BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aset tetap bagian dari neraca yang dilaporkan oleh manajemennya dalam setiap periode atau setiap tahun. Aset ini digolongkan menjasi aset tetap berwujud dan aset tetap tidak berwujud. Aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tidak berwujud adalah aset tidak lancar dan tidak berbentuk yang memberikan hak keekonomisan dan hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi set yang lain. Karaktristik yang paling menonjol adalah tingkat ketidakpastian nilai dan manfaat dikemudian hari. Bentuknya seperti hak paten, hak cipta, waralaba, merek dagang dan goodwill. Dari pengertian diatas betapa pentingnya mengetahu seluk beluk tentang Aset Tetap, baik berwujud maupun tidak berwujud. Maka dengan pembahasan-pembahasan yang lebih rinci diharapkan dapat diaplikasikan dalam pencatatan neraca yang berguna bagi pihak interen maupun eksteren. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aset tetap bagian dari neraca yang dilaporkan oleh
manajemennya dalam setiap periode atau setiap tahun.
Aset ini digolongkan menjasi aset tetap berwujud dan
aset tetap tidak berwujud. Aset berwujud yang diperoleh
dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih
dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun.
Aset tidak berwujud adalah aset tidak lancar dan
tidak berbentuk yang memberikan hak keekonomisan dan
hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan
tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi set
yang lain. Karaktristik yang paling menonjol adalah
tingkat ketidakpastian nilai dan manfaat dikemudian
hari. Bentuknya seperti hak paten, hak cipta, waralaba,
merek dagang dan goodwill.
Dari pengertian diatas betapa pentingnya mengetahu
seluk beluk tentang Aset Tetap, baik berwujud maupun
tidak berwujud. Maka dengan pembahasan-pembahasan yang
lebih rinci diharapkan dapat diaplikasikan dalam
pencatatan neraca yang berguna bagi pihak interen
maupun eksteren.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengakuan Aset Tetap dengan ketentuan -
ketentuannya
2. Bagaimana perolehan aset tetap dengan berbagai
cara
3. Bagaimana penyusutan aset tetap serta metode -
metode yang digunakan
4. Penggolongan pada aset tetap tidak berwujud dan
perlakuan akuntansinya
5. Bagaimana pengalihan hak aset tetap tidak berwujud
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan dapat menjelaskan aset tetap berwujud
dan aset tetap tidak berwujud.
2. Mengetahui cara perolehan aset tetap berwujud dan
aset tetap tidak berwujud.
3. Mengetahui penyusutan aset tetap serta metode -
metode yang digunakan
4. Menjelaskan Penggolongan pada aset tetap tidak
berwujud dan perlakuan akuntansinya
D. Sistematika Penulisan
2
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Rumusan
c. Tujuan Penulisan
d. Sistematika Penulisan
4. BAB II Pembahasan
5. BAB III Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
6. Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
3
ASET TETAP BERWUJUD
A. Pengakuan Aset Tetap
Disimpulkan bahwa suatu benda berwujud dapat
dikelompokkan sebagai aset tetap sesuai ketentuan
akuntansi komersial apabila :
1. manfaat keekonomian masa yang akan datang yang
berkaitan dengan aset tersebut kemungkinan akan
mengalir ke dalam perusahaan dan
2. biaya perolehan dapat diukur secara andal.
Diperlukan adanya penilaian tingkat kepastian
aliranmanfaat ekonomi masa akan datang sesuai dengan
bukti-bukti yang ada. Adanya pengakuan langsung, contoh
transaksi pertukaran karena mempunyai bukti pembelian
aset yang memberikan identifikasi biayanya. Aset yang
dibuat sendiri, pengukuran dari sisi biaya dapat dibuat
melalui transaksi dengan pihak luar perusahaan dan
perusahaan mengakumulasi biaya yang digunakan ke dalam
proses penyelesaian sehingga memenuhi kualifikasi
sebagai aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada
awalnya harus diukur berdasarkan harga perolehan.
Biaya perolehan terdiri atas harga beli, termasuk
bea impor, PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan dan
biaya lain yang dapat diatribusikan secara langsung
sampai aset tersebut siap dipakai atau berada ditempat.
B. Perolehan Aset Tetap
- Perolehan Aset Tetap secara Gabungan
4
Mengalokasikan harga gabungan berdasarkan
perbandingan nilai wajar aset yang bersangkutan.
Contoh, harga bangunan + tanah = Rp 300.000.000
(termasuk biaya notaris, bea balik nama, bea
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, dll).
Alokasi harga perolehan :
No
.
Jenis
Aset
Harga
Wajar
Alokasi harga Perolehan
1.
2.
Tanah
Banguna
n
Jumlah
150.000.0
00
100.000.0
00
250.000.0
00
15 x 300.000.000 =
180.000.000
25
10 x 300.000.000 =
120.000.000 +
25
300.000.000
Ayat jurnal :
Tanah 180.000.000
Bangunan 120.000.000
Kas dan Bank 300.000.000
- Perolehan Aset Tetap secara Angsuran
Diperhatikan kontark pembeliannya.
5
Contoh, harga perolehan mobil Rp 120.000.000
dibayar 24x angsuran,
Rp 5.000.000 per bulan dengan bunga 20 % pertahun.
Perhitungan angsuran pertama :
Angsuran bulanan Rp
5.000.000
Bunga 1/12 x 20% x Rp 120.000.000
Rp 2.000.000
Jumlah pembayaran Rp
7.000.000
Perhitungan angsuran bulan kedua :
Angsuran bulanan Rp
5.000.000
Bunga 1/12 x 20% x 120.000.000- 5.000.000
Rp 1.916.700
Jumlah pembayaran Rp
6.916.700
Ayat Jurnal :
1. saat pembelian aset tetap
Mobil/kendaraan (dalam angsuran)
120.000.000
Utang angsuran
120.000.000
2. saat pembayaran
Utang angsuran 5.000.000
Beban Bunga 2.000.000
6
Kas dan Bank
7.000.000
3. Saat pembayaran angsuran kedua
Utang angsuran 5.000.000
Beban Bunga 1.916.700
Kas dan Bank
Rp 6.916.700
Perhitungan pembayaran angsuran dibuat setiap
bulan. Bunga semakin lama semakin menurun karena jumlah
pinjama juga menurun. Penetapan bunga yang digunkan
berdasarkan pada tingkat bunga efektif (effective interest
rate).
