Top Banner
AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULI Dr. Komarudin, MA
310

AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Dec 09, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULI

Dr. Komarudin, MA

Page 2: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULI

ISBN: 978-623-7331-14-8

Penerbit Cinta Buku Media Redaksi: Alamat : Jl. Musyawarah, Komplek Pratama A1 No.8 Kp. Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan Hotline CBMedia 0858 1413 1928 e_mail: [email protected] Cetakan: Ke-1 Februari 2020 All rights reserverd Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

Penulis : Dr. Komarudin, MA

Editor : Zahrul Athriah

Desain Sampul : Soraya

Layout : Numay

Page 3: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

iii

Kata Pengantar

Segala puji milik Allah SWT dzat Yang Memudahkan setiap

yang sulit dan Yang Menguatkan setiap yang lemah. Shalawat dan

salam untuk nabi Muhammad saw beserta keluargnya dan

sahabatnya.

Alhamdulillâh buku yang berjudul “Al-MA’ÂD DALAM

PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR ÂL-AMULΔ dapat terselesaikan.

Buku ini merupakan disertasi penulis yang merupakan tugas akhir

dan syarat meraih gelar Doktor bidang Pemikiran Islam di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna walaupun

sejumlah pihak sudah membantu dan mengarahkannya. Oleh karena

itu, ucapan hormat dan terima kasih ditujukan kepada mereka yang

sudah membantu kelancaran penyelesaian karya ilmiah ini. Yaitu:

1. Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah

menyelenggarakan Program Beasiswa 5000 Doktor sehingga

penulis bisa mengikuti jenjang pendidikan formal tertinggi ini.

2. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Prof. Dr. Jamhari, MA, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan, MA dan Prof. Dr. Zainun

Kamaluddin Fakih, M.A selaku pembimbing/promotor yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing,

mengarahkan, memotivasi, dan menyampaikan gagasan-

gagasan futuristik demi selesainya disertasi ini.

5. Prof. Dr. Didin Saefuddin, MA selaku Ketua Program Studi

Doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Tim penguji ujian proposal disertasi: Prof. Dr. Didin

Saefuddin, MA, Dr. Abd.Chair, MA, dan Dr. Kusmana, MA

7. Tim penguwi ujian WIP 1 disertasi: Prof. Dr. Ahmad Rodoni,

MM, Dr. Kusmana, MA, dan Suparto, M.Ed, Ph.D

Page 4: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

iv

8. Tim penguji ujian komprehensif lisan disertasi: Prof. Dr. Didin

Saepuddin, MA, Prof. Dr. Murodi, MA, dan Dr. JM. Muslimin,

MA

9. Tim penguji ujian pendahuluan disertasi: Prof. Dr. Iik Arifin

Mansurnoor, MA, Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.Ag, Prof.

Dro. Abdul Hadi WM, Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan, MA, dan

Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, MA.

10. Seluruh dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

11. Petugas perpustakaan dan seluruh civitas akademika Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12. Ketua dan seluruh civitas akademika Sekolah Tinggi Agama

Islam al-Aqidah al-Hasyimiyyah Jakarta

13. Ayahanda (alm.) H. Mashur yang pada tahun terakhir hayatnya

terus berucap doa untuk kesuksesan studi ini.

14. Zawjatî al-mutîah al-jamîlah, Evi Yani, S.Pd.I, my all good

loking children: si kakak yang masih suka main hp namun

prestasi sekolahnya cukup menggembirakan, Azka Vimar Zeta,

the second daughter yang ranking ke-4 di sekolah dan rajin

bantu mama walau harus disuruh dulu, Anbata Vimar Albira, si

bontot ga jadi yang ga mau dipanggil “tiktik”, Atqiya Vimar

Yanayir, dan my batita yang sering nurunin tumpukan baju dan

buku, si Âmulî. Ups!, yang betul Azuma Vimar Amuli. Nama

akhirnya memang terinspirasi dari bintang disertasi ini.

15. Seluruh mahasiswa Program Doktor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta khususnya teman-teman penerima Beasiswa 5000

Doktor Kementerian Agama RI tahun 2016-2019 yang saling

selalu mengingatkan ketuntasan studi tepat waktu.

Akhir kalam, kritik dan saran terhadap disertasi ini sangat

ditunggu dan disambut baik demi mendekati kesempurnaan.

Jakarta, 03 Februari 2020

09 Jumadil Akhir 1441

Page 5: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

v

Pedoman Transliterasi Arab Latin

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam karya

ilmiah ini adalah sebagai berikut:

A. Padanaan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam

aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

١ Tidak dilambangkan

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h ha dengan garis di bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sh es dan ha ش

s es dengan garis di bawah ص

d de dengan garis di bawah ض

t te dengan garis di bawah ط

Page 6: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

vi

z zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap ‘ ع

kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q qi ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

apostrof , ء

y ye ي

B. Vokal

Vokal dalam bahasa arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri

dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U Dammah

Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah

sebagai berikut:

Page 7: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

vii

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i ... ى

au a dan u ... و

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad) yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ى

î i dengan topi di atas ى ي

û u dengan topi di atas ى و

D. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan

dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf/I/, baik diikuti

huruf syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-

rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân

E. Shaddah (Tashdîd)

Shaddah atau tashdîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda dalam alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda shaddah

itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima

tanda shaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh

huruf-huruf shamsiyyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak ditulis ad-

darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

Page 8: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

viii

Page 9: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

ix

Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................ iii

Pedoman Transliterasi Arab-Latin ............................................... v

Daftar Isi....................................................................................... ix

Daftar Tabel & Singkatan ............................................................ xiii

BAB I :

PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................. 1

B. Permasalahan ..................................................................... 19

1. Identifikasi Masalah ........................................................... 19

2. Perumusan Masalah .......................................................... 20

3. Pembatasan Masalah ......................................................... 20

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 21

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 21

E. PenelitianTerdahulu yang Relevan ................................... 22

F. Metode Penelitian ............................................................. 28

G. Sistematika Pembahasan .................................................. 31

BAB II:

AL-MA’ÂD DALAM PERDEBATAN ...................................... 35

A. Pengertian Eskatologi ....................................................... 35

B. Kematian ........................................................................... 37

C. Yajûj wa Majûj .................................................................. 42

D. Imam Mahdi ...................................................................... 45

E. Alam Barzakh .................................................................... 48

F. Tiupan Sangkakala ............................................................ 52

1. Pengertian Sangkakala ...................................................... 52

2. Jumlah Tiupan Sangkakala ............................................... 52

3. Makhluk Yang Tetap Hidup Saat Sangkakala Ditiup ....... 60

G. Roh .................................................................................... 66

H. Kiamat ............................................................................... 70

1. Sirât, Mîzân dan Shafâ’at ................................................ 76

Page 10: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

x

2. Surga ................................................................................. 78

3. Neraka ............................................................................... 82

BAB III:

SAYYID HAYDAR AL-AMULI

DAN PANDANGAN PARA TOKOH 85

A. Biografi dan Perjalanan Intelektual .................................. 85

B. Karya-karya ....................................................................... 104

C. Mengenal Ajaran Imâmiyyah ............................................ 112

1. Pengertian Imâmah .......................................................... 112

2. Pengaruh Imâm dalam Kehidupan Akhirat ....................... 115

D. Pandangan Tokoh mengenai Sayyid Haydar al-Âmulî ...... 116

BAB IV:

KONSEP AL-MA’ÂD SAYYID HAYDAR AL-AMULI .......... 121

A. Usaha Memahami al-Ma’âd .............................................. 121

1. Al-Mabda dan Al-Ma’âd ................................................... 121

a. Al-Mabda ........................................................................... 121

b. Al-Ma’âd ............................................................................ 123

2. Ahl al-Sharîah, Ahl al-Tarîqah, dan Ahl al-Haqîqah ......... 125

a. Ahl al-Sharîah .................................................................... 125

b. Ahl al-Tarîqah .................................................................... 128

c. Ahl al-Haqîqah ................................................................... 130

3. Penilaian tehadap Tiga Kelompok ..................................... 132

a. Pemilik Keutamaan Agung (ûlû al-fadl al-katsîr) ............. 132

b. Kelompok yang Saling Melengkapi ................................... 133

c. Ahl al-Haqîqah sebagai Tahapan Tertinggi ....................... 141

B. Kiamat Kosmik ................................................................. 147

1. Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Sûriyyah .................................... 147

2. Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Sûriyyah ................................... 149

3. Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Sûriyyah .................................... 150

4. Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah ............................. 152

5. Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah ............................ 154

6. Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah ............................ 155

C. Al-Ma’âd Perspektif Âmulî .............................................. 158

1. Ma’âd Ahl al-Sharî’ah ..................................................... 159

Page 11: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

xi

2. Ma’âd Ahl al-Tarîqah ....................................................... 161

a. Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah .............................. 169

b. Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah ............................ 174

c. Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah ............................ 180

3. Ma’âd Ahl al-Haqîqah ....................................................... 185

a. Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah ............................. 185

b. Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah ............................ 188

c. Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah ............................ 190

BAB V:

TINJAUAN MUFASSIR TERHADAP PEMIKIRAN AL-MA’ÂD

SAYYID HAYDAR AL-ÂMULÎ ...............................................

A. Argumentasi Kiamat Kosmik ........................................... 197

1. Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Sûriyyah ................................... 197

a. Tanda Hari Kiamat dalam al-Takwîr/81: 1-13 ................. 197

b. Pembangkitan Para Pendusta dalam Al-Naml/27: 83 ........ 202

2. Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Sûriyyah .................................. 205

a. Mudahnya Menggulung Langit dalam al-Anbiyâ/21: 104 . 205

b. Siksa dekat dan siksa besar dalam al-Sajadah/32: 21 ........ 206

3. Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Sûriyyah .................................... 208

a. Menyatukan Kembali Tulang-belulang

dalam al-Qiyâmah/75 : 4 ................................................... 208

4. Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah ............................. 210

a. Jiwa Yang Tenang dalam Al-Fajr/89: 27-30 ..................... 210

b. Awal Kembangbiak Manusia dalam Al-Nisâ/4: 1 ............. 214

5. Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah ............................ 218

a. Penciptaan yang Dimuliakan dalam al-Hijr/15: 29 ............ 218

b. Mudahnya Membangkitkan dalam Luqmân 31/28 ............ 222

c. Penciptaan Yang Lebih Besar dalam Gâfir /40: 57 .......... 224

d. Penciptaan Dua Makhluk Yang Patuh

dalam Fushshilat/41: 11 ..................................................... 226

e. Mereka Seperti Kita dalam Al-An’âm/6: 38 ..................... 228

6. Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah ............................ 231

a. Selebriti Dunia dan Akhirat dalam Âli ‘Imrân/3: 45 ...... 231

b. Tempat Mencari yang Dicari dalam al-Nisa/4: 134 ........ 238

c. Kemenangan Agung dalam al-Shaffat/37: 60-61 ............ 240

Page 12: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

xii

d. Pengakuan Yang Tertolak dalam al-Baqarah/2: 94 ........ 242

B. Argumentasi Ahl al-Sharîah ............................................. 244

1. Yang Kekal dan yang binasa dalam al-Rahmân/55: 26-27 244

C. Argumentasi Ahl al-Tariqah .............................................. 245

1. Pengumpulan Kafilah Terhomat

dalam Surat Maryam/19: 85 .............................................. 245

2. Singkatnya Mengatur Urusan Komplek

dalam Al-Sajadah/32: 5 ...................................................... 248

3. Selesainya Semua Urusan dalam Al-Ma’ârij/70: 4 ........... 249

4. Lapisan Jauh dan Ilmu Multi Jangkau

dalam Al-Talaq/65: 12 ....................................................... 251

5. Pahitnya Kegelapan dan Manisnya Hidayah

dalam al-An’âm/6: 122 ..................................................... 253

6. Dua Surga dalam al-Rahmân/55: 46 ................................. 256

7. Tujuh Pintu Jahannam dalam al-Hijr/15: 44 ..................... 258

BAB VI

PENUTUP ................................................................................... 261

A. Kesimpulan ....................................................................... 261

B. Rekomendasi .................................................................... 264

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 267

GLOSSARIUM ........................................................................... 287

INDEKS ...................................................................................... 291

BIODATA PENULIS................................................................... 295

Page 13: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

xiii

Daftar Tabel & Singkatan

Daftar Tabel

Jumlah dan Nama Tiupan Sangkakala ......................................... 58

Makhluk Yang Tetap Hidup Setelah Sangkakala Ditiup ........... 65

Ilustrasi tentang Jumlah Kiamat .................................................. 159

Jenis & Simbol Kematian .......................................................... 174

Hierarki Ahli Makrifat ................................................................. 184

Macam Surga, Deskripsi, dan Penghuninya ................................. 188

Penjelasan Mufasir tentang Pengertian al-Masîh ........................ 235

Nama Neraka & Penghuninya Menurut Mufasir ......................... 259

Daftar Singkatan

AS : ‘Alaihi al-Salâm

Cet. : Cetakan

H. : Halaman

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

No. : Nomor

SAW : Sallâ Allâhu ‘alaihî wa sallam

SWT : Subhânahu wa ta’âlâ

T.T. : Tanpa Tahun

QS : Qurân Surat

Vol. : Volume

W. : Wafat

Page 14: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

xiv

Page 15: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Allâh SWT menegaskan bahwa Dia adalah Maha Pencipta1 dan

akan akan mengembalikan semua ciptaan kepada-Nya. Manusia

seyogianya tidak meragukan hari kebangkitan karena Dialah yang

menghidupkan kembali tulang-tulang yang hancur2 dan Dia telah

menciptakan manusia secara berproses: dari tanah, dari setetes mani,

kemudian menjadi segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging

yang sempurna dan segumpal daging yang tidak sempurna,

selanjutnya ditetapkan di dalam rahim, setelah itu dikeluarkan dari

rahim sebagai bayi, lalu menjadi dewasa, dan seterusnya.3 Proses

tersebut dalam Al-Qurân4 dikenal dengan kejadian lain (al-Nashah al-

Ukhrâ).5

1 QS al-Hijr:15/ 86, Yâsîn:36 /81

ا أ ول م رة و ه و ب ك ل خ ل ق ع ل 2 ي ر م ي م ق ل ي ي ي ه ا الذ ي أ ت ش أ ه QS ي م ق ل م ن ي ي ا لع ظ ام و ه

Yâsîn/36: 78-79 ت م ف ر ي ب م ن ال ب ع ث ف ا ن خ ل ق نكم م ن ت ر اب ث م ن ن 3 ط ف ة ث م ن ع ل ق ة ث م ن يأيها الناس ا ن ك ن

غ ة م لق ة و غ ي م لق ة ل ن ب ي ل ك م و ن ق ر ف ال ر ح ام م ا ن شاء ا ل أ ج ل م س مى ث ر ج ك م م ض ل غ و ا أ ش دك م و م ن كم م ن ي ر د ا ل أ ر ذ ل لا ث ل ت ب ئا و ت ر ى ط ف ي ال ع م ر ل ك ي لا ي ع ل م م ن ب ع د ع ل م ش

ت زت و ر ب ت و أ ن ب ت ت م ن ك ل ز و ج ب ي ج ا ال م اء اه ة ف ا ذ ا أ ن ز ل ن اع ل ي ه -QS (al) ال ر ض ه ام د

aj/22: 5)H 4 Al-Qurân adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi

Muhammad SAW yang diperintahkan membacaanya sebagai ibadah kepada Allah

SWT. Kata al-Qurân tidak mengikuti kaidah derivasi. Al-Qurân adalah nama khusus

untuk sebuah kitab Allah SWT seperti halnya Taurat dan Injil. Menurut al-Qurtubî,

kata “Al-Qurân” diambil dari kata “al-Qarâin (hubungan sejumlah kata)” karena

ayat-ayat dalam al-Qurân saling membenarkan dan saling menyerupai antara satu

hubungan dengan hubungan lainnya”Lihat, ‘Abd al-Qâdir Muhammad Shâlih, Al-Tafsîr wa al-Mufassirûn fî ‘Asr al-Hadîts, (Bairût: Dâr al-Ma’rifah, 2003 M/1424 H),

cet. ke-1,h. 17. Lihat juga, Mannâ’ al-Qattân, Mabâhits fî ‘Ulûm al-Qurân,

(Munshawirât al-‘Asr al-Hadîts, 1973 M/1393 H), h.21

أ ة ا ل خ 5 (QS An-Najm/53: 47) ر ى و أ ن ع ل ي ه النش

Page 16: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

2 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Sesungguhnya diskursus mengenai al-ma’âd sudah ada sejak

lama. Orang Arab pra-Islam, jika seseorang di antara mereka

meninggal dunia, maka unta tunggangannya diikat di kuburnya, lalu

mata unta tersebut dicongkel, tulang keringnya diikat dengan kaki

atasnya, lalu ditinggalkan tanpa makan dan minum hingga mati. Itu

dilakukan karena mereka percaya unta yang mati itu akan bertemu

tuannya di kubur dan akan ditunggangi kembali oleh tuannya menuju

tempat perkumpulan (mahsyar) pada hari kiamat. Unta yang dikenal

dengan sebutan baliyyah6 itu merupakan petunjuk tentang eksistensi

jahiliyyah dalam mempercayai hari kebangkitan.7

Para rasul mengimani proses al-ma’âd yang di dalamnya

makhluk dibangkitkan setelah kematian sehingga pelaku kabaikan

dilimpahkan pahala dan pelaku maksiat ditimpahkan siksa. Sebagai

zat Yang Mahakuasa pasti Allah SWT kuasa mengembalikan seperti

semula jasad yang mati walaupun anggota tubuhnya berencaran

sebagian di bawah tanah, sebagian di atas gunung, sebagian di dalam

laut, dan semisalnya. Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan

yang menciptakannya kali yang pertama.8 Dan Dia Maha

Mengetahui tentang segala makhluk.”

Selain sudah dikenal sejak pra-Islam, al-ma’âd juga merupakan

nikmat khusus yang diberikan kepada para nabi, sahabat, dan orang-

orang beriman9 serta menjadi perhatian serius agama-agama besar.

6 Dalam terminologi Islam, baliyyah sering diartikan sebagai bencana atau

sering diidentikkan dengan al-dahr yang berarti perkara yang sangat tidak disukai

manusia, seperti kemalangan, musibah, dan lainn-nya. Lihat, Eko Prayetno, Kajian

Al-Qurân dan Sains tentang Kerusakan Lingkungan, in Al-Dzikra: Jurnal Studi Ilmu

Al-Qurân dan al-hadits, volume 12, no. 1, Juni 2018, h. 122

7 Toshiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia; Pendekatan Semantik terhadap Al-Qur’an, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2003), cet. ke-2, h. 98. Kisah

baliyyah di atas setidaknya telah mematahkan opini yang ditulis Andy Hadiyanto

yang menyatakan masyarakat Makkah Quraish tidak mengakui keberadaan hari akhir

dan berbagai unsurnya seperti pahala dan siksa. Lihat, Andy Hadiyanto, Makna Simbolik Ayat-Ayat tentang Kiamat dan Kebangkitan dalam Al-Qurân, in Hayula:

Indonesian Journal of Multidiciplinary Islamic Studies, vol. 2 no. 2, Juli 2018, h. 10

8 Fakhr al-Dîn al-Râzî , Al-Masâil al-Khamsûn fî Usûl al-Dîn, (Bairût: Dâr al-

Jail, 1990 M/1440H),cet. ke-2, h. 64

9 Abu al-Hasan ‘Ali al-Husnâ al-Nadwâ, Rijâl al-Fikr wa al-Da’wah fi al-Islâm, (Dimasyq: Dâr al-Qalam, 2002 M/1423 H), cet. ke1, juz ke-3, h. 237

Page 17: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 3

Agama10

Budha menekankan pada nirwana11

, yaitu keadaan yang

tidak ada. Maksudnya, dikarenakan jiwa manusia terpenjara dalam

tubuh maka untuk membebaskan manusia dari keterikatan tersebut,

dia harus menyucikan diri agar tidak kembali ke alam spiritual yang

tidak bertepi. Jika tidak sanggup menyucikan diri selama hidup,

maka ia akan kembali ke alam materi melalui reinkarnasi. Lebih dari

itu, dalam ajaran Yahudi, Kristen, dan Islam, kehidupan sesudah mati

merupakan doktrin setelah kepercayaan kepada Tuhan karena salah

satu tujuan agama adalah mencari kerelaan Tuhan dan beruasaha

mendekatkan diri kepada-Nya. 12

Penyelidikan filsafat tentang hidup sesudah mati tidak

memberi hasil yang konklusif kecuali jika ditambah dengan bukti

adanya Tuhan. Dasar yang kuat tentang kehidupan sesudah mati

tidak akan ditemukan kecuali atas dasar percaya adanya Tuhan.13

10 Dalam bahasa Arab agama disebut “al-dîn” yang berarti “patuh, balasan”

Secara istilah agama adalah iman/percaya kepada pencipta alam dan manusia dan

menjalankan aturan-aturannya. Mengingat banyaknya term tentang definisi agama

dan menjalanan ajaran menjadi diskusi berulang-ulang, maka pengertian agama dapat

diklasifikasikan menjadi empat: Agama ditinjau melalui pendekatan aliran-aliran

kepercayaan yang menerima Tuhan (teisme) dan yang menolaknya (ateisme), agama

ditinjau melaluli pendekatan aliran-aliran yang meyakini keberadaan supra-insani,

agama ditinjau dari pendekatan aliran-aliran yang percaya Tuhan: Tauhid dan Non-

tahuhid, dan agama ditinjau dari pendekatan aliran-aliran kepercayaan bertauhudid

(monoteis). Lihat, Hasan Yusfian, Kalam Jadid: Pendekatan Baru dalam Isu-isu Agama, (Jakarta Selatan, Sadra International Institute, Rajab 1435 H/Mei 2014 M),

cet. ke-1, h. 2-11, lihat juga, Muhammad Taqî Misbâh Yazdî, Durûs fî al-‘Aqîdah al-Islâmiyyah, (Al-Shirkah al-‘Âlamiyyah li al-Tabbâ’ah wa al-Nashr, t.t.), h. 25

11 Nirvana adalah tujuan tertinggi penganut agama Budha agar terlepas dari

keterbatasan eksistensi. Kata ‘nirvana’ berasal dari akar yang berarti dipadamkan

dengan cara pengurangan bahan bakar. Mengingat kelahiran kembali adalah hasil dari

keinginan, maka kebebasan dari kelahiran kembali tersebut dicapai melalui

pemadaman semua keinginan. Dengan demikian nirvana merupakan keadaan yang

bisa dicapai dalam kehidupan ini melalui aspirasi, kemurnian hidup, dan penghapusan

ego. Nirvana juga bisa dipahami sebagai puncak kesenangan dan perasaan penuh

kedamaian. Lihat, Bruno Becchio, at.al., Encyclopedia of World Religions, (Conord

Publihsing: Foreign Media Books, 2006), h. 635. Lihat juga, Douglas Biber, at.al.,

Longman: Dictionary of Contemporary English, (Pearson Education Limited, 2001),

h. 959

12 Amsal Bakhtiar, FIlsafat Agama, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, Oktober

1999), cet. ke2, h. 215-217

13 David Trueblood, Philosphy of Religion, diterjemahkan oleh H.M. Rasjidi,

Filsafat Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), cet. ke-9, h. 177 & 188

Page 18: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

4 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Kehidupan sesudah mati diyakini Shî’ah Imâmiyyah14

sebagai

kebangkitan jasamani/tubuh dan rohani/jiwa. Hal ini dinyatakan oleh

Mujtaba Musawi Lârî15

. Menurutnya, manusia16

terdiri dari tubuh dan

roh. Kesatuan tubuh dan roh mencerminkan manusia. Tubuh adalah

alat bagi roh. Dengan demikian, manusia memikul tanggun jawab

dengan kedua dimensinya secara bersamaan; roh dan tubuh. Maka

bagaimana mungkin roh dan tubuh yang melaksanakan kewajiban-

kewajiban hukum akan mengahadapi pembalasan amal hanya dengan

roh saja? Kenikmatan dan siksa tidak dapat dicapai tanpa adanya

tubuh. Kesempurnaan sejati manusia terealisasi dengan keberadaan

dua dimensi sekaligus.

Kepercayaan terhadap kebangkitan roh dan tubuh juga diimani

oleh Mulla Sadra17

dengan alasan sejumlah ayat dalam kitab suci

14 Shî’ah imamiyyah dinisbahkan kepada pandangan yang mengatakan bahwa

imam itu ditunjuk oleh Nabi berdasarkan wasiatnya kepada Ali bin Abi Thalib dan

anak keturunannya sampai imam ke duabelas yakni Muhammad al-Mahdi. Lihat,

Zainal Abidin, Imâmah Dan Impliksinya dalam Kehidupan Sosial: Telaah atas Pemikiran Teologi Syîah, (Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama, November

2012), cet. ke-1, h. 70. Lihat Juga Farhad Daftary, A History of Shi’i Islam,

(London: The Institute of Ismaili Studies, 2013), Series 1, h.43

15 Mujtaba Musawi al-Lari, Dirâsah fî Ushul al-Islâm, diterjemahkan oleh

Tholib Anis, Teologi Islam Shî’ah: Kajian Tekstual-Rasional Prinsip-prinsip Islam,

(Jakarta: Penerbit al-Huda, 2004), cet. ke-1, h. 201. Mujtaba Musawi al-Lari lahir

pada 1925 M/1314 H di kota Lar, tempat ia menyelesaikan pendidikan dasar dan

menengah. Pada 1953 M/1332 H ia menuju Qum untuk melanjutkan studinya.

Ayahnya adalah Ayatullah Sayyid Ali Asghar Lari yang merupakan salah satu ulama

Iran tersohor. Kakeknya bernama Ayatullah Hajj Sayyid ‘Abd al-Husain Lari yang

memperjuangkan kebebasan dalam revolusi konstitusi. Lihat, Mujtaba Musawi Lari,

God and His Attributes: Lessons on Islamic Doctrines, diakses pada 2 Juli 2019 dari

https://books.google.co.id/books?id=PFJaCAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=M

ujtaba+Musavi+lari&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiaheesuZXjAhVEZ80KHarKBX

QQ6AEINTAC#v=onepage&q=Mujtaba%20Musavi%20lari&f=false

16 Menurut Nasarudin Umar, ada 12 istilah yang digunakan Al-Qurân untuk

menerangkan substansi kejadian manusia. Yaitu air, tanah/bumi, tanah gemuk, tanah

lempung, tanah lempung yang pekat, tanah lempung seperti tembikar, tanah lempung

dari lumpur yang dicetak, diri yang satu, sari pati lempung, mani yang ditumpahkan,

cairan mani yang bercampur, dan cairan yang hina. Lihat, Nasaruddin Umar,

Argumentasi Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qurân, (Jakarta: Paramadina, 2010),

cet. ke-II, h. 204

17 Mulla Sadra, Manifestasi-manifestasi Ilahi; Risalah Ketuhanan dan Hari Akhir sebagai Perjalanan Pengetahuan Menuju Kesempurnaan. Penerjemah: Irwan

Page 19: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 5

samawi menjelaskan kebangkitan roh18

dan tubuh. Dalam injil

dinyatakan bahwa manusia dikumpulkan sebagai malaikat yang tidak

makan, tidak minum, tidak tidur, dan tidak beranak. Dalam Taurat

disebutkan bahwa para penghuni surga tinggal di dalam kenikmatan

selama sepuluh ribu tahun, lalu mereka menjadi malaikat.19

Para

penghuni neraka tinggal di dalamnya lalu menjadi setan. Dalam Al-

Qurân dinyatakan bahwa tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah

pada hari Kiamat dengan sendiri-sendiri. Menurutya, saat roh

seseorang meninggalkan badan maka kiamat sudah ditegakkan. Saat

itu terciptalah induk otaknya sebagai langitnya, dikuatkan

penginderaannya sebagai planet-planetnya, dijatuhkan inderanya

yang merupakan bintang-bintangnya, dipudarkan jantungnya yang

merupakan mataharinya, diguncangkan buminya yang merupakan

badannya, dirobohkan gunung-gunungnya yang merupakan tulang-

tulangnya, dan dikumpulkan binatang-binatang liarnya yang

merupakan kekuatan-kekuatan geraknya.

Kurniawan, (Jakarta: Sadra InternationalInstitute, Oktober 2011/Dzulqa’dah 1432),

cet. ke-1, h. 81, 92

18 Mulla atau molla diambil dari istilah Arab, “mawlâ” yang berarti

“pemimpin agama” Di Iran penggunaan kata “mulla” disebut untuk menyebut

cendikiawan musilim atau ulama yang menekuni bidang keagamaan. Dalam bahasa

Persia, istilah yang sama dengan “mulla” adalah “akhund” Lihat, Editorial Board,

Encycloedia of Islam and the Muslim World, (Macmillan Reference USA, Thomson,

2014), volume 2, h. 473

19 Dalam akidah ahl al-sunnah wa al-jamâ’ah, percaya kepada malaikat

merupakan bagian dari rukun iman. Dalam akidah ini malaikat diyakini sebagai

hamba-hamba Allah yang mulia yang tidak pernah maksiat kepada-Nya serta selalu

siap melakukan segala yang diperintah-Nya. Keberadaan makluk yang tercipta dari

cahaya ini ditujukan semata-mata untuk ibadah kepada-Nya. Malaikat bukan anak-

anak-Nya dan bukan juga makhluk yang bekerja sama dengan-Nya sebagaimana yang

dipercayai oleh atheis/mulhidûn. Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran,

ر م و ن ن و ل دا س ب حن ه ب ل ع ب اد م ك و ق ال و ا ات ذ الر ح Dan mereka berkata, “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai)

anak.” Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba

yang dimuliakan. (QS al-Anbiyâ/21 : 26)

Lihat, Ahmad Farîd, ‘Aqîdah Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ’ah, (Maktabah Fayâd, t. t..),

h. 146.

Page 20: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

6 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Pendapat Musawa Lârî berbeda dengan pendapat Harun

Nasution20

. Menurut Nasution, kebahagiaan manusia yang

sebenarnya bukanlah kesenangan jasmani, tetapi kesenangan rohani.

Di dunia, memperoleh kebahagiaan jasmani mudah namun

memperoleh kebahagiaan rohahni sulit. Oleh karena itu kesenangan

hakiki adalah kesenangan rohani yang hanya diperoleh di akhirat.

Seandainya yang ditunggu di akhirat adalah kebahagiaan jasmani

maka itu bukan sesuatu yang menarik karena pernah diperoleh di

dunia. Selain itu, menurut Bâqir al-Sadr21

, konsep dua dimensi pada

manusia membuat keterkaitan antara tubuh dan roh sulit ditemukan

karena ia saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya, seseorang

yang merasa melihat hantu di kegelapan ia akan merasa ketakutan,

seseorang yang baru berpidato di depan umum ia akan mudah

berkeringat, seseorang yang mulai berpikir maka suatu yang

menggelisahkan muncul.

Sayyid Hossen Nasr22

menyatakan ajaran eskatologi tidak

hanya menyangkut tujuan akhir manusia tetapi juga menyangkut

kehidupan manusia di dunia karena konsekuensi perbuatan manusia

tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Perbuatan di dunia

mempengaruhi jiwa abadi yang tidak terputus keberadaanya saat

kematian. Kualitas jiwa beragam satu dengan lainnya tergantung

20 Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, (Jakarta: UI-Press, 1986),

cet. ke-2, h. 90-91

21 Âyatullâh Muhammad Bâqir al-Sadr, Filsafatunâ, diterjemahkan ke Bahasa

Inggris, Our Philosophy, (Islamic Republic of Iran: Ansayiyan Publicatioans, 2006),

cet. ke-1, h. 342

22 Sayyed Hossen Nasr, A Young Muslim’s Guide to the Modern World,

diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Hasti Tarekat, Menjelajah Dunia Modern; Bimbingan untuk Kaum Muda Muslim, (Bandung: Mizan, Januari 1995), cet. ke-2, h.

49-54. Hossen Nasr adalah ulama kontemporer asal Iran. Ia dilahirkan pada 07 April

1933 di Teherean, Iran. Ayahnya bernama Sayyed Valiullah Nasr, seorang dokter

dan pejabat tinggi setingkat menteri dalam pendidikan pada pemerintahan Reza

Shah. Tasawuf merupakansalah satu tema penting dalam pemikiran Sayyed Hossen

Nasr. Ia menulis buku berjudul Sufi Esssays (1972). Salah satu bab buku tersebut

adalah Apa yang Dapat Diberikan Islam kepada Dunia Modern. Ia adalah orang yang

sangat serius memperkenalkan tasawuf kepada masyarakat Barat modern, sehingga

secara perlahan kekayaan Islam yang paling dalam berupa tasawuf mulai menarik

perhatian sejumlah besari pria dan wanita di Barat. Lihat, UIN Syarif Hidayatullah,

Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung, Penerbit Angkasa, 2008), cet. ke-1, jilid III (T-Z), h.

1101-1107

Page 21: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 7

perbuatan di dunia. Manusia yang hidup dengan baik akan mati

dengan baik sehingga tingkatan kualitas jiwa tergantung bagaimana

kehidupan dunia. Tokoh neo-modernis23

ini juga mengakui bahwa

ajaran eskatologi mempunyai implikasi etika yang sangat penting.

Implikasi tersebut misalnya, manusia harus hidup secara etis di dunia

bukan karena takut pada hukum eksternal, polisi atau negara, tetapi

takut kepada Allah SWT.

Lebih lanjut Nasr menjelaskan bahwa realitas eskatologi

dengan peristiwa eskatologi harus dibedakan. Peristiwa eskatologi

berkaitan dengan segala hal seluruh kehidupan manusa yang dikenal

dengan yaum al-qiyâmah atau peristiwa eskatologi kosmik,

sedangkan realitas eskatologi berkaitan dengan individu manusia.

Menurut sumber tradisional, ditulis Nasr, dunia diciptakan dengan

batasan permulaan dan diakhiri dengan ditandai peristiwa eskatologi.

Perisitiwa tesebut menyangkut munculnya sosok yang akan muncul

saat terjadi penindasan dan kesewenang-wenangan di bumi. Adalah

Muhmmad al-Mahdi24

sosok yang menumpas penindasan,

menegakkan kembali pemerintahan Islam dan mengembalikan

keadilan serta kedamian di muka bumi yang konon pemerintahannya

berusia pendek dan akan diikuti dengan kembalinya Nabi Isa as.

Keyakinan tersebut melekat pada kaum muslim Sunni dan Shî’ah25

.

23 Sebagian orang menggolongkan Nasr sebagai neo-modernis mengingat

kepeduliannya kepada konformitas Islam dengan dunia modern. Menurut Azra, agak

sulit memasukan Nasr ke dalam berbagai tipologi mengingat pemikirannya yang

kompleks dan multi dimensi terlebih setelah mencermati tulisannya mengenai

persoalan manusia modern, sains, ilmu pengetahuan, seni sampai ke sufisme. Lihat,

Azyumardi Azra, Historiogrami Islam Kontemporer; Wacana, Aktualitas, dan Aktor Sejarah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, November 2002), cet. ke-1, h. 193

24 Penjelasan lengkap al-Mahdi di bab II

25 Shî’ah adalah pendukung Ali bin Abi Thalib. Mereka berpendapat bahwa

imamah merupakan hak Ali bin Abi Thalib yang telah ditetapkan berdasarkan nash

Al-Qurân maupun wasiat Nabi. Mereka meyakini bahwa imamah hanya jatuh pada

keturunan Ali bin Abi Thalib. Seandainya imamamah jatuh ke selainnya maka itu

disebabkan karena kezaliman orang tersebut. Menurut mereka, imamah bukan urusan

kemaslahatan umat yang diperoleh melalui pemilihan umum tetapi merupakan

urusan pokok agama Islam (rukn al-dîn). Kelompok syiah bukan kelompok baru

dalam Islam. Ia adalah kelompok yang lahir di awal sejarah Islam. Ia juga kelompok

terlama dalam politik Islam. Syiah terbagi menjadi tiga kelompok besar: Al-

Ghaliyyah, Imamiyah, dan Zaidiyyah. Al-Ghalliyyah terpecah menjadi dua puluh

satu kelompok, Imamiyyah terpecah menjadi dua puluh enam kelompok, dan

Page 22: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

8 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Al-Tarâblisî26

dalam bahasan eskatologinya menjelaskan

bahwa hari kiamat dimulai dari hari pembangkitan dan berakhir

dengan masuknya penduduk surga ke dalam surga dan penduduk

neraka ke dalam neraka. Hal yang demikian wajib diimani oleh

setiap mukallaf. Segala hal yang berkaitan dengan hari kiamat juga

wajib diimani seperti pencabutan roh, keaadan alam kubur dan

selainnya yang sesuai penjelasan syariat. Menurutnya, setiap

manusia memiliki roh. Apabilah roh itu ada di dalam tubuh maka

manusia akan hidup namun apa bila roh terlepas dari tubuh maka

manusia menjadi mati. Setiap umur manusia sudah ditentukan oleh

Allah SWT, tidak kurang dan tidak lebih. Seseorang yang mati

terbunuh sesungguhnya mati sesuai ketentuan umurnya.

Selanjutnya al-Tarablisî menerangkan bahwa Allah SWT

mengembalikan roh manusia yang telah mati saat diletakan di dalam

kubur kemudian mengembalikan fungsi indra dan akalnya. Setelah itu

dua malaikat27

mendatanginya dan bertanya seputar keimannannya

agar terbukti jelas perbedaan antara mumin yang patuh dengan yang

selainnya sehingga menjadi nyata siapa yang memperoleh nimat

kubur dan siapa yang tertimpa azab kubur.28

Zaidiyyah terpecah menjadi enam kelompok. Lihat, Abdul Mun’im al-Hafni,

Ensiklopedia: Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai, dan Gerakan Islam Seluruh Dunia. Penerjemah: Muhtarom & Tim Grafindo, (Jakarta Selatan: Grafindo

Khazanah Ilmu, 1999), cet. ke-2, h. 386-390

26 Husain bin Muhammad al-Jisr al-Tarâblisî, Al-Husûn al-Hamîdiyyah li al-Muhâfadzah ‘alâ al-‘Aqâid al-Islâmiyyah, (Jakarta: Dâr al-Kutub al-Islamiyyah, 2012

M/1433 H), cet. ke-1, h. 152

27 Makna malaikat sebagai utusan Allah dibedakan menjadi dua: malaikat

yang mengatur alam raya dan malaikat yang menyampaikan hal-hal keagamaan.

Penjelasan Qurâni tentang malaikat pengatur alam raya dapat di lihat pada QS Al-

Isra/17: 95, Fathir/35: 1, Al-Mursalat/77: 1, Al-An’âm/6: 61, dan Al-Zukhruf/43: 80.

Penjelasan Qurâni tentang malaikat pengatur hal-hal keagamaan dapat di lihat pada

QS Al-Nahl/16: 2, Al-Shûrâ/42: 51,dan Al-Hajj/22: 75. Kata malaikat disebut

sebanyak 68 kali dalam Al-Qurân. lihat, Ahmad Barizi, Malaikat di antara Kita,

(Jakarta Selatan: Penerbit Hikmah, Januari 2004/Dzulhijjah 1424), cet. ke-1, h. 21

28 Al-Tarâblisî, Al-Husûn al-Hamîdiyyah…, h. 152

Page 23: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 9

Al-Damashqî29

sedikti lebih rinci dalam menjelaskan hari

kiamat. menurutnya, setelah kematian masih ada rangkaian

persinggahan yang dilaluli. Di dalam kubur manusa akan ditanya

oleh malaikat Munkar dan Nakir30

, jika sebab pertanyaan tersebut

manusa menjadi dimurkai maka ia akan mengalami siksa kubur

hingga terdengar tiupan sangkakala. Setelah itu manusia akan

dibangkitkan lalu dipertanyakan semua yang dimiliki baik yang

sedikit ataupun yang banyak, kemudian manusia melewati sirât, dan

terakhir menanti panggilan untuk masuk ke surga atau neraka.

Namun menurut ‘Abd al-Qâdir al-Jîlânî, sebelum memasuki surga

atau neraka, tahapan yang dilalui adalah tidak hanya sirât tetapi juga

mîzân dan shafâ’at.31

Penjelasan Al-Damashqî tersebut sesungguhnya kepercayaan

yang dianut akidah ahl al-sunnah. Menurut akidah ini, semua itu

adalah bagian dari mempercayai rukun iman kelima. Yaitu iman

kepada hari akhir yang di dalamnya percaya adanya kematian,

pertanyaan kubur, azab & nikmat kubur, hari kiamat, tanda-tanda

kecil hari kiamat, tanda-tanda besar hari kiamat, kebangkitan, hisâb,

mîzân, shirât/jembatan, surga, dan neraka.32

Dalam akidah Shî’ah Imâmiyyah, kehidupan hari akhir

dipahami sebagai masa kembali (al-Raj’ah) dan merupakan salah satu

29 Muhammad Jamâl al-Dîn al-Qâsimî al-Damashqî, Maw’izah al-Muminîn

‘alâ Ihyâ Ulûm al-Dîn, (Jakarta: Dâr al-Kutub al-Islâmiyyah, 2005 M/1426 H), cet.

ke-1, h. 173

30 Kebanyakan pengumbar hawa nafsu menolak keberadaan kedua malaikat

ini. Menurut ‘Abd al-Samad Falimbani pertanyaan dalam kubur oleh malaikat

Munkar dan Nakir kepada mayat merupakan salah satu aqidah ahl al-sunnah wa al-jamâ’ah yang wajib diimani oleh setiap mukallaf. Pertanyaan tesebut adalah, siapa

tuhanmu?, apa agamamu?, dan siapa nabimu?. Lihat, ‘Abd al-Shamad Falimbânî,

Hidâyah al-Sâlikîn, (Indonesia: Shirkah Maktabah al-Madaniyyah, t. t.), h. 23-24.

Lihat juga, Abû Hasan Ismâ’îl al-Ash’ârî, Prinsip-prinsip Dasar Aliran Theologi Islam. Penerjemah: Rosihan Anwar & Taufik Rahman, (Bandung: CV Pustaka Setia,

Oktober 1999/Rajab 1420), buku ke-2, cet. ke-1, h. 190

31 Harapandi Dahri, Pemikiran Teologi Sufistik; Syekh Abdul Qadir Jaelani, (Jakarta Selatan: Wahyu Press, Maret 2004), cet. ke-1, h. 96-107

32 Ahmad Farîd, ‘Aqîdah Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ’ah, h. 173-198

Page 24: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

10 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

pondasi agama (usûl al-dîn).33

Baginya, kehidupan akhirat adalah

milik imam. Ia bisa membentangkannya atau menolaknya sesuai

kehendak karena wewenang itu pemberian Allah SWT. “Seandainya

bukan karena para imam pasti tidak diciptakan surga dan neraka”

begitu ucapan mereka. Mereka meyakini surga diciptakan dari

cahaya Husain dan merupakan mahar perkawinan Fatimah dengan

‘Ali. Lebih dari itu, Allah SWT memberikan mahar Fatimah satu per

empat (¼ ) dunia sehingga ¼ dunia miliknya dan juga

memberikannya mahar surga dan neraka. Orang-orang yang

memusuhinya masuk neraka dan orang-orang yang mendukungnya

masuk surga.34

Dalam pandangan para filosof, jiwa (al-nafs) akan tetap ada

selamanya setelah kematian dalam keadaan senang atau dalam

keadaan menderita. Derita tersebut terkadang kekal namun

adakalanya pudar (yanmahî) seiring berjalannya waktu. Kemudian

kesenangan dan penderitaan manusia berada pada tingkatan berbeda-

beda pada tingkatan yang tidak terbatas. Kesenangan abadi hanya

untuk jiwa-jiwa sempurna dan suci. Sebaliknya, kesengsaraan abadi

hanya untuk jiwa-jiwa yang tidak sempurna dan ternoda.

Kebahagaian yang takterbatas hanya diperoleh dengan kesempurnaan

yang diperoleh melalui pengetahuan dan dengan kesucian yang

diperoleh melalui perbuatan.35

Berdasarkan pendapat bahwa jiwa akan tetap ada selamanya

maka para filosof memaknai kebangkitan sebagai kebangkitan jiwa

saja.36

Ibn Sina37

misalnya, ia berpendapat bahwa kebangkitan jasad

33 Ali Muhtarom, Titik Temu Suni-Syiah; Studi Pendekatan Komperatif

dalam Pemahaman Islam Mazhab Suni-Syiah, dalam Jurnal Saintifika Islamica,

volume 2 Nomor 2, Periode Juli-Desember 2015, h. 67

34 Nâsir ibn ‘Abdullâh bin ‘Alî al-Qaffârî, Usûl Madzhab al-Shî’ah al-Imâmiyyah al-Itsnâ ‘Ashariyyah, (Dâr al-Haramain li al-Tibâ’ah, t. t.), jilid ke-2, h.

630

35 Abû Hâmid bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazâlî, Tahâfut al-Falâsifah, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1424 H/2003 M), cet. ke-2, h. 197

36 Seyyed Hossein Nasr and Oliver Leaman, History of Islamic Philosophy,

(London and New York: Routldege, 1996), h. 141

37 Nama lengkapnya adalah Abû ‘Alî al-Husaini bin ‘Abdillâh bin al-Hasan

‘Alî bin Sînâ. Ia lahir di Afshanah, Bukhârâ pada 370 H/980 M. Lihat, Muhammad

Page 25: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 11

adalah mustahil. Alasan Ibn Sina –menurut Harun Nasution38

- adalah

karena Ibn Sina mengklasifikasikan jiwa menjadi tiga; jiwa tumbuh-

tumbuhan (al-Nafs al-Nabâtiyyah), jiwa binatang (al-Nafs al-

Hayawâniyyah), dan jiwa manusia (al-Nafs al-Nâtiqah)39

. Jiwa

manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud

terlepas dari badan. Jiwa tumbuh-tumbuhan dan jiwa binatang yang

ada pada diri manusia yang hanya mempunyai fungsi-fungsi yang

bersifat fisik dan jasmani akan mati dengan matinya badan dan tidak

akan dihidupkan kembali di hari kiamat. Pengklasifikasian jiwa

menurut Ibn Sina mirip dengan yang dijelaskan Aristotles40

.

Menurutnya, sering kali mereka yang membahas dan mencaritahu

tentang jiwa membatasinya hanya pada jiwa manusia saja. Perlu

dicermati apakah jiwa itu terbagi-bagi atau tidak, apakah jiwa itu

merupakan satu kesatuan (homogeneous) atau tidak, apakah jiwa

berbeda pada setiap species atau genus.

Al-Juwaynî, sebagaimana dikutip oleh Tsuroyo Kiswali41

,

berpandangan bahwa kebangkitan jasmani bukan hal yang mustahil.

Akal manusia bisa mengetahuinya melalui perumpamaan pada

tumbuh-tumbuhan. Saat musim kemarau, pohon-pohon layu dan

rontok namun saat musim hujan dahan dan ranting bersemi dan segar

kembali. Pendapanya tersebut didasari dari QS Yasin/36: 78-79,

‘Abd al-Rahmân Marhabâ, Khithâb al-Falsafah al-‘Arabiyyah al-Islâmiyyah, (Bairût:

Muassasah ‘Iz al-Dîn, 1993 M/1413 H), h. 187

38 Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 1999), h. 32

39 Dalam Târikh al-Falsafah al-‘Ararî tidak disebut dengan al-nafs al-nâtiqah

melainkan al-nafs al-insâniyyah. و النفس عند ابن سينا ثلاث نفس نباتية و نفس حيوانيةانسانيةو نفس Lihat, Jamîl Shalaybâ, Târikh al-Falsafah al-‘Ararî, (Bairût: Dâr al-

Kutub al-Lubnani, 1973), cet. ke-2, h. 250. Lihat juga. Muhammad ‘Abd al-Karîm al-

Shahrastânî, Al-Milal wa al-nihal, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.), juz ke-3,

h. 622-623

40 Aristotle, De Anima, Translated with Commentaries and Glossary by

Hippocrates G. Apostle, Aristotle’s On the Soul, (Grinnell, Lowa: The Peripatetic

Press, 1981), h. 1

41 Tsuroya Kiswali, Al-Juwaini; Peletak Teologi Rasional dalam Islam,

(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), cet. ke-3, h. 189

Page 26: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

12 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

ي ر مي م )( ق ل ي ي ي ه ا الذ ي أ ن ش أ ه ا أ ول م ر ة و ٧٨ق ال م ن ي ي ال ع ظم و ه

( ٧۹ه و ب ك ل خ ل ق ع ل ي م )

“Dia berkata, siapakah yang dapat menghidupkan tulang-

belulang yang telah hancur luluh? Katakanlah (Muhammad),

yang menghidupkannya ialah yang menciptakannya pertama

kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk”

Benturan pemahaman mengenai kebangkitan jiwa dan jasad

memuncak saat Ibn Rushd42

dalam risalahnya tahâfut al-tahâfut (The

Incoherence of the Incoherence) menyanggah pemikiran al-Ghazâlî

dalam risalahnya tahâfut al-falasifah (The Incoherence of The

Philosopers). Menurut David Waines43

, dalam perspektif philosof,

jiwa adalah bersifat abadi dan kebangkitan jasad adalah mustahil.

Roh tidak akan kembali ke tubuh setelah mati sebagaimana yang

diyakini para teolog. Demikian komentar Waines ketika memaparkan

pemikiran al-Ghazâlî dan Ibn Rushd.

Badî’ al-Zamân Sa’îd al-Nûrshî44

menganalogikan hari

kebangkitan dengan sebuah kerajaan dunia yang penuh kemewahan.

42 Menurut Aksin Wijaya, Ibn Rushd sering sekali bersikap tidak konsisten.

Di satu sisi, dia mengkritik pola pikir dan pola sikap lawan. Akan tetapi, di sisi lain,

dia juga melakukan hal yang sama dengan pola pikir dan pola sikap lawan

polemiknya. Misalnya, Ibn Rushd menuduh ‘Asyariyyah telah menghukum

seseorang yang tidak mengikuti pendapatnya sebagai ‘sesat’ ‘kafir’, dan ‘bida’h

tetapi dia juga mengklaim diri sebagai aliran paling benar dan mengehukumi ‘sesat’,

‘kafir’, dan ‘bidah’ kepada orang yang tidak mengikuti jejaknya. Lihat, Aksin

Wijaya, Teori Interpretasi Al-Qurân Ibn Rushd; Kritik Ideologi-Hermeneutis, (Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang, Agustus 2009), cet. ke-1, h. 294-295

43 David Waines, An Introductioan to Islam, (Cambridge: University Press,

1995), cet. ke-1, h. 127

44 Badî’ al-Zamân Sa’îd al- Nûrshî, Risâlah al-Hashr, (Dâr al-Sûzlar li al-

Nashr), h. 6-7. Said Nursi lahir pada 1293 H/1877 M di desa Nurs, Biltis, Anatolia

Timur. Mulai berguru kepada kakaknya, Abdullah, lalu berpindah-pindah dari

kampong ke kampong, kota ke kota, hingga ke sejumlah guru dan madrasah. Ia

mampu menghafal hampir 90 judul buku reference dan sanggup menghafal Jam’u al-Jawami’ hanya dalam satu minggu. Pada 1894 M ia pergi ke kota Van untuk

menelaah buku-buku matematika, falak, kimia, fisika, geologi, filsafat, dan sejarah.

Pada 1908 M, ia pergi ke Istanbul. Ia mengajukan sebuah proyek kepada Sultan

Abdul Hamid II untuk membangun Universitas Islam di Anatolia timur dengan nama

Madrasah al-Zahra. Pada 1911 ia pergi ke Syam dan berpidato di Masjid Jami Umawi

mengajak umat Islam untuk bangkit selanjutnya ia kembali ke Istanbul bertemu

Page 27: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 13

Ia mengisahkan ada dua orang yang melewati dan memasuki kerajaan

tersebut dan dijumpainya semua pintu-pintu dalam keadaan terbuka

dan semua barang mewah dibiarkan begitu saja tanpa pengawasan.

Seorang diantara mereka merayu temannya mengambil dan

menikmati kenikmatan isi kerajaan tersebut dengan alasan tidak ada

penjagaan dan sekiranya pemiliknya mengetahui pastilah tidak akan

berarti apapun karena jumlahnya yang sangat banyak. Namun teman

yang diajaknya tidak mau mengiktutinya sehingga hanya ia sendiri

yang menikmatinya. Lanjut Nûrshî, kerajaan tersebut adalah ibarat

lapangan ujian. Oleh karena itu tidak mungkin seseorang yang

melakukan dan yang tidak melakukan keburukan akan diperlakukan

sama. Pastilah ada kerajaan lain yang akan mengadili pelaku

keburukan.

Lebih dari itu, Nûrshî juga menganalogikan hari kebangkitan

dengan seorang lanjut usia yang sifat dan perbuatannya seperti anak

kecil lagi. Orang yang berusia lanjut tersebut pastilah sangat kecewa

dan frustasi terhadap keadaannya. namun kekecewaan dan

kefrustasiannya lenyap karena ia yakin akan hari kebangkitan

sehingga ia tidak melakukan perbuatan buruk. Selanjutnya ia

menganalogikan hari kebangkitan dengan hidup keseharian sebuah

kerajaan yang di dalamnya dijumpai juru tulis pada setiap transaksi

dan dijumpai pula kamera-kamera pengintai yang pastilah pemilik

kerajaan itu memiliki perhitungan cermat terhadap hal sekecil

apapun.

Pandangan Nûrshî tersebut diusung kembali oleh Muhammad

Abu Zahra.45

Menurutnya, keyakinan orang mesir kuno menyatakan

kehidupan adalah pertempuran antara kebaikan dan keburukan.

Dalam pertempuran itu terkadang keburukan menang dari kebaikan

dan orang fasik menang dari orang berbudi. Jika tidak ada masa dan

waktu untuk orang baik ditempatkan di tempat baik dan orang jahat

ditempatkan di tempat buruk maka tidak ada keadilan Tuhan. Dengan

Sultan Rasyad bertukarpikiran tentang gagasan universitas Islam. Said Nursi wafat

pada 25 Ramadhan 1379 H/23 Maret 1960 M di kota Urfa. Lihat, Badiuzzaman Said

Nursi, Risalah Kebangkitan; Penalaran terhadap Realitas Akhirat, (Tangerang

Selatan, Banten: Risalan Nur Press, 2015), h. vii s.d. xii.

Page 28: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

14 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

demikian pastilah ada hari lain yang dikhususkan untuk pelaku baik

sehingga pelaku buruk tidak boleh ada di dalamnya dan untuk orang-

orang suci sehingga orang-orang kotor tidak diperkenankan ada di

dalamnya.

Senada dengan Nûrshî, Muhammad Taqî Misbah Yazdî46

dan

Quraish Shihab47

juga menjelaskan bahwa kehidupan dunia

diciptakan sebagai tempat ujian dan lahan pembinaan kepribadaian

insani. Ketika sebagian manusia menghabiskan seluruh usianya

untuk ibadah kepada Allah SWT dan sebagian lainnya berbuat jahat

durhaka, zhalim, dan dosa demi mencapai ambisinya, maka tentulah

ada dunia lain dimana pelaku kebaikan dan pelaku keburukan

mendapatkan pelayanan yang berbeda.

Yazdi juga menggambarkan kondisi bumi, laut, gunung, langit

dan bintang-bintang pada hari kiamat berdasarkan ayat-ayat Al-

Qurân seperti keguncangan bumi yang sangat dahsyat, keluarnya isi

perut bumi secara berhamburan, meluap dan terbelahnya lautan,

bergerak dan berguncangnya gunung-gunung, bulan, matahari,

bintang-bintang hancur sehingga sinarnya menjadi pudar lalu padam,

45 Muhammad Abû Zahrah, Dirâsât fî al-Adyân, (Al-Qâhirah: Dâr al-Fikr al-

‘Arabî, t.t.), h..15

46 M.T. Misbah Yazdi, Iman Semesta: Merancang Piramida Keyakinan.

Penerjemah: Ahmad Amin (Jakarta: Al-Huda, 2005 M/1426 H), cet. ke-1, h. 359.

M.T. Mishbah Yazdi adalah tokok yang rasional yang meyakini kebangkitan rohani

dan jasmani dengan alasan: (a) argumentasi Mulla Sadra tentang kebangkitan sebagai

rohani sekaligus jasmani, dengan didasarkan pada prinsip rohaniyat al-baqa jasmaniyat al-huduts, mampu menggabungkan metode rasional, mistik, dan tekstual.

(b) meyakini kebangkitan rohani dan jasmani tidak menegasikan inferensi rasional.

Hal itu, karena setelah melewati pembuktian rasional atas keberadaan dan keesaan

Tuhan (teologi), maka pembuktian prinsip kebangkitan (eskatologi) secara tekstual

merupakan konsekuensi yang runut dan koheren dengan kenabian yang telah

dibuktikan dalammua, yaitu keshahihan wahyu. Lihat, Muhsin Labib, Pemikiran Filsafat Ayatullah M.T. Mishbah Yazdi; Filsuf Iran Kontemporer; Studi atas Filsafat Pengetahuan, Filsafat Wujud dan Filsafat Ketuhanan, (Jakarta: Sadra International

Institute, Oktober 2011), cet. ke-1, h. 306

47 Menurutnya, banyak manusia melakukan kebaikan namun disalahpahami

bahkan dituduh sebagai pelaku kejahatan sehingga ia merasa tersiksa bahkan masuk

penjara. Sebaliknya, banyak orang melakukan kejahatan tetapi lolos dari sanksi

bahkan hidupnya senang dan bahagia. Keadaan seperti itu menuntut kepercayaan

adanya hari di mana masing-masing mendapatkan balasan dan ganjaran atas

perbuatannya. Lihat, M. Quraish Shihab, Islam yang Saya Anut: Dasar-dasar Ajaran Islam, (Ciputat, Tangeran: Penerbit Lentera Hati, Januari 2018), cet. ke-1, h. 197

Page 29: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 15

segala gerak, tatanan dan aturannya menjadi hancur. Matahari

bertabrakan dengan bulan, langit bergoncang, terbelah, lalu hancur

yang kemudian gugusan langit luluh bagaikan barang-barang

tambang yang diluluhkan dan mencair. 48

Sachiko Murata dan William C. Chittck49

menjelaskan bahwa

hari akhir adalah bukan sekedar hari kebangkitan akan tetapi

berakhirnya alam50

, bukan hanya berakhirnya kehidupan mikrokossos

akan tetapi juga berakhirnya kehidupan makrokosmos.51

Kejadian

pada mikrokosmos52

dan makrokosmos sama dengan kejadian pada

setiap jiwa.

Menurut Sachiko dan Chittick, tidak ada kaitannya antara Nabi

Muhammad sebagai nabi terakhir dengan kedatangan hari akhir.

Sebagian Muslim dan Kristen ingin hari akhir terjadi di masa

hidupnya namun nyatanya tidak demikian. Oleh karena itu perlu

48 M.T. Mishbah Yazdi, Amuzesye Aqayid, h. 395

49 Sachiko Murata and William C. Chittck, The Vision of Islam, (St. Paul

Minnesota, Paragon House, t. t..), h. 202-203

50 Menurut Newton sebagaimana dikutip oleh Greg Sutomo, alam semesta

terdiri dari tiga realita: materi, ruang, dan waktu. Materei tersusun atas atom-atom

yang terikat selamanya sedangkan ruang dan waktu adalah absolute, artinya akan

selalu ada seandainya materi di alam raya ini musnah. Greg Soetomo, Sains & Problem Ketuhanan, (Yogyakarta: Penerbit Kanisisus, 2002), cet. ke-6, h. 31

51 Makrokosmos dalam KBBI adalah alam semesta. Makrokosmos dan

mikrokosmos adalah istilah dalam filsafat yang masing-masing mengacu pada

pengertian alam secara keseluruhan dan alam tidak secara keseluruhan yang dalam

hal ini manusia sebagai model dan lambangnya. Menurut salah satu versi analogi

kuno, manusia dan alam dibentuk sesuai proporsi keharmonisan yang sama yang

masing-masing disesuaikan satu dengan lainnya. Alam, -seperti manusia, hidup dan

sadar, makhluk Tuhan,- digambarkan dengan keberadaan manusia. Animisme dan

panpsychisme juga memandang alam sebagai sebuah makhluk hidup secara

keseluruhan. Gagasan tentang mikrokosmos muncul sebelum pemikiran filsafat

Socrates tentang persoalan yang berkaitan dengan Yang Satu dan Yang Banyak.

Lihat, Donald M. Borchert, Encyclopedia of Philosophy, (Macmillan Reference USA,

2006), edisi II, vol. 5, h. 369. Menurut Sachiko Murata, pasangan yang paling sering

disebut dalam Al-Qurân yang dapat ditafsirkan sebagai gambaran keseluruhan

kosmos adalah langit dan bumi. Sejumlah ayat menyatakan bahwa segala sesuatu di

alam raya dicakup oleh keduanya ini, Lihat, Sachiko Murata, The Tao of Islam,

(Bandung: Mizan, 1999), h. 167. Lihat juga KBBI, h.619

52 Dunia kecil, khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan

contoh dalam ukuran kecil dari alam semesta. Lihat KBBI, h. 655

Page 30: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

16 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

disadari bahwa satu hari adalah lima puluh ribu tahun dalam

perhitungan Allah SWT, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qurân,

ل ع ذ اب و ل ن ي ل ف الله و ع د ه ل و ن ك ب ت ع ج و ا ن ي و ما ع ن د ر ب ك ك أ ل ف و ي س س ن ة م ا ت ع دو ن

“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan,

padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya.

Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu

tahun menurut perhitunganmu” (Q.S. al-Hajj/22: 47)

Dalam ayat lain dinyatakan bahwa satu hari perjalanan naik

para malaikat dan al-Roh adalah lima puluh ribu tahun;

ي ا ل ف س ن ة ت ع ر ج ال م لئ ك ة و الرو ح ا ل ي ه ف ي و م ك ان م ق د ار ه خ س “Malaikat-malaikat dan Jibril

53 naik (menghadap) kepada

Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun”

(Q.S. al-Ma’ârij/70: 4)

Seandainya hanya sejam saja dari sehari yang lima puluh ribu

tahun itu untuk memastikan kedatangan hari akhir tentulah masih

sangat lama menunggunya. Oleh karena itu, dalam Al-Qurân, hanya

Tuhan yang mengetahui kedatangannya. Siapapun yang mengklaim

mengetahuinya pastilah ia sedang berdusta.

Saat menjelaskan manfaat kalimat lâ ilâha illâ Allâh,

Fakhuddîn al-Râzî54

memuat keterangan singkat perihal hari kiamat.

Menurutnya, pada hari kiamat seluruh perbuatan yang mencerminkan

ketaatan kepada Allah SWT seperti salat, puasa, haji akan lenyap

53 Kata jibrîl, menurut ahli bahasa, disebut juga jibrîn dan jibraîl yang oleh

Ibnu Jinnni sewazan dengan fi’lail, hamzah pada kata tersebut adalah

tambahan/zâidah dari kata jibrîl. Dalam pendapat lain dinyatakan bahwa kata jibrîl adalah kata majemuk dari dua kata jibr yang berarti ‘hamba’ dan îl yang berarti

‘Tuhan’. Sehingga kata jibrîl berarti ‘abd allâh (hamba Tuhan). Dari segi istilah,

jibril adalah nama malaikat yang bertugas menurunkan wahyu. Selain jibril, ia juga

disebut dengan al-rû al-amîn (roh yang dipercaya) dan roh al-quds (roh suci). Dalam

hadits ia juga dikenal dengan sebutan al-nâmûs al-akbar (malaikat terbesar). Lihat,

Tim Penyusun, Ensiklopedia Al-Qurân: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati,

2007), h. 392-393

54 Fakhr al-Dîn al-Râzî, Asrâr al-Tanzîl wa Anwâr al-Tawîl, (Bairût: Dâr al-

Jayl, 1412 H/ 1992 M), cet. ke-1, h. 50

Page 31: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 17

sedangkan perbuatan yang mencerminkan ketaatan kepada Allah

seperti tahlîl dan tahmîd akan tetap ada. Argumentasinya tersebut

didasari kisah penduduk surga dalam Al-Qurân yang tetap bertahmid

dan bertasbih; wa qâlû al-hamd li Allâhi al-ladzî sadaqanâ wa’dahû,

da’wâhum fîhâ subhânaka Allâhumma wa tahhiyyatuhum fîhâ salâm

wa âkhiru da’wâhum ‘an al-hamd lillâhi rabb al-‘âlamîn.

Wahbah Zuhailî55

saat menafsirkan56

surat al-Tûr menjelaskan

bahwa orang-orang yang akan mengalami suasana hari kiamat57

seperti langit berguncang dan gunung berjalan adalah mereka yang

mendustakan utusan-utusan Allah, mereka yang tidak mau menghisab

diri sebelum Penghisab menghisabnya, mereka yang tidak takut

terhadap hukuman Allah, mereka yang bermain-main dalam

beragama, dan mereka yang mendustakan segala yang dibawa oleh

Nabi Muhammad SAW. Orang-orang tersebut selanjutnya didorong

ke dalam neraka Jahannam yang saat di dunia mereka

mendustakannya. Allah SWT, Zat Yang mampu menjadikan sesuatu

yang tidak ada menjadi ada tentulah mampu membuat sesuatu yang

sebelumnya sudah ada menjadi ada kembali.

Sayyid Haydar al-Âmulî adalah figur yang mempunyai

pandangan tersendiri mengenai hari kebangkitan. Menurutnya,

kiamat merupakan perumpamaan perubahan, pergantian, dan

pengembalian alam nyata menuju alam tersembunyi sebagaimana

dunia sebagai penampakan Yang Maha Tersembunyi melalui segala

sesuatu yang nampak. Dunia dan akhirat hanyalah dua tempat

55 Wahbah Zuhailî, al-Tafsîr al-Munîr fî al-‘Aqîdah wa al-Sharî’ah wa al-

Manhaj, (Bairût: Dâr al-Fikr, 1418 H/1998 M), Jilid ke-27, h. 58, 266-267

56 Kegiatan menafsirkan Al-Qurân sudah dikenal sejak masa Rasulullah

Muhammad saw. Setiap kali Jibril datang membawa wahyu, Nabi saw mengajarkan

dan menjelaskannya kepada para sahabat dalam bahasa Arab sebagai bahasa objek

dakwahnya agar memberi penjelasan tentang syariat yang disampaikannya. Lihat,

Hamdani Anwar, Corak Maqasidi dalam Tafsir Al-Qurân, dalam Al-Burhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qurân, Vol. 8 No. 2 November 2017, h.

976

57 Mengingat dahsyatnya kehancuran pada hari kiamat, Simon WinchesTer

mengistilahkan letusan merapi sebagai lepasnya rantai gerbang neraka yang diawali

dengan kejang-kejang sekarat, tsunami, dan ledakan kiamat. Lihat, Simon

WinchesTer, Krakatau Ketika Duna Meledak. Penerjemah: Bern Hidayat, 27

Agustus 1883, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), cet. ke-1

Page 32: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

18 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

penampakan dari banyak tempat penampakakan sebagaimana

penampakan angka seratus dan seribu yang sebelumnya dimulai dari

angka satu. Walaupun dunia dan akhirat sebagai tempat penampakan

namun penampakan tersebut tidak terbatas hanya di dua tempat itu

karena penampakan pada dua tempat itu juga terbatas karena sifatnya

yang menyeluruh. Dengan demikian kedua tempat penampakan itu

pastilah harus kembali kepada Yang Nampak. Lebih jauh ia

menjelaskan, memahami wujud ibarat memahami sebuah kerajaan.

Jika pada sebuah kerajaan visual terdapat sultan, menteri, perdana

menteri, para tentara, dan para penjaga maka dalam kerajaan hakiki

pasti ada di dalamnya raja, menteri, perdana menteri, tentara, dan

penjaga. Sebagaimana setiap individu pada kerajaan visual

menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, maka hal

yang sama juga terjadi pada kerajaan hakiki. Saat mengungkap

tentang kiamat, Âmulî menjelaskan bahwa kiamat adalah ibarat fanâ

seorang hamba bersama Al-Haqq58 dalam bertauhid yang dihasilkan

dari ibadahnya. Kiamat yang dihasilkan dari fanâ tauhid ini

menghasilkan surga meteril yang bisa disaksikan dan merupakan

surga yang lebih tinggi dari surga wâritsah dan surga nafsiyyah.

Memperhatikan pemikiran eskatologi Âmulî tersebut membuat

sejumlah sarjana tertarik mengenal Âmulî lebih dekat. Seyyed Hossen

Nasr59

misalnya, ia menilai Âmulî adalah salah satu figur yang

mencoba mensintesiskan pemikiran para filosof dan teolog yang pada

berikutnya meletakan dasar terhadap kemunculan beberapa filosof

58 Al-Haqq adalah salah satu nama atau sifat Allah SWT, Dzat yang wujud-

Nya benar benar maujud. Dalam QS al-An’âm/6 :62, ث ر دو ا ا ل الله م له م ال ق ألآ ل هب ي س ر ع ال م و ه و أ س kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada) ال ك

Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada

hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat Perhitungan yang paling cepat.)

Lihat, Ibn Manzûr, Lisân al-‘Arab, (Dâr al-Ma’ârif, t.t.), jilid ke-2, h. 940

59 Seyyed Hossein Nasr, The Islamic Intelctual Tradition in Persia, (Curzon

Press, 1996), cet. ke-1, h. 229. Lihat juga, Seyyed Hossein Nasr, al-Hikmat al-Ilâhiyyah and Kalâm, (Studia Islamica, Maisonneuve & Larose No. 34 (1971)), pp.

139-149, h. 143

Page 33: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 19

seperti Mir Damad dan Mulla Sadra60

. Beranjak dari sini, penulis

tertarik mengangkat ide-idenya tentang hari kebangkitan yang dalam

bahasanya disebut dengan al-ma’âd. Selain dari itu masih dijumpai

peneliti yang keliru dalam mengenal dan memahami pemikiran

Âmulî. Sajjad H. Rizvi61

dan Cucu Surahman62

misalnya, Rizvi

keliru dalam menjelaskan waktu wafat Âmulî dengan menyatakan

Âmulî wafat pada kisaran tahun 1737-38 M. Sedangkan Surahman

keliru memahami konsep integrasi sharî’ah, tarîqah, dan haqîqah yang

diusung Âmulî mengingat ia membuat perumpamaan ketiga itu

dengan sebuah wadah dengan tiga pembatas ukuran; ukuran pertama

dipahami sebagai sharî’ah, kedua sebagai tarîqah, dan ketiga sebagai

haqîqah.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan seputar eskatologi. Di

antaranya adalah:

60 Ia adalah Sadr al-Dîn al-Shirâzî, dikenal dengan Mulla Sadrâ. Ia ad-malah

seorang filosof yang ahli metafisika. Ia menulis Al-Asfâr, sebua buku metafisika

yang sangat popular. Ia juga menulis sajak-sajak filosofis. Ia wafat pada 1060 H.

Sadra memiliki pengetahuan mendalam tentang mazhab-mazhab pemikiran filsafat

Islam sebelumnya. Ia tahu betul filsafat Peripatetik (mashâ’î), teutama pemikiran

Ibn Sina. Ia juga dikenal dengan kaum Peripatetik terkemudian, seperti Nashîr al-

Dîn Thûsî dan Atsîr al-Dîn Abhârî. Selain itu ia juga guru pemikiran ishrâqî dan

menyalin sejumlah cerita visioner Suhrawardi lalu menulis komentar penting dari

Hikmah al-Ishrâq, karya guru mazhab Iluminasi. Lihat, Hasan ul-Amine, Shorter Shi’ite Encyclopedia, (Islamic Republic of Iran, Ansariyan Publications, t. t..), h.

253. Lihat juga, Hossein Nasr & Oliver Leaman. Penerjemah: Tim Mizan,

Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, (Bandung: Mizan, Oktober 2003/Sya’ban 1424),

cet. ke-1, h. 912

61 Sajjad H. Rizvi, Hikma Muta’aliya in Qajar Iran: Locating the Life and Work of Mulla Hadi Sabzawari, Iranian Studies, volume 44, number 4, July 2011, h.

8

62 Cucu Surahman & Aceng Kosasih, The Integration of Sharîah, Tariqah, and Haqîqah: A Study of Sayyid Haydar Âmulî’s Thougt, Ulumuna: Journal of

Islamic Studies, (Islamic State Institute Mataram, 2016), Vol. 20. No.2, 2016, p.

293-318

Page 34: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

20 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

1. Dijumpai deskripsi yang berbeda-beda perihal hari

kebangkitan. Setiap sarjana memiliki sisi lain dalam

menjelaskannya.

2. Konsep-konsep yang ada tentang al-ma’âd dirasa masih terus

berkembang ragamanya.

3. Narasi63

Al-Qurân mengenai al-ma’âd ditafsirkan secara

beragam.

4. Tirai Pemikiran Sayyid Haydar al-Âmulî, khususnya

mengenai kehidupan sesudah mati, diduga belum terungkap.

Selain itu, masih dijumpai peneliti yang keliru dalam

menejalaskan masa hidupnya.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di

atas maka masalah inti dalam penelitian ini dirumuskan menjadi:

“Bagaimana Sayyid Haydar al-Âmulî Memformulasikan Konsep al-

Ma’âd ? Dari pertanyaan tersebut terinci tiga petanyan minor:

1. Bagaimana narasi al-ma’âd perspektif Sayyid Haydar al-

Âmulî?

2. Apa pendapat mufasir mengenai sejumlah ayat Al-Qurân yang

dijadikan dasar pemikiran al-ma’âd Sayyid Haydar al-Âmulî?

3. Apakah pemikiran al-ma’âd Sayyid Haydar al-Âmulî

mencakup seluruh aspek?

4. Apa model pemikiran al-ma’âd yang diusung Sayyid Haydar

al-Âmulî?

3. Pembatasan Masalah

Setelah dipaparkan latar belakang, identifikasi dan rumusan

masalah, maka persoalan inti yang akan diteliti dibatasi pada

pemikiran al-ma’âd Sayyid Haydar al-Âmulî

63 Narasi adalah penceritaan suatu cerita atau kejadian. Dalam sastra, narasi

berarti cerita atau deskripsi dari sesuatu kejadian atau peristiwa; kisahan. Narasi

bisa juga berarti tema suatu karya seni. Lihat,. Departeme Pendidikan dan

Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. ke-

4, h. 683

Page 35: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 21

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah mendapatkan deskripsi

yang jelas perihal pemikiran al-ma’âd Sayyid Haydar al-Âmulî.

Dari tujuan umum dirinci menjadi tujuan khusus sebagai berikut: a)

Menemukan konsep al-ma’âd Sayyid Haydar al-Âmulî, b)

Menemukan pendapat para mufasir tentang sejumlah ayat Al-Qurân

yang dijadikan sandaran pemikiran al-ma’âd Sayyid Haydar al-

Âmulî, c) Menganalisa pemikiran Sayyid Haydar Âmulî tentang al-

ma’âd, dan d) Menemukan model pemikiran al-ma’âd yang diusung

Sayyid Haydar al-Âmulî

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini secara akademis diharapkan menjadi

pijakan bagi peneliti berikutnya dalam mengkaji pemikiran Sayyid

Haydar al-Âmulî mengingat masih dijumpai ruang pemikirannya

yang masih belum dijamah oleh para pecinta kajian. Lebih dari itu,

penelitian Perspektif Sayyid Haydar al-Âmulî tentang al-ma’âd

diharapkan bermanfaat baik secara teoritikal ataupun secara

praktikal. Secara teoritikal, diharapkan terwujudnya pemahaman

konsep al-ma’âd yang digagas Sayyid Haydar al-Âmulî sedangkan

secara praktikal, diharapkan adanya peningkatan pemahaman

tentang al-ma’âd yang dapat menambah keimanan dan kedekatan

dengan Allah SWT, bagi penulis, khsususnya.

Penelitian ini memperkenalkan tiga cara pandang baru dalam

memahami al-ma’âd: cara pandang ahli syariat, ahli tarekat, dan ahli

hakikat. “Kebuntuan” filsafat memahami peristiwa kiamat

disebabkan filsafat memasukinya melalui pintu ahli syariat di mana

mereka memahaminya melalui informasi kitab suci yang wajib

diimani sedangkan filsafat murni melalui koridor berpikir logis. Bagi

ahli tarekat, kembali kepada-Nya (ma’âd ) sangat mungkin terjadi

melalui aplikasi segala sifat-Nya dalam kehidupan dunia sehingga

dirasakan adanya “kebersamaan” dengan-Nya. Keadaan seperti itu

ibarat satu kaki berada di dunia sedangkan satu kaki lainnya sudah

kembali kepada-Nya. Guyuran cinta kepada-Nya yang terus semakin

deras membuat mereka semakin tercebur dalam kolam penyatuan

dengan-Nya. Keadaan semacam itu dirasakan ahli hakikat sehingga

Page 36: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

22 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

mereka mengalami ma’âd di dunia tanpa menanti rangkaian peristiwa

eskatologis.

Thesis Statement penelitian ini adalah pemikiran Sayyid

Haydar al-Âmulî tentang hari kebangkitan merupakan salah satu

argumentasi yang memperkuat konsep tauhid menurutnya.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sesungguhnya karya ilmiah perihal al-ma’âd cukup banyak

dijumpai. Namun isi dari karya-karya tersebut lebih pada upaya

meyakinkan kedatangan hari kebangkitan dan mendiskripsikan

kejadian hari kebangkitan hanya melalui nash Al-Qurân tanpa

pendapat sejumlah mufasir. Sekalipun ada itu hanya dilakukan

dengan mengacu pada satu tafsiran mufasir saja. Kajian-kajian

pemikiran Sayyid Haydar al-Âmulî masih minim sekali walaupun

dijumpai beberapa penulis mengomentarinya.

Pada bagian penelitian terdahulu yang relevan ini penulis

membaginya menjadi dua; yang terkait dengan bahasan eskatologi

dan yang terkait dengan Sayyid Haydar al-Âmulî .

Penelitian terdahulu yang relevan dengan eskatologi adalah:

1. Badî’ al-Zamân Sa’îd al-Nûrshî menulis Risâlah al-Hashr yang

memuat argumentasi logis terhadap kedatangan hari

kebangkitan yang semuanya disajikan dalam bentuk cerita

imajiner sebanyak dua belas penyajian. Di antaranya adalah

seseorang yang mecuri dengan seseorang yang tidak mencuri

yang keduanya memiliki kesempatan dan pada situasi yang

sama maka tidaklah mungkin akan diperlakukan sama di

akhirat kelak.

2. Kholid al-Walid64

dalam desertasinya pandangan eskatologi

Mulla Sadra menyimpulkan bahwa gagasan eskatologi Ibn Sina

dan al-Ghazâlî kesemuanya terjebak dalam persoalan

reinkarnasi dan gambaran bermacam peristiwa pasca

keterpisahan jiwa dari raga umumnya bersifat metaforis.

Menurutnya, pandangan Mulla Sadra tentang peristiwa yang

64 Kholid Al Walid, Pandangan Eskatologi Mulla Sadra, (Disertasi: Sekolah

Pasca Sarjana UIN SYarif Hidayatullah Jakarta 2008)

Page 37: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 23

dialami jiwa pasca kematian dipengarohi oleh pemikiran

Syaikh Isyrâq, al-Ghazâli dan Ibn ‘Arabî.

3. Jawadi Âmulî65

meneliti tentang hari kebangkitan dan hari

kiamat dalam Al-Qurân. Penelitan itu diberi judul, al-Ma’âd

wa al-Qiyâmaf fî al-Qurân. Ia menegaskan keharusan adanya

hari kiamat karena itu sangat berpengaroh pada pembinaan

jiwa dan pendidikan roh. Sangat berdampak buruk bagi yang

melupakan hari kiamat. Allah berfirman, “karena mereka

melupkan hari perhitungan” (Q.S. Shâd: 26). Walaupun

penelitian tersebut diberi judul Hari Kemudian dan Hari

Kiamat dalam Al-Qurân, namun dari berbagai bab hanya

sebagian kecil bab yang memuat penelitian tentang hari

kiamat, yang lainnya berkisar antara tauhid, takwa66

, kenabian

dan tujuan penciptaan.

4. Ahmad Farîd67

dalam ‘Aqîdah Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ’ah

memuat bab hari kebangkitan (al-’ba’ts) dengan pembahasan

yang sangat sederhana, yaitu hanya mengungkapkan dalil-dalil

Al-Qurân yang berkaitan dengan al’ba’ts.

5. Amirudin Syah68

memberi judul penelitiannya dengan

Nikmatnya Qiyamat. Isinya adalah penjelasan kepastian

datangnya hari kiamat, alam barzakh, ziarah kubur, Syekh Siti

Jenar, dan persiapan agar selamat menuju kiamat.

65 Jawadi Âmulî, Makna Hari Kiamat Dalam Al-Qurân, (Jakarta: Sadra

International Institute, 2012)

66 Takwa adalah berhati-hati atau waspada dengan cara menjauhi segala yang

tidak disukai Allah SWT. Takwa juga bisa berarti mengerjakan segala yang

diwajibkan Allah SWT dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Lihat, Abû

‘Abdillâh al-Hârits bin Asad al-Muhâsibî, Al-Ri’âyah li Huqûq Allâh, (Bairût: Dâr al-

Kutub al-Ilmiyyah, t.t.), h. 40

67 Ahmad Farîd, ‘Aqîdah Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ’ah, (Maktabah Qiyâdl, t.

t..), h. 194-195

68 Amirudin Syah, Nikmatnya Qiyamat, (Jakarta: Institut Kajian Tasawuf,

t.t.)

Page 38: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

24 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

6. ‘Abd al-Rahîm ibn Muhammad al-Qâdî69

menulis Daqâiq al-

Akhbâr fî Dzikr al-Jannah wa al-Nâr yang diterjemahkan

menjadi Kehidupan Sebelum & Sesudah Kematian yang isinya

adalah diskripsi penciptaan beberapa malaikat dan tugas-

tugasnya, golongan orang-orang yang akan masuk surga dan

neraka, kematian, suasana menjelang hari kiamat dan lain

sebagainya yang pada intinya adalah mengajak untuk

memperisiapkan diri dengan taqwa sebelum terlambat.

7. Anthony A. Hoekema70

menulis The Bible and The Future.

Buku tersebut menjelaskan pandangan eskatologi menurut

iman Kristen, eskatologi menurut pandangan perjanjian lama

dan eskatologi menurut perjanjian baru.

8. G R Beasley-Murray71

dalam Biblical Eschatology:

Apocalyptic Literature and The Book of Revelatioan

menganggap adanya hubungan dasar antara nubuat dan

apokaliptik72

. Muray mengutip pendapat Harnack yang

menyatakan bahwa apokaliptik merupakan warisan jahat yang

diambil orang-orang Kristen dari orang-orang Yahudi. Hal

tersebut dibantah oleh FC Porter. Menurutnya, pemahaman

apokaltiptik seperti itu tidak bisa dipertahankan namun masih

tetap diadopsi oleh mereka yang tidak menyukai eskatologi

Perjanjian Baru.

9. Safaruddin73

dalam Eskatologi menyimpulkan bahwa

eskatologi merupakan bagian dari prinsip keimanan dalam

69 Syekh Abdurrahim bin Ahmad Al-Qadhi, Kehidupan Sebelum & Sesudah

Kematian, (Jakarta: Turos, 2015)

70 Hoekema, Anthony A., The Bible and The Future, (The Paternoster Press

Carlisle, UK: William B. Eeerdsman Publishing Company Grand Rapid, 2010)

71 G R Beasley-Murray, Biblical Eschatology, The Evangelical Quarterly 20.

4 (July 1948): 272-282

72 Apokalips adalah wahyu atau penyingkapan. Jika disebut satra apokaliptik

maka itu adalah jenis tulisan mengenai penyataan Ilahi yang berasal dari masyarakat

Yahudi kurang lebih antara tahun 250 SM dan 100 M yang kemudian diambil alih

dan diteruskan oleh Gereja Kristen. Lihat,

https://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_apokaliptik. Lihat juga KBBI, h. 53

73 Lihat, Safaruddin, Eskatologi, Jurnal al-Hikmah, vol. XIV, nomor 2/2013,

h. 1.

Page 39: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 25

Islam. Keimanan seseorang menjadi batal tanpa keyakinan

terhadap prinsip tersebut. Namun iapun menyadari bahwa

prinsip tersebut masih menjadi diskursus panjang jika dilihat

melalui pendekatan filosofis.

10. Muhammad Yasir74

dalam Al-‘Adzâb dalam Eskatologi Ibn

‘Arabî membentangkan azab perspektif Ibn ‘Arabî yang

didahulukan dengan penjelasan al-‘adzâb dalam Al-Qurân.

Dalam akhir tulisannya Yasir menyimpulkan bahwa kontek

rahmat pada azab menurut Ibn ‘Arabî terletak pada tujuan

pemberian ‘adzâb itu sendiri, yaitu sebagai bentuk penyucian

bagi diri yang menerimanya.

11. Saifudin75

dalam desertasinya menjelaskan bahwa salah satu

hadis mengenai eskatologi yang terdapat di Jâmi’ al-Turmudzî

pada Bâb Abwâb Sifat al-Qiyâmah, bâb mâ jâa fî sifat al-

Hawd, diriwayatkan oleh enam rawi: al-Turmudzî, Muhammad

bin Yahya, Bishr bin Syu’aib, Syu’ib bin Abi Hamzah, al-

Zuhri, dan Anas bin Malik. Para rawi tersebut dikritik oleh

lebih dari enam belas orang ulama kritikus hadis.

12. Andy Hadiyanto76

dalam Makna Simbolik Ayat-Ayat tentang

Kiamat dan Kebangkitan dalam Al-Qurân menyimpulkan

terdapat tujuh cara Al-Qurân dalam memastikan terjadinya

hari kebangkitan: mendiskripsikan proses pembalasan baik dan

buruk perbuatan manusia, bersumpah menggunakan kata hari

kebangkitan, memberitahukan kekuasaan Allah, menjelaskan

bahwa kebangkitan adalah perulangan penciptaan manusia,

menerangkan bahwa membangkitan adalah hal mudah bagi

Allah, mengungkapkan bahwa siksa dunia merupakan contoh

74 Lihat, Muhammad Yasir, Al-‘Adzâb dalam Eskatologi Ibn ‘Arabi, An-

Nur, Vol. 4 No. 1, 2015

75 Saifuddin, Hadis-hadis Eskatologi dalam Kitab Jami al-Turmuzi: Studi Kritis tentang Kualitas Sanad Hadis, (Program Pascasarjana Institut Agama Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1997), h. 254

76 Andy Hadiyanto, Makna Simbolik Ayat-Ayat tentang Kiamat dan Kebangkitan dalam Al-Qurân, in Hayula: Indonesian Journal of Multidiciplinary

Islamic Studies, vol. 2 no. 2, Juli 2018, h. 20

Page 40: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

26 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

siksa akhirat, dan memperlihatkan di dunia bahwa Allah telah

menghidupakan kembali sesuatu yang sudah mati.

Penelitian terdahulu yang terkait dengan Sayyid Haydar al-

Âmulî adalah:

1. Rešid Hafizovič77

dalam Journal of Muhyiddin Ibn ‘Arabî

Society menempatkan Sayyid Haydar al-Âmulî sebagai

penafsir fusûs al-Hikam. Menurutnya, komentar-komentar

Âmulî terhadap Fusûs al-Hikam sungguh luar biasa.

2. Seyyed Hosein Nasr78

berpandangan bahwa Sayyid Haydar al-

Âmulî adalah salah satu figur yang mensintesiskan ajaran al-

Hikmat al-Ilâhiyyah dan Kalâm. Nasr juga menyebut Âmulî

sebagai teolog syi’a.

3. Tobias Müller79

, mengutip pendapat Soroush, ketika

menjelaskan evolusi dan devolusi agama menyatakan bahwa

Abû Hâmid Muhammad al-Ghazâlî, Jalal al-Din Muhammad

Rumi, dan Sayyid Haydar Âmulî telah mengklaim bahwa

mereka menyesali adanya pengabaian terhadap esensi agama.

Tahayul misalnya, diperkenalkan oleh para penjual agama

untuk mengaburkan esensi yang benar mengenai agama.

4. Alexander Knysh80

ketika menerangkan asal-muasal dan

pendidikan Khomeini, berpandangan bahwa pemikiran

Mirdamad dan Mulla Sadra terinspirasi dari pendahulu-

pendahulunya yang handal seperti Haydar Âmulî, Ibn ‘Arabî,

dan Yahyâ al-Suhrawardî.

77 Rešid Hafizovič, A Bosnian Commentator on the Fushûs al-Hikam,

(Journal of Muhyiddin Ibn ‘Arabi Society), vol. 47, 2010, h. 89

78 Seyyed Hossein Nasr, al-Hikmat al-Ilâhiyyah and Kalâm (Studia Islamica,

Maisonneuve & Larose) No. 34 (1971)), pp. 139-149

79 Tobias Müller, Contemporary Islamic Thinkers’ Understandings of Seculasim, Disertation for the Degree of MPhil in International Relations and

Politics, (University of Cambridge, 2014), h. 46

80 Alexander Knysh, “Irvan” Revisted: Khomeini and the Legacy of Islamic Mystical Philosophy, Middle East Journal: Vol. 46. No. 4 (Autumn 1992), pp 631-

635, h. 634

Page 41: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 27

5. Hermann Landolt81

menulis dalam bahasa Persia Haydar-i

Âmulî et les deux mi’râjs.

6. Parvin Kazemzadeh82

berpandangan bahwa Sayyid Haydar al-

Âmulî adalah filosof sufi83

Shî’ah yang mengomentari futûhat

al-Makiyyah dan Fusûs al-Hikam karya Ibn ‘Arabî. Pandangan

tersebut dilontarkannya saat menjelaskan pemikiran Ibn ‘Arabî

tentang wali.

7. Cucu Surahman dan Aceng Kosasih84

mengangat konsep

intergasi sharî’ah, thariqah, dan haqîqah yang diusung Âmulî.

Menurutnya, Âmulî berhasil menyatukan ketiga kensept

tersebut dengan cara yang mudah dipahami. Namun

sayangnya, Surahman dan Kosasih tidak memuat silsilah

lengkap Âmulî.

81 Hermann Landolt, Studia Islamica, Haydar-i Âmulî et les deux mi’râjs,

Maisonneuve & Larose, No. 91 (2000), pp. 91-106

82 Parvin Kazemzadeh at.al., The Sealnes of the Wilâyah al-Mahdi and the Specification of His Ancestors accortding to Ibn ‘Arabi and some Commentators of Futûhat al-Makiyyah, Religious Inquires: Volume 3, No. 5, Winter and Spring 2014,

63-81, h. 65

83 Sufi adalah orang-orang yang menghidupkan sunah nabi Muhammad SAW,

membersihkan jiwa dari sifat dendam dan curang, menjalankan kewajiban, dan

meninggalkan duniawi karena perangsang dendam dan curang adalah cinta dunia dan

suka derajat tinggi di mata manusia. Penyucian sifat dendam dan curang ini sesuai

dengan Al-Quran,

و ان و ن ز ع ن ا م ا ف ص د و ر ه م م ن غ ل ع ل ى س ر و ر م ت قب ل ي إ خ Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang

mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (QS Al-

Hijr/15 :47)

Sufi juga berarti orang alim yang mengamalkan ilmunya dengan ikhlas

karena ilmu tasawuf adalah mengenal cara berbuat dengan ikhlas. Lihat, Al-

Suhrawardî, ‘Awârif al-Ma’ârif, (Al-Qâhirah, Maktabah al-Tsaqâfah al-Dîniyyah,

2013 M/1434 H), cet. ke-2, jilid 1, h. 56-57. Lihat juga, ‘Abd al-Wahhâb al-Sha’rânî,

al-Anwâr al-Qudsiyyah fî Ma’rifah Qawâ’id al-Sûfiyyah, (Bairût: al-Maktabah al-

‘Ilmiyyah, 1992 M/1412 H), cet. ke-1, juz 2, h. 20

84 Cucu Surahman & Aceng Kosasih, The Integration of Sharîah, Tariqah, and Haqîqah: A Study of Sayyid Haydar Âmulî’s Thougt, Ulumuna: Journal of

Islamic Studies, (Islamic State Institute Mataram, 2016), Vol. 20. No.2, 2016, p.

293-318

Page 42: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

28 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

F. Metode Penelitian

Setelah memperhatikan beberapa pokok permasalahan dan

tujuan penelitian di atas, maka peneliti mempersiapkan rancangan

penelitian untuk digunakan pada disertasi ini.

Penelitian85

ini adalah penelitian kepustakaan (library research)

dengan pendekatan tasawuf dan menggunakan teori grounded

research86, sebuah teori yang tahapan penemuannya didasari data

empiri.87

Hal ini ditujukan untuk menemukan konsep pemikiran Al-

Ma’âd Sayyid Haydar al-Âmulî. Usaha tersebut dilakukan dengan

beberapa tahapan: mengungkapkan diskripsi Al-Ma’âd Sayyid

Haydar al-Âmulî, memaparkan pendapat sejumlah mufasir perihal

sejumlah ayat Al-Quran yang dijadikan dasar pemikiran Sayyid

Haydar al-Âmulî, membandingkan pemikiran Sayyid Haydar al-

Âmulî dengan penjelasan sejumlah mufasir sehingga nampak

persamaan, perbedaan, atau bahkan pertentangan antara pendapat

keduanya. Setelah itu, usaha menyintesiskannya dilakukan untuk

menuju pada kesimpulan.

Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif yang di

dalamnya tercakup kegiatan mendiskripsikan (descriptive),

menjelaskan (explanative), membandingkan (comparative),

menganalisa (analytic), dan menyintesiskan (synthetic).

