Top Banner
Akhlak Tercela al-Ghazaliy 1 PENDAHULUAN khlak menurut Imam al-Ghazali adalah gejala dari kondisi kejiwaan yang keluar darinya perbuatan- perbuatan dengan mudah, tanpa susah payah, dan tanpa paksaan. Seorang yang pelit, misalnya, dapat berbuat dan menampakkan diri seolah-olah sebagai seorang yang pemurah. Namun perbuatan demikian bukan merupakan gejala dari kondisi kejiwaannya karena keluarnya ia paksa- kan. Secara disadari atau tidak, ia tahu bahwa pelit terma- suk akhlak tercela, sedangkan pemurah termasuk akhlak terpuji. Akhlak dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar ya- itu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Jenis kedua kelompok akhlak tersebut cukup banyak. Untuk memudahkan, Imam al-Ghazali membuat pembahasan masing-masing kelom- pok menjadi 10 induk. Dengan demikian induk akhlak ter- puji ada 10 dan induk akhlak tercela ada 10. Dari segi logika, Imam al-Ghazali menyatakan bahwa sese- orang tidak dapat sibuk menghiasi diri dengan akhlak ter- puji tanpa mengenal akhlak yang tercela. Oleh karena itu sepuluh macam induk akhlak tercela perlu dipaparkan le- bih dahulu sebagaimana uraian dalam buku ini agar sese- orang dapat membersihkan hatinya dari akhlak yang terce- la. Membersihkan hati dari akhlak yang tercela adalah perbu- atan yang sesuai dengan anjuran agama. Allah berfirman A
181

Akhlak Tercela

Mar 11, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

1

PENDAHULUAN

khlak menurut Imam al-Ghazali adalah gejala dari kondisi kejiwaan yang keluar darinya perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa susah payah, dan

tanpa paksaan. Seorang yang pelit, misalnya, dapat berbuat dan menampakkan diri seolah-olah sebagai seorang yang pemurah. Namun perbuatan demikian bukan merupakan gejala dari kondisi kejiwaannya karena keluarnya ia paksa-kan. Secara disadari atau tidak, ia tahu bahwa pelit terma-suk akhlak tercela, sedangkan pemurah termasuk akhlak terpuji. Akhlak dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar ya-itu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Jenis kedua kelompok akhlak tersebut cukup banyak. Untuk memudahkan, Imam al-Ghazali membuat pembahasan masing-masing kelom-pok menjadi 10 induk. Dengan demikian induk akhlak ter-puji ada 10 dan induk akhlak tercela ada 10. Dari segi logika, Imam al-Ghazali menyatakan bahwa sese-orang tidak dapat sibuk menghiasi diri dengan akhlak ter-puji tanpa mengenal akhlak yang tercela. Oleh karena itu sepuluh macam induk akhlak tercela perlu dipaparkan le-bih dahulu sebagaimana uraian dalam buku ini agar sese-orang dapat membersihkan hatinya dari akhlak yang terce-la. Membersihkan hati dari akhlak yang tercela adalah perbu-atan yang sesuai dengan anjuran agama. Allah berfirman

A

Page 2: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

2

dalam al-Quran,1 ٠ رض ب dan2 هذ أكؼ ب ص yang هذ أكؼ artinya: Sungguh bahagia orang yang membersihkan hatinya. Hal ini juga seiring dengan sabda Rasulullah saw:

ب س شطش ا٣٩ اطBersuci adalah separuh iman.3 Terhadap kesucian hati seperti dimaksud dalam firman Allah dan sabda Rasulullah saw di atas, penyair Persia ber-syair dalam bahasa Persi kuno:

د ش ع بى خ ش ث ى س ش ش دسد ٤ ث غ بع ث ع ذ د ش ع ى ثب ب

شاعذ ذع أ بم ٣ ش ر خ ث ر بص غ ش ث ص ع د ش ع بم ٣ ش ر ٤ذ ع س ب

Dardil hamih syirk ruwi barkhak cih syawad Ba jismi balid wajamih pok cih syawad

Zahrast gunah taubah taryaq wi ast Cun zahr bijan rasid taryak cih syawad

Apatah faedah meletakkan muka dan dahi di atas tanah, sedang-kan hati penuh dengan kemusyrikan? Apatah guna membersihkan pakaian selagi badan tetap kotor? Dosa itu bagaikan racun dan taubatlah penawarnya. Namun, tatkala racun itu sampai ke hati, apakah penawar itu bermanfaat? Demikian pula untaian kata penyair Arab yang menyata-kan:

اظ بء ٢ ثب ظ٤ل بك ة و٤ذ ٫ ٣ ث ي ص ـش ع٤لخ جبؽ ا ب أث٤غ ج٤ؼخ هشش رشج ا ب كغذد

1 Surat al-A‟la ayat 14 2 Surat al-Syamsi ayat 9 3 Dari Abu Malik al-Asy‟ariy diriwayatkan Ahmad (Musnad Ahmad ibn Hanbal vol. V hal. 342), Muslim (Shahih Muslim vol. I hal. 203), dan al-Darimiy (Sunan al-Darimiy. Vol. I hal. 174) , lihat pula dalam Takhrij Ahadits al-Ihya vol. IV hal. 147 dan sekitar 52 kitab lainnya

Page 3: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

3

Janganlah engkau tertipu oleh pakaian yang bersih; karena pembersihnya adalah air dan sabun.

Ibarat telur ketika rusak, kulitnya putih namun dalamnya busuk.

Dari hal di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kesem-purnaan iman adalah dengan mensucikan hati dari akhlak yang tidak disukai oleh Allah dan menghiasinya dengan akhlak yang disenangi oleh Allah. Bersuci adalah sebagian dari keimanan seseorang. Jika orang tidak mengenal najis, niscaya sulit bagi dirinya untuk bersuci. Itulah sebabnya mengapa akhlak tercela perlu diketahui lebih dahulu dari pada mengetahui akhlak terpuji.

Page 4: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

4

Page 5: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

5

1. SUKA MAKAN

uka makan termasuk induk akhlak tercela karena pe-rut adalah sumber semua syahwat. Dari perut akan timbul bermacam-macam syahwat lain seperti syah-

wat seks. Jika syahwat makan dan syahwat seks kuat, akan menimbulkan nafsu senang harta, karena kedua syahwat tersebut tidak akan terpenuhi tanpa harta. Dari nafsu se-nang harta akan timbul nafsu senang kedudukan atau ja-batan, sebab mencari harta tanpa kedudukan adalah sukar. Sewaktu harta dan kedudukan telah tercapai, akan bertum-puk penyakit dalam hati seperti: takabur, pamer, iri hati, dendam, permusuhan, dan sebagainya. Sumber dari semua hal tersebut adalah perut. Bahaya Perut Kenyang Banyak hadits yang menyatakan bahwa lapar adalah besar manfaatnya, misalnya:

ؼطش ا ع غ ا أؽت ا٠ هللا رؼب٠ ػ ب Tak ada sesuatu amal yang lebih dicintai oleh Allah Taala kecuali lapar dan dahaga.4

4 Hadits ini terkait dengan keutamaan pahala puasa, di antaranya ha-dits qudsiy dan banyak hadits yang sahih ك٢ غذ اؾبسس صائذ ا٤ض٢ اغضء

س١ ػ عؼ٤ذ ث ص٣ذ هب عؼذ اج٢ ملسو هيلع هللا ىلص أهج ػ٠ أعبخ ث ص٣ذ كوب ٣ب أعبخ 434ا٧ اظلؾخ

ػ٤ي ثطش٣ن اغخ ا٣بى أ رخزغ دب كوب ٣ب سع هللا ب أعشع ب ٣وطغ ث ري اطش٣ن هب

الظ ػ زح اغبء ٣ب أعبخ ػ٤ي ثبظ كب ٣وشة ا٠ هللا أ ٤ظ ش٢ء اظؤ ك٢ ااعش ؽجظ

أؽت ا٠ هللا س٣ؼ ك اظبئ رشى اطؼب اششاة هلل . . .ه٤ ك٢ اغغخ اؼؼ٤لخ اغضء ا٧

S

Page 6: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

6

٨ ثط بء د اغ ٫ ٣ذخOrang yang memenuhi perutnya tidak akan masuk ke dalam kerajaan langit.5

ع غ ا ب ع٤ذ ا٧ػPenghulu seluruh amal adalah lapar.6

ؼجبدح ٢ ا هخ اطؼب ؼجبدح ش ظق ا ل اBerpikir adalah setengah ibadah, sedangkan sedikit makan adalah ibadah penuh.7

أكؼ ا٠ هللا رؼب٠ أثـؼ شا رل ػب ع ذ هللا رؼب٠ أؽ ػ

ة ئ شش أYang paling mulia di antara kamu di sisi Allah Taala ialah orang yang paling lama lapar dan berpikirnya. Sedangkan orang yang lebih dibenci oleh Allah Taala ialah tukang makan, tukang mi-num, dan banyak tidur.8

ا ج ط بد ٣و و٤ آد ؽغت اث ثط ا ػبء شش آد ٨ اث ب ش ص٬س طؼب ؾبخ كض٬صخ ٫ ب ص٬س لغ شاث

Tiadalah seseorang anak Adam memenuhi tempat yang lebih jelek dari pada memenuhi perutnya. Cukup bagi seseorang beberapa suapan kecil yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika seseorang mampu, maka tidak boleh tidak sepertiga dari perutnya adalah untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan seper-tiganya lagi untuk bernafas.9

٤ظ : عبذا ألغ ثبغع اؼطش كب ا٧عش ك٢ ري ؤعش اغبذ ك٢ عج٤ هللا ا 417اظلؾخ

ػ أؽت ا٠ هللا عع ػطش5 Al-Iraqiy menyatakan tak menjumpai hadits ini, namun al-Zubaidiy menuliskannya dalam Ittihaf al-Sadah al-Muttaqin. Dalam Takhrij Ahadits al-Ihya vol. III hal. 42 disebutkan bahwa hadits ini dari Ibn Abbas ra 6 Al-Iraqiy tidak menjumpai hadits ini. Lihat pula pada Takhrij Ahadits al-Ihya vol. III hal. 42 7 Ibid. hal. 43 8 Ibid. Dalam Takhrij Ahadits al-Ihya vol. III hal. 43 disebutkan bahwa hadits ini adalah hasan, dengan lafadh أكؼ ػذ هللا ضخ ٣ او٤بخ أؽ

ػب رلشا ك٢ هللا عجؾب أثـؼ ػذ هللا ػض ع ٣ او٤بخ ئ أ ششةع 9 Hadits hasan sahih dikeluarkan oleh al-Turmudziy, al-Nasaiy, dan Ibn Majah. Dalam Sunan al-Nasaiy vol. IV hal. 177 disebutkan أخجش٢ ػش

Page 7: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

7

غبس١ اش٤طب ا كؼ٤و غش اذ آد اث ٤غش١ اش٤طب ا

ؼطش ا ع غ ثبSesungguhnya setan itu menyusup pada peredaran darah manu-sia. Karena itu persempitlah tempat-tempat peredaran setan de-ngan cara lapar dan dahaga.10

ع غ ثب اغ٬ ػ٤ ؟ هب ٤ق ذ٣ هبذ غخ ٣لزؼ ا هشع ثبة ا أد٣

ؤ اظ Hendaklah kamu terus menerus mengetuk pintu sorga; niscaya pintu itu akan dibuka bagimu. Sabda Nabi ini diucapkan ke-pada Aisyah ra yang lalu ditanyakan, “Bagaimana cara kami mengetuk pintu sorga terus menerus?” Jawab Nabi: “Dengan la-par dan dahaga.”11

ح اج عضء كب جط ظبف ا ا ك٢ أ اششث ا Hendaklah kamu makan dan minum setengah kenyang, karena sesungguhnya hal tersebut bagian dari kenabian.12 Rahasia Lapar dan Persesuaiannya ke Jalan Akhirat Lapar mempunyai banyak manfaat. Namun yang terpen-ting ada tujuh, yaitu: 1. Lapar dapat membuahkan kejernihan hati dan pan-

dangan mata hati menjadi terang. Sedangkan kenyang berpengaruh terhadap kebodohan dan membutakan

ب ث ع٤ ػ ٣ؾ٠٤ ث عبثش ػ اوذا ث ؼذ٣شة ػ ث ػضب هب صب ثو٤خ ػ أث٢ عخ ع٤

اج٢ ملسو هيلع هللا ىلص هب ب ٨ آد٢ ػبء ششا ثط ؽغت اث آد و٤بد ٣و طج كب ؿجز لغ كضش

ؽؼب صش ششاة صش لظ10 HR Bukhariy dan Muslim tanpa kata غبس١ اش٤ط ا كؼ٤و .....ب . Dalam Takhrij Ahadits al-Ihya‟ vol. I hal. 188 disebutkan ا اش٤طب ٤غش١ اث آد غش اذ كؼ٤وا غبس٣ ثبغع زلن ػ٤ ؽذ٣ش طل٤خ د ه كؼ٤وا غبس٣ ثبغع11 Al-Iraqiy menyatakan tidak menemukan hadits ini. Dalam Takhrij Ahadits al-Ihya‟ vol. III hal. 46 disebutkan bahwa hadits ini hasan, diriwayatkan dari Aisyah ra. 12 HR al-Daylamiy dalam Musnad al-Firdaws dengan sanad dlaif dan di-riwayatkan oleh al-Turmudziy ب أشجغ ٣ ب ع ٣ Dalam Takhrij Ahadits .أعal-Ihya‟ vol. III hal. 42 menyebutkan riwayat hadits dari Abu Said al-Khudriy dengan lafadh اجغا ا اششثا ك٢ أظبف اجط

Page 8: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

8

hati. Rasulullah saw bersabda,

أعبع ثط كط شر ذ ك ج ػظ ه“Barang siapa yang melaparkan perutnya, maka akan tinggi-lah pemikirannya dan cerdas hatinya.”13 Dengan demikian tak perlu diragukan lagi bahwa kun-ci kebahagiaan adalah makrifat. Sedangkan makrifat ti-dak akan dapat diperoleh kecuali dengan kejernihan hati. Oleh karena itu lapar berarti mengetuk pintu sor-ga.

2. Kelunakan hati sehingga dengannya orang dapat mem-peroleh kelezatan munajat dan mendapatkan faedah dzikir dan ibadat. Syekh Junaid14 berkata, “Orang yang ingin mendapat kenikmatan dalam munajat akan mem-buat satu tempat yang kosong dari makanan antara hati dan dirinya.” Tidak diragukan lagi bahwa suasana hati seperti takut kepada Allah, lunak, dapat berdialog de-ngan Tuhan, dan mengagumi kebesaran Allah adalah termasuk kunci pintu sorga. Namun pintu makrifat yang lebih tinggi nilainya, sedangkan lapar berarti me-ngetuk pintu makrifat.

3. Kerendahan nafsu, hilang rasa takabur, serta lenyap perbuatan membandel. Nafsu tidak dapat dilemahkan kecuali dengan lapar. Kebandelan nafsu mengajak orang untuk lengah terhadap Allah. Kebandelan terse-but adalah pintu neraka Jahim serta pintu kecelakaan. Sedangkan lapar adalah yang menutup pintu tersebut. Menutup pintu kecelakaan berarti membuka pintu ke-

13 Al-Iraqiy tak menemukan hadits ini, dan al-Zubaydiy tidak membe-rikan komentarnya. Dalam Takhrij Ahadits al-Ihya‟ vol. III hal. 48 juga dinyatakan tidak menemukan asli hadits ini. 14 Syekh Junaid al-Baghdadi adalah seorang ulama sufi dan wali Allah yang paling menonjol namanya di kalangan ahli sufi, dan menjadi pa-nutan tarekat seperti halnya Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Hidup 200 tahun sebelum kelahiran Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

Page 9: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

9

bahagiaan. Oleh karena itu sewaktu dunia ditawarkan kepada Nabi, beliau menjawab,

ارا ػذ رؼش ب كبرا عؼذ طجشد أشجغ ٣ ب ع ٣ أع ٫ ث

شد شجؼذ شTidak, bahkan aku akan lapar sehari dan kenyang sehari. Jika aku lapar aku dapat bersabar dan mendekatkan diri kepada Allah; dan jika aku kenyang aku dapat bersyukur.15

4. Sesungguhnya ujian adalah termasuk pintu-pintu sor-ga. Di dalam ujian atau balak orang dapat menyaksikan rasa siksa, dan dengan ujian pulalah rasa takut kepada siksa akhirat dapat meningkat. Orang tidak dapat me-nyiksa dirinya sendiri kecuali dengan cara lapar. Dalam keadaan lapar orang tidak berhajat kepada paksaan, dan banyak manfaat yang akan terkumpul pada diri orang yang lapar sehingga ia dapat menyaksikan ujian dari Allah secara terus menerus.

5. Lapar juga dapat melemahkan syahwat untuk berbuat maksiat dan merampas kemampuan nafsu yang selalu mengajak kepada kejahatan serta melemahkan semua syahwat yang menjadi sumber segala kemaksiatan. Ini-lah faedah yang terbesar. Sayidina Ali16 ra berkata, “Tiadalah sekali-kali aku akan kenyang kecuali aku berbuat maksiat atau berkeinginan kepada kemaksiat-an.” Karena itu Sayidatina Aisyah ra berkata, “Bid‟ah yang pertama kali terjadi sesudah Rasulullah saw ada-lah kenyang. Sesungguhnya bila sesuatu kaum ke-nyang perutnya, nafsu mereka akan menjamah ke du-

15 HR al-Thabraniy dalam al-Kabir. Menurut riwayat al-Turmudziy di-nyatakan sebagai hadits hasan dengan kalimat: ٢ ٤غؼ ػشع ػ٢ سث٢

ذ جب ه خ ر ارا : ثطؾبء شري ر ػذ ا٤ي ب كبرا عؼذ رؼش ع ٣ أع ب أشجغ ٣ ٫ ٣ب سة

ذري ؽ شري diriwayatkan juga oleh Ahmad dari Abu Umamah , شجؼذ شdan sebangsanya. Lihat juga Takhrij Ahadits al-Ihya‟ vol. III hal. 48 16 Dalam penerbitan lain disebutkan Dzun Nun al-Mishriy, salah se-orang ulama rabbaniyyin tingkat pertama yang wafat tahun 245 H.

Page 10: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

10

nia.” 6. Lapar membuat badan ringan untuk bertahajud dan

ibadah, serta menyirnakan keinginan tidur yang men-cegah perbuatan ibadah. Modal kebahagiaan adalah umur, sedangkan tidur berarti mengurangi umur kare-na tidur itu mencegah perbuatan ibadah. Pangkal tidur adalah kenyang. Karena itu Abu Sulaiman ad-Daroni17 berkata, “Barang siapa kenyang, maka akan masuk enam macam penyakit ke dalam dirinya, yaitu: a. Kehilangan kelezatan dalam ibadah, b. Terhalang untuk menghafal ilmu, c. Tamak kepada belas kasihan orang lain, d. Menyangka bahwa semua orang juga kenyang, e. Bertambah syahwat, dan f. Lebih dekat ke toilet, sementara orang mukmin le-

bih dekat ke masjid.” 7. Melalui lapar seseorang dapat meringankan biaya,

mampu untuk rela dengan memiliki harta sedikit, serta mampu mendahulukan kepentingan orang fakir. Orang yang selamat dari loba dalam memenuhi perutnya ti-dak memerlukan harta yang banyak. Karenanya terle-paslah dirinya dari sebagian besar kesulitan di dunia. Orang yang mencari hutang untuk memenuhi syahwat perutnya adalah karena dorongan nafsu belaka. Se-dangkan orang yang biasa lapar akan meninggalkan hal tersebut. Karena itu Ibrahim bin Adham18 bila dibe-

17 Salah seorang tokoh besar kaum sufi, termasuk deretan syekh yang dibacakan Fatihah tawasul dalam majlis dzikir tertentu (e.g. Dzikrul Ghafilin), memiliki banyak mutiara kata, di antaranya “Kunci dunia adalah kenyang dan kunci akhirat adalah lapar.” 18 Nama lengkapnya Abu Ishak Ibrahim bin Adham, lahir di Balkh dari keluarga bangsawan Arab. Beliau seorang raja yang meninggalkan ke-rajaannya sejak kedatangan tamu ke istananya dan mengingatkan akan pertaubatan. Beliau mencampakkan pakaian keduniaan yang kotor lalu menggantikannya dengan jubah kepapaan yang megah, mengembara

Page 11: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

11

ritahu tentang sesuatu yang mahal harganya, ia menja-wab, “Murahkanlah dengan tidak usah membelinya.”

Cara Meninggalkan Tamak Makan Mungkin seseorang sudah terbiasa dengan perut kenyang dan banyak makan sehingga tidak tahu cara meninggal-kannya. Kebiasaan demikian sebenarnya dapat ditinggal-kan bila seseorang menghendakinya. Caranya adalah de-ngan mengurangi makanan sedikit demi sedikit, misalnya setiap hari dikurangi hanya satu suap atau satu sendok saja. Dengan demikian dalam waktu sebulan ia dapat me-ngurangi cukup banyak makanan, sedangkan pengaruhnya tidak nampak pada dirinya. Jika seseorang sudah terbiasa makan sedikit, hendaknya memperhatikan tiga hal yaitu kadar makanan, waktu ma-kan, dan jenis makanan. 1. Kadar makanan dikelompokkan menjadi tiga.

Derajat yang tertinggi adalah dejarat orang-orang sidiq. Orang yang mencapai tingkat ini mencukupkan diri untuk makan sekedar menguatkan dirinya, yaitu terha-dap hal-hal yang dikhawatirkan dapat mengurangi akal dan kehidupannya. Cara ini dipraktekkan oleh Sa-hal at-Tastari19. Beliau berpendapat bahwa salat dengan duduk karena kelemahan badan yang disebabkan lapar adalah lebih utama dari pada salat dengan berdiri be-

ke arah Barat untuk menjalani hidup sendirian yang sempurna sambil mencari nafkah melalui kerja kasar yang halal hingga wafat di Persia sekitar tahun 165H/782M. Dikatakan bahwa beliau terbunuh ketika mengikuti angkatan laut yang menyerang Byzantium. Taubat Ibrahim merupakan sebuah kisah unik dalam kehidupan kaum muslimin. 19 Nama lengkap Abu Muhammad Sahal bin Abdullah bin Yunus bin Isa bin Rafi‟ al-Tastariy, salah seorang pembesar imam tasawuf yang berbicara tentang zuhud, ikhlas, dan aib perbuatan, wafat 283 H.

Page 12: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

12

serta kuat makan. Derajat terendah adalah cukup sete-ngah mud tiap hari. Ukuran setengah mud kira-kira 6,125 ons, yaitu ukuran sepertiga perut. Umar bin Kha-tab dan sejumlah sahabat makan setiap hari dengan ukuran ini. Makanan mereka dalam 7 hari lebih kurang satu gantang gandum syair. Derajat pertengahan, yaitu satu mud (12,25 ons) untuk 7 hari. Jika seseorang sang-gup makan lebih sedikit lagi berarti ia telah bersekutu dengan para ahli ibadah dan hatinya cenderung kepada jalan orang-orang yang menuju Tuhan.

Kadar makanan terkadang disesuaikan dengan perbe-daan keadaan seseorang. Intinya adalah seseorang baru mengulurkan tangan untuk menjamah makanan jika benar-benar telah lapar dan menggenggam tangan se-belum lapar. Tanda lapar yang sesungguhnya adalah bila seseorang mau makan nasi tanpa lauk. Jika tanpa lauk hati terasa berat dan enggan memakannya, maka hal tersebut menunjukkan bahwa ia masih kenyang.

2. Waktu makan dibagi menjadi tiga tingkat. Tingkat tertinggi yaitu makan sekali dalam tiga hari atau lebih. Beberapa sahabat yang berada pada tingkat ini misalnya Abu Bakar ash-Shiddiq makan sekali da-lam 6 hari, Ibrahim bin Adham dan Sufyan ats-Tsawri20 7 hari sekali, bahkan ada yang sanggup makan sekali dalam 40 hari. Barang siapa yang sanggup makan seka-li dalam 40 hari, maka pasti keajaiban kerajaan langit akan nampak kepadanya. Hal demikian tak mungkin dapat dilaksanakan kecuali dengan cara sedikit demi sedikit.

20 Salah seorang perawi hadits dari generasi tabiin, syaikhul Islam, imam para hafidh dan tokoh ulama aktivis pada zamannya yang tak suka amal perbuatannya dipublikasikan

Page 13: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

13

Tingkat pertengahan, yaitu makan dua hari sekali. Se-dangkan tingkat terendah yaitu makan sehari sekali. Karena itu seseorang yang makan dua kali sehari, apa-lagi tiga kali sehari, berarti tak ada baginya keadaan la-par sama sekali. Ini berarti ia telah meninggalkan ke-utamaan lapar.

3. Jenis makanan berkaitan dengan kualitas yang dima-

kan dan lauk pauk. Jenis yang terbaik adalah roti yang terbuat dari gandum bur dengan lauk pauk, dan jenis yang terendah adalah roti yang terbuat dari gandum syair tanpa lauk pauk. Makan dengan lauk pauk secara terus menerus adalah sangat makruh. Umar bin Khatab pernah berkata kepa-da putranya, “Makanlah sesekali roti dengan daging, roti dengan minyak samin, roti dengan susu, roti de-ngan garam, dan sesekali roti saja!” Ucapan beliau me-rupakan peringatan tentang cara terbaik bagi orang yang membiasakan untuk menahan lapar.

Bagi orang yang menempuh jalan akhirat, mereka telah sampai pada tingkat meninggalkan lauk, bahkan me-ninggalkan syahwat seluruhnya. Dengan demikian di antara mereka ada yang berkeinginan memenuhi syah-watnya selama 20 tahun, namun nafsu dan syahwat ter-sebut tidak dipenuhi.

Rasulullah saw bersabda,

ز٢ از٣ ش ؿز شاس أ أعغب جزذ ػ٤ ا ثبؼ٤ ز ب ا ٬ ك٢ ا ٣زشذه جبط اع ا أ اطؼب ا أ

Umatku yang terjelek ialah mereka yang makan dengan lauk yang nyaman, sehingga dengan itu badannya tumbuh. Ke-

Page 14: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

14

inginan mereka hanya terhadap bermacam-macam makanan dan jenis pakaian, dan selalu memperbincangkan keduanya.21 Orang yang disinyalir oleh Rasulullah tersebut ialah Cara untuk meninggalkan syahwat seperti ini dapat di-lihat lebih jauh dalam pembahasan “Melemahkan Kedua Syahwat.”

21 HR Ibnu Adiy dalam al-Kamil dan al-Bayhaqiy dalam al-Syu‟ab, serta Abu Nu‟aym dalam al-Hilyah. Lihat Ittihad al-Zubaydiy vol. 9 hal. 57 dan Takhrij Ahadits al-Ihya‟ vol. III hal. 52

Page 15: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

15

Page 16: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

16

2. BANYAK BICARA

anyak bicara termasuk induk akhlak yang tercela. Oleh karena itu kebiasaan banyak bicara atau banyak omong harus dihentikan. Teori Imam al-Ghazali me-

nyatakan bahwa semua perbuatan dari anggota badan akan memberi bekas atau pengaruh kepada hati seseorang. Mulut adalah yang paling banyak memberi pengaruh, ka-rena setiap kata yang diucapkan akan membentuk sebuah gambar di dalam hati. Gambar tersebut seluruhnya mence-riterakan semua kalimat yang telah diucapkan oleh mulut. Bila mulut berbuat dusta, maka di dalam hati terbentuk gambar yang dusta, dan karenanya muka hati menjadi bengkok. Jika hal seperti ini berlebihan sehingga orang mu-ak mendengarkannya, maka muka hati menjadi hitam dan gelap. Akhirnya banyak omong membawa kepada kema-tian hati. Pengendalian Banyak Bicara Rasulullah saw melihat bahwa perbuatan mulut harus di-kendalikan, sebagaimana hadits berikut:

غخ ثب أر سع٤ ؾ٤٤ ب ث٤ ٢ ث ٣ز Barang siapa yang menyerahkan sesuatu yang ada di antara ke-dua jenggot dan kedua kakinya kepadaku, maka akan kuserahkan sorga kepadanya.22

22 HR Bukhari dalam Shahih al-Bukhariy riwayat Sahal bin Saad. Lihat Takhrij Ahadits al-Ihya‟ vol. III hal. 60

B

Page 17: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

17

ب ضش أ ػ عئ كب ا٧ع اغ٬ ػ٤ ابس كوب لشط : ٣ذخ ا ل اKetika Rasulullah saw ditanya tentang hal yang banyak menye-babkan orang masuk neraka, beliau menjawab, "Dua lubang, ya-itu mulut dan kemaluan."23

ت ا ٣ ؟ غز ا٫ ؽظبئذ أ بخش بط ػ٠ Bukankah yang menelungkupkan manusia di neraka karena lu-bang-lubang mereka kecuali pangkal lidahnya?24

ط ذ غبBarang siapa diam, maka selamatlah ia.25

؟ كؤخش أكؼ ب أ١ ا٧ػ هب ٣ذ ػغ ػ٤ غب ضش خطب٣ب : ط أ ا

غب ك٢ آد اثMuadz bin Jabal pernah bertanya kepada Rasulullah tentang per-buatan yang paling utama dilakukan oleh seseorang. Rasulullah lalu mengeluarkan lidahnya kemudian meletakkan tangan beliau pada lidah tersebut seraya bersabda, “Sesungguhnya sebagian be-sar kesalahan manusia terletak pada lisannya.”26

ذ ٤ظ خ٤شا أ ٤و ا٥خش ك ٤ ا ثبهلل ٣ئ ب Barang siapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, hendak-lah ia berkata yang baik atau diam.27

23 Dikeluarkan oleh Ibn Majah dari Abu Hurayrah ra; juga al-Turmu-dziy dan disahihkannya. Lihat Sunan Ibn Majah vol. II hal. 1418 dan Shahih Ibn Hibban vol. II hal. 224 24 Dikeluarkan oleh Ibn Majah, al-Turmudziy; dan al-Hakim mengata-kan sahih. Dalam Musnad Ibn Hanbal vol. V hal. 237 disebutkan bahwa hadits ini riwayat Muadz bin Jabal ra 25 Dikeluarkan oleh al-Thabraniy dengan sanad jayid dan oleh al-Tur-mudziy dari Abdullah bin Amr ra dengan sanad dhaif. Lihat Sunan al-Turmudziy vol. IV hal. 660; Musnad Ibn Hanbal vol. II hal. 159; dan Sunan al-Darimiy vol. II hal. 387 26 Dikeluarkan oleh al-Bayhaqiy dengan sanad hasan serta al-Thabraniy dan Ibn Abi al-Dunya. Dalam Kanz al-Ummal vol. III hal. 1001 disebut-kan bahwa hadits ini riwayat Ibn Mas‟ud ra 27 HR Bukhariy dan Muslim dari Abu Hurayrah ra dan diriwayatkan oleh Ahmad sebagai bagian dari hadits dari Abu Syurayh al-Ka‟biy. Lihat Shahih al-Bukhariy vol. V hal. 2240, Shahih Muslim vol. I hal. 68. Se-kitar 111 tempat dalam berbagai kitab hadits menuturkan hadits ini.

Page 18: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

18

ث ضشد ر ث ضشد ر ضش عوط ضش عوط ٬ ضش ٠ ث كببس أ

Barang siapa yang banyak omongnya, maka banyak jatuhnya. Barang siapa banyak jatuhnya, maka banyak dosanya. Barang siapa yang banyak dosanya, maka neraka adalah lebih patut bagi-nya.28 Karena itu untuk menjaga tutur kata, Abu Bakar al-Shiddiq meletakkan batu di dalam mulutnya untuk mencegah diri-nya dari berkata-kata. Bahaya Banyak Omong Di dalam kitab Ihya‟ Ulumiddin karangan Imam al-Ghazali telah dijelaskan 20 macam penyakit lisan. Jika ulasan terse-but dituturkan di sini nampaknya terlalu panjang. Karena itu pembahasan ini dicukupkan dengan memahami dan mengamalkan firman Allah:

اط ؼشف أ ش ثظذهخ أ أ ا٫ ى غ ض٤ش ٫ خ٤ش ك٠ ث٤ػ

بط ٱTidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, ke-cuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) mem-beri sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.29 Maksud ayat tersebut adalah agar kita tidak berbicara ten-tang hal-hal yang tak berguna dan hendaknya kita mencu-kupkan diri kepada hal-hal yang penting saja. Di sinilah letak keselamatan, sebagaimana digambarkan dalam peris-tiwa yang dialami oleh Anas ra bahwa pada hari Ahad ada salah seorang pelayan laki-laki kami yang menampakkan

28 Dikeluarkan oleh Abu Nu‟aym dalam al-Hilyah dengan sanad dlaif, dan diriwayatkan oleh al-Bayhaqiy mauquf pada Umar ra. Dalam Hil-yah al-Awliya‟ vol. III hal. 74 menyatakan hadits ini dari Ibn Umar ra 29 Surat an-Nisa‟ ayat 114

Page 19: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

19

dirinya kepada kami. Di perutnya diikatkan sebuah batu karena menahan lapar. Kemudian ibu pelayan tersebut mengusap debu dari muka anaknya seraya berkata, ”Ber-gembiralah, bagimu sorga wahai anakku!” Kejadian itu di-saksikan oleh Rasulullah saw kemudian beliau bersabda kepada ibu tersebut, “Dari mana engkau tahu bahwa ia akan masuk sorga? Barangkali ia berkata-kata dalam hal-hal yang tidak berguna baginya, dan mencegah makanan yang tidak memberi mudlarat kepadanya.”30 Definisi perbuatan yang tidak berarti adalah hal-hal yang apabila ditinggalkan tidak menghilangkan pahala, dan ti-dak mendapatkan manfaat dengan melakukannya. Barang siapa yang mencukupkan diri dalam berkata-kata menurut definisi tersebut, maka sedikitlah omongnya. Karena itu sebaiknya seseorang perlu memperhitungkan bila ia meng-ucapkan sesuatu yang tidak berguna baginya. Berdzikir kepada Allah sebagai ganti dari ucapan yang tak berguna adalah lebih bermanfaat untuk kebahagiannya. Akal perlu diajak berpikir bahwa membuang pahala dan mengambil bara api neraka seharusnya tak perlu dilakukan. Dengan demikian, hal-hal yang tak bermanfaat akan dapat diting-galkan, seperti cerita omong kosong atau ngrumpi, membi-carakan tentang makanan seperti wisata kuliner dan adat istiadat berbagai negara, tentang ihwal manusia, tentang pekerjaan dan perniagaannya, dan apa saja yang dilakukan oleh manusia. Akibat Banyak Omong Akibat yang ditimbulkan oleh banyak omong adalah dusta, menggunjing (membicarakan kejelekan atau kekurangan

30 Dikeluarkan oleh al-Turmudziy dari Anas ra dan dinyatakan gharib, juga diriwayatkan oleh Ibn Abi al-Dunya dengan sanad dlaif, dan diri-wayatkan oleh al-Thabraniy dalam al-Awsath dengan sanad jayid

Page 20: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

20

seseorang dilihat dari segi negatif), berbantah, memuji, dan bergurau. Penjelasan dari kelima hal tersebut adalah seba-gai berikut: 1. Berdusta

Rasulullah saw memperingatkan bahwa berdusta ada-lah perbuatan yang perlu ditinggalkan, sebagaimana sabda beliau:

زاثب ذ هللا زت ػ زة ؽز٠ ٣ ا ٣زؾش زة ؼجذ ٣ ا ٫ ٣ضاTiada henti-hentinya seseorang hamba berdusta dan membi-arkan dirinya dalam kedustaan, sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.31

ز ٣ ٤ؼؾ زة س ك٤ ١ ٣ؾذ ٣ ٣ ابط ي Celakalah orang yang berbicara kemudian ia berdusta agar orang lain tertawa! Celaka baginya! Celaka baginya!32

جبئش ا٩ششاى ثبهلل جش ا ثؤ ئب كوؼذ أ٫ أجئ ز ب ذ٣ ا م ا ػو

س اض ه أ٫ اغ٬ ػ٤ كوبBukankah sudah kuterangkan kepadamu tentang dosa yang paling besar? (Yaitu) menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orang tua, ... waktu itu Rasulullah bersandar lalu du-duk seraya bersabda: Ingatlah, dan ... omongan bohong atau palsu!33

ب خظخ ٣طجغ هللا ػ٤ زة ا خ٤بخ ا٫ ا ئ اTiap pekerjaan dosa yang dilakukan oleh seorang mukmin

31 HR Bukhariy dan Muslim. Dalam Mu‟jam al-Shaghir vol. II hal. 8 di-nyatakan bahwa hadits ini dari Abdullah ibn Mas‟ud 32 Dikeluarkan oleh Abu Dawud, al-Nasaiy, dan al-Turmudziy dan di-sahihkannya; serta diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad Ahmad vol. V hal. 5. Dalam Sunan Abi Dawud vol. II hal. 716 dinyatakan bahwa hadits dari Bahz ibn Hakim dari ayahnya, dari kakeknya. Lihat pula Sunan al-Darimiy vol. II hal. 362, al-Mustadrak vol. I hal. 108 dan sekitar 25 tempat dalam kitab-kitab hadits 33 HR Bukhariy dan Muslim dari Abdurrahman ibn Abi Bakrah ra. Li-hat Shahih al-Bukhariy vol. V hal. 2314, dan 29 tempat dalam kitab ha-dits lainnya

Page 21: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

21

Allah akan mencatat dia sebagai orang mukmin atasnya, ke-cuali perbuatan khianat dan dusta.34 Dusta yang diperkenankan Dusta adalah haram dilakukan dalam segala hal, kecu-ali dalam keadaan darurat. Keharaman tersebut berlaku pula bagi seorang ibu yang berdusta kepada anak kecil-nya, misalnya berkata, “Kemarilah, nanti aku beri!” Rasulullah saw bersabda kepada ibu yang berbuat de-mikian, “Apakah yang akan kau berikan kepadanya ji-ka ia datang?” Ibu tersebut menjawab, “Kurma.” Rasu-lullah menyahut, “Kalau sekiranya kau tidak benar-benar memberinya, maka engkau dicatat berbuat dus-ta.”35

Oleh karena itu hendaknya seseorang berhati-hati ter-hadap perbuatan dusta, meskipun di dalam angan-angan atau khayalan hatinya. Perbuatan dusta yang de-mikian akan membentuk sebuah gambar bengkok yang menyebabkan mimpinya dusta dan rahasia kerajaan la-ngit tak akan terbuka dalam tidurnya. Pengalaman te-lah banyak membuktikan akan kebenaran hal tersebut. Ada beberapa dusta yang diperkenankan dalam agama. Keringanan yang diberikan untuk berbuat dusta yaitu apabila kejujuran akan membawa bencana lain yang lebih fatal dari pada bencana yang diakibatkan oleh dusta. Kebolehan dusta dalam agama tersebut sebagai-

34 HR Ibn Abi Syaybah dari Abu Umamah ra dalam al-Mushannif dan oleh Ibn „Adiy dalam Mukadimah al-Kamil, serta oleh Ahmad. Dalam riwayat al-Bazzar dan Abi Ya‟la disebutkan dengan خخ ػ٠ ئ ٣طجغ ا.... dan rijalul haditsnya sahih. Lihat pula Takhrij Ahadits al-Ihya‟ vol. III hal. 103 35 HR Abu Dawud dan Ahmad, dan rijalul haditsnya tsiqat

Page 22: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

22

mana diperbolehkannya makan bangkai yang bila tidak makan bangkai tersebut akan membawa bencana yang lebih berat yaitu kematian. Kata Umi Kulsum ra, salah seorang isteri Nabi,

زة ا٫ ك٢ ا ك٢ ش٢ء ع هللا ط٠ هللا ػ٤ ض سع ب سخ ك٢ : ص٬س و ا ٣و ع اش ٣ش٣ذ ا٩ط٬ػ و ا ٣و ع اش

شأر ٣ؾذس ا ع اش اؾشة Rasulullah saw tidak memberikan keringanan sedikit-pun dalam dusta kecuali tiga hal: a. Orang yang mengucapkan ucapan untuk menghen-

daki kemaslahatan, b. Orang yang berkata dalam suasana peperangan, dan c. Orang yang berbicara kepada isterinya.36

Dusta yang pertama diperkenankan karena dua orang yang sedang bertengkar akan terus menerus berbuat maksiat dan bermusuhan, jika sekiranya tidak didamai-kan dengan berbuat dusta. Karena itu dusta yang dila-kukan dianggap lebih utama. Keringanan dalam dusta kedua karena rahasia dari peperangan apabila dikata-kan dengan sebenarnya kepada pihak musuh dapat menghancurkan pihaknya karena musuh telah menge-tahuinya. Sedangkan dusta ketiga adalah antara suami dan isteri. Rahasia kebolehan seseorang berdusta kepa-da isterinya ialah karena apabila ia berkata dengan se-benarnya kepada isterinya akan timbul kerusakan yang lebih besar dalam rumah tangganya dari pada kerusak-an yang ditimbulkan oleh dusta. Seorang suami yang berdusta bahwa ia kurang enak badan sehingga tidak

36

HR Muslim dengan kata yang hampir sama, lihat pula syarah hadits

dalam Syarh Muslim karangan Imam Nawawiy; dan riwayat Ahmad dengan kalimat yang lebih mendekati sama. Sunan Abi Dawud vol. II hal. 698 menyatakan hadits ini dari Ummu Kultsum binti Uqbah ra

Page 23: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

23

makan lahap masakan yang disajikan oleh isterinya adalah lebih baik dari pada ia mengatakan bahwa ma-sakannya tidak enak, yang dapat meretakkan hubung-an rumah tangga. Inilah rahasia dalam hadits tersebut. Demikian pula sebaliknya dusta dalam hal sepele yang dapat menjaga keharmonisan rumah tangga.

