Aktivitas Sitotoksik Natural Killer Cell: Pengukuran terhadap Mekanisme Induksi Apoptosis Natural Killer Cell Cytotoxic Activity: Measurement of the Apoptotic Inducing Mechanisms Clinical and Experimental Medical Sciences, Vol. 1, 2013, no. 8, 373 - 386 dr. Ayu Puspitasari., dr. Lisanti R., dr. Pancoro P., dr.Marsha D.C., dr. Zendy S. Pembimbing : DR.dr. Kusworini Handono, M.Kes, Sp.PK
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Aktivitas Sitotoksik Natural Killer Cell: Pengukuran terhadap Mekanisme
dari sel darah putih, monocytes, sel darahmerah, haemoglobin, haematokrit dan konsentrasi corpuscular haemoglobin yang dibandingkan antara laki-laki dan perempuan
Peningkatan aktivitas NK Cell Cytotoxic di PBMCs
Aktivitas NK cell cytotoxic telah ditentukan oleh jumlah dari sel K562 yang apoptosis dan lisis.
Di dalam sampel PBMC, peningkatan rasio efektor target menyebabkan peningkatan yang signifikan (p<0.01) dari aktivitas NK cell cytotoxic ketika rasio 25:1, yang dibandingkan dengan 50:1 dan 100:1 (figure 1[A]).
Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan pada aktivitas cytotoxic dalam sampel NK sel yang diisolasi (figure 2[B]).
Perbandingan aktivitas cytotoxic dengan perbedaan rasio di PMBC dan NK sel yang diisolasi menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan (data tidak ditunjukan)
Berkurangnya lisis protein NK sel di PMBC
Perforin, GrzA dan GrzB dalam NK sel telah ditemukan di sampel (Figure 2 [B]) dan NK sel yang diisolasi (Figure 2 [C]).
Protein lisis telah dibandingkan di kontrol dan sampel yang distimulasi K562, dan hasilnya tidak ada perubahan yang signifikan.
Ekspresi dari protein lisis lebih tinggi pada NK sel yang diisolasi.
Peningkatan degranulasi NK sel dan Stimulasi menghasilkan IFN-γ
NK sel telah distimulasi untuk degranulasi dan menghasilkan IFN-γ. Perbandingan antara sel yang distimulasi K562 dan sampel control menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam ekspresi CD107a dan IFN-γ (Figure 3[B]).
Ketika hasil dari sel yang distimulasi PMA/I dibandingkan dengan sampel control, didapatkan peningkatan yang signifikan (p<0.05) dalam ekspresi CD107a dan IFN-γ baik dalam PBMC maupun sampel NK sel yang diisolasi.
Korelasi antara mekanisme apoptosis NK sel dan aktivitas cytotoxic
Korelasi yang signifikan ditemukan antara NK sel perforin dan aktivitas cytotoxic di 25:1 (table 2).
Pada NK sel yang distimulasi dengan K562, korelasi yang dignifikan juga ditemukan antara protein lisis (perforin, GrzA and GrzB) dan ekspresi CD107a.
Aktivitas NK sel sitotoksik dalam sampel PBMC(A) dan sel NK yang terisolasi (B). Plot kotak menunjukkan lisisnya sel NK dari sel K562 pada tiga rasio. Kotak mewakili untuk setiap ratio interquartile range (IQR), dan menunjukkan distribusi data. Garis tengah di setiap kotak mewakili nilai median.
GAMBAR 1
Protein litik dalam sel NK. Cytometry figures mengalir dari sampel sel NK yang terisolasi (A) mewakili jumlah CD56+/CD16+ sel NK yang mengekspresikan perforin, GrzA dan GrzB. Protein litik dalam sampel PBMC(B) dan sampel sel NK yang terisolasi (C) tidak menunjukkan perbedaan stimulasi patogen yang signifikan. Data disajikan sebagai mean±standard error mean.