Harga dengan angsuran ditetapkan terlebih dahulu
dan angsuran yang harus dibayar setiap bulan tetap,
maka setiap angsuran terdiri atas 2 komponen yaitu
angsuran dan bunga. Besarnya bunga ditetapkan
menggunakan tingkat bunga tetap (flat interest rate).
Contoh, harga perolehan kendaraan Rp 120.000.000,
angsuran 24x bunga 25% per tahun. Perhitungan :
Harga perolehan tunai Rp
120.000.000
Bunga Rp 120.000.000 x 25% x 24/12 Rp.
60.000.000
Harga beli dengan angsuran Rp
180.000.000
Angsuran yang dibayar setiap bulan sebesar :
7
1/24 x Rp 180.000.000 = Rp 7.500.000 (angsuran+bunga)
Ayat Jurnal :
1. saat pembelian aset tetap
Mobil/kendaraan (dalam angsuran)
120.000.000
Utang angsuran
120.000.000
2. saat pembayaran
Utang angsuran 6.000.000
Beban Bunga 1.500.000
Kas dan Bank
7.500.000
- Perolehan Aset Tetap secara Pertukaran
Menurut PSAK No. 16 2007, aset tetap dapat
diperoleh dengan pertukaran atau pertukaran sebagian.
Pertukaran sebagian, untuk suatu aset tetap yang
tidak serupa aset lain. Biaya diukur pada nilai wajar
aset yang dipertukarkan atau diperoleh, yang paling
andal, sebanding nilai wajar aset yang dipertukarkan
setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau
setara kas yang dtransfer.
8
Contoh, harga perolehan truk lama Rp 60.000.000 telah
disusutkan Rp 40.000.000 ditukar dengan truk baru Rp
80.000.000 dan kekurangannya dibayar tunai.
Perhitungan laba atau rugi pertukaran :
Harga perolehan truk lama Rp
60.000.000
Penyusutan Rp
40.000.000 -
Harga sisa buku Rp
20.000.000
Harga truk baru Rp
80.000.000
Harga tukar tambah aset lama (trade in allowance)
Rp 20.000.000 –
Tambahan uang tunai Rp
60.000.000
Tidak terdapat rugi atau laba, karena truk lama
dihargai sama dengan harga sisa buku.
Contoh, pada Laba atau Rugi
Harga tukar tambah aset lama (trade in allowance) Rp
24.000.000
Harga perolehan truk lama Rp
60.000.000
Penyusutan Rp
40.000.000 -
9
Harga sisa buku Rp
20.000.000
Harga tukar tambah aset lama (trade in allowance)
Rp 24.000.000
Laba Pertukaran Rp
4.000.000
Harga truk baru Rp
80.000.000
Harga tukar tambah aset lama (trade in allowance)
Rp 24.000.000 –
Tambahan uang tunai Rp
56.000.000
Ayat Jurnal :
Akumulasi Penyusutan Rp 40.000.000
Alat pengangkut baru Rp 80.000.000
Kas dan Bank Rp
56.000.000
Alat pengangkut lama Rp
60.000.000
Laba pertukaran Rp
4.000.000
Harga tukar tambah aset lama (trade in allowance) Rp
18.000.000
10
Harga perolehan truk lama Rp
60.000.000
Penyusutan Rp
40.000.000 -
Harga sisa buku Rp
20.000.000
Harga tukar tambah aset lama (trade in allowance)
Rp 18.000.000 –
Rugi pertukaran Rp
2.000.000
Harga truk baru Rp
80.000.000
Harga tukar tambah aset lama (trade in allowance)
Rp 18.000.000 –
Tambahan uang tunai Rp
62.000.000
Ayat Jurnal :
Akumulasi Penyusutan Rp 40.000.000
Alat pengangkut baru Rp 80.000.000
Rugi pertukaran Rp 2.000.000
Alat pengangkut lama
Rp 60.000.000
Kas dan Bank Rp
62.000.000
11
Aset yang diperoleh dari pertukaran melalui pertukaran
dengan :
1. aset nonmoneter, baik dengan aset tetap yang
sejenis atau aset tetap yang tidak sejenis.
2. sekuritas berupa obligasi atau saham yang
dikeluarkan oleh perusahaan sendiri atau emisi
oleh badan lain.
Nilai perolehan atau nilai penjualan adlah jumlah yang
seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga
pasar.
Contoh pada pertukaran mobil yang sama
PT Anugrah PT Rakhmat
Nilai sisa buku Rp 120.000.000 Rp
150.000.000
Harga Pasar Rp 80.000.000 Rp
160.000.000
PT Anugrah mencatat kerugian sebesar :
Rp 80.000.000 - Rp 120.000.000 = Rp 40.000.000
PT Rakhmat mencatat laba sebesar :
Rp 160.000.000 - Rp 150.000.000 = Rp 10.000.000
Contoh pada pertukaran aset dengan saham
PT Anugrah menyerahkan mesin seharga Rp 300.000.000
kepada PT Rakhmat sebagai pengganti penyertaan sahamnya
dengan nilai nominal Rp 250.000.000. harga pasar mesin
Rp 320.000.000. pencatatan :
12
PT Anugrah
Penghasilan sebgai objek pajak penghasilan sebesar
Rp 20.000.000
(Rp 320.000.000 – Rp 300.000.0000)
PT Rakhmat
Mencatat mesin sebagai aset tetap Rp 320.000.000
Mencatat agio saham (Premium on stock)sebesar Rp
70.000.000
(Rp 320.000.000 – Rp 250.000.000)
- Perolehan Aset Tetap dengan Cara Membangun Sendiri
Menggunakan prinsip yang sama seperti aset yang
diperoleh, yatu meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk pembangunan aset yang diperoleh, yaitu meliputi
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pembanguna aset
sampai siap dipakai. Termasuk biaya tidak langsung,
efisiensi atau inefiensi, dan bunga selama masa
kontruksi.
- Perolehan secara Hibah, Bantuan dan Sumbangan
Aset tetapa yang diperoleh dari sumbangan harus
dicatatsebesar harga taksiran atau harga pasar yang
layak dengan mengkreditkan akun modal yang berasal dari
sumbangan atau donasi.
Contoh, aset tetap berupa tanah dan bangunan harga
pasar Rp 250.000.000 diterima sebagai sumbangan.
