-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 170
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
Menejemen Organisasi Layanan Bimbingan dan Konseling Sekolah
(Fokus Solusi Terhadap Problematik Pengelolaan Bimbingan dan
Konseling
di Sekolah) Ahmad Hanafi
1
[email protected]
Abstrak
Menejeman adalah aktivitas mengatur kegiatan organisasi
layanan
bimbingan dan konseling dalam rangka mencapai tujuan bimnbingan
dan
konseling yang ditetapkan sebagai rumusan target pencapaian.
Kegiatan
merencanakan mengorganisasi, melaksanakan program adalah
rangkaian aktivitas
dalam mengatur kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
Implementasi
menejemen dalam kegiatan organisasi bimbingan dan konseling
meliputi aktivitas
pengaturan dengan merangkai pada konsep kegiatan 1) Planning, 2)
Organization,
3) Actuating, 4) Controlling 5) Evaluating. Kegiatan menejemen
sering sekali
dijumpai sebagai problematik yang muncul dalam dunia menejemen
bimbingan
dan konseling. Seperti perencanaan program yang tidak matang,
kurangnya
aktivitas layanan yang tepat sasaran. Program yang tidak
berlandaskan pada
assessment, kegiatan evaluasi supervise yang tidak dilakukan.
Problematic ini
dapat di tela’ah dan dijumpai dalam kegiatan pengelolaan
bimbingan dan
konseling disekolah. Sehingga perlunya suatu konsepsi menejemen
sebagai
langkah konkrit untuk dapat menciptakan program kegiatan layanan
bimbingan
dan konseling yang memandirikan.
Kata Kunci: Menejemen, Organisasi Layanan, Bimbingan,
Konseling.
Abstract
Management is the activity of organizing the activities of the
guidance and
counseling service organization in order to achieve the guidance
and counseling
goals those objectives of achievement targets determined. The
activities planned
to organize, implement the program are activities in organizing
the activities of
guidance and counseling services. Implementation of management
in
organizational activities guidance and counseling includes
regulatory activities by
compiling the concept of activity 1) Planning, 2) Organization,
3) Actuating, 4)
Controlling 5) Evaluating. Management activities are often
encountered as
problems in management guidance and counseling. Such as
inadequate program
planning, lack of targeted service activities. Programs that are
not based on
assessment, supervision evaluation activities that are not
carried out. This problem
can be analyzed and found in the activities of management
guidance and
counseling at school. So that need a management conception as a
concrete step to
be able to create a program of independent guidance and
counseling services.
Keywords: Management, Service Organization, Guidance,
Counseling
Pendahuluan
1 Pascasarjana Universitas Negeri Malang
-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 171
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
Dewasa ini bimbingan dan konseling dipandang sebagai sebuah
pendekatan
keilmuan yang memiliki peran sangat penting dalam aspek
kehidupan manusia.
Bukan karena semata-mata semakin berkembangnya ilmu bimbingan
dan
konseling dibelahan dunia dan semakin meningkatnya prospek kerja
yang
menjanjikan, tapi karena praktik ilmu dari bimbingan dan
konseling yang
bersentuhan langsung dengan dimensi kemanusiaan, realita sosial.
Namun
terkadang sebagai langkah mendasar menginternalisasi ilmu pada
ruang praktik
kinerja membutuhkan menejerial pengelolaan untuk mempermudah
melaksanakan, mengembangkan menjadi ruang praktis kinerja
terprogram yang
lebih elastis dan menyentuh terhadap kehidupan, khususnya
terhadap pendidikan
dalam hal ini adalah pendidikan sekolahan.
