Top Banner
Fenomena Awan Cumulonimbus … 199 Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir FENOMENA AWAN CUMULONIMBUS DALAM AL-QUR‘AN Oleh: Rahendra Maya* Abstraksi Hampir di penghujung tahun 2014 hingga memasuki awal tahun 2015, Indonesia, khususnya dunia penerbangannya, dikejutkan dengan kecelakaan (plane crasht) yang menimpa salah satu maskapai penerbangan dari Malaysia. Walaupun banyak pihak yang menyatakan bahwa peristiwa tersebut diprediksi umumnya karena kesalahan manusia (human error), kegagalan mesin (mechanical failure) dan faktor alam atau cuaca (enviromental atau weather), namun tak ayal banyak pula yang berpendapat faktor utamanya karena menabrak atau terkena pengaruh awan, yang kemudian ramai dibicarakan sebagai awan cumulonimbus. Dalam perspektif seorang Muslim, walaupun ketiga faktor di atas dapat saja menjadi penyebab terjadinya kecelakaan, namun yang pasti dan tidak boleh dilupakan bahkan harus diyakini benar bahwa hal itu terjadi karena takdir Allah SWT. Di samping itu, hal lainnya yang menarik adalah bagaimanakah perspektif al-Qur‘an dan al-Hadits serta para ulama Islam tentang fenomena awan cumulonimbus tersebut? Dan adakah hubungannya dengan kemukjizatan ilmiah al-Qur‘an? Keyword: fenomena awan, kemukjizatan al-Qur‘ân, kemukjizatan ilmiah dalam al-Qur‘ân A. Pendahuluan Awan pada umumnya adalah kelompok butiran air, es, atau kedua- duanya yang tampak mengelompok di atmosfer 1 , sedangkan secara spesifik tentang awan cumulonimbus, berikut sedikit informasinya: Cumulonimbus atau Cb, adalah salah satu awan vertikal yang dapat tumbuh menjulang hingga ketinggian 60 ribu kaki (18 km lebih), dan terbentuk karena beberapa sebab, namun yang paling umum adalah proses konveksi akibat pemanasan permukaan bumi oleh radiasi matahari dan kondisi atmosfer yang tidak stabil. Cumulonimbus sangat mudah terbentuk di daerah tropis karena proses konveksi di * Dosen Tetap Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir STAI Al Hidayah Bogor. 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi Keempat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012, hlm. 103.
22

Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

Dec 01, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

Fenomena Awan Cumulonimbus … 199

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

FENOMENA AWAN CUMULONIMBUS

DALAM AL-QUR‘AN

Oleh: Rahendra Maya*

Abstraksi

Hampir di penghujung tahun 2014 hingga memasuki awal tahun

2015, Indonesia, khususnya dunia penerbangannya, dikejutkan dengan

kecelakaan (plane crasht) yang menimpa salah satu maskapai

penerbangan dari Malaysia. Walaupun banyak pihak yang menyatakan

bahwa peristiwa tersebut diprediksi umumnya karena kesalahan

manusia (human error), kegagalan mesin (mechanical failure) dan

faktor alam atau cuaca (enviromental atau weather), namun tak ayal

banyak pula yang berpendapat faktor utamanya karena menabrak atau

terkena pengaruh awan, yang kemudian ramai dibicarakan sebagai

awan cumulonimbus.

Dalam perspektif seorang Muslim, walaupun ketiga faktor di atas

dapat saja menjadi penyebab terjadinya kecelakaan, namun yang pasti

dan tidak boleh dilupakan bahkan harus diyakini benar bahwa hal itu

terjadi karena takdir Allah SWT. Di samping itu, hal lainnya yang

menarik adalah bagaimanakah perspektif al-Qur‘an dan al-Hadits serta

para ulama Islam tentang fenomena awan cumulonimbus tersebut?

Dan adakah hubungannya dengan kemukjizatan ilmiah al-Qur‘an?

Keyword: fenomena awan, kemukjizatan al-Qur‘ân, kemukjizatan ilmiah dalam al-Qur‘ân

A. Pendahuluan

Awan pada umumnya adalah kelompok butiran air, es, atau kedua-

duanya yang tampak mengelompok di atmosfer1, sedangkan secara

spesifik tentang awan cumulonimbus, berikut sedikit informasinya:

Cumulonimbus atau Cb, adalah salah satu awan vertikal yang

dapat tumbuh menjulang hingga ketinggian 60 ribu kaki (18 km lebih),

dan terbentuk karena beberapa sebab, namun yang paling umum adalah

proses konveksi akibat pemanasan permukaan bumi oleh radiasi

matahari dan kondisi atmosfer yang tidak stabil. Cumulonimbus

sangat mudah terbentuk di daerah tropis karena proses konveksi di

* Dosen Tetap Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir STAI Al Hidayah Bogor. 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa: Edisi Keempat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012, hlm. 103.

Page 2: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

200 Fenomena Awan Cumulonimbus …

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

wilayah ini sangat kuat, dan dari awan inilah ‘lahir’ berbagai fenomena

cuaca esktrem seperti badai tropis (typhoon/topan), badai petir

(thunderstorm), hujan es (hail storm), tornado sampai angin puting

beliung yang beberapa waktu lalu terjadi di Bandung.

Awan Cb mudah dikenali dari penampilannya yang memang beda

dari yang lain, umumnya dengan dasar awan landai, ‚tiang‛ awan

menjulang dan puncak yang berbentuk seperti landasan atau alas untuk

menempa logam.

Awan ini sangat berbahaya bagi penerbangan karena beberapa hal.

Yang pertama adalah proses vertical draft atau gerakan vertikal udara

yang terjadi dalam awan. Gerakan vertikal ini dapat naik (updraft)

atau turun (downdraft), dan proses ini sebenarnya lazim terjadi dalam

awan. Bumping yang terjadi pada saat pesawat yang kita tumpangi

masuk ke dalam awan juga disebabkan oleh vertical draft. Pada awan

Cb, proses ini jauh lebih kuat, dan turbulensi yang dihasilkannya dapat

menghempaskan pesawat yang terjebak di dalamnya. Faktor lain yang

membahayakan adalah partikel es awan Cb yang dapat membekukan

bagian-bagian pesawat, termasuk mesin. Dan karena partikel-partikel

es ini juga, awan Cb adalah salah satu jenis awan yang paling sering

menghasilkan petir yang dapat mengacaukan sistem kelistrikan dan

navigasi pesawat.

Karena puncak awan Cb dapat mencapai 60 ribu kaki, pilot

umumnya akan memilih menghindari awan ini ke arah samping

(pesawat jet umumnya terbang pada ketinggian 30-40 ribu kaki, atau

sekitar 9-12 km).2

Inilah salah satu fenomena ilmiah dan temuan saintis yang

menarik. Sebagai Muslim, terlebih yang berupaya optimal untuk selalu

meneguhkan keimanannya dari waktu ke waktu, menjadi hal penting

untuk memahami hal tersebut berdasarkan dengan atau

dikomparasikan sesuai ajaran Islam. Yaitu melalui ayat-ayat al-Qur‘an

dan interpretasinya yang benar serta berdasarkan teks-teks Hadits dan

anotasi (syarah)nya dan dari pemikiran para ulamanya yang kredibel

lagi kompeten dan memiliki integritas beragama yang terpercaya.

2 Lihat http://green.kompasiana.com/iklim/2014/12/29/mengenal-

cumulonimbus-dan-awan-awan-yang-berbahaya-dalam-penerbangan-713355.html,

diakses 31 Desember 2014 pukul 09.00 WIB.

