Page 1
AKTIVITAS DAN SELEKTIVITAS KATALIS
Ni/ZEOLIT BETA DAN Cu/ZEOLIT BETA PADA
SIKLISASI SITRONELAL DARI MINYAK SEREH
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Oleh
Defi Nur Utami
4311415072
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
Page 2
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila kemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, 19 November 2019
Defi Nur Utami
4311415072
Page 3
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang
Panitia Ujian Skripsi Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Semarang.
Hari : Selasa
Tanggal : 19 November 2019
Semarang, 19 November 2019
Pembimbing
Prof. Dr. Edy Cahyono, M.Si.
NIP 196412051990021001
Page 4
iv
PENGESAHAN
Skripsi berjudul Aktivitas dan Selektivitas Katalis Ni/zeolit beta dan Cu/zeolit beta
pada Siklisasi Sitronelal dari Minyak Sereh karya Defi Nur Utami NIM
4311415072 telah dipertahankan dalam Ujian Skripsi FMIPA Universitas Negeri
Semarang pada tanggal 19 November 2019 dan disahkan oleh Panitia Ujian.
Semarang, November 2019
Panitia,
Ketua Sekretaris
Dr. Sugianto, M.Si Dr. Sigit Priatmoko, M.Si.
NIP 196102191993031001 NIP 196504291991031001
Ketua Penguji
Dr. Sigit Priatmoko, M.Si.
NIP 196504291991031001
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Penguji II Pembimbing
Dr. Nanik Wijayati, M.Si. Prof. Dr. Edy Cahyono, M.Si.
NIP 196910231996032002 NIP 196412051990021001
Page 5
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
“Jika merasakan ujian sebesar kapal, maka yakinlah nikmat Allah sebesar lautan”
“Semua ada waktunya. Jangan membandingkan hidup kita dengan orang lain.
Tidak ada perbandingan antara matahari dan bulan. Mereka bersinar saat waktuya
tiba.”
“Jangan menjadi manusia yang tinggi hati, tapi jadilah manusia yang rendah hati.
Jangan menjadi manusia yang rendah diri, tapi jadilah manusia yang percaya
diri.”
Persembahan :
Karya tulis ini saya persembahkan kepada :
1. Bapak dan mamaku tersayang dengan sagala
kasih sayang, limpahan doa, pengorbanan,
kesabaran, dan kerja keras dalam mendidikku
dan kedua adikku.
2. Adik-adikku tersayang yang telah
memberikan motivasi dan dukungan.
3. Teman-teman Kimia Rombel 02 2015
4. Teman-teman KKN Desa Boto yang telah
memberikan semangat dan kebahagiaan
5. Sahabat-sahabat yang senantiasa memberikan
semangat dan dukungan
6. Teman-teman kos yang banyak memberikan
semangat
Page 6
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kasih rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi dengan judul “Aktivitas dan Selektivitas Katalis Ni/zeolit
beta dan Cu/zeolit beta pada Siklisasi Sitronelal dari Minyak Sereh”. Segala
sholawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Program Studi Kimia, FMIPA, UNNES. Skripsi ini merupakan
hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan di Laboratorium Kimia, FMIPA,
UNNES pada bulan Maret sampai Agustus 2019.
Skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan semua pihak, maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang
3. Ketua Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
4. Prof. Dr. Edy Cahyono, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan ilmu, petunjuk, serta bimbngan kepada penulis
5. Dr. Sigit Priatmoko, M.Si selaku dosen penguji I yang telah bersedia
memberikan masukan dan saran kepada penulis
6. Dr. Nanik Wijayati, M.Si selaku dosen penguji II yang telah
memberikan arahan, masukan, dan saran kepada penulis
7. Yuan Maylia Rosanti, S.Si selaku teknisi laboratorium kimia organik
yang telah bersedia membantu dan memberikan masukan selama proses
penelitian
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dalam penelitian dan penyusunan Skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi civitas akademika dan pihak yang
membutuhkan.
Semarang, November 2019
Penulis
Page 7
vii
ABSTRAK
Utami, Defi Nur. (2019). Aktivitas dan Selektivitas Katalis Ni/zeolit beta dan
Cu/zeolit beta pada Siklisasi Sitronelal dari Minyak Sereh. Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing Prof. Dr. Edy Cahyono, M.Si.
Isopulegol merupakan senyawa intermediate untuk sintesis beberapa fine
chemical yang banyak digunakan dalam pembuatan mentol yang memiliki
karakteristik bau peppermint dan banyak digunakan dalam industri farmasi,
industri sabun dan pasta gigi. Konversi sitronelal menjadi isopulegol melalui
reaksi siklisasi telah banyak diteliti. Reaksi siklisasi sitronelal menjadi isopulegol
dapat menggunakan katalis Ni/zeolit beta dan Cu/zeolit beta. Penelitian ini
dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu isolasi sitronelal dari minyak sereh,
preparasi katalis Ni/zeolit beta dan Cu/zeolit beta, serta reaksi siklisasi sitronelal.
Isolasi sitronelal dilakukan menggunakan distilasi fraksinasi pengurangan
tekanan. Sitronelal hasil distilasi dianalisis menggunakan instrumen GC, GC-MS
dan FTIR. Katalis Ni/zeolit beta dan Cu/zeolit beta dipreparasi menggunakan
metode impregnasi logam Ni(NO3)2 dan Cu(NO3)2 pada zeolit beta. Katalis
Ni(NO3)2 dan Cu(NO3)2 dianalisis menggunakan instrumen XRD dan SAA.
Siklisasi sitronelal dilakukan pada suhu 1800C selama 4 jam dan dianalisis dengan
instrumen GC dan FTIR. Berdasarkan analisis GC dan GC-MS menunjukkan
bahwa isolasi sitronelal menghasilkan produk sebesar 84,26%. Analisis XRD dan
SAA menunjukkan bahwa Ni dan Cu telah teremban pada zeolit beta.
Berdasarkan analisis GC menunjukkan bahwa siklisasi sitronelal menghasilkan
isomerik pulegol sebesar 69,31% sedangkan katalis Ni/zeolit beta menghasilkan
isomerik pulegol sebesar 29,68%. Katalis Cu/zeolit beta memiliki aktivitas
sebesar 90,20% dan selektivitas sebesar 80,98%. Sedangkan aktivitas katalis
Ni/zeolit beta yaitu 42,53% dengan selektivitas sebesar 76,60%. Hasil ini
menunjukkan bahwa katalis Cu/zeolit beta lebih baik dalam siklisasi sitronelal
dibanding Ni/zeolit beta.
Kata Kunci : Sitronelal, Katalis Ni/zeolit beta, Katalis Cu/zeolit beta, Siklisasi,
Isopulegol
Page 8
viii
ABSTRACT
Utami, Defi Nur. (2019). Activity and Selectivity of Ni/beta zeolite and Cu/beta
zeolite Catalysts on the Cyclization Reaction of Citronellal from Citronella Oil.
Skripsi, Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Universitas Negeri Semarang. Supervisor : Prof. Dr. Edy Cahyono, M.Si.
Isopulegol is an intermediate compound to synthesis some fine chemical and
usually used in the pharmaceutical, soap and toothpaste industry. Conversion of
citronellal to isopulegol by using cyclization reaction has been investigated.
Isopulegol can be produced by using cyclization reaction of citronellal with
Ni/beta zeolite and Cu/beta zeolite catalysts. In this research consist of three steps
are isolation of citronellal from citronella oil, preparation of Ni/beta zeolite and
Cu/beta zeolite catalysts, and cyclization reaction of citronellal. Citronellal has
been isolated from citronella oil by fractional distilation under reduced pressure.
The results of the citronella distillation were analyzed using GC, GC-MS and
FTIR instruments. Ni/beta zeolite and Cu/beta zeolite catalysts were prepared by
using impregnation method. The result of catalysts were analyzed by using XRD
and SAA instruments. Citronellal cyclization was carried out at 180oC for 4 hours
and analyzed by GC and FTIR instruments. Based on GC and GC-MS analysis, it
was shown that citronellal isolation produced a product of 84.26%. XRD analysis
showed that Ni and Cu were imregnated with beta zeolite. Citronellal cyclization
using Ni/beta zeolite catalyst produces 69.31% isomeric pulegol and beta
Ni/zeolite catalyst produce isomeric pulegol at 29.68%. The Cu/beta zeolite
catalyst has an activity of 90,20% and selectivity of 80,98%. While the activity of
Ni/beta zeolite catalyst of 42,53% with selectivity of 76,60%. These results
indicate that beta Cu/beta zeolite catalyst is better than Ni/zeolite beta in
citronellal cyclization.