Bimbingan dan konseling sebagai upaya sadar dalam membimbing
dan
memberi bantuan kepada setiap individu agar dapat dengan
mudah
mengembangkan potensi dan menyelasaikan problem yang sedang
dihadapi oleh
masyarakat sekolah. Pelayanan pemberian bantuan diberikan
mengikuti terhadap
perkembangan kebutuhan tertentu. Maka menjadi penting untuk
mengetahui
bagaimana pengelolaan menejemen bimbingan dan konseling
dapat
dikembangkan. Visi misi sekolah sebaga tujuan integra yang
menjadi keinginan
bersama yang ingin di capai dalam penerapan bimbingan dan
konseling
membutuhkan system kerangka yang konfrehensif untuk dapat
memudahkan
diterapkannya menejemen sebagai langkah pelaksanaan. seperti
apakah
bimbingan seharusnya diberikan, kepada siapa bimbingan itu
diberikan dan dapat
diselenggarakan dimana bimbingan dan konseling itu seharusnya.
guna menjawab
pertanyaan dasar inilah layanan bimbingan dan konseling
membutuhkan
pengelolaan untuk dapat mempermudah menyelenggarakan.
Bertolak pada realitas tersebut dapat di diasumsikan secara
sederhana
menejemen bimbingan erat kaitannya dengan pengelolaan layanan BK
untuk
efektifas layanan terprogram. Oleh sebab itu layanan bimbingan
konseling yang
termenejerial secara baik dan efektif sangatlah penting. Karena
ia akan
menentukan terhadap tingkat keberhasilan layanan itu
diberikan.
Namun, terkadang kondisi dilapangan tidak seiring dengan
harapan. Banyak
sekali kondisi-kondisi dalam lembaga pendidikan yang masih saja
terjadi
-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 172
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
kekacauan dalam pengelolaan layanan bimbingan dan konseling
disekolah.
Seperti yang pernah ditemukan dalam observasi oleh penulis
disalah satu SMA di
sumenep pada tahun 2013. Bahwa dalam pengeloaan layanan di
lembaga
pendidikan banyak mengalami kekurangan karena beberapa faktor.
Pertama faktor
profesionalitas sumber daya manusia SDM yang kurang memadai,
Merasa
kebingungan dengan cara dan model penerapan layanan. Kedua
factor perubahan
system atau perubahan kurikulum yang begitu cepat mengalami
perubahan
sehingga pada aspek menejerial keorganisasiaan layanan BK
menjadi sedikit
terhambat dikarenakan terjadi ketidakseimbangan antara sistem
dan pengelolaan.
Dari uraian diatas penting kiranya dalam makalah ini untuk
dijelaskan
mengenai menejerial pengelolaan BK sebagai kegiatan terprogram
di dalam
lembaga pendidikan sekolah.
Pembahasan
Pada ruang lingkup dunia pendidikan misalnya dengan adanya
Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling
pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah menunjukan bahwa
keberadaan BK
mendapat tempat di negara kita. Dengan pola yang deikenal
Bimbingan dan
Konseling Komprehensif, sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 6
ayat 1 yang
menyebutkan bahwa: “Komponen layanan Bimbingan dan Konseling
memiliki 4
(empat) program yang mencakup: (a) layanan dasar; (b) layanan
peminatan dan
perencanaan individual; (c) layanan responsif; dan (d) layanan
dukungan
sistem”.
Bertolak pada pasal diatas pada hakikatnya bimbingan dan
konseling di
sekolah adalah upaya guru bimbingan dan konseling (konselor)
membantu peserta
didik (konseli) melalui berbagai kegiatan dan dan layanan agar
konseli dapat
menguasai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan
untuk
mengembangkan tujuan-tujuan hidupnya yang sehat sesuai dengan
tugas-tugas
perkembangannya.
Menurut Yusuf LN (2009) Bimbingan dan Konseling Komprehensif
adalah pendekatan komprehensif terhadap dasar, penyampaian
layanan,
manajemen, dan pertanggung-jawaban program bimbingan dan
konseling. Model
-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 173
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
program BK Komprehensif merupakan model kerangka kerja yang
mengatur
mekanisme kerja konselor dan timnya dalam merancang,
mengkoordinir,
melaksanakan, mengelola, dan mengevaluasi program BK untuk
mensukseskan
siswa.
