Top Banner
52 military dentistry edisi iii - 2015 MILITARY DENTISTRY adalah sebuah majalah yang diterbitkan tiap 4 bulan sekali oleh Ladokgi R.E Martadinata untuk menyediakan sebuah Forum bagi personil drg Militer, dokter gigi sipil di lingkungan TNI AL, TNI AD, dan TNI AU. Tulisan yang dituangkan dalam majalah ini sudah melalui tahapan editing. Semua artikel ditulis oleh staf redaksi, kecuali bila disebutkan nara sumbernya. Ladokgi REM yakin bahwa penerbitan majalah ini perlu sebagai upaya meningkatkan dan mengembangkan kemajuan Military Dentistry dalam sekala nasional. Semoga majalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua. Kenapa Harus Majalah Military Dentistry? Hot Topic Story Profile News Dental Care Photo Shoot Military Corner INFORMASI LENGKAP KEDOKTERAN GIGI MILITER Web : www.ladokgirem.com Telp. (021) 5733026 ext 473 Fax. (021) 5732701 ALAMAT REDAKSI: Jalan Farmasi No. 1, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat military dentistry edisi iii - 2015 1 m mi mil mi mil i il il l l l mi il mil l m m milit it it ta t ta a a ita it ta ita ta a i it i i r ry ry r ry r r r den den den de tis tis tis tis s s s s st t t t t tr tr tr tr tr tr r tr r r ry ry ry ry ry y y r try t t y t y ry tr e e e e e e ed ed ed d ed d d d e ed d d d d d d d d ed d d d d e ed d d d d e e ed d d ed d d d d d d d d d ed d d e ed d ed ed ed e e e e is is is isi isi isi isi isi isi s s s s s si si s si i si i isi is is i isi isi si s s s s si si si isi isi si s s s si si i i i i isi isi si s si s s s s si i i i i is si si s s s s s s s s s si i i isi si s s s s s si i i i i i isi isi is si s s s si s s s s si i i isi si s s s s s si s si i i i is is i is s si isi is si isi is isi si i is s s i i i is si isi isi i isi i i i isi si si i s si i i i isi i i i i i i i i i i i i i is isi i i i i s si i i i i i i is si i i i isi i i i i i ii ii ii i ii ii ii ii ii ii ii i ii i ii ii i ii ii i i i i i ii i i i ii i i i i i i i i i i i i i ii i - i - - - - - - - - i - i - i i i i i i i i i i i 20 20 20 20 20 20 20 20 2 20 20 20 2 20 0 20 0 20 0 0 0 20 0 0 0 20 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 20 0 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 20 0 0 0 0 0 0 015 15 15 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 15 15 5 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 15 15 15 15 15 15 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 15 15 15 1 15 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 15 15 1 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 15 15 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 15 5 5 5 5 5 5 15 5 1 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 15 15 1 1 15 15 5 5 15 5 5 15 5 1 1 1 1 1 1 1 1 15 5 15 5 5 1 1 15 1 1 1 15 15 5 15 15 1 1 1 1 1 1 1 15 5 5 5 15 5 1 15 5 5 5 15 15 5 1 1 1 1 15 15 5 5 1 1 1 1 1 1 1 15 5 5 1 1 1 1 1 15 15 1 15 15 5 5 5 5 1 15 1 1 15 5 5 1 1 1 15 1 1 1 1 1 15 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 15 5 1 1 1 1 1 15 5 5 1 1 1 1 15 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Edisi III - Desember 2015 AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama PLAK KONTROL Salah Satu Cara Mencapai Kondisi Dental Fitness Bagi Prajurit TNI INFORMASI LENGKAP KEDOKTERAN GIGI MILITER ISSN 2460-9080 DATA ANTEMORTEM GIGI DATA ANTEMORTEM GIGI Untuk Identikasi Cepat dan Akurat Untuk Identikasi Cepat dan Akurat Peran Dokter Gigi Militer Pada Identifikasi Korban Jatuhnya Pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Bogor Condylectomy Sebagai Alternatif Terakhir Penatalaksanaan Fraktur Procesus Condiloydeus Mandibula
26

AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

Oct 05, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

52 military dentistry edisi iii - 2015

MILITARY DENTISTRY adalah sebuah majalah yang diterbitkan tiap 4 bulan sekali oleh Ladokgi R.E Martadinata untuk menyediakan sebuah Forum bagi personil drg Militer, dokter gigi sipil di lingkungan TNI AL, TNI AD, dan TNI AU. Tulisan yang dituangkan dalam majalah ini sudah melalui tahapan editing.

Semua artikel ditulis oleh staf redaksi, kecuali bila disebutkan nara sumbernya. Ladokgi REM yakin bahwa penerbitan majalah ini perlu sebagai upaya meningkatkan dan mengembangkan kemajuan Military Dentistry dalam sekala nasional.

Semoga majalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua.

Kenapa Harus Majalah Military Dentistry?

Hot Topic Story Profi le News Dental Care Photo Shoot Military Corner

I N F O R M A S I L E N G K A PK E D O K T E R A N G I G I M I L I T E R

Web : www.ladokgirem.com Telp. (021) 5733026 ext 473 Fax. (021) 5732701ALAMAT REDAKSI: Jalan Farmasi No. 1, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat

military dentistry edisi iii - 2015 1mmimilmimiliilillllmiilmillmmmilititittattaaaitaittaitataaiitii rry ryrry rrr dendendende tistististissssssttttttrtrtrtrtrtrrtrrrryryryryryyyrtrytt yt yrytr eeeeeeedededdeddddeedddddddddedddddeedddddeeedddeddddddddddeddd eeddedededeeee isisisisiisiisiisiisiisissssssisissiisiiisiisisiisiisisisssssisisiisiisisissssisiiiiiisiisisississsssiiiiiissisissssssssssiiiisisissssssiiiiiiisiisiississssisssssiiiisisissssssissiiiiisisiisssiisiissiisiisisisiiisssi iiissiisiisiiisiiiiisisisiissiiiiisiiiii iiiiiiiiiisisiiiiissiiiiiiiissiiiiisiiiiii iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii i iii -i --------i -i -iiiiiiiiiii 20 20202020 20202022020 20 220020020000200002000020000000200000200000000000000000000000000000000000000000000000000200000000000000000222220000000015 15 15 15555555555555555515 15 5155555555555551151515151515155555555555515151511515555555555551515 1155555555555555151515555555555555511555555515 511555555555551515 1115155515551551111111115515551115111151551515111111115555155115555151551111151555111111115551111115151151555551151115551111511111155551111111155111111555 111115555 11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111

Edisi III - Desember 2015

AGAR TAK ADA LAGIKorban Tanpa Nama

PLAK KONTROLSalah Satu Cara Mencapai Kondisi Dental Fitness Bagi Prajurit TNI

I N F O R M A S I L E N G K A P K E D O K T E R A N G I G I M I L I T E R

I S S N 2 4 6 0 - 9 0 8 0

DATA ANTEMORTEM GIGIDATA ANTEMORTEM GIGIUntuk Identifi kasi Cepat dan AkuratUntuk Identifi kasi Cepat dan Akurat

Peran Dokter Gigi Militer Pada Identifikasi Korban Jatuhnya Pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Bogor

Condylectomy Sebagai Alternatif Terakhir Penatalaksanaan Fraktur Procesus Condiloydeus Mandibula

Page 2: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

2 military dentistry edisi iii - 20152 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 3

PENGARAH :drg. Bambang Sucahyo, Sp. Ortdrg. Willy Djoko Purnomo, Sp.PM

SENIOR EDITOR :drg. Liem Tjing KiatProf. Dr. drg. Setyo Harnowo,Sp.BM (K), FICD, FICCDE

PEMIMPIN REDAKSI : drg. Ridwan Purwanto, MARS

EDITOR : drg. Susetyo Padmono, Sp.BMdrg. Arry Heryana,Sp. Periodrg. Undu Kusbandono,Sp. Prosdrg. Djoko Sumartojo, Sp.PM

PRODUKSI DAN ARTISTIK : drg. Svetlana, MARSdrg. Trisnawati Riana Indari, SpKG.

FOTOGRAFER :RidwansyahSuratmin

MARKETING :drg. Cut Yulian Fitrianidrg. Sartatilina

SEKRETARIS :drg. Tamar Nur SasongkoNia Kurnia, SKM

DISTRIBUSI :M. Amin Mudhar, SKMErik Sumarno

ALAMAT REDAKSI:Jalan Farmasi No. 1, Bendungan Hilir Jakarta Pusat Telp. (021) 5733026 ext 473Fax. (021) 5732701

Web : www.ladokgirem.comEmail : [email protected]

Redaksi menerima tulisan, saran, dan kritik yang bisa dikirim ke alamat redaksi atau email : [email protected]

EDITORIAL

PENERBIT:

Salam SejahteraMajalah Military Dentistry mengangkat topik

data antemortem, yaitu berupa catatan gigi. Data antemortem memiliki peran yang sangat besar dalam identifi kasi korban.

Selain tema data antemortem di lingkungan TNI AL, kami melengkapi dengan cerita serupa dari belahan bumi yang lain. Bagaimana perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang forensik terutama pengambilan data antemortem sudah sedemikian maju, sehingga mengenali korban bencana atau perang yang kondisinya sudah sangat rusak, sekarang bukan lagi hal yang mustahil.

FDI Section Defence Force Dental Service (SDFDS) yang dilaksanakan di Bangkok pada bulan September 2015 mewarnai cerita dari Redaksi Military Dentistry. Banyak sekali manfaat yang diperoleh selama delegasi Indonesia menghadiri event akbar ini dan ternyata kita masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain, bahkan negara tetangga.

Kehadiran majalah Military Dentistry salah satunya adalah memotret apa yang sudah dilakukan oleh kedokteran gigi militer kita, terutama di lingkungan TNI AL, dan apa yang masih harus kita perbaiki untuk menjadi yang terbaik. Semoga di tahun depan dan tahun yang akan datang, kami bisa memberikan informasi yang lebih bermanfaat.

Selamat membaca dan Selamat Tahun Baru 2016.

Ladokgi TNI AL RE MartadinataDepartemen Kedokteran Gigi Militer

Page 3: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

4 military dentistry edisi iii - 2015

03

04

06

08

10

16

20

24

EditorialDaftar Isi

Cover Story

Testimoni WAKASALLaksamana Madya TNI Widodo, MSc

Hot Topic

Story

Profile

Data Antemortem GigiUntuk Identifikasi Cepat dan Akurat

Agar Tak Ada Lagi Korban Tanpa Nama

Military Dentistrydi Negara Tetangga,

Apa Yang Bisa Kita Tiru?

Laksamana Pertama TNI (Purn) drg. Lita Agustia, MH.Kes

MENJAGA KEPERCAYAAN KELUARGA

10 military dentistry edisi iii - 2015

DATA ANTEMORTEM GIGIDATA ANTEMORTEM GIGIUntuk Identi kasi Cepat dan Akurat

HOT TOPIC

10 military dentistry edisi iii - 2015

Gigi adalah organ paling kuat dalam tubuh. Gigi bahkan tahan panas sampai suhu 4000C,

maupun asam yang kuat. Gigi geligi merupakan lengkung anatomis, antropologis, dan morfologis, yang mempunyai letak dan terlindung dari otot-otot bibir dan pipi sehingga apabila terjadi trauma maka otot-otot yang akan terkena dampak terlebih dahulu.

Di balik sebuah bencana, ada tim medis yang bekerja tak kenal lelah mengidenti kasi korban. Tim forensik yang tergabung dalam Disaster Victim Identivication (DVI) bekerja dalam senyap, namun hasilnya ditunggu dengan penuh harap. Terutama oleh keluarga korban, kepolisian dan pihak-pihak yang berkepentingan.

military dentistry edisi iii - 2015 11military dentistry edisi iii - 2015 11

Bentuk dan susunan gigi geligi pada manusia sangat spesi k untuk setiap individu dengan kemungkinan memiliki kesamaan dengan individu lainnya 1 : 2 milyar. Itulah sebabnya, gigi menjadi salah satu intrumen identi kasi primer yang sangat membantu dalam proses identi kasi.

Ada empat metode antemortem gigi, yaitu charting atau pencatatan data gigi di blanko ordontogram, pencetakan rahang atas dan rahang bawah, foto rontgen panoramik, dan foto digital.

Charting, mencatat semua yang berhubungan dengan keadaaan gigi-gigi pasien mulai dari tambalan, posisi gigi, hubungan rahang, catatan gigitan,

memotret keadaan gigi pasien. “Pernah dipakai pada saat identi kasi korban Sukhoi, korban yang ditemukan rahangnya kita foto rontgen setelah itu dibandingkan dengan foto rontgen panoramic semasa hidup, ternyata ada kecocokan,” ujar drg. Tamar kepada Military Dentistry.

Data terakhir berupa foto digital personel, merupakan foto wajah dan nama personel, termasuik foto gigi relasi sentrik, foto gigi saat oklusi sentrik. Oklusi sentrik itu rahang atas dan rahang bawah terlihat menggigit, hal ini dilakukan untuk melihat hubungan gigi rahang atas dan gigi rahang bawah. Lalu foto oklusal gigi-gigi rahang atas dan foto oklusal gigi-gigi rahang bawah. Foto oklusal akan terlihat lengkung

pemakaian gigi palsu, dan sebagainya. Pencetakan rahang dilakukan pada pasien, dan menjadi data yang paling akurat. Kita bisa melihat duplikat keadaan gigi-gigi pasien di model cetakan gigi yang akan disimpan sebagai data antemortem, sesuai dengan bentuk asli rahang atas dan rahang bawah.

Foto rontgen panoramic berfungsi untuk melihat keadaan yang tidak terlihat oleh mata. Misalnya si korban pernah melaksanakan perawatan saluran akar, gigi-gigi impaksi, akar gigi, dan sebagainya.

Menurut drg. Tamar Nur Sasongko, dari Departemen Kedokteran Gigi Militer Lembaga Kedokteran Gigi RE. Martadinata, foto rontgen panoramic cukup akurat

giginya, posisi giginya ada tambalan atau tidak, adakah gigi yang sudah dicabut atau tidak. Foto diambil dari atas sehingga barisan gigi di rahangnya terlihat jelas. Data antemortem gigi diambil seakurat dan seteliti mungkindan seluruh kondisi jaringan keras harus terekam dalam dental medical record.

Pada prinsipnya dalam identi kasi korban data yang digunakan adalah sidik jari, gigi dan DNA, tergantung situasi dan kondisi. Ketiga metode identi kasi ini sama-sama akurat, hanya saja masing-masing memiliki plus minus tersendiri.

Data sidik jari, dijelaskan Letkol Laut drg. Jhoni Kosim, Sp.Perio selain cepat dan akurat tetap memiliki keterbatasan,

D A F T A R I S I

20 military dentistry edisi iii - 2015

STORY

Military Dentistry di Negara Tetangga,Military Dentistry di Negara Tetangga,Apa yang Bisa Kita Contoh?Apa yang Bisa Kita Contoh?

