Top Banner
Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014 122 ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALI I Ketut Mahaputra dan Suharyanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pass Ngurah rai Pesanggaran Denpasar – Selatan, Bali, 80222 Email: [email protected] Submitted date : 20 September 2014 Approved date: 5 Desember 2014 ABSTRACT The adoption of Integrated Rice Crops Management in Bali Rice crops is a dominant commodities cultivated by the farmers in Bali. Although the calculation of rice production in Bali recently meet the consumption needs (in 2008). However efforts is still conducted to anticipate food security and decline in production as the impacts of climate change. Among of the efforts is to elevate rice productivity through Field School – Integrated Crops Management (SL-PTT) supported by technological innovation components. Research had done for 4 months (July - October 2012) with the survey method using a questioner tools. Location in Bali Province defined in two Regency (Buleleng and Tabanan) by consideration of the districs were the location of SL-PTT and were also one of the rice production centers in Bali. Number of farmers in the each regency was 30, total respondents farmers was 60 conducted with purposive methods. The level adoption studied was on the farmers behavior in the application of innovation technology of PTT. Measurement of the variables using scoring technique and qualitative research. Scoring Technique conducted to the behavioral impact variable, i.e: knowledge, attitudes and its application. Result of study showed that the farmers were deeply understands regarding technology innovations of PTT with high level of knowledge (86.64 percent) and have a good response (agreed) to the PTT rice paddy field. Hence, according to the behavior aspect, farmers were able to receive and apply technological innovation of PTT rice. Keywords: Adoption, SL-PTT, rice ABSTRAK Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh petani lahan sawah di Bali. Walaupun sesuai perhitungan produksi padi di Provinsi Bali saat ini mencukupi untuk pemenuhan konsumsi (perhitungan tahun 2008) namun upaya-upaya antisipasi ketahanan pangan maupun penurunan produksi akibat dampak perubahan iklim tetap dilakukan antara lain peningkatan produktivitas melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi dengan komponen inovasi teknologi pendukungnya. Penelitian dilakukan selama 4 bulan (Juli – Oktober 2012) dengan metode survey menggunakan alat bantu kuisioner. Lokasi penelitian di Provinsi Bali ditentukan pada dua Kabupaten (Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Tabanan) dengan pertimbangan bahwa kabupaten tersebut merupakan lokasi SL-PTT padi sawah dan juga merupakan salah satu sentra produksi padi di Bali. Jumlah petani sampel di masing-masing kabupaten adalah 30 orang sehingga total petani responden berjumlah 60 orang ditentukan secara purposive. Penelitian tingkat adopsi yang dikaji adalah perilaku petani dalam penerapan inovasi teknologi PTT padi sawah di Bali. Pengukuran variabel dengan tehnik skoring dan kualitatif. Pengukuran skoring dilakukan terhadap variable dampak perilaku, meliputi: pengetahuan, sikap dan penerapannya.Hasil kajian menunjukkan bahwa petani koperator sangat memahami inovasi teknologi PTT padi sawah dengan tingkat pengetahuan dalam katagori sangat tinggi (86,64%) serta mempunyai respon bagus (setuju) terhadap program PTT padi sawah, sehingga dari sudut perilaku petani dapat menerima dan menerapkan inovasi teknologi PTT padi. Kata kunci: Adopsi, SL-PTT, padi
66

ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Feb 27, 2018

Download

Documents

phamhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014122

ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALI

I Ketut Mahaputra dan Suharyanto

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah rai Pesanggaran Denpasar – Selatan, Bali, 80222

Email: [email protected]

Submitted date : 20 September 2014 Approved date: 5 Desember 2014

ABSTRACTThe adoption of Integrated Rice Crops Management in Bali

Rice crops is a dominant commodities cultivated by the farmers in Bali. Although the calculation of riceproduction in Bali recently meet the consumption needs (in 2008). However efforts is still conducted toanticipate food security and decline in production as the impacts of climate change. Among of the efforts isto elevate rice productivity through Field School – Integrated Crops Management (SL-PTT) supported bytechnological innovation components. Research had done for 4 months (July - October 2012) with thesurvey method using a questioner tools. Location in Bali Province defined in two Regency (Buleleng andTabanan) by consideration of the districs were the location of SL-PTT and were also one of the rice productioncenters in Bali. Number of farmers in the each regency was 30, total respondents farmers was 60 conductedwith purposive methods. The level adoption studied was on the farmers behavior in the application ofinnovation technology of PTT. Measurement of the variables using scoring technique and qualitative research.Scoring Technique conducted to the behavioral impact variable, i.e: knowledge, attitudes and its application.Result of study showed that the farmers were deeply understands regarding technology innovations of PTTwith high level of knowledge (86.64 percent) and have a good response (agreed) to the PTT rice paddy field.Hence, according to the behavior aspect, farmers were able to receive and apply technological innovation ofPTT rice.

Keywords: Adoption, SL-PTT, rice

ABSTRAK

Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh petani lahan sawah diBali. Walaupun sesuai perhitungan produksi padi di Provinsi Bali saat ini mencukupi untuk pemenuhankonsumsi (perhitungan tahun 2008) namun upaya-upaya antisipasi ketahanan pangan maupun penurunanproduksi akibat dampak perubahan iklim tetap dilakukan antara lain peningkatan produktivitas melaluiSekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi dengan komponen inovasi teknologipendukungnya. Penelitian dilakukan selama 4 bulan (Juli – Oktober 2012) dengan metode surveymenggunakan alat bantu kuisioner. Lokasi penelitian di Provinsi Bali ditentukan pada dua Kabupaten(Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Tabanan) dengan pertimbangan bahwa kabupaten tersebut merupakanlokasi SL-PTT padi sawah dan juga merupakan salah satu sentra produksi padi di Bali. Jumlah petanisampel di masing-masing kabupaten adalah 30 orang sehingga total petani responden berjumlah 60orang ditentukan secara purposive. Penelitian tingkat adopsi yang dikaji adalah perilaku petani dalampenerapan inovasi teknologi PTT padi sawah di Bali. Pengukuran variabel dengan tehnik skoring dankualitatif. Pengukuran skoring dilakukan terhadap variable dampak perilaku, meliputi: pengetahuan, sikapdan penerapannya.Hasil kajian menunjukkan bahwa petani koperator sangat memahami inovasi teknologiPTT padi sawah dengan tingkat pengetahuan dalam katagori sangat tinggi (86,64%) serta mempunyairespon bagus (setuju) terhadap program PTT padi sawah, sehingga dari sudut perilaku petani dapatmenerima dan menerapkan inovasi teknologi PTT padi.

Kata kunci: Adopsi, SL-PTT, padi

Page 2: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

123

PENDAHULUAN

Tujuan utama SL-PTT adalah mempercepatalih teknologi melalui pelatihan dari peneliti ataunara sumber lainnya. Narasumber memberikanilmu dan teknologi (IPTEK) yang telahdikembangkan kepada pemandu lapang I (PL I).Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatanpenyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petanipeserta dan kemudian ber-langsung difusi secaraalamiah dari alumni SL- PTT kepada petani disekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dantahapan SL-PTT, petani diharapkan merasamemiliki PTT yang dikembangkan. Menurut Jamal(2009) penggunaan sekolah lapang dianggapsebagai pendekatan terbaik untuk percepatanpemahaman petani serta proses adopsi itu sendiri.Sementara itu agar pendekatan sekolah lapangdapat efektif, diperlukan beberapa syaratkeharusan yang antara lain terkait dengan adanyakegiatan bersama di lahan petani secara reguler.Dengan jumlah petani yang terbatas, petani dapatmengikuti seluruh rangkaian kegiatan selamasemusim dengan kurikulum yang berbasis kondisispesifik lokasi dan pendampingan yang intensif.

Beberapa indikator peningkatan kesejahteraanpetani antara lain : perkembangan strukturpendapatan, struktur pengeluaran pangan, tingkatketahanan pangan rumah tangga, daya beli rumahtangga dan perkembangan nilai tukar petani.Ketahanan pangan merupakan aspek pentingdalam peningkatan kesejahteran rumahtanggapetani. Darwanto (2005) menyatakan bahwaprogram peningkatan ketahanan pangan belumbisa sepenuhnya terlepas dari beras sebagaikomoditi basis yang strategis. Programpeningkatan ketahanan pangan diarahkan padakemandirian masyarakat/petani yang berbasissumberdaya lokal yang secara operasionaldilakukan melalui program peningkatanproduktivitas pangan. Namun demikian upayapeningkatan produkdivitas pangan jugamenghadapi beberapa kendala seperti semakinberkurangnya areal garapan petani, keterbatasanpasokan air irigasi, mahalnya harga input sertarelatif rendahnya harga produk. Untuk itu upayapeningkatan produktivitas pangan khususnya padisawah melalui PTT diharapkan dapatmengantisipasi faktor-faktor pembatas tersebut.Kendala lainnya yang tidak kalah penting adalahtingkat penerapan inovasi teknologi yang telahdiberikan melalui program SL-PTT tersebut.Seperti kebanyakan program pemerintah, hanyalahbersifat sementara sebagai penggerak (pemicu)agar petani mau menerapkan inovasi yang telah

dikembangkan. Begitu program selesai diharapkannantinya petani secara swadaya melanjutkaninovasi-inovasi teknologi yang dianggapmenguntungkan. Terkait hal tersebut dipandangpenting untuk melihat tingkat adopsi petaniterhadap program SL-PTT padi yang telahdilaksanakan pemerintah dalam upayameningkatkan ketahanan pangan.