Teknik operasional penelitian ini diawali dengan

mengumpulkan dan mengkritisi berbagai literatur tentang topik

85 Penelitian (research) dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan,

mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan

menggunakan metode-metode ilmiyyah. Lihat, Sutrisno Hadi, Metodology Research, (Yogyakarta: Andi Offet, 1993), cet. ke-25, h. 4

86 Penelitian model grounded menawarkan pendekatan yang berbeda dari

jenis penelitian kualitatif yang lain seperti: fenomenologi, etnografi, etnometodologi,

dan studi kasus. grounded research tidak berangkat dari teori untuk menghasilkan

teori baru (form a theory to generate a new theory) melainkan menemukan teori

berdasarkan data empirik, bukan membangun teori secara deduktif logis. Lihat,

Muhidjia Raharjo, Memahami (sekali lagi) Grounded Research. Makalah disajikan

pada materi kuliah Metodologi Penelitian Sekolah Pascasarjana UIN Mulana Ibrahim

Malang, (Pulau Seribu, 15 Oktober 2011), h. 3

87 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake

Sarasin, 2000), edisi IV, h. 121

Page 43: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 29

penelitian selanjutnya dikaitkan dengan diskursus tentang eskatologi

secara obyektif, kritis, dan proporsional.

Bahan-bahan penelitian dikelompokkan menjadi dua bagian:

Pertama

Kedua

:

:

Kepustakaan primer/sumber data primer (primary

source) yang terdiri dari buku Asrâr al-Sharî’ah wa

Atwâr al-Tarîqah wa Anwâr Al-Haqîqah, Jâmi’ al-Asrâr

wa Manba’ al-Anwâr, dan Inner Secret of The Path

yang kesemuanya karya Sayyid Haydar al-Âmulî

Sumber sekunder (secondary source) yang digunakan

dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal, dan

semisalnya yang membahas tentang eskatologi dan

yang berkaitan dengannya. Buku-buku tersebut di

antaranya adalah: Maqâlât al-Islâmiyyîn wa Ikhtilâf al-

Musalîn karya Abû Hasan bin Ismâ’îl al-Ash’ârî, Tafsîr

al-Qurân al-‘Azîm karya Abû al-Fidâ Ibn Katsîr al-

Dimashqî, Tafsîr al-Fakhr al-Râzî al-Mushtahir bi al-

Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib karya al-Râzî,

Tafsîr Nûr al-Tsaqalain karya al-Huwayzî, Al-Durr al-

Mantsûr fî Tafsîr al-Matsûr karya Jalâl al-Dîn ‘Abd al-

Rahmân ibn Abî Bakr al-Suyûtî, Tafsîr al-Kasshâf karya

al-Zamakhsharî, Hâshiyah al-Sâwi ‘alâ Tasfîr al-

Jalâlaini karya Ahmad al-Sâwî al-Malikî, Al-Lubab fi

‘Ulum al-Kitâb karya Abu Hafs ‘Umar bin ‘Alî bin

‘Adil al-Dimashqî al-Hanbalî, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-

Qurân karya Abdullâh Muhammad bin Ahmad al-Ansarî

al-Qurtubî, al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân karya

Muhammad Husain al-Tabatatbâî, Tafsîr al-Nasafî al-

Musammâ bi Madârik al-Tanzîl wa Haqâiq al-Tawîl

karya Abû al-Barkât ‘Abdullâh al-Nasafî, , Tafsîr al-

Qâsimî al-Musammâ Mahâsin al-Tawîl karya

Muhammad Jalâl al-Dîn al-Qâsimî, al-Tafsîr al-Munîr fî

al-‘Aqîdah wa al-Sharî’ah wa al-Manhaj, Mukâshafah

al-Qulûb; al-Muqarrib ilâ Hadrat ‘Allâmat al-Ghuyûb fî

‘Ilm al-Tasawwuf karya Wahbah Zuhailî, Hâshiyah al-

Sâwi ‘alâ Tafîr al-Jalâlaini karya Ahmad al-Sâwî al-

Page 44: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

30 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Malikî, Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab,

Tahâfut al-Falâsifah, karya Abû Hâmid Muhammad bin

Muhammad al-Ghazâlî , al-Ishârât wa al-Tanbîhât karya

Abû ‘Alî bin Sînâ, , Risâlah al-Hashr karya Badî’ al-

Zamân Sa’îd al- Nûrshî, The Vision of Islam karya

Sachiko Murata and William C. Chittck dan lain-lain.

Dari sumber-sumber data tersebut, baik yang primer maupun

sekunder dihimpun, diidentifikasi dan dicatat semua informasi yang

memiliki relevansi dengan tema penelitian. Setelah data terhimpun,

selanjutnya dianalisis sebagai upaya tercapainya pemahaman yang

benar terhadap fakta dan data.

Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data-data dari

buku-buku tafsir, ma’âd/eskatologi, jurnal, yang terkait dengan

substansi dalam sub-sub bab yang kemudian dianalisis dan

disimpulkan. Berikutnya, data-data yang sudah disimpulkan yang

berkaitan dengan eskatologi dibandingkan dengan data-data hasil

karya Sayyid Haydar al-Âmulî tentang al-ma’âd. Selanjutnya

dilakukan teknik analisa konten/content analysis agar isi pesan pada

semua data bisa dianalisis baik secara komparatif, deduktif88

ataupun

induktif.89

Teori hermeneutika90

diikutsertakan untuk mempertajam

analisis dengan harapan membantu memahami suatu karya dan

menemukan perspektif lain pada suatu text.

88 Secara deduktif berarti dimulai dari dari hal yang umum menuju yang

khusus, dari asumsi dan hipotesis ke realita dan fakta. Lihat, J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif, e-book diakses pada 24 Juli 2019 dari

https://books.google.co.id/books?id=dSpAlXuGUCUC&printsec=frontcover&dq=me

todologi+penelitian+kualitatif+pdf&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjCoeG41czjAhUK

Ko8KHVX1B_UQ6AEILTAA#v=onepage&q=deduktif&f=false

89 Secara induktif berarti dimulai dengan observasi sasaran penelitian secara

rinci menuju generalisasi dan ide-ide yang abstrak. Dengan ungkapan lain, diawali

dengan fakta dan realita bukan dari asumsi atau hipotesis. Lihat, J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif, h. 59

90 Hermenuneutika . berasal dari kata kerja bahasa Yunani “hermeneuein”

yang berarti “menafsirkan” dan dari kata benda “hermeneia” yang berarti

“interpretasi”. Kata Yunani hermeios mengacu pada seorang pendeta bijak Delphic.

Kata hermeios, hermeneuein, dan hermeneia diasosiakan pada Dewa Hermes yang

Page 45: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 31

Teknik penggunaan bahasa mengacu pada Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI); dan Pembentukan Istilah yang

berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudaaan Republik

Indonesia Nomor 50 tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 146/U/2004 tentang Penyempurnaan

Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang diterbitkan pada Agustus

2018 oleh Bhuana Ilmu Populer, kelompok Gramedia.

Terjemahan ayat-ayat Al-Qurân mengacu pada Al-Qurân dan

Terjemahnya yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik

Indonesia dan dicetak oleh PT. Syamil Cipta Media, Bandung pada

2005. Sedangkan model penulisan mengacu pada PEDOMAN

PENULISAN TESIS DAN DISERTASI PROGRAM MAGISTER

DAN DOKTOR yang diterbitkan oleh Sekolah Pascasarjan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada

2018 dengan pengecualian ayat-ayat Al-Qurân, al-Hadîts, dan

terjemahannya ditulis dengan paragraf tersendiri serta menjorok 1cm

dari margin kiri walaupun kurang dari empat baris.

G. Sistematika Pembahasan

Penulisan sistematis sangat diperlukan dalam pembahasan

karya ilmiah sehingga gambaran jelas, terarah dan logis mudah

diasosiasikan dengan fungsi transmisi sesuatu yang ada di balik pemahaan manusia

ke dalam bentuk yang ditangkap intelegensia manusia. Hermeneutika bisa dipahami

sebagai hermeneuein yang berarti “mengungkapkan”, “menegaskan”, “menyatakan’,

“menjelaskan”, atau “menerjemahkan” Hermeneutika dipahami sebagai diskursus

penafsian kontemporer dalam memahami sebuah teks. Dalam perspektif

hermeunetika objektif, menafsirkan berarti memahami teks sebagaimana dipahami

pengarangnya karena teks merupakan ungkapan jiwa pengarang sehingga maksud

teks tidak didasarkan atas kesimpulan pembaca melainkan diturunkan dan bersifat

instruktif. Namun dalam perspektif hermeunetika subjektif menyatakan bahwa teks

berdiri sendiri dan mandiri, tidak bergantung pada ide awal pengarang atau penulis.

Dengan demikian teks bersifat tebuka dan dapat diinterpretasikan oleh siapapun”

Lihat, Richard E. Palmer, Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi. Penerjemah: Masnur Hery & Damanhuri Muhammed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005), cet. ke-2, h. 14-36. Lihat juga, Muhammad Adlan Nawawi, Metode Hermeneutika Kesadaran (Fenomenologi) dalam Memahami Teks, dalam al-Burhan;

Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qurân, vol. 8. No 2 November

2017, h. 999

Page 46: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

32 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

terlihat walaupun terdiri dari beberapa bab. Penelitian disertasi ini

dibagi menjadi enam bab:

Bab pertama merupakan landasan umum penelitian yang

berupa pendaduluan. Pada bab ini dijelaskan latarbelakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian terdahulu yang relevan,

metode dan teknik penelitian, dan sistematika pembahasan. Pada

latar belakang masalah dijelaskan pendapat para peneliti sebelumnya

yang berkaitan dengan penelitian ini sehingga terasa adanya

sejumlah masalah yang masih perlu dicari titik terangnya.

Selanjutnya, dari sejumlah masalah yang ditemukan, dipilih

beberapa masalah untuk dibahas dalam penelitian ini yang

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan mayor lalu dikerucutkan

menjadi beberapa pertanyaan minor.

Bab kedua adalah penjelasan mengenai kajian teori tentang

eskatologi yang dialamnya diterangkan pengertian eskatologi dan

yang berkaitan dengannya seperti: kematian, Yajûj wa Majûj, Imam

Mahdi, alam barzakh, tiupan sangkakala, roh, azab kubur, kiamat,

surga, dan neraka.

Bab ketiga adalah penjelasan biografi Sayyid Haydar al-Âmulî.

Di sini diterangkan bagaimana keluarga Âmulî mengaplikasikan

ajaran-ajaran agama pada kehidupan sehari-hari, bagaimana cara

Âmulî memperoleh pemahamaman agama, bagaimana Âmulî

memperoleh pengetahuan tesebut dari guru-gurunya, dan juga

dijelaskan petualangannya dari pengabdi pada suatu kerajaan hingga

menajdi seorang sufi.

Bab keempat adalah penjelasan pendapat sejumlah ahli tafsir

terhadap sejumlah ayat Al-Qurân yang dijadikan Âmulî sebagai

penguat konsep eskatologi yang diusungnya. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui apakah sesungguhnya pemikiran Âmulî tentang

eskatologi terinspirasi dari penjelasan sejumlah penafsir sebelumnya

atau memang murni hasil ijtihad Âmulî sendiri dalam menafsirkan

ayat-ayat tesebut.

Bab kelima adalah penjelasan tentang al-Ma’âd dalam

perspektif Sayyid Haydar al-Âmulî. Pada bab ini dijelaskan usaha-

usaha yang dilakukan Âmulî untuk mewujudkan suatu konsep

Page 47: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Pendahuluan 33

tentang eskatologi yang bisa dilihat dari sejumlah latar belakang.

Misalnya, seseorang yang tergolong ahl al-sharî’ah akan berbeda

dengan mereka yang tergolong ahl al-tarîqah dalam memahami

eskatologi dan begitu juga sebaliknya.

Bab keenam adalah bagian penutup. Bab ini berisi kesimpulan

dan rekomendasi/saran. Kesimpulan penelitian merupakan jawaban

yang mengacu pada sejumlah pertanyaan pada rumusan massalah

sedangkan rekomendasi/saran adalah usaha yang direkomendasikan

untuk dilakukan peneliti berikutnya berkaitan dengan penelitian ini.

Demikianlah sistematika tulisan ini dengan harapan kemudahan

selalu datang dalam merealisasikannya.

Page 48: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

34 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Page 49: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

35

Bab II

Al-Maâd dalam Perdebatan

A. Pengertian Eskatologi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, eskatologi diartikan

sebagai ajaran teologi mengenai akhir zaman seperti kematian, hari

kiamat, kebangkitan, dan pemulihan Firdaus1. Menurut Saifuddin,

2

eskatologi berasal dari bahasa Yunani “eskhaton” dan “logos”.

Istilah ini pertama kali dipopulerkan dalam rangka dogmatika Kristen

pada abad ke-19

Pada kolom eskatologi, John L Esposito3 menyatukan uraian

surga, neraka dan barzakh ke dalam satu tema. Yaitu kehidupan

setelah mati. Hari pengadilan menjadi bahasan terpisah. Selain ketiga

tema tersebut, ia juga mengatagorikan kedatangan Dajjâl4, Mahdi,

dan Isa ke dalam tema eskatologi yang selanjutnya dijelaskan

pengaruhnya terhadap sejumlah negara. Di Pakistan misalnya, Pendiri

gerakan Ahamadiyah Pakistan, Mirzâ Gulâm Ahmad, mengklaim

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 381

2 Saifuddin, Hadits-hadits Eskatologi dalam Kitab Jami al-Turmudzi: Studi Kritik tentang Kualitas Sanad hadits, (Disertasi Program Pascasarjana Institut

Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1997), h. 43

3 John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford; Dunia Islam Modern, (Bandung:

Mizan, 2001), cet. ke-1, jilid ke-2, h. 19

4 Kemunculan Dajjâl menjadi salah satu tanda pasti datangnya hari akhir. Ia

muncul untuk menipu manusia dengan keajaiban yang ia miliki. Dengan keajaiban

tersebut ia menciptakan ajaran-ajaran palsu. Ia juga datang dengan makanan dan air

saat manusia kelaparan dan kehausan. Walaupun kisah Dajjâl ini tidak disebutkan

dalam Al-Qurân namun bisa dijumpai dalam al-hadits. Dajjal tidak disebutkan

dengan jelas dalam Al-Quran sebagai penghinaan kepadanya karena ia mengaku

sebagai tuhan padahal ia manusia namun menafikan keagungan Allah dan kebesaran-

Nya. Keberadaannya di sisi Allah sangat hina untuk disebutkan. Lihat. John L.

Esposito, Ensiklopedi Oxford; Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan, 2001), cet.

ke-1, jilid ke-2, h. 19. Lihat juga, Ibnu Katsîr, Malapetaka Akhir Zaman.

Penerjemah: Hamzah Amali & Lu’luil Lathifah, (Jakarta: Pustaka al-Sunnah,

Februari 2011), cet. ke-2, h. 227

Page 50: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

36 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

dirinya sebagai Mahdi. Dalam Islam, eskatologi dikenal dengan

sebutan ma’âd5.

Mirip dengan penjelasan Esposito, peristiwa eskatologis dalam

Encyclopedia of the Quran6 juga diartikan sebagai doktrin mengenai

berakhirnya segala sesuatu pada akhir masa yang mencakup

kehidupan manusia dan kematian, hari kiamat, tiupan sangkakala,

kebangkitan, pengumpulan seluruh makhluk/mahsyar, perhitungan/

hisâb, surga, dan neraka.

Dalam Encyclopedia of Philosophy7, eskatologi diartikan

dengan doktrin atau teori tentang akhir kehidupan setiap manusia,

akhir kehidupan dunia, atau lebih sempit lagi akhir suatu bangsa.

Pengertian eskatologi dipahami, pertama, sebagai catatan takdir yang

menanti setiap manusia setelah kematian dan selanjutnya dipahami

secara kosmik sebagai gambaran tujuan yang akan terpenuhi. Jiwa

akan menghadapi penghakiman setelah kematian dan akan menerima

penghargaan atau hukuman sesuai kebaikan atau keburukan

kehidupan duniawinya.

Doktrin eskatologis punya andil besar dalam perkembangan

Yahudi. Para pendeta Yahudi senantiasa fokus pada sejumlah berita

tentang the kingship od God (kerajaan Tuhan), the end of days (hari

akhir), the world to come (alam yang dinantikan), the messiah and

the Messianic era (masa kebangkitan Al-Masîh ), dan the day of

judgment (hari keadilan)

Ajaran eskatologi yang demikian itu sangat dijunjung tinggi

dalam Islam. Kepercayaan terhadap hari kiamat yang merupakan

kehidupan sesudah mati merupakan ketentuan yang harus diimani.

Meragukannya berarti tidak mempercayai rukun iman dan siapapun

yang tidak mempercayainya bukanlah orang beriman.

5 Safaruddin, Eskatologi, (Jurnal al-Hikmah, vol. XIV nomor 2, 2013), h. 3.

6 Jane Dammen McAuliffe, Encyclopedia of the Qurân, (Boston: Brill,

Leiden, 2002), volume two, h. 44-53

7 Donald M. Borchert, Encyclopedia of Philosophy, (Macmillan Reference

USA, 2006), vol. ke-2, h. 347

Page 51: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 37

Saat manusia mati, kehidupan dunia berakhir dan kematian

datang yang selanjutnya berlanjut pada kehidupan kubur8. Kehidupan

kubur dikenal dengan istilah barzakh. Kehidupan di alam barzakh

dimulai saat memasuki kubur hingga hari kiamat datang9 dan saat itu

penghuni kubur dibangkitkan.10

Dari penjelasan di atas disimpulkan tema eskatologi menjadi

dua: pra kehidupan sesudah-kematian dan kehidupan sesudah-mati.

Tema pertama menerangkan Dajjâl, Yajûj majûj, kematian, dan

sangkakala 1 sedangkan tema kedua menerangkan alam

kubur/barzakh, sangkakala 2, surga, dan neraka.

B. Kematian

Kematian11

secara bahasa dapat diartikan sebagai keterpisahan

roh dan jasad, keadaan diam dan tidak ada gerakan, keadaan sesuatu

menjadi dingin, kehilangan, kerusakan, dan kekosongan dari

bangunan dan penduduk.12

Proses pemisahan roh dan jasad dilakukan malaikat dengan

cara menarik roh dari bagian kedua kaki paling bawah, lalu ke seluruh

badan, hingga ke bagian paling atas. Ketika roh hampir selesai

dicabut, pedihnya kematian sempurna terasa. Saat pencabutan roh,

malaikat tersebut bisa tampil dengan bentuk paling indah

8 QS al-Takâtsur/102: 2. Sesungguhnya kehidupan, kematian, dan

penguburan adalah di antara perbuatan-Nya yang jelas. ث ا م ات ه ف أ ق ب ر ه kemudian Dia

mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur. (QS ‘Abasa/80: 21)

ع ث و ن 9 Dan di hadapan mereka ada dinding sampai و م ن و ر ائ ه م ب ر ز خ ا ل ي و م ي ب

hari mereka dibangkitkan. (QS Al-Mu’minûn/23 :100)

ه ا و أ ن الله ي ب ع ث م ن ف ال ق ب و ر 10 Dan sesungguhya و أ ن الساع ة ء ات ي ة ل ر ي ب ف ي

hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah

membangkitkan semua orang di dalam kubur. (QS Al-Hajj/22: 7, QS al-‘Âdiyât/101:

9)

11 Kata “mati” sebagai kata kerja berarti “sudah hilang nyawanya, tidak

hidup lagi, atau tidak bernyawa”. Dengan demikian kata “kematian” sebagai kata

benda berarti “perihal mati”. Lihat, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), edisi keempat, h. 888.

12 UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung, Penerbit

Angkasa, 2008), cet. ke-1, jilid 2 (I-S), h. 818

Page 52: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

38 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

mempesona, atau sebaliknya, dengan penampilan paling buruk dan

menyeramkan. Bagi yang melihatnya dengan penampilan pertama ia

akan mendengar ucapan malaikat itu, “aku membawakanmu kabar

gembira mengenai rida Allah dan pahala-Nya” Tetapi bagi yang

melihatnya dengan penampilan kedua ia akan mendenger ucapan

malaikat itu, “Wahai musuh Allah! aku membawakanmu murka dan

azab-Nya.”13

Dalam Ilmu biologi, terdapat empat proses kematian:

Pregional, agonal, mati klinis, dan mati biologis. Pregional ditandai

dengan hilangnya keseimbangan peredaran darah, nafas turun naik

dengan cepat, terasa sesak, pandangan berkabut, dan kesadaran

menyusut. Agonal14

ditandai dengan hilangnya kesadaran, mata

terbelalak dan tidak berbinar, nafas kadang timbul kadang

menghilang, dan denyut nadi menyusut ke leher. Mati klinis15

ditandai dengan hilangnya gerak-gerik jasad seperti absensnya denyut

nadi dan pernapasan namun masih bisa ditolong dalam waktu yang

sangat singkat16

, Mati biologis ditandai dengan membusuknya semua

alat-alat tubuh. Hanya bagian tertentu yang bisa dipergunakan untuk

orang hidup seperti darah, jantung, mata, dan sebagainya.17

Tahapan

tersebut dapat disimpulkan bahwa mati adalah rusaknya jasamani,

13 Abû ‘Abd Allâh bin Asad al-Muhâsibî, Al-Wasâyâ, (Bairût: Dâr al-Kutub

al-‘Ilmiyyah, t.t.), h. 389

14 Agonal adalah fase setelah absennya denyut nadi dan sesudah apnea

terminal. Lihat, Etty Indriati, Mati: Tinjauan Klinis dan Antropologi Forensik,

dalam Berkala Ilmu Kedokteran, Vol. 35, No. 4, 2003, h. 232h.

15 Moody, dokter dan psikolog Amerika, mewawancarai lebih dari seratus

orang yang pernah mengalami mati klinis. Hasil wawancaranya menyimpulkan

orang yang mengalami mati klinis ketika mengalami “kematian” mereka bagaikan

keluar dari badan mereka dan melihat tim dokter dan juru rawat mencoba mengobati

dan “menghidupkan” mereka kembali, dan ketika dokter tidak berhasil, mereka

dinyatakan “mati”. Lihat, M. Quraish Shihab, DIA DI MANA-MANA: “Tangan” Tuhan Di Balik Setiap Fenomena, (Ciputat: Lentera Hati, 2009), cet. ke-vii, h. 199

16 Maksud dari kematian yang masih bisa ditolong adalah kematian yang

mungkin dapat kembali melauli bantuan CPR (Cardiac Pulmonary Resuscitation)

lihat, Etty Indriati, Mati: Tinjauan Klinis…, h. 232

17 Yunasril Ali, Pilar-pilar Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), cet. ke-iv,

h. 318

Page 53: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 39

macetnya peredaran darah, tidak berfungsinya jantung, dan hilangnya

pernapasan.18

Dalam pandangan Al-Qurân, kematian dan kehidupan terjadi

dua kali.19

Kematian pertama adalah sebelum kelahiran atau saat

belum dihembuskan roh kehidupan sedangkan kematian kedua adalah

saat kematian di dunia. Kehidupan pertama saat menarik dan

menghembuskan nafas di dunia sedangkan kehidupan kedua saat di

alam barzakh atau akhirat.20

Dalam terminologi tasawuf, kematian didefinsikan sebagai

keterpurukan dari sinar-sinar yang dapat membawa seorang sufi pada

keadaan terbukanya pengetahuan tentang Tuhan (al-mukâshafah21)

dan terbukanya hati dengan memperoleh pengetahuan yang gaib (al-

tajalli).22 Perumpamaan fisik manusia seperti bahtera yang dilengkapi

peralatan yang di dalamnya terdapat kekuatan jiwa yang mengawasi

kapal. Bahtera tidak bergerak kecuali dengan hembusan angin yang

diarahkan Penghembusnya. Begitu juga jiwa dan raga manusia. Jika

jiwa meninggalkan raga, maka ia tidak bisa bergerak.23

Saat itu jiwa-

18 Yunasril Ali, Pilar-pilar…, h. 319

ت ن ا اث ن ت ي ف اع ت ر ف ن 19 ي ي ن و ب ن ا ف ه ل ا ل خ ر ز ج م ن س ب ي ل ق ال و ا ر بنآ أ م ت ن ا اث ن ت ي و أ ح ا ب ذ

Mereka menjawa, “Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah

menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami, Maka

adakah jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)? QS Ghâfir/40: 11

20 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qurân: Tafsir Maudlui atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, Maret 1997/Dzu al-Qa’dah 1417), cet. ke-5, h. 68

21 Mukâshafah adalah dominasi keyakinan yang menyebabkan seakan-akan

seseorang melihat-Nya dan binasa selain-Nya sebagaimana dinyatakan dalam hadits

“hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya”. Sedangkan

peyaksian dengan mata hanya di akhirat bukan di dunia. Puncak mukâshafah adalah

penyaksian satu-satunya zat dalam sifat saat mencapai tingkatan baqâ setelah fanâ

Lihat, Ahmad al-Ma’rûf Bashâh Walî Allâh bin ‘Abd al-Rahmân al-Muhaddits al-

Dahlawî al-Mukhlis, Hujjah Allâh al-Bâlighah, (Al-Qâhirah: Dâr al-Turâts, 1355 H),

cet. ke-1, juz ke-1, Lihat juga, Abd al-Razzâq al-Kâshanî, Istilâhât al-Sûfiyyah, (Dâr

al-Manâr, 1992 M/1413 H), cet. ke-1, h. 347

22 UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung, Penerbit

Angkasa, 2008), cet. ke-1, jilid 2 (I-S), h. 818

23 Mulla Sadra, Manifestasi-manifestasi Ilahi; Risalah Ketuhanan dan Hari Akhir sebagai Perjalanan Pengetahuan Menuju Kesempurnaan. Penerjemah: Irwan

Kurniawan, (Jakarta: Sadra InternationalInstitute, Oktober 2011/Dzulqa’dah 1432),

cet. ke-1, h. 94

Page 54: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

40 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

jiwa kotor terbungukus dengan pakaian lapar dan ketakutan. Mereka,

bersama semua bebannya, naik dari tanah hina menuju ‘arsh dalam

keadaan sayap-sayap patah dan tangan terbelengu sehingga mereka

tergantung di antara bumi dan ‘arsh.24

Ada kehidupan setelah kematian. Lebih kurang tiga ratus ayat

Al-Qurân membicarakan kematian. Kematian merupakan awal

perjalanan panjang evolusi manusia. Selanjutnya manusai menuju

kehidupan penuh nikmat atau sebaliknya; penuh siksa dan nista.

Hasil seluruh amal manusia akan tampak sejak detik pertama

perpindahannya dari kehidupan dunia ke kehidupan akhirat.

Kematian orang-orang salih dan suci berbeda dengan kematian orang-

orang durhaka dan keji. Bagi orang-orang salih, kematiannya adalah

perkenalannya dengan kebahagiaan dan kesejahterahan ilahi.

Sebaliknya, kematian orang-orang durhaka adalah dimulainya

kemurkaan dan siksa akhirat.25

Begitulah ajaran Agama-agama samawi yang di dalamnya

memantapkan akidah26

serta menumbuhkembangkan semangat

pengabdian. Tanpa kematian manusia tidak memikirkan apa sesudah

mati dan tidak mempersiapkan diri menghadapinya. Kematian

diilustrasikan sebagai tangga menuju kebahagiaan abadi. Kematian

merupakan perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya.

Kematian ibarat kelahiran baru bagi manusia. Kehidupan dan

kematian manusia mirip keadaan telur dan anak ayam. Wujud anak

24 Mulla Sadra, Manifestasi…, h. 100

25 Yahya Yatsribi, Agama & Irfan; Wahdat al-Wujud dalam Ontologi dan Antropologi, serta Bahasa Agama. Penerjemah: Muhammad Syamsul Arif, (Jakarta:

Sadra International Institute, Januari 2012/Safar 1433), cet. ke-1, h. 82

26 Akidah (Ar.:aqîdah; jamak: ‘aqâid). Keyakinan keagamaan yang dianut

oleh seseorang dan menjadi landasan segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan, dan

pegangan hidupnya. Istilah tersebut identik dengan iman (kepercayaan, keyakinan).

Kata akidah berasal dari ‘aqada yang berarti mengikat, membuhul, menyimpulkan,

mengokohkan, menjanjikan. Secara kebahasaan akidah berarti yang diikat, yang

dibuhul, yang disimpullkan, yang dikokokan, yang dijanjikan. Lihat, “akidah” dalam

Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar baru Van Hoeve, 1977), cet. ke-1, vol

1, h. 78

Page 55: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 41

ayam menjadi sempurna setelah telur menetas yang selanjutnya

menempati dunia luar sebagai tempat barunya.27

Bagi sebagian manusia, kematian bukan ketiadaan hidup secara

mutlak. Kematian adalah ketiadaan hidup di dunia saja sehingga

manusia yang meninggal pada hakikatnya masih tetap hidup di alam

lain dengan cara yang tidak dapat diketahui.28

Setiap yang bernyawa akan mengalami kematian. Ia adalah

takdir Allah yang harus diterima. Dalam riwayat diterangkan

seseorang yang terkena musibah kematian, lalu ia mengoyak-ngoyak

pakaianna atau memukul-mukul dadanya, maka ia ibarat orang yang

menghunus tombak untuk menentang Allah SWT. Dalam sebuah

hadis disebutkan seseorang yang tertimpa musibah kematian lalu ia

menghitamkan pintu atau pakaiannya, merusak-rusak tempat

jualannya, menebangi pepohonan, atau mencukur rambutnya, maka

setiap helai rambut yang terpotong itu akan dibangunkan sebuah

rumah di neraka untuknya. Allah tidak akan menerima sedekah dan

amalan kebaikannya sampai warna hitam di pintu rumah itu hilang.

Allah akan menyempitkan kuburan si mayat dan memperketat

penghitungan amalnya. Bahkan, si mayat akan dilaknat oleh seluruh

malaikat yang ada di langit dan di bumi, lalu dicatat untuknya seribu

dosa.29

27 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qurân, (Bandung: Mizan, Sya’ban

1418/ Desember 1997), cet. ke-XVI, h. 238

ال 28 ي آء ع ن د ر ب م ي ر ز ق و ن و ل ت س ب و ات ب ل أ ح ذ ي ن ق ت ل و ا ف س ب ي ل الله أ م “Janganlah

kamu menduga bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, tetapi mereka

itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki” (QS Ali ‘Imran/3: 169), و لع ر و ن يآء و لك ن ل ت ش و ات ب ل أ ح ت ل ف س ب ي ل الله أ م Janganlah kamu“ ت ق و ل و ا ل م ن ي ق

mengatakan terhadap orang-orang yang meninggal di jalan Allah bahwa mereka itu

telah mati, sebenarnya mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya” (QS Al-

Bagarah/2: 154), Lihat, M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qurân; Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, Maret 1997/Dzulqa’dah 1417), cet.

ke-v, h. 71&75

29 ‘Abd al-Rahim bin Ahmad al-Qadli, Kehidupan Sebelum & Sesudah Kematian. Penerjemah: Yodi Indrayadi &Wiyanto Suud, (Jakarta Selatan: Turos,

Maret 2005), cet. ke-5, h. 76

Page 56: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

42 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Suasana kematian muttaqîn dan kâfirîn sangat berbeda.

Muttaqîn diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik30

dan

diucapkan kepadanya salam untuk masuk ke dalam surga31

sedangkan

kâfirîn memelas kepada Allah untuk dikembalikan ke dunia supaya

mereka dipanjangkan umurnya untuk beriman dan berbuat amal saleh

yang telah ditinggalkan. 32

Sesungguhnya pada doa sebelum dan sesudah tidur tersirat

ajaran tentang kematian dan kebangkitan. Waktu tidur adalah waktu

menuju alam kematian. Saat itu, siapapun tidak mampu

mengendalikan tubuh yang seakan terpisah dengan roh. Jiwa yang

tenang menghasilkan tidur yang tenang begitu juga sebaliknya.

Sedangkan waktu bangun tidur adalah waktu kebangkitan karena saat

itu seakan waktu terlahir kembali.33

C. Yajûj wa Majûj

Yajûj wa Majûj34

adalah dua kata non-Arab/’ajamî dari Yajûj

wa Majûj. Dua kata itu ada yang membacanya yâjuj wa mâjuj dan ada

juga yang membacanya âjûj wa majûj. Namun ‘Âsim membacanya

yajûj wa majûj. Menurut Al-Kasâî, Yajûj wa Majûj adalah dua kata

Arab dari “yajûj’ dan “majûj”. Kata “yajûj” berasal dari kata

“taajjaja” yang berarti “membakar dengan cepat.” Disebut “yajûj’

30 Wafat dalam keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan , atau dapat juga

berarti mereka mati dalam keadaan senang karena ada berita gembira dari malaikat

bahwa mereka akan masuk surga. Lihat, catatan kaki pada Departemen Agama RI,

Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2005), h. 270

31 QS al-Nahl/16: 32

32 QS al-Muminûn/23: 99-100

33 Komaruddin Hidayat, Psikologi Kematian: Mengubah Kekuatan Menjadi Optimisme, (Hikmah Zaman Baru), h. 3-8

34 Informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya tentang

Yajûj wa Majûj adalah berita yang menyatakan Yajûj wa Majûj tercipta dari mani

Adam as yang jatuh dan bercampur dengan abu yang kemudian menjadi makhluk

keturunan Adam bukan keturunan Hawa. Lihat. Abû al-Fidâ Ibn Katsîr al-

Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, (Bairût: Dâr al-Fikr, 1412 H/1992 M), jilid ke-3,

h. 127

Page 57: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 43

karena mereka bergerak dengan cepat sedangkan kata “majûj’ diambil

dari “mauj al-bahr” yang berarti gelombang laut.35

Yajûj wa Majûj adalah keturunan Adam as. Mereka adalah

bangsa manusia yang membuat keruasakan di bumi36

yang akan

muncul dari lubang yang ada di antara dua gunung di wilayah Al-

Turk37

lalu mereka menetap disana kemudian membuat kerusakan,

menghancurkan tumbuhan, hewan dan manusia. Mereka keluar setiap

hari rabu menuju perkampungannya sambil memakan segala yang

hijau yang dilihatnya dan mengangkut segala yang kering ke

perkampungannya. Mereka berkuku hewan, bergigi geraham,

berambut menutupi tubuh, dan memiliki dua telinga besar: satu

melebar dan satu lainnya tertutup.38

Dalam hadis disebutkan Allah

SWT memanggil Adam as dan memberitahukannya bahwa Allah

SWT akan membangkitkan kebangkitan neraka; maksudnya adalah

hanya satu dari setiap seribu (1000) orang yang akan masuk surga

sedangkan sembilan ratus sembilan puluh sembilan (999) dari mereka

masuk neraka. Pada saat itu semua anak kecil beruban dan semua

wanita hamil melahirkan. Umat saat itu terbagi menjadi dua dan

kebanyakan dari keduanya adalah Yajûj wa Majuj.39

35 Muhammad al-Râzî Fakhr al-Dîn bin Diyâ al-Dîn ‘Umar, Tafsîr al-Fakhr

al-Râzî al-Mushtahir bi al-Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib, (Bairut: Dar al-Fikr,

1981 M/1401 H), cet. ke-1, juz ke-21, h. 171. Selanjutnya disebut Mafâtih al-Ghaib.

36 Lihat catatan kaki pada Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2005), h. 304

37 Menurut pendapat lain, Yajûj muncul dari Al-Turk sedangkan Majûj

muncul dair Al-Jail al-Daylam atau Roma (al-Rûm) Lihat Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, h. 171, lihat juga, Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî, Hâshiyah al-Sâwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlaini, (Dâr al-Fikr, t.t.), juz ke-3, h. 27

38 Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî, Hâshiyah al-Sâwî…, juz ke-3, h. 27

ان الله يقول: يا آدم فيقول لبيك و سعيديك, فيقول: ابعث بعث النار فيقول, و ما 39بعث النار فيقول: من كل ألف تسعمائة و تسعون إل الن ار و واحد إل الجن ة فحينئذ يشيب

فيكم أمتي ما كانتا ف شيئ إل كثرته يأجوج الصغي و تضع كل ذات حل حلها. فقال:إن Lihat, Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-3, h. 127 ومأجوج

Page 58: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

44 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Dalam Al-Qurân kisah Yajûj wa Majûj tidak terlepas dari kisah

perjalanan Dzû al-Qarnain40

. Ketika Dzû al-Qarnain sampai di

tempat di antara dua bukit, ia menjumpai suatu kaum yang tidak

mengerti pembicaraan.41

Ketidakmengertian ini sebab takut dan

trauma terhadap serangan brutal tetangganya, Yajûj wa Majûj. Kaum

tersebut memohon Dzû al-Qarnain melindungi mereka dari Yajûj wa

Majûj.42

Kemudian Dzû al-Qarnain membuat dinding penghalang di

antara kedua bukit itu untuk menghindari serangan dan pembakaran

yang dilakukan Yajûj wa Majûj. Dinding penghalang itu tidak hanya

dibuat Dzu al-Qarnain sendiri melainkan bersama kaum tersebut.

Mereka bahu-membahu menyelesaikan konsturksi dinding pembatas

dengan arahan Dzû al-Qarnain. Material yang digunakan berupa besi-

besi besar yang dibakar hingga membara, lalu disiramkan dengan

tembaga mendidih sehingga tembaga itu menyatu dengan besi

40 Secara harfiah Dzû al-Qarnain berarti “pemilik dua tanduk”. Ia digelari

demikian sebab ia memiliki rambut sangat panjang yang digulung dan dililit hingga

nampak seperti dua tanduk. Ada juga pendapat yang menyatakan ia memakai perisai

tembaga di kepala yang menyerupai tanduk. Pendapat lain menjelasan ia mencetak

uang logam dengan gambar berbentuk dua tanduk yang melambangkan dirinya

serupa dengan Dewa Amoun. Sebagian lainnya menyatakan Dzû al-Qarnain adalah

Alexander the Great dari Macedonia. Pendapat lainnya menyatakan ia adalah

penguasa Himyar (Yaman) dengan alasan para penguasa Yaman menggunakan istilah

Dzu pada namanya seperti Dzû Nuwas, Dzû Yazin. Pendapat lainnya adalah ia

adalah Koresy (539-560 SM), pendiri Imperium Persia. Saat Nabi SAW ditanya

tentang Dzu al-Qarnain, beliau menjawab “Ia adalah seorang raja yang menyentuh

bumi dari bawahnya karena sejumlah alasan”. Lihat, Rukimin, Kisah Dzul Qarnain dalam Al-Qurân Surah Al-Kahfi 83-101 (Pendekatan Hermeneutik) dalam Profetika:

Jurnal Studi Islam, Vol. 15. No. 2, Desember 2014, h. 146

ي ن و ج د م ن د و ن م ا ق و ما ل ي ك اد و ن ي ف ق ه و ن ق و ل 41 Hingga ح ت ا ذ ا ب ل غ ب ي السد

ketika dia sampai diantara dua gunugn, didapatinya di belakang (kedua gunung itu)

suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan (QS Al-Kahfi/18: 93)

د و ن ف ال ر ض ف ه ل ن ع ل ل ك خ ر جا ع ل ى 42 ا ال ق ر ن ي ا ن يأ ج و ج و م أ ج و ج م ف س ق ال و ا يذ ا ن ه م س د ن ن ا و ب ي Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain! Sungguh, Yajûj wa أ ن ت ع ل ب ي

Majûj itu (sekelompok manusia) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami

membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antar kami dan

mereka? (QS Al-Kahfi/18 :94)

Page 59: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 45

membara tersebut. Dengan demikian, sulit bagi Yajûj wa Majûj

merusaknya.43

Jika hari berbangkit (al-wa’d Al-Haq ) telah dekat maka

dinding tersebut terbuka sehingga Yajûj wa Majûj turun dengan cepat

dari tempat yang tinggi kemudian mendatangi orang-orang kafir

sehingga mata mereka terbelalak dan mereka mengakui

penyesalannya seraya berucap “Aduhai, celakalah kami,

sesungguhnya kami adalah dalam kelalian tentang ini, bahkan kami

adalah orang-orang yang zalim.44

D. Imam Mahdi

Walaupun Mahdi tidak disebut dalam Al-Qurân namun ia

berperan sangat penting dalam eskatologi Islam. Mahdi digelari

sebagai Imam Besar (al-imâm al-akbar) yang merupakan penutup

para imam.45

Mahdi bukan penyelamat dari dosa sebagaimana umat

Kristen mengatributkan nabi Isa, bukan juga juru selamat bangsa

sebagaimana diyakini sekte tertentu Yahudi, melainkan figur yang

akan membawa keadilan bagi seluruh manusia.46

Kepercayaan terhadap al-Mahdi telah berkembang saat masa

Rasulullah SAW. Dari waktu ke waktu, Nabi SAW selalu

memberitahu manusia mengenai pemerintahan al-Mahdi dan tanda-

tanda kemunculannya dan nama julukannnya. Kepercayaan terhadap

ajaran tentang Mahdi didasari dari Q.S 3: 55 dan hadis riwayat Jabir

43 Lihat, Ahmad Bahjat, Pledoi Kaum Sufi, Penerjemah: Hasan Abrori,

(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), cet. ke-1, h. 262-263

ل و ن )( و اق ت ر ب ال و ع د 44 ح ت إ ذ ا ف ت ح ت يأ ج و ج و م أ ج و ج و ه م م ن ك ل ح د ب ي ن س ا ب ل ك نا ظل م ي ل ة م ن هذ ص ة أ ب صر الذ ي ن ك ف ر و ا يو ي ل ن ا ق د ك نا ف غ ف ي شخ

)(ال ق ف إذ ا ه

Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan

cepat dari seluruh tempat yang tinggi(97) Dan telah dekatlah kedatangan janji yang

benar (hari berbangkit), dmaka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir.

(Mereka berkata): “Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam

kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim. (QS Al-Anbiyâ/21

:96-97) Lihat juga, Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-22, h. 221

45 Su’âd al-Hakîm, Al-Mu’ajam al-Sûfî: al-Hikmah fî Hudûd al-Kalimah,

(Dandarah littabâ’ah wa al-Nashr, t.t.), h.111

`46 John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford; Dunia Islam Modern, (Bandung:

Mizan, 2001), cet. ke-1, jilid ke-2, h. 19

Page 60: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

46 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

bin Abdullah Anshari yang menukilkan dari Rasul SAW:

“sekelompok dari umatku akan bangkit untuk menegakkan kebenaran

hingga berdekatan dengan hari kiamat. Saat itu Isa putra Maryam

akan turun ke bumi dan pemimpin mereka meminta Isa as

mengimami salat, tetapi Isa as menolak dan berkata, “tidak,

sesungguhnya di tengah-tengah kalian, Allah telah menempatkan

para pemimpin untuk yang lainnya agar umat ini menjadi terhormat.

Dengan demikian, Mahdi bukanlah Isa as. Sebagian penulis Inggris

memberikan julukan Mahdi dengan Messiah dengan makna Juru

Selamat. Tentu hal tersebut adalah keliru. Berdasarkan sejumlah

hadis nabi dan perkataan para ahlulbait, Mahdi adalah putra Imam

Kedua Belas, yaitu Imam Hasan Askari as yang dilahirkan pada 255

H, dan pada tahun 260 memulai masa gaibnya47

Kata Mahdi sebagai figur yang membawa keadilan mulai

mencuat pada abad ke tujuh saat kehidupan politik bergejolak. Sejak

itu kata Mahdi digunakan untuk menyebut seorang penguasa idaman

yang akan mengembalikan Islam pada kesempurnaan aslinya. Seiring

berjalannya waktu, harapan kehadiran penguasa idaman menjadi

semakin menyusut. Setelah revolusi Abbasiyyah48

(750), sosok

Mahdi menjadi lebih beraura eskatologis.49

Gagasan Mahdi ada

dalam ajaran Sunni dan Shî’ah namun peran Mahdi dalam Shî’ah jauh

lebih penting daripada dalam Sunni. Dalam Shî’ah Imâmiyyah50

,

47 Lihat, Muhammad Ali Shomali, Cakrawala Shî’ah, (Jakarta: Penerbit Nur

Al-Huda, 2012), cet. ke 1, h. 128-129, Sadrudin Sadr, Al-Mahdi (A.S.), (Tehran,

Iran: Naba Organization, 2000), Ibrahim Amini, Imam Mahdi: Penerus Kepemimpinan Ilahi; Studi Komprehensif dari Jalur Sunnah dan Syiah tentang Eksistensi Imam Mahdi, (Jakarta: Penerbit Al-Huda, Maret 2015), cet. ke-2, h. 3

48 Pemerintahan Abbasiyyah berketurunan paman Nabi SAW, Abbâs. Pendiri

pemerintahan ini adalah Abdulllah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah

bin al-Abbâs. Terbentuknya pemerintahan Abbasiyah dianggap suatu kemenangan

ide-ide yang diusung kalangan Bani Hasyim setelah wafat Rasulullah SAW. Di

antara ide tersebut adalah jabatan khalifah diserahkan kepada keluarga Rasul dan

sanak saudaranya. Pemerintahan Abbasiyyah berlangsung selama 524 tahun, mulai

132 H hingga 656 H. Lihat, A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Penerjemah:

Muhammad Labib Ahmad, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1997), cet. ke-9, jilid 3, h.

1-2.

49 Esposito, Ensiklopedi Oxford…, ke-2, h. 19

50 Shî’ah yang meyakini Ali bin Abi Thalib sebagai imam setelah wafatnya

Nabi Saw. Menurut mereka, Ali telah ditunjuk oleh Nabi Saw untuk

Page 61: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 47

peran Mahdi mengembangkan kecenderungan ke-Mahdi-an ke

tingkatan terjauh.

Pada 873, Imam kesebelas Shî’ah Imâmiyyah wafat. Konon, ia

tidak meninggalkan keturunan. Namun menurut beberapa muridnya

ia memiliki bayi putra yang disembunyikan dengan alasan keamanan.

Pada antara 873 dan 941 terdapat “wakil-wakil” imam kesebelas yang

mengklaim bahwa mereka berhubungan dengan imam muda tersebut

dengan tujuan meluruskan kekeliruan umat. Ketika waktu berlalu dan

“imam baru” belum juga muncul ke publik, “para wakil” tersebut

semakin memperoleh karakter ke-Mahdi-an yang diperoleh dari

tradisi religius yang dijalankan untuk menyempurnakan citra

eskatologis sang imam.51

Seiring bejalannya waktu, manusia mulai merasakan bahwa

imam keduabelas itu sebenarnya adalah Mahdi yang sedang gaib

secara alami dan akan kembali tampil mengisi dunia dengan keadilan.

Kegaibannya adalah ujian bagi kaum beriman.

Mahdi Shî’ah Imâmiyyah diduga tinggal di dekat Makkah. Ia

diyakini melaksanakan hajji setiap tahun namun tidak seorangpun

mengenalinya. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa ia muncul

ke publik setiap hari ‘Ashura, hari kesepuluh Muharram yang

merupakan hari kesyahidan cubu Nabi, Husain (680). Dari dasar itu

peringatan ‘Ashura Shî’ah mencerminkan tidak hanya duka cita atas

kematian Husain tetapi juga harapan berakhirnya penderitaan dan

kezaliman terhadap keturunan Husain.

Mahdi akan datang melalui Kabah, di Makkah dengan

dibarengi sejumlah tanda spektakuler seperti matahari terbit dari

barat dan muncul gerhana yang tidak lazim pada bulan Ramadhan.

Saat kejadian itu Mahdi tidak mau tinggal di Makkah melainkan ia

menggantikannya. Karena tidak mungkin Allah SWT akan mewafatkan Nabi Saw

dan membiarkan umatnya berselisih mengenai siapa yang akan menggantikannya

sehingga masing-masing orang akan memiliki pendapat yang berbeda. Sebab, Nabi

Saw diutus oleh Allah SWT untuk menghentikan perselisihan dia antara manusia

sehingga mereka akan bersatu. Lihat, h. Abdul Mun’im Al-Hafni, Ensiklopedia: Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai, dan Gerakan Islam Seluruh Dunia.

Penerjemah: Muhtarom & Tim Grafindo, (Jakarta: Grafindo Kzhanah Ilmu, Januari

2005), cet. ke-1, 69

51 Esposito, Ensiklopedi Oxford…, ke-2, h. 20

Page 62: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

48 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

pergi ke Madinah dan lalu ke Kufah. Di Kufah ia mendirikan

ibukotanya. Setelah itu seluruh dunia menerima Islam baik secara

suka-rela atau terpaksa. Mahdi akan meninggal beberapa saat

sebelum Kiamat dan kewafatannya disusul dengan periode singkat

yang penuh kekacauan dan ketidakpastian.

Sosok Mahdi yang sangat suci dan mengagumkan membuat

banyak manusia mengklaim mengenal sejumlah nama yang

dianggapnya sebagai Mahdi yang akhrinya tidak terbutki. Faksi al-

Yazidiyyah meyakini bahwa Yazid telah naik ke langit dan akan

kembali pada masa depan untuk menegakkan keadilan. Ismailiyyah

meyakini Mahdi yang dimasudkan dalam sejumlah hadis adalah

Muhammad bin Abullah, penguasa Mesir dan Afrika Utara. Guna

meyakinkan pendapatnya ia mengatakan bahwa pada tahun 300

matahari akan terbit di barat. Mayoritas kelompok yang mengklaim

sebagai Mahdi telah punah dan tidak tersisa selain sebutan mereka di

buku-buku sejarah.52

E. Alam Kubur/Barzakh

Barzakh adalah bahasa Arab Parsi yang berarti pemisah atau

sekat yang memisahkan dua sesuatu. Dalam geografi, barzakh adalah

bagian bumi yang kecil yang membatasi dua laut atau yang

mempertemukan satu pulau dengan pulau lainnya.53

Alam kubur

disebut barzakh karena dia adalah pembatas antara kehidupan dunia

dengan kehidupan akhirat. Barzakh juga berarti satu dari dua

keadaan; pahala dan hukuman54

, atau dunia dan akhirat. Berkaitan

dengan itu, al-Sâdiq bersumpah, “Demi Allah, aku tidak takut dengan

52 Ibrahim Amini, Imam Mahdi, h.. 32-33

53 Ja’far al-Bâqir, Al-Barzakh, (Al-Majma’ al-‘Âlamî li Ahl al-Bait, 1996

M/1416 H), cet. ke-I, h. 9. Lihat juga, ‘Abd al-Razzâq al-Kâshanî, Istilâhât al-

Sûfiyyah, (Dâr al-Manâr, 1992 M/1413 H), cet. ke-1, h. 63

54 Dorongan api neraka yang sangat kuat membuat penghuninya terangkat

menjulang tinggi dan saat itu mereka melihat kenikmatan dan kemuliaan surga

sehingga mereka menyeru penghuni surga: “limpahkanlah kepada kami sedikit air

atau makana yang telah direzekikan Allah kepadamu”. Mereka (penghuni surga)

menjawab: “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang

kafir. Lihat, Zain al-Dîn bin ‘Abd al-‘Azîz bin Zain al-Dîn al-Malîbârî, Irshâd al-‘Anâm ilâ Sabîl al-Rashâd, (Jakarta: Dâr al-Kutub al-Islâmiyah, 2010 M/1431 H),

cet. ke-1, h. 181. Lihat juga (QS Al-A’râf/7:50)

Page 63: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 49

kalian, kecuali barzakh”. Barzakh ditakuti karena barzakh bisa

berbentuk taman surga atau hamparan neraka.55

Ada tiga ayat dalam Al-Qurân yang menggunakan kata

barzakh: Dalam surat al-Rahmân/55: 19-20, al-Furqân25/ : 53, dan al-

Muminûn23/ 100.

ن ه م ا ب ر ز خ ل ي ب غ ي ان )( ر ي ن ي ل ت ق ي ان )( ب ي م ر ج ال ب ح

Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya

bertemu(19) Di antara keduanya ada batas yang tidak

dilampaui oleh masing-masing (20) (QS Al-Rahman/55:19-20)

Keagungan ciptaan Allah SWT sangat menakjubkan.

Diciptakan dua lautan, satu lautan airnya tawar dan satu lainnya

airnya asin. Kedua lautan itu saling mengalir dan bertemu namun

kedua air yang yang beda rasanya tidak bercampur disebabkan adanya

barzakh sehingga laut yang asin tidak menyampur ke laut yang tawar

dan sebaliknya.

Dalam sebuah riwayat diterangkan bahwa maksud dari kedua

laut itu adalah ‘Alî dan Fathimah dan maksud dari barzakh adalah

nabi Muhammad SAW. Dari Ali dan Fathimah mengeluarkan

mutiara yaitu Hasan dan marjan yaitu Husain.56

ا م ل ح ا ج اج و ج ع ل ب ف ر ات و هذ ا ع ذ ر ي ن هذ و ه و الذ ى م ر ج ال ب ح ن ه م ا ب ر ز خا و ح را م ج و راب ي ج

Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir

(berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat

asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan

batas yang tidak tembus. (QS al-Furqân25/ : 53)

Barzakh pada ayat ini adalah pembatas yang menghalangi

bercampurnya laut tawar dan segar dengan laut asing dan pahit.

55 Abd ‘Alî bin Jum’ah al-‘Arûsî al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain,

(Bairût, Lubnan, Muassasah al-Târîkh al-‘Arabî, 1422 H/2001 M), cet. ke3,h. 553

Page 64: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

50 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

ت ك لا ا ن ه ا ك ل م ة ه و ق آئ ل ه ا و م ن و ر ائ ه م ب ر ز خ ل ع ل ى أ ع م ل صل حا ف ي م ا ت ر ك ع ث و ن ا ل ي و م ي ب

Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku

tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah

perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada

dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (QS Al-Muminûn23/

100)

Sebelum mengisahkan barzakh, ayat ini menginformasikan

keadaan orang yang menyesal saat di dunia. Salah satu golongan

yang menyesal saat kematian adalah mereka yang tidak menunaikan

zakat. Mereka mengemis kepada Allah SWT agar dihidupkan kembali

untuk bisa berbuat kebaikan. Termasuk di antara kelompok itu

adalah orang-orang kafir. Dalam hadis diterangkan ketika orang kafir

mati, ia digiring oleh tujuh puluh ribu Zabaniyyah menuju kubur dan

mengemis kepadanya dengan suara menggelegar yang terdengar oleh

apapun dan siapapun kecuali manusia dan malaikat, “Tuhan,

kembalikan aku ke dunia supaya aku bisa melakukan kebaikan.” Lalu

dijawab oleh Zabaniyyah, “itu hanya ucapan kamu saja”57

Kematian adalah akhir kehidupan di dunia dan awal kehidupan

di alam kubur yang merupakan persinggahan awal di kampung

akhirat. Dalam hadis nabi disebutkan,

ب ه ف م ا ب ع د ه ا ي س ر م ر ة ف ا ن ن ا م ن ه ص اح خ ن ه و ا ن ل ا ن ال ق ب ر ا ول م ن از ل الآ ي ن ج ح م ن ه ف م ا ب ع د ه ا ش د

Sesungguhnya alam kubur adalah kampung akhirat. Jika

seseorang selamat dari sini, maka sesudahnya menejadi lebih

ringan, tetapi jika tidak selamat di sini maka sesudahnya

menjadi lebih berat.

عن سلمان الفارسى و سعيد بن جبي و سفيان الثورى أن البحرين على و فاطمة 56المرجان( السن و عليهما السلام )بينها برزخ( مم د صلى الله عليه و سلم )يرج منهما اللؤلؤ و

Lihat Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, juz ke-5, h. 191 السي عليهما السلام

57 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, juz ke-3, h. 553

Page 65: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 51

Termasuk iman kepada hari akhir adalah iman kepada setiap

berita dari nabi Muhammad SAW tentang kejadian setelah mati58

. Di

antara kejadian itu adalah azab59

kubur.60

Terdapat sejumlah hadis yang menjelaskan perintah berlindung

dari azab kubur. Di antaranya adalah:

ث ن ا هر و ن ب ن م و س ى ا ب و ع ب د الله ا ل ع و ر ع ن ث ن ا م و س ى ب ن ا س اع ي ل ح د ح دش ع ي ب ع ن أ ن س ب ن م ال ك ر ض ي الله ع ن ه ا ن ر س ول الله ص لى الله ع ل ي ه و س لم

ل ع و ا ع و ذ ب ك م ن ال ب خ و ال ك س ل و ا ر ذ ل ال ع م ر و ع ذ اب ال ق ب و ك ان ي د ي ا و ال م م ات ن ة ال م ح ن ة الدج ال و ف ت 6١ف ت

Mûsâ bin Ismâ’îl menceritakan kepada kami, Hârûn bin Mûsâ

Abû ‘Abdillâh al-A’war menceritakan kepada kami, dari

Syu’aib, dari Anas bin Mâlik r.a.: “Sesungguhnya Rasulullah

SAW berdoa memohon perlindungan dari sifat kikir, malas,

perbuatan tercela, azab kubur, fitnah Dajjâl, fitnah kehidupan,

dan fitnah kematian”

58 Ibnu Taimiyyaah, Syarah Aqidah Wasithiyyah. Penerjemah: Abu Fathi

Yazid bi Abdul Qadir Jawas, (Bogor: CV Media Tarbiyah,Februari 2009/Shafar

1430), h. 176

59 Kata “azab” pada bahasa Indonesia berasal dari kata Arab, ‘adzāb. Kata

“azab” sering disamakan dengan kata “sengsara” yang dalam bahasa Sansekerta

“samsara” dan dapat dipahami sebagai: kesulitan/kesusahan dan penderitaan. Kata

“‘adzāb” dalam berbagai bentuk dan derivasinya disebutkan di + 307. Sebagai

bentukkepemilikan, misalnya, Qur’an mengungkapkannya dengan‘adzāb Allāh (azab

[milik] Allah), ‘adzāb rabbika (azab [milik]Tuhanmu), atau ‘adzāb min ‘indihi (azab

[yang datang] dari sisi-Nya). Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa azab datang dari

al-Raḥmān (Yang Maha Pengasih) seperti “‘adzāb min al-Raḥmān” (azab dari Tuhan

yangMaha Pengasih )pada Q. S. Maryam/19: 45. Muhammad Yasir, Al-‘Adzâb dalam Eskatologi Ibn ‘Arabi, (An-Nur, Vol. 4 No. 1, 2015), h. 4

60 Menurut Abd al-Qadir al-Jilani, iman terhadap siksa dan nikmat kubur

adalah wajib. Saat di kubur roh dikembalikan lalu datang malaikat Munkar dan Nakir

menanyakan dan menguji apa yang dipahami dan diikuti dalam ajaran agama. Lihat,

Harapandi Dahri, Pemikiran Teologi Sufistik; Syekh Abdul Qadir Jaelani, (Jakarta

Selatan: Wahyu Press, Maret 2004), cet. ke-1, h. 86

61 Al-Bukhârî al-Ja’fî, Sahîh al-Bukhârî, h. 223

Page 66: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

52 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

F. Tiupan Sangkakala

1. Pengertian Sangkakala

Sangkakala adalah (seperti) tanduk yang ditiup62

yang terbuat

dari cahaya yang memiliki lubang-lubang sejumlah roh hamba-Nya63

sebagai tanda yang dijadikan oleh Allah SWT untuk manusia sebagai

akhir beban mereka di dunia.64

Bagian atas sangkakala seluas tujuh

langit dan bumi yang dikendalikan oleh malaikat Israfil dengan

keadaan penuh siaga menatap ‘arsh menunggu perintah kapan harus

ditiup.65

2. Jumlah Tiupan Sangkakala

Kedatangan hari kiamat ditandai dengan suara sangkakala yang

membuat makhluk bumi dan langit mati. Apabila sangkakala ditiup

maka tiba-tiba manusia66

keluar dengan segera dari kuburnya menuju

kepada Tuhan mereka67

. Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami!

Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami

(kubur)?"68

. Suara tiupan itu adalah sekali teriakan saja69

kemudian

62 Dari Nabi SAW, al-Shûr Qarnun Yunfakhu Fîhi. Lihat, Abû Dâwûd

Sulaimân bin al-Asy’ats al-Sijistânî, Sunan Abî Dâwûd, (Bairût: Dâr al-Kutub al-

‘Ilmiyyah 1416 H/ 1996 M), Juz ke-3, h. 241.

63 Nâshir Makârim al-Shairâzî, Al-Amtsal fî Tafsîr Kitâb Allâh al-Munzal, (Iran: Qum, ), Juz ke-11, h. 567.

64 Abû Ja’far Muhammad bin al-Hasan al-Tusî, Al-Tibyân fî Tafsîr al-Qurân,

(Bairût: Dâr Ihyâh al-Turâts al-‘Arabî) jilid 9, h. 46.

65 Lihat, Abû Hâmid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazâlî, Mukâshafah al-Qulûb; al-Muqarrib ilâ Hadhrat ‘Allâmat al-Ghuyûb fî ‘Ilm al-Tasawwuf, (Bairût:

Dâr al-Fikr, 1990), cet. ke-1, h. 124

66 Tidak hanya manusia namun apaa yang ada di dalam kubur dibangkitkan.

Lihat, QS al-‘Âdiyât/100: 9

ل و ن 67 اث ا ل ر ب م ي ن س د Dan ditiuplah sangkalala و ن ف خ ف الصو ر ف إ ذ ا ه م م ن ال ج

maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan

mereka. (QS Yâsîn/36: 51)

ن و ص د ق ال م ر س ل و ن ق ال و ا يو ي ل ن ا م ن ب ع ث ن ا م ن 68 ا م ا و ع د الرح م ر ق د ن هذ Mereka

berkata: "Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-

tidur kami (kubur)?". Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan

benarlah Rasul- rasul(Nya) (QS Yâsîn/36: 52)

Page 67: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 53

mereka dikumpulkan kepada-Nya.70

Saat itu tidak ada lagi pertalian

keluarga dan tidak satupun yang saling bertanya71

. Tiupan pada hari

69 Satu teriakan tidak harus dipahami sebagai tiupan sangkakala tetapi juga

bisa dipahami sebagai azab atau siksa. Misalnya pada kisah seorang lelaki yang

datang bergegas-gegas dari ujung kota. Ia adalah lelaki yang sangat saleh yang

menghabiskan hari-harinya senantiasa beribadah kepada Allah SWT di sebuah gua.

Ketika ia mendengar para penduduk kota mendustakan para rasul bahkan berencana

akan membunuhnya, ia bergegas keluar gua untuk menasihatinya dan

menyerukannya agar mengikuti ajaran para rasul. Para penduduk kota merasa

sangat tersinggung dan marah terahadap ajakan lelaki itu yang teridentifikasi

bernama Habib al-Najjâr yang ternyata hanya seorang pemahat. Oleh karena itu para

penduduk kota mencekik leher Habib hingga wafat. Menurut al-Zamakhsarî, para

penduduk kota tersebut menginjak-injaknya hingga keluar usus dari duburnya. Detik-

detik ajal menjemputnya, ia melihat para nabi dan mengharap kesaksian para nabi

tersebut bahwa ia termasuk hamba Allash SWT yang beriman. Kemudian Allah

SWT memasukan Habib ke dalam surga. Saat berpisah dengan dunia, Habib teringat

kembali penduduk kota yang membangkang nasihatnya. Seandainya saja mereka

tidak seperti itu pastilah mereka mengetahui bahwa mereka akan diampuni dosa-

dosanya dan dimuliakannya seperti Habib yang sedang berada di peristirahatan

surgawi. Setelah Habib wafat –walaupun ada yang mengatakannya ia diangkat ke

langit-, Allah membalas perbuatan keji mereka. Terlalu terhormat untuk mereka bila

Allah SWT membalasnya dengan mendatangkan tentara malaikat sebagaimana

didatangkannya para malaikat sebelum-sebelumnya. Oleh karena itu perbuatan keji

mereka dibalas hanya dengan satu teriakan malaikat Jibril yang sudah pasti lebih

mudah dari mendatangkan tentara para malaikat. Namun reaksi dari teriakan

tersebut mengakibatkan mereka mati dalam sekejap. Kematian yang demikian itu

menyimbolkan bahwa kehidupan seperti nyala api dan kematian seperti abu. Lihat,

Ibn Katsîr al-Dimasyhqî, Tafsîr al-Qurân al-Karîm, jilid ke-III, h. 685, Louis Mal’uf,

al-Munjid fî al-Lugha wa al-‘ilâm, (Bairût: Dâr al-Masrtiq, 1986), cet. ke-28, h. 633,

Abû al-Qâsim Jâr Allâh Mahmûd bin ‘Umar bin Muhammad al-Zamakhsharî, Tafsîr al-Kasshâf, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah1424 H/2003 M), Jilid ke-IV, h. 10,

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, jilid ke-11, 130-131, Muhammad Hussain al-

Taba’tabaî, Al-Mîzaân fî Tafsîr al-Qurân, (Bairût: Muassasah al-A’lamî li al-

Matbû’ât, 1411 H/ 1991 M), jilid ke-17, h. 76, A S Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, (Oxford University Press, 1995), h. 113, Muhammad al-Râzî

Fakhr al-Dîn bin Diyâ al-Dîn ‘Umar, Tafsîr Fakr al-Râzi al-Mushtahar bi al-Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib, (Dâr al-Fikr, Maktabah al-Taufîq wa al-Dirâsât, 1425-

1426 H/ 2005 M), jilid ke-9, juz 26, h. 50, Shihâb al-Dîn al-Sayyid Mahmûd al-Alûsî

al-Baghdâdî, Rûh al-Ma’ânî fî Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm wa al-Sab’ al-Matsânî, (Bairût: Dâr al-Fikr, 1978 M/1398 H), Jilid VIII, Juz ke-11, h. 397-400

ي ن ا م ض ر و ن 70 ة ف إ ذ ا ه م ج ي ع ل د د ة و اح Tidak adalah teriakan itu ا ن ك ان ت ا ل ص ي ح

selain sekali teriakan saja, maka tiba- tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami.

(QS Yâsîn/36: 53) ن ه م ي و م ئ ذ و لآ ي ت س او ل و ن 71 Apabila sangkakala ف ا ذ ا ن ف خ ف الصو ر ف لآ ا ن س اب ب ي

ditiup, maka tidak ada lagi pertalian keluarga di antara mereka pada itu (hari kiamat)

dan tidak (pula) mereka saling bertanya. (QS al-Muminûn/23 : 101)

Page 68: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

54 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

terlaksananya ancaman72

itu diinformasikan dalam Sûrah al-Naml/27:

87 dan al-Zumar/39: 68,

و ي و م ي ن ف خ ف الصو ر ف ف ز ع م ن ف السم وات و م ن ف ال ر ض ا ل م ن ش اء ر ي ن الله و ك ل أ ت و ه د اخ

Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka

terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi,

kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka

datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri].” ( al-

Naml/27: 87)

و ن ف خ ف الصو ر ف ص ع ق م ن ف السموات و م ن ف ال ر ض ا ل م ن ش اء ٧3

ر ى ف ا ذ ا ه م ق ي ام ي ن ظ ر و ن الله ث ن ف خ ف ي ه أ خ “Dan sangkakala pun ditiup maka matilah semua (makhluk)

yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki

Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakalaitu) maka

seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu

(keputusan Allah)”( al-Zumar/39: 68,)

Ibn Katsîr

74 berpendapat kematian makhluk bumi dan langit

ditandai dengan tiupan sangkakala kedua. Ini berarti sebelum

و ن ف خ ف الصو ر ذال ك ي و م ال و ع ي د 72 Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari

terlaksananya ancaman. (QS Qâf/50: 20)

73 Sha’iqa terdiri dari shad, ‘ayn, qaf berarti bersuara sangat keras. Suara

yang sangat keras disebut Al-sha’q. Peristiwa luar biasa yang diakibatkan (suara)

petir disebut al-sha’iqa. mati yang disebabkan (suara) petir disebut sha’iqa. Lihat

Abû al-Hasan Ahmad ibn Fâris ibn Zakariyyâh, Mu’jam al-Maqâyis fî al-Lughah,

(Bairût: Dâr al-Fikr, 1415 H/1994 M), cet. ke-1, h. 566

74 Ibn Katsîr al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-4, h. 78. Ibn

Katsîr memiliki nama lengkap ‘Imâd al-Dîn Ismâ’îl bin ‘Umr bin Katsîr bin Daww

bin Dar’ al-Qurashiyyi al-Basrawiyyi al-Dimashqî. Dijuluki Abû al-Fidâ. Lahir 701 H

di Desa Mujaydil, Shâm. Ayahnya adalah seorang juru dakwa. Ia bersama ayahnya

pindah ke Damaskus 706 H. Ia belajar fiqh dengan Burhân al-Dîn al-Fazârî dan ahli

fiqh lainnya. Ia belajar di Madrasah ‘Umm al-Shâlih dan di al-Madrasah al-

Tankiziyyah. Menurut al-Dzahabî, ia adalah ahli fiqh yang cerdas, ahli hadits yang

tidak diragukan, dan ahli tafsir yang kritis. Lihat Abû al-Hasan ‘Alî al-Husnî al-

Nadwâ, Rijâl al-Fikr wa al-Da’wah fî al-Islâm, (Damaskus: Dâr al-Qalam, 1423

H/2002 M), cet. ke-1, juz III, h. 321. Lihat juga, Ibn Katsîr al-Dimashqî, Al-Nihâyah

Page 69: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 55

kematian makhluk sudah ada tiupan sangkakala pertama yang

menandai permulaan hari kiamat. Menurut Ahmad al-Shâwi75

, tiupan

pertama itu membuat bumi berguncang hebat, gunung-gunung

bertebaran, matahari digulung, bintang-bintang berjatuhan, dan

lautan ditundukan. Sungguh kegoncangan hari kiamat sangat dahsyat,

inna zalzalah al-sâ’at shaiun ‘azîm. Pendapat ini didukung Abu

Hafs76

dan dijadikan rujukan oleh Badan Litbang dan Diklat

Kementerian Agama Republik Indonesia.77

Menurut al-Qâsimî,78

sha’iqa berarti halaka (binasa, hancur,

mati). Namun Abu Hafs mengartikannya lain. menurutnya,

‘sha’iqa’ tidak berarti ‘mati79

’ tetapi ‘pingsan’80

. Pendapat tersebut

didasari Q.S. al-A’râf: 143,

fî al-Fitan wa al-Malâhim, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2007 M/1428 H), cet.

dua warna ke-1, h. 3

75 Ahmad al-Sâwî al-Malikî, Hâshyiyah al-Sâwi ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain,

(Bairût: Dâr al-Fikr, t.t.), Jilid III, h. 379

76 Abû Hafs ‘Umar bin ‘Alî bin ‘Adl al-Dimasyqî al-Hanbalî, Al-Lubâb fî ‘Ulûm al-Kitâb, (Bairût: Dal al-Kutub al-‘Ilmiyyah), Juz ke-16, h. 547-549

77 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qurân, et. al., TAFSIR ILMI: KIAMAT,

(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qurân: Badan Litbang dan Diklat

Kementerian Agama RI, Juni 2011), h. 27

78 Muhammad Jalâl al-Dîn al-Qâsimî, Tafsîr al-Qâsimî al-Musammâ Mahâsin al-Tawîl, (Bairût, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1418 H/1997 M), Jilid VIII, h. 296

79 Mati, kematian, atau al-maut adalah keterpisahan roh dan jasad, keadaan

diam dan tidak ada gerakan, keadaan sesuatu menjadi dingin, kehilangan, kerusakan,

dan kekosongan dari bangunan dan pendudukutkan dalam Al-Qurân sebanyak kurang

lebih 160 kali yang tersebar di berbagai surat dan ayat-ayat antara lain QS 21: 34,

“tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian”. Al-maut dalam tasawuf adalah

keterpsisahan roh dari jasad. Kata ini dalam berbagai bentuk dan perubahan

disebutkan dalam Al-Qurân sebanyak kurang lebih 160 kali, yang terebardi berbagai

surat dan ayat antara lain adalah firman Allah QS 21: 34, “tiap-tiap yang berjiwa

akan merasakan mati”. Lihat Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung: Angkasa, 2008), cet. ke-1, jilid II

80 Al-faza’ berarti al-khauf (ketakutan) dan al-Dz’r (kepanikan) yang dalam

bahasa Inggris adalah alarm, fright. Lihat h. Muhammad Rawwâs Qal’ajî, at. al.,

Mu’Jam Lughat al-Fuqahâ: ‘Arabî-Inklîzî, (Bairût: Dâr al-Nafâis, 1405 H/1985 M),

cet. ke-1, h. 340

Page 70: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

56 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

ق ات ن ا و ك لم ه ر به ق ال ر ب ا ر ن ا ن ظ ر ا ل ي ك ق ال ل ن ت رن ي و ل ما ج اء م و س ى ل م ت ق ر م ك ان ه ف س و ف ت ر ن ف ل ما ت لى ر به ل ل ج ب ل و لك ن ان ظ ر ا ل الج ب ل ف ا ن اس

ف ل م ا ا ف اق ق ال س ب حن ك ت ب ت ا ل ي ك و ا ن ا ول موسى صعقاو خر ج ع ل ه د كا ال م ؤ م ن ي

“Dan ketia Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang

telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfiman (langsung)

kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-

Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau, (Allah)

berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namum

lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai

sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika

Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu,

gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah

Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat

kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama

beriman.”

Al-Asfhahani hanya mengenal tiga kata untuk kata sa’iqa:

Pertama diartikan sebagai kematian dengan merujuk kepada QS Az-

Zumar/39: 68. Kedua diartikan sebagai azab dengan merujuk kepada

QS Fussilat/41: 13, dan ketiga diartikan sebagai api dengan merujuk

kepada QS Ar-Ra’d/13: 13.81

Tiupan tersebut menyebakan kepanikan dahsyat (al-faza’ al-

shadîd) bukan menyababkan kematian. Ini sesuai dengan Q.S. al-

Naml/27: 87,

و ي و م ي ن ف خ ف الصو ر ف ف ز ع م ن ف السم وات و م ن ف ال ر ض ا ل م ن ٨2

ش اء الله

81 Al-Râghîb al-Asfahânî, Kamus Al-Qurân: Al-Mufradat fî Gharib al-Qurân.

Penerjemah: Ahmad Zaini Dahlan, (Jawa Barat: Depok, Pustaka Khazanah Fawa’id,

Rajab 1438 H/April 2017 M), cet. ke-1, jilid ke-2, h. 471-472.

82 Dari Nabi SAW, al-Sûr Qarnun Yunfakhu Fîhi. Sangkakala adalah

(seperti) tanduk yang bisa ditiup. Lihat, Abû Dâwûd Sulaimân bin al-Ash’ats al-

Sijistânî, Sunan Abî Dâwûd, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah 1416 H/ 1996 M),

Juz ke-3, h. 241. Menurut hadits, sangkakala adalah (seperti) tanduk yang terbuat

Page 71: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 57

[Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka

terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi,

kecuali siapa yang dikehendaki Allah].

Namun ia juga menerangkan adanya pendapat berbeda.

Menurutnya, al-faza’ berarti ‘keadaan hampir mati’ disebabkan

dahsyatnya suara tiupan sangkakala. Dengan demikian, tiupan

sangkakala ada tiga; nafkh al-faza’ (tiupan kepanikan dahsyat), ini

sesuai Q.S al-Naml:78, Nafkh al-Sha’iq (tiupan kematian), dan Nafkh

al-Qiyâm (tiupan kebangkitan)

Berbeda dengan Ibn Katsîr, menurut al-Qurtubî83

, al-

Mawardî84

, al-Tabatâî85

dan al-Suyûtî, tiupan sangkakala ada dua;

nafkhah li al-imâtah (tiupan kematian) dan nafkhah li al-ihyâ (tiupan

kehidupan kembali). Al-Mawardî membagi pemahaman kata sha’iqa

menjadi dua; bermakna pingsan dan bermakna mati. Pendapat

jumhur, menurut al-Mawardî, adalah sha’iqa berarti mati pada tiupan

pertama.

Al-Tabatabâî walaupun berpendapat ada dua tiupan sangkakala

namun ia tidak menafikan pendapat yang mengatakan ada tiga

tiupan; nafkhah li al-imâtah (tiupan kematian), nafkhah li al-ihyâ wa

al-ba’ts (tiupan kehidupan kembali dan kebangkitan), dan nafkhah li

al-faza’ wa al-sha’iq (tiupan kepanikan dan kematian).

dari cahaya yang memiliki lubang-lubang sejumlah roh hamba-Nya. Lihat.Nâshir

Makârim al-Syairâzî, Al-Amtsal fî Tafsîr Kitâb Allâh al-Munzal, (Iran: Qum, ), Juz

ke-11, h. 567. Menurut al-Tusî, sangkakala tersebut adalah tanda yang dijadikan

oleh Allah SWT untuk manusia sebagai akhir beban mereka di dunia. lihat, Abû

Ja’far Muhammad bin al-Hasan al-Tusî, Al-Tibyân fî Tafsîr al-Qurân, (Bairût: Dâr

Ihyâh al-Turâts al-‘Arabî) jilid 9, h. 46

83 ‘Abdullâh Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân, (Qâhirah: Dâr al-Kâtib al-‘Ilmi li al-Taba’at wa al-Nashr, 1967 M), Juz ke-

15, h. 280.

84 Abû al-Hasan ‘Alî bin Muhammad bin Hubaib al-Mawardî al-Basrî, Al-Nukatu wa al-‘Uyûn Tafsîr al-Mawardî , (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah), jilid

V, h. 13

85Muhammad Husain al-Tabatabâî, Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân, (Bairût:

Muassasah al-‘Alamî li al-Matbû’ât,), Juz, ke-17, h. 293

Page 72: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

58 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Sedangkan menurut al-Râzî86

ketiga tiupan sangkakala itu

dinamai dengan nafkhah al-faza’ (tiupan kepanikan), nafkhah al-

sha’iq (tiupan kematian), dan nafkhah al-qiyâm (tiupan kebangkitan).

Berikut ini adalah tabel istilah sangkakala dan jumlahnya yang

digunakan oleh sebagian mufasir,

Tabel Nomor 1: Jumlah dan Nama Tiupan Sangkakala

MUFASIR TIUPAN KE-1 TIUPAN KE-2 TIUPAN KE-3

Al-Razî dan

Abu Hafs

Nafkha al-faza’ (tiupan

kepanikan

dahsyat)

Nafkha al-Sha’iq (tiupan

kematian)

Nafkha al-Qiyâm (tiupan

kebangkitan)

Al-Tabatatbâî

Nafkhah li al-imâtah (tiupan

kematian)

Nafkhahli al-ihyâ wa al-ba’ts

(tiupan

kehidupan

kembali dan

kebangkitan)

Nafkhah li al-faza’ wa al-sha’iq (tiupan

kepanikan dan

kematian)

Al-Suyûtî

Al-Qurtubî

Al-Mawardî

Al-Tabatatbâî

Nafkhah li al-imâtah (tiupan

kematian)

Nafkhah li al-ihyâ (tiupan

kehidupan

kembali).

Dengan demikian tentu ada jedah waktu antara tiupan pertama

dengan tiupan selanjutnya. Lalu berapa lama jedah waktu tersebut?

Mengutip hadis87

Abu Daud dan Ibn Murdawaih dari Abu Hamid, As-

Suyuthi88

berpendapat bahwa jarak waktu antara tiupan pertama

dengan tiupan ke dua adalah 40 (empat puluh). Tidak dijelaskan

apakah empat puluh tahun atau empat puluh hari. Ketiadaan

penjelasan tersebut didasari dari riwayat al-Bukhari yang menyatakan

86 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-27, h. 19

87 Hadis/Hadîts secara bahasa berarti “yang baru”. Secara terminologis

“hadîts” adalah setiap sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW yang

berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sifat. Lihat, Mahmûd al-Tahhân, Taysîr Mustalah al-Hadîts, (Surabaya: Shirkah Bunkûl Indah, t. t.), cet. ke-7, h. 15. Lihat

juga, Muhammad Fârûq al-Nabhân, Al-Madkhal li al-Tashrî al-Islâmî, (Bairût: Dâr

al-Qalam, 1981), cet. ke-2, h. 89

Page 73: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 59

ketika Abû Hurairah ditanya apakah empat puluh tahun atau empat

puluh bulan, Ia menjawab “aku tidak mempedulikannya”. Berikut ini

Hadis lengkapnya: عن أبى هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ما بي النفختي أربعون قالوا يا أب هريرة اربعنون يوما قال أ ب ي ت قالوا اربعون شهرا قال أ ب ي ت قالوا ابربعون سنة قال أ ب ي ت ث ي ن ز ل الله من السماء ماء فينبتون كما ينتب

ب البقل قال و ليس من النسان ل ى ال ع ظ ما واحدا وهو ع ج شيء ال ي ب ٨9الذن ب و منه ي ر كب الخلق يوم القيامة

Dari Abû Hurairah, berkata ia, Rasul SAW bersabda: di antara

dua tiupan adalah empat puluh. Mereka bertanya, Wahai Abû

Hurairah! Apakah empat puluh hari? Abû Hurairah menjawab,

aku tidak pedulikan itu. Mereka bertanya, Wahai Abû

Hurairah! Apakah empat puluh bulan? Abû Hurairah

menjawab, aku tidak pedulikan itu. Mereka betanya, Wahai

Abû Hurairah! Apakah empat puluh tahun? Abû Hurairah

menjawab, aku tidak pedulikan itu. Kemudian Allah SWT

menurunkan air dari langit maka saat itu (jasad-jasad makhluk

bangkit) seperti tanaman yang tumbuh dalam keadaan tidak

sadar berbentuk sebuah tulang. Yaitu bagian bawah rusuk

tulang ekor. Dan dari bagian itu makhluk menaikinya pada

hari kiamat. .

Namun menurut al-Huwayzî90

dan al-Ghazâlî,91

empat puluh

tersebut adalah empat puluh tahun. Pendapatnya tersebut didasari

dari riwayat al-Muqâtil saat menerangkan perihal sangkakala dengan

88 Jalâl al-Dîn ‘Abd al-Rahmân ibn Abî Bakr al-Suyûtî, Al-Durr al-Mantsûr fî

Tafsîr al-Matsûr, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t. t.), Jilik II, h. 631

89 Abû al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj bin Muslim al-Qusyairî al-Nîsabûrî,

Al-Jâmi’ al-Shahîh, (Bairût: Dâr al-Fikr, t. t..), jilid ke-4, juz ke-8, h. 210. Lihat

juga, Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-4, h. 558

90 ‘Abdu ‘Ali bin Jam’ah al-‘Arushî al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalaîn,

(Bairût, Lubnan, Muassasah al-Târîkh al-‘Arabî, 1422 H/2001 M.), cet. ke-1, Juz VI,

h. 312

91, Abû Hâmid Muhammad bin Muhammad al-Ghazâlî, Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn,

(Bairût: Dâr al-Fikr, 1411 H/ 1991 M), cet. ke-3, h. 545. Lihat juga, Al-Ghazâlî,

Mukâshafah al-Qulûb…, h. 124

Page 74: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

60 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

memuat riwayat Qatâdah yang menyatakan bahwa (waktu jeda)

antara dua tiupan sangkakala adalah empat puluh tahun.

3. Makhluk Yang Tetap Hidup Setelah Sangkakala Ditiup

Makhluk yang dikecualikan Allah (illâ man shâ allâh) menjadi

perhatian serius mufasir untuk mengetahui siapa mereka yang tetap

hidup saat sangkakala ditiup.

Menurut al-Alûsî, al-Huwayzî92

, al-Tusî93

, dan al Al-

Tabatatbâî94

, makhluk tersebut adalah Jibril, Israfil, Mikail95

,

Malaikat Maut, dan Malaikat Pemikul ‘Arsh. Pendapat itu didasari

riwayat al-Sâdî. Namun jika ditijau melalui riwayat al-Dlahhâk,

makhluk tersebut adalah malaikat Ridwan, Bidadari, dan malaikat

Zabaniyyah. Mereka tidak mati karena mereka telah mati terlebih

dahulu sebagaimana Q.S. al-Dukhhân/44: 56, lâ yadzûqûna fîhâ al-

mauta illâ al-mautata al-ûlâ, (mereka tidak akan merasakan mati di

dalamnya kecuali mati yang pertama).

92 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, juz ke-1,h. 312

93 Abû Ja’far Muhammad bin al-Hasan al-Tusî, Al-Tibyân fî Tafsîr al-Qurân,

(Bairût: Dâr Ihyâ al-Turâts al-‘Arabî) jilid 9, h. 46

94 Al-Tabatabâî, Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân, Juz, ke-17, h. 293.

95 Mikail bertugas menurunkan hujan dan mendermakan rezeki sesuai apa

yang telah diperintahkan Allah. Ia berada pada tempat dan kedudukan yang tinggi

dan mulia di sisi Allah, serta mempunyai banyak pembantu dalam melaksanakan

tugas-tugas yang diperintahkan oleh-Nya dalam mendatangkan angin dan awan.

Dalam sebuah hadits dinyatakan, “Tidaklah turun hujan dari langit kecuali

bersamanya seorang malaikat yang menetapkan hujan itu pada belahan bumi” (mâ min qutratin tanzilu min al-samâi illâ wa ma’ahâ malakun yuqarribuhâ fî mawdi ‘ibâ min al-ard). Allah SWT menciptakan Mikail lima ratus tahun setelah penciptaan

Israfil. Tubuh Mikail dipenuhi rambut yang terbuat dari tumbuhan harum (za’faran).

Sayapnya terbuat dari batu mulia zabarjad hijau. Setiap helai rambutnya memiliki

satu juta wajah dan setiap wajah memiliki satu juga mata. Setiap tetes air mata

tangisannya adalah rahmat untuk muminin yang terjebak dalam dosa. Setiap

wajahnya memiliki satu juta mulut. Setiap mulutnya memiliki satu juga lidah.

Setiap lidahnya mampu mengucapkan satu juta macam bahasa. Setiap lidahnya

memohon ampunan kepada Allah untuk mumin yang terperosok dalam dosa. lihat.

Barizi, Malaikat di antara Kita, h. 31. Lihat juga, ‘Abd al-Rahîm bin Ahmad al-

Qâdî, Daqâiq al-Akhbâr fî Dzikr al-Jannah wa al-Nâr, e-book diakses pada 6 April

20019 dari https://id.scribd.com/doc/19491348/ -والنار-الجنة-ذكر-ف-الخبار-دقائقالقاضي-احم-ابن-الرحيم-عبد

Page 75: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 61

Menurut Ibn Katsîr96

, mereka adalah Israfil, para Penjaga ‘Arsh

dan Izrail. Setelah roh mereka tetap hidup, roh dicabut oleh malaikat

maut dan yang terakhir mati adalah malaikat maut. Maka yang yang

tetap hidup adalah Zat Yang Maha Hidup. Ia memperkenalkan

kegagahan-Nya seraya berfirman, “milik siapa kerajaan sekarang?”,

milik siapa kerajaan sekarang?”, milik siapa kerajaan sekarang?”,

tentu milik Allah SWT Yang Maha Esa dan Maha Perkasa.97

Menurut al-Qurtubî, yang tetap hidup adalah syuhada yang

mengusung pedang di sekitar ‘arsh (mutaqallidîna asyâfahum haw al-

‘arsh). Melalui riwayat Anas bin Malik, dari Nabi SAW, mengenai

firman Allah SWT, fa sha’iqa man fi al-samâwâti wa man fî al-ardl

illâ man syâ Allâh, nabi bersabda: “(mereka adalah) Jibril, Mikail,

pembawa Arsy, Malaikat Maut, dan Israfil. Terakhir mati adalah

Jibril.” Al-Qurtubî juga berpendapat yang dikecualikan tetap hidup

(illâ man shâ Allâh) adalah yang mati pada tiupan pertama yang

kemudian langsung dihidupkan kembali.

Melalui riwayat Abû Hurairah dan al-Turmudzî, Al-Qurtubî

mengisahkan seorang laki-laki Yahudi di pasar Madinah berkata:

“Demi Zat yang telah memilih Musa dari manusia lain”. Maka laki-

laki Anshar memukul tangan laki-laki Yahudi tersebut. Lalu laki-

laki Anshar berkata: “kau berkata demikian sedangkan ada rasul

bersama kita.” Kemudian saya adukan hal itu kepada rasul dan rasul

membaca “wa nufikha fî al-sûri fa sa’iqa man fî al-samâwâti wa man

fî al-ard illâ man shâ allâh tsumma nufiqa fîhi ukhrâ fa idzâ hum

qiyâmun yanzurûn, aku adalah yang pertama mengangkat kepala

(bangkit), saat itu aku berada dekat Musa yang sedang bertanggung

jawab terhadap ‘arsh. Aku tidak tahu apakah ia lebih dahulu

mengangkat kepalanya (bangkit) ataukah ia termasuk orang yang

dikecualikan oleh Allah SWT (illâ man shâ Allâh) sehingga ia tetap

96 Ibn Katsîr al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, h. 78

97 Dalam hadits riwayat ‘Abdullâh bin ‘Umar dijelaskan bahwa saat kiamat

Allah SWT menggenggam dan membentangkan langit-langit dan bumi-bumi-Nya

seraya berfirman, “Aku Maha Perkasa. Aku Raja. Dimana (para makhluk) yang

(mengaku) perkasa? Dimana (para makhluk) yang sombong?”. Lihat. Abû ‘Abdillâh

Muhammad bin Yazîd al-Qazwayinî, Sunan ibn Mâjah, (Al-Qâhirah: Dâr al-Hadîts,

1419 H/1998 M), cet. ke-1, h. 527

Page 76: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

62 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

hidup. Siapa yang berkata bahwa aku lebih baik dari Yunûs ibn Mattâ

maka ia telah dusta”.98

Lebih lanjut al-Qurtubî menjelaskan melalui riwayat Anas saat

nabi SAW membaca wa nufikha fî al-shûri fa sha’iqa man fi al-

samâwâti wa man fî al-ardl illâ man syâ Allâh, para sahabat bertanya,

wahai nabi Allah, siapa mereka yang dikecualikan Allah (untuk tidak

mati)? Rasul menjawab, meraka adalah Jibril, Mikail, Israfil, dan

Malaikat Maut. Lalu Allah berfirman kepada malaikat maut!

“Makhluk-Ku yang masih tetap hidup pasti lebih mengetahui

(keadaan ini)”. Malaikat maut berkata, “Wahai Tuhanku, Jibril,

Mikail, Israfil, dan hambamu yang lemah ini (masih hidup).” Lalu

Allah SWT memerintahnya, “Ambilah roh Israfil dan Mikail!” maka

gugurlah keduanya menjadi mayyit berbentuk seperti dua gunung

megah. Kemudian Allah SWT berfirman, “Wahai malaikat maut,

matilah engkau!” maka matilah ia.

Dalam riwayat al-Qushairî, mereka yang tetap hidup adalah

Musa dan Syhuhada. Walaupun mereka mati namun sesungguhnya

mereka tetap hidup di sisi Allah (bal ahyâ inda rabbihim yurzaqûn).

Selanjutnya diterangkan melalui hadis nabi dari Abû Hurairah,

“jangan buat saya bingung mengenai Musa. Memang manusia mati,

aku adalah orang pertama yang hidup kembali dan saat itu Musa

sedang bertanggung jawab terhadap ‘arsh. Aku tidak tau apakah dia

termasuk yang dimatikan kemudian dibangkitkan atau termasuk yang

dikecualikan oleh Allah.99

Menurut al-Nasafî,100

mereka adalah Jibril, Mikail, Israfil,

Malaikat Maut, Penanggung Jawab ‘Arsh, Malaikat Ridwan, dan

Malaikat Zabaniyyah.

Al-Huwayzî101

mengakui adanya perbedaan terhadap siapa yang

tidak mati namun ia hanya menyebut Jibril, Mikail, Israfil, dan

98 Lihat Abû ‘Abdillâh Muhammad bin Yazîd al-Qazwayinî, Sunan ibn

Mâjah, (Al-Qâhirah: Dâr al-Hadîts, 1419 H/1998 M), cet. ke-1, h. 526

99Al-Jami’ li Ahkâm al-Qurân, h. 281

100 Abû al-Barkât ‘Abdullâh al-Nasafî, Tafsîr al-Nasafî al-Musammâ bi Madârik al-Tanzîl wa Haqâiq al-Tawîl, (Bayrut: Dâr al-Fikr, t.t.), jilid ke-6, juz ke-4,

h. 66

Page 77: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 63

Malaikat Maut yang didasari dari Hadis marfu’. Pendapat ini sama

dengan pendapat al-Ghazâlî.102

Menurut al-Qâsimî,103

mereka adalah para malaikat tertentu

atau sebagian dari para syhuhada. Dengan mengutip riwayat

Qatâdah, ia berbendapat bahwa Allah SWT telah mengecualikannya,

maka tentu Allah lebih mengetahui.

Al-Râzî104

menambahkan informasi bahwa selain yang telah

disebut di atas, ada juga makhluk Allah yang tetap hidup saat

sangkakalan ditiup. Mereka adalah bidadari (hûr ‘înun), penghuni

‘Arsh dan Kursî Allah.

Dalam Tafsir Ilmi tentang Kiamat yang diterbitkan hasil kerja

sama Lajnah Pentashih Al-Qurân, Badan Litbang & Diklat

Kementerian Agama dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) tidak sama sekali menyinggung siapa yang dikecualikan oleh

Allah SWT saat sangkakala ditiup walaupun diterangkan bahwa

tahap awal kiamat adalah ditiupnya sangkakala oleh malaikat

Izrail.105

Beragam pendapat mengenai siapa mereka yang tetap hidup

saat tiupan sangkakala pertama membuat Quraish Shihab106

berpendapat bahwa yang paling baik adalah tidak menentukan siapa

mereka yang tetap hidup dengan alasan tidak ada pijakan yang kuat

untuk menetapkan siapa saja mereka. Kesimpulan Quraish Shihab

nampaknya berkiblat kepada pendapat Qathada yang menyatakan

bahwa Allah telah mengecualikannya dan Allah lebih mengetahui

101 ‘Abdu ‘Ali bin Jam’ah al-‘Arusyî al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalayn,

(Bairût, Lubnan, Muassasah al-Târîkh al-‘Arabî, 1422 H/2001 M.), cet. ke-1, Juz VI,

h. 313

102 Al-Ghazâlî, Mukâshafah al-Qulûb…, h. 124

103 Al-Qâsimî, Jalâl al-Dîn, Tafsîr al-Musammâ Mahâsin al-Tawîl, h. 296

104 Al-Râzî Fakhr Mafâtih al-Ghaib, juz ke-27, h. 19

105 Lihat Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qurân, et. al., TAFSIR ILMI: KIAMAT, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qurân: Badan Litbang dan Diklat

Kementerian Agama RI, Juni 2011), h. 27-32

106 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keseraan al-Qurân, (Ciputat: Lentera Hati, Nopember 2009), cet. ke-II, h. 544

Page 78: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

64 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

siapa mereka. Selain itu, Al-Qurân dan al-hadîts tidak menjelaskan

siapa mereka.107

Kesimpulan Quraish bahwa tidak ada pijakan yang kuat untuk

menetapkan siapa saja yang dikecualikan sepertinya perlu ditinjau

ulang dengan alasan mungkin, sekali lagi mungkin, Quraish belum

menelisik atau tidak mengomentari sejumlah riwayat Abû Hurairah,

Turmudzî, dan Anas yang dikemukakan Qurtubî di atas.