13
Modal donasi dari sisi akuntansi pajak Pasal 4
ayat 3 UU Pajak Penghasilan.
1. apabila terjadi pengalihan harta berupa bantuan,
sumbangan, harta hibah, atau warisan, syarat yang
harus dipenuhi bedasarkan Pasal 4 ayat 3 huruf a dan
b adalah :
Tidak termasuk objek pajak
a. 1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintha dan para penerima zakat yan berhak.
2) harta hibhan yang diterima oleh keluarga
sedarah dalam garis keturunan leurus satu
derajat, dan oleh badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial atau pengusaha kecil,
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan;
Sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, pemerintahan, atau penguasaan antara
pihak-pihak yng bersangkutan.
b. warisan
2. Apabila tidak memenuhi syarat yang diperlukan
sesuai Pasal4 ayat 3 huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan dengan contoh konkret yaitu harta
hibahan yang diberikan tersebut ternyata mempunyai
hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
14
maka dasar penilaian bagi yang menerima penghibhan
Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok
2
NomorUrut
Jenis Usaha Jenis Harta
1. Semua JenisUsaha
a. Mebel dan peralatan dari logam, termasukmeja, bangku, kursi,
30
2.
3.
4.
5.6.
7.
Pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan
Industri makanan dan minuman
Industri Mesin
PerkayuanKontruksi
Perhubungan, pergudangan, dan komunikasi
lemari, dan sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat penagatur udara seperti AC, kipas angin, dan sejenisnya.
b. Komputer, printer, scanner, dan sejenisnya.
c. Mobil, bus, truk, speed boat, dan sejenisnya.
d. Container dan sejenisnya.a. Mesin pertanian/perkebunan
seperti traktor dan mesin bajak,penggaruk, penanaman, penebar benih, dan sejenisnya.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan.
a. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas, dan perikanan,misalnya pabrik susu, dan pengalengan ikan.
b. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin minyak kelapa, margarin, penggilingan kopi, kembang gula, mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan beras, gandum, dan tapioka.
c. Mesin yang menghasilkan/memproduksi minumandan bahan-bahan minuman segala jenis.
d. Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-bahan makanan dan makanan segalajenis.
Mesin yang menghasilkan/memproduksimesin ringan, misalnya mesin jahit,dan pompa air.Mesin dan peralatan penebangan kayu.Peralatan yang digunakan seperti
31
8.
9.Telekomunikasi
Industri semi konduktor
truk berat, truk dump, crane buldozer,dan sejenisnya.a. Truk kerja untuk pengangkutan
dan bongkar muat, truk peron, truk ngangkang, dan sejenisnya.
b. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang tertentu (misal gandum, batu-batuan, bijitambang, dan sebagainya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya yang mempunyai berat sampai dengan100DWT
c. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keram terapung, dan sejenisnya, yang mempunyai berat sampai dengan 1000 DWT.
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang memuat berat sampai dengan 250 DWT.
e. Kapal balon.a. Perangkat pesawat telepon.b. Pesawat telegraf, termasuk
pesawat pengirim, serta penerimaan radio telegraf dan radio telepon.
Auto frame leader, automatic logic handler, baking over, ball shear tester, bipolar test handler (automatic), cleaning machine, coating machine, cutting oven, cutting press, dombar cut machine, dicer, die bonder, die shear test, dynamic burm in system oven, dynamic test hander elimination (PGE-01), full automatic mark, hand maker, individual mark, inserter remover machine, laser maker (FUM A-01), logictest system,marker (mark), memory test system,molding, mounter, MPS automatic, MPS manual, o/s tester manual, pass oven, pose checker, reform machine, smd stocker, toping
Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok
3
NomorUrut
Jenis Usaha Jenis Harta
1.
2.
3.
4.
Pertambangan selain minyak dan gas
Pemintalan, pertenunan, dan pencelupan
Perkayuan
Industri Kimia
Mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, termasuk mesin-mesin yang mengolah produk perikanan.a. Mesin yang mengolah/menghasilkan
produk-produk tekstil, misalnyakain katun, sutra serat-serat buatan, wol dan bulu hewan lainnya, lena rami, permadani, kain-kain bulu, dan tule.
b. Mesin untuk yarm preparation, bleaching, dyeing, printing, finishing, texturing, packaging, dan sejenisnya.
a. Mesin yang mengolah/menghasilkanproduk-produk kayu, barang-barang dari jerami, rumput, dan bahan anyaman lainnya.
b. Mesin dan peralatan penggergajian kayu.
a. Mesin dan peralatan yang mengolah/menghasilkan produk industri kimia dan industri yangada hubungannya dengan industri kimia, misalnya bahan kimia anorganis, persenyawaan organis,dan anorganis dari logam mulia, elemen radioaktif, isotop, bahankimia organis produk farmasi, pupuk, obat celup, obat pewarna,cat, pernis, minyak eteris, dan resionida wangi-wangian, obat kecantikan dan obat rias, sabun,detergent, dan bahan organis
33
5.
6.
7.
Industri Mesin
Perhubungan dan Komunikasi
Telekomunikasi
pembersih lainnya, zat albumina,perekat, bahan peledak, produk pirotehnik, korek api, alloy piroforis, barang fotografi, dan sinematografi.
b. Mesin yang mengolah/menghasilkanproduk industri lainnya misalnyadamar tiruan, bahan plastik, ester dan ater dari selusa, karet sintetis, karet tiruan, kulit samak, jangat, dan kulit mentah.
Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin menengah dan berat, misalnya mesin mobil, dan mesin kapal.a. Kapal penumpang, kapal barang,
kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misal gandum, batu-batuan, biji tambang, dan sebagainya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya yang mempunyai berat diatas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.
b. Kapal yang dibuatkhusus untuk menghela atau mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keram terapung, dan sejenisnya, yang mempunyai beratdiatas 100 DWT sampai dengan 1000 DWT.
c. Dok terapungd. Perahu layar
pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat di atas 250 DWT.
e. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter segalajenis.
Perangkat radio navigasi, radar, dankendali jarak jauh.
34
Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok
4
NomorUrut
Jenis Usaha Jenis Harta
1.2.
