BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Perkembangan Akuntansi dan Pelaporan Akuntansi di Indonesia Perkembangan akuntansi ditandai dengan adanya seorang yang bernama Lucas Pacioli pada tahun 1494, ahli matematika mengarang sebuah buku yang berjudul Summa de Aritmatica, Geometrica, Proportioni et Propotionalita. Sistem yang berkembang saat ini ada dua yaitu sistem Belanda (Sistem Continental) dan Amerika Serikat (Sistem Anglo Saxon). Saat ini sistem yang paling banyak digunakan yaitu Sistem Anglo Saxon. Pada sistem Anglo Saxon, pembukuan merupakan bagian dari akuntansi. Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri pada era penjajahan Belanda sekitar abad 17 atau sekitar tahun 1642. Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat di temui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan Amphioen Socitey yang berkedudukan di Jakarta. Pada era ini, Belanda memperkenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping) yang dikembangkan oleh Luca Pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda yang merupakan organisasi komersial utama selama masa 3
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Akuntansi dan Pelaporan
Akuntansi di Indonesia
Perkembangan akuntansi ditandai dengan adanya
seorang yang bernama Lucas Pacioli pada tahun 1494,
ahli matematika mengarang sebuah buku yang berjudul
Summa de Aritmatica, Geometrica, Proportioni et
Propotionalita. Sistem yang berkembang saat ini ada dua
yaitu sistem Belanda (Sistem Continental) dan Amerika
Serikat (Sistem Anglo Saxon). Saat ini sistem yang
paling banyak digunakan yaitu Sistem Anglo Saxon. Pada
sistem Anglo Saxon, pembukuan merupakan bagian dari
akuntansi.
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri
pada era penjajahan Belanda sekitar abad 17 atau
sekitar tahun 1642. Jejak yang jelas berkaitan dengan
praktik akuntansi di Indonesia dapat di temui pada
tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan
Amphioen Socitey yang berkedudukan di Jakarta. Pada era
ini, Belanda memperkenalkan sistem pembukuan
berpasangan (double-entry bookkeeping) yang dikembangkan
oleh Luca Pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda yang
merupakan organisasi komersial utama selama masa
3
penjajahan mempunyai peranan penting dalam praktik
bisnis di Indonesia.
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat
cepat selama tahun 1800-an hingga awal tahun 1900-an.
Hal ini ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa
sehingga pengusaha Belanda banyak yang menanamkan
modalnya di Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi
mendorong munculnya permintaan akan tenaga akuntan dan
juru buku yang terlatih. Akibatnya fungsi auditing
mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1907. Peluang
terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh
akuntan Belanda dan Inggris yang masuk ke Indonesia
untuk membantu kegiatan administrasi di perusahaan
tekstil dan perusahaan manufaktur. Intrernal auditor
yang pertama kali datang di Indonesia adalah J.W
Labrijn yang sudah berada di Indonesia pada tahun 1896
dan orang pertama yang melaksanakan pekerjaan audit
(menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan) adalah
Van Schagen yang dikirim ke Indonesia pada tahun 1907.
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak
berdirinya Jawatan Akuntan Negara, Government
Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915.
Akuntan publik yang pertama adalah Frese dan
Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada tahun
1918. Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang
lain yaitu kantor akuntan H.Y. Voerens pada tahun 1920
4
dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak Belasting
Accountant Dienst. Pada era penjajahan, tidak ada orang
Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik. Orang
Indonesia pertama yang bekerja di bidang akuntansi
adalah JD. Massie, yang diangkat sebagai pemegang buku
pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September
1929. Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai
muncul pada tahun 1942-1945, dengan mundurnya Belanda
dari Indonesia. Sampai tahun 1947 hanya ada satu orang
akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr.
Abutari.
Praktik akuntansi model Belanda masih digunakan
selama era setelah kemerdekaan (1950-an). Pendidikan
dan pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem
akuntansi model Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan
yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang-orang Belanda
dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan
akuntan dan tenaga ahli. Atas dasar nasionalisasi dan
kelangkaan akuntan, Indonesia pada akhirnya berpaling
ke praktik akuntansi model Amerika. Namun pada era
ini, praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur
dengan akuntansi model Belanda, terutama yang terjadi
di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya jumlah
institusi pendidikan tinggi yang menawarkan pendidikan
akuntansi, seperti pembukaan jurusan akuntansi di
Universitas Indonesia 1952, Institut Ilmu Keuangan
5
(Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN) 1990,
Universitas Padjajaran 1960, Univeritas Sumatra Utara
1960, Universitas Airlangga 1960 dan Universitas Gajah
Mada 1964, telah mendorong pergantian praktik
akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada tahun
1960.
Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga
mengadopsi sistem akuntansi model Amerika. Pada
pertengahan tahun 1980-an, sekelompok teknokrat muncul
dan memiliki kepedulian terhadap reformasi ekonomi dan
akuntansi. Kelompok tersebut berusaha untuk menciptakan
ekonomi yang lebih kompetetif dan lebih berorentasi
pada pasar, dengan dukungan praktik akuntansi lebih
baik. Kebijakan kelompok tersebut memperoleh dukungan
yang kuat dari investor asing dan lembaga-lembaga
internasional. Sebelum perbaikan pasar modal dan
pengenalan reformasi akuntansi tahun 1980-an dan
awal1990-an, dalam praktik banyak ditemui perusahaan
yang memiliki tiga jenis pembukuan, pertama untuk
menunjukkan gambaran sebenarnya dari perusahaan dan
untuk dasar pengambilan keputusan; kedua untuk
menunjukkan hasil yang positif dengan maksud agar dapat
digunakan untuk mengajukan pinjaman/kredit dari bank
domestik dan asing; dan ketiga menunjukkan hasil
negatif (rugi) untuk tujuan pajak.
6
Banyak hal yang dikembangkan oleh pemerintah
Indonesia sendiri diantaranya yaitu, pertama pada
September 1994, pemerintah melalui IAI mengadopsi
seperangkat standar akuntansi keuangan (PSAK). Kedua,
pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia (Work Bank)
melaksanakan proyek Pengembangan Akuntansi yang
ditunjuk untuk mengembangkan regulasi akuntansi dan
melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995,
pemerintah membuat berbagai aturan berkaitan dengan
akuntansi dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas.
Keempat, pada tahun 1995 pemerintah memasukkan aspek
akuntansi/pelaporan keuangan ke dalam Undang-Undang
Pasar Modal. Berikut ringkasan perkembangan praktik
akuntansi di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
PERKEMBANGAN
POLITIK DAN SOSIAL
PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN
AKUNTANSI
7
ERA KOLONIAL
BELANDA (1595-
1945)
Belanda
menguasai
Jawa dan
kepulauan
lain
Islam
menjadi
agama
mayoritas
Perusahaan
Hindia Belanda
(VOC)
menguasai
perdagangan di
Indonesia
Keterlibatan
dan aktivitas
Pribumi
diperdagangan
dibatasi ketat
Etnis Cina
diberi hak
khusus di
bidang
perdagangan
dan
transportasi
air
Belanda
menegnalkan
AKuntansi di
Indonesia
Regulasi
akuntansi
yang pertama
dikeluarkan
tahun 1642
oleh
Gubernur
Jendral
Hindia
Belanda
Regulasi
tersebut
mengatur Kas
dan Piutang
(Abdoelkadir
1982)ERA SOEKARNO
(1945-1966)
Indonesia
memperoleh
kemerdekaan
Kepeimpinan
Dominasi
perdaganagan
oleh Belanda
dan CIna
Akademisi
lulusan
Amerika
mengisi
8
presiden
soekarno
dekat dengan
Pemerintah
Cina (RRC)
Tahun 1965
terjadi
usaha kudeta
oleh
komunis yang
berhasil
digagalkan
dan
mendorong
peran
militer
mendorong
munculnya
ketidakadilan
di masyarakat.
Akhirnya
Indonesia
memilih
pendekatan
sosialis dalam
pembangunan
yang ditandai
dengan
dominasi peran
Negara.
Tahun 1958,
semua
perusahaan
milik Belanda
dinasionalisas
i dan warga
Negara Belanda
keluar dari
Indonesia
kekosongan
posisi
akuntan dan
system
akuntansi
dan auditing
Amerika
dikenalkanj
di
Indonesia.