Pengujian, perbaikan, dan implementasi dari Model Program
Bimbingan
dan Konseling Komprehensif, yang juga dikenal sebagai model
Missouri, dimulai
pada 1971 dibawah arahan Norman Gysbers dan sejawatnya di
University of
Missouri-Columbia. Mayoritas dari 24 program bimbingan yang
diidentifikasi
oleh Sink dan MacDonald (1998) diadaptasi dari struktur model
ini. Gysbers dan
Henderson (2000) menggambarkan suatu skema organisasional dengan
prosedur
dan sistem yang didefinisikan dengan baik
Mengeksplorasi hakikat Program BK komprehensif berarti
menelusuri
beberapa pertanyaan berikut ini. Pertama, bagaimana hubungan
program
Bimbingan dengan sistem pendidikan di lembaga pendidikan
tertentu? Kedua,
bagaimana pengelolaan (manajemen) program BK agar sifat
komprehensif-
sistemik program BK nampak? Ketiga, siapa saja yang terlibat
dalam program BK
dan apa saja keketerlibatan mereka? Keempat, apa saja hasil dan
dampak yang
diharapkan dari program BK komprehensif?.
Empat pertanyaan mendasar mengenai program BK merupakan
ukuran
dari kefektifan menejemen dan pengelolaan BK di sekolah.
Keterlibatan semua
masyarakat sekolah dengan menjadikan mitra kerja menjadi factor
pendukung
terhadap kesuksesan pelaksanaan BK di sekolah. Guru mata
pelajaran menjadi
sangat penting diakui sebagai mitra efektif untuk mengembangkan
perkembangan
belajar siswa. Namun system kerja yang harus dibangun perlu
untuk diterjadikan
adalah bermula dari kegiatan terprogram yang dilakukan dengan
sadar oleh BK
sekolah itu sendiri. Sehingga semua element sekolah akan dengan
sadar pula
untuk turut membantu terhadap program BK dalam mencapai
tujuan.
Menejemen
Menejemen dapat diartikan sebagai kegiatan mengatur,
merencanakan dan
melaksanakan kegiatan tertentu dalam suatu institusi, lembaga
organisasi untuk
mencapai tujuan bersama. Kegiatan menejemen diopratori oleh
pimpinan
-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 174
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
sebagai penggerak aktivitas, pengatur dan pelaku strategis.
Kegiatan
organisatoris terencana dalam ruang lingkup peran dan tanggung
jawan
organisasi.
Menejemen sebagai sebuah kegiatan pencapaian tujuan melalui
pelaksanaan fungsi tertentu. Suatu program layanan bimbingan dan
konseling
tidak mungkin akan tercipta, terselenggara dan tercapai bila
tidak memiliki
suatu sistem manajemen yang bermutu (dilakukan secara jelas,
sistematis dan
terarah). Stoner (1981) mengemukakan pendapatnya mengenai
pengertian
manajemen sebagai berikut: ”management is the process of
planning,
organizing, leading and controlling the efforts of organizing
members and
using all over organization resources to achieve stated
organizational goals”.
Manajemen dapat dikatakan sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan seluruh anggota organisasi
(kelompok) dan
pemanfaatan seluruh sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi
yang telah ditetapkan.
Prinsip dan fungsi menejemen dalam konsep yang dikemukakan
oleh
George R. Terry dikenal dengan POAC (planning, organizing,
actuating,
controlling)
Planning yaitu menentukan pekerjaan harus dilaksanakan untuk
mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Organizing mencakup membagi
kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. membagi tugas kepada meneger
untuk
pengelompokan dan menetapkan wewenang dalam unit organisasi.
Organizing
melahirkan peeranan kerja dalam struktur formal dan dirancang
untuk
memungkinkan manusia untuk bekerja sama. Actuating disebut juga
sebagai
aksi nyata langkah kongkrit gerakan aksi mencakup kegiatan
terstruktur
controlling mencakup mengontrol melihat apakah kegiatan yang
dilakukakn
sesuai dengan rencana.
