AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI FENOMENOLOGI PENDUDUK URBAN DI KELURUHAN ANTANG MAKASSAR) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar NAMA : Rahmawati NIM : 10538324015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT KOTA (STUDI
FENOMENOLOGI PENDUDUK URBAN DI KELURUHAN
ANTANG MAKASSAR)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
NAMA : Rahmawati
NIM : 10538324015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
MOTTO
Keberhasilan adalah sebuah proses. Niatmu adalah awal keberhasilan. Peluh
keringatmu adalah penyedapnya. Tetesan air matamu adalah penawarnya. Doamu
dan doa orang-orang sekitarmu adalah bara api yang mematangkannya. Kegagalan
di setiap langkahmu adalah pengawetnya. Maka dari itu bersabarlah! Allah selalu
menyertai orang-orang yang penuh kesabaran dalam proses menuju keberhasilan.
Sesungguhnya kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana cara mensyukuri
arti sebuah keberhasilan.
Sungguh bersama kesukaran dan keringanan. Karna itu bila kau telah selesai
mengerjakan yang lain dan kepada Tuhan berharaplah (Q. S AI Insyirah : 6-8)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Karya kecil ini ku persembahkan untuk:
Bapak dan ibuku, yang memberiku motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih sayang yang teramat besar yang tak mungkin bisa ku
balas dengan apapun
Suamiku, terima kasih telah sabar dengan sikapku dan selalu memberiku
semangat dalam situasi apapun
Kakak-kakak ku Anti, Hani yang selalu memberiku kasih sayang,dan menemaniku selama ini
ii
ABSTRAK
Makassar 07 Maret,2020. Akulturasi Budaya Masyarakat Kota (Studi
Fenomenologi Penduduk Urban di Kelurahan Antang Makassar).Dibimbing oleh
Risfaisal dan Eliza Melyani.
Adapun latar belakang masalah penelitian; (1) Bagaimana wujud akulturasi
budaya penduduk urban yang ada di kelurahan antang Makassar. (2) Bagaimana
strategi akulturasi budaya penduduk urban yang ada di kelurahan antang
makassar. (3) Bagaimana dampak akulturasi budaya yang terjadi pada penduduk
urban yang ada di kelurahan antang makassar. (4) Bagaimna faktor pendukung
dan penghambat akulturasi budaya yang ada di kelurahan antang makassar
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk, strategi, dampak, serta
factor pendukung dan penghambat terjadinya akulturasi budaya yang terjadi di
Kelurahan Antang Kota Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan menggunakan ragam fenomenologi. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan
Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Peneliti merupakan instrument kunci dengan rancangan field research. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat yaitu; (1) teknik
studi pustaka, (2) teknik wawancara, (3) FGD, dan (4) teknik dokumentasi. Data
dianalis secara interaktif dengan prosedur reduksi data (data reduction), penyajian
data (data display), dan penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusiondrawing
and verifikasi).
Hasil penelitian ini yaitu; (1)Wujud akulturasi budaya yang terjadi antara
kebudayaan masyarakat urban dan masyarakat lokal di Kelurahan Antang Kota
Makassar sangat beragam. Bahasa, makanan, kesenian, merupakan aspek budaya
yang paling mudah diakulturasikan, sedangkan agama atau keyakinan serta
upacara adat tradisi adalah (2) Akulturasi budaya yang terjadi antara masyarakat
urban dan masyarakat lokal di Kelurahan Antang menggunakan dua macam
strategi yaitu integrasi dana similasi. Integrasi dinilai sebagai strategi yang tepat
lagi untuk melestarikan kebudayaan. Sedangkan asimilasi dinilai strategi yang
tidak tepat karena terindikasi upaya menghilangkan jati diri kebudayaan asli
sehingga mampu menimbulkan kepunahan budaya. (3) Akulturasi budaya
memiliki dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif akulturasi
seperti melestarikan budaya atau bahkan mengembangkan budaya. Selain itu,
menjadi alasan terbukanya wawasan masyarakat menuju pengetahuan yang lebih
luas. Adapun dampak buruknya adalah dapat mematikan kebudayaan asli. Selain
itu, mengubah tatacara pergaulan, mentalitas, rasa malu, dan kepiawaian
masyarakat. (4) Faktor pendukung akulturasi budaya di Kelurahan Antang, Kota
Makassar yaitu adanya polasikap dan polapikir terbuka, saling menghargai,dan
sikaptoleransi. Selain itu, agama atau keyakinan tertentu serta aturan perundang-
undangan yang mengatur tentang aspek social bermasyarakat dan berbudaya
menjadi pendukung utama kelancaran terjadinya akulturasi budaya. Adapun factor
penghambatnya adalah sikap apatis masyarakat khususnya generasi muda atau milenial terhadap keaslian budaya, atau sikap dominan atas budaya tertentu.
Kata kunci: Akulturasi, Budaya, Masyarakat Urban.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayahn-Nya penyusunan
skripsi yang berjudul “AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT
KOTA(STUDI FENOMENOLOGI PENDUDUK URBAN DI KELURAHAN
ANTANG MAKASSAR) ”ini dapat diselesaikan guna memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan (S1) pada jurusan Pendidikan
Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan
dari berbagai pihak baik moril maupun materil.. Oleh karena itu,penulis ingin
menyampaikan ucapan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini:
1. Kedua orang tua. Yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada
henti-hentinya kepada penulis.
2. Kakak Hani dan Anti yang telah menyemangati dan membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Suami yang memberikan semangat setiap harinya dalam penyelesaian
skripsi ini.
4. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph. D, serta para Wakil Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si
dan Sekertaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak
Kaharuddin,S.Pd., M.Pd., Ph.D, beserta seluruh staffnya
6. Ibu Dr. Eliza Melyani. M.Si, sebagai pembimbing 1(satu) dan Bapak
Risfaisal, SPd. M.Pd selaku pembimbing II (dua) yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan ibu dosen program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberkan ilmunya kepada
penulis, Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat.
Makassar, Maret 2020
RAHMAWATI
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………...
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………...
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………
SURAT PERNYATAAN……………………………………………..