Termasuk maksud hadits tersebut adalah dusta sese-orang untuk menutupi harta orang lain dari kejahatan orang dhalim, perbuatan ingkar seseorang untuk me-nutupi rahasia orang lain, dan perbuatan ingkar sese-orang terhadap kemaksiatan dirinya sendiri dari perta-nyaan orang lain. Hal terakhir diperbolehkan karena berterang-terangan dalam perbuatan fasik dan menam-pakkannya adalah haram. Demikian pula keingkaran seseorang terhadap dosa dirinya sendiri atas pertanya-an orang lain adalah untuk menyenangkan hatinya. Hal itu semua dikategorikan sebagai upaya menolak kemu-dlaratan.

Dusta tetap tidak diperbolehkan bila untuk menarik ke-untungan harta ataupun pangkat sebagaimana dilaku-kan oleh banyak orang. Jika seseorang terpaksa berbuat dusta, sebaiknya sebelum berdusta ia mencari hal-hal lain sedapat mungkin sebagai ganti dari dusta, sehing-ga ia tidak membiasakan diri untuk berdusta.

Contoh perbuatan dusta yang pernah dilakukan oleh ulama: a. Ibrahim bin Adham pernah berpesan kepada pela-

yannya apabila ada orang yang mencarinya di ru-mah, “Katakanlah kepadanya: Carilah beliau di masjid.” Dusta di sini dimaksudkan agar beliau tak terganggu ibadahnya.

Page 24: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

24

b. Syi‟biy37 pernah memberi batas suatu daerah dan berkata kepada pelayannya: “Arahkan telunjuk jari-mu kepada daerah-daerah itu dan berkatalah bahwa saya tidak di sini.” Dusta di sini juga dimaksudkan agar beliau tidak terganggu dalam melaksanakan ibadah.

c. Sebagian ulama ada yang membuat alasan kepada pejabat dengan berkata: “Sejak saya berpisah de-ngan Bapak, saya tidak dapat mengangkat pinggang saya dari bumi, kecuali pada hal-hal yang dikehen-daki oleh Allah.”

d. Sebagian lagi ada yang mengingkari perkataan yang telah diucapkan dengan berkata, “ ذ ب ه هللا ٤ؼ ا

ش٢ء ي Innallaha laya'lamu ma aqul yang artinya ”رambivalen, yaitu (1)Sungguh, Allah telah mengeta-hui apa yang telah kukatakan tentang hal tersebut, dan (2)Sungguh Allah mengetahui, aku tidak me-ngatakan tentang hal tersebut. Pembicara bermak-sud pada arti pertama, tetapi pendengar mungkin menangkapnya dengan arti kedua. Hal ini disebab-kan kata “ma-“ dalam bahasa Arab dapat berarti “sesuatu” dan dapat berarti “tidak”.

Untuk tujuan yang ringan diperkenankan memaling-kan maksud pembicaraan kepada pengertian lain, se-perti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw, mi-salnya:

a. “ ص غخ ػغ ا ,La yadkhulul jannata „ajuzun38 ”٫ ٣ذخyang artinya: Perempuan tua tidak masuk sorga. Mak-sudnya, di sorga tak ada perempuan yang tua, kare-na mereka akan dimudakan kembali oleh Allah.

37

38 HR al-Turmudziy dari hadits hasan mursal

Page 25: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

25

b. “ جؼ٤ ذ ا ي ػ٠ ؾ ش ” Wa nachmiluka „ala waladil ba‟ir39 yang artinya: (1) Kami akan membawa kamu pada anak unta, dan (2) Kami akan membawa kamu di atas anak unta.

c. “ عي ث٤بع ك٢ ػ٢٤ ص ” Wa fi „aynay zawjiki bayadlun40 yang artinya: Pada kedua mata suamimu terdapat warna putih.

Kalimat-kalimat di atas terdapat kata yang dapat dipa-hamkan berbeda dengan yang dimaksudkan oleh pem-bicara. Kalimat gurau seperti di atas boleh diperguna-kan di lingkungan keluarga seperti kepada isteri dan anak-anak untuk menyenangkan hatinya.

Ada kalanya orang yang menahan diri untuk tidak ma-kan sewaktu ia ditawari makanan lalu menjawab, “Ah, saya tidak ingin, terima kasih.” Padahal ia sebenarnya ingin. Dalam hal ini ia telah berbuat dusta, sedangkan dusta demikian tidak patut baginya. Semestinya ia mencari kata lain sehingga ia tidak berbuat dusta. Ra-sulullah saw pernah berkata terhadap hal tersebut ke-

pada seorang perempuan, “ػب ع زثب ؼ٢ La ”٫ رغtajma‟i kadziban wa ju„an41 yang artinya: Jangan kau sa-tukan antara dusta dan lapar.

2. Menggunjing

Menggunjing (ngrasani, Jawa) adalah akibat dari ba-nyak omong. Rasulullah saw memberi peringatan agar seseorang menjauhkan diri dari perbuatan menggun-

39 HR Abu Dawud dan al-Turmudziy 40 HR al-Zubayr ibn Bikar dan Ibn Abi al-Dunya 41 HR al-Thabraniy dan Ibn Abi al-Dunya dan riwayat Ahmad dari ha-dits Asma‟ binti Abu Yazid ibn al-Sakan dengan kata ٫ رغؼ. Lihat al-Mu‟jam al-Kabir vol. 23 hal. 26

Page 26: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

26

jing, misalnya dalam firman Allah dan hadits-hadits beliau:

ز ش ب ك ٤ز أخ٤ ؾ أ ٣ؤ أ٣ؾت أؽذ

Adakah salah seorang dari kamu senang memakan daging saudaranya yang mati? Niscaya kamu semua membenci-nya.42

٠ اض ٤جخ أشذ ـ اMenggunjing dosanya lebih berat dari pada zina. 43

Dalam beberapa kitab hadits disebutkan bahwa Rasu-lullah saw ditanya oleh para sahabat, mengapa hal ter-sebut lebih berat dosanya dari pada zina, lalu dijelas-kan bahwa ketika seseorang berzina kemudian bertau-bat dan bertaubat, maka Allah dapat mengampuni do-sanya. Namun ketika seseorang menggunjing orang lain, maka dosanya baru diampunkan oleh Allah jika orang lain tersebut memaafkan.

اغ٬ ع٠ ػ٤ ؽ٠ هللا رؼب٠ ا٠ أ ٤جخ : ـ ا بد ربئجب ٣ذخ أ ب ك ا ػ٤ ظش بد غخ ا ٣ذخ آخش ك

ابس Firman Allah kepada Nabi Musa as, “Barang siapa yang ma-ti dalam keadaan bertaubat dari perbuatan menggunjing, maka ia adalah orang yang terakhir masuk ke dalam sorga. Barang siapa yang mati dalam keadaan berkekalan pada per-buatan menggunjing, maka ia adalah orang yang pertama kali masuk neraka.”

٢ كو٤ ثؤظلبس ع ش ٣خ شسد ٤خ أعش١ ث٢ ػ٠ ه ابط ـزبث ا ٣ ب ئ٥ء از٣

42 Al-Quran, surat al-Hujurat ayat 12. 43 HR al-Thabraniy dalam al-Awsath dari Jabir bin Abdullah dan Abu Said al-Khudriy ra; Mu‟jam al-Zawaid, vol. 8 hal. 173; juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam al-Dlu‟afa‟, Ibn Abi al-Dunya, dan Ibn Marda-wiyah dalam al-Tafsir. Lihat pula al-Mu‟jam al-Awsath vol. VI hal. 348. Masih sekitar 15 tempat dalam kitab hadits yang menyebutkan ini.

Page 27: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

27

Pada malam aku diisro‟kan, aku melewati suatu kaum yang mencakar mukanya dengan kuku-kukunya. Kemudian dikata-kan kepadaku, ”Mereka adalah orang-orang yang menggun-jing orang.” 44

Definisi menggunjing adalah bila seseorang menyebut-kan keadaan orang lain dengan sesuatu yang diben-cinya dan orang lain tersebut mengetahuinya meskipun penyebutan tersebut benar. Keadaan yang disebutkan dapat menyangkut kekurangan dirinya, akal, pakaian, perbuatan, perkataan, rumah, nasab atau keturunan, kendaraan, ataupun tentang sesuatu yang bersangkut paut dengannya. Misalnya: “Wah, .... si Ani bajunya ke-besaran!” Meskipun kedengarannya sepele, jika orang yang bersangkutan tidak senang, maka ucapan tersebut termasuk menggunjing. Pada masa Rasulullah saw ada seseorang berkata, ”Alangkah lemahnya ia.” Rasulullah saw lalu bersabda kepadanya, ”Engkau telah menggun-jing dia.”45 Aisyah ra pernah memberi isyarat dengan tangan tentang seorang perempuan yang pendek tu-buhnya. Rasulullah saw bersabda kepada Aisyah, “Engkau telah menggunjing dia.”46 Dari contoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa menggunjing tidak hanya terbatas pada ucapan saja. Tak ada bedanya antara ucapan dan isyarat lainnya se-perti dengan kode tangan, kedipan mata, sindiran, atau lainnya. Misal seseorang yang berkata, “Sebenarnya di antara kerabat kita demikian, ..... demikian, ..... “ dan

44 HR Abu Dawud dari Anas ra dengan sanad mursal. Lihat Takhrij Ahadits al-Ihya‟ vol. III hal. 109 45 HR al-Thabraniy dengan sanad dlaif 46 HR Ahmad dan aslinya dari Abu Dawud dan al-Turmudziy

Page 28: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

28

seterusnya.

Menggunjing yang paling jahat Menggunjing yang paling jelek adalah yang dilakukan oleh orang alim. Misal: a. “Segala puji bagi Allah yang telah tidak mencoba

kita dengan masuk ke rumah pejabat untuk mencari dunia.”

b. “Kita berlindung kepada Allah dari sedikitnya rasa malu.”

c. “Alangkah baiknya keadaan si Paul. Seandainya ia dalam menerima ujian dari Allah seperti kita, ia banyak bersabar terhadap bujukan dunia. Mudah-mudahan Allah memberi maaf kepada kita sekali-an.”

Orang alim yang berkata demikian telah mengumpul-kan antara perbuatan menggunjing dengan perbuatan pamer/riya, serta menonjolkan dirinya seperti orang berbuat kebaikan dalam menghindarkan diri dari menggunjing. Karena itu menggunjing semacam ini adalah yang paling jahat. Banyak orang alim tertipu, mereka menyangka telah meninggalkan perbuatan menggunjing namun sebenarnya berbuat menggunjing. Demikian pula halnya seseorang yang menggunjing namun tak ada yang memperhatikannya lalu berkata, “Subhanallah! Orang ini sangat mengherankan,” se-hingga orang-orang bangkit memperhatikannya. Pe-nyebutan Allah dipergunakan untuk menyatakan kejahatan dalam menggunjing adalah hal yang sangat buruk, misal: “Hati saya susah memikirkan si Paula. Mudah-mudahan Allah menerima taubat kita dan tau-batnya.” Kalimat yang dinyatakan bukanlah doa, tetapi memberitahukan tentang aib seseorang. Jika bermak-

Page 29: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

29

sud mendoakan, niscaya ia menyembunyikannya, dan jika hatinya susah tentang si Paula, pasti ia menyimpan atau merahasiakan aib dan cacat dan maksiatnya.

Orang yang mendengar terkadang menampakkan ke-heranan terhadap pembicaraan orang yang menggun-jing, sehingga semangat menggunjing bertambah. De-ngan demikian, ia termasuk orang yang menggunjing, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw bahwa orang yang mendengarkan adalah termasuk orang yang menggunjing47. Jika ada orang yang menggunjing berkata, “Tinggalkan menggunjing si Tom,” tetapi tu-juannya adalah agar diketahui orang lain bahwa diri-nya berwirai, yaitu pura-pura tidak suka pada kemak-siatan maka ia tetap terkena dosa menggunjing selama ia tidak membenci perbuatan menggunjing tersebut dengan hatinya, apalagi ada unsur pamer.

Seseorang dapat terbebas dari dosa menggunjing apa-bila memenuhi tiga unsur: a. membenci perbuatan menggunjing dengan hatinya, b. mendustakan omongan orang yang menggunjing, c. tidak mau membenarkan ucapan yang menggun-

jing, karena orang yang menggunjing adalah orang fasik yang berhak untuk didustakan; sedangkan orang Islam yang dibicarakan berhak untuk disang-ka baik.

Rasulullah saw bersabda,

ء اغ ظ ث ٣ظ أ ب ػشػ د غ ا هللا ؽش اSesungguhnya Allah telah mengharamkan dari orang Islam empat hal: darahnya, kehormatannya, hartanya, dan disang-

47 HR al-Thabraniy dengan sanad dlaif

Page 30: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

30

ka dengan persangkaan jelek.48

Menggunjing yang dilakukan dengan hati tanpa di-ucapkan tetap haram hukumnya, sebagaimana dilaku-kan dengan lisan atau ucapan, kecuali jika terpaksa un-tuk memperkenalkannya yang sekira tak mungkin ber-pura-pura tidak tahu dengannya.

Kebolehan menggunjing Menggunjing diperbolehkan dalam enam kondisi: a. Orang teraniaya yang menyebutkan kedhaliman

orang yang menganiaya di hadapan pejabat agar pe-jabat tersebut menolak kedhaliman penganiaya. Bila disebutkan di hadapan bukan pejabat yang tak mampu melakukannya, maka tidak diperbolehkan. Misal orang-orang yang sedang melakukan haji di-bicarakan di hadapan seorang ulama salaf, kemu-dian ulama tersebut berkata, “Sungguh Allah akan membalaskan bagi orang-orang yang haji dari orang-orang yang menggunjing; sebagaimana Allah akan membalaskan bagi orang-orang yang haji dari orang-orang yang menganiayanya.”

b. Di hadapan orang yang dimintai tolong untuk mengubah kemungkaran.

c. Di hadapan orang yang diminta fatwanya tatkala memerlukan penuturan masalah. Hindun49 berkata

48 HR al-Bayhaqiy dengan sanad dlaif, dan riwayat Muslim dan Ibn Majah dengan lafadh “Setiap muslim haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya”, serta riwayat Abu Dawud dengan kalimat yang ham-pir sama dengan Muslim. Al-Thabraniy juga meriwayatkan dari Ibn Abbas ra dalam al-Kabir. Lihat pula al-Mu‟jam al-Kabir vol. 11 hal. 37 dan Mu‟jam al-Zawaid vol. III hal. 630 serta Kanz al-Ummal vol. I hal. 287 49 Hindun binti „Utbah (ذ ثذ ػزجخ) adalah istri dari Abu Sufyan bin Harb, seorang pria yang sangat berpengaruh di Mekkah. Dia ibu dari Muawiyah I, pendiri dinasti Umayyah dan Ramlah binti Abu Sufyan

Page 31: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

31

kepada Nabi saw, “Sungguh Abu Sufyan adalah laki-laki bakhil. Ia tidak memberiku nafkah yang cukup.”

d. Menghindarkan orang Islam dari kejahatan orang lain bila ia mengetahui seandainya ia tidak menye-butkan kejahatan tersebut pasti kesaksian orang ja-hat malah diterima. Misal menyebutkan kejahatan seseorang di hadapan orang yang akan diajak kerja-sama oleh orang jahat, yang dapat mengakibatkan kemudlaratan orang tersebut. Hal ini hanya diper-bolehkan di hadapan orang yang diperkirakan akan mendapatkan kemudlaratan.

e. Menyebutkan seseorang yang sudah terkenal de-ngan nama yang ada cacatnya, seperti “si cengeng” atau “si juling”. Akan tetapi lebih baik menyebutkan dengan nama yang lain.

f. Menyebutkan cacat orang yang telah berterang-terangan dalam perbuatan cacat dan tidak benci bila ia mendengarnya, misal “si banci”, atau “si penjual arak”.

Menurut al-Hasan50, ada tiga hal yang tidak dianggap sebagai perbuatan menggunjing, yaitu menggunjing terhadap: a. orang yang selalu menuruti hawa nafsunya,

adalah salah satu dari istri Nabi Muhammad. Abu Sufyan dan Hindun awalnya sangat menentang penyebaran agama Islam. Statusnya seba-gai sahabat nabi dipertanyakan karena aksinya yang sebelum memeluk Islam telah mengunyah hati Hamzah paman Nabi Muhammad sewak-tu Perang Uhud. Ia diperkirakan hidup pada akhir abad ke-6 dan awal ke-7 50 Jika ditinjau dari segi tahun, yang termasuk sebutan al-Hasan adalah Hasan bin Ali bin Abu Thalib ( ؽبتث٢ ؽغ ث ػ٢ ث أ ) (c. 625 – 669), putera dari Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra, dan cucu pertama dari Nabi Muhammad saw.

Page 32: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

32

b. orang fasik yang berterang-terangan dalam kefasik-annya, dan

c. pimpinan yang durhaka. Kebolehan menggunjing ketiga macam orang tersebut karena mereka berterang-terangan melakukan perbuat-annya dan tidak benci terhadap penuturannya. Meski-pun demikian, menyebutkan atau menuturkan kemak-siatan orang fasik yang masih menyembunyikan kefa-sikannya makruh hukumnya, dan tidak diperbolehkan tanpa alasan yang sah.

Cara menahan menggunjing Cara mengobati jiwa untuk menahan agar seseorang tidak berbuat menggunjing adalah: a. Memperhatikan ancaman dan kerugiannya, misal

Rasulullah saw mengingatkan:

٤جظ ابس ك٢ ا ؼجذ ٤جخ أعشع ك٢ ؽغبد ا ـ ا اSesungguhnya perbuatan menggunjing lebih cepat dalam menghapus amal baik seseorang dibandingkan kecepatan api membakar rumput kering.51 Rasulullah juga menjelaskan bahwa amal baik sese-orang yang menggunjing berpindah ke catatan amal orang yang dianiaya dengan perbuatan menggun-jing tersebut. Karena itu hendaknya orang yang menggunjing memperhatikan amal baiknya yang hanya sedikit dan perbuatan menggunjing yang banyak dilakukan. Kalau tidak, dalam waktu dekat ia akan menjadi orang pailit karena kebajikannya

51

Menurut al-Iraqiy tidak ditemukan aslinya sebagaimana disebut da-

lam Kasyf al-Khufa‟ vol. II hal. 1248, namun menurut al-Zubaydiy hadits tersebut riwayat Ibn Abi al-Dunya dari Hasan al-Bashriy. Dalam al-Ihya‟ disebutkan dengan ث ظ ج ٤ ٢ ا ك بس ب ا ذ ج ؼ ا بد غ ؽ ٢ ك خ ج ٤ ـ ا ع ش ع ؤ

Page 33: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

33

sirna. b. Hendaknya seseorang memikirkan cacat yang ada

pada dirinya sendiri. Bila dirinya terdapat cacat, hendaklah ia sibuk memperbaiki diri sendiri tanpa memperhatikan cacat orang lain.

c. Jika seseorang pernah melakukan dosa walaupun kecil, hendaknya ia menyadari bahwa kecelakaan dirinya lantaran dosa kecil yang dilakukan adalah lebih banyak dari pada kecelakaan diri sebab dosa besar yang dikerjakan orang lain.

d. Jika seseorang merasa bahwa dirinya tidak cacat, hendaknya ia menyadari bahwa kebodohannya da-lam mengetahui cacat dirinya adalah cacat yang pa-ling besar.

e. Jika seseorang tidak mempunyai cacat dan benar-benar telah mensucikan diri dari cacat, hendaknya bersyukur kepada Allah sebagai ganti perbuatan menggunjing yang mungkin akan dilakukan. Per-buatan menggunjing seseorang dan memakan bang-kai temannya adalah termasuk cacat yang paling besar yang patut ia hindarkan.

f. Jika lisan seseorang terlanjur menggunjing, sebaik-nya ia segera minta ampun kepada Allah dan pergi ke rumah orang yang dirasani seraya berkata kepa-danya, “Aku telah menganiaya Anda dengan meng-gunjing. Maafkan aku,” sampai orang yang dirasani memaafkan.

g. Jika seseorang yang dirasani menolak untuk mem-beri maaf, maka ia harus memperbanyak pujian atau memuji orang yang dirasani, dan mendoakan serta berbuat kebajikan kepadanya. Dengan demikian bila di akhirat sebagian amal baiknya telah dipindahkan ke catatan orang yang dirasani, maka akan tersisa baginya amal kebajikan yang cukup bagi dirinya

Page 34: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

34

sendiri. Hal tersebut adalah sebagai tebusan perbu-atan menggunjing.52

3. Berbantah

Rasulullah saw bersabda bahwa berbantah perlu di-tinggalkan. Misal:

رش غخ ؾن ث٢ ث٤ذ ك٢ أػ٠ ا شاء رشى ا

غخ ث٢ ث٤ذ ك٢ سثغ ا جط Barang siapa yang meninggalkan berbantah sedangkan ia berhak untuk membantah, maka akan dibuatkan sebuah ru-mah di sorga yang tinggi. Dan barang siapa yang mening-galkan berbantah sedangkan ia tidak berhak untuk memban-tah, maka akan dibuatkan sebuah rumah di sebuah tempat di sorga.53 Perbedaan pahala dalam hadits tersebut karena me-ninggalkan berbantah bagi orang yang berhak adalah lebih berat.

ؼجذ ؽو٤و ا ؾن ٫ ٣غز شاء ؽز٠ ٣ذع ا ب خ ا٣٩Tidaklah seseorang dapat menyempurnakan hakekat keiman-an sebelum ia dapat meninggalkan berbantah sedangkan ia berhak.54

Berbantah adalah menonjolkan diri terhadap ucapan orang lain dengan menunjukkan kekurangan dari ucapan tersebut, baik dari segi susunan kata maupun dari segi artinya. Hal yang mendorong seseorang untuk berbantah adalah perasaan tinggi dengan menunjukkan kelebihan tersebut karena ambisi jahat. Dorongan lain-

52 Banyak hadits tentang menggunjing, lihat juga dalam al-Targhib wa al-Tarhib Vol. III hal. 502 dan seterusnya yang menjelaskan bahwa menggunjing dan adu domba sudah menjadi penyakit masyarakat 53 HR Ibn Majah dan al-Turmudziy dari Abu Umamah, dikatakan hadits hasan. Lihat Takhrij Ahadits al-Ihya‟ vol. I hal. 33 54 HR Ibn Abi al-Dunya dengan sanad dlaif

Page 35: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

35

nya adalah kebuasan tabiat yang menonjol untuk me-ngurangi hak orang lain dan untuk mengalahkannya.

Berbantah dapat menguatkan nafsu ambisi dan kebuas-an yang mencelakakan orang. Untuk mencegahnya, se-seorang harus membenarkan apa yang didengar kalau hal tersebut memang benar, dan berdiam diri kalau hal tersebut salah. Pengecualian diperkenankan bila dalam menunjukkan kesalahan ada manfaat keagamaan. Mes-kipun demikian harus dilakukan dengan persaudaraan dan bukan dengan celaan.

4. Bergurau

Rasulullah saw menyatakan bahwa orang yang berbuat agar orang lain yang mendengarkannya tertawa dapat menyebabkan kehormatannya hilang. Sabdanya,

١ ب عغبء ك٤ خ ٣ؼؾي ث ثب ٤ز ع اش اضش٣ب ا أثؼذ Sungguh orang yang mengucapkan perkataan agar orang-orang yang mendengarkannya tertawa, kehormatannya akan pergi lebih jauh dari bintang Surayya.55

بصؽ ٫ ر بس أخبى ٫ رJanganlah kau bantah saudaramu dan jangan kau ajak ia ber-gurau.56

Keterlaluan dalam bergurau akan memperbanyak tawa yang mengakibatkan (a)kematian hati, (b)menimbulkan rasa dendam, dan (c)menjatuhkan kehormatan serta ke-wibawaan. Bergurau tidak mutlak dilarang karena ada kalanya diperlukan. Jika dilakukan pada waktu terten-tu dan tidak berlebihan serta tidak dijadikan kebiasaan, misalnya dengan isteri dan anak guna menyenangkan

55 HR Bukhariy, Muslim, dan Ibn Abi al-Dunya dengan sanad hasan 56 HR al-Turmudziy dan dikatakan hadits gharib

Page 36: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

36

mereka, bergurau masih bisa ditolerir. Rasulullah per-nah melakukan hal tersebut, namun beliau bersabda, ”Sungguh aku bergurau, namun aku berkata yang se-benarnya.”57 Bagi orang lain, meniru perbuatan Rasu-lullah cukup sulit, sebab orang yang bergurau sukar untuk menghindarikan perkataan yang sebenarnya. Contoh gurau yang dilakukan Rasulullah adalah: a. Rasulullah saw pernah mengajak Aisyah ra berlom-

ba lari.58 b. Rasulullah pernah berkata kepada seorang perem-

puan tua, “Perempuan tua tidak akan masuk ke da-lam sorga.”59 Artinya, perempuan tua tidak akan tinggal di sorga karena mereka akan dimudakan kembali.

c. Rasulullah berkata kepada seorang anak kecil yang sedang bermain-main dengan seekor anak burung, “Hai Pak Umair, apa yang dilakukan oleh anak bu-rung tersebut?”60 Amir di sini berarti orang yang membikin ribut.

d. Rasulullah berkata kepada seorang buta bernama Suhayb yang sedang makan kurma, “Dapatkah kau makan kurma, sedangkan engkau buta?”61 Suhayb menjawab, “Saya makan dikupaskan oleh orang la-in.” Mendengar jawaban tersebut Rasulullah pun tersenyum.

5. Memuji

Memuji biasa dilakukan oleh pegawai negeri di depan atasannya, dan juga biasa dilakukan oleh seseorang di

57 Hadits hasan sahih riwayat Ahmad dan al-Turmudziy 58 HR al-Nasaiy dan Ibn Majah 59 HR al-Turmudziy 60 HR Bukhariy dan Muslim 61 HR Ibn Majah dan al-Hakim, didapat dari para thiqat

Page 37: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

37

depan orang kaya. Meskipun memuji seperti kata yang positif, namun perbuatan tersebut termasuk kategori akhlak tercela. Memuji termasuk akhlak tercela karena membahayakan diri sendiri dan orang yang dipuji. Ba-haya yang ditimbulkan bagi diri orang yang memuji adalah: a. Keterlaluan dalam memuji menyebabkan seseorang

menyebutkan hal-hal yang tidak benar, hal yang tak ada pada diri orang yang dipuji. Dengan demikian ia telah berbuat dusta.

b. Dengan memuji seseorang terkadang menampakkan rasa simpati kepada orang yang dipuji, padahal se-benarnya ia tidak simpati. Dengan demikian ia mu-nafik dan pamer.

c. Pujian yang dilontarkan terkadang belum diselidiki kebenarannya, misal orang yang memuji bahwa se-seorang adalah adil, wara‟, dan lain sebagainya ten-tang hal-hal yang ia sendiri belum mengetahui ke-nyataan sebenarnya. Dengan demikian ia mengarut, berbohong, atau mengawur. Ketika ada seseorang yang memuji orang lain di hadapan Rasulullah saw, beliau bersabda kepada orang yang memuji terse-but, “Celaka engkau! Engkau telah memenggal leher temanmu.” Karena itu jika seseorang terpaksa harus memuji kawannya, hendaknya ia mengatakan, “Sa-ya kira dia demikian .....; dan aku tidak mensucikan seseorang pun di atas Allah. Semoga Allah mencu-kupinya, bila sekiranya Allah melihat dia memang demikian.”62

d. Untuk menyenangkan orang yang dipuji, seseorang bisa berbuat dhalim sehingga dalam menyenangkan

62 HR Bukhariy dan Muslim dari Abi Bakrah dan lain-lain, juga Ibn Abi al-Dunya, serta Abu Dawud dan Ibn Majah dengan kalimat yang seru-pa

Page 38: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

38

hati seseorang ia berbuat maksiat. Rasulullah mem-peringatkan,

لبعن ذػ ا ـؼت ارا هللا ٤ اSungguh Allah murka jika orang fasik (orang yang rusak agamanya) dipuji.63 Hasan menambahkan bahwa orang yang mendoakan orang fasik agar panjang umur berarti senang untuk mendurhakai Allah. Orang yang dhalim dan fasik sepantasnya dicela agar hilang kesenangannya dalam berbuat aniaya dan kefasikan.

Bagi orang dipuji, bahaya yang ditimbulkan adalah: a. Pujian dapat menimbulkan takabur dan sombong.

Kedua sifat ini dapat mencelakakan orang. Oleh ka-rena itu orang yang memuji dianggap oleh Rasulu-llah sebagai orang yang memotong leher orang yang dipuji.

b. Orang yang dipuji akan menjadi senang sehingga ia dapat meninggalkan usaha untuk meningkatkan ki-nerjanya atau mutu pekerjaannya dan ia rela terha-dap hasil yang diperolehnya saja. Karena itu Rasu-lullah pernah bersabda,

٣ض٢ أ خ٤شا ب ق ش ٤ ثغ ا٠ سع ش٠ سع

ع ك٢ ػ٤ Seseorang yang datang kepada temannya dengan pisau tajam adalah lebih baik pengaruhnya dari pada ia memuji teman tersebut di hadapannya.64

Bila orang yang memuji dan orang yang dipuji dapat menyelamatkan diri dari bahaya seperti diuraikan di

63 HR Ibn Abi al-Dunya dan al-Bayhaqiy dengan sanad dlaif 64 Al-Iraqiy menyatakan tidak menemukan aslinya, sedangkan al-Zu-baydiy tidak memberikan komentar

Page 39: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

39

atas, maka pujian diperkenankan bahkan terkadang di-sunnahkan. Rasulullah saw pernah melakukan pujian kepada Abu Bakar al-Shidiq dan Umar bin Khatab. Sab-da Rasulullah saw dalam memuji Abu Bakar misalnya:

شعؼ ٤ ؼب ا ب ش ثب٣ أث٢ ث ب ا٣ ص Jika iman Abu Bakar ditimbang dengan iman semua orang, pasti berat iman Abu Bakar. 65 Sedangkan kepada Umar bin Khatab, Rasulullah ber-sabda,

ش أثؼش جؼضذ ٣ب ػ Kalau seandainya aku tidak diutus oleh Allah sebagai Nabi, pasti Engkaulah yang diutus, wahai Umar.66

Rasulullah saw banyak memberikan pujian kepada pa-ra sahabatnya bila diketahui bahwa pujian tersebut da-pat menambah semangat para sahabat untuk beribadah dan bukan untuk menyebabkan kesombongan. Jika demikian, bagaimanakah sikap yang seharusnya dimi-liki oleh orang yang mendapat pujian? Patutkah ia ber-suka ria atau bahkan sebaliknya, yaitu cemberut karena dianggap menghina lantaran ada pepatah menyatakan: “Barang siapa yang memuji kamu dengan sesuatu yang tak ada padamu, maka ia sebenarnya menghina kamu.”

Bagi orang yang dipuji, sikap yang dilakukan adalah memikirkan akibat buruk bagi dirinya karena pujian tersebut. Akibat buruk yang dimaksud adalah masuk

65 HR Ibn Adiy dan al-Daylamiy dari hadits Ibnu Umar dengan sanad dlaif dan diriwayatkan oleh al-Bayhaqiy mawquf pada Umar dengan sanad sahih 66 HR Abu Manshur al-Daylamiy, hadits munkar, namun yang dikenal riwayat al-Turmudziy sebagai hadits hasan yang berbunyi: ثؼذ١ ج٢ ب ش ػ ب (Jika sekiranya sesudah saya masih ada nabi lagi, pasti yang jadi adalah Umar.)

Page 40: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

40

rasa pamer secara samar ke dalam dirinya dan amal perbuatannya rusak. Ia seharusnya sadar terhadap ke-burukan batin dirinya sendiri, lebih-lebih dalam pikir-annya, dalam kata hatinya, yang apabila diketahui oleh orang yang memujinya pasti orang tersebut tidak mau memuji. Sebaiknya ia menampakkan rasa benci terha-dap pujian dan membenci pujian dengan hatinya. Kare-na itulah Rasulullah saw memberikan isyarat seba-gaimana sabdanya,

ذاؽ٤ ا ع ا ازشاة ك٢ أؽضTaburkan debu ke muka orang-orang yang memuji.67

Sebagian ulama ada yang berdoa ketika dipuji oleh se-seorang dengan mengucap, “Ya Allah, sungguh ham-ba-Mu ini mendekatkan dirinya kepadaku dengan ke-murkaan-Mu. Aku menyaksikan kepada-Mu atas ke-marahannya.” Bahkan Ali bin Abi Thalib sewaktu di-puji oleh seseorang beliau lalu membaca doa, “Ya Allah, ampunilah diriku dari hal-hal yang tidak mereka ketahui. Janganlah Engkau siksa aku sebab perkataan mereka, dan jadikanlah aku lebih baik dari yang mere-ka duga.”

67 HR Muslim dengan kalimat ذاؽ٤ ا ع ا ك٢ ازشاة أؽض

Page 41: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

41

Page 42: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

42

3. MARAH

asulullah banyak memperingatkan umatnya agar tidak lekas marah. Beberapa hadits yang berkaitan dengan hal tersebut misalnya:

ـؼت ذ ا ي لغ ػ ب اشذ٣ذ از١ ٣ شػخ ا ٤ظ اشذ٣ذ ثبظBukanlah yang disebut orang kuat adalah karena pukulannya, tetapi sesungguhnya orang yang kuat ialah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah.68

ب ٣لغذ اظ ا ب ج ـؼت ٣لغذ ا٣٩ ؼغ ش اMarah dapat merusak iman sebagaimana jadam merusak madu.69

ب ؿؼت أؽذ هؾ ا٫ أشل٠ ػ٠ ع Seseorang yang marah sebenarnya pergi ke tepi neraka Jaha-nam.70

س هب وز٢ ب ٣ ك ؿؼت هللا هب هللا أ١ ش٢ء أشذ؟ هب ٣ب سع ع

ـؼت ٫ ر أ ؿؼت هللا؟ هبSeorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw, “Ya Rasulallah, siksa apa yang paling berat?” Jawab Rasulullah, “Murka Allah.” Orang itu bertanya lagi, “Apakah yang dapat menyelamatkan saya dari murka Allah?” Rasulullah menjawab, “Jangan ma-rah.”71

ػ٤ كوب أه ش٢ ثؼ ع هللا ط٠ هللا ػ٤ شع سع هب

68 HR Bukhariy dan Muslim 69 HR al-Thabraniy dan al-Bayhaqiy dengan sanad dlaif 70 HR al-Bazzar dan Ibn Adiy dengan sanad dlaif 71 HR Ahmad dan Ibn Abdil Barr, disahihkan oleh Ibn Hibban

R

Page 43: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

43

اغ اظ٬ح ـؼت :٬ ٫ ر ع هللا ط٠ هللا ػ٤ كؤػبد ػ٠ سع

٣و شاسا ـؼت : ٫ رSeorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw, “Perintahlah aku dengan suatu perbuatan yang kuanggap sedikit!” Sabda Ra-sulullah, “Jangan marah!” Orang tersebut mengulangi berkali-kali kepada Rasulullah saw dan beliau bersabda, “Jangan ma-rah!”72 Hakekat marah Marah adalah seberkas api dari neraka yang menyala-nyala, yang membakar hati manusia. Hal ini nampak pada mata seseorang yang sedang marah, yaitu kelihatan merah. Barang siapa yang marah berarti telah tertarik ke dalam urat nadi syetan, karena syetan dijadikan dari api. Oleh ka-rena itu melemahkan marah yang keterlaluan termasuk upaya yang cukup penting dalam agama. Akibat yang ditimbulkan oleh marah ada dua segi, yaitu ditinjau dari segi lahir dan ditinjau dari segi batin. Dari segi lahir, marah akan menyebabkan pemukulan, caci maki, dan menggunjing ke sana ke mari. Sedangkan ditinjau dari segi batin, marah akan menimbulkan rasa dendam, iri hati, kejahatan, memaki, berniat membongkar rahasia, senang terhadap musibah yang menimpa orang yang dimarahi, dan sedih bila orang yang dimarahi mendapat kesenangan. Cara pengobatan Cara mengobati marah ada dua macam, yaitu melemah-kannya dan menahannya. Cara pertama, melemahkan ma-rah dengan jalan latihan. Cara ini mengisyaratkan untuk tidak mematikan rasa marah sebab marah dapat berguna untuk berperang melawan orang kafir, untuk mencegah

72 HR Bukhariy dan al-Turmudziy

Page 44: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

44

perbuatan ingkar, dan untuk melaksanakan tugas kebaikan lainnya. Rasa marah diibaratkan sebagai anjing pemburu yang bila terlatih dan terdidik dapat dikendalikan oleh akal dan syara‟. Ia akan menyerang karena perintah akal dan syara‟, dan akan tenang dengan perintah akal dan syara‟ pula. Hal ini dapat dilakukan hanya dengan jalan mujaha-dah yaitu membiasakan diri berbuat lembut dan menyim-pan rasa marah dengan berpaling dari hal-hal yang me-nyebabkan marah. Bahkan rasa marah ini jika hilang harus dicari. Cara kedua mengobati marah dengan menahannya ketika datang. Cara ini dapat dilakukan dengan dua jalan, yaitu dengan ilmu dan dengan perbuatan: 1. Pengobatan dengan ilmu dimaksudkan bahwa orang

harus sadar bahwa sebenarnya tidak ada alasan bagi-nya untuk marah. Orang yang marah pada hakekatnya mengingkari pemberlakuan sesuatu menurut kehendak Allah yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ini ada-lah puncak kebodohan. Seseorang juga harus sadar bahwa murka Allah adalah lebih besar dari kemarahan-nya. Ia harus yakin bahwa rahmat Allah lebih besar, se-hingga banyak orang durhaka kepada Allah tetapi Allah tidak marah. Bahkan Allah masih menutup aib seseorang yang apabila tutup tersebut dibuka niscaya penghormatan yang dilakukan orang lain kepada sese-orang tersebut tidak ada lagi. Apabila ada seseorang berbuat sesuatu yang menyalahi kemauannya, maka sebenarnya hal tersebut bukanlah urusannya.