Benar apa yang dikatakan Ahmad S. Moussali, sebagaimana

dikutip Azyumardi Azra,108

bahwa diantara naskah suci Al-Quran

banyak ilmu pengetahuan dan aliran-aliran pemikiran yang dibentuk,

dikembangkan, disahkan, dan tidak disahkan. Hal tersebut termasuk

pada hadîts, (tradition), tafsîr, (exegesis), fiqh, (jurisprudence), kalâm

(theology), tasawuf109 (Sufism), dan akhlâq (ethics). Keadaan seperti

itu, menurut Arkoun, sebab naskah suci Al-Qurân adalah text

terbuka sehingga tidak satu pun berhak mengklaim penafsirannya

paling benar.110

107 Muhammad al-Râzî Fakhr al-Dîn bin Diyâ al-Dîn ‘Umar, Tafsîr al-Fakhr

al-Râzî al-Mushtahir bi al-Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib, (Bairût: Dâr al-Fikr,

1981 M/1401 H), cet. ke-1, juz ke-27, h. 19

108 Azyumardi Azra, Pluralism, Coexistence and Religious Harmony in Southeast Asia; Indonesia Experience in the “Middle Path”, dalam Contemporary Islam; Dynamic, not Static, (London and Newyork: Routledge, 2006),”, h. 229

109 Jika ahli hadîts dikenal dengan sebutan muhadits, ahli fiqh dikenal

dengan sebutan faqîh/fuqahâ, lalu apa sebutan untuk mereka yang menguasai

shûfiyyah/tashawwuf? Menurut Abû Nasr al-Sarrâj al-Tûsî, tasawuf/sûfiyyah tidak

bisa berdiri sendiri karena ia merupakan kumpulan semua ilmu pengetahuan. ia tidak

sama dengan ilmu pengetahuan lain atau sebutan lainnya seperti orang yang

menjalankan zuhd dikenal dengan sebutan zâhid/zuhhâd. Dalam QS al-Mâidah: 112

dijelaskan bahwa Allah SWT menyebut suatu golongan tidak dari pengetahuannya

atau perbuatannya akan tetapi dari kebiasaan hidupnya seperti orang-orang yang

biasa memakai pakaian putih disebut al-hawariyun, (إ ذ ق ال ال و ار ي و ن) Itulah mengapa

sejumlah pakar saling berbeda pendapat dalam memperkenalkan asal usul dan

pengertian tasawuf. Ada pendapat mengatakan asal tasawuf berasal dari kata sûf (wol), atau dari kata suffah, dari kata safâu. Lihat, Abû Nasr al-Sarrâj al-Tûsî, Al-Luma’, (Mesir: Maktabah al-Tsaqafah al-Diniyyah, t. t.) h. 40-41

110 Suadi Putro, Mohammed Arkoun Tentang Islam & Modernitas, (Jakarta:

Penerbit Paramadina, Januari 1998), cet. ke-1, h. 69

Page 79: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 65

Berikut ini tabel pendapat para mufasir tentang siapa saja yang

dikecualikan Allah SWT untuk tetap hidup saat sangkakala kematian

ditiup,

Tabel Nomor 2:

Makhluk Yang Tetap Hidup Setelah Sangkakala Ditiup

YANG TETAP HIDUP SAAT SANGKAKALA KEMATIAN

MENURUT PARA MUFASIR

MUFASIR

YANG TETAP HIDUP

J

i

b

r

i

l

M

i

k

a

i

l

I

s

r

a

f

i

l

I

z

r

a

i

l

Z

a

b

a

n

i

S

y

u

h

a

d

a

Penj.

‘Arsh R

i

d

w

a

n

M

u

s

a

Al-Alûsî √ √ √ √ √

Al-Tabatabaî √ √ √ √ √

Ibn Katsîr √ √ √ √

Al-Qurtûbî √ √ √ √ √ √

Al-Huwayzî √ √ √ √

Al-Nasafî √ √ √ √ √ √ √ √

Al-Qâsimî Hanya Allah yang mengetahui siapa saja yang

dikcualikan-Nya

Quraish

Shihab

Tidak menentukan siapa saja yang dikecualikan-Nya

dengan alasan tidak ada pijakan yang kuat

Al-Râzî Semua yang disebut di atas dan ditambahkan dengan

bidadari surga111

, penghuni ‘Arsh dan penghuni Kursî Allah

111 Bidadari surga diibaratkan seperti mutiara yang masih tersimpan dalam

karangnya, belum pernah tersentuh tangan, belum pernah tersentuh sinar matahari,

bahkan belum pernah tersentuh udara sama sekali sehingga masih benar-benar suci

dan terjaga. Saat bidadari itu berjalan maka terdengar suara gelang kakinya dan

gelang tangannya yang menyucikan Allah SWT. Dia memakai kalung dari permata

yakut dan sandal serta terompah dari emas dan mutiara yang selalu bertasbih fasih.

Nor Saidah, Bidadari dalam Konstruksi Tafsir Al-Qurân: Analisis Gender atas Pemikiran Amina Wadud Muhsin dalam Penafsiran Al-Qurân, dalam Palestren, Vol.

6. No. 2, Desember 2013, h. 448

Page 80: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

66 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

G. Roh

Al-Qurân memberi rambu tegas dalam urusan roh. Manusia

hanya diberi pengetahuan sedikit sehingga untuk mengenal hakikat

roh hampir tidak dimungkinkan. Oleh karena itu para tokoh agama

berpijak kepada wahyu dalam menjelaskan roh. Menurut mereka roh

lebih dahulu ada dibandingkan jasad. Kelanjutan dan keabadian roh

tanpa perlu mengikutsertakan argumentasi logika.112

Sikap dan alasan

seperti itu bisa jadi karena roh datang dari Tuhan sehingga cara yang

layak ditempuh untuk mengenalnya adalah melalui sabda-sabda

Tuhan.113

Menurut mereka, tersusunya manusia dari tubuh dan roh

tidak sama dengan tersusunya zat kimia yang teridiri dari dua unsur.

Contohnya air, yang terdiri dari oksigen dan hidrogen. Pada air, jika

salah satu susunannya berpisah dari yang lainnya maka wujud

susunan tersebut sirna beserta seluruh sifat susunannya. Pada

manusia, roh adalah unsur substansial dan hakikat manusia. Selama

roh ada maka kemanusiaan dan kepribadiannya tetap ada dan utuh.

Perubahan dan pergantian sel-sel tubuh tidak merusak kesatuan

pribadi mengingat standar kesatuan hakiki manusia adalah rohnya

yang satu.114

Para filosof klasik menganggap roh pada tumbuhan dan hewan

bersifat materi sedangkan roh pada manusia bersifat nonmateri.

Kaum materealis membatasi wujud hanya pada materi dan sifat-

sifatnya sehingga mereka mengingkari adanya roh yang bersifat

nonmateri. Menurut mereka, sesuatu yang tidak dapat diindera tidak

112 Ibrahim Madkour, Filsafat Islam; Metode dan Penerapan. Penerjemah:

Yudian Wahyudi Asmin dan Ahmad Mudzakkir, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

September 1996), cet. ke-4, h. 195

113 Di beberapa kalangan umat Islam masih ada rasa takut membahas lebih

jauh mengenai roh meningat roh bukan urusan manusia melainkan urusan Tuhan.

Membahasnya secara mendalam dipandang mencampuri urusan Tuhan dan dapat

berakibat fatal karena manusia melanggar batas-batas kemampuannya sendiri. Jika

dikaji lebih jauh, letak persoalnya adalah pemahaman kata perintah “amr” pada

kalimat “katakanlah: roh adalah (urusan) Tuhanku”. Sesungguhnya dalam bahasa

Arab, “amr” mengandung banyak arti. Di antaranya adalah: perintah, urusan,

pimpinan, dan arah. Lihat, Musa Asy’arie, Filsafat Islam: Sunnah Nabi Dalam Berpikir, (Yogyakarta: Lesfi, 2002), cet. ke-3, h. 225

114 MT. Mishbâh Yazdî, Iman Semesta. Penerjemah: Ahmad Marzuki Amin,

(Jakarta: Al-Huda, November 2005/Syawwal 1426), cet. ke-1, h. 345

Page 81: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 67

dapat dibuktikan secara ilmiah. Oleh sebab itu mereka tidak

menerima keberadaan forma yang abstrak sehingga mereka tidak

menawarkan solusi tuntas dalam standar kesatuan pada makhluk

hidup.115

Dalam filsafat, keberadaan roh bisa dipahami melalui

keberadaan gerak; baik gerak paksaan atau gerak bukan paksaan.

Gerak paksaan adalah gerak yang muncul dari unsur luar yang

mengenai suatu benda. Gerak bukan paksaan terbagi menjadi dua:

gerak yang sesuai dengan hukum alam dan gerak yang menentang

hukum alam. Jatuhnya batu dari atas ke bawah adalah contoh gerak

yang sesuai hukum alam. Burung yang mengepakkan sayapnya di

udara sehingga tidak terjatuh adalah contoh dari gerak yang

menentang hukum alam. Pada gerak yang menentang hukum alam

tentu ada penggerak tertentu di luar unsur tubuh yang digerakkan,

yaitu jiwa.116

Selain argumentasi gerak, konsep “aku” dan konsep

kontinuitas juga dikenal sebagai bukti adanya jiwa. Pada konsep

“aku”, seseorang yang mengatakan bahwa ia hendak tidur maka yang

dimaksud adalah bukan jasadnya, melainkan jiwanya karena hakikat

tidur bukan begerak menuju tempat tidur, berbaring, dan

memejamkan mata melainkan adalah seluruh hakikat pribadinya.

Kesatuan fenomena psikologis mengharuskan adanya asal dan asas

yang merupakan dasarnya.117

Konsep kontinuitas juga menguatkan adanya roh. Kontinuitas

adalah keadaan sekarang yang didalamnya termasuk keadaan masa

lampau dan keadaan akan datang. Keadaan seseorang hari ini adalah

keadaan rohnya yang bisa mengingat keadaan dua puluh tahun yang

lalu. Badan seseorang dan bagian-bagiannya selama dua puluh tahun

mengalami proses perubahan namun rohnya tidak. roh masih seperti

dahulu tetapi ingat kejadian dua puluh tahun yang lalu.118

Saat badan

mati, jiwa bisa terus hidup beserta segenap memori dan pikiran

115 Yazdî, Iman Semesta, h. 343

116 Madkour, Filsafat Islam…, h. 195-196

117 Madkour, Filsafat Islam…, h. 197-198

118 Madkour, Filsafat Islam…, h. 199

Page 82: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

68 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

uniknya sambil tetap teringat pada raga yang menyertai kehidupan

fananya. Keadaan satu roh dengan roh lainnya saling berbeda.

Perbedaan itu tergantung pada raga yang ditempatinya dan memori

dan pikiran yang terdapat di dalam roh itu119

Jasad dan roh ibarat rebab dan suara merdu yang keluar

darinya.120

Suara merdunya yang tidak terlihat lebih tinggi dari

jasadnya. Kemerduan suaranya bukan merupakan jasad dan tidak

mempunyai sifat sempurna sedangkan rebab beserta dawai-dawainya

merupakan bahan benda yang tersusun dari beberapa bagian dan akan

rusak seperti batang-batang, namun jika senar-senarnya kendur atau

mengencang maka suara merdunya menjadi rusak dan musnah, dan

jika rebab dipecahkan maka suaranya langsung hilang walaupun

jasadnya masih ada sementara waktu.121

Mutakallimûn berbeda pendapat mengenai apakah roh itu

kehidupupan, jism122, atau bukan keduanya. Menurut al-Nazâm roh

adalah jism dan jiwa yang hidup dengan sendirinya. Keberadaan roh

dalam badan adalah untuk menghadapi kebinasaan badan dan menjadi

penentu pilihan. Jika roh lepas dari badan maka seluruh aktivitas

badan bersifat eksidental dan terpaksa. Menurut al-Juba’i roh adalah

jism tetapi bukan kehidupan. Sebab kehidupan adalah ‘ard. Menurut

119Oliver Leaman, Pengantar Filsafat Islam; Sebuah Pendekatan Tematis.

Penerjemah: Musa Kahim & Arif Mulyadi, (Bandung: Mizan Media Utama,

September 2001/Rajab 1422), cet. ke-1, h. 42

120 Sesungguhna analogi roh-jasad dengan rebab-suara merdu adalah gagasan

Simmias yang diusung Plato yang kemudian ditolak oleh Socrates. Menurut

Socrates, Suara merdu pasif sedangkan roh aktif. Badan adalah alat/instrumen yang

digunakan roh dalam memperoleh tujuannya. Terkadang ada badan lemah tetapi

memiliki kecakapan luar biasa. Lihat, M. Rasjidi, Filsafat Agama, (Jakarta: PT Bulan

Bintang, 1994), cet. ke-9, h. 181-182

121 Rasjidi, Filsafat Agama, h. 181-182

122 Jism adalah sesuatu yang mengandung hal-hal yang bersifat temporal

(‘ard) seperti gerak, diam, dan lainnya. Tidak ada jism kecuali ia mengandung ‘ard

dan tidak ada sesuatu yang memiliki kandungan ‘ard kecuali jism. Setiap bagian,

baik utuh ataupun tidak utuh, mengandung ‘ard. Dalam pendapat lain dinyatakan

bahwa jism adalah sesuatu yang memiliki arah kanan, kiri, punggunug, perut, atas,

dan bawah. Masing-masing dari bagian yang utuh memuat enam macam yang serupa.

Dia dapat bergerak, diam, dan menyatu dengan lainnya. Lihat, Abû Hasan Ismâ’îl al-

Ash’ârî, Maqâlât al-Islâmiyyîn wa Ikhtilâf al-Musalîn, (Misr: Matba’ah al-Sa’âdah,

1954 M/1337 H), cet. ke-1, h. 4.

Page 83: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 69

al-Ashlam, adalah tidak benar pendapat yang mennyatakan bahwa

kehidupan dan roh berbeda dengan jasad. Menurutnya, jasad bisa

dilihat dan disaksikan seperti panjangnya, lebarnya, dan dalamnnya

sedangkan jiwa adalah badan itu sendiri. Namun terkadang

pernyataan-pernyataan lain dikumukakan tetapi hanya untuk

memperkuat hakikat sesuatu, bukan untuk menyatakan bahwa jiwa

berbeda dengan badan.123

Terdapat sejumlah riwayat yang mengisahkan keadaan roh

setelah terpisah dari jasad. Roh shuhadâ dan mumin berada di bawah

‘arsh menempati wadah berbentuk seperti lampu yang terbuat dari

cahaya dan saat saat sangkakala kedua ditiup seluruh roh tersebut

mendatangi jasadnya.124

Seseorang mumin yang saling kenal saat

hidup kemudian mengucapkan salam kepada sahabatnya yang

dikubur, maka Allah mengembalikan rohnya sehingga menjawab

salamnya125

bahkan mendengar suara sandal para pengantar

jenazahnya saat mereka kembali pulang.126

Jika ada seseorang yang

berziarah ke kubur saudaranya kemudian duduk di samping kuburnya,

maka si mayat merasa senang hingga ia berdiri pulang.127

Rasulullah

pernah berhenti di pemakaman para shuhadâ perang Badr128

. Lalu

123 Abû Hasan Ismâ’îl al-Ash’ârî, Prinsip-prinsip Dasar Aliran Theologi

Islam. Penerjemah: Rosihan Anwar & Taufik Rahman, (Bandung: CV Pustaka Setia,

Oktober 1999/Rajab 1420), buku ke-2, cet. ke-1, h. 69-70

124 Harapandi Dahri, Pemikiran Teologi Sufistik; Syekh Abdul Qadir Jaelani, (Jakarta Selatan: Wahyu Press, Maret 2004), cet. ke-1, h. 90

عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه قال: ما من مسلم يمر على قب أخيه كان يعرفه 125 Lihat, Shams al-Dîn Abî ف الدنيا فيسلم عليه إل رد الله عليه روحه حت يرد عليه السلام.

‘Abdillâh ibn Qayyim al-Jauziyyah, Al-Rûh, e(Bairût: Dâr al-Fikr, 1412 H/1992 M),

h. 7

عنه صلى الله عليه و سلم: أن الميت يسمع قرع نعال المشيعي له إذا انصرفوا عنه126

Lihat, Shams al-Dîn Abî ‘Abdillâh ibn Qayyim al-Jauziyyah, Al-Rûh, (Bairût: Dâr al-

Fikr, 1412 H/1992 M), h. 7

ما من رجل يزورقب أخيه و يجلس عنده إل قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: 127 Lihat, Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Al-Rûh, h. 7 استأنس به و رد عليه حت يقوم

128 Kisah perang Badr dinyatakan dalam Al-Qurân bahwa kemenangan perang

Badr adalah berkat pertolongoan Allah SWT melalui perantara seribu malaikat yang

Page 84: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

70 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

beliau menyeru dan bertanya kepada sejumlah nama mayat shahîd

apakah mereka telah menerima segala yang telah dijanjikan Allah

SWT. Perbuatan rasul itu membuat Umar bertanya kepadanya

mengapa rasul berbicara kepada manusia yang sudah jadi bangkai.

Kemudian rasul menerangkan bahwa Umar tidak mendengar

pembicaraan rasul dengan shuhadâ Badr tersebut karena mereka tidak

bisa menjawab129

(dengan jawaban yang didengar orang yang masih

hidup.)

H. Kiamat

Asli kata kiamat adalah al-qiyâm (berdiri) yang dilakukan oleh

seseorang dalam sekali hentakan. Kemudian diberi tambahan ta

untuk menunjukan bahwa kiamat terjadi dalam satu hentakan.130

Kata

“kiamat” biasa digandengakan dengan kata “hari” untuk menyatakan

masa atau waktu keberadaannya sehingga sering disebut “hari

kiamat/yaum al-qiyâmah”.

datang beturut-turut. Dalam ayat lain dinyatakan tiga ribu malaikat dan lima ribu

malaikat yang memakai tanda yang diturunkan dari langit. Bantuan-Nya tersebut

sebagai kabar gembira untuk orang-orang mumin serta pengingat bahwa kemenangan

itu hanya milik Allah SWT. Dengan sebab kemenangan perang Badr segolongan

orang-orang kafir menjadi binasa, hina, dan kembali tanpa memperoleh apa-apa.

Dalam pertempuran itu nabi berdoa, “Ya Allah.aku mencari janji-Mu. Jika Engkau

berkehendak (memenangkan golongan kafir) nischaya Engkau tidak (akan) disembah

(lagi). Lihat, Abû ‘Abdillâh Muhammad bin Ismâ’îl bin Ibrâhim bin al-Mughîrah bin

Bardazbah al-Bukhârî al-Ja’fî, Sahîh al-Bukhârî, (Bairût: Lubnân, Dâr Ibn

‘Ashâshah,2005 M/1426 H), jilid ke-5, h. 5, QS Al-Anfâl/8 :9-13, Âli ‘Imrân/3: 123-

127.

عنه صلى الله عليه و سلم أنه أمر بقتلى بدر فألقوا ف قليب ث جاء حت وقف 129عليهم و نداهم بأسائهم يا فلان بن فلان و يا فلان بن فلان هل وجدتم ما وعدكم ربكم حقا؟ فإنى وجدت ما وعدنى ربى حقا فقال له عمر يا رسول الله ما تاطب من أقوام جيفوا فقال و

ق ما أنتم بأسع لما أقول منهم ولكنهم ل يستطيعون جوابالذي بعثني بل Lihat, Shas al-Dîn

Abî ‘Abdillâh ibn Qayyim al-Jauziyyah, Al-Rûh, (Bairût: Dâr al-Fikr, 1412 H/1992

M), h. 7

130 Al-Raghib Al-Ashfahani, Kamus Al-Qurân. Penerjemah: Ahmad Zaini

Dahlan, ( Depok, Jawa Barat: Pustaka Khazanah Fawa’id, Rajab 1438 H/April 2017

M), cet. ke-1, h. 254

Page 85: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 71

Terdapat sejumlah nama lain hari kiamat. Yaitu: al-sâ’ah131,

al-yaum al-âkhir, yaum al-ba’ts (hari kebangkian), yaum al-khurûj

(hari keluar), al-qâri’ah (yang menggelegar), yaum al-fasl (hari

keputusan), yaum al-dîn (hari perhitungan), al-sâkhah (suara yang

memekik), al-tâmmat al-kubrâ (malapetaka besar), yaum al-hasrah132

(hari penyesalan),al-gâshiyah, yaum al-khulûd (hari abadi), yaum al-

hisâb (hari perhitungan), al-wâqi’ah (yang pasti tiba),yaum al-wa’îd

(hari peringatan keras), yaum Âzifah (hari yang dekat), yaum al-jam’

(hari pengumpulan), al-hâqqah (yang pasti benar), yaum al-talaq (hari

pertemuan), yaum al-tanâd133 (hari saling memanggil), yaum al-

taghâbun134 (hari penampakan kesalahan), yaum ‘asîr135

(hari yang

sulit), yaum ‘azîm (hari yang agung), yaum mashûd (hari yang

dipersaksikan), yaum ‘abûs qamtarîr136 (hari orang-orang bermuka

masam penuh kesulitan), yaum ‘aqîm137 (hari kiamat/hari yang tidak

membawa kebaikan)138

131 Kiamat disebut al-sâ’ah (waktu) karena di dalamnya mengandung waktu

pembangkitan, pengumpulan, dan perhitungan. Lihat. Al-Razi, Mafâtih al-Ghaib, juz

ke-28, h. 60

132 Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika

segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula)

beriman. (QS Maryam/19 :39)

133 Hai kaumku, sesungguhya aku khawatir terhapmu akan siksaan hari

panggil memanggil (QS Ghâfir/40 : 32)

134 (Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari

pengumpulan, itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barang siapa yang

beiman kepada Allah dan beramal saleh, niscya Allah akan menutupi kesalahan-

kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya

sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar (QS Al-

Taghâbun/64: 9)

135 Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari

yang sulit. (QS Al-Muddatsir/74 :8-9)

136 Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang

(di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. (QS Al-Insân/76 : 10)

137 Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam kergu-raguan

terhadap Al-Qurân, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-

tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat. (QS Al-Hajj/22 : 55)

138 Lihat, Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al-Qurân; Pencerah Kehidupan,

(PT Qaf Media Kreativa, Maret 2018), cet. ke-1, h. 171-172

Page 86: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

72 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Waktu peristiwa kiamat adalah salah satu perkara gaib yang

hanya diketahui oleh Allah SWT.139

Kedatangan kiamat sepatutnya

tidak ditanyakan. Mempersiapkan kedatangannya lebih mulia

dibanding menanyakan kapan datangnya. Seorang lelaki ‘Arabî

pernah bertanya kepada nabi tentang kapan kiamat namun nabi

kembali bertanya, “apa yang sudah kamu siapkan untuk menyambut

kedatangannya?” “Dengan cinta kepada Allah dan rasul-Nya” jawab

‘Arabî. Lalu nabi berucap kepadanya, “manusia bersama orang yang

dicintainya’140

Berkenaan kepastian kedatanyannya, sesungguhnya Allah

SWT telah bersumpah menggunakan ungkapan hari kiamat itu

sendiri; Lâ uqsimu bi yaum al-qiyâmah.141 Kedatangannya

142 tidak

139 Hal ini bersumber dari hadits, “Kunci-kunci perkara gaib ada lima. Tidak

ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT: Tidak ada yang mengetahui apa yang

dikandung dalam rahim kecuali Allah SWT, tidak ada yang mengetahui apa yang

terjadi esok kecuali Allah SWT, tidak ada yang mengetahui kapa turun hujan kecuali

Allah SWT, tidak ada yang mengetahui di bagian bumi mana seseorang mati kecuali

Allah SWT, dan tidak ada yang mengetahui kapan terjadi kiamat kecuali Allah SWT.

عن النبي صلى الله عليه و سلم قال: مفابيح الغيب خس ل يعلمها ال الله. ل يعلم ما تعيض الرحام ال الله و ل يعلم ما ف غد ال الله و ل يعلم مت ي أتى المطر أحد ال الله و ل تدرى

نفس بأي أرض تموت ال الله و ل يعلم مت تقوم الساعة ال الله

Lihat, Al-Bukhârî al-Ja’fî, Sahîh al-Bukhârî ,juz ke-8, h. 166

140 Hasan Kâmil al-Multâwî, Al-Sûfiyyah fî Ilhâmihim, (Dicetak oleh:

Muhammad Taufîq ‘Uwaidah, April 1972/ Rabi’ al-Awwal 1396), cet. ke-27,juz 2, h

50. Lihat juga, Ibn Katsîr al-Dimashqî, Al-Nihâyah fî al-Fitan wa al-Malâhim,

(Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2007 M/1428 H), cet. dua warna ke-1, h. 15

141 QS al-Qiyâmah/75: 1

142 Waktu kedatangan kiamat sudah ditentukan sehingga tidak bisa

diperlambat atau dipercepat namun waktu yang sudah ditentukan itu hanya Allah

SWT yang tahu. Dalam Al-Qurân dinyatakan, “Mereka menanyakan kepadamu

(Muhammad) tentang kiamat: "kapan terjadi?" Katakanlah: "Sesungguhnya

pengetahuan tentang kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorangpun) yang

dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru

haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu

kecuali secara tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau

mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari

kiamat itu ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS Al-

A’râf/7: 187 dan al-Mulk/67: 23) Diriwayatkan dari Ibn Umar bahwa nabi bersabda,

“kunci kegaiban ada lima namun tidak ada yang dapat mengetahuinya kecuali Allah:

pengetahuan (kedatangan) hari kiamat ada pada Allah, Dia mengetahui waktu

Page 87: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 73

dapat didustakan143

yaitu apabila sangkakala ditiup sekali tiup144

maka bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya145

bahkan bumi dan

gunung dibenturkan keduanya sekali benturan146

, sehingga gunung-

gunung hancur menjadi debu-debu yang berterbangan147

, matahari

digulung,148

cahaya bulan hilang, matahari dan bulan dikumpulkan149

,

bintang-bintang berjatuhan, harta kesayangan ditinggalkan begitu

saja, binatang-binatang liar dikumpulkan, lautan dipanaskan,150

langit

menjadi rapuh sehingga terbelah,151

kemudian langit dilenyapkan,152

pada hari itu manusia berkata, “kemana tempat lari?’, tidak ada

tempat berlindung, hanya kepada Tuhan tempat kembali pada hari

itu,153

para malaikat berada di berbagai penjuru langit, delapan

malaikat menjunjung ‘arsh di atas (kepala) mereka154

, Saat itu

manusia terbagi menjadi tiga golongan: golongan kanan155

, golongan

turunnya hujan, Dia mengetahui yang ada di dalam rahim, tidak seorang pun

mengetahui apa yang akan dikerjakan esok, dan tidak seorangpun mengetahui di

bumi mana ia akan meninggal. Lihat juga, Ibn Katsîr al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-4, h. 558, Sayyid Sâbiq, Aqidah Islam, (Bandung: Penerbit CV

Diponegoro, 1995), cet. ke-13, h. 44o, lihat juga, Ibn Katsîr al-Dimashqî, Al-Nihâyah fî al-Fitan wa al-Malâhim, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2007 M/1428 H), cet.

dua warna ke-1, h.17

143 QS al-Wâqi’ah/56: 2

144 QS al-Wâqi’ah/56: 4

145 QS al-Wâqi’ah/56: 4

146 QS al-Hâqqah/69: 14

147 QS al-Wâqi’ah/56: 5-6

148 QS al-Takwîr/81: 1

149 QS al-Qiyâmah/75: 8-9

150 QS al-Takwîr/81: 2-6

151 QS al-Hâqqah/69:16

152 QS al-Takwîr/81: 11

153 QS al-Qiyâmah/75: 10-12

154 QS al-Hâqah/69: 17

155 Golongan kanan adalah orang-orang yang menerima buku catatan amal

mereka dengan tanga kanan. Mereka sudah yakin bahwa suatu saat ia akan

menerima perhitungan terhdapa dirinya. Maka golongan ini berada dalam kehidupan

yang diridai. (QS al-Hâqah/69: 20-21) Lihat catatan kaki pada Departemen Agama

RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2005), h.534

Page 88: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

74 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

kiri156

, dan golongan yang paling dahulu beriman.157

Milik-Nyalah

segala kekuasaan saat itu158

.

Bangsa-bangsa yang mendustakan kedatangan hari kiamat

terbukti binasa. Bangsa ‘Âd dan Tsamûd misalnya. Kaum Tsamûd

dibinasakan dengan suara yang sangat keras sedangkan kaum ‘Âd

dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. Allah

menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan

hari terus-menerus sehingga mereka mati bergelimpangan seperti

batang-batang pohon kurma yang telah lapuk.159

Ilmu tentang hari kiamat itu hanya di sisi Allah dan boleh jadi

hari kiamat itu sudah dekat waktunya160

dan datang secara tiba-

tiba161

. Meskipun perihal gaib namun tanda-tanda kedatangannya162

bisa diterangkan. Di antaranya adalah jika bulan hilang cahayanya

selama-lamanya, jika matahari dan bulan bertemu dan keduanya

terbit dan terbenam di waktu yang sama sehingga alam semesta

156 Golongan kiri adalah orang-orang yang menerima buku catatan amal

mereka dengan tangan kiri. Perasann menyesal terlihat pada golongan ini. Mereka

berandai-andai: seandainya jika kitab itu tidak diterimanya maka ia tidak mengetahui

perhitugnan terhdapa dirinya, seandainya kematian menyudahi segala sesuatu (maka

tidak ada hal manakutkan ini), (QS al-Hâqah/69: 25-27) Lihat, catatan kaki pada

Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, h.534

157 QS al-Wâqi’ah/56: 7-10

158 QS al-An’âm/6: 73. Dalam hadits juga disebutkan bahwa saat kiamat

Allah SWT menggenggam bumi dan melipat langit dengan “tangang” kanan-Nya

kemudian berfirman, “Akulah Raja. Mana raja-raja bumi?” Lihat, Al-Bukhârî al-

Ja’fî, Sahîh al-Bukhârî ,juz ke-8, h. 166

159 QS al-Hâqah/69: 4-7

160 QS al-Ahzâb/33: 63

161 QS Muhammad/47: 18, QS al-An’âm/6:31

162 Terdapat sebuah hadits yang menyatakan bahwa kiamat tidak akan terjadi

kecuali manusia saling bermegah-megahan dalam masjid. ( عن أنس قال قال رسول الله Bermegah-megahan (صلى الله عليه و سلم: ل تقوم الس اعة حت يتباهى الن اس ف المساجد

dapat dipahami secara fisik dan non-fisik. Secara fisik, manusia saling memperbesar

dan menghias megah-megahan bangunannya sedangkan secara non-fisi, berlomba

lomba agar jamaah masjid menjadi semakin membludak. Lihat, Junaidi Abdillah,

Studi Kritik melalui Metode Takhrij Hadits tentang Menghias Bangunan Masjid sebagai Tanda Akhir Zaman, dalam: Ijtimaiyyah: Jurnal Pengembangan Masyarakat

Islam, (Februari 2018), vol 11, no.1, h. 117-160

Page 89: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 75

menjadi gelap,163

sungai Euphrates terlihat seperti gunung yang

mengakibatkan setiap manusia bertengkar dan saling membunuh

untuk merebutnya sehingga sembilan puluh sembilan (99) dari setiap

seratus (100) orang terbunuh karena masing-masing ingin menjadi

pihak yang beruntung,164

munculnya Mahdi, keluarnya Dajjâl,

munculnya hewan/dâbbah yang bicara kepada manusia, asap tebal

yang menyelimuti bumi selama empat puluh hari, orang kafir seperti

dalam keadaan mabuk, orang mumin seperti dalam keadaan flu,

kabah dihancurkan oleh Euthopia/al-Habashah setelah nabi Isa

diwafatkan, semua penduduk bumi menjadi kafir,165

api memancar

dari daerah Hijâz sampai-sampai leher unta di Bashrâ berkilau

cahaya,166

pengetahuan lenyap tetapi kebodohan nampak, perbuatan

zina menyebar, khamr diminum, lelaki berkurang namun perempuan

tetap sehingga lima puluh perempuan senilai dengan satu lelaki.167

Kiamat adalah kebangkitan manusia dari kematian atau

kuburnya lalu diadili dan diminta pertanggungjawaban atas semua

perbuatan di dunia. Kiamat juga berarti keadaan akhir zaman, akhir

alam semesta, atau akhir semua makhluk. Saat kiamat tiba, seluruh

jagat raya beserta isinya, seperti planet, bintang, langit, bumi,

manusia, dan semua yang ada, hancur binasa. Setelah itu manusia

akan dibangkitkan dari kematiannya untuk

mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di dunia. Kiamat

diawali dengan tiupan sangkakala sebagai tanda permulaan

163 Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Tafsirnya, (Departemen Agama RI,

2009/Jumadil Akhir 1430), jilid ke-10, h. 443

ر ت 164 عن أبى هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال: ل تقوم الس اعة حت ي س ت ل من كل مائة تسعة وتسعون و يقول كل ال ف ر ات عن جبل من ذهب يقتتل الن اس عليه في ق Lihat, Abû al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj bin رجل منهم لعل ى اكون ان ال ذى أنو

Muslim al-Qushairî Al-Nîsabûrî, Al-Jâmi’ al-Sahîh, (Bairût: Dâr al-Fikr, t.t.), jilid

ke-4, h. 74

165 Husain bin Muhammad al-Jisr al-Tarâblisî, Al-Husûn al-Hamîdiyyah li al-Muhâfadzah ‘alâ al-‘Aqâid al-Islâmiyyah, (Jakarta: Dâr al-Kutub al-Islamiyyah, 2012

M/1433 H), cet. ke-1, h. 154-155

166 Ibn Katsîr al-Dimashqî, Al-Nihâyah fî al-Fitan wa al-Malâhim, (Bairût:

Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2007 M/1428 H), cet. dua warna ke-1, h. 13

Page 90: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

76 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

kehancuran alam semesta lalu bumi berguncang, benda-benda

angkasa hancur, dan semua makhluk hidup mati kemudian setelah

semua hancur dan musnah, bumi, langit, dan lainnya diganti dengan

yang baru dan keadaan seperti itu adalah awal kehidupan akhirat.168

1. Sirât, Mîzân dan Shafâ’at

Sebagaimana dinyatakan pada bagian latar belakang masalah

bahwa sebelum memasuki surga atau neraka ada tiga tahapan yang

dilalui maka pada bagian ini dijelaskan ketiga tahapan tersebut: sirât,

mîzân169 dan shafâ’at

Sumber berkaitan dengan sirât, mîzân dan shafâ’at ditemukan

dalam sejumlah riwayat. Misalnya, suatu hari ‘Âishah menangis lalu

ditanya Rasulullah mengapa ia menangis. Kemudian ‘Âishah

menjawab ia menangis sebab teringat neraka. Setelah itu Rasulullah

menerangkan ada tiga tempat dimana seseorang tidak mengingat

orang lain: di mîzan hingga diketahui berat atau ringan mîzannya, di

tempat menerima catatan hidup hingga diketahui apakah catatan itu

berada di kanannya, kirinya, atau belakang punggungnya, dan di sirât

saat dibentangkan di antara dua bagian belakang Jahannam hingga

diketahui boleh atau tidak dilewati.170

Anas r.a. pernah memohon syafaat kepada Rasulullah dan

Rasulullah memastikan bahwa beliau adalah pemberi syafaat.

Kemudian Anas bertanya lebih rinci:

167 Ibn Katsîr al-Dimashqî, Al-Nihâyah fî al-Fitan wa al-Malâhim, h. 20

168 Lihat, Kementrian Agma RI, Tafsir Ilmi: Kiamat dalam Perspektif Al-

Qurân dan Sains, (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qurân, September 2011), cet. ke-

1, h. 9-10

169 Mîzân adalah alat yang digunakan bangsa Arab untuk menimbang kurma

atau lainnya dengan menyamakan berat dengan kayu atau batu. Dalam QS 21:47

dinyatakn, “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka

tidaklah dirugikan seeseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya

seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami

sebagai pembuat perhitungan” Dari sini mîzân dipahami sebagai catatan perbuatan

makhluk yang akan ditimbang pada hari kiamat. Lihat, Su’âd al-Hakîm, Al-Mu’ajam al-Sûfî …, h. 1208

170 Abû Hâmid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazâlî, Mukâshafah al-Qulûb; al-Muqarrib ilâ Hadhrat ‘Allâmat al-Ghuyûb fî ‘Ilm al-Tasawwuf, (Bairût:

Dâr al-Fikr, 1990), cet. ke-1, h. 296-297

Page 91: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 77

Anas : Dimana saya bisa mencarimu (untuk memperoleh

syafaat)?

Rasulullah : Pertama, cari saya di sirât.

Anas : Jika aku tidak menjumpaimu di sirât?

Rasulullah : Cari saya di mîzan

Anas : Jika aku tidak menjumpaimu di mîzan?

Rasulullah : Cari saya di al-Haud. Saya tidak salah berada di

tiga tempat ini.171

Sirât diletakakkan persis di atas neraka Jahanam dalam bentuk

seperti bagian tajam pedang yang sangat tipis yang mengelurkan

semburan api (mudhadatan mazillatan172) yang memiliki sejumlah

pengait terbuat dari api (kalâlîb min nâr) sehingga siapapun yang

bergelantungan dengannya pasti terjerumus ke dalam Jahanam. Ada

yang melewatinya secepat kilat sehingga tidak ada rintangan untuk

sampai, ada yang melewatinya secepat angin sehingga tidak ada

rintangan untuk sampai, ada yang melewatinya secepat kuda lari, ada

yang melewatinya seperti berjalan cepat (sa’y al-rijl), ada yang

melewatinya seperti berjalan di atas pasir (raml al-rijl), ada yang

melewatinya seperti berjalan biasa, dan terakhir ada yang berjalan

dengan salah satu kakiknya dicap sebagai penghuni Jahanam dan

berjumpa dengan keburukan namun akhirnya Allah SWT

memasukkannya ke surga sebab kebesaran-Nya, keagungan-Nya, dan

rahmat-Nya.173

Saat kiamat, lautan manusia mendatangi dan memohon kepada

nabi Adam agar Allah memberikan syafaat kepada mereka tetapi nabi

171 Abû Hâmid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazâlî, Mukâshafah al-

Qulûb; al-Muqarrib ilâ Hadhrat ‘Allâmat al-Ghuyûb fî ‘Ilm al-Tasawwuf, (Bairût:

Dâr al-Fikr, 1990), cet. ke-1, h. 297

172 Mudhadatan mazillatan dalam bahasa Inggris adalah rolling mill dan

dalam bahasa Indonesia adalah kilang pelinyak. Jika ditonton melalui youtube, bisa

dilihat jelas bagaimana dorongan dan semburan api keluar melesat sangat cepat.

173 Abû Hâmid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazâlî, Mukâshafah al-Qulûb; al-Muqarrib ilâ Hadhrat ‘Allâmat al-Ghuyûb fî ‘Ilm al-Tasawwuf, (Bairût:

Dâr al-Fikr, 1990), cet. ke-1, h. 297

Page 92: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

78 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Adam tidak menyanggupi dan menyarankan agar mereka menemui

nabi Ibrahim mengingat Ibrahim adalah sosok yang dekat dengan

Allah Yang Maha Penyayang (khalîl al-Rahmân). Ketika mereka

bertemu nabi Ibrahim, iapun menyatakan ketidaksanggupannya dan

menyarankan mereka menjumpai nabi Musa mengingat ia adalah nabi

yang pernah bicara langsung dengan Allah (kalîm Allâh).

Sesampainya dengan nabi Musa, iapun menjawab sama dan

menyarankan mereka bertemu nabi Isa mengingat nabi Isa adalah rûh

allâh dan kalimatuh. Jawaban nabi Isa juga sama dengan jawaban-

jawaban sebelumnya dan menyarankan mereka menemui nabi

Muhammad SAW. Setelah bertemu, nabi Muhammad menyatakan

bahwa dialah pemberi syafaat. Ia pun memohon kepada Allah untuk

diizinkan memberi syafaat dan Allah mengabulkannya dan

mengilhamkannya pujian-pujian. Lalu nabi Muhammad memuji-Nya

dan Allah meningatkannya agar tidak mendatangi-Nya sekarang lalu

nabi memuji-Nya.174

Berkaitan dengan syafaat itu, Anas r.a. pernah mendengar nabi

bersabda bahwa saat kiamat nabi Muhammad SAW berhak

memberikan syafaat seraya memohon kepada Allah memasukan ke

dalam surga orang yang yang dalam hatinya terdapat iman walau

hanya sebesar biji sawi atau hanya sependek-pendeknya jarak.175

2. Surga

Kata “surga” berasal dri bahasa Sanksekerta ”Swarga” yang

bearti kayangan atau keindahan yang dikepalai oleh ‘Batara Indera”.

Dalam pengertian, kata itu sama dengan kata Firdaus dan Jannah.176

Secara leksikal bahasa Arab, kata jannah berarti kebun (hadîqah)

174 Lihat, Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-‘Asqalânî, Fath al-Bârî bi Sharh Sahîh

al-Bukhârî, (Bairût: Dâr al-Ma’rifah, t. t.), juz ke-13, h. 473

عنه قال: سعت حدثنا أبو بكر بن عي اس عن حيد قال: سعت أنسا رضى الله 175النبى صلى الله عليه و سلم يقول:إذا كان يوم القيامة ش ف ع ت فقلت يا رب أدخل الجنة من كان ,Lihat, Al-‘Asqalânî ف قلبه خردلة فيدخلون ث أقول أدخل الجنة من كان ف قلبه أنى شيء

Fath al-Bârî… ,h. 347 176 Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, ( Jakarta: CV.

Anda Utama, 1993), jilid ke-3, h.1070-1-71

Page 93: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 79

yang di dalamnya terdapat pepohonan, khsusnya kurma. Jika orang

Arab menyebut kata jannah maka yang dimaksud adalah kebun yang

banyak pohon kurma dan anggur. Jika tida demikian maka hanya

disebut hadîqah.177Jannah juga dapat berarti bustân (kebun)

178 dan dâr

al-tsawâb (tempat balasan amal).179

Surga diumpamakan dengan keberadaan sungai-sungai

mengalir.180

Sungai-sungai tersebut bukan hanya sungai air tetapi

juga sungai susu, sungai khamr, dan sungai madu. Rasa dan bau air

sungai susu tidak berubah, sungai khamr memberikan rasa lezat

peminumnya, dan sungai madu dihasilkan dari madu yang disaring.

Selain mendapat pengampunan, mereka juga memperoleh segala

macam buah-buahan.181

piring-piring emas, piala-piala yang bening

177 Wildan Taufiq, Ideologi di Balik Simbol-Simbol Surga dan

Kenikmatannya dalam Ayat-Ayat Al-Qurân, dalam Kajian Linguistik dan Sastra,

vol. 20, no. 2, Desember 2008, h. 159

178 Dalam Al-Qurân kata jannah digunakan untuk menyebut bustân, “Dan

perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan

Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti seubah kebun yang terletak di

dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat. Maka kebun itu menghasilkan buahnya

dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun

memadari). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat” (QS al-Baqarah/2:

265) “Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang lelaki. Kami

jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dan buah kebun anggur, dan

Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma. Dan, di antara kedua

kebun itu Kami buatkan ladang.” (QS al-Kahf/ :32)

179 Mustafâ Muhammad al-Tair, Percikan Cahaya Ilahi. Penerjemah: Subhan

Nur, (Jakarta: Qisthi Press, 2006), cet. ke-2, h. 212

180 QS al -Burûj/85: 11, al-Tahrîm/66: 8, al-Talaq/65:11, al-Taghâbun/64 : 9,

al-Saff/61 : 12, al-Mujâdilah/58 :22, al-Hadîd/57: 12, al-Fath: 17, al-Baqarah/2: 25,

Muhammad: 12, al-‘Ankabût/29: 58, al-Mâidah/5: 119, Tâhâ: 76, al-Furqân: 10, Âli

‘Imrân/3: 15, 136, 195, 198, al-Hajj: 14, al-Kahfi: 31, al-Nahl: 31, Ibrahim: 23, al-

Ra’d: 35, Yûnus: 9, al-Tawbah: 100, al-Tawbah: 72, 89, al-Nisâ/4: 13, 57, al-

Bayyinah: 8, al-Mâidah/5: 12, 85. Jika dipahami dari konteks ayat, kata jannah

bermakna tempat yang tedapat sungai-sungai mengalir sebagai balasan bagi orang-

orang beriman dan beramal saleh. Dari sejarah diketahui tidak ada sungai-sungai

mengalir di jazirah Arab pra-Islam mengingat kondisinya yang kering dan tandus.

Tetapi masyarakat di sana sangat menginginkan tanah subur seperti daerah yang

terletak sepanjang pesisir sungai Eferat, Tigris, dan Nil. Lihat, Wildan Taufiq,

Ideologi di Balik …,h. 163

181 QS Muhammad/47: 15, QS al-Zukhrûf/43: 73

Page 94: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

80 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

laksana kaca,182

perhiasan gelang-gelang emas dan mutiara, pakaian

hijau dari sutera halus dan sutera tebal, dipan-dipan indah183

istri-istri

yang suci,184

rizki tanpa hisab,185

mereka tidak merasakan lelah dan

lesu,186

tidak mendengar perkataan sia-sia dan dusta,187

dan mereka

kekal188

di dalamnya.189

Selain diskripsi duniawi seperti di atas, surga juga diistilahkan

dengan sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah

didengar telinga, dan belum pernah terpintas dalam hati.190

Para

penduduk surga saling melihat siapa di antara mereka yang berada di

tingkatan lebih tinggi seperti mereka melihat bintang-bintang

berkilau dari timur hingga barat. Mereka menyaksikan tingkatan

surga yang hanya dikhuskan untuk para nabi.191

182 QS al-Zukhrûf/43: 73:71, QS al-Insân/76: 15

183 QS al-Hajj/22: 23, QS al-Kahf/18: 31

184 QS al-Baqarah/2: 25, QS al-Nisâ/4: 57

185 QS al-Mumin/40: 40

186 QS Fâtir/35: 35

187 QS al-Naba/78: 35. Dari ayat ini ada yang memahami surga tempat nabi

Adam berada sebelum dikeluarkan ke dunia adalah bukan surga sebagai tempat

balasan amal mengingat di surga tempat balasan amal tidak ada perkataan sia-sia dan

dusta. Lihat, Mustafâ Muhammad al-Tair, Percikan Cahaya Ilahi. Penerjemah:

Subhan Nur, (Jakarta: Qisthi Press, 2006), cet. ke-2, h. 214

188 Semua tokoh Islam selain Jahm bin Shafwan berpendapat bahwa

kenikmatan ahli surga bersifat abadi dan tidak pernah putus. Namun Shawfan

berpendapat bahwa surga dan neraka beserta penghuninya akan punah sehingga yang

ada hanya Allah sebagaimana pada mulanya. Lihat, Abû Hasan Ismâ’îl al-Ash’ârî,

Prinsip-prinsip Dasar Aliran Theologi Islam. Penerjemah: Rosihan Anwar & Taufik

Rahman, (Bandung: CV Pustaka Setia, Oktober 1999/Rajab 1420), buku ke-2, cet.

ke-1,h. 191

189 QS al-Baqarah/2: 82

أخرج البخاري و مسلم عن أبي هريرة ف حديث قدسي قال رسول الله صلى الله 190عليه و سلم فيما يدث عن ربه: أعددت لعبادي الصالي ما ل عي رأت و ل أذن سعت و Lihat Wahbah Zuhailî,Usûl al-Îmân wa al-Islâm, (Dimashq: Dâr ل خطرعلى قلب بشر

al-Fikr, 2008), cet. ke-1, juz ke-2, h. 1033

أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال: إن أهل الجنة ليباءون أهل الغرف من 191 فوقهم كما يتراءون الكوكب الدري الغابر ف الفق من المشرق و المغرب. لتفاضل ما بينهم.

Page 95: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 81

Meskipun kenikmatan yang tidak pernah terbayang

sebelumnya telah dirasakan penduduk surga namun Allah SWT masih

menawarkan kepada penghuni surga sesuatu yang lebih

menyenangkan dari semua yang ada di dalam surga. Tawaran itu

membuat mereka bertanya-tanya bukankah mereka telah memperoleh

kesenangan yang tidak diperoleh makhluk lain. Kemudian Allah

SWT berfiman kepada mereka bahwa sesuatu itu adalah ridwân-Nya

dihalalkan untuk mereka sehingga tidak ada lagi murka-Nya

selamanya.192

Di dalam surga tidak ada matahari dan tidak ada malam. Para

penghuninya tidak ada yang tidur, karena sesungguhnya tidur itu

sama halnya dengan mati. Ada tujuh pagar yang mengelilingi surga:

pagar perak, pagar emas, pagar zabarjad, pagar mutiara, pagar intan,

pagar yaqut, dan pagar cahaya. Jarak atara setiap pagar itu

panjangnya lima ratus tahun perjalanan kaki di muka bumi.193

Ada empat tingkatan surga: al-jannah al-mawâ, al-jannah al-

na’îm, al-jannah al-firdaus, dan al-jannah Al-Haqîqah wa al-qurbâ.

Tingkatan paling rendah adalah al-jannah al-mawâ yang dihuni oleh

manusia yang berat timbangan kebaikannya sehingga mereka berada

dalam kehidupan yang memuaskan.194

Mereka inilah yang disebut

dengan orang-orang yang beruntung.195

Tingkatan berikutnya adalah

al-jannah al-na’îm yang dihuni oleh manusia yang mengorbankan

فقالوا يا رسول الله تلك منازل النبياء ل يبلغها غيهم؟ قال: بلى والذي نفسي بيده رجال آمنوا Wahbah Zuhailî,Ushûl al-Îmân wa al-Islâm, juz ke-2, h. 1034 بلله و صد قوا المرسلي

ه و سلم: إن عن ابى سعيدالخذرى رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله علي 192الله يقول لهل الجنة, يا أهل الجنة, فيقولون لبيك ربنا و سعديك و الخي ف يديك فيقول هل رضيتم؟ فيقولون و ما لنا ل نرضى يا رب و قد أعطيتنا مال تعط أحدا من خلقك فيقول أل أعطيكم أفضل من ذلك؟ فيقولون يا رب و أي شيء أفضل من ذلك؟ فيقول أحل عليكم

ضوانى فلا أسخ ط عليكم بعده أبدار Lihat, Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-‘Asqalânî, Fath

al-Bârî bi Sharh Sahîh al-Bukhârî, (Bairût: Dâr al-Ma’rifah, t. t.), juz ke-13, h. 487

193 Ahmad al-Qadlî, Kehidupan Sebelum…, h. 266-267

194 QS al-Qâri’ah/101: 7-8

195 QS al-A’râf/7: 8

Page 96: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

82 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

harta dan jiwanya di jalan Allah (shuhada). Level selanjutnya adalah

al-jannah al-firdaus yang dihuni oleh siddîqûn, yaitu orang-orang

beriman dan beramal saleh,196

khusyu’ dalam salat, menjauhkan diri

dari perbuatan dan perkataan tidak berguna, menunaikan zakat,

menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri-istri atau budak yang

dimiliki, memelihara amanah, dan memelihara salat.197

Mereka

kekal dalam surga Firdaus dan tidak ingin pindah dari dalamnya198

Penggunaan bentuk plural jannât199 (surga-surga) tersirat pengertian

bahwa surga Firdaus memiliki sejumlah tingkatan. Tingatan ke

empat adalah al-jannah al-Haqîqah wa al-qurbâ yang dihuni oleh

manusi yang lari hanya kepada Allah (fa firrû ilâ allâh200) seperti para

nabi, para wali-Nya, dan para fakir.201

3. Neraka

Neraka memiliki empat dinding tebal yang ketebalan tiap

dindinya sejauh perjalanan empat puluh tahun.202

Di neraka, orang-

orang kafir dibuatkan pakaian-pakaian dari api dan disiramkan air

mendidih ke atas kepala mereka sehinga hancur luluh segala yang ada

dalam perut dan kulit. Mereka juga merasakan cambuk-cambuk besi.

Mereka ingin keluar dari kesengsaraan itu namun saat itu juga mereka

dikembalikan ke dalamnya bahkan dikatakan kepada mereka

“rasakanlah azab yang membakar ini.”203

196 QS al-Kahf/18: 107

197 QS al-Muminûn/23: 1-11

198 QS al-Kahf/18: 108

199 QS al-Kahf/18: 107

200 QS al-Dzâriyât/51: 50

201 Lihat, Achamad Chodjim, Syekh Siti Jenar: Makrifat dan Makna Kehidupan, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, Oktober 2007/Ramadhan 1428),

buku 2, cet. ke-2, h. 271-279

عن أبى سعيد الخدرى عن النبى صلى الله عليه و سلم قال: لسرادق النار جدر و 202 Lihat, Al-Malîbârî, Irshâd al-‘Anâm…, h. 169 كثف كل جدار مسية أربعي سنة

203 QS Al-Hajj/22: 19-22.

Page 97: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Al-Ma’ad dalam Perdebatan 83

Mereka dibakar api neraka dan mereka di dalamnya dalam

keadaan cacat.204

Ketika belengu dan rantai dipasang di leher mereka,

seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas kemudian

mereka dibakar dalam api.205

Mereka tidak dibinasakan sehingga

mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya.

Mereka berteriak di dalam neraka itu:”Ya Tuhan kami, keluarkanlah

kami niscahya kami akan mengerjakan amalan yang saleh berlainan

dengan yang telah kami kerjakan”206

Para pendosa makan pohon zaqqûm207; yaitu seperti kotoran

minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang

sangat panas.208

Golongan/kelompok kiri mendapatkan siksaan angin

yang amat panas, air panas yang mendidih, dalam naungan yang

sangat hitam yang tidak sejuk dan tidak menyenangkan.209

Dia

dibelengu tangannya ke lehernya, kemudian dimasukkan ke dalam api

neraka yang menyala-nyala, dibelit dengan rantai yang panjangnya

tujuh puluh hasta sebab dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang

Mahabesar.210

Dia tidak mempunyai seorangpun teman pada hari itu

dan tidak makan sedikitpun kecuali darah dan nanah.211

Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi

kepayayahan, memasuki api yang sangat panas, diberi minum dari

sumber yang sangat panas, mereka tidak memperoleh makanan selain

dari pohon yang berduri yang tidak menggemukkan dan tidak pula

menghilangkan lapar.212

204 QS Al-Mu’minûn/23: 104

205 QS Ghâfir/40: 71-72

206 QS Fâtir/35: 36-37

207 Seandainya setetes zaqqûm dimuatkan ke dalam api dunia maka penghuni

dunia beserta kehidupannya menjadi musnah. Lihat, Zain al-Dîn bin ‘Abd al-‘Azîz

bin Zain al-Dîn al-Malîbârî, Irshâd al-‘Anâm ilâ Sabîl al-Rashâd, (Jakarta: Dâr al-

Kutub al-Islâmiyah, 2010 M/1431 H), cet. ke-1, h. 162

208 QS al-Dukhân/44: 43-46

209 QS al-Wâqi’ah/56: 41-44

210 QS al-Hâqqah/69: 30-33

211 QS al-Hâqqah/69: 35-36

212 QS al-Ghâshiyyah/88: 2-8

Page 98: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

84 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Api yang dinyalakan manusia hanya sebagian dari tujuh puluh

bagian api neraka jahannam.213

Api neraka dinyalakan selama seribu

tahun sehingga merah membara kemudian dipanaskan selama seribu

tahun lagi lalu menjadi putih kemudian dipanaskan seribu tahun

berikutnya hingga menghitam pekat.214

Siksa api neraka paling ringan

adalah ibarat seseorang yang memakai sepatu dan talinya terbuat dari

api lalu api itu tungku yang menghanguskan otaknya.215

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: نركم هذه الت يوقدها ابن آدم جزء من 213-Lihat, Zain al-Dîn bin ‘Abd al-‘Azîz bin Zain al-Dîn al سبعي جزءا من نر جهنم

Malîbârî, Irshâd al-‘Anâm ilâ Sabîl al-Rashâd, (Jakarta: Dâr al-Kutub al-Islâmiyah,

2010 M/1431 H), cet. ke-1, h. 165

عن أبى هريرة قال, قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: أوقد على النار ألف سنة 214حت احر ت ث أوقد عليها ألف سنة حت ابيض ت ث أوقد عليها الف سنة حت اسود ت فهى Al-Malîbârî, Irshâd al-‘Anâm…, h. 167 سوداء مظلمة

215 ال رسول الله صلى الله عليه و سلم: ان أهون أهل النار عن النعمان بن يسي قال, ق عذاب من له نعلان أو شركان له من نر يغلى دماغه كما يغلى المرجل ما يرى أن أحدا أشد منه Al-Malîbârî, Irshâd al-‘Anâm…, h. 168 عذاب وانه لهونم عذاب

Page 99: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

85

BAB III

Sayyid Haydar al-Âmulî

dan Pandangan Para Tokoh

A. Biografi dan Perjalanan Intelektual

Sayyid1 Haydar

2 al-Âmulî memiliki nama lengkap Rukn al-Dîn

bin Haydar bin Sayyid Tâj al-Dîn ‘Alî Fadasah bin Sayyid Rukn al-

Din Haydar bin Sayyid Tâj al-Din ‘Alî Fadasah bin Sayyid

Muhammad Amir bin ‘Alî Fadasah bin Abî Ja’fâr Muhammad bin

Ibrâhim bin Muhammad bin Zayd bin Abî Ja’fâr Muhammad bin

Ibrâhim bin Muhammad bin Husain al-Kusaj bin Ibrâhîm bin

Tsanâillâh bin Muhammad Hârûn bin Hamzah bin ‘Ubaidillâh al-

A’raj bin Muhammad bin al-Husain al-Asghar bin al-Imâm ‘Alî bin

al-Husain Zain al-‘Âbidîn bin al-Husain al-Shahîd bin ‘Alî bin Abî

Tâlib.3

Ia lahir pada tahun 719 H4 di kota Âmul

5, ibu kota Turkistan,

kota kelahiran ayah dan kakeknya. Khajavi memuji sosok Âmulî

1 Kata ‘sayyid’ pada Sayyid Haydar al-Âmulî dapat berarti ‘tuan’. ‘Sayyid’

juga berarti gelar kehormatan yang diberikan kepada keturunan Nabi Muhammad

melalui garis keturunan anak perempuan nabi yang bernama Fâthimah dan suaminya

‘Alî bin AbÎ Thâlib. Lihat Crrill Glasse, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1999), cet ke-II, h. 356.

2 Dalam masyarakat Arab, kata haydar dikenal sebagai salah satu nama singa.

Dinamakan demikian karena singa memiliki leher yang besar dan lengan bawah yang

kuat. Ibu Ali bin Abi Thalib menamakan putranya dengan kata haydar sebagai tanda

pengingat ayahnya. Itulah mengapa ibu Ali bin Abi Thalib dikenal dengan sebutan

Fatimah binti Asad. Lihat, Ahmad al-Shantanâwî et. al., Dâirah al-Ma’ârif al-Islâmiyyah, (Wizârah al-Ma’ârif al-Shuhûmiyyah, t. t..), jilid ke-8, h. 155

3 Penelitian Khajavi menjelaskan bahwa nama dan silsilah lengkap tersebut

ada pada karya Âmulî al-Muhît al-‘Azam jilid pertama. Lihat Sayyid Haydar al-

Âmulî, Inner Secret of The Path, Pengantar oleh Muhammad Khajavi. Penerjemah:

Assadullah ad-Dhaarkir Yate, (Zahra: 1989), cet. ke-I, h. XIV, Lihat juga ‘Ali al-

Fâdil al-Qayni al-Najfî, Mu’jam Muallif al-Shî’ah, (Matba’ah Wizarât al-Irshâd al-

Islâmî, 1405 H), cet. ke-1, h. 9-10. Lihat juga, Al-Sayyid Muhsin al-Amîn, A’yân al-Shî’ah, (Dâr al-Ta’âruf li al-Matbû’ât, 1420 H/2000M), Jilid ke-10, h. 27

4 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 14

Page 100: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

86 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

laksana penerang dunia yang sedang kegelapan. Gurunya bernama

Fakhr al-Muhaqqiqîn. Julian Baldik6 menilai Âmulî sebagai sosok

sufi yang memadukan Shî’ah dan tasawuf7.

Semenjak kecil hingga umur 30an tahun ia menggeluti al-

ma’sumîn, ajaran agama yang dipeluk nenek moyangnya. Ia juga

mempelajari ajaran sekte imamiyah8 yang sehari-hari dipraktekan

5 Amul terletak di ujung barat daya dataran rendah Mazandaran bagian

Timur. Terbentang sepanjang tepi barat sungai Harfaz, 12 mil sebelah selatan laut

Caspian. Ibn Isfandiyar, dalam Tarîkh al-Tubristân, menyatakan bahwa Amul

didirikan oleh Amula, putri kapten Daylamit dan istri raja Firuz Balkh. Saat jayanya

Islam, Amul sempat menjadi daerah industry perdaganan yang sangat maju.

Sejarawan ternama, al-Tabarî, dan hakim tersohor, Abû Tayyib al-Tabarî dilahirkan

di kota tersebut. Penulis Hudûd al-‘âlam menjuluki Amul sebagai kota makmur dan

ibu kota Turkistan yang menghasilkan bermacam jenis buah. Amul pernah dijajah

oleh Mas’ud, putra Mahmud al-Ghaznâ pada 1035-1036 M. 350 tahun kemudian

dijajah oleh Timur. Thomas Herbert yang pernah menginjakan kaki di Amul pada

1628 M menyatakan bahwa Amul merupakan daerah makmur dengan 300 rumah

penduduk dan pernah diguncang gempa bumi dan dilanda banjir. Amul terhubung

dengan pedesaan dari tepi Timur Harbaz yang dapat dilintasi melalui sebuah

jembatan elok yang memilkiki dua belas lengkungan (a fine twelve arched bridge).

Lihat Leiden EJ. Brill, The Encyclopedia of Islam, (London: Luxaz & Co., 1971),

vol. III, h. 459. Lihat juga Muhammad Tsâbit al-Fandî, Dâirah al-Ma’arif al-Islâmiyyah, (t.p. Oktober 1993), jilid 8, h. 626-627.

6 Julian Baldick, Mystical Islam: An Introduction to Sufism, (New York:

University Press, 1992), h. 101.

7 Para ulama berbeda pendapat mengenai asal-usul perkataan ‘tasawuf’;

“para sufi dinamakan demikian hanya karena kemurnian (safâ) hati dan kebersihan

tindakan mereka (atsar)” yang lain mengatakan, “sufi adalah orang yang hatinya

tulus terhadap Tuhan dan mendapat rahmat tulus dari Tuhan”. Sebagian mereka

mengatakan, “mereka dinamakan sebagai para sufi karena berada pada bari (saff) utama di depan Tuhan, karena besarnya keinginan mereka akan Dia dan

kecenderungan hati mereka terhadapad-Nya”, yang lain mengatakan, “mereka

dinamakan sufi karena sifat-sifat mereka menyamai sifat orang-orang yang tinggal di

serambi masjid (suffah) yang hidup pada masa nabi SAW, yang lain mengatakan,

“mereka dinamakan sufi hanya karena kebiasaan mereka mengenakan baju dari bulu

domba (sûf).” Anas bin Malik berkata, “Rasul mewajibkan dakwah, menunggang

keledai, dan memakai baju bulu domba (sûf)” Lihat, Abû Bakr Muhammad al-

Kalabdzî, Al-Ta’arruf li Madzab ahl al-Tasawwuf, (Maktabah al-Kulliyah al-

Azhâriyyah, 1969), cet. ke-I, h. 28-29. Lihat juga Ibrâhîm Baisûnî, Nashat al-Tasawwuf al-Islâmî, (Mesir: Dâr al-Ma’ârif, t.t.), h. 1. Lihat juga, Al-Suhrawardî,

‘Awârif al-Ma’ârif, jilid 1, h. 70

8 Shî’ah Imâmiyyah membangun keilmuannya di atas lima dasar: keesaan

Tuhan, keadilan, kenabian, imâmah, dan hari akhir. Imâmah adalah mandataris ilahi

kaum muslimin. Penampakan kasih sayang Tuhan yang dianugerahkan kepada

hamba-hamba-Nya yang mendamba kesinambungan rantai kenabian. Imam diangkat

Page 101: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 87

masyarakat Shî’ah. Mengingat ajaran tersebut banyak mengangkat

hakikat kebenaran (the truth and reality/haqîqah) maka ia curahkan

sepenuhnya perhatiannya kepada sejumlah sufi dan filosof.9

Ia mampu memahami ajaran tersebut yang kemudian diringkas

ke dalam risalah-risalahnya. Ia juga sibuk mempelajari sufisme dan

ma’rifah10 Allâh. Semua itu ia lakukuan di tanah kelahirannya,

Âmul. Menjelang usia 33 tahun ia berhasil merampungkan karyanya

Nas al-Nusûs (the Text of the Texts) yang merupakan komentar

terhadap karya spektakuler Ibn ‘Arabî, Fusûs al-Hikâm (the Bezels of

Wisdoms). Penyesuaian antara paripatetik (masyâ’i), illuminasi

(ishrâqi), theology (kalâm) dan gnosis (‘irfân) mulai terjadi secara

bertahap pada masa Haydar Âmulî.11

Pengaruh sufisme dan filsafat yang hadir bersamaan

membuatnya semakin teguh pendirian. Ia katakana itu bukan karena

bangga melainkan mensyukuri karunia Allah yang tidak habis-

habisnya. Terlebih saat teringat hadîts qudsî, “Aku siapkan untuk

hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah terlihat mata,

Tuhan secara langsung melalui silsilah kenabian. Ia harus maksum dari dosa kecil dan

besar. Di setiap masa harus ada figur imam yang perkasa yang siap menegakkan

tanda-tanda keagungan Tuhan. Lihat, Amirullah Asyarie, Filsafat Isyraq: Kajian Epistemoloigs antara Isyraq Imam Ghazâlî, Suhrawardi, dan Mulla Shadra, (Jakarta

Timur, SAS Center PCI-NU Mesir, Maret 2010), cet. ke-1, h. 96

9 Sayyid Haydar Âmulî, Inner Secret of The Path, Pengantar oleh Muhammad

Khajavi, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Assadullah ad-Dhaarkir Yate, (Zahra:

1989), cet. ke-I, h. xv

10 Menurut Sa’îd al-Kharrâj, ma’rifah diperoleh melalui dua cara: melalui

pandangan luhur (‘ain al-jûd) dan melalui usaha maksimal (badzl al-majhûd).

Menurut Ahmad Ibn ‘Atâ, Ma’rifah terbagi menjadi dua: ma’rifah al-haq (mengenal

Tuhan) dan ma’rifah al-haqîqah (mengenal substansi al-Haq) Maksud mengenal

Tuhan adalah mengenal keesaan-Nya dalam semua nama dan sifat-Nya. Sedangkan

mengenal substansi-Nya adalah tidak ada caranya karena terhalang oleh kekekalan

dan keabadian-Nya sebagaimana dinyatakan “ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-

Nya” (QS Tâhâ/20:110). Berkaitan dengan itu Abû Bakr al-Siddîq berucap, “Maha

suci Allah yang tidak membuat cara untuk mengenal-Nya”. Salah satu sifat orang

yang mengenal-Nya (al-‘ârif) adalah tidak pernah dikotori apapaun dan memandang

apapun bersih. Lihat, Abû Nasr al-Sarrâj al-Tûsî, Al-Luma’, (Al-Qâhirah: Maktabah

al-Tsaqafah al-Dîniyah, t.t), h. 56-57

11 Sayyid Hossen Nasr, The Islamic Intellectual Tradition in Persia, (New

Delhi: Curzin Press, 1996), h. 299.

Page 102: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

88 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

terdengar telinga, dan tersirat hati seseorang” 12

dan saat teringat ayat

Al-Qurân,

ف ان و اي ع م ل و ن ف لا ت ع ل م ن ف س م ا أ خ ج زاء ب ا ك ي ل م م ن ق رة أ ع ي

Maka tidak seorangpun mengetahui apa yang disembunyikan

untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang

menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka

kerjakan. (QS al-Sajadah/32: 17)

Paling tidak kebenaran semacam itu adalah terungkapnya

realitas sufisme dan filsafat serta menjadi jelas antara yang salah dan

yang benar. Dalam hal ini manusia terhubung ke satu titik realitas

dan tauhid. Ibarat garis lurus yang dibuat dari lingkaran yang

terhubung ke satu titik. Selain dari itu ia merasa semakin mengerti

dan membekas terhadap sejumlah firman Allah. Seperti dinyatakan

dalam Al-Qurân,13

ي ت ه آ إ ن ر بى ذ ب ن اص إ نى ت و كل ت ع ل ى الله ر بى و ر ب ك م م ا م ن د آبة إ ل ه و ء اخ ت ق ي م ر اط م س ع ل ى ص

Sungguh aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu.

Tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) melainkan Dialah

yang memegang ubun-ubunnya (menguasainya). Sungguh

Tuhanku di jalan yang lurus (adil). (QS Hûd/11: 56)

ع ع ل ي م ه الله إ ن الله و اس ر ق و ال م غ ر ب ف أ ي ن م ا ن و لو ا ف ث م و ج و لل ال م ش Dan milik Allah timur dan barat. Ke mana pun kamu

menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh Allah Mahaluas,

Maha Mengetahui. (QS al-Baqârah/2: 115)

Lebih dari itu, ia merasa semakin paham maksud dan

kandungan ungkapan imam ‘Alî “pengetahuan tidak lebih dari satu

titik yang kemudian diperbanyak oleh kebodohan”.

أعددت لعبادي الصالي ما ل عي رأت و ل أذن سعت و ل خطر على قلب 12 Lihat, Âmulî, Inner Secret…, h. xv بشر

13 Âmulî, Inner Secret…, h. xv-xvi

Page 103: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 89

Âmulî merasa semakin sadar bahwa ia seperti menjadi bentuk

baru, sebuah bentuk yang dapat menjadi apapaun, bentuk yang

menerima dan memahami hasrat percaya. Semua itu seperti tertelan

pada keberadaannya yang tidak terbatas yang dinilainya sebagai

karunia Tuhan seperti keadaan paling mulia pada seorang nabi.

Begitulah karunia Allah yang diberikan kepada hambanya

sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qurân,14

الله ذ و ال ف ض ل ال ع ظ ي م ذل ك ف ض ل الله ي ؤ ت ي ه م ن ي ش آء و

Demikianlah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang

Dia kehendaki; dan Allah memiliki karunia yang besar. (QS al-

Jumu’ah/62: 4)

Ia juga sangat mengerti maksud ungkapan Ibn ‘Arabi yang

menyatakan bahwa ia pada mulanya menolak teman yang beda agama

namun sekarang hatinya telah terisi dengan semua bentuk

kepercayaan. Hatinya sudah menjadi padang rumput untuk para rusa

bermata indah.

Setelah semakin teguh terhadap sufisme, ia merasa sejumlah

orang merasa terganggu dengan sejumlah hal yang sulit dimengerti.

Mereka menduga bahwa ia sedang menyembuhkan dirinya dari hal-

hal palsu. Namun ia tetap mendoakan orang-orang tersebut agar

mereka memahami bahwa yang demikian itu adalah tidak benar.

Sesungguhnya ia hanya menggambarkan ajaran-ajaran nenek

moyangnya, para imam.

Menurut Âmulî, Sejumlah sufi menilai bahwa tidak ada sesuatu

yang luar biasa tentang wawasan sufisme pada diri imam. Banyak

penganut Shî’ah juga percaya bahwa pengetahuan imam terbatas dan

mereka menilai pengetahuan imam adalah seperti pengetahuan

mereka biasa saja. Sebenarnya tidak dimikian. Para imam adalah

sumber pengetahuan yang bukan sebuah rahasia dan bukan juga

sebuah hikmah15 yang tersembunyi melainkan ibarat tambang yang

14 Âmulî, Inner Secret…, h. xvi

15 Al-Qurân dalam beberapa ayatnya menggunakan kata ḥikmah yang berasal

dari kata “hakama-yahkumu-hukman” yang berarti “kokoh, mengikat”, dan arti

mufradatnya adalah memperoleh suatu kebenaran dengan ilmu dan akal. Al-Ḥikmah

dari sisi Allah sebagai Al-Ḥākim artinya Allah mengetahuai segala sesuatu dan

Page 104: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

90 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

darinya rahasia diperoleh. Mereka adalah guru sharîah, pemimpin

tarîqah, dan tongkat haqîqah; mereka adalah khalifah Allah di dunia

dan akhirat. Mereka adalah perwujûdan/manifestasi keagungan

Allah. “Demi Allah seandainya mereka tidak ada, surga tidak akan

berdiri, bumi tidak akan terhampar, dan makhluk lainnya tidak akan

menempatinya.” Begitu Ia memuji para imam.

Argumentasi tersebut didasari pada hadîts qudsî, “karena

engkau (Muhammad) Aku ciptakan kosmos” Ibn ‘Arabi juga

menyatakan hal serupa dalam Nuskhat Al-Haq bahwa Allah

mewujûdkan manusia sempurna sebagai guru para malaikat yang

telah menyebabkan planet-planet bergerak.

Setelah memahami agama dan pernik-pernik science-nya ia

mendalami sufisme di Amul, sebagaian di Khurasan, Astarabat, dan

Isfahan. Ia terus berjuang hingga sampai pada titik terdalam tentang

sufisme. Itu semua dilakukan sekitar dua puluh tahun. Kemudian dari

Khurasan dia kembali ke kota kelahirannya, Amul. Di sana ia

menerima tawaran menjadi menteri dari raja Fakhr al-Dawlah bin al-

Malik al-Marhum Syâh KatKhada16

, putra Syeikh Kay Khisraw.

Fakhr al-Dawlah memperlakukannya dengan baik dan penuh hormat

serta menempatkannya sejajar dengan para sahabat dekatnya. Sesaat

kemudian ia dijadikan orang kepercayaannya dan utusan khusus.

Bendahara Fakhr al-Dawlah memberikan pelayanan khusus

kepadanya sehingga ia seperti keturunan dari Anusharvan, Yazdagird

dan Pervis.17

Tak lama setelah itu Fakhr al-Dawlah –maharaja, pemenang

zamannya, maharajanya para raja, prajurit pemberani yang pantang

menyerah- menerima Jalal al-Dawlah Iskandar dan Sultan Gustaham

dan Tus Malik bergabung untuk melayani saudara laki-lakinya dan

Âmulî diminta agar bersama mereka. Saat itu Âmulî merasa berada

di posisi yang luar biasa dengan kekayaan melimpah yang sulit

menciptakannya dengan sangat kokoh, sedangkan dari sisi manusia ḥikmah artinya

“manusia mengetahui segala yang maujud dan dapat melakukannya kebajikan.”

16 Âmulî, Inner Secret…, h. xv

17 Âmulî, Inner Secret…, h. xviii

Page 105: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 91

dibayangkan. Kehidupannya penuh dengan kemewahan. Orang-

orang, khususnya penduduk kota sangat menghormatinya.18

Keadaan seperti itu dilewati hingga pada akhirnya hasrat

mengenal kebenaran bergejolak sehingga ia sadar bahwa keburukan

dan kecurangan tumbuh pada dirinya yang membuatnya abai kepada-

Nya. Ia sadar telah berada jauh dari jalan lurus, masuk pada

bimbingan yang salah, dan dekat dengan puncak dosa. Sejak itu ia

terus berdoa agar terbebas dari yang demikian itu, dan memohon agar

mampu meninggalkan dunia dan segala kemewahannya. Sehingga ia

mendapatkan dirinya siap hanya tertuju kepada Yang Nyata.19

Dengan alasan itu ia tidak mau lagi mempertahankan

keberadaannya di lingkungan para maharaja, tidak mau lagi tinggal di

kota kelahirannya walaupun ia cinta tempat itu, dan tidak mau duduk

bersama para sahabatnya. Ia lebih memilih meninggalkan mereka

dan pindah jauh ke sebuah tempat yang ia bisa curahkan hidupnya

hanya kepada Yang Maha Nyata. Ia langsung membebaskan dirinya

dari para raja, kekayaan, anak, ibu, dan saudara laki-lakinya. Itu ia

lakukan dengan pertimbangan pemahamannya terhadap ayat Al-

Qurân,

ؤ ك م ي ر ت ك م و أ م و ال ق ل ا ن ك ان ء اب و ان ك م و أ ز و اج ك م و ع ش و أ ب ن آؤ ك م و إ خ ر ة ت ش و ن ك س اد ه ا و م سك ن ت ر ض و ن ه ا أ ح ب إ ل ي ك م م ن الله اق ت ر ف ت م و ه ا و ت

ه اد ف س ب ي ل ه ف ت ر بص و ا ح ت يأ ت الله بأ م ر ه و الله ل ي ب ال ق و م و ر س و ل ه و ج ق ي ال فس

Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-

saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang

kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan

kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu

sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta

berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah

memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak member

petunjuk kepada orang-orang fasik. (QAS al-Tawbah/9: 24)

18 Âmulî, Inner Secret…, h. xviii

19 Âmulî, Inner Secret…, h. xix

Page 106: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

92 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Ia pergi hanya menggunakan pakaian lusuh20

(khirqah21) yang

sebelumnya terbuang di lembah belakang rumahnya dan mebawa

tidak lebih dari satu dirham. Ia menuju Ray, Qazwin, Isfahan

bermaksud menjalankan ibadah haji, mengunjungi baitullah, dan

bertemu sejumlah imam. Hal demikian itu karena sudah ada

kesepakatan antara Âmulî dengan para pemuda kota dan juga dengan

kelompok sufi sehingga Âmulî melakukan perjanjian antara dirinya

dan Nûr al-Dîn Tihrânî.22

Nûr al-Dîn Tihrânî adalah ahli ma’rifat. Semua orang mulai

kalangan biasa hingga elit menerimanya dan menjadi muridnya.

Sekitar sebulan Âmulî mengikuti pengajiannya dan kemudian Tihrani

memberikan Âmulî sebuah baju sufi untuk dipakai. Dengan banyak

20 Memakai pakaian lusuh adalah salah satu dari ajaran syaikh sufi yang

dianggap sebagai taklîf untuk dilaksanakan secara serius namun tetap patuh pada

rambu-rambu syariat. Dikisahkan, Ibrahim bin Adham datang berpakaian lusuh

kepada Abu Hanifah. Saat itu sejumlah sahabat Abu Hanifah melihat Ibrahim bin

Adham dengan pandangan hina. Namun Abu Hanifah berucap, “Tuan kita, Ibrahim

bin Adham datang” Kemudian para sahabat Abu Hanifah berkata, “itu bukan

bercanda. Bercanda seperti itu tidak mungkin keluar dari lisan pemimpin kaum

muslimin.” Lalu mereka bertanya kepada Ibrahim bin Adham, “Dengan apa

penghormatan seperti itu didapati?” Lalu dijawab, “Dengan sibuk berbakti kepada

Allah SWT secara konsekuen” Diriwayatkan pula bahwa Umar RA memiliki satu

pakaian lusuh yang sudah ditambal sebanyak tiga puluh kali. Praktik lainnya, selain

pakaian lusuh, adalah tempat ibadah khusus, tarian sufi, berkhalwat, zikir dalam

jumlah tertentu, dan lainnya. Dalam perspektif ‘urafa, selain wahyu samawi masih

terdapat sumber hukum yang boleh dipatuhi yaitu batin para syaikh dan para insan

kamil. Lihat, Abû Hasan ‘Alî bin ‘Utsmân bin Abî ‘Alî al-jalâbî al-Hujwîrî, Kashf al-Mahjûb, Ditebitkan oleh Muhammad Taufîq ‘Uwaidlah: Juni 1973/Jumadi al-Ula

1394), h. 241-243. Lihat juga, Sayyid Yahya Yatsribi, Agama & Ifan:Wahdat al-Wujûd dalam Ontologi dan Antropologi, serta Bahasa Agama. Penerjemah:

Muhammad Syamsul Arif, (Jakarta: Sadra International Insititute, Januari 2012/

Safar 1433), cet. ke-1, h. 100-101

21 Khirqah adalah pakaian panjang atau jubah kebesaran yang dipakai kaum

sufi yang melambangkan kefakiran dan kebersihan hati. Mengenakan khirqah

dipandang baik dan terpuji oleh para syaikh sufi ketika membimbing murid-murid

mereka. Memakainya adalah tanda keridaan syaikh, yang sekaligus juga

mengisyaratkan tanda keridaan Allah SWT. Ada dua macam khirqah: khirqah

keinginan dan khirqah berkah. Khirqah keinginan adalah khirqah yang diberikan

kepada murid atas dasar keinginan syaikh sebab syaikh melihat keadaan batin murid

sudah tulus dan sangat rida kepada Allah SWT. Sedangkan khirqah berkah adalah

khirqah yang diberikan kepada murid setelah memperoleh hasil laporan baik. Lihat,

Khirqah dalam Ensiklopedi Tasawuf, jilid II (I-S), h. 710

22 Âmulî, Inner Secret…, h. xix

Page 107: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 93

duduk di sampingnya, Âmulî menguasai zikir-zikir dari Tihrânî.

Setelah itu ia melanjutkan wisata ruhaninya menuju Aydhaj dan

Maliamir kemudian diteruskan menuju Baghadad namun saat itu

perjalanan ke Baghdad tidak memungkinkan karena ia terserang

penyakit dahsyat. Ia pun kembali ke Isfahan. Tak lama kemudian

akhirnya ia sampai di Baghdad. Di sana ia mendapat kehormatan

untuk ziarah ke kuburan Husain, Mûsâ dan Jawwâd bersama dengan

para imam Samarra. Ia menghabiskan waktunya setahun penuh di

sana sebelum menuju Ka’bah untu haji. Saat itu ia sendiri dan dalam

keadaan miskin papa.23

Setelah itu ia kembali ke Iraq dan menetap di sana.

Kehidupannya disibukan dengan latihan-latihan spiritual dan

berkhalwat, beribadah, dan mencari ilmu laduni. Di kota bahkan di

negara itu tidak ada yang mengenal ilmu laduni. Ia bergaul dengan

seorang pria alim yang ternyata adalah seorang wali Allah yang

dikenal dengan nama Abd al-Rahman ibn Ahmad Muqaddasi.

Dengannya ia belajar Manâzil al-Sâirîn dan Fusûs al-Hikam beserta

dengan penjelasan keduanya. Pembahasan tentang tasawuf ia

perloleh dengan jelas sehingga ia mencatat sejumlah komentar dan

catatatan-catatan khusus. Ia juga mendokumentasikan secara rinci

pengalaman spiritual yang terjadi pada dirinya.24

Selanjutnya ia menetap di Isfahan. Di sana, waktunya terisi

dengan kegiatan spiritual sehinnga ia berhasrat pergi ke Baghdad

untuk ziarah ke kuburan para imam, menggunjungi sejumlah wali

Allah, dan pemuka agama setempat dan kemudian berencana

melaksanakan ibadah haji. Saat itu ia bermimpi ia sedang berdiri di

tengah sebuah pasar. Ia merasa tubuhnya seperti mati terbungkus

kafan putih lalu jatuh terbaring di atas tanah. Saat mencoba sembuh

dari keadaan seperti itu ia tiba-tiba kagum dengan dirinya karena

terbang dan terlentang di saat bersamaan25

.

Setelah sadar, ia merasa bahwa itulah awal kematian yang ia

rindukan selama ini, yang merupakan awal perjalanan spiritualnya.

23 Âmulî, Inner Secret…, h xx

24 Âmulî, Inner Secret…, h. xx-xxi

25 Âmulî, Inner Secret…, h xxii

Page 108: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

94 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Menurut Âmulî, kematian tersebut memang telah disinggung oleh

nabi dalam sabdanya, “Matilah kamu sebelum kamu mati”. Dalam

Al-Qurân shûrat al-An’âm/6: 122 Allah berfirman,

ي ب ه ف الناس ك م ن م ث ل ه ف ن ه و ج ع ل ن ا ل ه ن و را يم ش ي ي تا ف أ ح أ و م ن ك ان م ي ال ك ز ي ن ل ل ن ه ا ك ذ ر ج م ان و ا ي ع م ل و ن الظل مت ل ي س ب كف ر ي ن م اك

“Apakah orang yang tadinnya mati kemudian Kami hidupkan,

dan Kami buat cahaya yang memungkinkan ia berjalan di

tengah-tengah manusia, sama dengan orang-orang yang

terkurung di kegelapan yang tidak bisa keluar. Begitulah orang

kafir memandang indah segala perbuatan mereka” (Q.S. al-

An’âm/6: 122)

Ia juga menjelaskan mimpinya yang dianggapnya sebagai

pengalaman batin yang luar biasa:

“Ketika aku sedang duduk di toko sahabatku, tiba-tiba di

punggungku ada sebuah wadah yang terbuat dari tembaga

berhias emas, bentuknya seperti ketel air yang ingin berjalan

menuju pasar untuk menuangkan airnya kepada orang yang

hendak minum. Tatkala aku ingin menuangkan air untuk orang

yang hendak minum, aku bingung mencari diriku, aku merasa

duduk dan berdiri pada waktu yang bersamaan, lalu tatkala aku

melanjutkan memberi minum kepada yang hendak minum,

tiba-tiba aku malah mengambil minum itu, karena itu

merupakan gambaran-gambaran aneh, akupun tak henti-

hentinya menertawakan26

diriku, hingga akhirnya aku

terbangun.”27

Pada peristiwa lain, saat di Isfahan, mimpi serupa menghampiri

Âmulî. Kisahnya,

“Aku melihat diriku sedang duduk sambil memegang sebuah

kepala yang amat keras, ketika itu pula kepalaku menjadi

keras, karena aku tidak mengerti hal tersebut, diriku sibuk

26 Tawa terkadang muncul sebab tingginnya volume ruhani. Bagi sufi,

tertawa bukan hanya dengan mulut melainkan dengan seluruh tubuh karena saat itu

ia benar-benar di luar tubuh. Lihat, Will Johnson, Rumi: Menatap Sang Kekasih. Penerjemah: Dini Dwi Utari, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, April 2005), cet.

ke-1, h. 175

27 Âmulî, Inner Secret…, h. xxii

Page 109: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 95

memutarkan dan memainkan kepalaku, lalu tiba-tiba aku

menangkap suara tawa dalam bentuk gambar aneh, akhirnya

aku terbangun”.28

Mimpi tersebut diyakini Âmulî bahwa ia sampai kepada

bermacam perjalanan spiritual yang amat bermakna. Ia merasa

limpahan wawasan spiritual terungkap kepadanya seperti mengalir

dari kekuatan ilahi yang tak terlihat. Pada mimpi yang mirip, ia

mendengar ayahnya memberikan tidak lebih dan tidak kurang seribu

dinar kepada seorang yang menjelaskan arti mimpi itu. Sejumlah

uang itu dibayarkan oleh sejumlah raja tanpa menunda-nundanya.

Secara batin itu berarti bahwa seribu penjelasan dan kekayaan lebih

murni dari sebuah emas murni dan lebih terang dari permata yang

tembus pandang yang dijanjikan di sebuah taman oleh Raja Yang

Sebenarnya sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qurân,

الله ذ و ال ف ض ل ال ع ظ ي م ذل ك ف ض ل الله ي ؤ ت ي ه م ن ي ش آء و Demikianlah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang

Dia kehendaki; dan Allah memiliki karunia yang besar. (QS al-

Jumu’ah/62: 4)

Ia terus menjelaskan pelajaran yang ia peroleh baik yang

berkaitan dengan dirinya ataupun dengan dengan alam semesta. Ia

lebih giat bermujâhadah29 dan berkhalwât30 kepada Allah SWT, yang

jika diterangkan –menurut Âmulî- akan membutuhkan berjilid-jilid

28 Âmulî, Inner Secret…, h xxii

29 Mujâhadah secara bahasa berarti ‘memerangi’., sedangkan secara

terminology adalah memerangi diri dari perbuatan buruk sesuai tuntunan syariat.

Lihat, h. ‘Alî bin Muhammad al-Jurjâni, Kitâb al-Ta’riîfât, (Dâr Kutub al-‘Ilmiyyah,

1988), cet. ke-3, h. 204

30 Khalwat adalah melakukan pembicaraan batin dengan Allah SWT seolah-

olah tidak ada siapapun dan tidak ada apapun yang dimiliki. Lihat Al-Jurjâni, Kitâb al-Ta’riîfât, h. 101.

Page 110: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

96 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

buku31

Ia merasa Tuhan memerintahkannya untuk meninggalkan

segala yang selain-Nya dan memusatkan pikirannya hanya kepada-

Nya. Saat itu muncul pada hatinya perasaan adanya ilham agar ia

berada di bagian bumi yang paling agung. Pada kondisinya yang

masih seperti itu, ia memutuskan untuk pergi ke Makkah, . Lisannya

selalu mengucapkan firman Allah,

را و س ع ة و م ن ي ر ج ر ف س ب ي ل الله يج د ف ال ر ض م ر اغ ما ك ث ي و م ن ي ه اح ه ال م و ت ف ق د و ق ر ك را ا ل الله و ر س و ل ه ث ي د ر ه ع ل ي الله م ن ب ي ت ه م ه اج ع ا ج

ي ما و ك ان الله غ ف و را ر ح

Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan

mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki)

yang banyak. Barang siapa yang keluar dari rumahnya dengan

maksud berhijrah karena Allah dan rasul-Nya, kemudian

kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang

dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi

Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (Q.S.

Al-Nisâ/4: 100)

Setiba di Mekkah ia mengungkapkan perasaannya,

“Aku tinggalkan semua manusia demi ridâ-Mu”

“Aku ikhlashkan keluarga menjadi yatim agar bisa menatap-

Mu”

“Seandainya anggota tubuhku Kau potong-potong, hatiku tetap

merindukan-Mu”32

31 Ungkapan tersebut sebagai wujud syukur atas pengamalan QS 14: 34, و ا ن Dan Jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat ت ع دو ا ن ع م ت الله ل ت ص و ه آ

kamu menghinggakannya. 32 Lihat, Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 11, Âmulî, Inner Secret…, h. 24

كت الخلق طرا ف رضاك تر # و أيتمت العيال لكي أراكا

فلو قطعتنى أرب فأرب # لما حن الفؤاد ال سواكا

Page 111: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 97

Di sana ia melaksanakan haji dan ibadah lainnya dengan

mengerjakan semua yang wajib dan yang sunnahnya. Peristiwa ini

terjadi pada 751 H.33

Karena merasa rindu dengan Rasulullah, maka

ia melanjutkan wisata ruhaninya menuju Madinah. Sesampainya di

Madinah ia langsung beri’tikâf di makam Rasul. Ketika beberapa

saat ia beri’tikâf ia merasa terkena ‘penyakit’ yang memerintah

kannya untuk kembali ke Irak, kota tempat berkarya.

Berikut ini adalah peta wilayah bersejarah bagi kehidupan

Sayyid Haydar al-Âmulî,

Peta sejumlah wilayah bersejarah bagi kehidupan Sayyid Haydar al-

Âmulî34

Ia pun kembali ke Irak dan menetap di Najaf tanpa halangan

apapun. Di Irak ini kehidupannya selalu disibukan dengan

berkhâlwat dan beribadah, hatinya selalu banjir dengan Dzikr Allâh.

Sepanjang periode tersebut, ia merasa sejumlah pengetahuan,

kenyataan, dan kebenaran mengalir kepadanya dari Tuhan Yang

Maha Tersembunyi.35

Ketika sedang berkhalwât, ia seperti memperoleh bisikan gaib

yang belum pernah ia dengar sebelumnya, ia merasa seolah-olah

33 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 12

34 https://www.google.com/maps/@33.4136446,47.9807246,7z

35 Sayyid Haydar Âmulî, Inner Secret of The Path, Pengantar oleh

Muhammad Khajavi, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Assadullah ad-Dhaarkir

Yate, (Zahra: 1989), cet. ke-I, h. xxiv

Page 112: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

98 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Allah SWT memerintahkannya untuk menyampaikan pengalaman

pribadinya tersebut kepada hamba-hamba-Nya yang Khawwâs. Maka

iapun menulis Kitab Tauhid dan segala rahasinya dan selesai dalam

waktu singkat dan diberi nama Jâmi’ al-Âsrâr wa Manba’ al-Anwâr.

Lalu ia menulis Risâlah al-Wujûd fi Ma’rifah al-Ma’bûd, dan Risâlah

al-Ma’âd fî Rujû’ al-‘Ibâd. Setelah itu ia menulis 40 risâlah36 lainnya

dalam bahasa Arab dan non-Arab. Lalu ia merasa seakan-akan

diperintahkan untuk memuat sejumlah ayat Al-Qurân dalam

penjelasan-penjelasanya. Maka ia menulis Al-Muhît al-A’zam wa al-

Tawd al-Asham fî Tawîl Kitâbillâh al-‘Azîz al-Muhkam. Berkat

pertolongan Raja Yang Maha Mulia dan Maha Luhur, karyanya itu

tertulis dengan bahasa yang lebih baik dan mengesankan.37

Ia pun merasa seolah-olah Allah SWT memerintahkannya

menulis tentang keterangan Fusûs al-Hikâm karya Muhy al-Dîn Ibn

‘Arabî38

yang diyakininya sebagai pemberian Allah melalui mimpi.