KonstruksiPerhubungan dan Telekomunikasi
Mesin berat untuk konstruksia. Lokomotif uap dan tender atas
rel.b. Lokomotif listrik atas rel,
dijalankan dengan baterai atau dengan tenaga listrik dari sumber luar.
c. Lokomotif atas rel lainnya.d. Kereta, gerbong penumpang dan
barang termasuk kontainer khususdibuat dan dilengkapi untuk ditarik dengan satu alat atau beberapa alat pengangkutan.
e. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus untuk pengangkutan barang tertentu (misal gandum, batu-batuan, biji tambang, dan sebagainya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya yang mempunyai berat diatas 1.000 DWT.
f. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keram terapung, dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 1000 DWT.
g. Dok-dok terapung.
35
Terhadap pengeluaran harta berwujud bukan bangunan
pengelompokkannya ditetapkan berdasarkan pada Keputusan
Menteri Keuangan.
Khusus untuk bangunan tidak permanen dimaksudkan
adalah bangunan yang bersifat sementara dan terbuat
dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang
dapat dipindah-pindahkan yang masa manfaatnya tidak
lebih dari 10 tahun, misalnya bangunan berupa barak
atau asrama dari kayu.
Contoh penghitungan penyusutan
PT Maju memiliki Aset Tetap Berwujud yang
diperolehnya awal tahun 2009 sebagai berikut:No. Jenis
HartaBulan/TahunPerolehan
MasaManfaat
HargaPerolehan
(Rp)
Kelompok
1.2.3.
Mesin IMesinIITruck
Januari2006
Januari2006
Januari2006
8 tahun8 tahun8 tahun
200.000.000,00
150.000.000,00
70.000.000,00
IIIIII
Aset tetap tersebut disusutkan dengan menggunakan
metode garis lurus (Dasar penyusutan = Harga
Perolehan), maka penghitungan penyusutan selama tahun
2009:
1. Mesin I = 12,5% x Rp 200.000.000,00 = Rp
25.000.000,00
2. Mesin II = 12,5% x Rp 150.000.000,00 = Rp
18.750.000,00
36
3. Truk = 12,5% x Rp 70.000.000,00 = Rp
8.750.000,00
Jumlah penyusutan selama tahun 2006 = Rp
52.500.000,00
PENYUSUTAN HINGGA AKHIR MASA MANFAAT
Cara penghitungan penyusutan tersebut dilakukan
untuk tahun-tahun selanjutnya sampai dengan masa
manfaat aset tetap tersebut berakhir. Apabila Wajib
Pajak menggunakan metode saldo menurun, besarnya biaya
penyusutan semakin lama semakin menurun. Sebagai
contoh, PT Nusantara memiliki aset tetap berwujud mesin
dengan harga perolehan Rp 250.000.000,00 dengan masa
manfaat 4 tahun, dasar penyusutannya adalah nilai buku
pada awal periode. Besarnya Biaya Penyusutannya selama
masa manfaat terlihat pada tabel berikut:
(dalam rupiah)
Tahu
n Ke
Harga
Perolehan
Biaya
penyusutan
Akumulasi
Penyusutan
Nilai Sisa
Buku1.
2.
3.
4.
250.000.000
,00
250.000.000
,00
250.000.000
,00
250.000.000
125.000.000
,00
62.500.00
0,00
31.250.00
0,00
31.250.00
125.000.00
0,00
187.500.00
0,00
218.750.00
0,00
250.000.00
125.000.00
0,00
62.500.000
,00
31.250.000
,00
0
37
,00 0,00 0,00Pada akhir masa manfaat (tahun ke-4), Nilai Sisa Buku
disusutkan sekaligus. Dalam contoh diatas, nilai sisa
buku pada tahun ke-3 sebesar Rp 31.250.000,00 akan
dibebankan seluruhnya sebagai biaya penyusutan tahun
ke-4.
Saat Penyusutan Aset Tetap
Sama seperti pada akuntansi komersial, penyusutan
menurut akuntansi pajak dimulai pada bulan dilakukannya
pengeluaran. Kecuali untuk harta yang masih dalam
proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
selesainya pengerjaan harta tersebut sehingga
penyusutannya pada tahun pertama dihitung secara
prorata. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak,
Penyusutan dapat dilakukan pada saat bulan harta
tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebut
mulai menghasilkan. Mulai menghasilkan tersebut
dikaitkan dengan saat mulai berproduksi yang tidak
dikaitkan dengan saat diterima atau diperolehnya
penghasilan. Sebagai contoh, PT ABC yang bergerak
dibidang perkebunan kopi membeli traktor pada tahun
2008. Perusahaan mulai menghasilkan bulan Maret tahun
2009, maka dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak
Penyusutan dimulai tahun 2009.
38
Contoh lain adalah suatu perusahaan mengeluarkan
biaya untuk pembangunan gedung sebesar Rp
200.000.000,00. Pembangunan dimulai bilan September
2008 dan selesai serta dapat digunakan pada bulan Mei
2009. penyusutan yang dilakukan atas gedung dimulai
bulan Mei 2009. Lebih konkret, aplikasinya digambarkan
lagi yaitu sebuah mesin pabrik yang dibeli PT Ayudya
dan digunakannya pada bulan April 2009 dengan harga
perolehan Rp 200.000.000,00 masa manfaat mesin 4 tahun.
Metode Penyusutan yang digunakan adalah Metode Saldo
menurun. Perhitungan penyusutan dilakukan terlihat pada
tabel berikut:
(dalam rupiah)
No. Tahu
n
Tarif dan Perhitungan Penyusut
an
Nilai
Sisa Buku1.
2.
3.
4.
2009
2010
2011
2012
9 bulan = ¾ x 50% x
200.000.000,00
1 tahun = 50% x
125.000.000,00
1 tahun = 50% x
62.500.000,00
Disusutkan sekaligus
75.000.00
0,00
62.500.00
0,00
31.250.00
0,00
31.250.00
0,00
125.000.00
0,00
62.500.000
,00
31.250.000
,00
Penghitungan Penyusutan Tahun 1995 atas Aset Tetap yang
Diperoleh Sebelum Tahun 1995 (Aturan Peralihan)
Pengaturan penyusutan terhadap aset yang diperoleh
sebelum tahun 1995 masih tetap dimuat untuk menunjukkan
39
kronologis aturan tata cara penyusutan pada saat
dikeluarkan ketentuan peralihan pada tahun 1995. PT
Jaya memiliki Aset Tetap Berwujud berupa mesin yang
diperolehnya sebelum tahun 1995 sebagai berikut:
No. Jenis
Harta
Bulan/
Tahun
Perolehan
Masa
Manfaa
t Max
Harga Perolehan
(Rp)
Gol.