2. Pengobatan marah dengan perbuatan, sesuai petunjuk Rasulullah dapat dilakukan langkah: a. membaca taawudz yaitu ع٤ اش اش٤طب ر ثبهلل -A‟u أػ

dzu billa-hi minasy syaytho-nir roji-m, karena marah itu dari syetan,

Page 45: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

45

b. jika marah dengan berdiri supaya duduk, c. jika sedang duduk agar berbaring73, dan d. bila masih belum reda hendaknya berwudlu.

Rasululah saw menjelaskan cara mengantisipasi marah dengan sabdanya,

ابس ب رطلؤ ا ابس ن خ اش٤طب ا اش٤طب ـؼت ا ا

ؤ ػ ٤ز ك بء كبرا ؿؼت أؽذ ثبSesungguhnya syetan dijadikan dari api, dan bahwasanya api di-padamkan dengan air. Bila salah seorang di antaramu marah, hendaklah ia berwudlu.74

زلبؿ ا شح ػ٤٤ ا٠ ؽ أ٫ رش آد ت اث شح ك٢ ه ـؼت ع ا أ٫ ا

ي ش ر عذ ك داع ثب٧سع أ ٤ؼشة خذ ٤ئب كIngatlah bahwa sesungguhnya marah adalah bara di dalam hati manusia. Tidakkah kau lihat pada warna merah kedua matanya dan terengah-engah nafasnya? Barang siapa yang mendapatkan sesuatu dengan marah, hendaklah memukul pipinya sendiri de-ngan tanah.75 Hadits terakhir di atas dimaksudkan sebagai pertanda bah-wa untuk menghancurkan rasa kesombongannya perlu menempatkan anggota yang paling utama ke tempat yang hina. Sebab takabur adalah penyebab utama dari kemarah-an, agar ia tahu posisinya sebagai hamba yang hina dan tak pantas untuk menyombongkan diri.

ي ب ٣ زت عجبسا ٤ ا بئ اظ وبئ دسعخ ا ؾ ٤ذسى ثب ع اش ا

ث٤ز ا٫ أSesungguhnya seseorang dengan kelemah lembutannya pasti akan mencapai derajat orang yang salat lagi berpuasa. Sesung-

73 HR Ibn Abi al-Dunya dengan sanad sahih, juga Ahmad dalam Mus-nad Ahmad, Abu Dawud, dan Ibn Hibban 74 HR Abu Dawud, Ahmad, dan al-Thabraniy dalam al-Kabir 75 Hadits hasan sahih riwayat al-Turmudziy

Page 46: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

46

guhnya ia pasti dicatat sebagai orang perkasa dan dengan sesuatu yang dikuasai kecuali kepada keluarganya.76

ؿ٤ظب ظ خ و٤ب ا ج ٣ ٨ هللا رؼب٠ ه ؼب ؼ٤ أ ٣ شبء أ بب ا٣ ب أ

Barang siapa yang menahan kemarahan yang seandainya ia ingin melampiaskannya ia dapat melakukannya, maka Allah akan me-menuhi hatinya dengan rasa aman dan iman pada hari kiamat nanti.77

عشػخ ؿ٤ عشػخ أؽت ا٠ هللا رؼب٠ ب ب ظ ب ب ػجذ ظ ع ٣

بب ك ا٣ ٨ هللا ع ػجذ ا٫ Tak ada tegukan yang lebih disenangi oleh Allah kecuali tegukan kemarahan yang ditahan oleh seseorang hamba. Tiadalah sese-orang hamba menahan yang demikian kecuali Allah akan meme-nuhi rongga dadanya dengan keimanan.78

76 HR al-Thabraniy dengan sanad dlaif, dan riwayat Abu Nu‟aym da-lam al-Hilyah 77 HR Ibn Abi al-Dunya dengan sanad dlaif, dan riwayat al-Turmudziy dan lain-lain dengan sanad hasan 78 HR Ibn Abi al-Dunya, di dalamnya ada kelemahan namun terkait de-ngan menahan kemarahan banyak disebutkan hadits sahih

Page 47: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

47

4. IRI HATI

asulullah saw memperingatkan agar seseorang tidak memendam rasa iri hati terhadap orang lain. Banyak peringatan yang disampaikan, misalnya dalam sab-

da beliau

ابس اؾطت ب رؤ ؾغبد ا ؾغذ ٣ؤ اIri hati akan menghancurkan amal baik seseorang bagaikan api yang membakar kayu.79

عؤ ؾغذ ا اط٤شح أؽذ اظ غ خشط ص٬س ٫ ٣ ثب ؽذص ارا ؽغذد ك٬ رجؾ غ ارا رط٤شد كب ذ ك٬ رؾون ي ارا ظ ر

Ada tiga hal yang tak seorangpun selamat dari ketiganya, yaitu: berprasangka, meramal, dan iri hati. Aku beritahukan kepadamu cara menyelamatkan diri dari ketiga hal tersebut, yaitu: bila ka-mu berprasangka janganlah kau benarkan, bila kamu meramal hendaklah kau langgar, dan bila kamu iri hati, janganlah kau ikuti.80

ـؼبء ج ا ؾغذ ا هج داء ا٧ دة ا٤Penyakit umat sebelum kamu akan merayap kepadamu, yaitu iri hati dan saling membenci.81

79 HR Abu Dawud dan Ibn Majah dengan sanad dlaif, dan riwayat al-Khatib dengan sanad hasan 80 HR Ibn Abi al-Dunya yang dalam sanadnya ada kedlaifan, demikian riwayat al-Thabraniy 81 Al-Turmudziy, dan riwayat al-Bazzar dengan sanad bagus, lihat Sha-hih al-Turmudziy dan al-Targhib wa al-Tarhib vol. 3 hal. 424-425

R

Page 48: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

48

Nabi Zakariya as bersabda bahwa Allah swt telah berfir-man,

ذ ث٤ ز٢ از٢ هغ وؼبئ٢ ؿ٤ش ساع ثوغ غزخؾ ز٢ ؼ ؾبعذ ػذ ا

د١ ػجبOrang yang iri hati adalah musuh terhadap kenikmatan-Ku, ma-rah terhadap keputusan-Ku, dan tidak rela terhadap pembagian-Ku yang telah Kuberikan kepada hamba-hamba-Ku. Pada hakekatnya iri hati terdiri dari tiga unsur, yaitu: 1. tidak senang terhadap kenikmatan yang ada pada

orang lain, 2. berusaha untuk melenyapkan kenikmatan orang lain,

dan 3. ingin memiliki agar kenikmatan tersebut berpindah ke-

pada dirinya. Cara pengobatan Mengobati rasa iri hati dalam diri seseorang dapat dilaku-kan dengan dua cara, yaitu dengan ilmu dan dengan perbuatan. Cara pertama, mengobati iri hati dengan ilmu adalah dengan menyadari bahwa iri hati yang ada dalam diri seseorang tidak akan membuat orang yang diiri rugi atau melarat bahkan memberi manfaat kepadanya. Orang yang iri hati akan memperoleh kerugian sebab semua amal baiknya akan rusak binasa. Ia akan berhadapan dengan murka Allah karena marah atau tidak senang terhadap keputusan Allah, serta pelit terhadap kenikmatan Allah yang diberikan kepada sekalian hamba-Nya. Ini adalah bahaya iri hati ditinjau dari segi agama. Ditinjau dari segi keduniaan, orang yang iri hati selalu da-lam kesusahan dan selalu mendongkol hatinya. Jika lawan atau rival yang diiri mendapat kenikmatan yang berlebih-

Page 49: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

49

an, orang yang iri bertambah sedih. Ia menginginkan agar lawannya mendapat musibah, namun kenyataan musibah tersebut sebetulnya menimpa dirinya sendiri. Orang yang iri hati selalu dalam kesusahan dan musibah, terutama jika lawannya mendapat kenikmatan. Lawan atau rivalnya te-tap mendapat manfaat dan tidak mendapatkan kesusahan, karena iri hati tidak dapat menghancurkan kenikmatan. Kebaikan lawan bahkan berlipat ganda karena kebaikan orang yang iri hati berpindah kepadanya, terlebih lagi jika orang yang iri hati tersebut menggunjing terus menerus. Keinginan orang yang iri hati agar kenikmatan lawan sirna tak terwujud, bahkan sebaliknya, Allah menambah kenik-matan akhirat nantinya. Sementara itu orang yang iri hati akan mendapatkan kesengsaraan di dunia dan di akhirat. Iri hati ibarat melempar musuh dengan bumerang yang tak mengenai sasaran, akhirnya kembali mengenai mata sen-diri yang menyebabkan kebutaan. Iblis mengajaknya untuk lebih mencaci maki lawannya, karena ia kehilangan kenik-matan dan kerelaan kepada takdir. Andaikan ia rela kepa-da takdir Allah, pastilah akan mendapat pahala. Apalagi ji-ka ia meninggalkan iri hati kepada orang-orang yang beril-mu dan beribadah, karena orang yang cinta kepada mereka akan mendapatkan pahala yang besar.

Page 50: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

50

Cara kedua, pengobatan iri hati dengan perbuatan, yaitu se-baiknya orang yang iri hati mengetahui hukum dan akibat yang ditimbulkan, baik ucapan maupun perbuatan. De-ngan demikian ia mau melawan dorongan untuk iri hati, bahkan memuji orang yang diiri, menampakkan rasa se-nang terhadap kenikmatan yang diterima seseorang, dan berlaku ”andap asor” atau berendah hati kepadanya. Cara ini dapat mengubah dari orang yang diiri menjadi orang yang disukai, hingga seseorang terlepas dari dosa karena iri hati. Allah swt berfirman,

كبرا ز٠ٲث دكغ ٱ ٠ أؽغ ث٤ زٱ ػذ ۥث٤ي ؤ ح ۥ ٤ ٠ ؽ Bantahlah dengan yang lebih baik. Jika di antaramu dan antara dia ada permusuhan, anggapkan seolah-olah ia sahabat karib.82 Kiat menghindari iri hati Terkadang seseorang akan merasa keberatan jika harus mempersamakan antara lawan dengan kawan. Seseorang tentu benci terhadap kemalangan kawan, sebagaimana ke-benciannya terhadap kenikmatan lawan. Sebaliknya ia akan senang terhadap kenikmatan kawan, sebagaimana ke-senangannya terhadap kemalangan lawan. Karena mem-persamakan antara lawan dengan kawan cukup berat, ma-ka ada kiat yang dapat dilakukan agar seseorang tersela-matkan dari dosa. Kiat tersebut adalah: 1. Jangan tampakkan iri hati dengan ucapan, gerak gerik

anggota badan, dan tingkah laku yang disengaja. Jika mampu, tentanglah dorongan untuk iri hati.

2. Merasa benci jika kenikmatan Allah yang diberikan ke-pada hamba-Nya lenyap. Jika kebencian tersebut dari dorongan agama yang bersatu dengan tabiat kepada kegembiraan akan hilangnya kenikmatan seseorang, maka tertolaklah dosa dimaksud. Tanda kebencian ada-

82 Surat Hamim as-Sajdah/Fushshilat ayat 34

Page 51: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

51

lah sekiranya seseorang mampu untuk menghilangkan kenikmatan lawan, ia tidak melakukannya serta merta menyenangi kenikmatan tersebut. Bila seseorang mam-pu menolong untuk melestarikan kenikmatan atau me-nambahnya, maka ia melakukannya.

Apabila seseorang sudah mampu berkiat demikian, baru-lah ia terbebas dari dosa. Orang yang demikian mengeta-hui bahwa jika orang yang diberi kenikmatan ternyata nan-ti berada di neraka, maka tak ada guna kenikmatan dunia-winya.

Page 52: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

52

Page 53: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

53

5. PELIT & SENANG HARTA

elit, kikir, atau bakhil adalah perangai yang perlu ditinggalkan dari diri orang mukmin. Beberapa fir-man Allah swt dan hadits Rasulullah saw yang ber-

kaitan dengan ancaman terhadap sifat pelit dan senang harta adalah:

٣م شؼ لغ ۦ ئي كؤ ل ٱ ؾBarang siapa yang terpelihara dari kepelitan dirinya, maka mere-kalah orang yang berbahagia.83

٫ ٣ؾغج ٱ ز٣ ب ءارى ث ٱ٣جخ لل كؼ ۦ ا خ٤ش Janganlah menduga bahwa orang-orang yang kikir dengan harta yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya akan menjadikan ke-baikan baginya.84

ٱا خزب٫ كخسا لل ب ٱ ٫ ٣ؾت ز٣ ش ٣ؤ ٲث بط ٱ٣جخ جخSesungguhnya Allah tidak mengasihi setiap orang yang sombong dan bermegah-megah, yaitu orang-orang yang kikir dan menyu-ruh orang lain agar kikir.85

ٱ كخس لل خزب ٱ٫ ٣ؾت ز٣ ش ٣ؤ ٲث بط ٱ٣جخ جخAllah tidak mengasihi setiap orang yang sombong dan bermegah-megah, yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain agar kikir.86

83

Surat al-Hasyr ayat 9 dan al-Taghabun ayat 16 84 Surat Ali Imran ayat 180 85 Surat al-Nisa‟ ayat 36 dan 37 86 Surat al-Hadid ayat 24 dan 25

P

Page 54: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

54

هج ب ي أ كب جخ ا ا٣بAwaslah kamu terhadap bakhil! Sesungguhnya kebakhilan telah mencelakakan orang-orang sebelum kamu.87

جذ شغشح ر جخ ا غخ ا٫ عخ٢ ظ ا غخ ك٬ ٣ جذ ك٢ ا اغخبء شغشح ر

ظ ابس ا٫ ثخ٤ ك٢ ابس ك٬ ٣Kedermawanan adalah sebuah pohon yang tumbuh di surga; karena itu tak akan masuk surga kecuali orang yang dermawan. Dan kekikiran adalah sebuah pohon yang tumbuh di neraka; karena itu tak akan masuk ke dalam neraka kecuali orang yang bakhil.88

بد ص٬س شؼ : شء ثلغ اػغبة ا زجغ طبع Tiga hal yang mencelakakan manusia, yaitu bakhil yang ditaati, dorongan nafsu yang dituruti, dan kesombongan seseorang ter-hadap dirinya sendiri.89

غ خب عج غ ب شؼ ع ب ك٢ اش شش Sejelek-jelek sifat yang terdapat dalam diri seseorang adalah kikir yang menyusahkan orang lain dan licik yang menjengkelkan hati.90

ك٢ ؽ٤بر جخ٤ هللا ٣جـغ ا اشؾ٢ ا ر ذ ػSungguh Allah memurkai orang yang pelit selama hidupnya, dan orang yang kikir ketika kematiannya.91

87 Juga disebutkan dengan kata اشؼ (Awaslah kamu dengan pelit) ا٣بriwayat Muslim; dan dalam Kanz al-Amal riwayat dari Ibnu Jarir disebutkan dengan بر ا ص ؼ ب ك ا دػب أه جخ ا كب جخ ا Awaslah kamu) ا٣بdengan bakhil, karena kebakhilan mengajak masyarakat sehingga mereka tidak mengeluarkan zakat.) 88 Riwayat al-Daruquthniy dengan kata yang mirip dan dalam sanad-nya ada perawi yang sangat dlaif; dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam al-Dlu‟afa 89 HR al-Thabraniy dalam al-Awsath dan al-Bazzar serta Abu Nu‟aym dengan sanad dlaif 90 HR Abu Dawud dengan sanad bagus 91 Al-Iraqiy menyatakan tidak menemukan sanadnya, sedangkan al-Su-yuthiy menyatakan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Kha-thib dari Ali ra dalam bab al-Bukhala‟

Page 55: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

55

جبخ ؼبثذ ا ا لبعش أؽت ا٠ هللا اغخ٢ اDermawan yang bodoh lebih dicintai oleh Allah dari pada ahli ibadah yang kikir.92

ئ ك٢ غ اصب خن :٫ ٣غز ء ا ع جخ اTidak berkumpul dua hal pada diri seorang mukmin, yaitu bakhil dan berakhlak jelek.93 Pelit vs Senang Harta Pelit dan senang harta adalah sama-sama tercela. Perbeda-an antara keduanya terletak pada pelakunya. Bagi orang miskin tidak akan menonjol sifat kebakhilannya dengan menahan harta yang dimiliki, namun ia menampakkan ke-senangannya kepada harta. Bila ada seseorang yang der-mawan tetapi ia senang sekali kepada harta, di balik itu sifat kedermawanan yang dilakukan dimaksudkan agar ia disebut sebagai orang dermawan, maka perbuatan demiki-an juga tercela menurut agama. Hal tersebut akan mele-ngahkan dirinya dari mengingat Allah serta menghadap-kan wajah hatinya kepada dunia sedemikian rupa sehingga erat sekali hubungan antara hatinya dengan dunia yang menyebabkan sukar kematian baginya. Terhadap hal ini Allah swt telah menjelaskan kedudukan harta dan pemiliknya, juga sabda Rasulullah saw. Ayat al-Quran dan hadits yang berkaitan dengan hal tersebut antara lain:

ب ١ ٱأ٣ ز٣ أ ا ٫ ر ءا ٥ أ ش ػ ر ٱد للWahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu terlengahkan

92 Bagian dari hadits riwayat al-Turmudziy dan dinyatakan sebagai ha-dits gharib 93 HR al-Nasaiy, Ibn Hibban, dan al-Hakim dengan kalimat: غ شؼ ٫ ٣غزت ػجذ أثذا ك٢ ه ب ا٣ (Tak akan bertemu antara kikir dan iman dalam hati sese-orang selamanya.)

Page 56: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

56

oleh harta dan anak-anakmu untuk mengingat Allah.94

ا ٱ ػ ب أ أ أ كزخ دKetahuilah bahwasanya seluruh harta dan anakmu adalah fit-nah.95

ب أ ا أ كزخ دSesungguhnya seluruh harta dan anakmu adalah fitnah.96

ى بصش ٱأ زKamu telah terlengahkan oleh kegiatan memperbanyak harta.97

٤ؼخ كزؾج ا اؼ خز ٤ب ا٫ رز اذJangan kau ambil pekerjaan yang menyebabkan engkau senang kepada dunia.98

اغ٬ اظ٬ح ج٢ ػ٤ ه٤ : ػ٤ ؟ كوب زي أشش أ١ أ :اغ٬

ا٧ؿ٤بء Nabi saw ditanya, “Umatmu yang mana yang lebih jelek?” Ja-wab Rasulullah saw, “Orang-orang kaya.”99

٫ ٣شؼش أخز ؽزل ل٤ ب ٣ م ٤ب ك أخز اذ Barang siapa yang mempergunakan harta melebihi kecukupan, maka ia telah mengambil kematiannya dalam keadaan tak disa-dari.100

سع هب د : .ا٢ ٫ أؽت ا اغ٬ ػ٤ :هب ؟ هب ب ي :

.ؼ اغ٬ ػ٤ ت ا :هب ه بي كب أؽت هذ هذ كب ب غ ع ش

٣زخق أ ش أؽت أ أخ ا ؾو ٣ Seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, sungguh aku ti-

94 Surat al-Munafiqun ayat 9 95 Surat al-Anfal ayat 28 96 Surat al-Taghabun ayat 15 97 Surat al-Takatsur ayat 1 98 HR al-Turmudziy dan al-Hakim dengan sanad sahih, dan al-Turmu-dziy mengatakan hadits hasan 99 Al-Iraqiy menyatakan bahwa hadits ini gharib dan tidak dijumpai dengan kalimat seperti ini; dan al-Zubaydiy menghadirkannya dalam Ittihaf al-Sadah al-Muttaqin Riwayat Ukhra vol. 9 hal. 669 100 Al-Iraqiy berkata bahwa hadits ini dikeluarkan oleh al-Bazzar dan dalam sanadnya ada kelemahan

Page 57: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

57

dak suka mati!” Sabda Nabi saw, “Apakah kamu punya harta?” Jawab orang tersebut, “Ya.” Rasul lalu menyahut, “Dahulukan hartamu ke dalam surga. Sesungguhnya hati seseorang lengket dengan hartanya. Bila hartanya telah didahulukan, ia senang un-tuk menemuinya; dan bila hartanya diakhirkan ia senang untuk berada di belakangnya.”101

خ ٦ئ ؼجذ هبذ ا بد ا ابط :ارا هب ؟ ب هذ ب خق؟ : Jika seseorang meninggal dunia, Malaikat berkata, “Apa yang te-lah didahulukan?” Sedangkan manusia bertanya, “Apa yang di-tinggalkan?”102

زوش رؼظ ػجذ اذس ارا ش٤ي ك٬ ا ظ ز ا رؼظ رؼظ ػجذ اذسCelakah pengabdi dirham! Celakalah pengabdi dinar! Celaka dan terpencil! Jika ia mendapat bencana tidak dikasihani.103 Hakekat harta dan bahayanya Ditinjau dari segala segi, hakekat harta tidaklah tercela. Ra-sulullah saw menyatakan,

ؼ ب اظ ع ش ؼ ب اظ ب ا ؼSebaik-baik harta halal adalah pada orang yang saleh.104 Juga sabdanya:

ضسػخ ا٥خشح ٤ب اذDunia adalah kebun akhirat.105 Harta tidak tercela secara mutlak, sebab manusia yang hidup di dunia bepergian menuju Allah memerlukan harta

101 HR Ibn al-Mubarak dalam al-Zuhd dan Abu Nu‟aym dalam al-Hilyah 102 Dikeluarkan oleh al-Bayhaqiy dalam Syu‟ab al-Iman 103 Hadits dikeluarkan oleh Bukhariy, tetapi tidak ada kata ارا ش٤ي ... 104 Dikeluarkan oleh Ahmad dan al-Thabraniy dengan sanad sahih 105 Al-Iraqiy menyatakan tidak menemukan hadits dengan kalimat se-perti ini secara marfu‟, dan diriwayatkan oleh al-‟Uqayliy dalam al-Dlu‟afa serta Abu Bakar bin Lal: ٦خشح ب د رض ٤ب ذ اذاس اذ -Kenik) ؼmatan hidup di dunia adalah bagi orang yang mempersiapkan di dunia untuk bekal akhirat.), sanad dlaif, lihat Ittihaf al-Sadah lil Muttaqin vol. 10 hal. 628

Page 58: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

58

sebagai bekal kehidupannya. Jasad manusia tak dapat hi-dup kecuali dengan makanan dan pakaian, yang kesemua-nya diperoleh dengan harta. Tetapi orang yang memahami kegunaan harta dan mengetahui bahwa harta adalah alat pembeli sarana dalam menempuh perjalanan hidupnya, ia tidak akan menempatkan harta pada derajat yang tinggi, dan tidak akan mengambilnya kecuali sekedar untuk bekal saja. Dengan demikian jika seseorang mencukupkan diri dengan hal seperti itu, ia akan merasa bahagia dengan har-ta yang dimiliki. Hal seperti ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw kepada Aisyah ra dalam satu dialognya,

٫ رخؼ٢ ٫ رغذد١ ت ٤ب ثضاد اش اذ ؾبم ث٢ كبهؼ٢ ارا أسدد ا

٤ظب ؽز٠ رشهؼ٤ هJika Adinda ingin bertemu denganku di surga, hendaknya Adin-da rela dengan harta sekedar bekal orang yang bepergian. Ja-nganlah Adinda melepaskan pakaian dan menggantinya dengan yang baru sebelum rusak.106 Karena itu pula Rasulullah saw dalam salah satu doanya memohon kepada Allah,

لبكب ذ ؾ د آ ه اعؼ اWahai Allah, jadikanlah makanan keluarga Muhammad sekedar cukup.107 Bila harta melebihi kadar kecukupan maka akan membuat kecelakaan sebagaimana sabda Rasulullah saw,

٫ ٣شؼش أخز ؽزل ل٤ ب ٣ م ٤ب ك أخز اذ Barang siapa yang mengambil harta melebihi kecukupannya, ma-ka ia akan mengambil kematiannya namun tidak ia sadari.108 Iba-rat seorang musafir, jika ia membawa bekal melebihi kebu-

106 HR al-Turmudziy dan al-Hakim, hadits gharib 107 HR Bukhariy dan Muslim 108 Dikeluarkan oleh al-Bazzar dari hadits Anas ra dengan sanad dlaif

Page 59: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

59

tuhan dalam perjalannya, maka ia akan mati di bawah be-kalnya yang berat dan tak akan sampai kepada tujuannya. Mengapa harta yang melebihi kadar kecukupan dapat mencelakakan diri pemiliknya? Hal ini dapat ditinjau dari tiga segi. Pertama, harta akan mengajak manusia untuk berbuat mak-siat. Orang yang memiliki harta lebih sangat mungkin un-tuk berbuat maksiat, dan sangat sulit menjauhkan diri dari kemaksiatan. Bukankah tempat-tempat kemaksiatan dipe-nuhi oleh mereka yang hartanya lebih dari sekedar kecu-kupan sebagaimana maksud doa Rasulullah di atas? Fitnah yang datang pada waktu senang adalah lebih besar dari pada ketika waktu susah. Lebih-lebih bersabar diri dengan segala kemampuan harta yang dimiliki adalah lebih berat. Kedua, harta akan membuat seseorang lengah untuk meng-ingat Allah. Padahal mengingat Allah adalah dasar kebaha-giaan akhirat. Di dalam hati seseorang akan berjejal sifat untuk memusuhi orang-orang yang bahagia, menghitung teman sekerja, memikirkan cara untuk menyingkirkan ko-leganya, berupaya untuk menambah harta yang dimiliki, dan mengusahakan cara yang dapat menghasilkannya, menjaganya, dan mengeluarkannya. Kegiatan tersebut ter-masuk hal yang membuat hati menjadi hitam, menghilang-kan kejernihan hati, dan membuat hati lengah untuk meng-ingat Allah. Itulah maksud firman Allah,

ى بصش ٱأ ز Kau telah terlengahkan oleh kegiatan memperbanyak harta!109 Ketiga, harta akan mengajak untuk menikmati hal-hal yang

109 Surat al-Takatsur ayat 1

Page 60: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

60

mubah, meskipun ini adalah tingkat yang terendah. De-ngan kenikmatan tersebut badan bertumbuh dan tak sabar terhadap keinginan menikmatinya. Mencari kenikmatan seperti ini tidak dapat dilaksanakan tanpa pertolongan makhluk lain dan berlindung pada kedhalimannya. Bila dilanjutkan, bernikmat-nikmat akan mengajak kepada per-buatan munafik, dusta, pamer, bermusuhan, dan memben-ci. Dari hal-hal seperti ini akan muncul sifat-sifat yang mencelakakan. Itulah sebabnya Rasulullah saw menyata-kan,

خط٤ئخ ٤ب سأط ؽت اذSenang dunia adalah pangkal setiap kesalahan.110 Kadar kecukupan Bila seseorang ditanya tentang seberapa kadar kecukupan harta yang diperlukan dalam hidupnya, nampaknya ada kecenderungan bahwa jawabannya hampir sama, yaitu harta yang dimiliki masih di bawah kadar kecukupan. Hal ini wajar karena standar atau tolok ukur setiap orang dapat berbeda. Jika demikian, standar mana yang dapat dipakai agar berlaku universal? Imam al-Ghazali menganalisis bahwa keperluan darurat atau keperluan yang mendesak hanyalah untuk makanan dan pakaian. Jika seseorang meninggalkan kemewahan berpakaian, maka dalam setahun diperlukan uang untuk membeli pakaian dua setel. Ukuran yang pernah dibuat al-Ghazali ketika itu adalah senilai dua dinar, yang dapat dipakai membeli pakaian musim panas dan musim dingin,

110 Dikeluarkan oleh Ibn Abi al-Dunya dan al-Bayhaqiy dalam Syu‟ab al-Iman dari riwayat al-Hasan secara mursal, sementara al-Suyuthiy me-nyatakan dlaif

Page 61: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

61

atau pakaian musim kemarau dan musin penghujan. Kua-litas kainnya sekedar dapat menahan panas dan dingin. Se-dangkan untuk ukuran makanan, seseorang cukup memer-lukan setengah mud (6,25 ons) sehari, yang jika dikalkulasi kebutuhan setahun berjumlah 500 kati. Adapun untuk la-uknya dapat dikonversi satu setengah nilai pakaian seta-hun. Dengan demikian ukuran keperluan orang bujangan adalah 5 dinar dan 500 kati per tahun; dan untuk yang ber-keluarga tinggal mengkalkulasi jumlah masing-masing anggota keluarga. Bagi orang yang ahli ibadah, yang menggantungkan hati-nya hanya kepada Allah semata, selepas bekerja seharian dan mendapat upah cukup untuk kebutuhan sehari saja, maka sisa waktu dipergunakan untuk sibuk beribadah. De-ngan ukuran ini, maka seseorang yang mendapat upah lebih dari kebutuhannya sehari, dan masih tetap mencari tambahan lagi, ia termasuk orang yang senang dunia. Ba-gaimana halnya dengan seseorang yang bukan pekerja, yang sibuk dengan ilmu dan ibadah serta rela terus terha-dap harta dengan ukuran di atas? Pasti ia tidak termasuk senang dunia. Pada masa sekarang, rasanya sulit untuk mendapatkan orang seperti yang dikategorikan oleh Imam al-Ghazali ter-sebut. Orang telah banyak terkuasai hatinya oleh rasa ba-khil dan keinginan untuk membantu orang yang sangat memerlukan hampir punah. Rela terhadap kadar seperti ukuran di atas adalah lebih utama dari pada meminta. Ke-relaan tersebutpun perlu persyaratan, yaitu hati merasa senang, tidak ada kebencian terhadap mati, dan tidak suka kepada harta. Pekerjaan seseorang yang menjadi sumber penghasilan atau mata pencarian hanyalah sekedar meme-nuhi kebutuhan yang mendesak sesuai hadits di atas. Ada-

Page 62: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

62

kah orang pada masa kini yang memikirkan kriteria seperti itu? Hal yang perlu diperhatikan adalah batasan yang dibe-rikan oleh Rasulullah saw, yaitu:

٤ب ا اذ ٤ؼخ كزؾج ا اؼ خز ٫ رزJangan kau ambil pekerjaan yang menyebabkan kamu senang ke-pada dunia.111 Seseorang yang menuju ke tempat pekerjaan guna mene-gakkan agama adalah sebagai orang yang mencari bekal, bukan orang yang menetap pada pekerjaan. Sebagian besar orang tidak dapat menerima ukuran atau kadar sebagaimana analisis al-Ghazali, kecuali dengan su-sah payah. Agama tidak melarang seseorang yang menam-bah sedikit dari kadar kecukupan tersebut, karena masih belum tergolong orang yang disebut sebagai “anak dunia” dan belum keluar dari kelompok “anak akhirat”. Orang-orang yang bepergian menuju Allah menginginkan harta dunia sekedar untuk menolak penyakit yang dapat menyi-bukkan dirinya hingga lupa mengingat Allah dan ibadah, tetapi bukan untuk berlezat-lezat dan bernikmat-nikmat di dunia. Apabila makanan mereka lebih, mereka berikan ke-pada orang-orang yang papa dan janda. Selain keperluan tersebut, maka tak ada alasan lagi untuk mencari tambahan harta kecuali untuk tiga hal, yaitu ber-nikmat-nikmat, bersedekah, atau persediaan jika terjadi bencana. Perbuatan bernikmat-nikmat akan memalingkan seseorang dari mengingat Allah, dan membuatnya sibuk dengan urusan keduniaannya. Bagi orang yang zuhud, me-ninggalkan harta dianggap lebih baik daripada bersedekah.

111 HR al-Hakim dengan sanad sahih, dan hasan menurut riwayat al-Turmudziy, sedangkan menurut Ahmad dengan kata ا كزشؿج

Page 63: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

63

Hal ini sesuai dengan pesan Nabi Isa as yang bersabda, “Wahai penuntut dunia, perbaikilah dirimu! Meninggalkan urusan keduniaan dalam mencari harta adalah lebih baik.” Apalagi seseorang yang mempersiapkan jika sewaktu-waktu terjadi bencana, adalah orang yang buruk sangka yang tak berkesudahan. Seyogyanya seseorang berbaik sangka terhadap pengaturan Allah bahwa sekiranya terjadi bencana yang menimpa hartanya, pastilah Allah akan membuka pintu rizki dari arah yang tak pernah tersangka-sangka. Bukantah Allah telah berfirman,

ن ٣ز ٱ لل ب ۥ٣غؼ خشع ؽ٤ش ٫ ٣ؾزغت ٣شصه Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberi jalan keluar baginya dan akan memberinya rizki dari arah yang tak pernah ia perkirakan.112 Seseorang yang menyatakan bahwa pernyataan Allah da-lam surat al-Thalaq tersebut jarang terjadi, maka tak patut baginya mempunyai keyakinan bahwa ia terjaga dari ben-cana atau petaka sepanjang umurnya. Bencana yang nyata adalah ketertutupan hati orang tersebut yang perlu disuci-kan dan diselamatkan dari dosa. Karena itulah baik sangka terhadap pengaturan Allah Azza Wa Jalla diberikan kepa-da para nabi, para wali, dan orang yang semacam itu, lan-taran mereka bertawakal kepada keutamaan Allah. Perlu diketahui bahwa tak ada sesuatu yang menimpa diri sese-orang kecuali yang terbaik baginya. Sesungguhnya Allah adalah pengatur kerajaan bumi dan kerajaan langit, yang maha mengetahui terhadap kemaslahatan seseorang. Fungsi harta Di atas telah disebutkan bahwa kadar kecukupan mungkin

112 Surat al-Thalaq ayat 2 dan 3

Page 64: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

64

dapat ditambah atau dikurangi dengan meneliti keadaan fisik seseorang dan kondisi lingkungannya. Meskipun de-mikian, Imam al-Ghazali yakin dengan pasti bahwa harta adalah ibarat obat yang dapat bermanfaat bagi seseorang dengan kadar tertentu. Bila berlebihan penggunaannya da-pat mematikan, dan dekat dengan berlebihan meski tidak sampai mematikan, paling tidak akan menambah sakit. Oleh karena itu orang harus mempergunakan sedikit harta dan menghindarkan diri dari boros serta bersenang-senang dengan harta. Bukanlah berarti mempersedikit kecuali de-ngan sedikit merasa kesempitan pada suatu waktu. Orang yang telah yakin, ia tak akan merasa berat untuk melapar-kan dirinya di dunia guna menghadapi pesta di surga ke-lak, karena ia tahu bahwa kelezatan sesuatu adalah menu-rut kadar lapar. Perut yang kenyang tak dapat merasakan kelezatan ubi bakar atau tempe rebus sebagaimana perut yang lapar. Kriteria bakhil Bakhil adalah menahan sesuatu yang diwajibkan oleh sya-ra‟ atau oleh kehormatan. Orang yang menyerahkan seba-gian harta yang diwajibkan oleh pengadilan kepada isteri atau kerabatnya sedangkan setelah itu ia berusaha untuk memberi nafkah dengan jumlah yang lebih sedikit adalah termasuk orang bakhil. Namun, seseorang yang mengem-balikan barang yang dibeli kepada penjualnya karena ter-nyata timbangannya kurang, ia tidak termasuk orang ba-khil.

Allah swt. dalam al-Quran menyindir orang-orang yang berbuat kikir sebagaimana firman-Nya,

رجخا ب ك٤ؾل ا ٣غـJika ia meminta hartamu secara berulang, lalu kamu berlaku ba-

Page 65: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

65

khil.113 Sesuatu yang harus dilakukan untuk menjaga kehormatan dan untuk menolak celaan orang lain adalah termasuk pe-ngertian syara‟. Tingkatan terhadap hal ini berbeda sesuai dengan perbedaan orang dan kadar harta yang dimiliki. Misalnya, seseorang yang memiliki harta dan mampu un-tuk menangkis serangan dan celaan terhadap dirinya de-ngan sedikit harta yang dimiliki namun ia tidak melaku-kannya, maka ia termasuk orang bakhil meskipun hal itu bukan kewajiban baginya. Rasulullah saw menyatakan,

طذهخ ػشػ ك شء ث ه٠ ا ب Sesuatu yang digunakan seseorang untuk menjaga kehormatan-nya adalah sedekah baginya.114 Harta dijadikan untuk manfaat dan karena manfaat itulah harta disimpan dan dibelanjakan oleh seseorang. Bila sese-orang enggan membelanjakan hartanya padahal faedah membelanjakan harta tersebut lebih besar dari pada mena-hannya, maka ia adalah orang bakhil dan cinta harta. Harta tidak patut untuk disenangi karena materinya. Seseorang boleh menyenangi harta karena manfaat atau faedahnya. Karena itu harta harus dibelanjakan untuk sesuatu yang le-bih besar manfaatnya. Menjaga kehormatan, misalnya, ada-lah lebih utama dan lebih besar manfaatnya dari pada ber-nikmat-nikmat dengan makanan yang banyak dan enak-enak. Kebanyakan orang lebih suka membelanjakan harta untuk makanan yang demikian mahal ketimbang mem-belanjakannya untuk kemaslahatan umum atau untuk in-fak. Bandingkan orang yang merasa besar mengeluarkan

113 Surat Muhammad ayat 37 114 Dikeluarkan Abu Ya‟la dan Ibnu Adiy dari Jabir; dan di dalam Fath al-Bariy Muslim mengeluarkan hadits serupa dari Hudzayfah, demiki-an pula yang dikeluarkan oleh al-Daruquthniy dan al-Hakim

Page 66: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

66

hartanya untuk infak di masjid, padahal ketika nilai yang sama dari harta itu dibelanjakan di mall ternyata terasa kecil. Pelit dan senang harta dapat menyeret seseorang kepada kebodohan. Seseorang yang tidak mau menjaga kehormat-an diri sehingga rela dikatakan pelit, namun suka membu-ang uang guna hal-hal yang kurang bermanfaat untuk agama agar dikatakan sebagai orang berduit adalah akibat dari kepelitan dan kesenangannya terhadap harta. Orang seperti inilah yang disebut terseret kepada kebodohan, dan ini adalah puncak kebakhilan. Jika ia mengetahui perbeda-an nyata seperti itu tetapi masih sukar baginya membelan-jakan harta untuk hal yang lebih berguna dan lebih berfae-dah, maka ia adalah orang bakhil. Seseorang akan terbebas dari bakhil jika ia tidak merasa be-rat untuk membelanjakan hartanya yang menurut syara‟ dan akal patut untuk dilakukan. Adapun derajat kederma-wanan seseorang tidak akan diperoleh kecuali dengan membelanjakan hartanya melebihi kewajiban syara‟ dan kehormatan. Cara pengobatan Obat bakhil adalah kapsul yang diramu dari dua bahan, yaitu ilmu dan amal. Ramuan pertama obat bakhil adalah ilmu, yaitu terdiri dari: 1. Mengetahui kecelakaan akibat bakhil di akhirat dan ke-

hinaan di dunia. 2. Mengetahui bahwa harta tidak akan ikut serta dibawa

bila ia menetap di dalam kubur. 3. Menyadari bahwa harta adalah milik Allah yang ditem-

patkan pada seseorang untuk dibelanjakan pada perin-

Page 67: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

67

tah Allah yang lebih penting. 4. Mengetahui bahwa menahan harta untuk bernikmat-

nikmat dan menuruti syahwat adalah lebih baik dari pada menahannya untuk pahala akhirat.

5. Memperhatikan bahwa menuruti syahwat adalah tabiat binatang, sedangkan menuruti syara‟ adalah tabiat orang berakal.

6. Memperhitungkan bahwa meninggalkan harta untuk anak-anaknya yang dianggap sebagai solusi terbaik adalah wujud kebodohan bila ia sendiri menghadap Tuhannya dengan kejelekan. Sebab jika anaknya saleh, maka Allah akan mencukupinya dan jika anak tersebut fasik, maka harta peninggalannya akan membantunya pada kemaksiatan. Harta tersebut menjadi penyebab anak tetap dalam kemaksiatan, memberi kesengsaraan bagi orang yang meninggalkannya, dan menikmatkan orang lain.