Page 3: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

Fenomena Awan Cumulonimbus … 201

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

B. Isyarat al-Qur‘ân tentang Awan dan Interpretasinya

Dalam al-Qur‘an, awan dinyatakan dengan ungkapan sahāb yang

terdapat dalam sembilan ayat. Berikut ayat-ayat tersebut dan

karakteristik awannya3:

Pertama, lima ayat menggunakan term al-sahāb, yaitu:

‚Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.‛ (Q.S. al-Baqarah [2]: 164)

4

‚Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu yang menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia menjadikan mendung.‛ (Q.S. al-Ra’d [13]: 12)

‚Atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi

3 Mukhtār Fauzī al-Na’āl, Mausū’ah al-Alfāzh al-Qur‘āniyyah, Halb: Maktab

Dār al-Turāts dan al-Yamāmah Beirut, 2003, hlm. 387; dan Muhammad Fu‘ād ’Abd

al-Bāqī, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāzh al-Qur‘ān al-Karīm, Kairo: Dār al-Hadīts,

1991, hlm. 439. 4 Terjemahan ayat-ayat dalam makalah ini diselaraskan berdasarkan terjemahan

Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur‘an Departemen Agama RI, The Holy Qur‘an AL-FATIH, Jakarta Timur: PT Insan Media Pustaka, 2012.

Page 4: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

202 Fenomena Awan Cumulonimbus …

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya. Barang siapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikitpun.‛ (Q.S. al-Nūr [24]: 40)

‚Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha teliti apa yang kamu kerjakan.‛ (Q.S. al-Naml [27]: 88)

‚Dan jika mereka melihat gumpalan-gumpalan awan berjatuhan dari langit, mereka berkata, ‘Itu adalah awan yang bertumpuk-tumpuk.‛ (Q.S. al-Thūr [52]: 44)

Kedua, empat ayat menggunakan term sahāban, yaitu:

‚Dialah yang meniupkan awan sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu bermacam-macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.‛ (Q.S. al-A’rāf [7]: 57)

‚Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya. Lalu Dia

Page 5: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

Fenomena Awan Cumulonimbus … 203

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia (juga) menurunkan butiran-butiran es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.‛ (Q.S.

al-Nūr [24]: 43)5

‚Allahlah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentanglannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaku, tiba-tiba mereka bergembira.‛ (Q.S. al-

Rūm [30]: 48)

‚Dan Allahlah yang mengirimkan angin, lalu (angin itu) menggerakkan awan, maka Kami arahkan awan itu ke suatu negeri yang mati (tandus), lalu dengan hujan itu Kami hidupkan bumi stelah mati (kering). Seperti itulah kebangkitan.‛ (Q.S. Fāthir [35]: 9)

Secara umum, awan (sahāb) atau dalam bahasa Inggris ekuivalen

dengan cloud6 adalah:

انغيى سىاء أكب في يبء أو لم يك ( )‚Yaitu gumpalan awan, baik yang mengandung tetes air maupun tidak.‛7

5 Dalam terjemahan ini terdapat beberapa point yang harus dikritisi karena tidak

sesuai dengan penafsiran, seperti yang akan terlihat. 6 Cloud dinyatakan sinonim antara lain dengan sahābah atau ghaim. Lihat Munir

Ba’albaki, al-Mawrid al-Waséţ: A Concise English-Arabic Dictionary, Beirut: Dar

el-Ilm lil-Malayén, 1983, hlm. 118. 7 Lihat Ibrâhîm Anîs, et.al., al-Mu’jam al-Wasît, Mesir: Maktabah al-Syurūq al-

Dauliyyah, t.t., hlm. 435; al-Na’āl, Mausū’ah al-Alfāzh al-Qur‘āniyyah, hlm. 387;

Page 6: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

204 Fenomena Awan Cumulonimbus …

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Dalam tafsir, awan (sahāb) sering dinyatakan sebagai gumpalan

awan yang belum berkumpul atau belum menyatu, alias masih

tercerai-berai (qitha’ mutafarriqah).8

Ketika menafsirkan al-sahāb al-tsiqāl (awan yang berat), sebagian

mufassir ada yang mengklasifikasinya sebagai awan yang mengandung

atau membawa air (bi mā fīhā min al-mā‘)9, atau bahkan sebagai awan

yang mampu mendatangkan hujan dengan deras yang secara umum

banyak memberikan kebaikan bagi umat manusia, terutama bagai

berbagai tempat yang membutuhkannya (bi al-mathar al-ghazīr alladzī

bihi nafa’a al-’ibād wa al-bilād).10

Dalam sebuah Ensiklopedia al-Qur‘an, awan didefiniskan sebagai:

ف بخبس المبء انصبعذ إلى طبقبث الجى انعهيب، ويشأ ي حشاسة ) يخكى ي حكثانشس عهى الميب في ىاحي الأسض، وإرا بقي انبخبس بيب ولم يشحفع إلى انطبقبث

انعهيب فهى انضببة (‚Yaitu awan (gumpalan partikel air) yang terjadi karena terjadinya penguapan air hingga menuju lapisan atmosfer yang tinggi. Asalnya bermula dari penguapan air di berbagai belahan bumi oleh panas matahari. Bila uap air tetap berada di atas kita dan tidak naik ke lapisan atmosfer yang tinggi, maka uap tersebut tidak menjadi awan (tebal), namun hanya menjadi awan tipis atau kabut saja.‛11

dan Majma’ al-Lughah al-’Arabiyyah, Mu’jam Alfāzh al-Qur‘ān al-Karīm, Kairo:

Majma’ al-Lughah al-’Arabiyyah Jumhūriyyah Mishr al-’Arabiyyah, 1988, hlm. 559-

560; Majma’ al-Lughah al-’Arabiyyah Jumhūriyyah Mishr al-’Arabiyyah, al-Mu’jam al-Wajīz, Mesir: Maktabah al-Syurūq al-Dauliyyah, 2012, hlm. 327.

8 ’Abd al-Rahmān ibn Nāshir al-Sa’dī, Taisīr al-Karīm al-Rahmān fī Tafsīr

Kalām al-Mannān, ed. ’Abd al-Rahmān ibn Mu’allā al-Luwaihiq, Beirut: Mu‘assasah

al-Risālah, 2000, hlm. 571. 9 Muhammad Sulaiman ’Abd Allah al-Asyqar, Zubdah al-Tafsīr min Fath al-

Qadīr, Damaskus: Maktabah Dār al-Fījā‘ dan Maktabah Dār al-Salām Riyadh, 1994,

hlm. 322. 10

al-Sa’dī, Taisīr al-Karīm al-Rahmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān, hlm. 414. 11

Muhammad ’Atrayis, al-Mu’jam al-Wāfī li Kalimāt al-Qur‘ān, Kairo:

Maktabah al-Ādāb, 2006, hlm. 492.

Page 7: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

Fenomena Awan Cumulonimbus … 205

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Sedangkan menurut Prof. al-Zindānī, awan (sahāb) adalah:

) يبء يطير في الهىاء، فإرا كب انكثير حكىج ي انسيىل انعظيت، انتي حسقط إلى الأسض يكىت ييب الآببس والأنهبس وانغيىل وانعيى والميب الجىفيت، انتي ششة يهب،

وسقي صسعب وأعبيب (‚Yaitu sekumpulan tetes air yang melayang-layang atau beterbangan di udara. Ketika tetes air tersebut bertambah banyak, maka akan berubah menjadi air hujan yang cukup lebat. Air ini kemudian jatuh ke bumi yang sebenarnya berasal dari penguapan air bumi itu sendiri, antara lain dari air sumur, air sungai, air rawa, sumber air dan juga dari air dari dalam tanah yang biasa kita minum dan banyak dipergunakan untuk memberi minum binatang ternak atau mengairi tanaman.‛12

Dari sembilan ayat tentang awan, yang dianggap paling

komprehensif dan banyak mendapatkan atensi interpretasi adalah Q.S.

al-Nūr [24]: 43. Karena itu, fokus penafsiran dalam makalah ini

ditekankan kepada interpretasi terhadap ayat tersebut. Berikut di

antara interpretasi yang dapat dikemukakan:

Penafsiran Q.S. al-Nūr [24]: 43 dalam Zubdah al-Tafsīr

diungkapkan sebagai berikut13

:

mendorong atau ,سق انسحاب سقا رققا إن حث شاء = شج سحاتا .1

menerbangkan awan secara perlahan sesuai dengan kehendak-Nya.