Adopsi dapat diartikan sebagai tingkatpenerapan komponen inovasi oleh individu.Herianto (2005) menjelaskan dari sisi intensitasadopsi, yaitu tingkat penggunaan inovasi. Adopsisuatu inovasi biasanya diukur dari persentasepenerapan komponen inovasi dari usaha tanitertentu pada persatuan luas lahan. Tingkat adopsiinovasi dapat diukur dari kualitas dan kuantitasadopsi. Kualitas adopsi diartikan sebagaiketepatan dalam menerapkan komponen inovasidari usaha tani tertentu secara sempurna.Kuantitas adopsi adalah jumlah penerapankomponen inovasi dari usaha tani tertentu sesuaianjuran. Pada situasi kondisi tertentu atau kondisidari pengadopsi itu sendiri yang tidakmemungkinkan sehingga tidak semua komponeninovasi dari usaha tani tertentu dapat diadopsi.Situasi kondisi yang dimaksudkan adalah kondisisumbedaya alam (iklim, ketersediaan air, polacurah hujan, kesuburan tanah, topografi lahan),sosial ekonomi, dan budaya. Berdasarkan situasikondisi tersebut kemungkinan dari beberapakomponen inovasi dimodifikasi sehinggaberpengaruh terhadap kualitas adopsi. Rogers(1995), menyatakan bahwa tingkat adopsi inovasidipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktorkarakteristik pengadopsi, karakteristik inovasi,sosial ekonomi, tipe keputusan inovasi, sistemsosial terutama norma-norma sosial, salurankomunikasi yang digunakan, usaha promosiinovasi oleh sumber informasi inovasi, dan sosialbudaya.

METODE PENELITIAN

Metode dasar yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode penelitian yangmemusatkan perhatian pada suatu permasalahanmasa sekarang dengan jalan mengumpulkan data,menyusun dan menganalisisnya (deskriptifanalisis). Menurut Nasir (1988), penelitian deskriptifbertujuan untuk membuat gambaran hubunganantar fenomena, menguji hipotesis-hipotesis,membuat prediksi serta implikasi suatu masalahyang ingin dipecahkan. Pengumpulan datamenggunakan teknik survei, yaitu mengumpulkan

Adopsi Program SL-PTT Padi di Bali | I Ketut Mahaputra dan Suharyanto

Page 3: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014124

data dengan pengamatan atau penyelidikan untukmendapatkan keterangan terhadap suatupersoalan tertentu di dalam suatu daerah tertentu.Hasil akhirnya merupakan suatu gambaranpermasalahan yang ditampilkan melalui tabel-tabel data dan variabel-variabelnya dianalisisdengan analisis statistik.

Lokasi penelitian ditentukan secara purposivedi Provinsi Bali yaitu pada dua Kabupaten(Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Tabanan)dengan pertimbangan bahwa kabupaten tersebutmerupakan lokasi SL-PTT padi sawah dan jugamerupakan salah satu sentra produksi padi sawah.Penelitian dilakukan selama 4 bulan (Juli – Oktober2012). Jumlah petani sampel di masing-masingkabupaten adalah 30 orang sehingga total petaniresponden berjumlah 60 orang ditentukan secarapurposive. Petani sampel adalah petani pesertaSL-PTT padi sawah. Secara umum komponenteknologi dasar yang diintroduksikan pada PTTadalah : (1) penggunaan benih varietas unggulbaru’; (2) penanaman bibit muda, 1-2 bibit perlubang; (3) bagan warna daun; (4) pemupukanberimbang; (5) sistem pengairan berselang; dan(6) penerapan teknik pengendalian hama secaraterpadu (PHT).

Pengkajian yang akan dikaji tingkat adopsiadalah dari perilaku petani dalam penerapaninovasi teknologi PTT padi sawah di Bali.Pengukuran variable dengan tehnik skoring dankualitatif. Pengukuran skoring dilakukan terhadapvariable dampak perilaku, meliputi: pengetahuan,sikap dan penerapannya. Data diperoleh kemudiandidistribusikan pada klas yang berbeda. Klas-klastersebut memiliki interval yang diperoleh denganrumus matematis :

Nilai tertinggi – nilai terendahKI =

Klas

Dengan interval tersebut, masing-masing klasakan dapat ditentukan dan memiliki nilai yangdiformulasikan dalam bentuk persen sertaidentifikasi tertentu sebagai katagori

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerapan PTT padi sawah didasarkan padaempat prinsip utama yaitu: (1) PTT merupakansuatu pendekatan agar sumber daya tanaman,tanah, dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu; (2) PTT memanfaatkanteknologi pertanian terbaik dengan memperhatikan

keterkaitan yang saling mendukung antarkomponen teknologi; (3) PTT memperhatikankesesuaian teknologi dengan lingkungan fisikmaupun sosial budaya dan ekonomi petanisetempat, dan (4) PTT bersifat partisipatif, yangberarti petani berperan serta menguji dan memilihteknologi yang sesuai dengan keadaan setempatdan kemampuan petani melalui prosespembelajaran dalam bentuk laboratorium lapang.Penerapan PTT dalam intensifikasi padi merupakanpenyempurnaan dari konsep sebelumnya yangdikembangkan untuk menunjang peningkatan hasilpadi seperti Supra Insus. Food and AgricultureOrganization (FAO) mengadopsi PengelolaanTanaman Terpadu sebagai penyempurnaan dariPengelolaan Hama Terpadu (PHT). Dalampenerapan PTT : (1) tidak lagi dikenal rekomendasipaket teknologi untuk diterapkan secara nasional,(2) petani secara bertahap dapat memilihkomponen teknologi yang paling sesuai dengankeadaan setempat maupun kemampuan petani,(3) efisiensi biaya produksi diutamakan, dan (4)suatu teknologi saling menunjang denganteknologi lain. (Zaini et al. 2002; Anonim 2008).

Peningkatan produktivitas padi melaluipendekatan SL-PTT merupakan salah satu strategiyang diharapkan mampu memberikan kontribusiyang lebih besar terhadap produksi padi nasional.Pendekatan ini akan berhasil meningkatkanproduksi dan pendapatan petani apabila didukungoleh semua pihak, termasuk pemangkukepentingan baik di hulu, on farm maupun hilirdan pelaksanaannya terkoordinasi secara sinkrondan sinergis di setiap tingkat, mulai dari pusat,provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga ketingkat desa. Dengan pendekatan tersebut,diharapkan SL-PTT tersosialisasi secara luasdalam upaya percepatan pengembangan PTTsecara nasional (Haryanto, 2009).

Berbagai hasil penelitian tentang adopsimenunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yangmempengaruhi adopsi inovasi. Suparlan (1981),menyatakan bahwa adopsi inovasi dipengaruhioleh: (a) tidak bertentangan dengan polakebudayaan yang telah ada, (b) struktur sosialmasyarakat dan pranata sosial, dan (c) persepsimasyarakat terhadap inovasi. Tingkat adopsiinovasi dipengaruhi oleh klasifikasi pengadopsi,ciri-ciri pribadi (pengalaman, pengetahuan,sikap, motivasi, sifat komersialisasi), sosialbudaya (nilai, kepercayaan, kerja-sama dankepemimpinan) dan lingkungan serta sumberinformasi. Selain faktor-faktor yang telahdiuraikan di atas, Lionberger dan Gwin (1982),mengatakan bahwa faktor lain yang

Page 4: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

125

mempengaruhi adopsi inovasi antara lain,variabel internal (personal), variabel eksternal(situasional) dan variabel kelembagaan.

Huelgas dan Templeton (2010) menelititentang adopsi dan dampak pengelolaan tanamanterpadu terhadap efisiensi biaya produksi padisawah di Vietnam dengan menggunakan analisisprobit dan model fungsi biaya stokhastik frontierterhadap 507 sampel petani adopter maupun nonadopter. Hasil penelitian tersebut menunjukkanbahwa sumber informasi teknologi yang berasaldari penyuluh memberikan pengaruh yang palingtinggi terhadap adopsi teknlogi. Sedangkankarakteristik demografi yang memberikan pengaruhnyata terhadap adopsi teknologi adalah pendidikanformal. Petani adopter juga menunjukkan biayausahatani yang lebih rendah dibandingkan petaninon adopter dengan tingkat hasil yang relatif sama.