Baik
akuntansi
model
Belanda
maupun
Amerika
digunakan
secara
bersama
Ikatan
Akuntan
Indonesia
didirikan
tahun 1957
untuk member
pedoman dan
untuk
mengkoordina
9
si aktivitas
akuntanERA SOEHARTO
(1966-1998)
Soeharto
menjadi
Presiden
tahun 1966
dengan
pendekatan
kebijakan
ekonomi dan
politik yang
konservatif
Dibawah
kepemimpinan
soeharto,
pembangunan
ekonomi
didsarkan pada
pendekatan
kapitalis.
Investasi
didorong dan
tahun 1967
dikeluarkan UU
Penanaman
Modal Asing
yang ,menghasi
lkan
munculnyaperus
ahaan asing
Tahun 1997-
1998 Krisis
Keuangan Asia
menimpa
Indonesia dan
banyak
Terjadi
transfer
pengetahuan
dan keahlian
akuntansi
secara
langsung
dari kantor
pusat
perusahaan
asing kepada
karyawan
Indonesia
dan secara
tidak
langsung
mempengaruhi
aktivitas
bisnis
Tahun 1973
IAI
mengadopsi
seperangkat
prinsip
10
perusahaan
yang bangkrut
akuntansi
dan standar
auditing
serat
professional
code of
conduct.
Prinsip-
prinsip
akuntansi
didasarkan
pada pedoman
akuntansi
yang
dipublikasik
an AICPA
tahun 1965
Standar
akuntansi
internasiona
l diadopsi
tahun 1995ERA SETELAH
SOEHARTO (SETELAH
1998)
Soeharto
dipaksa
mengundurkan
Indonesia berjuang
dari kesulitan
ekonomi dan
Regulasi
diperketat untuk
memperbaiki
11
diri pada
tahun 1998
stabilitas sosial pengungkapan
informasiSumber: Siddik dan Jensen (1984) yang domifikasi oleh ADB (2003)
Tabel 1: Perkembangan Praktik Akuntansi di Indonesia
2.2 Pengaruh Lingkungan Hukum dan Ekonomi terhadap
Sistem Akuntansi di Indonesia
Lingkungan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, memberikan pengaruh terhadap perkembangan dan
penerapan sistem akuntansi pada sebuah negara. Pada
makalah ini, kami akan menjelaskan pengaruh lingkungan
hukum dan lingkungan ekonomi dalam perkembangan sistem
akuntansi di Indonesia.
2.2.1Pengaruh Lingkungan Hukum
Indonesia mempunyai sejarah yang panjang
sebagai penganut paham Continental (daratan Eropa,
warisan sistem Napoleonic) dalam
sistem hukumnya.1 Hukum di Indonesia merupakan
campuran dari sistem hukum Eropa, hukum agama, dan
hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut,
baik perdata maupun pidana berbasis pada hukum
Eropa, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah
masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan
dengan sebutan Hindia-Belanda (Nederlandsch-Indie).
Hukum agama karena sebagian besar masyarakat
Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau
12
syariat Islam lebih banyak terutama di bidang
perkawinan, kekeluargaan, dan warisan. Selain itu,
di Indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang
diserap dalam perundang-undangan atau
yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari
aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-
budaya yang ada di wilayah nusantara.
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada
hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata
Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang
berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan
yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau
dikenal dengan BW) yang berlaku di kerajaan
Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah
jajahan Belanda) berdasarkan asas konkordansi.
Sementara peraturan hukum berlandas pada peraturan
jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa
efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Namun karena
beberapa faktor tertentu Pemerintah Republik Indonesia
mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan
beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan
regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Seiring dengan
perkembangan waktu banyak tumbuh perusahaan-perusahaan
skala kecil maupun menengah di Indonesia saat ini,
namun hanya beberapa perusahaan yang “Go Public” yang
listed di Bursa efek di Indonesia. Dapat disimpulkan
pemberi modal utama di Negara Indonesia saat ini bukan
hanya dari pasar saham saja melainkan juga dari pemberi
kreditur yaitu Bank, karena dilihat hanya 508
perusahaan yang ada di Negara Indonesia dan itu
terbilang masih sedikit, sedangkan saat ini juga banyak
tumbuh perusahaan-perusahaan skala kecil dan menengah
yang hampir mendominasi pasar dagang Indonesia.