Maka ia pun menulis Syarh Fusûs al-Hikâm dan selesai

dirampungkan dalam waktu kurang lebih satu tahun, sejak tahun 781

H hingga 782, sedangkan umurnya saat itu 63 tahun.39

Setelah itu ia berperan aktif di majelis Abû Mutahhir al-Hillî.

Di sini ia menekuni sejumlah buku berkaitan dengan keluarga nabi40

36 Risâlah adalah lembaran-lembaran yang memuat beberapa problematika

yang dijadikan menjadi satu tema bahasan. Lihat Al-Jurjânî, Kitâb al-Ta’rîfât, h. 11

37 Âmulî, Inner Secret..., h. xxv

38 Nama lengkapnya adalah Abû Bakr Muhammad bin ‘AlÎ Muhy al-DÎn al-

HafânÎ al-Thâ’Î lahir di Marsi pada 27 Ramdlân 560 h/28 Juli 1165M. Ia adalah

seorang sufi yang terkenal dengan madzhab wahdât al-wujûd. Para pengikutnya

menyebutnya dengan panggilan al-Syaikh al-Akbar. Di Andalusia ia dikenal dengan

sebutan Ibu Suraqah, sedangkan di Timur dikenal dengan sebutan Ibnu ‘Arabi. Ia

wafat pada 638 H/1240 M. Lihat Ahmad al-Shantanâwî, Dâirah al-Mâ’rif al-Islâmiyyah, (Dâr al-Fikr, t.t.), jilid I, h. 232.

39 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 13.

40 Keluarga nabi atau ahl al-bait merupakan gelar khusus untuk beberapa

orang dari keluarga dan sanak famili Nabi Muhammad saw yang termaktub dan

diisyaratkan dalam ayat al-Tahir dan ayat Mawaddah. Mereka yang dimaksud ahl al-

bait pada kedua ayat ini adalah Imam Ali, Fatimah al-Zahra, Hasan bin ‘Ali, Husain

bin ‘Ali dan sembilan imam maksum lainnya dari ketururnan Husain. Dalam

pandangan Syiah, ahl al-bait memiliki kedudukan yang maksum. Mereka memiliki

keunggulan lebih tinggi dari sahabat dari sisi ketakwaan dan anugerah ilahi.

Kecintaan kepada mereka merupakan hal yang wajid bagi setiap muslim. Menurut

Page 113: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 99

Al-Hillî memberikan ijazah dan menjulukinya sebagai Zayn al-

‘Âbidîn kedua. Ijazah lainnya juga banyak diterima oleh Âmulî.

Ijazah tersebut diabadikannya dengan redaksi:

“Sayyid yang luar biasa, imam besar, alim yang bijak dan

paling berpengetahuan di antara manusia, penunjuk jalan

spiritual, penjaga jiwa pengetahuan, pembaharu ajaran agama

dan pemberi kehidupan menuju jalan para leluhur, guru besar

pemilik hati jernih dan tunduk kepada nabi, kebanggaan

keluarga nabi, tiang negara, Haydar ibn Sayyid al-Sa’îd Taj al-

Dîn ‘Alî telah membacakan dan mengajarkan kepada saya

dengan cermat buku-buku berikut ini: Jawâmi’al-Jami’ karya

Syeikh Tabrisi, Sharî’ah al-Islâm karya Najm al-Dîn Muhaqqaq

Hillî, Manâhij al-Yaqîn karya Ayahku sendiri, Tahdzîb al-Ahkâm karya Syeikh Tayfah Tûsî, Nahj al-Balâghah karya

imam Ali41

, dan Sharh Nahj al-Balâghah karya Ibn Maythâm.

Saya juga mohon izin kepada Abu Mutahhir al-Hillî untuk

menyebarkan semua buku tersebut.”42

Ijazah tersebut diterima pada Ramadân 761 H di Hillah.

Kemudian ia mendokumentasikannya dan menyatakan bahwa

pemberian ijazah itu sebagai bentuk homat terhadap ‘ulûm al-hadîts

dan kebiasaan orang-orang Arab. Pada Rajab 753 H ‘Abd al-Rahman

bin Ahmad al-Muqaddasî memberikan ijazah kepadanya untuk

mengajarkan Manâzil al-Sâirîn dan Fusûs al-Hikam. Cara Abd al-

Rahman bin Ahmad al-Muqaddasî dalam memberikan ijazah sama

dengan yang dilakukuan oleh Fakhr al-Muhaqqiqin. Dalam ijazah

tersebut tertulis ‘Saya telah banyak mengambil manfaat dari dia

(Âmulî) ketimbang dia mengambil manfaat dari saya”

ajaran Syiah, otoritas dan kepemimpinan kum muslimin berada di tangan ahl al-bait.

Kaum muslimin harus bertumpu kepada ahl al-bait dalam permasalahan-

permasalahan agama dan menjadikan mereka sebagai tempat rujukan. Artikel diakses

pada 20 April dari http://id.wiwishia.net/view/ahlubait_as.

41 ‘Alî bin Abî Tâlib al-Hâshimî ibn ‘Abd al-Mutallib bin Hâshim bin ‘Abd

Manâf al-Qurayshî al-Hâshimî, Abû al-Hasan. Lihat, Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-

‘Asqalânî, Al-Ishâbah fî Tamyîz al-Sahâbah, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah,

2002 M/1433 H), cet. ke-2, Jilid ke-4, h. 464

42 Âmulî, Inner Secret of The Path, h. xxvi

Page 114: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

100 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Âmulî juga menjelaskan cara zikir dan ijazah zikir yang

diperoleh dari Muhammad bin Abî Bakr Simnân. Ijazah tersebut

adalah:

“Al-faqîr Muhammad bin Abî Bakr Simnâni diajarkan cara

berzikir oleh Syaikh Salih al-Dîn Abi al-Khair Shams al-Dîn

Muhammad bin ‘Alî bin Muhammad Isfahânî lalu mempelajari

zikir lâ ilâha illa allâh pada Idul Fitri 703 H di majelis Khanqah

di Bait al-Ahzân dekat Masjid al-Jumu’ah di Damskus dari

Syeikh Salih Muhammad bin Abî Bakr Isfaraynî Zayn al-

‘Ibâd.’

Gambaran lebih rinci tentang zikir itu disebut dalam ijazah

yang ia terima. Yaitu:

“Muhammad ibn Abî Bakr Simnânî menguatkan ijazah dengan

sebuah Hadis bahwa suatu hari Ali datang kepada rasuslullâh

sambil mengatakan, “ajarkan kepadaku apa jalan yang paling

cepat mengenal Allah, apa yang paling diterima oleh-Nya, dan

apa yang paling mudah dilakukan hamba-Nya?” Nabi

menjawab: “dzikrullâh” Lalu Ali berkata, “jika zikir begitu luar

biasa maka tentulah semua orang akan berzikir.” Lalu nabi

menjelaskan, “banyak yang berpikir demikian, hari kiamat

tidak akan datang selagi masih ada yang berucap Allâh, Allâh”

Lalu nabi berkata, “Hai ‘Alî, diamlah. Saya akan bacakan zikir

tiga kali kepadamu oleh karena itu hendaklah kamu dengarkan;

ketika saya diam kamu segera mengucapkannya sehingga aku

bisa mendengarnya.” Begitulah rasulullah mengajarkan Ali

berzikir yang kemudian diajarkan kepada Hasan al-Basrî,

Habib al-‘Ajami, Daûd al-Taî43

, Ma’rûf al-Karkhî44

, Sarî al-

43 Nama lengkapnya adalah Abû Sulaimân Dâwûd bin Nashîr al-Tâî. figur

berbudi pekerti luhur ini pernah mendapa warisan sebesar dua puluh ribu dirham

namun digunakannya selama dua puluh tahun. Suatu hari ada seorang yang minta

wasiat kepada al-Thai, lalu diberikan wasiat itu berupa ucapan ‘pasukan-pasukan

kematian sedang menunggumu’. Ia wafat pada 165 H/781 M. Lihat, Abu al-Qâsim

‘Abd al-Karîm bin Hawzân al-Qushairî, Al-Risâlah al-Qushairiyyah, (Jakarta: Dâr al-

Kutub al-Islamiyyah, 2011 M/1433 H), cet. ke-1, h. 38

44 Nama lengkapya adalah Abû Mahfûdz Ma’rûf bin Fairûz al-Karkhî. Ia lahir

pada 200 H/815 M. Ia termasuk salah satu pembesar di kalangan syeikh sufi yang

doanya sangat mustajab. Ia juga salah satu maula ‘Alî bin Mûsâ al-Ridhâ dan guru

dari Al-Sarrî al-Saqatî. Kedua orang tuannya beragama Nashrani. Sejak kecil ia

disrahkan kepada seorang pendidik. Saat pendidik itu mengajarkan Ma’ruf dengan

Page 115: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 101

Saqatî45

, Junayd al-Baghdâdî, Mimshâdz Daynûrî46

, Ahmad

Aswad Daynûrî, Muhammad ibn ‘Abdillâh Bakarî Suhrawardî,

Qâdî Wajîh al-Din ‘Umar ibn Muhammad Bakarî, Abd an-

Najîb, ‘Abd al-Qâhir Suhrawardî, Shihâb al-Dîn, ‘Umar ibn

Muhammad Suhrawardî Bakarî, Mu’in al-Din, Ahmad ibn

Mas’ûd –salah satu syaikh ayah dan leluhur saya yang

kemudian Muhammad ibn Abî Bakr Simnânî mengajarkannya

kepada saya pada 731 H.47

Âmulî juga menceritakan asal-muasal perolehan pakaian lusuh

syaikh Sa’d al-Din Hamawi dan kemudian menjelaskan asal-muasal

pengetahuan ilahi Shihâb al-Dîn Suhrawardî sesuai ijazah yang dia

berikan kepada sejumlah muridnya. Ijazah yang diperoleh dari

Shihâb al-Dîn diberikan kepada murid-muridnya dengan kutipan,

“ketahuilah bahwa jalan sufi ada dua; pertemanan dan pakaian lusuh.

Berkaitan dengan segi pertemanan, ia meniru kedekatannya dengan

Muhammad ibn Hamawi yang pernah mengalami berteman dengan

Khidr. Berkaitan dengan pakaian lusuh Âmulî ketahuilah bahwa

perintah, “Ucapkanlah tri tunggal! (ثالث الثلاثة)!” Namun ia mengucapkannya

“Tidak. Dia adalah Yang Maha Esa”. Maka ia dipukul dengan keras sehingga ia lari

kabur. Dan akhirnya kedua orang tuanya berharap agar ia kembali ke pangkuan

mereka dengan agama apa saja yang ia kehendaki. Ia wafat pada kisaran tahun 200 H

atau 201. Lihat, Al-Qushairî, Al-Risâlah al-Qushairiyyah, h. 30-31

45 Nama lengkapnya Abû al-Hasan Sarî al-Mughallas al-Saqatî. Ia adalah

paman dan sekaligu sebagai guru dari al-Junaid dan murid dari Ma’ruf al-Karkhî. Al-

Saqatî merupakan figur sufi besar zamannya yang wara’, ahli hadits, dan tauhid. Al-

Junaid menilai bahwa ia tidak pernah melihat seseorang yang paling tekun ibadahnya

selian Al-Saqathî yang hingga usia 98 tahun tidak pernah tidur terlentang kecuali

menjelang wafatnya.

46 Mimshâdz al-Daynûrî wafat pada 911 M/299 H. Ia merupakan salah satu

pembesar syeikh sufi. Bersahabat dengan Yahyâ al-Jallâ. Ia pernah bekata bahwa

karakter seorang murid adalah terus menerus hormat kepada para gurunya,

membantu rekannya, keluar dari sebab-musabab, dan memelihara rambu-rambu

syariat pada dirinya. Ia juga mengatakan bahwa dirinya tidak pernah masuk salah

satu rumah gurunnya kecuali ia sudah tinggalkan apa yang ia miliki. Ia hanya

menunggu barakah yang datang kepadanya sebab melihat gurunya atau mendengar

ucapannya. Siapapun yang bertemu gurunya karena dorongan diri semata maka

keberkahan melihatnya, majelisnya, dan ucapannya menjadi hilang. Selain itu ia juga

berucap berkumpulnya ma’rifat adalah melalui rasa butuh kepada Allah. Lihat, Al-

Qushairî, Al-Risâlah al-Qushairiyyah, h.73. Lihat juga, Abû ‘Abd al-Rahmân al-

Sulamî, Tabaqât al-Sûfiyyah, (Matâbi’ al-Sha’b, 1380 H), h. 76

Page 116: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

102 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Muhammad ibn Hamawî memperolehnya dari kakeknya Imam

Muhammad ibn Hamawî, dari Ibn ‘Alî Farmadi, dari Abu al-Qasim

Gargani, dari Ma’rûf al-Karkhî, dari ‘Alî bin Mûsâ al-Rida, dan dari

khâtam al-anbiyâ, Muhammad SAW.48

Selain baju lusuh yang diterima dari Muhammad ibn Abî Bakr

Simnânî, Âmulî juga menjelaskan baju lusuh yang diperoleh langsung

dari tangan Nûr al-Dîn Tihrânî. “Saya (Muhammad ibn Abî Bakr),

guru dari para guru Abu Hasan ibn ‘Umar ibn Abî al-Hasan,telah

diberikan baju lusuh dari ‘Imad al-Din’Umar ibn Abî al-Hasan ‘Alî

ibn Muhammad Hamawî dan telah berteman dengan kakekeknya,

Imam Muhammad ibn Hamawî (ini merupakan indikasi bahwa Âmulî

juga menerima baju lusuh langsung dari tangan Muhammad ibn Abî

Bakr Simnânî)49

‘Alî ibn Abî Tâlib

Dalam kesimpulannya, Âmulî mengakui bahwa pengenalannya

terhadap marifat bukan karena perjalanan spiritualnya tersebut

melainkan itu semua karena Allah. Ia merasa ia adalah salah seorang

yang mabuk ilahi (majdhub) di antara mereka yang juga para

penempuh jalan ruhani.

Melalui Sharh Fusûs al-Hikâm, Usman Yahya membagi

kehidupan Âmulî ke dalam dua periode; periode Parsian dan periode

Irak. Periode Parsia merupakan periode pembentukan karakter

intelektual Âmulî. Periode ini berlangsung mulai 740 H hingga 751

H. Pembentukan karakter intelektual Âmulî pada periode ini

ditempuh antara lain dengan melakukan perjalanan ilmiah ke

beberapa kota penting di Parsi, seperti Khurasan, Istabarat, dan

Isfahan.50

Pada periode kedua, antara 751-782 H, oleh Usman Yahya

disebut sebagai periode kematangan intelektual Âmulî. Mulai dari

usia 31 tahun Âmulî menghabiskan umurnya di Irak dan tempat-

tempat suci lainnya. Di Irak inilah Âmulî banyak merampungkan

karya-karyanya yang mengantarkannya menjadi sosok terkenal.

47 Âmulî, Inner Secret of The Path, h. xxvii-xxix

48 Âmulî, Inner Secret of The Path, h. xxx

49 Âmulî, Inner Secret of The Path, h. xxx

50 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 14

Page 117: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 103

Yahya juga sempat memasukan informasi masa akhir hayat

Âmulî. Pada masa akhir hayatnya, Âmulî, -karena kesucian akal dan

kesufiannya- berucap:

“ketahuilah, ketika aku menuju Isfahan untuk melanjutkan

perjalananku menuju Baghdad untuk ziarah ke tempat-tempat

suci dan para wali shâlih, ketika aku beri’tikâf aku bermimpi,

pada suatu malam aku berhenti di tengah-tengah duri sambil

menyaksikan tubuhku mati terbentang menjulur di atas tanah,

terbungkus dengan kafan putih, aku heran dan binggung

bagaimana aku bisa seperti ini.51

Peninggalan Âmulî yang berupa manuskrip dan buku, oleh

Yahya dibagi ke dalam dua periode: Periode pertama dimulai tahun

751 hingga 768 H. Pada periode ini ditulis Naq al-Nuqûd fi Ma’rifah

al-Wujûd, Risâlah al-Ma’âd fi Murtaqâ al-‘Ibâd, Risâlah al-Wujûd fi

Ma’rifah al-Ma’bûd, Jâmi’ al-Asrâr wa Manba’ al-Anwâr, Muntaqâ

al-Ma’âd fi Murtaqâ al-‘Ibâd, dan Nihâyah al-Tawhîd fi Bidâyah al-

Tajrîd.52

Perioda kedua dimulai sejak akhir periode pertama hingga 782

H, di periode ini ia menyelesaikan Tafsîr al-Qurân al-Karîm dan Nash

al-Nushûs fi Sharh al-Fusûs. Kedua karyanya tersebut ditulis antara

777 hingga 781 H.

Informasi kehidupan Âmulî terekam baik hingga dalam karya

terakhirnya pada 782 H. Namun setelah itu, keterangan jejak sufi ini

tidak ditemukan. Sehingga kapan ia wafat tidak diketahui. Satu-

satunya yang mengingatkan kehidupan akhirnya adalah karyanya

Risâlah fi al-Ulum al-’Alîyyah yang selesai ditulis pada tahun 787 H

atau setelah ia menyelesaikan karyanya Muntakhab al-Tawîl.53

Dalam Mu’jam al-Falâsifah dinyatakan bahwa tahun wafat Âmulî

51 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h 14-15. Lihat juga Inner Secret, h. xxii

52 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 16

53 Sayyid Haydar Âmulî, Inner Secret of The Path, Pengantar oleh

Muhammad Khajavi, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Assadullah ad-Dhaarkir

Yate, (Zahra: 1989), cet. ke-I, h. xxxi

Page 118: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

104 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

tidak diketahui secara pasti, namun diyakini bahwa masa akhirnya

pada 787 H/1385 M.54

B. Karya-karya

Sayyid Haydar al-Âmulî telah menulis lebih dari 30 karya.

Yaitu:

1. Majmû’ (Jâmi’) al-Asrâr wa Manba’ al-Anwâr. Karya ini

berbicara seputar tauhid, macam-macamnya, dan segala yang

berkaitan dengannya. Di sini Âmulî membagi tauhid menjadi

dua; tawhîd ulûhî dan tawhîd wujûdî. Hal yang berkaitan

dengan pelaku tauhid juga dimuat pada karya ini. Misalnya

kenabian, kerasulan, dan kewalian/wilâyah55. Karya ini ditulis

di Irak setelah ia menyelesaikan tulisannya tentang Shî’ah

yang kemudian Âmulî merasa Tuhan telah menghiasi mata

hatinya dengan cahaya petunjuk dan keberhasilan. Iran and

France Institute pertama kali mencetak karya Âmulî ini pada

1347 H. 56

2. Risâlah al-Wujûd fî Ma’rifah al-Ma’bûd. Karya ini banyak

berisi tentang pembahasan wujûd Tuhan. Di dalamnya dibahas

54 Jurh Tarâbisyî, Mu’jam al-Falâsifah, (Bairut: Dâr al-Tâliah, 1987), cet.

Ke-1, h. 249. Menurut Chittick, Âmulî wafat sekitar 786 H/1384 M sedangkan

Hossen Nasr menyatakan Âmulî wafat setelah 786 H/1384 M lihat, William C.

Chittick, Ibn ‘Arabi dan Mazhabnya, dalam Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam,

(Bandung: Mizan, April 2003/Shafar 1424), cet. ke-1, h. 70, 526

55 Wilâyah atau kekuasaan adalah prinsip bahwa garis keturunan para imam

yang dihubunkan kepada Nabi Muhammad mewarisi otoritas yang bersifat spiritual

dan temporal dalam Islam setelah wafat Nabi pada 632 M. Menurut sejarah, hanya

menantu Nabi, ‘Ali bin Abi Thalib yang hakikatnya memperoleh kekuasaan dunia

sebagai khalifah (656-661), namun Shî’ah Dua Belas Imam pecaya bahwa sebelas

keturunan langsung dari Nabi memperoleh kekuasaan spiritual atas orang-orang yang

beriman dan juga berhak memerintahmereka. Dalam kepercayaan Syiah, orang-

orang yang beriman harus memberikan kepatuhan yang absolut kepada seorang wali

atau

“penguasa” dan dikatakan bahwa orang yang mati dalam keadaan tidak mengakui

imam pada masanya dipandang sebagai orang mati yang tidak beriman. Lihat. John

L. Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan, Januari

2001/Syawwal 1421), cet. ke-1, jilid ke-6, h. 286h. 159-160

56 Âmulî, , Jâmi’ al-Asrâr wa Manba’ al-Anwâr, (Injaman Ibrânsyanâsî

Farânsah, t. t..), h. 3. Lihat juga, Sayyid Haydar Âmulî, Inner Secret of The Path,

Page 119: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 105

tentang wujûd muthlaq, wajib wujûd, penampakan wujûd,

wujûd yang banyak, dan wujûd zat. Di sini Âmulî berani

membuktikan bahwa keberadaan (wujûd/existence) Tuhan

adalah benar-benar ada (existent/maujûd) zat-Nya yang tidak

bisa dipahami dengan sesuatu yang tidak ada. Pendapatnya

tersebut dikuatkan dengan QS al-Hadîd/57: 3, ر خ ه و ال ول و ال ء ع ل ي م Dialah Yang Awal dan ,و الظ ه ر و ال ب اط ن و ه و ب ك ل ش ي

yang Akhir Yang Nyata dan Yang Tersembunyi; dan Dia Maha

Mengetahui segala sesuatu.57

3. Risâlah al-Ma’âd fi Rujû’ al-‘Ibâd. Karya ini membahas

tentang hari kebangkitan; kebangkitan awal,kebangkitan

lanjutan, dan kebangkitan akhir. Ia juga menetapkan adanya

12 (dua belas) kiamat dalam bentuk shûriyyah dan

ma’nawiyyah yang terjadi pada alam semesta dan alam anfus.

Risâlah ini dapat pula dilihat karyanya Asrâr al-Sharî’ah wa

Atwâr Al-Tarîqah wa Anwâr Al-Haqîqah.58

4. Al-Usûl wa al-Arkân fî al-Tahdzîb al-Ashâb wa al-Ikhwân.

Karya ini menerangkan lima pondasi Islam, salat, puasa, zakat,

haji, jihad, yang semuanya ditinjau dari sisi syariah, thariqah,

dan haqîqah.59

5. Risâlah al-‘Ilmi wa Tahqîqihî bi Tarîq al-Tawâif al-Tsalâts. Di

sini Âmulî membagi manusia menjadi tiga katagori: sufi, orang

bijak, dan teolog (mutakallim) serta menjelakan perbedaan

pengetahuan setiap kelompok mulai dari hal yang paling

mendasar, menengah, hingga pada pengintegrasian

pengetahuan pada ketiga kelompok tersebut.60

Pengantar oleh Muhammad Khajavi, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Assadullah

ad-Dhaarkir Yate, (Zahra: 1989), cet. ke-I, h. xxxii

57 Âmulî, , Jâmi’ al-Asrâr…, h. 3. Âmulî, Inner Secret…, h. xxxii

58 Âmulî, , Jâmi’ al-Asrâr…, h. 4. Âmulî, Inner Secret…, h.. xxxii-xxxiii

59 Âmulî, , Jâmi’ al-Asrâr…, h. 4. Âmulî, Inner Secret…, h. xxxiii

60 Âmulî, , Jâmi’ al-Asrâr…, h. 4. Âmulî, Inner Secret…,h. xxxiii

Page 120: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

106 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

6. Risâlah al-‘Aql wa al-Nafs. Karya ini membahas perbedaan

menyeluruh dan parsial antara akal (‘aql/intellect) dan jiwa

(nafs/soul) dan segala hal yang berkaitan dengan keduanya.61

7. Risâlah al-Amânah al-Ilâhiyah fî Ta’yîn al-Khilâfah al-

Rubûbiyyah. Karya ini menjelaskan Al-Qurân surah al-

Ahzâb/33: 72, ن ا ال م ان ة ع ل ى السموات و ال ر ض و الج ب ال ف ا ب ي ا ن ع ر ض ن سن إ نه ك ان ظ ل و ما ج ه و ل ن ه ا و ح ل ه ا ال ف ق ن م ا ن ي م ل ن ه ا و أ ش (sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada

langit,bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan

untuk memikul amanat itu dan mereka khawatirakan

mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.

Sesungguhnya manusisa itu amat zalim dan amat bodoh)

Dijelaskan bahwa kebodohan manusia merupkan pujian

tetinggi untuknya bukan seperti yang banyak diduga oleh

mereka yang tidak paham bahwa kebodohan manusia

merupakan cela baginya.62

8. Risâlah al-Hujûb wa Khalâsah al-Kutub. Karya ini

menerangkan QS al-Hâqah/69: 32, “tsumma fi silsilatin

dzar’uhâ sab’ûna dzirâ’an faslukûh (kemudian belitlah ia

dengan rantai yang panjangnya 70 hasta) dan Hadis nabi inna

lillâhi sab’îna alfi hijâb min nûrin wa zulmatin (Allah SWT

memiliki tujuh puluh ribu hijab/penghalang yang terbuat dari

cahaya dan kegelapan). Mempertemukan pemahaman antara

ayat dan hadis di atas adalah sesuatu yang amat sulit baik

ditinjau secara menyeluruh/kullî ataupun parsial/juzî.63

9. Risâlah al-Faqr wa Tahqîq al-Fakhr. Karya ini berbicara

tentang kemiskinan. Di sini Âmulî menjelaskan keterkaitan

tiga Hadis nabi yaitu (1)sabda nabi “Kemiskinan adalah

61 Lihat, Haydar Âmuli, , Jâmi’ al-Asrâr…, h. 4. Lihat juga, Sayyid Haydar

Âmulî, Inner Secret of The Path, Pengantar oleh Muhammad Khajavi, diterjemahkan

dari bahasa Arab oleh Assadullah ad-Dhaarkir Yate, (Zahra: 1989), cet. ke-I, h. xxxiii

62 Lihat, Âmulî, , Jâmi’ al-Asrâr…, h. 4. Lihat juga, Âmulî, Inner Secret…, h. xxxiii

63 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 5. Âmulî, Inner Secret…, h. xxxiv

Page 121: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 107

kebanggaanku. Dengan kefakiran aku menjadi bangga di

hadapan para nabi dan rasul” (2) sabda nabi, “Kefakiran adalah

hitamnya wajah di dunia dan akhirat” dan (3) sabda nabi,

“kemiskinan dapat membawa seseorang kepada kekufuran” 64

10. Risâlah al-Asmâ al-Ilâhiyyah wa al-Ta’yîn al-mazâhir lahâ min

al-ashkhâs al-Insâniyyah. Karya ini berbicara tentang nabi-

nabi mulai dari Adam hingga Muhammad SAW.65

11. Risâlah al-Nafs fi Ma’rifah al-Rab. Karya ini menjelaskan

tentang Hadis nabi: “siapa mengenal dirinya maka ia mengenal

Tuhannya”66

dan QS al-Hadîd/57: 4, “…wa huwa ma’akum

‘ainamâ kuntum…” (dan Dia bersama kamudimana saja kamu

berada), dan QS al-Dzâriyyât/51: 21, “wa fî anfusikum afalâ

tubsirûn” (dan pada dirimu sendiri apakah kamu tidak

memperhatiakan.67

12. Risâlah Asrâr al-Sharî’ah wa Anwâr Al-Haqîqah. Karya ini

menjelaskan ragam manusia dengan kelompoknya masing-

masing sebagaimana diungkapkan dalam QS al-Maidah/5: 48,

“… wa likullin ja’alnâ minkum shir’atan wa minhâjân...”

(untuk tiap-tiap umat di antara kamu kami berikan jalan yang

terang …”). Di sini juga diterangkan maksud dari sabda Nabi,

“sharî’ah adalah ucapanku, tarîqah adalah perbuatanku, dan

haqîqah adalah keadaan diriku”68

الفقر سواد الوجه ف (2) الفقر فخرى و به أفتخر على سائر النبياء و المرسلي (1) 64 ,Lihat, Âmulî, , Jâmi’ al-Asrâr…, h. 5. Âmulî كاد الفقر أن يكون كفرا (3) الدارين

Inner Secret…, h. xxxiv

65 Âmulî, , Jâmi’ al-Asrâr…, h. 5. Âmulî, Inner Secret…, h. xxxiv 66 Bisa jadi risalah ini ditujukan menjelaskan salah satu fasl dalam Fusus al-

Hikam karya Ibn ‘Arabi. Pada karya tersebut Ibn ‘Arabi menyatakan bahwa manusia

agar telebih dahulu mengenal dirinya sebelum mengenal Tuhannya mengingat

mengenal Tuhan adalah hasil dari mengenal diri. Lihat, Ibn ‘Arabî, Fusûs al-Hikam,

(Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003 M/1424 H), cet. ke-1, h. 201

67 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 5. Âmulî, Inner Secret…, h. xxxv

قول النبى صلى الله عليه و سلم: الشريعة أقوال و الطريقة أفعال والقيقة أحوال 68Lihat, Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 5. Âmulî, Inner Secret…, h. xxxiv

Page 122: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

108 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

13. Risâlah al-Jadâwal al-Mawsûmah bi Madârij al-Sâlikîn fî

Maratib al-‘Ârifîn. Karya ini menerangkan ratusan tahapan

perjalanan ruhani dan ribuan nilai kualitas ruhani yang

diilustrasikan dari sebuah lingkaran yang tersusun dari seratus

bagian yang setiap bagian memiliki sepuluh nilai kualitas

ruahni.69

14. Naqd al-Nuqûd fi Ma’rifat al-Wujûd. Pembahasan pada karya

ini dimuat di Risâlah al-Wujûd.70

15. Nihâyat al-Tawhîd fî Bidâyat al-Tajrîd. Karya ini merupakan

kumpulan dari Jami al-Asrar.71

16. Muntaqâ al-Ma’âd fî Murtaqa al-‘Ibâd. Karya ini merupakan

kumpulan dari al-ma’âd.

17. Risâlah al-Tanbîh fî al-Tanzîh. Karya ini berbicara tentang

Allah. dari judulnya jelas sekali bahwa karya ini menerangkan

tentang Allah SWT Yang Maha Suci.72

18. Amtsalât al-Tawhîd wa Abniyât al-Tajrîd. Karya ini ditulis

dengan bahasa Persia yang isinya mengomentari kitab al-

Luma’ât karya al-Iraqi. Sejumlah pembahasan yang mirip pada

karya ini juga terlihat di Jâmi’ al-Asrâr.73

19. Risâlah Kanz al-Kunûz wa Kashf al-Rûz

20. Kitâb Ta’yin al-Aqthâb wa al-Awtâd. Karya ini menerangkan

bahwa yang memperoleh derajat qutb/pemimpin adalah

sembilan belas orang, bukan tiga ratus, bukan empat puluh,

bukan tujuh, bukan tujuh, dan bukan tiga. Mereka yang

termasuk pada kelompok sembilan belas itu adalah tujuh nabi

dan dua belas imam.74

21. Al-Muhît al-‘Azam wa al-Asham fî Tawîl al-Kitûb al-‘Azîz al-

Muhkam. Karya ini berjumlah 7 jilid tebal yang diselesaikan

setelah merampungkan ke dua puluh karya di atas kurang lebih

69 Lihat, Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…h. 6, Âmulî, Inner Secret… h. xxxv

70 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…h. h 6, Âmulî, Inner Secret… h. xxxv

71 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…h. h 6, Âmulî, Inner Secret… h. xxxvi

72 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…h. h 6, Âmulî, Inner Secret… h. xxxv

73 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…h. h 6, Âmulî, Inner Secret… h. xxxvi

74 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…h. h 6, Âmulî, Inner Secret… h. xxxv

Page 123: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 109

selama dua puluh tahun. Pada karya ini Âmulî lebih banyak

mengomentari buku Bidayah milik Najm al-Din Râzî yang

dikenal dengan sebutan ‘Dâyah’. Komentarnya didasari dengan

Hadis, ان للقران ظهرا و بطنا ال سبعة أبطن “sesungguhnya Al-

Qurân memiliki sisi luar dan sisi dalam hingga mencapai tujuh

kedalaman”. Menurut Âmulî, karyanya yang satu ini bukan

sebuah hasil usahanya dalam menempuh jalan spiritual

melainkan sebagai limpahan karunia Zat Yang Tidak Terlihat

Yang Maha Pengasih.75

22. Nas al-Nusûs fî Sharh al-Fusûs. Karya ini selesai ditulis pada

782 H dan dimuat dalam muqaddimah Nas al-Nusûs yang

merupakan komentar tehadap Fusûs al-Hikam karya Ibn

‘Arabi.76

23. Risâlah al-Tawîlât. Karya ini merupakan kumpulan dari Al-

Bahr al-Khadm yang dikenal dengan Muntakhab al-Tawîl.

24. Risâlah al-Âmuliyyah. Karya ini berupa fotokopi yang

berjumlah sekitar enam halaman dan dapat dijumpai di

perpustakaan pusat Universitas Taheran pada dokumen nomor

1022. Risâlah ini memuat sejumlah pertanyaan seputar hukum

Islam dan sejumlah fatwa Fakhr Al-Haq wa al-Millah wa al-

Dîn, Ibn al-‘Allamah al-Hillî. Tanya jawab berkaitan hal itu

dimulai sejak akhir bulan Rajab 759 H di kota Hillah. Terdapat

dua belas pertanyaan seputar teologi dan hukum Islam yang

ditulis oleh Âmulî sendiri dalam bahasa Arab lalu dijawab dan

juga ditulis dengan bahasa Arab oleh Fakhr al-Muhaqqiqîn al-

Hillî pada 761 H dan sebagian lainnya pada 762 H77

Terdapat dua belas pertanyaan pada risalah ini yang diajukan Âmulî

kepada Fakhr al-Muhaqqiqîn. Yaitu:1. Berkaitan dengan

marifat ilahiyyah dan segala sifat Allah78

yang boleh dan tidak

75 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…h. h 7, Âmulî, Inner Secret… h. xxxvi

76 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…h. h 7, Âmulî, Inner Secret… h. xxxvi i

77 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…h. h 7, Âmulî, Inner Secret… h. xxxvii-xxviii

78 Mutazilah menolak adanya sifat-sifat Allah yang tujuh: mampu,

berkehendak, bicara, berpengetahuan, mendengar, melihat, dan hidup. Menurutnya

Yang Kekal adalah Zat Yang Kekal itu sendiri, tidak bisa disandarkan kepadanya

Page 124: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

110 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

boleh ada pada diri-Nya. 2. Berkaitan dengan mukallaf yang

tidak memiliki kapasitas melakukan tugas tersebut sebab

kelemahannya dan atau karena ketidaktahuannya. 3. Berkaitan

dengan perbuatan mukallaf. 4. Berkaitan dengan para pedagang

yang tidak membayarkan seperlima zakatnya. 5 dan 6.

Berkaitan dengan golongan ‘Alawi yang merupakan keturunan

nabi dari silsilah Ali dan zakat seperlima tersebut diserahkan

kepada mereka. 7 dan 8 berkaitan dengan zakat seperlima yang

diberikan kepada yang bukan keturunan nabi seperti para

pekerja. 9. Berkaitan dengan cinta seorang mukallaf kepada

nabinya dan imamnya serta dijelaskan cinta yang bagaimana

yang seharusnya dimiliki. 10. Berkaitan dengan permohonan

syafaat nabi dan waktu melakukannya; apakah dianjurkan saat

melaksanaakan salat atau di luar salat. 11. Berkaitan dengan

hukum mengucapkan “Amin” setelah dibacakan akhir surat al-

Fatihah/al-Hamd serta penjelasan apakah salat menjadi batal

atau tidak jika mengucapkannya mengingat kata itu bukan

bagian dari ayat Al-Qurân. 12. Pada halaman ini dijumpai

sobekan dan kerusakan sehingga fatwa Fakhr al-Muhaqqiqin

lenyap.

Masih terdapat dua belas risalah yang terpisah dari Risâlah Âmulîat

tersebut yang ditulis langsung oleh Âmulî. Yaitu: 1. Masâil al-

Madâniyyat karya al-Hillî. Ijazah Fakhr al-Muhaqqiqîn ditulis

di belakang manuskrip terebut. Di dalamnya juga terdapat

goresan Âmulî yang memperbaiki risalah ayahnya. 2. Risâlah fî

Hajj al-Mutamatti’ bihî wa Wajibâtihi karya Fakhr al-

Muhaqqiqin. 3. Risâlah Mi’raj al-Salamah wa Minhaj al-

Karamah karya ‘Alî bin Sulaiman al-Bahrani. 4. Kitâb Suyûn

al-Himmah. 5. Risâlah al-Hudûd karya Ibn Sina. 6. Masâil

mutafarriqah. 7. Risâlah al-Tawhîd. 8. Istilâhât Hukamâ. 9.

sesuatu yang kekal lainnya. Allah SWT Maha Mengetahui, Berkuasa, Hidup, dan

Berkehendak namun tidak boleh dipahami bahwa Dia memiliki sifat-sifat tersebut.

Dia Maha Mengetahui adalah keadaan zat-Nya, bukan sifat-Nya. Penjelasan seperti

itu ditolak al-Gazali. Menurutnya, sifat-sifat Allah itu bukan zat-Nya melainkan

tambahan yang ada pada zat-Nya yang berdiri sendiri dan tidak kekal

(baharu/hadîts). Lihat, Muhammad Abû Hâmid al-Ghazâlî, Al-Iqtisâd fî al-I’tiqâd,

(Dâr al-Qutaybah, 2003 M/1423 H), h. 99-111

Page 125: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 111

Risâlah Khwajah Nasîr al-Dîn Tusî. 10. Risâlah al-‘Ilmi. 11.

Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Sadr al-Din Qunawi

kepada Khwajah Nasîr al-Dîn Tusî.12. Risâlah al-Qadâ wa al-

Qadr karya Hasan Basrî.79

25. Risâlah fî ‘Ulûm al-Ilâhiyyah. Karya ini selesai ditulis pada

787 H

26. Rafî’ah al-Khilâf ‘an Wajh Sukût Amîr al-Muminîn ‘an al-

Ikhtilâf. Menurut Henry Corbin, karya ini ditulis Âmulî atas

permintaan gurunya, Fakhr al-Dîn al-Muhaqqiqîn

27. Risâlah al-Mu’tamad min al-Manqûl fî mâ Awhâ ila al-Rasûl.

28. Risâlah al-Zâd al-Mufassirîn

29. Lubb al-Istilâhât al-Sûfiyyah. Kara ini merupakan kumpulan

istilah yang ditulis oleh Kamâl al-Dîn ‘Abd al-Razzâq al-

Kashânî80

30. Kitâb al-Kashkûl fî mâ Jarâ li Âli al-Rasûl

31. Al-Bahr al-Khadm fî Tafsîr Al-Qurân al-A’zam

32. Talkhîs Istilâhât al-Sûfiyah

Khajazi nampak ragu bahwa semua karya tersebut adalah milik

Âmulî karena Âmulî tidak menyinggung semua judul Risâlah tersebut

dalam karyanyna yang terakhir, Nas al-Nusûs. Selain dari itu, Âmulî

biasa menyinggung karyanya dalam karya lainnya seperti Asrâr al-

Sharî’ah yang disebut dua kali di Jâmi al-Asrâr.

Karya Âmulî umumnya berupa sejumlah matan81

. Di antara

matan-matan tersebut ada yang lengkap dan ada yang hanya

membahas satu aspek saja. Dengan demikian sering ditemukan satu

karya Âmulî mirip dengan karya lainnya. Misalnya, karyanya yang

berjudul Ta’wîlât Al-Qurân al-Karîm yang ada di perpustakaan

Mar’ashi, Qum, mirip kandungannya dengan karyanya yang berjudul

Jâmi al-Asrâr dan Asrâr al-Sharî’ah. Ketiga karya tersebut sama-

79 Âmulî, Inner Secret… h. xxxviii

80 Âmulî, Inner Secret… h. xl

81 Matan diambil dari bahasa Arab “matn/al-matn”, artinya “sesuatu yang

jelas” jika digandengkan dengan kata kitâb, matn al-kitâb, maka maksudnya adalah

(bagian) yang bukan merupakan penjelasan. Lihat, Louis Ma’luf, al-Munjid fî al-Lughah wa al-‘Ilâm, (Bairût: Dâr al-Masrtiq, 1986), cet. ke-28, h. 746.

Page 126: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

112 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

sama mengangkat tingkatan pemahaman seseorang dalam bentuk

pemahaman sharî’ah, tarîqah, dan haqîqah. Contoh lainnya adalah

Risâlah a-Ma’âd yang mengemukakan perihal hari kebangkitan juga

termuat dalam Asrâr al-Sharî’ah hanya saja pada Asrâr al-Sharî’ah

dijelaskan lebih komprehensif.82

C. Mengenal Ajaran Imâmiyyah

1. Pengertian Imâmah

Sebagaimana dinyatakan sebelumnya bahwa sejak kecil hingga

usia 30an tahun Âmulî menggeluti ajaran imamiyyah, maka dirasa

perlu mengenal lebih dalam apa, bagaimana, dan seperti apa

sesungguhnya ajaran yang juga dipeluk nenek-moyangnya.

Dalam perspektif Shî’ah, imamah merupakan bagian tak

tepisahkan dari akidah Islam, Nabi SAW tidak menyerahkan

persoalan imamah kepada para sahabatnya namun Nabi telah

menunjuk secara langsung. Kemampuan menjaga diri dari dosa walau

sekecil apapun adalah syarat menjadi imam. Pemilik sifat tersebut

hanyalah orang yang memiliki pertalian darah dengan Nabi SAW

walaupun tidak semua yang memiliki pertalian darah dengan Nabi

SAW bersih dari dosa. Baginya, orang yang pantas menjadi imam

adalah Ali bin Abi Talib. Selain memiliki syarat keimaman, Ali juga

mendapat wasiat dari Nabi SAW supaya menjadi imam. Itulah

mengapa Ali juga disebut sebagai al-Wâsî (penerima wasiat) wasiat

untuk dirinya dan juga untuk keturunannya.83

Imamah adalah kepemimpinan yang ditunjuk Tuhan sebagai

suatu nikmat Allah kepada manusia yang dengannya agama

disempurnakan. Imamah merupakan kelembutan (lutf) yang menarik

manusia menuju ketaatan kepada Allah SWT dan menjauhkan

mereka dari durhaka kepada-Nya. Kelembutan tersebut merupakan

salah satu karakter-Nya.84

82 Âmulî, Inner Secret… h. xli

83Tim Penulis, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru

Van Hoeve, t.t.), vol. 3, h.345

84 Antologi Islam: Sebuah Risalah Tematis dari Keluarga Nabi. Penerjemah:

Rofik Suhud at.al., (Jakarta: Penerbit Al-Huda, Januari 2005 M/Dzulhijjah 1425),

cet. ke-1. h. 127

Page 127: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 113

Para utusan Tuhan diamanati tanggung jawab membawa

perintah-perintah baru dari Allah SWT kepada manusia. Mereka

adalah para pemberi peringatan yang di dalamnya adalah para rasul

dan para imam. Para penerus nabi Muhammad SAW –yang

merupakan utusan-Nya terakhir- bukan dari golongan nabi dan rasul.

Mereka tidak membawa risalah baru melainkan hanya berperan

sebagai pembimbing dan penjaga agama. Di anatara misi mereka

adalah menjelaskan dan mengelaborasi syariat dan menjabarkan

perkara-perkara yang dianggap membingungkan. Mereka memiliki

pengetahuan penuh mengenai Al-Quran dan sunah bahkan mereka

satu-satunya yang memiliki kualifikasi penafsiran dan penguraian

makna Al-Quran secara benar. Mereka adalah pribadi paling

bertanggung jawab dalam memelihara keadilan dan memberangus

penindasan. Mereka merupakan hujjah Allâh (bukti Allah) di muka

bumi dan sebagai pemimpin spiritual orang-orang beriman.85

Umat Shî’ah percaya seorang imam yang ditunjuk Tuhan

mengungguli manusia lain dalam kebajikan, pengetahuan, keberanian,

dan kesalehan. Jika tidak demikian maka itu bertentangan dengan

keadilan ilahi karena Tuhan menunjuk manusia yang lebih rendah

kabajikannya saat ada manusia lain yang lebih tinggi kebajikannya.

Para imam adalah maksum. Jika tidak, maka seandainya

mereka melakukan dosa, niscaya orang-orang mengikuti perbuatan

dosa itu. Situasi semacam ini tidak bisa diterima oleh

kemahalembutan Allah karena ketaatan dalam dosa merupakan

kejahatan, tidak dibolehkan, dan terlarang. Selain dari itu, akan

dipahami pemimpin harus ditaati dan didurhakai pada waktu

bersamaan; taat kepada mereka wajib namun dilarang. Hal itu adalah

kontradiksi dan tidak terpuji.86

Setiap muslim diwajibkan mencegah

muslim lainnya berbuat haram. Seandainya imam berbuat yang

haram maka setiap muslim wajib mencegahnya. Dalam keadaan

seperti ini imam akan dibenci bahkan tidak ditaati sehingga

kepemimpinannya tidak berfedah.

85 Antologi Islam. h. 128

86 Antologi Islam. h. 129-130

Page 128: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

114 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Para imam adalah pembela hukum Tuhan. Tangan para

pendosa pasti tidak dipercayakan mengembannya. Kemaksuman

adalah syarat penting bagi imam yang merupakan penjaga atau

penafsir hukum-hukum agama. Mengikuti mereka adalah instruksi

langsung dari Allah SWT. Dalam Al-Quran dinyatakan,

ي ه ا الذ ي ن ء ام ن و ا أ ط ي ع و ا الله و أ ط ي ع و ا الرس و ل و أ و ل ال م ر م ن ك م ف ا ن ت نز ع ت م يا ر ذل ك خ لله و ال ي و م ال ت م ت ؤ م ن و ن ب ف ش ي ئ ف ر دو ه إ ل الله و الرس و ل إ ن ك ن

س ن ت و ي لا )( ر و أح ي خ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu

berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia

kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-

benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian

itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS al-

Nisâ/4: 59)

Ayat ini menitahkan kaum muslim untuk taat pada dua hal:

menaati Allah, manaati Rasul dan orang-orang yang diberi otoritas

(ulil amri)

Dalam ajaran imamiyyah, ulil amri bukanlah para penguasa

muslim karena mereka tidak maksum. Sejarah mencatat sejumlah

penguasa melakukan kezaliman dan kejahatan sehingga menodai citra

Islam. Patuh terhadap penguasa semacam itu berarti melanggar

perintah Allah SWT.87

Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran,

ا أ و ك ف و را ن ه م ء اث م ر ب ك و ل ت ط ع م ف اص ب ل ك Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan

Tuhanmu, dan janganlah kamu ikutiorang yang berdosa dan

orang yang kafir di antara mereka. (QS al-Qalam/76: 24)

Dengan demikian, maksud dari ulil amri pada al-Nisâ: 59

adalah para imam yang sezaman dengan Nabi, yaitu: Ali, Hasan, dan

Husain. Walaupun ayat tersebut tidak menyebut Ali, Hasan, dan

Husain namun maksudnya adalah mereka bertiga. Keadaan seperti

87 Antologi Islam. h. 132-133

Page 129: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 115

itu sama dengan ketika Allah SWT memerintahkan salat namun tidak

menyebut tiga rakaat atau empat rakaat dan ketika memerintahkan

berhaji namun tanpa menjelaskan pelaksanaan tawaf. Penentuan

rakaat dan tata-cara haji dijabarkan oleh Rasulullah. Selain dari itu,

seandainya nama Ali disebut secara ekspisit dalam Al-Quran maka

pasti para pemikul gunung kebencian terhadap Al-Quran berusaha

mengubahnya.88

2. Pengaruh Imâm dalah Kehidupan Akhirat

Dalam akidah Shî’ah Imâmiyyah, percaya hari kebangkitan

merupakan rukum iman keenam.89

Kehidupan hari akhir dipahami

sebagai masa kembali (al-Raj’ah90). Baginya, kehidupan akhirat

adalah milik imam. Ia bisa membentangkannya atau menolaknya

sesuai kehendak karena wewenang itu pemberian Allah SWT.

Menurut mereka, seandainya bukan karena para imam pasti tidak

diciptakan surga dan neraka.91

Saat sakarat maut, diwajibkan ikrar

datangannya nabi beserta para imam dua belas tanpa harus berpikir

cara bagaimana mereka datang. Kesaksian itu mempermudah sakarat

88 Antologi Islam. h. 135.

89 Dalam shi’ah rukun iman ada enam. Yaitu iman kepada Allah, kepada para

malaikat, kepada kitab-kitab-Nya, perjumpaan dengan-Nya, kepada rasul-rasul-Nya,

dan kepada hari kebangkitan. Tim Ahlul Bait Indonesia (ABI), Buku Putih Mazhab Syiah Menurut Para Ulamanya yang Muktabar, (Jakarta Selatan, Dewan Pengurus

Pusat ABI, Desember 2012), cet. ke-iv, h. 47

90 Al-raj’ah (ع ة yang berarti kembali kepada ر ج ع berasal dari kata kerja (الرج

semula atau menetapkan permulaan sebuah tempat, perbuatan, atau perkataan dalam

wujud keseluruhan atau sebagian. Bentuk masdar dari kata itu adalah الرج و ع yang

berarti kembali. Talak yang masih bisa kembali disebut ع ة Kata “kembali” di sini الرج

bisa dipahami kembali ke dunia setelah kematian. Jika diucapkan, fulân yumin bi al-raj’ah maka artinya si fulan percaya dengan kebangkitan (kembali hidup). Lihat, Al-

Râghib al-Asfahânî, Kamus Al-Qurân: Al-Mufradat fî Gharib al-Qurân. Penerjemah:

Ahmad Zaini Dahlan, (Jawa Barat: Depok, Pustaka Khazanah Fawa’id, Rajab 1438

H/April 2017 M), cet. ke-1, jilid ke-2, h. 29-34

91 Nâsir ibn ‘Abdullâh bin ‘Alî al-Qaffârî, Usûl Madzhab al-Shî’ah al-Imâmiyyah al-Itsnâ ‘Ashariyyah, (Dâr al-Haramain li al-Tibâ’ah, t. t.), jilid ke-2, h.

630

Page 130: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

116 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

maut seorang mumin. Tetapi sebaliknya, sangat menyakitkan bagi

para munafik dan pembenci keluarga nabi.92

Saat mengafani dan menguburkan mayat, dianjurkan

menaburkan abu yang diperoleh dari abu-abu Husain. Dengan

demikian mayat menjadi aman. Saat di kubur, mayat akan ditanya

dua malaikat. Pertanyaan pertama adalah perihal kecintaan terhadap

keluarga nabi. Kemudian keyakinan terhadap dua belas imam. Jika

tidak bisa mengenal dan meyakini salah satu imam, maka kedua

malaikat itu menghantamnya dengan tongkat api yang membakar

seluruh kuburnya hingga hari kiamat. Tetapi bagi yang saat hidupnya

meyakini dua belas imam, mereka mampu menjawab seluruh

pertanyaan dua malaikat sehingga nyaman dalam kubur hingga hari

kiamat.93

Mereka meyakini bahwa surga diciptakan dari cahaya Husain.

Surga adalah mahar perkawinan Fatimah dengan ‘Ali. Lebih dari itu,

Allah SWT memberikan mahar Fatimah satu per empat (¼ ) dunia

sehingga ¼ dunia miliknya dan memberikan mahar surga dan neraka.

Orang-orang yang memusuhinya masuk neraka dan orang-orang yang

mendukungnya masuk surga.94

D. Pandangan Tokoh tentang Sayyid Haydar al-Âmulî

Memperhatikan paparan sebelumnya, Bisa diketahui siapa

seseungguhnya putra Amul ini. Paling tidak bisa dikenal bahwa ia

adalah sosok yang tidak hanya meninggalkan kemewahan duniawi

demi kedekatannya dengan Allah SWT tetapi juga rela meninggalkan

keluarganya demi keridaan-Nya. Lalu bagaimana tokoh-tokoh

sesudahnya menilai dan memandang sâhib Jâmi al-Asrâr ini?

Rešid Hafizovič95

mengenal Sayyid Haydar al-Âmulî sebagai

penafsir Fusûs al-Hikam, sebuah kitab tasawuf karya sufi agung, Ibn

92 Al-Qaffârî, Usûl Madzhab al-Shî’ah …, jilid ke-2, h. 631

93 Al-Qaffârî, Usûl Madzhab al-Shî’ah …, jilid ke-2, h. 631

94 Al-Qaffârî, Usûl Madzhab al-Shî’ah …, jilid ke-2, h. 630

95 Rešid Hafizovič, A Bosnian Commentator on the Fushûs al-Hikam,

(Journal of Muhyiddin Ibn ‘Arabi Society), vol. 47, 2010, h. 89. Rešid Hafizovič

lahir di Srebrenica pada 1956 M. Ia menamatkan sekolah dasar di Srebrenica dan

menamatkan sekolah lanjutan di Gazi Hursefbeg pada 1981. Ia lulus fakultas studi

Page 131: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 117

‘Arabi. Menurutnya, komentar-komentar Âmulî terhadap Fusûs al-

Hikam sungguh luar biasa. Ia mampu melihat sisi lain yang ada pada

Fusûs al-Hikam yang tidak dijangkau oleh para penafsir lainnya.

Seyyed Hosein Nasr96

menilai Sayyid Haydar al-Âmulî

sebagai salah satu figur yang menyintesiskan ajaran al-Hikmat al-

Ilâhiyyah dan Kalâm. Walaupun usaha menyintesiskan tersebut sudah

ada sebelumnya, namun kemunculan sosok Âmulî membuat usaha

menyintesiskan ajaran al-Hikmat al-Ilâhiyyah dan Kalâm menjadi

lebih semakin tenar. Nasr menyebut Âmulî sebagai teolog syi’a.

Tobias Müller97

, mengutip pendapat Soroush, menempatkan

nama Sayyid Haydar al-Âmulî sejajar dengan Abû Hamid

Muhammad al-Ghazâlî, dan Jalal al-Din Muhammad Rumi. Menuru

Müller, ketiga tokoh sufi ini menyesali adanya pengabaian terhadap

esensi agama. Tahayul dan pengetahuan yang dilebih-lebihkan yang

diperkenalkan para penjual agama telah mengaburkan esensi yang

benar mengenai agama. Oleh sebab itu usaha dalam membimbing

masyarakat awam adalah, paling tidak, mengingatkan mereka bahwa

komoditi utama agama adalah tauhid dan fatwa-fatwa ulama.

Alexander Knysh98

ketika menerangkan silsilah dan pendidikan

Khomeini, menjeaskan bahwa Khomeini berasal dari keturunan

keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan masih

keturunan nabi. Guru-gurunya, seperti; ‘Abd al-Karim Hairi, Mirza

Muhammad ‘Alî Syahabadi, dan Mirza ‘Alî Akbar Hakim, memiliki

Islam di Sarajevo dan menyandang gelar B.A. Pada 1993 ia meraih gelar Ph.D.

Konsentrasi thesisnya adalah seputar tasawuf Ibn ‘Arabi. Sejak `1990 ia aktif mengisi

kegiatan ilmiyah di sejumlah negara seperti di Institut Chatolique, Paris, Oxford

Center for Islamic Studies, Fitz William College, Cambridge, Kyoto University,

Tokyo, beberapak kali di Taheran, dan New York State University, New York. Pada

2005 ia menjadi anggota Iranian Academy of Philosophy. Lihat,

http://www.fin.unsa.ba/bibliografije/resid-hafizovic_eng.pdf

96 Seyyed Hossein Nasr, al-Hikmat al-Ilâhiyyah and Kalâm (Studia Islamica,

Maisonneuve & Larose) No. 34 (1971)), pp. 139-149

97 Tobias Müller, Contemporary Islamic Thinkers’ Understandings of Seculasim, Disertation for the Degree of MPhil in International Relations and

Politics, (University of Cambridge, 2014), h. 46

98 Alexander Knysh, “Irvan” Revisted: Khomeini and the Legacy of Islamic Mystical Philosophy, Middle East Journal: Vol. 46. No. 4 (Autumn 1992), pp 631-

635, h. 634

Page 132: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

118 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

mata rantai keilmuan hingga kepada Mirdamad dan Mulla Sadra99

yang pemikirannya terinspirasi dari pendahulu-pendahulunya seperti

Haydar Âmulî, Ibn ‘Arabi, dan Yahya al-Suhrawardi.

Parvin Kazemzadeh100

berpandangan bahwa Sayyid Haydar al-

Âmulî adalah filosof sufi Shî’ah yang mengomentari futûhat al-

Makiyyah dan fusûs al-hikam karya Ibn ‘Arabi. Pandangan tersebut

dilontarkannya saat menjelaskan pemikiran Ibn ‘Arabî tentang wali.

Syair-syair Ibn ‘Arabî ibarat magnet yang menarik sejumlah sarjana

turut menoleh dan mengomentarinya. Di antara komentar tersebut

adalah dalam syari-syair Ibn Arabi tersirat bahwa ia memberikan

kesaksian akan ke-Shî’ah-annya. Namun berbeda dengan Sayyid

Haydar Âmulî yang juga kagum terhadap Ibn ‘Arabî , menurutnya,

Ibn ‘Arabî bukanlah seorang Shî’ah. Banyak sajana yang keliru

dalam menagkap maksud yang digagas Ibn ‘Arabî .

Julian Baldick101

mengakui Âmulî sebagai sosok yang

mengawinkan sufisme dan Shî’ah. Kedua firqah ini, menurut Âmulî,

sebelumnya saling hujat-menghujat. Dalam hal ini, Kaum sufi

menjadi pendukung setia kaum suni. Selain dari itu, Baldick juga

mengangkat argumentasi Âmulî perihal insan kamil Ibn ‘Arabi yang

menyatakan bahwa sistematisasi ajaran sufi Ibn ‘Arabî memberikan

penekanan bahwa insan kamil adalah transisi (barzakh) antara Tuhan

dan makhluk. Shî’ah, sesungguhnya telah menunjukan siapa saja

insan kamil itu. Mereka adalah dua belas imam dari keluarga

Muhammad. Lebih jauh Baldick menguak diferensiasi pemikiran Ibn

‘Arabî dan Âmulî. Contohnya, Ibn Arabi menyimpulkan bahwa

99 Mullâ Sadrâ lahir di Syirâz. Di usianya yang masih muda ia mengunjungi

Isfahan dan belajar dengan seorang ahli teologi, Bahâ al-Dîn al-Âmilî dan dengan

seorang ahli filsafat paripatetik, Mir Fenderesi. Namun gurunya yang paling utama

adalah Muhammad yang akrab dipanggil dengan sebutan Mir Damad (1041 H/1631

M). Lihat, Fazlur Rahman, The Philosophy of Mulla Sadra (Shadr al-Dîn Shîrâzî), (Albany: State University of New York Press, 1975), edisi pertama, h. 1

100 Parvin Kazemzadeh at.al., The Sealnes of the Wilâyah al-Mahdi and the Specification of His Ancestors accortding to Ibn ‘Arabi and some Commentators of Futûhat al-Makiyyah, Religious Inquires: Volume 3, No. 5, Winter and Spring 2014,

63-81, h. 65

101 Julian Baldick, Mystical Islam: An Introduction to Sufism, diterjemahkan

ke bahasa Indonesia, Islam Mistik: Mengantar Anda ke Dunia Tasawuf, (Jakarta: PT

Serambi Ilmu Semesta, 2002),cet. ke-1, h. 138

Page 133: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Sayyid Haydar al-Âmulî dan Pandangan Para Tokoh 119

penutup siklus universal persahabatan Tuhan adalah Isa namun Âmulî

berpendapat bahwa siklus universal persahabatan Tuhan bukan Isa

melainkan ‘Alî , sebagai imam pertama.

Muhammad Khajavi menilai adanya kemiripan istilah yang

digunakan Âmulî ketika menyampaikan gagasannya. Misalnya dalam

Majallah karya ibn Abî Jamhur dan Bahr al-Ma’arif karya Mulla

‘Abd al-Shamad Hamdani. Pada dua buku ini kualitas salat

dijelaskan melalui tiga istilah; khidmah, qurbah, dan wuslah. Ketiga

istilah itu memiliki kemiripan dengan tiga istilah yang digunakan

Âmulî; sharî’ah, tariqah, dan haqîqah.102

102 Âmulî, Inner Secret… h. xli

Page 134: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

120 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Page 135: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

121

BAB IV

Konsep al-Ma’âd Sayyid Haydar al-Âmulî

A. Usaha Memahami al-Ma’âd

Memahami al-ma’âd erat kaitannya dengan memahami al-

mabda mengingat adanya al-ma’âd disebabkan adanya al-mabda.

Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan penjelasan tentang

keduanya: al-mabda dan al- ma’âd.

1. Al-Mabda dan al-Ma’âd

a. Al-Mabda

Secara etimologis, al-mabda/mabda berasal dari bahasa Arab

yang berarti sumber, pertama, asal, dasar, landasan, pokok, dan

prinsip. Mabda didefiniskan sebagai titik pusat yang menjadi sumber

awal terjadi atau terbentuknya sesuatu yang lain. Dalam kajian

ontologis, mabda dipahami sebagai sebab dari segala sebab (sabâb al-

asbâb) atau sebab yang pertama (ilâh ûlâ).1 Contohnya, jika atom

adalah mabda maka materi atau sesuatu selain atom bersumber dari

atom tersebut.

Ratusan tahun sebelum masehi, para pemikir sudah tekun

mencaritahu apa sesungguhnya mabda tersebut. Thales misalnya, ia

mengemukakan bahwa mabda segala yang mujud adalah berbentuk

materi, yaitu air. Sebagai materi (mâdah) atau bentuk (sûrah), air

adalah sebab pertama dari segala yang ada. Namun ide Thales ditolak

oleh Anaximander.2 Menurutnya, mabda pastilah tunggal, tidak

terbatas, dan tidak dapat diindera. Air tidak memilki sifat-sifat

mabda sehingga tidak mugkin sesuatu terjadi dari air. Berdasarkan itu

1 Mabda’ dalam Ensiklopedi Islam, jilid 2, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1994), cet. ke-2, h. 20

2 Anaximander adalah filsuf dan ilmuwan pertama Yunani yang

pemikirannya sangat dikenal. Dia lahir di Miletus pada 610 SM dan wafat setelah

546 SM. Menurut tradisi kuno, Anaximander saat itu adalah figur penerus pemikiran

Thales. Di antara prestasinya dalam bidang science adalah peta dunia Yunani, peta

bintang Yunani atau globe ruang angkasa. Lihat, Donald M. Borchert, Encyclopedia of Philosophy, vol.1, (Thomson: Macmillan Reference USA, 2006), edisi ke-2, h.

184

Page 136: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

122 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

ia mendefinisikan mabda dengan segala sesuatu adalah tunggal dan

tidak terbatas. Mabda yang demikian disebut apeiron.3 Apeiron tidak

berhingga dan tidak dapat diindra. Ide tersebut dikenal dengan

“materialisme monisme”, yaitu asal segala yang maujud adalah

bentuk materi tunggal; segala yang bersifat nonmateri tidak

merupakan sesuatu fundamental dalam alam ini; ia muncul sebagai

aktivitas dari materi atau akibat dari aktivitas materi.

Berbeda dengan dua tokoh sebelumnya, Empedocles dan Plato

mengusung ide lain tengtang mabda. Menurut Empedocles, mabda

dari segala yang maujud itu bukan satu, tetapi banyak, terdiri dari

empat anasir: udara, api, air, dan tanah. Keempat anasir itu adalah

pemilik empat sifat; udara bersifat dingin, api bersifat panas, air

bersifat basah, dan tanah bersifat kering. Segala yang maujud

berasal dari persenyawaan kesemua anasir yang disatukan oleh

“cinta” dan dipisahkan oleh “benci”. Cinta dan benci itu sendiri

berada di luar mabda. Cinta menjadi sesuatu maujud sedangkan

benci menghancurkannya dan mengembalikannya ke asal, yaitu

keempat anasir.4 Sedangkan menurut Plato, mabda alam ini adalah

bentuk alam yang ada dalam ide yang bersifat spiritual. Alam

empiris yang ada ini bukan sesuatu yang hakiki melainkan hanya

bayangan dari alam ide yang riil. Alam ide merupakan suatu realitas

dan bentuk-bentuk asli yang memunculkan bentuk-bentuk yang lebih

beraneka ragam dari alam empiris.

Kajian ontologis tentang mabda juga menjadi perhatian serius

para teolog dan filsuf Islam. Mereka sependapat bahwa mabda segala

yang maujud adalah Allah SWT tetapi mereka tidak sependapat

proses bagaimana segala yang maujud muncul dari Allah SWT

sebagai mabda. Ahlusunah waljamaah5 memandang alam semesta

3 Apeiron/Peras adalah kata sifat dalam terminologi Yunani yang berarti

tidak terbatas. Istilah ini digunakan oleh Anaximander dalam pemikirannya perihal

sumber istimewa alam semesta. Lihat, Donald M. Borchert, Encyclopedia of Philosophy, vol.1, h. 225

4 Mabda’ dalam Ensiklopedi Islam, jilid 2, h. 20

5 Ahlusunah waljamaah adalah kelompok yang selamat (firqah nâjiyah).

Rasulullah saw saat ditanya siapa kelompok yang selamat ia menjawab mereka

adalah al-jamâ’ah; orang-orang yang mengikutinya dan mengikuti sahabatnya. Selain

dari itu, saat menjelaskan QS 03:106, “pada hari yang di waktu itu ada muka yang

Page 137: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 123

muncul dari sumbenya melalui penciptaan dari tidak ada menjadi ada

(Lat.:creatio ex nihihilo). Pada mulanya alam ini tidak ada sehingga

alam dinyatakan sebagai makhluk baru. Namun menurut Muktazilah,

alam dijadikan Tuhan dari sesuatu yang “sudah ada”. Alam

diciptakan bukan secara langsung dari tidak ada menjadi ada

melainkan secara tidak tidak langsung dari bahan-bahan yang sudah

ada: sesuatu, zat, dan hakikat. Bahan-bahan itu disebut materi

pertama (al-mâddah al-ûlâ) atau ketiadaan (ma’dûm).

Ketiadaan/ma’dûm itu sama dengan alam empiris namun belum

mempunyai wujud.6

b. Al-Ma’âd

Secara leksikal7 kata “al-ma’âd” berasal dari kata kerja bahasa

Arab bentuk lampau “’âda” yang berarti “kembali”8 Jika diucapkan

‘âdahu maka berarti “irtadda ilaihi ba’da mâ ‘arada ‘anhu”9 (si pulan

yang berpaling dari dia sudah kembali kepadanya.) Al-ma’âd adalah

kata benda yang menerangkan tempat yang dalam bahasa Arab

dikenal dengan sebutan Ism al-Makân. Al-ma’âd sebagai Ism al-

Makân berarti “tempat kembali”, “surga”, “akhirat”, “haji”10

putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram” rasul menegaskan bahwa yang

bermuka putih berserih adalah jamâ’ah dan yang bermuka hitam muram adalah ahl al-hawâ; orang-orang yang tidak mengikuti kitabulah, menyimpang dari sunah rasul,

dan keluar dari kesepakatan umat Islam (ijma’). Lihat, Abdul Mun’im al-Hafni,

Ensiklopedia:Golongan …, h. 92

6 Mabda’ dalam Ensiklopedi Islam, jilid 2, h. 21

77 Arti leksikal adalah bersangkutan dengan kata, bersangkutan dengan

leksem, bersangkutan dengan kosakata. Lihat, ,. Departeme Pendidikan dan

Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 575

8 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia,

(Pondok Pesantren “Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, 1984), h. 1055

9 Louis Mal’uf, al-Munjid fî al-Lugha wa al-‘ilâm, (Bairût: Dâr al-Mashriq,

1986), cet. ke-28, h. 536

10 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, h. 156,

Louis Mal’uf, al-Munjid fî al-Lugha wa al-‘ilâm, h.

Page 138: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

124 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Âmulî berusaha bagaimana konsep al-ma’âd11 dapat dipahami.

Ia sadar setiap individu bebas berpersepsi yang mungkin sebagian

atau semua persepsi itu benar. Berdasarkan hal itu, baginya semua

persepsi agar bermuara pada satu titik melalui pemahaman siapa

sesungguhnya pemilik keutamaan agung, apa yang dimaksud dengan

sharî’ah, tarîqah12, dan haqîhah, serta yang mana dari ketiga tersebut

yang menjadi tingkatan teratas.

Satu titik yang dimaksud Âmulî adalah titik kebenaran ilahi

mengingat semua kembali kepada-Nya. Ungkapan tersebut

dinyatakan dalam Al-Qurân,

ي ت ه ا ذ ب ن اص ا نى ت و كل ت ع ل ى الله ر بى و ر ب ك م م ا م ن د ابة ا ل ه و ء اخ Sesungguhnya aku bertawakal

13 kepada Allah Tuhanku dan

Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan

11 Hanya ditulis al-ma’âd untuk mempermudah struktur bahasa. Ide-ide

Âmulî lainnya adalah keesaan Tuhan, keadilan Tuhan, kenabian, Imamah, wudu,

tayamum, salat, puasa, haji, zakat, dan jihad.

12 Tarikat (Bahasa Arab tarîqah) pada mulanya berarti jalan yang harus

ditempuh sufi untuk memperoleh marifat dalam usahanya mendekatkan diri kepada

Tuhan, kemudian berkembang menjadi suatu organisasi kekeluargaan pengikut sufi

yang sealiran yang mempunyai cara-cara tertentu dalam latihan pengalaman agama

di bawah pengawasan seorang mursyid. Mereka berkumpul dalam suatu tempat yang

disebut Ribat atau zawiyah (semacam asrama atau padepokan) yang berfungsi

sebagai pusat pengajaran dalam proses mencapai ilmu makrifat. Proses belajar itu

berjalan dengan satu cara yang diatur oleh syekh. Perkumpulan ini diberi nama yang

dinisbatkan kepada pendirinya, misalnya Tarikat Rifaiyyah yang didirikan oleh

Ahmad Rifa’i. Dalam tasawuf dijelaskan bahwa Sharî’ah dalam peraturan, tarikat,

merupakan pelaksanaan, hakikat sebagai gambaran kwalitas dan makrifat adalah

tujuan. Lihat. Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, (Jakarta: CV.

Anda Utama, 1993), jilid ke-3, h.1189

13 Tawakal adalah keadaan hati yang tetap bersandar kepada Allah SWT.

Tawakal merupakan tahapan mulia. Diriwayatan, ketika Nabi Ibrahi AS dibakar,

Jibril datang menawarkan bantuan seraya berucap, “Apakah kau ada keperluan/hajat

wahai Ibrahim?” Kemudian dijawab, “Ada apa urusannya dengan mu? Tidak!

Tuhanku adalah dayaku dan Dia yang mencukupi segala permintaanku” Dengan

bertawakal semacam itu maka api menjadi dingin dan menyelamatkannya dari

terbakar. “Dan bertawakkalah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati…”

(QS: al-Furqân/25:58), “Dan bertawakkalah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi

Maha Penyayang. Yang melihat kamu ketika berdiri (untuk salat) (QS al-

Shu’arâ/26:217-218), “Dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai

pemelihara” (QS Al-Ahzâb/33:3) Lihat, Hasan Kâmil al-Multâwî, Al-Sûfiyyah fî Ilhâmihim, (Dicetak oleh: Muhammad Taufîq ‘Uwaidah, April 1972/ Rabi’ al-Awwal

1396), cet. ke-27,juz 2, h. 60-61

Page 139: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 125

Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya

Tuhanku di atas jalan yang lurus. (QS Hûd/11: 56)

ه ة ه و م و ل ي ه ا و ل ك ل و ج Dab bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia

menghadap kepadanya. (QS al-Baqarah/2: 148) ع ع ل ي م ه الله ا ن الله و اس ر ق و ال م غ ر ب ف أ ي ن م ا ت و لو ا ف ث م و ج و لل ال م ش

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun

kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah

Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS al-

Baqarah: 115)

2. Ahl al-Sharîah, Ahl al-Tarîqah, dan Ahl al-Haqîqah

a. Ahl al-Sharîah

Dalam bahasa Arab, frasa “ahl al-sharîah” dikenal dengan

susunan idâfî yang terdiri dari kata “ahl” dan “al-Sharîah”. “Ahl”

dapat bermakna “famili, keluarga, atau kerabat” Jika kata “Ahl”

digandengkan dengan kata “al-madar” maka bermakna “orang yang

telah menetap” jika digandengakan dengan kata “al-dâr” maka

bermakna “penghuni rumah”14

Dari sini, kata “ahl” bisa dipahami

sebagai manusia yang sudah sangat dekat dengan sesuatu sehingga

sebab kedekatan itu ia dianggap seperti kerabat, bahkan keluarga.

Kata “sharîah” diambil dari kata Arab shara’a-yashra’u-shar’an

wa shurû’an yang berarti “memperoleh air” atau “masuk ke dalam

air”. Kata bendanya adalah sharî’ah, shirâ’, atau mashra’ah yang

berarti tempat yang digunakan untuk meluncurkan sesuatu ke dalam

air atau daerah di tepi laut tempat hewan-hewan meminum air.

Sesuatu yang disyariatkan oleh Allah SWT seperti puasa, salat, haji,

nikah, dan lainnya disebut dengan syariat karena semuanya

diturunkan dari “tempat” tersebut.15

14 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, h. 50

15 Ibn Manzûr, Lisân al-‘Arab, (Dâr al-Ma’ârif, t.t.), jilid ke-4, h. 2238.

Syariat diartikan sebagai agama atau sumber air karena agama dapat memberi

kepuasan batin serta menjaga kesucian penganutnya dari segala perbuatan yang

merugikan dirinya dan orang lain sebagaimana air dapa memberi kepuasan bagi

seseorang yang sedang kehausan sekaligus membersihkan pemakainya dari segala

Page 140: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

126 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Berdasarkan pengertian tersebut, kata sharîah pada mulanya

diartikan sebagai “sumber mata air yang darinya semua orang

meminum.16

Sharîah, yang dalam bahasa Indonesia disebut syariat,

didefinisikan sebagai segala yang diturunkan Allah SWT kepada

Nabi Muhammad SAW berbentuk wahyu yang terdapat dalam Al-

Quran dan sunah. 17

Kata yang berkaitan dengah syariat dinyatakan

dalam Al-Quran:

نا ي ه م ن ال ك تب و م ه ي م ل ق م ص د قا ل م ا ب ي ي د و أ ن ز ل ن ا إ ل ي ك ال ك ت اب ب و آء ه م ع ما ج اء ك م ن ال ق ن ه م ب ا أ ن ز ل الله و ل ت تب ع أ ه ك م ب ي ع ل ي ه ف ح

ة و لك ن و شرعة ل ك ل ج ع ل ن ا م ن ك م د ن ه اجا و ل و ش اء الله لج ع ل ك م أ مة و اح م عا ف ي ن ب ئ ك م ب ا ي ع ك م ج ات إ ل الله م ر ج ت ب ق و ا الخ ي ل و ك م ف مآ ء ات ىك م ف اس ل ي ب

ت م ف يه ت ت ل ف و ن ك ن Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu

(Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang

membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan

menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa

yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti

keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah

datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, kami

berikan aturan18

dan jalan yang terang. Kalau Allah

menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),

tetapi Alah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah

diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah beruat

kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu

diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu

perselisihkan (QS Al-Maidah/5: 48)

kotoran yang bersifat lahiriah. Lihat, Sharî’ah dalam Ensiklopedi Al-Quran: Kajian Kosa Kata, (Jakarta: Lentera Hati, September 2007/Ramadân 1428), cet. ke-1, h. 946

16 Ibn Manzûr, Lisân al-‘Arab, jilid ke-4, h. 2238

17 “Syariat” dalam Ensiklopedi Islam, jilid 4, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1994), cet. ke-2, h. 345

18 Shir’atan diartikan aturan tetapi shiratan juga berarti agama atau

permulaan jalan. Ada perbedaan antara syariat dan agama. Syariat bisa bermacam

bentuknya namun agama hanya satu. Lihat, Ibn Manzûr, Lisân al-‘Arab, jilid ke-4,

h. 2238-2239

Page 141: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 127

و ل ت تب ع أ ه و آء الذ ي ن ل ي ع ل م و ن ث ج ع ل نك ع لى ش ر ي ع ة م ن ال م ر ف اتب ع ه ا Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti

syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu)

dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak

mengetahui (QS al-Jâtsiyyah/45:18)

Syariat berbeda dengan fikih. Fikih merupakan hasil rekayasa

nalar manusia. Menurut imam Syafi’i, fikih adalah suatu ilmu

tentang hukum-hukum syariat yang berisfat amaliah yang diperoleh

dari satu persatu dalinya. Dengan demikian fikih adalah apa yang

dapat dipahami manusia dari Al-Quran dan sunah melalui ijtihad

untuk menangkap makna, sebab, dan tujuan yang hendak dicapai oleh

teks suci tersebut.

Dalam perjalanan sejarah hukum Islam, ada di antara ulama

yang memandang fikih sebagai bagian dari syariat. Mahmud Syaltut

misalnya, ia membagi Islam atas akidah dan syariat. Ibadah dan

muamalah adalah bagian dari syariat.19

Syariat yang mencakup pengertian fikih adalah pengertian

syariat dalam arti luas. Syariat dalam pengertian sempit adalah

hukum-hukum yang berdalil pasti dan tegas yang tertera dalam Al-

Quran, hadis sahih, atau ditetapkan dalam ijmak. Adanya pengertian

syariat dalam arti luas berkaitan dengan pelaksanaan syariat itu

sendiri. Di Arab Saudi misalnya, secara utuh menerapkan hukum-

hukum yang sesuai dengan pengertian syariat dalam arti sempit,

yakni hukum bersumber dari Al-Quran, sunah, dan ijmak. Fikih tidak

dilaksanakan di Arab Saudi secara utuh karena kekhawatiran negara

akan terikat pada satu mazhab. Padahal dalam satu mazhab masih

terjadi pebedaan pendapat.

Jika diteliti dari perjalanan sejarah sejak zaman Nabi

Muhammad SAW, maka syariat disimpulkan sebagai tuntunan yang

diberikan Allah SWT dan Rasul-Nya melalui perkataan, perbuatan,

dan ketetapan. Tuntunan itu mencakup akidah, hukum perseorangan,

hubungan manusia dengan pencipta, hubungan manusia dengan

manusia, atau hubungan yang berkaitan dengan etika pergaulan dan

19 Syariat” dalam Ensiklopedi Islam, jilid 4, h. 346

Page 142: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

128 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

sikap. Syariat identik dengan agama. Maka jika disebut al-sharîah al-

islâmiyah maka maksudnya adalah setiap yang datang dari Rasulullah

Muhammad SAW yang berasal dari Allah SWT baik bekenaan

dengan akidah, pengaturan kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat,

atau akhlak.20

Dari uraian di atas maka bisa dipahami bahwa maksud dari ahl

al-Sharîah seseorang yang sudah sangat memahami dan

mengaplikasikan tuntunan Allah SWT dan rasul-Nya sebagaiman

mestinya.

b. Ahl al-Tarîqah

Kata tarîqah berasal dari kata kerja taraqa yang berarti

memukul atau memukul dengan kerikil seperti yang biasa dilakukan

oleh kebanyakan perempuan. Alat pemukul yang digunkan pandai

besi disebut mitraqah. Taraqa juga berarti menulis di tanah atau di

pasir dengan kedua jari lalu dengan satu jari.21

Kata benda tunggal

dari taraqa adalah tarîq yang berarti jalan. Bentuk jamaknya adalah

atriqah, turuq, atriqâu, tarâiq,22 dan turuqât. . Tarîqah adalah bentuk

muannats (female) dari kata tarîq.23

Tarîqah juga berarti: cara, metode/sistem, aliran, keadaan,

pohon kurma yang tinggi, tiang payung/tiang tempat berteduh, yang

mulia dari suatu kaum, atau tulisan pada sesuatu.

Dalam Al-Quran kata tarîqah bisa dijumpai pada QS Tâha/20:

63,

ه ب ا ب ط ر ي ق ت ك م ر ه ا و ي ذ ح ك م ب س ر ان ي ر ي د ان أ ن يج ر ج اك م م ن أ ر ض ق ال و إ ن هذان ل سح ال م ث ل ى

20 “Syariat” dalam Ensiklopedi Islam, jilid 4, h. 346

21 Ibn Manzûr, Lisân al-‘Arab, jilid ke-4, h. 2662

22 Kata tarâiq disebut dalam QS Jin/11, و أ ن م نا الص ل ح و ن و م نا د و ن ذل ك ك ناق د دا طرائق Dan sesungguhnya di antara kami ada yang saleh dan di antara kami ada

(pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-

beda. 23 Ibn Manzûr, Lisân al-‘Arab, jilid ke-4, h. 2663

Page 143: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 129

Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-

benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu

dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu

yang utama.

Kata tarîqah pada ayat di atas berarti orang-orang mulia.

Orang Arab biasa menyebut mereka dengan tarîqah karena mereka

mulia, menjadi panutan dan dinilai sebagai figur yang dijadikan

contoh.24

Dalam tasawuf, tarekat berarti perjalanan seorang pengikut

tarekat (sâlik) menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri atau

perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk dapat

mendekati diri sedekat mungkin kepada-Nya.25

Seorang sâlik tidak

dibenarkan meninggalkan syariat sebab pelaksanaan tarekat

merupakan pelaksanaan agama. Sâlik harus dibimbing oleh mursyid

atau syeikh (guru tarekat). Mursyid bertanggung jawab terhadap

murid-muridnya. Ia mengawasi murid-muridnya dalam kehidupan

lahiriah, rohaniyah, pergaualan sehari-hari, bahkan perantaa anatar

murid dan Tuhan dalam beribadah. Oleh sebab itu, seorang mursyid

harus sempurna suluknya dalam ilmu syariat dan hakikat sesuai Al-

Quran, sunah, dan ijmak.

Guru tarekat haruslah alim, ahli dalam memberikan tuntunan

kepada muridnya, mengenali segala sifat kesempurnaan hati,

memiliki rasa belas kasih terhadap muridnya dan kaum muslimin,

pandai menyimpan rahasia muridnya, tidak menyalahgunakan amanat

muridnya, hanya menyuruh muridnya melakukan sesuatu yang layak

dikerjakan, tidak banyak bergaul dan bercengkerama dengan

muridnya, senantiasa berusaha bersih dari pengaruh nafsu dan

keinginan, lapang dada, ikhlas, memerintakan berkhalwat kepada

murid yang memperlihatkan kebesaran dan ketinggian hati,

memelihara kehormatan diri dan kepercayaan murid, memberikan

petunjuk untuk memperbaiki keadaan murid, memperhatikan

terjadinya kebanggan rohani yang timbul pada murid, melarang murid

banyak bicara dengan teman kecuali sangat penting, menyediakan

24 Ibn Manzûr, Lisân al-‘Arab, jilid ke-4, h. 2665

25 “Tarekat” dalam Ensiklopedi Islam, jilid 5, h. 66

Page 144: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

130 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

tempat berkhalwat, menjaga diri agar murid tidak melihat

keadaannya dan sikap hidupnya yang dapat mengurangi rasa hormat

mereka, mencegah murid banyak makan, melarang murid

berhubungan dengan guru tarekat lain jika membahayakan, melarang

murid berhubungan dengan para pejabat yang dapat membangkitkan

nafsu duniawi, menggunakan kata-kata lembut dan memikat dalam

khotbahnya, memenuhi undangan dengan penuh perhatian, bersikap

tenang dan sabar saat bersama murid, memperlihatkan akhlak mulia

ketika murid datang atau bertau, dan memperhatikan keadaan murid

dengan menyanyakan keadaan murid lain yang tidak hadir

pertemuan.26

Untuk melaksanakan tarekat dengan baik seorang murid harus

memperbanyak wirid, zikir27

, doa, dan mendalami syariat. Dalam

pelaksanaan aktifitas tarekat, murid dimasukkan ke sebuah tempat

belajar khusus (ribât) atau tempat ibadah khusus (zawiyat/khanqah).

Di tempa itulah dilakukan zikir, pembacaan wirid-wirid, lantunan

syair-syair yang diiringin bunyi-bunyian seperti rebana, gerakan-

gerakan menari mengiringi wirid, dan pengaturan nafas yang berisi

zikir tertentu.28

c. Ahl al-Haqîqah

Secara etimologis haqîqah adalah antonim al-bâtil. Bentuk

jamaknya adalah huqûq atau hiqâq. Haqîqah -dalam bahasa

Indonesia disebut hakikat-29

adalah sesuatu yang penggunaannya

26 ‘Tarekat” dalam Ensiklopedi Islam, jilid 5, h. 68

27 Dalam diri seorang sâlik, zikir merupakan konsumsi hati. Seseorang yang

meninggalkan zikir maka jasadnya seperti kuburan. Al-Hasan al-Basri berseru,

“carilah ketentraman (hati) di tiga keadaan: dalam salat, dalam zikir, dan saat

membaca Al-Quran. Lihat, Ibn Qayyim al-Jawziyyah, Tahdzîb Madâr al-Sâlikîn,

(Jiddah: Maktabah al-Mamûn, 1997 M/1417 H), h. 413

28 “Tarekat” dalam Ensiklopedi Islam, jilid 5, h. 68

29 Dalam filsafat, hakikat adalah inti dari sesuatu yang walaupun sifat-sifat

yang melekat padanya dapat berubah-ubah namun inti tersebut tetap lestari. Dalam

filsafat dikenal bahwa hakikat segala sesuatu adalah air. Air yang cair itu adalah

pangkal, pokok, dan inti segala-galanya. Semua barang meskipun mempunyai sifat

dan bentuk yang beraneka ragam, namun intinya adalah satu, yaitu air. Segala

sesuatu berasal dari air dan akan kembali pada air. Dalam ilmu balagah, hakikat

adalah lawan kata dari majaz (metafor). Dalam ilmu ini hakikat adalah lafal atau

Page 145: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 131

sesuai dengan ketentuannya. Hakikat juga bermakna fana atau

beratnya perjalanan.30

Dalam tasawuf, hakikat identik dengan aspek

kerohanian dari ajaran Islam. Kajian tentang hakikat dimulai dengan

aspek moral yang dibarengi aspek ibadah. Bila kedua aspek ini

diamalkan penuh kesungguhan dan keikhlasan, maka meningkatlah

kondisi mental seseorang dari satu tingkat yang rendah ke tingkat

yang lebih tinggi. Ketika kondisi mental sampai pada tingkat

tertinggi, Tuhan akan menerangi hati sanubari orang tersebut dengan

nur-Nya, sehingga pada waktu itu ia betul-betul dekat dengan-Nya,

dapat mengenal-Nya, dan dapat melihat-Nya dengan mata hatinya.

Orang yang telah sampai ke tingkat ini di kalangan sufi dinamai ahli

hakikat.31

Jika kata hakikat dipergunakan untuk Tuhan, maka artinya

adalah sifat-sifat Tuhan. Zat Allah sendiri disebut al-Haqq. Antara

manusia dan Tuhan terdapat jarak sehingga masing-masing

mempunyai hakikat sendiri-sendiri. Tetapi antara dua hakikat itu

terdapat kesamaan dan jika kesamaan itu semakin mendekat maka

pudarlah garis pemisah antar keduanya. Ketika itulah terjadi

persatuan antara al-Haqq dengan manusia.32

Sesungguhnya sesuatu yang ada berasal dari Tuhan. Jika

wujud Tuhan tidak ada, maka segala yang ada (mawjûd) ini tidak

pula akan ada. Segala yang ada ini sebenarnya tidak mempunyai

wujud tersendiri. Ia berwujud setelah ada wujud lain yang

menyebabkannya ada. Dengan demikian, wujud sebenarnya ialah

wujud yang ada dengan sendirinya, tanpa bergantung pada wujud

lain; Itulah wujud Tuhan. Wujud Tuhan inilah wujud yang hakiki

atau hakikat dari segala-galanya yang disebut dengan Haqq al-

Haqa’iq. Adaun wujud-wujud lain hanya berupa pengejawantahan

(tajali) dari wujud al-Haqq. Wujud al-Haqq tidak dapat

ungkapan yang dipergunakan sesuai dengan pengertian asliny. Misalnya, kata

“tangan” biasanya dipakai untuk tangan yang menjadi salah satu anggota

tubuhmanusia,tetapidapat pula diartikan dengan arti “kekuasaan”, seperti “raja itu

bertangan besi” Lihat, Hakikat” dalam Ensiklopedi Islam, jilid 2, h. 69

30 Ibn Manzûr, Lisân al-‘Arab, jilid ke-2, h. 944-945

31 Hakikat” dalam Ensiklopedi Islam, jilid 2, h. 69

32 Hakikat” dalam Ensiklopedi Islam, jilid 2, h. 69

Page 146: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

132 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

menampakkan diri-Nya pada alam empiris yang serba terbatas ini,

kecuali melaluli penampakkan sifat-sifat-Nya.33

3. Penilaian terhadap Tiga Kelompok

a. Pemilik Keutamaan Agung (ûlû al-fadl al-katsîr)

Menurut Âmulî, Seorang hamba hendaknya menghadirkan

sifat-sifat ketuhanan dalam hidupnya melalui pemahaman rohani

yang paling tinggi dan yang paling rendah. Pemahaman tersebut

dicapai melalui identifikasi yang jeli terhadap tanda-tanda yang

muncul pada kepribadiannya. Dengan demikian rambu-rambu

sebagai manusia dapat dimengerti, sifat-sifat hewani yang menjelma

dan tak terlihat dapat dikeluarkan, rantai-rantai jasmani dapat

dilepaskan, ikatan-ikatan materi dapat dibelengu, sehingga sifat-sifat

malaikat dapat dihadirkan.34

Ciri-ciri seorang hamba tersebut hanya mampu dimiliki oleh

mereka yang mempunyai banyak keutamaan agung (ûlû al-fadl al-

katsîr), memiliki pengetahuan (ahl al-‘ilm al-khathîr), berada pada

level kashf35, dan memahami Sharî’ah dengan pendekatan ketuhanan

melaui parantara kebenaran ajaran nabi Muhammad. Mereka adalah

para wali, para nabi, dan beberapa filosof. 36

Didasari pemahamannya tentang kepribadian luhur yang

dimiliki pemilik keutamaan agung, Âmulî merasa terpanggil untuk

33 Hakikat” dalam Ensiklopedi Islam, jilid 2, h. 69

34 Haydar al-Âmuli, Asrâr al-Sharî’ah wa Atwâr al-Tarîqah wa Anwâr al-Haqîqah, (Muassasah Mutâla’ât wa Tahqîqât Farbankâ, t. t.), h. 3

35 Secara etimology, arti kashf adalah mengangkat hijab atau niqâb. Secara

terminology, arti kashf adalah pengetahuan yang berada di belakang hijab.

Pengetahuan tersebut berupa sesuatu yang gaib atau kebenaran lainnya yang didapati

baik melalui penyaksian langsung atau merasakan keberadaannya.Kashf juga dapat

berarti tersingkapnya tabir yang menghalangi hati seorang hamba karena telah

bersinarnya cahaya Ilahi di dalamnya ketika hati telah dibersihkan. Kashf

merupakan sasaran akhir dari pencarian kebenaran bagi mereka yang berkeinginan

untuk meletakan keyakinan di atas kepasstian. Seseorang yang telah berhasil

mencapai kashf berarti ia telah memasuki kawasan hakikat-realitas,menyatu dengan

kemurnian tauhid sehingga dirinya terasatidada dan kemanusiaannya terasa telah

padam dan sirna sama sekalali. Haydar Âmuli, Jâmi’ al-Asrâr wa Manba’ al-Anwâr, (Injaman Ibrânsyanâsî Farânsah, t. t.), h. 462, UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung, Penerbit Angkasa, 2008), cet. ke-1, jilid I (A-H), h. 350-351.

36 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 4

Page 147: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 133

menumpahkan semua isi hatinya dalam sebuah buku yang

berpedoman pada ajaran sufi dan imâmiyyah serta mengacu pada

sharî’ah, tarîqah, dan haqîhah mustafawiyyah. Oleh sebab itu

ditulislah Asrâr al-Sharî’ah wa Atwâr al-Tarîqah wa Anwâr Al-

Haqîqah (Rahasia Syariat, Tahapan Perjalanan, dan Sinar Kebenaran)

dengan harapan setiap individu mampu meraih tingkatan kepribadian

tersebut.37

b. Kelompok yang Saling Melengkapi

Menurut Âmulî, banyak orang berpendapat Sharî’ah berbeda

dengan tarîqah dan tarîqah berbeda dengan haqîhah. Mereka

memahami Sharî’ah, tarîqah, dan haqîhah sebagai suatu yang saling

berbeda. Pemahaman yang demikian adalah buah dari

ketidakpahaman mereka.38

Sharî’ah adalah salah satu dari banyak jalan menuju Tuhan.

Pada sharî’ah terdapat usûl39, furû’40, rukhsah41

, ‘azîmah42, dan

kebaikan. Mengambil semua tersebut dengan cara yang paling hati-

hati, paling baik, dan paling berdasar adalah tarîqah. Maka, tarîqah

adalah jalan paling baik dan paling hati-hati yang ditempuh manusia

baik berupa perkataan, perbuatan, sifat, atau keadaan. Sedangkan

haqîhah adalah (jalan) memutuskan sesuatu secara kashf. Dengan

demikian dikatakan bahwa sharî’ah adalah engkau menyembah-Nya,

37 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 4

38 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 344, Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 5

39 Usûl adal bentuk jamak/plural dari “asl” yang berarti sesuatu yang darinya

sesuatu yang lain terbentuk. Asl juga berarti pandapat yang kuat (al-râjih), esensi (al-haqîqah), norma atau kaidah (al-qâ’idah), pembuktian (al-dalîl), lawan kata dari

“cabang” (al-far’), dan yang menemani (al-mustashib). Lihat, Muhammad Zakariyâ

al-Bardîsî, Ushûl al-Fiqh, (Dâr al-Tsaqâfah li al-Nashr wa al-Tawzî’, 1983), h. 22-23

40 Furû’ adalah bentuk jamak/plural dari “far” yang berarti kebalikan dari

kata asl sebagimana dijelaskan pada footnote nomor 8. Lihat, Al-Bardîsî, Ushûl al-Fiqh, h. 23

41 Rukhsah hukum keringanan yang hanya dibolehkan saat darurat atau ‘udzr. Lihat, Al-Bardîsî, Ushûl al-Fiqh, h. 91

42 ‘Azîmah adalah hukum yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sejak awal

agar dilaksanakan oleh setiap mukallaf dalam kondisi apapun. . Lihat, Al-Bardîsî,

Ushûl al-Fiqh, h. 89

Page 148: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

134 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

tarîqah adalah engkau mendatangkan-Nya, dan haqîhah adalah

engkau menyaksikan-Nya.43

Sharî’ah, tarîqah, dan haqîhah adalah sesuatu yang satu yang

diumpamakan secara berbeda. Masing-masing saling menghindari

perselisihan dengan ahl allâh44, hati mereka selalu menjauh dari

gelapnya kesesatan, tidak menyamakan khâliq dengan makhlûq.