Ramuan kedua obat bakhil adalah berisi amal, yaitu: 1. Membawa dirinya untuk membelanjakan harta dengan

paksaan dan selalu melakukan hal itu hingga menjadi adat kebiasaannya.

2. Jalan untuk melakukan hal tersebut ialah menipu diri-nya dengan kebaikan nama dan mengadakan perban-dingan hingga senang membelanjakan harta.

3. Meningkatkan pengekangan terhadap sifat-sifat yang tidak baik.

Page 68: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

68

Page 69: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

69

6. AMBISI & GILA PANGKAT

llah swt menjelaskan bahwa orang yang tidak gila pangkat akan mendapatkan kebahagiaan di akhi-rat. Firman Allah menjelaskan hal tersebut,

ي ءاخشح ٱ ذاس ٱر ا ك٠ ػ ٫ ٣ش٣ذ ز٣ ب ا ٧سع ٱغؼ ٫ كغبد Rumah akhirat Kami sediakan untuk orang-orang yang tidak menghendaki pangkat yang tinggi di dunia dan tidak pula meng-hendaki kerusakan.115 Terhadap ambisi dan gila pangkat, Rasulullah saw mem-beri ulasan antara lain:

البم ك٢ جزب ٣ غب ا ب بء ؽت ا جذ ا ب ٣ ت و ا جو اCinta harta dan gila pangkat akan menumbuhkan sifat munafik di dalam hati, bagaikan air menumbuhkan sayur mayur.116

ب ؽت ا ب ضش كغبدا ك٤ ثؤ أسع٬ ك٢ صس٣جخ ؿ ػبس٣ب ب رئجب غ ا ع اش ك٢ د٣ غب ا

Dua serigala yang ganas yang dimasukkan ke kandang kambing tidak lebih membuat kerusakan dibandingkan dengan kerusakan yang ditimbulkan akibat cinta harta dan gila pangkat dalam aga-

115 Surat al-Qashash ayat 83 116 Al-Iraqiy menyatakan tidak menemui hadits dengan kalimat ini, se-dangkan al-Zubaydiy menyatakan bahwa hadits ini dikeluarkan oleh Abu Manshur al-Daylamiy dalam Musnad al-Firdaws dengan sanad dla-if

A

Page 70: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

70

ma seorang muslim.117

٫ ٣ئث ر١ ؽ سة أشؼش أؿجش ش٣ ػ٠ هللا ٧ أهغ ث شBanyak orang yang kepalanya penuh debu, berpakaian buruk, yang apabila ia bersumpah atas nama Allah niscaya akan diteri-ma.118 Maksud hadits ini adalah pujian Rasulullah saw ter-hadap orang yang menyembunyikan pangkat yang ia mi-liki.

غخ ا أ ارا اعزؤرا ا ٫ ٣ئث از٣ ش٣ أشؼش أؿجش ر١ ؽ

ا ؾ ٣ ار ا خطت اغبء ٣ئر شاء ػ٠ ا٧ ا ارا هب خ و٤ب ا س ٣ هغ ك٢ طذس غ رزغ ائظ أؽذ ؽ ظذ ٣

عؼ ػ٠ ابط Sesungguhnya ahli surga ialah setiap orang yang kepalanya pe-nuh dengan debu, berpakaian buruk, dan tidak diperhatikan; yang apabila mereka meminta ijin kepada pejabat tidak dikabul-kan, apabila meminang wanita ditolak, apabila berbicara tidak di-dengarkan, dan keinginan salah seorang di antara mereka itu ha-nya terpendam dalam dadanya. Tetapi di hari kiamat, apabila cahanya dibagikan kepada semua orang pasti merata.119 Beberapa sahabat dan tabiin menceriterakan tentang ting-kah laku orang pada masanya. Misalnya ceritera dari Su-layman bin Handholah120 tentang perbuatan Ubay bin

117 Dikeluarkan oleh al-Nasaiy dan al-Turmudziy dan dikatakan sebagai hadits hasan sahih dengan perbedaan sebagian kata-katanya 118 Dikeluarkan oleh Muslim; hadits serupa diriwayatkan dari Anas bin Malik ra sebagaimana dimuat dalam Sunan al-Turmudziy vol. 5 hal. 692, Syu‟ab al-Iman vol. 7 hal. 331 dan dari Abu Hurayrah ra dalam al-Mus-tadrak vol. 4 hal. 364 119 Hadits yang sama riwayat Abu Hurayrah ra sebagaimana tersebut dalam Syu‟ab al-Iman vol. 7 hal 332 dengan kalimat: ى ا أ غخ ا

شاء أشؼش أؿجش ر ارا اعزؤرا ػ٠ ا٧ ش٣ ار ا ١ ؽ ٣ئر ا ؽجا ؾ ٣ غبء ا اأ ارا هب

ؾذ٣ش ظذ ا ٣ س بعخ ؽ و هغ ك٢ طذس غ رزغ أؽذ ا٧سع ث٤ أ عؼ 120 Handholah adalah Ibnu Abi „Amir, termasuk sahabat yang terpan-dang, terkenal dengan sebutan “al-Ghasil” yang mati syahid di tangan Abu Sufyan bin Harb dan menurut penuturan isterinya dalam keadaan

Page 71: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

71

Ka‟ab yang dialaminya. “Ketika kami berada di sekeliling Ubay bin Ka‟ab, kami berjalan di belakangnya. Tiba-tiba Khalifah Umar bin Khatab ra melihat mutiara yang dipakai oleh Ubay bin Ka‟ab di atas kepalanya. Sulaiman lalu berkata, ”Lihatlah wahai Amirul Mukminin! Apa yang akan Tuan lakukan?” Umar menjawab, ”Sesungguhnya ini membuat hina bagi orang yang mengikuti dan membuat fitnah bagi orang yang diikuti.” 121 Al-Hasan berkata, “Sesungguhnya derap sepatu di bela-kang orang itu sedikit sekali membuat hati hati orang-orang tolol tetap besertanya.” Sedangkan Abu Ayyub ber-sumpah, “Demi Allah, Allah tidak membenarkan sese-orang hamba untuk makhluk-Nya jika ia tidak merasakan di tempatnya.” Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui tempat tercela-nya kemasyhuran dan pangkat kecuali jika Allah memasy-hurkan hamba-Nya di dalam agama dengan tanpa mencari kemasyhuran tersebut. Demikianlah Allah memasyhurkan para nabi, para Khulafaur Rasyidin, para ulama, dan para wali. Hakekat pangkat Pangkat pada hakekatnya adalah menguasai hati orang la-in supaya tunduk kepada orang yang mempunyai pangkat untuk menuruti kemauannya, lisannya dipergunakan un-

junub dan dikatakan oleh Rasul bahwa Malaikat telah memandikannya sehingga dikenal dengan ؽظخ اـغ٤ 121 Disebutkan dalam Sunan al-Darimiy Bab Orang Yang Benci Ketenar-an dan Kemasyhuran, hadits ke-528 ادس٣ظ ، هب اؼ٬ء ، ؽذصب اث ـ أخجشب ؾذ ث

ػ ث ؼذ بس ب، ع ه ، كب هب ؾذس ا٤ ؼت أر٤ب أث٢ ث خ ،، هب ظ ؽ ث زشح ، ػ ع٤ب

: ، كوب : كبروب ثزساػ٤ ح، هب ش ثبذس ش كزجؼ كؼشث ػ وب ػ ل، كش ش٢ خ ؾ ٤ ٣ب أ٤ش ائ

خ زبثغ بز زجع ب رش كزخ : أ غ هب ظ .

Page 72: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

72

tuk memujinya, dan bekerja untuk memenuhi keinginan-nya. Jika harta berarti memiliki uang untuk menyampaikan kepada semua tujuan, maka pangkat ditujukan untuk me-nguasai semua hati orang. Mengapa pangkat lebih disukai dari pada harta? Imam al-Ghazali mencoba menyampaikan analisisnya sebagai ber-ikut: 1. Dengan pangkat orang lebih mudah untuk sampai ke-

pada harta yang diinginkan dari pada kemudahan har-ta untuk mendapatkan pangkat.

2. Pangkat tidak dapat dicuri, tidak dapat digasab (di-pinjam tanpa ijin), dan aman dari hama.

3. Pangkat dapat bertambah besar dan meluas tanpa pak-saan.

4. Orang yang hatinya telah dikuasai dengan itikad meng-agungkan orang yang berpangkat selalu memuji dan menjaring hati orang lain untuk atasannya.

5. Pangkat berarti ketinggian, kebesaran, dan kemuliaan. Ketiganya adalah termasuk sifat-sifat ketuhanan. Ma-nusia menyukai sifat ketuhanan karena tabiat, bahkan dirasa paling lezat dari lainnya karena hal tersebut ada-lah untuk rahasia dalam munasabah ruh kepada masa-lah ketuhanan. Hal ini digambarkan oleh Allah swt da-lam al-Quran:

ػ ٱه ش سث ش أ ٢ Katakanlah wahai Muhammad: Ruh itu termasuk urusan Tuhanku.122

Ruh adalah urusan ketuhanan yang membatasi manusia dari segi tabiat untuk menyendiri dalam wujud. Sendiri dalam wujud adalah hakekat ketuhanan, karena tidak ada

122 Surat al-Isra‟ ayat 85

Page 73: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

73

sesuatu yang wujud beserta Allah. Segala sesuatu yang wujud adalah sebagai bayangan dari cahaya kekuasaan. Oleh karena itu segala yang wujud mempunyai derajat mengikuti, bukan derajat menyertai. Manusia menginginkan hal tersebut bahkan di dalam seti-ap diri manusia ada keinginan untuk berkata, “Akulah Tuhanmu yang tertinggi.” Hanya Fir‟aun yang telah me-nyatakan ucapan tersebut, sedangkan selain Fir‟aun me-nyembunyikannya. Apabila menyendiri di dalam wujud telah hilang pada diri manusia, ia menginginkan untuk tidak kehilangan perasaan lebih tinggi. Kekuasaan untuk merampas segala yang wujud dipergunakan menurut ke-mauannya dan itulah urusan ketuhanan!

Page 74: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

74

Namun demikian manusia terhalang untuk merasa lebih tinggi dan menguasai langit, bintang, lautan, dan gunung. Ia ingin merampas semuanya dengan ilmu, karena ilmu itu semacam perampasan juga. Orang yang tidak mampu me-nempatkan atau membuat segala sesuatu yang mengagum-kan, ia ingin mengetahui caranya. Demikianlah manusia ingin mengetahui keanehan lautan yang terkandung oleh gunung dan menggambarkan untuk dapat menguasai ben-da-benda yang berada di permukaan bumi, baik manusia, barang tambang, maupun tetumbuhan. Manusia senang se-muanya dan menguangkannya. Ia menggambarkan untuk dapat menguasai manusia lain dan senang menguasai de-ngan perantaraan hati. Ia senang memiliki hati manusia de-ngan meletakkan kebesaran diri padanya. Kebesaran terse-but tercapai bila orang lain telah yakin bahwa pada dirinya terdapat kesempurnaan sifat, karena keagungan itu meng-ikuti keyakinan terhadap kesempurnaan. Oleh sebab itu manusia ingin pangkatnya meluas dan ke-hormatannya tersebar sampai ke negara yang ia tahu de-ngan pasti bahwa ia tidak akan menjejakkan kakinya di negara tersebut lagi tidak mengetahui penduduknya. Se-mua itu adalah sesuai dengan sifat-sifat ketuhanan. Setiap orang yang pandai, sifat ini akan menguasai dirinya, sedangkan syahwat kebinatangan dalam dirinya menjadi lemah. Kesempurnaan sejati dan semu Dari uraian di atas, timbul pertanyaan: Mengapa mencari pangkat yang tinggi termasuk tercela? Bukankah pangkat yang tinggi adalah hasil dari akal dan keistimewaan ruh yang sesuai dengan urusan ketuhanan?

Page 75: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

75

Memang mencari ketinggian derajat yang sejati tidak terce-la, bahkan terpuji, karena hal tersebut adalah tuntutan setiap orang dan berarti dekat dengan Allah Taala. Itulah ketinggian derajat dan kesempurnaan, karena hal tersebut adalah kemuliaan yang tak ada kehinaannya, kekayaan yang tak ada kemelaratannya, kekal yang tak ada kehan-curan sesudahnya, dan kelezatan yang tak ada kekotoran-nya. Menuntut yang demikian adalah terpuji. Sesungguhnya yang dicela adalah mencari kesempurnaan semu, bukan yang sejati. Kesempurnaan sejati kembali ke-pada ilmu, kebebasan, dan kekuasaan. Hakekat kekuasaan tidak dapat digambarkan pada seorang manusia, karena kekuasaan manusia disebabkan oleh harta dan pangkat. Kekuasaan demikian adalah kesempurnaan semu, karena hal tersebut sesuatu yang lahir tanpa kekekalan. Padahal tak ada kebaikan dalam hal yang tak ada kekekalan pada-nya. Kata syair Arab:

س ذ١ ك٢ عش ػ ـ زوب * أشذ ا طبؽج ا ػ ٫ ر٤وKesusahan yang paling berat bagiku adalah dalam kesenangan, yang pemilik kesenangan tersebut yakin akan bahwa kesenangan tersebut hilang. Mengapa demikian? Karena kekuasaan yang datang serta merta diikuti dengan kecepatan habisnya sebab kematian dan bencana yang menimpa tidak bebas dari kekotoran. Oleh sebab itu orang yang menyangka hal tersebut sebagai suatu kesempurnaan, terpelesetlah ia. Kesempurnaan sejati adalah dalam hal-hal yang kekal dan baik, yang dapat diperoleh melalui pendekatan diri kepada Allah Subhanahu Wa Taala. Kesempurnaan ini tak akan lenyap yang disebabkan oleh kematian, bahkan menjadi berlipat ganda tanpa batas. Kesempurnaan dimaksud ada-

Page 76: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

76

lah makrifat kepada dzat, sifat, dan perbuatan Allah, yaitu pengetahuan terhadap semua yang wujud karena tak ada di dalam wujud kecuali Allah dan segala perbuatan-Nya. Akan tetapi peneliti terkadang memperhatikan di dalam wujud itu dari segi yang lain yaitu tidak dari segi bahwa hal tersebut adalah perbuatan Allah. Misal orang yang me-neliti pembedahan untuk tujuan ilmu kedokteran, atau perhatian seksama terhadap tingkah alam untuk mencari pedoman dalam hukum perbintangan. Pengetahuan dari hasil penyelidikan seperti ini sama sekali tidak terdapat ke-kuasaan di dalamnya. Termasuk dalam kesempurnaan sejati ialah kebebasan, ya-itu keterputusan ikatan seseorang dari semua kaitan dunia bahkan dari setiap sesuatu yang akan berpisah dengan se-seorang karena kematian, serta mencukupkan diri dalam berpaling kepada sesuatu keharusan, yakni Allah. Firman Allah swt kepada Nabi Dawud as, ”Wahai Dawud, Aku adalah sembahanmu yang terus menerus. Maka tetaplah kamu pada sesembahanmu.” Ilmu dan kebebasan termasuk hal yang baik, kekal, dan ke-duanya adalah kesempurnaan sejati. Sedangkan harta dan anak adalah hiasan kehidupan di dunia dan keduanya ada-lah kesempurnaan semu. Orang yang terbalik ialah mereka yang menentang kesempurnaan sejati. Mereka berpaling dari mencari kesempurnaan sejati dan sibuk mencari ke-sempurnaan semu. Mereka adalah orang yang susah pada waktu mati karena neraka penyesalan. Mereka menyaksi-kan kerugiannya di dunia dan di akhirat. Kerugian di akhi-rat dikarenakan mereka menuntutnya namun tak mem-peroleh sebab-sebabnya berupa makrifat dan kebebasan; dan kerugian di dunia dikarenakan mereka terpisahkan dan menghadapi ahli warisnya.

Page 77: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

77

Jangan disangka bahwa iman dan ilmu dapat terpisah ka-rena kematian seseorang. Kematian tidak menghancurkan tempat ilmu sama sekali. Mati tidak berarti ketiadaan, se-hingga orang mengira bahwa apabila seseorang tidak ada sebab mati maka tak ada pula sifat-sifat orang tersebut. Arti kematian adalah keterputusan hubungan antara ruh dengan badan sampai ruh tersebut dikembalikan lagi. Bila ruh tersebut tanpa badan, maka ruh dalam keadaan yang dialaminya sebelum mati, yaitu pengetahuan dan kebodoh-an. Memahami hal ini adalah terlalu panjang karena ba-nyak rahasia yang terkandung di dalamnya yang tidak akan dapat dimuat uraiannya di buku ini. Cara pengobatan Setelah diketahui bahwa pangkat pada hakekatnya adalah kesempurnaan semu, maka cara mengobati jiwa adalah de-ngan mengendalikan hati terhadap gila pangkat. Jika se-mua orang di dunia sujud kepada seseorang, maka hal ter-sebut tidak kekal. Mengapa masa berbuat bakhil untuk me-nyerahkan kerajaan kepada seseorang lebih-lebih di nega-ranya sendiri? Bagaimana ia rela meninggalkan kerajaan yang kekal dan pangkat yang lama serta luas di sisi Allah dan para malaikat-Nya? Sementara pangkat yang dimi-likinya hina lagi sempit di sisi sekelompok orang tolol yang tak mampu memberi manfaat maupun kesengsaraannya. Mereka semua tak memiliki kematian, kehidupan, kebang-kitan, rizki, dan ajal untuknya. Kenikmatan menguasai hati ibarat menguasai materi. Se-dangkan orang memerlukannya dalam kadar yang sedikit untuk menjaga dirinya dari penganiayaan dan permusuh-an serta hal-hal yang mengganggu keselamatan dan kela-pangan yang diperlukan untuk menegakkan agamanya.

Page 78: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

78

Oleh karena itu tuntutan terhadap kadar ini diperbolehkan, dengan syarat: 1. harus rela dengan kadar yang sangat diperlukan seperti

dalam harta, 2. pangkat itu tidak diperoleh dengan memamerkan amal

ibadah, karena yang demikian adalah haram, dan 3. pangkat tersebut tidak diperoleh dengan menipu yaitu

memperlihatkan sesuatu yang sebetulnya tidak ada pa-da dirinya, karena tak ada beda antara orang yang me-nguasai hati melalui cara tipuan dengan orang yang menguasai harta.

Bila seseorang telah berhasil memiliki pangkat dengan per-syaratan tersebut dan mencukupkan diri dengan kadar se-kedar menolak bahaya, insyaallah selamat. Hanya saja ke-adaannya lebih mengkhawatirkan dari pada harta, karena pangkat yang sedikit akan menggiring kepada kuantitas akibat kelezatannya dibandingkan dengan harta. Karena itu sedikit sekali orang yang dapat selamat, kecuali mereka yang menyembunyikan pangkatnya sehingga tidak diketa-hui dan tidak dikenal. Di antara dorongan mencari pangkat adalah senang pujian. Pujian yang membuat seseorang merasakan kelezatan da-pat ditinjau dari tiga segi, yaitu: 1. Orang yang dipuji merasakan kesempurnaan dirinya,

karena kesempurnaan termasuk sifat-sifat ketuhanan. 2. Orang yang dipuji merasa memiliki atau menguasai ha-

ti orang yang memuji, sehingga merasa bahwa dalam hati pemujinya telah tertancap kepangkatan dirinya.

3. Orang yang dipuji merasa bahwa orang yang memuji akan memperdengarkan pujiannya, sehingga pangkat-nya dapat tersebar luas.

Page 79: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

79

Kelezatan mendapat pujian akan bertambah jika yang me-muji adalah: 1. orang yang tajam mata hatinya (ahli bashirah) terhadap

sifat kesempurnaan, 2. orang yang pangkat dan kekuasaannya lebih tinggi dari

pada yang dipuji, dan 3. melakukannya di depan orang banyak. Namun bila ketiga kondisi tersebut tidak terwujud, kele-zatan pujian bahkan bisa sirna. Kelezatan pertama, merasa-kan kesempurnaan, akan lenyap bila pujian dilakukan oleh orang bukan ahli bashirah karena ia tidak merasakan ke-sempurnaan. Kelezatan kedua lenyap bila dilakukan oleh orang hina yang sama sekali tidak mempunyai kekuasaan, karena menguasai hati orang tersebut tidak ada artinya. Kelezatan ketiga akan lenyap bila dipuji di tempat yang su-nyi, tidak di hadapan orang banyak. Sementara itu, orang benci akan celaan. Mengapa demiki-an? Celaan bertentangan dengan sebab-sebab tersebut. Ke-banyakan yang mencelakakan seseorang adalah senang pu-jian dan benci celaan. Hal tersebut akan membawa sese-orang untuk pamer dan bermacam-macam maksiat. Cara mengobatinya adalah dengan memikirkan kepada ke-lezatan yang pertama. Apabila seseorang dipuji sebab ba-nyak harta dan pangkat, hendaklah ia mengetahui bahwa hal tersebut adalah kesempurnaan dugaan yang dapat menjadi penyebab kesempurnaan sejati hilang. Oleh karena itu sepatutnya ia bersedih karena ada pujian dan bukan bersenang hati. Apabila ia dipuji sebab kemampuan ilmu dan wara‟, seyogyanya ia bergembira karena adanya sifat-sifat tersebut, kemudian berterima kasih kepada Allah dan tidak kepada selain-Nya. Namun jika ia tidak memiliki si-

Page 80: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

80

fat tersebut, maka kesenangannya mendapat pujian adalah suatu ketololan, bagaikan kesenangan orang yang dipuji dengan ucapan, “Alangkah harumnya bau minyak wangi yang ada di dalam perut besarmu!” Padahal isi perut besar adalah kotoran dan bau busuk. Kelezatan kedua dan ketiga, yaitu kelezatan pangkat di sisi orang yang memuji dan lainnya dapat diobati seperti da-lam pengobatan gila pangkat.

Page 81: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

81

7. SENANG DUNIA

enang dunia adalah pangkal setiap kesalahan. Mak-sud dunia di sini bukan hanya gambaran tentang har-ta dan kedudukan saja. Keduanya hanyalah sebagian

dan merupakan cabang dari dunia. Dunia adalah gambar-an tentang keadaan sebelum mati, sedangkan akhirat ada-lah gambaran tentang keadaan setelah mati. Dengan demi-kian segala yang dimiliki oleh seseorang sebelum mati ter-masuk dunia kecuali ilmu, makrifat, dan kebebasan. Segala yang tetap setelah mati adalah lezat bagi orang yang tajam pandangan mata hatinya, akan tetapi tidak termasuk dunia meskipun berada di dunia. Di dalam bagian-bagian dunia ini terdapat bantuan dan hubungan dengan bagian akhirat dan berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Bagian-bagian duniawiyah adalah: (1)materi yang wujud, (2)bagian sese-orang di dunia, dan (3)kesibukan mengurus dunia. Materi Dunia Materi dunia adalah bumi dan segala yang ada di atasnya. Firman Allah Taala,

ب ػ٠ ب ب ٧سع ٱاب عؼ ص٣خ Sesungguhnya Kami telah menjadikan segala yang ada di atas bumi ini sebagai hiasan baginya.123

123 Surat al-Kahfi ayat 7

S

Page 82: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

82

Pemanfaatan bumi dan isinya oleh manusia antara lain: a. Wujud bumi untuk tempat tinggal dan kebun atau la-

dang. b. Tumbuh-tumbuhan untuk obat dan makanan. c. Barang tambang untuk mata uang, bejana, dan perka-

kas. d. Binatang untuk kendaraan dan makanan. e. Manusianya untuk dinikahi dan untuk berbuat kebaik-

an. Allah telah menjelaskan hal itu dalam firman-Nya,

ٱبط ؽت ص٣ د ش ٱ غبء ٱ ج٤ ....... Manusia itu dihiasi senang syahwat kepada perempuan dan anak-anak ... dst.124 Bagian Seseorang di Dunia Al-Quran telah menggambarkan bagian seseorang di dunia untuk hawa nafsu sebagaimana firman Allah yang berbu-nyi:

سث وب خبف ب أ ٠ ۦ لظ ٱ ٱػ ٠ غخ ٱكب ٱ ؤ

Adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan men-cegah nafsu dari hawa, maka surgalah tempat kembalinya.125 Firman Allah yang lebih terperinci sebagaimana termuat dalam al-Quran surat al-Hadid yang berbunyi:

ا ٱ ب ػ ح ٱأ ٤بٱ ؾ٤ بصش ك٠ ذ ر رلبخش ث٤ ص٣خ ٱؼت ٧

ٱ ... د ٧Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia itu adalah permainan, iseng-iseng, berhias, bermegah-megahan di antara kamu, berlom-ba dalam banyak harta dan anak, ... dst.126

124 Surat Ali Imran ayat 14 125 Surat al-Nazi‟at ayat 44 dan 41 126 Surat al-Hadid ayat 20

Page 83: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

83

Untuk memperoleh bagian dunia tersebut akan masuk ber-bagai macam penyakit batin yang mencelakakan seperti menggerutu, takabbur, hasud, pamer, kemunafikan, ber-megah-megah, banyak-banyakan, senang dunia, dan se-nang pujian yang kesemuanya adalah dunia yang batin. Sedangkan materialnya adalah dunia yang lahir. Kesibukan mengurus dunia Usaha seseorang dalam mengatur dan mengurus dunia adalah sejumlah pekerjaan dan perbuatan yang menyibuk-kan sehingga orang lupa diri, lupa asal, dan lupa tempat kembali karena tenggelam dalam kesibukan dunia. Sesung-guhnya hal yang menyibukkan adalah (1)ikatan hati sebab senang kepada bagiannya, dan (2)ikatan jasmani sebab si-buk memperbaiki dunia. Inilah hakekat dunia. Kesenangan kepadanya merupakan pangkal setiap kejelekan atau kesa-lahan. Dunia diciptakan untuk mencari bekal dalam menuju akhi-rat. Tetapi kesibukan dan kebanyakan serta keberagaman syahwat dunialah yang membuat orang menjadi tolol dan lupa terhadap tujuan dan maksud perjalanannya ke akhi-rat. Akhirnya banyak orang yang mencukupkan cita-cita-nya pada masalah dunia saja. Perumpamaan mereka ada-lah seperti orang desa yang mau berhaji yang sibuk mem-persiapkan kendaraan, perbekalan, dan lain sebagainya se-hingga ia ditinggal teman-temannya; dan lepaslah ibadah haji yang semula dituju. Hakekat dunia Dunia yang dapat mencelakakan manusia sebetulnya me-rupakan kebun akhirat bagi orang yang mengetahuinya. Dunia adalah salah satu tempat orang yang bepergian me-nuju Allah Azza Wa Jalla. Dunia ibarat bangunan yang di-

Page 84: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

84

dirikan di tepi jalan, tempat mengisi bahan bakar, perbe-kalan, dan keperluan lain selama dalam perjalanan. Barang siapa yang mengambil bekal untuk akhiratnya dan mencu-kupkan diri sekedar keperluannya, baik makanan, pakaian, dan lain-lainnya, maka ia berarti telah mengerjakan sawah dan menabur benih. Ia akan mengetam hasilnya di akhirat. Namun barang siapa yang cenderung kepada dunia dan sibuk dengan kenikmatannya, maka ia akan celaka. Perumpamaan manusia adalah seperti orang yang naik ka-pal. Sewaktu kapal berlabuh di sebuah dermaga, semua penumpang diperintahkan turun untuk memenuhi keper-luan masing-masing. Diperingatkan bahwa tempat berla-buh itu tidak aman dan kapal segera berangkat. Mende-ngar hal itu, semua penumpang turun dan berpencar. Seba-gian ada yang bergegas mencari keperluannya kemudian kembali ke kapal. Sebagian ada yang santai memandang keindahan bunga, mencicipi kelezatan makanan khas, me-nikmati panas matahari di pantai, mengagumi bebatuan dan tempat yang indah, atau mendengarkan kicau burung. Tatkala ia kembali, ia telah ditinggal oleh kapal. Akhirnya tertinggal di tempat yang tidak aman tersebut, beserta kon-sekuensi kehancuran diri terhadap ancaman yang mener-panya. Karena itu orang perlu mempertimbangkan masa-lah dunia dan akhirat dengan perasaan dan pandangan hati yang tajam.

Page 85: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

85

Sikap positif Barang siapa yang mengenal dirinya, mengenal Tuhannya, mengenal hiasan dunia, dan mengenal akhirat, maka ia akan menyaksikan wajah permusuhan dunia kepada akhi-rat dengan cahaya mata hatinya. Akan terbuka baginya bahwa tak ada kebahagiaan di akhirat kecuali orang yang mendahulukan Allah dengan mengenal-Nya serta cinta ke-pada-Nya. Kecintaan ini tidak akan diperoleh tanpa de-ngan terus menerus menuntut dan memikirkan. Padahal hati seseorang tidak akan terisi oleh keduanya, kecuali orang yang telah berpaling dari kesibukan duniawi. Makri-fat dan kecintaan tidak akan menguasai hati selagi hati lari dari kecintaan kepada Allah. Kesunyian hati dari selain Allah adalah keharusan dari kesibukan hati dengan men-cintai Allah Taala dan mengenal-Nya. Hal demikian tak da-pat digambarkan kecuali pada orang yang berpaling dari dunia, orang yang rela dengan dunia dengan kadar bekal dan keperluan yang mendesak. Inilah sikap positif orang yang telah mengenal dunia dan akhirat. Bila seseorang memiliki pandangan mata hati yang tajam, maka ia termasuk orang yang ahli merasakan dan menyak-sikan. Bila tidak, jadilah ia golongan taklid. Karena itu per-lu diperhatikan ancaman Allah swt dan peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah saw. Firman Allah swt yang berkaitan dengan ini misalnya:

٣ش٣ذ ب ح ٱ ٤بٱ ؾ٤ ذ أػ ف ا٤ ب ص٣ز ب ك٤ Barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhias-annya, maka akan Kami cukupkan kepada mereka amal-amalnya di dunia.127

ر ح ٱ ا عزؾج ٱي ثؤ ٤بٱ ؾ٤ ءاخشح ٱػ٠ ذ

127 Surat Hud ayat 15

Page 86: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

86

Yang demikian itu ialah karena sesungguhnya mereka lebih se-nang akan kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat.128

ؽـ٠ ب ءاصش كؤ ح ٱ ٤بٱ ؾ٤ ذ ٱكب ٠ غؾ٤ ؤ ٱ Adapun orang yang durhaka dan memilih kehidupan dunia, sesungguhnya neraka Jahim adalah tempatnya.129 Barangkali sepertiga dari al-Quran berisi tentang celaan terhadap dunia dan orang yang suka kepadanya. Adapun peringatan dari Rasulullah saw misalnya dalam hadits:

ب رؼب٠ لل ب ب ب ا٫ ب ك٤ ؼ خ ؼ ٤ب اذDunia itu tercela. Tercelalah segala yang ada di dunia, kecuali hal-hal yang diperuntukkan Allah Taala.130

ظذم ث ؼغت ا سح ٣ب ػغجب ـش ذاس ا ٣غؼ٠ ذاس ا٥خشح Sangat mengherankan dengan segala keheranan bagi orang yang membenarkan rumah akhirat, sedangkan ia berusaha untuk men-dapatkan rumah tipuan (dunia).131

هللا ا ح خؼشح ٤ب ؽ اذ ٤ق رؼ ب كبظش ك٤ ل غزخ Dunia adalah manisan hijau dan sesungguhnya Allah berselisih dengan kamu semua di dunia; kemudian Allah memperhatikan bagaimana kamu semua berbuat.132

٣خن خوب ع هللا ػض ز ا ب ظش ا٤ ٣ ا ٤ب اذ أثـغ ا٤

ب خوSesungguhnya Allah tidak menciptakan sesuatu makhluk yang lebih dibenci oleh-Nya dari pada dunia. Dan sesungguhnya Allah tidak memandang kepada dunia sejak Allah menciptakannya.133

128 Surat al-Nahl ayat 107 129 Surat al-Nazi‟at ayat 37-39 130 Dikeluarkan oleh Ibn Majah dan al-Turmudziy, dikatakan hadits ha-san 131 Dikeluarkan oleh Ibn Abi al-Dunya secara mursal 132 HR Ibn Majah dan al-Turmudziy; bagian yang pertama riwayat Bu-khariy dan Muslim 133 Dikeluarkan oleh Ibn Abi al-Dunya dan al-Bayhaqiy, dan diriwayat-kan oleh al-Hakim dalam al-Tarikh, dan dikatakan dlaif oleh al-Suyu-thiy

Page 87: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

87

ج أسثغ هللا ه ض أ هللا ك٢ ش٢ء ك٤ظ جش ٤ب أ اذ أطجؼ كوشا ٫ ٣جؾ : خظب أثذا ؽ ػ ـ٬ ٫ ٣زلش ش أثذا وطغ ػ ب ٫ ٣

٬ أ ب أثذاؿب أثذا ز ٫ ٣جؾ Barang siapa yang bangun pada pagi hari sedangkan dunia men-jadi cita-cita yang paling besar, maka dia tidak termasuk dalam hitungan Allah swt. Allah akan menetapkan empat hal dalam ha-tinya: (a)kesusahan yang tiada putus-putusnya, (b)kesibukan yang tak kunjung senggang, (c)kemelaratan yang tak akan dapat mencapai kekayaan, dan (d)angan-angan yang tak akan terealisa-si selamanya.134

خ ك ب ر غجب ب أػ خ و٤ب ا ٣ ا أه ا٠ ابس هبا ٣ب ٤غ٤ئ ش ث ٤ئ

خ ٣ؤخز ٣ظ ٣ظ ؼ ؟ هب ٤ ظ هللا سع

ا ػ٤ صج ٤ب اذ ش٢ء كبرا ػشع ا٤Pasti akan datang di hari kiamat nanti suatu kelompok orang be-serta amal mereka sebesar Gunung Tihamah, kemudian Malaikat diperintahkan untuk membawa mereka ke dalam neraka. Para sa-habat bertanya, “Adakah mereka itu orang-orang yang melaku-kan salat?” Nabi menjawab, “Ya. Mereka melakukan salat, ber-puasa, dan mempergunakan sebagian malam untuk beribadah. Tetapi jika ada sesuatu masalah duniawi muncul di hadapan me-reka, maka mereka meloncat kepadanya.”135

ابس ك٢ بء ا ب ٫ ٣غزو٤ ئ ت ا٥خشح ك٢ ه ٤ب ؽت اذ ٫ ٣غزو٤

اؽذ ا٣بء Tidak akan bertempat di dalam hati seorang mukmin rasa kecin-taan kepada dunia dan kecintaan kepada akhirat, sebagaimana ke-tidakmungkinan keberadaan air dan api dalam satu tempat.136

د بس د بس ب أعؾش ٤ب كب ا اذ اؽزسHindarilah dunia. Sebab sesungguhnya sihir dunia itu melebihi

134 Dikeluarkan oleh al-Thabraniy dalam al-Awsath, diriwayatkan oleh Ibn Abi al-Dunya dengan sanad dlaif, dan oleh al-Hakim dari Hudzay-fah ra 135 Dikeluarkan oleh Abu Nu‟aym dengan sanad dlaif 136 Perkataan Nabi Isa as, bukan hadits Rasulullah saw

Page 88: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

88

dari pada Harut dan Marut.137 Dalam sebuah hadits yang panjang, Rasulullah saw pernah berwawancara dengan sahabat Abu Hurayrah ra sebagai berikut:

ذ ب؟ ه ٤ؼ ٤ب ع ش٣شح أ٫ أس٣ي اذ : ٣ب أثب ب . ؼ ضثخ ك٤ كؤخز ث٤ذ١ ا٠

ط ػزساد أبط سإ خ ش ػظب م اغ٬ اظ٬ح ػ٤ ٣ب أثب : كوب

٤ ٢ ا ص ب آ رؤ ؾشط بذ رؾشص ط إ اش ز ش٣شح

ز ا ز ؼ أ ا ؼزساد أ ا ز ذا عزظ٤ش س ذ ص ث٬ ع ػظب ب غج

ثط ب هزك ب ص زغج كؤطجؾذ ؽ٤ش ا بابط ٣زؾب ز ز ب ٣بػ رظلو اش كؤطجؾذ جبع بذ س٣بش ٤خ جب خشم ا ا

اث د ػظب ؼظب ا ب ج٬د ك ب أؽشاف ا ػ٤ زغؼ ا ٣ ب از٢ ٤جي ٤ب ك ٤ب ػ٠ اذ ثب

“Wahai Abu Hurayrah, inginkah kamu saya tunjukkan dunia ini seluruhnya?” Aku menjawab, “Ya.” Rasulullah saw lalu me-masukkan tanganku ke dalam sebuah tempat di mana terdapat tengkorak-tengkorak manusia, kotoran, kain perca, dan tulang-tulang. Beliau bersabda, “Wahai Abu Hurayrah, tengkorak ini dahulu adalah tamak seperti ketamakanmu semua dan berangan-angan seperti angan-anganmu. Sekarang menjadi tengkorak tan-pa kulit, dan akhirnya menjadi debu. Kotoran ini adalah macam-macam makanan mereka yang diusahakan dengan susah payah, kemudian mereka buang dari perutnya menjadi kotoran yang di-jauhi manusia. Kain perca yang rusak ini dahulu adalah buku dan pakaian mereka, kemudian menjadi sampah dan ditiup angin ke sana ke mari. Sedangkan tulang-tulang ini dahulu adalah ken-daraan mereka yang dicari dan dikendarai ke pelbagai pelosok negeri. Barang siapa yang menangisi dunia, hendaklah ia mena-ngis.”138

137 Ibn Abi al-Dunya dan al-Bayhaqiy dalam al-Syu‟ab dengan sanad dlaif, dan oleh al-Dzahabiy dikatakan munkar, tidak ada asalnya 138 Al-Iraqiy menyatakan tidak menemukan aslinya, dan al-Zubaydiy berkata bahwa hadits ini didapatkan dari Hasan al-Bashriy secara mur-sal

Page 89: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

89

Nabi Isa as membimbing kaumnya, Hawari, agar tidak ta-mak dengan dunia. Di antara sabdanya adalah: 1. “Wahai semua kaum Hawari! Hendaklah kamu rela de-

ngan bagian dunia yang sedikit beserta keselamatan agama, sebagaimana kerelaan ahli dunia akan sedikit-nya agama beserta keselamatan dunia.”

2. “Sungguh makan roti yang terbuat dari gandum yang jelek dengan garam yang tidak baik, memakai pakaian buruk dan compang camping, serta tidur di atas jam-ban adalah lebih banyak memberi keselamatan dunia dan akhirat.”

3. Diriwayatkan bahwa Nabi Isa aw telah dibukakan mata hatinya terhadap hakekat dunia. Beliau melihatnya da-lam bentuk seorang perempuan tua yang jelek, dan me-makai semua perhiasan. Kemudian Nabi Isa as berkata kepadanya, “Berapa kali Engkau kawin?” Ia menjawab, “Sungguh, hamba tidak dapat menghitungnya.” Nabi Isa as bertanya, “Mereka semua menceraikanmu atau-kah mereka semua telah mati sebab kamu?” Ia menja-wab, “Bahkan hamba yang telah membunuh mereka semua.” Kemudian Nabi Isa as bersabda, “Sungguh mengherankan suami-suamimu yang masih hidup. Me-ngapa mereka tidak mau mengambil contoh yang telah terdahulu?”

Tipuan dunia Seseorang yang menyangka bahwa ia memakai dunia di badannya saja sedangkan hatinya sunyi dari dunia, maka dia tertipu. Sabda Rasulullah saw,

ش٢ ك٢ ٣غزط٤غ از١ ٣ بء بش٢ ك٢ ا ا ض ٤ب طبؽت اذ ض ب ا

٫ بء أ ب؟ا هذ رجزPerumpamaan pemilik dunia adalah ibarat orang yang berjalan

Page 90: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

90

di air. Adakah orang yang berjalan di air kakinya tidak basah?139 Perumpamaan dunia oleh Ali bin Abi Thalib ra digam-barkan lain, sebagaimana surat yang pernah ia kirimkan kepada Salman al-Farisi140 ra: “Perumpamaan dunia adalah seperti ular, lunak sentuhannya dan racunnya membunuh. Berpalinglah Anda dari hal-hal duniawi yang membuat kamu takjub, karena kesedikitan sesuatu yang bersahabat denganmu. Letakkanlah segala kesusahan dunia dari diri-mu, karena kayakinanmu akan berpisah dengannya. Jadi-lah kamu lebih menahan segala yang Engkau miliki de-ngan lebih menghindari semua yang akan ada pada diri-mu. Pemilik dunia tatkala hatinya merasa tenang dengan menyenangi dunia, maka hal yang dibenci akan mengelu-arkannya dari kesenangan tersebut.”