2. ت أجشائ فضى تعض إن تعض، جع تعذ تفزق نق تصم = ثى ؤنف ت

mengumpulkan dan menghimpun bagiannya satu demi satu ,كثف

sehingga tidak bercerai-berai lagi lalu menjadi kuat, bersatu dan

tebal.

menjadikannya bertumpuk ,يتزاكا زكة تعض تعضا = ثى جعهۥ ركايا .3

atau berlapis-lapis, sebagian di atas sebagian lainnya.

4. ه خه دق خزج ي hujan turun dari ,انطز خزج ي داخم انسحاب = ٱن

dalam (celah) awan.

اء ي جثال .5 ٱنس ل ي ش dari arah ,ي جح انعه ي قطع عظاو تشث انجثال =

ketinggia turun gumpalan awan yang sangat besar yang

menyerupai gunung.14

12

’Abd al-Majīd ’Azīz al-Zindānī, Kitāb al-Tauhīd, Madinah: Maktabah

Thayyibah, 1989, hlm. 37. 13

al-Asyqar, Zubdah al-Tafsīr min Fath al-Qadīr, hlm. 465.

Page 8: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

206 Fenomena Awan Cumulonimbus …

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

تزد .6 es ,شل ي تهك انقطع انعظاو تزدا أ شل ي انساء تزدا ك كانجثال = ي

(salju) turun dari gumpalan awan besar tersebut, atau es (salju)

yang besar seperti gunung turun dari ketinggian.

صز .7 شاء فصة تۦ ي شاء فۥ ع ي تا تشل ي انثزد أ صث ي عثاد =

es (salju) yang turun dari langit kemudian ada yang ,صزف يى

yang menjadi sumber bencana bagi hamba-hamba-Nya dan ada

pula yang memberikan manfaat bagi mereka.

ز كاد سا تزقۦ ذ .8 ة تٱلتص كاد ضء انثزق انذ ف انسحاب ي شذج تزق سادج =

cahaya petir yang bersumber dari proses yang ,نعا خطف أتصارى

terjadi di awan mampu menghilangkan pandangan mereka karena

memiliki kecepatan yang tinggi dan kekuatan medan magnet yang

besar.15

Sedangkan dalam Shafwah al-Tafāsīr, Q.S. al-Nūr [24]: 43

ditafsirkan sebagai berikut16

:

dengan kehendak-Nya ,سق تقذرت انسحاب إن حث شاء = شج سحاتا .1

Allah mendorong atau menerbangkan awan.

2. قجع تعذ تفز = ثى ؤنف ت , menghimpunnya setelah sebelumnya

tercerai-berai.

menjadikannya ,جعه كثفا يتزاكا تعض فق تعض = ثى جعهۥ ركايا .3

bertumpuk dengan tebal, sebagian di atas sebagian lainnya.

4. ه خه دق خزج ي انسحاب انكثففتز انطز خزج ي ت = فتز ٱن , hujan

turun dari dalam (celah) awan yang menggumpal tebal.

تزد .5 ا ي اء ي جثال ف ٱنس ل ي ش شل ي انسحاب انذ كأيثال انجثال =

es (salju) turun dari gumpalan awan yang telah membesar ,تزدا

seperti gunung turun.

14

Dalam salah satu pendapat pakar nahwu (gramatika bahasa Arab) dinyatakan

bahwa makna min jibāl fīhā min barad berarti min jibāli baradin fīhā (berupa

gumpalan gunung es/salju dari awan). Lihat Ahmad ibn ibn Ismā’īl ibn Nuhhās, I’rāb al-Qur‘ān, Beirut: Dār al-Kutub al-’Ilmiyyah, 2009, vol. 3, hlm. 98; dan Mahmūd

Shāfī, al-Jadwal fī I’rāb al-Qur‘ān, ed. al-Lajnah al-’Ilmiyyah fī Dār al-Rasyīd,

Damaskus: Dār al-Rasyīd dan Mu‘asasasah al-Īmān Beirut, t.t., vol. 9, hlm. 276. 15

Lebih lanjut lihat Muhammad ibn ’Alī ibn Muhammad al-Syaukānī, Fath al-Qadīr: al-Jāmi’ baina Fannai al-Riwāyah wa al-Dirāyah min ’Ilm al-Tafsīr, ed. ’Abd

al-Rahmān ’Umairah, Mesir: Dār al-Wafā‘,1997, vol. 4, hlm. 56-58. 16

Muhammad ’Alī al-Shābūnī, Shafwah al-Tafāsīr, Beirut: Dār al-Qur‘ān al-

Karīm dan Syirkah al-Rājihī li al-Sharāfah wa al-Tijārah Riyadh, 1981, vol. 2, hlm.

343-344.

Page 9: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

Fenomena Awan Cumulonimbus … 207

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

فصة تذنك انثزد ي شاء ي انعثاد فضز ف سرع ثزت = فصة تۦ ي شاء .6

es (salju) yang turun dari langit kemudian menimpa ,ياشت

hamba-hamba-Nya namun menjadi sumber bencana bagi mereka

terhadap, pertanian, perkembunan dan peternakannya.

شاء .7 صزفۥ ع ي es (salju) yang turun ,ذفع ع شاء فلا ضز =

juga tidak akan menjadi sumber bencana bagi hamba-Nya yang

dikehendaki-Nya.

قال انصا: كا شل انطز ي انساء فع نهعثاد، كذنك شل يا انثزد

.فسثحا ي جعم انساء يشأ نهخز انشز ضزر نهعثاد،

al-Shāwī berkata: layaknya hujan yang turun dari langit yang

memberikan manfaat dan bencana bagi hamba, demikian pula

halnya dengan es (salju) yang turun juga dapat menjadi sember

kebaikan dan bencana bagi hamba-Nya. Maka Maha Suci Allah

yang menjadikan langit sebagai sumber kebaikan dan bencana

sekaligus.

.cahaya petir terasa begitu dekat ,قزب ضء انسحاب =كاد سا تزقۦ .8

ز .9 ة تٱلتص cahaya ,خطف أتصار اناظز ي شذج إضاءت قج نعا = ذ

petir menghilangkan pandangan orang-orang yang melihatnya

karena kecepatannya yang tinggi dan kekuatan medan magnetnya

yang besar.17

Kedua penafsiran dan interpretasi tersebut hampir memiliki

kemiripan makna yang sangat berdekatan dalam berbagai karya tafsir

lainnya, hanya sedikit berbeda dalam pengungkapan redaksional dan

pemilihan diksi serta dengan sedikit pengurangan atau penambahan.

17

Penafsiran yang hampir serupa selain terdapat penjelasan lain tentang makna

sebagian huruf dapat ditemukan dalam al-Shābūnī, Mukhtashar Tafsīr Ibn Katsīr, Beirut: Dār al-Fikr, 2001, vol. 2, hlm. 610-611.