Keywords : Citronellal, Ni/Beta Zeolite Catalyst, Cu/Beta Zeolite Catalyst,
Cyclization Reaction, Isopulegol
Page 9
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERNYATAAN ...................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1 Minyak Atsiri dan Peningkatan Nilai tambah ......................................... 5
2.2 Isolasi Sitronelal dari Minyak Sereh ....................................................... 6
2.2.1 Komponen Minyak Sereh ................................................................. 6
2.2.2 Sitronelal ........................................................................................... 7
2.2.3 Isopulegol.......................................................................................... 8
2.2.4 Distilasi Fraksinasi ............................................................................ 9
2.3 Reaksi Konversi Sitronelal menjadi Isopulegol .................................... 10
2.3.1 Reaksi Siklisasi ............................................................................... 10
2.4 Preparasi dan Karakterisai Katalis ......................................................... 11
2.4.1 Katalis .............................................................................................. 11
2.4.2 Nikel (Ni) dan Tembaga (Cu) .......................................................... 13
Page 10
x
2.4.3 Zeolit Beta ........................................................................................ 14
2.4.4 Metode Impregnasi dan Pengaruh Katalis ....................................... 16
2.5 Instrumentasi ......................................................................................... 17
2.5.1 GC dan GC-MS ................................................................................ 17
2.5.2 Fourier Transformation Infra Red (FTIR) ....................................... 18
2.5.3 Difraksi Sinar-X (XRD) ................................................................... 20
2.5.2 Surface Area Analyzer (SAA) ........................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 22
3.1 Lokasi Penelitian .................................................................................... 22
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 22
3.2.1 Variabel Bebas ................................................................................. 22
3.2.2 Variabel Terikat ............................................................................... 22
3.2.3 Variabel Terkendali.......................................................................... 22
3.3 Alat dan Bahan ....................................................................................... 23
3.3.1 Alat Penelitian .................................................................................. 23
3.3.2 Bahan Penelitian .............................................................................. 23
3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................. 23
3.4.1 Isolasi Sitronelal dari Minyak Sereh ................................................ 23
3.4.2 Preparasi Katalis Ni/zeolit beta dan Cu/zeolit beta .......................... 23
3.4.3 Siklisasi Terkatalis Terkatalis Ni/zeolit beta dan Cu/zeolit beta ..... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 25
4.1 Isolasi Sitronelal dari Minyak Sereh ...................................................... 25
4.2 Preparasi Katalis Ni/zeolit beta dan Cu/zeolit beta ................................ 28
4.3 Siklisasi Sitronelal Terkatalis Ni/zeolit beta dan Cu/zeolit beta ............ 31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 40
5.1 Simpulan ................................................................................................. 40
5.2 Saran ....................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
LAMPIRAN .......................................................................................................... 46
Page 11
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Standar Mutu Minyak Sereh .................................................................. 7
Tabel 2.2. Bilangan Gelombang Sitronelal ........................................................... 19
Tabel 2.3. Bilangan Gelombang Isopulegol .......................................................... 19
Tabel 4.4. Hasil Uji Fisik Fraksi Minyak Sereh ................................................... 25
Tabel 4.5. Karakteristik Serapan FTIR Sitronelal ................................................. 27
Tabel 4.6. Luas Permukaan Spesifik Katalis ....................................................... 30
Tabel 4.7. Konversi Sitronelal, Kuantitas Isopulegol, Selektivitas Isopulegol ..... 33
Tabel 4.8. Karakteristik Serapan FTIR Siklisasi Sitronelal .................................. 35
Tabel 4.9. Kromatogram GC-MS Siklisasi Sitronelal .......................................... 37
Page 12
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tanaman Sereh ................................................................................... 6
Gambar 2.2. Struktur Sitronelal .............................................................................. 7
Gambar 2.3. Struktur Isopulegol ............................................................................. 8
Gambar 2.4. Reaksi Siklisasi Sitronelal ................................................................ 11
Gambar 2.5. Struktur Pori Zeolit Beta .................................................................. 16
Gambar 4.6. Kromatogram Minyak Sereh ............................................................ 26
Gambar 4.7. Kromatogram Sitronelal ................................................................... 26
Gambar 4.8. Spektrum FTIR Sitronelal ................................................................ 27
Gambar 4.9. Difraktogram Zeolit Beta, Ni/Zeolit Beta, Cu/Zeolit Beta .............. 28
Gambar 4.10. Kromatogram Hasil Siklisasi Terkatalis Cu/Zeolit Beta ................ 32
Gambar 4.11. Kromatogram Hasil Siklisasi Terkatalis Cu/Zeolit Beta ................ 32
Gambar 4.12. Spektra FTIR Hasil Siklisasi Sitronelal ......................................... 34
Gambar 4.13. Kromatogram Hasil Siklisasi Sitronelal Terkatalis Cu/Zeolit Beta 35
Gambar 4.14. Spektra Massa Reaksi Siklisasi Sitronelal ..................................... 36
Gambar 4.15. Mekanisme Fragmentasi Produk Siklisasi ..................................... 36
Gambar 4.16. Hubungan Kuantitas (Persentase) Sitronelal dengan Isopulegol ... 38
Gambar 4.17. Perkiraan Mekanisme Reaksi Siklisasi Sitronelal .......................... 39
Page 13
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Kerja Isolasi Sitronelal dari Minyak Sereh ........................... 46
Lampiran 2. Skema Kerja Preparasi Katalis Ni/Zeolit Beta ................................. 47
Lampiran 3. Skema Kera Preparasi Katalis Cu/Zeolit Beta .................................. 48
Lampiran 4. Skema Kerja Reaksi Siklisasi Sitronelal .......................................... 49
Lampiran 5. Hasil Uji GC Minyak Sereh ............................................................. 50
Lampiran 6. Hasil Uji GC Sitronelal .................................................................... 52
Lampiran 7. Hasil Uji GC Siklisasi Sitronelal Terkatalis Ni/Zeolit Beta ............. 54
Lampiran 8. Hasil Uji GC Siklisasi Sitronelal Terkatalis Cu/Zeolit Beta ............ 56
Lampiran 9. Hasil Uji FTIR Sitronelal ................................................................. 58
Lampiran 10. Hasil Uji FTIR Siklisasi Sitronelal Terkatalis Ni/Zeolit Beta ........ 59
Lampiran 11. Hasil Uji FTIR Siklisasi Sitronelal Terkatalis Cu/Zeolit Beta ....... 60
Lampiran 12. Hasil Uji XRD Zeolit Beta ............................................................. 61
Lampiran 13. Hasil Uji XRD Ni/Zeolit Beta ........................................................ 62
Lampiran 14. Hasil Uji XRD Cu/Zeolit Beta ....................................................... 63
Lampiran 15. Hasil Uji SAA Zeolit Beta .............................................................. 64
Lampiran 16. Hasil Uji SAA Ni/Zeolit Beta ......................................................... 68
Lampiran 17. Hasil Uji SAA Cu/Zeolit Beta ........................................................ 72
Lampiran 18. Hasil Uji GC-MS Siklisasi Sitronelal Terkatalis Cu/Zeolit Beta ... 76
Lampiran 19. Analisis Data (Perhitungan)............................................................ 78
Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 80
Page 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Isopulegol memiliki peranan penting sebagai senyawa intermediate dalam
pembuatan mentol yang memiliki karakteristik bau peppermint yang banyak
digunakan dalam industri farmasi, industri sabun dan pasta gigi. Adanya bau
wangi yang khas dan sejuk ini membuat isopulegol banyak diminati oleh
masyarakat dan juga digunakan dalam dunia green medicine. Isopulegol memiliki
harga yang cukup mahal karena untuk mendapatkan senyawa tersebut perlu
dilakukan pengubahan senyawa dengan berbagai tahapan yang cukup panjang.
Salah satu senyawa yang dapat menghasilkan isopulegol yaitu sitronelal.
Sitronelal merupakan salah satu komponen terbesar dalam minyak sereh
dengan kandungan sebesar 28-45% (Sayekti et al., 2015 ; Cahyono et al., 2013).
Sitronelal memiliki dua gugus aktif yaitu gugus karbonil C=O dan ikatan rangkap
C6 = C7, serta satu atom C yang asimetris (kiral). Keberadaan satu atom karbon
kiral menyebabkan sitronelal mempunyai dua buah atom karbon prokiral yang
dapat dikonversi menjadi pusat asimetrisnya yaitu isopulegol (Iftitah et al., 2010).
Sitronelal dapat dihasilkan melalui proses distilasi fraksinasi pengurangan
tekanan. Proses ini bertujuan untuk memisahkan minyak atsiri menjadi beberapa
fraksi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Salah satu tanaman yang memiliki
kandungan sitronelal yang cukup tinggi adalah sereh.
Sereh adalah salah satu tanaman yang dapat ditemukan dengan mudah di
berbagai daerah di Indonesia. Tanaman ini memiliki nama-nama yang berbeda di
setiap daerahnya. Tanaman sereh memiliki potensi yang sangat besar apabila telah
diubah menjadi minyaknya. Murahnya harga sereh dan banyaknya masyarakat
yang belum mengetahui manfaatnya membuat tanaman ini seakan tidak berguna.