Sharî’ah –sama halnya dengan kerasulan- adalah perumpamaan

sesuatu yang sampai kepada nabi berupa hukum-hukum, politik,

moral, dan ajaran falsafi. Tarîqah –seperti halnya dengan kenabian45

-

adalah penampakan sesuatu yang sampai dari wali melalui

pengetahuan bagaimana mengenal Tuhan, sejumlah nama-Nya, sifat-

Nya, dan perbuatan-Nya. Haqîhah adalah perumpamaan penampakan

zat-Nya, sifat-Nya, dan perbuatan-Nya yang terjadi setelah fanâ.

Mereka inilah yang disebut ûlûl al-bâb yang dipuji oleh Allah SWT

dan akan mendapatkan kabar gembira. Sebagaimana dinyatakan

dalam Al-Qurân,

ر ب و ا ا ل الله ل م ال ب ش ر ى ف ب ش ت ن ب و ا الطغ و ت أن ي ع ب د و ه ا و أ ن و ال ذ ي ن اج ع ب اد

س ن ه أ ولئ ١٧)46 ت م ع و ن ال ق و ل ف ي تب ع و ن أ ح ى ه م ( الذ ي ن ي س ك الذ ي ن ه د ل و ال ل بب ) (١٨الله و أ ولئ ك ه م أ و

43 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 344

44 Ahl allâh dan muwahhidun adalah ungkapan lain yang ditujukan kepada

kaum sufi. lihat, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 5, Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 343

45 Menurut Âmulî, kenabian adalah berita mengenai hakikat tuhan atau

mengenal zat al-Haq beserta semua nama-Nya, sifat-Nya, dan ketetapan hukum-Nya.

Kenabian terbagi menjadi dua; kenabian dipahami sebagai definisi (nubuwwah al-ta’rîf) dan kenabian dipahami sebagai penyampai shariat (nubuyyah al-tashrî’) Nubuwwah al-ta’rîf adalah berita-berita mengenai zat, nama, dan sifat-Nya

sedangkan nubuyyah al-tashrî’ adalah berita-berita mengenai zat, nama, sifat-Nya

bersamaan dengan penyampaian hukum-hukumnya, penertibannya, dan

pengajarannya. Kesemuanya itu jika ditambahkan dengan melaksanakan tugas

politik (al-qiyâm bi al-siyâsah) maka disebut dengan kerasulan. Kenabian juga

dipahmi sebagai menerimanya jiwa suci terhadap semua yang diketahui dan

dipikirkan dari esensi akal pertama sedangkan kerasulan menyampaikan itu kepada

yang mengambil manfaat darinya dan kepada pengikutnya. Lihat, Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…,h.379 dan 450

46 Âmulî tidak menulis lengkap ayat 17 namun hanya memulainya dengan

ر ع ب اد .Lihat, Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 344 ف ب ش

Page 149: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 135

Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak

menyembahnya dan kembali kepada Allah, mereka pantas

mendapat berita gembira;sebab itu sampaikanlah kabar

gembira itu kepada hamba-hamba-Ku (17) (yaitu ) mereka

yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling

baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi

petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang

mempunyai akal sehat. (QS al-Zumar/39: 17-18)

Ketiga hal itu bermuara ke satu tempat, yaitu Rasul. Oleh

karena itu, Sharî’ah nabi dan ketetapan ilahi adalah satu yang

mencakup tiga tahapan; Sharî’ah, tarîqah, dah haqîhah. 47

Sharî’ah adalah nama sejumlah jalan yang sama-sama menuju

Tuhan. Tarîqah adalah menentukan jalan yang paling baik dan paling

hati-hati untuk menuju Tuhan. Tarîqah adalah menetapkan sesuatu

secara kashf. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sharî’ah

adalah menyembah-Nya, tarîqah adalah menghadirkan-Nya, dan

haqîqah adalah menyaksikan-Nya.48

Berkaitan dengan itu, nabi

pernah bertanya kepada Haritsah,

Nabi : “ Haritsah, bagaimana kabarmu pagi ini?”

Haritsah : “Pagi ini aku masih benar-benar mu’min.”

Nabi “Setiap kebenaran ada hakikatnya. Lalu apa hakikat

imanmu?”

Haritsah : “Aku lihat penduduk surga saling berkunjung,

penduduk neraka saling berteriak sedih dan aku lihat

jelas ‘arsh tuhanku.”

Nabi : “Kau telah meraihnya. Peliharalah!” 49

47 Âmuli, Asrâr al-Sharî’ah…,h. 6. Lihat juga Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h.

343-344

48 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 344

قول النبي صلى الله عليه و سلم لارثةز و هو انه قال: يا حارثة, كيف أصبحب؟ 49ؤمنا حقا. فقال عليه السلام: لكل حق حقيقة, فما حقيقة ايمانك؟ قال رأيت قال: أصبحت م

أهل الجنة يتزاورون و أهل النار يتعاوون و رأبت عرش ريى برزا. قال عليه السلام: أصبحت. Lihat Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 344-345 فالزم!

Page 150: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

136 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Sharî’ah adalah ibarat pengakuan kebenaran secara hati

terhadap perbuatan para nabi yang dikuti dengan perbuatan. Tarîqah

adalah ibarat penguatan kebenaran terhadap perbuatan dan akhlaq

para nabi yang diikuti dengan perbuatan. Haqîhah adalah ibarat

menyaksikan secara spiritual perbuatan para nabi yang diikuti dengan

perbuatan. Perangai baik/uswatun hasanah pada diri nabi hanya bisa

dipahami dengan memelihara tiga tahapan ini.50

Sebagaimana sabda

nabi,

“Sharî’ah adalah ucapanku. Tarîqah adalah perbuatanku.

Haqîhah adalah keadaanku. Ma’rifat adalah modalku. Akal

adalah pusat agamaku. Cinta adalah fondasiku. Rindu adalah

kendaraanku. Takut adalah pendampingku. Kemurahan hati

adalah senjataku. Pengetahuan adalah temanku. Berserahdiri

kepada Allah adalah selendangku. Kepuasan adalah hartaku.

Kejujuran adalah rumahku. Keyakinan adalah tempat

singgahku. Kafakiran adalah kebanggaanku. Aku banggakan

kefakiran itu kepada para nabi dan rasul.51

Sharî’ah ibarat sungai sedangakan haqîqah ibarat lautan. Ahli

fiqih berkeliling di wilayah sungai, filosof mengarungi lautan,

sedangkan sufi berlabuh di atas perahu keselamatan.52

Analogi lain

bisa dipahami melalui kisah nabi Ibrahim ketika mengingkari53

50 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 345

51 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 346

52 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 359

53 Sejumlah mufasir tidak menyatakan “mengingkari” tetapi “mempercayai”.

Âmulî menolak keras pendapat semacam itu terlebih mereka menyatakan kisah

tersebut merupakan proses awal nabi Ibrahim dalam “menyaksikan” Tuhan sehingga

diyakini bintang, bulan dan matahari sebagai Tuhannya sehingga ibrahim dituduh

sebagai penyembah matahari (sâbi) Menurut Âmulî, pendapat semacam itu tidak

benar karena Ibrahim adalah ma’sûm. Seorang ma’sûm wajib ma’sûm sejak kecil.

Selain itu, sebagian umat nabi Ibrahim saat itu adalah penyembah bintang, bulan,

matahari, dan berhala-berhala lainnya lalu Allah memberikan hidayah secara jelas

sehingga mengenal wujûd Tuhan yang esa, pencipta semua yang mawjûd. Kalimat

“ini Tuhanku’ (hâdzâ rabbî) bukan pengakuan melainkan pernyataan pengingkaran

dan ejekan yang bisa dipahami “ini adalah sesuatu yang diciptakan.” Pantaskah ini

menjadi Tuhanku dan Tuhan semua sesuatu? Demi Allah, tidak! Ini bukan Tuhanku

dan bukan Tuhan semua sesuatu. Ini hanya salah satu ciptaan-Nya. Nabi bersabda,

“aku kenal Tuhanku melalui Tuhanku dan kau lihat Tuhanku melalui Tuhanku.

Lihat, Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 359-362

Page 151: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 137

bintang, bulan, dan matahari sebagai Tuhan54

. Tahapan petunjuk

pertama berupa bintang ditujukan untuk ‘awwâm, petunjuk kedua

berupa bulan ditujukan untuk khâs, dan petunjuk ketiga berupa

matahari ditujukan untuk khâs al-khâs. Bintang ibarat cahaya indera

dalam pencarian Al-Haq. Menurut Ahl sharî’ah dan ahl al-zâhir, bulan

ibarat cahaya akal dalam pencarian Al-Haq. Ahl tarîqah atau ahl al-

bâtin berpendapat, matahari ibarat sinar suci atau cahaya Al-Haqq

dalam pencarian-Nya oleh ahl al-haqiqah, ahl bâtin al-bâtin dan khâs

al-khâs.55

Seseorang yang tidak diberi cahaya oleh Allah maka dia

tidak mempunyai cahaya sedikitpun. Dalam Al-Qurân dinyatakan,

و م ن ل يج ع ل الله ل ه ن و را ف م ا ل ه م ن ن و ر Barang siapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka

dia tidak mempunyai cahaya sedikitpun. (QS al-Nûr/24: 40)

م ف ه و ع ل ى ن و ر م ن رب ه لا ر ه ل لا س أ ف م ن ش ر ح الله ص د Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah

untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari

Tuhannya (sama dengan) orang yag hatinya membatu? (QS al-

Zumar/39: 22)

Sharî’ah ilahi dan ajaran nabi adalah satu substansi yang

mengandung sharî’ah, tarîqah, dah haqîqah. Nama-nama tersebut

dapat diumpamakan dengan berbagai macam istilah. Akal, alam, dan

cahaya adalah satu substansi yang ada pada manusia besar.

Sebagaimana hadis,

أو ل ما خلق الله نورى. أو ل ما خلق الله القلم. أو ل ما خلق الله العقل. أو ل ما خلق الله روحي

Yang pertama diciptakan oleh Allah SWT dalah akal. Yang

pertama diciptakan oleh Allah SWT adalah cahayaku. Yang

pertama diciptakan oleh Allah SWT adalah pena. Yang

pertama diciptakan oleh Allah SWT adalah rohku.

54 Lihat QS al-An’âm/6: 76-78

55 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 359-360

Page 152: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

138 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Sedangkan fuâd, qalb, dan sadr56 adalah satu substansi yang

ada pada manusia kecil.57

Dalam Al-Qurân dinyatakan:

م ا ك ذ ب ال ف ؤ اد م ا ر أ ىHatinya tidak mendustakaan apa yang telah dilihatnya. (QS al-

Najm/ 53:11)

5٨ال م ي ع ل ى ق ل ب ك ل ت كو ن م ن ال م ن ذ ر ي ن ن ز ل ب ه الرو ح Dia dibawa turun oleh ar-Roh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu

(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara

orang-orang yang member peringatan. (QS Al-Shu’arâ/26 :

193-194)

ر ك و و ض ع ن ا ع ن ك و ز ر ك ر ح ل ك ص د أ ل ن ش

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan

Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu. (QS al-

Sharh/94: 1-2)

Dengan demikian maka Sharî’ah, tarîqah, dan haqîhah adalah

jalan lurus yang harus diikuti. Dalam Al-Qurân dinyatakan, ت ق ي ما ف اتب ع و ه و ل ت تب ع وا السب ل ف ت ف رق ع ن س ب ي ل ه ذ ال ك ر اط ى م س ه ذ ا ص

و صاب ك م ب ه ل ع لك م ت ت ق و ن

Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) dalah jalan-Ku yang

lurus, maka iktuitlah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-

56 Sadr sebagai kata benda tunggal berarti “dada”. Bentuk jamaknya adalah

Sûdûr. Mengingat dada salah satu bagian depan tubuh, maka kata sadr juga

diartikan dengan “bagian depan” atau “muka”. Contohnya, sadr al-fatâh (payudara

seorang gadis) sadr al-majlis (bagian depan majlis), sadr al-kitâb (bagian awal buku),

dan sadr al-kalâm (permulaan ucapan). Dalam QS Tâhâ/20: 25 dinyatakan qâla rabbi ishrah lî sadrî (Dia ‘Musa’ berkata, Ya Rabbku, lapangkanlah dadaku) Dalam QS al-

‘Âdiyât/100: 10 dinyatakan “wa hussila mâ fî al-sudûr” (Dan apa yang tersimpan di

dalam dada dilahirkan?)Dalam QS al-Hajj/22:46, wa lâkin ta’ma’mâ al-qulûb al-tî fî

al-sudûr (Tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada). Lihat, Al-Râghîb al-

Asfahânî, Kamus Al-Qurân …, jilid ke-2, h. 446.

57 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 346. Ibn ‘Arabi secara khusus menjelaskan

manusia sebagai alam kecil dalam karyanya al-Tadbîrât al-Ilâhiyyah fî Islâh al-Mamlakah al-Insâniyyah. Lihat, Muhyî al-Dîn Ibn ‘Arabî,’Unafâ Mugrib fî Ma’rifah Khatm al-Awliyâ wa Shams al-Magrib, (Shirkah al-Quds, 2016 M/1437 H), cet. ke-1,

h. 55

58 Hanya ditulis نزل به الروح المي على قلبك

Page 153: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 139

jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan

kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah

agar kamu bertakwa. (QS al-An’âm/6: 153)

Jalan lurus adalah jalan yang yang dipakai para nabi. Namun

banyak orang tidak mengerti tentang jalan lurus tersebut karena

ketidaktahuan dan keawaman mereka. Ini sesuai dengan Al-Qurân, فا ف ط ر ت الله الت ف ط ر الناس ع ل ي ه ا ل ت ب د ي ل لخ ل ق ه ك ل لد ي ن ح ن ي ف أ ق م و ج

ث ر الناس ل ي ع ل م ون الله ذل ك الد ي ن ال ق ي م و ل ك ن أ ك Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.

(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui. (QS al-Rûm/30: 30)

Menurut Âmulî, maksud firman Allah ‘kebanyakan mereka

tidak mengetahui’ adalah ‘mereka tidak mengetahui sharî’ah,

tarîqah, dan haqîhah, tidak mengetahui agama yang lurus (al-dîn al-

qayyim), dan tidak mengetahui jalan yang lurus (al-sirât al-

mustaqîm).59

Manusia, baik yang khawwâs, ‘awâm, dan khawwâs al-

khawwâs pastilah menjalani tahapan awal, pertengahan, dan akhir.

Tahapan awal adalah syariat Tuhan dan ajaran nabi yang dialami

oleh ‘awâm. Tahapan pertengahan adalah tarîqah yang dialami oleh

khawwah, dan tahapan akhir adalah haqîhah yang dialami oleh

khawwâsh al-khawwâs . Namun demikian, ketiga proses tersebut

sesungguhnya adalah satu substansi;60

Hal ini sesuai dengan isyarat

Al-Qurân,

ة و ل ك ن د ن ه اجا و ل و ش اء الله لج ع ل ك م أ مة و اح ر ع ة و م ل ك ل ج ع ل ن ا م ن ك م ش عا ف ي ن ب ؤ ك م ب ا ي ع ك م ج ي ر ات ا ل الله م ر ج ت ب ق وا الخ ل و ك م ف م ا ء اتىك م ف اس ل ي ي

ف ي ه ت ت ل ف و ن Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan

jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu

59 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 348

60 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 350-351

Page 154: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

140 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji

kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu,

maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada

Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu

terhdapa apa yang dahulu kamu perselisihkan. (QS al-

Mâidah/5: 48)

Lebih dari itu, rahasia wujud ada pada tiga tahapan tersebut.

Seperti sesuatu yang dilipat tiga atau seperti sesuatu yang satu yang

mengharuskan adanya sesuatu yang banyak. Seperti pengetahuan (al-

‘ilm), yang mengetahui (al-‘âlim), dan yang diketahui (al-ma’lûm).

Atau seperti satu yang mengandung tiga unsur. Contohnya ungkapan

eksistensi satu zat, eksistensi satu tuhan, dan eksistensi satu tuhan

pencipta; ungkapan kepemilikan (malak), kerajaan (malakût), dan

keperkasaan (jabarût); ungkapan alam akal (‘âlam al-‘uqûl), alam

jiwa (‘âlam al-nufûs), dan alam indra (‘âlam al-hiss), dan lainnya.61

Tidak boleh mengingkari perkataan, keadaan, dan perbuatan

nabi dan tidak boleh pula mengingkari Sharî’ah, tarîqah, dan haqîhah

karena semua itu tahapan yang dilalui para nabi.62

. Menurut Âmulî,

para ahli tahqiq menilai seorang syaikh63

adalah manusia sempurna

yang paham sharî’ah, tarîqah, dan haqîhah secara sempurna sehingga

mengetahui penyakit dan obat yang ada pada setiapnya.64

Sharî’ah

ibarat kulit (qishr) yang menjaga ilmu bathin dari kerusakan, tarîqah

ibarat isi (lubb), dan haqîhah ibarat isinya isi (lub al-lubb). Isi/lubb

adalah akal yang disinari cahaya ilahi yang bersih dari hayalan dan

imajinasi. Isinya isi/lub al-lubb adalah materi cahaya ilahi yang

61 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 352

62 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 352

63 Istilah syaikh dalam bahasa Arab adalah gelar kehormatan yang sejak

zaman pra-Islam hanya diberikan kepada orang-orang yang memiliki kualitas

istimewa. Makna yang terkadang dalam konsep tersebut mencakup beberapa

ungkapan dan ekspresi, dalam bahasa Inggris digunakan untuk menunjuk pengertian

“pemimpin”, “kepala kaum”, “yang terhormat”, “yang dituakan”, “pemuka

masyarakat”, dan juga “penasihat”. Lihat, John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan, Januari 2001/Syawwal 1421), cet. ke-1, jilid

ke-5, h. 286

64 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr...., h. 353

Page 155: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 141

dengannya akal menjadi kuat dan bersih dari hayalan dan imaginasi

sehingga mencapai pengetahuan tinggi tentang bagaimana hati

tertutup dengan pengetahuan visual. Mereka yang sampai pada posisi

ini adalah mereka sejak awal ditetapkan sebagai orang-orang baik.65

Dan ini sesuai dengan Al-Qurân,

ا ن الذ ي ن س ب ق ت ل م م نا ال س نى أ ولئ ك ع ن ه ا م ب ع د و ن Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada

(ketetapan) yang baik dari Kami, mereka itu akan dijauhkan

(dari neraka) (QS al-Anbiyâ/21: 11)

c. Ahl al-Haqîqah sebagai Tahapan Tertinggi

Walaupun dijelaksan bahwa sharî’ah, tarîqah, dan haqîhah

adalah suatu yang sama, namun sesunggguhnya haqîhah adalah

tahapan yang paling tinggi dan mulia.66

Karena Sharî’ah adalah

tahapan awal, tarîqah tahapan pertengahan, dan haqîhah tahapan

akhir. Pertengahan tidak akan terpenuhi tanpa kesempurnaan awal

dan akhir tidak akan terpenuhi tanpa tahapan pertengahan. Tidak

benar jika tahapan tertinggi dicapai tanpa melalui tahapan awal dan

pertengahan. Oleh karena itu sharî’ah tetap benar walaupun belum

mencapai tarîqah namun tarîqah tidak benar sebelum mencapai

sharî’ah, dan seterusnya. Namun yang sempurna dan

menyempurnakan adalah semua tahapan tersebut.67

Kesemua tahapan

itu hanya dimiliki oleh umat pilihan nabi Muhammad yaitu ahl Al-

Haqiqah.68

65 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 353

66 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 354. Menurut al-Râzî, ashâb al-haqîhah adalah bagian dari sejumlah tahapan tasawuf. Ashâb al-haqîhah adalah mereka yang

tidak menyibukkan diri dengan ibadah sunah ketika sesuatu yang wajib dilakukan

tidak ada melainkan melakukan pembebasan diri dari segala yang berkaitan dengan

fisik serta bersungguh-sungguh agar jiwanya tidak sunyi dari menyebut Allah SWT.

Mereka adalah sebaik-baik kelompok manusia. Lihat, Fakhr al-Dîn al-Râzî, I’tiqâdât Firaq al-Muslimîn wa al-Mushrikîn, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1972

M/1402 H), h .73

67 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 354

68 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 354

Page 156: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

142 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Para teolog, filosof, dan penganut tarikat bukan termasuk

golongan sempurna yang dapat menyempurnakan karena mereka

mereka hanya khusus pada satu tahapan saja. Mereka hanya berjalan

pada jalan-Nya. Dalam Al-Qurân dinyatakan:

ل ق س ط ل ا له ا ل ش ه د الله أ نه ل ا له ا ل ه و و ال م ل ئ ك ة و أ و ل و ا ال ع ل م قئ ما ب ه و ال ع ز ي ز ال ك ي م

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan lelainkan Dia

(yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para

Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang

demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak

disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Âli

‘Imrân/3: 18)

خ ون ف ال ع ل م ي ق و ل و ن ء ام نا ب ه ك ل م ن ع ن د و م ا ي ع ل م ت و ي ل ه ا ل الله و الر س ر ب ن ا و م ا ي ذكر ا ل أ و ل و ا ال ل بب

Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah.

Dan orang-orang yang mendalami ilmunya berkata: “Kami

beiman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihat, semuanya itu

dari sisi Tuhan kami. Dan tidak dapat mengambil pelajaran

(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS Âli

‘Imrân/3: 7)

Orang-orang yang berakal/ûlûl al-albâb adalah para hamba

Allah yang teguh dan stabil dalam mengenal hakikat. Hanya

merekalah yang bisa mengambil pelajaran dari kebesaran-Nya,

lainnya tidak. 69

Ahl al-haqîhah menjadi kelompok teratas dan termulia karena

mereka ada di kiblat nabi Muhammad yang berada di antara timur

dan barat70

. Secara zahir kiblat nabi Muhammad ada di tengah antara

kiblat nabi Musa dan nabi Isa sedangkan secara batin, timur ibarat

69 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 355

,Lihat, 70 Âmulî قؤل النبى صلى الله عليه و سلم: قبلت ما بي المشرق و المغرب 70

Jâmi’ al-Asrâr…, h. 355

Page 157: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 143

alam rohani dan barat ibarat alam jasmani. Di antara keduanya

adalah barzakh/pemisah, yaitu maqam nabi Muhammad SAW.71

Kesempurnaan kedatangan nabi Musa beserta pengikutnya

ibarat hakikat alam jasmani, kesempurnaan kedatangan nabi Isa

beserta pengikutnya ibarat hakikat alam rohani, dan kesempurnaan

kedatangan nabi Muhammad beserta pengikutnya ibarat hakikat

keduanya72

atau gabungan keduanya.73

Istilah “gabungan” sama

dengan kata “Al-Quran” mengingat “Al-Quran” secara bahasa berarti

“gabungan/al-jam’” Itulah mengapa nabi Muhammad diberikan

jawâmi’ al-kalim, diistilahkan dengan bukan timur dan bukan barat74

,

dan digelari sebagai umat pertengahan untuk menjadi saksi bagi

manusia.75

Pemahaman jasmani, timur adalah tempat matahari terbit yang

menyebarkan sinar (ketimuran)nya melalui alam materi agar menjadi

nampak dan terang. Alam rohani ibarat tempat terbit “matahari

sesungguhnya” yang menyinari roh pada alam materi yang kotor

dengan dosa. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qurân,

ر ق ت ال ر ض ب ن و ر ر ب ا و ا ش Dan bumi (padang mahsyar) menjadi terang benderang dengan

cahaya (keadilan) Tuhannya…” (QS al-Zumar/39: 69)

71 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 356

72 Dalam ungkapan lain, nabi Musa datang menyempurnakan semua alam

zahir dan sebagian alam batin sebagaimana diatur dalam Taurat. Nabi Isa datang

menyempurnakan semua alam zahir dan sebagian alam batin sebagaimana diatur

dalam Injil. Sedangkan nabi Muhammad SAW datang menyempurnakan kedua

ujungnya dan menggabungkan keduanya. Sebagaimana sabdanya, “kiblatku adalah

antara timur dan barat. Lihat, Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 357

73 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 357

74 Ungkapan bukan timur bukan barat bersumber dari firman-Nya, …lâ sharqiyyata wa lâ gharbiyyah… (QS Al-Nûr/24:35). Maksudnya adalah Engkau

Muhammad bukan dari alam nyata atau alam materi yang dikenal dengan barat dan

bukan juga dari alam roh atau immateri yang dikenal dengan timur melainkan dari

alam gabungan keduanya. Sesungguhnya Al-Qurân juga disebut gabungan karena

secara bahasa al-quru berarti al-jam’u. Atas dasar itulah Rasul bersabda, “aku adalah

Al-Qurân yang berbicara“, ”kiblatku antara timur dan barat” Lihat, Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 357

75 Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat

pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul

(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu …” (QS Al-Baqarah/2: 143)

Page 158: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

144 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Sebagai tempat terbenamnya matahari, Barat diibaratkan

sebagai tempat bersembunyi dosa-dosa karena sinar-sinar roh

terbenam di alam materi sebagimana terbenamnya matahari. Itulah

sebabnya Allah SWT menciptakan pergantian malam dan siang untuk

diketahui oleh ûlûl al-bâb.76

Dalam Al-Qurân dinyatakan,

يت ل و ل ال ل ب اب ف الي ل و الن ه ار ل ت لا ا ن ف خ ل ق السموت و ال ر ض و اخ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan

pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran

Allah) bagi orang yang berakal. (QS Âli ‘Imrân/3: 190)

Perumpamaan ahl sharî’ah yang mengenal al-Haq

menggunakan kekuatan cahaya indra ibarat seseorang yang mencari

sesuatu di malam gelap-gulita berbekal kekuatan cahaya bintang;

pasti tidak ditemukan. Perumpamaan ahl tarîqah yang mengenal al-

Haq menggunakan kekuatan cahaya akal ibarat seseorang yang

mencari sesuatu di malam gelap-gulita berbekal kekuatan cahaya

bulan; pasti tidak ditemukan. Perumpamaan ahl al-haqîhah yang

mengenal al-Haq menggunakan kekuatan cahaya kesucian (nûr al-

quds) ibarat seseorang yang menyaksikan matahari berbekal sinar

matahari; maka dia tidak menyaksikan selain matahari itu sendiri

tidak juga menyaksikan sinarnya yang menyebar ke seluruh jagat

raya.77

Perumpamaan semacam ini dinyatakan dalam Al-Qurân,

و ت ل ك ال م ثل ن ض ر ب ه ا ل لناس و م ا ي ع ق ل ه ا ا ل ال عل م و ن Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk

manusia; dan tidak ada yang memahaminya kecuali mereka

yang berilmu. (QS al-‘Ankabût/29: 43)

Perumpamaan yang dibuat untuk manusia yang hanya

dipahami orang berilmu dinyatakan dalam Al-Quran,

76 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 356-357

77 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 362

Page 159: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 145

ت و ى ع ل ى ال ع ر ش و س خر ن ه ا ث اس الله الذ ي ر ف ع السموات ب غ ي ع م د ت ر و ل ب ر ال م ر ي ف ص يت ل ع لك م الشم س و ال ق م ر ك ل يج ر ى ل ج ل مس مى ي د ال

ب ل ق اء ر ب ك م ت و ق ن و ن )(Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang

kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia

menundukkan matahari dan bulan; masing-masing beredar

menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan

(makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)

agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu. (QS al-

Ra’d/13: 2)

Menurut Âmulî, maksud pertemuan dengan Tuhan pada ayat

tersebut adalah penampakkan-Nya dalam kosmos dan jiwa (al-

afâqiyyah wa al-anfusiyyah) sebagaimana dinyatakan dalam Al-

Quran,

ه م ح ت ي ت ب ي ل م أ نه ال ق أ و ل ي ك ف س ن ر ي ه م ء ايت ن ا ف ال ف اق و ف أ ن ف س ب ر ب ك أ نه ع ل ى ك ل ش ي ئ ش ه ي د )(

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda

(kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka

sendiri, sehigga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu

adalah benar. Cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu

menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS Fussilat/41: 53)

ء م ي ط )( ا ل ا ن ه م ف م ر ي ة م ن ل ق اء ر ب م ا ل ا نه ب ك ل ش ي Ingatlah, sesungguhnya mereka dalam keraguan tentang

pertemuan dengan Tuham mereka. Ingatlah, sesungguhnya Dia

Maha Meliputi segala sesuatu. (QS Fussilat/41: 54)

Tidak ada alasan ragu terhadap pertemuan denga-Nya karena

Dia adalah Maha Meliputi segala sesuatu. Menurut Âmulî,

pertemuan dan penyaksian terhadap Al-Muhît (Maha Meliputi)

pastilah terjadi sebab ada yang diliputi-Nya (al-muhât). Yang

Meliputi dengan yang diliputi tidak mungkit terpisahkan.78

78 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 363

Page 160: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

146 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Hendaklah kita berakhlak dengan akhlak-Nya dan mencintai-Nya

untuk bisa “seperti-Nya”. sebagaimana dijelaskan dalam hadis dan

hadis qudsi,

٧9تلقوا بأخلاق الله تعالBerakhlaklah dengan akhlak Allah SWT

٨0يا عبدى أحببنى أجعلك مثلىWahai hamaba-Ku, cintailah Aku maka Aku jadikan kamu

seperti-Ku

Jika sudah pada tahapan semacam ini maka siapapun yang

melihat dirinya maka dia seperti melihat-Nya. Siapapun yang

melakukan sesuatu maka sesungguhnya bukanlah dia yang

melakukannya melainkan Dia Yang Maha Melakukan yang

malakukannya. Sebagaimna dijelaskan dalam hadis dan Al-Quran,

٨١من رآنى فقد رأى القSiapa yang melihatku maka dia telah melihat Al-Haq

و م ا ر مي ت ا ذ ر م ي ت و لك ن الله ر م ىDan kamu tidak melempar saat kamu melempar akan tetapi

Allah SWT yang melempar.

Keadaan semacam itu disebut dengan tahapan satu atau

tahapan fanâ: yaitu fanâ yang mengetahui pada Yang Diketahui (fanâ

al-‘ârif fî al-ma’rûf), fanâ yang menyaksikan pada Yang Disaksikan,

(fanâ al-Shâhid fî al-mashûd) atau fanâ hamba dengan Tuhan (fanâ

al’abd fî al-rabb). Fanâ semacam ini hanya diraih dengan minadakan

ungkapan keduaan (raf’ al-itsnayniyyah al-i’tibâriyyah) atau

menghilangkan yang banyak pada makhluk (izâlah al-katsrah al-

khalqiyyah) sehingga menjadi sangat jelas firman-Nya, “semua

sesuatu binasa kecuali wajah-Ku” dan “kemana saja kamu

menghadapkan pandanganmu maka nampak wajah Allah”. Tahapan

semacam ini dicapai oleh al-Hallâj dengan ucapannya, “aku adalah

79 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 363

80 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 363

81 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 364

Page 161: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 147

Al-Haq” dan oleh Abû Yazîd al-Bistâmî, “maha suci aku; alangkah

agungnya keadaanku”82

Tahapan tersebut sebagai tahapan tertinggi sebab tidak semua

yang menempuh perjalanan akan sampai, tidak semua yang sampai

akan berhasil, tidak semua yang berhasil akan menyampaikan

keberhasilannya, tidak semua yang menyampaikan keberhasilannya

akan merincinya, tidak semua yang merincinya akan

menyampaikannya, dan tidak semua yang menyampaikan rinciannya

akan membuat yang lain menyampaikannya kembali.

B. Kiamat Kosmik

1. Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Sûriyyah

Pengertian al-qiyâmah al-sugrâ al-sûriyyah (kiamat visual

kecil) di sini adalah hancurnya alam semesta dan isinya. Kehancuran

tersebut sebagai proses kembalinya alam semesta menuju materi

semula.83

Pemahaman seperti ini sesuai dengan firman Allah SWT,

ر ت )(و ا ذ ا و ا ذ ا الج ب ال س ي ت )(و ا ذ ا ل ع ش ار ع ط ل ت )(و ا ذ ا ال و ح و ش ح ش ر ت )( و ا ذ ا الن ف و س ز و ج ت )( ال ب ح ار س ج

Dan apabila gunung-gunung dihacurkan (3) Dan apabila unta-

unta yang bunting ditinggalkan (tidak terurus) (4) Dan apabila

binatang-binatang liar dikumpulkan (5) Dan apabila lautan

dipanaskan (6) Dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan

tubuh) (7) (QS al-Takwîr/81: 3-7)

Selain sebagai proses kembalinya alam semesta menuju materi

semula, Âmulî juga mengutip pendapat lain yang menyatakan ayat

tersebut sebagai periode kemunculan Imam Mahdi. Menurutnya,

Mahdi muncul pada tahapan ini sebagai tanda selesainya periode

kehidupan84

duniawi. Mahdi adalah khalifatullah yang dengan

82 Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 364-365

83 Âmulî, Asrâr al-Sharîah…, h. 130

84 Dalam menguraikan kehidupan, Âmulî sering menukil pendapat ahl al-tahqîq yang menjelaskan kehidupan diistilahkan dengan “mata Allâh” dan “mata

alam”. “Mata Allah” adalah manusia sempurna yang dibenarkan dengan adanya

kehidupan pembatas besar (al-barzakhiyyah al-kubrâ) karena Allah SWT melihat

alam dengan “mata-Nya”.Dalam hadits qudsi dinyatakan, “seandainya bukan karena

Page 162: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

148 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

keberadaanya wilayah, ketetapan hukum dan pelaksanaan ajaran

semua agama menjadi selesai. Dengan demikian, alam kembali

seperti saat belum ada.85

Dalam Al-Qurân dinyatakan,

ي و ز ع و ن م ن ي ك ذ ب ب ئ ايت ن ا ف ه م و ي و م ن ش ر م ن ك ل أ مة ف و جاDan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan dari

setiap umat segolongan orang yang mendustakan ayat-ayat

Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok)

(QS Al-Naml/27: 83)

Âmulî memahami ayat tersebut bukan sebagai kebangkitan

menyeluruh. Menurutnya, jika dipahami sebagai kebangkitan

menyeluruh tentulah tidak digunakan kata faujân yang berarti

sekelompok tetapi digunakan istilah lain sebagaimana dinyatakan

dalam Al-Qurân,

ن ه م أ ح داو ي و م ن س ي الج ب ال و ت ر ز ة و ح ش ر ن م ف ل م ن غ اد ر م ر ى ال ر ض ب Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-

gunung dan engkau akan melihat bumi itu rata dan Kami

kumpulkan mereka (seluruh) manusia, dan tidak Kami

tinggalkan seorangpun dari mereka. (QS, Al-Kahf/18: 47)

Mengacu pada ayat di atas, peristiwa seperti itu dinamakan

kebangkitan parsial bukan kebangkitan global karena kata man

(siapa) menjelaskan arti sebagian (li al-tab’îd). Kiamat parsial

kamu (Muhammad) tentu Aku tidak menciptakan alam (al-aflâk). Dalam QS al-

Anbiyâ 21: 107 dinyatakan, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad)

melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” Dalam istilah lain dijelaskan

mata kehidupan adalah bagian dalam nama kehidupan. Seseorang yang dalam

kehidupannya meyakini itu maka ia akan minum dari sumber mata air kehidupan

sehingga ia “tidak mati” selamanya karena ia hidup bersama kehidupan al-Haq.

Semua yang hidup di alam. Semua yang hidup di alam adalah hidup bersama

manusia sempurna ini karena kehidupan dia bersama kehidupan al-Haq. Dalam QS

al-Anbiyâ/21: 30 dinyatakan, “Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal

dari air” Dalam QS 11:7, “’Arsh-Nya di atas air” Dalam QS 76: 6, “(yaitu) mata air

(dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka dapat

memancarkannya dengan sebai-baiknya”. Lihat, Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 381

85 Âmulî, Asrâr al-Sharîah…, h. 130

Page 163: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 149

tersebut oleh sebagian Shî’ah Imâmiyyah disebut dengan masa

kembali (raj’ah).86

Dari paparan Âmulî perihal al-qiyâmah al-sugrâ al-sûriyyah

terlihat bahwa QS al-Takwîr/81: 3-7 dipahami sebagai proses kiamat

parsial, bukan kiamat global. Selain itu, ia juga belum berani

berpendapat sendiri bahwa Mahdi datang saat proses kiamat parsial.

2. Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Sûriyyah

Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Sûriyyah (Kiamat Visual Menengah)

adalah kembalinya alam kepada bentuk semula. Alam materi seperti

orbit, semua yang berbentuk, semua yang terlahirkan dan lain

sebagainya akan kembali ke bentuk semula.

Âmulî menguatkan pendapat tersebut dengan menerangkan

ayat yang sama pada saat menjelaskan al-qiyâmah al-sugrâ al-

sûriyyah, yaitu QS Al-Takwîr87

dan menambahkannya dengan QS al-

Anbiyâ/21: 104,

ج ل ل ل ك ت ب ك م ا ب د أن أ ول خ ل ق ن ع ي د ه و ع دا ي و م ن ط و ى السم اء ك ط ي الس ن ا ان ك نا ف اع ل ي ع ل ي

(Ingatlah) pada ari langit Kami gulung seperti menggulung

lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai

penciptaan pertama, begitulan Kami akan mengulanginya lagi.

(Suatu) janji yang pasti Kami tepati; sungguh, Kami akan

melaksanakannya. (QS al-Anbiyâ/21: 104)

Âmulî juga membenarkan pendapat bahwa kiamat kecil adalah

pergantian alam visual material menjadi alam barzakh tempat semua

86 Âmulî, Asrâr al-Sharîah…, h. 130-131

87 Apabila matahari digulung(1) Dan apabila bitang-bintang berjatuhan (2)

Dan apabila gunung-gunung dihacurkan(3) Dan apabila unta-unta yang bunting

ditinggalkan (tidak terurus)(4) Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan(5)

Dan apabila lautan dipanaskan(6) Dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan

tubuh)(7) Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya(8)

Karena dosa apakah dia dibunuh(9) Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan

manusia dibuka)(10) Dan apabila langit dilenyapkan(11) Dan apabila neraka jahim

dinyalakan(12) Dan apabila surga didekatkan(13) (QS Al-Takwîr/81: 1-13)

Page 164: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

150 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

orang menerima nikmat atau siska yang biasa dikenal dengan azab

kubur88

dan nikmat kubur.89

Sebagaimana disabdakan oleh nabi,

القب اما روضة من رياض الجنة او حفرة من حفر النيان

Kubur bisa berbentuk taman surga atau hamparan neraka.

Dalam Al-Qurân dinyatakan,

ب ل ع له م ي ر ج ع و ن و ل ن ذ ي ق ن ه م م ن ال ع ذ اب ال د نى د و ن ال ع ذ اب ال ك

Dan pasti Kami timpahkan kepada mereka sebagian siksa yang

dekat90

(di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat);

agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS al-Sajadah/32

:21)

ا ف ي م ا ت ر ك ت ك لا ا ن ه ا ك ل م ة ه و ق ائ ل ه ا و م ن و ر ائ ه م ب ر ز خ ل ع ل ى أ ع م ل ص ال

ع ث و ن ا ل ي و م ي ب Agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.

Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya

saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari

mereka dibangkitkan. (QS Al-Mu’minûn/23: 100)

3. Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Sûriyyah

Kiamat besar diumpamakan sebagai kembalinya alam-alam

rohani dari sejumlah akal dan sejumlah jiwa menuju esensi pertama.

Sebagaimana sabda nabi,

88 Keberadaan azab kubur adalah benar. Menurut Abu Sa’îd al-Khudzrî dan

‘Abdullâh bin Mas’ûd ma’îshatan dankan (kehidupan sempit) adalah azab kubur.

Dalam hadits riwayat Abu Hurairah, ma’îsyatan dlankan adalah azab orang kafir di

dalam kubur yang berupa sembilan puluh sembilan naga yang setiap naga terdapat

sembilan puluh sembilan ular dan setiap ular memiliki sembilan kepala yang

senantiasa menyengatnya hingga hari kiamat dan dibangkitkan dalam keadaan buta.

Ibrâhim Muhammad al-Jamal, Al-hayât ba’d al-Maut, (Bairût: Dâr al-Kitâb al-

‘Arabî, t.t.), h. 111

89 Âmulî, Asrâr al-Sharîah…, h. 131

90 Menurut Al-Zamakhsharî, azab yang dekat ( al-‘adzâb al-adnâ) adalah

siksa di dunia dan siksa kubur. Al-‘adzâb al-akbar (siksa yang lebih besar) adalah

siksa akhirat. Lihat, Al-Zamakhsharî, Tafsîr al-Kasshâf, jilid 3, h. 497

Page 165: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 151

تعال جوهرة فنظر اليها فذابت من هيبته فصارت نصفها اول ما خلق الله 9١ماء و نصفها نرا فخلق الله تعال من الماء الرواح و من النار الجساد

Pertama yang diciptakan Allah adalah esensi (jauhar92)

kemudian Allah SWT menatap esensi maka karena keagungan-

Nya esensi itu melumer menjadi dua, setengah menjadi air dan

setengah lainnya menjadi api. Lalu dari air Allah SWT

menciptakan sejumlah roh dan dari api Allah SWT

menciptakan jasad.

Para ahli kashf dan dzauq mengumpamakan kiamat ini dengan

isi alam materi (mâddah) yang dibuka/diperlihatkan oleh Allah SWT.

Mereka terkadang menyebutnya partikel abu (habâ) dan terkadang

menyebutnya elemen besar (al-‘unshûr al-a’zam). Dalam Al-Qurân

dinyatakan,

أ ن ا ول خ ل ق ن ع ي د ه و ع دا ل لل ك ت ب ك م ا ب د ج ي و م ن ط و ى السم اء ك ط ي الس ن ا ا ن ك نا فع ل ي ع ل ي

Kemudian dari esensi dan materi tersebut terwujud

gambaran akhirat dalam bentuk yang tidak parsial yang

tidak akan habis dan tidak akan berubah selamanya. (QS

Al-Anbiyâ/21: 104)

Selanjutnya adalah mewujudkan visualisasi akhirat dari materi

tersebut dalam bentuk visual utuh yang tidak akan beruba selamanya;

91 Âmulî, Asrâr al-Sharîah…, h. 131

92 Mutakalim berbeda pendapat dalam mendefinisikan jauhar. Al-Nashara

berpendapat jauhar adalah sesuatu yang dapat berdiri sendiri. Dengan demikian

setiap yang berdiri sendiri diseubt jauhar dan setiap jauhar itu berdiri sendiri.

Pendapat lain menjelaskan jauhar adalah segala sesuatu yang eksistensinya

mengandung ‘arad (hal-hal yang berisfat temporal). Dengan demikian jauhar adalah jauhar itu sendiri dan dia belum bisa dikatakan sebagai jauhar sebelum

keberadaannya. Pendapat ini dilontarkan oleh al-Juba’i. Menurut al-Shalihi, jauhar adalah sesuatu yang mengandung ‘aradl dan bisa eksis tanpa Allah harus

menciptakan ‘aradl di dalamnya dan tidak harus menjadi tempat ‘aradl, meskipun ia

dapan mengandung ‘arad. Lihat. Abû Hasan ‘Isma’il al-As’arî, Prinsip-prinsip Dasan Aliran Theologi Islam. Penerjemah: Rosihon Anwar & Taufik Rahman, (Bandung:

CV Pustaka Setia, Oktober 1999/Rajab 1420), jilid ke2, h. 49-50

Page 166: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

152 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

khâlidîna fîhâ abadâ. Itu diibaratkan seperti wax93 (bahan pembuat

lilin) yang nampak dalam bentuk berbeda-beda dan bermacam-macam

seperti batu batu dan lain sebagainya. Pada sisi lain adalah itu ibarat

Al-Haq, malaikat, atau seluruh energy alam yang kemudian semuanya

dihilangkan lalu dikembalikan kepada keadaan saat sebelum ada lalu

dinampakan dalam bentuk alam akhirat berupa surga-surga dan

neraka-neraka. Terdapat sejumlah ayat Al-Qurân yang menjelaskan

hal itu. Misalnya kebangkitan manusia dengan bentuk sebelum

kematiannya.94

Sebagaimana QS al-Qiyâmah/75: 4,

ب لى ق اد ر ي ن ع ل ى ا ن ن س و ي ب ن ان ه

(Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari jemarinya

dengan sempurna

Argumen logika menyatakan bahwa yang ada tidak bisa

menjadi tidak ada dan yang tidak pernah ada tidak akan menjadi ada.

Semua yang ada kembali ke bentuk sebelumnya sesuai pengetahuan

dan perbuatan yang semuanya abadi di surga atau di neraka. Wa

allâhu a’lam.

4. Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah

Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah (Kiamat Abstrak Kecil)

adalah ibarat kembalinya seluruh jiwa yang terpencar keberadaannya

menuju satu jiwa yang utuh. Dalam Al-Qurân dinyatakan,

ية )۲۷) يا ا ي ت ه ا الن ف س ال م ط م ئ نة ي ة م ر ض ع ى ا ل ر ب ك ر اض ( ۲۸( ا ر ج (۳۰(و ا خ ل ى ج نت )۲۹ف اد خ ل ى ف ع ب اد ى )

Wahai jiwa yang tenang (27) kembalilah kepada Tuhanmu

dengan hati yang rida dan diridai -Nya (28) Maka masuklah ke

dalam golongan hamba-hamba-Ku (29) dan masuklah ke dalam

surga-Ku (30 ) QS al-Fajr/89: 27-30)

93 Wax adalah materi lembut dan lengket yang berwarna kuning yang

dihasilkan dari lebah untuk membuat sel sarangnya. Setelah menjalani suatu proses,

materi itu bisa dibuat menjadi lilin, bentuk, atau lainnya. Lihat AS Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, (Oxford university Press, 1995),

edisi ke-1, h 1346

94 Âmulî, Asrâr al-Sharîah…, h. 132

Page 167: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 153

و ا ذا الن ف و س ز و ج ت Dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh) (QS al-Takwîr/81: 7)

Penyatuan jiwa adalah menghubungkan kembali jiwa-jiwa

parsial menjadi satu jiwa yang utuh seperti jiwa siti Hawa yang

berasal dari jiwa Adam as. Dalam Al-Qurân dinyatakan,

ن ه ا ة و خ ل ق م د يا ا ي ه ا الناس ات ق و ا ر بك م الذ ى خ ل ق ك م م ن ن ف س و اح را و ن س اء ز و ج ه ن ه م ا ر ج ال ك ث ي ... ا و ب ث م

Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah

menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam) dan (Allah)

menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya dan dari

keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan

perempuan yang banyak… (QS al-Nisâ/4: 1)

Dengan mengutip syair95

yang ditulis Ibn ‘Arabi, Âmulî

mengilustrasikan Adam dan Hawa sebagai esensi dari ibu dan bapak.

Adam diibaratkan alam atas sedangkan Hawa alam bawah.

Maksud dari seluruh jiwa adalah jiwa langit, jiwa malaikat,

jiwa surga, jiwa barang tambang, jiwa hewan, dan jiwa manusia yang

merupakan jiwa paling mulia. Setiap jiwa tersebut terbagi menjadi

beberapa bagian. Jiwa manusia bervariasi. Ada jiwa yang bersifat

mengatur (imârah), jiwa yang bersifat mencela (lawwâmah), jiwa

yang bersifat memiliki inspirasi (mulhammah), dan jiwa yang bersifat

tenang (mutma’innah). Jiwa alam dan penghuninya bersifat terbebani

hukum Tuhan (mukallaf). Yang demikian itu dapat dipahami dari

segala sesuatu –kecuali roh dan jiwa- yang bertasbih memuji Allah.

Dengan demikian semuanya mukallaf karena diperintahkan bertasbih.

بء ارواح مطهرة # و امهات نفوس عنصرياتآان ابن 95 (aku adalah putra dari

para bapak yang suci rohnya (di atas) # dan dari para ibu seluruh jiwa pada semua

elemen (di bawah). Lihat, Asrar al-Sharî’ah, h. 133

Page 168: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

154 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

5. Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah

Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah (Kiamat Abstrak

Menengah) diibaratkan dengan kembalinya semua roh yang

terpencar menuju satu roh besar. Semua roh yang kembali adalah

roh-roh yang memiliki ikatan dengan tubuh. Roh besar adalah roh

yang pertama diciptakan Allah SWT. Sebagaimana sabda nabi,

“pertama kali yang diciptakan Allah SWT adalah roh”96

Roh itulah

yang dimaksud dalam Al-Qurân,

د ي ن ى ف ق ع و ا ل ه سج ف إ ذ ا س وي ت ه و ن ف خ ت ف ي ه م ن ر و ح Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya dan

Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku97

ke dalamnya, maka

tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (QS al-Hijr/15:

29)

Kata “roh-Ku” berarti kepemilikan. Itu sama dengan ungkapan

lainnya; “hamba-Ku, rumah-Ku, bumi-Ku, dan langit-Ku”. Riwayat

lain menyatakan Allah SWT menciptakan roh-roh selama sekian

tahun. Penciptaan itu terjadi sebelum pencipataan jasad. Dalam satu

riwayat dinyatakan Allah SWT menciptakan roh nabi Muhammad

dan roh ‘Alî ibn Abî Tâlib ribuan tahun lamanya sebelum

menciptakan sesuatu. Roh adalah seperti pasukan yang direkrut.

Roh yang saling mengenal akan menyatu dan roh yang saling

mengingkari akan berselisih. 98

Keseluruhan alam adalah ibarat satu orang. Alam ibarat

manusia besar. Semua yang ada di dalamnya ibarat semua anggota

tubuh pada manusia. Oleh karena itu manusia disebut dengan alam

kecil yang semua anggota tubuhnya dan dayanya mendapat beban

syariat (mukallaf). Hal ini dinyatakan dalam Al-Qurân,

ي ر م ا ة ا ن الله س ي ع ب ص د خ ل ق ك م و ل ب ع ث ك م ا ل ك ن ف س و اح

96 Âmulî, Asrâr al-Sharîah…, h. 134

97 Dengan ditiupkan roh maka menjadi hidup. Kata roh disandarkan kepada

Allah SWT (roh-Ku) sebagai bentuk memuliakan Adam AS. Lihat. Wahbah al-

Zuhailî, Al-Tafsîr al-Munîr fî al-‘Aqîdah…, jilid ke-14, h. 29

98 Âmulî, Asrâr al-Sharîah…, h. 134

Page 169: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 155

Menciptakan dan membangkitkan kamu (bagi Allah) hanyalah

seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja

(mudah). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha

Melihat. (QS Luqmân/31: 28)

ث ر الناس ل ي ع ل م و ن ب ر م ن خ ل ق الناس و لك ن أ ك لخ ل ق السموت و ال ر ض أ ك

Sungguh, penciptaan langit dan bumi itu lebi besar daripada

penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui. (QS Ghâfir/40:57)

Allah memerintahan kepada langit dan bumi i’tiyâ tau’an aw

karhan qalatâ ataynâ tâi’în99 (datanglah kamu berdua menurut

perintahu-Ku dengan patuh atau terpakasa Keduanya menjawab,

“kami datang dengan patuh”). Ini berarti langit dan bumi juga

terkena beban syariat.100

Dalam Al-Qurân dinyatakan,

ث ال ك م م ا ف ر ط ن ا ف و م ا م ن د اب ة ف ال ر ض و ل طئ ر ي ط ي ر ب ن ح ي ه ا ل ا م م ا م ال ك تب م ن ش ي ئ ث ا ل ر ب م ي ش ر و ن

Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-

burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan

semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada

sesuatu pun yang Kami luputan di dalam kitab, kemudian kepada

Tuhan mereka dikumpulkan. (QS al-An’âm/6: 38)

6. Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah

Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah (Kiamat Abstrak Besar)

diibaratkan dengan kembalinya seluruh akal kepada akal yang satu.

Sebagaimana diisyaratkan nabi,

أول ما خلق الله العقل فقال له اقبل فأقبل ث قال ادبر قأدبر فقال و عزتى و جلال ما خلقت خلقا أكرم على منك. بك اعطى و بك آخذ و بك

اثيب و بك اعاقب

99 QS Fussilat/41: 11

100 Âmulî, Asrâr al-Sharîah…, h. 134

Page 170: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

156 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

"yang pertama diciptakan Allah adalah akal. Allah berfirman

kepada akal, “mendekatlah” lalu akal mendekat,

“aturlah!”kemudian akal mengaturnya selanjutnya Allah

berfirman “Demi kemulian dan keagungan-Ku, tidak Aku

ciptakan makhluk yang lebih mulia darimu. Sebab kamulah

Aku memberi dan mengambil; sebab kamulah aku mengganjar

dan menghukum.

Kembalinya atau naiknya seluruh akal kepada akal yang satu

dipahami dalam arti penjelasan ilmu pengetahuan (‘irfâniyyan)

karena itu terjadi pada kiamat kosmik visual. Maksudnya adalah akal

itu bermacam-macam. Kebanyakan filosof berpendapat Allah SWT

adalah Satu dari seluruh arah dan dari yang satu arah itu muncul satu

lainnya yaitu akal. Dari akal tersebut muncul akal lainnya dan jiwa

lainnya, dan gugusan bintang-bintang yang setiap bintang memiliki

satu akal dan satu jiwa. Yang demikian itu juga terjadi pada para

malaikat, jin, dan manusia. Dalam hal ini Âmulî lebih cenderung

mengikuti pendapat para ahli tahqiq yang menjelaskan bahwa semua

yang ada dipahami sesuai kemampuan akal yang boleh dinamakan

menggunakan pendekatan ilham, firasat, fitrah, wahyu, ilmu

pengetahuan, atau lainnya.101

Dengan demikian ada empat akal: akal sebagai esensi (‘aql

hayûlânî/essential intellect), akal sebagai sesuatu yang dibutuhkan

(‘aql bi al-malakah/acquired intellect), akal sebagai sesuatu yang

berbuat (‘aql bi al-fi’l/potential intellect), dan akal sebagai sesuatu

yang menyimpulkan (‘aql mustafâd/inferring intellect). Tingkatan

semacam itu adalah syarat antara kosmos dan jiwa yang semuanya

dipahami secara visual dan abstrak. Oleh karena itu harus ditetapkan

adanya visualisasi dan abstraksi kosmos. Dengan dasar ini, maka

segala yang tercermin pada manusia kecil hedaklah muncul pada diri

setiap manusia. Sebagaimana dibenarkan adanya kematian,

kehidupan, dan kebangkitan maka dibenarkan pada manusia besar

adanya kematian, kehidupan, dan kebangkita.102

Kematian ibarat

101 Âmulî, Asrâr al-Sharîah…, h. 135

102 Âmulî, Asrâr al-Sharîah…, h. 135. Lihat juga Âmulî ,Inner Secret…, h.

162

Page 171: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 157

kehancuran, kehidupan ibarat konsturksi bangunan akhirat sedangkan

kebangkitan ibarat pertanggungjawaban/hisab. Nabi bersabda, “setiap

kalian adalah penjaga dan setiap penjaga bertanggungjawab terhadap

yang dijaga”103

. Dari sini dipahami kematian visual dan abstrak

wajib ada demi wujudnya kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam Al-

Qurân dinyatakan,

ر ك ب ك ل م ة م ن ه اس ي ح ع ي س ى اب ن ا ذ ق ال ت ال م لئ ك ة يا م ر ي ا ن الله ي ب ش ه ال م س ر ة خ ن ي ا و الآ ها ف الد ي و م ن ال م ق رب ي م ر ي و ج

(Ingatlah!) ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam!

Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu

tentang sebuah kalimat (firman) dari-Nya (yaitu seorang

putra), namanya Al-Masîh Isa Putra Maryam, seorang

terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang

yang didekatkan (kepada Allah) (QS Âli ‘Imrân/3: 45)

ن ي ا ف ع ن د الله ث و عا م ن ك ان ي ر ي د ث و اب الد ر ة و ك ان الله س ي خ اب الدني ا و ال را ي ب ص

Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja

(maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia

dan akhirat. Dan Allah Mahamendengar Mahamelihat

(QS Al-Nisa/4: 134)

103 Hadits tersebut diriwayatan oleh Abullah Ibn ‘Umar. Lengkapnya adalah:

“setiap kalian adalah penjaga dan setiap penjaga bertanggungjawab terhadap yang

dijaga. Pemimpin adalah penjaga dan ia bertanggung jawab terhadap yang dijaga.

Suami adalah penjaga dalam keluarganya dan ia bertanggung jawab terhadap yang

dijaga. Dan istri adalah penjaga di rumah suaminya dan ia bertanggung jawab

terhadap yang dijaga. Pembantu adalah penjaga harta tuannya dan ia bertanggung

jawab terhadap yang dijaga. Dan anak lelaki adalah penjaga harta bapaknya dan ia

bertanggung jawab terhadap yang dijaga” Berikut ini matan haditsnya,

رضى الله عنهما, قال: سعت رسو ل الله صلى الله عليه و سلم عن عبد الله ابن عمريقول: كلكم راع و كلكم مسؤول عن رعيته. و الرجل راع ف أهله و هو مسؤول عن راعيته. و المرأة راعية ف بيت زوجها و هي مسؤولة عن راعيتها. و الادم راع ف مال سيده و هو مسؤول

أبيه و هو مسؤول عن راعيته فكلكم راع و مسؤول عن راعيتهعن راعيته. و الرجل راع ف مال Lihat, Kâmil Salâmah al-Daqs, Nafahât min al-Sunnah, (Jiddah: Dâr al-

Shurûq, .t.t.), cet. ke-3, h. 60

Page 172: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

158 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Demikian pula dengan manusia besar, kematian dan

kehancurannya menjadi sebab kebahagiaannya dan kekekalannya

karena kematian macam ini adalah keluar dari alam temporal menuju

alam abadi, dari alam kegelapan hina menuju alam terang bersinar.104

Hendaklah setiap individu mencapainya. Dalam Al-Qurân

dinyatakan,

ل م ث ل هذا ف ل ي ع م ل ال ع ام ل و ن )الصفا ا ن هذا ل و ال ف و ز ال ع ظ ي م )(

(6١-60:/37ت

Sungguh, ini benar-benar kemenangan yang agung (60)

Untuk (kemenangan) serupa ini, hendaklah beramal

orang-orang yang mampu beramal (61)

Kemenangan itu tidak bisa dicapai kecuali melalui tahapan kematian.

Seseorang yang akan meraihnya senantiasa siap dengan kematian

bahkan menanti-nantinya. Dalam Al-Qurân dinyatakan,

ر ة ع ن د الله خ ال ص ة خ ن و ق ل ا ن ك ان ت ل ك م الدار ا ل م ن د و ن الناس ف ت م ت م صد ق ي ال م و ت ا ن ك ن

Katakanlah (Muhammad), “jika negeri akhirat di sisi Allah,

khusnya untukmu saja bukan untuk orang lain, maka mintalah

kematian jika kamu orang yang benar” (QS Al-Baqarah/2: 94)

C. Al-Ma’âd Perspektif Âmulî

Secara bahasa al-ma’âd berasal dari kata ‘âda-ya’ûdu-‘awdan

yang berarti “kembali” sehingga al-ma’âd berarti “tempat kembali”105

Dinamakan demikian karena semua sesuatu akan kembali kepada

Allah SWT. Menurutnya, Al-Ma’âd adalah perumpamaan kembalinya

alam dan segala isinya kepada sumbernya melalui beragam peristiwa

secara visual ataupun abstrak yang masing-masing terjadi melauli

tiga fase; kecil, menengah, dan besar.106

Kiamat yang terjadi melalui beragam peristiwa, baik secara

visual ataupun abstrak, terjadi sebanyak tiga kali. Kiamat yang

104 Âmulî, Asrâr al-Sharîah…, h. 136

105 Louis Ma’luf, Al-Munjid…, h. 536

106 Âmulî, Asrâr al-Sharîah…, h. 103

Page 173: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 159

terjadi pada jiwa, baik secara visual ataupun abstrak, juga terjadi

sebanyak tiga kali. Dengan demikian ada dua belas kiamat yang pasti

terjadi.

Berikut ini tabel ilustrasi yang digambarkan Âmulî tentang

kiamat

Tabel Nomor 3: Ilustrasi tentang Jumlah Kiamat

KIAMAT JUMLAH

Visual Abstrak

Kiamat Kosmik 3 3

Kiamat Jiwa 3 3

Kesemua jenis kiamat itu dapat dipahami melalui tiga

pendekatan; pendekatan ahl al-sharî’ah, ahl al-tarîqat, dan ahl Al-

Haqîqah.

1. Ma’âd Ahl al-Sharî’ah

Al-Ma’âd menurut ahl al-sharî’ah adalah berkumpulnya seluruh

anggota tubuh mayat dan mengembalikan seluruh anggota tubuh dan

rohnya seperti awal. Kiamat ini dikenal dengan sebutan kebangkitan

jasad. Kebangkitan semacam itu sangat mungkin terjadi karena sifat

jasad tidak menolak sifat pembentukan ulang. Lebih dari itu, Allah

SWT Maha Kuasa sehingga tidak ada yang tidak mungkin bagi-

Nya.107

Allah SWT menciptakan manusia lalu memberikan manusia

kemampuan, keinginan, dan kekuatan yang berbeda-beda, menjadikan

kuasa dalam mengendalikan pilihannya, memberikan beban berat, dan

memberikanya sifat-sifat lembut baik yang terlihat atau yang tidak

terlihat. Manusia hidup di dunia dengan waktu cukup

panjang sehingga bisa melaksanakan syariat setelah itu manusia

pindah menuju tempat pembalasan yang disebut akhirat yang di

dalamnya terdapat pembangikitan jasad sebagaimana telah

diberitahukan oleh para nabi.

Banyak yang meyakini kebangkitan jasad tidak mungkin

dengan alasan seandainya kebangkitan jasad benar ada maka tentulah

seluruh bagian tubuh dan roh tidak lenyap, melainkan bertransformasi

107 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah …, h. 104

Page 174: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

160 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

dalam bentuk baru. Semua yang sudah lenyap dan menyerap menjadi

satu, pada hakikatnya yang satu itu adalah dua.

Manusia bukan esensi. Seandainya manusia esensi maka ia

butuh tempat yang memiliki sifat yang juga bukan esensi. Faktanya,

manusia memiliki sifat seperti sifat esensi sehingga disebut sebagai

esensi. Jika esensi itu dipahami sebagai badan atau seluruh organ

maka tentulah kesemua itu bukan objek yang mengidentifikasi

sesuatu. Namun faktanya semua itu berfungsi mengidentifikasi

sesuatu sehingga disebut sebagai esensi identifikator.

Dalam ajaran syariat, tubuh dan seluruh organ adalah sarana

berbuat yang disebut sebagai roh. Kelompok Dahriyyah mengingkari

kebangkitan jasad karena jasad akan punah dan menjadi tidak ada

setelah kematian sehingga tidak ada istilah wujud manusia kembali

lagi. Pendapat lain meyakini bahwa ketidakadaan yang disebabkan

kematian adalah sesuatu juga yang saat itu dalam kondisi terkasihi

atau tersiksa.108

Mereka yang meyakini setiap sesuatu binasa telah dinyatakan

dalam Al-Qurân,

ر ام 26) ك ل م ن ع ل ه ا ف ان ل و ال ك ه ر ب ك ذ و الج لا ( و ي ب ق ى و ج Semua yang ada di bumi itu akan binasa (26) dan tetap kekal

Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (QS

Al-Rahmân/55: 26-27)

Dalam Al-Qurân terdapat sejumlah penjelasan adanya sesuatu

dalam kondisi terkasihi atau tersiksa. Ahl al-sharî’ah memahami

maksud binasa dan hancur adalah hancur dan lenyapnya seluruh

anggota badan dan bagian-bagian tubuh yang hancur dan lenyap akan

dikembalikan dan dibaharukan. Para nabi juga menerangkan surga

dan neraka yang memiliki sifat dapat menjadi punah. Kebangkitan

jasad secara global mengandung manfaat untuk manusia, seperti

mencegah mereka dari perbuatan dusta.

108 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 105

Page 175: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 161

2. Ma’âd Ahl al-Tarîqah

Menurut ahl al-tarîqah, hari kebangkitan ibarat penampakan

sebagian sifat-sifat Tuhan109

. Sebagaimana dinyatakan dalam Al-

Qurân,

ن و ف دا ي و م ن ش ر ال م تق ي ي ا ل الرح (Ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang

yang bertakwa kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, bagaikan

kafilah yang terhormat. (QS Maryam/19: 85)

Pada ayat tesebut dinyatakan bahwa salah satu sifat-Nya

adalah Yang Mengumpulkan dan Yang Mahapengasih. Kiamat dan

kebangkitan adalah ibarat penampakan Tuhan melalui sifat-sifat-Nya

seperti Yang Maha Tersembunyi,110

Yang Maha Adil, Yang Maha

Benar, Yang Maha Menghidupkan, dan Yang Maha Mematikan.

Yang demikian itu juga berlaku pada kehidupan sebelumnya, dunia,

yang di dalamnya sifat-sifat Tuhan teraktulalisasi seperti Yang Maha

Nyata, Yang Pertama, Maha Pemberi Rizki, dan lainnya.

Penampakan semua sifat-sifat itu adalah bukti kebenaran nama-

nama-Nya yang tidak terbatas. Penampakan-Nya melalui nama-

nama-Nya ada pada ciptaan-Nya sesuai dengan ucapan-Nya:” Aku

adalah tempat menimbut yang tersembunyi. Aku senang jika dikenal.

Oleh karena itu Aku ciptakan makhluk.”111

109 Referensi mutlak memahami sifat-sifat Tuhan adalah Al-Qurân mengingat

di dalamnya terdapat petunjuk dan pemahaman mengenai hakikat Tuhan dan

hubungan Tuan dengan alam. Lihat, Muhammad Natsir Siola, Menyapa Kearifan Tuhan LewatTeropong Filsafat dan Al-Qurân, (Jurnal PILAR, vol. 2, Juli-Desember

2013), h. 132. Lihat juga, Solahudin, Sifat-sifat Allah dalam Perspektif Ahlussunnah dan Mu’tazilah: Studi Komparatif Tafsir Karya al-Tabari dan al-Zamakhshari, (Jawa Barat: Nusa Litera Insprirasi, Desember 2018), cet. ke-1, h. 85

110 Yang Maha Tersembunyi (al-Bâtin) adalah Dia yang tersembunyi hakikat

zat dan sifat-Nya, bukan karena tidak nampak, tetapi justru karena Dia sedemikian

jelas, sehingga mata dan pikiran silau bahkan tumpul sehingga tidak mampu

memandang-Nya. Ketersembunyian-Nya disebabkan oleh kejelasan-Nya yang luar

biasa dan kejelasan-Nya disebabkan oleh ketersembunyian-Nya. Cahaya-Nya adalah

tirai cahaya-Nya. Lihat, M.Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi, (Jakarta:

Lentera Hati, Muharram 1420/April 1999), cet. ke-2, h. 333-334

111 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h 104

Page 176: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

162 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Ahli makrifat menetapkan bahwa nama-nama Allah SWT

menjadi terbatas jika dipahamai secara parsial dan menjadi tidak

terbatas jika dipahami secara holistik. Nama-nama Allah harus

dipahami sebagai manifestasi-Nya di dunia dan akhirat yang

merupakan dua tempat penamapakan-Nya dari sejumlah tempat

penampakan lainnya. Tempat-tempat tersebut terus berlangsung

tanpa batasan waktu.

Maksud demikian itu adalah kiamat merupakan perumpamaan

perubahan, pergantian, dan pengembalian alam nyata menuju alam

tersembunyi sebagaimana dunia sebagai penampakan Yang Maha

Tersembunyi melalui segala sesuatu yang nampak. Walaupun

terdapat banyak nama namun pasti substansinya hanya pada empat

nama; Yang Maha Awal, Yang Maha Akhir, Yang Maha Nyata,112

dan Yang Maha Tersembunyi. Yang Maha Awal, Yang Maha Nyata,

dan sejumlah nama yang berdekatan dengan dua nama tersebut

merupakan menifsetasi-Nya di dunia yang merupakan tahapan awal.

Sedangkan Yang Maha Akhir, Yang Maha Tesembunyi, dan sejumlah

nama yang berdekatan dengan dua nama tersebut merupakan

manifestasi-Nya di akhirat yang merupakan tahapan akhir.

Pandangan seperti ini terkadang diterima pada satu sisi namun tidak

diterima pada sisi lain.113

Sesungguhnya setiap nama Allah SWT mengandung ketetapan

hukum. Ketetapan hukum di akhirat tercermin pada nama-Nya; Yang

Maha Perkasa, Yang Maha Esa, Tempat Bergantung, Yang Maha

Mengembalikan, Yang Maha Menghidupkan, Yang Maha

Mematikan, dan lainnya. Ketetapan hukum di dunia tercermin pada

nama-Nya; Yang Maha Memulai, Yang Maha Awal, Yang Maha

112 Yang Maha Nampak (Al-Zâhir) merupakan sifat Allah yang dipahami

sebagai Dia yang nampak dengan jelas bukti-bukti wujud dan keesaan-Nya di pentas

alam raya ini. Nalar tidak dapat membayangkan betapa alam raya dengan serba

keindahan, keserasian dan keharmonisan dapat wujud tanpa kehadiran-Nya. Dia Al-Zâhir yang menunjukan kepada kita kerajaan dan kekuasaan-Nya dan menyadarkan

kita bahwa dalil-dalil wujud-Nya terbentang di alam luas ini. Dalam meneladani Al-Zâhir hendaklah kita nyata dengan karya-karya kita yang indah, serasi, baik, dan

benar karena cipataan-Nya selalu baik, serasi, dan harmonis. Lihat, Shihab,

Menyingkap Tabir…, h. 333-334

113 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 105

Page 177: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 163

Menemukan, dan lainnya. Adanya perubahan hanya ada pada nama-

Nya saja bukan pada zat-Nya. Nama-nama tersebut tertuang dalam

sejumlah ayat Al-Qurân, yaitu: ي ب ر ال م ر م ن السم اء ا ل ال ر ض ث ي ع ر ج ا ل ي ه ف ي و م ك ان م ق د ار ه ج س ي د

ا ل ف س ن ة م ا ت ع دو ن Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian

(urusan) itu naik kepada-Nya114

dalam satu hari yang kadarnya

(lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS

Al-Sajadah/32: 5) ي ا ل ف س ن ة ئ ك ة و الرو ح ا ل ي ه ف ي و م ك ان م ق د ار ه خ س ت ع ر ج ال م لا

Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan

dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.115

(QS Al-

Ma’ârij/70: 4)

Perjalanan planet yang tujuh116

sebagian dilakukan secara

bersamaan dan sebagian secara sendiri-sendiri. Perjalanan secara

sendiri-sendiri atau setiap planet menghabiskan waktu selama seribu

tahun dan perjalanan secara bersama-sama menghabiskan waktu

selama tujuh ribu tahun. Yang demikian ini sesuai hitungan

matematis yaitu tujuh dikali tujuh sama dengan empat puluh

sembilan (7x7 =49) lalu dibulatkan menjadi lima puluh (50).117

Perumpamaan demikian itu adalah upaya memahami

perbuatan-Nya seperti; mendaki, turun, menampakan,

menyembunyikan, mengawali, mengembalikan, dan lainnya

sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qurân:

114 Beritanya yang dibawa oleh malaikat, Ayat ini suatu tamsil bagi

kebesaran Allah dan keagungan-Nya. Lihat, Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media 2005), h. 415

115 Para malaikat dan Jibril menghadap Tuhan memakan waktu satu hari,

Apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu lima puluh ribu tahun. Lihat,

Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta

Media 2005), h. 569

116Al-kawâkib al-sab’ah yang dimaksud Âmulî adalah al-samâwât (langit-

langit). Ini bisa dipahami melaui penjelasannya tentang langit dan ayat-ayat Al-

Qurân yang dikutipnya.

117 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 107

Page 178: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

164 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

ث ل ه ن ل ت ع ل م و ا ا ن الله ع ل ك ل الله الذ ى خ ل ق س ب ع س و ات و م ن ال ر ض م ش ي ئ ق د ي ر و ا ن الله ق د ا ح اط ب ك ل ش ي ئ ع ل ما

Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan)

bumi juga serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu

mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan

ilmu Allah benar-benar meliputi seala sesuatu.( QS Al-

Talâq/65: 12)

ت و ى ع ل ى ال ع ر ش و س خر ن ه ا ث اس الله الذ ى ر ف ع السموات ب غ ي ع م د ت ر و ت ل ع لك م الشم س و ال ق م ر ك ل يج ر ى ل ج ل م يا ل ال ب ر ال م ر ي ف ص س مى ي د

ب ل ق اء ر ب ك م ت و ق ن و ن

Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang

kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsh118. Dia

menundukkan matahari dan bulan; masing-masing beredar

menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan

(makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya),

agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu. (QS al-

Ra’d/13:02)

Dunia dan akhirat adalah dua tempat penampakan dari banyak

tempat penampakakan sebagaimana penampakan angka seratus dan

seribu yang sebelumnya dimulai dari angka satu. Walaupun dunia dan

akhirat sebagai tempat penampakan namun penampakan tersebut

tidak terbatas hanya di dua tempat itu karena penampakan pada dua

tempat itu juga terbatas karena sifatnya yang menyeluruh. Dengan

demikian kedua tempat penampakan itu pastilah harus kembali

kepada yang nampak. Seperti itulah hakikat pengembalian (al-

118 ‘Arsy/’Arsh adalah bentuk masdar dari kata kerja ‘arasha-ya’rishu-‘arshan

yang berarti: ‘bangunan’, ‘singgasana’, ‘istana’ atau ‘tahta’. Dalam Al-Qurân kata

‘arsy dan kata yang seasal dengan itu disebut 33 kali, tetapi pada umumnya yang

dimaksud adalah ‘singgasana’ atau ‘tahta Tuhan’. Terdapat penjelasan yang berbeda-

beda mengenai ‘arsy. Menurut Rashid Ridâ, ‘arsy adalah pusat pengendalian segala

persoalan makhluk Allah SWT di alam semesta. Menurut Jalaluddîn Al-Suyûtî,

Allah SWT menciptakan ‘arsy dan kursî dari cahaya-Nya. ‘Arsy melekat dengan

kursî. Para malaikat berada di tengah-tengah kursî. ‘Arsh dikelilingi empat buah

sungai: sungai berisi cahaya berkilauan, sungai berisi salju berkilauan, sungai berisi

air, dan sungai berisi api yang menyala kemerahan. Lihat, Tim Penyusun,

Ensiklopedia Al-Qurân: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 31-32

Page 179: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 165

ma’âd), yaitu kembalinya tempat penampakan kepada yang nampak.

Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qurân bahwa semua dalam

ketetapan-Nya dan Ia dalam kesibukan.119

ت ق ر ل ا ذل ك ت ق د ي ر ال ع ز ي ز ال ع ل ي م و الشم س ت ر ي ل م س Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah

ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (QS

Yasin/36: 38) ئ ل ه م ن ف السموت و ال ر ض ك ل ي و م ه و ف ش أ ن ي س

Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-

Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan (QS al-Rahman/55:29)

Setiap waktu dapat berarti waktu menurut ketetapan-Nya; lima

puluh ribu tahun, atau waktu dunia; tujuh ribu tahun untuk salah satu

urusan-Nya. Hal demikian itu ibarat penerimaan ketentuan di antara

sifat-sifat-Nya, penampakan di antara penampakan-penampakan-Nya,

tahapan di antara tahapan-tahapan-Nya seperti turun, naik,

menampakan, menyembunyikan, dan lainnya. Semua keadaan adalah

penampakan perbuatan. Semua perbuatan adalah penampakan sifat,

Seluruh sifat adalah penampakan nama, seluruh nama adalah

penampakan zat, dan kesempurnaan zat adalah tidak terbatas.120

Semua perbuatan, sifat, nama, dan kesempurnaan adalah tidak

terbatas. Keadaan kembali secara pasrisial hanya akan terjadi secara

terbatas juga karena yang parsial mungkin untuk kembali menuju

yang global namun tidak sebaliknya. Pengembalian tersebut terjadi

tanpa imajinasi bentuk sebelumnya namun tidak mengurangi

substansinya. Sebagian nama yang mencakup sebagian lainnya bukan

penyebab terjadinya pengembalian. Yang Kekal pasti kekal dan yang

binasa pasti binasa. Pemahaman seperti itu diperuntukan untuk

mereka yang memiliki hati dan pendengaran.121

Dalam Al-Qurân

dinyatakan,

119 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 108

120 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 109

121 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 109

Page 180: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

166 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

ر ة ذل ك ي و م م م و ع ل ه الناس و خ ي ة ل من خ اف ع ذ اب ال ا ن ف ذل ك ل ر ه إ ل ل ج ل م ع د و د )( ي و م يأ ت ل ت ك لم ه ود )( و م ا ن ؤ خ ذل ك ي و م م ش

ن ه م ش ق ي و س ع ي د )( ف ا ما الذ ي ن ش ق و ا ف ف ى النار ل م ف ي ه ا ن ف س إ ل ب ذ ن ه ف م ر و ش ه ي ق )( خل د ي ن ف ي ه ا م ا د ام ت السموات و ال ر ض إ ل م ا ش اء ز ف ي

ر بك إ ن ر بك ف عال ل م ا ي ر ي د )(Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat pelajaran

bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Itulah hari

ketika semua manusia dikumpulkan (untuk dihisab) dan itulah

hari yang disaksikan (oleh semua makhluk) (103) Dan Kami

tidak akan menunda, kecuali sampai waktu yang sudah

ditentukan (104) Ketika hari itu datang, tidak seorang pun

yang berbicara, kecuali dengan izin-Nya; maka di antara

mereka ada yang sengsara dan ada ang berbahagia (105) Maka

adapun orang-orang yang sengsara, maka (tempatnya) di dalam

neraka, di sana mereka mengeluarkan dan menarik nafas

dengan merintih (106) Mereka kekal di dalamnya selama ada

langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang

lain). Sungguh, Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa saja

yang dia Kehendaki. (107) (QS Hûd/11: 103-107)

Nama-nama Tuhan mengandung ketetapan hukum. Pada nama

Yang Pertama mengandung adanya perputaran dari pertama hingga

akhir. Keberadaan dunia dan semua hukum di dalamnya mengandung

ketetapan keberadaan akhirat dan hukum di dalamnya. Dunia sebagai

aktualisai nama-Nya Yang Awal dan Yang Nampak dan akhirat

sebagai aktualisasi nama-Nya Yang Akhir dan Yang Tersembunyi.

Begitu juga dengan nama-nama-Nya yang lain yang saling

berlawanan.122

Memahami wujud ibarat memahami sebuah kerajaan. Jika

pada sebuah kerajaan visual terdapat sultan, menteri, perdana

menteri, para tentara, dan para penjaga maka dalam kerajaan hakiki

pasti ada di dalamnya raja, menteri, perdana mentri, tentara, dan

penjaga. Sebagaimana setiap individu pada kerajaan visual

122 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 110

Page 181: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 167

menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, maka hal

yang sama juga terjadi pada kerajaan hakiki. Seseorang yang datang

ke raja meminta agar kebutuhan bahan pokoknya dipenuhi maka ia

dilayani oleh staf yang membidanginya. Bagi yang datang memohon

keadilan dari peraturan kota, maka ia dilayani oleh menteri yang

membidanginya, begitu seterusnya karena urusan kerajaan tidak

berjalan efektif tanpa para pembantu raja. Pada kerajaan hakiki, saat

si fakir memelas agar Allah memberikan kecukupan harta, maka yang

dituju adalah Yang Maha Kaya (al-Ghanî), saat si sakit merintih

memohon kesehatan maka yang dituju adalah Yang Maha

Menyembuhkan (al-Shâfî), saat si sesat memohon untuk diberikan

petunjuk, maka yang ditujunya adalah Yang Memberi Petunjuk (al-

Hâdî). Dengan demikian semua yang maujûd (yang ada) adalah

penampakan Yang Satu yang kepada-Nya semua maujûd kembali.123

Dalam Al-Qurân dinyatakan,

ت ه ى و ا ن ا ل ر ب ك ال م ن Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala

sesuatu) (QS Al-Najm/53: 42)

Ada rahasia pada semua yang terkait dengan pengaturan

(rubûbiyyah124). Seandainya rahasia itu terungkap maka rubûbiyyah

menjadi tertololak karena rubûbiyyah adalah urusan yang hanya bisa

dipahami dengan mengaitkan segala yang berhubungan dengannya.

Salah satu yang berkaitan dengan pengaturan adalah sesuatu yang

diatur (marbûb). Pengaturan/rubûbiyyah tergantung pada sesuatu

yang diatur/marbûb dan sesuatu yang diatur tergantung pada yang

123 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 110-111

124 rubûbiyyah merupakan suatu hal yang bersifat perennial dan primordial.

Artinya bahwa sejak zaman azali, ketika masih di alam arwah semua manusia

mengakui dan meyakini bahwa Allah sebagai Pencipta, Penguasa, Pengatur, dan

Pemelihara (Rabb) alam semesta. Pengingkaran manusia pada rubûbiyyah (keyakinan adanya Tuhan sebagai pencipta, penguasa, pengatur, dan pemeliharaan

alam semesta) atau ketidakberagamaan merupakan suatu hal yang menyalahi fitrah

(tabiah) dirinya, sedangkan segala sikap dan perbuatan yang menyalahi fitrah akan

mengakibatkan kehancuran. Lihat, UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung, Penerbit Angkasa, 2008), cet. ke-1, jilid II (I-S), h. 1035

Page 182: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

168 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

mengatu/rabb. Seandainya yang diatur tidak ada maka tidak ada

pengaturan, namun pengatur tetap ada. 125

Akal126

sehat menghukumi bahwa pada ketetapan hukum Yang

Memberi Derita bukanlah ketetapan hukum pada Yang Memberi

Manfaat, Yang Menghidupkan bukanlah Yang Mematikan, Yang

Memberi Petunjuk bukanlah Yang Menyesatkan, Yang Pertama

bukanlah Yang Terakhir dan nama-nama lain-Nya yang saling

berlawanan.

Sesungguhnya berdasakan ketetapan hukum, ada beberapa

nama perbuatan. Yaitu:

Nama yang ketetapan hukumnya tidak terputus dan bekasnya

tidak berakhir; seperti nama “penguasa” pada roh suci, roh

malaikat, dan semua yang tidak ada dalam sauatu masa (dunia)

namun ada dalam periode waktu tertentu.

Nama yang ketetapan hukumnya dan bekasnya tidak terputus

selamanya; seperti nama “penguasa” di akhirat karena

pemutus ketetapan hukum itu abadi maka nama itu juga

abadi/tidak terputus selamanya.

Nama yang hanya ketetapan hukumnya terputus namun

bekasnya tidak terputus; seperti nama-nama pada kehidupan

125 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 111

126 Menurut Âmulî, akal tidak bisa memberikan petunjuk tanpa syariat begitu

juga sebaliknya. Tanpa akal, sharîah tidak bisa dipahami. Akal ibarat pondasi dan

syariat adalah bangunannya. Pondasi tidak berarti apa-apa tanpa adanya bangunan.

Akal juga dapat diibaratkan dengan penglihatan dan syariat diibaratkan dengan

tanda. Mata menjadi tidak berarti apa-apa tanpa adanya tanda dari luar dan begitu

juga sebaliknya. Akal ibarat pelita dan syariat ibarat minyak. Tanpa minyak pelita

tidak menyala begitu juga sebaliknya. Dalam QS al-Nûr/24: 35 dinyatakan, “Allah

(pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti

sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di

dalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang

dinyalakan dengan minyak dari pohon yag diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang

tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir

menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis),

Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan

Allah membuat perumpaaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha

Mengetahui segala sesuatu. Lihat, Âmulî, Jâmi’ al-Asrâr…, h. 373.

Page 183: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 169

dunia yang bekasnya masuk dalam kegaiban ilahi seperti nama

“penguasa” di kehidupan dunia127

a. Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah

Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah (Kiamat Abstrak Kecil)

adalah kewaspadaan terhadap keadaan setelah kematian yang

diharapkan sebagaimana sabda nabi, موتوا قبل ان تموتوا

Matilah sebelum kalian mati من مات فقد قامت قيامته

Seseorang yang sudah mati maka kiamatnya sudah tiba

Berkaitan dengan ini, seorang bijak menyatakan,

مت بلرادة تي بلط بيعة

Matilah karena keinginanmu maka hidupmu berkualitas

Kematian seperti ini terbagi menjadi empat jenis; merah, putih,

hijau, dan hitam. Kematian mutlak adalah ibarat terkendalinya hawa

nafsu. Sesungguhnya hawa nafsu juga mengalami kematian. Ia tidak

cenderung kepada zatnya, hasratnya, kebutuhan fisiknya, kecuali

dengan kematian. Jika nafsu cenderung ke arah bawah maka ia akan

menarik hati ke pusatnya sehingga hakikat kehidupan hati menjadi

mati yang berupa ketidaktahuan. Jika nafsu mati dari hawanya karena

dikendalikan, maka nafsu meninggalkan hati menuju alamnya; alam

kesucian yang penuh cahaya selanjutnya menuju alam zatnya yang

tidak lagi mengalami kematian selamanya.128

Kematian seperti ini

telah disinggung dalam Al-Qurân,

ى ب ه ف الناس ك م ن م ث ل ه ف ن اه و ج ع ل ن ا ل ه ن و را يم ش ي ي ا و م ن ك ان م ي تا ف ا ح ان و ا ي ع م ل و ن ن ه اك ذل ك ز ي ن ل ل كف ر ي ن م اك الظل م ات ل ي س ب ار ج م

Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan

Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di

127 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 112-113

128 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 114

Page 184: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

170 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

tengah-tengah orang banyak sama dengan orang yang berada

dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana?

Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan. (al-An’âm/6: 122)

Maksudnya, seseorang yang mati dalam kebodohan lalu

dihidupkan dengan penuh pengetahuan dan dibuatkan cahaya

untuknya agar bisa berjalan di hadapan manusia dalam keadaan penuh

pengetahuan dan kesempurnaan adalah tidak sama dengan orang yang

sedang dalam kegelapan dan kebodohan.

Menurut Ja’far bin Muhammad al-Sâdiq, “kematian adalah

tobat129

. Oleh karena itu bertobatlah. Seseorang yang bertobat

berarti ia telah membunuh jiwanya (nafs).” Dalam Al-Qurân

disebutkan,

ل ف ت و ب و ا ت اذ ك م ال ع ج ت م أ ن ف س ك م ب و ا ذ ق ال م و س ى ل ق و م ه يق و م ا نك م ظ ل م ر ئ ك م ف ت اب ع ل ي ك م إ نه ر ل ك م ع ن د ب ي ر ئ ك م ف اق ت ل و ا أ ن ف س ك م ذل ك م خ إ ل ب

ي م ه و الت ؤاب الرح Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai

kaumku! Kamu benar-benar telah menzalimi dirimu sendiri

dengan menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahan),

karena itu bertobatlah pada penciptamu dan bunuhlah dirimu.

Itu lebih baik bagimu di sisi Penciptamu, Dia akan menerima

129 Tobat adalah tahapan/maqâm pertama dalam tasawuf atau dalam jalan

menuju Tuhan yang bisa dilakukan setiap orang. Tobat berarti membalikkan

punggung seseorang dari kesia-siaan dunia, menyadari bahwa dunia adalah bangkai

busuk dan tempat bersandar yang rapuh sehingga bergerak maju mendekatki Allah.

Dalam Al-Qurân hukuman hanya diberikan kepada orang yang berbuat dosa, “kecuali

bagi mereka yang bertobat (setelah pelanggarannya) dan merasa yakin bahwa Allah

akan memaafkan, Allah Maha Pengampun, “Bagi mereka yang tidak beriman setelah

keimanan mereka, dan bertambah pula pengingkarannya, maka tobat mereka tidak

akan diterima dan mereka akan sia-sia.” Tobat (yang berarti kembali) adalah bagi

orang berdosa, berarti kembali kepada Allah, ketaatan kepada Allah, dan Allah juga

menampakkan melalui takdir-Nya menerima pertobatan itu. Tobat juga ditemukan

dalam doktrin ortodoks Muslim. Cyprian Rice, Berdialog Dengan Sufi-Sufi Persia. Penerjemah: Nuruddin Hidayat, (Jakarta: CV Pustaka Setia, Agustus 2002/Jumadil

Ula 1423), cet. ke-1, h. 55. Lihat juga, Margareth Smith, Rabi’ah: Pergulatan Spiritual Perempuan. Penerjemah: Jamilah Baraja, (Surabaya: Risalah Gusti, 2000),

cet. ke-3, h. 61

Page 185: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 171

tobatmu, sungguh, Dia-lah yang Maha Penerima Tobat, Maha

Penyayang” (QS al-Baqarah/2: 54) ي آء ع ن د ر ب م ي ر ز ق و ن و ات ب ل أ ح الذ ي ن ق ت ل و ا ف س ب ي ل الله أ م و ل ت س ب

ي ب ا آت ه م الله م ن ف ض له فر ح Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang

gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup, di

sisi Tuhannya mendapat rezeki (QS Âli ‘Imrân/3: 169)

Setelah selesai berperang dengan orang-orang kafir, Rasul

menemui para sahabatnya seraya berkata “kita baru saja selesai jihad

dan akan menuju jihad yang lebih besar”. Ucapan rasul tersebut

membua para sahabat seperti tidak paham mengingat asumsi mereka

memerangi orang-orang kafir adalah jihad besar. oleh karena itu para

sahabat langsung menanyakannya, “Wahai rasul, apa jihad yang lebih

besar?” rasul menjawab, “jihad yang lebih besar adalah jihad nafsu.

Pejihad adalah orang yang memerangi nafsunya.” Seseroang yang

mati dari nafsunya maka ia hidup dengan petunjuk Allah sehingga

terbebas dari kesesatan dan kebodohan. Kematian seperti itu disebut

dengan kematian merah130

yang merupakan satu totalitas kematian

menuju seluruh kematian.131

Berkaitan dengan itu sering terucap

ungkapan:

Bunuhlah aku wahai kepercayaanku karena dalam kematianku

terdapat kehidupanku, kematianku ada dalam kehidupanku dan

kehidupanku ada dalam kematianku

Terdapat dua penjelasan mengapa yang demikian itu

dinamakan kematian merah. Pertama, merah adalah warna darah

yang sering menetes dalam peperangan sehingga kematian seperti itu

dinamakan kematian merah. Kedua, merah adalah warna wajah yang

kemerahan sebab cahaya ilahi saat mati dalam peperangan.

130 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 114. Lihat juga, Muhammad ‘Abd al-Raûf

al-Munâwî, Al-Tawqîf ‘alâ Muhimmât al-Ta’ârîf: Mu’jam Lughawî Mustalahî, (Bairut: Dâr al-Fikr al-Mu’âsir,1990 M/1410 H), cet. ke-1, h. 684

131 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 114

Page 186: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

172 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Kematian putih adalah ungkapan rasa lapar yang menyinari

batin dan memutihkan hati. Selama seorang sâlik tidak kenyang

selama itu pula ia mati putih yang kemudian menghidupkan

ketajaman firasatnya. Seseorang yang kenyang perutnya maka mati

ketajaman firasatnya.132

Kematian hijau diumpamakan dengan memakai pakaian lusuh

yang tidak ternilai harganya. Seseorang yang dalam berpakaian

tidak mempertimbangkan pakaian mewah melainkan

mempertimbangkan pakaian itu bisa menutup aurat agar salatnya sah,

maka ia telah mati hijau karena hidupnya sudah nyaman dengan

kesegaran wajahnya yang menatap keindahan zat. Dalam syair

dinyatakan,

Jika kemuliaan seseorang tidak ternodai

maka pakaian apapun yang dipakai terlihat indah133

Kematian hitam adalah kematian hati. Seseorang yang tidak

menemukan dosa dalam hatinya maka ia bukan termasuk pecinta

sejati. Sebaliknya, itu dapat membuatnya senang dengan dosa karena

yang dilihat hanyalah sesuatu yang menyenangkannya tanpa

memikirkan apakah itu sesuatu yang baik atau buruk. Sebagaimana

untaian syair,

Aku temukan dosa terasa indah dalam kesenanganmu

Aku senang menyebut dosa sehingga keburukan

menghancukanku

Aku seperti musuh-musuhku yang aku cintai

Keberuntunganku darimu berarti juga keberuntungan darinya

Saat ia menyakitiku maka sengaja aku menyakiti diriku

Tidak ada darinya yang memuliakanku134

Keadaan seperti ini adalah mati hitam yaitu fanâ135 pada Allah

karena ia menyaksikan kehancuran dirinya melalui terungkapnya

132 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 115

133 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 115

134 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 115

Page 187: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 173

semua perbuatan yang dicintai. Dirinya mati dari semua yang dicintai

yang kemudian hidup dengan bantuan kehadiran al-wujûd al-mutlaq.