Restorasi gigi dengan gigi implan merupakan pilihan terbaik untuk mengganti gigi yang hilang. Gigi implan sangat efektif memperbaiki

fungsi mastifaktori dan kesehatan sik secara keseluruhan. Fungsi mengunyah bisa dikembalikan yang akan berdampak pada penyerapan nutrisi dengan baik. Sayangnya gigi implant sangat mahal karena membutuhkan material dan peralatan khusus sehingga sepertinya mustahil diberikan secara gratis untuk prajurit dan keluarganya.

ThailandProgram Gigi Implan untuk Prajurit

20 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 21

Tetapi Thailand berani membuat terobosan besar dengan membuat program pemasangan gigi implan untuk prajurit. Kolaborasi antara Divisi Dental dari Royal Thai Army Medical Department dan Kementerian kesehatan Thailand, bisa dibuat sebuah proyek yang menawarakan pemasangan gigi implant secara gratis atau cuma-Ccma kepada prajurit dan keluarganya yang membutuhkan, namun secara biaya tidak mampu.

Proyek ini dikembangkan berkat inspirasi dari Raja Thailand yang mengatakan bahwa kasus gigi tanggal berdampak pada ketidakbahagiaan, di mana nikmat makan jadi terganggu dan berdampak pada kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Proyek gigi implan untuk prajurit ini sudah dimulai sejak 2008 lalu dan sampai saat ini sudah lebih dari 500 implan dipasangkan ke prajurit dan keluarganya yang membutuhkan. Hebatnya, saat ini program diperluas untuk veteran, prajurit yang terluka saat menunaikan tugas, dan prajurit yang berisiko tinggi.

Biaya yang dikeluarkan pemerintah Thailand tentu tidak murah. Tetapi apa dampaknya? Dari hasil pengamatan selama 5 tahun paska program dijalankan, setidaknya ada dua hal positif yang didapat. Pertama, kualitas hidup prajurit meningkat dan kedua, para dokter gigi yang ikut ambil bagian dalam proyek ini mendapatkan pengalaman untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam pemasangan gigi implant.

Senyum di PerbatasanSelain gigi implan gratis untuk prajurit,

Thailand juga memiliki program yang tidak kalah menarik yakni perawatan gigi secara menyerluruh untuk prajurit mereka yang bertugas di area perbatasan. Sakit gigi, gigi

tanggal, dan gingivitis merupakan masalah gigi sehari-hari yang dijumpai di semua lapisan masyarakat, termasuk prajurit yang bertugas di area perbatasan.

Thailand selama ini sudah memiliki pelayanan kesehatan gigi keliling menggunakan mobil, terutama untuk wilayah Thailand bagian utara, di mana akses ke pelayanan kesehatan cukup jauh. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Kamboja dan Laos. Sebelum dilakukan pelayanan “jemput bola” ini, kualitas hidup para prajurit di perbatasan Thailand sangat buruk akibat penyakit gigi dan mulut.

Program “Bringing Border the New Smiles” dicanangkan dengan dipelopori Departemen Gigi dan Mulut dari Fort Suranaree Hospital, yang merupakan rumah sakit terbesar dan terlengkap di wilayah Thailand Utara. Program ini meliputi pemeriksaan dan perawatan gigi gratis pada para prajurit.

Untuk memaksimalkan program, sebuah bus disulap menjadi klinik gigi berjalan lengkap dengan dental unit dan peralatan standar perawatan gigi. Fasilitas ini jauh lebih efektif daripada dental unit mobile, terutama untuk tindakan operasi dan bedah minor. Tak hanya untuk prajurit Thailand di perbatasan, bahkan penduduk Laos dan Kamboja di sekitar perbatasan pun bisa mendapatkan pelayanan ini.

Gigi sehat berarti fungsi mengunyah akan kembali normal, selain tampilan gigi yang lebih indah. Hasil dari program ini adalah kepuasan yang dirasakan para prajurit Thailand dan penduduk sekitar perbatasan, karena memiliki akses mudah ke pelayanan gigi. Tetapi dampak yang lebih besar lagi adalah mempererat hubungan antar negara bertetangga yang seringkali mudah terusik.

military dentistry edisi iii - 2015 21

24 military dentistry edisi iii - 2015

PROFILE

Sambutan hangat dan sapaan ramah drg. Lita menyambut Military Dentistry di Akademi Teknik Gigi Yayasan Nala, Jakarta. Memasuki masa purna bakti, dirinya masih

aktif mengikuti berbagai kegiatan di lingkungan TNI AL. Sejumlah agenda menanti dokter gigi kelahiran Jakarta, 24 Agustus 1957 ini.

Lebih dari satu jam, di sela waktu rehat siang itu obrolan santai mengalir. Ibu dari Yurizka Anindita, Navaldy Dwiki Septian, dan Oktasega Distakurnia ini bercerita banyak hal, mulai dari karier hingga romantika keluarganya.

Penasaran, itulah alasan mendasar sulung dari tiga bersaudara ini memilih dokter gigi sebagai profesi. Sebagai kakak, Lita muda kerap diminta mengantar adiknya ke dokter yang sering sakit gigi. Saking seringnya bolak balik ke klinik gigi, Lita penasaran apa sih yang dikerjakan dokter gigi di dalam kliniknya. Rasa penasaran yang membuncah inilah, kelak mengantarkannya menjadi seorang dokter gigi.

Menjaga Kepercayaan Keluarga

24 military dentistry edisi iii - 2015

Laksamana Pertama (Pur) TNIDrg. Lita Agustia, MH.Kes

Lebih dari tiga dekade, drg. Lita Agustia, MH. Kes

mengabdikan dirinya pada TNI Angkatan Laut. Sempat

ingin mundur dari dunia militer demi keluarga. Namun, dukungan keluarga pula yang mengurungkan niat tersebut. Hasilnya, pencapaian karier yang melampaui impiannya.

military dentistry edisi iii - 2015 25

Setelah menamatkan pendidikan kedokteran gigi tahun 1983, atas saran seorang kerabat, drg. Lita ikut Wajib Militer (Wamil). Nama besar Ladokgi semakin menambah motivasinya untuk bergabung dengan korps Angkatan Laut. Usai menempuh pendidikan militer selama 4 bulan di Lembang dan 1 bulan di Surabaya, drg. Lita ditugaskan di Mabes AL selama 6 tahun.

Tahun 1986 drg. Lita menikah dengan Surya Perdamaian, SH., MH seorang hakim yang kemudian ditugaskan di Sabang. Mengikuti suami, drg. Lita ditugaskan di RS TNI AL Sabang. Delapan tahun di sana, dirinya dimutasi ke Belawan selama 5 tahun, menjadi Kepala RSAL Belawan, selanjutnya dimutasi menjadi Kadiskes Lantamal I Belawan. Mutasi berikutnya ke Makassar menjadi Kadiskes Lantamal 4 selama 6 bulan.

Tahun 2005 kembali ke Jakarta dengan menjadi Kadepjang Ladokgi R.E. Martadinata Ladokgi dengan pangkat Letkol. Enam bulan kemudian naik pangkat menjadi Kolonel, jadi Kadep Diklat selama 2 tahun, lalu Kadepklinik. Kemudian Sekdis Diskesal 2012-2013. Lalu naik pati sahli bidang ekonomi dan manajemen 10 bulan. Kemudian menjadi Kaladokgi selama 9 bulan dengan pangkat Laksamana Pertama atau Bintang Satu. Inilah pencapaian tertinggi dalam karier kemiliterannya.

“Tidak terpikir bisa jadi Kaladokgi. Waktu awal masuk militer memang ingin sekali jadi bagian dari Ladokgi, saat itu Kaladokgi nya drg. Liem, sedang gencar-gencarnya mengadakan pendidikan ke luar negeri. Saya berharap bisa jadi salah satu yang dikirim ke sana. Namun jalan yang mesti saya lalui berbeda. Karena sudah menikah, sulit untuk meninggalkan keluarga,” drg. Lita bercerita.

Tidak hanya itu, ibu tiga anak ini menjadi Kaladokgi wanita pertama, Karumkit dan Kadiskes wanita pertama dan dokter gigi pertama yang menempati jabatan itu. Menjadi yang serba pertama, selain rasa bangga karena diberi kepercayaan, yang terpikir olehnya bagaimana harus menjaga amanah ini dengan baik dan penuh tanggung jawab.

“Saya tidak pernah bermimpi untuk meraih pangkat bintang. Tidak ambisius, berkarier mengalir saja,” ujarnya merendah.

Baginya, hanya rasa syukur yang terpanjang manakala dirinya dipercaya untuk bisa menjadi seorang Laksamana Pertama. Semua ini tidak lepas dari dukungan pimpinan, rekan kerja, dan terutama keluarga.

military dentistry edisi iii - 2015 25

Edisi III - Desember 2015

military dentistry edisi iii - 2015 5

Konfrensi SDFDS,Bangkok Thailand

Military Corner

Serba Serbi

Plak KontrolKunci Keberhasilan Program “Dental Fitnes” Di Kedokteran Gigi Militer

Bom Kelelawar Senjata PD II

46

50

Edisi III - Desember 2015

28

Dentist Story

News

EVENT

Peran Dokter Gigi Militer Pada Identifikasi Korban Jatuhnya Pesawat Sukhoi di Gunung Salak Bogor

34

32

Dental CareCondylectomy Sebagai Alternatif Terakhir Penatalaksanaan Fraktur Procesus Condiloydeus Mandibula

38

ClinicLayanan TerintegrasiDi Klinik Lansia RSGM Ladokgi REM

44

Sertijab Kaladokgi R.E. MartadinataPita Ladokgi R.E. Martadinata 2015

34 military dentistry edisi iii - 2015

DENTIST STORY

Sebagai negara yang rawan bencana, Indonesia dijadikan

laboratorium bencana bagi negara maju. Begitu banyak bencana yang terjadi baik kecelakaan massal atau

mass disaster maupun bencana alam yang memerlukan identi kasi

korban.

34 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 35

Masih hangat dalam ingatan kita sejumlah tragedi jatuhnya pesawat terbang yang memakan banyak korban jiwa.

Sebut saja, kecelekaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak, Bogor pada hari Sabtu, 9 Mei 2012 yang menewaskan 45 orang dari berbagai Negara. Sebelumnya, tragedi jatuhnya pesawat Air Asia di Selat Karimata pada tanggal 29 desember 2014. Juga jatuhnya pesawat Hercules C 130 TNI pada 30 Juni 2015 di Medan yang menewaskan 149 orang, terakhir kejadian pesawat Trigana Air yang menabrak pegunungan Oksibil di Papua pada 15 Agustus 2015 yang menewaskan 54 orang.

Dalam setiap tragedi tersebut, setelah titik kejadian ditemukan, tim DVI Indonesia bergerak ke lokasi. Untuk segera melakukan identi kasi korban yang sudah berhasil dievakuasi oleh tim gabungan BASARNAS, TNI, dan Kepolisian.

“Identi kasi ini dibutuhkan agar korban bisa dikembalikan kepada pihak keluarga. Hal ini tak lepas dari bentuk tanggung jawab moral kami selaku anggota tim DVI Indonesia yang mempunyai semboyan “Respectus De Mortui“ yang artinya menghormati orang yang telah meninggal,” ujar Muh. Ari n, drg., Sp.Ort, Mayor Laut (K) kepada majalah Military Dentistry.

Menurutnya, tanggung jawab moral tersebut diwujudkan dalam kegiatan identi kasi dan menempatkan serta mengembalikan korban kepada pihak keluarganya untuk bisa disemayamkan secara layak sebagai manusia. Jadi tidak asal-asalan memberikan jenazah kepada bukan keluarganya.

Identi kasi korban meninggal yang dilakukan tentu saja tidak sekadar mencari kecocokan, namun harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. drg. Ari n mencatat ada dua metode dalam identi kasi yaitu metode primer dan metode sekunder. Metode primer bisa melalui sidik jari, catatan gigi dan analisis DNA sedangkan metode sekunder bisa meliputi data medis, fotogra dan properti.

“Pada metode primer yang melalui sidik jari selama ini sering tidak dapat diambil data postmortemnya karena kondisi korban ada yang hangus terbakar ataupun sudah melepuh dan rusak. Seperti pada kejadian Sukhoi Aircrash seluruh korban kami temukan dalam keadaan hancur dan hangus, sedangkan untuk kondisi gigi rata-rata masih relatif bagus walaupun sebagian besar juga rahangnya hancur,” papar dokter kelahiran yang lahir di Karanganyar, 22 Agustus 1975 ini.

military dentistry edisi iii - 2015 35

46 military dentistry edisi iii - 2015

MILITARY CORNER

PLAK KONTROLKUNCI KEBERHASILAN PROGRAM “DENTAL FITNES” DI KEDOKTERAN GIGI MILITEROleh : Sugeng Winarno, Subdep Periodonti

GIGI bagi manusia merupakan mahkota kedua setelah rambut. Sekalipun keberadaannya tersembunyi di balik bibir, namun memiliki banyak fungsi penting, diantaranya adalah pengunyahan, bicara dan estetik. Bahkan lebih dari itu, bagi anggota militer, tidak terkecuali di lingkungan TNI, gigi merupakan bagian identitas primer yang sangat penting. Oleh karena itu keberadaannya di dalam mulut agar tetap terjaga dengan baik dan sehat menjadikan prioritas utama.

military dentistry edisi iii - 2015 47

Hasil penelitian yang dilakukan yang dipaparkan pada saat konferensi FDI sesi APDFC di Thailand (2015), dikatakan bahwa ada korelasi

positif antara jumlah kehilangan gigi dengan tingkat kepikunan seseorang. Oleh karena pentingnya peran gigi ini bagi sistem tubuh manusia, maka diperlukan pemeliharaan yang baik agar keberadaanya di dalam mulut tetap terjaga dan sehat. Namun demikian di Indonesia hingga saat ini gambaran masyarakat yang memiliki masalah dengan kesehatan giginya masih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan kesehatan dasar (Rikesdas) tahun 2013, angka prevalensi secara nasional sebesar 25,9%, bahkan tercatat pada 14 propinsi angkanya melebihi prevalensi nasional tersebut. Dari angka tersebut, 70 % diantaranya berupa karies gigi dan penyakit jaringan penyangga. Di sisi lain, Kementerian Kesehatan RI telah mencanangkan target kesehatan gigi Indonesia bebas karies pada tahun 2030. Pertanyaannya adalah strategi apa yang akan digunakan Kemenkes RI untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam

sisa waktu yang relatif singkat, 15 tahun ? Padahal kita tahu bersama bahwa masih banyak disparitas di negeri ini akibat kondisi geogra s maupun demogra s, diantaranya berupa jumlah tenaga kesehatan yang menumpuk di kota-kota besar, fasilitas pelayanan kesehatan yang belum memadahi serta buruknya infrastruktur untuk mengakses fasilitas pelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan terluar (DTPK).