Minyak sereh memiliki aroma yang khas sehingga dapat dijadikan suatu produk
Page 15
2
yang menarik perhatian konsumen. Di Indonesia tanaman ini belum banyak yang
diolah sehingga harga jual nya relatif rendah.
Peningkatan harga jual minyak sereh dapat dilakukan dengan pengubahan
tanaman sereh menjadi minyak sereh dalam bentuk isolatnya (Kaniawati et al.,
2004). Isolat-isolat tersebut sangat menentukan nilai dan mutu dari minyak sereh
sehingga untuk mendapatkan nilai dan mutu yang lebih baik maka dapat
dilakukan pengubahan senyawanya. Pada penelitian ini pengubahan sitronelal
menjadi isopulegol dilakukan melalui reaksi siklisasi. Reaksi siklisasi dapat
berlangsung dalam suasana asam (Imachi et al., 2007). Suasana asam dalam
proses reaksi siklisasi berperan sebagai katalisator yang dapat mempercepat
reaksi. Katalis yang digunakan dapat berupa katalis heterogen dan homogen.
Pada penelitian ini katalis yang digunakan adalah katalis heterogen.
Penggunaan katalis heterogen dilaporkan banyak memberikan keuntungan
terutama kepraktisan pemisahan produk dan katalis dapat digunakan berulang kali
(Kozhevnikov, 2010). Salah satu katalis asam yang potensial dalam reaksi
siklisasi adalah zeolit beta. Pemilihan zeolit beta sebagai katalis asam dalam
reaksi siklisasi karena memiliki pori-pori yang besar dan kerangka strukturnya
berbentuk tiga dimensi dengan kandungan silikanya tinggi (Lima et al., 2011).
Selain itu zeolit beta memiliki stabiltas yang tinggi saat pemanasan dan luas
permukaan yang besar. Menurut (Maki-Arvela et al., 2004) zeolit beta memiliki
dua situs asam yaitu situs asam Bronsted dan situs asam Lewis.
Situs asam yang berperan dalam reaksi siklisasi adalah situs asam Lewis.
Menurut Nakatani dan Kawashima (1978) asam Lewis yang biasanya digunakan
pada reaksi siklisasi, seperti ZnBr2, ZnCl2, ZnI2. Kekurangan dari penggunaan
padatan senyawa tersebut adalah adanya beberapa kendala dalam penanganan,
peyimpanan, dan penggunaanya yang membutuhkan waktu yang panjang.
Pengembanan logam aktif merupakan suatu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengganti situs asam Bronsted dengan situs asam Lewis.
Umumnya hampir semua logam transisi dapat digunakan sebagai katalis
karena masih terdapat orbital yang kosong dan terdapat elektron tak berpasangan.
Logam Cu dan Ni yang diembankan ke dalam zeolit beta dapat meningkatkan
Page 16
3
aktivitas katalitik agar dapat bekerja dengan baik. Logam transisi yang banyak
digunakan sebagai katalis dalam suatu konversi sitronelal diantaranya adalah Ni
dan Cu. Logam Cu dan Ni merupakan suatu katalis logam yang selektif terhadap
gugus karbonil C=O (Hernandez, 2014).
Logam Cu dan Ni mudah didapatkan sehingga memiliki harga yang relatif
murah. Kedua logam memiliki kestabilan yang baik pada suhu yang tinggi.
Kebanyakan logam Cu digunakan untuk reaksi siklisasi sitronelal menjadi
isopulegol, sedangkan logam Ni dalam reaksi siklisasi belum pernah dilakukan
sepanjang penelusuran literatur. Metode yang digunakan untuk sintesis katalis
adalah metode impregnasi. Penggunaan metode impregnasi mampu meningkatkan
luas permukaan katalis sehingga diharapkan aktivitas dan selektivitasnya juga
akan meningkat.
Penelitian sebelumnya mengenai katalis berbasis pengemban logam aktif
dalam zeolit beta telah banyak dilakukan, seperti Ni/Zr-β-zeolit (Nie et al., 2007),
Sn/zeolit beta dengan stereoselektivitas 85% (Kang et al., 2013). Menurut
Cahyani et al., (2014) reaksi siklisasi dengan katalis Cu/ZnBr2/γ-Al2O3
menghasilkan isopulegol sebanyak 2,53%. Kelemahan dari penelitian tersebut
adalah tidak terembankannya secara sempurna Cu ke dalam ZnBr2/γ-Al2O3.
Pada penelitian ini dilakukan siklisasi sitronelal menjadi isopulegol dengan
katalis Ni/zeolit beta dan Cu/zeolit beta. Dari reaksi siklisasi terkatalis tersebut
akan dibandingkan aktivitas dan selektivitas terbesar dalam konversi sitronelal
menjadi isopulegol.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana aktivitas dan selektivitas katalis Ni/zeolit beta dan
Cu/zeolit beta pada siklisasi sitronelal menjadi isopulegol ?
b. Bagaimana pengaruh lama reaksi terhadap hasil siklisasi sitronelal
menjadi isopulegol dengan katalis Cu/zeolit beta ?
Page 17
4
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis aktivitas dan selektivitas katalis Ni/zeolit beta dan
Cu/zeolit beta pada siklisasi sitronelal menjadi isopulegol
b. Untuk menganalisis pengaruh lama reaksi yang optimal terhadap hasil
siklisasi sitronelal menjadi isopulegol dengan katalis Cu/zeolit beta
1.4. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Memberikan informasi mengenai aktivitas dan selektivitas katalis
Ni/zeolit beta dan Cu/zeolit beta pada siklisasi sitronelal menjadi
isopuelgol
b. Memberikan informasi mengenai pengaruh lama reaksi yang optimal
dalam siklisasi sitronelal terkatalis Cu/zeolit beta
Page 18
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak Atsiri dan Peningkatan Nilai Tambah
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan mengandung
aroma yang khas. Minyak ini dihasilkan dari bagian-bagian suatu tanaman
tertentu seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji, dan rimpang. Minyak atsiri
dan turunan-turunannya adalah bagian utama dalam industri flavor dan fragrance.
Minyak sereh wangi adalah salah satu minyak atsiri yang penting dengan berbagai
komponen senyawanya. Salah satu komponen minyak sereh yang penting yaitu
sitronelal. Hal ini dikarenakan sitronelal merupakan senyawa terbesar dalam
minyak sereh dan dapat disintesis menjadi isolat-isolat yang memiliki harga
ekonomi cukup tinggi. Indonesia termasuk produsen terbesar minyak sereh wangi
dunia.
Isopulegol merupakan salah satu senyawa hasil sintesis dari sitronelal.
Senyawa ini mempunyai harga yang sangat mahal karena memiliki bau khas dan
sejuk yang diminati oleh masyarakat dan banyak digunakan dalam bidang green
medicine. Isopulegol memiliki peranan penting sebagai senyawa intermediate
dalam pembuatan mentol yang memiliki karakteristik bau peppermint yang
banyak digunakan dalam industri farmasi, industri sabun dan pasta gigi.
Peningkatan nilai tambah minyak sereh dapat dilakukan dengan
mengubah minyak sereh menjadi isolatnya (Kaniawati et al., 2004). Isolat-isolat
tersebut sangat menentukan nilai dan mutu minyak atsiri pada sereh. Isopulegol
dapat dihasilkan dari sitronelal melalui reaksi siklisasi dalam suasana asam.
Katalis yang dapat digunakan dalam konversi tersebut yaitu Cu/ZnBr2/Zeolit beta
yang pernah dilakukan oleh Cahyani et al., (2014), dengan hasil yang diperoleh
sebesar 2,53%.
Page 19
6
2.2. Isolasi Sitronelal dari Minyak Sereh
2.2.1. Komponen Minyak Sereh
Sereh adalah salah satu tanaman yang potensial di Indonesia. Tanaman
sereh mampu tumbuh 1 - 1,5 meter dengan panjang daun sekitar 70 - 80 cm, lebar
daun 2-5 cm, berwarna hijau muda, kasar, dan mempunyai aroma yang kuat. Usia
tanaman sereh berkisar 4 - 6 bulan (Suyanto, 2011). Sereh sangat mudah
ditemukan di Indonesia. Tanaman ini memiliki nama-nama yang berbeda di setiap
daerahnya. Tanaman sereh memiliki potensi yang sangat besar apabila telah
diubah menjadi minyaknya. Minyak sereh memiliki aroma yang khas sehingga
dapat dijadikan suatu produk yang menarik perhatian konsumen.