Bagi mereka disediakan surga yang bernama jannah nafsâniyyah. Di

dalamnya, Jiwa-jiwa menemukan segala yang dirindukan dan segala

yang menyejukan pandangan karena surga bisa disentuh yang di

dalamnya terdapat makanan dan minuman yang tidak ada habisnya

yang juga bisa disentuh. Dalam Al-Qurân dinyatakan,

ي ۶0ق ام ر ب ه و ن ه ى الن ف س ع ن ال و ى )و ا ما م ن خ اف م ( ف ا ن الج نة ه

(۶١ال م أ و ى )Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran

Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya,

(40) maka sungguh surgalah tempat tinggal(nya)(41) (QS Al-

Nâzi’at/79: 40-41)

Berikut ini tabel macam kematian dan simbolnya menurut Âmulî,

135 Fanâ adalah mengetahui, merasakan, dan meyakini kehancuran dan

kepunahan diri sehingga yang diketahui dan dirasakan hanya Allah SWT, tidak ada

yang benar-benar ada kecuali hanya Allah SWT. Dalam QS Al-Rahman/55: 26-27

dinyatakan ( 2٧( و يبق وجه ربك ذو الجلل و الكرام )26كل من عليها فان ) semua

yang ada di bumi akan binasa (26) Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai

kebesaran dan kemuliaan. Dalam ensiklopedi tawawuf, fanâ diartikan dengan lenyap,

hancur, sirna, atau hilang. Istilah ini muncul dalam kajian tasawuf setelah beberapa

sufi di abad III hijriyyah mengalami pengalaman spiritual sedemikian rupa, sehingga

mereka disebut mengalami fanâ. Sufi yang pertama kali berbicara kefanâan adalah

Abû Yazîd al-Bistâmî (w. di Bistam 261 H/875 M). Namun istilah fanâ bukan

muncul hanya karena adanaya fanâ dalam ucapan Abû Yazîd, melainkan juga karena

adanya shatahât (ungkapan-ungkapan aneh) yang muncul dari sejumlah sufi, atau

karena adanya tingkah laku dan keadaan yang diperlihatkan oleh mereka. Lihat,

Abû Ismâ’il ‘Abdullâh al-Ansârî, Manâzil al-Sâirîn, (Intishârât bîdâr, t. t..), h. 574.

Lihat juga, ‘Afîf al-Dîn al-Tilmisânî, Sharh Manâzil al-Sâirîn, (Tûnis: Markaz al-

Dirâsât wa Al-Ibhâts al-Iqtisâdiyyah wa al-Ijtimâ’iyyah) , h. 569-573. Lihat juga,

Ahmad Mahmûd al-Jazâr, Al-Fanâ wa al-Hub al-Ilâhî ‘inda Ibn ‘Arabî, (Jâmi’ah al-

Qâhirah: Maktabah Nahdah al-Sharaq 1991), UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung, Penerbit Angkasa, 2008), cet. ke-1, jilid I (A-H), h. 356

Page 188: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

174 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Tabel nomor 4: Jenis & Simbol Kematian

NO JENIS KEMATIAN SIMBOL

1 Kematian merah Darah shuhadâ dan warna wajahnya

yang tersinari cahaya ilahi.

2 Kematian putih Rasa lapar yang menyinari batin dan

memutihkan hati.

3 Kematian hijau Pakaian lusuh

4 Kematian hitam Kematian mencintai selain-Nya

b. Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah

Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah (Kiamat Abstrak

Menengah) adalah perupamaan matinya seseorang dari akhlak tercela

dan dari sifat-sifat buruk kemudian hidup dengan akhlak terpuji dan

berperangai mulia yang merupakan tujuan pengutusan rasul.

Sebagaimana sabdanya,

اوتيت جوامع الكلمAku diberikan jawâmi’ al-kalim١36

م الخلاقو بعثت لتمم مكار Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak

تلقوا بخلاق الله

Berakhlaklah dengan akhlak Allâh Perangai luhur merupakan salah satu nikmat agung yang

dinyatakan oleh-Nya,

و ا نك ل ع لى خ ل ق ع ظ ي م

Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang

luhur. (QS al-Qalam/68: 4)

Berbudi pekerti luhur dengan meneladani sifat-sifat-Nya

adalah keharusan untuk sampai kepada kebahagiaan abadi dan sampai

136 Jawami’ al-Kalim adalah kalimat ringkas, mudah diingat, tetapi

mengandung makna luas yang merupakan salah satu keutamaan Rasulullah saw.

Lihat, Ferdiansyah Aryanto, Aljawâmi’ al-Kalim, Artikel diakses pada 14 Maret

2019 dari http://mahadilmi.id/2013/12/22/al-jawaamiul-kalim/

Page 189: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 175

kepada-Nya yang semua itu tidak mungkin tercapai kecuali melalui

budi pekerti luhur. Itulah mengapa kita diperintahkan bersifat dengan

sifat-sifat-Nya dan berakhlak dengan akhlak-Nya.137

Dari sini Âmulî menilai bahwa jika sesorang kosong dari

perangai buruk tetapi penuh dengan akhlak Allah maka ia

sesungguhnya sedang mengalami ma’âd. Pencapaian akhlak Allah

semacam itu hanya hanya bisa dilakukan orang mumin. Dalam

Hadis qudsi dinyatakan,

ل يسعنى ارضى و ل سائى و لكن يسعنى قلب عبدى المؤمن

Bumi dan langit tidak membuat-Ku lapang. Yang membuat-

Ku lapang adalah hati hamaba-Ku yang mumin.

Dalam Hadis dinyatakan, قلب المؤمن عرش الله و قلب المؤمن وكر الله و قلب المؤمن بي اصبعي من

اصابع الرحن

Hati seorang mumin adalah ‘arsh Allah. Hati seorang mumin

adalah singasana (wakr) Allah. Hati seorang mumin ada di

antara dua jari dari jari-jari Al-Rahmân.

Semua itu adalah isyarat untuk berakhlak dengan akhlak-Nya

dan bersifat dengan sifat-sifat-Nya. Manusia adalah untuk hatinya

sebagaimana manusia di dalam alam untuk alam.138

Dalam Al-Qurân

dinyatakan,

ن ا ال م ان ة ع ل ى الس موات و ال ر ض ا ن و الج ب ال ف ا ب ي ا ن ي م ل ن ه ا و ع ر ض ن ه ا و ح ل ه ا ال ن س ان ا نه ك ان ظ ل و ما ج ه و ل ف ق ن م ا ش

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit,

bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk

memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan

melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh

manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat

bodoh. (QS al-Ahzâb/33: 72)

137 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 116

138 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 117

Page 190: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

176 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Manusia yang berada pada tahapan ini memperoleh warisan

berupa surga yang disebut Jannah Rûhaniyyah. Sebagaimana

dinyatakan dalam Al-Qurân, ع و ن )( و الذ ي ن ه م ع ن ق د ا ف ل ح ال م ؤ م ن و ن )( الذ ي ن ه م ف ص لت ه م خ اش ه م اللغ و م ع ر ض و ن )( و الذ ي ن ه م للزك وة ف اعل و ن )( و الذ ي ن ه م ل ف ر و ج

ه م ا و م ا م ع ل ى ا ز و اج ل ك ت ا يم ان ه م ف ا ن ه م غ ي ر م ل و م ي )( ف م ن حف ظ و ن )( ا لد ه م اب ت غى و ر اء ذل ك ف ا ولئ ك ه م ال عد و ن )( و الذ ي ن ه م ل منت ه م و ع ه

( ا لذ ي ن ر اع و ن )( و الذ ي ن ه م ع لى ص لوت م ي اف ظ و ن )( ا ولئ ك ه م ال و ار ث و ن )س ه م ف ي ه ا خل د و ن )( ي ر ث و ن ال ف ر د و

Sungguh beruntuh orang-orang yang beriman (1) (yaitu) orang

yang khusuk dalam salatnya, (2) dan orang yang menjauhkan

diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, (3) dan

orang yang menunaikan zakat, (4) dan orang-orang yang

memelihara kemaluannya, (5) kecuali terhadap istri-istri

mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka

sesungguhnya mereka tidak tercela, (6) tetapi baang siapa

mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah

orang-orang yang melampau batas. (7) dan (sungguh

beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan

janjinya, (8) serta orang yang memelihara salatnya, (9) mereka

itulah orang-orang yang akan mewarisi, (10) (yakni) yang akan

mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.(11) (QS

Al-Muninûn/23: 1-11)

Apabila manusia merubah akhlaknya dari yang tercela menjadi

terpuji, jiwanya keluar dari kegelapan akhak paling rendah,

prilakunya buruk dibinasakan, lalu menggantikannya dengan budi

pekerti luhur, mengaplikasikan sifat-sifat dan prilaku ilahi, dan

menegakkan ajaran agamanya, maka ia masuk surga abstrak sebelum

masuk ke surga visual. Surga semacam itu disebut dengan Jannah

Nafsâniyyah dan penduduknya disebut dengan penghuni dua surga.139

Sebagaiman dinyatakan dalam Al-Qurân,

139 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 117

Page 191: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 177

و ل م ن خ اف م ق ام ر ب ه ج نت Dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya

ada dua surga. (QS al-Rahmân/55: 46)

Apabila jiwa puas dengan perbuatan benar, bersih dari sifat-

sifat keji, terbebas dari induk keburukan yang tujuh; sombong,

angkuh, kikir, dengki, pelit, napsu, dan pemarah, serta terpenuhi

induk kebaikan yang tujuh; berpengetahuan, bijaksana, toleran,

rendah hati, dermawan, bijak, dan pemberani, maka jiwa tersebut

telah berprilaku baik dan adil yang merupakan puncak kesempurnaan

prilaku terpuji.140

Pembagian tujuh induk sifat baik dan buruk itu

telah dinyatakan dalam Al-Qurân, ن ه م ج ز ؤ م ق س و م ع ة ا ب و اب ل ك ل م ب ل ا س

(Jahannam) itu mempunyai tujuh pintu. Setiap pintu (telah

ditetapkan) untuk golongan tertentu dari mereka (QS al-

Hijr/15: 44)

Ketujuh pintu tesebut adalah Jahananm, Lazâ, Hutamah, Saqar,

Jahîm, Sa’îr, dan Hâwiyah. ‘Alî ibn Abî Tâlib pernah menanyakan

para sahabatnya tentang ketujuh pintu tersebut,

Ali : “Apakah kalian tahu bagaimana pintu-pintu neraka?”

Sahabat : “Seperti pintu-pintu ini.”

Ali : “Bukan. Pintu-pintu neraka adalah seperti ini” (seraya

meletakan satu tangannya di atas tangan lainnya dan

seterusnya141

Gambaran keberadaan neraka adalah berjenjang dari bawah ke

atas. Paling bawah adalah Jahannam untuk para munafik, lalu di

atasnya ada Lazâ untuk para musyrik Arab, lalu di atas Lazâ ada

Hutamah untuk para Majusi, kemudian di atas Hutamah ada Saqar

untuk sâbiîn, selanjutnya di atas Saqar ada Jahîm untuk para Nasrani,

di atasnya lagi ada Sa’îr untuk para Yahudi, kemudian di atas Sa’îr

ada Hâwiyah untuk para muslim yang berdosa.

140 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 117-118

141 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h.118

Page 192: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

178 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Berikut ini adalah tabel nama neraka dan penghuninya,

Tabel Nomor 5: Neraka dan Penghuninya Menurut Âmulî

NO. NAMA NERAKA PENGHUNI

1. Hâwiyah Muslim pendosa

2. Sa’îr Yahudi

3. Jahîm Nasrani

4. Saqar Sâbiûn142

5. Hutamah Majusi

6. Laza Musrik Arab

7. Jahannam Munafik

Tidak seperti neraka, Allah SWT meletakkan surga secara

membentang luas sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qurân,

ض أ ع دت و س ار ع و ا إ ل م غ ف ر ة م ن ر ب ك م و ج نة ع ر ض ه ا السموت و ال ر ل ل م تق ي

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan

mendapat surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang

disediakan bagi orang-orang yang bertakwa (Ali ‘Imrân/3: 133)

Surga tersebut terdiri dari delapan macam; al-Na’îm, al-

Firdaus, al-Khuld, al-Ma’wâ, ‘Adn, Dâr al-Salâm, dan Dâr al-Qarar.

Apabila ketujuh akhlak buruk berganti menjadi tujuh akhlak terpuji,

maka keadaan seperti itu membentuk surga-surga maknawi dan

rohani yang merupakan gabungan dari surga-surga tujuh sehingga

membentuk surga ke delapan.143

Surga ma’nawi dan segala isinya

diterangakan dalam hadis qudsi,

اعدت لعبادي الصالي ما ل عي رأت و ل أذن سعت و ل خطر على قلب بشر

142 Sâbiûn adalah pengikut para nabi dari golongan antara Yahudi dan

Nasrani. Lihat, Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-23, h. 19

143 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 118

Page 193: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 179

Disediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang

belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga,

dan belum pernah terpikir dalam hati manusia.

Dalam Hadis nabi, ان لله جنة ليس فيها حور و ل قصور و ل عسل و ل لب بل يتجلى ربنا

ضاحكاSesungghuhnya di sisi Allah terdapat surga yang di dalamnya

tidak ada pepohonan, tidak ada madu, tidak ada susu,

melainkan hanya ada Tuhan kami “sedang tertawa”. (Maha

suci Allah dari sifat-sifat makhluk-Nya.)

Pepohonan dan semua yang disebut di atas adalah jasmani

sedangkan surga adalah bersifat rohani. Perbedaan antara keduanya

sangat jelas. Dalam Hadis nabi disebutkan,

ى نفس مم د بيده ان الجنة و النار اقرب ال احدكم من شراك نعلهو ال ذDemi jiwa Muhammad yang ada dalam kekuasaan-Nya,

sesungguhnya surga dan neraka lebih dekat dari suara sendal

kalian

Maksud surga di sini adalah surga abstrak atau surga yang

tidak berbentuk materi. Berkaitan dengan ini ‘Alî ibn Abî Tâlib

menyatakan, “Akalnya hidup tetapi jiwanya mati sehingga

keagungannya hancur dan kebengisannya melembut, lalu limpahan

cahaya meneranginya sehingga jalan keluhuran nampak jelas, seluruh

pintu mengarahkannya menuju satu pintu keselamatan, dan kedua

kakinya berpijak pada keluhuran karena hatinya dipergunakan

semestinya sehingga Tuhannya ridâ kepadanya.”

Maksud dari menuju satu pintu keselamatan adalah menuju

surga yang berbentuk materi sebagaimana dijelaskan sebelumnya

bahwa ketika akhlak-akhlak buruk berganti menejadi akhlak-akhlak

mulia, maka pintu-pintu neraka yang abstrak menjadi pintu-pintu

surga kemudian semua pintu-pintu surga tersebut menuju ke satu

pintu paling agung yaitu pintu keridaan Allah SWT. ‘Alî ibn Abî

Page 194: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

180 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Tâlib menyatakan, rida adalah pintu pintu Allah yang paling mulia

yang sifatnya dan sifat penghuninya ditetapkan dalam Al-Qurân,144

لئ ك ه م خ ي ال ب ية ج ز اؤ ه م ع ن د ر ب م ا ن الذ ي ن آم ن و ا و ع م ل و ا الصل حت ا و ي الله ع ن ه م و ر ض و ا ع ن ه ج ن ت ت ر ى م ن ت ت ه ا ال ن ه ار خ ال د ي ن ف ي ه ا ا ب دا ر ض

ي ر به ذل ك ل م ن خ ش

Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan

kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.(7) balasan

mereka di sisi tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di

bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-

lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida

kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang

yang takut kepada Tuhan-Nya (Al-Bayyinah/98: 7-8)

را )( عل ي ه م ث ي اب س ن د س خ ض ر و و ا ذ ا ر أ ي ت ث ر أ ي ت ن ع ي ما و م ل كا ك ب ي ت ب ر ق و ح لو ا ا س او ر م ن ف ضة و س قه م ر ب ه م ش ر اب ط ه و را )( ا ن هذا ك ان ا س

ك و ر ا ل ك م ج ز اء و ك ان س ع ي ك م م ش

Dan apabila engkau melihat (keadaan) di sana (surga), niscaya

engkau akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan

yang besar (20) Mereka berpakaian sutera halus yang hijau dan

sutera tebal dan memakai gelang terbuat dari perak, dan Tuhan

memberikan kepada mereka minuman yang bersih (dan suci)

(21) Inilah balasan untukmu, dan segala usahamu diterima dan

diakui(Allah)(22) (QS al-Insân/76: 20-22)

Ayat-ayat ini mengisyaratkan adanya surga yang bisa

disaksikan substansinya dan segala nikmat di dalamnya.

c. Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah

Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah )Kiamat Abstrak Besar)

diumpamakan dengan fanâ tauhid seorang hamba bersama Al-Haq145

144 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 119

Page 195: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 181

sebagai hasil dari ibadah sunah yang ia kerjakan. Dalam Hadis qudsi

dinyatakan,

ل يزال العبد يتقرب ال بلنوافل حت احبه فاذا احببته كنت سعه و بصره ولسانه و يده و رجله فبى يسمع و بى يبصر و بى ينطق و بى يبطش وبى

يمشى Seorang hamba yang mendekatkan diri kepada-Ku melalui

ibadah sunah maka Aku mencintainya. Apabila Aku sudah

mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya,

penglihatannya, ucapannya, tangannya, dan lidahnya.

Sehingga bersama-Ku ia mendengar, bersama-Ku ia melihat,

bersama-Ku ia bicara, bersama-Ku ia menggores (memegang),

dan bersama-Ku ia berjalan.

Kiamat yang dihasilkan dari fanâ tauhid ini menghasilkan

surga meteril yang bisa disaksikan dan merupakan surga yang lebih

tinggi dari surga wâritsah dan surga nafsiyyah.

Pembagian surga semacam itu telah disinggung oleh Ibn

‘Arabî146

. Menurutnya, surga ada tiga: pertama Jannah Ikhtisâs Ilâhî,

145 Dalam ilmu kalam, al-Haq diyakini sebagai Allah SWT, zat yang

wujudnya pasti, azali, dan abadi. Hanya Allah yang haqq secara mutlak yang tidak

terikat pada situasi dan kondisi. Dalam Al-Qurân disebutkan,

ر ن ه ال ب اط ل و ا ن الله ه و ال ع ل ي ال ك ب ي ع و ن م ن د و ذل ك بأ ن الله ه و ال ق و ا ن م ا ي د

Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah al-Haq dan sesungguhnya

apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhya Allah

Dialah Yang Maha Tinggi, Maha Besar. (QS Luqman/31:30)

ر ف و ن ف ذل ك م الله ر بك م ال ق ف م اذ ا ب ع د ال ق ا ل الضلا ت ص ل ف أ ن Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka

tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu

dipalingkan (dari kebenaran)? (QS Yunus/10 :32)

Penjelasan lebih luas tentang Al-Haq, lihat, Ahamd Shafwan, Makna Al-Haq dalam Al-Qurân, (Disertasi Sekolah Pascasarjan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta: 1429 H/2008 M)

146 Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn ‘Alî ibn Muhammad ibn Ahmad

ibn ‘Abdillâh al-Hâtimî. Ia adalah putra dari ‘Abdullâh ibn Hâtim yang berasal dari

Qabilah Tayy. Ibn ‘Arabî biasa dipanggil dengan sebutan Abû Bakr dan dijuluki

dengan penghidup agama (muhyi al-dîn). Orang timur menyebutnya dengan al-

Page 196: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

182 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

surga ini untuk orang-orang tertentu. Mereka adalah bayi mulai saat

lahir hingga enam tahun, orang-orang yang tidak waras/gila, penganut

tawhîd al-‘ilmi, dan mereka yang belum tersentuh ajakan dakwah

nabi. Kedua Jannah Mîrâts. Surga ini untuk semua kriteria yang ada

pada penghuni surga pertama bisa masuk pada surga ke dua, orang-

orang mumin, dan orang-orang yang sebelumnya memasuki neraka.

Ketiga Jannah al-A’mâl. Surga ini adalah untuk orang-orang yang

masuk surga karena amal perbuatannya. Di sini mereka merasakan

tingkatan kenikmatan yang berbeda. Mereka yang lebih utama amal

perbuatannya memperoleh kenikmatan surga lebih banyak.147

Ibn ‘Arabî juga menjelaskan terdapat empat golongan

penduduk surga. Pertama, para rasul yang di dalamnya termasuk

para nabi. Kedua, para wali yang menyaksikan kehidupan para nabi

dan mengkituti ajaran-ajrannya dan Sharî’ah Tuhan-nya. Ketiga,

orang-orang mumin yang membenarkan dakwah para nabi. Keempat,

para ulama yang teguh dalam bertauhid serta mampu menjelaskan

keteguhannya secara logis.148

Dalam Al-Qurân dinyatakan,

اله ا ل ش ه د الله ا نه ل ا له ا ل ل ق س ط ل ل وا ال ع ل م قآئ ما ب ه و و ال م لائك ة و ا و ه و ال ع ز ي ز ال ك ي م

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia;

(demikian pula para malaikat dan orang-orang berilmu yang

menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha

Perkasa, Maha Bijaksana. (QS Âli ‘Imrân/3: 18)

ت و ا ال ع ل م د ر جت و الله ب ا ت ع م ل و ن ... ي ر ف ع الله الذ ي ن آم ن و ا م ن ك م و الذ ي ن ا و ر خ ب ي

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang

beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

Hâtimî atau Ibn ‘Arabî untuk membedakan dengan al-Qâdî Abû Bakr ibn al-‘Arabî.

Ia lahir hari Senin, 17 Ramadân 650 H/28 Juli 1165 M di kota Mursiyah, Andalusia.

Lihat, Muhyi al-Dîn Muhammad ibn ‘Alî ibn Muhammad Ibn ‘Arabî al-Hâtimî,

Fusûs al-Hikam, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003 M/1424 H), cet. ke-1, h.

12

147 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h.120

148 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 120

Page 197: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 183

beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu

kerjakan. (Al-Mujâdilah/58: 11)

Hanya ada dua cara untuk mengantarkan kepada ma’rifat allah.

Pertama adalah al-kashf, yaitu terbukanya tabir ilahi sehingga segala

sifat makhluk yang disandarkan kepada-Nya lenyap dan argumentasi

logika menjadi tidak dibutuhkan. Kedua adalah al-fikr, yaitu

menggunkan potensi kekuatan berpikir dan argumentasi rasional.

Sangat berbeda dengan cara pertama, pengguna cara ke dua ini

tekadang mengikutsertakan sifat-sifat makhluk dalam menjelaskan

ma’rifat allah sehingga rasa terbukanya tabir ilahi seolah dipaksakan.

Orang yang tidak menggunakan salah satu atau keduanya dari ilmu

ini dalam bertauhid maka ia hanyalah seorang muqallid.

Namun demikian, ada orang-orang yang sampai kepada

ma’rifat allah tanpa melalui kedua cara tersebut. Contohnya, orang-

orang berilmu yang menyaksikan kesaan Allah melalui tanda-tanda

atau penglihatan langsung karena mereka pada tingkat peng-esa-an

secara zat yang bisa dijelaskan menggunakan penjelasan Sharî’ah

yang rinci. Yang seperti ini terkadang diberikan juga kepada ahli al-

kashf.

Saat menyaksikan Al-Haq di surga ‘adn, orang-orang yang

tergolong ahl ma’rifat allâh dibedakan menjadi empat tingkatan.

Pertama, tingkatan untuk para nabi dan rasul yang disebut dengan

ashâb al-manâbir yang merupakan tingkatan paling tinggi. Kedua

adalah para wali dan pewaris nabi yang mencontoh perkataan,

perbuatan, dan keadaan para rasul. Mereka adalah sahabat penduduk

‘arsh dan berada di sisi Tuhannya. Ketiga adalah orang-orang yang

mengenal Allah melalui identifikasi logika. Mereka adalah sahabat

penghuni kursî. Keempat adalah orang-orang mumin pengikut ahl

ma’rifat allâh.149

149 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 121

Page 198: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

184 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Tabel Nomor 6: Hierarki Ahli Makrifat

Âmulî memuji penjelasan Ibn ‘Arabî tentang surga dan

penghuninya. Namun demikian, Âmulî juga mengangkat pendapat

ahlillâh yang meringkas bahwa:

Manusia hanya digolongkan menjadi dua; kafir dan muslim.

Kafir terbagi menjadi tiga; musyrik, kafir aslî seperti

penyembah patung dan berhala, dan ahl al- kitâb yang yang

meyamakan Allah dengan sifat dan nama makhluk-Nya

seperti Majusi, Yahudi dan Nasrani.

Ada tiga tingkatan neraka; neraka paling atas, neraka paling

bawah, dan neraka di antara paling atas dan paling bawah.

Ada tiga tingkatan orang muslim; para nabi, para rasul, dan

para wali mulai dari nabi Syits hingga imam Mahdi.

Ahl al-‘ilmi bi Allâh yang mencapai makrifat melalui kashf

dan yang melalui ilmu pengetahuan terbagi menjadi tiga; para

sufi, para ulama penegak syariat, dan orang-orang yang

beriman yang bertaklid dan yakin. Mereka ini terbagi menjadi

tiga juga; kelompok awam, khâs, dan khâs al-khâs yang

keberadaanya di surga sesuai dengan amal perbuatannya.150

Segala puji milik Allah yang telah memberikan kita petunjuk

mengenai hal ini. Tanpa petunjuk-Nya, pastilah kita tidak mengenal

yang demikian ini.

150 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 121

Ashâb al-Manâbir

Wali & Pewaris Nabi

Filosof

Mumin Pengikut Ahli Makrifat

Page 199: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 185

3. Ma’âd Ahl Haqîhah

a. Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah

Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah (Kiamat Abstrak Kecil)

adalah fanâ dalam bertauhid yang terlepas dari perbuatan-Nya, sifat-

Nya, dan zat-Nya sehingga sampai kepada penyaksian Satu Pelaku.

Hal yang demikian itu karena tirai perbuatan yang terbuka sebab

tajamnya penglihatan kalbu menjadi semakin naik lalu membuka

semua tirai sehingga semua perbuatan menjadi tidak tersaksikan,

yang terlihat hanya Satu Pelaku yang sedang menguasai segalanya,

berjaga di sisi kekuasaan dan otoritas-Nya, melindungi di sisi

penaungan dengan penuh pertimbangan. Pada keadaan seperti ini,

seseorang tidak lagi menyaksikan yang bukan Dia, yang dilihat hanya

banyaknya perbuatan yang berasal dari Satu Pelaku, Al-Haq SWT

Yang Maha Penting untuk terus diucap. Begitulah kiamat kecil,

ibarat mayat yang sedang dimandikan, ia pasrah, tawakal, dan

berserah diri sepenuhnya yang kesemuanya terlihat melalui perbuatan

bukan perkataan sehingga dirasakan bahwa pelaku sesungguhnya

adalah hanya Allah SWT.

Namun demikian, Ada perbedaan keadaan antara mayat dan

yang memandikan seperti ada perbedaan antara salat dan pelaku

salat. Walaupun bentuk salat satu namun pelaku salat tidak dalam

satu status. Seseorang yang memiliki pengetahuan salat, khusyu

dalam salat, serta merasakan kehadiran-Nya, pasti salatnya berbeda

dengan salat seseorang yang tidak memiliki pengetahuan salat, was-

was dalam salat, dan penuh kelengahan.

Pelaku salat khusyu dalam Al-Qurân dinyatakan,

ع و ن )( و الذ ي ن ه م ع ن ق د ا ف ل ح ال م ؤ م ن و ن )( الذ ي ن ه م ف ص لت ه م خ اش ال ل غ و م ع ر ض و ن )(

Sungguh beruntung orang-orang yang beriman (1) (Yaitu)

orang yang khusyuk dalam salatnya (2) dan orang yang

menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak

berguna. (QS al-Muminûn/23: 1-3)

Page 200: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

186 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

و الذ ي ن ه م ع ل ى ص لوت م ي اف ظ و ن )( ا ولئ ك ه م ال و ار ث و ن )( الذ ي ن ي ر ث و ن س ه م ف ي ه ا خل د و ن )( ال ف ر د و

Serta orang yang memelihara salatnya (9) Mereka itulah orang-

orang yang akan mewarisi (10) (Yakni) yang akan mewarisi

(surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (QS al-

Muminûn/23: 9-10)

Pelaku salat tidak khusyu dalam Al-Qurân dinyatakan: ت م و م ا ك ان ص لوت ه م ع ن د ال ب ي ق و ا ال ع ذ اب ب ا ك ن ت ا ل م ك اء و ت ص د ي ة ف ذ و

ف ر و ن ت ك Dan salat mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah

siulan dan tepuk tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan

kekafiranmu itu. (QS al-Anfâl/8: 35)

Begitulah maksud dari kiamat abstrak kecil yang dialami

pelaku tawhîd al-af’âl yang tidak lagi melihat perbuaatan selain

perbuatan-Nya. Setelah fanâ dari semua perbuatan visual maka

hasilnya adalah surga al-af’âl beserta isi dan nikmatnya yang

sesungguhnya, yaitu, menyaksikan Satu Pelaku. Dalam hal ini, ada

tiga surga yang dikhusukan untuk mereka yang fanâ dalam perbuatan

jasmani atau perbuatan rohani. Yaitu:, Jannah al-Af’âl, Jannah al-

Sifât, dan, Jannah al-Dzât.

Jannah al-Af’âl adalah surga visual seperti makanan lezat,

minuman nikmat, dan pasangan cantik atau tampan sebagai ganjaran

perbuatan mulia. Namun substansi dari surga visual itu adalah

penghuninya senang, gembira, dan merasa lezat dan nikmat saat

menyaksikan beragam perbuatan yang terpancar dari Satu Pelaku.

Keadaan seperti itu ibarat satu roh yang melekat pada semua objek

alam. Pelaku tawhid al-af’âl menyaksikan dirinya sebagai hakikat

insan yang sesungguhnya setelah menyadari jasad dan pergerakan

seluruh anggota tubuhnya. Para nabi, wali, dan ‘ârif merasakan

kehadiran Al-Haq dalam alam seperti merasakan roh pada jasad.

Dalam sabda nabi SAW disebutkan,

من عرف نفسه فقد عرف رب ه

Page 201: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 187

Seseorang yang mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya.

Dalam Al-Qurân,

ك م ح ت ي ت ب ي ل م ا نه ال ق ا و ل ي ك ف فق و ف ا ن ف س س ن ر ي ه م اي ت ن ا ف ال ب ر ب ك ا نه ع ل ى ك ل ش ي ئ ش ه ي د

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda

(kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka

sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qurân itu

adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu

menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS Fussilat/41: 53)

Dalam syair,

فرده لكن حججبه الكنةب و كل الذى شاهدته فعل واحد و ل يبقى بلشكال اشكال رتبة اذا مازال الستر ل ترغيه

Semua yang aku saksikan hanya Satu Perbuatan

Dengan kesendirian-Nya yang tertutup hijab

Jika hijab itu tetap ada maka kamu hanya melihat selain-Nya

(Penglihatan) semua yang tidak kekal dalam bentuk-bentuk

tingkatanya

Jannah al-sifat adalah surga nonmateriil. Surga macam ini

adalah kemunculan atau manifestasi sifat-sifat ilahi yang timbul

akibat hati yang lembut yang penuh dengan akhlak dan sifat rabani.

Jannah al-dzât adalah menyaksikan Satu-satunya Zat Yang

Maha Indah di saat segala sesuatu menampakan wajahnya. Surga

macam ini juga disebut dengan jannah al-rûh, yaitu surga hasil dari

menjalankan tauhid zat dan mata roh telah dibubuhi hakikat celak

sehingga tidak bisa melihat selamanya kecuali hanya Yang Dicintai.

Singkatnya, maksud dari fanâ pelaku al-tawhîd al-fi’lî dan

kiamat kecil abstrak adalah jannah al-af’âl yang tingkatan materi dan

immaterinya sesuai tingkatan dan derajat pelakunya.

Berikut ini macam surga beserta deskripsi dan penghuninya:

Page 202: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

188 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Tabe Nomor 7 : Macam Surga, Deskripsi, dan Penghuninya

MACAM

SURGA DESKRIPSI PENGHUNI

Jannah al-Af’âl Surga materiil seperti hidangan

lezat & nikmat, pasangan cantik

atau tampan, dan semisalnya.

Pelaku Tauhid

Af’âl

Jannah al-Sifat Surga nonmateriil seperti

hadirnya manifestasi sifat-sifat

ilahi akibat lembutnya hati dan

akhlak rabani.

Pelaku Tauhid

Sifat

Jannah al-Dzât/

Jannah al-Rûh

Penyaksian Satu-satunya Zat di

saat selain-Nya menampakan

wajahnya.

Pelaku Tauhid

Zat

b. Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah

Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah (Kiamat Abstrak

Menengah) adalah keadaan fanâ dalam mengesakan sifat-sifat-Nya

sehingga sampai kepada penyaksian Satu Sifat. Yang demikian

adalah sebab terbukanya semua tirai sifat sehingga tirai penyaksian

selain-Nya pudar. Dengan demikian semua yang ada dan terlihat

hanyalah Satu Sifat yang memancar ke semua makhluk-Nya ibarat

kehidupan dalam tubuh manusia atau ibarat kemampuan berbuat pada

manusia dan hewan. Kemampuan berbuat pada manusia dan hewan

terlihat satu namun sesungguhnya yang satu itu adalah tersusun dari

kemampuan berbuat tiap anggota tubuh. Jika sudah seperti itu,

seseorang telah sampai pada al-qiyâmah al-wustâ al-ma’nawiyyah

dan terbebas dari sempitnya melihat yang bukan perbuatan-Nya,

yaitu kematian sebenarnya.

Dalam Al-Qurân dinyatakan,

ن ا ع ن ك غ طاء ك ا ف ك ش ف ل ة م ن هذ ف ب ص ر ك ال ي و م ح د ي د ل ق د ك ن ت ف غ ف Sungguh, kamu dahulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka

Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga

penglihatanmu pada hari ini sangat tajam. (QS Qâf/50: 22) Dalam syair sering diucapkan,

وذاك سر لهل العلم ينكشف تلفة العي واحدة و الش كل م

Page 203: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 189

Mata adalah satu namun bentuknya saling berbeda.

Bagi ahl al-‘ilmi itu (bisa) menyingkap tabir rahasia.

Abû Yazîd al-Bustâmî151

saat ditanya kabarnya di pagi hari ia

menjawab tidak ada pagi dan tidak ada siang. Pagi dan siang hanya

untuk mereka yang menyematkan sifat sedangkan aku, Abû Yazîd ,

tidak punya sifat. Nampak sekali bahwa tirai sifat bagi Abû Yazîd

telah tersingkap sehingga ia merasakan keadaanya.

Zat terhalangi oleh sifat dan sifat terhalangi oleh perbuatan.

Seseorang yang belum terbebas dari tirai perbuatan ia belum

bertauhid fi’lî, yang belum terbebas dari tirai sifat ia belum bertauhid

wasfî, yang belum terbebas dari tirai zat ia belum bertauhid dzâtî, dan

yang belum bertauhid pada ketiga tauhid ini maka islam dan imannya

belum sesuai tuntunan. Ia hanya berbentuk manusia namun

sesungguhnya ia bukanlah maunusia.

Dalam Al-Qurân dinyatakan,

م الذ ي ن ل ي ع ق ل و ن ا ن ش ر الدو اب ع ن د الله الص م و ال ب ك Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling

buruk dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli dan bisu

(tidak mendengar dan memahami kebenaran) yaitu orang-orang

yang tidak mengerti (QS Al-Anfâl/8: 22) را م ن الج ن و ال ن س ل م ق ل و ب ل ي ف ق ه و ن ب ا و ل م و ل ق د ذ ر أ ن لج ه نم ك ث ي

م ع و ن ب ا ا ولئ ك ك ال ن ع ام ب ل ه م ا ض ل ر و ن ب ا و ل م اذ ان ل ي س ا ع ي ل ي ب ص ا ولئ ك ه م ال غف ل و ن

Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari

kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak

dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan

mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk

151 Nama lengkapnya adalah Abû Yazîd al-Bustâmî Tayfûr bin ‘Îsa al-

Bustâmî. Ayahnya adalah seorang Majusi yang kemudian masuk Islam. Ia adalah

salah satu dari tiga bersaudara: Adam, Tayfûr, dan ‘Alî. Mereka semua ahli zuhud

dan ahli ibadah namun yang paling agung prilakunya adalah Abû Yazîd. Ia wafat

pada 261 H namun ada juga yang mengatakan ia wafat pada 234 H. Abû Yazîd

pernah ditanya bagaimana ia bisa sampai kepada makrifat Allah seperti itu lalu

dijawab bahwa ia mencapainya dengan perut lapar dan tubuh telanjang. Lihat, Abû

al-Qâsim ‘Abd al-Karîm bin Hawzân al-Qushairî, Al-Risâlah al-Qushairiyyah,

(Jakarta: Dâr al-Kutub al-Islamiyyah, 2011 M/1433 H), cet. ke-1, h. 41

Page 204: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

190 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka

mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk

mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan

ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang

yang lengah. (QS al-A’râf/7: 179)

Hasil penyaksian saat kiamat kecil ini adalah jannah al-shifat

yang segala isi kenikmatan dan keindahannya berupa penyaksian Satu

Sifat Yang Maha Mencintai secara jasmani dan atau rohani. Dalam

syair disebutkan,

تلى المحبوب ف كل وجهة

فشاهدته ف كل معنى و صورة

Muncul yang kucintai dari setiap arah

Aku saksikan dia pada tiap abstraknya dan bentuknya

c. Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah

Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah (Kiamat Abstrak Besar)

adalah ibarat fanâ dari penyaksian semua yang kekal menuju

penyaksian Zat Al-Haq. Dalam Al-Qurân dinyatakan,

ر ام )( ه ر ب ك ذ و الج لل و ال ك ك ل م ن ع ل ي ه ا ف ان )( و ي ب ق ى و ج Semua yang ada di bumi akan binasa (26) Tetapi wajah

Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal

(27) (QS al-Rahmân/55: 26-27)

م و ل ت د ع م ع الله ا ه ه ل ه ال ك لا اخ ر ل اله ا ل ه و ك ل ش ي ئ ه ال ك ا ل و ج و ال ي ه ت ر ج ع و ن

Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah.

Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala

sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi

wewenang-Nya. Dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan

(QS Al-Qasas/28: 88)

Keadaan seperti itu karena tirai zat Al-Haq terbuka,

penghalang keindahan dan keluhurun wujud-Nya musnah, dan

pembatas melihat selain-Nya pudar, sehingga yang tersaksikan

hanyalah zat-Nya Yang Maha Esa. Dalam syair dilantunkan,

Page 205: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 191

جالك ف كل القائق ساير و ليس له ال جلالك ساتر

Keindahan-Mu beradaptasi dengan semua realitas

(Keindahan) yang memiliki Keluhuran-Mu yang menabir semua

Ahli ma’rifah152 mengucapkan tidak ada yang ada kecuali Allah

SWT beserta nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-

perbuatan-Nya. Semua adalah Dia, dengan Dia, dari Dia, dan kepada

Dia. Dengan demikian sampai kepada tauhid zat dan berada di arena

kiamat besar yang di dalamnya menyaksikan maksud dari firman-

Nya,

د ي و م ه م بر ز و ن ن ه م ش ي ئ ل م ن ال م ل ك ال ي و م لل ال و اح ي ف ى ع لى الله م ل ال ق هار

(Yaitu) pada hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tidak

sesuatu pun keadaan mereka yang tersembunyi di sisi Allah.

(Lalu Allah berfrman): “Milik siapakah kerajaan pada hari ini?”

Milik Allah Yang Maha Esa, Maha Mengalahkan. (QS al-

Ghâfir/40 : 16)

Penyaksian maksud firman Allah di atas disebakan pandangan

tauhid yang menguasai semua zat dalam satu pemahaman bahwa

yang ada hanya Allah SWT. Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang

152 Menurut Ibn ‘Atâ Illâh, ma’rifah adalah memahami sesuatu (ada) pada zat

dan sifat Allah SWT. Ma’rifat dibedakan menjadi dua; ma’rifat umum dan ma’rifat

khusus. Maksud dari ma’rifat umum adalah menetapkan dan menyucikan wujud

Allah SWT dari semua yang tidak layak untuk disandarkan kepada-Nya. Makrifat

khusus adalah menyaksikan Allah SWT (ada) pada zat-Nya, sifat-sifat-Nya, nama-

nama-Nya, dan segala perbuatann-Nya. Menurut Ibn ‘Arabi, tingkatan ma’rifat ada

tiga: pertama, penyaksian/musyahadah. Kedua, melihat segala sesuatu melalui

argumentasi tauhid. Ketiga melihat Al-Haq pada setiap sesuatu. Ada tiga tingkatan

penyaksian. Yaitu: penyaksian makhluk pada Al-Haq, penyaksian Al-Haq pada

makhluk, dan penyaksian hanya Al-Haq. Lihat, Abû al-Wafâ al-Ganîmî al-

Taftâzânî, Ibn ‘Atâ Illâh al-Sakandarî wa Tasawwufuhû, (Al-Qâhirah: Maktabah al-

Anjalû al-Misriyyah, 1389 H/ 1969), cet. ke-2, h. 269. Lihat juga, Ahmad Mahmûd

al-Jazâr, Al-Fanâ wa al-Hub al-Ilâhî ‘inda Ibn ‘Arabî, (Jâmi’ah al-Qâhirah: Maktabah

Nahdah al-Sharaq 1991), h. 160

Page 206: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

192 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Megetahui segala sesuatu.153

Keawalan-Nya tidak merubah sifat dan zat keakhiran-Nya, kezahiran-

Nya tidak merubah sifat dan zat kebatinan-Nya, dan seterusnya.

Dalam Al-Qurân disebutkan,

ف ه م ح ت ي ت ب ي ل م ا نه ال ق ا و ل ي ك ف اق و ف ا ن ف س س ن ر ي ه م ايت ن ا ف ال ب ر ب ك ا نه ع ل ى ك ل ش ي ئ ش ه ي د )( ا ل ا ن ه م ف م ر ي ة م ن ل ق آء ر ب م ا لآ ا نه ب ك ل

ش ي ئ م ي ط Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda

(kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka

sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qurân itu

adalah benar. Tidak cukupkan (bagi kamu) bahwa Tuhanmu

menjadi saksi atas segala sesuatu? (53) Ingatlah, sesungguhnya

mereka dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan

mereka, ingatlah, sesungguhnya Dia Maha meliputi segala

sesuatu. (QS Fussilat/41: 53-54)

Itulah yang dinamakan penyaksian atau tauhid zat. Tidak ada

tauhid yang lebih tinggi dari tauhid macam ini. Tauhid ini adalah

tauhid khusus untuk orang khusus.154

Tauhid ini ditandai dengan adanya ketetapan, keteguhan dan

kestabilan dalam menjalankan perintah-Nya sebagaimana

difirmankan,155

و آء ت ق م ك م ا ا م ر ت و ل ت تب ع ا ه ه م و اس

Dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana

diperintahkan kepaamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti

keinginan mereka. )QS al-Shûrâ/42:15)

Ketetapan atau istiqamah dalam bertauhid semacam itu adalah

jalan lurus/sirât al-mustaqîm yang diibaratkan seperti dua titik yang

membentuk garis. Satu dari titik itu adalah al-shirk al-jallî dan satu

ر و الظ ه ر و ال ب اط ن و ه و ب ك ل ش ي ئ ع ل ي م 153 خ (QSAl-Hadîd/57:3) ه و ال ول و الآ

154 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 127

155 QS Al-Shûrâ/42: 15

Page 207: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 193

titik lainnya adalah al-shirk al-khaffî sedangkan sirât al-mustaqîm

ada di tengah-tengahnya. Penyaksian yang sangat dekat156

kepada

sirât al-mustaqîm dialami nabi Muhammad saat malam Mi’raj. Dalam

Al-Qurân diterangkan,

م ا ز اغ ال ب ص ر و م ا ط غ ى )( ل ق د ر أ ى م ن ء ايت ر ب ه ال ك ب ر ى )(Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang

dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya (17) Sungguh,

dia telah melihat sebagian tanda-tada (kebesaran) Tuhannya

yang paling besar (18) (QS Al-Najm/53: 17-18)

Seseorang yang memalingkan pendangannya ke batasan

pandangan hakiki maka ia telah keluar dari sirât al-mustaqîm157 dan

masuk dalam kumpulan orang-orang musyrik dan sesat. Hendaklah

seseorang tidak menoleh ke kanan yang merupakan simbol dunia atau

al-jam’u dan tidak juga menoleh ke kiri yang merupakan simbol

akhirat atau al-taffarruq. Hendaklah ia menyaksikan antara keduanya.

Penyaksian semacam itu adalah penyaksian para nabi, rasul, dan wali

khusunya nabi Ibrahim AS dan anak-anaknya. Salah seroang ‘ârif

mengatakan “jauhilah berkumpul/al-jam’u dan berselisih/ al-taffarruq

karena perkumpulan mewarisi ketidakpercayaan/atheism dan

perselisihan menafikan Pelaku Mutlak. Oleh karena itu, gunakan

keduanya karena keduanya Penyatu Hakiki

Sehingga jaraknya (sekitar) dua busur panah ف ك ان ق اب ق و س ي أ و أ د نى 156

atau lebih dekat (QS al-Najm/53: 9). Dekatnya penyaksian itu menghasilkan

himbauan untuk tidak mengeraskan dan juga tidak merendahkan suara dalam salat

namun mencari jalan tengah di antara keduanya. ت ك ت اف ت ب ا و اب ت غ و ل ت ه ر ب ص لا dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat dan …“ ب ي ذل ك س ب ي لا

janganlah (pula) merendahkannya dan usahakanlah jalan tengah di antara kedua itu”

(QS al-Isrâ/17: 110)

157 Menurut Harun Nasution, sirât al-mustaqîm adalah ibarat jalan raya yang

memiliki berbagai jalur. Jalur-jalur tersebut adalah teologi, ibadah, hukum, politik,

falsafah, tasawuf, pembaharuan, dan lain-lain. Siapapun yang memilih jalur tersebut

selagi tidak keluar dari ketentuan Al-Qurân dan Hadis maka ia masih berada dalam sirât al-mustaqîm . Lihat, Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, (Jakarta:

UI-Press, 1986), cet. ke-2, h. 36-37

Page 208: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

194 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Surga pada kiamat ini adalah jannah al-dzât yang merupakan

puncak surga tertinggi yang dikhususkan untuk mereka yang dalam

bertauhid tidak lagi menyaksikan selain-Nya. Dalam Al-Qurân

dinyatakan,

ق ع ن د م ل ي ك م ق ت د ر )( د ا ن ال م تق ي ف ج ن ت و ع ي و ن )( ف م ل ك ص Sungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di taman-

taman dan sungai-sungai (54) di tempat yang disenangi di sisi

Tuhan Yang Mahakuasa (55) (QS Al-Qamar/54: 54-55)

Seseorang yang menyaksikan keberadaan selain-Nya maka ia

tidak bertauhid dan tidak bertakwa. Orang bertauhid adalah mereka

yang bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benar takwa, yaitu

dengan tidak menyaksikan selain-Nya. Hal ini harus terus dilakukan

sampai mati hakiki. Dalam Al-Qurân dinyatakan158

ل م و ن يا ي ه ا الذ ي ن ام ن و ا ات ق و ا لله ح ق ت قت ه و ل تم و ت ن ا ل و ا ن ت م م س Wahai orang-orang yanb beriman! Bertakwalah kepada Allah

sebenar-benarnya takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati

kecuali dalam keadaam muslim. (QS Âli ‘Imrân/3: 102)

Maksud dalam keadaan muslim adalah dalam keadaan

bertauhid zat bukan tauhid sifat atau tauhid perbuatan serta

meneladani Amîr al-Muminîn, ‘Alî ibn Abî Tâlib yang paham sekali

mengenai rahasia islam dan tauhid. Dalam satu ungkapannya

dinyatakan, “Aku ikat Islam dengan ikatan yang belum pernah diikat

oleh orang sebelumku. Islam adalah berserah diri, berserah diri

artinya yakin, yakin artinya membenarkan, membenarkan artinya

menetapkan, dan menetapkan artinya menjalankan, menjalankan

artinya perbuatan mulia” Firman Allah,

ل ق س ط ل ال ه ا ل ه و ل وا ال ع ل م قائ ما ب ش ه د الله ا نه ل ال ه ا ل ه و و ال م لئ ك ة و ا و م ()ال ع ز ي ز ال ك ي م لا ا ن الد ي ن ع ن د الله ال س

Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian

pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan

keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa,

158 Âmulî, Asrâr al-Sharî’ah…, h. 138

Page 209: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Konsep al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 195

Mahabijaksana. Sungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam

(QS Âli ‘Imrân/3: 18)

Dalam hal ini, cukup Allah SWT, para malaikat, dan orang

berilmu dari hamba-Nya yang menyaksikan. Sebagaiman dinyatakan

dalam Al-Qurân, ن ك م و م ن ع ن د ه لله ش ه ي دا ب ي نى و ب ي و ي ق و ل الذ ي ن ك ف ر و ا ل س ت م ر س لا ق ل ك ف ى ب

ع ل م ال ك ت اب Dan orang-orang kafir berkata, “Engkau (Muhammad)

bukanlah seorang rasul.” Katakanlah, “Cukuplah Allah dan

orang yang menguasai ilmu Al-Kitab menjadi saksi antara aku

dan kamu. (QS al-Ra’d/13: 43)

Berikut ini adalah tabel diskripsi al-ma’âd perspketi Sayyid Haydar

al-Âmulî,

Tabel nomor 7: Diskripsi al-ma’âd menurut Âmulî

No KIAMAT KOSMIK

1 Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Sûriyyah

Kiamat adalah kehancuran alam

semesta dan isinya

2 Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Sûriyyah

Kiamat adalah kembalinya alam

kepada bentuk semula.

3 Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Sûriyyah

Kiamat adalah kembalinya semua alam

rohani dari sejumlah akal dan sejumlah

jiwa menuju esensi pertama

4 Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah

Kiamat adalah kembalinya seluruh jiwa

yang berpencaran menuju satu jiwa.

5 Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah

Kiamat adalah kembalinya semua roh

yang memiliki ikatan dengan jasad

kepada satu roh besar.

6 Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah

Kiamat adalah kembalinya seluruh akal

kepada akal yang satu

KIAMAT AHL –TARÎQAH

7 Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah

Kiamat adalah keadaan waspada

terhadap kehidupan setelah mati.

Kewasadaan itu berbentuk kematian

merah, kematian putih, kematian hijau,

dan kematian hitam.

Page 210: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

196 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

8 Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah

Kiamat adalah matinya seseorang dari

akhlak tercela kemudian hidup dengan

akhlak terpuji dan berperangai mulia.

9 Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah

Kiamat adalah keadaan fanâ dalam

bertauhid bersama Al-Haq

KIAMAT AHL AL-HAQÎHAH

10 Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah

Kiamat adalah fanâ dalam bertauhid

yang terlepas dari perbuatan-Nya, sifat-

Nya, dan zat-Nya sehingga sampai

kepada penyaksian Satu Pelaku.

11 Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah

Kiamat adalah keadaan fanâ dalam

mengesakan sifat-sifat-Nya sehingga

semua tirai sifat terbuka dan

penyaksian selain-Nya pudar.

12 Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah

Kiamat adalah fanâ dari penyaksian

semua yang kekal menuju penyaksian

zat Al-Haq

Page 211: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

197

BAB V

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran

al-Ma’âd Sayyid Haydar al-Âmulî

Sayyid Haydar al-Âmulî biasa menguatkan pemikiran

eskatologinya dengan ayat-ayat Al-Qurân. Namun tidak setiap ayat

dijelaskan secara luas. Untuk memahami ayat-ayat Al-Qurân yang

digunakan sebagai penguat pemikiran eskatologinya maka perlu

penyelidikan makna dan kandungannnya melalui pendapat sejumlah

ahli tafsir.

Berikut ini adalah ayat-ayat Al-Qurân yang dijadikan penguat

dan peneguh penjelasan al-ma’âd Sayyid Haydar al-Âmulî yang

kemudian ditinjau dari pemahaman beberapa ahli tafsir:

A. Argumentasi Kiamat Kosmik

1. Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Sûriyyah

a. Tanda Hari Kiamat dalam al-Takwîr/81: 1-13

(و ا ذ ا الج ب ال س ي ت 2( و ا ذ ا النج و م ان ك د ر ت )١) ا ذ ا الشم س ك و ر ت ر ت )۶( و ا ذ ا ل ع ش ار ع ط ل ت )۳) ( و ا ذ ا ال ب ح ار ۵( و ا ذ ا ال و ح و ش ح ش

ر ت )( و ا ذ ا الن ف و س ز و ج ت ) ( بأ ي ذ ن ب ۸ء و د ة س ئ ل ت )( و ا ذ ا ال م و ۷س ج ر ت )۹ق ت ل ت ) ط ت )١۰( و ا ذ ا الصح ف ن ش ( و ا ذ ا ١١( و ا ذ ا السم اء ك ش

ي م س ع ر ت ) )١۳ (( و ا ذ ا الج نة أ ز ل ف ت ١2الج ح

“Dan apabila matahari digulung (1) Dan apabila bitang-bintang

berjatuhan (2) Dan apabila gunung-gunung dihacurkan (3 )

Dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak

terurus) (4) Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan

(5) Dan apabila lautan dipanaskan (6) Dan apabila ruh-ruh

dipertemukan (dengan tubuh) (7) Dan apabila bayi-bayi

perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya (8) Karena dosa

apakah dia dibunuh (9) Dan apabila catatan-catatan (amal

perbuatan manusia) dibuka (10) Dan apabila langit dilenyapkan

(11) Dan apabila neraka Jahim dinyalakan (12) Dan apabila

surga didekatkan (13)

Page 212: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

198 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Ayat ini menjelaskan hari kiamat dengan menyebut sejumlah

tanda-tandanya, menjelaskan peristiwa yang terjadi saat kejadiannya,

serta mengungkapkan segala yang telah dilakukan manusia. Selain

dari itu ayat ini juga menguatkan bahwa semua yang disampaikan

nabi saat itu adalah benar-benar nabi dan rasul ‘langit’ yang diterima

dari malaikat wahyu bukan dari shaitân dan menjadi jelas bahwa

sang nabi bukanlah seorang yang gila.1 Saat kejadian ini seluruh jiwa

mengetahui jelas semua perbuatan baik dan buruk yang pernah

dilakukan dan melihat jelas ganjaran yang akan diterima sehingga

semua berangan-angan memperoleh yang terbaik.2

Saat kiamat, matahari digulung3 seperti digulungnya surban

sebelum dipakai di kepala sehingga sinarnya menjadi tidak ada. Nabi

SAW bersabda, “sesungguhnya matahari dan bumi digulung pada hari

kiamat.” Matahari adalah pesuruh yang diperintahkan menyebarkan

cahayaanya di malam hari dan membungkus cahayanya di waktu

petang. Seperti pekerja yang mengumpulkan perlengkapannya dan

melipat buku kerjanya, maka pasti ada satu waktu yang

membebastugaskan pekerjaannya, sekalipun tanpa sebab.4

Ada enam peristiwa terjadi sebelum kiamat: Saat manusia

sibuk di pasar,

1. Tiba-tiba sinar matahari tidak ada.

2. Bintang-bintang berjatuhan.5

1 Muhammad Husain al-Tabâtabâî , Al-Mîzan fî Tafsîr al-Qurân fî Tafsîr al-

Qurân, (Bairût: Muassasah al-A’lamî li al-Matbû’ât, 1411 H/1991 M), jilid ke-10, H.

235

2 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Bairût: DârIhya wa al-

Turats al-‘Arabi, 1973 M/1394 H), cet. ke-3, jus ke30, h. 53

3 Menurut Ibn ‘Abbâs, matahari dimasukan ke dalam ‘arsh. Lihat, Al-

Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân, Jilid ke-10, Juz 19, h. 148

4 Badî’ al-Zamân Sa’îd al- Nûrshî, Risâlah al-Hashr, (Dâr al-Sûzlar li al-

Nashr), h. 155

5 Al-Dahhâk meriwayatkan dari Ibn ‘Abbâs, bintang-bintang bergelantungan

pada sejumlah rantai dibawah kendali para malaikat. Saat tiupan sangkakala

pertama ditiup maka mati seluruh makhluk bumi dan langit sehingga rantai-ranati

tersebut terlepas dari kontrol malaikat lalu saling berjatuhan. Saling berjatuahan

bintang-bintang ini disebut oleh sebagaian pendapat dengan hujan bintang sehingga

bintang yang di langit tidak tersisa karena semuanya jatuh menimpa bumi. Lihat,

Abû ‘Abdullâh Muhammad bin Ahmad al-Ansharî al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-

Page 213: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 199

3. Gunung-gunung terguncang, kacau, dan berbenturan hingga

menjadi satu.

4. Jin-jin merasa takut kepada manusia dan manusia takut kepada

jin.

5. Binatang-binatang darat dan burung-burung berbaur menyatu.

6. Unta-unta bunting diterlantarkan tuan-tuannya.6

Saat hewan-hewan liar dibangkitkan maka hewan-hewan

tersebut saling mengetahui bahwa sebagian dari mereka pernah

menjadi makanan unutuk sebagian lainnya. Sebagai makhluk yang

tidak terbeban syariat, hewan-hewan itu bisa saja melakukan protes,

bertikai dan saling membantah. Namun tidak satupun yang berbuat

demikian dikarenakan suasana yang sangat mencekam.7

Saat itu Jin berseru: kami datang membawa berita, bergegaslah

menuju laut-laut! Seketika laut-laut menjadi lautan api8, bumi dalam

sekejap beranjak turun ke permukan dasar ke tujuh paling bawah dan

Qurân, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1413 H/1993 M), Jilid ke-10, Juz 19, h.

149. Lihat juga, Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-31, h. 68

6 Abû al-Fidâ Ibn Katsîr al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-iv, h.

575. Unta-unta bunting yang ditelantarkan tuannya adalah ibarat harta yang sangat

berharga yang tidak dipedulikan pemiliknya karena pemiliknya sibuk dengan dirinya

sendiri. Unta, terlebih yang bunting, merupakan harta istimewa pada masyarakat

Arab saat itu dan saat kiamat unta-unta itu diterlantarkan begitu saja karena sibuk

oleh pemiliknya karena sibuk dengan dirinya sendiri. Ini sesuai dengan QS Al-

Shu’arâ 26: 88, S ي و م ل ي ن ف ع م ال و ل ب ن و ن إل م ن أت ى الله ب ق ل ب س ل ي م , yaitu di hari

harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap

Allah dengan hati yang bersih. Juga dalam QS ‘Abasa/80: 37, ئذ لكل امرىء منهم يوم setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup شأن يغنيه

menyibukannya. Lihat, Al-Tabâtabâî, Al-Mîzan fî Tafsîr al-Qurân fî Tafsîr al-Qurân, jilid ke-10, H. 236

7 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-31, h. 69

8 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Tabarî, Tafsîr al-Tabarî al-Musammâ Jâmi al-Bayân fî Tawîl al-Qurân, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1420 H/1999

M), jilid ke-12, h. 460. Menurut al-Marâghî, proses lautan menjadi panas dapat

diibaratkan cairan panas yang terus keluar dari mulut gunung merapi sehingga semua

daratan menjadi lautan cairan panas. Hal semacam itu pernah terjadi di Itali pada

1909 M dan tidak lama setelah itu terjadi lagi di Jepang. Lihat, Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, juz ke-30, h. 55.

Page 214: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

200 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

melesat naik ke langit ketujuh paling atas, lalu angin datang dan

mematikan semua manusia.9

Peristiwa laut menjadi api dikuatkan dengan Hadis dalam

sunan Abû Daûd, “Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali mereka

yang akan menunaikan ibadah haji, ibadah umrah, dan perompak

karena di bawah laut ada api dan di bawah api ada laut.

Ada tiga kelompok jiwa yang saling berbeda yang akan

disatukan saat kiamat. Ketiga kelompok jiwa itu adalah:

1. Jiwa yang keluar dari belahan kanan Adam AS. Catatan

kehidupan kelompok ini deserahkan ke tangan kanannya.

Mereka adalah penghuni surga.

2. Jiwa yang keluar dari belahan kiri Adam AS. Catatan

kehidupan kelompok ini deserahkan ke tangan kirinya. Mereka

adalah penghuni neraka.

3. Jiwa penghuni surga yang paling sedikit jumlahnya. Yaitu jiwa

para rasul, para nabi, al-siddîqûn, dan para shahîd.10

Menurut Ibn ‘Abbas, sebagaimana dikuti al-Qurtubî,11

Pada

hari kiamat semua jiwa dikelompokan menjadi tiga; jiwa para nabi

(al-sâbiqûn12), jiwa para penerima catatan hidup dengan tangan kanan

(ashâb al-yamîn), dan jiwa para penerima catatan hidup dengan

tangan kiri (ashâb al-shimâl). Semua jiwa tersebut membentuk ciri

penduduk surga dan penduduk neraka.

Pada zaman jahiliyyah, membunuh bayi perempuan dengan

cara mengubur hidup-hidup adalah hal biasa dengan alasan

kehormatan karena melahirkan bayi perempuan dianggap sebagai aib

dan cela. Saat kiamat bayi-bayi tersebut akan ditanya mengapa

9 Ibn Katsîr al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm, jilid ke-iv, h. 575

10 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-iv, h. 341

11 Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân, Juz 19, h. 231

12 Al-Sâbiqûn bisa berarti para nabi, orang-orang yang memperoleh derajat

surga paling tinggi, orang-orang yang mengalami salat dengan menghadap dua qiblat,

atau orang-orang yang bersegera memohon ampun dan bersegera melakukan

Page 215: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 201

mereka dibunuh hidup-hidup agar diketahui dan ditimpakan balasan

setimpal kepada pelaku pembunuhnya. Jika teraniaya memberikan

penjelasan tentang mengapa ia dianiaya maka tentulah pelaku

penganiayaan tidak bisa menghindar dari penjelasannya.13

Seseorang bertanya kepada nabi tentang ibunya yang rajin

bersilatul rahim dan selalu memuliakan tamu namun pernah

terjerumus ke dalam perbuatan jahiliyyah apakah ibunya masuk surga

atau tidak. Nabi menjelaskan bahwa ibunya tidak masuk surga

kecuali jika ia memperkenalkan ajaran Islam. Nabi memerintahkan

Qays bin ‘Ashim yang mengaku membunuh hidup-hidup sejumlah

putrinya untuk memerdekakan budak sebanyak anak yang dibunuh.

Lalu Qays menceritakan kepada nabi bahwa ia memiliki banyak unta.

Maka nabi menyuruhnya menyebelih unta gemuk untuk setiap anak

yang dibunuh. Setahun berikutnya, Qays menyerahkan seratus unta

betina kepada nabi sebagai shadaqah. Nabi menyebut peristiwa itu

dengan al-Qayshiyyah. Ketika nabi ditanya siapa saja yang masuk

surga, ia menjelaskan bahwa bayi permpuan yang dikubur hidup-

hidup masuk surga.14

Keterangan yang demikian menggugurkan pemahaan bahwa

Allah SWT akan menyiksa bayi-bayi musyrikin. Mereka tidak akan

disiksa karena mereka tidak berdosa. Bagaimana mungikin para bayi

disiksa selama-lamanya sedangkan kekejian ada pada para

penguburnya? Itulah mengapa yang disiksa adalah para pengubur

bukan yang dikubur.15

Kembali ke peristiwa kiamat. Saat lembaran-lembaran catatan

perbuatan duniawi diserahkan, Langit dihilangkan, neraka jahannam

menyala sebab dosa dan murka Allah, surga didekatkan kepada

penghuninya, maka saat itu setiap jiwa sadar terhadap apa yang telah

diperbuat.

kebaikan sebagaimana firman Allah س اب ق و ا ل م غ ف ر ة م ن ر ب ك م و ج نة ع ر ض ه ا السمو ات و .Lihat, Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm…, jilid ke-iv, h. 342 .ال ر ض

13Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm…, jilid ke-iv, h. 576

14 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm…, jilid ke-iv, h. 577-578

15 ‘Abd al-Jabbâr ibn Ahmad al-Hamdzânî, Mutashâbah al-Qurân, (Qâhirah:

Maktabah Dar al-Turtats, t. t.), jilid 1-2, h. 684

Page 216: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

202 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Bagaimana mungkin setiap jiwa tidak sadar dengan potret

hidupnya di dunia sedangakan saat itu langit dilenyapkan yang

berarti segala yang ada di atasnya; surga dan ‘arsh Allah lenyap ibarat

hewan sembelihan yang kulitnya sudah disayati dan terpisah dari

badan dan ibarat wadah-wadah yang tutup-tutupnya terlepas.16

b. Pembangkitan Para Pendusta dalam Al-Naml/27: 83,

ف و جا و ي و م ن ش ر م ن ك ل أ مة ت ن ا ف ه م ي و ز ع و ن يا م ن ي ك ذ ب ب “Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan dari

setiap umat segolongan orang yang mendustakan ayat-ayat

Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok)”

Ayat ini mengisahkan peristiwa hari kiamat dan kebangkitan

yang di dalamnya terdapat perkumpulan besar dalam satu kelompok.

Ada kaitan erat antara ayat ini dengan ayat sebelumnya17

yang

mengisahkan kemunculan sejenis hewan melata dari dalam bumi

sebagai tanda hari kiamat.

Hewan tersebut memiliki panjang 60 (enam puluh) hasta,

tingginya hingga menyentuh awan, dan jarak antara satu tanduk

dengan tanduk lainnya mencapai satu farsakh, yaitu 5 hingga 8 kilo

meter yang difungsikan untuk penunggannya. Hewan ini memiliki

empat kaki, dua sayap, bulu halus, dan jambul. Kepalanya seperti

kepala banteng, matanya seperti mata babi, telingannya seperti

telinga gajah, tanduknya seperti tanduk unta, dadanya seperti dada

singa, warnanya seperti warna macan tutul, pinggangnya seperti

pinggang sapi, ekornya seperti ekor unta, dan sepatunya seperti

sepatu unta.18

16 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-31, h. 71

17 Ayat sebelumnya adalah Al-Naml/27: 82 ,

ن ا ل م د ابة م ن ال ر ض ت ك ل م ه م أ ن الناس ك ان و ا ب ئ ايت ر ج ن ا ل ي و ق ن و ن و إ ذ ا و ق ع ال ق و ل ع ل ي ه م أ خ “Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis

binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa

sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat kami.

18 Al-Râzî, Tafsîr Fakr al-Râzi…, juz ke-24, h. 217

Page 217: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 203

Menurut Ibn Katsîr19

, ayat ini berkisah hari kiamat tentang

orang-orang kafir20

, zhalim dan para pendusta tanda-tanda kebesaran

Allah SWT. Mereka dan teman sejawatnya (alladzîna zalamû wa

azwâjahum) akan ditanya dalam keadaan hina tentang perbuatannya

selama di dunia. Golongan mereka yang berbeda-beda waktu masa

hidupnya akan dikumpulkan secara bersamaan.

Al-Zamakhsharî dan al-Râzî21

memahami kata ف ه م sebagai (mereka dibagi-bagi dalam kelompok-kelompok)ي و ز ع و ن

jumlah yang begitu banyak yang saling berpencar satu dengan lainnya

seperti halnya pasukan/junûd nabi Sulaiman. Dengan alasan itu pula

ia mengartikan kata faujan/sekelompok sebagai suatu perkumpulan

besar dan banyak sebagaiman dinyatakan dalam al-Qurân,22

خ ل و ن ف د ي ن الله أ ف و اجا ي د Manusia masuk agama Allah dengan berbodong-bondong (QS

al-Nasr/110:2)

19 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm…, jilid ke-3, h. 457

20 Al-Tabâtabâî , Al-Mîzan fî Tafsîr al-Qurân fî Tafsîr al-Qurân, jilid ke-24,

h. 218

21 Nama lengkapnya adalah Abû ‘Abd Allâh Muhammad bin ‘Umar bin al-

Husaini bin ‘Alî. Ia dilahirkan di Rayy pada 543 H/1149 M. Ia adalah ahli dalam

sejumlah ilmu pengetahuan seperti tafsir, ilmu kalam, fiqh, filsafat, dan kedokteran.

Karya-karyanya adalah al-Arba’în fî Usûl al-Dîn, al-Muhassal, dan Mafâtih al-Ghaib.

Ia juga mengulas kitab Isyârât dan ‘Uyûn al-Hikmah karya Ibn Sîna. Berbeda dengan

al-Ghazâlî, al-Râzî mengakui adanya pertentangan antara filsafat dan teologi dan ia

menjembatani keduanya. Walaupun terlihat bergantung pada Ibn Sina, namun al-

Razi menolak pandangan emanasionis Ibn Sina. Al-Razi wafat pada hari pertama

‘Idul Fitri 606 H/1210 M. Lihat, Ahmad Mahmûd Subhî, Fî ‘Ilm al-Kalâm, (Bairût:

Dâr al-Nahdah al-‘Arâbiyyah, 1985 M/1405 H), cet. ke-5, h. 277-278. Lihat juga,

Majid Fakhry, Sejarah Fislafat isalm:Sebuah Peta Kronologis. Penerjemah: Zaimul

Am, (Bandung: Mizan Media Ilmu, Januari 2002/Syawwal 1412), cet. ke-2, h. 121.

Lihat juga, Al-Râzî, Tafsîr Fakr al-Râzi…, Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-24, h.

218

22 Abû al-Qâsim Jâr Allâh Mahmûd bin ‘Umar bin Muhammad Al-

Zamakhsharî, Tafsîr al-Kassyâf, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah1424 H/2003 M),

jilid ke-3, h. 372

Page 218: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

204 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Al-Tabatabaî memahami kebangkitan pada ayat tesebut adalah

kebangkitan sebagian umat dari semua umat yang ada karena kata

min (dari) menjelaskan arti sebagian. Sebagian umat tersebut adalah

mereka yang mendustakan hari kebangkitan, mendustakan para nabi,

mendustakan para imam23

, dan mendustakan kitab-kitab Allah.

Adapaun mereka yang mendustakan hari kiamat dan ayat-ayat Quran

saja bukan termasuk golongan yang dibangkitkan pada ayat ini

dengan alasan bahwa kebangkitan bukan hanya ditujukan pada satu

kaum saja namun ditujukan kepada semua kaum yang ada.24

Al-Huwayzî memiliki pandangan yang sedikit berbeda.

Menurutnya, pengumpulan setiap umat dari golongan tertentu

bukan sifat hari kiamat karena pada hari kimat Allah SWT akan

mengumpulkan seluruh manusian dan tidak ada yang tertinggal

seorangpun. Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qurân,

ر ز ة و ح ش ر ن ه م ف ل م ن غ اد ر م ن ه م أ ح دا و ي و م ن س ي الج ب ال و ت ر ى ال ر ض ب

Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan

gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar

dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak kami

tinggalkan seorangpun dari mereka. (QS al-Kahfi18: 47)

Maksud dari pengumpulan itu adalah bahwa saat hadir imam

Mahdi, Allah SWT akan menghidupkan dua jenis kelompok orang;

orang-orang yang zalim, yang mendustakan ajaran-Nya, dan orang-

orang yang iklash, yang selalu patuh dengan ajaran-Nya. Kedua

23 Menurut syiah itsnâ ‘ashariyyah, imam adalah orang-orang yang benar-

benar memiliki komptensi kepemimpinan serta dijadikan sebagai referensi dalam

memahami hukum syariat. Orang-orang tersebut berjumlah dua belas. Mereka

adalah: (1) Abû Hasan ‘Alî bin Abî Thâlib (al-Murtadlâ). Lahir 23 tahun sebelum

hijrah nabi dan terbunuh pada tahun 40 H. (2) Abû Muhammad al-Hasan bin ‘Alî. (3)

Abû’ ‘Abdillâh al-Husain bin ‘Alî. (4) Abû Muhammad ‘Alî bin al-Husain. (5) Abû

Ja’far Muhammad bin ‘Alî (al-Bâqir). (6) Abû ‘Abdillah Ja’far bin Muhammad (al-

Sâdiq).(7) Abû Ibrâhîm Mûsâ bin Ja’far (al-Kazim). (8) Abû al-Hasan ‘Alî bin Mûsâ

(al-Ridâ). (9) Abû Ja’far Muhammad bin ‘Alî (al-Jawwâ). (10) Abû al-Hasan ‘Alî bin

Muhammad (al-Hâdî). (11)Abû Muhammad al-Hasan bin ‘Alî (al-‘Askarî). (12) Abû

al-Qâsim Muhammad bin al-Hasan (al-Mahdî) yang menghilang dan yang ditunggu.

Lihat. Muhammad Ridâ al-Muzfir, ‘Aqâid al-Imâmiyyah, (Bairût: Dâr al-Irshâd al-

Islâmî, 1409 H/1988 M), cet. ke-8, h. 100

24 Al-Tabâtabâî , Al-Mîzan fî Tafsîr al-Qurân fî Tafsîr al-Qurân, jilid ke-15,

h. 399.

Page 219: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 205

kelompok tersebut akan melakukan kebiasan sebelumnya sehingga di

antara mereka ada yang memperoleh pahala dan ada yang tertimpa

azab.25

2. Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Sûriyyah

a. Mudahnya Menggulung Langit dalam al-Anbiyâ/21: 104

ل ل ل ك ت ب ك م ا ب د أن أ ول خ ل ق ن ع ي د ه و ع دا ج ي و م ن ط و ى السم اء ك ط ي الس ن ا ان ك نا ف اع ل ي ع ل ي

(Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti menggulung

lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai

penciptaan pertama, begitulan Kami akan mengulanginya lagi.

(Suatu) janji yang pasti Kami tepati; sungguh, Kami akan

melaksanakannya. (QS Al-Anbiyâ/21: 104)

Ketakutan besar terjadi saat langit digulung seperti

digulungnya lembaran-lembaran26

buku. Bagi-Nya, melakukan itu

adalah semudah melakukan penciptaan pertama. Lembaran-lembaran

itu ibarat catatan amal manusia yang telah selesai ditulis oleh

malaikat penulis yang kemudian dilipat. Apabila lembaran tertutup,

tidak terlihat lagi segala yang tertulis meskipun tulisannya tidak

hilang atau terhapus. Demikian pula halnya langit bila ditutup atas

kuasa Allah SWT, “bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada

hari kiamat dan langit digulung dengan tangan tangan kanana-Nya”27

.

Dalam Hadis dinyatakan, “Sesungguhnya Allah menggenggam bumi

25 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, juz ke-4, h. 101

26 Menurut riwayat Abu Ja’far, Sijjil bukan berarti lembaran-lembaran

melainkan malaikat. Malaikat itu menurut al-Sadî adalah malaikat yang

bertanggungjawab terhadap lembaran-lembaran catatan manusia, jika seseorang

wafat maka lembaran catatan tersebut diantar ke al-Sijjil lalu dia melipat dan

meletakkannya di atas hingga hari kiamat. Menurut penjelasan Ibn ‘Abbâs, al-Sijjil

adalah nama laki-laki penulis wahyu nabi Muhammad saw. Dengan demikian dapat

dianalogikan perbuatan melipat langit semudah al-Sijjil melipat lembaran-lembaran

wahyu. Namun Abu Ja’far bin Jarir menyatakan di kalanan sahabat tidak dikenal ada

laki-laki bernama al-Sijjil. Semua penulis wahyu nabi dapat dikenali semua dan

tidak ada yang bernama al-Sijjil. Lihat. Tafsir Al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-3,h. 244

27 QS Al-Zumar/39: 67

Page 220: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

206 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

pada hari kiamat dan langit-langit dengan tangan kanan-Nya.28

Ini

artinya semua langit hilang dari pandangan dan pengetahuan

siapapun kecuali yang dikehendaki oleh-Nya.29

Selesainya catatan amal yang sudah digenggam sang Pencatat

sungguh menakutkan setiap individu. Ketakutan itu menjadi semakin

mengerikan karena rekaman itu diperlihatkan bersamaan dengan

bukti pengembalian setiap ciptaan-Nya sejak awal ada. Dengan

demikian pelakunya tidak bisa mengelak. Bagi-Nya sangat mudah

melakukan itu.

b. Siksa dekat dan siksa besar dalam al-Sajadah/32 :21

ع و ن ب ل ع له م ي ر ج و ل ن ذ ي ق ن ه م م ن ال ع ذ اب ال د نى د و ن ال ع ذ اب ال ك

“Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa

yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di

akhirat); agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”

Ayat ini menyatakan bahwa orang-orang fasik akan

didatangkan siksa yang dekat (al-‘adzâb al-adnâ) dengan harapan

mereka kembali ke jalan yang benar. Tujuan siksa yang dekat adalah

terhindarnya dari siksa yang besar (al-‘adzâb akbar) karena mungkin

saja seseorang yang tertimpa musibah ia akan sadar dan kembali ke

jalan yang benar sehingga selamat dari siksa besar. Namun Allah

SWT telah menyatakan bahwa mereka akan merasakan siksa yang

dekat sebelum merasakan siksa yang besar. Siksa yang dekat adalah

siksa di dunia sedangkan siksa yang lebih besar adalah siksa di

akhirat.30

Siksa akhirat31

sangat lama dan sangat pedih. Siksa dunia

hanya sebentar dan tidak sepedih siksa akhirat. Siksa di dunia

28 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm…, jilid ke-3,h. 244

29 Quraish Shihab, Tafsir al.-Misbah, vol. 8, h. 128. Lihat juga Al-

Zamakhsharî, Tafsîr al-Kashaf, . Jilid ke-3, h. 134

30 Al-Râzî, Tafsîr Fakr al-Râzi…, juz ke-25, h. 184

31 Dalam Al-Qurân tedapat sejumlah ayat yang menerangkan siksa akhirat.

Di antaranya adalah: Barang siapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah

muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu dibalasi, melainkan setimpal dengan

apa yang dahulu kamu kerjakan. (QS Al-Naml/: 90) Dan barang siapa yang

Page 221: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 207

mengakibatkan tersiksa mati sehingga tersiksa tidak lagi merasakan

pedih. Siksa dunia disebut sebagai siksa yang dekat karena langsung

dirasakan oleh pendosa. Siksa dunia tidak dinamakan siksa kecil agar

tidak memandang remeh perbuatan dosa32

. Lebih dari itu, siksa

dunia tidak hanya berbentuk hilangnya nyawa tetapi juga peristiwa

lainnya yang membuat sengsara seperti bermacam penyakit,

pembunuhan, kemelaratan yang berkepanjangan, dan lain

sebagainya.33

Menurut Al-Tabatabâî , ayat ini berkaitan dengan ayat

sebelumnya yang berkisah tentang orang-orang fasik yang mengikari

hari kebangkitan. Mereka dimasukan ke neraka karena di dunia

mengolok-olok keberadaan hari kebangkitan yang diyakini orang-

orang mumin.34

Az-Zamakhsharî menjelaskan orang-orang fasik tertimpa azab

dunia35

sebelum dirasakan azab akhirat. Namun demikian, walaupun

mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam,

mereka kekal di dalamnya selama-lamanya (QS Al-Jin/72: 23) Sedang mereka saling

melihat. Orang-kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus dirinya dari azab hari

itu dengan anak-anakny, dan isterinya, dan saudaranya, dan kaum familinya yang

melindunginya (di dunia), dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian

mengharapkan tebusan itu dapat menyelematkannya. Sekali-kali tidak dapat.

Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak. Yang mengelupaskan kulit

kepala (QS Al-Ma’ârij/70: 11-16) Lihat, Muhsin Qirâatî, Dosa; Salah Siapa?. Penerjemah: Najib Husain al-Idrus, (Pesona Khayangan Estate: Penerbit Qarina, Juli

2003/Jumaddil Awwal 1424), cet. ke-1, h. 171

32 Al-Râzî, Tafsîr Fakr al-Râzi…, jilid ke-9, juz 25, h. 163

33 Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr Al-Tabarî , Tafsîr al-Tabarî al-Musammâ Jâmi al-Bayân fî Tawîl al-Qurân, (Shirkah Maktabah wa matbaba’ah Mustafâ al-Bâbî

al-Sijlî wa Awlâduhû bi Mishrâ, 1388 H/ 1968 M), Juz ke-21, h., 109. Lihat juga Al-

Tabâtabâî , Al-Mîzan fî Tafsîr al-Qurân fî Tafsîr al-Qurân, jilid ke-16, h. 270.

34 Al-Tabatabâî, Al-Mîzan fî Tafsîr al-Qurân, jilid ke-16, h. 270.

35 Dalam Al-Qurân, banyak ayat-ayat yang berbicara tentang azab dunia

sebagai akibat dari perbuatan dosa. Di antaranya: Lalu orang-oang yang zalim

mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka.

Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena

mereka berbuat fasik (QS Al-Baqarah/2: 59), Jika mereka berpaling (dari hukum

yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah

menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa

mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang fasik. (QS al-

Mâidah/54 9), Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-

generasi yang telah kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah

Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum

Page 222: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

208 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

ia memahami siksa yang dekat sebagai siksa dunia namun ia juga

mengakui riwayat Mujahid yang menyatakan azab yang dekat

sebagai azab kubur.36

3. Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Sûriyyah

a. Menyatukan Kembali Tulang-belulang dalam al-Qiyâmah/75 :

4,

ب لى ق اد ر ي ن ع ل ى ا ن ن س و ى ب ن ان ه

(Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari jemarinya

dengan sempurna

Ayat ini meyakinkan mereka37

yang mengingkari hari

kebangkitan. Di sini ditegaskan bahwa Allah SWT mampu dan

pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yan lebat atas mereka dan

Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka. Kemudian Kami binasakan

mereka karena dosa-dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka

generasi yang lain. (QS Al-An’âm/6: 6) Maka itulah rumah-rumah mereka dalam

keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. (QS Al-Naml/27: 52)Lihat, Muhsin

Qirâatî, Dosa; Salah Siapa?. Penerjemah: Najib Husain al-Idrus, (Pesona Khayangan

Estate: Penerbit Qarina, Juli 2003/Jumaddil Awwal 1424), cet. ke-1, h. 170

36 Abû al-Qâsim Jâr Allâh Mahmûd bin ‘Umar bin Muhammad Al-

Zamakhsharî, Tafsîr al-Kasshâf, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah1424 H/2003 M),

jilid ke-3, h. 498. Al-Baidlawi juga menafsirkan azab yang dekat/azab dunia

ditimpahkan sebelum datang azab besar/azab akhirat. Lihat Nâshir al-Dîn Abî al-

Khair ‘Abdullâh bin ‘Umar al-Baidâwî, Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl, (Shirkah Maktabah wa Mutbi’ah Mustafâ al-Bâbî al-Hablî wa Awlâduhu, 1968

M/1388 H), cet. ke-2, h. 236

37 Menurut Ibn ‘Abbâs, ن س ان أ ن ل ن ن م ع ع ظ ام ه -yang dimaksud al أ ي س ب ال

insân (manusia) pada ayat ini adalah Abû Jahl karena ia adalah orang yang

menginkari kebangkita setelah kematian. Lihat, Muhammad Nawawî al-Jâwî, Al-Tafsîr al-Munîr li Ma’âlim al-Tanzîl, (Bairût: Dâr al-Fikr, 1994 M/1414 H), juz ke-2,

h. 477. Riwayat Ibn ‘Abbâs tersebut juga dinukil oleh al-Razi namun al-Razi

menambahkan pendapat mayoritas ulama ushûl bahwa manusia pada ayat tersebut

adalah mereka yang inkar terhadap hari kebangkitan. Lihat, Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-30, h. 217. Surat Al-Qiyâmah/75 : 3 ini diturunkan ketika ‘Umar ibn

Rabi’ah bertanya kepada nabi Muhammad SAW tentang kapan dan seperti apa hari

kiamat yang kemudian dijawab oleh Nabi ‘seandainya aku tentukan (waktu) hari

kiamat niscahya kamu tidak membenarkan jawabanku dan tidak percaya kepadaku,

atau kamu akan bertanya (juga) mungkinkah Allah SWT mengumpulkan kembali

tulang-tulang? Saat itulah ayat ini diturunkan. Lihat, Abû Hasan ‘Alî bin Ahmad al-

Wâhidî al-Nîsâbûrî, Asbâb al-Nuzûl, (Jakarta: Dâr al-Kutub al-Islâmiyyah, 2010

M/1431 H), cet. ke-1, h. 275

Page 223: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 209

berkuasa mengumpulkan dan menyatukan kembali tulang belulang

bahkan jari jemari tangan dan kaki yang sudah terpisah menjadi

seperti bentuk semula tanpa kurang sedikitpun38

. Tidak seperti yang

diyakini orang kafir bahwa tulang-tulang setelah terlepas dari tubuh

ia lambat laut akan menjadi abu lalu berpencaran satu dengan lainnya

kemudian bercampur dengan materi lain yang selanjutnya tertiup

angin sehingga mustahil kembali ke bentuk awal.39

Sesungguhnya

bagi Allah itu adalah mudah bahkan seperti itu bisa terjadi di dunia.40

Penggunaan kata jari-jemari (banân41) mengandung makna

keagungan penciptaan anggota tubuh itu yang berfungsi memegang,

mengepal, memijat, meremas, menusuk, mencengkram dan lain

sebagainya yang tidak bisa dilakukan makhluk lain, hewan

misalnya.42

Selain dari itu, sidik jari manusia diciptakan beda satu

dengan lainnya sehingga dengan satu sidik jari bisa diketahui siapa

pemilik jari.

Berkaitan dengan keistimewaan sidik jari, Al-Marâghî43

memahami kata ن س و ي dengan “mengumpulkan dan lalu

mempersatukan” sehingga dipahami bahwa jari jemari yang terpisah

dikumpulkan menjadi satu sehigga seperti kaki dan tangan unta atau

keledai yang tidak mampu melakukan yang bisa dilakkukan jari.

38 Shihâb al-Dîn al-Sayyid Mahmûd al-Alûsî al-Baghdâdî, Rûh al-Ma’ânî, fî

Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm wa al-Sab’ al-Matsânî, (Bairût: Dâr al-Fikr, 1978 M/1398

H), Juz ke-29, h. 173

39 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, cet. ke-1, juz ke-30, h. 217

40 Lihat, Ibn Katsîr Al-Dimashqî, jilid ke-4, h. 539. Lihat juga, Al-Tabatabâî,

Muhammad Husain, Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân, (Bairût: Muassasah al-A’lami li al-

Mathbu’at, 1991 M/1411 H), juz ke-20, h. 114

41 Banân adalah tulang-tulang kecil yang terdapat pada ujung jari-jari kaki

dan tangan. Dalam al-Mu’jam, Banân adalah bentuk banyak/jama’/plural dari

banana yang berarti ujung-ujung jari Lihat, Ibrâhîm Musthafâ, at. all., Al-Mu’jam al-Wasîth, (Istanbul: Al-Maktabah al-Islâmiyyah li Al-Thaba’ât wa al-Nashr wa al-

Tawzî’, t. t.), h. 72 Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Tafsirnya, (Jakarta:

Lembaga Percetakan Al-Qurân Departemen Agama, Mei 2009), cet. ke-3, jilid ke-10,

h. 439

42 Al-Tabatabâî, Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân, juz ke-20, h. 114

43 Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Juz ke-29, h. 146-147

Page 224: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

210 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Quraish Shihab kurang sepakat jika kata ن س و ي diartikan dengan

“mempersamakan” sehingga dipahami bahwa jemari yang memiliki

sidik jari yang saling berbeda akan disamakan pada hari kebangkitan.

Lebih lanjut ia menjelaskan,

“Sementara ulama memahami kata nusawwi dalam arti

mempersamakan. Sebagian yang menganut pendapat ini

menyatakan bahwa ayat tersebut mengingatkan manusia

tentang kuasa Allah yang dapat menjadikan jari-jari tangan

dan kaki manusia sama tanpa berbeda, seperti kaki dan

tangan unta atau keledai, sehingga tidak memiliki

keistimewaan seperti keadaanya sekarang ini. Walaupun

harus diakui kenyataan berbedanya sidik jari manusia dan

harus diakui pula kuasa Allah mempersamakannya,

memahami ayat di atas dalam makna tersebut sangat jauh

dari konteksnya yang pada dasarnya adalah bantahan kepada

kaum musyrikin yang mengingkari kuasa Allah

membangkitakan tulang-belulang manusia yang telah mati.”44

4. Al-Qiyâmah al-Sugrâ al-Ma’nawiyyah

a. Jiwa Yang Tenang dalam Al-Fajr/89: 27-30 ية )2۷ط م ئ نة )يأ ي ت ه ا الن ف س ال م ية م ر ض ع ى ا ل ر ب ك ر اض ( ف اد خ ل ى 2۸( ا ر ج

( ۳۰( و اد خ ل ى ج نت )2۹ف ع ب اد ى )“Wahai jiwa yang tenang! (27) Kembalilah kepada Tuhanmu

dengan hati yang rida dan diridai-Nya (28) dan masuklah

kedalam golongan hamba-hamba-Ku (29) dan masuklah ke

dalam surga-Ku (30)”

Menurut al-Qurtubî, seruan jiwa yang tenang bersumber dari

ucapan para malaikat saat kiamat yang ditujukan kepada para wali

Allah karena mereka telah yakin terhadap segala yang dijanjikan-

Nya. Al-Qurtubî mengakui adanya perbedaan pendapat tentang jiwa

yang tenang. Qatadah misalnya, ia berpendapat jiwa yang tenang

adalah jiwa orang muslim yang tenang terhadap janji-janji Allah

SWT sedangkan Mujahid berkeyakinan jiwa yang tenang adalah jiwa

44 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-

Qurân, (Penerbit Lentera Hati Januari 2009 M/ 1430 H), cet. ke-1, volume 14, h. 531

Page 225: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 211

yang yakin dan mengimani bahwa Allah SWT adalah tuhannya.

Pendapat lain menyatakan jiwa yang tenang adalah jiwa yang

selamat dari siksa Allah dan jiwa yang terus menyebut Allah

sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qurân,

ر الله ت ط م ئن ال ق ل و ب ال ر الله . أ ل ب ذ ك ذ ي ن آم ن و ا و ت ط م ئ ن ق ل و ب ه م ب ذ ك (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tenteam dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan

mengingat Allah hati menjadi tenteram. (QS al-Ra’d/13: 28)

Pendapat lain menyatakan jiwa yang tenang adalah jiwa yang

telah mendapat berita gembira saat kematian, saat dikumpulkan di

mahsyar, dan saat dibangkitkan. Berita gembira tersebut adalah

surga.45

Mengenai kronologis turunnya46

ayat tersebut, Ibn Katsîr,

mengutip riwayat Ibn ‘Abbâs yang menerangkan bahwa ayat

tersebut47

turun saat Abu Bakr48

sedang duduk dekat nabi lalu Abû

45 Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qurân, juz ke-20, h. 57

46 Turun berarti bergerak dari atas ke bawah. Turunnya Al-Qurân berarti

menempatkannya pada suatu tempat. Namun Al-Qurân bukan sesuatu yang

berbentuk (jismiyyân) yang tidak bisa disamakan dengan benda yang bisa turun atau

diturunkan dari atas ke bawah. Dengan demikian yang dimaksud diturunkan adalah

diberitahukan secara mutlak. Lihat, Muhammad ‘Abd al-‘Azîm al-Zarqânî, Manâhil al-‘Irfân fî ‘Ulûm al-Qurân, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003 M/1424 H), cet.

ke-1, H. 29

47 Ayat ke 27-28 ( ية )2۷يأ ي ت ه ا الن ف س ال م ط م ئ نة ) ية م ر ض ع ى ا ل ر ب ك ر اض 2۸( ا ر ج

48 Ia adalah’Abdullah bin Abi Quhâfah ‘Utsman al-Qurayshî al-Taymî,

seorang khalifah rasul yang menemani nabi Muhammad SAW di gua, terkenal

dengan kehati-hatiannya dalam menyampaikan hadits. Contohnya, saat seorang

nenek menanyakan bagian warisannya kepada Abu Bakar, Ia menjawabnya bahwa ia

belum menemukan penjelasan bagian warisan tersebut dalam Al-Qurân dan belum

juga mengetahui bahwa rasul pernah menyebutkan hal semacam itu. Mendengar

penjelasan Abû Bakr tersebut, al-Mughîrah berdiri dan menginformasikan kepada

Abû Bakr bahwa ia pernah mendengar hal itu di hadapan Nabi SAW dan Nabi SAW

memberikannya sebanyak seperenam. Namun demikian, Abû Bakr tidak langsung

percaya terhadap penjelasan al-Mughirah tersebut melainkan menanyakannya

kembali kepadanya apakah ada saksi mengenai hal itu yang kemudian Muhammad

bin Musallamah menjadi saksinya sehingga akhirnya Abû Bakr memberlakukan hal

itu kepada si nenek tersebut. Lihat, Shams al-Dîn Muhammad bin Ahmad bin

‘Utsmân al-Dzahabî, Kitâb Tadzkirah al-Huffâdz, (Bairût: Dâr al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 1998 M/1419 H), cet. ke-1, h. 9

Page 226: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

212 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Bakr berkata ‘alangkah indahnya itu.’ Lalu nabi berucap kepada Abû

Bakr bahwa malaikat akan membacakan itu saat kematian Abu

Bakr.49

Namun Ibn Katsîr, sebagaimana al-Qurtubî50

, menyatakan

adanya hadîts mursal hasan yang diwayatatkan oleh Sa’îd ibn Jabîr

yang menerangkan bahwa ayat tersebut bukan diturunkan tetapi

pernah dibacakan saat Abu Bakar51

duduk bersama nabi. Pendapat

ini dikuatkan dengan riwayat al-Dahhâk yang menyatakan bahwa

ayat ini turun saat Utsman bin ‘Affan berada di Bir Rûmah,

Madinah. Ada juga pendapat yang menerangkan ayat ini turun saat

Khubaib ibn ‘Adî52

disalib oleh penduduk Mekah. Mereka

menghadapkan wajah Khubaib ke arah Madinah namun Allah

membalikkannya ke arah kiblat. Abû Sâlih berpendapat lain lagi. Ia

menyatakan bahwa seruan jiwa yang tenang terjadi saat kematian

sedangkan perintah masuk kedalam hamba Allah terjadi saat hari

kiamat.