Dalam Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan diamanatkan bahwa pembangunan kesehatan tidak saja menjadi tanggungjawab pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI namun diperlukan peran serta dari unsur lain baik dari pemerintah maupun swasta dan masyarakat. Ladokgi TNI AL RE. Martadinata, sebagai salah satu lembaga di jajaran TNI AL, yang berdiri sejak 51 tahun yang lalu telah turut andil besar dalam pembangunan kesehatan gigi dan mulut di tanah air. Selain melaksanakan tugas pokoknya memberikan dukungan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi prajurit beserta keluarganya, juga dalam rangka idel capacity memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan

“dental tnes program” bagi prajurit TNI ALProgram unggulan di Ladokgi R.E. Martadinata

military dentistry edisi iii - 2015 47

38 military dentistry edisi iii - 2015

DENTAL CARE

Condylectomy Sebagai Alternatif TerakhirPenatalaksanaan Fraktur Procesus Condiloydeus Mandibula

Jangan abaikan trauma pada rahang atau istilah medisnya Temporomandibular Disorder (TMD). Sebab bila tidak segera ditangani dengan tepat akan berdampak fatal dan penanganannya harus melalui tindakan operasi.

drg. Tony Agust Purnomo, Sp.BM.

38 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 39

Ankilosis sendi temporomandibular paling sering terjadi disebabkan trauma yang tidak tertangani dengan baik. Indikasinya pasien

mengalami keterbatasan gerak pada rahang bawah.

drg. Tony Agust Purnomo, SpBM, Bagian Bedah Mulut Ladokgi RE. Martadinata menjelaskan, fraktur mandibula dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu fraktur tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan jaringan keras maupun jaringan lunak, dan fraktur dengan terbukanya tulang dan kerusakan yang hebat dari jaringan keras maupun lunak. Ini bisa berasal dari luka peluru dimasa perang, kecelakaan kerja dan lalu lintas, berupa trauma langsung dari benda tajam, benturan dengan kecepatan tinggi. Kasus paling sering ditemui adalah fraktur tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan jaringan keras maupun jaringan lunak.

Ada lagi fraktur processus condyloydeus adalah patah sendi mandibula di mana terdapat diskontinuitas tulang mandibula regio superiorgaris yang memanjang dari sigmoid notch ke batas posterior mandibula. Fraktur ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja dibandingkan dengan orang tua. Hal ini dikarenakan mobilitas mereka yang lebih tinggi.

Reduksi fragmen tulang tanpa memperhatikan hubungan oklusi gigi-geligi akan menyebabkan fungsi oklusi yang tidak memuaskan,” imbuhnya lagi. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk mengembalikan bentuk anatomis dan fungsi. Karena rahang merupakan tempat melekat gigi-geligi, sehingga yang perlu diperhatikan dalam tindakan patah rahang bawah adalah pengembalian hubungan oklusi sebelum trauma.

Contoh kasus dan prosedur operasi TMD

Pasien seorang perempuan umur 19 tahun datang di poli bedah mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Ladokgi TNI AL RE. Martadinata dengan diagnosis malunion fraktur processus condyloydeus dextra. Pasien mengeluh rasa sakit dan kesulitan buka mulut secara normal pada rahang bawah kanan sejak kecelakaan jatuh dari motor. (gambar 1).

Gambar 1. Buka mulut hanya 1 jari.

Setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang foto panoramic (gambar 2) dan CT Scan 3D, saat buka mulut tampak adanya fragmen fraktur caput condylus kanan yang malunion posisi horizontal di bagian medial ramus mandibula (gambar 3).

Gambar 2. Tampak Malunion pada processus condyloydeus kanan yang mengganggu gerakan membuka mandibula.

military dentistry edisi iii - 2015 39

Page 4: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

6 military dentistry edisi iii - 2015666666666666666666 milmilmilmilmilmilmilmilmilmimilmilmilmilmmilmilmilmilmilmilitaitaitaitaitaitaitatatataitatataaitaataaitataaryry ry ryryryryrrryrryrrrrrrryry dendendendedendendenndendenedenentististisstististtisstrytryrytrytryytryytrytrytrytryyy edededed eded ed ed edede isiisiisisssisiisisisiisiisiiis iiiiiii iiii ii iiiiiiii -i -i -i -i -ii -i -i 20 20 2020020 22015151515151515151555

TESTIMONI

6 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 7milmmilmilmilmilmilmilmilmmilmilmilmilmilmilmilmilmilmilmilmmilmilmilmmimilmilmimmimmilmmililmimilmilmilmilmmimmimimimimmimilimmmimimimililmilmimimimimimmmmmmimillmmmimiimmmimimmmi itaititaittaittataitaitaiitatattaaitititatatataaitatitataiiitatatittttittittttttttaiiiitttttitiiiiiiitttaaaryrryryryyyrryryryryrryyyryryryryryyrrryrryyrryrrrryry rrry yyy y dendendendendendendendendedeneneendendendennnndeneenndennnnnndd nnndeddeenenenndddeeeeenddeenenddeeeneennenedddddendd nndddeneenndeeeeeenennndennddd ndd nntistititististissttisistttissistttisst stistististttitisstisisttistissttississtitt ssssttrytttrytryttttrrrrrrrrrrrrrrtrytrytrytryttrrrrryytrytryrrrrrrtttttrrrrytryrrrrryyyytrytrrtrytttrrytrrrrrrrtryyrrttrryryytrytrryttryrrytryttrtrytrytttrtttrrtrytrrrrtrtrytttrrrrrytryrtryryryyyryyyryrrr eededeedededdedeededededeeeedededeedededededdeddeedddddedededddddededdedd edediiiisisisssisisisssiisiisiissisiisisiisiiisiisiisisiiisiisiiiisiiisi ii ii iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii iiiiiiiiiiii -iiii -i -i -i -ii -i -i -ii ----i -i 20202020202020202200220200022202020 202020 202 2020111115151515551551515 15 5 7777777777777777777

Wakil Kepala Staf Angkatan LautWakil Kepala Staf Angkatan LautLaksamana Madya TNI Widodo, MSc.Laksamana Madya TNI Widodo, MSc.

Wakil Kepala Staf Angkatan LautWakil Kepala Staf Angkatan LautLaksamana Madya TNI Widodo, MSc.Laksamana Madya TNI Widodo, MSc.

military dentistry edisi iii - 2015 7

Page 5: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

8 military dentistry edisi iii - 2015

COVER STORY

Berbicara tentang dental forensik, maka kita akan dapat menelusuri sebuah kisah sejarah yang sangat menarik. Dental forensik sebagai metode identifi kasi korban baru menjadi perhatian ketika terjadi tragedy kemanusiaan dengan korban massif, misalnya peristiwa

11 September 2001 di menara WTC, New York, Badai Katrina, dan Bom Oklahoma City. Semua kasus ini terjadi di negeri adi kuasa, Amerika Serikat. Sejak saat itu, identifi kasi individu melalui catatan gigi menjadi semakin diperlukan.

Ada peristiwa sejarah besar yang menunjukkan bahwa data dan catatan gigi dapat mengidentifi kasi korban. Ahli kedokteran gigi forensik pertama kali di Amerika Serikat adalah Paul Revere . Adalah seorang tentara revolusioner bernama Dr Joseph Warren, yang menderita trauma kepala berat selama perang, yang oleh Paul Revere berhasil diidentifi kasi jenazahnya melalui bukti berupa gigi tiruan kecil milik Warreb. Melalui identifi kasi ini, jasad Dr Warren akhirnya dapat dimakamkan dengan penghormatan militer penuh.

Masih banyak cerita sejarah yang terdokumentasi yang menunjukkan bagaimana catatan gigi dapat sangat bermanfaat untuk membantu identifi kasi individu yang menjadi korban tindak pidana, penyelidikan pembunuhan, kematian massal atau orang hilang. Konfi rmasi identitas korban penting karena beberapa alasan. Salah satu yang paling penting adalah memberikan data kepada anggota keluarga dekat ketika peristiwa tragis atau tak terduga terjadi. Alasan lain adalah untuk sertifi kat kematian yang harus dikeluarkan. Inilah sebabnya identifi kasi gigi melalui pencatatan data ante-mortem memegang peran utama dalam identifi kasi jenazah ketika data-data postmortem mengalami perubahan, atau ada kurangnya catatan sidik jari korban. Identifi kasi gigi menjadi jalan keluar ketika jasad korban terurai, terbakar, terpotong-potong, atau skeletonized.

Sejarah PanjangDental Forensik

8 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 9

Peran Data Gigi Antemortem Peran Data Gigi Antemortem di Lingkungan TNI ALdi Lingkungan TNI AL

Prajurit TNI Angkatan Laut dalam menjalankan tugas pokok sering menghadapi risiko tinggi yang dapat menyebabkan kematian

baik perorangan maupun massal. Apabila hal tersebut terjadi, diperkirakan akan timbul kesulitan dalam mengenali korban, terutama jika kondisi korban sulit untuk diidentifi kasi. Salah satu tugas pokok kesehatan TNI AL sebagai unsur pendukung operasi dan latihan adalah melaksanakan dukungan kesehatan berupa pengambilan data gigi antemortem bagi personil TNI AL.

Pelaksanaan pengambilan data gigi antemortem personil TNI AL sudah dilaksanakan sejak tahun 2008, dan sejak tahun 2014 pemerintah telah mengalokasikan dana pelayanan kesehatan tertentu ke dalam program pembuatan data base gigi antemortem bagi personil TNI AL. Dalam hal ini Ladokgi R.E. Martadinata ditunjuk sebagai unit pelaksana kegiatan ini.

Saat ini pelaksanaan pengambilan data gigi antemortem diprioritaskan kepada prajurit yang memiliki risiko penugasan yang

lebih, seperti pasukan Denjaka, Pasukan Katak, Pasukan Intai Amphibi, Pasukan Marinir, ABK KRI serta personil yang akan melaksanakan penugasan ke luar negeri. Data gigi antemortem personil TNI AL berupa: data odontogram (charting gigi), model cetakan gigi, foto digital gigi, dan foto rontgen gigi panoramik. Data–data gigi antemortem yang sudah terkumpul selanjutnya disimpan di Departemen Kedokteran Gigi Militer Ladokgi R.E. Martadinata.

Mengingat pentingnya peran data antemortem di lingkungan TNI AL, upaya ini akan terus dilakukan seiring dengan bertambahnya personil dan juga dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada. Baik pada saat pengumpulan data maupun dalam hal penyimpanan dengan berbasis aplikasi software dan terkoneksi dalam satu server sehingga mudah diakses.

Semoga upaya ini memberikan kontribusi nyata pada para prajurit dan seluruh personel AL, hingga pada saatnya ketika data antemortem ini dibutuhkan, upaya identifi kasi menjadi lebih cepat dan akurat.

Kepala Ladokgi R.E. MartadinataKepala Ladokgi R.E. MartadinataLaksamana Pertama TNI drg. Bambang Sucahyo, Sp.Ort.Laksamana Pertama TNI drg. Bambang Sucahyo, Sp.Ort.

military dentistry edisi iii - 2015 9

Page 6: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

10 military dentistry edisi iii - 2015

DATA ANTEMORTEM GIGIDATA ANTEMORTEM GIGIUntuk Identifi kasi Cepat dan Akurat

HOT TOPIC

Gigi adalah organ paling kuat dalam tubuh. Gigi bahkan tahan panas sampai suhu 400 derajat

Celcius, maupun asam yang kuat. Gigi geligi merupakan lengkung anatomis, antropologis, dan morfologis, yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi sehingga apabila terjadi trauma maka otot-otot yang akan terkena dampak terlebih dahulu.

Di balik sebuah bencana, ada tim medis yang bekerja tak kenal lelah mengidentifi kasi korban. Tim forensik yang tergabung dalam Disaster Victim Identivication (DVI) bekerja dalam senyap, namun hasilnya ditunggu dengan penuh harap. Terutama oleh keluarga korban, kepolisian dan pihak-pihak yang berkepentingan.

military dentistry edisi iii - 2015 11

Bentuk dan susunan gigi geligi pada manusia sangat spesifi k untuk setiap individu dengan kemungkinan memiliki kesamaan dengan individu lainnya 1 : 2 milyar. Itulah sebabnya, gigi menjadi salah satu intrumen identifi kasi primer yang sangat membantu dalam proses identifi kasi.

Ada empat metode antemortem gigi, yaitu charting atau pencatatan data gigi di blanko odontogram, pencetakan rahang atas dan rahang bawah, foto rontgen panoramik, dan foto digital.

Charting, mencatat semua yang berhubungan dengan keadaaan gigi-gigi pasien mulai dari tambalan, posisi gigi, hubungan rahang, catatan gigitan, pemakaian gigi palsu, dan sebagainya.

Sukhoi, korban yang ditemukan rahangnya kita foto rontgen setelah itu dibandingkan dengan foto rontgen panoramik semasa hidup, ternyata ada kecocokan,” ujar drg. Tamar kepada Military Dentistry.

Data terakhir berupa foto digital personel, merupakan foto wajah dan nama personel, termasuik foto gigi relasi sentrik, foto gigi saat oklusi sentrik. Oklusi sentrik itu rahang atas dan rahang bawah terlihat menggigit, hal ini dilakukan untuk melihat hubungan gigi rahang atas dan gigi rahang bawah. Lalu foto oklusal gigi-gigi rahang atas dan foto oklusal gigi-gigi rahang bawah. Foto oklusal akan terlihat lengkung giginya, posisi giginya ada tambalan atau tidak, adakah gigi yang sudah dicabut atau tidak. Foto

Pencetakan rahang dilakukan pada pasien, dan menjadi data yang paling akurat. Kita bisa melihat duplikat keadaan gigi-gigi pasien di model cetakan gigi yang akan disimpan sebagai data antemortem, sesuai dengan bentuk asli rahang atas dan rahang bawah.

Foto rontgen panoramik berfungsi untuk melihat keadaan yang tidak terlihat oleh mata. Misalnya korban pernah melaksanakan perawatan saluran akar, gigi-gigi impaksi, akar gigi, dan sebagainya.

Menurut drg. Tamar Nur Sasongko, dari Departemen Kedokteran Gigi Militer Lembaga Kedokteran Gigi RE. Martadinata, foto rontgen panoramik cukup akurat memotret keadaan gigi pasien. “Pernah dipakai pada saat identifi kasi korban

diambil dari atas sehingga barisan gigi di rahangnya terlihat jelas. Data antemortem gigi diambil seakurat dan seteliti mungkin dan seluruh kondisi jaringan keras harus terekam dalam dental medical record.

Pada prinsipnya dalam identifi kasi korban data yang digunakan adalah sidik jari, gigi dan DNA, tergantung situasi dan kondisi. Ketiga metode identifi kasi ini sama-sama akurat, hanya saja masing-masing memiliki keunggulan tersendiri.

Data sidik jari, dijelaskan Letkol Laut drg. Djoni Kosim, Sp. Perio selain cepat dan akurat tetap memiliki keterbatasan, terutama pada korban yang sudah rusak dan sidik jarinya tidak bisa digunakan. Pemeriksaan DNA tidak mudah, karena butuh data pembanding dari tiga orang

Page 7: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

12 military dentistry edisi iii - 2015

keluarga, dan waktu yang dibutuhkan sekitar 3 minggu untuk bisa mendapatkan hasilnya. Belum lagi biayanya yang relatif mahal. Sementara gigi, karena bentuknya keras dan terlindung di dalam mulut, sekalipun jaringan lunaknya hancur, masih bisa diidentifi kasi. Namun, harus ada data antemortem sebagai pembandingnya. Tanpa antemortem, sulit menggunakan gigi dalam identifi kasi.