Jenis tanaman sereh yang dibudayakan di Indonesia yaitu Cymbopogon
nardus dan Cymbopogon winterianus. Bedasarkan kedua jenis sereh tersebut yang
menghasilkan kadar sitronelal lebih banyak yaitu Cymbopogon nardus dengan
kadar sitronelal 30-45%. Sedangkan Cymbopogon winterianus mengandung kadar
sitronelal sekitar 7-15%. Gambar tanaman sereh dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Tanaman Sereh
Minyak sereh merupakan salah satu minyak atsiri terpenting karena dalam
jumlah yang besar digunakan untuk menghasilkan sitral, yang merupakan
komponen dalam minyak tersebut. Kualitas dan mutu minyak sereh dapat
ditentukan dengan warna, bobot jenis, dan indeks bias minyak tersebut. Standar
mutu minyak sereh menurut SNI (2006) dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Page 20
7
Tabel 2.1. Standar Mutu Minyak Sereh (SNI-2385-2006)
Sampel
(Minyak
Atsiri)
Warna Bobot Jenis
(200C)
Indeks Bias
(200C)
Sereh
Kuning pucat –
Kuning kecokelat-
cokelatan
0,880 - 0,922 1,468 – 1,475
Komponen utama dalam minyak sereh yaitu sitronelal, geraniol, dan
sitronelol (Sayekti et al., 2015). Ketiga komponen utama minyak sereh
menentukan intensitas bau harum, nilai dan harga minyak sereh serta digunakan
dalam kuantitas besar pada industri flavor. Senyawa lain dalam minyak sereh
yaitu limonena, sikloheksana, α-terpinolena, linalool, isopulegol, decanal, nerol,
butenen, sitral, sitronelil, germarene, kadinen, dan elemol (Kurniasih et al., 2014).
Hasil penyulingan dari minyak sereh akan menghasilkan minyak atsiri
yang disebut citronelal oil, yang terdiri atas senyawa sitronelal dan geraniol
(Tjitrosoepomo, 2000). Senyawa-senyawa tersebut memiliki nilai ekonomi yang
tinggi sehingga mendorong para ilmuwan mengembangkan metode untuk
menghasilkan minyak sereh.
2.2.2. Sitronelal
Sitronelal termasuk senyawa minyak atsiri dengan rumus molekul
C10H18O (3,7-dimetil-6-oktenal) yang berwarna kekuningan dan mudah menguap
pada suhu kamar (Milone et al., 2000). Senyawa ini merupakan isolat dengan
kadar terbesar dalam minyak sereh karena kandungannya yang mencapai 28-45%
(Cahyono et al., 2013). Struktur sitronelal dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Struktur Sitronelal
Page 21
8
Nama IUPAC : 3,7 dimetil-6-oktenal
Rumus Molekul : C10H18O
Massa Molekul : 154,25 g/mol
Densitas : 0,855 g/cm3
Titik Didih : 201-2070C
Sitronelal merupakan senyawa aldehid metabolit golongan monoterpen
dari tanaman Cymbopogon nardus dan Cymbopogon winterianus Jawitt dengan
gugus tidak jenuh (Lenardao et al., 2007). Sitronelal mudah bereaksi karena
memiliki dua gugus aktif yaitu gugus karbonil C=O dan ikatan rangkap C6 = C7,
serta satu atom C yang asimetris (kiral). Sitronelal dengan reaksi hidrogenasi
dapat menghasilkan sitronelol, dapat menghasilkan isopulegol dengan reaksi
siklisasi dalam suasana asam, serta polimerisasi dalam suasana basa.
Sitronelal merupakan suatu bahan dasar sintesis pembuatan fragrance
seperti sitronelol, isopulegol, mentol dan senyawa lain yang memiliki bau wangi
yang khas (Agustian et al., 2007). Selain itu senyawa ini juga banyak digunakan
untuk pewangi sabun dan kosmetika, perasa pada makanan ataupun minuman,
obat-obatan, repellent (obat penolak nyamuk), dan lain-lain.
2.2.3. Isopulegol
Isopulegol merupakan suatu senyawa dengan rumus molekul C10H18O
(Agustian et al., 2007). Isopulegol berupa cairan tidak berwarna yang memiliki
bau wangi yang khas dan sejuk yang membuat isopulegol banyak diminati dan
digunakan dalam dunia green medicine. Struktur isopulegol dapat dilihat Gambar
2.3.
Gambar 2.3. Struktur Isopulegol
Page 22
9
Nama IUPAC : 2-isopropenil-5-metilsikloheksanol
Rumus Molekul : C10H18O
Massa Molekul : 154 g/mol
Densitas : 0,912 g/cm3
Titik Didih : 212°C
Isopulegol sangat penting sebagai senyawa intermediate dalam pembuatan
mentol yang memiliki karakteristik bau peppermint yang banyak digunakan dalam
industri farmasi, industri sabun dan pasta gigi (Nisyak et al., 2017). Isopulegol
dalam minyak sereh memiliki kandungan yang cukup sedikit sehingga untuk
mendapatkan dalam jumlah yang besar dapat dilakukan sintesis dari sitronelal.
Sitronelal dapat dikonversi menjadi isopulegol melalui reaksi siklisasi (Imachi et
al., 2007).
2.2.4. Distilasi Fraksinasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu proses untuk memisahkan minyak
atsiri menjadi beberapa fraksi berdasarkan perbedaan titik didih. Prinsip dari
proses ini adalah campuran yang akan dipisahkan dididihkan sehingga menguap.
Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Uap
yang terbentuk segera dipisahkan dari cairannya kemudian dikondensasi
membentuk distilat.
Proses distilasi dibagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah
distilasi fraksinasi. Distilasi fraksinasi berguna untuk memisahkan komponen
utama berdasarkan perbedaan titik didih (Agustian et al., 2007). Distilasi
fraksinasi banyak digunakan pada industri minyak mentah untuk memisahkan
komponen-komponen dalam minyak mentah. Pada distilasi fraksinasi terdapat
kolom fraksinasi dimana akan terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu
yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini
bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin
ke atas maka semakin tidak volatil cairannya.
Proses distilasi fraksinasi minyak sereh dilakukan pada tekanan di bawah
tekanan atmosfer atau tekanan vakum. Tujuan penggunaan tekanan rendah ini
adalah untuk menurunkan temperatur didih dari minyak sereh sehingga
Page 23
10
komponen-komponen dalam minyak sereh tidak terdekomposisi (Wulandari dan
Harianingsih, 2018).
2.3. Reaksi Konversi Sitronelal menjadi Isopulegol
2.3.1. Reaksi Siklisasi
Reaksi siklisasi dapat berjalan dengan adanya katalis asam (Imachi et al.,
2007). Reaksi siklisasi dapat terjadi pada senyawa alkena alifatis yang
mengandung gugus karbonil aldehida dengan sepasang elektron yang menyendiri
pada atom O dan elektron π pada gugus alkena seperti pada sitronelal. Sitronelal
dapat mengalami siklisasi membentuk isopulegol jika direaksikan dengan HCl,
H2SO4, asam asetat anhidrida, zeolit, bentonit, serta lempung aktif (Maki-Arvela
et al., 2004).
Reaksi siklisasi dapat berlangsung dengan adanya katalis homogen dan
heterogen. Menurut Nakatani dan Kawashima (1978) katalis homogen yang
biasanya digunakan dalam proses siklisasi yaitu ZnBr2, ZnCl2, ZnI2 karena
berperan sebagai asam Lewis (akseptor pasangan elektron). Situs asam Lewis
lebih berperan dalam reaksi siklisasi karena dapat mempercepat laju pembentukan
isomer (-)-isopulegol daripada situs asam Bronsted. Katalis heterogen yang dapat
berperan dalam proses siklisasi yaitu zeolit.
Reaksi siklisasi sitronelal membentuk isopulegol kebanyakan
menggunakan katalis heterogen karena lebih mudah dalam penanganan,
penyimpanan, penggunaan, serta dapat digunakan kembali. Reaksi siklisasi
sitronelal menjadi isopulegol dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Page 24
11
Gambar 2.4. Perkiraan Reaksi Siklisasi Sitronelal menjadi Isopulegol
2.4. Preparasi dan Karakterisasi Katalis
2.4.1. Katalis
Katalis merupakan suatu zat yang ditambahkan dalam sistem reaksi untuk
mempercepat reaksi. Katalis prinsipnya berfungsi untuk meningkatkan laju
pembentukan produk (Adzani, 2012). Suatu katalis bersifat selektif dalam
mempercepat laju reaksi yang artinya katalis dapat mempercepat hanya pada
reaksi tertentu tidak pada semua reaksi. Katalis dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu katalis homogen dan katalis heterogen.
Katalis homogen merupakan katalis yang mempunyai fase yang sama
dengan fase reaktan, sedangkan katalis heterogen merupakan katalis yang fasenya
berbeda dengan fase reaktan. Pada umumnya katalis yang digunakan dalam
industri adalah katalis heterogen yang memiliki luas permukaan dan situs asam
yang tinggi. Proses pembuatan katalis heterogen biasanya dilakukan dengan
mendispersikan logam pada permukaan pengemban. Bahan-bahan yang dapat
digunakan sebagai pengemban antara lain adalah zeolit, alumina, silika , karbon
aktif.