139 Dikeluarkan oleh Ibn Abi al-Dunya dan al-Bayhaqiy dalam al-Syu‟ab dari riwayat Hasan al-Bashriy yang mengatakan, “Rasulullah saw telah menyampaikan kepadaku ....” lalu al-Bayhaqiy menyampaikan dari riwayat al-Hasan dari Anas ra 140 Nama aslinya adalah Abu Abdillah, pelayan Rasulullah saw, disebut juga Salman al-Khayr, berasal dari Jik, Ramharmuz, Persia; namun ada yang mengatakan dari Ashbehan. Sebelum masuk Islam, beliau dalam mencari agama Allah swt pernah memeluk agama Nasrani dan lain-lain. Setelah membaca berbagai kitab dan sabar terhadap kesulitan yang menimpanya akhirnya diberi hidayah masuk Islam. Dalam riwa-yat lain Rasulullah saw membelinya untuk dimerdekakan. Yazid bin Habab meriwayatkan dari Husain bin Waqid dari Abdullah bin Buray-dah dari bapaknya bahwa Salman menghadap Rasulullah dengan membawa sesuatu dan berkata, “Ini adalah sedekah untuk Baginda dan para sahabat yang lain.” Rasulullah saw menjawab, “Wahai Sal-man, kami adalah Ahlul Bayt dan tidak halal menerima sedekah.” Ia balik dan keesokan harinya kembali dengan membawa hal yang sama lalu menyatakan, “Ini adalah hadiah.” Rasul bersabda kepada para sa-habat, “Makanlah.” Lalu Rasulullah membeli Salman dari orang Yahu-di

Page 91: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

91

Menurut Nabi Isa as perumpamaan dunia diibaratkan se-bagai peminum air laut. Tatkala bertambah banyak minum, orang akan bertambah haus hingga mematikannya. Barang siapa yang hatinya senang kepada dunia sedang-kan ia yakin akan pergi dari dunia, maka ia adalah dalam puncak ketololan. Di sini lain Imam al-Ghazali membuat perumpamaan bahwa dunia adalah seperti rumah yang oleh pemiliknya disediakan untuk tamu dan dihias guna menjamu orang yang singgah. Kemudian masuklah sese-orang ke dalam rumah tersebut. Pemilik rumah membawa-kan talam emas bagi tamu tersebut dan di atas talam dile-takkan bau busuk dan bau harum untuk dicium dan diting-galkan bagi tamu berikutnya. Rupanya tamu kali ini bo-doh. Ia menyangka bahwa talam tersebut diberikan kepa-danya. Karena itu setelah hatinya lengket dengan talam emas, ia merasa gelisah dan sakit ketika dipaksa untuk me-ngembalikan talam tersebut. Bagi orang yang paham terhadap gambaran ini, ia akan mengambil manfaat. Ia berterima kasih kepada rumah du-nia dan mengembalikannya dengan senang hati serta la-pang dada. Demikianlah sunnah Allah di dunia. Sebenar-nya dunia adalah rumah untuk menjamu orang-orang yang lewat dan bukan orang yang mukim. Tamu tersebut diper-silakan mengambil bekal dari dunia, dan memanfaatkan sesuatu yang diperoleh secara gratis. Setelah itu mereka tinggalkan dunia ini dengan senang hati tanpa ada ikatan hati pada dunia demi untuk orang yang menyusul berikut-nya.

Page 92: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

92

8. TAKABUR

da beberapa firman Allah swt dalam al-Quran dan hadits Rasulullah saw yang menyatakan tentang ketidakbaikan rasa takabur, yaitu:

ٱي ٣طجغ ز جش عجبس لل ز ت ه ػ٠ Seperti demikian Allah mengecap pada tiap-tiap hati yang takabur dan ganas.141

ا ٱه٤ دخ ؿ أث ة ع ض ب كجئظ ك٤ ٱذ٣ جش٣ ز Dikatakan kepada mereka, “Masuklah kamu sekalian ke pintu ne-raka serta kekal di dalamnya.” Maka itulah seburuk-buruk tem-pat bagi orang yang sombong.142

ا ٱ دخ ؿ أث ة ع ض ب كجئظ ك٤ ٱذ٣ جش٣ ز “Masuklah kamu sekalian ke pintu neraka serta kekal di dalam-nya.” Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang yang som-bong.143

هللا رؼب٠ ز :هب ب هظ بصػ٢ ك٤ خ اصاس١ ك ؼظ ا جش٣بء سدائ٢ اAllah berfirman, ”Kesombongan adalah selendang-Ku dan ke-agungan adalah pakaian-Ku. Barang siapa yang menandingi Aku dalam kedua hal tersebut, maka Aku akan memusuhinya.”144

جش خشد ؽجخ ضوب ج ك٢ ه ب غخ ا ٫ ٣ذخ

141 Surat al-Mukmin/Ghafir ayat 35 142 Surat al-Zumar ayat 72 143 Surat al-Mukmin/Ghafir ayat 76 144 Hadits Qudsiy riwayat Ibn Majah, Ibn Hibban, dan Abu Dawud de-ngan kalimat yang mirip, dan menurut Muslim جش٣بء سداء ا

A

Page 93: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

93

Barang siapa yang di dalam hatinya ada rasa takabur meskipun seberat biji sawi tidak akan masuk ke dalam surga.145

ابط س ازس ٣طئ خ ك٢ ط و٤ب ا ٣ جش ز ا غجبس ٣ؾشش ا

ع ػ٠ هللا ػض ا Orang-orang yang ganas dan yang takabur akan dihalau pada hari kiamat dalam gambar debu yang diinjak-injak oleh manusia karena kehinaannya bagi Allah Azza Wa Jalla.146

ت ج اد١ ثئش ٣وب ك٢ ا اد٣ب ك٢ ع ؽن ػ٠ هللا عجؾب أ . ا

٣غ ر أ عجبس كب٣بى ٣ب ث٬ ٣غSesungguhnya di neraka Jahanam ada jurang yang disebut “Hab-hab”. Adalah hak Allah Yang Mahasuci untuk menempat-kan setiap orang yang ganas di dalamnya. Hati-hatilah wahai Bi-lal, jangan sampai Engkau termasuk orang yang menempati-nya.147

جش٣بء لخخ ا ر ثي ا٢ أػ اYa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari datangnya takabur yang tiba-tiba.148

عش ص ظش هللا ا٠ ث خ٦٤ء ٫ ٣Allah Taala tidak akan memandang kepada orang yang membiar-kan ujung pakaian (sarung atau jubahnya) terseret karena som-bong.149

ؿؼجب ػ٤ و٢ هللا ش٤ز ك٢ اخزب ك٢ لغ رؼظ Barang siapa yang membesarkan dalam dirinya dan sombong dalam berjalan, maka ia akan bertemu Allah sedangkan Allah

145 Dikeluarkan oleh Muslim, al-Turmudziy, Abu Dawud, Ibn Majah, dan Imam Ahmad dan dalam riwayat lain disebutkan ح رس ضوب 146 Dikeluarkan oleh al-Bazzar dengan sanad hasan 147 Sabda Rasulullah saw ditujukan kepada Bilal, dikeluarkan oleh Abu Ya‟la, al-Thabraniy, dan al-Hakim; didlaifkan oleh al-Iraqiy 148 Al-Iraqiy mengatakan tidak melihat hadits dengan kata ini, dan para pemilik kitab Sunan dan semacamnya dari hadits Said al-Khudriy 149 HR Bukhariy Muslim, dan al-Turmudziy dengan kata ث ص اصاس ثذ

Page 94: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

94

murka kepadanya.150

ا٫ سكؼ هللا اػغ أؽذ لل ب ر ا ا٫ ػض ب صاد هللا ثؼل Tidaklah Allah menambah seseorang hamba sebab memaafkan ke-cuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang berendah diri karena Allah kecuali akan diangkat derajatnya.151

خ غ اػغ ك٢ ؿ٤ش ر ث٠ ؽBerbahagialah orang yang berendah diri dalam keadaan tidak me-larat.152

ب أه ج ا ه ض أ و٢ ػ٠ خ ٣زؼظ ز٢ ؼظ اػغ ر ط٬ح ج

٢ أع اد اش لغ ق ػ ش١ بس ثز هطغ ا ك٢ خAku akan menerima salat seseorang yang berendah diri karena keagungan-Ku, tidak membesarkan dirinya kepada makhluk-Ku, menetapkan hatinya takut kepada-Ku, menghabiskan siang hari dengan mengingat-Ku, dan menahan dirinya dari syahwat kare-na Aku.153

ا سؽ اػؼ ؼجذ ا٫ سكؼخ كز اػغ ٫ ٣ض٣ذ ا از هللا ا Sesungguhnya berendah diri tidak menambah seseorang hamba kecuali ketinggian derajat. Karena itu, berendah dirilah kamu, se-moga Allah menyayangimu.154

بء اغبثؼخ سكغ هللا سأع ا٠ اغ ؼجذ لل اػغ ا ارا رJika seseorang hamba berendah diri karena Allah, maka akan di-angkat kepalanya oleh Allah ke langit ketujuh.155

٤ؼغج٢ أ ا ٣ذكغ ث خ ٧ ك٤ اش٢ء ك٢ ٣ذ ع اش ٣ؾ

لغ جش ػ اSungguh aku terherankan bila ada seorang laki-laki membawa se-suatu di tangannya kemudian sesuatu itu menjadi kebaikan bagi

150 HR Ahmad, al-Thabraniy, dan al-Hakim disahihkan, dan al-Bayha-qiy dan Bukhariy dalam al-Adab al-Mufrad, dan al-Haythamiy berkata bahwa para pembawanya adalah rijal al-shahih 151 Dikeluarkan oleh Muslim 152 Dikeluarkan oleh al-Baghawiy, al-Thabraniy, dan al-Bazzar 153 Wahyu Allah swt kepada Nabi Musa as 154 HR Ibn „Adiy dengan sanad dlaif 155 Dikeluarkan oleh al-Bayhaqiy dengan sanad dlaif

Page 95: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

95

keluarganya yang ia menolak takabur dari dirinya sebab pemberi-an itu.156 Hakekat dan bahaya takabur Takabur pada hakekatnya adalah keadaan seseorang yang melihat dirinya melebihi orang lain dalam kesempurnaan, sehingga timbul rasa sombong atau tinggi hati dan berse-mangat untuk berbuat jahat karena sifat yang hina dan keyakinan seperti ini. Oleh karena itu Rasulullah saw ber-sabda,

جش٣بء لخخ ا ر ثي أػAku berlindung kepada-Mu ya Allah dari datangnya takabur yang tiba-tiba.157 Umar bin Khatab ra juga berkata sewaktu sebagian ulama meminta izin kepadanya untuk memberi nasihat kepada sekelompok orang sesudah salat subuh, “Aku benar-benar takut bila Anda menjadi takabur hingga mencapai bintang Surayya.” Perbuatan takabur akan menimbulkan tingkah laku atau perangai seperti: 1. Duduk lebih tinggi dalam satu tempat. 2. Berjalan mendahului di jalanan. 3. Benci bila dinasihati. 4. Berlaku kasar jika memberi nasihat atau mengajar. 5. Memperkosa kebenaran sewaktu bertukar pikiran. 6. Memandang orang awam seperti keledai. 7. Marah dan memandang hina jika tidak diberi salam le-

bih dahulu. 8. Marah jika keperluan dan kehormatannya dikurangi.

156 Al-Iraqiy mengatakan sebagai hadits gharib 157 Al-Iraqiy menyatakan tidak melihat hadits dengan kalimat seperti ini, namun para ashhab al-Sunan meriwayatkannya dari Said al-Khudriy sebagai telah disebutkan sebelumnya

Page 96: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

96

Bahaya takabur sangat besar sehingga Rasulullah saw me-nyatakan bahwa orang yang di dalam hatinya memiliki ra-sa takabur meskipun seberat atom tidak akan masuk surga. Efek samping dari takabur adalah bahaya yang ditimbul-kan, yang merupakan kejahatan besar yaitu: 1. Orang yang takabur sebenarnya menentang Allah da-

lam sifat-sifat-Nya yang khusus, karena takabur adalah selendang Allah. Keagungan adalah milik Allah, dan tidak patut bagi seseorang. Firman Allah sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah saw bahwa sesungguhnya keagungan tidak patut kecuali pada Allah. Dari segi mana keagungan patut bagi hamba yang hina yang ti-dak menguasai urusan dirinya sendiri sedikitpun? Apalagi urusan orang lain!

2. Orang yang takabur terbawa untuk memperkosa kebe-naran dan melanggar hak asasi makhluk lain. Dalam menjelaskan takabur, Rasulullah bersabda,

ض ابط ؿ ؾن ا عل جش اTakabur adalah menentang kebenaran dan mendustakan ma-nusia.158 Menyombongi kebenaran adalah menutup pin-tu kebahagiaan, demikian pula menghina manusia. Se-bagian ulama berkata, “Sungguh Allah menyembunyi-kan tiga hal di dalam tiga hal: a. Menyembunyikan kerelaan-Nya dalam ketaatan ke-

pada-Nya. Karena itu janganlah sekali-kali mere-mehkan ketaatan kepada Allah meskipun kecil, ba-rangkali kerelaan-Nya ada di dalamnya.

b. Menyembunyikan murka-Nya dalam kemaksiatan kepada-Nya. Karena itu janganlah sekali-kali mere-mehkan kemaksiatan meskipun dosa kecil, barang-kali murka-Nya ada di dalamnya.

c. Menyembunyikan perwalian-Nya dalam hamba-

158 HR Muslim dan al-Turmudziy dengan kalimat ؾ ابط ؿ ؾن جش ثطش ا ا

Page 97: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

97

Nya. Karena itu janganlah sekali-kali menghina se-seorang, barangkali dia adalah wali Allah Taala.”

3. Takabur menghalangi antara seseorang dengan semua akhlak terpuji. Orang yang takabur tidak mampu men-cintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya sendi-ri. Ia tidak mampu berendah diri dan meninggalkan perasaan tinggi hati, hasud, serta marah. Tak mampu pula ia menahan marah, berlaku lemah lembut dalam memberi nasihat, dan meninggalkan riya. Bagi orang yang takabur tak tersisa akhlak tercela kecuali terpaksa mengalaminya, dan tak ada akhlak terpuji kecuali ter-paksa meninggalkannya.

Cara pengobatan Ada dua cara pengobatan agar rasa takabur hilang dari diri seseorang. Cara pertama adalah secara global yaitu menge-kang kehinaan takabur, dan kedua pengobatan secara rinci yaitu dengan memperhatikan hal-hal yang menyebabkan seseorang menjadi takabur. Cara global, mengobati takabur dengan mengekang kehi-naannya yaitu: 1. Hendaknya seseorang menyadari bahwa asal kejadian

dirinya adalah dari sperma yang menjijikkan dan akhir-nya menjadi bangkai yang busuk.

2. Memahami bahwa keadaan dirinya di antara kedua hal di atas selalu membawa kotoran dalam perutnya.

3. Memahami makna firman Allah swt,

ظ ٱهز لش ٩ ب أ ش٠ء خو ۥ أ طلخ خو ۥ ۥكوذس ۥ ص

ٱ بر ۥ٣غش غج٤ أ ۥكؤهجش ۥصTerkutuklah manusia! Lantaran apa ia ingkar? Dari mana asal kejadiannya? Dari setetes mani ia dijadikan, kemudian ditentukan fase-fasenya. Lalu dimudahkan jalan keluarnya,

Page 98: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

98

dan akhirnya dimatikan dan dikuburkan.159 Dengan demi-kian diharapkan ia sadar bahwa (a)ia adalah ciptaan dari simpanan ketiadaan dan bahwa sesungguhnya ia sebelum diciptakan tidak menjadi apa-apa yang dapat disebutkan, sehingga tak ada sesuatu yang lebih sedi-kit dari ketiadaan, (b)kemudian Allah menciptakannya dari tanah, nutfah, segumpal darah, sepotong daging, yang tak berpendengaran, tak berpenglihatan, tak ber-kehidupan, dan tak berkekuatan; dan (c)dalam keku-rangan yang sangat, Allah menciptakan pendengaran, penglihatan, kehidupan, dan kekuatan baginya.

4. Bahwa dirinya selalu dikuasai oleh penyakit, cacat, ta-biat yang saling bertentangan dan saling menghancur-kan satu sama lain, sehingga ia sakit dengan terpaksa, lapar dengan terpaksa, haus dengan terpaksa, ingin mengetahui sesuatu tetapi selalu bodoh, ingin melupa-kan sesuatu tetapi selalu ingat, membenci sesuatu yang ternyata berguna baginya, menyenangi sesuatu ternya-ta memberi kesengsaraan kepadanya. Ia tidak aman dari kehilangan nyawa, akal, kesehatan, atau salah satu anggota badannya walau sekejap.

5. Akhirnya ia mati dan dihadapkan kepada siksa dan hi-sab. Bila ia termasuk penghuni neraka, maka babi yang dianggap jorok dan jelek adalah lebih mulia atau lebih baik dari padanya.

6. Dari sudut pandang mana ia patut berbuat takabur, sedangkan ia seorang hamba yang dikuasai, yang hina, dan tidak berkuasa atas sesuatu. Dalam hal ini Hasan al-Bashri berkata kepada salah seorang yang sedang berjalan dengan congkak, “Apa arti kecongkakan jalan bagi orang yang dalam perutnya ada tahi?”

7. Bagaimanakah orang yang memandikan kotoran ba-

159 Surat Abasa ayat 17-21

Page 99: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

99

dannya sehari dua kali layak takabur, sedangkan ia se-lalu membawa kotoran tersebut selamanya?

Cara rinci mengobati takabur yaitu dengan memperhatikan faktor penyebab takabur. Faktor dimaksud meliputi 4 bi-dang, yaitu: 1. Ilmu

Orang perlu memahami hadits Rasulullah saw:

خ٦٤ء ا ؼ آكخ اPenyakit ilmu ialah sombong atau takabur.160 Juga per-ingatan dari beliau:

ثغ بء ك٬ ٣ل٢ ػ ؼ عجبثشح ا ا ٫ رJanganlah engkau menjadi cendekiawan yang takabur, karena ilmumu tidak memadai kebodohanmu.161

Sedikit sekali cendekiawan yang hatinya terhindar dari takabur. Orang yang merasa sebagai cendekiawan me-lihat dirinya lebih tinggi dari orang lain di bidang keil-muan. Ia terkadang takabur di bidang agama, yaitu me-lihat dirinya lebih utama dari orang lain. Di bidang du-nia, ia dapat takabur karena melihat haknya pada orang lain sebagai sesuatu yang wajib sehingga ia he-ran jika melihat orang lain tidak merendahkan diri dan hormat kepadanya. Orang semacam ini patut dijuluki orang bodoh, sebab ilmu yang sejati adalah untuk me-ngetahui Tuhan dan dirinya, sehingga ia mengkhawa-tirkan akan kesudahan dirinya dan hujjah Allah atas di-rinya. Oleh karena itu tatkala melihat orang bodoh ia

160 Dalam hadits lain disebutkan خ٬٤ء ا ب غ آكخ ا اغ٤ب ؼ Penyakit) آكخ اilmu adalah lupa dan penyakit ketampanan dalah sombong) diriwayatkan oleh al-Qadla‟iy dari Ali ra dengan sanad dlaif 161 Diriwayatkan dalam al-Ihya‟ dari perkataan Umar ra. Al-Zubaydiy mengatakan bahwa al-Khatib meriwayatkan dalam al-Jami‟ dari hadits Abu Hurayrah ra

Page 100: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

100

berkata, “Sungguh ia durhaka kepada Allah karena ke-bodohannya, sedangkan saya durhaka kepada Allah karena kepandaianku. Maka hujjah Allah kepada diri-ku adalah lebih kuat.” Ucapan ini sejalan dengan pendapat Abu Darda‟162 ra yang berkata, “Barang siapa yang bertambah ilmunya, maka ia harus bertambah ke-rendahan dirinya.”

Dalam Allah Azza Wa Jalla telah berfirman,

خلغ ٱ رجؼي ٱعبؽي ٱ ٤ ئ Rendahkanlah sayapmu (berhina dirilah, jangan sombong) kepada orang-orang beriman yang mengikutimu.163 Sabda Nabi saw,

وشآ هذ هشأب ا ٣و ص ؽبعش ك٬ ٣غب وشآ ا ٣وشإ ه ٣

هب زلذ ا ب؟ ص أػ ب أهشا : ك خ ئي أ ب ا٧ أ٣ ه ئي أ د ابس

Ada suatu kelompok orang yang membaca al-Quran. Sebe-lum bacaannya melewati tenggorokan, mereka berkata, “Ka-mi telah baca al-Quran. Siapa yang lebih banyak membaca al-Quran ketimbang kami? Siapa pula yang lebih pandai dari pada kami?” Kemudian Nabi saw menoleh dan bersabda, ”Mereka adalah dari kelompokmu sekalian wahai umat! Me-

162 Nama aslinya adalah Uwaimir bin Malik al-Khazraji, pedagang kaya yang meninggalkan dunia dengan segala perhiasan dan kemegahan-nya guna menekuni ibadah beserta kezuhudan setelah masuk Islam. Dorongan masuk Islam karena arca sesembahannya dihancurkan oleh kawan akrabnya, Abdullah bin Rawahah yang telah masuk Islam terle-bih dahulu. Abu Darda‟ akhirnya sadar bahwa patung sesembahannya ternyata tak mampu membela diri ketika dihancurkan. Pada masa pe-merintahan Umar bin Khattab diangkat menjadi pejabat tinggi di Syam tetapi ditolak, kecuali jika kepergiannya untuk mengajarkan al-Quran dan sunah Rasulullah serta menegakkan salat. 163 Surat al-Syuara ayat 215

Page 101: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

101

reka adalah umpan neraka!”164

Karena inilah para ulama salaf sangat berhati-hati, ti-dak congkak seperti mereka yang mengaku cendekia-wan masa kini. Ulama berlaku demikian karena mem-perhatikan kerencahan hati seorang sahabat Rasulullah saw, sampai suatu ketika Hudzayfah165 ra pernah salat dengan sekelompok orang dan setelah salam beliau berkata: “Hendaklah Engkau sekalian mencari imam selain aku, atau salat sendiri-sendiri. Sungguh aku me-lihat diriku bahwasanya dalam kelompok ini tak ada yang lebih utama dari aku.” Seseorang perlu ingat bahwa banyak orang Islam meli-hat Umar bin Khatab ra sebelum masuk Islam dengan pandangan hina. Namun pada akhir hayatnya sebagai-mana kita yakini, Umar ra bahkan menjadi khalifah. Barangkali orang Islam yang memandangnya hina menjadi orang murtad. Dengan demikian ada kemung-kinan orang yang takabur termasuk penghuni neraka

164 Dikeluarkan oleh Ibn al-Mubarok dalam al-Zuhd 165 Hudzaifah Ibnul Yaman, lahir dan dibesarkan di Madinah, cerdas, cepat tanggap, dan memegang teguh rahasia serta berdisiplin tinggi. Al-Yaman, ayah Hudzaifah, adalah orang Mekah Bani Abbas. Karena hutang darah dalam kaumnya, ia menyingkir ke Madinah dan memin-ta perlindungan serta bersumpah menjadi keluarga suku Abd Asyhal. Ia menikah dengan suku Asyhal, dan lahirlah Hudzaifah. Al-Yaman akhirnya bebas memasuki kota Mekah, menemui Rasulullah dan ma-suk Islam sebelum Rasul hijrah ke Madinah. Setelah Rasul hijrah, Hu-dzaifah selalu mendampingi beliau dan turut bersama-sama dalam se-tiap peperangan kecuali dalam Perang Badar karena sedang pergi kelu-ar Madinah bersama ayahnya. Dalam perjalanan pulang ditangkap oleh kaum kafir Quraisy dan dibebaskan setelah ada perjanjian tidak akan membantu Muhammad dan tidak akan memerangi mereka. Hu-dzaifah ikut dalam Perang Uhud bersama ayahnya. Ia pulang dengan selamat, tetapi bapaknya syahid oleh pedang kaum muslimin sendiri

Page 102: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

102

sedangkan orang yang ditakaburi termasuk penghuni surga. Oleh karena itu janganlah ada seseorang alim ke-cuali dirinya harus menggambarkan bahwa mungkin kejahatanlah yang mengakhiri hidupnya, dan kebaha-giaanlah yang mengakhiri hidup orang bodoh.

Mengapa cendekiawan takabur dengan keilmuannya, sedangkan Rasulullah saw telah bersabda,

و٠ ك٢ ابس خ ك٤ و٤ب ا ٣ ؼب ب ٣ئر٠ ثب ب س ث ن أهزبث ك٤ذ ذ كز

بسثبش ؾ س ا ٣ذ ابسك٤و أ : ؽب ك٤ط٤ق ث ب ي؟ ك٤و ذ :

أ ٫ آر٤ خ٤ش ش ثب آ آر٤ اشش ٠ ػPada hari kiamat akan didatangkan orang alim kemudian di-lempar ke dalam neraka. Isi perutnya keluar. Ia berputar de-ngan isi perutnya seperti khimar yang memutar gilingan. Lalu penghuni neraka mengelilinginya seraya bertanya, “Apa balasan bagi ilmu Anda?” Ia menjawab, “Sewaktu di dunia saya menyuruh orang berbuat baik, tetapi aku tidak mengerjakannya. Aku melarang orang berbuat jahat, tetapi aku sendiri mengerjakannya.”166 Mana ada orang pintar yang selamat dari hal tersebut? Kalau tidak ada, mengapa rasa takutnya tidak dapat membuat dirinya sibuk untuk menghindari takabur? Allah Taala berfirman tentang Bal‟am bin Ba‟ura, salah seorang tokoh ulama Bani Israel pada masa Nabi Musa as, keturunan Kan‟an,167

ض ۥك ض ت ٱ ش ٣ رزش ش أ ٣ ػ٤ ا رؾMaka ibaratnya adalah seperti anjing yang apabila kamu bawa, ia menjulurkan lidahnya; dan jika kau tinggalkan juga menjulurkan lidahnya.168

166 HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zayd ra 167 Ittihaf, vol. 10 hal. 346 168 Surat al-A‟raf ayat 175

Page 103: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

103

Allah swt juga berfirman tentang ulama Yahudi,

ض بس ٱ ا ؾ أعلبس ٣ؾMaka ibaratnya adalah seperti khimar atau keledai yang membawa lampiran-lampiran kitab.169 Pengibaratan ini di-maksudkan agar orang alim mempunyai rasa takut me-menangkan keinginannya untuk takabur karena ilmu yang dimiliki.

Bila ada cendekiawan yang tetap dalam ketakaburan-nya, maka jelas ia sibuk dengan ilmu yang tak berguna bagi agama, seperti ilmu berdebat, ilmu bahasa, dan lain-lainnya; atau ia sibuk dengan ilmu tetapi hatinya memang jahat sehingga ilmunya dipergunakan untuk menambah kejahatannya.

2. Wira‟i dan ibadah

Meskipun dalam melakukan ibadah, hati seseorang ti-dak bebas dari rasa takabur. Sebagian dari yang demi-kian karena ketololannya dengan beranggapan bahwa musibah yang diderita dan kesenangan yang diterima orang lain adalah karena kekeramatannya. Jika ada orang yang menyakitinya kemudian orang tersebut sa-kit atau meninggal, ia berkata, “Kau telah melihat apa yang diperbuat Allah kepadanya.” Kalau ada seseorang yang menyakitinya, ia berkata, “Engkau akan melihat apa yang akan terjadi terhadapnya.” Orang tolol seperti ini tidak mengerti dan tidak menya-dari bahwa sekumpulan orang kafir telah memukul pa-ra Nabi dan menyakiti mereka, namun orang kafir ter-sebut bersenang-senang di dunia; sementara itu tak se-

169 Surat al-Jumuah ayat 5

Page 104: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

104

orang nabi pun yang membalas dendam kepada mere-ka. Di antara orang kafir itu ada pula yang masuk Islam dan mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jika dikomparasikan dengan kondisi para nabi, orang yang tolol seolah-olah melihat bahwa dirinya lebih utama dari para nabi, dan orang-orang yang menyakitinya le-bih hina dari pada orang-orang kafir.

Hak orang yang selalu beribadah adalah apabila ia me-lihat kepada orang alim hendaknya merendahkan diri karena kebodohannya. Bila ia melihat orang fasik hen-daknya menduga barangkali dalam diri orang yang fasik itu ada akhlak tersembunyi yang dapat menutup kemaksiatannya yang nampak, dan barangkali dalam batin dirinya sendiri terdapat hasud, riya, ataupun ke-jahatan yang tersembunyi yang menyebabkan Allah mengutuknya, sehingga Allah tidak menerima amal perbuatannya yang nampak. Sungguh Allah memper-hatikan kepada hati dan bukan kepada bentuk. Sebagian dari kejahatan batin adalah takabur. Alkisah, ada seorang penjahat lelaki Bani Israil. Suatu hari pen-jahat tersebut pergi ke rumah seorang ahli ibadah sera-ya berkata, “Barangkali Allah akan memberi rahmat ke-padaku berkat ibadahnya.” Si ahli ibadah berkata da-lam hatinya, “Bagaimana orang fasik seperti ini duduk bersamaku?” Kemudian berkatalah si ahli ibadah kepa-da penjahat tersebut, “Silakan Saudara pergi dari sini!” Allah swt lalu memberi wahyu kepada Nabinya, “Su-ruhlah keduanya berlomba amal, sebab Aku telah am-punkan penjahat tersebut dan telah menghapus amal si ahli ibadah.”

Meskipun rasa takabur tersimpan dalam batin, Allah

Page 105: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

105

tetap tidak berkenan. Sebagai ilustrasi lain, diriwayat-kan pula ada seorang lelaki bersetubuh dengan budak milik seorang ahli ibadah, dan laki-laki tersebut bersu-jud minta ampun. Melihat demikian, si ahli ibadah ber-kata, “Bangun! Demi Allah, Allah tidak akan mengam-punkan dosamu!” Kemudian Allah memberi ilham ke-padanya, “Wahai orang yang berpura-pura menjadi wali atas-Ku, bahkan Aku tidak mengampunkan dosa-mu!” Orang yang cerdik ialah yang menjauhkan dirinya dari takabur seperti ceritera di atas. Bila ada sesuatu musi-bah yang menimpa orang lain, ia merasa bahwa hal ter-sebut justru akibat keberadaannya. Atho‟ al-Sulamiy, misalnya, adalah seorang yang sangat wirai. Tatkala terjadi angin topan, ia berkata, “Segala yang menimpa manusia adalah sebab aku. Seandainya Atho‟ mati, nis-caya mereka selamat.” Ucapan seorang wirai lain misal-nya yang dikatakan seseorang di padang Arafah, “Saya mengharap rahmat untuk orang-orang yang wukuf, se-andainya aku tidak ada di antara mereka.”

Jumlah orang yang ikhlas beramal dan berbuat wirai sangat sedikit dibandingkan dengan orang yang me-maksa dirinya mengerjakan perbuatan nyata yang ba-rangkali tidak terhindar dari unsur riya atau unsur pe-nyakit amal lainnya. Golongan kedua biasanya ber-angan-angan untuk mendapat kerelaan Allah dengan amalnya, sementara golongan pertama justru mengkha-watirkan dirinya sendiri. Orang yang sudah sampai pa-da tingkat seperti golongan pertama terkadang malah dicemoohkan oleh orang dari golongan kedua sebagai penganut aliran pesimistis.

Page 106: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

106

3. Nasab/keturunan Faktor ketiga yang biasa dijadikan sarana untuk taka-bur adalah nasab atau keturunan. Untuk mengobatinya dapat dilakukan dengan cara memperhatikan asal usul-nya, yaitu bahwa orang tuanya berasal dari sperma dan neneknya berasal dari tanah. Keduanya tak dapat di-banggakan, karena sperma wujudnya sebagai sesuatu yang menjijikkan, sedangkan tanah wujudnya sebagai sesuatu yang hina terinjak-injak oleh manusia.

Jika orang yang membanggakan nasabnya karena alas-an lain, maka nenek moyangnya, seandainya bisa, nis-caya berkata, “Siapa kamu sebenarnya? Kamu sebenar-nya berasal dari ulat air kencing dari orang yang mem-punyai amal baik.” Sehubungan dengan ini, ada syair Arab:

١ غت كخشد ثآثبء ر * ئ

ذا ب ثئظ وذ طذهذ Jika engkau membanggakan diri dengan nenek moyang yang memiliki keturunan atau nasab baik, sungguh benar engkau. Tetapi, alangkah jeleknya anak yang mereka lahirkan.

Mengapa orang bertakabur sebagai keturunan orang kaya? Padahal orang tuanya mungkin menjadi bahan bakar neraka, yang ingin sekali andaikata mereka di dunia menjadi babi atau anjing supaya selamat dari siksa api neraka.

Mengapa orang bertakabur sebagai keturunan orang ahli agama? Padahal orang tua mereka tidak berbuat takabur, yang kemuliaannya adalah sebab agama dan merendahkan diri. Semua orang ahli agama disibukkan oleh rasa takut kepada kesudahan hidupnya dari taka

Page 107: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

107

bur dengan ilmu dan amal yang mereka miliki.

Karena itu kiranya perlu dicamkan dan direnungkan sendiri mengapa orang harus takabur sebab keturunan, sedangkan dia sendiri tidak memiliki kebaikan seperti mereka?

4. Harta, kecantikan, dan pengikut

Takabur sebab harta, kecantikan, dan pengikut adalah bodoh sebab hal-hal tersebut berada di luar pribadinya. Mengapa orang bertakabur dengan harta yang dapat dicuri dan diambil orang lain? Mengapa pula orang bertakabur dengan kecantikan yang dapat rusak karena sakit atau tertimpa musibah?

Jika orang cantik memikirkan kotoran perutnya, pasti hal itu akan membuat kecut hatinya ketika menghias wajahnya. Bila orang yang cantik tidak mandi dan ti-dak membersihkan badannya selama tujuh hari, pasti baunya lebih busuk dari pada bangkai sebab perubah-an bau mulut, bau kencing, bau tahi, bau kotoran ba-dan, bau ingus, dan bau ketiaknya. Patutkah jamban atau WC membanggakan diri karena indahnya? Manu-sia pada hakekatnya adalah jamban, karena ia adalah tempat keluarnya kotoran dan najis.