1.
2.
3.
4.
5.
Mesin I
Mesin
II
Mesin
III
Mesin
IV
Mesin V
Januari
1984
Januari
1988
Januari
1990
Januari
1991
Januari
1993
16
8
16
8
16
100.000.000,00
50.000.000,00
100.000.000,00
50.000.000,00
100.000.000,00
400.000.000,00
III
II
III
II
III
Dengan telah dikeluarkannya SE-44/PJ.4/1995
tanggal 2 Oktober 1995 perihal penyusutan atau
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta yang
masih dimiliki dan digunakan pada awal tahun pajak
1995, maka perhitungan penyusutan tahun 1995 dilakukan
sebagai berikut:
Daftar PenyusutanMasa Manfaat
Sisa
40
No.
Jenis
Harta
Tahun
Peroleh
an
Awal
Pemakaian 1995
Max. (thn)
(Thn)
Gol.
Harga
Pokok
Tarif
Semul
a
Penyusuta
n s.d.
1994 (Rp)
Nilai
Sisa Buku
awal 1995
(Rp)
Kel.
Awal
Harta
1.
2.
3.
4.
5.
Mesin
I
Mesin
II
Mesin
III
Mesin
IV
Mesin
V
1984
1988
1990
1991
1993
16
11 5
8
7 1
16
5 11
8
4 4
16
2 14
III
II
III
II
III
100.000.0
00
50.000.
000
100.000.0
00
50.000.
000
100.000.0
00
10%
25%
10%
25%
10%
68.618.94
0
43.325.80
6
40.951.00
0
34.179.68
8
19.000.00
0
31.381.06
0
6.674.
194
59.049.00
0
15.820.31
2
8.100.0
00
I
-
II
I
III
Catatan:
Mesin IV
Harga Perolehan Rp
50.000.000,00
Penyusutan Tahun I = Rp 12.500.000,00
Penyusutan Tahun II = Rp 9.375.000,00
Penyusutan Tahun III = Rp 7.031.250,00
Penyusutan Tahun IV = Rp 5.273.437,00
Rp
34.179.687,00
Nilai Sisa Buku Awal 1995 Rp
15.820.313,00
Penghitung penyusutan untuk Mesin I, II, II, dan
IV menggunakan cara yang sama seperti di atas. Apabila
awal tahun 1995 sisa manfaat sudah habis atau sama
dengan 1 tahun, maka diusulkan untuk disusutkan
41
sekaligus dalam tahun 1995 (perhatikan mesin II). Nilai
Sisa Buku aset tetap awal tahun 1995 sebagai dasar
penyusutan tahun 1995 dan seterusnya. Atas harta yang
tidak lagi digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan atau atas harta yang telah habis
masa manfaatnya secara fiskal tidak dapat disusutkan
sejak tahun pajak 1995, maka Nilai Buku yang masih ada
atas harta tersebut dibebankan seluruhnya sebagai biaya
tahun 1995.
Pengelompokan Aset Tetap yang Dibeli Sebelum Tahun 1995
Metode penyusutan yang dipilih mencakup semua
harta bukan bangunan kemungkinan diperolehnya sebelum
atau diperoleh sejak tahun 1995 tidak diperkenankan
menggunakan dua macam metode penyusutan untuk harta
bukan bangunan.
Penyusutan aset tetap yang dimiliki sebelum awal
tahun pajak 1995 dan masih digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan, secara fiskal
masih mempunyai sisa manfaat penyusutan dilakukan
berdasarkan Nilai Sisa Buku. Aset tetap yang tidak lagi
digunakan untuk mendapatkan dan menagih serta
memelihara penghasilan atau telah habis masa manfaatnya
secara fiskal sejak tahun 1995 tidak dapat disusutkan,
maka nilai sisa buku yang masih ada dibebankan
seluruhnya sebagai biaya tahun 1995.
42
Aset tetap perusahaan yang dibeli sebelum tahun
1995 perlu dikelompokkan berdasarkan sisa manfaat pada
awal tahun 1995 dari masing-masing harus (tanpa
perhatian jenisnya), sesuai Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak No. SE-44/PJ.4/1995 Tanggal 2 Oktober
1995 (diperbaharui dengan SE-49/PJ.4/1995 Tanggal 31
Oktober 1995) tentang penyusutan atau amortisasi atas
pegeluaran untuk memperoleh harta yang masih dimiliki
dan digunakan pada awal tahun 1995 sebagai berikut :Sisa Manfaat Kelompok
2 sampai dengan 5tahun7 sampai dengan 11tahunLebih dari 13 tahun
123
Catatan :
1. Apabila sisa manfaat tinggal 1 (satu) tahun, maka
disusutkan sekaligus.
2. Apabila sisa manfaat berada di tengah-tengah
kelompok, misalnya 6 (enam) tahun, maka dapat
memilih masuk dalam kelompok 1 atau kelompok 2.
Untuk asset tetap yang diperoleh sejak tahun 1995 dan
seterusnya akan dikelompokkan sesuai Pasal 11 Undang-
Undang Pajak Penghasilan (perhatikan kelompok harta
berwujud).
K. Penarikan harta bukan bangunan
43
Aset tetap perusahaan yang tidak terpakai dapat
ditari dari pemakaian, dilakukan dengan menjual aset
tetap tersebut. Dalam akuntansi komersial, aset tetap
yang dijual nilai bukunya dihitung sampai dengan
tanggal penjualan, ketentuan perpajakan Nilai Sisa
bukunya dihitung sampai dengan akhir tahun sebelum aset
tersebut dijual.
Pengelompokan Harta Berwujud Bukan Bangunan untuk
Keperluan Penyusutan atas Usaha Jasa Telekomunikasi
Seluler
Terhadap pengelompokkan harta berwujud bukan
bangunan untuk kepentingan penyusutan telah diatur
setelah dilakukan perubahan terakhir dengan Keputusan
Menteri Keuangan No. 138/KMK.03/2002 Tanggal 8 April
2002. Acuan lain yang dapat digunakan adalah dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No.138 Tahun 2000 tentang Penghitungan Penghasilan Kena
Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun
Berjalan. Pasal 7 Peraturan Pemerintah dimaksud
menyatakan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
dapat ditetapkan saat pengakuan penghasilan dan biaya
dalam hal-hal tertentu dan atau bagi Wajib Pajak
tertentu sesuai kebijakan pemerintah.