Namun ada sedikit hal menarik dalam penafsirannya, yaitu ketika menafsirkan

ungkapan yuzjī sahāban (menerbangkan atau mendorong awan) dengan ungkapan:

) يزكش حعبلى أ يسىق انسحبة بقذسح أول يب يشئهب وي ضعيفت وى الإصجبء (‚Allah menyebutkan bahwa Dengan kehendak-Nya Dia mendorong atau menerbangkan awan sehingga diawal penciptaannya awan berada dalam keadaan lemah karena mengalami fase terbang yang diakibatkan oleh adanya dorongan.‛ Bandingkan dengan Ahmad Mushthafā al-Marāghī, Tafsīr al-Marāghī, Riyadh:

Dār al-Fikr, 1974, vol. 6, hlm. 187; dan Muhammad Mahmūd Hijāzī, al-Tafsīr al-Wādhih, Kairo: Mathba’ah al-Istiqlāl al-Kubrā dan Dār al-Jīl, 1968, vol. 18, hlm. 77-

79.

Page 10: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

208 Fenomena Awan Cumulonimbus …

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Hal ini dapat dilihat antara lain dalam tafsir al-Thabarī18

, al-

Baghawī19

, al-Qāsimī20

, Ibn Katsīr21

, Ibn al-Jauzī22

, al-Alūsī23

, al-

Syaukānī24

, Ibn ’Āsyūr25

dan al-Zuhailī26

.

Oleh karena itu, secara utuh penafsiran global (tafsīr ijmālī) Q.S.

al-Nur [24]: 43 dapat dikemukakan sebagai berikut:

‚Wahai Muhammad, apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Allah menerbangkan secara perlahan atau dengan lemah-lembut, kemudian kemudian mengumpulkannya bagian demi bagian, lalu menjadikannya berlapis-lapis secara bertumpuk sebagiannya di atas sebagian lainnya, kemudian kamu lihat air hujan keluar dari celah-celah bagian awan itu. Allah telah menurunkan hujan es yang tebal dan sangat besar seperti gunung-gunung dari arah langit atau hujan salju bila tidak terlalu dingin (membeku). Turunnya hujan es (salju) itu

18

Lihat Muhammad ibn Jarīr al-Thabarī, Jāmi’ al-Bayān ’an Ta‘wīl al-Qur‘ān,

ed. Maktab al-Tahqīq wa al-I’dād al-’Ilmī fī Dār al-A’lām, Oman: Dār al-A’lām dan

Dār Ibn Hazm Beirut, 2002, vol. 10, hlm. 195-197. 19

Lihat al-Husain ibn Mas’ūd al-Baghawī, Ma’ālim al-Tanzīl, ed. Muhammad

’Abd Allah al-Namr, ’Utsmān Jum’ah Dhumairiyyah dan Sulaimān Musallam al-

Harasy, Riyadh: Dār al-Thayyibah, 2002, vol. 3, hlm. 307. 20

Lihat Muhammad Jamāl al-Dīn al-Qāsimī, Mahāsin al-Ta‘wīl, ed. Muhammad

Bāsil ’Uyūn al-Sūd, Beirut: Dār al-Kutub al-’Ilmiyyah, 2003, vol. 7, hlm. 399. 21

Lihat Ismā’īl ibn ’Umar ibn Katsīr al-Qurasyī al-Dimasyqī, Tafsīr al-Qur‘ān al-’Azhīm, ed. Sāmī ibn Muhammad al-Salāmah, Riyadh: Dār al-Thayyibah, 1998,

vol. 6, hlm. 72-73. 22

Lihat ’Abd al-Rahmān ibn ’Alī ibn Muhammad al-Jauzī, Zād al-Masīr fī ’Ilm al-Tafsīr, ed. Ahmad Syams al-Dīn, Beirut: Dār al-Kutub al-’Ilmiyyah, 1994, vol. 5,

hlm. 390. 23

Lihat al-Sayyid Mahmūd al-Alūsī al-Baghdādī, Rūh al-Ma’ānī fī Tafsīr al-Qur‘ān al-’Azhīm wa al-Sab’ al-Matsānī, Beirut: Dār al-Kutub al-’Ilmiyyah, 2009,

vol. 9, hlm. 381-383. 24

Lebih lanjut lihat Muhammad ibn ’Alī ibn Muhammad al-Syaukānī, Fath al-Qadīr: al-Jāmi’ baina Fannai al-Riwāyah wa al-Dirāyah min ’Ilm al-Tafsīr, ed. ’Abd

al-Rahmān ’Umairah, Mesir: Dār al-Wafā‘,1997, vol. 4, hlm. 56-58. 25

Lihat Muhammad al-Thāhir ibn ’Āsyūr, al-Tahrīr wa al-Tanwīr, Tunisia: Dār

Sahnūn, t.t., vol. 8, hlm. 260-263. 26

Lihat Wahbah al-Zuhailī, al-Tafsīr al-Wasīth, Damaskus: Dār al-Fikr dan Dār

al-Fikr al-Mu’āshir Beirut, 2006, vol. 2, hlm. 1759-1760.

Page 11: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

Fenomena Awan Cumulonimbus … 209

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

ada yang memberi manfaat bagi sebagian hamba-hamba-Nya, namun ada pula yang mencelakakan mereka manusia; semuanya sesuai kehendak Allah. Awan itu ada juga yang mengandung petir yang dapat melenyapkan penglihatan mata karena kecepatan gerak dan kekuatan gaya elektromagnetiknya.‛ (Q.S. al-Nūr [24]: 43)

27

C. Realitas Ilmiah yang Mengagumkan

Berdasarkan ayat-ayat dalam al-Qur’an yang telah dikemukakan

dan beberapa interpretasi ringkasnya, Prof. al-Zindānī memberikan

ilustrasi saintis dan penjelasan ilmiah yang menarik tentang rahasia

awan (sahāb) atau bahkan fenomena awan cumulonimbus sebagai

berikut28

:

Dimana kita akan bicara tentang kumpulan awan yang dimulai

dari potongan kecil, sebagaimana yang lazim kita saksikan. Kemudian

tumpukan awan itu mulai menebal dari sejumlah potongan awan yang

terpisah-pisah dan membentuk sekumpulan awan yang besar. Setelah

ia terbentuk demikian, yakni dari bawah ia membentuk gelombang,

dan dari bagian tengah awan ia bergerak ke bagian yang paling atas,

dimana gelombang itu juga bergerak dari sisi-sisinya, sehingga seolah-

olah awan memiliki poros di tengahnya. Hingga pergerakannya yang

cepat menyebabkan timbulnya daya tarik ‚menghisap‛ awan-awan

yang berada di sampingnya. Ia menarik dan menyatukan awan-awan

tersebut ke kumpulan awan yang lebih besar. Gelombang ini juga

menyebabkan awan-awan kecil yang terpencar bersatu. Demikian

seterusnya sampai terbentuk satu gumpalan awan. Dan setelah

penyatuan awan secara sempurna terjadi, maka terjadi proses yang

lain; yaitu proses pertumbuhan vertikal dimana para ilmuwan

27

Lihat al-Zuhailī, al-Tafsīr al-Wajīz ’alā Hāmisy al-Qur‘ān al-’Azhīm: Wa Ma’ahu Asbāb al-Nuzūl wa Qawā’id al-Tartīl, Damaskus: Dār al-Fikr, 1994, hlm.

356.