2.5 Regulasi dan Pelaksanaan Akuntansi di Indonesia
Penyusunan standar akuntansi Indonesia pada
dasarnya mengacu pada model Amerika dengan sedikit
modifikasi. Sejak IAI berdiri telah dihasilkan tiga
standar akuntansi keuangan sebagai berikut :
20
1.Pada tahun 1973 untuk pertama kali IAI menerbitkan
suatu buku Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang
sebagian besar merupakan terjemahan buku Paul
Grady, Penerbitan ini dipicu oleh diaktifkannya
pasar modal di Indonesia pada tahun 1973.
2.Pada tahun 1984 buku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984
yang menggantikan PAI 1973 diterbitkan. Komite
PAI melakukan revisi secara mendasar terhadap PAI
1973.
3.Pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi
total PAI 1984 dan sejak itu mengeluarkan serial
standar keuangan yang diberi nama Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan sejak 1
Oktober 1994. Pengembangan standar akuntansi
ketiga ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
dunia usaha dan profesi akuntansi dalam rangka
megikuti dan mengantisipasi perkembangan
internasional. Banyak standar yang dikeluarkan
itu sesuai atau sama dengan standar akuntansi
internasional yang dikeluarkan oleh IASC.
Sekarang ini ada 2 PSAK yang dikeluarkan oleh 2
Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
1.PSAK Konvensional
2.PSAK Syariah
PSAK ini tentu akan terus bertambah dan revisi sesuai
kebutuhan perkembangan bisnis dan profesi akuntansi.
21
Selanjutnya terdapat Tiga Pilar Standar Akuntansi
Indonesia yaitu:
a. Standar Akuntansi Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan adalah SAK yang telah
berlaku sekarang, Dengan SAK yang telah
terkonvergensi ke IFRS diharapkan akan
memberikan perpektif pemahaman yang sama
bagi investor asing dalam membaca laporan
keuangan perusahaan Indonesia ataupun investor
Indonesia yang ingin ekspansi ke luar negeri.
b. Standar Akuntansi Entitas tanpa Akuntabilitas
Publik (ETAP)
IAI pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, telah
menerbitkan SAK untuk Entitas tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) atau The
Indonesian Accounting Standars for Non-
Publicly-Accountable Entities, dan telah
disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 19 Mei
2009. Apabila SAK-ETAP ini telah berlaku
efektif, maka perusahaan kecil seperti UKM
tidak perlu membuat laporan keuangan menggunakan
PSAK. SAK-ETAP memberikan banyak kemudahan untuk
perusahaan dibandingkan PSAK dengan ketentuan
pelaporan yang lebih kompleks. Sesuai ruang
lingkup SAK-ETAP maka standar ini dimaksudkan
untuk digunakan oleh entitas tanpa
22
akuntabilitas publik (entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan
umum).
c. Standar Akuntansi Syariah
IAI sebagai lembaga yang berwenang dalam
menetapkan SAK dan audit bagi berbagai industri
merupakan elemen penting dalam pengembangan
perbankan syariah di Indonesia, dimana
perekonomian syariah tidak dapat berjalan dan
berkembang dengan baik tanpa adanya SAK
yang baik. Untuk itulah maka pada tanggal
25 Juni 2003 telahditandatangani nota
kesepahaman antara Bank Indonesia dengan IAI
untuk kerjasama penyusunan berbagai standar
akuntansi di bidang perbankan Syariah, termasuk
pelaksanaan kerjasama riset dan pelatihan pada
bidang yang sesuai dengan kompetensi IAI. Badan
yang menerbitkan Standar Akuntansi Islam saat ini
adalah the Accounting and Auditing Organization
for Islamic Financial Institutions yang
didirikan 1991 di Bahrain. Sampai saat ini
telah diterbitkan 56 Standar Akuntansi Islam
dalam bidang akuntansi, auditing, governance dan
etika. Saat ini juga sedang disusun program
Certified Islamic Public Accountant (CIPA) yang
23
akan segera disebarluaskan ke beberapa negara
(Alchaar, 2006).
2.6 Laporan Keuangan di Indonesia
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), komponen
laporan keuangan yang lengkap terdiri atas:
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan posisi keuangan menyajikan informasi
tentang posisi sumber kekayaan entitas, yaitu aset,
liabilitas, dan ekuitas, serta sumber pembiayaan untuk
memperoleh kekayaan entitas tersebut dalam suatu
periode akuntansi. Sedangkan dalam laporan laba rugi
menyajikan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan
yang akhirnya menghasilkan suatu laba (atau rugi)
bersih.