Berhasil tidaknya pengembangan teknologiditentukan oleh mau tidaknya petani mengadopsiteknologi yang dianjurkan. Sedangkan keputusanuntuk mengadopsi suatu teknologi bagi petanidipengaruhi oleh sifat teknologi itu sendiri, ada limasifat teknologi yaitu: (1) keuntungan relatif, (2)kompatibilitas, (3) kompleksitas, (4) triabilitas, dan(5) observabilitas. Keuntungan relatif yangdimaksud adalah tingkatan dimana suatu ide barudianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ideyang ada sebelumnya. Kompabilitas adalah sejauhmana suatu inovasi dianggap konsisten dengannilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dankebutuhan penerima. Kompleksitas adalah tingkatdimana suatu inovasi dianggap relatif sulit untukdimengerti dan digunakan. Triabilitas adalah suatutingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba denganskala kecil, sedangkan observabilitas adalahtingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapatdilihat oleh orang lain. Petani akan mengadopsisuatu teknologi jika teknologi itu sudah pernahdicoba oleh orang lain dan berhasil, karena petanirasional. Petani tidak akan mengadopsi suatuteknologi jika masih harus menanggung resikokegagalan atau ketidakpastian. Proses adopsisuatu inovasi harus melalui tahapan kesadaran,minat/rasa tertarik, penilaian, mencoba-coba, dan

menerapkan inovasi mungkin saja tidak langgeng(discontinue). Hal ini berarti proses adopsimemerlukan tahapan yang panjang, sehingga agarpenerapan inovasi itu langgeng (continue),diperlukan pendekatan-pendekatan tertentu.

Adopsi dan dampak yang diteliti dalam kajianini adalah perilaku petani padi sawah terhadapProgram PTT Padi sawah. Perilaku jugamerupakan hakekat dari tujuan penyuluhan yangmeliputi tiga aspek penting, yaitu: pengetahuan,sikap dan ketrampilan yang berkaitan denganpenerapan (suyatna, 1990). Dalam kajian yangtermasuk dalam 3 aspek tersebut meliputi: (1)Pengetahuan tentang program SLPTT Padi; (2)Sikap petani penerima program SLPTT padi; (3)Penerapan paket teknologi SLPTT Padi).Berdasarkan data diperoleh suatu katagori sertavariable pengamatan terhadap program PTT Padisawah di Bali. Berdasarkan metode yangdigunakan diperoleh suatu katagori serta variableterhadap pengamatan terhadap inovasi teknologiPTT padi sawah sebagai berikut (Tabel 1 danTabel 2).

Pengetahuan petani padi sawah, dari hasilkajian menunjukkan pengetahuan petani tentanginovasi teknologi PTT Padi termasuk katagorisangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dari persentasepencapaian skor sebesar 86,64% dari skormaksimal 100% (Tabel 3). Teknologi PTT Padisawah sudah merupakan program nasional dalammendukung P2BN, sehingga Dinas-DinasPertanian di daerah melalui PPL khususnya padalahan persawahan selalu menginformasikan polatanam terpadu padi sawah terutama dilakukan saatpertemuan-pertemuan Subak maupun melalui SL-SL ditingkat petani.

Selanjutnya sikap petani terhadap inovasiteknologi PTT padi sawah termasuk dalam katagorimendukung atau setuju dengan persentasepencapaian skor 82,44%. Hal ini disebabkaninovasi teknologi PTT padi sawah dirasakansesuai dengan kebutuhan masayarakat petani padisawah di Bali serta didukung dengan tingkatpengetahuan memadai tentang inovasi teknologiPTT Padi sawah, disamping adanya peningkatan

Tabel 1. Katagori Sikap Petani Terhadap Inovasi Teknologi PTT Padi di Bali, Tahun 2012

No Rentang Skor Pengetahuan Sikap

1 Ø 84 – 100 Sangat tinggi Sangat setuju2 Ø 68 – 84 Tinggi Setuju3 Ø 52 – 68 Sedang Ragu-ragu4 Ø 36 – 52 Rendah Tidak setuju5 Ø 20 – 36 Sangat rendah Sangat tidak setuju

Adopsi Program SL-PTT Padi di Bali | I Ketut Mahaputra dan Suharyanto

Page 5: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014126

produksi yang dirasakan petani. Satu hal yangmasih meragukan bagi petani adalah tentangtanam bibit umur muda, dimana informasi maupunaplikasi dilapangan masih sangat dibutuhkan untukhal ini (Tabel 4).

Dalam penerapan suatu inovasi teknologi,didahului dengan pengetahuan dan pemahamaninovasi teknologi PTT Padi sawah tersebut. Dilihatdari pemakaian varietas unggul baru, telahdiusahakan pada petani jenis VUB baru Inpari 7,

Tabel 2. Indikator, Variabel dan Pengukurannya Terhadap Inovasi Teknologi PTT Padi di Bali, Tahun 2012

No Indikator Variabel Pengukuran

1 Pengetahuan 1. Pengertian SL-PTT Padi Sawah Skoring2. Manfaat VUB3. Cara tanam legowo4. Tanam bibit umur muda5. BWD6. Dosis Pemupukan7. Pengairan berselang (intermiten)8. Pengendalian HPT

2 Sikap 1. Pengunaan VUB Skoring2. Tanam legowo3. Tanam bibit umur muda4. BWD5. Pemupukan6. Pengairan berselang (intermiten)7. Pengendalian HPT

3 Penerapan 1. Penggunaan VUB Kualitatif2. Tanam Legowo3. Pemupukan Berimbang

Tabel 3. Tingkat Pengetahuan Petani terhadap inovasi teknologi PTT Padi sawah di Bali, tahun 2012

Variabel Skor Persentase (%) Katagori

1. Pengertian SL-PTT Padi Sawah 5,00 100 Sangat tinggi2. Manfaat VUB 5,00 100 Sangat tinggi3. Cara tanam legowo 4,51 90,29 Sangat tinggi4. Tanam bibit umur muda 4,66 93,14 Sangat tinggi5. BWD 2,43 48,57 Rendah6. Pemupukan Berimbang 4,89 97,71 Sangat tinggi7. Pengairan berselang (intermiten) 3,17 63,43 Sedang8. Pengendalian HPT 5,00 100 Sangat tinggi

Rata-rata 4,33 86,64 Sangat tinggi

Tabel 4.Tingkat Sikap Petani Terhadap Inovasi Teknologi PTT Padi sawah di Bali, tahun 2012

Variabel Skor Persentase (%) Katagori

1. Pengunaan VUB 4,20 84,00 Setuju2. Tanam legowo 4,44 88,76 Sangat setuju3. Tanam bibit umur muda 4,13 82,57 Setuju4. BWD 4,00 80,00 Setuju5. Pemupukan berimbang 4,03 80,57 Setuju6. Pengairan berselang (intermiten) 4,00 80,00 Setuju7. Pengendalian HPT 4,06 81,14 Setuju

Rata-rata 4,12 82,44 Setuju

Page 6: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

127

Inpari 10 dan beberapa masih menggunakanCiherang, namun secara umum benih yangdigunakan adalah benih yang berlabel. Dilihat daripenggunaan benih petani responden sebanyak91,67% menyatakan menggunakan benih berlabel.Pada penerapan pemupukan secara umum jugatelah memupuk tanaman padi sawah dengan Urea,NPK (Ponska) dan pupuk kandang, namun dosispemakaian pupuk masih perlu penambahan untukmencapai hasil yang maksimal. Demikian halnyadengan cara tanam yang diterapkan petanikoperator telah menerapkan cara tanam legowo(umumnya legowo 2: 1). Walaupun dirasakan agaksulit penerapannya dilapangan, namunberdasarkan informasi petani padi sawah bahwaproduksi yang dihasilkan dengan cara tanamlegowo dapat meningkatkan hasil diatas 0,5 ton/ha.

Adopsi suatu inovasi harus melalui tahapankesadaran, minat/rasa tertarik, penilaian,mencoba-coba, dan menerapkan inovasi yangmungkin saja tidak langgeng (discontinue). Hal iniberarti proses adopsi memerlukan tahapan yangpanjang, sehingga agar penerapan inovasi itulanggeng (continue), diperlukan pendekatan-pendekatan tertentu. Artinya, jika pengkajiansudah selesai, perlunya alih teknologi padapenyuluh dan petugas setempat serta ketua ataupengurus Subak (kelompok tani), sehingganantinya diharapkan adanya keberlanjutan dalampenerapan teknologi PTT Padi sawah di Bali.

KESIMPULAN DAN SARAN

Petani koperator sangat memahami inovasiteknologi PTT padi sawah dengan tingkatpengetahuan dalam katagori sangat tinggi(86,64%) serta mempunyai respon bagus (setuju)terhadap program PTT padi sawah, sehingga darisudut perilaku petani dapat menerima danmenerapkan inovasi teknologi PTT padi. Hal inidapat diartikan bahwa inovasi teknologi SL-PTTPadi di Bali dapat diadosi masyarakat petani.

Saran diperlukan program diseminasiteknologi SL-PTT padi sawah dalam skalahamparan yang lebih luas (Denfarm) dalam upayamemberikan percontohan dan wawasan terhadappetani padi sawah untuk mengadopsi programserta inovasi teknologi pertanian yang sesuaiditerapkan pada lingkungannya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kami sampaikan kepada BapakKepala BPTP Bali yang telah memberi ijin sertafasilitas dalam pelaksanaan kegiatan ini, demikianjuga terhadap rekan-rekan Tim Sosial EkonomiBPTP Bali yang ikut aktif dalam survey lapangan.Tidak kalah pentingnya kami sampaikanterimakasih juga kepada Tim Manajemen BPTPBali yang telah banyak membantu kelancarankegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Sekolah Lapang PengelolaanTanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. DepartemenPertanian. Jakarta.

Darwanto, D.H. 2005. Ketahanan Pangan BerbasisProduksi dan Kesejahteraan Petani. IlmuPertanian Vol 12 No 2.

FAO. 1993. Farming System Development : Ageneral guideline. FAO. Rome.