Penggunaan katalis heterogen menjadi suatu alternatif dalam industri
kimia karena kemudahan dalam pemisahan dan dapat digunakan kembali. Selain
itu murahnya harga katalis heterogen daripada katalis homogen dan lebih ramah
Page 25
12
lingkungan membuat katalis ini lebih banyak digunakan dalam suatu reaksi
kimia. Terdapat tahapan-tahapan reaksi pada sistem katalis heterogen, yaitu :
1. Transport reaktan ke permukaan katalis.
2. Interaksi reaktan dengan katalis, dimana terjadi pelemahan ikatan dari molekul
yang teradsorbsi .
3. Reaksi molekul reaktan yang teradsorbsi dengan membentuk senyawa
intermediet dan menghasilkan produk.
4. Desorpsi produk dari permukaan katalis.
5. Transport produk menjauhi katalis.
Kemampuan suatu katalis dalam mempercepat laju reaksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi katalis antara lain sifat fisika
dan kimia katalis, temperatur, tekanan, laju alir, waktu kontak, dan padatan yang
digunakan. Perbedaan dalam mempreparasi suatu katalis akan menghasilkan
aktivitas dan selektivitas yang berbeda. Konsep dasar katalis adalah zat yang
dalam jumlah kecil dapat menyebabkan perubahan yang besar (Utomo, 2007).
Katalis juga dapat dikatakan sebagai zat yang dapat meningkatkan suatu laju
reaksi tanpa zat tersebut ikut bereaksi dalam suatu reaksi. Selain itu katalis dapat
didefinisikan sebagai zat yang membentuk kompleks dengan reaktan dimana zat
tersebut terdesorpsi dari produk dan akan kembali ke bentuk semula.
Pemilihan suatu katalis yang tepat dalam suatu proses dapat menyebabkan
proses yang diinginkan memiliki hasil yang maksimal. Menurut Lestari (2012),
terdapat kriteria-kriteria dalam memilih katalis yang baik, yaitu :
a. Aktivitas (A)
Aktivitas merupakan kemampuan suatu katalis untuk mengkonversi reaktan
menjadi suatu produk yang diinginkan. Aktvitas katalis dapat dihitung
menggunakan Persamaan (2.1) (Cahyono et al., 2014) yaitu sebagai berikut.
A (mol%) = mol hasil reaksi keseluruhan
mol pereaksi+ mol hasil reaksi keseluruhan х 100% (2.1)
Page 26
13
b. Selektivitas (S)
Selektivitas adalah ukuran katalis dalam mempercepat reaksi dalam pembentukan
suatu produk. Selektivitas dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.2), yaitu
sebagai berikut (Cahyono et al., 2014) yaitu sebagai berikut.
S (mol%) = mol produk tertentu yang dihasilkan
mol hasil reaksi keseluruhan х 100% (2.2)
c. Stabilitas
Stabilitas merupakan lamamya katalis memiliki aktivitas dan selektivitas pada
keadaan seperti semula.
d. Hasil (yield)
Jumlah produk tertentu yang terbentuk untuk setiap satuan reaktan yang
terkonsumsi.
e. Kemudahan diregenerasi
Artinya proses pengembalian aktivitas dan selektivitas katalis seperti semula.
f. Toksisitas katalis
Pemilihan katalis harus diperhatikan sifat toksik katalis tersebut. Suatu katalis
yang bersifat toksik akan membahayakan dalam penggunaanya.
2.4.2. Logam Nikel (Ni) dan Tembaga (Cu)
Pada umunya hampir semua logam transisi dapat digunakan sebagai
katalis dalam suatu reaksi kimia. Jenis-jenis logam transisi yang sering
diembankan pada zeolit yaitu Cr, Pt, Ni, Mo, dan Cu (Suseno et al., 2003).
Penggunaan logam transisi sebagai logam aktif didasarkan pada keberadaan
orbital d yang belum terisi penuh elektron sehingga orbital d yang berbaur dengan
keadaan elektronik pada orbital s dan orbital p yang berdekatan akan mengalami
keadaan elektronik berenergi rendah dalam jumlah yang besar dan orbital kosong
yang sangat ideal untuk reaksi katalis.
Nikel termasuk dalam unsur transisi golongan VIII B dan sering
digunakan sebagai katalis heterogen yang bersifat asam. Pemilihan logam Ni
sebagai katalis karena ikatan yang dibentuk antar logam Ni dengan reaktan relatif
lemah sehingga produk reaksi mudah terlepas dari permukaan (Savitri et al.,
2016). Nikel (Ni) adalah logam dengan nomor atom 28 dengan elektron terluarnya
Page 27
14
berada pada orbital d. Konfigurasi elektron dari Ni adalah [Ar] 3d8 4s2. Nikel
mudah membentuk ikatan kovalen koordinasi sehingga membuat pembentukan
senyawa antara permukaan katalis menjadi lebih mudah Hal ini dikarenakan
menurut aturan Hund, nikel mempunyai orbital 3d dimana terdapat elektron-
elektron yang tidak berpasangan dan membuat logam ini bersifat magnetik.
Katalis logam nikel mempunyai aktivitas dan selektivitas yang baik dalam
reaksi hidrogenasi. Fase aktif katalis nikel tidak memiliki permukaan yang luas.
Hal ini menyebabkan reaksi menjadi tidak efektif dan efisien karena tidak
sepenuhnya pusat aktif logam tersebut dapat mengadakan kontak dengan reaktan.
Tembaga (Cu) merupakan salah satu unsur yang termasuk dalam golongan
unsur transisi. Logam transisi sering digunakan sebagai katalis untuk fase
aktifnya. Dalam suatu reaksi katalitik logam Cu berfungsi sebagai pengatomisasi
molekul-molekul diatomik dan pemberi atom tersebut kepada reaktan lainnya atau
intermediat reaksi. Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa
atom 63,546. Logam Cu memiliki titik lebur 10830C, titik didih 23100C, jari-jari
atom 1,173Å dan jari-jari ion Cu2+ 0,96Å. Tembaga adalah logam transisi
golongan IB yang berwarna kemerahan, mudah regang, dan mudah ditempa.
Pemilihan logam tembaga (Cu) dan zeolit dalam penelitian ini didasarkan
pada tingkat aktivitas dan selektivitas katalis yang dipengaruhi oleh karakteristik
katalis (Trisunaryanti et al., 2005). Menurut Hernandez (2014), logam Cu adalah
salah satu katalis logam yang selektif terhadap gugus karbonil C=O. Logam Cu
merupakan salah satu logam transisi yang dapat bersifat sebagai asam Lewis
sehingga dapat menerima pasangan elektron dari reaktan yang akan menyebabkan
reaktan menjadi lebih reaktif (Barokah, 2014). Cahyani et al. (2014), telah
melakukan pengubahan sitronelal menjadi isopulegol melalui reaksi hidrogenasi
dengan katalis Cu/ZnBr2/γ-Al2O3.
2.4.3. Zeolit Beta
Zeolit adalah suatu mineral yang berupa kristal aluminosilikat yang
mempunyai struktur kerangka tiga dimensi yang terbentuk dari tetrahedral
alumina (AlO45-) dan silika (SiO4
4-). Kedua tetrahedral tersebut terdapat rongga-
rongga yang didalamnya terisi ion-ion logam dan biasanya berupa logam alkali
Page 28
15
ataupun logam alkali tanah serta molekul air yang dapat bergerak bebas
(Handoko, 2009).
Struktur zeolit dapat diasumsikan sebagai satu komponen kecil maupun
komponen besar berupa rantai, lapisan-lapisan, atau bentuk lainnya. Penggunaan
zeolit sebagai pengemban karena struktur kristalnya berpori dan luas permukaan
yang besar, memiliki stabilitas termal yang tinggi, harganya cukup murah, dan
keberadaanya cukup melimpah (Handoko, 2003). Zeolit dapat dibedakan menjadi
2 berdasarkan proses pembentukannya yaitu zeolit alam dan zeolit sintetis.
Zeolit sintetis adalah zeolit yang dibuat secara rekayasa sehingga
didapatkan karakter yang baik dari zeolit alam. Komponen zeolit sintetis terdiri
dari silika dan alumina, sehingga dapat disintesis dari berbagai bahan baku yang
mengandung kedua komponen tersebut. Bagian penting dalam proses sintesis
adalah preparasi dari campuran bahan yang akan disintesis.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sintesis zeolit yaitu
komposisi dan homogenitas campuran bahan sintesis, sifat kimia reaktan,
temperatur dan waktu kristalisasi, jenis kristal dan pH sistem. Zeolit sintetis lebih
sering dipilih untuk kepentingan komersial dibandingkan dengan zeolit alam
karena zeolit sintetis mempunyai ukuran partikel yang sama dan tingkat
kemurnian yang tinggi, strukturnya dapat dibuat sesuai dengan yang diinginkan.