SURAT PERJANJIAN………………………………………………
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………... i
ABSTRAK…………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. iv
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………….. 1
A. LatarBelakang……………………………………………….... 1
B. RumusanMasalah……………………………………………… 9
C. TujuanPenelitian………………………………………………. 9
D. ManfaatPenelitian…………………………………………....... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………... 12
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu………………………………... 12
B. Tinjauan Teori…………………………………………………. 15
1. Pengertian Budaya……………………………………….. 15
2. Pengertian Akulturasi……………………………………. 16
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Akulturasi…………... 18
4. Bentuk Kebudayaan Proses Akulturasi………………….. 20
5. Jenis-jenis Akulturasi …………………………………… 21
6. Kerangka Kerja Akulturasi………………………………. 21
7. Strategi Akulturasi……………………………………….. 23
8. Dampak Akulturasi………………………………………. 25
9. Unsur Budaya yang Diakulturasi………………………… 26
10. Hal-hal Penting Penelitian Akulturasi…………………… 31
11. Pengertian Urbanisasi……………………………………. 33
12. Sebab-sebab Urbanisasi…………………………………. 38
v
13. Dampak Urbanisasi Berlebih……………………………… 40
14. Konsep Perkotaan…………………………………………. 41
15. Teori Perkembangan Kota………………………………… 42
16. Struktur Perkotaan………………………………………… 45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………………………………………….. 51
B. Pendekatan Penelitian…………………………………………… 51
C. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………. 52
D. Fokus Penelitian…………………………………………………. 53
E. Data dan Sumber Data…………………………………………… 54
F. Instrumen Pengumpulan Data…………………………………… 55
G. Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 56
H. Teknik Analisis Data……………………………………………. 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian…………………………………………………. 60
1. Wujud Akulturasi Budaya Masyarakat Urban di Kelurahan Antang
Kota Makassar……………………………………………… 60
a. Akulturasi budaya aspek bahasa…………………… 61
b. Akulturasi budaya aspek makanan tradisional…….. 65
c. Akulturasi budaya aspek busana(pakaian)………… 67
2. Strategi Akulturasi Budaya Masyarakat Urban di Kelurahan Antang
Makassar…………………………………………………… 71
3. Dampak Akulturasi Budaya Masyarakat Urban di Kelurahan Antang
Makassar…………………………………………………… 75
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Akulturasi Budaya Masyarakat
Urban di Kelurahan Antang Makassar…………………….. 78
B. Pembahasan…………………………………………………… 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………. 86
B. Saran…………………………………………………………… 87
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………… 92
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………… 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan IndonesiaberlandaskanPancasila yang merupakan ideologi
dasar bagi Negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua katadari bahasa Sansekerta:
Pancamemiliki arti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila adalah
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Lambang Negara Indonesiaadalah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika yang artinya walau berbeda-beda tetapi tetap satu
jua.Semboyan tersebut bermakna untuk mempererat perbedaan budaya yang ada
di Indonesia, yang merupakan Negara kepulauan dengan berbagai macam adat
istiadat dan budaya dari Sabang sampai Marauke memiliki keragamansukubudaya
yang berbeda-beda.
Indonesia adalah Negara yang terdiri dari beberapa suku yang masing-
masing memiliki budaya yang berbeda satu sama lain. Keberagaman itulah yang
menjadikan Indonesiamemiliki ciri khas dan keunggulan. Indonesiamenjadi unik
dengan ciri khas dan keberagamannya,salah satu contohnyaadalah interaksi antar
budaya yang berbeda-beda. Interaksi juga menjadi aspek yang paling penting dan
sangat mendasar dalam kehidupan proses belajar manusia. Manusia dibesarkan
diasuh dan berkembang di suatu lingkungan dengan pola-pola budaya setempat
sehingga akhirnya manusia itu menjadi produk dari budaya tersebut.
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakandengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan
karyanya(Koentjaraningrat, 2016: 26). Dari definisi tersebut layak diamati bahwa
2
dalam kebudayaanitu ada gagasan, budi, dan karya manusia.Gagasan dan karya
manusia itu akan menjadi kebudayaan setelah sebelumnya dibiasakan belajar.
Memandang kebudayaan hanya dari segi hasil karyanya adalah tidak tepat.
Demikian juga melihat sesuatu hanya dari gagasanmanusia juga terlalu sempit.
Dengan kata lain, kebudayaan menemukan bentuknya jika dipahami secara
keseluruhan (Nurudin, 2014:50).
Dalam kehidupan masyarakat, manusia tidak bisa melepaskan diri dari
aktifitas komunikasi. Apalagi masyarakat tersebut bertempat tinggal bersama dan
mendiami suatu daerah tempat tinggal. Dalam kaitan komunikasi antar budaya,
komunikasi antara masyarakat pen datang dengan masyarakat setempat sudah
tampak jelas memperlihatkan bahwa komunikasi yang terjadi melibatkan dua
unsur budaya yang berbeda. Masyarakat pendatang dengan latar belakang budaya
dari daerah tempat asalnya dan masyarakat setempat dengan latar belakang
budaya daerah setempat.
Hidup bermasyarakat memaksa manusia untuk berkomunikasi baik dengan
anggota kelompok maupun dengan manusia di luar kelompok yang
dinaunginya.Komunikasi kelompok merupakan komunikasi di antara sejumlah
orang. Dalam kenyataannya, komunikasi kelompok bukanlah sekedar bertukar
pesan melainkan terjadi pula proses interaksi antarbudaya dari para anggota
kelompok (baik in group maupun out group) yang berbeda latar belakang
kebudayaan. Termasuk dalam pengertian konteks komunikasi kelompok adalah
operasi komunikasi antarbudaya di kalangan in group maupun antara anggota
sebuah in group dengan out group, atau bahkan antara berbagai kelompok
(Smokowski dkk, 2011:56).
3
Komunikasi yang terjadi dengan latar belakang budaya yang berbeda, tak
jarang hal ini menimbulkan kesalahpahaman dalam proses komunikasinya.