Menejemen sebagai suatu kegiatan atau sebagai suatu system
dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dapat diinternalisasikan
di perbagai
bidang. Termasuk dalam layanan bimbingan dan konseling .maka
dalam
kegiatan pelaksanaan bimbingan dan konseling menejemen memiliki
peranan
sangat penting. Lebih-lebih layanan bimbingan dan konseling di
lembaga
-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 175
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
pendidikan sekolah. Sebagai upaya mendesain program sampai
pada
melaksanakan program layanan BK pada aspek implementasi.
Implementasi Layanan BK dalam Bingkai Kerangka Menejemen
a) Planning
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan
tujuan
organisasi, penentuan strategis, kebijaksanaan, proyeksi,
program,
prosedur, metode, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.2
Implementasi perencanaan (planning) dalam bimbingan dan
konseling yaitu teriplementasi pada kegiatan menyusun program
yang
baik, merencakan program layanan bimbingan yang tersistem
dan
berkelanjutan. Dalam hal ini meliputi program tahunan,
program
semester, program mingguan dan program harian. Program dalam
proses penyusunan meerupakan wujud dari menejemen
merencanakan
layanan bimbingan dan konseling yang tersetruktur.
Tohirin menjelaskan bahwa secara umum program bimbingan
dan konseling merupakan suatu rancangan atau rencana kegiatan
yang
akan dilaksanakan dalamjangka waktu tertentu. Rancangan dan
rencana
kegiatan tersebut tersusun secara sistematis.
b) Organizing
Yaitu pengorganisasian, penentuan sumber sumber daya dan
kegiatan yag dibutuhkan utnuk mencapai tujuan organisasi;
perancangan sebuah kelomppk yang dapat membawa hal-hal
tersebut
kea rah tujuan. penugasan tanggung jawab tertentu dan
pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu untuk melaksanakan
tugas-
tugasnya. Menetapkan wewenang diantara kelompok atau
unit-unit
organisasi.3
Dalam hal ini layanan Bimbingan dan konseling yang
dikendalikan oleh guru BK melakukan kolaborasi dalam
pemberian
2 Hani Handoko T, 2003, Manajemen, Edisi 2, Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta. hlm.23
3 Terry, George R. (2006) Prinsip-Prinsip Manajemen, Alih bahasa
J. Smith DFM. Jakarta,
Bumi Aksara, hlm. 17
-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 176
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
layanan. Kolaborasi dengan fihak-fihak yang dapat diajak bekerja
sama
dalam membantu mensukseskan program layanan. Semisal guru
mata
pelajaran dan masyarakat sekolah. Dapat pula berkolaborasi
dengan
masyarkat eksternal, lembaga ekternal antar profesi yang dapat
pula
membantu dalam suksesi program layanan.
c) Actuating
Pengarahan (aktuating) disebut juga gerakan aksi mencakup
kegiatan yang dilakukan seorang menejer untuk mengawali dan
melanjutkan kegiatan yang ditetapkan dalam perencanaan dan
pengorganisasian agar tujuan tercapai. Sesudah rencana
dibuat
organisasi dibentuk dan disusun personalia langkah untuk
membuat
atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan
dan
harus dilakukan.
Tohirin menjelaskan pengarahan sangat diperlukan dalam
pelaksanaan pelayanan bimbignan dan konseling. Pengarahan
dan
kepemimpinan diperlukan agar aktivitas pelayanan bimbingan
dan
konseling terarah pada pencapaian pada pencapaian tujuan yang
telah
ditetapkan4
Tugas selanjutnya dalam konteks actuating ini adalah
melaksanakan segala perencanaan pada bentuk nyata atau aksi
nyata
dengan meibatkan semua komponen dalam implementasinya, serta
mempergunakan fasilitas dan sarana untuk mendukung
efektivitas
layanan yang sedang diakukan secara terprogram. Sejalan
dengan
pelaksanaan aksi nyata atau implementasi program pengarahan
dan
masukan dalam proses implemtasi menjadi bagian penting yang
harus
dicapai. Inilah sebabnya kenapa dalam aksi nyata perlu untuk
bekerja
sama dengan semua pihak. Seperti yang dikemukakan oleh
Prayitno
bahwa sesuai dengan prinsip bimbingan dan konseling
berkenaan
dengan tujuan dan pelaksanaan layanan, kerja sama anatara guru
BK/
konselor dengan personal sekolah lainnya, sepeti kerja sama
dengan
4 Tohirin,2011, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah
(Berbasis Integrasi),
Jakarta: rajawali press. Hlm. 275.