Peran antemortem gigi sangat penting bila ada bencana, bahkan identifi kasi korban dan pelaku kekerasan. “Pernah ada kasus pembunuhan yang tak kunjung teridentifi kasi pelakunya. Dari olah TKP diketahui sebelum membunuh, si pelaku menggigit apel, dari sana tercetak giginya. Dari cetakan gigi itulah ditelusuri identitas si pelaku, dan terungkap,” kisah drg. Djoni.

Data antemortem gigi untuk prajurit TNI AL

Kegiatan pengambilan data antemortem di korps AL dilakukan sesuai Perkasal No 54/X/2011 tentang pengambilan data gigi antemortem. Yaitu mengambil semua data antemortem gigi selagi prajurit masih hidup, karena risiko penugasan prajurit TNI untuk menghadapi bencana massal dan kematian sangat tinggi.

Menurut Kadep Dokgimil Ladokgi RE. Martadinata, Kolonel Laut (K) drg. Ridwan Purwanto, MARS, sesuai tugas pokok kesehatan AL dalam hal ini pelaksanaan dukungan kesehatan matra laut bidang kesehatan gigi dan mulut yang salah satunya pengambilan data gigi antemortem. Diprioritaskan pada prajurit yang bertugas di lapangan, seperti pasukan Denjaka, Pasukan Katak, Pasukan Intai Amphibi, Pasukan Marinir, ABK KRI serta personel yang akan melaksanakan penugasan ke luar negeri.

Tahun 2008 pengumpulan data antemortem gigi mulai dilakukan. Sejak

tahun 2014 taruna AAL yang lulus tingkat akhir sudah dilakukan pengambilan data antemortem giginya. Seterusnya pengambilan data antemortem gigi dilakukan di tempat pendidikan di Surabaya atau Kobangdikal. Pada akhirnya semua akan tercover jika pengambilan datanya dilakukan di hulu bukan di hilir seperti saat ini.

Menurut drg. Ridwan, jika di internal AL target sudah tercapai, seluruh personel

military dentistry edisi iii - 2015 13

sudah memiliki data antemortem gigi, ditunjang oleh SDM yang mumpuni, teknologi yang dimiliki sudah baik, bisa saja Ladokgi RE. Martadinata memberikan pelayanan data antemortem gigi pada unsur-unsur sipil. Terutama mereka yang berisiko tinggi seperti jamaah haji, atau lingkungan pekerjaan penuh risiko seperti pengeboran lepas pantai, penyuka tarvelling.

Dalam hal ini Ladokgi RE. Martadinata memiliki tim antemortem yang terdiri dari 9 orang, yaitu 2 dokter gigi, 4 perawat gigi, dan 1 fotografer untuk pengambilan foto digital intraoral, serta 2 pengemudi. Salah satu tugasnya menjemput bola mendatangi

Dengan dukungan perangkat teknologi terbaru, program software terbaru sudah mampu meng-update baik pengambilan data maupun penyimpanan. Dari aspek pengambilan data, didukung oleh 3 unit foto intraoral digital yang terkoneksi langsung ke basis data komputer.

Untuk foto panoramik juga sudah didukung oleh satu sistem pengambilan foto lalu dismpan dalam software tidak lagi dicetak. Sehingga bila terjadi sesuatu, maka data antemortem yang dibutuhkan dapat disajikan berupa print out charting atau dental record, print out panoramik foto, print out foto intraoral dan berupa model cetakan gigi.

prajurit di kesatuan masing-masing kecuali yang sedang penugasan ke luar negeri dan prajurit yang datang ke Ladokgi R.E. Martadinata.

Setelah data antemortem gigi seluruh prajurit dikumpulkan, selanjutnya disimpan terpusat di Ladokgi R.E. Martadinata khususnya di Departemen Dokgimil. Data-data rekam medik atau data dalam odontogram ditransfer dalam aplikasi software. Juga data foto panoramik dan data foto digital.

Pemutakhiran data antemortem gigi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan urikkes, uji pemeriksaan kesehatan setiap tahun. Sehingga data tetap akurat karena selalu diperbarui.

“Program penyimpanan berbasis web, server antemortem tersimpan di mabes AL, terkoneksi dengan Ladokgi REM dan rencana pengembangan kedepan dapat terkoneksi ke satuan kerja di lingkungan Ladokgi REM di berbagai daerah dan satuan kesehatan di lingkungan TNI AL lainnya,” papar drg. Ridwan.

Aplikasi data antemortem gigi pada proses identifikasi

Identifi kasi memiliki tingkat validitas tinggi bila korban memiliki kesamaan data antemortem dengan data postmortemnya. Proses Identifi kasi sendiri meliputi lima fase, di mana setiap fasenya mempunyai keterkaitan satu sama lainnya.

Page 8: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

14 military dentistry edisi iii - 2015

Kelima fase tersebut terdiri dari : The Scene (olah tempat kejadian perkara), The Mortuary (autopsi mayat), Antemortem Information Retrieval (pengumpulan data antemortem), Reconcilliation (pencocokan data antemortem dan postmortem) dan Debriefi ng (analisa dan evaluasi jalannya proses identifi kasi).

Lebih rinci drg. Ridwan menjabarkan, olah TKP dilaksanakan oleh BASARNAS dalam bentuk pencarian korban, evakuasi ke RS Polri terdekat untuk dilaksanakan autopsi mayat. Proses autopsi ini dilakukan oleh 6 tim. Terdiri atas tim forensik odontologi, tim forensik sidik jari (Inavis), tim kedokteran forensik, tim antropologi forensik, ahli properti (Puslabor Polri), dan ahli DNA.

Data yang dihasilkan oleh keenam tim ini berupa data postmortem yang tertuang dalam formulir merah muda (pink form). Data tersebut akan dicocokkan dengan data antemortem.

Fase antemortem adalah pengumpulan data ciri-ciri korban atau orang hilang seperti ciri khusus tubuh, gigi geligi, tato, berat badan, tinggi badan, tindik, bekas

operasi, penanaman pen pada tulang, properti, behel gigi, pengambilan DNA pada keluarga.

“Ketika kita berbicara gigi geligi, itulah kontribusi yang disiapkan dan dilakukan oleh Departemen Dokgimil khususnya data antemortem gigi prajurit TNI AL. Di sinilah pintu masuk peran data antemortem gigi Dokgimil dalam rangka dukungan kesehatan gigi dan mulut untuk mengidentifi kasi korban bencana,” ujar drg. Ridwan.

Setelah mencocokkan data, masuklah pada fase rekonsiliasi. Berupa kegiatan rapat untuk membandingkan data antemortem dan postmortem. Bila cocok, berarti korban teridentifi kasi.

Cara mencocokkan ini ada dua metode identifkasi, yang pertama adalah metode primer terdiri atas data sidik jari, data gigi, dan DNA. Metode sekunder, mencocokkan data medis, mencocokkan properti yang dimiliki atau dipakai. Sementara itu rumus identifi kasi : apabila salah satu data primer cocok dan minimal 2 data sekunder cocok. Jmaka korban dapat teridentifi kasi.

military dentistry edisi iii - 2015 15

Fase terakhir adalah debriefi ng yaitu rapat evaluasi menyeluruh dari kasus yang terjadi. Sampai pada kesimpulan untuk mengeluarkan hasil berupa informasi tentang peristiwa tersebut.

drg. Ridwan menekankan, identifi kasi korban harus sesuai standar DVI (Disaster Victim Indentivication) yang sesuai dengan sertifi kasi Interpol, yaitu terpenuhinya prosedur 5 fase di atas.

Ketika tidak teridentifi kasi, bagaimana menerbitkan surat kematian? Seperti pada kasus Trigana Air beberapa waktu lalu dari 58 kantong mayat yang ada sebanyak 18 tas itu isinya debu, jadi tidak bisa teridentifi kasi dari berbagai aspek. Karena belum ada aturan UU mengenai hal ini, maka fatwa dari Mahkamah Agung menyatakan yang berhak mengeluarkan surat kematian adalah Gubernur.

Dari kelima fase itu yang paling berat adalah fase antemortem, karena ini menyangkut kepada keluarga pasien ketika akan didata tentang ciri-ciri korban,

sementara si keluarga ini sedang histeris, berduka, tidak stabil. Itulah sebabnya dibutuhkan peran tim psikologi sebagai pendamping keluarga, melakukan pendekatan pada keluarga korban tujuannya untuk menenangkan keluarga agar bisa kooperatif dengan tim identifi kasi.

Perlu diketahui ada enam tujuan identifi kasi, yaitu sebagai kebutuhan etis dan kemanusiaan terhadap keluarga; memastikan kematian secara resmi dan yuridis; kepentingan administratif; untuk kepentingan klaim dalam hukum publik dan perdata; klaim asuransi dan pensiun; sebagai awal penyelidikan.

“Selama tidak ada kejadian apapun, data antemortem seolah tidak berguna. Namun jika ada kejadian, justru data antemortem inilah yang sangat dibutuhkan. Hal ini terkait kewajiban hukum dan secara moral, untuk dikembalikan ke pihak keluarga, juga untuk klaim asuransi yang membutuhkan data identifi kasi,” pungkas drg. Ridwan.

Page 9: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

16 military dentistry edisi iii - 2015

HOT TOPIC

Perang dan bencana selalu membawa korban, termasuk korban nyawa manusia. Terkadang, puluhan tahun setelah bencana berlalu, masih ada duka mendalam terutama bagi keluarga yang kehilangan sanak dan saudara.

Beruntung bagi keluarga yang bisa menemukan sosok jenazah orang-orang dicintai, meski dalam kondisi tidak bernyawa. Bagaimana dengan mereka yang hanya kembali nama, tanpa bukti fi sik jenazah korban untuk dimakamkan secara layak?

16 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 17

Berikut adalah beberapa peristiwa perang dan bencana alam yang menyisakan ribuan korban yang tidak berhasil diidentifi kasi, dan

bagaimana peran DVI dalam identifi kasi korban.

Hampir dua puluh tahun setelah berakhirnya perang, nasib lebih dari 14.000 orang hilang di Bosnia and Herzegovina hingga kini masih belum jelas. Ketidakpastian berkepanjangan ini menyebabkan penderitaan yang tak terhitung untuk keluarga mereka.

The International Committee of the Red Cross (ICRC) atau Palang Merah Internasional adalah salah satu organisasi yang ikut terlibat dalam kasus-kasus penemuan orang hilang atau korban perang. ICRC sudah memulai tugas menemukan korban bahkan ketika perang itu sendiri masih berjalan. Untuk kasus perang Bosnia-Herzegovina, selama 2003 dan 2004, ICRC memimpin pengumpulan secara sistematis data antemortem untuk korban perang/orang hilang. Data antemortem ini membantu mengidentifi kasi sisa-sisa bagian tubuh korban yang digali dari kuburan massal.

Setiap keluarga diberi 200 pertanyaan untuk memperjelas hilangnya anggota

keluarga mereka, kemudian mengumpulkan barang-barang pribadi orang yang hilang dan memverifi kasi catatan medis dan gigi. Data ini kemudian digunakan untuk mengkonfi rmasi temuan-temuan dari pemeriksaan postmortem dan analisis DNA dari sisa-sisa tubuh korban yang masih tersisa. Korban yang memiliki kesesuaian data antemortem dan postmortem artinya terkonfi rmasi dan diserahkan ke keluarga mereka.

Bisa dibayangkan begitu panjang tugas ICRC ini karena mereka harus menghubungi lebih dari 12.200 orang yang melaporkan kehilangan kerabatnya. Dalam waktu 1 tahun, terkumpul data antemortem lebih dari 4.100 orang yang dinyatakan hilang. 10 tahun sejak perang berakhir, data ante-mortem ini berhasil membantu para ahli forensik mengidentifi kasi “hanya” 940 korban dari bagian tubuh mereka. Masih panjang jalan untuk semua korban berhasil diidentifi kasi semua dan rasanya mustahil.

military dentistry edisi iii - 2015 17

Page 10: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

18 military dentistry edisi iii - 2015

Pengalaman Australia dengan operasi DVI mereka yang sangat besar terjadi ketika dilakukan identifi kasi korban bom Bali di tahun 2002 (202 korban, 88 dari mereka warga negara Australia), tsunami tahun 2004, dan yang terbaru, Kebakaran Hutan pada bulan Februari 2009 (164 meninggal). Kedua bencana tersebut dikelola menggunakan sistem DVI Interpol.

Proses DVI modern yang melibatkan berbagai spesialisasi medis / ilmiah dan kepolisian, dan untuk insiden besar (lebih besar dari 50-100 korban) membutuhkan organisasi yang besar dan dukungan logistik. Australia pertama kali menggunakan sistem DVI Interpol skala besar sejak kasus bom Bali pada bulan Oktober 2002, dan sistem ini dikembangkan lebih lanjut dan ditingkatkan selama respon DVI setelah bencana tsunami 2004.

Proses identifi kasi korban bencana pada kasus-kasus ini meliputi tiga langkah : mengumpulkan data antemortem (AM), pengumpulan data postmortem (PM), dan merekonsiliasi data AM dan PM untuk membuat identifi kasi positif.

Pengumpulan data antemortem di Australia, berada di bawah kendali polisi unit orang hilang. Para peneliti dari unit ini mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang orang yang diyakini sebagai salah satu korban. Informasi yang dikumpulkan meliputi catatan gigi, sejarah patah tulang atau operasi, tato dan bekas luka atau apa pun yang mungkin membantu dalam membuat identifi kasi positif. Letnan Russell Lain (Staf Dokter Gigi di United Dental Hospital of Sydney Sydney dan juga staf khusus di Departemen Kedokteran Forensik Asutralia) dan William Saunderson

18 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 19

Tsunami dan Peran DVI ThailandContoh lain adalah kerja keras dan luar biasa dalam mengidentifi kasi lebih dari 5.000

korban Tsunami di Thailand (yang juga memakan ratusan ribu di Aceh) pada tahun 2004 lalu. Thailand mengerahkan protokol DVI Interpol, dan lebih khusus lagi perangkat lunak komputer dan perangkat keras untuk menangani jumlah besar seperti itu, maka operasi identifi kasi korban ini tidak akan mungkin terjadi. Bahkan jika kejadian ini terjadi 10 tahun sebelumnya, kemungkinan operasi sistematik ini juga diragukan akan terlaksana. Di Thailand, identifi kasi korban Tsunami merupakan operasi DVI terbesar untuk insiden tunggal yang dilakukan sampai saat ini.

(Staf Ahli di United Dental Hospital), adalah dua tokoh penting dengan pengalaman bertahun-tahun di DVI , dan mereka bertanggungjawab mengumpulkan catatan antemortem untuk dikirim dari Canberra ke Denpasar. Hebatnya, hanya dalam waktu 10 hari paska pengeboman, semua catatan antemortem yang tersedia telah dikumpulkan. Russell Lain kemudian terbang ke Bali.