Berdasarkan pada pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa bangsa
Indonesia merupakan bangsa multietnik atau majemuk yang mengandung potensi
konflik tinggi, baik itu konflik kepentingan, konflik ideologis, konflik antar kelas
dan lain-lain.Dalam masyarakat majemuk ini akan ada kelompok minoritas yang
karena gangguan sosial dan kepentingannya akan menimbulkan suatu masalah
baru yang dapat berkembang ke permukaan.
Ketidakstabilan merupakan ciri khas yang melekat pada masyarakat
majemuk yang memiliki keanekaragaman budaya sehingga hal ini menjadi satu
bentuk adaptasi untuk melihat hubungan antar etnis.Dari perbedaan budaya, ada
banyak faktor yang dapat dilihat. Salah satunya adalah kebiasaan-kebiasaan
individu yang disebabkan oleh nilai-nilai dantradisi yang dibawanya. Hal tersebut
kemudian akan berakibat pada terbentuknya suatu pemikiran khusus mengenai
kultur tertentu. Untuk memahami latarbelakang budaya, ada beberapa faktor yang
perlu dipahami sehubungan dengan kebudayaan dalam konteks komunikasi. Hal
ini meliputi pola berpikir masing-masing individu, stereotipe, etnosentrisme,
tradisi, nilai , dan norma, serta sistem religi (Berry, 2010: 17-38).
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa, dalam berkomunikasi setiap anggota
etnis akan berpedoman pada norma-norma, kaidah-kaidah dan budaya etnisnya
yang dibawanya. Dalam masyarakat multietnik di Kabupaten Malang terdapat
berbagai macam nilai-nilai, norma-norma, kaidah-kaidah, tradisi dan budaya
bawaan yang dijadikan pedoman berkomunikasi oleh masing-masing etnisyang
ada di dalamnya. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya benturan-
4
benturan dan gesekan-gesekan nilai, norma, kaidah, tradisi dan budaya dalam
komunikasi antaretnik yang terjadi sehingga dapat memicu dan menyebabkan
konflik antaretnik.
Kekuatan pembaruan yang selama ini menjadi momok masyarakat tetapi
tidak mungkin dihindari ialah sentuhan budaya (cultural encounters). Pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatnya kebutuhan
ekonomi dan kemampuan mobilitas penduduk mendorong meningkatnya
intensitas kontak-kontak budaya. Apa lagi dengan adanya fenomena urbanisasi
atau perpindahan populasi masyarakat perdesaan menuju ke perkotaan. Kontak
budaya yang terjadi antara masyarakat perkotaan (lokal) dengan masyarakat urban
akan berdampak pada akulturasi.
Akulturasi merupakan perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang
berlangsung dengan damai dan serasi. Akulturasi atau Culture Contect, sebagai
proses sosial yang timbul bila suatu kelompok dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing dengan sedemikian rupa
yang lambat laun kebudayaan asing itu diterima dan diolah sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya keaslian budaya itu sendiri. Dalam artian yang lebih
lugas, bahwa akulturasi merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat
pendatang untuk menyesuaikan diri dengan memperoleh kebudayaan masyarakat
setempat.Masalah pembauran budaya merupakan masalah yang sangat kompleks,
sarat akan konflik, yang terkadang berakhir dengan tejadinya disintegrasi. Dimana
hambatan komunikasi antara dua budaya seringkali timbul dalam bentuk pebedaan
persepsi terhadap norma-norma budaya, pola-pola berpikir, struktur budaya,
system budaya serta masalah komunikasi.
5
Dengan bertemunya berbagai kelompok sosial, suku-suku bangsa pada suatu
wilayah dapat terjadi dua kemungkinan proses sosial (hubungan sosial atau
interaksi sosial), yaitu hubungan sosial yang positif dan negatif. Dampak positif
dari interaksi sosial masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat dapat
dilihat dalam hubungan mereka sesama petani, dimana mereka dapat meniru tata
cara ataupun nilai-nilai, bahkan inovasi baru dalam hal pengolahan lahan
pertanian dari masyarakat pendatang yang dapat meningkatkan produktifitas, dan
begitu pula sebaliknya. Dalam perkembangan selanjutnya, satu sama lain dapat
bertukar pengalaman dan pengetahuan diberbagai bidang kehidupan. Jika kontak-
kontak tersebut berlangsung secara terus menerus dalam waktu yang lama, tidak
menutup kemungkinan menciptakan akulturasi, bahkan membentuk budaya baru
yang mencerminkan sebuah budaya lokal dan budaya pendatang.
Makassar merupakan pusat kota Provinsi Sulawesi Selatan yang
menjanjikan peradaban atau kebudayaan yang lebih baik. Sehingga tidak heran
jika Kota Makassar menjadi prioritas masyarakat pedesaan sebagai sasaran
urbanisasi dengan berbagai tujuan seperti mencari pekerjaan, menempuh
pendidikan, kepentingan dinas, atau tujuan lainnya. Urbanisasi yang terjadi di
Kota Makassar tampak sangat jelas dengan meningkatknya populasi penduduk
kota yang semakin meningkat dari tahun ke tahun seperti data peta jumlah
penduduk empat tahun terakhir (2015-2018) yang disajikan oleh Dinas
Pendudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil 2019) yaitu pada tahun 2015 jumlah
penduduk Kota Makassar berada diangka 1.653.386 jiwa. Angka tersebut
mengalami penambahan sebesar 5.117 ditahun 2016 menjadi 1.658.503 jiwa.
Sedang tahun 2017 angka ini kembali mengalami meningkatan yang cukup
6
signifikan sebesar 111.417. Sehingga, jumlah penduduk di Kota Makassar hingga
tahun 2017 mencapai 1.769.920. Selanjutnya, jumlah tersebut kembali meningkat
pada tahun 2018 menjadi 1.876.001 jiwa.