Bandingkan penafsiran global ini dengan penafsiran sejenis dalam Abī Bakar

Jābir al-Jazā‘irī, Aisar al-Tafāsīr li Kalam al-’Alī al-Kabīr, Saudi Arabia: Maktabah

Adhwā‘ al-Manār dan Dār al-Sunnah Mesir, 1999, hlm. 850; dan Sekumpulan Ulama

(Nukhbah min al-’Ulamā‘),al-Tafsīr al-Muyassar, Saudi Arabia: Mujamma’ al-Malik

Fahd li Thibā’ah al-Mushhaf al-Syarīf – Wazārah al-Syu‘ūn al-Islāmiyyah wa al-

Auqāf wa al-Da’wah wa al-Irsyād, 2011, hlm. 355. 28

Lihat al-Zindānī, Wahai Muslim..., Islamlah Solusi Terbaik!, Jakarta: A.H.

Ba’adillah Press, 2002, hlm. 62-65.

Page 12: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

210 Fenomena Awan Cumulonimbus …

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

penerbangan menyebutnya sebagai ‚periode muda‛. Disebut ‚periode

muda‛ karena saat proses penyatuan awan terjadi masih terdapat

awan-awan lain di sisinya, dan gelombang dari dalam menjadi semakin

kuat sehingga sebagian awan bertumpuk di atas sebagian awan

lainnya. Karena gelombang yang naik lebih kuat daya tariknya dan

mengkonsumsi uap air, maka penumpukan awan itu terjadi.

Saat awan bergerak ke bagian yang paling atas, maka gelombang

awan itu mengangkut kapasitas air bersamanya, karena tubuh awan

mengandung air dan bergerak terus ke atas, ia menjadi dingin.

Menurut pendapat kami: ‚Di saat awan tumbuh dan naik, proses

penumpukan dengan perantara gelombang kuat ini terjadi dalam

‚periode muda‛, dimana kapasitas air dari uap naik ke tingkat yang

paling atas. Karenanya, maka gumpalannya menebal dan tumbuh

menjadi berat. Sampai akhirnya gumpalan awan itu jatuh menjadi

hujan.‛.

Itu artinya, gumpalan awan tersebut jatuh bersama dengan

pembentukannya, dan proses penumpukan pun segera berhenti.

Gelombang dari bagian bawah menghentikan proses naik dan

penumpukan, hingga gumpalan awan itu menjadi berat karena faktor-

faktor pada proses naiknya. Setelah itu beratnya pun semakin

bertambah dan ia pun sampai ke daerah atas. Lalu potongannya

tumbuh menjadi berat dan turun dari tubuh awan, tetapi tidak dari

semua awan.

Di dalam tubuh awan terdapat daerah-daerah yang lebih lemah

daripada daerah-daerah lemah dimana potongan-potongan awan itu

turun. Di sana (dalam tubuh awan) juga terdapat daerah-daerah yang

tidak lemah, yang gelombangnya naik dan ia tidak turun.

Adapun kilat hanya terbentuk dalam tumpukan awan yang

berbentuk gunung, demikian juga es (salju). Es (salju) sedikit tebal

daripada tetesan air yang turun. Es (salju) yang berbentuk (membeku)

tidak akan turun, tetapi ia akan berbentuk dan turun ke bagian awan.

Lalu ia naik kembali, kemudian turun, dan kemudian naik kembali.

Demikianlah bentuk kontinuitas es (salju) ini di dalam tubuh awan.

Para ilmuwan penerbangan angkasa luar berkata, bahwa di dalam

awan terdapat es (salju), yang tidak diketahui kapan ia akan turun dan

Page 13: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

Fenomena Awan Cumulonimbus … 211

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

faktor apa saja yang mempengaruhi naik-turunnya es (salju) tersebut.

Terkadang ia tiba-tiba turun, dan terkadang membeku dan tidak turun.

Sekarang marilah kita melihat persoalan tentang kilat. Kilat

bermacam-macam jenisnya, tetapi kilat yang paling kuat adalah yang

keluar dari gumpalan es (salju) di awan. Es (salju) dalam

pergerakannya turun dan naik ke tempat yang paling atas, dimana ia

membagikan muatan-muatan listrik negatif dan positif. Di saat turun,

muatan-muatan listrik mengarah ke tempat yang paling bawah, dan di

saat naik mengambil muatan lainnya yang berlawanan; berkat

kehendak Allah SWT. Es (salju) turun dan berfungsi seperti

konduktor, yakni seperti jalan yang menghubungkan dua wilayah.

Kehampaan akan melewatinya dan menumbuhkan kilatan kuat yang

datang dari es (salju) tersebut.

Sekarang mari kita mempertanyakan, apakah awan memiliki

sejarah dan periode? Ya, awan mempunyai periode dengan urutan

waktu tertentu dan memiliki fenimena-fenomena tertentu pula. Orang

yang mengawasi langit akan melihat jenis awan yang berbeda-beda

bentuknya. Sebenarnya, perbedaan jenis awan itu terjadi karena proses

penumpukannya yang berbeda-beda. Setelah manusia menemukan alat

yang mampu menembus awan, ia dapat melihat gerakan partikel-

partikel listrik yang terkandung di dalamnya, lalu mengamati proses

pembentukan awan, menghitung gerakan gelombang yang naik dan

turun.

Penggunaan pesawat-pesawat luar angkasa, balon-balon gas dan

alat-alat yang mampu bekerja serta mengukur pada bagian dalam

tubuh awan tersebut memungkinkan bagi manusia untuk meletakkan

rumus yang berbeda-beda dan untuk mengklasifikasikan awan menurut

jenis dan bentuknya.

Selanjutnya Prof. al-Zindānī mengomparasikan fenomena awan

tersebut dalam ungkapan berikut berdasarkan perspektif al-Qur’an:

Sebagai perbandingan, sekarang mari kita lihat bagaimana Allah

SWT mengisahkan semua itu dalam ayat-ayat yang ringkas. Setiap

kata, atau bahkan huruf masing-masing mampu menandai makna yang

berbeda dalam firman-Nya (Q.S. al-Nūr [24]: 43) berikut ini:

Page 14: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

212 Fenomena Awan Cumulonimbus …

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

‚Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan

bergerak perlahan.‛

Kata yuzjī dalam bahasa Arab maknanya adalah mendorong

dengan lembut. Di sini, terjadi tahap pertama dalam proses

pembentukan awan, dimana potongan-potongan awan yang bercerai-

berai tersusun. Para pakar di bidang ini akan mengerti maksud

pembahasan kita ini. Demikian pula dengan i’jāz yang terkandung

dalam lafazh yuzjī. Pergerakan dan dorongan haruslah ada, agar awan

dapat membentuk. Karena, tanpa adanya pergerakan, maka selamanya

awan tidak akan nampak. Sebagaimana Allah berfirman:

‚Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya.‛

Dalam bahasa Arab, huruf ’athaf tsumma mengindikasikan makna

tertib dan penundaan (tarākhī), yaitu adanya tenggang waktu antara

kejadian sebelum dan kejadian sesudah kata tersebut.

Kata yu‘allif (mengumpulkan) adalah proses yang kita lihat, yakni

awan berkembang, membesar dan di tengahnya terbentuk gelombang

yang naik menuju daerah paling atas. Gelombang yang naik ke daerah

paling atas itu menarik awan-awan yang berada di sisi-sisinya, seperti

‚proses penghisapan‛, sehingga tersusun menjadi satu gumpalan awan

yang lebih besar. Setelah tahap itu selesai, terjadilah tahap selanjutnya

sebagaimana firman-Nya:

‚Kemudian mengumpulkannya. Lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk.‛

Di sini huruf ’athaf tsumma itu menandai proses awan menjadi

‚bertumpuk-tumpuk‛ dalam periode muda (tahap dini). Sedangkan

kata al-rakm dalam bahasa Arab berarti menjadikan suatu bagian

berada di atas bagian lainnya. Misalnya kalimat rakamtu al-turāb (aku

Page 15: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

Fenomena Awan Cumulonimbus … 213

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

menumpuk tanah), yang berarti aku meletakkan sebagian tanah di atas

sebagian lainnya, sehingga ia menjadi saling menumpuk.