Haryanto, G.G. 2009. SLPTT WahananPembelajaran Bagi Petani. Warta Penelitiandan Pengembangan Pertanian. Vol .31 (3).

Herianto, A. S. (2005). A Quantitative study on theAdoption of Soil Mining Leaf Banana CroppingSystems in a Mountainous Village of WestJava, Indonesia, Using Plot-wise andHousehold Data. Doctor Thesis, Departmentof Natural Resources Economics, KyotoUniversity

Huelgas, Z.M and D.J. Templeton. 2010. Adoptionof Crop Management Technology and Cost-Efficiency Impacts : The Case of Three Gainsin The Mekong River Delta of Vietnam. InResearch to Imact : Case Studies for NaturalResource Management for Irrigated Rice inAsia. Editors : Palis FG, Singeton GR,Casimero MC, Hardy B. International RiceResearch Institute. Los Banos. Philipines.

Jamal, E. 2009. Telaahan PenggunaanPendekatan Sekolah Lapang DalamPengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi :Kasus di Kabupaten Blitar dan Kediri, JawaTimur. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian.Vol 7 No 4. Pusat Analisis Sosial Ekonomidan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Adopsi Program SL-PTT Padi di Bali | I Ketut Mahaputra dan Suharyanto

Page 7: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014128

Lionberger, H. F. and P. H. Gwin. 1982.Communication Strategies Guide forAgricultural Change Agents. The Interstate,Printers and Publications. In Danville, Illions.USA

Nasir, M., 1988. Metode Penelitian Survai. GhaliaIndonesia. Jakarta

Rogers, E.M. and F.F. Shoemaker. 1995.Communication of Innovations : Across-cultural Approach. The Free Press. A Divisionof Macmillan Publishing Co Inc. New York.

Suparlan, P. 1981. Pola-Pola Komunikasi untukMasyarakat Kota dan Masyarakat Pedesaan:Sebuah Pendekatan. Analisa X(II): 971-985.Centre for Strategic and International Studies(CSIS). Jakarta

Suyatna. 1990. Dasar-dasar PenyuluhanPertanian. Program Studi Penyuluhan danKomunikasi Pertanian. Sosial EkonomiPertanian. Universitas Udayana, Denpasar,Bali.

Zaini, Z., I. Las, Suwarno, B. Haryanto, Suntoro,dan E.E. Ananto. 2002. Pedoman UmumKegiatan Percontohan PeningkatanProduktivitas Padi Terpadu 2002. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian,Jakarta. 24 hlm.

Page 8: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

129

Konsumsi Kambing Peranakan EtawahYang Diberi Kulit Kopi Terfermentasi dan Leguminosa

I Made Londra

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah rai Pesanggaran Denpasar – Selatan, Bali, 80222

Email: [email protected]

Submitted date : 30 September 2014 Approved date: 5 Desember 2014

ABSTRACTRate of Consumption of Etawah Crossbreed Goat Feed Fermented Coffee Peel

and Leguminosa

The objective of the research was to determine the rate of consumption of Etawah Crossbreed (PE) Goat fedwith fermented coffee peel and Leguminosa. The research was done in Mekar Sari group located in SepangVillage, Busungbiu Sub-district, Buleleng regency. Sixteen PE goat within 5 - 6 month old with average initialweight around 20 Kg divided into 4 groups. There were 2 parameters to be observed, i.e: (1) BK, PO, PK, andGross Energy consumption rate and (2) Feed conversion ratio. The results of the research showed that dryration consumption rate varied for P1 (733.87 gram/goat/day), P2 (755.2 gram/goat/day), P3 (741.72 gram/goat/day) and P4 (543.22 gram/goat/day) treatments. P4 treatment also produced the lowest BO and GrossEnergy consumption result which was significantly different (P<0.05) from P1, P2, and P3 treatments whereasthere was non significantly different between P1, P2 and P3 treatments (P>0.05). P1 treatment produced thelowest SK consumption rate which was significantly different (P<0.05) from P2, P3 and P4 treatments whereas there was non significantly different between P2, P3 and P4 treatment results (P>0.05). Based on theresults of the research, the research concluded that the best ratio given to PE goat is 70% Leguminosa with30% fermented coffee peel.

Keywords: Fermented coffee peel , consumption, PE Goat

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui konsumsi kambing peranakan etawah yang diberi kulit kopiterfermentasi dan leguminosa, Penelitian dilakukan di kelompok Mekar Sari desa Sepang, KecamatanBusungbiu, Kabupeten Buleleng. Sebanyak 16 ekor kambing PE jantan umur 5 – 6 bulan dengan rata-ratabobot awal 20 kg dibagi atas 4 kelompok Parameter diamati (1) Konsumsi BK, BO, PK dan Energi Bruto,dan (2). Konversi Pakan. Hasil penelitian menunjukan Konsumsi bahan kering ransum pada ternakkambing PE yaitu perlakuan P1 (733,87 gram/ekor/hari), perlakuan P2 (755,20 gram/ekor/hari), pelakuanP3 (741,72 gram/ekor/hari) serta P4 adalah 543,22 gram/ekor/hari. Perlakuan P4 juga menunjukankonsumsi BO dan energi bruto terendah dan berbeda nyata (P<0,05) dengan P1, P2 dan P3, sedangkanantara P1, P2 dan P3 tidak berbeda nyata (P>0.05) . SK terendah terdapat pada P1 dan berbeda nyata(P<0,05) dengan P2, P3 dan P4 tetapi antara P2, P3 dan P4 berbeda tidak nyata (P>0,05). Dari penelitianini dapat disimpulkan bahwa Pemberian kulit kopi terfermentasi sebanyak 30 % dan leguminosa berupagamal dan kaliandra 70% memberikan konsumsi paling baik.

Kata Kunci : Kulit kopi terfermentasi, konsumsi, kambing PE

Konsumsi Kambing Peranakan Etawah Yang Diberi Kulit Kopi Terfermentasidan Leguminosa | I Made Londra

Page 9: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014130

PENDAHULUAN

Kambing sebagai salah satu ternak,keberadaannya di Indonesia memberikan andilyang cukup besar bagi pendapatan masyarakatutamanya masyarakat peternak kecil. Ternakkambing atau sering disebut juga ternakruminansia kecil merupakan ternak yang sangatpopuler di kalangan petani di Indonesia terutamayang berdomisili di areal perkebunan. Selain lebihmudah dipelihara, cepat berkembang biak,kambing juga memiliki pasar yang selalu tersediasetiap saat dan hanya memerlukan modal yangrelatif sedikit. Di kawasan perkebunan pakanyang tersedia hanya mampu berproduksi selamalima bulan, dengan produksi tertinggi terjadi padaakhir musim penghujan yaitu pada bulan Maret.Hampir sama halnya dengan tanaman penaung,dalam hal ini Tamanan gamal (Gliricidia sepium)dan kaliandra (Calliandra calothyrsus) produksitertinggi terjadi pada bulan Maret dan April. Selamaenam bulan yaitu bulan Mei sampai Oktober terjadipaceklik pakan hijauan, dengan puncak selama2 bulan yaitu bulan Juli dan Agustus(Surjowardojo.P,et al. 2011). Hasil ini merupakanpermasalahan dalam usaha peternakan kambingkarena itu perlu adanya alternatif lain untukmengatasi kekurangan pakan tersebut, salahsatunya yaitu dengan pemberian kulit kopiterfermentasi.

Semakin tinggi produksi kopi semakin tinggipula limbah yang dihasilkan. Produksi kopi diIndonesia mencapai 689.057 ton/tahun (Anonimus,2009) sedangkan produksi kopi di provinsi Balisebanyak 2,16% dari total produksi kopi Indonesiayaitu 14.887,6 ton/tahun (Anonimus2, 2009).Limbah buah kopi secara fisik komposisinya cukupbesar yaitu sekitar 48 % pada daging buah kopi(Zaenudin et al. 1995), sehingga potensi kulit kopidi Indonesia cukup besar yaitu 330.747 ton/tahunsedangkan di provinsi Bali mencapai 7.146,10 ton/tahun oleh sebab itu, limbah tanaman kopi memilikipotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakanpenguat (konsentrat) bagi ternak. Melalui prosespengolahan kandungan nutrien kulit kopi terutamakandungan proteinnya dapat ditingkatkan.Menurut Kompiang (2000), melalui prosesfermentasi, beberapa limbah berserat tinggitermasuk daging buah kopi dapat ditingkatkannilai nutriennya. Fermentasi menggunakaninokulan Aspergillus niger, kadar protein dagingbuah kopi dapat ditingkatkan dari 9,8 % menjadi12,43 %. Parwati et al., (2006) melaporkan bahwalimbah perkebunan seperti kulit kopi, kakao dan

mete yang difermentasi dapat digunakan sebagaisumber konsentrat pada ternak. Kawasan kebunkopi banyak rumput yang dipelihara disela-selatanaman, disamping itu banyak juga ditanamleguminosa terutama gamal (Gliricidia sepium) dankaliandra (Calliandra calothyrsus) sebagai pohonpenaung tanaman kopi. Sukanten et al., (1996)dalam hasil penelitiannya melaporkan bahwadengan memberikan gamal secara tunggal sajapada kambing dapat meningkatkan pertambahanbobot badan sebesar 80,12 g/ekor/hari.

