterangan Dirjen Bimbingan Masyarakat Kristen Dept. Agama No. DA/VII/72/807/70 Tgl. 30 Oktober 1970 Surat Keputusan Dirjen Bimbingan Masyarakat (Kristen) Protestan Dept. Agama No. 9 Tgl. 27 Januari 1988
12
Embed
Alamat: bekasigkp gmail.com Badan Hukum Surat Ketemakanan yang spesial dan enak tadi. Cerita di atas mungkin saja sebuah ceritaan rekaan. Hanya saja cerita tadi menggambarkan betapa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Ugahari : Pilihan Orang Kristen 1 Timotius 6 : 6-19
Dalam sebuah acara pengucapan syukur, tuan dan nyonya rumah menyediakan makan malam dengan
menu yang beragam, spesial dan enak-enak. Saat acara makan tiba, seluruh tamu mulai mengantre
makanan di meja makan. Satu demi satu mengambil makanan. Mereka yang antre lebih awal, segera mengambil makanan dengan porsi yang lumayan banyak bahkan terkesan berlebih. Semua menu
diambil dan dengan porsi besar. Sedangkan yang antre belakangan, ada yang tidak kebagian menu
makanan tertentu. Sayangnya, mereka yang mengambil makanan di awal, sepertinya hanya “lapar mata” dan mereka tidak menghabiskan makanan yang telah diambil sebelumnya. Ada banyak makanan
yang tersisa di piring, tidak tersentuh atau hanya dicicipi sedikit saja. Akibatnya, makanan yang tidak
dimakan dan tersisa itu terbuang percuma. Sementara itu, pada saat yang sama, ada banyak orang yang tidak kebagian makanan. Keserakahan orang-orang yang mengambil makanan di awal akhirnya diikuti
dengan situasi banyak makanan yang terbuang dan adanya orang lain yang tidak turut menikmati menu
makanan yang spesial dan enak tadi. Cerita di atas mungkin saja sebuah ceritaan rekaan. Hanya saja cerita tadi menggambarkan betapa orang berlomba-lomba untuk mengambil banyak karena
keserakahan (greed) padahal apa yang diambil melebihi apa yang menjadi kebutuhan (need).
Akibatnya terbuang dan sia-sia, dan ada banyak orang lain yang tidak kebagian makanan. Apa jadinya jika kehidupan orang Kristen seperti demikian? Pada saat ini kita akan menghayati pilihan hidup orang
Kristen di tengah zaman yang semakin serakah, yaitu dengan memilih dan melakukan spiritualitas
keugaharian. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan ugahari: 1. Sedang; pertengahan, 2. Sederhana, sahaja. Jadi keugaharian adalah kesahajaan, kesederhanaan. Dalam konteks spiritualitas,
ugahari bermakna adanya semangat iman yang meyakini bahwa rahmat Tuhan itu cukup untuk semua
ciptaan-Nya. Oleh karena itu, setiap orang yang meyakininya akan mengembangkan gaya hidup sederhana, tidak berfoya-foya, serakah atau rakus. Berani berkata “cukup” atas godaan materi. Surat 1
Timotius 6:6-19 adalah bagian akhir dari surat Paulus kepada anak rohaninya yang berisikan nasehat
pribadi dan peringatan tentang ajaran sesat dan cinta uang. Ayat 6 Paulus berbicara tentang keuntungan beribadah dengan apa yang kita miliki. Karena tidak ada sesuatu yang kita bawa ke dalam dunia ketika
kita lahir dan tidak ada yang kita akan bawa ketika kita meninggal. Ibadah dengan rasa cukup artinya
jika seseorang hanya mempunyai sedikit harta di dunia ini tetapi itu cukup untuk menyokong hidupnya, maka dia tidak perlu lagi menginginkan lebih banyak harta. Sebab bagi orang Kristen,
ibadah itu sendiri merupakan suatu keuntungan. Kita merasa cukup dengan berkat yang Allah sudah
berikan serta meyakini bahwa itulah yang terbaik bagi kita. Ayat 10 Paulus memperingatkan Timotius bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang. Orang yang mencintai uang terdorong untuk
melakukan kejahatan. Mereka menjadi tamak dan menyiksa diri mereka. Karena bagi orang yang
mencintai uang, dunia ini jauh lebih berharga dibandingkan dengan iman kepada Tuhan.. Paulus mendorong Timotius untuk melakukan bagiannya seperti seorang yang bertanding dalam pertandingan
iman yang benar untuk mendapatkan hidup yang kekal. Bagaimanakah dengan kehidupan kita
sekarang? Apakah kita mau menjadi seperti Timotius yang terus berjuang dalam spiritualitas keugaharian, yang hidup dalam kesahajaan dan kesederhanaan namun di dalamnya kita melihat berkat
Tuhan yang cukup? Atau justru kita akan menjadi sama seperti dunia yang hidup dalam keserakahan? Hendaknya kita memilih ugahari sebagai pilihan hidup orang Kristen. Ugahari yang juga mau memberi
ruang untuk berbagi berkat bagi sesama sebagai respons bahwa rahmat Tuhan cukup untuk semua
ciptaan-Nya. Untuk Didiskusikan
Hal apakah pada diri kita yang harus dibangun agar memiliki sikap ugahari ?
Alamat: Jl. Ir. H. Juanda No. 166B, Bekasi 17114, Jawa Barat. Telp./Faks. 021-8814961, Email:[email protected]
Badan Hukum: Keputusan Pemerintah No. 15 Tgl. 8 April 1936, Lembaran Negara No. 176 Tgl. 17 April 1936
Surat Keterangan Dirjen Bimbingan Masyarakat Kristen Dept. Agama No. DA/VII/72/807/70 Tgl. 30 Oktober 1970 Surat Keputusan Dirjen Bimbingan Masyarakat (Kristen) Protestan Dept. Agama No. 9 Tgl. 27 Januari 1988