Menurut al-Zamakhsharî53

, ayat ini turun saat terjadi

perbincangan antara ‘Alî ibn Abî Tâlib dengan al-Walib ibn ‘Uqbah

bin Abî Mu’it:

49 Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-iv, h. 621

50 ‘Abdullâh Muhammad bin Ahmad al-Ansârî Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qurân, (Qâhirah: Dâr al-Katib al-‘Ilmi li al-Taba’at wa al-Nashr, 1387

H/1967 M), juz ke-20, h. 57

51 Ia adalah ‘Abdullâh –sering dipanggil ‘Atîq- bin Abî Quhâfah ‘Utsmân bin

‘Âmir bin ‘Amr bin Ka’b bin Sa’d ibn Taym ibn Murrah ibn Ka’b ibn Luay al-

Qurasyî al-Taymî. Rasul saw bersabda, “seorang mumin tidak membenci Abu Bakar

dan dan ‘Umar. Sebaliknya, Orang munafik tidak menyukai mereka”. ‘Umar bin al-

‘Âsh pernah bertanya kepada nabi, “wahai Rasulullah, Siapa lelaki yang paling kamu

cintai?” Rasul menjawa, “Abu Bakr”. Lihat. Syams al-Dîn Muhammad bin Ahmad

bin ‘Utsmân al-Dzahabî, Siyar A’lâm al-Nubalâ, (Qâhirah: Dâr al-hadîts, 2006

M/1427 H), jilid ke-2, h. 355-356

52 Nama lengkapnya adalah Khubaib ibn ‘Adî bin Malik bin ‘Âmir bin

Mujda’ah bin Jahjabay bin ‘Auf bin Kulfah bin ‘Auf bin ‘Umar bin ‘Auf bin Malik

bin al-‘Aus al-Ansârî al-Awsiyyî. Ia turut mengalami peristiwa perang Badr. Lihat

Ahmad bin ‘Alî bin Hajar Al-‘Asqalânî, Al-Isâbah fi Tamyîz al-Sahâbah, (Bairût:

Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2002 M/1423 H), jilid ke-2, h. 225.

53 Abû al-Qâsim Jâr Allâh Mahmûd bin ‘Umar bin Muhammad Al-

Zamakhsharî, Tafsîr al-Kasshâf, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah1424 H/2003 M),

jilid ke-3, h. 499.

Page 227: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 213

Al-Walid : “ Diam kau Ali! Aku lebih muda dari yang paling

muda, lisanku lebih fasih dari lisanmu, gigiku lebih

tajam dari gigimu, aku lebih berani darimu, dan aku

lebih tangguh darimu dalam pasukan.”

‘Alî : “ Diam kau al-Walid! Kau adalah orang fasik.”

Dari percekcokan itulah ayat ini turun secara umum baik

kepada orang mumin ataupun orang fasik. Atas dasar perselisihan

dialog itu pula Hasan54

bin ‘Alî bertanya-tanya kepada al-Walid

mengapa ia sampai berkata seperti itu kepada Ali padahal Allah SWT

telah menyebut ‘Alî sepuluh kali dalam ayat Al-Qurân dan menjuluki

al-Walid sebagai seorang fasik.

Masih berkaitan dengan ayat tersebut, Sa’îd ibn Jabîr

mengangkat peristiwa yang terjadi saat saat Ibn ‘Abbâs wafat. Ada

seekor burung yang belum pernah terlihat sebelumnya masuk ke

dalam keranda Ibn ‘Abbâs dan tidak diketahui burung tersebut keluar

dari keranda. Saat jenazah dikuburkan terdengar dari sisi kubur

lantunan suara yâ ayyatuhâ al-nasf al-muthm’innah irji’î ilâ rabbiki

râdliyatan mardlhiyyatan fa udkhulî fî ‘îbadî wa udkhulî jannatî

namun tidak diketahui siapa pembacanya.55

Mengingat betapa luar

biasanya jiwa yang tenang, rasul memerintahkan seseorang untuk

berdoa “ya Allah! aku minta kepada-Mu jiwa yang tenang, jiwa yang

yakin adanya pertemuan dengan-Mu, jiwa yang ‘Alî ibn Abî Tâlib

54 Ia adalah Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib bin ‘Abd al-Muthallib bin Hasyim

bin ‘Abd Manaf, lahir pada bulan Syaban tahun ke 3 Hijriyyah dan kakeknya

mengaqiqahkannya dengan seekor domba. Abu Hawra pernah bertanya kepada

Hasan seputar kehidupannya dengan Rasulullah. Lalu Hasan mengisahkan bahwa ia

pernah memakan sebutir kurma shadaqah lalu Rasulullah mengeluarkan kurma

tersebut dari mulut Hasan sambil bercanda dan mengingatkan kepada Hasan bahwa

Keluarga Muhammad tidak halal memakan hasil shadaqah. Lihat, Shams al-Dîn

Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmân al-Dzahabî, Siyar A’lâm al-Nubalâ, (Qâhirah:

Dâr al-hadîts, 2006 M/1427 H), jilid ke-4, h. 327

55 Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-iv, h. 621.

Lihat juga, Abdullâh Muhammad bin Ahmad al-Ansârî Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qurân, (Qâhirah: Dâr al-Katib al-‘Ilmi li al-Taba’at wa al-Nashr, 1387

H/1967 M), juz ke-20, h. 57

Page 228: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

214 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

terhdapa apa yang Kau telah takdirkan, jiwa yang puas terhadap

segala pemberian-Mu.”56

b. Awal Kembangbiak Manusia dalam al-Nisâ/4: 1,

ن ه ا ز و ج ه ا ة و خ ل ق م د يا أ ي ه ا الناس ات ق و ا ر بك م الذ ى خ ل ق ك م م ن ن ف س و اح را و ن س آء ن ه م ا ر ج ال ك ث ي و ب ث م

Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari diri yang satu dan (Allah) menciptakan

pasangannya dari (diri) nya, dan dari keduanya Allah

memperkembangkanbiakkan laki-laki dan perempuan yang

banyak.

Ayat ini menjelaskan bahwa manusia dan proses

perkembangbiakannya diciptakan oleh Allah SWT. Penciptaan dan

perkembangbiakan adalah salah satu bentuk nikmat yang diberikan

Allah SWT karena asal mula manusia tidak ada kemudian menjadi

ada, mati kemudian menjadi hidup, lemah kemudian menjadi kuat,

bodoh kemudian menjadi pintar, lapar kemudian menjadi kenyang,

dan seterusnya. Inilah yang di ucapakan nabi Ibrahim AS. Dalam Al-

Qurân dinyatakan,57

د ي ن ) ق ي )۷۸الذ ي خ ل ق ني ف ه و ي ه (۷۹( و الذ ي ه و ي ط ع م ني و ي س

)Yaitu) Yang telah menciptakan aku, maka Dia yang member

petunjuk kepadaku (78) Dan yang memberi makan dan minum

kepadaku (79) (Al-Shu’arâ/26: 78-79)

Dengan nikmat itulah manusia diseru bertakwa58

kepada Allah

SWT tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, antara

anak-anak dan dewasa, dan antara yang kuat dan yang lemah

sehingga laki-laki tidak menganiaya perempuan, dewasa tidak

56 Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-iv, h. 621

57 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-09, h. 164-165

58 Maksud dari takut kepada Allah SWT adalah takut terhadap azab-Nya

serta terus-menerus taat kepada perintah dan larangan-Nya. Lihat, Jalâl al-Dîn

Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Mahallî, et. al., Tafsîr al-Jalâlaini, (Jakarta: Dâr al-Kutub al-Islâmiyyah, 2011 M/1432 H), cet. ke-1, h. 128

Page 229: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 215

menzalimi anak-anak, dan seterusnya sehingga setiap individu

merasakan kebahagiaan dalam menjalankan kehidupannya.59

Selain

itu, proses perkembangiakan itu tersirat kekuasaan-Nya terhadap

segala sesuatu: kuasa mendatangkan nikmat dan kuasa menimpakan

azab. Oleh karena itu bertakwalah kepada-Nya agar tetap

memperoleh nikmat dan terhindar dari siksa.60

Seruan takwa ini

adalah perintah menyembah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-

Nya. Penciptaan manusai dari diri yang satu hedaklah menjadi

perhatian terhadap kekuasaan-Nya.61

Maksud dari diri yang satu adalah Adam AS dan maksud dari

pasangannya adalah pasangan Adam AS yaitu Hawa.62

Dari Adam

yang berjenis kelamin laki-laki dan Hawa yang berjenis kelamin

perempuan berkembang biak menjadi laki-laki dan perempuan63

lainnya dalam jumlah banyak hingga hingga bentuk banyak suku dan

banyak bangsa mulai saat kelahiran pertama hingga detik ini.

Keberadan seluruh manusia sesungguhnya sudah ada pada

tulang belakang Adam namun masih dalam bentuk Atom. Allah

SWT menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam sehinngga semua

manusia yang masih berbentuk atom keluar menjadi bentuk

sempurna. Pendapat yang demikian ini ditolak oleh mereka yang

memahami kembang biak manusia melalui pendekatan bahasa.

Mereka memahami kata dari keduanya secara methapor yang

diartikan dengan dari anak-anak keduanya. Dengan demikian

kembang biak manusia dimulai dari anak-anak Adam dan Hawa.64

Adam AS diciptakan setelah waktu asar hari Jumat hingga

malam hari sebagaimana dinyatakan dalam hadis,

عن أبى هريرة قال أخذ رسول الله صلى الله عليه و سلم بيدى فقال خلق الله عز و جل التربة يوم السبت و خلق فيها الجبال يوم الحد وخلق

59 Al-Tabatabâî , Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân, juz ke-4, h. 139

60 Al-Al-Zamakhsharî, Tafsîr al-Kashâf, jilid ke1, h. 452

61 Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-i, h. 553

62 Wahbah al-Zuhailî, Al-Tafsîr al-Munîr fî al-‘Aqîdah…, , jilid ke-3, h. 223

63 Al-Al-Zamakhsharî, Tafsîr al-Kashâf, jilid ke1, h. 451

64 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-09, h. 169.

Page 230: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

216 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

يوم الربعاء و الشجر يوم الثني و خلق المكروه يوم الثلاثاء و خلق النورد العصر من يوم بث فيها الدو اب يوم الخميس و خلق آدم عليه السلام بع

الجمعة ف آخر الخلق ف آخر ساعة من ساعات الجمعة فيما بي العصر ال 65الليل

Dari Abû Hurairah, ia berkata Nabi memegang tangan saya lalu

mengatakan “Allah SWT menciptakan tanah pada hari Sabtu

lalu di dalam tanah tersebut diciptakan gununug-gunung pada

hari Minggu, pohon-pohon diciptakan pada hari Senin, sesuatu

yang dimakruhkan diciptakan pada hari Selasa, cahaya

diciptakan pada hari Rabu, hewan-hewan dikembangbiakkan

pada hari Kamis, dan Adam AS diciptakan setelah waktu ashar

hari Jumat hingga malam”

Dari tulang rusuk Adam diciptakan pasangannya, Hawa

sebagaimana dinyatakan dalam Hadis,

66أن الله خلق زوجة آدم من ضلع من أضلاعهSesungguhnya Allah SWT menciptakan pasangan Adam dari

salah satu tulang rusuknya67

.

إن المرأة خلقت من ضلع و إن أعوج شيء ف الضلع أعلاه فإن ذهبت 6٨تقيمه كسرته

Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk dan

sesungguhya tulang rusuk paling bengkok adalah bagian

atasnya. Maka, jika kamu hendak meluruskannya (bisa jadi)

kamu mematahkannya.

Tulang rusuk yang dijadikan sebagai penciptaan Hawa AS

adalah tulang rusuk kiri. Allah SWT menciptakannya dari tulang

65 Abû al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj bin Muslim al-Qushairî al-Nîsabûrî,

Al-Jâmi’ al-Sahîh, (Bairût: Dâr al-Fikr, t. t..), jilid ke-4, juz ke-8, h. 127

66 Al-Tabatabâî , Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân, juz ke-4, h. 139

67 Nashîr al-Dîn Abi al-Khair ‘Abdullâh bin ‘Umar al-Baidâwî, Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Tawîl, (Shirkah Maktabah wa Mutbi’ah Mustafâ al-Bâbî al-Hublâ

wa Awlâduhu, 1968 M/ 1388 H), cet. ke-2, h. 201

68 Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-i, h. 554

Page 231: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 217

rusuk kiri Adam AS saat ia tidur. Ketika Adam AS bangun dari

tidurnya ia terperanjat melihat Hawa AS namun ia bersifat lemah

lembut kepada Hawa AS dan begitu juga sebaliknya.69

Kemudian dari keduanya berkembang biak laki-laki dan

perempuan. Ini menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan yang

telah, sedang, dan akan berkembang biak berasal dari jenis yang

sama. Hal itu merupakan tanda kebesaran Allah SWT. Sebagaimana

dinyatakan dalam Al-Qurân,

ك م ا ز و اجا ل ت س ن ك م و م ن ايت ه ا ن خ ل ق ل ك م م ن ا ن ف س ك ن و ا ا ل ي ه ا و ج ع ل ب ي يت ل ق و م ي ت ف كر و ن م و دة و ر ح ة ا ن ف ذل ك ل

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia

menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri,

agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia

menjadikan di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sungguh,

yang demikian itu benar terdapat tanda-tanda (kebesaran

Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS al-Rum/30: 21)

Sebagian mufasir menguatkan tafsirannya tentang penciptaan

manusia dari nafs wâhidah (diri yang satu) dan zawjahâ

(pasangannya) dengan surat al-Hujurât/49: 13,

يا أ ي ه ا الناس إ ن خ ل ق نك م م ن ذ ك ر و أ ن ث ى و ج ع ل نك م ش ع و ب و ق ب آئ ل ر م ك م ع ن د الله أ ت قك م إ ن الله ع ل ي م خ ب ي ر ل ت ع ار ف و ا إ ن أ ك

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami

jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu

saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu

di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah

Maha Mengetahui, Mahateliti. (al-Hujurât/49: 13)

Menurut Al-Tabatabâî,

70 yang demikian itu adalah keliru.

Terdapat perbedaan jelas antara kandungan al-Nisâ/4: 1 dan QS al-

Hujurât/49: 13. Surat al-Hujurât menerangkan bagaian seluruh

69 Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-i, h. 553

70 Lihat, Al-Tabatatbâî , Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân, juz ke-4, h. 140

Page 232: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

218 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

manusia disatukan dalam sebuah bangsa dan sebuah suku yang pada

mulanya berawal dari seorang laki-laki dan seorang perempuan

sebagaimana terjadi dalam kehidupan manusia. Tidak boleh sesama

manusia merasa dirinya paling mulia karena bangsanya, sukunya,

atau lainnya. Karena manusia paling mulia di sisi Allah adalah

manusia yang paling bertakwa. Sedangkan Surat al-Nisâ menjelaskan

bagaimana manusia diciptakan dari diri yang satu sehingga menjadi

laki-laki dan perempuan yang banyak yang kemudian membentuk

banyak suku yang berawal dari suku yang satu.

5. Al-Qiyâmah al-Wustâ al-Ma’nawiyyah a. Penciptaan yang Dimuliakan dalam Al-Hijr/15: 29,

د ي ن ى ف ق ع و ا ل ه سج ف إ ذ ا س وي ت ه و ن ف خ ت ف ي ه م ن ر و ح Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya dan

Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku71

ke dalamnya, maka

tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud

Menurut Abu Ja’ar, kata rûh dekat artinya dengan rîh (angin).

Ruh bergerak seperti bergeraknya angin. Rûh identik dengan rîh.

Kata rûh disandarkan kepada-Nya karena Dia telah memilih ruh nabi

Adam dari semua ruh sebagaiman telah memilih bayt (bangunan) dari

buyût (semua bangunan). Maksud dari Ruh-Ku adalah kekuasaan-Ku.

Ruh yang ada pada nabi Adam dan yang ada pada nabi Isa adalah ruh

yang diciptakan.72

Ibn Katsîr tidak banyak menjelaskan ayat ini. Ia hanya

menjelaskan keterkaitan ayat ini dengan ayat sebelumnya pada surat

yang sama yang mengisahkan penciptaan manusia (Adam AS73

) dari

71 Dengan ditiupkan ruh maka menjadi hidup. Kata ruh disandarkan kepada

Allah SWT (ruh-Ku) sebagai bentuk memuliakan Adam AS. Lihat. Wahbah al-

Zuhailî, Al-Tafsîr al-Munîr fî al-‘Aqîdah…, jilid ke-14, h. 29

72 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, Juz ke-3, h. 11-12

73 Pada ayat ini al-Baidâwî tidak memahaminya sebagai penciptaan Adam

AS melainkan penciptaan keturunannya. Namun pada ayat berikutnya, ketika Allah

memerintahkan malaikat tunduk sujud kepada manusia ia memahaminya sebagai

Adam AS. Ini dipahami ketika ia menafsirkan wa nafakhtu fîhi min rûhî (dan Aku

telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya) ia menjelaskan bahwa ruh adalah

(seperti) energy yang dipancarkan dari hati (qalb) pada rongga-rongga minum hingga

Page 233: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 219

tanah kering, dari lumpur hitam yang diberi bentuk, penciptaan jin-jin

dari api yang panas, dan perintah kepada malaikat agar tunduk

kepada Adam AS.

Menurutnya, Para malaikat tidak serta-merta langsung tunduk

sujud kepada Adam AS. Saat Allah SWT memerintahkannya tunduk

kepada Adam AS, para malaikat tidak mau melakukannya maka

Allah SWT menimpahkan api kepadanya sehingga terbakar. Lalu

Allah SWT menciptakan para malaikat lain dan diperintahkan untuk

tunduk kepada Adam AS namun mereka masih tidak mau

melakukannya maka Allah SWT menimpahkan api kepadanya

sehingga terbakar . Untuk ketiga kalinya Allah SWT menciptakan

para malaikat lain dan diperintahkan tunduk kepada Adam AS namun

tetap saja para malaikat tersebut enggan melakukannya sehingga

Allah SWT menimpahkan api kepadanya yang membuatnya terbakar.

Setelah itu Allah SWT menciptakan para malaikat lain dan

diperintahkan untuk sujud kepada Adam AS dan para malaikat ini

menjawab, “kami dengar perintahMu dan kami patuhi” Namun

Iblis74

tetap tidak mau tunduk sujud sehingga ia adalah makhluk

pertama yang kafir75

. Keterangan ini bersumber dari Hadis yang

diriwayatkan Ibn ‘Abbâs.76

ke bagian tubuh paling dalam. Pancaran energi tersebut membentuk sifat-sifat

kemanusiaan yang menjadikannya hamil (hâmil). Lihat, Nâshir al-Dîn Abû

Sa’îd’Abdullâh bin ‘Umar bin Muhammad al-Shayrâzî al-Baidâwî, Tafsîr al-Baidâwî al-Musammâ Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Tawîl, (Bairût: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah,

2003 M/1424 H), cet. ke-1, jilid ke-1, h. 529

74 Alasan Iblis enggan tunduk sujud kepada Adam AS adalah karena Iblis

merasa lebih baik dari Adam AS dengan Iblis tercipta dari api yang berarti simbol

tinggi melangit sedangkan Adam AS tercipta dari tanah yang berarti simbol rendah

membumi. Jelas api lebih mulia dari tanah sehingga yang lebih mulia tidak harus

menghormati yang rendah. Menuurt al-Syafi’i, Iblis bukan termasuk golongan

malaikat akan tetapi temasuk golongan jin dengan dalil QS al-Kahfi/18: 50, إبليس-Lihat, Wahbah al-Zuhailî, Al-Tafsîr al-Munîr fî al-‘Aqîdah…,cet. ke كان من الجن

14, h. 32

75 Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-2, h. 670

حدثنى جعفر بن مكرم, قال: ثنا أبو عاصم, قال: ثنا شبيب بن بشر, عن اكرمة عن 76الملائكة قال: إنى خالق بشرا من طي, فإذا أن خلقته فاسجدوا له, ابن عب اس قال: لما خلق الله

Page 234: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

220 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Menurut al-Zamakhsharî, Ayat ini adalah penjelasan Allah

SWT mengenai proses menghidupkan dan menyempurnakan

makhluk-Nya. Keadaan hidup makhluk bukanlah karena hembusan

roh. Sesungguhnya yang demikian itu hanyalah perumpamaan

bagaimana sesuatu menjadi hidup dan perumpamaan bagaimana

dalam sesuatu itu ada kehidupan.77

Al-Thabathabaî sedikit lebih luas menjelaskan ayat ini.

Menurunya, kata taswiyyah (penyempurnaan) berarti menjadikan

sesuatu sama persis dengan sesuatu itu sendiri. Kesamaan tersebut

tidak hanya pada bentuk utuh tetapi juga pada bagian-bagiannya.

Maka taswiyyah al-insân (penyempurnaan manusia) berarti

menjadikan seluruh anggota tubuh manusia ada sesuai tubuh masing-

masing. Dengan demikian ungkapan khâliqun78 basharan (pencipta

manusia) pada ayat sebelumnya dan ungkapan fa idzâ sawwaytuhû

فقالوا: ل نفعل, فارسل عليهم نرا فأحرقتهم, وخلق ملائكة أخرى فقال: : إنى خالق بشرا من فأبوا, قال: فارسل عليهم نرا فأحرقتهم, ث خلق ملائكة ’ طي, فإذا أن خلقته فاسجدوا له

فأبوا, قال: فارسل عليهم ’ الق بشرا من طي, فإذا أن خلقته فاسجدوا لهأخرى فقال: : إنى خنرا فأحرقتهم, ث خلق ملائكة أخرى فقال: : إنى خالق بشرا من طي, فإذا أن خلقته فاسجدوا له, فقالوا: سعنا و أطعنا, إل إبليس كان من الكافرين الولي

Lihat, Abû Ja’far Muhammad Jarîr Al-Tabarî, Jâmi’ al-bayân ‘an Tawîl al-Qurân, (Shirkah wa Maktabah wa Mutbi’ah Mustafâ al-Bâbi al –Hablî, 1968 M/1388

H), cet. ke-3, juz ke ١4, h. 31

77 Abû al-Qâsim Jâr Allâh Mahmûd bin ‘Umar bin Muhammad al-

Zamakhsharî, Tafsîr al-Kassyâf, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah1424 H/2003 M),

jilid ke-2, h.555

78Menurut Ibn ‘Arabi, Khâliq (Pencipta) adalah Zat yang membuat setiap

sesuatu menjadi mampu sebelum sesuatu tersebut ada yang kemudian dijadikan

menjadi ada. Asma al-Husna dipahami oleh seorang hamba bisa sebagai sesuatu

yang berkaitan dengan-Nya (ta’alluq), sebagai pengenalan nama-nama-Nya

(tahaqquq), dan sebagai representasi wujud-Nya (takhalluq). Saat seorang hamba

tidak memiliki pengetahuan cukup mengentai Zat Allah SWT maka asma al-husna

pada tahapan ini disebut dengan ta’alluq. Saat seorang hamba memahami arti dari

nama-nama-Nya kemudian dikaitkan dengan perbuatannya, maka asma al-husna

disebut dengan tahaqquq. Sedangkan jika seorang hamba berbuat dan perbuatannya

dikarenakan perbutan tersebut adalah “perbutan” Allah SWT, maka asma al-husna

Page 235: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 221

(maka apabila Aku telah menyempurnakannya) sangat dekat

maksudnya karena penciptaan manusia melalui proses yang diawali

dengan penyatuan seluruh anggota tubuh lalu penataan tiap-tiap

anggota tubuh sesuai fungsi agar siap menerima hembusan roh.79

Walaupun roh sudah dihembuskan ke jasad namun eksistensi

dan bentuk jasad tidak berubah. Penyatuan roh dan jasad adalah

penjelasan bagaimana bentuk baru (khalqan âkhar) tercipta. Itulah

mengapa jasad akan tetap seperti apa adanya walaupun roh telah

berpisah.80

Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qurân, ي ع ر و ن و ل ت ق و ل و ا ل م ن ي ق ت ل ف سب ي ل الله أ م و ات ب ل أ ح آء و لك ن ل ت ش

Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di

jalan Allah,81

(mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka)

hidup,82

tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS Al-Baqarah/2:

154)

Tujuan perintah Allah SWT kepada para malaikat untuk

tunduk sujud kepada Adam AS adalah sebagai bentuk penghormatan

kepada Adam AS, bukan sebagai bentuk ibadah kepadanya karena

Allah SWT Memuliakan siapa yang Ia kehendaki.83

Menurut al-Qaffâl, sebagai makhluk paling mulia, para

malaikat diuji Allah SWT dengan perintah tunduk sujud kepada

Adam AS. Ujian tersebut adalah sebagai bentuk pengungkapan

kekuasaan-Nya dan sebagai pemberian pahala yang sangat besar.84

disebut dengan takhalluq. Lihat, Muhyi al-Dîn Ibn ‘Arabî, Kasاf al-Ma’nâ ‘an Sirr

Asmâ al-Husnâ, (Shirkah al-Quds, 2016 M/1437 H), cet. ke-1, h. 51 dan 69

79 Al-Tabatabâî , Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân, juz ke-12, h. 152

80 Al-Tabatabâî , Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân, juz ke-12, h. 153

81 Orang-orang yang terbunuh di jalan Allah adalah para syahid saat

peperangan Badr. Mereka berjumlah empat belas (14) Lihat, Al-Zamakhsharî, Tafsîr al-Kashâf, Jilid ke-1, h. 205

82 Mereka hidup. Bahkan disajikan rezeki untuk ruh mereka berupa buah-

buahan surga sehingga ruh mereka senang gembira. Keadaan sebaliknya terjadi pada

Firaun. Ruh Firaun disajikan api siang dan malam sehingga terasa perih dan pedih. ,

Al-Zamakhsharî, Tafsir al-Kashaf, . Jilid ke-1, h. 205

83 Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qurân, juz ke-10, h. 24

84 Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qurân, juz ke-10, h. 24

Page 236: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

222 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

b. Mudahnya Membangkitkan dalam Luqmân 31/28,

ي ر ة ا ن الله س ي ع ب ص د ن ف س و اح م ا خ ل ق ك م و ل ب ع ث ك م ا ل ك

Menciptakan dan membangkitkan kamu (bagi Allah) hanyalah

seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja

(mudah). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha

Melihat.

Ayat ini diturunkan ketika Ubay ibn Khalaf, Ubay al-Aswadin,

Munabbih85

, Naîh Ibnay al-Hajjâj bin al-Sabbâq hendak

menkonfrimasikan pemahamannya tentang ayat Al-Qurân terhadap

penjelasan nabi perihal kebangkitan. Dalam Al-Qurân dijelaskan

bahwa manusia tercipta melalui sejumlah tahapan; mulai dari air

mani, lalu segumpal darah, kemudian segumpal daging, dan

berikutnya menjadi tulang-belulang sedangkan nabi menjelaskan

bahwa Allah SWT akan membangkitkan makhluk dalam keadaan

baru seluruhnya dalam waktu yang sama.86

Itulah mengapa mereka

minta penjelasan mendalam mengenai pemahaman mereka yang

seolah-olah ayat Al-Qurân dan ucapan nabi bertentangan namun pada

akhirnya terjawab dengan diturunkannya ayat tersebut.

Quraish Shihab menilai mereka yang mengkonfirmasi

kebenaran tersebut sebagai orang-orang yang membantah dan

termasuk golongan musyrikin yang menolak keniscayaan hari

kiamat.87

Sesungguhnya Allah SWT Maha Kuasa dalam menciptakan

dan membangkitkan. Kata penciptaan (khalq) dibarengi dengan kata

kebangkitan (ba’ts) tersirat makna kemudahan memulai dan

85 Munabbbih turut meriwayatkan hadits dari Nabi saat nabi berpakaian

ihram menjalankan ibadah umrah. Namanya disebut dalam kitab Shahihain karangan

Ya’la ibn Umayyah. Lihat, Ahmad bin ‘Alî bin Hajar Al-‘Asqalânî,, Al-Isâbah fi Tamyîz al-Sahâbah, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2002 M/1423 H), cet. ke-2,

juz ke-7, h. 301

86 ‘Abdullâh Muhammad bin Ahmad al-Ansârî Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qurân, (Qâhirah: Dâr al-Katib al-‘Ilmi li al-Taba’ât wa al-Nashr, 1387

H/1967 M), juz ke-14, h. 78. Lihat juga, Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, juz

ke-4, h. 216

87 Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserian Al-Qurân, (Ciputat: Lentera Hati, Nopember 2009), volume ke-10, h. 331

Page 237: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 223

kemudahan mengembalikan seperti semula. Kemudian kedua kata

tersebut (khalq dan ba’ts) digandengakan dengan kata ganti jamak

kum (kalian semua wahai manusia) lalu dipertemukan dengan kata

tunggal nafs wâhidah (jiwa yang satu) tersirat makna bahwa yang

tunggal lebih hebat dari yang banyak.?88

Argumentasi tersebut sesuai denga uraian Al-Kindi.

Menurutnya, sebagaiana dikutip Quraish Shihab, keberadaan sesuatu

setelah kepunahan adalah bisa atau mungkin. Menghimpun sesuatu

yang terpisah-pisah lebih mudah dari mewujudkannya pertama kali.

Menciptakan manusia dan menghidupkannya setelah kematiannya

lebih mudah dari menciptakan alam raya yang sebelumnya tidak

pernah ada. Namun demikian, bagi Allah tidak ada istilah lebih

mudah atau lebih sulit.89

Kekuasaan-Nya, tidak ada pengaruh apakah Dia hendak

menciptakan yang sedikit atau yang banyak. Dia Yang Maha Melihat

dan Maha Mendengar tidak boleh dipahami penglihatan-Nya

terpengaruh saat Dia mendengar dan begitu juga sebaliknya90

. Begitu

pula, menciptakan dan membangkitkan seluruh manusia bagi-Nya

semudah menciptakan dan membangkitkan satu jiwa. Kesukaran

yang dirasa oleh makhluk tidak patut melekat pada Khâliq yang

menciptakan jagat raya semudah menciptakan satu jiwa. Kemudahan

itu ibarat seorang petugas yang menyalakan ratusan ribu lampu listrik

pada malam festival hanya dengan menekan satu tombol sentral. Jika

lampu listrik yang merupakan salah satu makhluk dan pelayan

penerangan Allah memiliki keistimewaan dan kehebatan mengerjakan

tugasnya, maka pasti kebangkitan makhluk bisa terjadi hanya sekejap

mata.91

Jika Dia menghendaki sesuatu maka saat itu juga sesuatu itu

mengikuti kehendak-Nya.92

Oleh karena itu, al-Thabarî93

menukil

88 Al-Tabatabâî , Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân, juz ke-16, h. 238

89 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qurân; Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, Maret 1997/Dzulqa’dah 1417), cet. ke-v, h.77-78

90 Al-Zamakhsharî, Tafsîr al-Kasshâf, jilid ke-3, h. 486

91 Badî’ al-Zamân Sa’îd al- Nûrshî, Risâlah al-Hashr, (Dâr al-Sûzlar li al-

Nashr), h. 145

92 Ibn Katsîr al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-3, h. 546

Page 238: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

224 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

pendapat Mujahid bahwa maksud dari seperti membangkitkan satu

jiwa adalah hanya berucap jadilah maka jadilah ia. Sebagaimana

dinyatakan dalam Al-Qurân,

ئا أ ن ي ق و ل ل ه ك ن ف ي ك و ن آ أ م ر ه إ ذ ا أ ر اد ش ي إ نSesungguhna urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu

Dia hanya berkata kepadanya, ‘jadilah!’ maka jdialah sesuatu

itu. (QS Yâsîn/36: 82)

ح ب ة ك ل م د ل ب ص ر و م ا أ م ر ن إ ل و اح

Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan seperti

kejapan mata. (QS Al-Qamar/54:50,)

c. Penciptaan Yang Lebih Besar dalam Surat Ghâfir /40: 57, ث ر الناس ب ر م ن خ ل ق الناس و لك ن ا ك ل ي ع ل م و ن لخ ل ق السموت و ال ر ض ا ك

Sungguh, penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada

penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui

Banyak orang saling berselisih dan saling-bantah terhadap

kekuasaan Allah dalam membangkitan. Perselisihan dan bantahan itu

disampaikan tanpa menggunakan nalar dan alasan yang argumentatif.

Selain dari itu, alasan penolakan kebangkitan yang mereka dengung-

dengungkan sebenarnya sekedar alasan-alasan yang hanya mengarah

kepada penolakan kebangkitan94

. Allah SWT telah memberikan

peringatan agar berlidung kepada-Nya dari golongan manusia

semacam itu. Karena Dia Maha Mendengar apa yang mereka

katakana dan Maha melihat apa yang mereka perbuat.

93 Al-Tabarî , Jâmi’ al-Bayân…, juz ke-21, h. 82. Al-Tabarî memiliki nama

lengkap Abû Ja’far Muhammad ibn Jarîr ibn Yazîd ibn Katsîr ibn Gâlib al-Tabarî. Ia

dilahirkan pada 224 H dan wafat apda 310 H. Selain ahli tafsir, ia juga ahli hadits,

fiqih, dan tarikh. Sumber penafsiran tafsir Jami’ al-Bayan yang dikutip di sini adalah

bi al-ma’tsur, yaitu penfasiran yang bersumber dari ayat-ayat Al-Qurân dan riwayat

yang disandarkan kepada nabi Muhammad saw, pendapat para sahabat, dan tabi’in.

lihat, Asep Abdurrohman, Metodologi Al-Thabari dalam Tafsir Jami’ al-Bayan fi Tawil Al-Qurân, dalam Kordinat: Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama

Islam Swasta, Vol. XVII No 1 April 2018, h. 73-75

94 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-27, h. 80

Page 239: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 225

Sesungguhnya Allah SWT kuasa membangiktkan seluruh

manusia pada hari kiamat karena penciptaan seluruh alam lebih besar

dari penciptaan manusia.95

Walaupun ungkapan yang digunakan

adalah langit dan bumi untuk membandingkan penciptaan manusia,

namun maksudnya adalah tidak hanya langit dan bumi saja tetapi

juga orbit-orbit, bintang-bintang, bahkan seluruh alam.96

. Dengan

demikian, Zat Yang Mampu membangkitkan yang lebih besar tentu

mudah membangkitkan yang selainnya.97

Ungkapan yang demikian

itu benar-benar meruntuhkan alasan dan perselisihan para pendusta

kebangkitan. Oleh karena itu, hedaklah manusia tidak terlepas dari

mengingat kekuasaan Allah SWT sebagaimana dinyatakan dalam

ayat-ayat berikut ini:

ث ل ه م و ا و ل ي ر و ا ن الله الذ ى خ ل ق السموت و ال ر ض ق اد ر ع لى ا ن ي ل ق م ل م ا ج لا ل ر ي ب ف ي ه ف ابى الظل م و ن ا ل ك ف و راج ع ل

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah yang

menciptakan langi dan bumi adalah Mahakuasa (pula)

menciptakan yang serupa dengan mereka, dan Dia telah

menetapkan waktu tertentu (mati atau dibangkitkan) bagi

mereka yang tidak diragukan lagi? Maka orang zalim itu tidak

menolaknya kecualai dengan kekafiran. (QS Al-Isrâ/17: 99)

ث ل ه م ب لى و ه و أو ل ي س الذ ي خ ل ق السمو ات و ال ر ض ب ق اد رع ل ى أ ن ي ل ق م الخ ل ق ال ع ل ي م

Dan bukankan (Allah) yang menciptakan langit dan bumi,

mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka

yang sudah hancur uitu? Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha

Mengetahui (QS Yasin/36:81)

95 Menukil pendapat Abu al-‘Aliyah, Al-Qurthubi menjelaskan bahwa

maksud dari lebih besar dari penciptaan manusia adalah lebih besar dari penciptaan

Dajjâl saat diagungkan orang-orang Yahudi. Lihat, Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qurân, juz ke-15, h. 234

96 Al-Tabatabâî , Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân, juz ke-27, h. 341. Lihat juga,

Wahbah al-Zuhailî, Al-Tafsîr al-Munîr fî al-‘Aqîdah…,juz ke-24, 149

97 Ibn Katsîr al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-4, h. 103

Page 240: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

226 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

ي خ ل ق السمو ات و ال ر ض و ل ي ع ي ب ل ق ه ن ب ق اد ر ع ل ى أ و ل ي ر و ا أ ن الله الذ ء ق د ي ر أ ن ي ي ي ال م و ت ى ب لى إ نه ع ل ى ك ل ش ي

Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya

Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan Dia tidak merasa

payah karena menciptakannya, dan Dia kuasa menhidupkan

yang mati?Begitulah, sungguh, Dia Mahakuasa atas segala

sesuatu. (QS Al-Ahqaf/46: 33)

d. Penciptaan Dua Makhluk Yang Patuh dalam Fushshilat/41: 11

ي د خ ان ف ت وى ا ل السمآء و ه ق ال ل ا و لل ر ض ائ ت ي ا ط و عا ا و ك ر ها ث اس

ن ا طآئ ع ي ق ال ت ا ا ت ي Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa

asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi,

“Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh

atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “kami datang dengan

patuh”

‘Arsh Allah SWT ada di atas air sebelum diciptakan langit dan

bumi. Lalu, air tersebut dibuat menjadi panas sehingga menghasilkan

buih dan asap. Pergerakan buih dan asap tidak sama. Buih tetap

berada pada permukaan air sedangkan asap bergerak naik dan

semakin naik. Dari buih itu dijadikan bumi dan dari asap dijadikan

langit. Pendapat yang tidak ada dalam Al-Qurân itu diungkapakan al-

Râzî98

setelah mengutip pendapat sâhib al-Atsar.

Pendapat yang diklaim kebenarannya oleh umat Yahudi perihal

penciptaan langit adalah pendapat yang dinyatakan dalam Taurat.

Dalam kitab suci yang diturunkan kepada nabi Musa itu diterangkan

bahwa langit diciptakan dari partikel-partikel kegelapan. Pendapat

semacam ini bisa diterima akal karena kegelapan bukan proses

sesuatu menjadi ada. Misalnya, jika seseorang duduk di bawah sinar

dan lainnya duduk di kegelapan, maka yang duduk di bawah sinar

tidak melihat yang duduk di kegelapan, yang dilihat hanya kegelapan.

Sebaliknya, yang duduk di kegelapan melihat yang duduk di bawah

98 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-27, h. 105. Lihat juga, Al-Huwayzî,

Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, juz ke-4, h. 541

Page 241: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 227

sinar dan melihat sinar tersebut. Jelaskah, seandainya kegelapan

menjadi sifat yang melekat pada udara maka pastilah keberadaan

sesuatu menjadi tergantung kepada siapa yang melihatnya.99

Kegelapan adalah ketidakadaan cahaya. Dari kegelapan

tercipta langit-langit, matahari dan bulan. Lalu kegelapan disinari

cahaya sehingga menjadi terang. Itulah mengapa partikel-partikel

yang dimaksud sebagai penciptaan langit-langit, matahari, dan bulan

saat itu masih dalam bentuk kegelapan. Kegelapan itulah yang

dimaksud dengan asap. Karena asap adalah partikel-partikel yang

saling terpisah yang yang belum terekena cahaya.

Lebih lanjut al-Râzî menjelaskan, terdapat korelasi penyebutan

langit dan bumi dengan perintah dalam keadaan patuh atau dalam

keadaan terpaksa. Langit disebut lebih awal dan perintah datang

dalam keadaan patuh juga disebut lebih awal. Bumi disebut

belakangan dan perintah datang dalam keadaan terpaksa juga disebut

belakangan. Ini mengandung makna bahwa sifat langit adalah patuh

sebagaimana sifat penghuninya seperti para malaikat yang selalu

takut kepada Allah dan siap melakukan segala yang diperintahkan-

Nya.100

Sebaliknya, sifat datang dalam keadaan terpaksa adalah sifat

yang melekat pada bumi dan penghuninya seperti manusia yang

dalam taat kepada Allah sering merasa terpaksa.101

Setelah langit dan bumi diciptakan102

, Allah SWT

memerintahkan kepada keduanya untuk memenuhi perintah-Nya baik

dalam keadaan patuh atau terpaksa. Langit diperintahkan

menampakkan matahari, bumi, dan bintang-bintang sedangkan bumi

99 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-27, h. 105

ع ل و ن م ا ي و م ر و ن 100 ي اف و ن ر ب ه م م ن ر ب م و ي ف 101Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-27, h. h. 107

102 Dalam hadits yang diriwayatkan Ibn ‘Abbâs dijelaskan bahwa Allah SWT

menciptakan bumi pada hari Minggu dan Senin, menciptakan gunung pada hari

Selasa, menciptakan pohon, air, peradaban, dan kehancuran pada hari Rabu, sehingga

semuanya menjadi empat hari. Lalu Allah mencipatakn langit pada hari Kamis, dan

menciptakan matahari, bulan, bintang, malaikat, dan nabi Adam pada hari Jumat.

Lihat Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, juz ke-4, h. 539

Page 242: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

228 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

diminta membentangkan lautan dan mengeluarkan pepohonan.

Keduanya memenuhi perintah Allah SWT dalam keadaan patuh.103

Walaupun penjelasan Al-Qurân begitu jelas dan benar namun

masih saja banyak manusia yang sebab kejahhilannya tidak

memperhatikan dan menghayatinya sehingga mereka tetap

meragukan kebangkitan

e. Mereka Seperti Kita dalam al-An’âm/6: 38,

ث ال ك م م ا ف ر ط ن ا و م ا م ن د ابة ف ال ر ض و ل طئ ر ي ط ي ر ب ن اح ي ه ا ل أ م م أ م ث ا ل ر ب م ي ش ر و ن ف ال ك تب م ن ش ي ئ

Dan tidak ada seekor binatangpun yang ada di bumi dan

burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya,

melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti

kamu. Tidak ada sesuatupun yang Kami luputkan di dalam

kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan.

Sesungguhnya hewan darat, burung, dan jin adalah sama

seperti umat manusia. Dalam hadis dikatakan seandainya anjing-

anjing bukan termasuk umat, pastilah sudah aku perintahkan untuk

membunuhnya104

. Semua hewan tersebut mengenal Allah, memuji-

Nya, mengesakan-Nya, dan menyucikan-Nya dan semuanya tidak

luput dari pengawasan dan pemeliharan Allah SWT. Zat Yang Maha

Pemberi Rizki sudah menentukan setiap rizki makhluk-Nya.

Ketentuan itu sudah termaktub di Lawh al-Mahfûz. Di situ juga

segala yang akan terjadi sudah ditetapkan. Ketetapan-ketetapan itu

sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam Al-Qurân, kitab penjelas

segala sesuatu.(wa nazzalnâ ‘alaika al-kitâba tibyânan li kulli

shayin)105

, Sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat Al-Qurân

berikuti ini:

103 Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-4, h. 114

-Lihat, Al-Râzî, Mafâtih al لو ل ان الكلاب أمة من المم لمرت بقتلها 104

Ghaib, juz ke-١2, h. 223

105 Lihat, Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qurân, juz ke-6, h. 420

Page 243: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 229

ت و د ع ه ا و م ا ت ق ره ا و م س م ن د ابة ف ال ر ض ا ل ع ل ى الله ر ز ق ه ا و ي ع ل م م س ك ل ف ك ت اب م ب ي

Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi

melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui

tempat kediamannya106

dan tempat penyimpanannya. Semua

(tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (QS Hûd/11:

6)

ك م و ه و السم ي ع ال ع ل ي م و ك أ ي ن م ن د ابة ل ت م ل ر ز ق ه ا الله ي ر ز ق ه ا و إ ياDan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang

tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-

lah yang member rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha

Mendengar, Maha Mengetahui. (QS al-‘Ankabût/29: 60)

ر ض و م ن ف ي ه ن و ا ن م ن ش ي ئ إ ل ي س ب ح ت س ب ح ل ه السموات السب ع و ال ب ي ح ه م إ نه ك ان ح ل ي ما غ ف و را د ه و لك ن ل ت ف ق ه و ن ت س حج م

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya

bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatupun melainkan

bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti

tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha

Pengampun. (QS al-Isra/17: 44)

Dalam riwayat Abû Dardâ dijelaskan bahwa akal binatang

selalu samar dalam mengenal apapun kecuali pada empat hal; dalam

mengenal tuhannya, dalam mencari rizki, dalam mengenal jenis

kelamin sesama mereka, dan dalam mempersilahkan sesuatu sesama

mereka.107

Dalam hadis dinyatakan bahwa barang siapa yang membunuh

seekor burung secara sia-sia maka burung itu akan mengadu kepada

106 Menurut sebagian mufasir, yang dimaksud “tempat kediamannya” di sini

ialah dunia, dan “tempat penyimpanan” ialah akhirat. Dan menurut sebagian mufasir

lain, maksud “tempat kediaman” ialah tulang sulbi dan ‘tempat penyimpanan” ialah

rahim. Lihat,. Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: PT.

Syamil Cipta Media, 2005), h. 222.

107Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-١2, h. h. 224

Page 244: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

230 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Allah pada hari kiamat “Ya Allah, orang ini telah membunuhku

secara sia-sia. Dia telah membuat aku menjadi tidak berguna, dia

juga tidak memberikan bangkaiku kepada para pemangsa bumi”.108

Selain tidak luput dari pengawasan Allah, hewan-hewan

tersebut juga akan dibangkitkan seperti halnya manusia.

Penyebutan binatang yang ada di bumi dan burung-burung

yang terbang dengan kedua sayapnya tidak menafikan hewan-hewan

air karena sesungguhnya hewan-hewan air juga ‘terbang’ di dalam air

seperti halnya burung-burung yang ‘berenang’ di udara.

Penyebutan burung yang terbang dengan kedua sayapnya,

sesunggunya bisa hanya disebut dengan kata burung saja tanpa

menyebut yang tebang dengan kedua sayapnya karena memang

burung terbang dengan kedua sayap. Hal yang demikian itu adalah

sebagai penguat dan penegas dalam penggunaan bahasa sebagaimana

orang sering menyebut na’jah (domba betina) dengan menambahkan

kata untsâ (yang betina). Selain dari itu tersirat makna bahwa ada

burung yang terbang tidak dengan kedua sayapnya dan ada pula yang

terbang dengan kedua sayap tetapi itu bukan burung. Yang terbang

tidak dengan kedua sayap adalah hewan yang mampu bergerak cepat

sehingga bergeraknya terlihat seperti terbang. Sedangkan yang

memiliki sayap namun ia bukan burung adalah para malaikat Allah

SWT109

sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat Al-Qurân berikuti

ini:

ن ح ة م ث نى ر ض ج اع ل ال م لئ ك ة ر س لا أ و ل أ ج د لله ف اط ر السموات و ال ا ل م و ث لث ى و ر بع ي ز ي د ف الخ ل ق م ا ي ش اء إ ن الله ع لى ك ل ش ي ئ ق د ي را

Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang

menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus

berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-

masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan

روي عن النبي أنه قال: من قتل عصفورا عبثا جاء يوم القيامة يعج ال الله يقول يا 108 ,Lihat, Al-Râzî رب إن هذا قتلنى عبثا ل ينتفع بى و ل يدعنى آكل من حش اش الرض

Mafâtih al-Ghaib, juz ke-١2, h. 224

109 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-١2, h. h. 223

Page 245: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 231

pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguh, Allah

Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Fâtir/35:1)

ي س ب ح ل ه م ن ف السمو ات و ال ر ض و الطي ر ص ف ت ك ل ق د الله أ ل ت ر أ ن ع ل و ن ب ي ح ه و ا لله ع ل ي م ب ا ي ف ع ل م ص لت ه و ت س

Tidakkah engkau (Muhammad) tahu bahwa kepada Allah-lah

bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga burung yang

mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh telah

mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih. Allah Maha

Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS al-Nûr/24: 41)

6. Al-Qiyâmah al-Kubrâ al-Ma’nawiyyah

a. Selebriti Dunia dan Akhirat dalam QS Âli ‘Imrân/3: 45,

ي ح ع ي س ى اب ن ر ك ب ك ل م ة م ن ه اس ه ال م س ا ذ ق ال ت ال م لئ ك ة يا م ر ي ا ن الله ي ب ش ر ة خ ن ي ا و الآ ها ف الد ي و م ن ال م ق رب ي م ر ي و ج

(Ingatlah!) ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam!

Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu

tentang sebuah kalimat (firman) dari-Nya (yaitu seorang

putra), namanya Al-Masîh Isa Putra Maryam, seorang

terkemuka di dunia dan di akhirat110

, dan termasuk orang-orang

yang didekatkan (kepada Allah)

Sebelum mengungkapkan kandungan ayat tersebut, al-

Qurtubî111

mengawalinya dengan bacaan Abû al-Sammân tentang

kata kalimatin112. Abu al-Samman tidak membacanya kalimatin

melainkan kilmatin. Arti kalimatin atau kilmatin adalah anak laki-

laki (walad).

Qurtubî melanjutkan bahwa kata al-masîh yang berarti “yang

benar” adalah gelar yang disematkan kepada nabi Isa. Ibn ‘Abbâs

110 Terkemuka di dunia karena ia manjadi nabi dan terkemuka di akhirat

karena ia memperoleh syafaat dan menempati derajat surga paling tinggi. Lihat al-

Zamakhsarî, Tafsîr al-Kashâf, Jilid ke-1, h. 357 111 Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qurân, juz ke-4, h. 89

112 Menurut Al-Tabatabaî , Melalui pendekatan bahsasa, kata kalimatin dan

kata kalim seperti kata tamarah dengan tamar, maksud dari setiap keduanya adalah

sama. Lihat, Al-Tabâtabâî , Al-Mîzan fî Tafsîr al-Qurân, jilid ke-3, h. 222.

Page 246: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

232 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

menjelaskan Isa disebut al-masîh (pengusap) karena setiap orang

cacat yang diusap olehnya maka akan pulih cacatnya113

. Dalam

pendapat lain dijelaskan bahwa disebut al-masîh karena Isa pernah

diusap menggunakan minyak wangi yang diberkati. Keadaan seperti

ini juga terjadi pada para nabi. Oleh karena itu usapan yang demikian

membuat Isa menjadi nabi. 114

Menurut al-Zamakhsari115

, kata al-

masîh diambil dari bahasa Ibrani mashîh yang berarti al-mubârak116

(yang diberkati) dan al-masîh adalah salah satu julukan mulia seperti

al-siddîq dan al-fâruq.

Abu al-Haytsam, Ibn al-A’rabî, dan Abû ‘Ubaid berpendapat

beda lagi. Abû al-Haytsam menyatakan kata al-masîh adalah

antonim al-masîkh. Al-masîh digunakan untuk penciptaan makhluk

yang baik, luhur, dan penuh berkah sedangkan al-masîkh digunakan

untuk penciptaan makhluk buruk yang terlaknat. Ibn al-A’rabi

menyatakan Al-Masîh berarti yang benar sedangkan al-masîkh

berarti yang buta sebelah. Gelar al-masîkh disematkan kepada dajjâl

karena salah satu matanya buta.117

Sedangkan Abû ‘Ubaid

meyakinkan kata al-masîh berasal dari bahasa Ibrani yaitu mashîh,

dengan huruf shin yang kemudian diarabkan menjdi al-masîh

sebagaimana mereka mengarabkan kata mûsâ yang sebelumnya

mûshâ.118

Menurut Ibn Katsîr, maksud dari sebuah kalimat dari-Nya

adalah seorang anak yang tercipta melalui firman-Nya, kun fayakûn.

Ada empat alasan mengapa Isa putra Maryam digelari al-Masîh.

Pertama, dinamakan al-Masîh karena ia akan menjadi manusia

masyhur di kalangan orang-orang mumin. Kedua, disebut “al-Masîh”

113 Al-Tabatabaî menambahkan bahwa Isa pernah menyembuhkan mata buta

menjadi melihat dengan cara mengusapnya. Lihat, Al-Mîzan fî Tafsîr al-Qurân, h.

224.

114 Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qurân, juz ke-4, h. 89

115 Al-Zamakhsharî, Tafsîr al-Kashâf, . Jilid ke-1, h. 356

Dan Dia menjadikan akau seorang yang“ و ج ع ل نى م ب ار كا ا ي ن م ا ك ن ت 116

diberkati di mana saja aku berada…” QS Maryam/19 :31

117 Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qurân, juz ke-4, h. 89

118 Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm Al-Qurân, juz ke-4, h. 89

Page 247: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 233

karena kata “al-masîh” dekat maknanya dengan kata “siyâhah”

(perjalanan). Dengan demikian disebut al-Masîh karena Isa sering

melakukan perjalanan. Ketiga, disebut al-masîh karena kata “al-

masîh” mengandung arti “yang diusap”. Disebut demikian karena Isa

adalah sosok yang diusap kedua kakinya yang tidak bertelapak.

Keempat, adalah sama dengan yang dijelaskan al-Qurtubî dengan

menukil pendapat Ibn ‘Abbâs bahwa disebut al-Masîh karena arti

“al-masîh” adalah “pengusap” dan Isa putra Maryam biasa mengusap

cacat setiap orang lalu dengan usapannya tersebut cacatnya menjadi

pulih.119

Pendapat Abu ‘Ubaid yand dikutp al-Qurtubî perihal

pengaraban bahasa Ibrani tidak dibenarkan al-Râzî karena tidak

sesuai dengan kaidah derivasi120

. Namun al-Râzî banyak juga

menurunkan penjelasan al-Qurtubî. Menurut al-Râzî, yang juga

mengutip pendapat Ibn ‘Abbâs, nabi Isa disebut Al-Masîh

(pengusap) karena ia biasa mengusap orang yang sakit yang

kemudian menjadi sembuh. Menurut Yahya, disebut Al-Masîh

(Pengusap) karena nabi Isa sering membelah bumi dengan

mengusapnya. Pendapat lain menjelaskan bahwa disebut al-masîh

(Pengusap) karena nabi Isa sering mengusap kepala anak-anak yatim

karena Allah SWT. Ada juga yang berpendapat disebut Al-Masîh

(pengusap) karena ia mengusap dosa sehingga dosa tersebut menjadi

hilang. Pendapat lain adalah karena ia diusap oleh para nabi dengan

minyak wangi suci yang diberkati dan tidak ada selainnya yang

diusap dengan cara seperti itu. Minyak wangi tersebut bisa jadi

sebagai tanda dari Allah SWT agar para malaikat mudah

mendeteksinya dan mengetahui setiap yang diusap dengan cara

seperti itu akan menjadi seorang nabi. Pendapat lainnya menjelaskan

nabi Isa disebut al-masîh (yang diusap) karena ia diusap malaikat

119 Lihat, Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-1, h.

447. Lihat juga, Wahbah Zuhailî, al-Tafsîr al-Munîr fî al-‘Aqîdah…,Jilid ke-3, h.

229

120 Proses pengimbuhan afiks yang tidak bersifat infleksi pada bentuk dasar

untuk membentuk kata. Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. ke-4, h. 226. Dalam

Cambridge Learners Dictionary derivasi diartikan dengan asal-muasal sesuatu,

misalnya kata, yang dari kata tersebut kata baru terbentuk.

Page 248: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

234 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Jibril mengusapnya saat lahir agar terpelihara dari ganguan

setan121

sehingga ia menjadi terkemuka di dunia dan di akhirat: di

dunia dengan cara menjadi nabi sedangkan di akhirat dengan menjadi

pemberi syafaat.122

Berbeda dengan al-Qurtubî, Ibn Katsîr, dan al-Râzî, Penjelasan

al-Huwayzi tentang ayat ini banyak mengangkat sisi lain dari Isa

putra Maryam. Menurutnya, Ali’ bin Abi Thalib pernah ditanya

seseorang tentang enam hal yang tidak ada di dalam rahim

sebelumnnya. Ali menjelaskan bahwa keenam tersebut adalah nabi

Adam, Hawa, Kambing nabi Ismail, tongkat nabi Musa, unta nabi

Shaleh, dan kalelawar/kalong yang dibuat nabi Isa bin Maryam yang

dapat terbang dengan izin Allah.123

Selain dari itu, Abu Hasan al-Ridâ pernah ditanya oleh Ibu al-

Sakît mengenai alasan mengapa Allah SWT mengutus nabi Musa bin

‘Imran dengan memiliki tangan yang putih, tongkat, dan alat sihir,

mengutus nabi Isa dengan pengobatan, dan mengutus nabi

Muhammad SAW dengan perkataan yang memiliki nilai bahasa

tinggi. Kemudian Abu Hasan menjelaskan bahwa Allah SWT

mengutus nabi Isa dengan pengobatan karena saat itu kemampuan

mengobati sangat dibutuhkan. Maka nabi Isa mendatangi manusia

dengan kemampuan yang tidak dimiliki oleh selaiannya seperti

menyembuhkan buta dan lepra bahkan menghidupkan yang sudah

mati.124

Berikut ini adalah tabel penjelasan mufasir mengenai al-Masîh,

Isa putra Maryam,

121 Lihat, Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-8, h. 54. Syaitan atau dalam

bahasa Arab, “shaitân” terambil dari kata “shatana” berarti “jauh”. Dinamakan

“shaitân” karena ia jauh dari rahmat Allah. Namun ada juga yang berpendapat

“syaithân” diambil dari kata “shâta” yang berarti “terbakar” namun pendapat kedua

ini dinilai lemah. Lihat, h. Wahbah Zuhailî, al-Tafsîr al-Munîr fî al-‘Aqîdah…,Jilid

ke-3, h.62

122 Al-Al-Zamakhsharî, Tafsîr al-Kashâf, Juz ke-1, h. 357

123 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, juz ke-1, h. 343.

124 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, juz ke-1, h. 342.

Page 249: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 235

Tabel Nomor 8 : Penjelasan Mufasir tentang Pengertian al-Masîh

MUFASIR PENGERTIAN AL-MASÎH

Qurtubî 1. Al-sadiq/yang benar

2. Gelar yang disematkan kepada nabi Isa.

3. “Pengusap” karena setiap orang cacat yang

diusap olehnya menjadi pulih

4. Isa pernah diusap menggunakan minyak wangi

yang diberkati sehingga ia menjadi nabi.

5. Antonim al-masîkh. Al-masîh digunakan untuk

penciptaan makhluk baik, luhur, dan penuh

berkat sedangkan al-masîkh digunakan untuk

penciptaan makhluk buruk yang terlaknat.

6. Al-masîh berarti “yang benar” sedangkan “al-masîkh” berarti yang buta sebelah

7. Bahasa Ibrani, mashîh, kemudian diarabkan

menjadi al-masîh sebagaimana mereka

mengarabkan kata mûsâ yang sebelumnya mûshâ

Zamakhsarî 1. Dari bahasa Ibrani, “mashîh” berarti “al-mubârak” (yang diberkati)

2. Julukan mulia seperti al-siddîq dan al-fâruq

3. Al-Masîh berarti “yang diusap” Saat lahir, Isa

AS diusap malaikat Jibril agar terpelihara dari

ganguan setan sehingga ia menjadi terkemuka di

dunia dan di akhirat: di dunia dengan cara

menjadi nabi sedangkan di akhirat dengan

menjadi pemberi syafaat.

Ibn Katsîr 1. Isa AS digelari al-masîh karena ia akan menjadi

manusia masyhur di kalangan orang-orang

mumin.

2. Disebut al-Masîh karena kata “al-masîh” dekat

maknanya dengan kata “siyâhah” (perjalanan)

dan Isa AS sering melakukan perjalanan.

3. Al-masîh berarti “yang diusap”. Disebut

demikian karena Isa AS adalah sosok yang

diusap kedua kakinya yang tidak bertelapak.

4. Al-masîh berarti “pengusap” Isa putra Maryam

biasa mengusap cacat setiap orang lalu sebab

usapannya cacat itu menjadi pulih

Al-Râzî 1. Pengaraban bahasa Ibrani tidak benar karena

tidak sesuai dengan kaidah derivasi

2. Al-Masîh berarti “pengusap” Isa AS biasa

Page 250: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

236 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

mengusap orang sakit yang kemudian menjadi

sembuh.

3. Al-Masîh berarti ‘Pengusap” Isa AS sering

membelah bumi dengan cara mengusapnya.

4. Al-Masîh berarti “Pengusap” Isa AS sering

mengusap kepala anak-anak yatim karena Allah

SWT.

5. Al-Masîh berarti “pengusap” Isa AS mengusap

dosa sehingga dosa tersebut menjadi hilang.

6. Al-Maîh berarti “yang diusap” Isa AS diusap

oleh para nabi dengan minyak wangi suci yang

diberkati dan tidak ada selainnya yang diusap

dengan cara seperti itu. Minyak wangi tersebut

tanda dari Allah SWT agar para malaikat mudah

mendeteksinya.

Al-Huwayzî 1. Kata “al-Masîh” tidak dijelaskan.

2. Allah SWT mengutus nabi Isa AS dengan

keahlian mengobati karena waktu itu

pengobatan sangat dibutuhkan. Nabi Isa AS

mendatangi manusia dengan kemampuan yang

tidak dimiliki oleh selaiannya seperti

menyembuhkan buta, lepra, bahkan

menghidupkan yang sudah mati

Penjelasan yang tidak kalah pentingnya perihal Isa ibn Maryam

adalah keterangan al-Tabatabâî yang menyatakan bahwa tujuan

wujud Isa adalah memberi penjelasan terhadap informasi yang

terkandung dalam Taurat serta menepis pemutarbalikan fakta yang

dilakukan orang-orang Yahudi yang selalu berselisih dalam urusan

agama. Pendapat yang demikian ini sesuai dengan ayat Al-Qurân, 125

م ة ل ب ي ل ك م ب ع ض الذ ي ل ك ت ك م ب ئ ل ب ي نت ق ال ق د ج و ل ماج آء ع ي س ى ب ت ت ل ف و ن ف ي ه ف ات ق و ا الله و أ ط ي ع و ن

125 Al-Tabâtabâî , Al-Mîzan fî Tafsîr al-Qurân fî Tafsîr al-Qurânjilid ke-3, h.

223

Page 251: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 237

Dan ketika Isa datang membawa keterangan, dia berkata:

“Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa hikmah126

dan untuk menjelaskan kepadamu sebagaian dari apa yang

kamu perselisihkan, maka bertakwalah kepada Allah dan

taatlah (kepada) ku” (QS al-Zukhruf/43 :63)

Orang-orang Yahudi meyakini Isa ibn Maryam telah dibunuh

dan Nasrani mengimani Isa sudah disalib. Namun Islam meluruskan

keyakinan Yahudi dan Nasrani bahwa Isa tida dibunuh dan tidak pula

disalib. Sebagaiman dinyatakan dalam Al-Qurân,

ي ح ع ي س ى اب ن م ر ي ر س و ل الله و م ا ق ت ل و ه و م ا ص ل ب و ه س و ق و ل م إ ن ق ت ل ن ا الم

ت ل ف و ا ف ي ه ل ف ى ش ك م ن ه م ا ل م ب ه م ن ع ل م إ ل و لك ن ش ب ه ل م و إ ن الذ ي ن اخ نا )(ات ب اع الظن و م ا ق ت ل و ه ي ق ي

Dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, “Sesungguhna

kami telah membunuh Al-Masîh , Isa putra Maryam, Rasul

Allah padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)

menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang

diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih

pendapat tentang (pembunuhan Isa), selalu dalam keragu-

raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak

tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti

persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakit telah

membunuhnya. (QS al-Nisâ/4: 157)

Menurut Ibn ‘Abbâs, Di kalangan suku Yahudi ada seseorang

dan ibunya yang mirip dengan Isa. Mereka biasa membuat patung-

patung kera dan babi. Di antara patung-patung tersebut ada yang

mirip dengan kepala orang-orang Yahudi sehingga orang-orang

Yahudi berkumpul dan sepakat untuk membunuhnya. Saat mereka

mencari pembuat patung mereka menjumpai Isa dan diduganya Isa

sebagai sosok pembuat patung. Oleh karena itu malaikat Jibril

memasukan Isa ke dalam sebuah rumah lalu mengangkatnya ke langit

126 Kenabian, injil, dan hukum. Lihat, Departemen Agama RI, Al-Qurân dan

Terjemahnya, ?(Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2005), h. 494

Page 252: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

238 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

dan hal itu tidak disadari oleh orang-orang Yahudi. Saat Thaytanus,

seorang dari mereka, masuk ke dalam rumah, ia tidak menjumpai Isa.

Sebaliknya, Allah SWT memperlihatkan mereka kepada seorang yang

mirip Isa sehingga mereka langsung membunuh dan menyalibnya.127

Wahab ibn Munbih menerangkan perihal tersebut dalam Hadis

yang panjang yang diriwayatkan Ibn Munzir bahwa ketika Isa

bersama tujuh belas Hawariyyun di dalam suatu rumah, orang-orang

Yahudi mengelilingi rumah tersebut lalu masuk. Saat mereka sudah

di dalam, Allah SWT menjadikan semua bentuk mereka sama seperti

bentuk Isa. Lalu mereka berkata, “Kalian telah menyihir kami.

Tunjukan kepada kami mana yang bernama Isa atau akan kami bunuh

kalian semua!” Lalu Isa bertanya kepada mereka yang

menyerupainya, “siapa di antara kalian yang akan menjual dirinya

hari ini untuk membeli surga?” kemudian salah satu dari mereka

menjawab, “saya”. Setelah itu ia keluar dan menemui orang-orang

Yahudi seraya berkata, “aku adalah Isa”. Maka ia dibunuh dan disalib

dan di saat yang sama Allah SWT mengangat Isa ke langit.128

b. Tempat Mencari yang Dicari dalam QS al-Nisâ/4: 134, عا ر ة و ك ان الله س ي ن ي ا و ال خ ن ي ا ف ع ن د الله ث و اب الد م ن ك ان ي ر ي د ث و اب الد

را ي ب ص Barang siapa menghendaki pahala di dunia maka ketahuilah

bahwa di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah

Maha Mendengar, Maha Melihat.

Ayat ini memberikan peringatan kepada mereka129

yang dalam

hidupnya hanya mementingkan kesenangan dunia saja. Peringatan

tersebut sebagai pemberitahuan bahwa Allah SWT menyediakan

pahala dunia dan akhirat. Orang-orang yang hanya memohon

127Al -Alûsî al-Baghdâdî, Rûh al-Ma’ânî …, Juz ke-6, h. 10

128 Al-Alûsî al-Baghdâdî, Rûh al-Ma’ânî …,Juz ke-6, h. 10

129 Menurut al-Tabarî sebagaimana dinukil oleh Ibn Katsîr, mereka adalah

orang-orang munafik yang menampakkan keimanannya hanya untuk meraih

kesenangan dunia. Lihat, Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-

1, h. 697

Page 253: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 239

kebaikan dunia maka mereka tidak memperoleh bagian di akhirat.

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat Al-Qurân berikut ini: ر ة م ن خ لق ن ي ا و م ا ل ه ف ال خ ف م ن الناس م ن ي ق و ل ر ب ن ا ء ات ن ا ف الد

Maka di antara manusia ada orang yang berdoa “ Ya Tuhan

kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan di akhirat dia

tidak memperoleh bagian apa pun. (QS al-Baqarah/2: 200)

ر ة ح س ن ة و ق ن ا ع ذ اب ن ي ا ح س ن ة و ف ال خ ن ه م م ن ي ق و ل ر ب ن ا ء ات ن ا ف الد و م

النار Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami,

berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan

lindungilah kami dari azab neraka” (QS al-Baqara/2: 201)

ي ب م ا ك س ب و ا و الله س ر ي ع ال س اب لئ ك ل م ن ص أ و

Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah

mereka kerjakan, dan Allah Mahacepat perhitungan-Nya. (QS

al-Baqarah/2: 202)

Seseorang yang dalam berjihad hanya mengharapkan harta

rampasan perang adalah salah besar karena Allah akan memberikan

tidak hanya pahala dunia tetapi juga pahala akhirat.130

Penggunaan

huruf “fa” (maka) adalah sebagai penjelasan bahwa pahala akhirat

diperoleh dengan syarat. Demikian penjelasan al-Râzî.131

Saat menerangkan ayat tersebut, al-Huwayzî banyak

mengangkat riwayat-riwayat seputar pengertian dunia. Misalnya

penjelasan Amîr al-Muminîn dan Ja’far bin Muhamad. Menurut

Amir al-Muminin, disebut dunia karena ia adalah sesuatu yang paling

dekat dan disebut akhirat karena di dalamnya terdapat balasan,

ganjaran, dan pahala.132

Sedangkan Ja’far bin Muhammad

menyatakan bahwa dunia adalah ibarat pencari dan yang dicari.

130 Al-Zamakhsharî, Tafsir al-Kashâf, . Jilid ke-1, h. 562

131 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-11, h. 72

Page 254: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

240 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Seseorang yang mencari dunia maka ia akan dicari oleh kematian

hingga ia keluar dari dunia dan seseorang yang mencari kematian

maka dunia akan terus mencarinya hingga rizkinya terpenuhi.133

Dalam riwayat ‘Abdullâh bin Yazîd bin Salâm disebutkan

bahwa ia pernah bertanya kepada nabi seputar dunia dan akhirat

sehingga dijelaskan bahwa disebut dunia karena ia adalah sesuatu

yang paling dekat yang diciptakan berbeda dengan akhirat.

Seandainya dunia diciptakan berbarengan dengan akhirat maka

penghuni dunia akan kekal seperti kekalnya penduduk akhirat. Lebih

lanjut diterangkan bahwa disebut akhirat karena ia datang

belakangan, masanya tidak dijelaskan, hari-harinya tidak terbatas,

dan penghuninya tidak mati.

Dalam riwayat Ibn Abî Ya’fûr dijelaskan bahwa ia mendengar

ayah ‘Abdullâh SAW bersabda: Barang siapa yang menggantungkan

hatinya pada dunia maka ia akan mengalami tiga hal; kekhawatiran

yang terus-menerus, harapan yang tidak akan tercapai, dan keinginan

yang tidak akan diperoleh.134

c. Kemenangan Agung dalam al-Saffât/37: 60-61,

ل م ث ل هذا ف ل ي ع م ل ال ع ام ل و ن )الصفا ا ن هذا ل و ال ف و ز ال ع ظ ي م )(

(6١-60:/37ت

Sungguh, ini benar-benar kemenangan yang agung (60) Untuk

(kemenangan) serupa ini, hendaklah beramal orang-orang yang

mampu beramal (61)

Al-Huwayzî tidak sama sekali menafsirkan dua ayat tersebut

namun ia mengangkat kisah penduk surga dan penduduk neraka

sebagai penafsiran ayat sebelumnya.135

Dalam hal ini ia menukil

132 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, juz ke-1, h. 560

133 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, juz ke-1, h. 561

134 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, juz ke-1, h. 560

أ ف م ا ن ن ب ي ت ي )( ا ل م و ت ت ن ا ال و ل و م ا ن ن ب عذ ب ي )( 135

Page 255: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 241

pendapat Abu Jafar yang menyatakan apabila semua penduduk surga

sudah masuk surga dan penduduk neraka sudah masuk neraka maka

seekor hewan mirip domba didatangkan di antara surga dan neraka

lalu disembelih136

kemudian dikatakan kepada penduduk surga dan

neraka “kekallah kalian di dalamnya”. Dalam hal ini penduduk surga

saling bertanya “Apakah kita tidak akan mati? Melainkan hanya

kematian kita pertama saja (di dunia) dan tidak akan (disiksa di

akhirat) ini?’137

Perasaan yang demikian itu adalah pengaruh jaminan

bebas dari siksa dan perolehan nikmat yang tidak surut-surut yang

diterima para penduduk surga.138

Penjelasan itu mirip dengan yang dikemukakan al-Râzî.

Menurutnya, penghuni surga awal mulanya tidak tahu apakah mereka

tidak akan mati di dalamnya. Kemudian setelah hewan mirip domba

disembelih lalu mati, baru mereka menyadari bahwa dirinya tidak

akan mati. Namun al-Râzî juga menjelaskan adanya pemahaman lain

berkaitan dengan itu. Yaitu, diketahui bahwa surga dan segala isinya

adalah kenikmatan mengagumgkan sehingga ketika penghuninya

masuk pertama kali, mereka kagum sekagum-kagumnya sambil

berkata apakah ini hanya sementara saja ataukah abadi.139

Hal

demikian itu bagi mereka adalah kemenangan agung (al-fauz al-

‘azhîm) yaitu kesenagan surgawi yang kekal. Oleh sebab itu

“hendaklah beramal orang-orang orang yang mampu beramal”.

Menurut al-Tabatabâî, kalimat tersebut diucapkan oleh Allah

SWT. Namun ia juga menyatakan adanya pendapat yang

Maka apakah kita tidak akan mati (58) melainkan hanya kematian kita yang

pertama saja (di dunia), dan kita tidak akan disiksa (di akhirat ini)? (QS, al-

Saffât/37: 58-59)

136 Bisa jadi yang dimaksud Abu Jafar di sini adalah simbol kematian akhir

karena setelah itu tidak ada lagi kematian.

137 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain, juz ke-4, h. 403. Lihat juga, Al-

Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-26, h. 139

138 Al-Baidâwî, Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl, jilid ke-2, h. 295

139 Al-Râzî ,Mafâtih al-Ghaib, juz ke-26, h. 139

Page 256: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

242 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

menjelaskan bahwa kalimat tersebut dilontarkan oleh para penduduk

surga.140

d. Pengakuan Yang Tertolak dalam al-Baqarah/2: 94, ن و ال م و ت ر ة ع ن د الله خ ال ص ة م ن د و ن الناس ف ت م ق ل إ ن ك ن ت ل ك م الدار ال خ

ت م صد ق ي إ ن ك ن

Katakanlah (Muhammad), “jika negeri akhirat di sisi Allah,

khusus untukmu saja bukan untuk orang lain, maka mintalah

kematian jika kamu orang yang benar”

Ayat ini mengisahkah salah satu cela orang-orang Yahudi dan

Nasrani. Mereka mengklaim bahwa kehidupan akhirat khusus hanya

untuk mereka saja141

. Dalam benak mereka, surga hanya untuk

mereka karena mereka mengaku sebagai anak-anak Allah dan

kekasih-kekasih-Nya142

. Selain dari itu mereka juga merasa bahwa

mereka tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali hanya beberapa

hari saja143

. Mereka dengan percaya diri mengatakan sebagai

golongan paling berhak memperoleh kehidupan akhirat karena dalam

ajaran mereka tidak mengenal istilah pembaharuan ajaran agama.

Semua agama selain agama mereka adalah tertolak dan tidak sah.

Mereka merasa sebagai keturunan pembesar para nabi: Yakub, Ishak,

dan Ibrahim sehingga akan terbebas dari siksa Tuhan bahkan

sebaliknya akan meraih pahala. Itulah sebabnya mereka saling

140 Al-Tabâtabâî , Al-Mîzan fî Tafsîr al-Qurân fî Tafsîr al-Qurân, jilid ke-17,

h. 141

خ ل الج نة إ ل م ن ك ان ه و دا أ و ن ص ار ى 141 Dan mereka (Yahudi dan و ق ال و ا ل ن ي د

Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang

beragama) Yahudi dan Nasrani” ب ؤ ه 142 Orang-orang Yahudi dan و ق ال ت ال ي ه و د و النصرى ن ن أ ب نؤ ا الله و أ ح

Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasi-kekasih-Nya”

(QS Al-Maidah/5: 18)

ما م ع د 143 د ة و ق ال و ا ل ن تم سن ا النار إ ل أ يا و Dan mereka berkata “Kami sekali-kali

tidak akan disentuh api neraka kecuali selama beberapa hari saja” (QSAl-Baqarah/2:

80)

Page 257: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 243

membanggakan sebagai keturunan Arab bahkan merasa sebagai

keturunan Arab yang sebenarnya. Dengan keyakinannya semacam

itu, mereka menilai bahwa nabi yang diberitakan dalam Taurat,

sebagai nabi yang ditunggu-tunggu dan pemberi kabar gembira,

adalah bukan keturunan Arab. Mereka memalingkan yang demikian

itu agar tidak mengikuti nabi Muhammad SAW.144

Selain dari itu, ayat ini mengandung pengertian bahwa nikmat

dunia sangat sedikit dan hina jika dibandingkan dengan nikmat

akhirat. Dalam pandangan orang Yahudi dan Nasrani, nikmat dunia

yang sedikit itu menjadi semakin menyakitkan buat mereka karena

keberadaan nabi Muhammad SAW yang senantiasa mendakwahkan

akan adanya kehidupan akhirat yang diklaim hanya untuk mereka

saja.145

Klaim mereka terhadap kehidupan akhirat menjadi runtuh

setelah diserukan kepada mereka agar berangan dan mengharap

kematian supaya mereka sampai pada kehidupan akhirat mengingat

akhirat tidak akan tercapai tanpa didahului kematian. Namun

mereka sungguh tidak mau berangan kepada kematian146

. Mereka

meyakini kenikmatan akhirat hanya untuk mereka saja namun mereka

menolak harapan kematian yang merupakan jembatan menuju

kenikmatan tersebut. Ini berbeda dengan yang dicontohkan ‘Alî ibn

Abî Tâlib. Ia mengatakan, “Aku tidak peduli apakah aku

menghampiri kematian atau kematian menghampiriku”147

Ibn Katsîr menguti pendapat Ibn Jarîr yang menukil hadis nabi

“seandainya orang Yahudi berangan-angan terhadap kematian maka

pastilah mereka mati dan melihat neraka sebagai tempat mereka.148

144 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-3, h. 203

145 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-3, h. 204

ن 146 لظل م ي و ل ن ي ت م و ه أ ب دا ب ا ق دم ت أ ي د ي ه م و الله ع ل ي م ب Dan sekali-kali mereka

tidak akan menginini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang

telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri), dan Allah Maha Mengetahui siapa

orang-orang yang aniaya.

147 Al-Baidâwî, Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl, jilid ke-1, h. 76

148 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, h. 160

Page 258: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

244 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

B. Argumentasi ahl al-Sharî’ah

1. Yang Kekal dan yang binasa dalam al-Rahmân/55: 26-27

Selain zat Allah SWT akan hancur dan binasa. Muslim percaya

manusia akan mendapat pahala atau siksa setelah kehancurannya.

Apakah manusia dikatakan hancur saat kematian di dunia? jika iya,

berarti kehidupan manusia selesai saat itu dan tidak ada pahala atau

siksa. Namun jika kehancuran manusia tidak saat kematian di dunia

melainkan dibangkitkan kembali setelah kemataian, maka apakah

manusia juga disebut kekal?

Perdebatan seputar hal di atas berawal dari bagaimana

memahami firman Allah SWT,

ر ام ) ك ل م ن ع ل ه ا ف ان ل و ال ك ه ر ب ك ذ و الج لا ( ) ( و ي ب ق ى و ج Semua yang ada di bumi itu akan binasa (26) dan tetap kekal

Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (27)

(QS Al-Rahmân/55: 26-27)

Jelas sekali bahwa semua yang ada di bumi akan hancur dan

yang kekal adalah zat Allah SWT. Bagaimana para mufasir

menangkap pesan yang ada pada kedua ayat tersebut?

Dari penjelasan al-Zamakhsharî, ada tiga poin yang dipahami

terkait ayat di atas. Pertama, ia lebih memfokuskan pada sifat-sifat

yang menyerupai Allah ketimbang kekelan zat-Nya. Kedua, ia

menjelaskan –sebagimana juga dijelskan oleh al-Âlûsî149

- adanya

perbedaan bacaan pada kata ‘dzü’. Ia menukil bahwa ‘Abdullah

membacanya ‘dzî’, tidak ‘dzü’. Kata ‘dzî’ adalah sifat dari kata

‘rabbika’ (tuhanmu). Dengan demikian maksudnya adalah Dia adalah

tuhanmu yang disucikan dari sifat-sifat yang menyerupai-Nya oleh

ahli tauhid. Ketiga, dzû al-Jalâli wa al-ikrâm adalah adalah satu sifat

agung Allah SWT yang disarankan oleh nabi Muhammad SAW untuk

dilazimkan. Diriwayatkan, suatu hari ada seseorang sedang berdoa

menyebut-nyebut yâ dzâ al-Jalâli wa al-ikrâm150, kemudian rasul

lewat dan berucap ‘doa itu sudah dikabulkan untukmu’151

149 Al-Alûsî al-Baghdâdî, Rûh al-Ma’ânî …, Jilid IX, Juz ke-16, h. 110

150 Doa tersebut tidak ditulis lengkap oleh al-Al-Zamakhsharî. Ia lebih

memuat keterangan perawi dan kualitas hadits tersebut. Namun ditulis oleh al- Alûsî.

Page 259: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 245

Al-Alûsî memuat keterangan lebih lengkap. Menurutnya,

lawan bicara/khitâb pada kata “tuhanmu” adalah ditujukan kepada

nabi Muhammad SAW. penggunaan kata wajh adalah menunjukan

bahwa nabi Muhammad SAW mendapat kemuliaan khusus. Bisa jadi

al-Âlûsî menafsirkan demikian karena ia berpendapat nabi memang

sedang ‘menyaksikan’ zat Allah yang akan mewahyukan sesuatu

yang luar biasa. Walaupun demikian, al-Âlûsî juga menjelaskan

adanya keterangan lain berkaitan dengan penafsiran wajh rabbika.

Ada tafsiran kata wajh berarti tujuan atau maksud. Jelasnya adalah

segala perbuatan yang sesuai dengan tujuan dan maksud Allah SWT

yang senantiasa mengarah dan mendekat kepada-Nya.

Dengan demikian wa yabqâ wajhu rabbika berarti kekal

perbuatan baik yang sesuai dengan tujuan dan maksud Allah SWT.

C. Argumentasi Ahl al-Tarîqah

1. Pengumpulan Kafilah Terhomat dalam Surat Maryam/19: 85,

ن و ف دا ي و م ن ش ر ال م تق ي ي ا ل الرح (Ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang

yang bertakwa kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, bagaikan

kafilah yang terhormat

Perbuatan para pendosa yang sudah sangat keterlaluan

terkadang membuat muttaqîn152 lelah sehingga berharap kepada Allah

SWT agar para pendosa itu musnah dari muka bumi secepatnya agar

muttaqîn bisa istirahat dari perilaku mereka yang menjengkelkan.

Doa tersebut adalah اللهم أنى أسألك بأن لك المد ل اله ال أنب المنان بديع السموات و الرض ذو الجلال و الكرام يا حي يا قيوم

151 Abû al-Qâsim Jâr Allâh Mahmûd bin ‘Umar bin Muhammad al-

Zamakhsharî, Tafsîr al-Kasshâf, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah1424 H/2003 M),

Jilid ke-IV, h. 436

152 Muttaqîn adalah para wali Allah yang takut kepada-Nya saat di dunia.

Mereka mengikuti para rasul-Nya dan mengimani segala yang dikabarkannya.

Mereka mengikuti segala yang diperintahkan para rasul Allah dan menjauhkan

segala yang dilarangnya. Lihat. Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm,

jilid ke-3, h. 168

Page 260: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

246 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Namun Allah SWT melarang muttaqîn melakukan itu. Muttaqîn

dilarang memohon agar Allah SWT mempercepat azab kepada para

pendosa karena realisasi kenikmatan muttaqîn dan kesengsaraan

pendosa hanya menunggu waktu saja.153

Hal ini dinyatakan dalam Al-

Qurân,

ا ن ه م ي و م ي ر و ن م ا ل ل م ك ت ع ج ل و ا ال ع ز م م ن الرس ل و ل ت س ف اص ب ك م ا ص ب ر أ و ق و ن ل ك إ ل ال ق و م ال فس ي و ع د و ن ل م ل ي ل ب ث و ا إ ل س اع ة م ن ن ه ار ب لغ ف ه ل ي ه Maka bersabarlah

154 engkau (Muhammad) sebagaimana

kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati, dan

janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk

mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan,

mereka merasa seolah-olah tinggal (di dunia) hanya sesaat saja

pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak

ada yang dibinasakan, kecuali kaum yang fasik (tidak taat

kepada Allah) (QS Al-Ahqâf/46:35)

Pada saatnya nanti muttaqîn dan pendosa diperlakukan

berbeda. Muttaqîn dikumpulkan secara terhormat sedangkan pendosa

digiring ke neraka dalam keadaan dahaga. Suasana mencekam dan

mengerikan hanya dialami oleh para pendosa sedangkan muttaqîn

memperoleh guyuran kemuliaan dan terbebas dari rasa takut dan

menakutkan. Mereka dikumpulkan di tempat yang penuh dengan

keluhuran dan kasih sayang al-Rahmân.155

Saat keluar dari kuburnya,

mereka muncul dalam bentuk sangat indah dan sangat harum.

Keindahan dan keharuman itu adalah amal mulia mereka di dunia.156

Dalam hadis disebutkan, ketika dibangkitkan, muttaqîn

menghadap ke seekor burung putih yang membawa tumpukan emas

153 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-21, h. 253

154 Sabar terdiri atas beberapa macam: sabar terhadap yang dilarang, sabar

terhadap yang wajib, dan sabar terhadap pengaturan dan pilihan-Nya. Dengan

ungkapan lain, sabar dari sejumlah keinginan sebagai manusia dan sabar terhadap

pelbagai konsekuensi seorang hamba. Lihat, Ibn ‘Atâillâh, Mengapa Harus Bersejarah: Panduan Menyenangi Setiap Kenyataan. Penerjemah: Fauzi Faial

Bahreisy, (Jakarta PT. Serambi Ilmu Semesta, Oktober 2006), cet. ke-2, h. 45-45

155 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalaîn, Juz III, h. 359

156 Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-3, h. 168

Page 261: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 247

di atas sayap-sayapnya.157

Burung yang bermahkota mutiara dan

sapphire itu menerbangkan mereka158

menuju mahshar diirinigi

seribu malaikat yang mengawal dari belakang, kanan, dan kiri.

Kemudian melesatkannya menuju pintu surga. Di dekat pintu itu ada

sebuah pohon yang sehelai daunnya bisa diteduhi oleh lima ratus ribu

manusia. Di sebelah kanan pohon itu terdapat mata air suci. Setelah

ditegukkan air dari mata air itu maka Allah SWT menampakkan

hasud dari dalam hatinya lalu rontok rambut-rambutnya. 159

Hal ini

dinyatakan dalam Al-Qurân,

ت ب ر ق و ح لو ا أ س او ر م ن ف ضة و س ق اه م عل ي ه م ث ي اب س ن د س خ ض ر و ا س ر ب ه م ش ر اب ط ه و را

Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera

tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak,

dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.

(QS Al-Insân/76 :21)

Kemudian kembali menuju kiri pohon yang di dekatnya

terdapat mata air kehidupan lalu dimandikan sehingga ia hidup

selama-lamanya.

Keberadaan burung yang menyambut muttaqîn saat

dibangkitkan dikuatkan dengan hadis. Suatu hari nabi ditanya

tentang ayat Al-Qurân wa yawma nahshuru al-muttaqîn ila al-

rahmâni wafdâ. Lalu nabi menjelaskan kepada Ali seraya bersabda,

“wahai Ali, sesunggunya utusan-utusan terhormat adalah dengan

berkendaraan.160

عن علي عليه السلام قال. قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: و ال ذى نفسى 157يها رحال الذهب بيده ان المتقي اذا خرجوا من قبورهم استقبلوا بنوق ابيض لا أجنحة عل

Lihat, Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-21, h. 253

158 Mereka memakai sepatu seperti cahaya yang berkilau terang saat

bergerak. Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-3, h. 168

159 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalaîn, Juz III, h. 359

160 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalaîn, Juz III, h. 360

Page 262: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

248 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

2. Singkatnya Mengatur Urusan Komplek dalam Al-Sajadah/32: 5 ب ر ال م ر م ن السم اء ا ل ال ر ض ث ي ع ر ج ا ل ي ه ف ي و م ك ان م ق د ار ه ا ل ف ي د

س ن ة م ا ت ع دو ن Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian

(urusan) itu naik kepada-Nya161

dalam satu hari yang kadarnya

(lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS

Al-Sajadah/32: 5)

Kebesaran Allah SWT bisa dipahami dari bagaimana Dia

menciptakan dan mengatur makhluk-Nya. Ibarat seseorang yang

memiliki banyak kerajaan agung dan megah, ia akan menjadi besar

dan agung jika efektif mengurus semua kerajaannya. Sebaliknya,

kebesaran dan keagungannya menyusut jika terdapat ketimpangan

atau kekeliruan dalam mengurusnya. Urusan itu turun dari langit

menuju para hamba-Nya lalu hasil dari urusan itu yang berbentuk

perbuatan mulia naik kepada-Nya selama seribu tahun perjalanan

manusia.162

Perjalanan seribu tahun itu adalah perjalan dari langit ke bumi

kemudian dari bumi ke langit. Dari bumi ke langit menghabiskan

waktu lima ratus tahun dan sebaliknya juga lima ratus tahun.

Perjalanan yang seribu tahun menurut perhitungan manusia namun

sehari163

menurut perhitungan-Nya, tersirat makna keluarbiasaan

dalam mengurus beragam hal yang komplek. Mengurus hal komplek

yang tidak tuntas dalam sehari sehingga dilanjutkan pada hari kedua

adalah tidak sama dengan mengurus hal komplek yang tuntas namun

dilakukan selama bertahun-tahun. Namun bagi-Nya, tidak ada

161 Beritanya yang dibawa oleh malaikat, Ayat ini suatu tamsil bagi

kebesaran Allah dan keagungan-Nya. Lihat, Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media 2005), h. 415

162 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-25, h. 173

163 Urusan yang berawal dan berakhir dalam sehari ini mengandung

pemahaman bahwa urusan itu bersifat hâdits (diciptakan/baharu) bukan qadîm

(kekal) karena hari adalah bagian dari banyak waktu yang diciptakan. Lihat, Al-

Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-25, h. 173

Page 263: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 249

waktu terputus dan tidak butuh waktu lama dalam mengurus segala

hal yang rumit dan komplek.164

Pengurusan itu adalah pengurusan yang bersifat materi dan

non-materi. Kata “amr”/(urusan) digunakan karena di dalamnya

tersirat makna non materi. Ruh yang merupakan non-materi adalah

bagian dari urusan-urusan-Nya. Dalam Al-Qurân dinyatakan,

ت م م ن ال ع ل م ا ل ق ل ي لا أ ل و ن ك ع ن الر و ح ق ل الو ح م ن أم ر ر بى و م ا أ ت ي و ي س Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh,

Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, sedangkan

kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.(QS Al-Isrâ/17: 85)

3. Selesainya Semua Urusan dalam al-Ma’ârij/70: 4

ي ا ل ف س ن ة ئ ك ة و الرو ح ا ل ي ه ف ي و م ك ان م ق د ار ه خ س ت ع ر ج ال م لا

Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan

dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.165

(QS Al-

Ma’ârij/70: 4)

Naiknya para malaikat dan “al-rûh” kepada Tuhan berarti

selesainya segala urusan dengan kembali kepada Tuhannya.166

. Ini

terjadi saat kiamat167

karena kiamat adalah hari penampakan

selesainya segala perantara urusan alam. Malaikat dan al-rûh168 yang

164 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-25, h. 173

165 Para malaikat dan Jibril menghadap Tuhan memakan waktu satu hari,

Apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu lima puluh ribu tahun. Lihat,

Departemen Agama RI, Al-Qurân dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta

Media 2005), h. 569

166 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-30, h. ١23 167 Ini terjadi saat kiamat. Bilangan lima puluh ribu tahun sebagai warning

menakutkan bagi orang-orang kafir karena pada masa yang lama itu mereka

menjalani hisab hingga akhirnya diceburkan ke neraka. Lihat. Wahbah Zuhailî, al-Tafsîr al-Munîr fî al-‘Aqîdah…, Jilid ke-29, h. 114

168 Al-Rûh adalah malaikat yang lebih agung dari Jibril dan Mikail. Lihat,

Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalaîn, Juz V, h. 496. Menurut Ali karrama allâh wajhahu, Al-Rûh adalah malaikat paling berkuasa dan paling gagah. Ia memiliki

tujuh puluh ribu wajah yang setiap wajahnya terdapat tujuh puluh ribu lidah lidah,

tiap lidahnya terdapat tujuh puluh ribu bahasa dan dengan semua bahasa tersebut ia

senantiasa bertasbih kepada Allah SWT dan dari setiap tasbihnya Allah ciptakan satu

Page 264: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

250 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

merupakan perantara-Nya dalam mengurus alam kembali kepada-Nya

karena segala perantara lainnya sudah tiada.169

Dalam Al-Qurân

dinyatakan و ا ل ي ه ي ر ج ع ال م ر ك له (dan kepada-Nya segala urusan

dikembalikan). Dengan demikian, kata “naik” bukan berarti berarti

Tuhan ada di atas.

Al-rûh dipahami sebagai malaikat Jibril mengingat Al-Qurân

menyebut Jibril dengan ungkapan al-rûh al-amîn170 sebagaimana

dinyatakan dalam surat al-Shu’arâ,

ن ز ل ب ه الر و ح ال م ي ع ل ى ق ل ب ك Yang dibawa Turun oleh Al-rûh al-Amîn (Jibril) (QS Al-

Shu’arâ/26: 193)

ل ق ل ي ث ب ت الذ ي ر ى ق ل ن زل ه ر و ح ال ق د س م ن ر ب ك ب ن ء ام ن و ا و ه دى و ب ش ل م ي ل ل م س

Katakanlah: “Rohulkudus (Jibril) menurunkan Al-Qurân itu

dari Tuhanmu dengan kebenaran, untuk meneguhkan (hati)

orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta

kabar gembira bagi –orang-orang yang berserah diri (kepada

Allah) (QS Al-Nahl/16:102)

Kembalinya semua urusan kepada-Nya hanya membutuhkan

waktu satu hari namun lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun

perhitungan waktu dunia. Urusan satu species hewan saja sejak dunia

tercipta hingga berakhir tidak bisa dibayangkan rumitnya apalagi

urusan seluruh ciptaan-Nya. Itulah mengapa ada lima puluh tempat

persinggahan pada hari kiamat. Setiap tempat persinggahan lamanya

malaikat yang langsung terbang bersama para malaikat lainnya hingga hari kiamat.