Dengan kewenangan tersebut keluarlah Keputusan
Direktur Jenderal Pajak No.Kep.-520/PJ./2002 Tanggal 11
Desember 2002 tentang jenis-jenis harta yang digunakana
44
dalam Usaha Jasa Telekomunikasi Seluler yang termsuk
dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk
keperluan penyusutan.
Jenis Harta yang Disusutkan dan Pengelompokannya
Untuk jenis-jenis harta yang digunakan dalam usaha jasa
telekomunikasi seluler termasuk dalam masing-masing
kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan
penyusutan ditentukan sebagai berikut :NomorUrut
KelompokAset
Berwujud
Jenis Aset
12
12
Base Stasion ControllerMobile Switching Center, Homer Location Register,Visitor Location Register, Authentication Centre,Equipment Identitu Register, Intelligent Network ServiceControl Point, Intelligent Network Service ManagementPoint, Radio Base Stasion, Transceiver Unit, TerminalSDH/Mini Link, Antenna
Tata Cara Penghitungan Penyusutan Fiskal
Untuk penghitungan penyusutan fiscal atas jenis-jenis
harta tersebut diatur :
1. Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut mulai
berlaku pada tahun pajak/tahun 2002.
2. Atas jenis-jenis harta bagaimana dimaksud dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut yang
telah dimiliki dan digunakan dalam perusahaan
sejak sebelum tahun pajak/tahun buku 2002,
penghitungan penyusutan fiscal sampai dengan tahun
pajak/tahun buku 2001 menggunakan tarif penyusutan
kelompok 3.
45
3. Penghitungan penyusutan fiscal atas harta dimaksud
pada butir 2 mulai tahun pajak/tahun buku 2002
menggunakan tarif penyusutan kelompoknya yang baru
(kelompok 1 atau 2) dengan metode penyusutan yang
tetap sama, yaitu :
a. Metode garis lurus, dasar penyusutan adalah
harga perolehan.
b. Metode saldo menurun, dasar penyusutan adalah
nilai sisa buku fiscal.
4. Masa manfaat yang tersisa atas harta dimaksud pada
butir 2 setelah perpindahan dari kelompok 3 ke
dalam kelompok 1 atau kelompok 2 akan mengalami
penyesuaian otomatis karena beban penyusutan yang
semakin besar. Khusus untuk harta yang disusutkan
dengan metode saldo menurun, masa manfaat yang
tersisa dalam :
a. Kelompok 1, akan berakhir paling lama pada
tahun keempat sejak tahun pajak/tahun buku 2002
(nilai sisa buku fiscal disusutkan sekaligus)
b. Kelompok 2, akan berakhir paling lama pada
tahun kedelapan sejak tahun pajak/tahun buku
2002 (nilai sisa buku fiscal disusutkan
sekaligus).
Penghitungan Penyusutan atas Komputer, Printer,
Scanner, dan Sejenisnya
46
Dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan
No.138/KMK.03/2002 Tanggal 8 April 2002 sebagai
pembaruan atas Keputusan Menteri Keuangan
No.250/KMK.04/2000 Tanggal 14 Desember 2000 selanjutnya
diberikan penegasan pelaksanaannya.
Khusus untuk penyusutan atas komputer, printer,
scanner, dan sejenisnya ditegaskan dalam
SE-07/PJ.42/2002 sebagai berikut :
1. Perubahan pengelompokan yang sebelunnya termasuk
dalam kelompok 2 selanjutnya berubah menjadi
kelompok 1.
2. Atas perubahan tersebut, maka penghitungan
penyusutan atas komputer, printer, scanner, dan
sejenisnya yang telah dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan sebelum tanggal 1 April 2002 diatur :
a. Penghitungan penyusutannya berdasarkan
ketentuan lama (kelompok 2) yang diberlakukan
sampai dengan bulan Maret 2002
b. Penghitungan penyusutan berdasarkan ketentuan
yang baru (kelompok 1) berlaku mulai bulan
April 2002 dengan tetap menggunakan sisa
manfaat semula yang akan mengalami
penyesuaian/percepatan secara otomatis.
Penghitungan Penyusutan atas Telepon Seluler dan
Kendaraan Perusahaan
47
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep.-220/PJ/2002
tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas Biaya
Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan
tanggal 18 April 2002 mengatur pembebanan biaya melalui
penyusutan terhadap telepon seluler dan kendaraan
perusahaan. Aturan tersebut meliputi :
1. Biaya perolehan atau pembelian telepon seluler
yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk
pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya, dapat dibebankan 50% dari jumlah
biaya perolehan atau pembelian melalui
penyusutan asset tetap (harta berwujud bukan
bangunan) kelompok 1 (perhatikan pengelompokan
sesuai Keputusan Menteri Keuangan terakhir
No.138/KMK.03/2002)
2. Biaya perolehan, pembelian, atau perbaikan
besar kendaraan bus, minibus, atau yang sejenis
yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk
antar-jemput para pegawai, dapat dibebankan
seluruhnya sebagai biaya perusahaan melalui
penyusutan sebagai asset tetap kelompok 2
(perhatikan pengelompokan sesuai Keputusan
Menteri Keuangan terakhir Bo.138/KMK.03/2002)
3. Biaya perolehan, pembelian, perbaikan besar
kendaraan sedan atau yang sejenis yang dimiliki
dan digunakan perusahaan untuk pegawai tertentu
karena jabatan atau pekerjaannya, dapat
48
dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50%
dari jumlah biaya perolehan, pembelian, atau
perbaikan besar melalui penyusutan asset tetap
(harta berwujud bukan bangunan) kelompok 2
(perhatikan Keputusan Menteri Keuangan terakhir
No.138/KMK.03/2002)
4. Dalam hal pembebanan biaya tersebut pada butir
1, butir 2, dan butir 3, ternyata penghasilan
Wajib Pajak dimaksud dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final atau
berdasarkan norma penghitungan khusus, maka
pembebanan biaya-biaya tersebut telah termasuk
dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang
bersifat final atau norma penghitungan khusus,
sehingga ketentuan pembebanan tidak
diberlakukan. Demikian halnya atas biaya-biaya
yang dibebankan sebagai biaya perusahaan maka
juga tidak dianggap sebagai penghasilan bagi
pegawai perusahaan yang bersangkutan.