Zeolit beta merupakan zeolit sintesis dengan jenis kation NH4+ dan
perbandingan SiO2/Al2O3 sebesar 37 mol/mol (Nisyak et al., 2017). Zeolit beta
memiliki kandungan silika tinggi dengan situs asam, yaitu asam Lewis dan
Bronsted yang tersusun oleh sebuah potongan struktur tiga dimensi dari 12
potongan cincin yang saling berhubungan (Shu et al., 2007). Situs asam Bronsted
pada zeolit beta memiliki sifat keasaman yang lebih kuat daripada situs asam
Lewis karena besarnya nilai perbandingan Si/Al.
Zeolit mempunyai struktur yang sangat kompleks. Secara umum, material
zeolit dikenal memiliki sifat keasaman yang tinggi serta kestabilan termal dan
hidrotermal yang tinggi. Struktur pori dari zeolit beta dapat dilihat pada Gambar
2.6.
Page 29
16
Gambar 2.5. Struktur Pori Zeolit Beta (Anshori, 2009)
Zeolit beta memiliki rasio Si/Al yang tinggi. Tingginya rasio Si/Al tersebut
membuat zeolit beta bersifat hidrofobik dan memiliki kestabilan termal yang
tinggi sehingga dapat digunakan sebagai katalis pada reaksi kimia dengan
temperatur yang relatif tinggi.
2.4.4. Metode Impregnasi dan Pengaruh Katalis
Hampir semua proses sintesis katalis menggunakan metode impregnasi.
Penggunaan metode impregnasi membuat pori-pori penyangga akan terisi oleh
logam aktif melalui adsorpsi logam. Proses ini dilakukan dengan merendam
penyangga dalam larutan yang mengandung logam aktif. Bahan penyangga yang
biasanya digunakan sebagi pengemban katalis adalah alumina (Al2O3), silika-
alumina, silika, zeolit dan magnesia.
Metode impregnasi ada dua macam yaitu impregnasi kering dan
impregnasi basah. Metode impregnasi basah yaitu penambahan jumlah larutan
prekursor fasa aktif lebih besar dari 1,5 kali volume pori penyangga. Sedangkan
metode impregnasi kering yaitu penambahan larutan prekursor fasa aktif kurang
dari 1,2 kali volume pori penyangga. Pada penelitian metode yang paling banyak
digunakan dalam pembuatan katalis adalah impregnasi basah karena proses
pengerjaannya lebih mudah (Lestari et al., 2006).
Tujuan dari metode impregnasi logam ke dalam suatu padatan adalah
untuk memperluas permukaan dari suatu padatan sehingga aktivitas katalis akan
meningkat. Logam-logam dapat berfungsi sebagai katalis tanpa diembankan
terlebih dahulu pada pengemban, tetapi meiliki kelemahan yaitu luas permukaan
yang relatif kecil. Pengembanan logam-logam pada pengemban akan
Page 30
17
mendistribukannya secara merata pada permukaan pengemban, sehingga
menambah luas permukaan spesifik sistem katalis secara keseluruhan.
2.5. Instrumentasi
2.5.1. Kromatografi Gas (GC) dan Kromatografi Kertas-Spektrometri
Massa (GC-MS)
Pada dasarmya kromatografi gas (GC) merupakan suatu metode
pemisahan yang melibatkan dua macam fasa, yaitu fasa gerak (mobile phase) dan
fasa diam (stationary phase). Dalam kromatografi gas yang bertindak sebagai
fasa gerak adalah gas yaitu gas inert seperti N2, H2, Ar dan He, sedangkan yang
berfungsi sebagai fasa diam adalah suatu padatan. Campuran yang dipisahkan
dengan metode ini harus mudah menguap. Kromatografi gas (GC) terdiri dari
beberapa komponen yaitu gas pembawa, pengendali laju/ tekanan gas, injector,
kolom, dan detektor.
Sampel diinjeksikan melalui injector dimana sampel yang berupa minyak
akan diubah menjadi gas. Senyawa-senyawa dalam sampel tersebut akan menguap
dan oleh gas pembawa akan dibawa menuju ke kolom. Komponen-komponen
dalam sampel akan terpisah didalam kolom berdasarkan kemampuan mereka
untuk berinteraksi dengan fase gerak (yaitu gas pembawa) dan fase diam (material
penyusun kolom kapiler). Komponen-komponen tersebut akan bergerak menuju
ke detektor.
Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektrometri
massa. GC-MS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang
menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk
menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa (MS)
untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit. Penggabungan antara
kromatografi gas dan spektrometri massa dapat memberikan informasi kualitatif
maupun kuantitatif senyawa yang dianalisis. Pada kromatografi gas spektrometri
massa (GC-MS), kolom kromatografi gas dihubungkan langsung dengan
spektrometer massa sebagai detekor (Hendayana et al., 1994).
GC-MS merupakan suatu metode analisis yang cepat dan akurat untuk
memisahkan dan mengidentifikasi secara langsung komponen-komponen dalam
Page 31
18
suatu campuran. Selain itu juga untuk menentukan konsentrasi komponen
penyusun campuran dari luas puncak kromatogram massa yang diperoleh.
Keuntungan menggunakan GC-MS yaitu tidak perlu menggunakan larutan standar
seperti pada GC. Hal ini dikarenakan pada detektornya yaitu spektometri massa
(MS) terdapat database yang akan mencocokan dengan sampel yang dianalisis.
Selain itu kemampuan analisis relatif cepat dan sensitivitasnya tinggi.
2.5.2. Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Spektrofotometer IR merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
menganalisa suatu senyawa kimia secara kualitatif. Alat ini biasanya digunakan
untuk mengidentifikasi berbagai macam gugus fungsi dalam suatu senyawa.
Spektra inframerah suatu senyawa dapat memberikan gambaran dan struktur
molekul senyawa tersebut. Pada spektrofotometer IR menyajikan grafik dari
presentasi transmitasi dengan kenaikan panjang gelombang atau penurunan
frekuensi (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Syarat gugus fungsi suatu senyawa yang dapat terukur pada spektra IR
adalah adanya perbedaan momen dipol pada gugus tersebut. Spektrum inframerah
berada di antara daerah sinar tampak dan daerah microwave. Pengukuran
menggunakan spektrofotometer IR biasanya berada pada daerah bilangan
gelombang 400-4000 cm-1. Daerah pada bilangan gelombang ini disebut daerah
sedang yang merupakan daerah optimum untuk penyerapan sinar IR bagi ikatan-
ikatan dalam senyawa organik (Harjono, 1992).
Daerah inframerah dibagi menjadi tiga sub daerah, yaitu inframerah dekat
(14000-4000 cm-1), inframerah sedang (4000-400 cm-1), dan inframerah jauh
(400-100 cm-1). FTIR memiliki keunggulan dibanding dengan spektroskopi
inframerah diantaranya yaitu lebih cepat dalam pengukuran, mekanik optik yang
lebih sederhana. Bilangan gelombang yang terjadi pada sitronelal dan sitronelol
dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3
Page 32
19
Tabel 2.2. Bilangan Gelombang Sitronelal
Bilangan gelombang (cm-1) Ikatan
2900-2800 -CH- alifatik
2800-2700 C-H dari –CHO
1740-1700 C=O karbonil
1700 – 1600 C=C alkena
1462 – CH2 –
1375 – CH3
Tabel 2.3. Bilangan Gelombang Isopulegol
Bilangan gelombang (cm-1) Ikatan
3700-3000 -OH
2900-2800 -CH- alifatik
1700-1600 C=C alkena
1250-1000 C-O
1462 – CH2 –
1375 – CH3
2.5.3. Difraksi Sinar-X (XRD)
XRD atau difraksi sinar X merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menganalisis suatu padatan yang berupa kristal. Analisis ini digunakan untuk
mengidentifikasi kristalinitas dan perubahan struktur sampel. Sinar X merupakan
radiasi elektromagnetik dengan energi tinggi yaitu sekitar 200 eV sampai 1 MeV.
Interaksi pancaran elektron eksternal dengan elektron dalam kulit suatu atom
menghasilkan sinar X.
Spektrum sinar X memiliki panjang gelombang 10-5 - 10 nm dengan
frekuensi 1017-1020 Hz. Sinar X memiliki panjang gelombang yang ordenya
sama dengan jarak antar atom sehingg dapat digunakan sebagai sumber difraksi
kristal (Widiarti, 2011). XRD berprinsip pada hamburan elektron yang mengenai
permukaan kristal. Apabila berkas sinar X mengenai suatu material, maka
sebagian berkas akan diabsorpsi, ditransmisikan, dan sebagian lagi dihamburkan
terdifraksi. Selanjutnya hamburan terdifraksi akan dideteksi oleh XRD.