Masyarakat urban di Kota Makassar tersebar di beberapa wilayah kelurahan,
salah satunya adalah Kelurahan Antang. Di kelurahan ini tercatat 287 orang
penduduk urban yang bermukim dengan durasi waktu yang berbeda-beda. Ada
yang bermukim kurang dari setahun, bahkan ada yang lebih dari sepuluh tahun
(Data Kelurahan Antang, 2019). Peta budaya penduduk urban pun beragam, ada
yang berasal dari dalam Provinsi Sulawesi Selatan, dan ada juga dari luar
provinsi, seperti Jawa, Madura, Kalimantan, dan NTB, dan NTT. Meskipun
demikian majemuknya, kondisi sosial masyarakat di Kelurahan Antang
berlangsung secara harmonis dengan penuh toleransi dan saling menghargai
perbedaan.
Memasuki kondisi sosial yang baru, masyarakat urban sejatinya harus
mampu beradaptasi dengan kondisi sosial yang barunya. Kemampuan adaptasi
inilah yang mempertemukan kebudayaan masyarakat urban itu sendiri dengan
kebudayaan masyarakat asli dengan cara interaksi sosial. Dari interaksi tersebut,
sangat dimungkinkan terjadinya akulturasi budaya. Akulturasi budaya merupakan
suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya
sendiri dan menjadi suatu kebudayaan baru. Jadi, antara masyarakat urban dan
penduduk asli Kelurahan Antang dimungkinkan terjadi penerimaan dan
pengelolaan antarbudaya ke dalam budaya masing-masing.
7
Akulturasi budaya bukanlah proses yang singkat. Dibutuhkan waktu yang
panjang untuk memahami dan mengolah kebudayaan baru menjadi bagian dari
kebudayaan sendiri. Demikian pula yang dialami oleh masyarakat urban di Kota
Makassar khususnya di Kelurahan Antang. Terkait akulturasi budaya, maka
semua komponen atau unsur kebudayaan dapat diakulturasi. Setidaknya, ada tujuh
komponen kebudayaan yang dapat dijadikan sebagai objek akulturasi seperti (1)
bahasa; (2) sistem pengetahuan; (3) organisasi sosial; (4) sistem peralatan hidup
dan teknologi; (5) sistem mata pencaharian hidup; (6) sistem religi; dan (7)
kesenian (Koentjaraningrat, 2016: 66). Sebagai proses yang panjang akulturasi
dapat berlangsung di suatu kelompok sosial majemuk dengan berbagai strategi.
Strategi akulturasi yang digunakan biasanya dikondisikan dengan kebudayaan
baru yang dijumpai. Berry (2001) menyebutkan empat strategi yang digunakan
suatu kelompok masyarakat dalam mengakulturasi kebudayaannyaseperti strategi
integrasi, asimilasi, separasi, dan marginalisasi. Pemilihan strategi akulturasi
sangat ditentukan dengan kondisi dari kebudayaan yang saling berinteraksi. Hal
ini sebagaimana yang ditemukan Istighara (2017) dalam penelitiannya bahwa
akulturasi dari kebudayaan yang berbeda sangat ditentukan pada proses
pengenalan, pemahaman dan penyesusuai budaya oleh masyarakat yang akan
menerima budaya baru. Istiqhara menemukan bahwa Masyarakat Suku Bali dan
Suku Bugis (penduduk lokal) di Desa Tamuku berakulturasi budaya dengan
memanfaatkan strategi integrasi. Namun, karena perbedaan agama dari kedua
suku tersebut, aspek dan beberapa kebudayaan lain seperti makanan dan kebiasaan
tertentu tidak dapat diakulturasi.
8
Oleh karena itu akulturasi sebagai proses interaksi dan pencampuran budaya,
maka dampak yang ditimbulkan pun tidak dapat terelakkan, ada yang sifatnya
positif dan ada pula yang negatif. Dari dampak tersebutlah yang kemudian
menjadi faktor pendukung sekaligus dapat menjadi faktor penghambat akulturasi
suatu kebudayaan. Hal ini diyakini juga terjadi pada interaksi budaya yang
membentuk akulturasi antara masyarakat urban dengan masyarakat lokal di
Kelurahan Antang Makassar.
Berdasarkan fenomena interaksi budaya yang melahirkan akulturasi antara
masyarakat urban dan masyarakat lokal di Kelurahan Antang Makassar tersebut,
terdapat ketertarikan peneliti untuk mengetahui lebih mendalam mengenai wujud
akulturasi budaya yang terjadi, strategi akulturasi yang digunakan, dampak yang
ditimbulkan, serta faktor pendukung dan penghambat akulturasi yang terjadi.
Dengan demikian, penelitian ini dirumuskan dengan judul “Akulturasi Budaya
Masyarakat Kota (Studi Fenomenologi Penduduk Urban di Kelurahan Antang
Makassar)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian tersebut, rumusan
masalah penelitian ini sebagai berikut;
1. Bagaimanakah wujud akultrasi budaya penduduk urban yang ada di Kelurahan
Antang Makassar?
2. Bagaimanakah strategi akulturasi budaya penduduk urban yang ada di
Kelurahan Antang Makassar?
3. Bagaimanakah dampak akulturasi budaya yang terjadi pada penduduk urban
yang ada di Kelurahan Antang Makassar?
9
4. Bagaimanakah faktor pendukung dan penghambat akulturasi budaya yang
terjadi pada penduduk urban yang ada di Kelurahan Antang Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang akan dicapai melalui
penelitian ini sebagai berikut;
1. Mendeskripsikan wujud akultrasi budaya penduduk urban yang ada di
Kelurahan Antang Makassar.
2. Mendeskripsikan strategi akulturasi budaya penduduk urban yang ada di
Kelurahan Antang Makassar.
3. Mendeskripsikan dampak akulturasi budaya yang terjadi pada penduduk urban
yang ada di Kelurahan Antang Makassar.
4. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat akulturasi budaya yang
terjadi pada penduduk urban yang ada di Kelurahan Antang Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoretis maupun praktis
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan khasanah ilmu
pengetahuan khususnya pada pengembangan ilmu yang terkait dengan
komunikasi dan interaksi lintas budaya khususnya berkaitan dengan pola
komunikasi lintas budaya dan akulturasi budayaIndonesia. Penelitian ini juga
dapat dijadikan referensi ilmiah bagi peneliti berikutnya.