Fase terberat pada kasus ini adalah mengumpulkan data postmortem karena

harus dilakukan pemeriksaan dengan hati-hati untuk setiap tubuh, melihat secara rinci adanya bekas luka, tato, fi tur anatomi yang khas, dan fi tur gigi. Proses paling lambat dari proses ini adalah mengumpulkan data gigi. Hal ini menjadi pelajaran penting bahwa untuk bencana masal di masa depan, untuk menghindari keterlambatan, maka keberadaan dokter gigi forensik yang terlatih jauh lebih banyak dibutuhkan daripada ahli patologi.

military dentistry edisi iii - 2015 19

Page 11: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

20 military dentistry edisi iii - 2015

STORY

Military Dentistry di Negara Tetangga,Military Dentistry di Negara Tetangga,Apa yang Bisa Kita Contoh?Apa yang Bisa Kita Contoh?

Restorasi gigi dengan gigi implan merupakan pilihan terbaik untuk mengganti gigi yang hilang. Gigi implan sangat efektif memperbaiki

fungsi mastifaktori dan kesehatan fi sik secara keseluruhan. Fungsi mengunyah bisa dikembalikan yang akan berdampak pada penyerapan nutrisi dengan baik. Sayangnya gigi implant sangat mahal karena membutuhkan material dan peralatan khusus sehingga sepertinya mustahil diberikan secara gratis untuk prajurit dan keluarganya.

ThailandProgram Gigi Implan untuk Prajurit

20 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 21

Tetapi Thailand berani membuat terobosan besar dengan membuat program pemasangan gigi implan untuk prajurit. Kolaborasi antara Divisi Dental dari Royal Thai Army Medical Department dan Kementerian kesehatan Thailand, bisa dibuat sebuah proyek yang menawarakan pemasangan gigi implant secara gratis atau cuma-Ccma kepada prajurit dan keluarganya yang membutuhkan, namun secara biaya tidak mampu.

Proyek ini dikembangkan berkat inspirasi dari Raja Thailand yang mengatakan bahwa kasus gigi tanggal berdampak pada ketidakbahagiaan, di mana nikmat makan jadi terganggu dan berdampak pada kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Proyek gigi implan untuk prajurit ini sudah dimulai sejak 2008 lalu dan sampai saat ini sudah lebih dari 500 implan dipasangkan ke prajurit dan keluarganya yang membutuhkan. Hebatnya, saat ini program diperluas untuk veteran, prajurit yang terluka saat menunaikan tugas, dan prajurit yang berisiko tinggi.

Biaya yang dikeluarkan pemerintah Thailand tentu tidak murah. Tetapi apa dampaknya? Dari hasil pengamatan selama 5 tahun paska program dijalankan, setidaknya ada dua hal positif yang didapat. Pertama, kualitas hidup prajurit meningkat dan kedua, para dokter gigi yang ikut ambil bagian dalam proyek ini mendapatkan pengalaman untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam pemasangan gigi implant.

Senyum di PerbatasanSelain gigi implan gratis untuk prajurit,

Thailand juga memiliki program yang tidak kalah menarik yakni perawatan gigi secara menyerluruh untuk prajurit mereka yang bertugas di area perbatasan. Sakit gigi, gigi

tanggal, dan gingivitis merupakan masalah gigi sehari-hari yang dijumpai di semua lapisan masyarakat, termasuk prajurit yang bertugas di area perbatasan.

Thailand selama ini sudah memiliki pelayanan kesehatan gigi keliling menggunakan mobil, terutama untuk wilayah Thailand bagian utara, di mana akses ke pelayanan kesehatan cukup jauh. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Kamboja dan Laos. Sebelum dilakukan pelayanan “jemput bola” ini, kualitas hidup para prajurit di perbatasan Thailand sangat buruk akibat penyakit gigi dan mulut.

Program “Bringing Border the New Smiles” dicanangkan dengan dipelopori Departemen Gigi dan Mulut dari Fort Suranaree Hospital, yang merupakan rumah sakit terbesar dan terlengkap di wilayah Thailand Utara. Program ini meliputi pemeriksaan dan perawatan gigi gratis pada para prajurit.

Untuk memaksimalkan program, sebuah bus disulap menjadi klinik gigi berjalan lengkap dengan dental unit dan peralatan standar perawatan gigi. Fasilitas ini jauh lebih efektif daripada dental unit mobile, terutama untuk tindakan operasi dan bedah minor. Tak hanya untuk prajurit Thailand di perbatasan, bahkan penduduk Laos dan Kamboja di sekitar perbatasan pun bisa mendapatkan pelayanan ini.

Gigi sehat berarti fungsi mengunyah akan kembali normal, selain tampilan gigi yang lebih indah. Hasil dari program ini adalah kepuasan yang dirasakan para prajurit Thailand dan penduduk sekitar perbatasan, karena memiliki akses mudah ke pelayanan gigi. Tetapi dampak yang lebih besar lagi adalah mempererat hubungan antar negara bertetangga yang seringkali mudah terusik.

military dentistry edisi iii - 2015 21

Page 12: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

22 military dentistry edisi iii - 2015

Stomatologi adalah ilmu spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan mulut dan penyakit-penyakitnya. Pemerintah Tiongkok, sebagai negara berpenduduk terbanyak di muka bumi ini, tidak melupakan pentingnya sejarah kedokteran gigi, dengan mendirikan museum Stomatologi. Museum ini didirikan untuk menyimpan semua cerita sejarah kedokteran gigi di Tiongkok yang tentunya sudah berumur ribuan tahun.

Awalnya museum Stomatologi Tiongkok ini didirikan sebagai bagian dari School History Museum, pada tahun 2007. Tetapi sejak Oktober 2010, museum stomatologi direnovasi, diperluas dan menjadi museum sendiri.

Di museum seluas 539 meter persegi ini, tersimpan 3.500 benda koleksi, terbagi dalam 14 bidang sejarah, termasuk sejarah kedokteran gigi di dunia. Salah satu koleksi berharga museum ini adalah fosil binatang dari jaman 20 juta tahun lalu yang masih lengkap susunan gigi geliginya. Tak heran jika museum ini menjadi salah satu museum terlengkap di Tiongkok.

Sejak dibuka untuk umum, museum Stomatologi menjadi salah satu museum yang paling banyak dikunjungi, menjadi tempat belajar tentang riwayat kedokteran gigi di masa lalu. Anak muda dan dokter gigi masa kini bisa belajar banyak dan mencari inspirasi dari museum ini.

Tiongkok dan Museum Stomatologi

22 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 23

Kasus dan kejadian Dental Emergency (DE) di dunia militer sudah terdokumentasi dengan baik, khususnya di negara maju. Jepang merasa, kemampuan penanganan DE untuk korps tentara mereka masih belum maksimal, terutama selama misi keluar negeri. Oleh karena itu Japan Maritime Self-Defense Force (JMSD) mulai melakukan

penelitian tentang kegawatdaruratan dental.

Bagi JMSD, dentel emergency harus dibuat seminimal mungkin karena tidak selalu petugas kesehatan gigi diikutsertakan atau dikirim ke misi operasi militer. Penelitian yang dilakukan JMSD diharapkan bisa mencatat dan mengumpulkan data penting tentang dental emergency selama penugasan ke luar negeri, mulai dari jumlah kasus dental emergency, bagaimana menanganan dental emergency tingkat dadar maupun lanjut dan dampak dental emergency selama misi. Temuan hasil studi diharapkan bisa menjadi dasar untuk misi-misi selanjutnya ke luar negeri, apa yang harus disiapkan.

Jepang Perkuat Dental Emergency

military dentistry edisi iii - 2015 23

Page 13: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

24 military dentistry edisi iii - 2015

PROFILE

Sambutan hangat dan sapaan ramah drg. Lita menyambut Military Dentistry di Akademi Teknik Gigi Yayasan Nala, Jakarta. Memasuki masa purna bakti, dirinya masih

aktif mengikuti berbagai kegiatan di lingkungan TNI AL. Sejumlah agenda menanti dokter gigi kelahiran Jakarta, 24 Agustus 1957 ini.

Lebih dari satu jam, di sela waktu rehat siang itu obrolan santai mengalir. Ibu dari Yurizka Anindita, Navaldy Dwiki Septian, dan Oktasega Distakurnia ini bercerita banyak hal, mulai dari karier hingga romantika keluarganya.

Penasaran, itulah alasan mendasar sulung dari tiga bersaudara ini memilih dokter gigi sebagai profesi. Sebagai kakak, Lita muda kerap diminta mengantar adiknya ke dokter yang sering sakit gigi. Saking seringnya bolak balik ke klinik gigi, Lita penasaran apa sih yang dikerjakan dokter gigi di dalam kliniknya. Rasa penasaran yang membuncah inilah, kelak mengantarkannya menjadi seorang dokter gigi.

Menjaga Kepercayaan Keluarga

24 military dentistry edisi iii - 2015

Laksamana Pertama (Pur) TNIDrg. Lita Agustia, MH.Kes

Lebih dari tiga dekade, drg. Lita Agustia, MH. Kes

mengabdikan dirinya pada TNI Angkatan Laut. Sempat

ingin mundur dari dunia militer demi keluarga. Namun, dukungan keluarga pula yang mengurungkan niat tersebut. Hasilnya, pencapaian karier yang melampaui impiannya.

military dentistry edisi iii - 2015 25

Setelah menamatkan pendidikan kedokteran gigi tahun 1983, atas saran seorang kerabat, drg. Lita ikut Wajib Militer (Wamil). Nama besar Ladokgi semakin menambah motivasinya untuk bergabung dengan korps Angkatan Laut. Usai menempuh pendidikan militer selama 4 bulan di Lembang dan 1 bulan di Surabaya, drg. Lita ditugaskan di Mabes AL selama 6 tahun.

Tahun 1986 drg. Lita menikah dengan Surya Perdamaian, SH., MH seorang hakim yang kemudian ditugaskan di Sabang. Mengikuti suami, drg. Lita ditugaskan di RS TNI AL Sabang. Delapan tahun di sana, dirinya dimutasi ke Belawan selama 5 tahun, menjadi Kepala RSAL Belawan, selanjutnya dimutasi menjadi Kadiskes Lantamal I Belawan. Mutasi berikutnya ke Makassar menjadi Kadiskes Lantamal 4 selama 6 bulan.

Tahun 2005 kembali ke Jakarta dengan menjadi Kadepjang Ladokgi R.E. Martadinata Ladokgi dengan pangkat Letkol. Enam bulan kemudian naik pangkat menjadi Kolonel, jadi Kadep Diklat selama 2 tahun, lalu Kadepklinik. Kemudian Sekdis Diskesal 2012-2013. Lalu naik pati sahli bidang ekonomi dan manajemen 10 bulan. Kemudian menjadi Kaladokgi selama 9 bulan dengan pangkat Laksamana Pertama atau Bintang Satu. Inilah pencapaian tertinggi dalam karier kemiliterannya.

“Tidak terpikir bisa jadi Kaladokgi. Waktu awal masuk militer memang ingin sekali jadi bagian dari Ladokgi, saat itu Kaladokgi nya drg. Liem, sedang gencar-gencarnya mengadakan pendidikan ke luar negeri. Saya berharap bisa jadi salah satu yang dikirim ke sana. Namun jalan yang mesti saya lalui berbeda. Karena sudah menikah, sulit untuk meninggalkan keluarga,” drg. Lita bercerita.

Tidak hanya itu, ibu tiga anak ini menjadi Kaladokgi wanita pertama, Karumkit dan Kadiskes wanita pertama dan dokter gigi pertama yang menempati jabatan itu. Menjadi yang serba pertama, selain rasa bangga karena diberi kepercayaan, yang terpikir olehnya bagaimana harus menjaga amanah ini dengan baik dan penuh tanggung jawab.

“Saya tidak pernah bermimpi untuk meraih pangkat bintang. Tidak ambisius, berkarier mengalir saja,” ujarnya merendah.

Baginya, hanya rasa syukur yang terpanjang manakala dirinya dipercaya untuk bisa menjadi seorang Laksamana Pertama. Semua ini tidak lepas dari dukungan pimpinan, rekan kerja, dan terutama keluarga.

military dentistry edisi iii - 2015 25

Page 14: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

26 military dentistry edisi iii - 201526 military dentistry edisi iii - 2015

Niat mundur yang tak direstui

Bicara keluarga, drg. Lita tahu betul pentingnya keberadaan keluarga dalam mendukung kariernya.

Sang suami yang kini menjabat sebagai sebagai Hakim Tinggi di Pengadilan Tinggi Denpasar, Bali, sangat memahami peran sang istri termasuk ketika tak bisa mendampinginya. Profesi keduanya menuntut mereka untuk siap ditempatkan di mana saja bahkan di kota yang berbeda.

“Sudah komitmen kami sejak awal menikah untuk tetap mengutamakan keluarga tanpa mengesampingkan pekerjaan dan karier masing-masing,” ujar ahli hukum kesehatan lulusan Universitas Soegijapranata ini.

Saat di Sabang, drg. Lita sempat berniat mundur dari militer, ingin lebih fokus jadi dokter dan mengurus keluarga. Namun suami melarang niat tersebut. Beliau tidak ingin sang istri berhenti dari militer hanya karena dirinya.

“Karena suami tahu persis, saya sangat mencintai dunia militer. Inilah dukungan luar biasa yang ternyata membuat jalan hidup saya sampai pada tahap seperti ini,” tegas drg. Lita.

Selama 31 tahun berkarier di dunia militer dengan segala romantikanya, drg. Lita berpesan kepada para juniornya, “Dalam masa pengabdian, semua hal bisa saja terjadi, apapun itu jalani dengan serius, sungguh-sungguh dan ikhlas. Niscaya Anda akan menjadi seseorang yang bahkan belum pernah diimpikan. Setiap sandungan hambatan yang dihadapi, jadikan sebagai ujian, anggap saja anak tangga untuk bisa sampai pada tahap yang lebih baik,” pesannya bijak.

Satu keluarga empat kota

Yang terpikir oleh drg. Lita, selama berkarier di militer, dirinya dibatasi oleh aturan protokoler dari instansi, siap ditugaskan di daerah mana saja, sehingga tidak bisa bebas mendampingi suami. Walhasil keduanya berjalan sendiri-sendiri dengan penugasan masing-masing.

Sampai jadi Kaladokgi keluarganya tinggal terpisah, hal ini sudah jadi komitmen sejak awal. Beruntung sang suami tidak keberatan kalau istrinya tidak selalu mendampingi tugasnya. Hanya sesekali jika memang kehadiran istri dibutuhkan, drg. Lita terbang ke daerah tempat suami bertugas sebagai hakim. Jika waktunya bentrok, beliau lebih memilih tugas kemiliteran daripada menghadiri seremoni di lingkungan pekerjaan suami yang sudah dimutasi kesejumlah daerah di antaranya Batam, Medan, Makassar, dan Bali.

Pada perjalanannya, ternyata bukan hanya suami istri ini yang mesti berpisah kota, anak-anakpun demikian. Si sulung kuliah di Bandung, anak kedua kuliah di Semarang, dan si bungsu tinggal bersama sang ibu di Jakarta, ayah mereka di Bali. Hasilnya, keluarga ini menyebar di empat kota berbeda.

drg. Lita berasumsi, itulah sebabnya ketiga anaknya tidak mengikuti jejak karier ayah atau ibunya. “Mungkin khawatir merasakan hal yang sama, hidup sekeluarga tapi terpisah-pisah...hahaha,” ujarnya berkelakar.