Berkas sinar X yang dihamburkan akan ada yang salin menghilangkan dan
saling menguatkan. Hamburan yang akan saling menghilangkan terjadi apabila
Page 33
20
fasenya berbeda, sedangkan apabila fasenya sama maka hamburannya akan saling
menguatkan. Berkas sinar X yang saling menguatkan inilah yang disebut sebagai
berkas difraksi. Hamburan sinar yang saling menguatkan yang digunakan untuk
analisis sehingga sesuai dengan persamaan Bragg seperti pada persamaan (2.3)
berikut.
nλ = 2 d sin θ (2.3)
n = bilangan bulat
λ = panjang gelombang (m)
d = jarak antar bidang dalam kristal (m)
θ = sudut difraksi
Teknik pengukuran dengan menggunakan XRD dilakukan untuk
mengetahui fase kristalin dari suatu materi dan mendapatkan ukuran dari suatu
kristal. XRD berprinsip dasar pada difraksi sinar yang melewati celah kristal.
Apabila suatu difraksi berasal dari radius yang panjang gelombangnya sama
dengan jarak antar atom maka akan terjadi difraksi cahaya oleh kristal.
2.5.4. Surface Area Analyzer (SAA)
Suatu katalis memiliki sifat fisik yang berhubungan erat dengan struktur
pori permukaan katalis yang dapat dilakukan dengen penentuan luas
permukaanya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode adsorpsi gas
nitrogen (N2). Metode ini digunakan untuk menentukan luas permukaan spesifik
dan struktur pori dari suatu material padatan. Penentuan luas area umunya
dilakukan melalui adsorpsi fisik dari gas misalnya gas N2 ataupun adsorpsi kimia
dari pewarna seperti metilen blue.
Adsorpsi nitrogen digunakan untuk luas permukaan total padatan dengan
metode BET (Broener-Emment-Teller) (Widiarti, 2011). Pada material berpori
seperti zeolit, penentuan luas permukaan oleh porositas zat padat. Metode BET
digunakan untuk karakterisasi permukaan suatu padatan material seperti luas
permukaan material, distribusi pori dari material dan isoterm adsorpsi suatu gas
pada suatu bahan. Teori BET memiliki landasan utama, yaitu :
Page 34
21
1. Menempelnya molekul pada permukaan zat padat (adsorben) membentuk
lapisan monolayer
2. Menempelnya molekul pada lapisan monolayer membentuk lapisan multilayer
Menurut Wahyuningrum et al. (2012), prinsip kerja dari metode BET
menggunakan mekanisme adsorpsi gas (umunya nitrogen) pada permukaan suatu
bahan padat yang akan dikarakterisasi pada suhu konstan dimana biasanya suhu
didih dari gas tersebut. Persamaan isotermal (2.4) dari BET dapat ditulis sebagai
berikut.
𝑃
𝑣(𝑃𝑜−𝑃) =
1
𝑣𝑚.𝐶 +
(𝐶−1)
𝑣𝑚.𝐶 .
𝑃
𝑃𝑜 (2.4)
v = volume gas teradsorpsi persatuan massa adsorben
vm = volume gas yang diperlukan untuk membentuk lapisan
monolayer
P = tekanan
Po = tekanan uap jenuh gas diserap pada temperatur T
C = tetapan
Page 35
40
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Katalis Cu/zeolit beta memiliki aktivitas dan selektivitas yang lebih baik
dibandingkan Ni/zeolit beta pada siklisasi sitronelal menjadi isopulegol.
Siklisasi sitronelal terkatalis Cu/zeolit beta mampu menghasilkan 69,31%
sedangkan dengan katalis Ni/zeolit beta sebesar 29,68%.
2. Konversi sitronelal menjadi isopulegol hasil yang paling tinggi adalah
setelah dilakukan reaksi selama 8 jam.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan pengkajian ulang tentang impregnasi Ni/zeolit beta untuk
memaksimalkan hasil siklisasi sitronelal.
2. Perlu dilakukan perpanjangan waktu durasi, variasi suhu untuk konversi
sitronelal menjadi isopulegol melalui reaksi siklisasi.
Page 36
41
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, E., Sulaswatty, A., Tasrif., Laksmono, J. L., dan Adilina, I. B. 2007.
Pemisahan Sitronelal dari Minyak Sereh Wangi Menggunakan Unit
Fraksionasi Skala Bench. J. Tek. Ind. Pert. 17(2): 49-53.
Anshori, J. A. 2009. Siklisasi Intramolekuler Sitronelal Dikatalis Zeolit dan Bahan
Mesoporus. Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Universitas Padjajaran.
Azizi, N., Batebi, E., Bagherpour, S., dan Ghafuri, H. 2012. RSC Adv. 2(6): 2289-
2293.
Bakri, R., Utari, T., dan Sari, I. P. 2008. Kaolin sebagai Sumber SiO2 untuk
Pembuatan Katalis Ni/SiO2 : Karakterisasi dan Uji Katalis pada
Hidrogenasi Benzena menjadi Sikloheksana. Makara Sains. 12(1): 37-43.
Brodu, N., Manero, M. H., Andriantsiferana, C., Pic, J. S., dan Valdes, H. 2013.
Role of Lewis Acid Sites of ZSM-5 Zeolite on Gaseous Ozone Abatement.
Chemical Engineering Journal. 231: 281-286.
Brogan, A. P., Dickerson, T. J., dan Janda, K. D. 2007. Nornicotine-
Organocatalyzed Aqueous Reduction of α,β-Unsaturated Aldehydes.
Chem.Commun: 4952-4954.
Cahyani, C. S. P., Iftitah, E. D., dan Purwonugroho, D. 2014. Karakterisasi
Katalis Cu/ZnBr2/y-Al2O3 untuk Hidrogenasi Sitronelal. Kimia Student
Journal. 1(2): 210-214.
Cahyono, E., Pranowo, H. D., Muchalal., dan Triyono. 2013. Analysis Of The
Enantiomers Ratio Of Citronellal From Indonesian Citronella Oil Using
Enantioselective Gas Chromatography. Malaysian Journal of
Fundamental and Applied Sciences. 9(2): 62–66.
Cahyono, E., Muchalal, M., Triyono, T., dan Pranowo, H. D. 2014. Catalytic
Activities of Fe3+ and Zn2+-Natural Zeolite on the Direct Cyclisation-
Acetylation of (R)-(+)-Citronellal. Bulletin of Chemical Reaction
Engineering & Catalysis. 9(2): 128-135.
Chuah, G. K., S. H. Liu., S. Jaenicke., dan L. J. Harrison. 2001. Cyclisation of
Citronellal to Isopulegol Catalysed by Hydrous Zirconia and Other Solid
Acids. Journal of Catalysis. 200: 352-359.
Dargo, R.S.J., Krzystof., Kezystof., dan K. Nicholas. 1997. Catalyzed
Decomposition of N2O on Metal Oxide Support. Applied Catalysis B:
Environemental. 13: 69-79
Page 37
42
Fessenden R.J. & J.S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Edisi 3.
Terjemahan A.H. Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri Jilid 4. Terjemahan Ketaren S. Jakarta: UI
Press.
Guenther, Ernest. 2006. The Essential Oil Jilid 1. Robert E Kringer Publishing Co
Inc. New York.
Handoko, D. S. P. 2003. Aktivitas Katalis Cr/ Zeolit dalam Reaksi Konservasi
Katalitik Fenol dan Metil Isobutil Keton. Jurnal Ilmu Dasar. 4(2): 70-76.
Handoko, D. S. P., Triyono., Narsito., dan Wahyuningsih, T. D. 2009. Pengaruh
Temperatur Terhadap Kinerja Katalis Ni/Zeolit pada Reaksi Hidrogenasi
Katalitik 1-Oktadekena. Reaktor. 12(4): 218-225.
Harjono, S. 1992. Spektroskopi Inframerah Edisi Pertama. Yogyakarta: Liberty.
Hendayana, S., Kadarohman, A., Sumarna, A., dan Supriatna, A. 1994. Kimia
Analitik Instrumen. Edisi 1. 157-160.
Hernandez, D.V., Caballero, J. M. R., Gonzalez, J. S., Tost, R. M., Robles, J. M.
M., Cruz, M. A. P., Lopez, A. J., Huesca, R. H., dan Torres, P. M. 2014.
Furfuryl Alcohol from Furfural Hydrogenation Over Copper Supported on
SBA-15 Silica Catalysts. Journal of Molecular Catalysis A: Chemical.
383-384: 106-113.
Iftitah, E. D., Hardjono, S., dan M. Muchalal. 2004. Study of Catalytic Cyclisation
of (+)-Sitronelal dengan Katalis Zn/γ-Alumina. Indonesian Journal of
Chemistry. 4(3): 192-193.