10
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya dan bagi seluruh
civitas akademika pada umumnya untuk bias memahami proses adaptasi jika
harus berinteraksi dengan budaya yang berbeda sehingga memunculkan
toleransi diantara partisipan komunikasi yang berbedabudaya.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Akulturasi budaya merupakan suatu wacana yang sangat menarik untuk
diteliti melihat kemajemukan dan perbedaan yang menyelimuti masyarakat
Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. Hal tersebut dibuktikan dengan
berbagai penelitian yang mengusung akulturasi budaya sebagai objek kajiannya
seperti yang dilakukan beberapa peneliti berikut ini;
Wekke (2013) mengkaji pertemuan antara agama Islam dan budaya lokal
Bugis di Sulawesi Selatan dengan tinjauan akulturasi budaya. Menurut Wekke,
antara agama dan tradisi lokal di masyarakat bugis terjadi proses interaksi yang
harmonis sehingga dimungkinkan adanya akulturasi budaya. Hasil penelitian
Wekke menunjukkan bahwa ada sinergi antara keteguhan dalam adat dengan
ketaatan beragama. Dengan menjadikan ade’ (adat) dan sara’ (syariat) semuanya
sebagai struktur dalam panggaderang (undang-undang sosial), maka ini
menyatukan fungsi keduanya dalam mengatur kehidupan. selanjutnya, dalam
benayak aktivitas adat telah diadaptasi dengan prinsip-prinsip ke-Islaman. Islam
diterjemahkan ke dalam perangkat kehidupan lokal dengan tetap pola yang ada
kemudian ditransformasi ke dalam esensi tauhid.Potensi lokal yang ada di
masyarakat Bugis digunakan sebagai strategi membangun spritualitas tanpa
karakter ke-Arab-an. Islam dalam dimensi masyarakat Bugis diinterpretasi sebagai
nilai dan tradisi sehingga membentuk identitas masyarakat Bugis.Akhirnya,
12
perjumpaan adat dan agama dalam budaya masyarakat Bugis menunjukkan telah
terjadi dialog dan merekonstruksi sebuah budaya baru dalam nuansa lokal.
Junaid (2013) mengkaji secara kritis akulturasi Islam dan budaya lokal
dengan perspektif studi pustaka (literaturereview). Menurut Junaid, Islam
mengusung keuniversalan sehingga peruntukannya bukan hanya untuk etnis,
golongan, rasa, atau kebangsaan tertentu, melainkan diperuntukkan untuk semua
manusia tanpa memandang peta identitas tadi. Dengan demikian Islam memiliki
daya jangkau dan daya jelajah melampaui batas ruang dan waktu tertentu.Sebagai
konsekuensi dari karakteristiknya yang universal tersebut, Islam mempercayakan
sebuah kemampuan akulturatif terhadap lokalitas masyarakat dimanapun Islam
berada.Amat sulit dibayangkan ketika Islam hadir pada suatu komunitas lokal
tertentu, kemudian merombak semua tatanan nilai, kebiasan, budaya, dan tradisi
yang mereka anut.Harus ditegaskan bahwa arti akulturasi dalam kajian kritis
Junaid adalah bahwa tidaklah Islam dan budaya lokal dipandang sebagai dua
variabel yang benar-benar sejajar, tetapi harus dipandang sebagai hubungan yang
dinamis, dalam arti di dalamnya sangat memungkinkan terjadi pengoreksian.Hal
tersebut dapat terjadi jika bentuk-bentuk kearifan lokal tersebut benar-benar
bertolak belakang dengan nilai-nilai Islam yang paling asasi.Namun, asumsi
sebaliknya tidak dapat berlaku bahwa nilai-nilai lokal dapat mengoreksi nilai-nilai
Islam.
Sahabuddin dan Surur (2018) telah melakukan kajian terkait akulturasi
budaya khususnya pada pola permukiman tradisional di Kampung Gantarang
Lalang Bata, Kabupaten Kepulauan Selayar. Menurut Sahabuddin dan Surur,
Kampung Gantarang Lalang Bata yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar telah
13
banyak melakukan komunukasi dan interaksi dengan masyarakat luar yang
berbeda kebudayaan, seperti Jawa, Melayu, dan orang-orang Eropa. Berdasarkan
fenomena tersebut, sangat dimungkinkan bahwa di Kampung Gantarang Lalang
Bata, Kabupaten Kepulauan Selayar telah terjadi sebuah akulturasi budaya.Salah
satu bentuk akulturasi budaya yang menjadi fokus kajian Sahabuddin dan Surur
adalah pola permukiman tradisionlanya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola
permukiman Gantarang Lalang Bata membentuk asosiasi antar unsur manusia dan
unsur alam.Sistem keragaman budaya yang berbeda antara Hindu, Jawa, Eropa
dan Arab memiliki pengaruh terhadap pembentukan lanskap. Budaya corak Hindu
yang mengarah pada tradisi pakammik, unsur Jawa merujuk pada bangunan
masjid, keberadaan meriam sebagai atribut unsur Eropa dan tradisi serta tata ruang
berasosiasi dengan pengaruh Arab. Pengaruh budaya Jawa-Islam menjadi sisiyang
paling dominan mempengaruhi pola permukiman dan membentuk mekka keke
sebagai sense of place dari kawasan Kampungtua Gantarang Lalang Bata.
Istiqhara (2017) dalam penelitian etnografinya mengkaji tentang
pencampuran budaya antara penduduk asli (Suku Masyarakat Bugis) dengan
penduduk migrasi (Suku Bali) yang ada di Desa Tamuku, Kecamatan Bone-Bone,
Kabupaten luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.Penelitian Istiqhara didasarkan
pada pengetahuan awal tentang harmonisasi interaksi yang terjadi antara
penduduk asli dan penduduk migrasi yang ada di desa tersebut.Sebeneranya, Desa
Tamuku adalah desa yang majemuk.Di desa tersebut tedapat beragam macam
suku seperti Bugis, Bali, Jawa, Madura, Plores, dan Toraja. Namun, Istiqhara
lebih memokuskan kajiannnya terhadap pencampuran budaya Suku Bali dan Suku
Asli (Bugis) di Desa tersebut dengan alasan bahwa kedua suku tersebut yang
14
paling dominan di Desa Tamuku. Hasil penelitian Istiqhara membuktikan bahwa
pencampuran Budaya yang terjadi antara kedua suku tersebut bersifat akulturasi.