Kendati demikian, homebase mereka tetap di Jakarta. Kunjungan orangtua dan anak-anak tergantung kebutuhan dan penugasan. Bergantian menyambangi satu sama lain menjadi rutinitas keluarga ini. Tak heran, aktivitas mereka lebih sering di bandara dan pesawat, mondar mandir dari satu kota ke kota lain. d rg. Lita menjadi

military dentistry edisi iii - 2015 27

yang paling sibuk untuk urusan ini. Seorang kerabat pernah menyindirnya, untuk membuka biro travel mengingat kebutuhan berpindah kota bagi keluarga ini sangat besar.

“Itu sebabnya kami tak punya foto keluarga secara resmi dengan personel lengkap,” drg. Lita mengakui seraya terkekeh. Terbukti kala Military Dentistry meminta foto keluarga, mereka baru tergerak untuk melakukan sesi foto khusus di studio. Tentu saja dengan penyesuaian jadwal yang rumit dan penuh drama.

Sebab bagi keluarga ini, selain saat puasa dan lebaran, nyaris tak ada momen kumpul bersama keluarga dalam waktu yang lama. Ritual pulang kampung saat puasa dan lebaran dalam waktu yang lebih panjang, jadi kompensasi dari keterpisahan mereka.

Karena dijalani dengan ikhlas, keluarga ini sangat menikmati. Anak-anakpun mandiri dengan jalan hidup masing-masing. Sejak kecil mereka sudah terbiasa ditinggal

orangtua atas nama panggilan tugas. Orangtua tetap memantau perkembangan ketiga buah hatinya lewat telepon.

Kepercayaan, itulah kunci suksesnya menjaga keharmonisan dan kehangatan keluarga ini kendati tinggal terpisah.

“Kepercayaan pada pasangan, harus dari kedua pihak. Begitu pula pada anak-anak, memberikan kepercayaan dan tanggung jawab yang sama besarnya,” drg. Lita menyampaikan resepnya.

Bersyukur anak-anak mengerti posisi orangtuanya, mereka berkomitmen menjaga kepercayaan yang diberikan, berjanji tidak akan membuat malu keluarga. “Alhamdulillah sejauh ini berjalan lancar tanpa masalah. Kami tetap bahagia dengan kondisi seperti ini. Walaupun tidak tinggal bersama dalam satu rumah, komunikasi, kehangatan, perhatian tetap ada. Bagi kami yang penting adalah kualitas bukan kuantitas pertemuan,” pungkas drg. Lita menutup obrolan santai siang itu.

Page 15: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

28 military dentistry edisi iii - 2015

Pada tanggal 29 Agustus 2015 lalu, dilaksanakan Serah Terima Jabatan (Sertijab) Kepala Lembaga Kedokteran Gigi TNI Angkatan Laut,

R.E Martadinata Jakarta, dari Kaladokgi lama Laksamana Pertama TNI drg. Lita Agustia, MH.Kes kepada Kaladokgi baru, Kolonel Laut drg. Bambang Sucahyo, Sp.Ort

drg. Lita Agustia, MH.Kes, memasuki masa purnabakti. Penggantian Kaladokgi merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkala sebagai bagian dari mutasi jabatan di Ladokgi R.E Martadinata.

Kegiatan Sertijab Kaladokgi berjalan khidmat dan singkat di lapangan apel Ladokgi R.E Martadinata, dihadiri oleh sejawat di lingkungan Ladokgi R.E. Martadinata dan undangan terbatas. Sebagai Kaladokgi yang baru, Kolonel Laut drg. Bambang Sucahyo, Sp.Ort sama halnya Kaladokgi sebelumnya adalah membawa Ladokgi R.E Martadinata sebagai pusat rujukan kesehatan gigi dan mulut yang semakin berkualitas dan mampu melahirkan tenaga-tenaga kesehatan kedokteran gigi yang handal dan dapat bersaing di kancah nasional dan internasional.

Foto bersama antara Aspers Kasal bersama Kaladokgi R.E. Martadinata dan Laksamana Pertama TNI drg. Lita Agustia, MH.Kes.

penyematan tanda jabatan kaladokgi R.E. Martadinata oleh Aspers Kasal, Laksamana Muda TNI Djoko Teguh Wahojo, S.H., S.E., M.M.

Penandatanganan berita acara serah terima jabatan Kaladokgi R.E. Martadinata

Asisten Personel (Aspers) Kasal, Laksamana Muda TNI Djoko Teguh Wahojo, S.H., S.E., M.M. membacakan amanat pada upacara sertijab Kaladokgi R.E. Martadinata

28 military dentistry edisi iii - 2015

Eventnt

military dentistry edisi iii - 2015 29

melaksanakan pelatihan selama 4 hari berturut-turut, dimulai tanggal 13 Agustus 2015 sampai 16 Agustus 2015.

Puncak pelaksanaan PITA Ladokgi yaitu seminar dokter gigi yang dilaksanakan pada tanggal 10 – 11 September 2015. Mengangkat tema “Peningkatan Kompetensi Dokter Gigi Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”, seminar ini mampu menghadirkan ratusan peserta yang hadir dengan aktif mengikuti seminar dan hands-on selama 2 hari tersebut. Pembicara yang dihadirkan sangat berkelas dan kompeten di bidangnya masing-masing. Rangkaian kegiatan PITA Ladokgi R.E. Martadinata 2015 ini diakhiri bersamaan dengan berakhirnya seminar dokter gigi. Kepala Ladokgi Kolonel Laut drg. Bambang Sucahyo, Sp. Ort, menutup seluruh rangkaian kegiatan PITA Ladokgi 2015.

Menyambut Masyarakat Ekonomi Asean tahun 2020, Lembaga Kedokteran Gigi (Ladokgi) TNI-AL R.E. Martadinata

sebagai pusat rujukan kesehatan gigi dan mulut, merasa bertanggung jawab untuk meningkatkan standar pelayanan kesehatan sehingga mampu bersaing dengan tenaga kesehatan dari negara lain. Melalui kegiatan rutinnya, Ladokgi R.E. Martadinata menyelenggarakan Pekan Ilmiah Tahunan (PITA) 2015, dan mengangkat tema “Peningkatan Kompetensi Tenaga Medis Gigi Pada Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Kegiatan yang diketuai oleh Letkol Laut drg. Toni, Sp. BM ini dilaksanakan dalam bentuk seminar kedokteran gigi, pelatihan kegawatdaruratan perawat serta seminar tekniker gigi.

Rangkaian kegiatan Pita Ladokgi diawali dengan pelaksanaan seminar tekniker gigi pada tanggal 7 Agustus 2015. Selain menghadirkan pembicara lokal yang kompeten dalam bidangnya, seminar ini juga menghadirkan pembicara dari Belanda, yaitu Mr. Simon Ashworth. Kegiatan PITA Ladokgi dilanjutkan dengan pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS), yaitu kegawatdaruratan medis khusus perawat. Bekerja sama dengan tim dari Gadar 119, sebanyak 40 orang perawat

military dentistry edisi iii - 2015 29

Page 16: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

30 military dentistry edisi iii - 2015

ADVERTORIAL

Gigi berlubang disebabkan oleh kondisi kebersihan gigi dan mulut yang tidak terpelihara dengan baik. Misalnya,

mengabaikan kebiasaan menyikat gigi minimal dua kali sehari, ditambah sering mengonsumsi makanan manis dan lengket. drg. Dr. Mochamad Fahlevi Rizal, SpKGA(K), praktisi kesehatan gigi yang juga merupakan pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia menjelaskan, sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan dengan benar, akan mengundang kuman jahat membentuk plak. Plak adalah lapisan lengket, berwarna hampir putih susu dengan tekstur tak beraturan yang menjadi tempat berlindung dan berkembang biak kuman jahat di dalam mulut.

Ketika sisa makanan yang mengandung glukosa, sukrosa, laktosa dan lain-lain tinggal di dalam mulut, alias tidak dibersihkan, bakteri penyebab plak akan memfermentasinya menjadi zat asam. Email gigi akan dengan mudah terkikis oleh zat asam tersebut.

Tanda awal gigi berlubang (karies) adalah munculnya bercak putih susu pada gigi. Artinya bagian email tersebut sudah terdemineralisasi. Nantinya akan berlanjut menjadi gigi berlubang. Lubang pada gigi tidak boleh didiamkan. Proses perusakan dapat melebar, lubang semakin besar dan dalam, dan akhirnya syaraf ikut terinfeksi. Timbulah sakit gigi.

30 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 31

Tindakan terbaik adalah pencegahan agar gigi tetap sehat. Caranya, dengan tidak terlalu banyak mengkonsumsi makanan mengandung karbohidrat dan manis seperti permen, cokelat untuk camilan, yang banyak mengandung sukrosa atau laktosa. Menyikat gigi dua kali sehari secara teratur wajib hukumnya. Sikat gigi yang baik dilakukan pada pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Idealnya dilakukan selama kurang lebih dua menit.

Untuk menyempurnakan kebersihan gigi, perawatan dilanjutan dengan penggunaan mouthwash berantiseptik. Mouthwash dapat membantu membersihkan bakteri dan kuman jahat di dalam mulut secara lebih menyeluruh. Bukan hanya yang hidup di dalam plak tetapi juga yang hidup lepas di dalam rongga mulut. Berkumur baik dilakukan setiap habis menyikat gigi.

Pilih mouthwash dengan kandungan antiseptik alami namun efektif menembus lapisan biofi lm plak dan mengurangi kuman dalam mulut. Salah satu mouthwash dengan karakteristik tersebut adalah .

memiliki formula unik dengan kandungan antiseptik alami berupa empat minyak atsiri yaitu thymol, eucalyptol, menthol dan methyl salicilate. Keempatnya bersinergi efektif melawan 99,9% kuman, memberikan kesegaran pada mulut dan melindungi gigi dari masalah-masalah yang disebabkan plak.

Berkumur dengan 20 ml cairan selama 30 detik akan menghindarkan Anda dari gigi berlubang, karang gigi, radang gusi dan bau mulut. Kandungan fl uoride membuat email gigi semakin kuat dan mencegah gigi berlubang. Sementara kandungan zinc akan menghambat pertumbuhan plak gigi. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Karena itu, adopsi kebiasaan baik yang dapat merawat keutuhan gigi. (Adv)

military dentistry edisi iii - 2015 31

Rasa sakit, ‘senut-senut’ pada gigi yang tak kunjung hilang biasanya menjadi alarm bagi diri Anda bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada gigi. Rasa sakit pada gigi masih dianggap sebagai masalah kesehatan yang sepele. Penanganan seringkali dilakukan secara sederhana saja di rumah. Misalnya dengan menggunakan minyak cengkih, berkumur dengan larutan garam hangat, atau menggunakan pain killer. Setelah sakit reda, tidak ada penanganan lebih lanjut yang dilakukan.

Padahal, menurut drg Fahlevi, tindakan terbaik adalah berobat ke dokter gigi. Dokter gigi akan mencari sumber nyeri dan merawat lebih lanjut gigi yang berlubang. Masalah gigi berlubang tidak boleh dianggap sepele. Gigi merupakan salah satu organ yang membantu pencernaan. Rusaknya struktur jaringan gigi akan mempengaruhi kesempurnaan pencernaan. Proses kerusakan pada gigi berlubang juga dapat meluas, menjadi semakin dalam dan akhirnya gigi tidak dapat terselamatkan. Gigi yang sudah busuk atau mati harus dicabut. Anda pun kehilangan satu gigi.

Gigi yang tanggal menjadikan gigitan antara gigi atas dan bawah tidak baik sehingga mengunyah menjadi sulit dan terasa tidak nyaman. Selain itu mempengaruhi estetika. Mengabaikan gigi berlubang juga memiliki efek jangka panjang bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan.

"Pada gigi berlubang berarti ada akumulasi kuman yang meningkat dalam jumlah yang lebih banyak dan aktif. Akumulasi kuman ini bisa menyebar ke gigi sebelahnya atau bahkan dapat menyebar ke organ - organ tubuh lainnya, seperti jantung dan paru - paru, sehingga hal ini dapat menginfeksi organ-organ tersebut". terang dokter gigi yang juga menekuni kesehatan dan perawatan gigi anak ini.

Page 17: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

32 military dentistry edisi iii - 2015

NEWS

32 military dentistry edisi iii - 2015

Konfrensi SDFDS 2015Bangkok, Thailand

FDI World Dental Federation yang mewakili sekitar 200 asosiasi gigi nasional dan perkumpulan-perkumpulan spesialis,

menyelenggarakan Kongres Tahunan di Bangkok, pada 22-25 September 2015 lalu. Salah satu seksi kongres FDI adalah konferensi SDFDS (Section of Defence Forces Dental Services) yang merupakan bagian dari Kongres Tahunan FDI.

Ipadokgimil mengirimkan 19 delegasi yang terdiri dari personil kedokteran gigi militer gabungan dari tiga kesatuan, Angkatan Laut, Darat dan Udara. Tema konferensi SDFDS kali ini adalah ‘Defence forces dental services in the 21st century’. Perhelatan khusus kedokteran gigi militer ini berlangsung selama dua hari untuk program simposium ilmiah di mana semua partisipan dari berbagai negara saling berbagi kemajuan pengalaman di bidang kedokteran gigi militer di negara masing-masing. Delegasi Indonesia menampilkan

dua pembicara untuk memaparkan makalah dalam acara ilmiah ini,

Program ilmiah dilanjutkan dengan kunjungan sehari ke fasilitas-fasilitas militer di Thailand. Konferensi SDFDS di Bangkok ini diselenggarakan oleh Asosiasi Dokter Gigi Thailand bekerjasama dengan Departemen Kedokteran dari Angakatan Laut, Udara dan Darat serta Kepolisian Thailand serta Kementerian pertahanan Thailand.

Saat ini SDFDS diketuai Zhao Yimin dari Tiongkok. Peran dan tanggungjawab SDFDS adalah menyelenggarakan forum tingkat dunia untuk berbagi ide, inovasi dan konsep dalam bidang Defence Forces Dental services.

Di hari terakhir, delegasi SDFDS bergabung dengan peserta FDI World Dental Federation. FDI 2015 di Bangkok terselenggara dengan sangat baik di mana tuan rumah memberikan fasilitas dan dukungan terbaik untuk peserta sehingga menjadi pengalaman ilmiah yang tidak terlupakan.

military dentistry edisi iii - 2015 33military dentistry edisi iii - 2015 33

Page 18: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

34 military dentistry edisi iii - 2015

DENTIST STORY

Sebagai negara yang rawan bencana, Indonesia dijadikan

laboratorium bencana bagi negara maju. Begitu banyak bencana yang terjadi baik kecelakaan massal atau

mass disaster maupun bencana alam yang memerlukan identifi kasi

korban.

34 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 35

Masih hangat dalam ingatan kita sejumlah tragedi jatuhnya pesawat terbang yang memakan banyak korban jiwa.