Konsumsi pakan merupakan hal mendasaryang akan menentukan level nutrien, fungsi danrespon ternak serta penggunaan nutrien dalampakan (Arora, 1995). Ternak ruminansia akanmengkonsumsi pakan dalam jumlah tertentu untukmemenuhi kebutuhan hidup pokoknya, kemudiankonsumsi pakan akan meningkat sejalan denganperkembangan kondisi dan tingkat produksi yangdihasilkannya. Mulyono dan Sarwono (2010)menyatakan bahwa volume pakan yang diperlukankambing sangat tergantung dari total berat badandan kemampuan memakan pakan (aseptabilitas).Orskov (1988) menyatakan bahwa kapasitasrumen akan menentukan tingkat konsumsi pakan,karena ternak akan berhenti makan ketikarumennya telah penuh terisi pakan meskipunkebutuhan nutriennya belum terpenuhi.

Dipihak lain mutu genetik dan produktivitaskambing masih perlu ditingkatkan, antara lainmelalui penggunaan bibit unggul, perbaikan pakandan perbaikan manajemen (Hunter, 1995).Peningkatan produktivitas sebagai hasil dariaplikasi teknologi budidaya tersebut perlu didukungpengembangan sub-sistem sarana produksi dansub-sistem pengolahan hasil (diversifikasi vertikal)serta pemasaran, sehingga mampu menciptakansistem agribisnis yang efektif agar memberikankeuntungan optimal kepada petani. Penelitian inibertujuan untuk menguji konsumsi kambingperanakan etawah yang diberi kulit kopiterfermentasi dan leguminosa

METODE PENELITIAN

Penelitian lapangan dilaksanakan diKelompok Ternak Mekar Sari, Desa Sepang,Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng,dimulai dari bulan Agustus 2011 sampai denganbulan Desember 2011. Analisis Laboratoriumdilaksanakan di laboratorium Nutrisi Pakan TernakFakultas Peternakan Universitas Brawijaya danBalai Penelitian Peternakan (Balitnak) Ciawi,

Page 10: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

131

Bogor. Menggunakan ternak Kambing PeranakanEtawah (PE) jantan sebanyak 16 ekor yangberumur 5 – 6 bulan dengan rata-rata bobot awalRancangan percobaan yang digunakan dalampenelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompokyang terdiri atas 4 perlakuan dan masing-masingperlakuan terdiri atas 4 kelompok/blok sebagaiulangan. Perlakuan tersebut adalah substitusihijauan (gamal dan kaliandra) dengan kulit kopiterfermentasi pada tingkat yang berbeda yaitu :Perlakuan P1 = 100% leguminosa (gamal dankaliandra dengan perbandingan 1 : 1), PerlakuanP2 = 70% leguminosa (gamal dan kaliandradengan perbandingan 1 : 1) + 30% Kulit kopiterfermentasi , Perlakuan P3 = 55 leguminosa(gamal dan kaliandra dengan perbandingan 1 : 1)+ 45% Kulit kopi terfermentasi , Perlakuan P4= 40% leguminosa (gamal dan kaliandra denganperbandingan 1 : 1)+ 60% Kulit kopi terfermentasiPenyusunan ransum perlakuan dilakukanberdasarkan kebutuhan bahan kering (BK) 3,8 %dari bobot badan (Kearl, 1982).

Pada penelitian ini parameter yang diamatimeliputi : (1). pertambahan bobot badan, (2)Konsumsi BK, BO, PK dan Energi Bruto, dan(3). Konversi Pakan. Data-data yang diperolehdari hasil penelitian ini dianalisis dengan analisa

sidik ragam berdasarkan Program GenStatRelease 12.2 dengan tingkat kesalahan 1 – 5 %.Apabila pengujian sidik ragam menunjukkanpengaruh perbedaan yang nyata , maka pengujiandiantara rataan dua perlakuan dilakukan denganLSD.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Nutrien

Konsumsi bahan kering ransum pada ternakkambing PE yaitu perlakuan P1 (733,87 gram/ekor/hari), perlakuan P2 (755,20 gram/ekor/hari),pelakuan P3 (741,72 gram/ekor/hari) serta P4adalah 543,22 gram/ekor/hari. Secara statistikP1, P2 dan P3 berpengaruh nyata (P<0,05)memberikan kontribusi terhadap peningkatankonsumsi bahan kering ransum dibandingkandengan perlakuan P4. Konsumsi tertinggiterhadap bahan kering diperlihatkan olehkambing yang diberikan perlakuan P2 selanjutnyadiikuti oleh perlakuan P3 setelah itu perlakuan P1dan terakhir perlakuan P4. Konsumsi bahankering kambing perlakuan P1, P2 dan P3 berbedanyata (P<0,05) dengan perlakuan P4. Sedangkan

Tabel 1. Komposisi serta Kandungan Nutrien Pakan Hijauan dan Kulit kopi terfermentasi

HijauanNutrien Kulit kopi Terfermentasi *

Gamal** Kaliandra**

BK (%) 82,70 18,54 15,52BO (%) 89,17 92.33 93,24PK (%) 13,68 23,01 25,08SK (%) 52,94 21,94 21,49Energi Bruto (Kkal/kg) 3753 4409 4489

Keterangan : * Nutrien dihitung berdasarkan hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Pakan Ternak FakultasPeternakan, Universitas Brawijaya, Malang

** Nutrien dihitung berdasarkan hasil Analisis Laboratorium Balai Penelitian ternak Ciawi,Bogor

Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Perlakuan

PerlakuanNutrien

P1 P2 P3 P4

BK (%) 17,03 36,73 46,58 56,43BO (%) 92,79 91,70 91,16 90,62PK (%) 24,05 20,94 19,38 17,83SK (%) 21,72 31,08 35,77 40,45Energi Bruto (Kkal/kg) 4.449,00 4.240,20 4.135,80 4.031,40

Konsumsi Kambing Peranakan Etawah Yang Diberi Kulit Kopi Terfermentasidan Leguminosa | I Made Londra

Page 11: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014132

antara perlakuan P1 dengan P2 dan P3 berbedatidak nyata (P>0,05), dapat dilhat padatabel 4.

Konsumsi bahan organik (BO) pakan kambingPE yang mendapatkan perlakuan P4 adalah543,22 gram/ekor/hari. Perlakuan P1, P2 dan P3masing-masing 675,58 gram/ekor/hari, 693,25gram/ekor/hari dan 673,12 gram/ekor/hari. Secarastatistik konsumsi BO kambing PE perlakuan P1,P2 dan P3 masing-masing 19,60; 21,65 ; 19,30%nyata lebih tinggi (P<0,05) dari perlakuan P4.Sedangkan perlakuan P1, P2 dan P3 konsumsibahan organik berbeda tidak nyata (P>0,05) dapatdilihat pada tabel 3.

Perlakuan yang dicobakan sangat nyata(P<0,01) memberikan pengaruh terhadapkonsumsi protein kasar. Ternak kambing PE yangdiberi perlakuan P1, P2, P3 dan P4 konsumsiprotein kasarnya masing-masing 193,65 g/ekor/hari, 177,14 g/ekor/hari, 170,12 g/ekor/hari dan104,58 g/ekor/hari. Hasil penelitian menunjukanternak yang diberi perlakuan P1, P2 dan P3konsumsi protein kasarnya 46,00; 40,97 dan38,53% sangat nyata (P<0,01) lebih tinggidibandingkan dengan perlakuan P4, sedangkanperlakuan P1 konsumsi protein kasarnya 8,53 dan12,15% lebih tinggi dibandingkan denganperlakuan P2 dan P3 tetapi secara statistikberbeda tidak nyata (P>0,05), seperti tabel .4.

Konsumsi serat kasar (SK) pakan kambingPE yang mendapatkan perlakuan P1 adalah174,71 g/ekor/hari, sedangkan P2, P3 dan P4masing-masing 242,58 g/ekor/hari, 247,85 g/ekor/hari dan 254,12 g/ekor/hari. Secara statistik

konsumsi serat kasar kambing PE perlakuan P127,98; 29,51 dan 31,25% sangat nyata lebihrendah (P<0,01) dari perlakuan P2, P3 dan P4,sedangkan perlakuan P2, P3 dan P4 konsumsiserat kasar berbeda tidak nyata (P>0,05) sepertitabel 4.

Konsumsi energi bruto pakan, pada perlakuanyang dicobakan sangat nyata (P<0,01)memberikan pengaruh terhadap kambing PE.Konsumsi energi bruto yang tertinggi dicapai olehperlakuan P2 yaitu 3222,27 kkal/ekor/hari,kemudian diikuti oleh perlakuan P3 (3164,89 kkal/ekor/hari) serta P1 (3091,55 kkal/ekor/hari) danterakhir perlakuan P4 (2480,03 kkal/ekor/hari).Secara statistik perlakuan P4 19,78; 23,04 dan21,64% berbeda sangat nyata lebih rendah denganperlakuan P1, P2 dan P1 (P<0,01). Sedangkanantara perlakuan P2 dengan P1 dan P3 berbedatidak nyata (P>0,05).