Artinya, kedua suku menerima dengan proses adaptasi kebudayaan baru dari
masing-masing suku dan menjalankannya tanpa harus meninggalkan budaya asli.
Berdasarkan pemaparan empat hasil penelitian tersebut, belum dijumpai
adanya penelitian yang mengkaji akulturasi budaya di Sulawesi Selatan,
khususnya di Kota Makassar yang merambah pada lingkungan sosial yang lebih
kecil seperti kawasan kelurahan.Peneliti tertarik melakukan penelitian akulturasi
budaya di perkotaan dengan mengambil fokus studi di Kelurahan Antang
dikarenakan di kelurahan tersebut ditemukan kondisi interkasi masyarakat yang
majemuk namun tetap harmonis dan selaras. Kemajemukan terjadi akibat adanya
proses urbanisasi penduduk dari beberapa wilayah.
B. Tinjauan Teori
1. Pengertian Budaya
Budaya (culture) secara luas sebagai makna yang dimiliki bersama oleh
(sebagian besar) masyarakat dalam suatu kelompok sosial. Namun demikian,
karena budaya adalah nilai-nilai yang dirasakan bersama oleh suatu grup
masyarakat (berapa pun ukurannya), pemasar juga dapat menganalisis makna
budaya suatu sub budaya (geografis, usia, etnis, jenis kelamin, dan pendapatan)
atau kelas sosial (kelas atas, kelas menengah, kelas bawah).
Kotler dan Keller (2009: 294) mendefinisikan budaya sebagai berikut;
“culture is the fundamental determinant of a person’s wants and behaviors
acquired through socialization processes with family and other key institutions”
(Budaya adalah penentu fundamental dari keinginan seseorang dan perilaku yang
15
diperoleh melalui proses sosialisasi dengan keluarga dan lembaga penting
lainnya). Dari pendapat Kotler tersebut dapat diartikan bahwa budaya (culture)
merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar dari
seseorang.Sedangkan Prasetijo dan Ihalauw (dalam Kartini, dkk. 2019)
berpendapat bahwa budaya adalah keyakinan, nilai-nilai, perilaku dan objek-objek
materi yang dianut dan digunakan oleh komunitas atau masyarakat tertentu.
Budaya merupakan cara hidup dari masyarakat secara turuntemurun, dan
masyarakat adalah sekelompok orang yang berinteraksi di dalam daerah yang
terbatas dan yang diarahkan oleh budaya mereka.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan budaya adalah cara hidup
yang telah dikonvensi dan mencerminkan kebiasaan dan materi-materi yang
dianut dalam suatu masyarakat.
2. Pengertian Akulturasi
Menurut Suyono, dalam Rumondor (2015: 208) akulturasi merupakan
pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang berasal
dari pertemuan dua atau beberapa unsur kebudayaan yang saling berhubungan
atau saling bertemu. Berdasarkan defenisi ini tampak jelas dituntut adanya saling
pengertian antar kedua kebudayaan tersebut, sehingga akan terjadi proses
komunikasi antarbudaya. Selain itu Nardy (2012: 142) menjelaskan
“Akulturasi (acculturation atau culturecontact) adalah proses sosial yang
timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan
sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun
diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri”.
Selanjutnya Hasyim (2011: 34) menjelaskan bahwa akulturasi merupakan
perpaduan antara kedua budaya yang terjadi dalam kehidupan yang serasi dan
16
damai.Dapat disimpulkan bahwa akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan
atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur
kebudayaan asli.Akulturasi menurut Organization for Migration (2004)
merupakan adaptasi progresif seseorang, kelompok, atau kelas dari suatu budaya
pada elemen-elemen budaya asing (ide, kata-kata, nilai, norma, perilaku).
Proses akulturasi akan segera berlangsung saat seorang transmigran
memasuki budaya lokal. Proses akulturasi akan terus berlangsung selama
transmigran mengadakan kontak langsung dengam sistem sosio-budaya lokal.
Semua kekuatan akulturatif-komunikasi persona dan sosial, lingkungan
komunikasi dan potensi akulturasi mungkin tidak akan berjalan lurus dan mulus,
tapi akan bergerak maju menuju asimilasi yang secara hipotesis merupakan
asimilasi yang sempurna.
Berdasarkan definisi akulturasi diatas kita dapat mengidentifikasi beberapa
elemen kunci seperti:
a. Dibutuhkan kontak atau interaksi antar budaya secara berkesinambungan.
b. Hasilnya merupakan sedikit perubahan pada fenomena budaya atau psikologis
antara orang-orang yang saling berinteraksi tersebut, biasanya berlanjut pada
generasi berikutnya.
c. Dengan adanya dua aspek sebelumnya, kita dapat membedakan antara proses
dan tahap; adanya aktivitas yang dinamis selama dan setelah kontak, dan
adanya hasil secara jangka panjang dari proses yang relatif stabil; hasil
akhirnya mungkin mencakup tidak hanya perubahan-perubahan pada
fenomena yang ada, tetapi juga pada fenomena baru yang dihasilkan oleh
proses interaksi budaya.
17
Berdasarkan beberapa defenisi akulturasi diatas maka dapat disimpulkan
bahwa akulturasi merupakan suatu cara yang dilakukan sejak pertama kali
melakukan kontak agar dapat beradaptasi dengan kebudayaan baru.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akulturasi
Menurut teori yang dikemukakan oleh Redfield (dalam Hasyim, 2011: 37),
terdapat tiga isu yang dapat diidentifikassi sebagai faktor yang mempengaruhi
akulturasi budaya, yaitu:
a. Kontak
Kontak merupakan hal yang penting dalam akulturasi dimana kontak
merupakan “pertemuan” antara setidaknya dua kelompok budaya atau
individu yang secara bersama-sama melakukan kontak secara
“berkesinambungan” dan “langsung”. Akulturasi dapat dikatakan nyata
apabila individu-individu atau kelompok melakukan “interaksi” pada tempat
dan waktu yang sama, bukan melalui pengalaman orang kedua (misalnya
pengalaman dari orang lain yang pernah mengalami kontak langsung dengan
budaya lain) atau kontak secara tidak langsung (misalnya melalui surat
menyurat dengan orang lain yang berbeda budaya).
b. Pengaruh timbal balik.