Potongan ayat di atas telah menjelaskan tiga tahapan

pembentukan awan, yang pertama adalah ‚dorongan yang mengarak

awan‛, kemudian dilanjutkan periode kedua, yaitu ‚tersusunnya

potongan-potongan awan menjadi satu‛, dan periode ketiganya adalah

‚terjadinya awan yang bertumpuk-tumpuk‛. Ia terus bergerak naik,

kemudian membentuk tumpukan. Setelah tiga periode awan terjadi

Allah SWT berfirman:

‚Lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya.‛

Disini digunakan huruf ’athaf fa, yang mengindikasikan makna

tertib dan berurutan (ta’qīb). Ia berbeda dengan huruf ’athaf tsumma

yang mengindikasikan makna penundaan (tarākhī). Potongan ayat ini

menjelaskan peristiwa yang terjadi setelah awan naik ke daerah yang

tinggi, dan gelombang yang mendorongnya ke tempat atas melemah,

menjadikan potongan-potongan awan turun. Turunlah hujan yang

jatuh tidak dari semua awan, tapi dari bagian-bagian terlemahnya atau

turunlah hujan dari celah-celah awan. Kemudian masih dalam ayat

yang sama Allah SWT berfirman:

‚Dan Dia (juga) menurunkan butiran-butiran es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung.‛

Potongan ayat ini mengindikasikan fakta pengetahuan, bahwa es

(salju) hanya terkandung dalam gumpalan awan yang berbentuk seperti

gunung, sedangkan awan yang tidak berbentuk seperti gunung tidak

mengandung butiran-butiran es (salju). Selanjutnya Allah SWT

berfirman:

‚Dan Dia (juga) menurunkan butiran-butiran es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung.‛

Page 16: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

214 Fenomena Awan Cumulonimbus …

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Kali ini, potongan ayat ini mengindikasikan gerakan pegas dalam

tubuh awan berupa es (salju), yaitu saat es (salju) membentuk, naik,

turun, kemudian naik. Es (salju) yang terkadang turun dan terkadang

tidak karena Allah SWT akan menumpahkannya kepada siapa yang

dikehendaki-Nya. Sebagaimana firman-Nya:

‚Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki.‛

Dhamīr (persona) di sini kembali kemana? Ia kembali ke butiran-

butiran es (salju).

Lalu dengan apa Dia menumpahkannya? Kapankah manusia

mengetahui hal itu? Ternyata manusia baru mencapai pengetahuan

tentang hal tersebut setelah ditemukannya peralatan yang dapat

mengukur muatan-muatan listrik positif dan negatif dalam awan. Pada

saat itu pula diketahui, bahwa es (salju) itu merupakan faktor pemisah

kedua muatan negatif dan positif tersebut, juga penghubungnya pada

dua kutub yang saling berjauhan. Dan ketika kedua kutub bermuatan

listrik yang berlawanan tersebut bertemu, maka timbullah kilat.

Sebagaimana firman-Nya:

‚Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan peng-lihatan.‛ (Q.S. al-Nūr [24]: 43)

Ayat ini telah diturunkan lebih dari 1.400 tahun yang lalu, melalui

lisan seorang Nabi yang ummi. Lalu siapakah yang mengajarkan hal

ini kepada beliau? Siapakah yang telah menjelaskan semua itu

kepadanya? Apakah ia memiliki balon udara? Atau pesawat ruang

angkasa, atau alat pengukur muatan listrik? Kenyataannya, Nabi

tidak memiliki semua fasilitas yang disebutkan di atas, tetapi beliau

hanya memiliki wahyu yang datang dari sisi Allah SWT.29

Subhānallah, sudah berapa banyak dan berapa kali dari kita yang telah

29

Lihat Ibid., hlm. 65-69.

Page 17: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

Fenomena Awan Cumulonimbus … 215

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

menyaksikan awan? Dapatkah kita mengetahui rahasianya? Karena

itu, sudah seharusnya ketika ilmu seseorang bertambah, maka akan

bertambah pula keimanannya, utamanya meyakini bahwa al-Qur‘an

benar-benar wahyu dari Allah SWT yang tidak sedikitpun

mengandung aspek kebatilan!30

Senada dengan penjelasan tersebut, Dr. Nadiah Thayyarah juga

menyatakan:

Panafsiran atas ayat ini (Q.S. al-Nur [24]: 43) telah disebutkan di

banyak kitab tafsir. Allah SWT menggiring lembut awan melalui

perantaraan angin. Awan kemudian saling bertumpuk hingga menjadi

gumpalan, lalu muncullah air hujan dari celah-celah gumpalan

tersebut.

Di antara kelebihan awan cumuliform (atau cumulonimbus) adalah

terbentuk di ketinggian atau di lapisan atas atmosfer. Bentuknya mirip

seperti gunung-gunung menjulang. Awan jenis ini juga menurunkan

butiran-butiran es dan menghasilkan kilat yang menyilaukan

penglihatan untuk sekejap. Penggambaran awan oleh al-Qur‘an seperti

ini tentu saja selaras dengan penemuan-penemuan ilmiah modern.

Semakin tinggi kita berada di atas permukaan laut, udara semakin

dingin. Inilah yang mencegah uap air naik terus ke atas. Seandainya

udara bertambah panas bila kita berada semakin tinggi di atas, uap air

akan terus naik ke atas dan hilang menyebar di angkasa. Jika itu

terjadi, lautan lambat laun pasti akan kering. Akan tetapi, Allah SWT

menjadikan lapisan-lapisan udara berada di ketinggian maksimal

sekitar 15 mil. Artinya, pada ketinggian ini, uap air takkan bisa naik

lagi kea atas.

Kalangan ilmuwan menegaskan bahwa butiran es (salju) takkan

terbentuk kecuali di awan yang berbentuk seperti gunung menjulang.

Awan tersebut memiliki ketinggian 15 kilometer. Inilah fakta yang

baru bisa diungkap puluhan tahun lalu. Padahal, al-Qur‘an sudah

menyebutkannya sekitar 14 abad lalu. Kemiripan antara awan

cumuliform dan gunung menjulang yang dikatakan oleh al-Qur‘an di

30

Ungkapan ini merupakan nukilan dari pernyataan dan nasehat berharga Prof.

al-Zindānī ketika membahas tentang rahasia awan (asrār al-sahāb) dalam karyanya

‚Wa Ghadan ’Ashr al-Īmān‛. Lihat ’Imād Zakī al-Bārūdī, al-I’jāz al-’Ilmī fī al-Qur‘ān wa al-Sunnah, Kairo: al-Maktabah al-Taufīqiyyah, t.t., hlm. 33.

Page 18: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

216 Fenomena Awan Cumulonimbus …

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

atas, baru bisa dibuktikan secara ilmiah ketika para ilmuwan naik

pesawat terbang yang mampu mencapai ketinggian di atas awan. Para

ilmuwan mengatakan, awan cumuliform terdiri dari lapisan bawah

yang dingin dan lapisan atas yang panas. Akibat perbedaan suhu panas

di kedua lapisan ini, terbentuklah pusaran-pusaran air yang menjadi

sebab membekunya awan. Dari awan beku inilah butiran-butiran es

dihasilkan. Jadi, tidak awan selain cumuliform yang dapat

menghasilkan butiran-butiran es.