Page 108: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

108

Page 109: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

109

9. KAGUM

agum atau takjub sering dilakukan oleh orang yang biasanya tidak merasa bahwa sifat tersebut terma-suk deretan akhlak tercela. Allah swt menjelaskan

tentang hal yang berkaitan dengan kekaguman dalam ber-bagai firman-Nya, seperti:

ضشر ار أػغجز ؽ٤ ٣ Dan pada hari perang Hunain, tatkala jumlahmu yang banyak menjadikan kamu sekalian takjub.170

ؼب ط ٣ؾغ أ ٣ؾغج Mereka mengira bahwa mereka memperindah suatu pekerjaan.171

ث أػ ا ألغ رو٠ ٱك٬ رضJanganlah kamu sekalian mensucikan dirimu. Dia (Allah) lebih tahu terhadap orang yang takwa.172 Kekaguman terhadap dirinya sendiri merupakan salah satu faktor yang mencelakakan diri seseorang. Rasulullah saw bersabda,

بد : ص٬س شء ثلغ اػغبة ا زجغ طبع شؼ Ada tiga hal yang mencelakakan yaitu sifat bakhil yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang terhadap diri

170 Surat al-Tawbah ayat 25 171 Surat al-Kahfi ayat 104 172 Surat al-Najm ayat 32

K

Page 110: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

110

sendiri.173 Takjub atau kagum dikategorikan sebagai sesuatu yang di-khawatirkan oleh Rasulullah saw karena dapat berakibat lebih besar dari pada dosa yang diperbuat manusia. Sabda-nya,

أػظ ب ا خلذ ػ٤ رزج ي ؼغت ر ؼغت ا اSeandainya kamu sekalian tidak berbuat dosa, maka pasti aku ta-kut atasmu hal yang lebih besar dari pada dosa, yaitu kagum, dan kagum!174 Atsar para sahabat yang berkaitan dengan celaan terhadap ketakjuban seseorang misalnya perkataan Ibnu Mas‟ud ra, “Kecelakaan itu dalam dua hal yaitu putus asa dan ka-gum.” Menurut Ibnu Mas‟ud ra, maksud kecelakaan terse-but adalah bahwa orang yang putus asa tidak berupaya mencapai kebahagiaan karena keputusasaannya, sedang-kan orang yang kagum karena dugaannya bahwa ia telah memperolehnya. Kekaguman seseorang yang menyangka bahwa dirinya adalah orang baik ternyata menurut isteri Rasulullah saw malah jelek. Seseorang pernah bertanya kepada Aisyah ra, “Bilamanakah seseorang menjadi orang jelek?” Aisyah ra menjawab, “Tatkala ia mengira bahwa ia adalah orang yang baik.” Kiranya orang perlu melakukan introspeksi, adakah rasa

173 Dikeluarkan oleh al-Bazzar, al-Thabraniy, dan al-Bayhaqiy dalam al-Syu‟ab dari Anas ra dengan sanad dlaif 174 Dikeluarkan oleh al-Bazzar dan Ibn Hibban dalam al-Dlu‟afa dan al-Bayhaqiy dalam al-Syu‟ab dari Anas ra dan di dalamnya ada orang yang masih diperselisihkan; al-Mundziriy menyatakan bahwa sanad al-Bazzar bagus

Page 111: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

111

kagum menempel pada dirinya. Perbuatan seseorang un-tuk memperindah salat atau doa tatkala dilihat orang lain termasuk kategori kagum. Basyar bin Manshur pernah memperlama salatnya dan memperindah ibadahnya ketika dipandang oleh seseorang. Setelah selesai beliau berkata, “Engkau jangan sampai tertipu oleh perbuatan yang kau lihat padaku. Sebab sesungguhnya Iblis telah menyembah Allah puluhan tahun, kemudian menjadi terkutuk seperti yang dialaminya.” Hakekat kagum Kagum pada hakekatnya adalah memandang besar kepada dirinya karena hal-hal yang dimilikinya, misalnya karena nikmat yang dimilikinya dan senang kepada kenikmatan tersebut, serta lupa bahwa nikmat tersebut berasal dari Allah, pemberi nikmat, karena merasa aman dari lenyap-nya nikmat-nikmat tersebut. Apabila ia menyandarkan kepada Allah kemudian ia meli-hat hak dan kedudukan dirinya di sisi Allah, maka hal itu disebut menunjuk-nunjukkan (id-lal). Dalam hadits dise-butkan bahwa salat orang yang disertai dengan perbuatan menunjuk-nunjukkan tidak akan naik ke atas kepalanya. Tanda dari id-lal adalah bila ia kagum terhadap orang yang menolak permintaannya dan terhadap keadaan orang yang menyakiti dia yang tak ada perubahan. Kagum merupakan penyebab takabur, akan tetapi takabur mengajak orang yang takabur untuk berbuat kagum. Rasa kagum terbatas pada perseorangan. Seseorang yang melihat nikmat-nikmat Allah atas dirinya sebab amal, ilmu, atau lainnya, tetapi ia takut kehilangan nikmat tersebut dan senang pada nikmat Allah pada dirinya dengan menyadari bahwa nikmat-nikmat itu dari Allah, bukanlah orang yang

Page 112: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

112

termasuk kagum. Jadi perasaan kagum adalah bila ia me-rasa aman dan lupa menyandarkan kepada pemberi nik-mat, yaitu Allah. Cara Mengobati Rasa Kagum Rasa kagum adalah kebodohan yang murni. Obatnya ada-lah ilmu yang murni. Orang yang mengagumi kekuatan, kecantikan atau hal yang tidak bersangkut paut dengan usahanya, maka ia adalah bodoh karena hal itu bukan dise-babkan oleh usahanya. Ia sepatutnya mengagumi Dzat yang memberinya tanpa hak. Patut pula ia berpikir tentang lenyapnya hal yang dikagumi itu pada waktu dekat de-ngan penyakit yang paling ringan atau kelemahan dirinya. Jika orang mengagumi ilmu dan amalnya atau apa-apa yang termasuk dalam ikhtiarnya, sepatutnya ia memikir-kan amal-amal itu, hingga dapat dikerjakan dengan mudah olehnya. Sesungguhnya amal-amal itu tidak terlaksana de-ngan mudah kecuali dengan anggota dan kekuatan, kehen-dak, dan pengetahuan. Itu semua dari ciptaan Allah Azza wa Jalla. Jika Allah menciptakan anggota, kekuatan, memberikan dorongan dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan, maka hasil pekerjaan itu adalah terpaksa. Tidak patut bagi orang yang dipaksa mengagumi hal-hal yang dihasilkan karena keterpaksaaan, sedangkan ia terpaksa untuk mengusaha-kannya. Sungguh ia dapat berbuat kalau ia menghendaki, akan tetapi kalau Allah berkehendak, Ia dapat berkehen-dak atau tidak berkehendak meskipun telah diciptakan ke-inginan pada dirinya. Demikianlah dalam semua pokok dan kebutuhan. Firman Allah dalam al-Quran menyatakan:

ا٥ أ ٣شبء ب رشبء ٱ غ ٱسة لل ٤ Dan tidaklah engkau sekalian berkehendak, kecuali apabila Allah

Page 113: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

113

seru sekalian alam berkehendak.175 Jadi kunci amal adalah ketetapan keinginan dan keterarah-an dorongan-dorongan yang mengarahkan beserta kesem-purnaan kemampuan dan anggota. Tiap-tiap dari yang de-mikian itu berada di tangan Allah Taala. Adakah kau lihat, kalau seadainya di tangan seorang raja ada kunci gudang, kemudian raja memberikannya kepada-mu lalu kau ambil harta dari gudang itu? Adakah engkau kagum terhadap kedermawanan raja itu apabila ia membe-rikan kunci itu kepadamu tanpa hak, atau dengan kesem-purnaan dalam mengambil kunci itu? Kesempurnaan yang manakah dalam pengambilan sesudah terwujud? Rasa kagum yang mengherankan Termasuk hal yang mengherankan adalah jika orang yang berakal mengagumi ilmu dan akalnya, sehingga ia merasa heran kalau Allah memberikan kefakiran kepadanya dan memberikan kekayaan kepada sebagian orang-orang bo-doh seraya berkata, “Mengapa Allah melapangkan kenik-matan kepada orang bodoh dan menahannya dari diriku?” Jawaban kepadanya adalah, “Mengapa Allah memberi eng-kau ilmu dan akal dan mencegah keduanya kepada orang yang bodoh? Ilmu adalah pemberian dari Allah. Adakah pemberian itu kau jadikan sebab untuk mendapatkan hak memperoleh pemberian yang lain? Bahkan kalau Allah memberimu akal dan kekayaan namun mencegah kedua-nya pada orang bodoh, maka hal itu yang lebih patut kau herankan!” Tiadalah kekaguman orang yang berakal seperti contoh di

175 Surat al-Takwir ayat 29

Page 114: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

114

atas kecuali seperti kekaguman seseorang yang diberi ken-daraan oleh raja, sementara raja itu memberi pelayan kepa-da orang lain. Kemudian orang yang diberi kendaraan ber-kata, “Mengapa raja itu memberi pelayan kepada orang yang tidak mempunyai kendaraan dan tidak memberikan-nya kepadaku, sedangkan aku mempunyai kendaraan?” Padahal ia menjadi pemilik kendaraan adalah karena pem-berian raja. Kemudian pemberian itu dijadikan dasar untuk memperoleh hak atas pemberian yang lain! Itulah wujud kebodohan. Seharusnyalah orang yang berakal itu selama-nya kagum terhadap keutamaan Allah dan kedermawan-annya. Karena Allah telah memberi dia ilmu dan akal dan menolong dia berbuat ibadah tanpa menunjukkan hal-hal untuk memperoleh hak dari padanya dan Allah mencegah hal itu pada orang lain serta memberikan dorongan kepada orang lain untuk berbuat kerusakan. Allah telah memaksa-nya menghilangkan dorongan-dorongan kebaikan darinya. Hal itupun bukan karena dosa yang telah dilakukannya. Apabila orang yang berakal itu menyaksikan hal yang se-demikian itu dengan sebenarnya, maka pastilah rasa takut-nya yang menang. Karena terkadang ia berkata, “Allah te-lah memberikan kenikmatan kepada saya di dunia tanpa sebab dan mengistimewakan saya dari orang-orang lain. Siapakah yang akan berbuat seperti ini tanpa sebab?” Allah dapat menyiksa seseorang dan mencabut kenikmatan seseorang tanpa dosa dan tanpa sebab. Apa yang akan ku-perbuat jika sekiranya hal yang diberikan oleh Allah kepa-daku berupa kenikmatan itu ternyata merupakan tipuan atau pembinasaan? Allah Subhanahu Wa Taala berfirman dalam al-Quran,

أث كزؾب ػ٤ ا أخز ب أر ش٠ء ؽز٠ ارا كشؽا ث ة ـزخ كبرا ث

غ ج

Page 115: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

115

Kami bukakan atas mereka pintu-pintu dari segala sesuatu, se-hingga bila mereka bersenang-senang dengan hal yang telah dibe-rikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong.176 Firman Allah swt yang lain menyatakan,

ؽ٤ش ٫ ٣ؼ عغزذسعAkan Kami celakakan mereka (dengan kenikmatan) dari arah yang tidak mereka ketahui.177

176 Surat al-An‟am ayat 44 177 Surat al-A‟raf ayat 182 dan surat Nun Wal Qolam ayat 44

Page 116: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

116

Page 117: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

117

10. RIYA/PAMER/SHOW

iya, pamer, show, atau menampakkan sesuatu per-buatan atau lainnya termasuk induk akhlak yang tercela. Allah swt mencela orang yang melakukan

salat yang disertai rasa riya,

ظ٤ ٣ ٱ ك ز٣ عب ػ ط٬ر ٱ ز٣ ٣شاء Celaka bagi mereka yang salat, yang mereka lalai dari salat, lagi pula mereka memamerkan.178 Perbuatan yang baik adalah jika dilakukan tanpa unsur ri-ya, dan hanya mengharap keridlaan Allah semata. Di da-lam al-Quran disebutkan:

ع ب طؼ ٱا سا لل ٫ ش عضاء ٫ ش٣ذ Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu sekalian karena mengharapkan keridlaan Allah Taala. Kami tak menginginkan balasan darimu dan/atau tanda terima kasih.179 Dengan demikian perbuatan yang dilakukan haruslah de-ngan ikhlas. Allah memerintahkan berbuat demikian yaitu dengan mengerjakan amal baik lagi jangan syirik atau me-nyekutukan. Firman-Nya,

ك وبء سث ٣شعا ٬ ص ۦب ػ ٤ؼ ك ٫ ٣ششى ثؼجبدح سث ب ا ۦ ؾ أؽذBarang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka

178 Surat al-Maun ayat 4-6 179 Surat al-Dahr atau al-Insan ayat 9

R

Page 118: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

118

hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhan-nya.180 Riya adalah termasuk perbuatan syirik. Ditegaskan oleh

Nabi saw, ” ٣بء اششى أد٠ اش -Serendah-rendah tingkatan ri) ”اya adalah syirik).181 Karena itu Nabi saw mengkhawatirkan jangan sampai per-buatan seseorang termasuk hal tersebut. Kekhawatiran Na-bi terangkum dalam hadits seperti yang pernah beliau je-laskan,

اششى ا٧طـش ب أخبف ػ٤ ف أخ . ا : ه٤ ؟ هب ب : ٣بء ٣و اش

ا ٣ ع خ هللا ػض و٤ب ب ؼجبد ثؤػ : ارا عبص ا ز ا ا٠ از٣ ج ار

غضاء؟ ا ذ ػ رغذ ا زس كب رشاإ ثSesungguhnya yang lebih aku takutkan dari hal yang menimpa atasmu adalah syirik kecil.” Ditanyakan: “Apakah syirik kecil itu?” Nabi saw menjawab: “Riya! Allah Azza Wa Jalla akan ber-firman pada hari kiamat tatkala memberi balasan kepada para hamba terhadap amal-amal mereka: Pergilah kepada orang-orang yang kau pameri! Adakah Engkau dapatkan balasan di sisi mere-ka?182 Dalam hadits yang cukup panjang Rasulullah saw antara lain bersabda bahwa banyak orang yang nampaknya berbuat kebaikan ketika hidup di dunia, namun di akhirat bahkan diseret ke neraka karena perbuatannya disertai riya. Sabdanya,

لن ارا هب ا ؼب ا ـبص١ : ٣وب ك٬ ٣وب زثذ أسدد أ زا ذ كؼ

180 Surat al-Kahfi ayat 110 181 Dikeluarkan oleh al-Hakim dan al-Thabraniy. Al-Iraqiy menyatakan sanadnya dlaif 182 Dikeluarkan oleh Ahmad dan al-Bayhaqiy dalam al-Syu‟ab dan para perawinya tsiqah, dan diriwayatkan oleh al-Thabraniy dalam al-Kabir

Page 119: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

119

ا٠ ابس ت ث هبسة ك٤ز اد أ ع شغبع أ أ ػبDikatakan kepada orang yang berperang, orang alim, dan orang yang bersedekah ketika ia berkata: “Aku telah berbuat demikian dan demikian.” Maka dikatakan: “Engkau ingin dikatakan seba-gai si Fulan, atau si Pemberani, atau si Dermawan, atau si Orang Alim.” Maka ia diseret ke neraka.183 Bagi ulama yang pamer, nantinya akan diseret ke Jurang Kedukaan yang berada di neraka Jahanam sebagaimana diterangkan oleh Nabi,

ؾض عت ا ا ثبهلل . اعزؼ٤ز ؟ : ه٤ ب اء : هب وش أػذ اد ك٢ ع شائ٤ ا

Berlindunglah kamu sekalian dari Jurang Kedukaan. Ditanyakan: “Apakah Jurang Kedukaan itu?” Rasulullah saw menjawab, “Se-buah jurang di neraka Jahanam yang disediakan bagi para ulama atau penuntut ilmu yang pamer.”184 Melakukan perbuatan dengan pamer berarti menyekutu-kan Tuhan, karena sebenarnya ia melakukan ibadah atau kebaikan bukan untuk Tuhan melainkan untuk lainnya. Hal tersebut diterangkan oleh Nabi saw dalam hadits qud-siy,

أب أؿ٠ ثش١ء أب ؿ٤ش١ ك ٬ أششى ك٤ ٢ ػ ػ اششى ا٧ؿ٤بء ػ

Barang siapa yang mengerjakan sesuatu amal untuk Aku yang ia sekutukan dengan selain Aku dalam pekerjaan itu, maka pekerjaan itu bagi selain Aku semuanya. Sedangkan Aku tidak ikut campur dari pekerjaan itu. Aku adalah yang paling tidak me-merlukan persekutuan.185

183 HR Muslim, al-Turmudziy, al-Nasaiy, dan Ahmad 184 Dikeluarkan oleh Ibn Majah dan al-Turmudziy, dikatakan gharib. Ibn „Adiy mengatakan dlaif 185 Dikeluarkan oleh Ahmad tanpa kata ثش١ء أب , dan dikeluarkan oleh Muslim dan Ibn Majah dengan sanad sahih

Page 120: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

120

Sesuai dengan hal tersebut, maka amal atau perbuatan yang disertai unsur riya tidak akan diterima oleh Allah swt. Sabda Rasululullah saw,

وذاس ٬ ك٤ هللا ػ ٣بء ٫ ٣وج اش ح رسAllah tidak menerima sesuatu amal yang di dalamnya terdapat riya meski sebesar atom.186 Untuk menutupi amal kebajikan, Nabi Isa as berpesan, ”Tatkala salah seorang dari kamu memasuki hari puasa, hendaklah ia meminyaki kepala dan jenggotnya serta mengusap bibirnya agar orang tidak melihat bahwa ia se-dang berpuasa. Jika tangan kanannya bersedekah, hendak-lah ia sembunyikan dari tangan kirinya. Jika ia salat, hen-daklah ia rapatkan tutup pintunya. Sesungguhnya Allah Taala membagi pujian sebagaimana Ia membagi rizki.” Ketika melihat seseorang yang menundukkan tengkuk ke-palanya, Sayyidina Umar ra berkata, “Hai pemilik tengkuk, angkatlah tengkukmu! Khusyuk bukan terletak pada teng-kuk, tetapi di dalam hati.” Menurut Qatadah187 rahmatullah ‟alayh, orang yang berbuat riya sama saja mengejek Tuhan. Katanya bahwa bila sese-orang berbuat riya, maka Allah berfirman, ”Lihatlah, bagai-mana ia mengejek Aku.” Pada hari kiamat nanti, orang yang berbuat riya akan dipanggil dengan empat sebutan yang jelek sebagaimana sabda Rasulullah saw,

بء خ ثؤسثؼخ أع و٤ب ا شائ٢ ٣بد ٣ ا ١ ٣ب كبعش ٣ب : ا شائ٢ ٣ب ؿب ٣ب

186 Al-Iraqiy mengatakan tidak menemukan yang demikian, dan al-Zu-baydiy mengatakan bahwa itu adalah perkataan Yusuf bin Asbath se-bagaimana tersebut dalam Ittihaf vol. 10 hal. 74 187

Page 121: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

121

ذب ذ ك٬ أعش ي ػ ػ ت كخز أعشى خبعش ارSesungguhnya orang yang pamer akan dipanggil pada hari kia-mat dengan empat sebutan: “Hai orang yang pamer, hai orang yang sesat, hai orang yang durhaka, hai orang yang rugi! Pergi-lah dan ambillah pahalamu dari orang yang kau pameri ketika kau beramal. Sama sekali tak ada pahala bagimu di sisi-Ku.”188 Untuk menghindari perilaku riya, al-Hasan rahmatullah ‟alayh berkata, “Saya berkawan dengan sekelompok orang jika di antara mereka ada yang memiliki ilmu menonjol. Jika ia berkata tentang ilmunya, ilmu tersebut bermanfaat bagi dirinya dan bagi sahabatnya. Tidak ada yang mence-gah dia dari ilmu itu kecuali kemasyhuran.” Hakekat riya dan yang dipamerkan Hakekat riya adalah mencari kedudukan di hati manusia dengan berbuat ibadat dan amal kebaikan lainnya. Hal yang dipamerkan ada 6 macam, yaitu riya dari segi badan, riya dalam tingkah laku, riya dalam pakaian, riya dalam ucapan, riya dengan amal, dan riya dengan kolega. Pertama, riya dari segi badan. Perbuatan yang dilakukan antara lain: 1. Menampakkan keletihan dan kepucatan badan supaya

disangka tidak tidur dan menjalankan puasa. 2. Menampakkan kesusahan supaya disangka bahwa ia

sangat memperhatikan urusan agama. 3. Menampakkan kekusutan rambutnya supaya disangka

bahwa ia terlalu tenggelam dalam urusan agama, se-hingga tidak ada kesempatan baginya untuk mengurus dirinya.

4. Menampakkan kekeringan bibirnya untuk membukti-

188 HR Ibn Abi al-Dunya dan sanadnya dlaif

Page 122: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

122

kan atas puasanya. 5. Merendahkan suaranya untuk membuktikan kelemah-

an dirinya sebab selalu mujahadah, yaitu memerangi hawa nafsu, memerangi kemungkaran, dan memerangi kekafiran.

Kedua, riya dalam tingkah laku, misalnya: 1. Mencukur kumis. 2. Mengangguk-anggukkan kepala ketika berjalan. 3. Pelan-pelan dalam bergerak. 4. Membiarkan bekas sujud di dahinya. 5. Memejamkan kedua matanya agar disangka sedang

berhadapan dengan Tuhan dan mukasyafah atau se-dang menyelam dalam berpikir.

Ketiga, riya dalam pakaian, seperti: 1. Memakai pakaian sufi, pakaian kasar, dan merendah-

kannya sampai betis. 2. Memendekkan lengan baju dan membiarkan pakaian

sobek lagi kotor agar disangka bahwa ia menghabiskan waktu untuk ibadah dan tidak ada kesempatan meng-urus pakaian.

3. Memakai pakaian bertambal dan sajadah agar disangka ahli tasawuf, sedang nyatanya sama sekali tidak me-ngerti hakekat tasawuf.

4. Memakai baju kurung dengan lengan longgar agar di-sangka bahwa ia seorang alim dan pura-pura rela be-serta kain sarung.

5. Membiarkan pakaiannya terkena debu jalan agar di-sangka ia sangat wirai.

6. Memakai pakaian buruk untuk mencari kedudukan di hati ahli kebaikan dan jika memakai pakaian baru, ma-ka tingkahnya seperti binatang yang disembelih karena takut dikatakan ia tidak zuhud lagi.

Page 123: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

123

7. Mencari kedudukan di hati para penguasa dan peda-gang sebab jika ia memakai pakaian yang rusak pasti ia mengkhianatinya dan jika ia memakai pakaian mewah maka para penguasa dan pedagang tidak meyakini zu-hudnya.

8. Mencari kain bagus dan sarung tipis serta bulu yang halus sehingga harga dan mahalnya seperti pakaian orang-orang kaya; sedangkan bentuknya seperti pakai-an orang-orang ahli tasawuf. Jika dipaksa memakai pa-kaian buruk pasti tingkahnya seperti binatang yang di-sembelih karena martabatnya akan cepat jatuh di mata orang-orang kaya. Kalau dipaksa memakai pakaian su-tera, pakaian dari bulu, pakaian hijau yang bersinar, dan pakaian yang harganya cukup mahal pasti mereka sangat takut kedudukannya akan jatuh di mata ahli sufi lantaran akan dikatakan bahwa ia telah meninggalkan zuhud.

Keempat, riya dalam ucapan, yaitu riya yang dilakukan oleh ahli nasihat dan ahli memperingatkan. Misalnya: 1. Membuat indah suaranya dan memberi semangat. 2. Mengucapkan kata-kata hikmah, hadits, dan ucapan

ulama salaf dengan suara pelan dan menampakkan ke-susahan; padahal batinnya sunyi dari kebenaran dan keikhlasan.

3. Mengaku hafal hadits dan bertemu dengan guru-guru atau para ulama.

4. Cepat-cepat mengatakan tentang hadits bahwa hadits itu sahih atau lemah supaya disangka bahwa ilmunya deras.

5. Menggerakkan kedua bibir dengan dzikir, amar makruf dan nahi mungkar di hadapan umum; padahal hatinya kosong dari rasa terkejut terhadap kemaksiatan.

6. Menampakkan rasa marah terhadap kemungkaran dan

Page 124: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

124

penyesalan terhadap kemaksiatan; padahal hatinya ko-song dari rasa sakit terhadapnya.

Kelima, riya dengan amal, seperti: 1. Memperlama berdiri waktu salat, memperbagus rukuk

dan sujud, serta menghentakkan kepala dan memperse-dikit melirik.

2. Bersedekah, berpuasa, berhaji, berjalan seraya menun-duk dan membiarkan tangan terjuntai padahal Allah mengetahui batinnya bahwa apabila dalam keadaan sepi pasti tidak melakukan sesuatu dari yang tersebut. Bahkan mempermudah salat dan berjalan cepat. Terka-dang ia berlaku demikian waktu berjalan, tetapi kalau ia merasa dilihat orang lain, maka ia kembali tenang su-paya disangka khusyuk.

Keenam, riya dengan kolega, misalnya: 1. Riya dengan banyaknya murid, teman, dan banyaknya

menyebut para ulama supaya disangka bahwa dirinya banyak bertemu dengan para ulama yang banyak.

2. Senang didatangi para ulama dan pejabat supaya dika-takan bahwa ia termasuk orang yang mendapat berkah dari kedatangan itu.

Ini semua adalah hal yang dipamerkan dalam agama. Ma-sing-masing perbuatan tersebut adalah haram, bahkan ter-masuk dosa besar. Adapun mencari kedudukan di hati ma-nusia dengan perbuatan yang bukan ibadah dan amal ke-agamaan tidak haram selama di dalamnya tidak terdapat tipuan sebagaimana yang telah disebutkan dalam bahasan tentang mencari kedudukan atau pangkat. Para ahli dunia terkadang mencari kedudukan atau pang-kat dengan banyaknya harta, anak buah, pakaian yang in-

Page 125: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

125

dah lagi mewah serta menjaga rambut, ilmu kedokteran, ilmu hitung, ilmu nahwu, ilmu bahasa dan lain sebagainya. Perbuatan tersebut tidak haram selagi tidak sampai menya-kiti orang lain karena takabur dan sampai kepada akhlak yang tercela. Imam al-Ghazali menyebutkan rinci bagian-bagian riya ka-rena riya merupakan sebagian besar dari akhlak tercela yang menonjol dalam diri manusia. Dengan demikian, di-harapkan hal tersebut dapat dihindari. Hal ini dengan asumsi bahwa siapa saja yang tidak mengenal kepada keja-hatan dan tempat-tempatnya, maka ia tidak mungkin un-tuk dapat menghindarinya. Kejahatan riya Ada beberapa tingkat kejahatan riya yang berkaitan de-ngan keagamaan dan ibadah. Tingkat pertama adalah riya yang tidak haram karena tidak bermaksud untuk dikata-kan sebagai orang wirai dan saleh, misalnya dalam hal: 1. Orang yang memakai pakaian bagus untuk bepergian

berbeda dengan yang dipakai di rumah. 2. Orang yang membelanjakan harta untuk jamuan ma-

kan. 3. Orang kaya yang membelanjakan harta agar dikatakan

dermawan. Riya pada tingkatan seperti tersebut tidak haram karena usahanya dalam memiliki atau menguasai hati orang lain seperti usahanya memiliki harta. Sekedar berlaku riya sedi-kit dalam hal tersebut termasuk hal yang baik dan berman-faat, tetapi jika banyak dapat melengahkan kepada meng-ingat Allah sebagaimana harta yang banyak. Terlebih lagi jika riya yang dilakukan semacam itu didorong oleh ke-

Page 126: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

126

inginan untuk memperluas kehormatannya, maka akan membawa kepada kelalaian dan kemaksiatan. Karena itu, hal-hal yang seperti itu perlu dihindarkan. Tingkat kedua adalah riya yang diharamkan, misalnya mela-kukan seperti hal tersebut di atas, yaitu memakai pakaian bagus untuk bepergian yang berbeda dengan yang dipakai di rumah, dan sebagainya, namun dimaksudkan agar orang percaya bahwa dirinya taat agama dan wirai. Keha-ramannya disebabkan oleh kefasikan dan maksiat yang dilakukan, yaitu: 1. Jika seseorang ingin agar orang lain meyakini bahwa ia

seorang yang ikhlas, taat kepada Allah, dan cinta aga-ma maka sungguh ia telah menipu. Kalau ia berniat se-perti ini maka ia menjadi orang yang fasik dan terkutuk di sisi Allah.

2. Jika sekiranya seseorang menyerahkan uang kepada se-jumlah orang dan berangan-angan agar orang menju-lukinya sebagai dermawan padahal uang tersebut ada-lah pinjaman, maka ia telah berbuat maksiat. Hal terse-but disebabkan ia menyerupakan diri atau menipu meskipun ia tidak menuntut diyakini sebagai orang yang baik, lantaran ia memiliki atau menguasai hati de-ngan berpura-pura atau menipu. Perbuatan semacam ini adalah haram.

Tingkat ketiga adalah riya yang termasuk syirik, yaitu jika dalam beribadah kepada Allah seseorang bermaksud kepa-da makhluk Allah. Perbuatan semacam ini berarti meng-ejek Allah. Perumpamaannya adalah seperti orang yang menghadap seorang raja dalam rangka memenuhi tugas kewajiban atau berkhidmat, tetapi orang tersebut bertujuan lain yaitu ingin memperhatikan para pelayan wanita. Pikir-kanlah, apa kira-kira yang akan diterimanya dari raja se-

Page 127: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

127

bagai balasan ejekannya kepada raja tersebut? Jika sese-orang beribadah bermaksud kepada makhluk, berarti ia te-lah berkeyakinan bahwa makhluk itu lebih mampu mem-beri manfaat dan kemelaratan kepada dirinya dari pada Allah. Karena kebesaran makhluk telah ada dalam hati se-seorang, maka akan mengajak untuk memperindah ibadah-nya kepada Allah di sisi makhluk tersebut. Di sinilah riya disebut dengan “syirik kecil”. Dosa riya dapat meningkat menurut kadar kerusakan mak-sud dan niat. Ada sebagian orang yang riya semata-mata untuk mencari kedudukan atau kehormatan. Sebagian lain bermaksud agar diserahi harta peninggalan, wakaf, atau harta anak yatim dengan niat supaya dapat bersenang-senang dengan harta tersebut secara berkhianat. Maksud dan niat seperti itu pasti lebih jahat. Sebagian yang lain ber-buat riya dengan bermaksud kepada wanita dan anak-anak agar ia dapat menikmati kemaksiatan atau memperbanyak uang guna membeli minuman keras atau membiayai mu-sik. Kejahatan tersebut adalah yang paling besar, sebab ia jadikan ibadahnya kepada Allah sebagai alat untuk men-durhakai-Nya. Na‟udzu billah min dzalik. Daya dorong riya Riya dapat menjadi besar dan dosanya menjadi besar pula disebabkan oleh perbedaan tujuan yang mendorongnya. Motivasi yang berbeda tersebut dapat memperbesar hal yang dipamerkan akibat kekuatan dari maksud riya. Hal-hal yang dipamerkan ada tiga gradasi yaitu berat, sedang, dan ringan. Tingkatan yang berat adalah jika yang dipamerkan meru-pakan pokok-pokok keimanan. Misal orang munafik yang menampakkan dirinya sebagai seorang muslim padahal

Page 128: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

128

hatinya tidak Islam, atau orang atheis dan orang yang tidak mempunyai pendirian (plintat plintut) yang menampakkan dirinya sebagai seorang yang selalu beriman padahal hati-nya kosong dari keimanan. Tingkatan sedang adalah riya terhadap pokok-pokok ibadah seperti orang yang salat dan mengeluarkan zakat di muka orang, padahal Allah menge-tahui batinnya bahwa jika ia sendirian tidak akan melaku-kan hal itu. Tingkatan yang ringan ialah riya terhadap hal-hal yang sunnah, bukan hal-hal yang wajib. Misal orang memperbanyak ibadah sunnah, memperbagus perlilaku ibadah fardlu, mengeluarkan zakat dengan harta yang pa-ling baik, mengerjakan salat tahajud, berpuasa hari Arafah dan Asyura; sedangkan Allah mengetahui batinnya bahwa jika ia sendirian pasti tidak melakukan satu pun dari hal tersebut. Hal seperti ini juga haram meskpun tidak menda-tangkan siksa yang berat sebagaimana riya terhadap po-kok-pokok ibadah. Besarnya riya sebab tujuan ialah jika sesuatu perbuatan di-kerjakan semata-mata hanya untuk pamer. Misalnya sese-orang mengerjakan salat tanpa bersuci, atau berpuasa keti-ka ada orang lain sedangkan jika sendirian ia batalkan pua-sanya. Perbuatan seperti ini terkadang ditambahkan mak-sud ibadah, yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga: 1. Niat ibadah merupakan dorongan tersendiri. Meskipun

ia sendirian, ia tetap melaksanakan ibadah tersebut. Te-tapi bila dilihat atau disaksikan oleh orang lain menjadi bertambah semangat. Dengan demikian semangat ber-ibadah kuat atau lemah bergantung kepada penyaksian orang. Semoga kadar riya demikian tidak menghapus amal perbuatannya, bahkan sah dan mendapat pahala. Sekiranya Allah akan menyiksa, semoga karena mak-sud riya tersebut atau cukup dengan mengurangi paha-lanya.

Page 129: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

129

2. Niat berbuat ibadah lemah. Orang seperti ini tidak akan berbuat ibadah jika tidak ada orang yang menyaksikan. Jika seandainya ia ternyata melakukan ibadah karena disaksikan oleh orang lain, maka ibadahnya tidak sah. Niat ibadah yang lemah tidak akan meniadakan kutuk-an yang hebat.

3. Niat berbuat ibadah dan pamer sama kuat. Dalam kon-disi seperti ini perbuatan ibadah tidak akan terwujud oleh salah satu dari kedua niat tersebut. Ibadah terlak-sana karena keduanya. Jika demikian, ia berarti mela-kukan perbaikan dan perusakan dalam satu hal. Secara normal, orang tidak menyerahkan kepala untuk men-dapatkan kepala. Dengan kata lain, jika kedua niat sa-ma maka yang satu sebagai ganti lainnya. Padahal Allah berfirman dalam hadits qudsi,

اش أب أؿ٠ ا٧ؿ٤بء ػ شى Aku adalah yang paling tidak memerlukan persekutuan.189

Allah tidak akan menerima amal yang disertai riya dan ti-dak pula akan memberi pahala atasnya. Jika dikatakan bah-wa Allah akan menyiksa seseorang atas perbuatan riya, maka Imam al-Ghazali berpendapat bahwa hal tersebut tergantung pada dorongan yang lebih kuat, dan yang me-ngetahui hal itu hanya Allah. Tak seorang manusia yang bersih dari perbuatan dosa atau terhindar dari siksa kecuali nabi. Jenis riya Ada tiga macam riya, yaitu: jelas, samar, dan sangat samar. Riya yang tersamar diibaratkan kesamarannya melebihi ke-samaran semut hitam di malam kelam. Riya yang jelas ya-

189 Dikeluarkan oleh Ahmad, Muslim dan Ibn Majah dengan sanad sahih

Page 130: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

130

itu riya yang mendorong terwujudnya sesuatu perbuatan. Tanda riya semacam ini adalah ada rasa senang ketika me-lakukan perbuatan. Riya yang samar yaitu riya yang tidak mampu mewujud-kan perbuatan, tetapi menambah senang dalam melakukan perbuatan. Orang yang riya seperti ini tandanya akan le-mah semangatnya jika melakukan perbuatan tanpa ada un-sur riya. Misal, orang yang melakukan salat tahajud ber-tambah semangatnya ketika ia mempunyai tamu. Hal yang lebih samar adalah tidak menambah semangat tahajudnya, tetapi apabila ia sedang atau telah melakukan salat tahajud lalu dilihat orang lain timbul rasa gembira dan dalam diri-nya terdapat rasa puas. Ini menunjukkan bahwa riya terse-but berada di tengah-tengah hati sebagaimana terpendam-nya api di bawah rasa cinta. Rasa senang terbuka tatkala disaksikan, sedangkan hatinya telah lupa terhadap kecinta-an itu. Riya yang tersamar, yaitu orang yang melakukan perbu-atan tidak merasa senang dengan dilihat oleh orang, tetapi timbul rasa riya ketika perbuatannya hampir selesai. Ia me-rasa heran terhadap orang yang berbuat jahat kepadanya, tidak mau bertoleransi dalam muamalah, dan tidak mau menghormatinya. Hal itu menunjukkan bahwa amal per-buatannya ditujukan kepada manusia, seolah-olah ia mem-berikan penghormatan kepada manusia dengan perbuatan ibadah namun menyembunyikan rasa riya terhadap manu-sia. Hanya orang-orang sidik yang dapat terhindar dari riya tersamar. Riya yang tersamar pun dosa, dan dikhawa-tirkan dapat menghapus pahala amal perbuatannya. Bergembira dalam melakukan perbuatan sebab disaksikan oleh orang lain memang diperbolehkan jika kesenangannya

Page 131: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

131

ditujukan kepada Allah, karena Allah telah menampakkan keindahan dan menutupi keburukan dari dirinya sementa-ra ia bermaksud menutupi keduanya. Jadi kesenangan ter-sebut adalah terhadap kelembutan perbuatan Allah dan ka-bar gembira dari Allah kepadanya, yaitu sebagaimana Allah membaguskan pekerjaan-Nya di dunia, demikian pula Ia akan berbuat di akhirat. Dapat pula terjadi, bahwa kesenangannya dimaksudkan agar diikuti oleh orang yang melihatnya, atau orang yang melihat akan mentaati Allah sebab pujiannya kepada Allah. Tanda kesenangan yang di-perbolehkan seperti ini adalah ia juga senang jika melihat orang lain yang diharapkan mengikutinya melakukan iba-dah serupa. Orang yang berhati-hati berupaya untuk menutup pintu riya dan mengenyahkannya dari batin. Cara yang dilaku-kan antara lain dengan menghindarkan diri dari berbuat seperti disebutkan di atas dan menyembunyikan ibadah-nya serta memerangi hawa nafsunya. Orang yang tergolong sebagai jajaran para ulama pun ma-sih perlu berhati-hati dalam hal riya agar di hari kiamat mendapat pahala dari amal ibadahnya. Sayidina Ali karro-mallahu wajhah berkata, “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla berfirman kepada para ulama pada hari kiamat, “Tia-dakah Allah meringankan lapar atasmu? Tiadakah kamu memulai memberi salam? Tiadakah semua hajatmu telah terpenuhi? Sama sekali tak ada pahala bagimu sebab paha-lamu telah dicukupi.” Kiat yang dapat dilakukan oleh seseorang agar terhindar dari riya menurut al-Ghazali adalah ikhlas. Upaya yang di-lakukan agar orang dapat berbuat ikhlas adalah mengang-gap semua orang sebagai binatang dan anak-anak. Ini ber-

Page 132: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

132

arti bahwa dalam beribadah janganlan seseorang membe-dakan apakah ada orang atau tidak, apakah mereka meli-hat kamu atau tidak, apakah mereka memperhatikan iba-dahmu atau tidak. Adakah orang yang senang dipuji atau puas karena pamer ibadahnya kepada binatang? Jika demi-kian, maka kita harus ridla dan mencukupkan diri hanya dengan diketahui oleh Allah saja. Kita harus mencari paha-la dari Allah, sebab Allah tidak akan menerima amal ke-cuali dari orang yang ikhlas. Dengan demikian kita tidak tercegah untuk mendapatkan manfaat dalam waktu-waktu yang paling kita perlukan. Pengaruh riya pada amal perbuatan Bagaimana kalau ada orang yang berkata, “Aku tak mam-pu untuk melepaskan riya yang samar seperti yang dijelas-kan oleh Imam al-Ghozali tadi. Namun aku sanggup jika melepaskan riya yang jelas. Apakah ibadahku sah?” Dalam hal ini kita harus mengetahui bahwa dalam setiap perbuatan selalu datang rasa riya. Kedatangannya dapat terjadi pada awal, atau pada waktu berlangsung, bahkan setelah perbuatan selesai. Bila riya datang pada waktu per-mulaan perbuatan sehingga menjadi dorongan yang mem-beri bekas terlaksananya perbuatan, maka riya tersebut membatalkan dan mencegah keabsahan amal. Karena itu dalam memulai perbuatan kita diwajibkan ikhlas. Sebenarnya amal menjadi batal karena riya yang mendo-rong kepada pangkal amal. Menurut Imam al-Ghazali bila riya hanya berfungsi untuk mempercepat terlaksananya perbuatan pada waktu memulai, hanya Allah yang menge-tahui hakekatnya, maka amal tersebut sah. Misalnya dalam

Page 133: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

133

hal salat. Hanya saja fadlilah atau keutamaan dari memper-cepat mengerjakan salat hilang. Orang yang melakukan sa-lat berarti maksiat kepada Allah sesuai dengan riya yang dilakukan, namun kewajiban melakukan salat telah gugur. Bila rasa riya datang pada waktu perbuatan berlangsung sehingga membatalkan dorongan yang semula, maka hal tersebut membatalkan amal. Misal di tengah-tengah mela-kukan salat tiba-tiba riya datang atau mengalihkan perhati-an seperti teringat telah lupa akan sesuatu yang andaikata ia sendirian pasti dibatalkan salatnya. Tetapi karena malu kepada orang lain ia terpaksa menyempurnakan salatnya. Dalam hal ini penyelesaian salat tidak menggugurkan ke-wajibannya sebab niat salat dan dorongan ibadahnya telah terputus. Jika niatnya tidak terputus namun kesadarannya terkalahkan sehingga ia tidak sadar, misalnya hatinya sa-ngat senang karena dilihat oleh orang yang baru datang lalu dorongan ibadahnya terlupakan, maka salatnya rusak. Oleh al-Ghazali ditambahkan bahwa kondisi tersebut jika ketidaksadaran berlangsung sampai seseorang menyelesai-kan satu rukun dan dorongan asal belum kembali ke dalam kesadarannya. Bagaimana jika riya datang pada waktu berniat memulai ibadah dan tidak menghilangkan kesadaran dirinya dari dorongan ibadah, semata-mata kesenangan dalam beriba-dah bertambah, dan tidak berpengaruh kepada pelaksana-an ibadah kecuali hanya memperbagus saja? Al-Ghazali mempunyai dugaan yang kuat bahwa ibadahnya tidak ru-sak dan kewajibannya tertunaikan. Riya yang datang setelah selesai menunaikan salat, misal-nya dengan menyebut-nyebut atau memamerkannya, tidak mempengaruhi kepada salat yang telah dilakukan. Namun

Page 134: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

134

orang tersebut maksiat kepada Allah dan berdosa. Siksa yang akan diterima disesuaikan dengan kadar memamer-kannya. Meskipun yang tampak pada dirinya adalah do-rongan menyebutkan ibadah, baik dengan terus terang maupun dengan sindiran, hal tersebut menunjukkan bah-wa riya tersembunyi dalam batinnya. Cara mengobati riya Setelah mengetahui hakekat riya dan kadar riya yang ma-suk dalam amal ibadah, kita harus bersungguh-sungguh dalam mengobati jiwa agar dapat terhindar dari riya. Cara pengobatannya adalah dengan menolak penyebab utama yang mendorong seseorang berbuat riya, yaitu senang pu-jian, takut celaan, dan tamak. Pertama, riya yang disebabkan karena senang pujian. Orang yang riya karena senang pujian misalnya maju ke garis ter-depan dalam medan pertempuran agar dikatakan bahwa ia seorang pemberani, atau orang yang menampakkan iba-dahnya agar dikatakan bahwa ia seorang wirai. Cara peng-obatannya seperti mengobati gila pangkat, yaitu menyadari bahwa pangkat adalah kesempurnaan tipuan, bukan ke-sempurnaan sejati. Dalam riya, cara pengobatannya lebih khusus, yaitu: 1. Mengikrarkan kepada dirinya tentang kemudlaratan-

nya. Meskipun madu terasa lezat, namun jika diberi tahu bahwa di dalamnya terdapat racun pasti orang mudah meninggalkannya.

2. Menegaskan kepada dirinya bahwa pada hari kiamat akan dipanggil lantaran riya yang dilakukan dengan panggilan, “Hai orang yang durhaka, hai orang yang sesat, Engkau telah mengejek Allah Yang Maha Agung, Engkau telah memperhatikan manusia, Engkau telah mencintai manusia, Engkau telah membeli pujian ma-

Page 135: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

135

nusia dengan celaan Allah, Engkau telah mencari keri-dlaan manusia dengan murka Allah, tidakkah sese-orang itu lebih berat atasmu dari pada Allah?” Andai-kata tak ada siksa lain kecuali hinaan dan dipermalu-kan dengan panggilan tersebut, pasti sudah cukup un-tuk menahan diri dari riya. Apalagi jika masih diberi siksaan lain dan terhapusnya amal ibadah! Hal yang lebih memberatkan lagi adalah jika setelah ditimbang amal buruk dan amal baiknya ternyata amal buruknya lebih berat hingga menjadi penyebab kecelakaannya.