Berdasarkan teori Redfield pada kalimat “mengalami perubahan dalam
pola budaya asli salah satu atau kedua kelompok tersebut” memuat maksud
adanya pengaruh timbale balik dimana pada teorinya kedua kelompok saling
mempengaruhi.
c. Perubahan
18
Perubahan merupakan salah satu aspek penting dalam kontak yang
meliputi proses yang dinamis, dan hasil yang mungkin relatif stabil. Hal ini
bermaksud bahwa mempelajari akulturasi kita dapat melihat prose situ sendiri,
seperti bagaimana perubahan dapat terjadi (pertanyaan mengenai proses), apa
yang berubah selama akukturasi (pertanyaan mengenai hasil).
Berkaitan dengan ilmu psikologi, faktor-faktor yang memperkuat potensi
akulturasi dalam taraf individu adalah faktor-faktor kepribadian seperti toleransi,
kesamaan nilai, mau mengambil resiko, keluesan kognitif, keterbukaan dan
sebagainya. Dua budaya yang mempunyai nilai-nilai yang sama akan lebih mudah
mengalami akulturasi dibandingkan dengan budaya yang berbeda nilai
4. BentukKontak Kebudayaan yang Menimbulkan Proses Akulturasi
Bentuk-bentuk kontak kebudayaan yang menimbulkan proses akulturasi
dijelaskan lebih rinci oleh Saebani (2012: 190-191) adalah sebagai berikut:
a. Kontak dapat terjadi antara seluruh masyarakat, antau antar bagian dari
masyarakat, dan terjadi semata-mata antara individu dari dua kelompok.
Namun, unsur-unsur kebudayaan asing yang saling dipresentasikan
bergantung pada jenis-jenis kelompok sosial dan status individu yang bertemu.
b. Kontak dapat diklasifikasikan antara golongan yang bersahabat dan golongan
yang bermusuhan. Dalam banyak kejadian, kontak antara bangsa dan suku
bangsa pada mulanya lebih bersifat pada permusuhan.
c. Kontak dapat timbul antara masyarakat yang dikuasai, baik secara politik
maupun ekonomi. Pada negara-negara jajahan bentuk kontak seperti ini terjadi
dalam suasana penindasan yang menimbulkan gerakan kontra akulturasi.
Yaitu masyarakat yang dijajah berusaha memberikan penilaian yang lebih
19
tinggi kepada kebudayaan sendiri dan bergerak secara agresif.
mengembangkan kembali cara-cara hidup lama yang bersifat mengagungkan,
dan berusaha dengan jalan apaun untuk mengenyahkan penjajah.
d. Kontak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang sama besarnnya dan
berbeda besarnnya.
e. Kontak kebudayaan dapat terjadi antara aspek-aspek yang materil dan yang
non materil dari kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang
kompleks, dan antara kebudyaan yang kompleks dengan yang kompleks pula.
5. Jenis-Jenis Akulturasi
Menurut Bogardus (dalam Saebani, 2012: 145), terdapat 3 jenis dari
akulturasi, yaitu:
a. Blind acculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika orang-orang dengan
budaya yang berbedaa tinggal secara berdekatan satu sama lain dan pola-pola
budaya dipelajari secara tidak sengaja.
b. Imposedacculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika terdapat unsur
pemaksaan pada posisi suatu budaya oleh budaya lain.
c. Democraticacculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika representasi tiap
budaya menghormati budaya lainnya
6. Kerangka Kerja Akulturasi
Menurut Berry (2017: 272) akulturasi bekerja dengan karakteristiknya
sendiri. Akulturasi memiliki kerangka kerja yang dapat menjelaskan proses
kejadian dan luarannya. Kerangka kerja terus digambarkan sebagai berikut;
20
Gambar 2.1
Kerangka Kerja Akulturasi
Berdasarkan gambar tersebut, Berry (2017: 272) mengemukakan suatu
bentuk kerangka kerja yang mendasari serta menghubungkan akulturasi pada
tingkat kultural dan akulturasi pada tingkat psikologis.Akulturasi pada tingkat
kultural merupakan suatu bentuk akulturasi dimana perubahannya terjadi pada
tingkat kelompok.Perubahan-perubahan tersebut terlihat baik secara fisik,
biologis, politik, ekonomi, dan budaya.Pada tingkat kultural (sebelah kiri) kita
perlu memahami hal utama dari kedua kelompok budaya (A dan B) selama
periode mereka melakukan kontak, sifat hubungan antar keduanya, dan hasil dari
perubahan yang terjadi pada kedua kelompok tersebut.
Akulturasi pada tingkat psikologis merupakan suatu bentuk akulturasi
dimana perubahannya terjadi pada tingkat individu.Perubahan-perubahan tersebut
mencakup perubahan perasaan, perilaku, dan kognitif (Bery, 2001: 172).Pada
tingkat psikologis (sebelah kanan) kita harus mempertimbangkan perubahan
psikologis pada individu didalam suatu kelompok, dan akhirnya adaptasi mereka
21
terhadap situasi baru. Perubahan tersebut dapat terlihat pada perubahan perilaku
misalnya seperti perubahan gaya bicara, cara berpakaian, cara makan, dan pada
identitas budayanya, atau jika terjadi suatu permasalahan maka akan
menghasilkan stress akulturasi misalnya seperti ketidakpastian, kecemasan,
depresi, bahkan psikopatologi (Al-Issa & Tousignant, 1997:56). Adaptasi
utamanya dapat bersifat internal, psikologis, ataupun sosialbudaya, yang
menghubungkan individu dengan yang lainnya pada kelompok yang
baru.Adaptasi dijalankan dengan upaya saling memahami antara satu budaya
dengan budaya yang lainnya.