-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 177
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
pimpinan sekolah koordinasi dengan guru wali, guru mata
pelajaran dan
juga orang tua siswa5
d) Controlling
Pengawasan (controling) adalah penemuan dan penerapan
peralatan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencan
telah
dilaksanakan sesuai dengan ditetapkan. Pengawasan merupakan
kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan dievaluasi
dan
penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki supaya
tujuan-tujuan
dapat tercapai dengan baik6
Pengawasan dalam layanan bimbingan dan konseling penting
untuk dilakukan langkah pengawasan untuk dapat mengetahui
tingkat
ketercapaian sebuah layanan dan tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan yang tidak diingini. Pengawasan ini bisa dilakukan
oleh
pemangku kebijakan dan stakehoelder yang memiliki
kepentingan
dalam keberlangsungan pemberian layanan. Membangun kerjasama
sampai pada pengawasan dimaksutkan untuk bersama-bersama
mengawal layanan BK untuk tujuan bersama suksesi layanan
bimbingan.
Dengan demikian konsepsi menejemen sebagai kerangka
bingkai layanan BK dalam sebuah intitusi dapat kiranya
ketika
dikolaborasikan dengan layanan dapat merumuskan sebuah
setting
layanan bimbingan dan konseling yang konprehensif. Sebab
layanan
bimbingan dan konseling pada ruang lingkup kinerja
membutuhkan
pengaturan menejemen untuk melahirkan layanan yang berbasis
program.
Aspek-Aspek Manajemen Program Layanan Bimbingan dan
Konseling
Menurut Juntika Nurihsan (2005) aspek aspek manajemen
program
layanan bimbingan dan konseling adalah:
5 Prayitno, dkk. 1997. SERI Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling disekolah
Buku II Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama, Jakarta: Dirjen
Dikti. Hlm: 29 6 Op.Cit: Terry, George R. 2006: hlm: 17-18
-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 178
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
a. Perencanaan Program dan Pengaturan Waktu Pelaksanaan
Bimbingan dan
Konseling
1. Adapun manfaat dilakukannya perencanaan program secara
matang
yaitu: Adanya kejelasan arah pelaksanaan program bimbingan.
2. Adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan
bimbingan yang dilakukan.
3. Terlaksananya program kegiatan bimbingan secara lancar,
efisien dan
efektif.
b. Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling
Dalam SK Menpan No. 84/1993 ditegaskan bahwa tugas pokok
Guru
Bimbingan dan Konseling adalah "menyusun program bimbingan,
melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan
bimbingan,
analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam
program
bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung
jawabnya"
(Pasal 4). Unsur-unsur utama yang terdapat di dalam tugas pokok
Guru.
Pembimbing meliputi:
Bidang-bidang bimbingan;
1. Jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling;
2. Jenis-jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling;
3. Tahapan pelaksanaan program bimbingan dan konseling;
4. Jumlah siswa yang menjadi tanggung jawab Guru Bimbingan
dan
Konseling untuk memperoleh pelayanan (minimal 150 orang
siswa).
c. Pelaksanaan program kegiatan bimbingan dan konseling
Dalam pelaksanaan Program, masing-masing personel sekolah
yang
berkaitan dengan pelaksanaan program kegiatan layanan bimbingan
dan
konseling di sekolah meliputi (a) Kepala Sekolah, (b) Wakil
Kepala
Sekolah, (c) Koordinator Bimbingan dan Konseling, (d) Guru
Bimbingan
dan Konseling, (e) Tenaga Administrasi, (f) Guru Mata Pelajaran,
dan (g)
Wali Kelas, mempunyai tanggung jawab serta peran
masing-masing
d. Pemanfaatan Fasilitas Pendukung Kegiatan Bimbingan dan
Konseling
-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 179
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
Sarana yang diperlukan untuk penunjang pelayanan bimbingan
dan
konseling adalah sebagai berikut.