Lihat, Bihâr al-Anwâr, juz 23, h. 629

169 Al-Tabâtabâî , Al-Mîzan fî Tafsîr al-Qurân fî Tafsîr al-Qurân, jilid ke-20,

h. 8

170 Al-Tabâtabâî, Al-Mîzan fî Tafsîr al-Qurân fî Tafsîr al-Qurân, jilid ke-20,

h. 9

Page 265: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 251

seribu tahun sehingga waktu kelimapuluh tempat persinggahan

tersebut menjadi lima puluh ribu tahun.171

4. Lapisan Jauh dan Ilmu Multi Jangkau dalam al-Talaq/65: 12

ن ه ن ث ل ه ن ي ت ن زل ال م ر ب ي الله الذ ى خ ل ق س ب ع س و ات و م ن ال ر ض م ر و ا ن الله ق د ا ح اط ب ك ل ش ي ئ ع ل ما ل ت ع ل م و ا ا ن الله ع ل ك ل ش ي ئ ق د ي

Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan)

bumi juga serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu

mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan

ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.( QS Al-

Thalaq/65: 12)

Keberadaan tujuh langit dan tujuh bumi adalah salah satu

contoh kemahakuasaan-Nya. Tidak ada yang tidak sependapat

bahwa jumlah langit adalah tujuh. Kisah Isra Nabi Muhammad

hingga ke langit ke tujuh bagian dari yang membenarkannya. Seperti

halnya dengan langit, ada tujuh bumi yang saling berlapis.172

Jarak

antara satu lapisan dengan lapisan lainnya sejauh jarak antara satu

langit dengan langit lainnya. Keberadaan tujuh bumi sering diucap

Nabi Muhammad SAW setiap beliau memasuki suatu desa dan saat ia

mengingatkan siapapun untuk tidak mengambil tanah yang bukan

miliknya. Sebagaimana dalam sabdanya,

اللهم رب السموات السبع و ما اظللن و رب الرضي السبع و ما اقللن و ين إن نسالك خي هذه رب الشياطي و ما اضللن و رب الرياح و ما أذ ر

١٧3القرية و خي أهلها و نعوذ من شرها و شر أهلها و شر ما فيها

171 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalaîn, Juz III, h. 509

172 Terdapat sejumlah pendapat yang saling berbeda mengenai tujuh lapis

bumi. Misalnya: maksud tujuh lapis bumi adalah satu bumi memiliki tujuh lapis

seperti bawang, Satu bumi memiliki tujuh musim dan memiliki tujuh benua.

Pendapat lain menyatakan maksud tujuh lapis bumi adalah tujuh bumi dan setiap

bumi terdapat seorang nabi dan setiap penduduk bumi-bumi itu dapat melihat langit

dari dataran masing-masing serta bertopang pada sinar dari langit. Lihat, Mustafâ

Muhammad al-Tair, Percikan Cahaya Ilahi. Penerjemah: Subhan Nur, (Jakarta: Qisthi

Press, 2006), cet. ke-2, h. 192

173 Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân, Jilid ke-17, Juz ke-17, h. 174

Page 266: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

252 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Ya Allah, Tuhan langit tujuh, apa yang mereka naungi? Tuhan

bumi tujuh, apa yang mereka bawa, Tuhan para shaitân, apa

yang mereka sesatkan?, Tuhan angin, apa yang mereka

hembuskan? Sungguh kami memohon kepadamu kebaikan desa

ini dan kebaikan penduduknya dan (kami memohon

perlindungan) kepada-Mu dari keburukannya, keburukan

penduduknya, dan keburukan segala yang ada di dalamnya.

١٧4القيامة من سبع أرضي شبا من الرض ظلما فإن ه ي ط وق ه يوم من أخذ

Barang siapa yang mengambil sejengkal tanah secara zalim

maka di lehernya digantungkan tujuh bumi pada hari kiamat

Langit, sebagaimana terlihat, ia tidak memiliki tiang-

tiang175

namun langit mempunyai jalan-jalan.176

Bumi kedua dan

seterusnya adalah ibarat jalan-jalan langit. Bumi dunia adalah bumi

pertama dan di atas langit bumi terdapat permukaan. Bumi kedua

ada di atas langit dunia177

dan di atas langit kedua terdapat

permukaan. Bumi ketiga ada di atas langit kedua dan di atas langit

ketiga ada permukaan. Bumi keempat ada di atas langit ketiga dan di

atas langit keempat terdapat permukaan. Bumi kelima ada di atas

langit keempat dan di atas langit kelima terdapat permukaan. Bumi

174 Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân, Jilid ke-17, Juz ke-18, h. 174

ت و ى ع ل ى ال ع ر ش و س خر الشمس و 175 ن ه ا ث اس الله الذ ى ر ف ع ال سموات بغ ي ع م د ت ر و يت ل ع لك م ب ل ق آء ر ب ك م ت و ق ن و ن ل ال ر ي ف ص ب ر ال م Allah yang ال ق م ر ك ل يج ر ى ل ج ل م س مى ي د

meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia

bersemayam di ‘Arsy. Dia menundukkan matahari dan bulan; masing-masing beredar

menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan (makhluk-Nya) dan

menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan

Tuhanmu. (QS Al-Ra’d/13: 2)

-Demi langit yang mempunyai jalan-jalan. (QS Al و السم اء ذات ال ب ك 176

Dzariyat/51: 7) 177 Langit kedua adalah langit pertama yang bermaterikan ombak yang

tertutupi/terhalangi, langit kedua bermaterikan bebatuan keras, langit ketiga

bermaterikan besi, langit keempat bermaterikan tembaga, langit kelima bermaterikan

perak, langit keenam bermaterikan emas, dan langit ketujuh bermaterikan batu

permata. Lihat, Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-30, h. 40

Page 267: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 253

keenam ada di atas langit kelima dan di atas langit keenam terdapat

permukaan. Bumi ketujuh ada di atas langit keenam dan di atas

langit ketujuh ada permukaan. ‘Arsh al-Rahmân ada di atas langit

ketujuh. 178

Dalam Al-Qurân dinyatakan,

وات ط ب اقا ما ت ر ى ف خ ل ع الذ ي خ ل ق س ب ع س ن م ن ت فو ت ف ار ج ق الر ح ال ب ص ر ه ل ت ر ى م ن ف ط و ر

Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan

kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan

Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu

lihat sesuatu yang cacat? (QS Al-Mulk/67:3)

Semua urusan terkendali dan termonitor mulai dari langit

tertinggi hingga bumi terendah. Wahyu turun dari langit tertinggi

menuju bumi terendah, urusan mati, hidup, selamat, celaka, dan

lainnya melintas melalui rute-rute langit dan bumi yang semuanya

terpantau oleh ilmu-Nya.179

Kekuasaan dan ilmu-Nya benar-benar

meliputi segala sesuatu.

5. Pahitnya Kegelapan dan Manisnya Hidayah dalam al-An’âm/6:

122

ى ب ه ف الناس ك م ن مث ل ه ف ن اه و ج ع ل ن ا ل ه ن و را يم ش ي ي ا و م ن ك ان م ي تا ف ا ح ان و ا ي ع م ل و ن ن ه اك ذل ك ز ي ن ل ل كف ر ي ن م اك الظل م ات ل ي س ب ار ج م

Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan

Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di

tengah-tengah orang banyak sama dengan orang yang berada

dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana?

Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir

terhadap apa yang mereka kerjakan. (al-An’âm/6: 122)

Perumpamaan manusia yang diberikan hidayah dan taufik

sehingga ia kuasa membedakan kebenaran dan kesesatan adalah

seperti manusia yang mati lalu dihidupkan kembali kemudian ia

178 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalaîn, Juz ke-5, h. 366

179 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-30, h. 40

Page 268: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

254 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

berjalan di tengah-tengah khalayak ramai. Manusia yang pernah mati

kemudian dihidupkan kembali maka ia kuasa membedakan orang-

orang di sekelilingnya yang berada dalam kebenaran, yang berada

dalam kesesatan, dan yang berada dalam kesesatan tetapi ingin

kembali kepada kebenaran namun ia tidak kuasa.180

Manusia sebelum tersentuh hidayah ilahi seperti bangkai yang

diharamkan dari nikmat hidup; tidak merasakan apapun dan tidak

bergerak. Namun jika terisi hidayah sehingga beriman kepada

Tuhannya maka ia seperti bangkai yang dihidupkan kembali yang

diberikan cahaya yang dengan cahaya itu ia ‘melihat’ yang baik, yang

buruk, yang bermanfaat, dan yang membahayakan. Yang demikian

itu diumpamakan dalam Al-Qurân “Dia mengeluarkan yang hidup

dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup”181

Maksud dari yang hidup adalah mumin yang materi tanah

penciptaanyanya bersumber dari tanah kâfir. Maksud dari yang yang

keluar dari yang hidup adalah kâfir yang materi tanah penciptaannya

bersumber dari mumin. “Kematian” mumin disebabkan materi tanah

penciptaannya bercampur dengan kâfir.182

Orang kafir seperti orang yang berada dalam ruang gelap yang

tidak berpintu sehingga tidak bisa keluar dari dalamnya. Ruang

gelap itu ibarat ketidaktahuan membedakan antara yang baik dengan

yang buruk, antara yang bermanfaat dengan yang membahayakan,

dan antara petunjuk/hidâyah dengan kesesatan/dalalâh sehingga ia

tidak bisa mendengar dan menjawab seruan ilahi.183

Dalam Al-Qurân

dinyatakan,

180 Al-Zamakhsharî, Tafsîr al-Kasshâf, , jilid ke-2, h. 60. ‘Umar bin Khattâb

atau ‘Âmir bin Yâsir adalah contoh dua manusia yang sebelumnya dalam kesesatan

kemudian dianugrahkan keteguhan iman. Namun demikian, manusia yang

sebelumnya ‘mati’ lalu’dihidupkan’ bukan hanya mereka berdua saja karena ayat

tersebut mengandung pemahaman umum. Lihat, Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-2, h. 210

181 ... QS Al-Rûm/30 : 19 يج ر ج ال ي م ن ال م ي ت و ي ر ج ال م ي ت م ن ال ي

182 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalaîn, Juz ke-1, h. 763 183 Al-Tabâtabâî, Al-Mîzan fî Tafsîr al-Qurân, jilid ke-7, h. 348. Abû Jahl

‘Amr bin Hishâm adalah contoh manusia yang berada dalam kesesatan dan tidak bisa

keluar dari kesesatan itu. Lihat, Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm,

jilid ke-2, h. 210

Page 269: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 255

ع و ن ع ث ه م الله ث إ ل ي ه ي ر ج م ع و ن و ال م و ت ى ي ب ي ب الذ ي ن ي س ت ج إ ن ا ي س Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi

(seruan Allah), dan orang-orang yang mati, kelak akan

dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nya mereka

dikembalikan. (QS Al-An’âm/6: 36)

Dalam hadis disebutkan,

عن رسول الله صلى الله عليه و سلم أنه قال: إن الله خلق خلقه ف ظلمة ث ١٨4رش عليهم من نوره فمن أصابه ذلك النور اهتدى و من أخطأه ضل

Dari Rasulullah SAW, ia bersabda: sesungguhnya Allah SWT

menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan. Kemudia Dia

memercikkan sebagian cahaya-Nya kepada mereka. Orang

yang terkena cahaya-Nya memperoleh petunjuk sedangkan

yang menyalahkan cahaya-Nya memperoleh kesesatan.

Perumpamaan orang yang memperoleh hidayah dengan orang

yang dalam kegelapan adalah seperti orang yang berjalan di atas jalan

yang lurus dan orang yang berjalan terjungkal;185

seperti orang buta

serta tuli dengan orang yang dapat melihat serta dapat

mendengar;186

seperti gelap gulita dengan cahaya;187

seperti yang

teduh dengan yang panas;188

seperti orang yang hidup dengan orang

yang mati.189

Namun substansi di sini adalah bukan pemahaman umum

seperti di atas karena Allah SWT menetapkan adanya kehidupan

abadi yang tidak terputus dengan kematian dunia. Ada manusia

senantiasa dalam lindungan-Nya sehingga tidak pernah merasa lelah

dan letih, yang dilihatnya hanya kebaikan, yang dituju hanya

kebahagiaan, dan ia selalu dalam keadaan aman tanpa takut

184 Hadis ini dikutip Ibn Katsîr dari Musnad imam Ahmad. Lihat, Ibn Katsîr

Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-2, h. 210

185 QS al-Mulk/67 :22

186 QS Hûd/11 :24

187 QS Fâtir/35 :20

188 QS Fâtir/35 :21

189 QS Fâtir/35 :21

Page 270: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

256 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

sedikitpun. Jika keadaan manusia seperti ini maka ia bisa melihat

yang tidak bisa dilihat orang lain, bisa mendengar yang tidak

didengar orang lain, bisa memikirkan yang tidak dipikirkan orang

lain, dan menginginkan yang tidak diinginkan orang lain.190

6. Dua Surga dalam al-Rahmân/55: 46

ام ر ب ه ج نت و ل م ن خ اف م ق Dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada

dua surga. (QS Al-Rahmân/55: 46)

Imbalan dua surga menanti orang-orang yang takut kepada

Allah. Rasa takut itu disebabkan keagungan dan keluhuran-Nya

sangat dirasakan sehingga mereka merasa sebagai makhluk terhina di

hadapan-Nya. Kedahsyatan rasa takut itu dapat membuat gunung

yang menjulang tinggi dan kokoh menjadi tunduk dan hancur

terpecah belah. Perasaan takut itu membuat mereka merasa seolah

azab jahannam dan siksa pedih lainnya muncul di hadapannya.191

Mereka takut sesat cepat atau lambat sehingga siang dan malamnya

disibukkan dengan taubat.192

Orang-orang yang memiliki perasaan

takut seperti itu adalah para ulama.193

Mereka takut kepada-Nya saat

terlihat dan tidak terlihat makhluk-Nya (fi al-sirri wa al-

‘alâniyyah).194

Mereka yang takut kepada-Nya memperoleh dua surga;195

surga

sebab sudah melakukan kebaikan dan surga sebab sudah

190 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-7, h. 348-349

191 Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qurân ini kepada sebuah gunung, pasti

kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada

Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya

mereka berfikir (QS: Al-Hashr/59: 21)

192 Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-4, h. 333

(QS Fâtir/35: 28) ا ن ا ي ش ى الله م ن ع ب اد ه ال ع ل م اء 193

194 Al-Huwayzî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalaîn, Juz ke-5, h. 197

195 Dalam hadis riwayat Ibn ‘Abbâs dinyatakan bahwa maksud dari dua surga

adalah dua taman yang berada di dalam hamparan surga. Luas setiap taman tersebut

adalah sejauh perjalanan seratus tahun. Di tengah tamannya ada sebuah bangunan

terbuat dari cahaya. Liha, Al-Qurtubî, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân, juz ke-27, h. 177,

Page 271: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 257

meninggalkan keburukan. Surga sebagai ganjaran perbuatan baik

berupa surga kenikmatan jasmani sedangakan surga sebagai ganjaran

meninggalkan perbuatan buruk adalah suga rohani.196

Mereka

mendapat keduanya: nikmat surga dan ridwân197-Nya sebagaimana

kisah penduduk surga yang ditawarkan Allah SWT sesuatu yang lebih

utama dari kesenangan surga itu sendiri.

Orang-orang yang menahan diri dari keinginan nafsunya juga

surga tempat tinggalnya. Bisa jadi mereka juga memperoleh dua

surga sebab mereka digandengkan dengan orang-orang yang takut

kepada kebesaran Tuhannya. Sebagaimana dinyatakan dalam Al-

Quran,

ي ال م أ و ى و أ ما م ن خ اف م ق ام ر ب ه و ن ه ى الن ف س ع ن ال و ى )( ف إ ن الج نة ه

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran

Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya

(40) maka sesungguh, surgalah tempat tinggal(nya)(41) (QS al-

Nâzi’ât/79: 40-41)

Sesungguhnya selain dua surga tersebut masih ada dua surga lagi: dua

surga dari emas untuk hamba-Nya yang senantiasa dekat kepada-Nya

dan dua surga dari dedaunan untuk ashab al-yamîn sebagaimana

dinyayakan dalam Al-Quran,

ن ت ان و م ن د و ن م ا ج Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi (QS al-

Rahmân/55 :62)

dalam hadis riwayat al-Bukhârî dinyatakan bejana dan segala isi dua surga ada yang

terbuat dari perak dan ada yang terbuat dari emas. Tatkala penghuninya melihat

Tuhannya, mereka hanya melihat “selendang kebesaran-Nya” pada “wajah-Nya”.

Lihat, Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-4, h. 333

196 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, juz ke-29, h. 124, Lihat juga, Ahmad Mustafa

al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, (Bairût: Dâr Ihyâ al-Turats al-‘Arabî, 1973/1394 ), juz

ke-27, h. 123

197 Ridwân Allah adalah lebih besar (dari surga yang mengalir di bawahnya

sungai-sungai). Ridwân Allah adalah keberuntungan yang besar. QS :Al-Tawbah/9:

72

Page 272: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

258 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

7. Tujuh Pintu Jahannam dalam al-Hijr/15: 44)

ن ه م ج ز ؤ م ق س و م ع ة ا ب و اب ل ك ل م ب ل ا س (Jahannam) itu mempunyai tujuh pintu. Setiap pintu (telah

ditetapkan) untuk golongan tertentu dari mereka (Al-Hijr/15:

44)

Neraka memiliki tujuh tingkatan. Siksa pada tiap tingkatan

beragam dan berbeda198

. Ketujuh tingkatan itu adalah Jahannam,

Laza, Hutamah, Sa’îr, Saqar, Jahîm, dan Hawiyah. Orang munafik

ada di neraka tingkatan paling bawah199

. Tingkatan pertama untuk

ahli tauhid yang sebab perbuatannya mereka ditempatkan di neraka

namun selanjutnya dikeluarkan. Tingkatan kedua untuk Yahudi,

tingkatan ketiga untuk Nashrani, tingkatan keempat untuk Sâbiîn,

tingkatan kelima untuk Majusi, tingkatan keenam untuk musyrik

Arab, dan tingkatan ketujuh untuk munafik.200

Salah satu contoh

munafik adalah mereka yang menghianati Nabi dalam urusan

keluarganya (ahl al-bait) dan menumpahkan darah terhadap

keluarganya setelah Nabi wafat.201

Selain dari itu, siapapun yang menghunuskan pedang ke umat

nabi Muhammad maka ia menempati salah satu neraka yang tujuh.

Sebagaimana sabda nabi,

عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه و سلم قال: لجهنم سبعة أبواب بب 202منها لمن سل السيف على أمتي

198 Al-Tabatabâî , Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân, juz ke-12, h. 169

199 Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan

yang paling bawah dari neraka. (QS Al-Nisa/4 :145)

200 Al-Râzî, Mafâtih al-Ghaib, Juz 19, h. 195

ه ال عن أبى ذرقال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: لجهنم بب ل يدخل من 201 Lihat, al-Tabatabâî , Al-Mîzân fî Tafsîr من أخفرنى ف أهل بيتي و أراق دماءهم من بعدي

al-Qurân, juz ke-12, h. 1٧5 202 Ibn Katsîr Al-Dimashqî, Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm, jilid ke-, h. 672

Page 273: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Tinjauan Mufasir Terhadap Pemikiran al-Ma’ad Sayyid Haydar al-Âmulî 259

Dari Ibn ‘Umar, dari Nabi SAW, bersabda ia: Jahannam

memiliki tujuh pintu. Satu dari pintu-pintu tesebut untuk

orang yang menghunuskan pedang ke umatku.

Berikut ini tabel nama-nama neraka dan penghuninya

menurut sejumlah mufasir,

Tabel nomor 9 : Nama Neraka & Penghuninya Menurut Mufasir

NO. NAMA NERAKA PENGHUNI

1. Hawiyah Muslim pendosa

2. Jahîm Yahudi

3. Saqar Nasrani

4. Sa’îr Sâbiûn

5. Hutamah Majusi

6. Lazâ Musyrik

7. Jahannam Munafik

Jumlah tujuh tersebut bisa jadi merujuk pada tujuh anggota

tubuh manusia yang merupakan sumber kedurhakaan. Yaitu: mata,

telinga, lidah, perut, kemaluan, kaki, dan tangan. Ketujuh anggota

tubuh itu juga dapat menjadi sumber ketaatan jika diniatkan tulus

untuk Allah SWT sehingga mengantarkannya ke surga yang

memiliki delapan pintu. Jumlah delapan merujuk pada ketujuh

anggota tubuh tersebut ditambah dengan niat tulus untuk Allah

SWT203

.

203 Quraish Shihab, Tafsir al.-Misbah, vol. 6, h. 468

Page 274: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

260 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Page 275: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

261

BAB VI

Penutup

A. Kesimpulan

Setelah diuraikan berbagai konsep al-ma’âd, tinjauan mufasir

tentang ayat-ayat al-ma’âd, dan pemikiran Sayyid Haydar al-Âmulî

tentang al-ma’âd, maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Narasi qurani yang mengungkapkan kehancuran alam semesta1

dipahami Âmulî sebagai kiamat kosmik yang merupakan fase

selesainya periode kehidupan dunia dan fase kehadiran imam

Mahdi yang menandakan berakhirnya ketetapan sharî’ah. Al-

ma’âd dipahami sebagai berkumpulnya seluruh bagian jasad

dan kembalinya semua roh kepada jasad seperti semula.

Kejadian itu sangat memungkinkan karena sifat jasad tidak

menolak sifat pembentukan ulang. Selain dari itu, hikmah

kebangkitan jasad mengandung manfaat agar manusia

mencegah perbuatan dosa.

Kiamat dan kebangkitan ibarat penampakan Tuhan melalui

sifat-sifat-Nya. Seluruh nama-Nya dipahami sebagai

manifestasi-Nya di dunia dan akhirat yang merupakan dua

tempat penamapakan-Nya. Kiamat ibarat perubahan,

pergantian, dan pengembalian alam nyata menuju alam

tersembunyi sebagaimana dunia sebagai penampakan Yang

Maha Tersembunyi melalui semua yang nampak.

Kiamat besar ibarat kembalinya seluruh alam rohani dari

seluruh akal dan jiwa menuju esensi pertama yang merupakan

elemen besar yang ditampakkan Allah SWT. Lalu dari elemen

1 “Dan apabila matahari digulung (1) Dan apabila bitang-bintang berjatuhan

(2) Dan apabila gunung-gunung dihacurkan (3 ) Dan apabila unta-unta yang bunting

ditinggalkan (tidak terurus) (4) Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan (5)

Dan apabila lautan dipanaskan (6) Dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh)

(7) Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya (8) Karena

dosa apakah dia dibunuh (9) Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia)

dibuka (10) Dan apabila langit dilenyapkan (11) Dan apabila neraka jahim

dinyalakan (12) Dan apabila surga didekatkan(13) al-Takwîr/81: 1-13

Page 276: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

262 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

besar itu diwujudkan visualisasi akhirat dalam bentuk utuh

yang tidak berubah selamanya.

2. Pendapat sejumlah mufasir kiamat banyak berseberangan

dengan pemikiran Âmulî. Saat menafsirkan QS 27: 832

misalnya, Ibnu Katsîr, al-Zamakhsharî, al-Râzî, dan Tabâtabâî

berpendapat ayat itu mengisahkan hari kiamat dan berkaitan

erat dengan kemunculan sejenis hewan melata dari dalam bumi

sebagai salah satu tanda kiamat. Namun menurut Âmulî tidak

demikian. Berdasarkan QS 18: 473, Âmulî membantah pedapat

seperti itu dengan alasan sifat kebangkitan kiamat adalah

menyeluruh, bukan sebagian.

Selanjutnya, perihal ketakutan besar saat langit digulung4

menurut Âmulî adalah proses pergantian alam materi menjadi

alam barzakh dalam bentuk azab besar5. Pendapat ini tidak

dinyatakan sejumlah mufasir. Kebanyakan mereka hanya

menafsirkannya dengan kemudahan menggulung langit

semudah menggulung lembaran kertas yang dianalogikan

sebagai catatan kehidupan.

Lebih dari itu, Âmulî melihat adanya sisi lain yang tidak

dilihat sejumlah mufasir. Dalam kontek figur terkemuka di

dunia dan akhirat6 contohnya, sejumlah mufasir konsentrasi

hanya pada pengenalan figur Al-Masîh Isa Putra Maryam dan

peristiwa pengangkatannya ke langit. Namun Âmulî melihat

2 Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami mengumpulkan dari setiap umat

segolongan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam

kelompok-kelompok) (QS Al-Naml/27: 83)

3 Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-gunung dan

engkau akan melihat bumi itu rata dan Kami kumpulkan mereka (seluruh) manusia,

dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka. QS, Al-Kahf/18: 47

4 (Ingatlah) pada ari langit Kami gulung seperti menggulung

lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama,

begitulan Kami akan mengulanginya lagi. (Suatu) janji yang pasti Kami tepati;

sungguh, Kami akan melaksanakannya. (QS Al-Anbiyâ/21: 104)

5 Dan pasti Kami timpahkan kepada mereka sebagian siksa yang

dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); agar mereka kembali (ke

jalan yang benar) (QS al-Sajadah/32 :21)

Page 277: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Penutup 263

sisi lain; yaitu kematian visual dan kematian abstrak.

Kematian visual dan abstrak adalah sarana menjadi figur

terkemuka di dunia dan akhirat mengingat kematian ibarat

kehancuran, kehidupan ibarat konsturksi bangunan akhirat, dan

kebangkitan ibarat pertanggungjawaban/hisâb.

Dalam memahami QS/6: 1227, Âmulî membagi kematian

menjadi empat: Kematian merah, kematian putih, kematian

hijau, dan kematian hitam. Kematian merah adalah simbol

warna darah shuhadâ dan warna wajah yang kemerahan sebab

cahaya ilahi saat mati dalam peperangan. Walaupun demikian,

Âmulî menilai shuhadâ bukan satu-sutunya pejihad. Kematian

putih simbol rasa lapar yang menyinari batin dan memutihkan

hati. Selama seorang sâlik tidak kenyang selama itu pula ia

mati putih yang kemudian menghidupkan ketajaman

firasatnya. Orang yang kenyang perutnya maka mati ketajaman

firasatnya. Kematian hijau adalah simbol memakai pakaian

lusuh. Seseorang yang berpakaian hanya mempertimbangkan

sebagai penutup aurat agar salatnya sah, maka ia telah mati

hijau karena hidupnya sudah nyaman dengan kesegaran

wajahnya yang menatap keindahan zat. Kematian hitam adalah

simbol kematian hati dari segala yang dicintai sehingga fanâ

pada Allah sebab dirinya mati dari semua yang dicintai yang

kemudian hidup dengan bantuan kehadiran al-wujûd al-mutlaq.

Empat kematian yang dilontarkan Âmulî tidak disinggung

sejumlah mufasir. Dalam menafsikan ayat yang sama, mufasir

terlihat hanya mempertegas perbedaan mumin dan kafir.

Penjelasan sedikit lebih luas hanya saat membandingkannya

dengan ayat “Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan

mengeluarkan yang mati dari yang hidup.”8 Dari sini mufasir

6 Wajîhan fî al-dunyâ wa al-âkhirah (QS Âli ‘Imrân/3: 45)

7 Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia

cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak sama

dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari

sana? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafirterhadap apa yang

mereka kerjakan. (QS al-An’âm/6: 122)

8 ... QS Al-Rûm/30 : 19 يج ر ج ال ي م ن ال م ي ت و ي ر ج ال م ي ت م ن ال ي

Page 278: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

264 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

memperluas penjelasasanya bahwa maksud dari “yang hidup”

adalah” mumin yang materi tanah penciptaanyanya bersumber

dari tanah kâfir” dan maksud dari “yang yang keluar dari

yang hidup” adalah “kâfir yang materi tanah penciptaannya

bersumber dari mumin”. “Kematian” mumin disebabkan

materi tanah penciptaannya bercampur dengan kâfir.

3. Konsep al-ma’âd Sayyid Haydar al-Âmulî tidak mengandung

semua aspeknya. Hal ini terlihat saat menjelaskan pra

kehidupan akhirat Âmulî hanya menerangkan kedatangan

imam Mahdi tidak menerangkan tiupan sangkakala dan Dajjâl.

Penjelasannya tentang barzakh, surga dan neraka sebatas

menguatkan pendapatnya pada tema tertentu.

4. Sayyid Haydar al-Âmulî selalu mengklasifikasikan manusia ke

dalam tiga kelompok untuk memahami pemikirannya tentang

suatu hal. Ketiga kelompok itu adalah ahl al-sharî’ah, ahl al-

tarîqah, dan ahl Al-Haqîqah. Hal ini juga terjadi pada

pemikirannya tentang al-ma’âd. Dengan demikian, pemikiran

al-ma’âdnya di-homonim-kan dengan ma’âd Shatahat9 (Ma’âd

Sharî’ah, Tarîqah, dan Haqîqah)

B. Rekomendasi

Selaku sosok abad ke-14 masehi, sejarah dan pemikiran Âmulî

terasa masih sunyi dari kegemerlapan akademik sehingga usaha

membuka tabir keberadaan dan pemikirannya perlu dilebarkan.

Walaupun gagasannya tentang al-ma’âd sudah tertuang di sini namun

disadari bahwa ini adalah penelitian pustaka yang memungkinkan

munculnya pemikiran, ide, dan interpretasi lain. Oleh sebab itu

direkomendasikan sebagai berikut:

1. Pemikiran Âmulî tidak hanya sebatas al-ma’âd. Banyak

pemikiran lainnya yang belum terangkat secara menyeluruh

9 Shatahat dalam tradisi sufisme adalah perkataan Tuhan yang diucapkan

melalui perantara lisan sufi. lihat, Hamdani Anwar, Ittihad Abu Yazid dan Hulul Al-

Hallaj: Studi Perbandingan Tentang Tauhid dalam Sufisme.) Disertasi Program

Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta, 1994, h. 125,

Page 279: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Penutup 265

terlebih jika dibandingkan dengan disiplin ilmu tertentu. Pada

sejumlah artikel, ide-ide Âmulî hanya disinggung tema-tema

besar dengan menggunakan bahasa penulisnya sehingga terasa

jauh dari pemahaman substantif yang dimaksud Âmulî.

2. Kajian kehidupan setelah mati sesungguhnya tidak pernah

mati. Sejumlah pemikiran baru atau yang nampak baru hasil

dari pendalaman kajian eskatologi masih terus bermunculan.

Selain dari itu, informasi kedatangan Yâjuj wa Majûj dan

Dajjâl masih berkiblat pada ”teori” menurut si A dan menurut

si B.

Page 280: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

266 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Page 281: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

267

Daftar Pustaka

Abû Zahrah, Muhammad, Dirâsât fî al-Adyân, Al-Qâhirah: Dâr al-

Fikr al-‘Arabî, t.t.

Abidin, Zainal, Imâmah Dan Impliksinya dalam Kehidupan Sosial:

Telaah atas Pemikiran Teologi Syîah, Badan Litbang &

Diklat Kementerian Agama, November 2012

Al-Alûsî al-Baghdâdî, Shihâb al-Dîn al-Sayyid Mahmûd, Rûh al-

Ma’ânî, fî Tafsîr al-Qurân al-‘Azîm wa al-Sab’ al-

Matsânî, Bairût: Dâr al-Fikr, 1978 M/1398 H

Al-Âmuli, Haydar, Jâmi’ al-Asrâr wa Manba’ al-Anwâr, Injaman

Ibrânsyanâsî Farânsah, t.t..

______________, Asrâr al-Sharî’ah wa Atwâr al-Tarîqah wa Anwâr

al-Haqîqah, Muassasah Mutâla’ât wa Tahqîqât Farbankâ,

t.t..

______________, Inner Secret of The Path, Zahra Trust, 1989

Al-Ansârî, Abû Ismâ’il ‘Abdullâh, Manâzil al-Sâirîn, (Ntisyârât bîdâr,

t.t.

Al-Ash’ârî Abû Hasan bin Ismâ’îl, Maqâlât al-Islâmiyyîn wa Ikhtilâf

al-Musalîn, Misr: Matba’ah al-Sa’âdah, 1954 M/1337 H

______________, Prinsip-prinsip Dasan Aliran Theologi Islam.

Penerjemah: Rosihon Anwar & Taufik

Rahman,Bandung: CV Pustaka Setia, Oktober

1999/Rajab 1420

Al-Asfahânî, Al-Raghîb, Kamus Al-Quran. Penerjemah Ahmad

Zaini Dahlan, Depok, Jawa Barat: Pustaka Khazanah

Fawa’id, Rajab 1438 /April 2017

Al-‘Asqalânî, Ahmad bin ‘Alî bin Hajar, Al-Isâbah fi Tamyîz al-

Sahâbah, Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2002

M/1423 H

______________, Fath al-Bârî bi Sharh Sahîh al-Bukhârî, (Bairût:

Dâr al-Ma’rifah, t. t.), juz ke-13,

Page 282: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

268 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Al-Baidâwî, Nâsir al-Dîn Abî al-Khair ‘Abdullâh bin ‘Umar, Anwâr

al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl, Shirkah Maktabah wa

Mutbi’ah Mustafâ al-Bâbî al-Hablî wa Awlâduhu, 1968

M/1388 H

Al-Baidâwî, Nâsir al-Dîn Abû Sa’îd’Abdullâh bin ‘Umar bin

Muhammad al-Shayrâzî, Tafsîr al-Baidâwî al-Musammâ

Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Tawîl, Bairût: Dar al-Kutub

al-‘Ilmiyyah, 2003 M/1424 H

Al-Bardîsî Muhammad Zakariyâ, Usûl al-Fiqh, Dâr al-Tsaqâfah li al-

Nashr wa al-Tawzî’, 1983

Al-Bâqir, Ja’far, Al-Barzakh, Al-Majma’ al-‘Âlamî li Ahl al-Bait,

1996 /1416

Al-Bukhârî al-Ja’fî, Abû ‘Abdillâh Muhammad bin Ismâ’îl bin

Ibrâhim bin al-Mughîrah bin Bardazbah, Sahîh al-

Bukhârî, Bairût: Lubnân, Dâr Ibn ‘Ashâshah,2005

M/1426 H

Al-Dimashqî, Muhammad Jamâl al-Dîn al-Qâsimî, Mau’izah al-

Muminîn ‘alâ Ihyâ Ulûm al-Dîn, Jakarta: Dâr al-Kutub

al-Islâmiyyah, 2005 M/1426 H

Al-Daqs, Kâmil Salâmah, Nafahât min al-Sunnah, (Jiddah: Dâr al-

Shurûq, .t.t.

Al-Dimashqî, Abû al-Fidâ Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm,

Bairût: Dar al-Fikr, 1412 H/1992 M

______________, Al-Nihâyah fî al-Fitan wa al-Malâhim, (Bairût:

Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2007 M/1428 H

Al-Dzahabî, Shams al-Dîn Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmân,

Kitâb Tadzkirah al-Huffâdz, Bairût: Dâr al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 1998 M/1419 H

______________, Siyar A’lâm al-Nubalâ, (Qâhirah: Dâr al-Hadîts,

2006 M/1427 H)

Al-Ghazâlî, Abû Hâmid Muhammad bin Muhammad, Mukâshafah al-

Qulûb; al-Muqarrib ilâ Hadrat ‘Allâmat al-Ghuyûb fî

‘Ilm al-Tasawwuf, Bairût: Dar al-Fikr, 1990

Page 283: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Daftar Pustaka 269

______________, Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn, Bairût: Dâr al-Fikr, 1411 H/

1991 M

______________, Tahâfut al-Falâsifah, Bairût: Dâr al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 1424 H/2003 M

______________, Al-Iqtisâd fî al-I’tiqâd, (Dâr al-Qutaybah, 2003

M/1423 H

Al-Hafni, Abdul Mun’im, Ensiklopedia: Golongan, Kelompok,

Aliran, Mazhab, Partai, dan Gerakan Islam Seluruh

Dunia. Penerjemah: Muhtarom & Tim Grafindo, Jakarta:

Grafindo Kzhanah Ilmu, Januari 2005

Al-Hakîm, Su’âd, Al-Mu’ajam al-Sûfî: al-Hikmah fî Hudûd al-

Kalimah, Dandarah littabâ’ah wa al-Nashr, t.t.

Al-Hamdzânî, ‘Abd al-Jabbâr ibn Ahmad, Mutashâbah al-Qurân,

Qâhirah: Maktabah Dar al-Turtats, t.t.

Al-Hakîm, Su’âd, Al-Mu’ajam al-Sûfî: al-Hikmah fî Hudûd al-

Kalimah, Dandarah littabâ’ah wa al-Nashr, t.t.

Al-Hanbalî, Abû Hafs ‘Umar bin ‘Alî bin ‘Âdil al-Dimashqî, Al-

Lubab fi ‘Ulûm al-Kitâb, Bairût: Dal al-Kutub al-

‘Ilmiyyah

Al-Hujwîrî, Abû Hasan ‘Alî bin ‘Utsmân bin Abî ‘Alî al-Jalâbî, Kashf

al-Mahjûb, Ditebitkan oleh Muhammad Taufîq

‘Uwaidlah: Juni 1973/Jumâd al-ûlâ 1394

Al-Huwayzî, ‘Abd ‘Alî bin Jum’ah al-‘Arûsî, Tafsîr Nûr al-Tsaqalain,

Bairût, Lubnân, Muassasah al-Târîkh al-‘Arabî, 1422

H/2001 M

Al-Jâwî, Muhammad Nawawî, Al-Tafsîr al-Munîr li Ma’âlim al-

Tanzîl, Bairût: Dâr al-Fikr, 1994 M/1414 H

Al-Jawziyyah, Ibn Qayyim, Tahdzîb Madâr al-Sâlikîn, Jiddah:

Maktabah al-Mamûn, 1997 M/1417 H

Al-Jawziyyah Shas al-Dîn Abî ‘Abdillâh ibn Qayyim, Al-Rûh, Bairût:

Dâr al-Fikr, 1412 H/1992 M

Page 284: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

270 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Al-Jazâr Ahmad Mahmûd, Al-Fanâ wa al-Hub al-Ilâhî ‘inda Ibn

‘Arabî, Jâmi’ah al-Qâhirah: Maktabah Nahdah al-Sharaq

1991

Al-Kâshanî, Abd al-Razzâq, Istilâhât al-Sûfiyyah, Dâr al-Manâr,

1992/1413

Al-Lârî, Mujtaba Musawi , Dirâsah fî Usul al-Islâm, diterjemahkan

oleh Tholib Anis, Teologi Islam Syi’ah: Kajian Tekstual-

Rasional Prinsip-prinsip Islam, Jakarta: Penerbit al-

Huda, 2004

Al-Mahallî, Jalâl al-Dîn Muhammad bin Ahmad bin Muhammad, et.

al., Tafsîr al-Jalâlaini, Jakarta: Dâr al-Kutub al-

Islamiyyah, 2011 M/1432 H)

Al-Malîbârî Zain al-Dîn bin ‘Abd al-‘Azîz bin Zain al-Dîn, Irshâd al-

‘Anâm ilâ Sabîl al-Rashâd, Jakarta: Dâr al-Kutub al-

Islâmiyah, 2010 M/1431 H

Al-Malikî, Ahmad al-Sâwî, Hâshiyah al-Sâwi ‘alâ Tafîr al-Jalâlaini,

Bairût: Dâr al-Fikr, t.t.

Al-Marâghî, Ahmad Mustafâ, Tafsîr al-Marâghî, Bairût: Dar Ihyâ wa

al-Turats al-‘Arabî, 1973 M/1394 H

Al-Mawardî al-Basrî, Abû al-Hasan ‘Alî bin Muhammad bin Hubaib,

al-Nukatu wa al-‘Uyûnu Tafsîr al-Mawardî , Bairût: Dâr

al-Kutub al-‘Ilmiyyah

Al-Mukhlis, Ahmad al-Ma’rûf Bashâh Walî Allâh bin ‘Abd al-

Rahmân al-Muhaddits al-Dahlawî, Hujjah Allah al-

Bâlighah, Al-Qâhirah: Dâr al-Turâts, 1355 H)

Al-Multâwî, Hasan Kâmil, Al-Sûfiyyah fî Ilhâmihim, Dicetak oleh:

Muhammad Taufîq ‘Uwaidah, April 1972/ Rabi’ al-

Awwal 1396

Al-Muhâsibî, Abû ‘Abdillâh al-Hârits bin Asad, Al-Ri’âyah li Huqûq

Allâh, Bairût: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t.

______________, Al-Wasâyâ, (Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah,

t.t.),

Page 285: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Daftar Pustaka 271

Al-Munâwî, Muhammad ‘Abd al-Raûf, Al-Tawqîf ‘alâ Muhimmât al-

Ta’ârîf: Mu’jam Lughawî Mustalahî, (Bairut: Dâr al-Fikr

al-Mu’âsir,1990 /1410

Al-Muzfir, Muhammad Ridâ, ‘Aqâid al-Imâmiyyah, (Bairût: Dâr al-

Irsyâd al-Islamî, 1409 H/1988 M),

Al-Nabhân, Muhammad Fârûq, Al-Madkhal li al-Tasyrî al-Islâmî,

Bairût: Dar al-Qalam, 1981

Al-Nadwâ, Abû al-Hasan ‘Alî al-Husnî, Rijâl al-Fikr wa al-Da’wah fî

al-Islâm, Damaskus: Dâr al-Qalam, 1423 H/2002 M

Al-Nasafî, Abû al-Barkât ‘Abdullâh, Tafsîr al-Nasafî al-Musammâ bi

Madârik al-Tanzîl wa Haqâiq al-Tawîl, Bayrut: Dâr al-

Fikr, t.t.

Al-Nîsabûrî, Abû al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj bin Muslim al-

Qushairî, Al-Jâmi’ al-Sahîh, Bairût: Dâr al-Fikr, t.t.

Al-Nîsâbûrî Abû Hasan ‘Alî bin Ahmad al-Wâhidî, Asbâb al-Nuzûl,

Jakarta: Dâr al-Kutub al-Islâmiyyah, 2010 M/1431 H

Al- Nûrshî, Badî’ al-Zamân Sa’îd, Risâlah al-Hashr, Dâr al-Sûzlar li

al-Nashr

Al-Qâsimî, Jalâl al-Dîn, Tafsîr al-Musammâ Mahâsin al-Tawîl,

Bairût, Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1418 H/1997 M

Al-Qushairî, Abû al-Qâsim ‘Abd al-Karîm bin Hawzân, Al-Risâlah

al-Qushairiyyah, Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyyah,

2011 M/1433 H

Al-Qurtubî, ‘Abdullâh Muhammad bin Ahmad al-Ansârî, Al-Jami’ li

Ahkam al-Qurân, Qâhirah: Dâr al-Kâtib al-‘Ilmî li al-

Taba’at wa al-Nashr, 1967

Al-Râzî, Fakhr al-Dîn, Asrâr al-Tanzîl wa Anwâr al-Tawîl, Bairût:

Dâr al-Jayl, 1412 H/ 1992 M

______________, Tafsîr al-Fakhr al-Râzî al-Mushtahir bi al-Tafsîr al-

Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib, (Bairût: Dar al-Fikr, 1981

M/1401 H

______________, Al-Masâil al-Khamsûn fî Usûl al-Dîn, (Bairût: Dâr

al-Jail, 1990 M/1440H)

Page 286: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

272 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

______________, I’tiqâdât Firaq al-Muslimîn wa al-Mushrikîn,

(Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1972 M/1402 H

Al-Shahrastânî Muhammad ‘Abd al-Karîm, Al-Milal wa al-Nihal,

Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.t.

Al-Sha’rânî, ‘Abd al-Wahhâb, al-Anwâr al-Qudsiyyah fî Ma’rifah

Qawâ’id al-Sûfiyyah, (Bairût: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah,

1992 M/1412 H

Al-Sijistânî, Abû Dâwûd Sulaimân bin al-Asy’ats, Sunan Abî Dâwûd,

Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah 1416 H/ 1996 M

Al-Suhrawardî, ‘Awârif al-Ma’ârif, Al-Qâhirah, Maktabah al-

Tsaqâfah al-Dîniyyah, 2013 M/1434 H

Al-Suyûtî , Jalâl al-Dîn ‘Abd al-Rahmân ibn Abî Bakr, Al-Durr al-

Mantsûr fî Tafsîr al-Matsûr, Bairût: Dâr al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, t.t.

Al-Tair, Mustafâ Muhammad, Percikan Cahaya Ilahi. Penerjemah:

Subhan Nur, Jakarta: Qisthi Press, 2006

Al-Taftâzânî, Abû al-Wafâ al-Ganîmî, Ibn ‘Atâ Illâh al-Sakandarî wa

Tasawwufuhû, Al-Qâhiah: Maktabah al-Anjalû al-

Mishriyyah, 1389 H/ 1969

Al-Tabarî , Abû Ja’far Muhammad Jarîr, Jâmi’ al-bayân ‘an Tawîl al-

Qurân, Syirkah wa Maktabah wa Mutbi’ah Mustafâ al-

Bâbi al–Hablî, 1968 M/1388 H

Al-Tabarî, Abû Ja’far Muhammad Jarîr, Tafsîr al-Tabarî al-

Musamma Jâmi’ al-Bayân fî Tawîl al-Qurân, Bairût:

Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999 M/1420 H

Al-Tabatabâî, Muhammad Husain, Al-Mîzân fî Tafsîr al-Qurân,

Bairût: Muassasah al-A’lami li al-Mathbu’at, 1991

M/1411 H

Al-Tahhân, Mahmûd Taysîr Mustalah al-Hadîts, Surabaya: Shirkah

Bunkûl Indah, t.t..

Al-Tarâblisî, Husain bin Muhammad al-Jisr, Al-Husûn al-

Hamîdiyyah li al-Muhâfazah ‘alâ al-‘Aqâid al-

Islâmiyyah, Jakarta: Dâr al-Kutub al-Islâmiyyah, 2012

M/1433 H

Page 287: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Daftar Pustaka 273

Al-Tusî, Abû Ja’far Muhammad bin al-Hasan, Al-Tibyân fî Tafsîr al-

Qurân, Bairût: Dâr Ihyâh al-Turâts al-‘Arabî

Al-Tûsî Abû Nasr al-Sarrâj, Al-Luma’, Mesir: Maktabah al-Tsaqafah

al-Diniyyah, t.t.

Al-Tilmisânî, ‘Afîf al-Dîn, Sharh Manâzil al-Sâirîn, (Tûnis: Markaz

al-Dirâsât wa Al-Ibhâts al-Iqtisâdiyyah wa al-

Ijtimâ’iyyah

Al-Zamakhsharî , Abû al-Qâsim Jâr Allâh Mahmûd bin ‘Umar bin

Muhammad, Tafsîr al-Kashshâf, Bairût: Dâr al-Kutub al-

‘Ilmiyyah1424 H/2003 M

Al-Qadî, ‘Abd al-Rahîm bin Ahmad, Kehidupan Sebelum & Sesudah

Kematian. Penerjemah: Yodi Indrayadi &Wiyanto Suud,

Jakarta: Turos, 2015

Al-Qattân, Mannâ’, Mabâhits fî ‘Ulûm al-Qurân, Munshawirât al-

‘Asr al-Hadîts, 1973 M/1393 H

Al-Qazwainî, Abû ‘Abdillâh Muhammad bin Yazîd, Sunan ibn

Mâjah, Al-Qâhirah: Dâr al-Hadîts, 1419 H/1998 M

Al-Qurtubî, Abû ‘Abdullâh Muhammad bin Ahmad al-Ansarî, Al-

Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân, Bairût: Dâr al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 1413 H/1993 M

Al-Sadr, Âyatullâh Muhammad Bâqir , Filsafatunâ, diterjemahkan ke

Bahasa Inggris, Our Philosophy, Islamic Republic of

Iran: Ansayiyan Publicatioans, 2006

Al-Sirriyyi, al-Zujjâj abû Ishâq Ibrâhîm bin, Ma’ânî al-Qurâan wa

I’râbuhu, al-Qâhirah: Dâr al-Hadîts, 1424 H/2004 M

Al-Sulamî, Abû ‘Abd al-Rahmân, Tabaqât al-Sûfiyyah, (Matâbi’ al-

Sha’b, 1380 H

Al-Shairâzî, Nâsir Makârim, Al-Amtsal fî Tafsîr Kitâb Allâh al-

Munzal, Iran: Qum

Al-Shantanâwî, Ahmad, et. al., Dâirah al-Ma’ârif al-Islâmiyyah,

Wizârah al-Ma’ârif al-Shuhûmiyyah, t.t..

Al-Tabarî , Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr, Tafsîr al-Thabarî al-

Musammâ Jâmi al-Bayân fî Tawîl al-Qurân, Syirkah

Page 288: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

274 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Maktabah wa mathaba’ah Mushtafâ al-Bâbî al-Sijlî wa

Awlâduhû bi Mishrâ, 1388 H/ 1968 M

Al-Tabarî , Abû Ja’far Muhammad bin Jarîr, Tafsîr al-Thabarî al-

Musammâ Jâmi al-Bayân fî Tawîl al-Qurân, Bairût: Dâr

al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1420 H/1999 M

Al-Tabatabâî, Muhammad Hussain, Al-Mîzaân fî Tafsîr al-Qurân,

Bairût: Muassasah al-A’lamî li al-Mathbû’ât, 1411 H/

1991 M

Al-Zarqânî, Abd al-‘Azîm, Manâhil al-‘Irfân fî ‘Ulûm al-Qurân,

Bairût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003 M/1424 H

Al-Zuhailî, Wahbah, Al-Tafsîr al-Munîr fî al-‘Aqîdah wa al-Sharî’ah

wa al-Manhaj, Bairût: Dar al-FIkr al-Mu’ashir, 1991

Amini, Ibrahim, Imam Mahdi: Penerus Kepemimpinan Ilahi; Studi

Komprehensif dari Jalur Sunnah dan Syiah tentang

Eksistensi Imam Mahdi, Jakarta: Penerbit Al-Huda,

Maret 2015

Amuli, Jawadi, Makna Hari Kiamat Dalam Al-Quran, Jakarta: Sadra

International Institute, 2012

Antologi Islam: Sebuah Risalah Tematis dari Keluarga Nabi.

Penerjemah: Rofik Suhud at.al., Jakarta: Penerbit Al-

Huda, Januari 2005 M/Dzulhijjah 1425

Aristole, De Anima, Translated with Commentaries and Glossary by

Hippocrates G. Apostle, Aristotle’s On the Soul,

Grinnell, Lowa: The Peripatetic Press, 1981

Asy’arie, Musa, Filsafat Islam: Sunnah Nabi Dalam Berpikir,

Yogyakarta: Lesfi, 2002

‘Atâillâh, Ibn, Mengapa Harus Bersejarah: Panduan Menyenangi

Setiap Kenyataan. Penerjemah: Fauzi Faial Bahreisy,

Jakarta PT. Serambi Ilmu Semesta, Oktober 2006

Azra, Azyumardi, Historiogrami Islam Kontemporer; Wacana,

Aktualitas, dan Aktor Sejarah, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, November 2002

_____________, Pluralism, Coexistence and Religious Harmony in

Southeast Asia; Indonesia Experience in the “Middle

Page 289: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Daftar Pustaka 275

Path”, dalam, Contemporary Islam; Dynamic, not Static,

London and Newyork: Routledge, 2006

Bahjat, Ahmad, Pledoi Kaum Sufi, Penerjemah: Hasan Abrori,

Surabaya: Pustaka Progressif, 1997

Bakhtiar, Amsal, FIlsafat Agama, Ciputat: Logos Wacana Ilmu,

Oktober 1999

Baldick, Julian, Mystical Islam: An Introduction to Sufism,

diterjemahkan ke bahasa Indonesia, Islam Mistik:

Mengantar Anda ke Dunia Tasawuf, (Jakarta: PT

Serambi Ilmu Semesta, 2002

Barizi, Ahmad, Malaikat di antara Kita, Jakarta Selatan: Penerbit

Hikmah, Januari 2004/Dzulhijjah 1424

Biber, Douglas, at.al., Longman: Dictionary of Contemporary

English, Pearson Education Limited, 2001

Becchio, Bruno, at.al., Encyclopedia of World Religions, (Conord

Publihsing: Foreign Media Books, 2006)

Board, Editorial, Encycloedia of Islam and the Muslim World,

Macmillan Reference USA, Thomson, 2014

Borcher, Donald M. t, Encyclopedia of Philosophy, Macmillan

Reference USA, 2006

Chodjim, Achamad, Syekh Siti Jenar: Makrifat dan Makna

Kehidupan, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, Oktober

2007/Ramadhan 1428

Copleston, S.J., Frederick, A History of Philosoply; Medeval

Philosophy from Augustine to Duns Scotus, USA:

Doubleday, April 1993

Daftary, Farhad, A History of Shi’I Islam, (London: The Institute of

Ismaili Studies, 2013

Dahri, Harapandi, Pemikiran Teologi Sufistik; Syekh Abdul Qadir

Jaelani, (Jakarta Selatan: Wahyu Press, Maret 2004

Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, Jakarta: CV.

Anda Utama, 1993

Page 290: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

276 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

______________, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: PT. Syamil

Cipta Media, 2005

______________, Al-Quran dan Tafsirnya, Jakarta: Lembaga

Percetakan Al-Quran Departemen Agama, Mei 2009

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995

Espesito, John L. Ensiklopede Oxford: Duna Islam Modern, Bandung:

Mizan 2001

Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994

Falimbânî, Abd al-Shamad, Hidâyah al-Sâlikîn, Indonesia: Syirkah

Maktabah al-Madaniyyah, t.t..

Farîd, Ahmad, ‘Aqîdah Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ’ah, Maktabah

Qiyâdl, t.t..

Fakhry, Majid, Sejarah Fislafat isalm:Sebuah Peta Kronologis.

Penerjemah: Zaimul Am, Bandung: Mizan Media Ilmu,

Januari 2002/Syawwal 1412

Fakhr al-Dîn, Muhammad al-Râzî bin Diyâ al-Dîn ‘Umar, Tafsîr Fakr

al-Râzi al-Musytahar bi al-Tafsîr al-Kabîr wa mafâtih al-

Ghaib, Dâr al-Fikr, Maktabah al-Taufîq wa al-Dirâsât,

1425-1426 H/ 2005 M

Gadamer, Hans-Georg, Philosophical Hermeneutics, London:

University of California Press, 1976

______________, The Philosophy of Hans-George Gadamer, Edited

by Lewis Edwin Hahn, Chicago and La Salle, Illinois,

The Library of Living Philosphers Volume XXI, 1997

Hadi, Sutrisno, Metodology Research, Yogyakarta: Andi Offet, 1993

Hidayat, Komaruddin, Psikologi Kematian: Mengubah Kekuatan

Menjadi Optimisme, Hikmah Zaman Baru

Hoekema, Anthony A., The Bible and The Future, The Paternoster

Press Carlisle, UK: William B. Eeerdsman Publishing

Company Grand Rapid, 2010

Hornby, A S, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Oxford

University Press, 1995

Page 291: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Daftar Pustaka 277

Ibn ‘Arabî al-Hâtimî, Muhyi al-Dîn Muhammad ibn ‘Alî ibn

Muhammad, Fusûs al-Hikam, Bairût: Dâr al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 2003 M/1424 H

Ibn Sînâ, Abû ‘Alî, al-Ishârât wa al-Tanbîhât, ma’â Syarh Nasîr al-

Dîn al-Tûsî, Dâr al-Ma’ârif bi al-Matar, t.t..

Ibn Zakariyyâh, Abû al-Hasan Ahmad ibn Fâris, Mu’jam al-Maqâyis

fî al-Lughah, Bairût: Dâr al-Fikr, 1415 H/1994 M

Izutsu, Toshiko, Relasi Tuhan dan Manusia; Pendekatan Semantik

terhadap Al-Qura’an, Yogyakarta: PT Tiara Wacana

Yogya, 2003

Johnson, Will, Rumi: Menatap Sang Kekasih. Penerjemah: Dini Dwi

Utari, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, April 2005

Kementerian Agama RI,, Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, et.

al., TAFSIR ILMI: KIAMAT, (Jakarta: Lajnah

Pentashihan Mushaf al-Quran: Badan Litbang dan Diklat

Kementerian Agama RI, Juni 2011

Kiswali, Tsuroyai, Al-Juwaini; Peletak Teologi Rasional dalam

Islam, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007

Labib, Muhsin, Pemikiran Filsafat Ayatullah M.T. Mishbah Yazdi;

Filsuf Iran Kontemporer; Studi atas Filsafat

Pengetahuan, Filsafat Wujud dan Filsafat Ketuhanan,

(Jakarta: Sadra International Institute, Oktober 2011

Leaman, Oliver, Pengantar Filsafat Islam; Sebuah Pendekatan

Tematis. Penerjemah: Musa Kahim & Arif Mulyadi,

Bandung: Mizan Media Utama, September 2001/Rajab

1422

Madkour, Ibrahim, Filsafat Islam; Metode dan Penerapan.

Penerjemah: Yudian Wahyudi Asmin dan Ahmad

Mudzakkir, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

September 1996

Manzûr, Ibn, Lisân al-‘Arab, Dâr al-Ma’ârif, t.t.

Ma’luf, Louis, al-Munjid fî al-Lugha wa al-‘ilâm, Bairût: Dâr al-

Masrtiq, 1986

Page 292: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

278 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Marhabâ, Muhammad ‘Abd al-Rahmân, Khitâb al-Falsafah al-

‘Arabiyyah al-Islâmiyyah, Bairût: Muassasah ‘Iz al-Dîn,

1993 M/1413 H

McAuliffe, Jane Dammen, Encyclopedia of the Quran, Boston: Brill,

Leiden, 2002

Makaryk, Irena R., Encyclopedia of Contemporary Literary Theory:

Approaches, Scholar, Terms, London: University of

Toronto Press, 1995

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta:

Rake Sarasin, 2000

Muhammad, Ahsin Sakho, Oase Al-Quran; Pencerah Kehidupan, PT

Qaf Media Kreativa, Maret 2018

Murata, Sachiko, The Tao of Islam, Bandung: Mizan, 1999

Mustafâ, Ibrâhîm, at. al., Al-Mu’jam al-Wasîth, Istanbul: Al-

Maktabah al-Islâmiyyah li Al-Thaba’ât wa al-Nasyr wa

al-Tawzî’, t.t.

Murata, Sachiko & William C. Chittck, The Vision of Islam, St. Paul

Minnesota, Paragon House, t.t..

Nasution, Harun, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: PT.

Bulan Bintang, 1999

______________, Akal dan Wahyu dalam Islam, Jakarta: UI-Press,

1986

Nasr, Seyyed Hossein, A Young Muslim’s Guide to the Modern

World, diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Hasti

Tarekat, Menjelajah Dunia Modern; Bimbingan untuk

Kaum Muda Muslim, Bandung: Mizan, Januari 1995

______________, The Islamic Intelctual Tradition in Persia, Curzon

Press, 1996

_______________and Oliver Leaman, History of Islamic Philosophy,

London and New York: Routldege, 1996

Nursi, Badiuzzaman Said , Risalah Kebangkitan; Penalaran terhadap

Realitas Akhirat, Tangerang Selatan, Banten: Risalan

Nur Press, 2015

Page 293: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Daftar Pustaka 279

Penyusun, Tim, Ensiklopedia Al-Quran: Kajian Kosakata, Jakarta:

Lentera Hati, 2007

Putro, Suadi, Mohammed Arkoun Tentang Islam & Modernitas,

Jakarta: Penerbit Paramadina, Januari 1998

Qal’ajî, Muhammad Rawwâs, et. al., Mu’Jam Lughat al-Fuqahâ:

‘Arabî-Inklîzî, Bairût: Dâr al-Nafâis, 1405 H/1985 M

Qirâatî, Muhsin, Dosa; Salah Siapa?. Penerjemah: Najib Husain al-

Idrus, Pesona Khayangan Estate: Penerbit Qarina, Juli

2003/Jumaddil Awwal 1424

Rahman, Fazlur, The Philosophy of Mulla Sadra (Shadr al-Dîn

Shîrâzî), Albany: State University of New York Press,

1975

Rasjidi, M., Filsafat Agama, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1994

Rice, Cyprian, Berdialog Dengan Sufi-Sufi Persia. Penerjemah:

Nuruddin Hidayat, Jakarta: CV Pustaka Setia, Agustus

2002/Jumadil Ula 1423

Sadr, Sayyed Sadrudin, Al-Mahdi (A.S.), Tehran, Iran: Naba

Organization, 2000

Sadra, Mulla, Manifestasi-manifestasi Ilahi; Risalah Ketuhanan dan

Hari Akhir sebagai Perjalanan Pengetahuan Menuju

Kesempurnaan. Penerjemah: Irwan Kurniawan, Jakarta:

Sadra InternationalInstitute, Oktober 2011/Dzulqa’dah

1432

Sekolah Pascasarjan UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Penulisan

Tesis dan Disertasi Program Magister dan Doktor,

Ciputat, 2018

Shihab, M. Quraish, Menyingkap Tabir Ilahi, Jakarta: Lentera Hati,

Muharram 1420/April 1999

______________, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserian al-

Quran, Ciputat: Lentera Hati, Nopember 2009

______________, Islam yang Saya Anut: Dasar-dasar Ajaran Islam,

Ciputat, Tangeran: Penerbit Lentera Hati, Januari 2018

Page 294: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

280 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

______________, DIA DI MANA-MANA: “Tangan” Tuhan Di Balik

Setiap Fenomena, Ciputat: Lentera Hati, 2009

______________, Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai

Persoalan Umat, Bandung: Mizan, Maret

1997/Dzulqa’dah 1417

______________, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan,

Sya’ban 1418/ Desember 1997

Siola, Muhammad Natsir, Menyapa Kearifan Tuhan LewatTeropong

Filsafat dan Al-Quran, Jurnal PILAR, vol. 2, Juli-

Desember 2013

Shomali, Muhammad Ali, Cakrawala Syi’ah, Jakarta: Penerbit Nur

Al-Huda, 2012

Smith, Margareth, Rabi’ah: Pergulatan Spiritual Perempuan.

Penerjemah: Jamilah Baraja, Surabaya: Risalah Gusti,

2000

Soetomo, Greg, Sains & Problem Ketuhanan, Yogyakarta: Penerbit

Kanisisus, 2002

Solahudin, Sifat-sifat Allah dalam Perspektif Ahlussunnah dan

Mu’tazilah: Studi Komparatif Tafsir Karya al-Tabari

dan al-Zamakhshari, Jawa Barat: Nusa Litera Insprirasi,

Desember 2018

Subhî, Ahmad Mahmûd, Fî ‘Ilm al-Kalâm, (Bairût: Dâr al-Nahdah al-

‘Arâbiyyah, 1985 M/1405 H

Syah, Amirudin, Nikmatnya Qiyamat, Jakarta: Institut Kajian

Tasawuf, t.t.

Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam. Penerjemah: Muhammad

Labib Ahmad, Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1997

Tim Penulis, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT Ichtiar

Baru Van Hoeve, t.t.

Tim Redaksi BIP, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

dan Pembentukan Istilah, Jakarta: Penerbit Buhana Ilmu

Populer, Agustus 2018

Page 295: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Daftar Pustaka 281

Trueblood, David, Philosophy of Religion, diterjemahkan oleh H.M.

Rasjidi, Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1994

UIN Syarif Hidayatullah, Tim Penulis, Ensiklopedi Tasawuf,

Bandung: Angkasa, 2008

Ul-Amine, Hasan, Shorter Shi’ite Encyclopedia, Islamic Republic of

Iran, Ansariyan Publications, t.t..

Umar, Nasaruddin, Argumentasi Kesetaraan Jender Perspektif Al-

Quran, Jakarta: Paramadina, 2010

Waines, David, An Introductioan to Islam, Cambridge: University

Press, 1995

Wijaya, Aksin, Teori Interpretasi Al-Quran Ibn Rusyd; Kritik

Ideologi-Hermeneutis, Yogyakarta: PT. LKiS Printing

Cemerlang, Agustus 2009

WinchesTer, Simon, The Day the World Exploded: August 27, 1883,

diterjemahkan oleh Bern Hidayat menjadi Krakatau

Ketika Dunia Meledak, 27 Agustus 1883, Jakarta: PT

Serambi Ilmu Semesta, 2006

Muhammad Taqî Misbâh Yazdî, Durûs fî al-‘Aqîdah al-Islâmiyyah,

Al-Shirkah al-‘Âlamiyyah li al-Tabbâ’ah wa al-Nashr,

t.t.

______________, Iman Semesta: Merancang Piramida Keyakinan.

Penerjemah: Ahmad Marzuki Amin, Jakarta: Al-Huda,

2005 M/1426 H

Yatsribi, Sayyid Yahya, Agama & Ifan:Wahdat al-Wujud dalam

Ontologi dan Antropologi, serba Bahasa Agama.

Penerjemah: Muhammad Syamsul Arif, (Jakrta: Sadra

International Insititute, Januari 2012/ Safar 1433

Yusfian, Hasan, Kalam Jadid: Pendekatan Baru dalam Isu-isu

Agama, Jakarta Selatan, Sadra International Institute,

Rajab 1435 H/Mei 2014 M

Zuhailî, Wahbah, al-Tafsîr al-Munîr fî al-‘Aqîdah wa al-Sharî’ah wa

al-Manhaj, Bairût: Dâr al-Fikr, 1418 H/1998 M

Page 296: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

282 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Sumber dari jurnal, disertasi, dan artikel yang dipublikasikan:

Abdillah, Junaidi, Studi Kritik melalui Metode Takhrij Hadits

tentang Menghias Bangunan Masjid sebagai Tanda

Akhir Zaman, dalam: Ijtimaiyyah: Jurnal Pengembangan

Masyarakat Islam, (Februari 2018), vol. 11, no.1

Abdurrohman, Asep, Metodologi Al-Thabari dalam Tafsir Jami’ al-

Bayan fi Tawil al-Quran, dalam Kordinat: Jurnal

Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

Swasta, Vol. XVII No 1 April 2018

Anwar, Hamdani, Corak Maqasidi dalam Tafsir Al-Quran, dalam Al-

Burhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya

Al-Quran, Vol. 8 No. 2 November 2017

______________, Ittihad Abû Yazîd dan Hulul Al-Hallaj: Studi

Perbandingan Tentang Tauhid dalam Sufisme.) Disertasi

Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Jakarta, 1994

Hafizovič, Rešid, A Bosnian Commentator on the Fushûs al-Hikam,

Journal of Muhyiddin Ibn ‘Arabî Society, vol. 47, 2010

Hadiyanto, Andy, Makna Simbolik Ayat-Ayat tentang Kiamat dan

Kebangkitan dalam Al-Quran, in Hayula: Indonesian

Journal of Multidiciplinary Islamic Studies, vol. 2 no. 2,

Juli 2018

Indriati, Etty, Mati: Tinjauan Klinis dan Antropologi Forensik, dalam

Berkala Ilmu Kedokteran, Vol. 35, No. 4, 2003

Kazemzadeh, Parvin, et.al., The Sealnes of the Wilâyah al-Mahdi and

the Specification of His Ancestors accortding to Ibn

‘Arabî and some Commentators of Futûhat al-

Makiyyah, Religious Inquires: Volume 3, No. 5, Winter

and Spring 2014, 63-81

Knysh, Alexander, “Irvan” Revisted: Khomeini and the Legacy of

Islamic Mystical Philosophy, Middle East Journal: Vol.

46. No. 4 (Autumn 1992), pp 631-635

Landolt, Hermann, Studia Islamica, Haydar-i Âmulî et les deux

mi’râjs, Maisonneuve & Larose, No. 91 (2000)

Page 297: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Daftar Pustaka 283

Muhtarom, Ali, Titik Temu Suni-Syiah; Studi Pendekatan

Komperatif dalam Pemahaman Islam Mazhab Suni-

Syiah, dalam Jurnal Saintifika Islamica, volume 2

Nomor 2, Periode Juli-Desember 2015

Müller, Tobias, Contemporary Islamic Thinkers’ Understandings of

Seculasim, Disertation for the Degree of MPhil in

International Relations and Politics, University of

Cambridge, 2014

Murray, G R Beasley-, Biblical Eschatology, The Evangelical

Quarterly 20. 4 (July 1948): 272-282

Nawawi, Muhammad Adlan, Metode Hermeneutika Kesadaran

(Fenomenologi) dalam Memahami Teks, dalam al-

Burhan; Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya

Al-Quran, vol. 8. No 2 November 2017

Prayetno, Eko, Kajian Al-Quran dan Sains tentang Kerusakan

Lingkungan, in Al-Dzikra: Jurnal Studi Ilmu Al-Quran

dan al-hadits, volume 12, no. 1, Juni 2018

Raharjo, Muhidjia Memahami (sekali lagi) Grounded Research.

Makalah disajikan pada materi kuliah Metodologi

Penelitian Sekolah Pascasarjana UIN Mulana Ibrahim

Malang, Pulau Seribu, 15 Oktober 2011

Rukimin, Kisah Dzul Qarnain dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi 83-

101 (Pendekatan Hermeneutik) dalam Profetika: Jurnal

Studi Islam, Vol. 15. No. 2, Desember 2014

Safaruddin, Eskatologi, Jurnal al-Hikmah, vol. XIV nomor 2, 2013

Saidah, Nor, Bidadari dalam Konstruksi Tafsir Al-Quran: Analisis

Gender atas Pemikiran Amina Wadud Muhsin dalam

Penafsiran Al-Quran, dalam Palestren, Vol. 6. No. 2,

Desember 2013

Shafwan, Ahamd, Makna Al-Haq dalam Al-Quran, Disertasi Sekolah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta: 1429 H/2008 M

Page 298: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

284 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Rizvi, Sajjad H., Hikma Muta’aliya in Qajar Iran: Locating the Life

and Work of Mulla Hadi Sabzawari, Iranian Studies,

volume 44, number 4, July 2011

Safaruddin, Eskatologi, Jurnal al-Hikmah, vol. XIV, nomor 2/2013

Saifuddin, Hadis-hadis Eskatologi dalam Kitab Jami al-Turmuzi:

Studi Kritis tentang Kualitas Sanad Hadis, Program

Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1997

Seyyed Hosein Nasr, al-Hikmat al-Ilâhiyyah and Kalâm, Studia

Islamica, Maisonneuve & Larose No. 34 (1971)), pp.

139-149

Surahman, Cucu & Aceng Kosasih, The Integration of Shariah,

Tariqah, and Haqiqah: A Study of Sayyid Haydar

Âmulî’s Thougt, Ulumuna: Journal of Islamic Studies,

Islamic State Institute Mataram, 2016, Vol. 20. No.2,

2016,

Shalaybâ, Jamîl, Târikh al-Falsafah al-‘Ararî, Bairût: Dar al-Kutub al-

Lubnani, 1973

Taimiyyaah, Ibn, Syarah Aqidah Wasithiyyah. Penerjemah: Abu

Fathi Yazid bi Abdul Qadir Jawas, Bogor: CV Media

Tarbiyah,Februari 2009/Shafar 1430

Taufiq, Wildan, Ideologi di Balik Simbol-Simbol Surga dan

Kenikmatannya dalam Ayat-Ayat Al-Quran, dalam

Kajian Linguistik dan Sastra, vol. 20, no. 2, Desember

2008

UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung, Penerbit

Angkasa, 2008), cet. ke-1, jilid I (A-H)

Walid, Kholid , Pandangan Eskatologi Mulla Sadra, Disertasi.

Jakarta. Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2008

Yasir, Muhammad, Al-‘Adzab dalam Eskatologi Ibn ‘Arabî , An-

Nur, Vol. 4 No. 1, 2015

Yatsribi, Yahya, Agama & Irfan; Wahdat al-Wujud dalam Ontologi

dan Antropologi, serta Bahasa Agama. Penerjemah:

Page 299: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Daftar Pustaka 285

Muhammad Syamsul Arif, (Jakarta: Sadra International

Institute, Januari 2012/Safar 1433

Yazdî, MT. Mishbâh, Iman Semesta. Penerjemah: Ahmad Marzuki

Amin, Jakarta: Al-Huda, November 2005/Syawwal 1426

Sumber dari internet:

Abd al-Rahîm bin Ahmad al-Qâdlî, Daqâia al-Akhbâr fî Dzikr al-

Jannah wa al-Nâr, e-book diakses pada 6 April 20019

dari https://id.scribd.com/doc/19491348/ -الخبار-دقائقالقاضي-احم-ابن-الرحيم-عبد-والنار-الجنة-ذكر-ف

Ferdiansyah Aryanto, Aljawâmi’ al-Kalim, Artikel diakses pada 14

Maret 2019 dari http://mahadilmi.id/2013/12/22/al-

jawaamiul-kalim

Mujtaba Musawi Lari, God and His Attributes: Lessons on Islamic

Doctrines, e-book diakses pada 2 Juli 2019 dari

https://books.google.co.id/books?id=PFJaCAAAQBAJ&

printsec=frontcover&dq=Mujtaba+Musavi+lari&hl=en&

sa=X&ved=0ahUKEwiaheesuZXjAhVEZ80KHarKBXQ

Q6AEINTAC#v=onepage&q=Mujtaba%20Musavi%20lar

i&f=false

https://books.google.co.id/books?id=dSpAlXuGUCUC&printsec=fro

ntcover&dq=metodologi+penelitian+kualitatif+pdf&hl=

en&sa=X&ved=0ahUKEwjCoeG41czjAhUKKo8KHVX

1B_UQ6AEILTAA#v=onepage&q=deduktif&f=false

http://www.fin.unsa.ba/bibliografije/resid-hafizovic_eng.pdf

Page 300: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

286 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Page 301: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

287

Glossarium

Abstrak : Tidak terwujud, tidak berbentuk, mujarrad,

niskala.

Ahl allâh : Salah satu istilah lain yang ditujukan kepada

kaum sufi.

Ahl al-bait : Gelar khusus untuk beberapa orang dari

keluarga dan sanak famili Nabi Muhammad

saw

Akidah : Keyakinan keagamaan yang dianut oleh

seseorang dan menjadi landasan segala bentuk

aktivitas, sikap, pandangan, dan pegangan

hidup.

Al-Haq : Allah SWT, zat yang wujud-Nya pasti, azali,

dan abadi.

Âmul : Daerah yang terletak di ujung barat daya

dataran rendah Mazandaran bagian Timur,

terbentang sepanjang tepi barat sungai Harfaz,

12 mil sebelah selatan laut Caspian

Apokalips : Wahyu atau penyingkapan

’Arsh : Bangunan, Singgasana, istana, atau tahta

Al-Sâbiqûn : Orang-orang yang mengalami salat dengan

menghadap dua qiblat dan selalu bersegera

dalam memohon ampunan dan kebaikan

‘Azîmah : Hukum yang telah ditetapkan agar

dilaksanakan oleh setiap mukallaf dalam

kondisi apapun

Banân : Tulang-tulang kecil yang terdapat pada ujung

jari-jari kaki dan tangan.

Barzakh : Alam pembatas antara kehidupan dunia

dengan kehidupan akhirat

Dajjal : Figur akhir zaman yang memiliki keajaiban

namun digunakan menciptakan ajaran-ajaran

Page 302: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

288 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

palsu. Ia muncul dengan makanan dan

minuman saat manusia lapar dan haus.

Derivasi : Proses pengimbuhan afiks yang tidak bersifat

infleksi pada bentuk dasar untuk membentuk

kata

Eskatologi : Ajaran teologi mengenai akhir zaman dan

kehidupan sesudah kematian

Fanâ : Mengetahui, merasakan, dan meyakini

kehancuran dan kepunahan diri sehingga yang

diketahui dan dirasakan hanya Allah swt

Kashf : Tersingkapnya tabir yang menghalangi hati

seorang hamba karena telah bersinarnya cahaya

Ilahi di dalamnya ketika hati telah dibersihkan

Khâliq : Zat yang membuat setiap sesuatu menjadi

mampu sebelum sesuatu tersebut ada yang

kemudian dijadikan menjadi ada.

Khalwat : Melakukan pembicaraan bathin dengan Allah

SWT seolah-olah tidak ada siapapun dan tidak

ada apapun yang dimiliki

Hermenuneutika : Interpretasi

Homonim : Dua istilah atau lebih yang sama ejaan dan

lafalnya tetapi maknanya berbeda

Imâm : Orang yang memiliki komptensi kepemimpinan

serta dijadikan sebagai referensi dalam

memahami hukum syariat.

Jawami’ al-Kalim : Kalimat ringkas, mudah diingat, tetapi

mengandung makna luas yang merupakan salah

satu keutamaan Rasulullah saw

Mahdi : Figur akhir zaman yang menciptakan keadilan,

menjadikan seluruh manusia menerima Islam,

dan wafat sesaat menjelang kiamat

Mati : Sudah hilang nyawanya, tidak hidup lagi, atau

tidak bernyawa

Mulla : Sebutan kehormatan untuk cendikiawan

muslim atau ulama yang menekuni bidang

keagamaan.

Page 303: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Glossarium 289

Makrokosmos : Alam semesta

Mujâhadah : Memerangi diri dari perbuatan buruk sesuai

tuntunan sharî’ah

Matan/Matn : Bagian yang bukan merupakan penjelasan

Mikrokosmos : Dunia kecil, khususnya manusia dan sifat

kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta

Mukâshafah : Dominasi keyakinan yang menyebabkan

seakan-akan seseorang melihat Tuhan sehingga

selain-Nya binasa.

Muttaqîn : Orang-orang yang saat di dunia takut kepada

Allah swt, mengikuti para rasul-Nya,

mengimani segala yang dikabarkan, mengikuti

segala yang diperintahkan, dan menjauhkan

segala yang dilarang

Narasi : Penceritaan suatu cerita atau kejadian,

deskripsi dari sesuatu peristiwa, atau tema

suatu karya seni

Nirvana : Tujuan tertinggi penganut agama Budha agar

terlepas dari keterbatasan eksistensi

Rubûbiyyah : Keyakinan adanya Tuhan sebagai pencipta,

penguasa, pengatur, dan pemeliharaan alam

semesta

Ruh : Unsur substansial dan hakikat manusia yang

tidak berubah walaupun sel-sel tubuh berubah.

Rukhsah : Hukum keringanan yang hanya dibolehkan saat

darurat atau ‘udzr.

Sangkakala : Benda seperti tanduk yang bisa ditiup, terbuat

dari cahaya, memiliki lubang sebanyak jumlah

ruh makhluk, dan dibunyikan sebagai tanda

kedatangan kiamat.

Sayyid : Gelar kehormatan yang diberikan kepada

keturunan Nabi Muhammad melalui garis

keturunan anak perempuan nabi yang bernama

Fâthimah dan suaminya ‘Alî bin AbÎ Thâlib

Shaitân : Makhluk yang jauh dari rahmat Allah.

Page 304: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

290 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

Sufi : Orang yang hatinya tulus terhadap Tuhan dan

mendapat rahmat tulus dari-Nya

Syaikh : Istilah dalam bahasa Arab yang berarti gelar

kehormatan yang sejak zaman pra-Islam hanya

diberikan kepada orang-orang yang memiliki

kualitas istimewa

Syi’ah : Kelompok Islam yang mempercayai imamah

merupakan hak ‘Alî ibn Abî Tâlib yang telah

ditetapkan berdasarkan nash Al-Quran maupun

wasiat Nabi

Tarikat/Tarîqah : Jalan yang ditempuh sufi untuk memperoleh

marifat dalam usahanya mendekatkan diri

kepada Tuhan

Visual : Dapat dilihat dengan indera penglihat

Wax : Materi lembut dan lengket, berwarna kuning,

dihasilkan dari lebah untuk membuat sel

sarangnya yang setelah menjalani suatu proses,

materi itu bisa dibuat menjadi lilin, bentuk,

atau lainnya.

Wilâyah : Prinsip bahwa garis keturunan para imam yang

dihubungkan kepada Nabi Muhammad

mewarisi otoritas yang bersifat spiritual dan

temporal dalam Islam setelah wafat Nabi pada

632 M

Yajûj wa Majûj : Bangsa manusia yang membuat keruasakan di

bumi, akan muncul menjelang hari kiamat

sebab dinding yang membatasinya terbuka

Zaqqûm : Benda seperti kotoran minyak yang mendidih

di dalam perut.

Page 305: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

291

Daftar Indeks

‘ ‘Abbâs 198, 208, 211, 213, 219, 231,

233, 237

‘Alî 10, 29, 49, 54, 57, 78, 81, 85, 88,

95, 99, 100, 102, 110, 117, 119,

182, 189, 203, 204, 208, 212,

213, 222, See

‘Arabî 14, 23, 25, 26, 27, 49, 52, 55, 57,

59, 60, 63, 98, 107, 138, 150,

173, 182, 191, 221, 257, 267,

269, 270, 272, 276, 277

‘arsh 40, 69, 135, 198, 202

‘Atâillâh 246, 274

A al-‘Asqalânî 78, 81, 99

Al-Haq 18, 29, 45, 81, 90, 107, 109, 133,

137, 141, 152, 159, 180, 181,

183, 185, 186, 190, 191, 196

Allâh 1, 16, 39, 52, 53, 57, 61, 62, 78,

87, 97, 100, 147, 174, 184, 203,

208, 212, 220, 245

Al-Masîh 36, 157, 231, 232, 233, 235,

237, 262

Alûsî 53, 60, 65, 209, 238, 244

Âlûsî 244

Âmulî 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27,

28, 29, 30, 32, 85, 87, 88, 89, 90,

91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99,

100, 101, 102, 103, 104, 105,

106, 107, 108, 109, 110, 111,

112, 116, 117, 118, 119, 124,

132, 133, 134, 135, 136, 137,

138, 139, 140, 141, 142, 143,

144, 145, 146, 147, 148, 149,

150, 151, 152, 153, 154, 155,

156, 158, 159, 160, 161, 162,

163, 165, 166, 167, 168, 169,

171, 172, 175, 176, 177, 178,

180, 182, 183, 184, 192, 194,

195, 197, 261, 262, 263, 264

Anas 25, 51, 61, 62, 78

Aristotles 11

Asrâr 16, 29, 85, 96, 97, 98, 102, 103,

104, 105, 106, 107, 108, 109,

116, 132, 133, 134, 135, 136,

137, 138, 139, 140, 141, 142,

143, 144, 145, 146, 147, 148,

149, 150, 151, 152, 154, 155,

156, 158, 159, 160, 161, 162,

163, 165, 166, 167, 168, 169,

171, 172, 175, 176, 177, 178,

180, 182, 183, 184, 192, 194,

208, 216, 219, 241, 243

Azyumardi 7, 64

B Bakhtiar 3

Baldik 86

Bâqir 6, 48, 204, 268, 272

barzakh 23, 32, 35, 37, 39, 48, 49, 50,

118, 143, 149, 150, 262, 264

Bukhârî 51, 70, 78, 81, 267, 268

C Chittck 15, 29

D Dajjâl 35, 265

Damasyqî 9

Dzahabî 54, 211, 212, 213, 268

Page 306: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

292 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

E eskatologi6, 7, 14, 18, 20, 21, 22, 24, 25,

28, 29, 30, 32, 35, 36, 37, 45,

261, 262, 264, 265

Esposito 35, 36, 45, 46, 47, 104, 140

F Falimbânî 9, 275

fanâ 18, 39, 172, 173, 180, 181, 185,

186, 187, 188, 190, 196, 263

Fazlur 118, 278

filosof 10, 18, 19, 27, 66, 87, 118, 132,

136, 142, 156

G Gadamer 275

Ghazâlî 10, 12, 22, 26, 29, 52, 59, 63, 76,

77, 110, 268

H Hadîts 1, 25, 31, 41, 43, 45, 48, 50, 51,

58, 61, 62, 63, 64, 87, 90, 99,

100, 106, 107, 109, 137, 175,

178, 179, 181, 200, 205, 215,

216, 219, 228, 229, 238, 243,

246, 247

Hamdani 17, 119, 264, 280

Hamdzânî 201, 269

haqîqah 19, 27, 87, 90, 105, 107, 112,

119, 133, 136

Harun 6, 11, 193

Haydar 17, 18, 19, 20, 21, 22, 26, 27, 28,

29, 30, 32, 85, 87, 97, 99, 103,

104, 106, 107, 116, 117, 118,

132, 195, 197, 261, 264,

hermeneutika 30

Hidayat 42, 170, 275, 278, 279

Huwayzî29, 49, 50, 59, 60, 62, 63, 204,

205, 218, 222, 226, 227, 234,

239, 240, 241, 246, 247, 251,

253, 254, 256

I Ibn 10, 12, 19, 22, 25, 26, 27, 29, 42,

43, 51, 54, 57, 58, 59, 61, 65, 69,

70, 72, 86, 87, 89, 90, 98, 99,

102, 104, 107, 109, 110, 116,

118, 138, 153, 173, 181, 182,

184, 191, 198, 199, 200, 201,

203, 205, 206, 208, 209, 211,

212, 213, 214, 215, 216, 217,

218, 219, 220, 223, 225, 227,

228, 231, 232, 233, 234, 235,

237, 238, 240, 243, 245, 247,

256

J Jalâl 29, 55, 59, 63, 214

Jauziyyah 69, 70, 269

Jîlanî 9, 76

Juwaynî 11

K Kâshanî 39, 48, 269

Katsîr 29, 42, 43, 53, 54, 57, 59, 61, 73,

199, 200, 201, 203, 206, 209,

212, 213, 214, 215, 216, 217,

219, 223, 224, 225, 228, 233,

238, 243, 245, 246, 247, 254,

255, 256, 257, 258, See

kematian6, 9, 10, 23, 24, 32, 35, 36, 37,

38, 39, 40, 41, 42, 47, 50, 51, 53,

54, 55, 56, 57, 58, 65, 74, 75, 93,

96, 100, 156, 158, 160, 169, 170,

171, 172, 188, 195, 208, 211,

212, 240, 241, 242, 243, 244,

255, 263

kiamat 2, 5, 8, 9, 11, 14, 16, 17, 23, 24,

32, 35, 36, 37, 46, 52, 53, 55, 59,

Page 307: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

Glossarium 293

61, 63, 70, 71, 72, 74, 75, 77, 78,

100, 105, 147, 148, 149, 150,

151, 156, 159, 162, 185, 186,

187, 188, 190, 191, 194, 198,

199, 200, 201, 202, 203, 204,

205, 208, 210, 212, 225, 230,

249, 250, 252, 261, 262

kubur 2, 8, 9, 23, 32, 37, 48, 50, 51, 52,

69, 150, 191, 208, 213

M ma’âd 19, 21, 36, 124, 158, 195, 197,

261, 264

Mahdi 4, 7, 27, 32, 35, 45, 46, 47, 48,

75, 118, 147, 184, 204, 261, 264

Marâghî 198, 199, 209

Margareth 170, 279

Mawardî 57, 58, 270

mufassir20, 21, 22, 58, 60, 65, 136, 217,

229, 244, 261, 262, 263

N Nadwâ 2, 54, 270

Nasafî 29, 62

Nasr 6, 7, 10, 18, 19, 26, 87, 104, 117

neraka 5, 8, 9, 17, 24, 32, 35, 36, 37, 39,

41, 43, 48, 49, 80, 82, 83, 84,

135, 141, 149, 150, 152, 160,

166, 177, 179, 182, 184, 189,

197, 200, 201, 206, 207, 239,

240, 242, 243, 246, 249, 258,

261, 264

Nûrshî 12, 13, 14, 22, 198

O Oliver 10, 19, 68, 276, 277

Q Qarnain 44

Qâsimî 9, 29, 55, 63, 65

Qattân 272

Quraish2, 14, 29, 38, 39, 41, 53, 63, 65,

161, 206, 210, 222, 223, 259

Qurtubî 29, 210, 212, 231, 233, 234

R Râzî 16, 29, 43, 45, 53, 58, 63, 64, 65,

109, 202, 203, 206, 207, 226,

227, 228, 233, 234, 239, 241,

262

roh 4, 6, 8, 16, 23, 32, 37, 39, 42, 51,

52, 55, 57, 61, 62, 66, 67, 68, 69,

143, 144, 147, 149, 151, 153,

154, 159, 160, 168, 186, 187,

195, 218, 261

Rushd 12

S Sachiko 15, 29

Sadra 3, 4, 14, 19, 22, 23, 26, 39, 40,

92, 118

sangkakala9, 32, 36, 37, 52, 53, 54, 56,

57, 58, 59, 60, 63, 65, 71, 73, 75,

198, 264

Sayyid 4, 6, 17, 19, 20, 21, 22, 26, 27,

28, 29, 30, 32, 53, 73, 85, 87, 92,

97, 99, 103, 104, 106, 107, 116,

117, 118, 195, 197, 209, 261,

264

Shahrastânî 11, 271

Shantanâwî 85, 273

sharî’ah19, 27, 32, 119, 124, 133, 137,

141, 144, 159, 261, 264

Shâwî 29, 43, 55

Shi’ah 4, 7, 27, 46, 47, 104

Sina 10, 19, 22, 110, 203

surga 5, 8, 9, 17, 18, 24, 32, 35, 36, 37,

42, 43, 48, 49, 53, 65, 78, 80, 81,

90, 135, 148, 149, 150, 152, 153,

Page 308: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

294 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

160, 173, 176, 177, 178, 179,

180, 181, 182, 183, 184, 186,

187, 188, 194, 197, 200, 201,

202, 210, 211, 221, 231, 238,

240, 241, 242, 247, 256, 257,

259, 261, 264

Suyûthî 29, 57, 59

Suyûtî 271

T Taba’tabaî 273

Tabarî 199, 207, 220, 224, 273

Tabâtabâî198, 199, 203, 204, 207, 231,

236, 242, 250, 254, 262

Tafsîr 1, 17, 29, 42, 43, 49, 50, 52, 53,

54, 55, 57, 59, 60, 61, 62, 63, 64,

73, 103, 154, 198, 199, 200, 201,

202, 203, 204, 205, 206, 207,

208, 209, 212, 213, 214, 215,

216, 217, 218, 219, 220, 221,

222, 223, 225, 227, 228, 232,

233, 234, 236, 238, 240, 241,

242, 243, 245, 246, 247, 249,

250, 251, 253, 254, 255, 256,

257, 258

Tahhân 58, 272

Tarîqah 132, 133, 134, 135, 136, 161,

245, 264

Tharâblisî 8

Tusî 57, 60, 272

W Wahbah 17, 29, 80, 81, 154, 215, 218,

219, 225, 233, 234, 249, 273,

280

Y Yajûj 32, 37, 42, 43, 44, 45

Yazdî 14, 280

Z Zabaniyyah 50, 60, 62

Zahrah 14, 267

Zamakhsharî29, 203, 206, 207, 212, 215,

220, 221, 232, 234, 239, 244,

262

Zuhailî 17

Page 309: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

295

Biodata Penulis

KOMARUDIN lahir 08 September 1975 di

Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur,

anak ketujuh dari sembilan bersaudara, ibu

bernama Hj. Yuhanah (w.2015), bapak

H.Mashur (w.2017), tamat SDN 08 Pagi Duren

Sawit, Jakarta Timur (1987), Tsanawiyyah dan

Aliyah (1994) Pondok Pesantren Daarul

Rahman, Jl. Senopati Dalam II Kebayoran Baru

Jakarta Selatan dan Leuwiliang, Sibanteng, Bogor, Jawa Barat, kuliah

di Institut Islam Daarul Rahman Jakarta (IID) (1995-1998).

Sarjana S1 diperoleh dari fakultas Syariah Institut Agama Islam

Al-Aqidah (IAIA) Jakarta (1999) dengan gelar Sarjana Agama

(S.Ag.), gelar Magister Agama (MA) diraih di Program Pascasarjana

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (2003)

Konsentrasi Pemikiran Islam. 2016-sekarang sebagai mahasiswa

semester tujuh program Doktor di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Saat kuliah S1 tekun memperdalam bahasa

Inggris di Intensive English Course (IEC) dan Lembaga Bahasa

Inggris Indonesia-Amerika (LB LIA) hingga memperoleh sertifikat

Advanced Level. Pada 2007-2010 aktif memberikan pelatihan

pengajaran bahasa Inggris model Communicative Language Teaching

(CLT) di sejumlah lembaga kursus bahasa Inggris di Jakarta, Bekasi,

dan Bogor. Pada 2009-2011 diamanatkan sebagai Pelaksana Tugas

Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 09 Plus Pondok Bambu, Jakarta

Timur, sempat menjadi interviewer calon karyawan PT Aneka

Tambang (ANTAM), guru SMK Muhammadiyah 6 Jakarta Timur.

Sejak 2010-sekarang berstatus sebagai dosen tidak tetap Universitas

Mercu Buana, Meruya Jakarta Barat dan Menteng, Jakarta Pusat.

2011-sekarang sebagai dosen tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Al-

Aqidah al-Hasyimiyyah Jakarta dengan tugas tambahan Sekretaris

Program Studi (SEKPRODI) Hukum Keluarga/Ahwâl Syakhshiyyah

Page 310: AL-MA’AD DALAM PEMIKIRAN SAYYID HAYDAR AL-AMULIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51244... · 2020. 7. 2. · vii Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan .

296 al-Ma’ad dalam Pemikiran Sayyid Haydar al-Amuli

dan ketua Pusat Penelitian dan Pengmbangan Sumber Daya Manusia

(P3SDM) periode 2019-2021.

Aktif mengikuti berbagai seminar, workshop, Training of

Trainer, pelatihan-pelatiahan baik sebagai peserta, panitia, ataupun

nara sumber di dalam kampus tempat mengajar atau di kampus lain.

Sejumlah makalah yang pernah dihasilkan adalah: Mulla Hadi

Sabziwari : Mengenal Filsafat Pasca Ibn Rusyd, Tuhan Perspektif

Science dan Agama, Perbandingan Tafsir Jalâl al-Dîn al-Suyûtî dan

Ibn Jarîr al-Tabarî dalam al-Mâidah: 51, Nikah Perspektif Hukum

Islam dan Kompilasi Hukum Islam, Hukum Keluarga di Tunisia dan

Indonesia (Studi Syariat dalam Konteks Negara-negara Modern di

Dunia Islam), Tinjauan Mukhtalaf al-Hadîts terhadap Hadits-hadits

Menangisi Mayit, Pandangan Goode Hat tentang Elemen Dasar

Pengetahuan Ilmiah, dll.