49
ASET TETAP TIDAK BERWUJUD
A. Penggolongan aset tidak berwujud dan perlakuan
akuntansinya
Dasar yang digunakan sebagai penggolongan aset
tidak berwujud :
1. kemampuan untuk diidentifikasi dapat atau tidak
dapat didentifikasi secra khusus
2. cara perolehan diperoleh secara individual, secara
kelompok melalui penggabungan badan usaha, atau
dikembangkan sendiri
3. masa manfaat yang diharapkan : tergantung pada
pembatasan yang diatur oleh hukum atau perjanjian,
pada faktor keekonomisan atau manusia atau pada
jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak dapat
ditentukan di masa depan.
4. kemampuan untuk dipisahkan dari keseluruhan
perusahaan. Hak yang dapat dilaihkan tanpa bukti
pemilikan, dapat dijual atau tidak dapat
50
dipisahkan dari perusahaan atau dari bagian
pokoknya.
B. Termasuk pengertian aset tidak berwujud
Hak paten, merupakan suatu hak yang diberikan
kepada pihak yang menemukan hal untuk menjual , membuat
atau mengawasi penemuannya selama jangka waktu tertentu
(umumnya selam 17 th) harga perolehan paten ini
terdiri atas biaya-biaya pendaftaran, biya membuat
percobaan, dsb.
Hak cipta, hak cipta merupakan susatu hak yang
diberikan kepada seorang pengarang aatau pencipta untuk
menerbitkan , menjual, atau mengawasi hasil ciptaannya.
Contoh, karangan, musik atau pementasan yang
diberikannya untuk jangka waktu tertentu, kemungkinan
dapat diperpanjang masanya dan juga dapat kurang dari
yang ditetapkan. Amortisasi terhadap hak cipta ini
sesuai masa yng ditetapkan atau diamortisasi sekaligus
apabila masanya kurang dari yang ditetapkan dan
taksiran masa sesuai jumlah yang akan terjual
Merk dagang. Pada bentuk merk dagang didaftarkan
terlebih dahulu dan dilindungi oleh Undang-undang yang
penggunaannya tidak terbatas. Timbulnya asumsi masa
mendatang, maka merk dagang akan diamortisasi dalam
masa yang pendek.
Waralaba, merupakan hak yang diberikan oleh pihak
tertentu kepada pihak lain atas penggunaan fasilitas
51
yang dimili franchisor. Akuntansi dan hal hal ynag
berkenaan dengan pemajakan atas usaha waralaba diatur
tersendiri.
Leasehold, bentuk leasehold ini merupakan hal dari
penyewa untuk menggumakan aset tetap dalam perjanjian
sewa menyewa. Apabila pembayaran sewa dilakukan dimuka,
maka perlakuan akuntansinya adalah :
3. dicatat pada set lancar dengan akun sewa yang
dibayar dimuka
4. dicatat sebagai aset tetap tidak berwujud atau
pembayaran dimuka dalam beberapa periode yang
relatif sama.
Goodwill, PSAK no 19 2007 tidak mengatur khusus masalah
goodwiil. Goodwiil adalah aset tetap tidak berwujud
yang tidak dapat didefinisikan secara khusus.
Goodwiil dicatat ketika terjadi :
1. pembelian
2. merger, reorganisai, perubahan bentuk usaha dan
perubahan kepemilikan.
Variable yang menentukan dalam perhitungan goodwill:
1. rate of return atau proyeksi laba yang dapat
dihasilkan dimasa yang akan datang
2. nilai aset diluar goodwill.
Penetapan besarnya goodwiil :
1. kapitalisasi penghasilan bersih rata-rata
2. kapitalisasi kelebihan penghasilan rata-rata
52
Biaya yang ditangguhkan, dikategorikan sebagau aset
tetap tidak berwujud. Memperoleh nilai karena adanya
pembayaran dimuka yang biasanya menyangut masa yang
lama.
C. Deplesi
Perusahaan dapat juga memperoleh hak, nerupa hak
untuk pengelolaan sumber alam berupa penggalian atau
pemanfaatannya. Biaya-biaya yang berkaitan dengan
penguasaan akan semakin berkurang setiap periode, hal
ini sebagai akibat penggalian atau pemanfaatan sumber
daya alam. Pembebanan biaya per periode tersebut
disebut dengan deplesi. Deplesi pada prinsipnya dapat
disamakan dengan penyusutan seperi pada aset berwujud.
D. Amortisasi
Nilai aset tidak berwujud akan habis, maka harga
perolehan harus diamortisasi secara sistematis selama
taksiran masa manfaat, dan tidak boleh dibebankan
seluruhnya pada periode perolehan. Apabila periode
amortisasi terjadi perubahan, jumlah harga perolehan
yang belum diamortisasi harus menjadi beban sisa masa
manfaat yang baru, namun dipersyaratkan untuk tidak
melebihi 20 th dari tanggal perolehan.
E. Amortisasi dalam akuntansi pajak
Aset tetap tidak berwujud dilakukan amortisasi.
Kesulitan yang dihadapi dalam perlakuan akuntansi aset
53
tidak berwujud, karena sifat asset yang tidak ada wujud
fisik berakibat bukti keberadaan kabur, termasuk
kesulitan dalam penentuan nilai perolehan serta masa
manfaat keekonomian.
Nilai aset tidak berwujud pada akhirnya akan habis
pada saat tertentu, sehingga harga perolehan aset aset
tidak berwujud harus damortisasi secara sistematis
selama taksiran masa manfaat dan tidak boleh dibebankan
sekaligus pada periode peroleham. Periode amortisasi
ini tidak boleh melebihi 20 tahun dengan dasar
pemikiran atau pertimbangan bahwa periode tersebut
sudah banyak perkembangan dan periode selanjutnya tidak
lagi mempunyai manfaan kekonomian. Namun perusahaan
diharuskan mengevaluasi periode amortisasi aset tidak
berwujud secra teratur untuk masa manfaat yang belum
diamortisasi dan harus dibebankan pada sisa masa
manfaat uang baru atau tidak melebihi 20 tahun dari
tanggal perolehan.