Ayat di atas mengaitkan hubungan antara butiran es dan kilat.

Butiran es berperan melahirkan muatan-muatan listrik pada lapisan-

lapisan awan. Ketika butiran es turun dari lapisan atas ke lapisan

bawah, terjadi electric discharge (perpindahan arus listrik) yang cukup

besar dan menimbulkan bunga api sepanjang tiga mil. Saat itulah

terjadi kilat dan guntur. Electric discharge terkadang terjadi juga di

antara awan dan bumi, yaitu ketika posisi awan berada cukup dekat

dengan bumi dan memiliki muatan listrik yang tinggi.

Jika electric discharge terjadi di antara awan dan benda apapun

yang jauh tingg di atas permukaan bumi, maka hal tersebut aan

menimbulkan apa yang disebut petir (shā’iqah). Orang-orang akan

lebih berhati-hati terhadap petir bila berada di dalam mobil tertutup,

pesawat terbang, atau di dalam bangunan yang berkerangka logam.

Perpindahan arus listrik juga bisa terjadi pada sesuatu yang panjang

dan berada di tempat terpisah. Oleh sebab itu, saat terjadi petir, orang-

orang biasanya menjauh dari pepohonan, berhenti bermain golf atau

dayung.

Ayat yang sama juga mengisyaratkan mukjizat lain, yaitu kilat

yang dapat mengaburkan atau menghilangkan penglihatan. Ajaibnya,

itulah yang dialami para pilot pesawat terbang ketika terbang di cuaca

hujan yang disertai petir, utamanya di daerah-daerah beriklmin tropis.

Kilauan kita mencapai 40 kali per detik, membuat pilot pesawat

terbang kehilangan pandangan dan tak mampu meneruskan

penerbangannya.31

Inilah yang kemudian dalam diskursus ilmu-ilmu al-Qur’an dan

tafsir dinyatakan sebagai kemukjizatan ilmiah dan saintis dalam al-

31

Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains Dalam al-Qur'an: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, Jakarta: Zaman, 2014, hlm. 509-510.

Page 19: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

Fenomena Awan Cumulonimbus … 217

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Qur’an (al-i’jāz al-’ilmī fī al-Qur‘ān) atau tafsir ilmiah (al-tafsīr al-

’īlmi).32

D. Penutup

Pembahasan tentang ‚Fenomena Awan Cumulonimbus dan

Kemukjizatan Ilmiah al-Qur‘an‛ seperti yang telah dipaparkan, dapat

ditarik beberapa kesimpulan penting sebagai berikut:

1. Awan dengan beragam jenis –termasuk awan cumulonimbus–

dengan fenomena dan rahasianya tiada lain merupakan makhluk

ciptaan Allah SWT.

2. Awan cumulonimbus dengan fenomena dan rahasianya telah

dijelaskan Allah SWT dalam al-Qur’an, khususnya berdasarkan

diskursus kemukjizatan ilmiah dan saintis dalam al-Qur’an (al-

i’jāz al-’ilmī fī al-Qur‘ān) atau tafsir ilmiah (al-tafsīr al-’īlmi).

3. Kajian kemukjizatan ilmiah dan saintis dalam al-Qur’an (al-i’jāz

al-’ilmī fī al-Qur‘ān) atau tafsir ilmiah (al-tafsīr al-’īlmi) selain

32

Yang dimaksud dengan kemukjizatan ilmiah al-Qur’an (i’jāz ’ilmī) adalah:

يت إدساكهب ببنىسبئم ) الإعجبص انعهي: إخببس انقشآ انكشيم أو انست انبىيت بحقيقت أثبخهب انعهى انخجشيبي وحبث عذو إيكب انبششيت في صي انبي (

‚Kemukjizatan ilmiah (i’jāz ’ilmī) adalah pemberitaan dari al-Qur‘an dan al-

Sunnah tentang –atau selaras dengan– hakikat realitas yang sesuai dengan

realitas empirik dalam ilmu terapan atau sains, dimana kemampuan manusia

pada masa Rasulullah tidak ada yang mampu menjangkaunya.‛32

Sedangkan yang dimaksud dengan tafsir ilmiah (al-tafsīr al-’īlmi) adalah:

هش ب ) انخفسير انعهي: اجخهبد المفسش في كشف انصهت بين آيبث انقشآ انكشيم انكىيت ويكخشفبث انعهى انخجشيبي عهى وج يظإعجبص نهقشآ يذل عهى يصذس وصلاحيخ نكم صيب ويكب. أو انكشف ع يعبني الأيت أو الحذيث في ضىء يب حشجحج

صحخ ي ظشيبث انعهىو انكىيت ( ‚Tafsir ilmiah (al-tafsīr al-’īlmi) adalah ijtihad seorang mufassir yang berusaha

keras untuk mensintesakan korelasi erat antara ayat-ayat al-Qur‘an –dan teks-

teks al- Hadits– yang mendeskripsikan tentang alam semesta dengan penemuan

ilmiah atau realitas empirik-saintifik agar terlihat dengan jelas kemukjizatannya;

dimana hal ini kemudian dapat menjadi landasan untuk mendukung kelayakan

al-Qur‘an untuk menjadi sumber hukum dan menunjang kepatutannya dalam

memberikan mashlahat bagi setiap waktu dan tempat. Atau dengan pernyataan

lain, tafsir ilmiah merupakan sebuah upaya untuk dapat menyingkap makna ayat

dan Hadits agar selaras dengan paradigama ilmiah-sains yang terbukti benar.‛32

Lihat ’Abd Allah ibn ’Abd al-’Azīz al-Mushlih, al-I’jāz al-’Ilmī fī al-Qur‘ān wa al-Sunnah: Tārīkhuhu wa Dhawābithuhu, t.t.t.: t.p., 2006, hlm. 22 dan 38.

Pembahasan semisal tentang kemukjizatan ilmiah al-Qur’an (i’jāz ’ilmī) dan

tafsir ilmiah (al-tafsīr al-’īlmi), lihat

Page 20: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

218 Fenomena Awan Cumulonimbus …

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

diharapkan dapat mempertebal keimanan juga menambah

keyakinan terhadap al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT.

Wa Allāhu a’lam bi al-shawāb.

Daftar Pustaka

’Abd al-Bāqī, Muhammad Fu‘ād, 1991, al-Mu’jam al-Mufahras li

Alfāzh al-Qur‘ān al-Karīm, Kairo: Dār al-Hadīts.

Anīs, Ibrāhīm, et.al., t.t., al-Mu’jam al-Wasīth, Mesir: Maktabah al-

Syurūq al-Dauliyyah.

Asyqar, Muhammad Sulaiman ’Abd Allah al-, 1994, Zubdah al-Tafsīr

min Fath al-Qadīr, Damaskus: Maktabah Dār al-Fījā‘ dan

Maktabah Dār al-Salām Riyadh.

’Atrayis, Muhammad, 2006al-Mu’jam al-Wāfī li Kalimāt al-Qur‘ān,

Kairo: Maktabah al-Ādāb.

Ba’albaki, Munir, 1983, al-Mawrid al-Waséţ: A Concise English-

Arabic Dictionary, Beirut: Dar el-Ilm lil-Malayén.

Baghawī, al-Husain ibn Mas’ūd al-, 2002, Ma’ālim al-Tanzīl, ed.

Muhammad ’Abd Allah al-Namr, ’Utsmān Jum’ah

Dhumairiyyah dan Sulaimān Musallam al-Harasy, Riyadh: Dār

al-Thayyibah.