Makanan yang dikonsumsi oleh ternak padadasarnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhannyaakan energi, baik untuk mikroba di dalam rumenmaupun ternaknya itu sendiri. Secara teoritisternak akan terus mengkonsumsi pakan (bahankering dan bahan organik) sampai kebutuhannyaakan energi terpenuhi, walaupun kapasitaslambungnya (rumen) masih memungkinkan dapatdiisi. Sebaliknya ternak akan berhenti makan padasaat kapasitas rumennya penuh, walaupun padasaat yang sama kebutuhannya akan energi belumsepenuhnya terpenuhi.

Konsumsi ransum kambing selama 10 minggupenelitian seperti yang disajikan pada Tabel 4,nampak bahwa, konsumsi BK dan BO nyata lebih

Tabel 3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Nutrien Ransum Kambing PE

PerlakuanParameter

P1 P2 P3 P4 F pr.

Konsumsi Nutrien :- B K (gram/ekor/hari) 733,78b 755,20b 741,72 b 597,11a 0,014*- B O (gram/ekor/hari) 675,58b 693.25b 673,12 b 543.22a 0,011*- P K (gram/ekor/hari) 193,65b 177,14b 170.12 b 104,58a 0,001**- S K (gram/ekor/hari) 174,71 a 242,58 b 247,85 b 254,12 b 0,006**- Energi Bruto (Kkal/ekor/hari) 3091,55b 3222,27b 3164,89 b 2480,03a 0,006**Konversi Pakan 8,27a 7,61a 7,42 a 8,53a 0,621ns

Keterangan :- *) = Berpengaruh nyata (P<0,05)- **) = Berpengaruh sangat nyata (P<0,01)- ns) = Berbeda tidak nyata (P>0,05)- F.pr = Probability value- Nilai dengan huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) sampai

sangat nyata (P<0,01).

Page 12: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

133

tinggi (P<0,05) pada kambing yang diberi perlakuanP2, P1 dan P3 dibandingkan dengan perlakuanP1. Hal ini terjadi jika ditinjau dari kandungan energibruto, ransum P2 tertinggi kemudian P3. Ini berartitingginya konsumsi BK dan BO pada ransumperlakuan P2, P1 dan P3 karena disebabkan olehavailabilitas eneginya relatif rendah, sehinggakonsumsi ransum (BK dan BO) menjadi tinggi.Dengan meningkatkan konsumsi diharapkan dapatterpenuhinya kebutuhan akan energi. Selain ituransum P2, P1 dan P3 yang mengandung pakanhijauan berbasis daun-daunan leguminosa sesuaidengan habitat alami kambing dalam mencaripakan yakni merambah/memagut, yangmenyebabkan terjadinya peningkatan bahankering. Berpengaruhnya ransum yang dicobakanterhadap konsumsi energi, juga karena kandunganenergi bruto ransum. Tingginya kandungan energibruto ransum perlakuan P2 ditambah dengankonsumsi BK yang tinggi semakin meningkatkanenergi yang dikonsumsi oleh ternak.

Kondisi ini menunjukkan bahwa perlakuan P4memiliki kecernaan dan palatabilitas yang rendahkarena kandungan serat kasarnya lebih tinggi.Arora (1995) menyatakan bahwa hijauan dengankandungan lignin yang tinggi mempunyaipalatabilitas yang rendah dan konsumsi pakannyalebih rendah daripada hijauan yang mengandunglignin rendah. Selanjutnya ditambahkan bahwa,sifat bulky (kemampuan mengisi) hijauanberpengaruh juga terhadap tingkat konsumsi.Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi bahankering adalah sistem pencernaan ternak. Ternakruminansia akan mengurangi konsumsi pakan jikawaktu retensi pakan meningkat sehingga kapasitasrumen untuk menampung makanan berkurang(Orskov, 2001).

Putra (1992) menyatakan bahwa, hijauan yangbersifat bulky (kemampuannya mengisi lambung)tinggi menyebabkan ternak akan makan sedikit,karena lambungnya cepat terasa penuh. Lebihlanjut dijelaskan bahwa semakin tinggi kandunganserat kasar, maka konsumsi bahan kering akanmenurun (korelasi negatif). Hal ini akan berakibatternak menjadi kurang mampu memenuhi kebu-tuhan energinya. Sejalan dengan itu pula Parak-kasi (1998) menyatakan bahwa tingkat konsumsiditentukan oleh kandungan kalori dan serat kasar.

Meningkatnya konsumsi bahan keringberakibat pada meningkatnya konsumsi BK danPK ransum, Hal ini sejalan dengan pendapat Arora(1995) dan Tillman et al., (1998) bahwa,peningkatan jumlah konsumsi bahan kering akandiikuti dengan peningkatan konsumsi nutrienransum.

Ransum yang berkadar protein rendah dapatmembatasi atau menekan konsumsi pakansukarela (voluntary feed intake) atau konsumsibahan kering (BK) (Minson, 1976; Bowker et al.,1978), lebih lanjut dijelaskan pengaruh rendahnyaprotein ransum terletak pada penyediaan N bagimikroba rumen menjadi rendah, sehingga aktivitasfisiologisnya terhambat. Akibatnya degradasipakan terhambat dan akhirnya menekankonsumsi. Menurut Soebarinoto, et al (1991)protein yang dihasilkan melebihi dari kebutuhanhidup ternak, maka ternak akan menggunakankelebihan nutrien pakan tersebut untukpertumbuhan dan produksi (PBB). Faktor-faktoryang dapat mempengaruhi konsumsi proteinadalah bobot badan, kadar dan kecernaan protein,kualitas pakan, kondisi fisiologis dan kesehatanternak serta aras pemberian pakan (Haryanto danDjajanegara, 1993).

Peningkatan konsumsi protein akanmeningkatkan populasi mikroba rumen, sehinggapencernaan mikroba dalam rumen meningkat,diharapkan dapat digunakan sebagai salah satusumber protein selain protein murni untukmeningkatkan jumlah protein yang terdeposisidalam tubuh ternak dan dimanfaatkan ternak untukmemenuhi hidup pokok dan berproduksi. MenurutOrskov (1992) selain dipengaruhi oleh faktor pakan,deposisi protein juga dipengaruhi oleh bobot badan.Ternak yang berbobot badan rendah dan masukmasa pertumbuhan membutuhkan protein lebihtinggi dibandingkan ternak dewasa yang telahmasuk masa penggemukkan.

Berdasarkan kandungan nutrien (tabel.4)bahwa kandungan SK dari pakan perlakuan yangdiberikan yaitu semakan tinggi pemberian limbahkopi terfermentasi makan kandungan SK semakintinggi pula. Blakely et al., (1998) menyatakanbahwa campuran dari berbagai jenis bahan pakankonsentrat dapat saling melengkapi danmeningkatkan efisiensi serta palatabilitas pakansecara keseluruhan sehingga ternak dapatmencapai produksi maksimum. Campuran daribeberapa bahan pakan sumber protein dan energiakan menjamin kecukupan beberapa macammikro nutrien sehingga defisiensi dapat dicegahapabila ternak dalam jangka waktu yang lamadiberi pakan tersebut (Anggarodi, 1994).

Konversi Pakan

Konversi pakan yang didapatkan dari hasilpenelitian ini adalah untuk perlakuan P1 sebesar8,27, perlakuan P2 (7,61), perlakuan P3 (7,42) danperlakuan P4 (8,53). Secara statistik perlakuan

Konsumsi Kambing Peranakan Etawah Yang Diberi Kulit Kopi Terfermentasidan Leguminosa | I Made Londra

Page 13: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014134

P1 dengan perlakuan P2, P3 dan P4 berbedatidak nyata (P>0,05) disajikan pada tabel 4.

Konversi pakan adalah gambaran terhadapefisiensi penggunaan ransum. Konversi pakanmerupakan perhitungan pembagian antara jumlahkonsumsi bahan kering per hari denganpertambahan bobot badan per hari. Pada penelitianini, rataan konversi pakan tertinggi pada perlakuanP4 yakni 8,53. Hal ini terjadi karena konsumsi BKransum perlakuan P4 paling rendah danpertambahan bobot badan hariannya juga rendahsehingga dampaknya konversi pakan menjaditinggi.

Konversi pakan paling rendah (efisien) terdapatpada perlakuan P3 yakni 7,42, ini berarti bahwakambing yang diberi pakan hijauan berbasis daun-daunan leguminosa (gamal, kaliandra dan 45%limbaah kopi) efisiensi penggunaan ransumnyamenjadi lebih baik. Kambing yang diberi ransumperlakuan P3 membutuhkan 7,42 kg bahan keringransum untuk meningkatkan 1 kg bobot badan.

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanPemberian kulit kopi terfermentasi sebanyak

45 % dan pemberian 55% leguminosa berupagamal dan kaliandra (P3) memberikan konsumsipakan paling baik terhadap kambing peranakanetawah dan konversi pakan kecendrungan yangpaling efisien dalam penggunaan pakan.

Saran.Bagi para peternak kambing PE di kawasan

perkebunan bisa menggunakan limbah kulit kopisebanyak 45 % sebagai pengganti leguminosa(kaliandra dan gamal) karena memberikankonsumsi psksn yang paling baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum.Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Anonimus. 2009. Statistik Perkebunan 2009.Kementrian Pertanian RI, Jakarta.

Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikroba padaRuminansia. Cetakan Kedua. Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta.