Kedua, riya yang disebabkan takut celaan manusia. Peng-obatannya adalah dengan cara: 1. Menegaskan kepada dirinya bahwa celaan manusia ti-

dak akan membuatnya melarat bila ia terpuji di sisi Allah Azza Wa Jalla serta tidak menentang celaan dan murka Allah.

2. Sadar bahwa seandainya orang tahu yang ada di dalam batinnya berupa tujuan riya, pasti orang akan mengu-tuknya. Sedangkan Allah tidak rela kecuali membuka rahasianya, sehingga orang lain mengetahui kepalsuan lalu mengutuknya setelah dikutuk oleh Allah.

3. Ikhlas dengan memalingkan hatinya dari manusia, pan-dangannya hanya ditujukan kepada Allah semata. De-ngan demikian Allah akan membuka keikhlasan hati-nya kepada orang lain sehingga mereka mencintainya.

Ketiga, riya yang disebabkan oleh tamak. Cara pengobatan-nya: 1. Menyadari bahwa tamak adalah perbuatan menyang-

ka, sedangkan kerelaan Allah adalah pasti. 2. Menyadari bahwa hanya Allah yang menguasai selu-

ruh hati manusia. 3. Menyadari bahwa orang yang tamak tidak terbebas da-

Page 136: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

136

ri hinaan. 4. Menyadari bahwa berpaling dari tamak terhadap

makhluk akan dicukupi oleh Allah, dan Allah akan menggerakkan semua hati untuk dia.

5. Menyadari bahwa kenikmatan akhirat dan derajat ting-gi akan terlepas jika berbuat riya. Karena itu ia paling-kan hatinya dari tamak terhadap manusia dan bercita-cita hanya untuk akhirat, pasti cahaya keikhlasan ter-pancar dari hatinya lalu Allah akan mengulurkan per-tolongan dan bimbingan-Nya.

Riya yang spontan muncul Dengan menggunakan berbagai cara pengobatan riya, sese-orang dapat yakin dan sadar untuk menghindarkan diri dari riya. Tetapi kadangkala rasa riya datang dengan tiba-tiba ketika melakukan suatu perbuatan ibadah, khususnya ketika dilihat oleh orang lain. Bagaimana cara mengobati hal demikian? Resep yang diberikan oleh Imam al-Ghazali adalah dengan menyembunyikan ibadah sebagaimana kita sembunyikan perbuatan keji kita. Di situlah terdapat keselamatan. Ilus-trasi dalam menyikapi resep tersebut adalah riwayat ten-tang sebagian sahabat dari Abi Hafs al-Haddad190 yang mencela dunia dan ahli dunia. Kata Abi Hafs kepada mere-ka, “Kau telah menampakkan sesuatu yang mestinya harus kau rahasiakan. Karena itu janganlah kau datang kepadaku setelah ini.”

190 Abu Hafs „Amr ibn Salama al-Haddad, seorang pandai besi dari Naisabur, mengunjungi Baghdad dan bertemu dengan al-Junaid yang mengagumi pengabdian. Ia juga bertemu al-Syibli dan mistikus lainnya dari Baghdad. Kembali ke Naisabur, ia melanjutkan berdagang dan meninggal di sana tahun 265 H.

Page 137: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

137

Menyembunyikan ibadah memang sukar, terutama pada tahap permulaannya. Tetapi kalau sudah menjadi adat atau kebiasaan, akan terasa kelezatan ibadah dalam kesunyian. Jika sewaktu-waktu riya datang, obatilah dengan cara memperbarui makrifat yang telah meresap di dalam hati-mu, yaitu menyadari bahwa riya akan menghadapkan diri pada murka Allah, sedangkan manusia tak mampu mem-beri manfaat dan kemelaratan. Dengan demikian akan tim-bul kebencian terhadap dorongan riya. Memang syahwat manusia selalu mengajak untuk meneri-ma riya dengan cara memperbagus amal dan senang kepa-danya. Sedangkan kebencian terhadap riya akan mengajak untuk berpaling dan menolaknya. Tenaga manusia akan tergerak mengikuti dorongan yang lebih kuat. Karena itu, jika kebencian terhadap riya lebih kuat sehingga dapat mencegah riya dalam melakukan ibadah, dengan perkata-an lain bahwa ibadah tak akan bertambah dan berkurang karena riya, atau tidak memaksa timbul perbuatan dan tak tampak efeknya, maka seseorang terselamatkan dari riya. Ia tidak dipaksa untuk berbuat lebih dari itu. Menolak kekhawatiran dan tabiat yang cenderung kepada ucapan orang tidak termasuk kewajiban kita untuk meno-laknya. Sebab puncak dari tuntutan kewajiban adalah membenci dan tidak rela terhadap penerimaan dorongan riya. Taat boleh ditampakkan Memperlihatkan ketaatan diperkenankan dengan maksud agar diikuti oleh orang lain dan untuk menimbulkan kese-nangan orang lain kepada ketaatan. Hal ini diperbolehkan jika niatnya benar dan tidak disertai oleh syahwat yang sa-mar. Tanda niat yang benar adalah jika seseorang mampu

Page 138: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

138

untuk tidak senang memperlihatkan ketaatannya ketika orang lain telah mengikuti dan telah senang terhadap keta-atan, lagi pula sudah diberi tahu bahwa pahala terletak da-lam merahasiakan perbuatannya. Sebaliknya, jika hatinya lebih cenderung agar dirinya men-jadi ikutan, maka jelas di dalam hatinya terdapat dorongan riya. Sebab seandainya ia mencari kebahagiaan dan kesela-matan orang lain, maka hal itu telah berhasil dengan orang lain yang telah mengikuti. Adapun kecenderungan hatinya tidak memberi manfaat kecuali menampakkan dirinya. Menyembunyikan perbuatan maksiat dan dosa juga diper-bolehkan dengan syarat tidak bertujuan untuk diyakini se-bagai orang yang wirai atau diyakini sebagai bukan orang fasik. Merasa senang dengan perbuatan maksiat yang dila-kukan tertutup dan sedih jika kemaksiatan tersebut terung-kap adalah diperbolehkan. Mungkin kesenangannya ditu-jukan kepada tutup Allah atas kemaksiatannya, dan mung-kin senang karena dapat memenuhi perintah Allah dalam hal merahasiakan perbuatan maksiat dan tidak berterang-terangan melakukan maksiat. Orang yang menyembunyikan kemaksiatan terkadang di-sebabkan oleh ketidaksenangan dicela orang lain sehingga merasa sakit hati. Dalam hal ini orang tersebut tidak diha-ramkan karena tabiat manusia memang demikian. Namun yang diharamkan adalah jika ia senang pujian orang lain karena perbuatan ibadahnya. Pujian terhadap ibadah iba-ratnya adalah upah yang diambil dari ibadah tersebut. Sikap orang yang berbuat maksiat memang berlainan. Ada orang yang takut bermaksud jahat jika perbuatan maksiat-nya diketahui oleh orang lain. Ia malu kalau perbuatan

Page 139: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

139

maksiatnya dilihat. Rasa malu seperti ini bukan riya, tetapi terkadang bercampur dengan riya. Analog, ada orang yang meninggalkan perbuatan taat lantaran takut kalau berbuat riya dalam perbuatan taat tersebut. Namun alasan ini tidak dapat dibenarkan. Fudlail191 berkata, “Riya adalah meninggalkan amal karena takut terhadap riya. Amal perbuatan yang dilakukan kare-na manusia disebut syirik. Orang wajib melakukan amal kebajikan dan berbuat ikhlas. Lain halnya dengan perbuat-an yang bersangkut paut dengan orang lain seperti meme-nuhi hajat, menjadi imam, atau memberi nasihat. Jika orang yang akan melakukan mengetahui bahwa dirinya sesudah melakukan tidak dapat menguasai dirinya sendiri dan cen-derung untuk mengikuti dorongan hawa nafsunya, maka

191 Nama lengkapnya al-Fudhail bin „Iyadh, dilahirkan di Samarqand, dibesarkan di Abi Warda, Khurasan, usianya mencapai 80 tahun dan wafat di Makkah pada Muharram 187 H. Dalam Siyar A‟lam al-Nubala dari al-Fadhl bin Musa, disebutkan bahwa dulunya beliau adalah pe-nyamun di daerah antara Abu Warda dan Sirjis, kemudian Allah mem-berikan petunjuk sebab mendengar sebuah ayat al-Quran. Beliau terpi-kat oleh seorang wanita, dipanjatlah tembok guna melaksanakan has-ratnya. Tiba-tiba didengar ayat:

ش هللا ز ث رخشغ ه ا أ آ ز٣ ٣ؤ ز أ را ا أ بز٣ ا ٫ ٣ ؾن ا ب ض هج بة

كط كبعو ض٤ش ث ذ كوغذ ه ا٧ ػ٤ بBelumkah datang waktunya bagi orang–orang yang beriman untuk tunduk hatinya guna mengingat Allah serta tunduk kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang–orang yang sebelumnya telah turun al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq. (Al Hadid: 16). Diurungkan niatnya dan ketika tengah berlindung, sekelompok orang yang sedang lewat berkata, “Kita jalan terus sampai pagi, karena biasa-nya al-Fudhail menghadang kita di jalan ini.” Beliau bertaubat lalu tinggal di Baitul Haram, tidak memberi makan keluarga kecuali yang halal.

Page 140: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

140

ia wajib berpaling dan melarikan diri dari perbuatan di-maksud. Lebih-lebih jika yang mendorong semata-mata niat riya, maka amal tersebut tidak sah dan wajib diting-galkan.” Bagaimana jika sedang melakukan perbuatan ada sekelom-pok orang datang lalu ia khawatir kalau dirinya berbuat ri-ya? Dalam hal ini ia tidak patut meninggalkan perbuatan tersebut, tetapi hendaknya menyelesaikan perbuatannya sambil berjuang memerangi dorongan riya yang muncul.

Page 141: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

141

PENUTUP

ita telah mengetahui bahwa akhlak yang tercela cu-kup banyak. Namun pokok-pokoknya kembali ke dalam 10 induk sebagaimana telah dituturkan da-

lam bab 1 sampai dengan bab 10. Orang tidak cukup hanya membersihkan hatinya dari sebagian dari akhlak tercela, tetapi harus membersihkannya dari seluruhnya. Tempat Akhlak Bertumpu Jika seseorang membiarkan salah satu dari akhlak tercela bersemayam dan menguasai dirinya, maka akhlak yang sa-tu itu akan mengajak dirinya untuk melakukan akhlak ter-cela lainnya. Akhlak yang tercela tidak hanya berkait satu dengan yang lain, melainkan yang satu menimbulkan yang lainnya. Orang tidak akan dapat selamat dari akhlak terse-but kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat. Keselamatan yang mutlak tidak akan dapat diperoleh dengan menolak sebagian dari akhlak yang tercela, tetapi harus dengan menolak seluruhnya. Kecantikan seseorang tidak akan dapat dihasilkan hanya dengan kecantikan se-bagian anggota badan saja tanpa kecantikan seluruh ang-gota badan dan akhlak yang baik. Rasulullah saw bersab-da,

خن ؽغ ٤ضا ػغ ك٢ ا ب ٣ أصو

K

Page 142: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

142

Seberat-berat barang yang diletakkan pada timbangan di hari kiamat adalah akhlak yang baik.192 Sabdanya pula,

ا٧خ٬م بس ثؼضذ ٧رSesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.193 Ketika Nabi saw ditanya oleh sahabatnya, “Apakah yang disebut agama?” Jawab Nabi,

“ ؾغ خن ا ”اAkhlak yang baik.194 Akhlak yang baik adalah akhlak Allah sebagaimana sabdanya,

” خن خن هللا ا٧ ا ؽغ ”ػظAkhlak yang baik adalah akhlak Allah Yang Maha Agung.195 Nabi menyatakan,

خوب” بب أؽغ ا٣ ٤ ئ ا ”أكؼSesempurna iman orang mukmin adalah sebaik-baik akhlak mere-ka.196 Telah banyak pembahasan tentang hakekat akhlak serta ke-terangan dan definisinya. Sebagian besar mengemukakan tentang buah dari akhlak, namun pembahasannya tidak meliputi seluruh rincian akhlak. Sesuatu yang nampak dari hakekat akhlak adalah pengertian terhadap akhlak.

192 HR Abu Dawud dan al-Turmudziy, dinyatakan hasan sahih 193 HR Ahmad, al-Bayhaqiy, al-Hakim dan disahihkan; serta riwayat Malik dalam al-Muwaththa‟ serta al-Thabraniy 194 Dikeluarkan oleh Muhammad bin Nashr, mursal 195 Dikeluarkan oleh al-Thabraniy dalam al-Awsath dari Imar bin Yasar dengan sanad dlaif 196 HR Ibn Majah dan al-Hakim, dan dikeluarkan oleh Abu Dawud, al-Turmudziy, dan al-Nasaiy dengan kata ٤ ئ ا أ

Page 143: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

143

Gambaran terhadap akhlak ada dua macam, yaitu akhlak sebagai bentuk gambaran lahir dan sebagai bentuk gam-baran batin. Hal ini disebabkan manusia terdiri dari jasad yang dapat dicapai dengan pandangan mata, dan dari ruh serta jiwa yang hanya dapat dicapai dengan mata hati. Ma-sing-masing dari keduanya, yaitu jasmani dan rohani, me-miliki tingkah baik dan buruk. Sedangkan jiwa yang dapat dicapai dengan mata hati memiliki kekuasaan yang lebih besar. Karena itu Allah swt menyandarkan jiwa kepada Dzat-Nya dan menyandarkan badan jasmani kepada tanah. Firman-Nya,

٣ز ا٠ ؿ كبرا ع ؽ٤ ا ثششؽ٠ ۥن س لخذ ك٤

Sungguh Aku yang menciptakan manusia dari tanah. Setelah Aku sempurnakan kejadiannya, Aku tiupkan padanya dari ruh-Ku.197 Allah telah memberi sifat kepada ruh sebagai “urusan ketuhanan” sebagaimana firman-Nya:

ي ػ ٣غـ ػ ٱ ش ػ ٱ ه ش سث٠ ش أ Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku!”198 Yang dimaksud dengan ruh dan jiwa di sini adalah dalam arti yang satu, yaitu jauhar dari manusia yang arif dan da-pat mencapai ilham dari Allah Taala. Hal ini ditegaskan dalam al-Quran:

ه ب ى ص ب هذ أكؼ ى رو ب ب كغس ب كؤ ى ب ع لظ ذ خبة

ب ى دع Demi jiwa dan demi badan yang menyempurnakannya. Allah memberi ilham kepada jiwa tentang durhaka dan takwanya.

197 Surat Shad ayat 70-71 198 Surat al-Isra ayat 85

Page 144: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

144

Sungguh telah berbahagia orang yang menyucikannya dan sung-guh rugi orang yang mengotorinya.199 Kecantikan lahiriah adalah komponen atau unsur yang mengikutinya, yaitu mata, hidung, mulut, dan pipi. Secara lahiriah, jika semua unsur tersebut tidak cantik, maka tidak disifati dengan cantik. Demikian pula halnya dengan gam-bar batin. Jika unsur gambar batin cantik semua, maka akh-lak menjadi cantik. Unsur batin meliputi empat hal yaitu kekuatan ilmu, kekuatan marah, kekuatan syahwat, dan kekuatan adil yang berada di antara tiga kekuatan sebe-lumnya. Apabila keempat unsur tersebut normal dan se-imbang serta saling mengatur, maka tumbuh akhlak yang baik. Kriteria normalitas dari keempat hal tersebut adalah seba-gai berikut: 1. Kekuatan ilmu. Kenormalan dan kebaikan kekuatan il-

mu adalah jika dengan kekuatan tersebut dapat dicapai perbedaan antara kebenaran dan kedustaan ucapan, antara kebenaran dan kebatilan keyakinan, dan antara keindahan dan kejelekan amal perbuatan. Bila kekuatan untuk membedakan hal-hal tersebut dapat dihasilkan, maka berhasillah buah ilmu yang disebut dengan hik-mah. Hikmah adalah pangkal dari keutamaan (ra‟sul fa-dlail). Firman Allah,

خ ٱ٣ئر٠ ٣ئد ؾ ٣شبء خ ٱ ب ؾ ا ض٤ش ا ش كوذ أر٠ خ٤ش ا ٣ز ا٥ أ

ت ٱ ة ٧Dan barang siapa yang diberi hikmah, maka sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak dan tiadalah memberi peringatan ke-cuali mereka yang mempunyai akal.)200

199 Surat al-Syamsi ayat 7-10 200 Surat al-Baqarah ayat 269

Page 145: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

145

2. Kekuatan marah dan kekuatan syahwat. Kenormalan-nya adalah jika berhasil menahan dan melepasnya me-nurut isyarat ilmu dan syarak.

3. Kekuatan adil. Kekuatan adil dihasilkan dalam menge-kang kekuatan marah dan kekuatan syahwat di bawah isyarat agama dan akal. Penjelasan tentang ini adalah: a. Akal, kedudukannya adalah sebagai “penasihat.” b. Kekuatan adil merupakan kemampuan (qudrat), se-

dangkan kedudukannya sebagai “pelaksana” yang menjalankan isyarat akal, marah, dan syahwat.

c. Kekuatan marah dan syahwat diibaratkan sebagai anjing dan kuda bagi pemburu. Dari keduanyalah terlaksana isyarat dimaksud. Bila salah satu baik se-dangkan yang lain tidak, bak seperti anggota muka yang baik sebagian saja sehingga sebutan “cantik” tidak dapat digunakan untuknya. Jika semua baik dan normal, semua akhlak akan bercabang darinya.

d. Kekuatan marah, yang dapat menjelma berbagai macam yaitu: 1) Syaja‟ah atau pemberani, jika kekuatan marah

normal. Dari kenormalan kekuatan marah, tum-buh akhlak lain seperti mulia, berani, tegas, le-mah lembut, konsisten atau tetap dalam pendiri-an, menahan marah, dan berjiwa besar.

2) Tahawwur atau ngawur, jika terlalu berlebihan. Hasilnya adalah berani tanpa perhitungan, cong-kak, tinggi hati, mudah marah, takabur, dan sombong.

3) Jubnun atau pengecut, jika terlalu sedikit. Sifat yang timbul adalah pengecut, lemah, merasa hi-na, merasa kurang derajatnya, tidak mempunyai semangat, lemah penjagaan terhadap isteri, dan merasa jiwanya kecil.

e. Kekuatan syahwat, yang dapat menimbulkan berba-

Page 146: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

146

gai sifat: 1) Perwira (‟iffah), jika normal. Sifat ini akan me-

numbuhkan sifat lain seperti dermawan, malu, sabar, toleransi, ridla, menjauhi barang haram (wara‟), menolong, cerdik, dan kurang tamak.

2) Tamak, jika berlebihan. Sifat ini menimbulkan si-fat kurang baik lainnya, seperti loba, tamak, ce-roboh, tak tahu malu, boros, bakhil terhadap ke-luarga, pamer, merusak, tebal muka (rahi gedhek: tak tahu malu, Jawa), menjilat, memaki, beren-dah diri kepada orang kaya, dan menghina orang fakir/miskin.

3) Impoten, jika kurang. f. Kekuatan akal, yang dapat menimbulkan berbagai

sifat: 1) Jika normal, muncul sifat-sifat pandai mengatur,

bermurah hati, tajam pandangannya, tepat du-gaannya, teliti dalam persoalan yang pelik, me-nyembunyikan penyakit-penyakit jiwa.

2) Jika berlebihan, timbul sifat-sifat ingin menjeru-muskan, memperdayakan, makar, dan mengatur tipuan.

3) Jika kurang atau lemah, menjadi bebal, tolol, dan mudah tertipu.

Itulah hubungan-hubungan dari akhlak. Arti dari kebaikan akhlak adalah moderate, yaitu pertengahan antara berle-bihan dan kurang, atau antara plus dan minus. Ini berarti bahwa sebaik-baik hal adalah yang tengah-tengah. Kedua ujungnya (plus dan minus) adalah tercela. Karena itu Allah berfirman dalam al-Quran,

ب ٫ رجغط ـخ ا٠ ػوي ٣ذى ٫ رغؼ ب جغؾ ٱ كزوؼذ

ؾغسا Janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu ke kudukmu

Page 147: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

147

(bakhil) dan jangan kau lepaskan selepas-lepasnya, maka engkau akan duduk dengan tercela dan rugi.201 Dalam surat al-Furqan Allah berfirman,

ٱ ر ز٣ ث٤ ب ٣وزشا ٣غشكا بارا ألوا ا ي هMereka yang tatkala membelanjakan tiada boros dan tidak bakhil; dan yang lurus adalah di antara keduanya.202 Firman-Nya dalam surat al-Fath,

ٱ ؼ ز٣ لبس ٱأشذاء ػ٠ ۥ بء ث٤ سؽMereka (orang-orang mukmin) berkeras hati kepada orang kafir dan berkasih sayang antara mereka.203 Kecenderungan kepada berlebih-lebihan atau kurang ter-hadap hal tersebut berarti akan jauh dari kesempurnaan akhlak yang baik. Cara Memperbaiki Akhlak Cara yang ditempuh oleh agama Islam untuk memperbaiki akhlak adalah dengan mujahadah atau berjuang, dan de-ngan riyadlah atau latihan. Mujahadah berarti seseorang harus memaksa sifat-sifat yang lebih menguasai diri de-ngan menyalahi keinginan sifat tersebut dan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan tujuan sifat tersebut. Misal, kalau sifat bakhil menguasai diri seseorang, maka hendaklah ia selalu memaksa dirinya untuk mendermakan harta dengan berjuang melawan sifat kebakhilan. Hal terse-but harus dilakukan terus menerus hingga memdermakan harta menjadi mudah baginya.

201 Surat al-Isra ayat 29 202 Surat al-Furqan ayat 67 203 Surat al-Fath ayat 29

Page 148: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

148

Bagaimana halnya dengan orang yang dikuasai dengan si-fat boros? Al-Ghazali menganjurkan agar ia memaksa diri-nya untuk menyimpan hingga perbuatan menyimpan men-jadi kebiasaan dan mudah baginya untuk melakukannya. Demikian pula halnya dengan sifat takabur dan akhlak la-innya yang telah disebutkan secara rinci dalam bab “Latihan Mental”, karangan Imam al-Ghazali. Perlu diketahui bahwa orang yang mendermakan hartanya dengan terpaksa bukanlah orang dermawan. Orang yang berendah hati secara terpaksa padahal perbuatan tersebut terasa berat dalam hatinya, maka sebenarnya ia adalah orang yang kosong hatinya dari akhlak rendah hati. Me-ngapa demikian? Sebab yang disebut dengan akhlak ada-lah gejala dari kondisi kejiwaan yang keluar dari padanya perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa susah payah dan paksaan. Meskipun demikian, paksaan merupakan ca-ra untuk memperbaiki akhlak secara mendetail. Manusia sebenarnya selalu terpaksa pada awal mulanya, lama kela-maan paksaan tersebut menjadi tabiat dan adat kebiasaan-nya. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa orang yang bakhil terkadang mendermakan hartanya, sedangkan orang yang dermawan terkadang menahan hartanya. Kare-na itu janganlah memandang kepada perbuatan tersebut, melainkan pandanglah kepada kondisi kejiwaan yang me-resap, yang dari padanya keluar perbuatan-perbuatan de-ngan mudah tanpa paksaan. Perbedaan manusia tentang kebaikan batinnya adalah se-perti perbedaan di antara mereka dalam bentuk kecantikan lahiriah. Tak ada orang yang cantik secara mutlak. Kalau-pun toh ada, sangat jarang sekali. Adapun orang yang ke-

Page 149: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

149

cantikan batinnya selamat dari cacat secara mutlak adalah Rasulullah saw. Karena itu Allah Taala memujinya dengan firman-Nya,

اي ؼ٠ خن ػظ٤ Sungguh engkau memiliki akhlak yang agung.204 Namun demikian keselamatan tidaklah terhenti pada ke-sempurnaan yang benar-benar sempurna, melainkan ada pada kecenderungan yang lebih banyak ke arah kebaikan. Kejelekan lahiriah yang mutlak adalah dikutuk dan diben-ci, sedangkan kecantikan yang mutlak sangat digandrungi orang. Di antara keduanya terdapat tingkatan. Orang yang dekat dengan kecantikan mutlak lebih bahagia di dunia da-ri pada orang yang dekat dengan kejelekan mutlak. Demi-kian pula halnya perbedaan kebahagiaan manusia di akhi-rat, semuanya tergantung kepada perbedaan kecantikan batiniahnya. Pandangan Terhadap Akhlak Manusia Seseorang kadangkala menyangka bahwa dirinya telah me-miliki akhlak yang baik, padahal sebenarnya justru sebalik-nya. Karena itu orang harus berhati-hati jangan sampai ter-tipu. Sebelum menetapkan tentang kebaikan akhlak diri-nya, sebaiknya ia bertanya kepada temannya yang awas pandangan mata hatinya serta tidak mau berbohong. Jika orang lain telah mengkategorikannya ke dalam akhlak yang jelek, maka berarti ia telah dekat dengan akhlak yang jelek. Karena sebagian besar akhlak bertautan dengan yang lain, sebaiknya ia tampakkan kepada temannya. Tipuan yang sering membuat orang salah sangka terhadap perilaku atau akhlak dirinya misalnya:

204 Surat Nun atau al-Qalam ayat 4

Page 150: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

150

1. Seseorang sedang marah kemudian ia menyangka bah-wa ia marah karena Allah.

2. Seseorang sedang menampakkan perbuatan ibadahnya, kemudian ia menyangka bahwa ia berbuat demikian supaya ditiru oleh orang lain.

Analog, seseorang yang tidak makan, tidak mencari dunia, menahan marah dan lain sebagainya, kemudian ia me-nyangka bahwa perbuatan yang dilakukan adalah dibenar-kan oleh agama. Untuk menghindari hal-hal tersebut, cara yang mudah adalah menyadari bahwa mungkin yang me-nyertai perbuatan tersebut adalah riya. Masih banyak mo-dus tipuan yang dapat dibaca dalam buku karangan Imam al-Ghazali yang khusus mengulas hal tersebut. Sedangkan contoh dalam pembahasan di sini dicukupkan saja. Kerelaan Manusia Bersusah Payah di Dunia Bagi orang yang ingin mendapatkan akhlak yang baik pan-tas untuk memulai hal-hal yang paling penting. Hal yang terpenting adalah agar ia menghadapi sifat yang paling menguasai dirinya, kemudian melemahkannya sedikit de-mi sedikit. Pada umumnya sifat yang paling menguasai di-ri seseorang adalah senang dunia. Sedangkan semua per-buatan maksiat dan akhlak tercela lainnya mengikuti sifat tersebut. Orang tak mungkin dapat menyelamatkan diri dari sifat senang dunia, kecuali ia mencari tempat yang sepi, sunyi, tempat ia memikirkan mengapa ia menghadapi dunia dan berpaling dari akhirat. Setelah memikirkan hal tersebut pasti ia tak akan mendapatkan sebab-sebabnya kecuali ka-rena kebodohan dan kelengahannya. Orang harus berpikir bahwa meskipun umurnya di dunia

Page 151: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

151

mencapai seratus tahun dan seandainya semua kerajaan di muka bumi dari timur sampai ke barat diserahkan kepada-nya selama seratus tahun, adakah karena sifatnya itu ia ti-dak kehilangan kerajaan untuk masa yang tak ada kesu-dahannya, yaitu kerajaan akhirat? Jika pikiran yang demi-kian tak pernah terlintas dalam benaknya selama-lamanya, hendaknya ia memperbandingkan bahwa seandainya selu-ruh dunia penuh dengan biji-bijian dengan seekor burung yang dalam tiap sejuta tahun mengambil dan merusakkan sebuah biji saja, maka tidaklah hal itu berarti mengurangi jumlah biji-bijian tersebut sedikit pun. Sebab biji yang ter-tinggal akan tumbuh tanpa berkesudahan sebagaimana se-belum burung tersebut mengambil sebutir dari biji yang ada. Mari kita perhatikan keadaan manusia. Kita lihat bahwa manusia rela bersusah payah dengan hampa dalam meng-urus dagangan atau mencari kekuasaan. Susah payah yang diderita untuk memenuhi sesuatu yang diduga terkadang sebelum berhasil telah didahului oleh kematian. Terkadang dalam bersusah payah hatinya belum yakin akan memper-oleh hasil. Mengapa demikian? Manusia rela berbuat demi-kian karena ia membandingkan dengan sisa umurnya. Jumlah umur manusia seluruhnya jika dibandingkan de-ngan kekekalan adalah jauh sangat sedikit dari pada se-tahun, bahkan bukan bandingannya. Kalau orang mau ber-pikir demikian dalam waktu dekat akan terbuka kebodoh-an dirinya. Bisa saja orang yang melakukan hal tersebut berkata bahwa ia mengerjakannya dengan menantikan maaf. Bukankah Allah Maha Mulia lagi Maha Pengasih? Jawaban terhadap perbuatan seperti itu adalah: “Mengapa ia tidak mening-

Page 152: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

152

galkan sawah dan dagangannya, lalu mencari harta untuk menanti kejatuhan gudang yang dalam kehancuran?” Sungguh Allah Maha Mulia, sedikitpun tak akan mengu-rangi milik-Nya andaikata Allah menampakkan kepadanya dalam mimpinya sebuah gedung milik Allah kemudian ia mengambilnya. Kalau ia menjawab bahwa hal itu jarang terjadi meski masuk dalam kekuasaan Allah, maka jawab-nya adalah bahwa menantikan maaf dengan menghancur-kan amal perbuatan dan akhlak bak seperti menantikan se-buah gedung dalam kehancuran, bahkan lebih jauh dan lebih jarang. Bukankah Allah telah memperingatkan dalam firman-Nya dalam al-Quran:

٪ظ أ ٤ظ ب عؼ٠ ا٫ Tiadalah balasan bagi manusia kecuali yang telah ia kerjakan.205 Dan firman-Nya dalam surat Shad,

غؼ ٱأ ا ز٣ ػ ا ٲ د ؼ ض ٱءا لغذ٣ ٧سع ٱك٠ Adakah Kami jadikan mereka yang beriman dan berbuat baik se-perti orang yang berbuat kerusakan di bumi?206 Terhadap orang yang mencari harta, Allah peringatkan sebagaimana tercantum dalam surat Hud,

داثخ ك٠ ب ٱا٫ ػ٠ ٧سع ٱ ب لل سصهDan tiadalah makhluk yang berjalan di bumi kecuali rizkinya atas tanggungan Allah.207 Jika demikian lalu apa arti omongan orang tentang kemu-liaan Allah di dunia, sedangkan ia tidak bertawakal kepa-da-Nya? Ia lalu menipu dirinya tentang kemuliaan yang akan diterima di akhirat, padahal ia tahu bahwa Tuhan

205 Surat al-Najm ayat 39 206 Surat Shad ayat 28 207 Surat Hud ayat 6

Page 153: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

153

dari dunia sampai akhirat hanyalah satu. Keyakinan Manusia Terhadap Akhirat Bisa jadi orang akan berkata bahwa akibat-akibat dari ma-salah duniawi telah terbuka baginya dengan pandangan matanya, dan hatinya telah tenang dengan akibat tersebut. Namun terhadap masalah akhirat ia belum menyaksikan-nya dan belum mendapatkan kebenaran yang sejati dalam hatinya. Karena itu kesenangannya masih ragu-ragu untuk meninggalkan dunia dengan segera guna menghadapi akhirat yang dijanjikan dan belum dipercaya dengan pasti. Nasihat terhadap orang semacam ini adalah seandainya ia termasuk orang yang tajam pandangan mata hatinya, maka akan terbukalah baginya semua masalah akhirat dengan je-las sebagaimana terbuka urusan duniawi baginya. Jika ia bukan termasuk orang yang tajam pandangan mata hati-nya, hendaknya ia memikirkan tentang ucapan-ucapan orang yang tajam pandangan mata hatinya. Sikap manusia terhadap masalah akhirat ada empat: 1. Mereka yang menetapkan bahwa surga dan neraka ek-

sis, sebagaimana yang diterangkan oleh al-Quran. Me-reka telah mendengar keterangan al-Quran tentang ma-cam-macam kenikmatan surga serta macam-macam siksa neraka.

2. Mereka yang belum dapat menetapkan keberadaan ke-lezatan surga dan kepedihan siksa neraka dengan pera-saan, tetapi mereka menetapkan tentang dua hal terse-but dengan jalan mengkhayalkan seperti dalam mimpi, sehingga ia mengetahui sendiri orang yang ada dalam surga atau neraka. Mereka berpendapat bahwa penga-ruh dari hal yang demikian seperti pengaruh kejadian yang sebenarnya. Sakit yang dirasakan oleh orang yang

Page 154: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

154

tidur seperti sakit yang dirasakan oleh orang yang jaga. Hanya saja kalau mereka yang merasakan sendiri da-lam mimpi dapat terhindar dari rasa sakit dengan jalan bangun. Rasa sakit yang demikian di akhirat kelak akan kekal dan tidak berkesudahan.

3. Mereka yang menetapkan keberadaan siksa neraka dan nikmat surga secara akal pikiran atau rasionya. Kelom-pok ini berpendapat bahwa cara itu lebih besar penga-ruhnya dari pada dengan perasaan batin. Mereka mengibaratkan hal itu dengan merasakan kelezatan dan merasakan lenyapnya. Kelenyapan hal yang dimi-liki akan berpengaruh pada sakit badan yang banyak disebabkan oleh keuntungan yang didapat musuh yang merampas miliknya dan menguasai dirinya. Padahal keuntungan musuh tidak langsung menyakiti badan-nya. Kelompok ini termasuk golongan ahli nadhar dan terdiri dari para nabi, wali, dan ahli hikmah atau ahli ilmu. Mereka sepakat dalam menetapkan eksistensi ke-bahagiaan yang kekal dan kecelakaan yang kekal pula. Menurut mereka kebahagiaan tidak dapat dicapai ke-cuali dengan meninggalkan dunia dan menghadap ke-pada Allah Azza Wa Jalla. Seandainya seseorang se-dang sakit, padahal ia bukan ahli bidang kedokteran dan tahu kelebihan yang dimiliki oleh para dokter yang sepakat menetapkan obatnya, mengapa ia terhenti un-tuk mengikuti nasihat dokter tersebut?

4. Mereka yang bukan ahli nadhar atau ahli menyelidiki tentang urusan ketuhanan tetapi termasuk golongan para dokter dan ahli perbintangan. Pandangan mereka terbatas pada tabiat dari keempat unsur manusia dan percampurannya. Mereka melihat bahwa keberadaan ruh terhenti pada tabiat dari unsur-unsur tersebut dan tidak memperhatikan terhadap hakekat ruh ketuhanan yang sejati, yaitu ruh yang dapat mengenal Allah Taala.

Page 155: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

155

Bahkan pengetahuan mereka tidak mencapai kecuali pada ruh jasmaniah yang tak lain hanyalah uap dari pe-manasan badan, pada panasnya hati yang disebarkan ke seluruh otot yang menyebabkan panas badan. De-ngan itu terjadilah perasaan dan gerakan. Ruh sema-cam itu juga terdapat pada binatang.

Adapun ruh kemanusiaan yang khusus telah dinisbat-kan kepada Allah swt dalam firman-Nya,

ؽ٠ س لخذ ك٤ Dan Aku tiupkan pada manusia dari ruh-Ku.208 Mereka tidak meneliti hal ini dan mengira bahwa mati itu tak ada. Menurut mereka mati adalah kembali pada rusaknya percampuran unsur-unsur.

Pendirian mereka dapat ditanggapi dari dua segi yaitu mengetahui kesalahan mereka, dan mengetahui dengan pasti akan kebenaran pendapat mereka.

Tanggapan pertama, orang yang mengetahui kesalahan mereka harus berpaling dari dunia tanpa menghirau-kan alternatif kedua yaitu pendapatnya benar. Pikir-kanlah, jika seseorang benar-benar lapar kemudian ia memperoleh makanan yang akan segera disantapnya. Tiba-tiba ada seorang anak yang memberitahu bahwa makanan tersebut terkontaminasi oleh racun ular yang menjilatnya. Pasti orang tersebut melupakan rasa lapar-nya dan meninggalkan makanan tersebut. Ia akan ber-pikir, “Jika anak tersebut berdusta, maka aku hanya kehilangan kelezatan makan saja. Tetapi kalau ia benar, maka aku akan celaka.” Dengan probabilitas seperti ini

208 Surat al-Hijr ayat 29 dan surat Shad ayat 72

Page 156: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

156

ia tak akan mungkin menantang kepada kecelakaan ter-sebut. Andaikata perasaan seseorang dapat menyertai kemungkinan kekal di neraka, mengapa orang yang berakal meremehkan dengan menerjang kecelakaan itu? Mengapa ia tak yakin dalam menghindarkan diri seperti orang yang lapar dalam contoh tadi? Syair Arab mengatakan:

ب ٬ اطج٤ت غ ا صػ

ب ذ ا٤ اد ه ٫ رؾشش ا٧

ب كغذ ثخبعش ا طؼ ه

ب خغبس ػ٤ ٢ كب طؼ ه أAhli astronomi dan ahli kedokteran menyangka, bahwa orang mati tak dibangkitkan di padang mahsyar, maka kukatakan kepadamu hai astronom dan dokter, “Jika benar pendapatmu maka aku tak merugi, tapi jika benar pendapatku maka kamulah yang merugi.”

Tanggapan kedua, orang yang membenarkan pendapat ahli perbintangan dan ahli kedokteran. Jika orang ber-kata bahwa ia mengetahui kebenaran yang pasti dari ahli perbintangan dan ahli kedokteran yaitu mati tidak ada, siksa tidak ada, pahala tidak ada, para nabi dan para wali adalah orang yang tertipu atau orang yang berpura-pura, maka orang tersebut menyangka bahwa pengetahuannya bagaikan kepastian bahwa dua adalah lebih banyak dari pada satu. Kondisi demikian menun-jukkan bahwa percampuran unsur-unsur rusak, akal-nya lemah, dan dirinya jauh dari menerima obat. Na-mun ia berkata bahwa seseorang yang ingin mencari kesenangan di dunia, akalnya harus diajak memerangi

Page 157: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

157

dan melemahkan syahwat. Sesungguhnya kesenangan justru ada dalam kebebasan dan setelah selesai mele-mahkan syahwat, bukan terdapat dengan menuruti syahwat. Kalau syahwat menguasai jiwa seseorang, maka hal tersebut merupakan rasa sakit yang benar-benar karena jiwa akan menanggung setiap kehinaan dan kesengsaraan.

Orang yang menuntut duniawi selalu memperhatikan du-nia. Jika ia mau berpikir sedikit, maka akan berpendapat bahwa orang yang hatinya kosong dari kesibukan dunia pasti akan meninggalkannya. Hal tersebut disebabkan du-nia banyak meminta perhatian, cepat hancur, dan kehinaan orang yang berserikat dengan dunia. Bila orang tidak dapat memuji urusan akhirat dan tidak da-pat menyaksikan bahaya dari dunia dengan pasti, maka ia adalah orang yang tolol dan tertipu. Hendaknya ia mem-pelajari penjelasannya sesudah itu. Karena itu Allah berfir-man,

٣ زؼا ٣ز ا ٣ؤ ٱرس ٧ ف ٣ؼ كغ

Biarkan mereka makan dan bersenang-senang serta dipermainkan oleh angan-angan. Mereka akan tahu!209

Depok, 28 Rabiul Awwal 1431

14 Maret 2010

209 Surat al-Hijr ayat 3

Page 158: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

158

Biografi Abu Hamid Muhammad

bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazaliy210

Imam al-Ghazaliy, nama yang tidak asing di telinga kaum muslimin. Tokoh terkemuka dalam kancah filsafat dan ta-sawuf. Beliau memiliki pengaruh dan pemikiran yang telah menyebar ke se-antero dunia Islam. Ironisnya sejarah dan perjalanan hidup beliau masih te-rasa asing. Kebanyakan kaum musli-min belum mengerti dan mengenali be-liau. Berikut adalah sebagian sisi kehi-dupannya agar dapat diambil hikmah dari sejarah hidup beliau.