7. Strategi Akulturasi
Berry (2017: 281) menyatakan sebuah teori yang berhubungan dengan
kerangka kerja akulturasi, yaitu strategi akulturasi. Strategi-strategi ini terdiri dari
komponen sikap dan perilaku yang ditunjukkan dalam pertemuan antar budaya
dari hari ke hari.Konsep utama dari strategi akulturasi dapat diilustrasikan dengan
melihat setiap komponen dalam kerangka pikir akulturasi (Gambar2.1).Pada
tingkat budaya, kedua kelompok yang melakukan kontak biasanya bertujuan
untuk menggabungkan kedua budaya yang ada. Tujuan darimenggabungkan
budaya tersebut juga mempengaruhi strategi yang akan digunakan.
Pada tingkat individu, perubahan perilaku dan fenomena stres akulturasi
dilihat sebagai suatu fungsi yang digunakan oleh anggota kelompok untuk
penetapan strategi yang akan digunakan. Untuk lebih jelasnya berikut ringkasan
empat bentuk identifikasi strategi akulturasi yang dinyatakan oleh Berry (2017:
271), yang ditandai dengan HC (Home Culture atau Kebudayaan asli) dan DC
(Dominan culture atau kebudayaan yang dominan):
22
a. Integrasi
Integrasi terjadi ketika individu memiliki ketertarikan untuk
mempertahankan budaya aslinya (HC) dan pada saat yang sama
mengingkinkan adanya interaksi sehari-hari dengan kelompok lain (DC).
b. Asimilasi
Asimilasi terjadi ketika individu tidak ingin mempertahankan budaya
asli (HC) dan mencari interaksi sehari-hari dengan budaya lainnya
(DC).Kemudian budaya asli tersebut punah dan berganti dengan budaya baru
c. Separasi
Separasi terjadi ketika individu menetapkan nilai-nilai untuk
mempertahankan budaya asli (HC) dan pada saat yang sama berharap untuk
menghindari interaksi dengan orang lain (DC).
d. Marginalisasi
Marginalisai terjadi ketika individu hanya memiliki sedikit kemungkinan
atau keinginan untuk mempertahankan budaya aslinya (HC) dan disaatyang
bersamaan memiliki sedikit keinginan untuk membina hubungan dengan
orang lain (DC).
Untuk lebih mempermudah, berikut merupakan matriks strategi akulturasi
menurut Berry (2017: 285).
Tabel 2.1 Matriks Strategi Akulturasi
Conta
cct
&
Part
isip
ati
on Cultural Maintenance
Ya Tidak
Ya Integrasi (Akulturasi) Asimilasi
Tidak Separasi Marginalisasi
Sumber: Berry (2017: 285)
23
Strategi-strategi tersebut terdiri dari dua komponen, yaitu sikap (pilihan
individu untuk berakulturasi) dan perilaku (aktifitas atau kegiatan nyata yang
dilakukan individu). Strategi mana yang akan digunakan individu bergantung
pada faktor-faktor tersebut dan terdapat beberapa konsekuensi dari strategi-
strategi tersebut.
8. Dampak Akulturasi
Saebani (2012:191) menguraikan akibat atau dampak yang ditimbulkan oleh
akulturasi yakni sebagai berikut:
a. Terjadinya perubahan cara pandang tentang kehidupan bermasyarakat dari
cara lama kepada cara yang baru, misalnya silaturahmi kepada orang tua dan
kerabat yang dulu harus dilakukan secara berhadap-hadapan, kini silaturahmi
dapat dilakukan dalam jarak jauh, melalui telepon, pesan singkat, dan lain-
lain.
b. Terjadinya perubahan cara pergaulan serta semakin terbukanya hal-hal yang
awalnya dianggap tabu, misalnya hubungan antarremaja yang semakin
terbuka.
c. Terbukanya wawasan masyarakat menuju pengetahuan yang lebih luas,
misalnya masyarakat menikmati hasil-hasil penemuan baru dan dapat
menerapkan teknologi yang canggih.
d. Perubahan mentalitas, rasa malu, dan kepiawaian masyarakat. Misalnya
perempuan lebih aktif bekerja di luar rumah, berpolitik, menjadi penguasa dan
pengusaha, dan mampu mengendalikan perusahaan besar yang awalnya hanya
dikuasai oleh kaum laki-laki.
24
Saebani (2012:191) menambahkan bahwa dalam meneliti akulturasi, ada
lima golongan masalah mengenai akulturasi, yaitu:
a. Masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan
melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
b. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima,
dan unsur-unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat
penerima.
c. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau
diubah, dan unsur-unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-
unsur kebudayaan asing.
d. Masalah mengenai individu-individu apa yang suka dan cepat menerima, dan
individu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur
kebudayaan asing.
e. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul
sebagai akibat akulturasi.
9. Unsur Budaya yang Diakulturasi
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Menurut Melville
dan Malinowski (1997: 158), segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Oleh sebab itu, maka perlu adanya pengkajian unsur-unsur
kebudayaan untuk mengetahui kebudayaan apa yang ada dan terjadi dalam suatu
masyarakat. Hal ini karena setiap tempat memiliki kebudayaan yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lainnya.
25
Koentjaraningrat (2014: 66) menjelaskan bahwa kebudayaan mempunyai
tujuh unsur, yaitu: (1) bahasa; (2) sistem pengetahuan; (3) organisasi sosial; (4)
sistem peralatan hidup dan teknologi; (5) sistem mata pencaharian hidup; (6)
sistem religi; dan (7) kesenian. Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari
kebudayaan masyarakat antara lain:
a. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.Teknologi
menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai,serta memelihara
segala peralatan dan perlengkapan.Teknologimuncul dalam cara-cara manusia
mengorganisasikan masyarakat,dalam cara-cara mengekspresikan rasa
keindahan, atau dalammemproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil
yang berpindahpindahatau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian
palingsedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut
jugasistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu: (1) alat-alatproduktif;