Food and Agriculture Organization. 1990.Guidelines for The Conduct of Training inFarming System Development. FAO – UN.Rome. Italy.

Hunter, R.A. and Vercoe.J.E., 1984. The Role ofUrea in the Nutrition of Ruminants Fed TwoQuality Roughage Diets. Outlook on Agric.13 : 154 – 169.

Kompiang, IP. 2000. Peningkatan Mutu Bahan BakuPakan. Makalah Seminar Pengembanganteknologi Pertanian Ramah Lingkungan.IP2TP Denpasar. Denpasar : 8-9 Maret 2000.

Kearl, L.C. 1982. Nutrition Requirements ofRuminants in Developing CountriesInternational Feedstuff Institute Utah Agric.Exp. Station Utah State Univ. Logan Utah.USA.

Minson, D.J. 1976. Nutritional Significant of Proteinin Temperate and Tropical Pasture. Proc. ofSymp. from Plant to Animal Protein No.2 (Rev.Rur. Sci). University of New England.Armidale, N.S.W. p. 27 – 30.

Orskov, E. R. 1992. Protein Nutrition in Ruminants.Edisi ke-2. Harcount BraceJovanovich,Publishers, London.

Orskov, ER. 2001. The Feeding of RuminantsPrinciples and Practice. ChalcombePublication, London.

Parwati, I.A.P.,Guntoro. S, Suyasa. N., Raiyasa.I.M., Londra. I.M dan Sriyanto. 2006.Penelitian Adaptif Pengolahan LimbahPerkebunan Untuk pakan Ternak. LaporanAkhir Tahun. Balai Pengkajian Teknologipertanian Bali.

Pane, I. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. PenerbitPT. Gramedia, Jakarta.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan MakananTernak Ruminan. Penerbit UniversitasIndonesia, Jakarta.

Putra, S. 1992. Evaluasi Komposisi Kimia danTingkat Konsumsi 16 Provenance Gamal(Gliricidia sepium) yang Ditanam pada LahanKering di Bali. (tesis). Bogor: Institut PertanianBogor.

Smith, J,B. dan Mangkuwidjoyo, S. 1988.Pemeliharaan, Pembiakan dan PenggunaanHewan Percobaan di Daerah Tropis. CetakanPertama. Universitas Indonesia Press.Jakarta

Soebarinoto, S. Chuz.aemi, dan Mashudi. 1991.Ilmu Gizi Ruminansia. Jurusan Nutrisi danMakanan Ternak. LUW. UniversitasBrawijaya. Malang.

Page 14: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

135

Sukanten, I.W., Uchida.S., Nitis. I.M., Putra. Sand Lana. I.K., 1996. Performance of the Goatfed Grass, Shrub and Tree Fodders Duringthe Dry Season in Bali, Indonesia. Asian –Australian J. of Anim. Sci. Vol. 9 (4) :359 – 482.

Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2010. PenggemukanKambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta

Orskov, E. R. 1988. The Feeding of RuminantPrinciples and Practice. Chalombe publ.,Marlow.

Surjowardojo.P, Chuzaemi.S, Sutama.I.K danLondra.I.M, 2011, Laporan PRA (Participatory

Rural Aprraisal). Kerjasama Kemitraan Pene-litian Pertanian dengan Perguruan Tinggi(KKP3T), Badan Penelitian dan Pengem-bangan (LITBANG) Pertanian, Jakarta denganUniversitas Brawijaya, Malang.

Tillman, A.D., Hartadi.H., Reksohadiprodjo.S.,Prawirokusumo.S. dan Lebdosoekojo. S.,1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. GadjahMada University Press, Yogyakarta.

Zainuddin. D., Kompiang. I. P. dan Hamid. H, 1995.Pemanfaatan Kulit kopi Dalam RansumAyam. Kumpulan Hasil –Hasil PenelitianAPBN T.A. 94/95. Balai Penelitian ternakCiawi-Bogor.

Konsumsi Kambing Peranakan Etawah Yang Diberi Kulit Kopi Terfermentasidan Leguminosa | I Made Londra

Page 15: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014136

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI KOMODITAS HORTIKULTURADI KAWASAN PERKEBUNAN KABUPATEN TABANAN

(Studi Kasus Desa Belatungan, Kecamat an Pupuan, Kabup aten Tabanan)

Jemmy Rinaldi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar-Selatan, Bali, 80222

Email: [email protected]

Submitted date : 15 Nopember 2015 Approved date: 5 Desember 2015

ABSTRACTThe Contribution of Horticulture Farming in The Plant ation Area of T abanan Regency

In the plantation area often farm horticulture commodity as an additional income of the farmers household.Theaim of this study were: (1) determine income and feasibility of horticultural farming, and (2) determine thecontribution of farm income of horticulture commodity. Study conducted by interview through ParticipatoryRural Appraisal (PRA). Interviews were conducted with farmers in the village Belatungan with a total sampleof 30 farmers. Indicator used was analysis of farm income crops produced by farmers. Followed by the valueof the type of income per farm compared to the entire generatedcrops revenue. The results in study indicatethat types ofBelatunganVillagefarmers’ incomefromcropaspectdivided intotwokinds of commodities, i.eestatecropandhorticulture.Based on thetype offarming, farm incomegeneratedduring theyearamountingtoIDR5.179.450. Contribution offarm income, horticulturalfarming was the highest, 86,97%. Bananas farmingcontribute the highest number 56,76% of all both estate crop and horticulture.

Keywords: Contribution, farm income, horticulture commodity

ABSTRAK

Kawasan perkebunan seringkali banyak diusahakan komoditas hortikultura yang menjadi salah satupendapatan sampingan rumah tangga petani. Tujuan dari kajian ini adalah : (1) mengetahui seberapabesar pendapatan dan kelayakan usahatani komodtas hortikultura, dan (2) mengetahui kontribusipendapatan usahatani dari komoditas hortikultura. Kajian ini dilakukan dengan wawancara yang dilakukandengan metode Partisipatory Rural Apraisal (PRA). Wawacara dilakukan terhadap petani di Desa Belatungandengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Indikator analisis yang digunakan adalah analisis pendapatanusahatani komoditas tanaman yang dihasilkan petani. Selanjutnya nilai jenis pendapatan per usahatanidibandingkan dengan pendapatan seluruh komoditas tanaman yang dihasilkan. Hasil kajian menunjukkanbahwa jenis pendapatan petani dari aspek tanaman di Desa Belatungan terbagi menjadi 2 jenis komoditas,yaitu komoditas perkebunan dan komoditas hortikultura. Berdasarkan jenis usahatani, pendapatan usahataniyang dihasilkan selama setahun yaitu sebesar Rp. 5.179.450. Kontribusi pendapatan usahatani tertinggiterdapat pada usahatani komoditas hortikultura yaitu sebesar 86,97% dengan jenis usahatani pisang yangpaling berkontribusi yaitu sebesar 56,76% dari pendapatan seluruh usahatani komoditas perkebunanmaupun hortikultura.

Kata kunci : kontribusi, pendapatan usahatani, komoditas horikultura

PENDAHULUAN

Komoditas hortikultura merupakan komoditaspotensial yang mempunyai nilai ekonomi danpermintaan pasar yang tinggi. Kontribusi subsektor hortikultura terhadap pembangunan sektorpertanian dari tahun ke tahun cenderung meningkat

yang ditandai dengan peningkatan beberapaindikator makro seperti produk domestik bruto(PDB), volume ekspor, penyerapan tenagakerja dan nilai tukar petani (NTP) (LitbangPertanian, 2012). Keragaman komoditashortikultura yang begitu besar dan nilai ekonomisyang tinggi menimbulkan kesulitan di dalam

Page 16: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

137

memilih prioritas komoditas yang akandikembangkan.

Dibandingkan sektor-sektor lainnya, sektorpertanian dianggap sektor yang lentur dalammenghadapi krisis moneter dan ekonomi, karenaselain merupakan sumber mata pencahariansebagian besar masyarakat, ternyata juga mampumeningkatkan kapasitas penyerapan tenaga kerja.Hal ini dibuktikan bahwa usaha yang berbasis padasumberdaya domestik masih menunjukkankeunggulannya dalam menghadapi krisis ekonomidibandingkan usaha yang berbasis sumberdayaimpor (G. Kartono dkk, 2004).

Menurut Rachmadi Ramli dan Dewa K.S.Swastika (2005) pemilihan komoditas yang akandikembangkan di suatu daerah seharusnya yangmemiliki keunggulan kompetitif, sehinggamenguntungkan dan berkesinambungan.Komoditas prioritas atau unggulan di dalamprogram pengembangan kawasan agribisnishortikultura mengacu pada kriteria pangsa pasar,keunggulan kompetitif, nilai ekonomi, sebaranwilayah produksi dan kesesuaian agroekosistem(Litbang Pertanian, 2012).Pada era perdaganganbebas, semua komoditas pertanian dapat bebasdiperdagangkan antar daerah, bahkan negara.Konsekuensi dari perdagangan bebas adalahhanya komoditas yang mempunyai keunggulankompetitif saja yang dapat bersaing.