GAMBAR 2
CD107a dan IFN-γ pada PBMC dan Sel NK yang terisolasi. Aliran Cytometry mewakili gambaran sel NK dari sampel PBMC mengekspresikan CD107a dan IFN-γ (A). Dalam sampel kontrol, 1,22% dari limfosit mengekspresikan CD107a dan IFN-γ. Ketika sel-sel tersebut dirangsang dengan sel K562 dan PMA/I, jumlah sel NK yang mengekspresikan CD107a dan IFN-γ ditingkatkan menjadi 15,84 dan 19,60% secara berturut-turut. IQR pada sampel sel PBMC dan sel NK meningkat dari kontrol ke sel K562 dan PMA/ I yang telah terangsang (B). Nilai rata-rata untuk sampel diwakili oleh garis ditengah kotak.
Red cell distribution width (%) 11.660 ± 0.353 12.611 ± 1.140 0.039
C reactive protein (mg/L) 0.599 ± 0.324 0.829 ± 0.699 0.384
TABEL 1
R P value
Perforin& Cytotoxic Activity -0.467 0.044
Perforin& CD107a -0.571 0.029
GrzA& CD107a -0.561 0.049
GrzB& CD107a -0.536 0.042
TABEL 2
PEMBAHASAN
Aktifitas sitotoksik merupakan suatu proses yang penting untuk menjaga kesehatan karena menjamin terhapusnya sel –sel yang terinfeksi kuman patogen dan sel – sel yang berubah menuju keganasan.
Penelitian terbaru yang dilakukan menguji mekanisme induksi apoptosis pada jalur aktivitas sitotoksik sel NK, untuk menentukan sebuah tolak ukur tambahan mengenai fungsi efektor sel NK.
Perforin secara signifikan berkorelasi dengan aktivitas sitotoksik dan degranulasi, sehingga kita mungkin dapat menggunakannya sebagai tolok ukur tambahan untuk aktivitas sitotoksik dari sel NK.
Dimana perforin adalah sebuah protein litik yang dilepaskan oleh sel NK untuk menginduksi apoptosis terhadap sel target,
Perforin dalam sel NK secara signifikan berkorelasi dengan aktifitas sitotoksik dan degranulasi. Kedua korelasi tersebut bersifat negatif, menunjukkan bahwa penurunan perforin berhubungan dengan peningkatan degranulasi dan aktivitas sitotoksik.
Korelasi antara pelepasan perforin dengan lisis sel tumor dan degranulasi menunjukkan bahwa perforin mungkin dapat digunakan sebagai indikator tambahan terhadap fungsi efektor sel NK dan bermanfaat dalam kepentingan klinis untuk mengidentifikasi defisiensi / kelemahan / penyakit yang mempengaruhi aktifitas sitotoksik.
Critical Appraisal
Was the diagnostic test evaluated in a Representative spectrum of patients (like those in whom it would be used in practice)?
Answer : Unclear Comment : Penelitian ini dilakukan dengan
mengambil sample darah orang sehat dengan batasan usia 31 ± 7,2 tahun namun dalam metode penelitian tidak disebutkan apakah subyek penelitian dipilih secara random atau telah di screening terlebih dahulu.
Critical Appraisal
Was the reference standard ascertained regardless of the index test result?
Answer : Unclear Comment : Karena untuk mendeteksi
aktivitas sitotoksik NK sel selama ini menggunakan metode tradisional Chromium Release Assay (CRA) dan flow cytometric based cytotoxic assay. Pada penelitian ini dilakukan flow cytometric based cytotoxic assay namun tidak diketahui apakah dilakukan perbandingan dengan metode CRA.
Critical Appraisal
Was there an independent, blind comparison between the index test and an appropriate reference ('gold') standard of diagnosis?
Answer : UnclearComment : Pada penelitian ini tidak
disebutkan apakah dilakukan perbandingan dengan metode tersebut.
Critical Appraisal
Are test characteristics presented?Pada penelitian ini tidak dapat dilakukan penentuan spesifisitas dan sensibilitas karena data-data yang diperlukan pada jurnal ini tidak dicantumkan dengan jelas
Critical Appraisal
Were the methods for performing the test described in sufficient detail to permit replication?
Answer : YesCommnent : Karena metode yang
dilakukan pada penelitian ini sudah jelas sehingga penelitian ini dapat dilakukan di tempat lain