Baghdādī, al-Sayyid Mahmūd al-Alūsī al, 2009, Rūh al-Ma’ānī fī

Tafsīr al-Qur‘ān al-’Azhīm wa al-Sab’ al-Matsānī, Beirut: Dār

al-Kutub al-’Ilmiyyah.

Bārūdī, ’Imād Zakī al-, t.t., al-I’jāz al-’Ilmī fī al-Qur‘ān wa al-Sunnah,

Kairo: al-Maktabah al-Taufīqiyyah.

Departemen Pendidikan Nasional, 2012, Kamus Besar Bahasa

Indonesia Pusat Bahasa: Edisi Keempat, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Dimasyqī, Ismā’īl ibn ’Umar ibn Katsīr al-Qurasyī al-, 1998, Tafsīr al-

Qur‘ān al-’Azhīm, ed. Sāmī ibn Muhammad al-Salāmah, Riyadh:

Dār al-Thayyibah.

Hijāzī, Muhammad Mahmūd, 1968, al-Tafsīr al-Wādhih, Kairo:

Mathba’ah al-Istiqlāl al-Kubrā dan Dār al-Jīl.

Ibn ’Āsyūr, Muhammad al-Thāhir, t.t., al-Tahrīr wa al-Tanwīr,

Tunisia: Dār Sahnūn.

Page 21: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

Fenomena Awan Cumulonimbus … 219

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Jauzī, ’Abd al-Rahmān ibn ’Alī ibn Muhammad al-, 1994, Zād al-

Masīr fī ’Ilm al-Tafsīr, ed. Ahmad Syams al-Dīn, Beirut: Dār al-

Kutub al-’Ilmiyyah.

Jazā‘irī, Abī Bakar Jābir al-, 1999, Aisar al-Tafāsīr li Kalam al-’Alī al-

Kabīr, Saudi Arabia: Maktabah Adhwā‘ al-Manār dan Dār al-

Sunnah Mesir.

Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur‘an Departemen Agama RI, 2012, The

Holy Qur‘an AL-FATIH, Jakarta Timur: PT Insan Media

Pustaka.

Majma’ al-Lughah al-’Arabiyyah Jumhūriyyah Mishr al-’Arabiyyah,

1988, Mu’jam Alfāzh al-Qur‘ān al-Karīm, Kairo: Majma’ al-

Lughah al-’Arabiyyah.

_____, 2012, al-Mu’jam al-Wajīz, Mesir: Maktabah al-Syurūq al-

Dauliyyah,

Marāghī, Ahmad Mushthafā al-, 1974, Tafsīr al-Marāghī, Riyadh: Dār

al-Fikr.

Mushlih, ’Abd Allah ibn ’Abd al-’Azīz al-, 2006, al-I’jāz al-’Ilmī fī al-

Qur‘ān wa al-Sunnah: Tārīkhuhu wa Dhawābithuhu, t.t.t.: t.p.

Na’āl, Mukhtār Fauzī al-, 2003, Mausū’ah al-Alfāzh al-Qur‘āniyyah,

Halb: Maktab Dār al-Turāts dan al-Yamāmah Beirut.

Nuhhās, Ahmad ibn ibn Ismā’īl ibn al-, 2009, I’rāb al-Qur‘ān, Beirut:

Dār al-Kutub al-’Ilmiyyah.

Qāsimī, Muhammad Jamāl al-Dīn al-, 2003, Mahāsin al-Ta‘wīl, ed.

Muhammad Bāsil ’Uyūn al-Sūd, Beirut: Dār al-Kutub al-

’Ilmiyyah.

Rosadisastra, Andi, 2012, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains & Sosial,

Jakarta: Amzah.

Sa’dī, ’Abd al-Rahmān ibn Nāshir al-, 2000, Taisīr al-Karīm al-

Rahmān fī Tafsīr Kalām al-Mannān, ed. ’Abd al-Rahmān ibn

Mu’allā al-Luwaihiq, Beirut: Mu‘assasah al-Risālah.

Sekumpulan Ulama (Nukhbah min al-’Ulamā‘), 2011, al-Tafsīr al-

Muyassar, Saudi Arabia: Mujamma’ al-Malik Fahd li Thibā’ah

al-Mushhaf al-Syarīf – Wazārah al-Syu‘ūn al-Islāmiyyah wa al-

Auqāf wa al-Da’wah wa al-Irsyād.

Page 22: Al -Tadabbur: Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir202 Fenomena Awan Cumulonimbus … Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah

220 Fenomena Awan Cumulonimbus …

Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Shābūnī, Muhammad ’Alī al-, 1981, Shafwah al-Tafāsīr, Beirut: Dār

al-Qur‘ān al-Karīm dan Syirkah al-Rājihī li al-Sharāfah wa al-

Tijārah Riyadh.

_____, 2001, Mukhtashar Tafsīr Ibn Katsīr, Beirut: Dār al-Fikr.

Shāfī, Mahmūd, t.t., al-Jadwal fī I’rāb al-Qur‘ān, ed. al-Lajnah al-

’Ilmiyyah fī Dār al-Rasyīd, Damaskus: Dār al-Rasyīd dan

Mu‘asasasah al-Īmān Beirut.

Syaukānī, Muhammad ibn ’Alī ibn Muhammad al-, 1997, Fath al-

Qadīr: al-Jāmi’ baina Fannai al-Riwāyah wa al-Dirāyah min ’Ilm

al-Tafsīr, ed. ’Abd al-Rahmān ’Umairah, Mesir: Dār al-Wafā‘.

Thabarī, Muhammad ibn Jarīr al-, 2002, Jāmi’ al-Bayān ’an Ta‘wīl al-

Qur‘ān, ed. Maktab al-Tahqīq wa al-I’dād al-’Ilmī fī Dār al-

A’lām, Oman: Dār al-A’lām dan Dār Ibn Hazm Beirut.

Thalib, Muhammad, 2011, al-Qur‘anul Karim: Tarjamah Tafsiriyah,

Yogyakarta: Ma’had an-Nabawy dan Yayasan Ahlu Shuffah –

Majelis Mujahidin.

Thayyarah, Nadiah, 2014, Buku Pintar Sains Dalam al-Qur'an:

Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, Jakarta: Zaman.

Zindānī, ’Abd al-Majīd ’Azīz al-, 1989, Kitāb al-Tauhīd, Madinah:

Maktabah Thayyibah.

_____, 2002, Wahai Muslim..., Islamlah Solusi Terbaik!, Jakarta: A.H.

Ba’adillah Press.

al-Zuhailī, Wahbah al-, 1994, al-Tafsīr al-Wajīz ’alā Hāmisy al-Qur‘ān

al-’Azhīm: Wa Ma’ahu Asbāb al-Nuzūl wa Qawā’id al-Tartīl,

Damaskus: Dār al-Fikr.

_____, 2006, al-Tafsīr al-Wasīth, Damaskus: Dār al-Fikr dan Dār al-

Fikr al-Mu’āshir Beirut.

Muslim, Mushthafā, 1996, Mabāhits fī I’jāz al-Qur‘ān, Riyadh: Dār al-

Muslim.

Syākir, Mahmūd Muhammad, 2002, Madākhil I’jāz al-Qur‘ān, Kairo:

Mathba’ah al-Madanī dan Dār al-Madanī Jeddah.

’Ak, Khālid ibn ’Abd al-Rahmān al-, 1986, Ushūl al-Tafsīr wa

Qawā’iduhu, Beirut: Dār al-Nafā‘is.

http://green.kompasiana.com/iklim/2014/12/29/mengenal-cumulonim

bus-dan-awan-awan-yang-berbahaya-dalam-penerbangan-

713355.html