Nama, Nasab, dan Kelahiran

Beliau adalah Zainuddin, Hujjatul Islam, Abu Hamid Muham-mad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazaliy al-Thusi al-Naysaburiy, al-Faqih al-Shufiy, al-Syafiiy, al-Asy‟ariy. Dilahir-kan dan wafat di kota Thus, kota kedua di Provinsi Khurasan setelah Naisabur, Iran. Lahir tahun 450 H/1058 dan wafat tahun 505 H/1111, dimakamkan di al-Thabaran. Memiliki seorang sau-dara bernama Ahmad. Beliau bernama Muhammad bin Mu-hammad bin Muhammad bin Ahmad al-Thusi, Abu Hamid al-Ghazaliy. Nama al-Ghazaliy masih diperselisihkan. Sebagian

210 Dirangkum dari berbagai situs web antara lain muslim.or.id, rauf-leader.blogspot.com, id.wikipedia.org, Juni 2009

Page 159: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

159

mengatakan nama ini dinisbahkan kepada daerah kelahirannya, Ghazalah di Thusi sebagaimana disebut al-Fayumi dalam al-Mishbah al-Munir. Sebagian mengatakan nisbah kepada pencaha-rian dan keahlian keluarganya yaitu menenun, sehingga nisbat-nya ditasydid yaitu al-Ghazzaliy sebagaimana pendapat Ibnul Atsir. Imam Nawawi menyatakan bahwa tasydid dalam al-Ghazzaly adalah yang benar. Ibnu Assam‟ani telah bertanya ke-pada penduduk Thusi tentang daerah Ghazalah namun mereka mengingkari keberadaannya.

Kehidupan dan Perjalanannya Menuntut Ilmu

Ayah beliau adalah seorang pengrajin kain shuf dari kulit dom-ba dan menjualnya di kota Thusi. Menjelang wafat, ia mewasiat-kan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalang-an orang yang baik. Pesannya, “Saya menyesal tidak belajar khat Arab dan ingin memperbaiki yang telah saya alami pada kedua anak saya. Saya mohon engkau mengajarinya dan harta yang sa-ya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya.“

Keduanya diajarkan ilmu hingga habis harta peninggalannya. Teman si ayah minta maaf tak dapat melanjutkan wasiat orang tuanya dan berkata, “Ketahuilah bahwa saya telah membelanja-kan harta kalian. Saya seorang fakir dan miskin yang tidak me-miliki harta. Saya anjurkan kalian berdua masuk ke madrasah seolah-olah sebagai penuntut ilmu agar memperoleh makanan yang dapat membantu kalian berdua.“

Keduanya melaksanakan anjuran tersebut yang menyebabkan kebahagiaan dan ketinggian mereka. Al-Ghazaliy berkata, “Ka-mi menuntut ilmu bukan karena Allah, akan tetapi ilmu enggan kecuali hanya karena Allah.”

Ayah al-Ghazaliy seorang fakir yang salih, tidak makan kecuali hasil dari kerajinan membuat pakaian kulit. Beliau berkeliling mengunjungi ahli fikih dan bermajelis dengan mereka, serta memberikan nafkah semampunya. Bila mendengar perkataan ahli fikih, beliau menangis dan berdoa memohon diberi anak yang faqih. Apabila hadir di majelis ceramah nasihat, beliau me-

Page 160: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

160

nangis dan memohon kepada Allah untuk diberikan anak yang ahli dalam ceramah nasihat. Allah mengabulkan kedua doanya. Imam al-Ghazaliy menjadi seorang yang faqih dan saudaranya, Ahmad, menjadi seorang yang ahli dalam memberi ceramah nasihat.

Pada masa kanak-kanak beliau belajar fikih di Thus kepada Syaikh Imam Ahmad bin Muhammad al-Radzakani. Semasa muda dituntutnya ilmu ke Jurjan untuk menimba ilmu dari Imam Abu Nashr al-Ismaili dan menulis buku al-Ta‟liqat, kemu-dian pulang ke Thus. Beliau datangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain Abu Ma‟ali al-Juwaini pada sekolah tinggi Nidhamiyah dengan penuh kesungguhan hingga me-nguasai fikih madzhab Syafii dan fikih khilaf, ilmu kalam al-Asy‟ari, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat. Beliau menyusun tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu al-Juwayniy. Setelah itu pindah ke Mu‟askar tempat beliau berhubungan dengan Nidham al-Mulk, Perdana Menteri Bani Saljuk yang kemudian mengangkatnya menjadi guru di Univer-sitas Nidhamiyah di Bangdad. Di kota itu namanya terkenal lu-as, halaqah pengajiannya membesar dan produktivitas tulisan-nya cukup tinggi. Namun ia lebih menyukai kehidupan spiritual daripada material.

Setelah Imam Haramain meninggal, Imam al-Ghazaliy berang-kat ke perkemahan al-Wazir Nidhamul Mulk. Majelisnya tempat berkumpul para ahli ilmu, dan beliau melakukan debat dengan para ulama dan mengalahkan mereka. Nidhamul Mulk meng-angkatnya menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad dan memerintahkannya untuk pindah ke sana. Pada tahun 484 H be-liau ke Baghdad dan mengajar di Madrasah al-Nidhamiyah da-lam usia 30-an tahun. Beliau menjadi terkenal dan mencapai ke-dudukan yang sangat tinggi.

Gurunya membanggakan dan mempercayakan kepadanya ke-dudukannya. Beliau mendapat sambutan hangat. Majelis Ni-dham al-Mulk senantiasa dipadati ulama dan didatangi para imam. Pada satu kesempatan al-Ghazaliy mengemukakan pan-dangannya yang sesuai dengan pandangan para tokoh masa itu,

Page 161: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

161

maka mencuatlah namanya. Lalu Nidham al-Mulk memerintah-kan beliau pergi ke Baghdad untuk mengajar di al-Madrasah an-Nizhamiyyah. Beliau dikagumi semua orang karena pengajaran dan pandangannya. Maka ia menjadi imam penduduk Irak sete-lah menjadi Imam di Khurasan.

Al-Ghazaliy dan penggemarnya

Di antara pandangannya yang dapat menyejukkan para murid adalah pertanyaan yang disampaikan kepadanya. Pertama, “Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?” Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Al-Ghazaliy menjelaskan semua jawaban itu benar, tetapi yang paling dekat dengan kita adalah „kematian‟. Janji Allah bahwa لظ رائوخ د ٱ )setiap yang bernyawa pasti akan mati.211

Kedua, “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?” Mu-rid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Al-Ghazaliy menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar, tetapi yang paling jauh adalah „masa lalu‟. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga keseharian kita dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama.

Ketiga, “Apa yang paling besar di dunia ini?” Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawab-an dikatakan benar, tetapi yang paling besar adalah ‟nafsu‟. Ka-rena itu kita harus hati-hati jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka. ا ض٤ش غ وذ رسأب ٱ ظ ٱ غ ٫ ٩ أػ٤ ب ث هة ٫ ٣لو

ب أ ث ؼ ٫ ٣غ ءارا ب ث ٣جظش غ ٲئي ٧ ث أ ئي أػ ؾ ٱ ك . (Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah; dan mereka mem-punyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda

211 Surat Ali Imran ayat 185

Page 162: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

162

kekuasaan Allah; dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergu-nakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti bina-tang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.)212

Keempat, “Apa yang paling berat di dunia ini?” Ada yang men-jawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban dikatakan benar, tetapi yang paling berat adalah memegang „amanah‟. Tetumbuh-an, binatang, gunung, dan malaikat tidak mampu ketika diminta Allah SWT untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia. Namun manusia dengan kesombongannya menyanggupi permintaan Allah, sehingga banyak yang masuk ke neraka karena tidak da-pat memegang amanahnya. بخ ٱاب ػشػب ٱػ٠ ٧ ٱ ٧سع ٱ د غ غجب

ب ؽ ب أشلو ب أ ٣ؾ ظ ٱكؤث٤ ٩ ٫ ۥا ب ع ظ ب (Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dhalim dan amat bodoh.)213

Kelima, “Apa yang paling ringan di dunia ini?” Ada yang men-jawab kapas, angin, debu, dan dedaunan. Semua dinyatakan be-nar, tetapi yang paling ringan adalah ‟meninggalkan salat‟. Kita berani tinggalkan salat lantaran pekerjaan, meeting dan hal-hal sepele seperti menonton TV.

Keenam, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?” Dijawab oleh muridnya dengan serentak, “Pedang!” Jawaban itu dibenarkan, tetapi yang paling tajam adalah „lidah manusia‟. Melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai pera-saan saudaranya sendiri.

Pengaruh Filsafat Dalam Dirinya

Pengaruh filsafat sangat kental dalam dirinya. Beliau menyusun buku yang berisi celaan terhadap filsafat, seperti kitab al-Tahafut yang membongkar kejelekan filsafat. Tetapi beliau menyetujui

212 Surat al-A‟raf ayat 179 213 Surat al-Ahzab ayat 72

Page 163: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

163

mereka dalam beberapa hal yang disangkanya benar. Hanya saja kehebatan beliau tidak didasari dengan ilmu atsar dan keahlian dalam hadits-hadits Nabi yang dapat menghancurkan filsafat. Beliau gemar meneliti kitab Ikhwanush Shafa dan kitab-kitab Ibnu Sina. Oleh karena itu Ibnu Taimiyah berkata, “Al-Ghazaliy da-lam perkataannya sangat dipengaruhi filsafat dari karya-karya Ibnu Sina dalam kitab al-Syifa‟, Risalah Ikhwan al-Shafa dan karya Abu Hayan al-Tauhidi.” Hal ini jelas terlihat dalam Ihya‟ Ulu-middin, sehingga Ibnu Taimiyah berkata, “Perkataannya di Ihya‟ Ulumiddin pada umumnya baik, tetapi di dalamnya terdapat isi yang merusak berupa filsafat, ilmu kalam, cerita bohong sufiyah dan hadits-hadits palsu.” Al-Dzahabi berkata, “Kalaulah Abu Hamid bukan seorang yang jenius dan orang yang mukhlis, niscaya ia telah binasa.”

Polemik Kejiwaan Imam al-Ghazaliy

ي ءاخشح ٱ ذاس ٱر ا ك٠ ػ ٫ ٣ش٣ذ ز٣ ب ٧سع ٱغؼ ا ٫ كغبد هجخ غ ٱ

زو٤

Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.214

Alunan ayat suci al-Quran itu berkumandang pada malam nan sepi, dibawa angin malam hingga masuk ke telinga seorang al-Ghazaliy yang sedang merenung dan memandang ke cakrawala luas, lalu meresap ke dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Beliau bergumam, “Maha Suci Engkau, oh Tuhanku! Engkau se-lalu mengirimkan cahaya petunjuk-Mu setiap aku sedang dilan-da keraguan.”

Umurnya sejak muda dihabiskan untuk menuntut ilmu dan pe-ngetahuan sampai akhirnya mencapai tingkat yang paling ting-gi. Beliau dicari oleh para raja. Para ulama pun menghormati-nya. Namun hatinya sedih dan bimbang, dirasakan masih ada

214 Surat al-Qashash ayat 83

Page 164: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

164

yang kurang, dicarilah sesuatu yang lebih tinggi dari perhiasan dan kesenangan dunia, cahaya yang lebih tinggi dari pengetahu-an manusia. Beliau mencari petunjuk dan keyakinan yang tetap dan mantap. Jam tidurnya sering dikurangi hingga matanya sakit dan sembab karena mencari kebenaran yang hak. Dipe-lajarinya ilmu fiqih, ilmu kalam, dan ilmu filsafat kebanggaan akal manusia. Beliau ingin memuaskan akalnya dengan teori-teori filsafat. Akan tetapi filsafat dirasakannya justru semakin menambah keraguan dan kebimbangan, bahkan mengajaknya lari dari pertimbangan akal.

Dalam keadaan seperti itu al-Ghazaliy memutuskan untuk lari dari manusia dan ilmu pengetahuan. Beliau berharap dapat me-nemukan tanda-tanda kekuasaan Allah Yang Maha Agung. Akhirnya beliau bertemu dan berguru dengan seorang waliyu-llah, Syekh Yusuf an-Nassaj. Gemblengan gurunya melalui latih-an jiwa (mujahadah) mengantarkannya ke suatu tingkatan hing-ga dapat berkomunikasi dengan Allah Ta‟ala .

Dalam pengembaraan mimpinya, ia melihat Allah Ta‟ala. Terde-ngarlah suara, “Hai Abu Hamid!” Al-Ghazaliy menjawab, “Se-tankah yang berbicara denganku?” ”Tidak, tetapi Aku-lah Allah yang meliputi enam arahmu,” jawab-Nya. Kemudian Allah me-lanjutkan, “Hai Abu Hamid, bersahabatlah dengan kaum yang Aku jadikan sebagai obyek pandangan-Ku di bumi-Ku. Mereka adalah orang-orang yang telah menjual dua alamnya (dunia dan akhirat) dengan kecintaan kepada-Ku.” ”Demi Izzah-Mu oh Tu-han, tanamkanlah prasangka baik dalam hatiku terhadap mere-ka,” pinta al-Ghazaliy. Allah menjawab, “Sudah Aku lakukan. Sebenarnya yang memisahkan engkau dan mereka adalah kare-na kesibukanmu mencintai dunia. Maka keluarlah engkau de-ngan pilihanmu sendiri sebelum engkau keluar darinya dalam keadaan terhina. Aku telah menganugerahkan kepadamu caha-ya dari sisi Qudus-Ku.”

Al-Ghazaliy terbangun dengan perasaan senang dan gembira, la-lu pergi menemui gurunya, Syekh Yusuf An-Nassaj dan men-ceritakan tentang mimpinya. Syekh Yusuf tersenyum sambil ber-kata, “Wahai Abu Hamid, itu hanyalah permulaan. Seandainya

Page 165: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

165

engkau terus menerus menemaniku, akan kucelaki matamu de-ngan ta‟yid sehingga engkau dapat memandang „arsy dan hal-hal yang berada di sekelilingnya. Engkau tidak rela sampai dapat menyaksikan hal-hal yang tidak dapat dicapai dengan mata. Akhirnya tabiat atau watakmu menjadi jernih, naik ke atas ke-kuasaan akalmu, dan engkau akan mendengar ucapan Allah Ta‟ala seperti ucapan-Nya kepada Nabi Musa as.”

Kesibukan dunia adalah penghalang yang harus dihilangkan oleh al-Ghazaliy. Kecintaan kepada Allah serta menyatu dalam ibadah-Nya adalah tetesan cahaya pertama dalam anugerah. Ka-rena itulah kemudian al-Ghazaliy menempuh jalan tasawuf dan berjuang keras hingga akhirnya menjadi salah seorang tokoh dan pemukanya yang terkenal.

Semua kesenangan dunia bergantung pada nafsu dan nafsu akan lenyap bersama kematian. Sebaliknya, kelezatan makrifat kepada Allah bergantung pada kalbu dan kalbu tidak akan ru-sak bersama kematian. Bahkan kelezatannya akan lebih banyak dan cahayanya akan lebih besar, sebab ia keluar dari kegelapan menuju cahaya. Al-Ghazaliy telah menjelaskan dengan yakin dan pasti bahwa kehidupan yang utama dan bahagia adalah makrifatullah (mengenal Allah) dan mahabbatullah (cinta Allah). Sedangkan ibadah kepada Allah merupakan tujuan yang paling tinggi dan mulia. Semua kenikmatan selain dari ibadah adalah fana. Semua tujuan selain ibadah adalah sia-sia. Karena itulah risalah al-Ghazaliy teringkas dalam kalimat pendek: „Kehidupan adalah cinta dan ibadah.‟

Kedudukan dan ketinggian jabatan beliau tidak membuatnya congkak dan cinta dunia. Bahkan dalam jiwanya berkecamuk perang batin yang membuatnya senang menekuni ilmu kezu-hudan. Beliau menolak jabatan tinggi dan kembali ke ibadah, ikhlas, dan perbaikan jiwa. Bulan Dzul Qa‟dah 488 H beliau ber-haji dan mengangkat saudaranya, Ahmad, sebagai penggan-tinya.

Tahun 489 H beliau masuk kota Damaskus dan tinggal beberapa hari. Kemudian menziarahi Baitul Maqdis beberapa lama dan

Page 166: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

166

kembali ke Damaskus beri‟tikaf di menara barat masjid Jami‟ Damaskus. Beliau banyak duduk di pojok tempat Syaikh Nashr bin Ibrahim al-Maqdisi di masjid Jami‟ Umawi (sekarang dina-mai Al-Ghazaliyyah), tinggal di sana, dan menulis kitab Ihya Ulumiddin, al-Arba‟in, al-Qisthas, dan Mahakkun Nadzar. Beliau tinggal di Syam sekitar 10 tahun. Ibnu Asakir berkata, “Abu Ha-mid rahimahullah mendengarkan kitab Shahih Bukhari dari Abu Sahl Muhammad bin Ubaidilah al-Hafshi.” Ibnu Khallakan me-nyatakan bahwa al-Ghazaliy tinggal menetap di Damaskus bebe-rapa lama kemudian pindah ke Baitul Maqdis, lalu ke Mesir, tinggal beberapa lama di Iskandariyah, lalu kembali ke Thusi.

Ketika Wazir Fakhrul Mulk menjadi penguasa Khurasan, beliau diminta tinggal di Naisabur dan mengajar di madrasah an-Ni-dhamiyah beberapa saat. Setelah berapa tahun, beliau pulang dengan menekuni ilmu dan menjaga waktu untuk ibadah. Beliau mendirikan madrasah di samping rumahnya dan asrama untuk orang-orang shufi. Sisa waktunya dihabiskan dengan mengkha-tam al-Quran, berkumpul dengan ahli ibadah, mengajar, mela-kukan salat dan puasa, serta ibadah lainnya sampai meninggal dunia.

Karya Ilmiah

Karya ilmiah beliau sangat banyak. Di antara karyanya yang ter-kenal adalah:

1. Kitab al-Arba‟in Fi Ushuliddin, merupakan juz kedua dari ki-tab beliau Jawahir al-Qur‟an, yang sebagian diterjemahkan menjadi buku ini.

2. Qawa‟id al-‟Aqaid, yang beliau satukan dengan Ihya‟ Ulumid-din pada jilid pertama.

3. Al Iqtishad fi`al-I‟tiqad.

4. Ad-Durrah al-Fakhirah fi Kasyf Ulum al-Akhirah.

5. Maqasid al-Falasifah.

6. Tahafut al-Falasifah, berisi bantahan terhadap pendapat dan

Page 167: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

167

pemikiran para filosof dengan menggunakan kaidah madz-hab Asy‟ariyah.

7. Faishal al-Tafriqah Baina al-Islam Wa Zanadiqah.

8. Al-Mustashfa Min Ilmi al-Ushul, merupakan kitab yang sa-ngat terkenal dalam ushul fiqih. Kepopuleran kitab ini kare-na pengantar manthiq dan pembahasan ilmu kalamnya. Da-lam kitab ini al-Ghazaliy membenarkan perbuatan ahli ka-lam yang mencampuradukkan pembahasan ushul fiqih de-ngan pembahasan ilmu kalam dalam pernyataannya, “Para ahli ushul dari kalangan ahli kalam banyak sekali memasuk-kan pembahasan kalam ke dalam ushul fiqih lantaran kalam telah menguasainya. Dengan demikian kecintaannya terse-but telah membuatnya mencampuradukkannya.” Tetapi ke-mudian beliau berkata, “Setelah kita mengetahui sikap ke-terlaluan mereka mencampuradukkan permasalahan ini, maka kita memandang perlu menghilangkan dari hal terse-but dalam kumpulan ini. Karena melepaskan dari sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sangat sukar.”215 Lebih jauh pernyataan beliau dalam Mukaddimah manthiqnya, “Muka-dimah ini bukan termasuk dari ilmu ushul dan bukan mu-kadimah khusus untuknya, tetapi merupakan mukadimah semua ilmu. Siapa pun yang tidak memiliki hal ini, tidak dapat dipercaya pengetahuannya.”216 Kemudian hal ini dibantah oleh Ibnu Shalah, “Ini tertolak karena setiap orang yang akalnya sehat, berarti ia itu manthiqi. Lihatlah berapa banyak para imam yang sama sekali tidak mengenal ilmu manthiq!”217 Demikianlah, karena para sahabat juga tidak mengenal ilmu manthiq, padahal pengetahuan serta pe-mahamannya jauh lebih baik dari para ahli manthiq.

9. Mahakun Nadzar fi al-Manthiq.

10. Mi‟yar al-Ilmi.

215Mauqif Ibnu Taimiyah Min al-Asya‟irah dari Al-Mustashfa hal. 17 dan 18 216Ibid., hal. 19 217Adz Dzahabi dalam Siyar A‟lam Nubala 19, hal. 329

Page 168: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

168

11. Ma‟arif al-Aqliyah.

12. Misykat al-Anwar.

13. Al-Maqshad al-Asna Fi Syarhi Asma Allah al-Husna.

14. Mizan al-Amal.

15. Al-Madlmun Bihi Ala Ghayri Ahlihi. Keabsahan dan ontetifi-kasi sebagai karya al-Ghazaliy diperselisihkan diantaranya Imam Ibnu Shalah yang menyatakan, “Kitab al-Madlmun Bihi Ala Ghayri Ahlihi bukan karya beliau. Aku telah melihat transkipnya dengan khat al-Qadhi Kamaluddin Muhammad bin Abdillah asy-Syahruzuri yang menunjukkan bahwa hal itu dipalsukan atas nama al-Ghazaliy. Beliau sendiri telah menolaknya dengan kitab Tahafut.”218 Ulama yang menetap-kan keabsahannya antara lain Syaikhul Islam, “Mengenai kitab al-Madhmun Bihi Ala Ghayri Ahlihi, sebagian ulama mendustakan penetapan ini. Tetapi para pakar yang menge-nalnya dan keadaannya akan mengetahui bahwa semua ini merupakan perkataannya.”219

16. Al-Ajwibah al-Ghazaliyah Fi al-Masail al-Ukhrawiyah.

17. Ma‟arij al-Qudsi fi Madariji Ma‟rifati al-Nafsi.

18. Qanun al-Ta‟wil.

19. Fadlaih al-Bathiniyah dan al-Qisthas al-Mustaqim. Kedua kitab ini merupakan bantahan terhadap sekte batiniyah.

20. Iljamul „Awam „An Ilmi al-Kalam.

21. Raudhah al-Thalibin Wa Umdah al-Salikin.

22. Al-Risalah al-Laduniyah.

23. Ihya‟ Ulumiddin.

24. Al-Munqidl Min al-Dlalal, tulisan yang banyak menjelaskan sisi biografinya.

218 Ibid. 219 Ibid.

Page 169: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

169

25. Al-Wasith.

26. Al-Basith.

27. Al-Wajiz.

28. Al-Khulashah.

Akidah dan Madzhab Beliau

Dalam masalah fikih beliau seorang yang bermadzhab Syafi‟i. Nampak dari karyanya al-Wasith, al-Basith, dan al-Wajiz. Bahkan kitab beliau al-Wajiz220 termasuk buku induk dalam madzhab Syafi‟i mendapat perhatian khusus dari para ulama Syafi‟iyah. Imam al-Dzahabi menjelaskan mazhab fikih beliau dengan per-nyataannya, “Syaikh Imam, Hujjatul Islam, A‟jubatuz Zaman, Zainuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Mu-hammad bin Ahmad al-Thusiy al-Syafi‟iy.”

Dalam bidang akidah beliau terkenal dan termasyhur sebagai se-orang yang bermadzhab Asy‟ariyah, banyak membela Asy‟ari-yah dalam membantah Bathiniyah, para filosof, serta kelompok yang menyelisihi mazhabnya. Oleh karena itu beliau mena-makan kitab akidahnya yang terkenal dengan judul al-Iqtishad Fil I‟tiqad. Karya beliau dalam akidah dan cara pengambilan dalil hanyalah merupakan ringkasan dari karya tokoh ulama Asy‟-ariyah pendahulunya. Tidak ada sesuatu yang baru dalam madzhab Asy‟ariyah karena beliau hanya memaparkan dalam bentuk baru dan cara yang cukup mudah. Keterkenalan al-Gha-zaliy sebagai tokoh Asy‟ariyah juga dibarengi dengan kesufian-nya. Beliau menjadi patokan marhalah yang sangat penting menyatunya Sufiyah ke dalam Asy‟ariyah.

Di bidang tasawuf agak sulit menentukan beliau. Sering sesuatu dibantah, namun kemudian beliau jadikan sebagai akidahnya. Beliau mengingkari filsafat dalam kitab Tahafut, tetapi beliau

220 Kitab wajib pegangan penyadur dalam pembahasan masalah fiq-hiyyah di forum Majlis al-Bahtsi wa al-Muhadlarah al-Diniyyah di Ma-lang, Jawa Timur pimpinan K.H. Oesman Mansoer 1969-1979

Page 170: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

170

sendiri menekuni filsafat dan menyetujuinya.

Ketika berbicara dengan Asy‟ariyah tampaklah sebagai seorang Asy‟ari tulen. Ketika berbicara tasawuf, dia menjadi sufi. Beliau menjadi Asy‟ari bersama Asy‟ariyah, sufi bersama sufiyah, dan filosof bersama filsafat.221 Orang yang menelaah kitab dan karya beliau seperti Misykah al-Anwar, al-Ma‟arif Aqliyah, Mizan al-Amal, Ma‟arij al-Quds, Raudhah al-Thalibin, al-Maqshad al-Asna, Jawahir al-Qur‟an, dan al-Madlmun Bihi Ala Ghayri Ahlihi akan mengeta-hui bahwa tasawuf beliau berbeda dengan tasawuf orang sebe-lumnya. Tasawuf Al Ghazali dilandasi filsafat Isyraqi222 yang di-kembangkan akibat pengaruh karya-karya Ibnu Sina dan Ikhwa-nush Shafa.

Pada akhir hayatnya beliau kembali kepada ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah, meninggalkan filsafat dan ilmu kalam, dengan me-nekuni Shahih Bukhari dan Muslim.

Masa Akhir Kehidupannya

Akhir kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempela-jari hadits. Imam al-Dzahabi menyatakan bahwa pada akhir kehidupannya beliau tekun menuntut ilmu hadits dan berkum-pul dengan ahlinya serta menelaah shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim). Seandainya beliau berumur panjang, niscaya dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat. Beliau belum sem-pat meriwayatkan hadits. Beliau memiliki keturunan beberapa orang putri.

Ibnu al-Jauzi dalam al-Muntazim mengatakan bahwa menjelang wafat beliau diminta sahabatnya untuk memberikan wasiat. Ja-

221

Mukadimah Bughyatul Murtad, hal. 110. 222 Madzhab Isyraqi dalam filsafat ialah mazhab yang menyatukan pe-mikiran dan ajaran dalam agama-agama kuno, Yunani dan Parsi, ter-masuk bagian dari filsafat Yunani dan Neo-Platoisme. Lihat al-Mau-su‟ah al-Muyassarah Fi al-Adyan Wa al-Madzahibi Wa al-Ahzab al-Mu‟a-shirah, karya Dr. Mani‟ bin Hamad Al Juhani, Vol. 2 hal. 928-929).

Page 171: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

171

wabnya, “Hendaklah engkau ikhlas.” Beliau sering mengulangi-nya hingga meninggal.

Abul Faraj Ibnul Jauzi menyampaikan kisah meninggalnya da-lam kitab al-Tsabat „Inda al-Mamat. Cerita Ahmad, saudaranya, pada subuh hari Senin, 14 Jumada Akhir 505 H, Abu Hamid ber-wudhu dan salat, lalu meminta untuk dibawakan kain kafan. La-lu beliau mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, seraya berkata, “Saya patuh dan taat untuk me-nemui Malaikat Maut.” Beliau luruskan kakinya dan mengha-dap kiblat, dan meninggal menjelang pagi hari sebelum langit menguning. Inna lillah wa inna ilayhi rajiun. Semoga pembaca bu-ku ini mendapat petunjuk dan hidayah Allah swt. Amin.

Page 172: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

ix

DAFTAR ISI Halaman

Pengantar .................................................................................. iii Pengantar Penyadur ................................................................. v Kata Pengantar Terbitan Pertama ........................................ vii Daftar Isi .................................................................................... ix PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1. SUKA MAKAN ...................................................................... 5

Bahaya Perut Kenyang ................................................................ 5 Rahasia Lapar dan Persesuaiannya ke Jalan Akhirat.............. 7 Cara Meninggalkan Tamak Makan ......................................... 11

2. BANYAK BICARA ............................................................... 16

Pengendalian Banyak Bicara .................................................... 16 Bahaya Banyak Omong ............................................................. 18 Akibat Banyak Omong .............................................................. 19

Berdusta .......................................................................................... 20 Menggunjing .................................................................................. 25 Berbantah ........................................................................................ 34 Bergurau ......................................................................................... 35

Memuji .................................................................................... 36

3. MARAH ................................................................................. 42

Hakekat marah ........................................................................... 43 Cara pengobatan ........................................................................ 43

4. IRI HATI ................................................................................ 47

Cara pengobatan ........................................................................ 48 Kiat menghindari iri hati ........................................................... 50

5. PELIT & SENANG HARTA ................................................ 53

Pelit vs Senang Harta ................................................................. 55 Hakekat harta dan bahayanya ................................................. 57 Kadar kecukupan ....................................................................... 60 Fungsi harta ................................................................................ 63 Kriteria bakhil ............................................................................. 64 Cara pengobatan ........................................................................ 66

6. AMBISI & GILA PANGKAT .............................................. 69

Hakekat pangkat ........................................................................ 71

Page 173: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

x

Kesempurnaan sejati dan semu ............................................... 74 Cara pengobatan ........................................................................ 77

7. SENANG DUNIA................................................................. 81

Materi Dunia ............................................................................... 81 Bagian Seseorang di Dunia ....................................................... 82 Kesibukan mengurus dunia ..................................................... 83 Hakekat dunia ............................................................................ 83 Sikap positif ................................................................................. 85 Tipuan dunia ............................................................................... 89

8. TAKABUR ............................................................................. 92

Hakekat dan bahaya takabur.................................................... 95 Cara pengobatan ........................................................................ 97

Ilmu ................................................................................................. 99 Wira'i dan ibadah ........................................................................ 103 Nasab/keturunan ........................................................................ 106

Harta, kecantikan, dan pengikut ........................................... 107

9. KAGUM ............................................................................... 109

Hakekat kagum ........................................................................ 111 Cara Mengobati Rasa Kagum ................................................. 112 Rasa kagum yang mengherankan .......................................... 113

10. RIYA/PAMER/SHOW ................................................... 117

Hakekat riya dan yang dipamerkan ...................................... 121 Kejahatan riya ........................................................................... 125 Daya dorong riya ..................................................................... 127 Jenis riya .................................................................................... 129 Pengaruh riya pada amal perbuatan ..................................... 132 Cara mengobati riya ................................................................ 134 Riya yang spontan muncul ..................................................... 136 Taat boleh ditampakkan .......................................................... 137

PENUTUP ................................................................................ 141

Tempat Akhlak Bertumpu ...................................................... 141 Cara Memperbaiki Akhlak ..................................................... 147 Pandangan Terhadap Akhlak Manusia ................................ 149 Kerelaan Manusia Bersusah Payah di Dunia ....................... 150 Keyakinan Manusia Terhadap Akhirat ................................. 153

Biografi Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Mu-hammad al-Ghazaliy ……………………………………..167

Page 174: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

iii

PENGANTAR

lhamdu lillah buku Akhlak Tercela yang diterbitkan ter-akhir tahun 2001 dapat disajikan lagi dalam bentuk yang lebih sempurna dari sebelumnya. Penyempurnaan di-

maksud berupa penulisan al-Quran dan al-Hadits dalam tulisan Arab, serta catatan kaki terhadap rujukan ayat dan hadits Rasul. Catatan kaki yang lain adalah terhadap nama yang disebutkan dalam buku ini. Penyempurnaan tersebut adalah respon atas ko-mentar dari beberapa sahabat yang mempertanyakan tentang nama yang disebutkan di dalam buku ini. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang membuat pe-nyempurnaan sajian kali ini. Dalam buku ini juga ditambah biografi pengarang, Hujjatul Is-lam al-Imam al-Ghazaliy yang diletakkan di bagian akhir buku. Kami tetap mengharapkan teguran dan perbaikan dari para ahli karena keterbatasan dalam kosakata dan merangkai kalimat yang sesuai. Semoga Allah swt memberikan taufik dan hidayah kepada para pembaca. Amin. Depok, 14 Maret 2011 Penyadur, Ahmed Machfudh

A

Page 175: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

iv

Page 176: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

v

PENGANTAR PENYADUR

engan asma Allah yang Maha Kasih dan Maha Sayang, penyadur tergelitik untuk menyampaikan ulang terje-mahan induk akhlak tercela karangan Hujjatul Islam al-

Imam al-Ghazaliy. Keinginan tersebut sudah timbul semenjak pindah ke Jakarta tahun 1979 dan selesai 20 tahun kemudian. Penyadur mengucap syukur ke hadirat Allah swt yang telah memberikan kekuatan untuk menyelesaikan penyaduran buku yang isinya dapat menggugah manusia dari kesilapan dan kesi-lauan gebyar dunia. Betapa tidak, tiga tahun yang lalu pengetikan telah selesai, namun tiba-tiba file ketikan dirusak virus. Ketika perbaikannya selesai pada Maret 1999, giliran program pengetik-an yang mengacaukan ketikan. Karenanya pada Ramadlan 1422 ini penyuntingan dilakukan tanpa tulisan Arab. Saduran ini dimaksudkan untuk mempermudah pemaham-an terhadap terjemahan dari kitab aslinya oleh al-Mukarrom K.H. Drs. Achmad Masduqi Machfudh. Penerjemahan dilakukan dalam kapasitasnya sebagai dosen mata kuliah Akhlak pada IAIN Sunan Ampel (sekarang STAIN) Malang sejak tahun 1960-an. Apalagi banyak permintaan dari kawan-kawan agar mutiara da-ri al-Ghazaliy bisa dinikmati banyak orang. Penyadur mohon maaf jika tulisan ini memiliki banyak kesa-lahan dan kekurangan. Teguran dan perbaikan dari para pemba-ca senantiasa kami terima dengan tangan terbuka. Depok, 6 Desember 2001 Penyadur, Ahmed Machfudh

D

Page 177: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

vi

Page 178: Akhlak Tercela

Akhlak Tercela al-Ghazaliy

vii

KATA PENGANTAR (Terbitan pertama)

egala puji bagi Allah yang telah memerintahkan hamba-Nya untuk menyucikan hati dari akhlak yang tercela dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia. Salawat dan sa-

lam semoga tetap atas Nabi Muhammad saw yang telah dipuji Allah sebagai orang yang berakhlak luhur. Juga atas keluarga dan para sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah beliau sepanjang masa. Beberapa orang kawan telah meminta kami untuk menerje-mahkan bagian ketiga dari kitab al-Arbain fiy Ushuliddin karang-an Imam al-Ghazaliy yang berisi pokok akhlak-akhlak yang ter-cela. Penerjemahan diperlukan agar isi dan maknanya dapat mu-dah dipahami bagi mereka yang tidak menguasai bahasa Arab. Mengingat pentingnya maksud dan isi dan pembahasan yang ringkas, maka kami memberanikan untuk memenuhinya meski belum menguasai bahasa Arab sepenuhnya. Kami berha-rap agar terjemahan ini bisa memiliki manfaat dan berguna seba-gaimana kitab aslinya. Terjemahan dibuat secara bebas sesuai dengan kemampuan kami dengan tujuan agar mudah dipahami isinya. Akhirnya hanya karena kebodohan dan kurangnya perben-daharaan kata kami jika ternyata terjemahan ini banyak keku-rangan dan kesalahan. Karenanya teguran dari para ahli sangat kami harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Malang, awal September 1969 Penerjemah, Achmad M. Machfudh

S

Page 179: Akhlak Tercela

al-Imâm Hujjatul Islâm Abû Hâmid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad al-Ghazâliy

Akhlak Tercela

Disadur oleh: Ahmed Machfudh

Page 180: Akhlak Tercela

Judul asli:

Tazkiyah al-Qalb „an al-Akhlâq al-Madzmûmah

تزكية القلب عن

األخالق المذمومة Pengarang: Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn

Muhammad al-Ghazali Penerjemah: Achmad M. Machfudh Penyadur: Ahmed Machfudh

Maret 2010

Page 181: Akhlak Tercela

K.H. Drs. Achmad Masduqi Machfudh adalah pengasuh PP Salafiyah Syafiiyah Nurul Huda, Mergosono, Malang. Lahir tahun 1935 di Jepara. Sambil menuntut ilmu di SGHA (Sekolah Guru dan Hakim Agama) di Yogyakarta, beliau mengaji di PP Krapyak asuhan K.H. Ali Maksum. Sejak 1957 mengajar di berbagai sekolah di Kalimantan, seperti di Tenggarong, Samarinda, dan Tarakan. Tahun

1964 melanjutkan studi di IAIN Sunan Ampel Malang( sekarang UIN Malang), sekaligus sebagai dosen Tadribul Qiroah (Bimbingan Membaca Kitab), bahasa Arab, akhlak, dan tasawuf. Di tengah kesibukan sebagai dosen dan pengasuh pesantren, beliau “melayani” pengajian di ber-bagai masjid di daerah Malang dan Jawa Timur terutama yang sulit dijangkau oleh kebanyakan dai, mubaligh, dan kiyai. Pemahamannya terhadap kitab kuning sangat mumpuni baik ketika pembahasan masa-lah di forum Majlisul Bahtsi wal Muhadlaratud Diniyyah, kodifikasi hukum Islam, bahtsul masail, maupun tanya jawab hukum Islam pada majalah Aula. Beliau pernah menjabat Katib Syuriyah selama 15 tahun dan Rois Syuriyah PWNU Jawa Timur beberapa tahun lamanya.

Ahmed Machfudh, kelahiran Jepara 6 Oktober 1950, jebolan Monterey Institute of International Studies, Cali-fornia tahun 1991 setelah selesai nyantri di PP Nurul Hu-da, Mergosono, Malang dan studi di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang tahun 1977. Sejak kecil me-nekuni bidang agama di madrasah diniyah meski prog-

ram studi terakhir di bidang public administration jurusan international management. Tahun 1972-1979 sebagai guru bahasa Inggris di SPIAIN, Muallimat NU, Pesantren Luhur Islam, dan IAIN di Malang. Tahun 1977 sebagai sekretaris MUI Kodya Malang sampai kepindahannya se-bagai pegawai Departemen Agama Pusat tahun 1979. Waktu senggang-nya pada sore hari sejak 1991 dimanfaatkan untuk mengajar Akun-tansi, Sistem Informasi Akuntansi, dan Statistik Bisnis di Institut Mana-jemen dan Bisnis Indonesia, Jakarta. Tahun 1994-2002 sebagai guru pendidikan agama Islam di Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila, Jakarta. Kegiatan mengajar pada diklat banyak terkait dengan teknolo-gi informasi dan komunikasi. Pernah menjadi pelayan di Kementerian Agama Pusat antara lain sebagai Kepala Biro Organisasi, Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Sekretaris Inspektorat Jenderal, Kepala Pusat Informasi Keagamaan, Sekretaris Ditjen Bimas Islam, dan Staf Ahli Menteri Agama Bidang Pemikiran dan Paham Keagamaan. Sejak tahun 2010 bergabung di Sekolah Tinggi Agama Islam al-Hikmah Jakarta menjadi tenaga edukatif.