Laporan perubahan ekuitas menyajikan perubahan
saldo akun ekuitas seperti modal disetor, tambahan
modal disetor, saldo laba dan akun ekuitas lainnya.
Sedangkan laporan arus kas merupakan bagian dari
laporan keuangan yang menunjukkan aliran masuk dan
keluar uang (kas) perusahaan. Catatan atas laporan
24
keuangan merupakan catatan tambahan dan informasi yang
ditambahkan ke akhir laporan keuangan untuk memberikan
tambahan informasi kepada pembaca dengan informasi
lebih lanjut.
2.7 Konvergensi IFRS di Indonesia
Di Indonesia sejak tahun 1994, telah mengadopsi
sebagian besar IAS. Di awali pada tahun 1973-1984,
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) membentuk komite untuk
menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian
dikenal dengan Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI). Pada tahun 1984-1994, komite PAI melakukan
revisi mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan
Prinsip Akuntansi Indonesia PAI 1994. Menjelang akhir
tahun 1994 Komite Standar Akuntansi memulai suatu
revisi besar atas prinsip – prinsip akuntansi Indonesia
dengan mengumumkan pernyataan – pernyataan standar
akutansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas
standar tersebut. Revisi ini menghasilkan 35 peryataan
standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar adalah
hasil harmonisasi dengan IAS yang dikeluarkan oleh
IASB.
Di tahun 1994-2004, perubahan patokan standar
keuangan dari US GAAP ke IFRS. Hal ini telah menjadi
kebijakan Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk
menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar
membangun standar keuangan Indonesia. Pada tahun 1995,
25
IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar –
standar akuntansi baru, IAS mendominasi isi dari
standar ini selain US GAAP dan dibuat sendiri.
Pada tahun 2006-2008, dilakukan konvergensi IFRS
tahap 1. Sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2010,
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara
berkesinambungan, proses revisi ini dilakukan sebanyak
enam kali, yakni 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April
2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007 dan
1 Juli 2009. Sampai dengan 2008 jumlah IFRS yang
diadopsi baru 10 standar. Seiring tahap konvergensi,
IAI telah mencanangkan adopsi penuh IFRS di Indonesia
dan menerapkannya pada tahun 2012. Berikut adalah
tahapan konvergensi IFRS di Indonesia.
Tahap Adopsi
(2008-2010)
Tahap Persiapan
Akhir (2011)
Tahap
Implementasi
(2012) Adopsiseluruh IFRSke PSAK
Penyelesaianpersiapaninfrastrukturyangdiperlukan
PenerapanPSAK berbasisIFRS secarabertahap
Persiapaninfrastruktur yangdiperlukan
Penerapansecarabertahapbeberapa PSAKberbasis IFRS
EvaluasidampakpenerapanPSAK secarakomprehensif
Evaluasi dan
26
keloladampakadopsiterhadapPSAK yangberlaku
Tabel 2: Tahapan Konvergensi IFRS di Indonesia
Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh dalam
penerapan konvergensi IFRS4, yaitu:
1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara
internasional.
2. Meningkatkan arus investasi global melalui
transparansi.
3. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang
fund raising melalui pasar modal secara global.
4. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan
keuangan.
5. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan
antara lain, mengurangi kesempatan untuk
melakukan earning management.
Beberapa kendala yang dialami dalam mengadopsi
IFRS ke PSAK5, antara lain:
1. Dewan standar kauntansi yang kurang sumberdaya.
2. IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika masih
dalam proses adopsi satu standar IFRS dilakukan,
27
pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS
tersebut.
3. Kendala bahasa, karena stiap standar IFRS harus
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan
seringkali ini tidaklah mudah.
4. Infrastruktur profesi akuntansi yang belum siap.
5. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik
untuk berganti acuan ke IFRS.
6. Support pemerintah terhadap issue konvergensi.
4 Akhiruddin, “Konvergensi IFRS di Indonesia” (2011)5 Saiful Muchlis, “Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional danDampak Penerapan dari Adopsi Penuh IFRS terhadap PSAK”. Assets. Vol.1 No. 2, 2011, 202-203.