Menurut akuntansi pajak pasal 11a UU no.17 th
2000. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Pajak
Penghasilan. Pasal 11a menyebutkan bahwa amotisasi
dilakukan terhadap pengeluaran untuk memperoleh harta
tidak berwujuda dan pengeluaran lainya, termasuk biaya
perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak
pakai yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 th, yang
digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan. Istilah yang digunakan dalam akuntansi
54
pajak adalah harta tidak berwujuda tetapi mempunyi
makna yang sama dengan aset tetap tidak berwujud.
Metode yang digunakan menurut akuntansi pajak:
1. metode garis lurus 2. metode saldo menurun
Pengelompokan Aset Tetap Tidak Berwujud dan Tarif
Akuntansi
Untuk tujuan pajak dalam menghitung amortisasi aset
tetap tidak berwujud,
terlebih dahulu aset tersebut dikelompokan sesuai
dengan masa manfaanya. Kelompok harta tidak berwujud
Masa manfaatTarif amortisasi
Garis lurus Saldomenurun
Kel. 1Kel. 2Kel. 3Kel. 4
4 th8 th16 th20 th
25 %12.5 %6.25 %5%
50 %25 %
12.5 %10 %
Penetapan masa manfaat dan tarif amortisasi
dimaksudkan untuk memberikan keseragaman dalam
amortisasi. Metode yang digunakan sesuai dengan metode
yang dipilih berdasarkan masa manfaat yang sebenarnya.
Kemungkinan dapat terjadi bahwa masa manfaat aset tetap
tidak berwujud tidak tercantum pada kelompok masa
manfaat, maka wajib pajak menggunakan masa manfaat
terdekat. Contoh masa manfaat aset sebenarnya 6 th,
dapat menggunakan kelompok 4 th atau 8 th. Apabila masa
manfaat 5th, maka menggunakan kelompok 4 th.
55
Contoh,
Memperoleh Hak paten, Rp 150.000.000,00. masa
manfaat 4 tahun.
1. Amortisasi metode garis lurus
25 % x Rp 150.000.000,00 = Rp 37.500.000
2. Amortisasi metode saldo menurun
50 % x Rp 150.000.000,00 = Rp 75.000.000
Saat Amotisasi dan Amortisasi Pada Akhir Manfaat
Pada akhir manfaat, aset tetap tidak berwujud akan
diamortisasi sekaligur. Khusus untuk amortisasi aset
tidak berwujud menggunakan metode amortisasinya dengan
metode saldo menurun.
Ketentuan khusus, mengatur masalah :
1. pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya
pengeluaran modal suatu perusahaan dibebankan pada
tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi sesuai
ketentuan yang berlaku.
2. amortisasi terhadap pengeluaran untuk memperoleh hak
dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi
dilakukan dengan metode Satuan Produksi
Contoh,
Pengeluaran Memperoleh hak penambangan minyak dan gas
bumi Rp 800.000.000, taksiran jumlah kandungan minyak
200.000.000 barel produksi sebenarnya 50.000.000 barel
56
a. tarif amortisasi = (50.000.000/200.000.000) x
100% = 25%
amortisasi th I = 25% x Rp 800.000.000 =
Rp. 200.000.000
b. produksi sebenarnya th II 75.000.000
tarif amortisasi = (75.000.000/200.000.000) x
100% = 37.5%
amortisasi th II = 37.5% x Rp 800.000.000
= Rp. 300.000.000
3. amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan
pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
tahun selain minyak dan gas bumi, hak penguasaa hutan
dan hak penguasa sumber alam, hasil alam lainnya.
(hasil laut) diamortisasi berdasarkan metode Satuan
Produksi dengan jumlah paling tinggi 20% setahun.
Contoh,
Pengeluaran Memperoleh penguasaan hutan Rp 800.000.000,
potensi hutan 10.000.000 ton kayu
a. produksi sebenarnya th I = 1.000.000 ton
tarif amortisasi = (1.000.000 /10.000.000)
x 100% = 10%
amortisasi = 10% x Rp 800.000.000 = Rp.
80.000.000
b. apabila produksi sebenarnya th II = 3.000.000
ton (30% potensi),
maka amortisasi 20% x x Rp 800.000.000 = Rp.
160.000.000
57
4. amortisasi atas pengeluaran yang dilakukan operasi
komersial mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
Terhadap pengeluaran tersebut harus dikapitalisasi
terlebih dahulu.
5. amortisasi terhadap goodwill. Dalam praktik
akuntansi pajak tidak diperkenankan melakukan
amortisasi terhadap goodwill
F. Pengalihan hak aset tetap tidak berwujud
Apabila terjadi pengalihan hak aset tetap tidak
berwujud pada pasal 11a ayat 1 , ayat 4 dan ayat 5 UU
Pajak Penghasilan:
1. pengeluaran untuk memperoleh tetap tidak berwujud
dan pengeluaran lainya termasuk biaya perpanjangan
pengguna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 th, yang
digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan.
2. pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran
lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 th
dibidang penambangan minyak dan gas bumi.
3. pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain
yang dimaksud pada butir 2, hak penguasaan hutan dan
hak penguasaan sumber alam. Serta hasil alam lainnya
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1th.
58
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aset berwujud diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan
dalam operasi perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun.
Aset tidak berwujud adalah aset tidak lancar dan
tidak berbentuk yang memberikan hak keekonomisan dan
hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan
59
tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi set
yang lain. Karaktristik yang paling menonjol adalah
tingkat ketidakpastian nilai dan manfaat dikemudian
hari. Bentuknya seperti hak paten, hak cipta, waralaba,
merek dagang dan goodwill.
Dengan mengetahui pembahasan secara detail
ketentuan Aset Tetap berwujuda dan tidak berwujud maka
kita dapat dengan mudah mencatat dalam neraca,
diharapkan tidak terjadi kekeliruan pencatatan. Selain
itu, diharapkan dengan kita belajar mengenai aset tetap
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya yang suatu saat nanti tidak menutup
kemungkinan salah satu dari kita akan bekerja menjadi
seorang akuntan di bidang perpajakan
B. Saran
Penulis menyadari, terdapat banyak kekurangan-
kekurangan di dalam penulisan makalah ini yang tidak
lain disebabkan karena penulis masih dalam proses
pembelajaran. Oleh karena hal tersebut, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang
Insyaallah akan membantu dalam penyempurnaan makalah
yang disusun selanjutnya. Besar harapan agar makalah