Sebut saja, kecelekaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak, Bogor pada hari Sabtu, 9 Mei 2012 yang menewaskan 45 orang dari berbagai Negara. Sebelumnya, tragedi jatuhnya pesawat Air Asia di Selat Karimata pada tanggal 29 desember 2014. Juga jatuhnya pesawat Hercules C 130 TNI pada 30 Juni 2015 di Medan yang menewaskan 149 orang, terakhir kejadian pesawat Trigana Air yang menabrak pegunungan Oksibil di Papua pada 15 Agustus 2015 yang menewaskan 54 orang.

Dalam setiap tragedi tersebut, setelah titik kejadian ditemukan, tim DVI Indonesia bergerak ke lokasi. Untuk segera melakukan identifi kasi korban yang sudah berhasil dievakuasi oleh tim gabungan BASARNAS, TNI, dan Kepolisian.

“Identifi kasi ini dibutuhkan agar korban bisa dikembalikan kepada pihak keluarga. Hal ini tak lepas dari bentuk tanggung jawab moral kami selaku anggota tim DVI Indonesia yang mempunyai semboyan “Respectus De Mortui“ yang artinya menghormati orang yang telah meninggal,” ujar Muh. Arifi n, drg., Sp.Ort, Mayor Laut (K) kepada majalah Military Dentistry.

Menurutnya, tanggung jawab moral tersebut diwujudkan dalam kegiatan identifi kasi dan menempatkan serta mengembalikan korban kepada pihak keluarganya untuk bisa disemayamkan secara layak sebagai manusia. Jadi tidak asal-asalan memberikan jenazah kepada bukan keluarganya.

Identifi kasi korban meninggal yang dilakukan tentu saja tidak sekadar mencari kecocokan, namun harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. drg. Arifi n mencatat ada dua metode dalam identifi kasi yaitu metode primer dan metode sekunder. Metode primer bisa melalui sidik jari, catatan gigi dan analisis DNA sedangkan metode sekunder bisa meliputi data medis, fotografi dan properti.

“Pada metode primer yang melalui sidik jari selama ini sering tidak dapat diambil data postmortemnya karena kondisi korban ada yang hangus terbakar ataupun sudah melepuh dan rusak. Seperti pada kejadian Sukhoi Aircrash seluruh korban kami temukan dalam keadaan hancur dan hangus, sedangkan untuk kondisi gigi rata-rata masih relatif bagus walaupun sebagian besar juga rahangnya hancur,” papar dokter kelahiran yang lahir di Karanganyar, 22 Agustus 1975 ini.

military dentistry edisi iii - 2015 35

Page 19: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

36 military dentistry edisi iii - 2015

“Namun,” lanjutnya lagi, “Masih ada korban dengan gigi yang menempel di rahang yang bisa dijadikan data post mortem. Hal ini sangat menentukan bisa teridentifi kasinya korban. Mengingat gigi merupakan organ yang sangat tahan terhadap suhu panas dan tahan terhadap trauma.”

Selain itu, sifat gigi yang sangat individual, kemungkinan sama 1:2 milyar manusia di dunia ini. Karenanya gigi bisa menjadi data primer dalam proses identifi kasi. "Untuk senjata pamungkas apabila dari sidik jari dan gigi tidak bisa teridentifi kasi maka kami menggunakan metode DNA sebagai alternatif terakhir, akan tetapi ini membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lebih lama,” tukas spesialis ortodonti yang menamatkan pendidikan spesialisnya di FKG UNPAD 2015 ini.

Khusus untuk gigi, harus ada catatan antemortemnya, karena gigi tidak akan

berguna seandainya dalam proses identifi kasi, korban tidak memiliki catatan antemortem tersebut. Sebab dalam tahapan rekonsiliasi proses identifi kasi dilakukan pencocokan data antemortem dan postmortemnya, apabila ada kecocokan antara data antemortem dan postmortem, maka itu sudah bisa dikatakan teridentifi kasi.

Data antemortem bisa terdiri dari catatan medis gigi, foto rongten periapikal maupun panoramik, sehingga sangat diharapkan dalam pencatatan rekam gigi harus benar cara menulisnya sesuai dengan standard Federation Dentaire Internationale (FDI) yang sudah dibuat oleh Kementrian Kesehatan dalam guideline penulisan Panduan Rekam Medik Kedokteran Gigi Tahun 2014, yang dapat diunduh http://pbpdgi.or.id/?sdm_downloads=rekam-medik-kedokteran-gigi-2014.

Ketika korban teridentifikasi lewat gigiSebagai pakar, drg. Arifi n tahu betul

peran gigi dalam proses identifi kasi tidak bisa dipandang sebelah mata. “Karena dalam pengalaman operasi DVI Sukhoi Superjet 100 Aircrash yang saya ikuti langsung selama dua minggu tersebut, menunjukkan bahwa dari sekian banyak korban yang ada, korban pertama kali teridentifi kasi pada operasi ini adalah melalui gigi.”

“Karena si korban tersebut memiliki data foto panoramik antemortemnya, begitu kami lakukan pengambilan foto pada gigi-gigi korban yang masih ada di rahangnya dengan foto periapikal dengan menggunakan alat rontgen portable, kami dapatkan foto rontgen postmortemnya, sehingga tinggal kami proses dan cocokkan pada tahap rekonsiliasi,” ujar dokter yang mengikuti Sepa Perwira Karier TNI tahun 2000 ini menceritakan pengalamannya beberapa tahun silam.

Saat foto rontgen antemortem dicocokkan dengan foto rontgen postmortem, bila terdapat kesamaan dalam foto tersebut maka bisa disimpulkan bahwa korban sudah teridentifi kasi.

“Karena itulah peran data antemortem gigi sangatlah penting dalam ikut serta menentukan teridentifi kasinya korban,” tegas dokter yang tercatat sebagai peserta International Dental DVI Management Course and Forensic Dentistry di JCLEC (Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation) Semarang Angkatan ke 3 tahun 2010 lalu.

Berikut sebagian gambar dokumentasi sewaktu drg. Arifi n ikut serta dalam operasi DVI Indonesia dalam rangka identifi kasi korban pada jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak, Bogor pada 9 Mei 2012 lalu.

36 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 37

Proses pengambilan foto rongsen pada korban Hasil foto rongsen korban postmortem

Pengambilan data antemortem korban kecelakaan sukhoi lewat foto panoramik

Proses tahapan rekonsiliasi pencocokan foto rongsen korban antemortem(AM) dan postmortem(PM)

military dentistry edisi iii - 2015 37

Page 20: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

38 military dentistry edisi iii - 2015

DENTAL CARE

Condylectomy Sebagai Alternatif Terakhir Penatalaksanaan Fraktur Procesus Condiloydeus Mandibula

Jangan abaikan trauma pada rahang atau istilah medisnya Temporomandibular Disorder (TMD). Sebab bila tidak segera ditangani dengan tepat akan berdampak fatal dan penanganannya harus melalui tindakan operasi.

drg. Tony Agust Purnomo, Sp.BM.

military dentistry edisi iii - 2015 39

Ankilosis sendi temporomandibular paling sering terjadi disebabkan trauma yang tidak tertangani dengan baik. Indikasinya pasien

mengalami keterbatasan gerak pada rahang bawah.

drg. Tony Agust Purnomo, SpBM, Bagian Bedah Mulut Ladokgi RE. Martadinata menjelaskan, fraktur mandibula dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu fraktur tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan jaringan keras maupun jaringan lunak, dan fraktur dengan terbukanya tulang dan kerusakan yang hebat dari jaringan keras maupun lunak. Ini bisa berasal dari luka peluru dimasa perang, kecelakaan kerja dan lalu lintas, berupa trauma langsung dari benda tajam, benturan dengan kecepatan tinggi. Kasus paling sering ditemui adalah fraktur tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan jaringan keras maupun jaringan lunak.

Ada lagi fraktur processus condyloydeus adalah patah sendi mandibula di mana terdapat diskontinuitas tulang mandibula regio superiorgaris yang memanjang dari sigmoid notch ke batas posterior mandibula. Fraktur ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja dibandingkan dengan orang tua. Hal ini dikarenakan mobilitas mereka yang lebih tinggi.

Reduksi fragmen tulang tanpa memperhatikan hubungan oklusi gigi-geligi akan menyebabkan fungsi oklusi yang tidak memuaskan,” imbuhnya lagi. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk mengembalikan bentuk anatomis dan fungsi. Karena rahang merupakan tempat melekat gigi-geligi, sehingga yang perlu diperhatikan dalam tindakan patah rahang bawah adalah pengembalian hubungan oklusi sebelum trauma.

Contoh kasus dan prosedur operasi TMD

Pasien seorang perempuan umur 19 tahun datang di poli bedah mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Ladokgi TNI AL RE. Martadinata dengan diagnosis malunion fraktur processus condyloydeus dextra. Pasien mengeluh rasa sakit dan kesulitan buka mulut secara normal pada rahang bawah kanan sejak kecelakaan jatuh dari motor. (gambar 1).

Gambar 1. Buka mulut hanya 1 jari.

Setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang foto panoramic (gambar 2) dan CT Scan 3D, saat buka mulut tampak adanya fragmen fraktur caput condylus kanan yang malunion posisi horizontal di bagian medial ramus mandibula (gambar 3).

Gambar 2. Tampak Malunion pada processus condyloydeus kanan yang mengganggu gerakan membuka mandibula.

Page 21: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

40 military dentistry edisi iii - 2015

Gambar 3. Tampak posisi fragmen fraktur berada di mesial eminensia processus zygomaticus sehingga mengganggu gerakan mandibula saat buka mulut.

Dengan persetujuan pasien diputuskan untuk operasi condylectomy dibawah anestesi umum. Sebelum operasi terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan penunjang, meliputi pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah, rontgen foto panoramik (sudah disiapkan sebelumnya), dan rontgen foto torax. Hasil laboratorium klinik darah dan kimia darah semua dalam batas normal. Hasil Rontgen torax dari bagian radiologi diperoleh kesimpulan paru dan besar jantung normal. Keadaan umum pasien baik dengan tingkat kesadaran compos mentis serta status gizi cukup. Tanda-tanda vital pasien semua dalam batas normal. Jantung dan paru dalam batas normal, serta pada pemeriksaan Lien tidak teraba adanya pembesaran.

Berdasarkan semua pemeriksaan, kelainan ini didiagnosis sebagai malunion post fraktur processus condyloydeus kanan. Karena itu disusun rencana tindakan refrakturing dan condylectomy di bawah anestesi umum dengan pendekatan open reduksi atau ekstra oral dan rawat inap di RSAL Dr. Mintoharjo.

Operasi dilaksanakan pada tanggal 15 April 2015 selama kurang lebih 60 menit. Operasi berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Jalannya operasi sebagai berikut:

dalam stadium anestesi daerah operasi intra oral dan ekstra oral disucihamakan dilanjutkan pemasangan duk steril dan pemasangan pack oropharyng, kemudian dibuat desain insisi dan marker pada medan operasi dilanjutkan incisi ektra oral sesuai dengan desain yang telah dibuat mulai dari kutis, subkutis dan dibuka lapis demi lapis sampai ke tulang mandibula. Setelah tampak fragmen fraktur yang telah menyatu dilakukan refrakturing dengan menggunakan fi sure bur tulang.

Setelah Caput Condyle terpisah dan dibuang, tulang yang tajam dihaluskan. Pada saat pengambilan fragmen fraktur, mandibula sambil dilakukan gerakan buka dan tutup mulut sampai dirasakan tidak adanya hambatan buka dan tutup mulut.

Setelah semua gerakan mandibula dirasakan hambatannya hilang, perdarahan dikontrol, kemudian luka operasi dijahit lapis demi lapis dan dipasang handscoen drain. Selanjutnya luka operasi ditutup dengan sofratul dan kasa steril. Sebelum meninggalkan ruang operasi pack oropharyng diambil, dipastikan lagi bahwa tidak ada perdarahan, operasi selesai, dengan keadaan umum pasien baik (gambar 4).

Gambar 4. Terpasang Handscoen Drain pada luka operasi

military dentistry edisi iii - 2015 41

Gambar 5. Bukaan Mulut dirasakan Normal dan tanpa keluhan

Diagnosa dan penanganan yang tepat

Menurut drg. Tony, penyembuhan fraktur yang memuaskan bergantung kepada reduksi (pengembalian fragmen-fragmen) yang adekuat dan immobilasi. Apabila fragmen-fragmen yang sudah direduksi, distabilisasi pada posisi yang benar, penyembuhan akan diawali dengan hematom.

Hematom ditandai dengan proliferasi pembuluh darah, misalnya pada tahap vaskular. Kemudian aktivitas fi broblas akan menyebabkan terbentuknya kalus fi brum, yang diganti dalam 10-30 hari dengan kalus primer dari tulang muda. Akhirnya kalus sekunder dari tulang yang sudah matang berkembang, dan menunjang penyatuan kembali fragmen-fragmen secara mekanis.

Pada fraktur orofasial, pembentukan kalus sekunder tersebut terjadi pada minggu kelima atau keenam pasca-fraktur. Penyembuhan berlangsung lebih cepat pada anak-anak dibanding orang dewasa dan lebih lambat pada orang tua dan orang yang mengalami kelainan tertentu (medically compromised). Kalus sekunder

bisa terlihat pada foto rontgen dari tulang panjang dan merupakan indikator yang nyata tentang adanya proses penyembuhan.

Walaupun suatu kalus yang dapat teraba terbentuk pada beberapa daerah fraktur mandibula, pada fraktur orofasial tidak selalu terlihat baik secara klinis maupun radiografi s. Remodeling akan terpacu apabila tulang yang fraktur mulai dipergunakan untuk berfungsi. Ketidak-teraturan tulang yang disebabkan karena pembentukan kalus akibat tidak akuratnya reduksi, bisa berkurang dengan adanya aktivitas osteoblas dan osteoklas.

Ada 3 kemungkinan proses penyembuhan fraktur yang tidak benar yaitu nonunion (tidak menyambung), malunion (salah sambung) dan delayed union (penyambungan tertunda). Apabila reduksi dan immobilisasi kurang baik, tertanggu oleh infeksi, atau terjadi defi siensi sistemik, bisa terjadi keadaan nonunion pada bagian yang fraktur.

Malunion merupakan akibat dari reduksi atau immobilisasi yang tidak baik, atau fraktur yang belum benar-benar sembuh. Delayed union disebabkan oleh karena infeksi, pergerakan selama proses pembentukan kalus, mobilisasi yang terlalu awal atau defi siensi sistemik. Walaupun istilah delayed seakan-akan menunjukkan bahwa akan terjadi union tetapi belum tentu akan terjadi union, dan bisa juga terjadi nonunion. (Pedersen, 1988).

Page 22: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

42 military dentistry edisi iii - 2015

Pada kasus ini terjadinya malunion atau menyambungnya tulang tetapi tidak tepat pada tempatnya akibat dari diagnosis awal yang tidak tepat sehingga tidak tepat pula penatalaksanaannya. Adanya fraktur processus condyloideus atau tulang sendi rahang sebelah kanan tidak terdeteksi oleh sejawat yang menangani pertama kali karena pasien saat itu dapat melakukan gerakan buka dan tutup mulut dengan baik, hal ini dikarenakan saat itu tanda-tanda klasik adanya suatu (raktur rubor, calor, dolor dan functiolaesa) belum tampak.