Iftitah, E. D., M. Muchalal., W. Trisunaryanti., dan R. Armunanto. 2010.
Cyclization and Hydrogenation of (+)-Citronellal to Menthols over ZnBr2
and Ni Catalysts Supported on γ-Al2O3. Indo. J. Chem. 10(2): 208-213.
Imachi, S., K. Owada., dan M. Onaka. 2007. Intramolecular Carbonyl-Ene
Reaction of Citronellal to Isopulegol over ZnBr2-Loading Mesoporous
Silica Catalysts. Journal of Molecular Catalysis A : Chemical. 272 (1-2):
174-181.
Johan, A. 2009. Karakterisasi Sifat Fisik dan Mekanik Bahan Refraktori α-Al2O3
Pengaruh Penambahanan TiO2. Jurnal Penelitian Sains. 12(2): 1-8.
Page 38
43
Kang, Z., X. Zhang., H. Liu., J. Qiu., dan K. Lun. 2013. A Rapid Synthesis Route
for Sn-Veta Zeolites by Steam-Assisted Conversion and Their Catalytic
Performance in Baeyer-Villiger Oxidation. Chemical Engineering Journal.
218: 425-432.
Kaniawati, D., Kadarohman, A., dan Dwiyanti, G. 2004. Konversi Sitronelal Hasil
Isolasi Minyak Sereh Wangi menjadi Sitronelol dan Isopulegol. Paper
presented at the Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia.
Bandung: FMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia.
Kidwai, M., Bansal, V., Saxena, A., Shankar, R., dan Mozumdar, S. 2006. Ni-
nanoparticles: An Efficient Green Catalyst for Chemoselective Reduction
of Aldehydes. Tetrahedron Letters. 47: 4161-4165.
Kozhevnikov, I. 2010. Sustainable Heterogeneous Acid Catalysis by Heteropoly
Acids. Handbook of Green Chemistry. 2: 153-173.
Kurniasih, R., Djauhari, S., Muhibuddin, A., dan Utomo, E. P. 2014. Pengaruh
Sitronelal Serai Wangi (Cymbopogon winterianus Linn) terhadap
Penekanan Serangan Colletotrichum sp. pada Tanaman Bawang Daun
(Allium fistulosum L.). Jurnal HPT. 2: 11–21.
Kuroiwa, Y., Matsumura, S., dan Toshima, K. 2008. Chemoselective Reduction
of Aldehydes over Ketones With Sodium
Tris(hexafluoroisopropoxy)borohydride. Synlett. 16: 2523-2525.
Lenardao, E. J., Botteselle, G. V., Azambuja, F., Perin, G., dan Jacob, R. G. 2007.
Citronellal as key Compound in Organic Synthesis. Tetrahedron. 63:
6671-6712.
Lestari, H.D., Subagjo., dan IGBN Makertihartha. 2006. Sintesis Katalis NiMo
Untuk Hydrotreating Coker Nafta. Jurnal Teknik Kimia Indonesia. 5(1):
365-373.
Lestari, D.Y. 2012. Pemilihan Katalis yang Ideal. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. Fakultas MIPA. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Lima, P. M., T. Garetto., C. L. Cavalcante., dan D. Cardoso. 2011. Isomerization
of N-Hexane on Pt-Ni Catalysts Supported on Nanocrystalline H-BEA
Zeolite. Catalysis Today. 172 (1): 195-202.
Maki-Arvela, P., N. Kumar., V. Nieminen., R. Sjoholm., T. Salmi., dan D. Y.
Murzin. 2004. Mesoporous Materials for Production of Isopulegol.
Journal of Catalysis. 225 (1): 155-169.
Page 39
44
Milone, C., Gangemi, C., Neri, G., Pistone, A., dan Galvagno, S. 2000. Selective
One Step Synthesis of (−) Menthol from (+) Citronellal on Ru supported
on Modified SiO2. Applied Catalysis A: General. 199(2): 239-244.
Mustikowati., Siadi, K., dan Kusomo, E. 2014. Transformasi Sitronelal menjadi
Sitronelol dengan Reduktor NaBH4 dan Hidrogenasi Terkatalis Ni/Zeolit
Beta. Indonesian Journal of Chemical Science. 1(3): 81-86.
Nakatsu, T., Mazeiko, P. J., Lupo, A. T., Green, C. B., Manley, C. H., Spence, D.
J., dan Ohta, H. 2005. Sensate Composition Imparting Initial Sensation
Upon Contact. USA : United States Patent.
Nakatani, Y., dan Kawashima. 1978. Highly Stereoselective Preparation of
Isopulegol Synthesis: 147-148.
Nie, Y., W. Niah., S. Jaenicke., dan G. K. Chuah. 2007. A Tandem Cyclization
and Hydrogenation of (±)-Citronellal to Menthol over Bifunctional Ni/Zr-
Beta and Mixed Zr-Beta and ni/MCM-41. Journal of Catalysis. 28(1): 1-
10.
Nisyak, K., Elvina D. I., dan Rachmat T. T. 2017. Konversi Sitronelal menjadi
Senyawa Isopulegol dengan Katalis ZnBr2/β-Zeolit. Jurnal Kimia dan
Kemasan. 39(2): 47-54.
Paquette, L. 1995. Reagents for Organic Synthesis. New York: Wiley.
Salamah, S., dan Setyawan, M. 2010. Karakterisasi Reaktor Hidrogenasi Minyak
Biji Kapuk untuk Pembuatan Green Diesel. Proseding Seminar Nasional
Aplikasi Sains dan Teknologi. Yogyakarta : IST AKPRIND.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Savitri., Agung, S. N., dan Isalmi, A. 2016. Pembuatan Katalis Asam (Ni/γ-Al2O3)
dan Katalis Basa (Mg/ γ-Al2O3) untuk Aplikasi Pembuatan Biodiesel dari
Bahan Baku Minyak Jelantah. Jurnal Kimiaa Valensi: Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Ilmu Kimia. 2(1): 1-10.
Sayekti, E., Imelda, H., dan Titin, A. 2015. Reaksi Substitusi Gugus Hidroksi
Pada Sitronelol dengan Klorida Menggunakan Campuran Amonium
Klorida dan Asam Sulfat. ALCHEMY jurnal penelitian kimia. 11(2): 135-
146.
Shu, Q., Yang, B., Yuan, H., Qing, S., dan Zhu, G. 2007. Synthesis of Biodiesel
from Soybean Oil and Methanol Catalyzed by Zeolite Beta Modified with
La3+. Catalysis Communication. 8: 2159-2165.
Page 40
45
SNI. 2006. Standar Nasional Indonesia Minyak Sereh Wangi. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Suseno, A., Wijayanto, W., Khanif, M., dan Hastuti, R. 2003. Pembuatan dan
Karakterisasi Katalis Nikel pada Padatan Pendukung Zeolit. Jurnal Kimia
Sains. 6: 7-10
Sujatno, A., Salam, R., Bandriyana., dan Dimyati, S. 2015. Studi Scanning
Electron Microscopy (SEM) untuk Karakterisasi Proses Oxidasi Paduan
Zirkonium. Jurnal Forum Nuklir (JFN). 9(2): 44-50.
Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tjitrosoepomo. 2000. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Trisunaryanti, W., Triwahyuni, E., dan Sudiono, S. 2005. Preparasi Modifikasi
dan Karakterisasi Katalis Ni-Mo/Zeolit Alam dan Mo-Ni/Zeolit Alam.
Teknoin. 10(4): 269-282.
Utomo, M. P. 2007. Tinjauan Umum Tentang Deaktifasi Katalis pada Reaksi
Katalisis Heterogen. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan,
dan Penerapan MIPA. ISSN : 978-979-99314-2-3. Universitas Negeri
Semarang.
Valand, J., Dasireddy, V. D. B. C., Sing, S., dan Friederich, H. B. 2017. Ternary
(Cu, Ni and Co) Nanocatalysts for Hydrogenation of Octanal to Octanol:
An Insight into the Cooperative Effect. Catalysis Research Group. 147:
525-538.
Widiarti, N., E. Ratna., F. Hamzah., dan D. Prasetyoko. 2011. Preparation
Characterization and Catalytic Activity of CuO/TS-1 on Benzene
Hydroxylation. Makara. 15: 135-147.
Wulandari, R., dan Harianingsih. 2018. Transformasi Sitronelal dari Destilasi
Fraksinasi Sereh Wangi Menjadi Sitronelol Menggunakan Katalis Zr4+-
Zeolit Beta. Inovasi Teknik Kimia. 3(2): 23-26.
Zuhra., H. H., Hasfita, F., dan Rinaldi, W. 2015. Preparasi Katalis Abu Kulit
Kerang untuk Transesterifikasi Minyak Nyamplung menjadi Biodiesel.
Agritech. 35(1): 69-77.