1. Alat pengumpul data, baik tes maupun non-tes.
2. Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan
data.
3. Kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi,
paket
bimbingan, alat bantu bimbingan.
4. Perlengkapan administrasi, seperti alat tulis menulis, format
rencana
satuan layanan dan kegiatan pendukung serta blanko laporan
kegiatan, blanko surat, kartu konsultasi, kartu kasus,
blanko
konferensi kasus, dan agenda sura
5. Mekanisme Kerja Pengadministrasian Kegiatan Bimbingan dan
Konseling
Agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
dapat
berjalan secara teratur dan mencapai tujuan maka diperlukan
adanya
administrasi yang baik, teratur dan mantap. Sebab tanpa
administrasi yang
baik, teratur dan mantap maka proses pelaksanaan layanan
bimbingan
akan tidak mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Dengan
administrasi yang baik, teratur dan mantap setiap personel
bimbingan
bimbingan mengetahui posisinya masing-masing, baik itu berupa
tugas,
tanggung jawab maupun wewenang. Dengan memahami, mengetahui
dan
melaksanakan tugas, tanggung jawab dan wewenang yang
dibebankan
kepada masing-masing personel bimbingan, maka terciptalah
suatu
mekanisme kerja yang mantap
e. Pengarahan, Supervisi dan Penilaian Kegiatan Bimbingan dan
Konseling
1. Pengarahan
Hatch dan Stefflre 1961 (Juntika Nurihsan, 2005)
mengemukakan
pengarahan itu sebagai berikut. It is that phase of
administration
concerned with the coordination, control, and stimulation of
others. It
is sometimes thought of as a process and identified as that
phase in
which commands are given, or in which others are authorized to
act or
stimulated to act without command/Ini adalah fase administrasi
terkait
dengan koordinasi, kontrol, dan stimulasi lain. Hal ini
kadang-kadang
-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 180
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
dianggap sebagai suatu proses dan diidentifikasi sebagai fase
yang di
mana perintah yang diberikan, atau di mana orang lain yang
berwenang untuk bertindak atau dirangsang untuk bertindak
tanpa
perintah. Pendapat ini mengemukakan pengarahan sebagai suatu
fase
administratif yang mencakup koordinasi, kontrol, dan
stimulasi
terhadap yang lain. Di satu pihak, hal itu adakalanya dipikirkan
sebagai
suatu proses dan merupakan suatu fase pemberian komando, dan
pada
sisi lain merupakan wewenang dalam bertindak atau stimulasi
dalam
bertindak tanpa komando.
2. Evaluasi dan Supervisi Kegiatan Bimbingan
Croncbach (1980) mendefinisikan evaluasi sebagai pengujian
secara
sistematik suatu kejadian atau kegiatan tertentu dan dampak
yang
ditimbulkan oleh suatu program atau kegiatan yang bersifat
sementara.
Istilah program itu sendiri diartikan sebagai rencana kegiatan
yang
dibuat untuk menyediakan pelayanan sosial. Sementara itu, Hadley
dan
Mitchel (1995) dan Rossi (1989) mendefinisikan evaluasi sebagai
suatu
evaluasi sebagai suatu aplikasi sistematik dari prosedur
penelitian untuk
menilai pembuatan konsep, perancangan, pengimpelentasian,
dan
manfaat suatu program. definisi lain dikemukakan oleh Patton
(1986)
yang menyatakan bahwa evaluasi program memiliki 4 unsur
sebagai
berikut : 1) Pengumpulan informasi secara sistematik, 2)
dilakukan
dalam ruang lingkup dari suatu program yang hendak dievaluasi,
3)
digunakan untuk sasaran tertentu, 4) dengan banyak kegunaan
(tujuan).7
Dengan kata lain, Patton mengungkapkan bahwa evaluasi
merupakan
aktivitas pengumpulan informasi secara sistematis dalam ruang
lingkup
topik yang spesifik, dengan sasaran tertentu berdasarkan
keinginan
(harapan) dari pihak– pihak yang bekepentingan (Stake
holder)
Supervisi merupakan salah satu tahap penting dalam manajemen
program bimbingan. Berbagai pendapat telah dikemukakan
berkenaan
dengan supervise ini. Stephen Robbins (1978) mengemukakan:
7 Croncbach, Lee J. (1980). Toward Refrom of Program Evaluation.
San Fransisco: Jossey
Bass Inc
-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 181
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
"Supervision is traditionally used to refer to the activity of
immediately
directing the activities of subordinates/Pengawasan secara
tradisional
digunakan untuk merujuk pada aktivitas segera mengarahkan
kegiatan
bawahan".
Menurut Arhtur Jones (1970) supervisi itu mencakup dua
bentuk
kegiatan yaitu:
a. Sebagai kontrol kualitas yang direncanakan untuk
memelihara,
menyelenggarakan, dan menentang perubahan, serta
b. Mengadakan perubahan, penataran, dan mengadakan perubahan
perilaku.8
3. Penilaian Program Layanan Bimbingan
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya,
tindakan
atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan
yang
berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah
dengan
mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai
dengan
program bimbingan yang dilaksanakan.
Ada dua macam kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan,
yaitu
penilain proses dan penilaian hasil. Penilaian proses
dimaksudkan untuk
mengetahui sampai sejauh mana keefektrfan layanan bimbingan
dilihat
dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk
memperoleh informasi keefektifan layanan bimbingan
dilihatdari
hasilnya
Penutup
Berdasarkan paparan diatas tersebut dapatlah diambil sebuah
kesimpulan
bahwa dalam menejerial pelaksanaan layanan bimbingan konseling
yang
konprehensif terprogram melalui penerapan fungsi menejemen yaitu
bisa
menggunakan kerangka kierja menejemen yang dieknal dengan POAC
(planning,
organizing, actuating dan controling). Harapannya adalah
menggandeng elemen
masyarakat sekolah dalam melaksanakan kegiatan terprogram untuk
mencapai
tujuan yang diinginkan. Utuk mengukur ketercapaian perlu juga
untuk
8 Ibid. hlm: 34
-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 182
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
melakaukan kegiatan evaluasi dan akuntabilitas. Kegiatan
evaluasi dalam rangka
sebagai perbaikan kegiatan untuk menempuh ketercapaian sasaran
program.
Sekaligus laporan akuntabilitas sebagai upaya pengukuran
kegiatan yg telah
dikerjakan pada setiap program direncanakan dan dilaksakan oleh
bimbingan dan
konseling di dalam lembaga pendidikan
-
170 – 183: Ahmad Hanafi Page 183
AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan
Kemasyarakatan Vol. 1
No. 2
2017
Daftar Pustaka
Croncbach, Lee J. (1980). Toward Refrom of Program Evaluation.
San Fransisco:
Jossey Bass Inc
Gysbers, Norman C. 2003. Comprehensive Guidance and
Counseling
Programs:The Evolution of Accountability. St. Louis, MO :
ACES/ASCA
School Counseling Research Summit on June 28–29
Hani Handoko T, 2003, Manajemen, Edisi 2, Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta
Prayitno, dkk. 1997. SERI Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling
disekolah Buku II Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah
Lanjutan
Tingkat Pertama, Jakarta: Dirjen Dikti
Stoner,James A. (1987). Management, London: Prentice-Hall
International Inc.
Saifoel Bachrie. 2013. Pengembangan Manajemen Bimbingan dan
Konseling
Berbasis ICT. Jurnal bimbingan dan konseling, vol. II no 1
Terry, George R. (2006) Prinsip-Prinsip Manajemen, Alih bahasa
J. Smith DFM.
Jakarta, Bumi Aksara
Tohirin,2011, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah
(Berbasis
Integrasi), Jakarta: rajawali press.
Yusuf LN, S.. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Bandung:
Rizki Press