Fragmen fraktur terjadi perpindahan tempat yang tidak menguntungkan (unfavourable displacement fracture) posisi horizontal dengan caput condyle berada d isebelah medialramus mandibula. Untuk penatalaksanaan reposisi dan fi ksasi menggunakan microplate sulit dilakukan mengingat fragmen fraktur sangat kecil dan tidak bisa dikembalikan ke posisi yang normal seperti semula.

Pembuangan fragmen fraktur yang berupa caput (kepala sendi) tidak mempengaruhi aktifi tas gerakan mulut saat membuka dan menutup serta mengunyah. Kekuatan mengunyah tergantung pada kekuatan otot-otot pengunyahan yang melekat pada seluruh permukaan rahang bawah termasuk di sini simetris wajah bagian bawah tetap terjaga.

Keberhasilan penanganan suatu penyakit sangat tergantung pada ketepatan diagnosisnya. Demikian pula untuk penanganan fraktur seperti di atas. Bila sejak pertama kejadian kecelakaan terdeteksi adanya fraktur condyle kemungkinan besar bisa dirawat tanpa harus membuang sendinya, atau bahkan mungkin cukup dengan perawatan konservatif atau tertutup menggunakan Archbar yang dilengkapi dengan baji peninggi gigitan.**

military dentistry edisi iii - 2015 43military dentistry edisi ii - 2015 43military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 44444444444444433333333333333333333333333444444443333333333333333333333

WE HAVE COMPLETE DENTAL SPECIALIST

Info Lebih Lanjut Hubungi

RSGM LADOKGI R.E. MARTADINATARSGM LADOKGI R.E. MARTADINATAour mission to save teeth and to help my patients live our mission to save teeth and to help my patients live in comfort and smile with confi dencein comfort and smile with confi dence

Department of Medical Military DentistryConservative DentistryPeriodonticsOral Surgery and MaxilofacialOrthodonticsProsthodontics and Prothesa MaxilofacialPedodonticsOral MedicineDental Technic Laboratorium

Page 23: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

44 military dentistry edisi iii - 2015

CLINIC

44 military dentistry edisi iii - 2015

Layanan Terintegrasi di Klinik Lansia

Sesuai dengan namanya, Klinik Lansia merupakan persembahan Ladokgi untuk memberikan pelayanan paripurna bagi kaum senior. Di usianya

yang tidak muda lagi, para lansia memang memiliki karakter dan kebutuhan tersendiri. Inilah yang menjadi dasar Ladokgi membuka Klinik Lansia.

Tujuannya semata ingin memberikan pelayanan yang nyaman dan cepat, terpisah dari pasien umum. Juga perawatan yang terintegrasi, semua perawatan bisa dikerjakan di satu klinik. Berbeda dengan di Klinik Eksekutive atau klinik reguler, di mana perawatan dilakukan perbagian, sesuai bidang spesialisnya, di Klinik Lansia ini, semua keluhan dan kebutuhan pasien dilayani di satu bilik klinik.

Letaknya tak jauh dari klinik eksekutif. Berada tepat di bagian tengah RSGM Ladokgi REM. Ruang tunggu klinik yang luas dan nyaman, sapaan ramah petugas di beranda pendaftaran, menjadi daya tarik tersendiri di Klinik Lansia.

military dentistry edisi iii - 2015 45military dentistry edisi iii - 2015 45

Klinik Lansia memiliki tiga kamar praktek, dilengkapi dengan dental unit terkini, kursi roda dan peralatan penunjang lainnya. Seperti rontgen foto dan lainnya, sama seperti fasilitas di klinik lainnya.

Menurut drg. Endang, keluhan paling lazim lansia berupa gangguan pengunyahan, karena sebagian besar gigi mulai goyang bahkan ompong. Ada beberapa yang mau tambal dan membersihkan karang gigi. Namun lebih banyak berkaitan dengan kerusakan jaringan. Seiiring pertambahan usia, gigi molar depan karena pengaruh penyakit sistemik jadi goyang.

Operasional Klinik Lansia setiap hari kerja. Untuk hari Sabtu pagi tetap buka dengan pola layanan swasta. Justru di hari ini pasien lebih banyak dari biasanya.

Klinik Lansia tidak hanya melayani pasien umum dan BPJS, juga memberikan pelayanan yang paripurna bagi para purnawirawan. Bahkan ada harga khusus untuk purnawirawan sebagai bentuk penghargaan atas jasanya. Walaupun sebenarnya ketika masuk masa purna bakti seseorang sudah setara dengan pasien umum ataupun BPJS, namun kebijakan dari pimpinan Ladokgi R.E. Martadinata tetap

memberikan harga spesial bagi warga senior ini.

Perawatan dilakukan oleh dokter gigi, jika ada kasus khusus dan perlu penanganan dokter spesialis, pihak Klinik Lansia akan mendatangkan dokter spesialis ke klinik.

Sistem rujukan juga berlaku di sini, mengingat pasien lansia dengan berbagai penyakit bawaan, misalnya ada kelainan jantung, diabetes, hipertensi, dan lain-lain. Bila disertai kelainan yang lebih berat, akan dirujuk pada dokter ahli yang memang ada di RSGM Ladokgi ataupun RSAL Mintoharjo.

“Kami ingin memberikan pelayanan paripurna pada lansia. Kami juga berharap ada kebijakan BPJS yang tidak merugikan pihak lansia. Misalnya saat diperiksa ada 5 gigi terindikasi harus dicabut, jika bisa dilakukan dalam dua kali kunjungan, akan lebih baik ketimbang harus lima kali kunjungan. Peraturan ini yang membuat lansia dengan segala kondisi dan keterbatasannya mesti lebih sering ke klinik.”

“Saya berharap pasien lansia untuk lebih peduli pada kesehatan gigi dan mulutnya. Karena dimulai dari gigi dan mukut, kesehatan tubuh secara umum bisa tercapai.”

Page 24: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

46 military dentistry edisi iii - 2015

MILITARY CORNER

PLAK KONTROLKUNCI KEBERHASILAN PROGRAM “DENTAL FITNES” DI KEDOKTERAN GIGI MILITEROleh : drg. Sugeng Winarno, SpPerio, MKM, Subdep Periodonti

GIGI bagi manusia merupakan mahkota kedua setelah rambut. Sekalipun keberadaannya tersembunyi di balik bibir, namun memiliki banyak fungsi penting, diantaranya adalah pengunyahan, bicara dan estetik. Bahkan lebih dari itu, bagi anggota militer, tidak terkecuali di lingkungan TNI, gigi merupakan bagian identitas primer yang sangat penting. Oleh karena itu keberadaannya di dalam mulut agar tetap terjaga dengan baik dan sehat menjadikan prioritas utama.

military dentistry edisi iii - 2015 47

Hasil penelitian yang dilakukan yang dipaparkan pada saat konferensi FDI sesi APDFC di Thailand (2015), dikatakan bahwa ada korelasi

positif antara jumlah kehilangan gigi dengan tingkat kepikunan seseorang. Oleh karena pentingnya peran gigi ini bagi sistem tubuh manusia, maka diperlukan pemeliharaan yang baik agar keberadaanya di dalam mulut tetap terjaga dan sehat. Namun demikian di Indonesia hingga saat ini gambaran masyarakat yang memiliki masalah dengan kesehatan giginya masih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan kesehatan dasar (Rikesdas) tahun 2013, angka prevalensi secara nasional sebesar 25,9%, bahkan tercatat pada 14 propinsi angkanya melebihi prevalensi nasional tersebut. Dari angka tersebut, 70 % diantaranya berupa karies gigi dan penyakit jaringan penyangga. Di sisi lain, Kementerian Kesehatan RI telah mencanangkan target kesehatan gigi Indonesia bebas karies pada tahun 2030. Pertanyaannya adalah strategi apa yang akan digunakan Kemenkes RI untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam

sisa waktu yang relatif singkat, 15 tahun ? Padahal kita tahu bersama bahwa masih banyak disparitas di negeri ini akibat kondisi geografi s maupun demografi s, diantaranya berupa jumlah tenaga kesehatan yang menumpuk di kota-kota besar, fasilitas pelayanan kesehatan yang belum memadahi serta buruknya infrastruktur untuk mengakses fasilitas pelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan terluar (DTPK).

Dalam Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan diamanatkan bahwa pembangunan kesehatan tidak saja menjadi tanggungjawab pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI namun diperlukan peran serta dari unsur lain baik dari pemerintah maupun swasta dan masyarakat. Ladokgi TNI AL RE. Martadinata, sebagai salah satu lembaga di jajaran TNI AL, yang berdiri sejak 51 tahun yang lalu telah turut andil besar dalam pembangunan kesehatan gigi dan mulut di tanah air. Selain melaksanakan tugas pokoknya memberikan dukungan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi prajurit beserta keluarganya, juga dalam rangka idel capacity memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan

“dental fi tnes program” bagi prajurit TNI ALProgram unggulan di Ladokgi R.E. Martadinata

military dentistry edisi iii - 2015 47

Page 25: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

48 military dentistry edisi iii - 2015

yang ada. Salah satu program unggulan yang saat ini tengah dikembangkan di Ladokgi adalah “dental fi tnes program” bagi prajurit TNI AL. Program ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi prajurit secara komprehensif sehingga kondisi kesehatan giginya selalu fi t dan siap menghadapi medan tugas. Salah satu tahapan dalam pelaksanaan program tersebut yang paling utama adalah tahap “plak kontrol”.

Beberapa literatur mengungkapkan bahwa karies dan penyakit jaringan penyangga gigi itu disebabkan oleh faktor determinan berupa kumpulan mikroorganisme patogen. Beberapa jenis kuman ini berkoloni pada lapisan plak yang menempel pada jaringan keras di rongga mulut. Berdasarkan teori ini, maka untuk memutus mata rantai agar tidak terjadi karies

dan kerusakan jaringan penyangga maka dilakukan pengendalian terhadap plak gigi. Langkah-langkah dalam pelaksanaan plak kontrol ini berupa : pertama edukasi tentang cara menyikat gigi; kedua, pemberian bahan pengungkap (disclosing agent) dan warna ping yang muncul menunjukkan keberadaan plak yang harus dibersihkan; ketiga, pelaksanaan sikat

military dentistry edisi iii - 2015 49

Catatan:Materi tulisan ini diambil dari beberapa referensi yang berupa teks book, jurnal, laporan penelitian dan laporan kegiatan seminar.

gigi di depan cermin hingga warna ping hilang. Teknik pelaksanaan plak kontrol ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan tergantung sasaran yaitu perorangan (biside dental chair) dan kelompok (komunitas). Tujuan pokok dari kegiatan ini adalah memberdayakan pasien agar memiliki pengetahuan yang cukup (aspek kognitif) tentang penyakit gigi yang disebabkan oleh kuman yang berada di dalam plak, memiliki kesadaran tentang pentingnya kesehatan gigi (aspek afektif) dan memiliki keterampilan (aspek psikomotorik) yang memadahi dan dijadikan sebagai kebiasaan sehari-hari dalam pemeliharaan kesehatan giginya.

Rekomendasi Semangat pemerintah untuk

mewujudkan Indonesia bebas karies perlu didukung oleh semua pihak. Lima

belas tahun adalah waktu yang relatif singkat, terlebih jika mengacu pada trend pelayanan kesehatan saat ini yang masih menitik berat dengan tindakan kuratif sehingga sektor hulu sebagai sumber terjadinya karies dan penyakit jaringan penyangga tidak mendapatkan porsi yang memadahi, maka mustahil tahun 2030 Indonesia bebas karies dapat terwujud. Oleh karena itu diperlukan terobosan besar untuk merubah pola pelayanan kesehatan yang lebih berpihak pada upaya prefentif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengembangan plak kontrol yang dilakukan secara masif baik pada skala perorangan maupun komunitas dengan melibatkan berbagai pihak. Tindakan ini telah terbukti mampu memutus mata rantai terbentuknya karies maupun penyakit jaringan penyangga.

Page 26: AGAR TAK ADA LAGI Korban Tanpa Nama

50 military dentistry edisi iii - 2015

SERBA SERBI

Salah satu senjata yang digunakan dalam Perang Dunia II yang dikembangkan oleh Amerika Serikat adalah bom kelelawar.

Bom ini dicetuskan oleh Dr. Lytle S. Adams, seorang dokter gigi berusia 60 tahun dari Pennsyvania. Satu hari tepatnya tanggal 7 Desember 1941, Adam sedang dalam perjalanan pulang usai liburan di Carlsbad Caverns di New Mexico. Dirinya dibuat takjub saat menyaksikan jutaan kelelawar keluar dari gua-gua Carlsbad.

Pada saat yang bersamaan radio mobilnya menyampaikan berita bahwa Jepang baru saja menyerang Pearl Harbor. Dr Adams, marah atas informasi ini, terbersit upaya untuk melakukan pembalasan pada Jepang. Terinspirasi dari kawanan kelelawar itu Dr. Adam berpikir jutaan kelelawar bisa dimanfaatkan sebagai ‘bomber’ yang menyerbu rumah-rumah di Jepang.

Adams mengamati bahwa struktur bangunan di Jepang yang sangat rentan terbakar karena terbuat dari kertas, bambu, dan bahan mudah terbakar lainnya. Kelelawar akan menyebar jauh dari titik di

mana kawanan ini dilepaskan. Saat fajar datang, kelelawar akan bersembunyi di gedung-gedung di seluruh kota. Tak lama kemudian built-in timer akan memicu bom, menyebabkan kebakaran meluas dan terjadi kekacauan.

Lytle S. Adams, merupakan teman baik dari First Lady Eleanor Roosevelt. Setelah menyampaikan ide tersebut pada Presiden Roosevelt di Gedung Putih pada Januari 1942, sang presiden menyetujui rencana tersebut.

Ada empat alasan Amerika Serikat mengembangkan bom kelelawar selama PD II. Pertama, populasi kelelawar dalam jumlah besar bahkan di empat gua di New Mexico masing-masing ditempati jutaan kelelawar. Kedua, saat terbang kelelawar dapat membawa beban melebihi berat tubuhnya sendiri. Ketiga, relatif tidak membutuhkan makanan atau pemeliharaan khusus. Keempat, kelelawar terbang di tengah kegelapan, mencari tempat terpencil untuk kemudian bersembunyi di siang hari.**

50 military dentistry edisi iii - 2015 military dentistry edisi iii - 2015 51

Untuk Berlangganan Segera HubungiMAJALAH MILITARY DENTISTRY:

Jalan Farmasi No. 1, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat Telp. (021) 5733026 ext 473, Fax. (021) 5732701

PAKET BERLANGGANANWilayahJabotabekJawaLuar Jawa

3 Edisi 6 Edisi 12 EdisiRp 90.000,-Rp 120.000,-Rp 135.000,-

Rp 180.000,-Rp 240.000,-Rp 270.000,-

Rp 360.000,-Rp 480.000,-Rp 540.000,-