Pada umumnya petani menentukankomoditas yang diusahakan adalah meresponkenaikan tingkat harga satu komoditas dalamjangka pendek. Padahal komoditas tersebutbelum tentu mempunyai keunggulan wilayah itu.Sering terjadi kelebihan produksi di suatu wilayahkarena petani menanam komoditas yang samapada waktu yang sama dan jumlah banyak sertamutu hasil yang kurang diperhatikan sehinggaberdampak pada harga jual.

Tujuan dari pengkajian ini adalah (1)mengetahui seberapa besar pendapatan petani dantingkat kelayakan usahatani komoditashortikultura yang diusahakan di Desa Belatungan,Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, (2)mengetahui kontribusi pendapatan dari komoditashortikultura yang diusahakan di Desa Belatungan,Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.

METODE PENGKAJIAN

Kajian dilakukan di Desa Belatungan,Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan dengan

pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA).Suatu pengertian prinsip dari PRA menurut Leeuwis(2000), adalah pemberdayaan masyarakat(community empowerment), dengan melibatkanmasyarakat untuk berpartisipasi dalam prosesperencanaan (process of planning), pengambilankeputusan (decision making) dan pembelajaransosial (social learning).

Kajian ini dilakukan pada tahun 2012 denganmewawancara 30 responden petani mengenaiusahatani komoditas yang dominan diusahakan.Adapun analisis pendapatan digunakan rumus(Downey dan Erickson, 1985 dan Suratiyah,1997) :

I = Σ (y . Py ) - Σ (Xi . Pxi )

Keterangan :I = Pendapatan (Rp/ha)Y = Output/hasil (kg)Pxi = Harga input (Rp)Py = Harga output (Rp)Xi = Jumlah input (i = 1,2,3….n)

Data dianalisis menggunakan tabulasi silangdan statistik sederhana. Analisis dilakukan denganmenggunakan analisis anggaran parsial. Indikatoranalisis yang dipakai adalah R/C ratio (Return CostRatio). Soekartawi (1995) menyebutkan bahwa R/C ratio adalah perbandingan (nisbah) antarapenerimaan dan biaya. Secara matematik, hal inidapat dituliskan sebagai berikut :

Ra =

C

R = Py.YC = FC + VCa = {(Py.Y) / (FC +VC)}

KeteranganR = PenerimaanC = BiayaPy = Harga outputY = OutputFC = Biaya tetap (fixed cost)VC = Biaya tidak tetap (variabel cost)Jika a > 1 maka dikatakan layak,

a < 1 maka dikatakan tidak layak dana = 1 maka dikatakan impas (tidak untung

maupun merugi)

Kontribusi Pendapatan Usahatani Komoditas Hortikultura di Kawasan Perkebunan Kabupaten Tabanan(Studi Kasus Desa Belatungan, Kec. Pupuan, Kab. Tabanan) | Jemmy Rinaldi

Page 17: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014138

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan Usahatani KomoditasPerkebunan

Usahatani komoditas perkebunan yang palingdominan di Desa Belatungan, KecamatanPupuan, Kabupaten Tabanan adalah kopi, kakaodan kelapa. Luas lahan yang diusahakanmasyarakat rata-rata sebesar 0,50 hektar atau 50are. Lahan tersebut diusahakan tanamankopisebanyak 600 tanaman dengan umurtanaman rata-rata 34 tahun. Sedangkan tanamankakao sebanyak 90 pohon dengan umur tanaman25 tahun, serta tanaman kelapa sebanyak 5 pohondengan umur tanaman rata-rata 50 tahun.

Berdasarakan hasil kajian, penerimaanusahatani komoditas perkebunantertinggi padakomoditas kopi dengan penerimaan sebesar Rp.7.400.000,-. Kemudian diikuti oleh komoditaskakao dan kelapa masing-masing sebesar Rp.5.225.000,- dan Rp. 3.200.000,-. Hal ini berbedadengan pendapatan usahatani yang dihasilkanpetani pada komoditas perkebunan, yaitu tertinggipada komoditas kelapa sebesar Rp. 2.480.000,-.Sedangkan komoditas kopi dan kakao mengalamikerugian yaitu masing-masing sebesar Rp. -1.565.550,- dan Rp. -240.000,- (Tabel 1). Hal inidisebabkan karena tingginya biaya input yangdikeluarkan pada usahatani kopi dan kakao yangsebagian besar adalah biaya input tenaga kerjadari pemeliharaan sampai dengan pasca panen.Sedangkan komoditas kelapa hanyamengeluarkan biaya input tenaga kerja panen.

Jika biaya tenaga kerja dalam keluarga tidakdiperhitungkan dalam usahatani, makapendapatan rill tertinggi yang diterima petani padakomoditas perkebunan yaitu kopi sebesar Rp.6.135.000,-, kemudian kakao sebesar Rp.

3.659.450,- dan kelapa Rp. 2.480.000,-. Olehkarena itu komoditas kopi dan kakao masihdominan diusahakan di Desa Belatungan,kecamatan Pupuan, kabupaten Tabanan. Hal inidisebabkan petani sebagai pelaku usaha tidakmemperhitungkan tenaga kerja meraka dankeluarga, melainkan hanya melihat nilai akhir yangditerima pada usahatani tersebut.

Berdasarkan analisis usahatani komoditasperkebunan di Desa Belatungan terutamakomoditas kopi dan kakao sudah tidak layakdiusahakan dengan indikator R/C ratio masing-masing dibawah 1. Artinya usahatani kopi dankakao jika diusahakan akan mengalami kerugianbagi petani. Hal ini disebabkan karena umurtanaman kopi dan kakao sudah melebihi batasmaksimum produksi. Sejalan dengan hasilpenelitian yang menyatakan bahwa umur tanamanberpengaruh terhadap produksi khususnyatanaman kakao (Slameto, 2003; Tumanggor,2009). Hal tersebut juga didukung oleh pernyataanbahwa usia tanaman kakao yang paling produktifadalah 13-19 tahun (Wahyudi et al., 2009). Umurkomoditas kelapa juga sudah melampaui batasmaksimum, tetapi petani tidak dirugikan karenabiaya input hampir tidak dikeluarkan sama sekali.Hanya pada saat panen dan biasanya penenkelapa sudah dibebankan pada pembeli.

Pendapatan Usahatani KomoditasHortikultura

Usahatani komoditas hortikultura yang palingdominan yang ditanam petani pada areal lahanperkebunan dengan luas sebesar 50 are yaitupisang, manggis dan durian. Tanaman pisang rata-rata diusahakan sebanyak 50 rumpun. Sedangkanmanggis dan durian masing-masing sebanyak 5pohon dengan umur tanaman 15 tahun dan 2 pohon

Tabel 1. Analisis Usahatani Komoditas Perkebunan di Subak Merta Sari, Desa Belatungan, KecamatanPupuan, Kabupaten Tabanan Tahun 2012

Jenis Usahatani Komoditas PerkebunanNo. Uraian

Kopi(Rp) Kakao (Rp) Kelapa(Rp)

1. Biaya sarana produksi 1,145,000 1,840,550 -2. Biaya tenaga kerja 6,495,000 5,225,000 720,0003. Biaya rill yang dikeluarkan 1,265,000 1,840,550 720,0004. Penerimaan 7,400,000 5,500,000 3,200,0005. Pendapatan usahatani -240,000 -1,565,550 2,480,0006. Pendapatan rill yang diterima 6,135,000 3,659,450 2,480,0007. R/C ratio 0.97 0.78 4.448. Kelayakan usaha tidak layak tidak layak layak

Page 18: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

139

dengan umur tanaman 20 tahun. Ketiga jenistanaman hortikutura tersebut ditanaman disela-sela antara tanaman kopi, kakao dan kelapa.Berdasarakan hasil kajian, penerimaan usahatanikomoditas hortikultura tertinggi pada komoditaspisang dengan penerimaan sebesar Rp.3.750.000,-. Kemudian diikuti oleh komoditasdurian dan manggis masing-masing sebesar Rp.1.500.000,- dan Rp. 250.000,-. (Tabel 2).

Berdasarkan hasil analisis, jika biaya tenagakerja dalam keluarga tidak diperhitungkan dalamusahatani, maka pendapatan rill tertinggi yangditerima petani pada komoditas hortikultura yaitupisang sebesar Rp. 3.500.000,-, kemudian duriansebesar Rp. 1.500.000,- dan manggis Rp.250.000,-. Begitu pula jika pendapatan usahatanidiperhitungkan biaya tenaga kerja dalam keluarga,maka pendapatan tertinggi tetap pada komoditaspisang yaitu sebesar Rp. 2.950.000,-. Kemudiandiikuti oleh pendapatan durian sebesar Rp,1.350.000,- dan pendapatan manggis sebesar Rp.215.000,-. Tidak ada perbedaan pendapatan yangdiperoleh petani disebabkan karena ketigakomoditas hortikultura ini tidak terlalu diperhatikandalam usahataninya. Petani hanya mengeluarkanbiaya input produksi pada tenaga kerja yang dapatdilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga.

Berdasarkan analisis usahatani komoditashortikultura di Desa Belatungan sangat layakdiusahakan dengan indikator R/C ratio masing-masing diatas1. Artinya usahatani pisang, duriandan manggis jika diusahakan akan mengalamikeuntungan usaha bagi petani. Hal inimenunjukkan bahwa usahatani komoditashortikultura yang dilakukan petani di DesaBelatungan mampu meningkatkan pendapatanpetani walaupun dianggap sebagai komoditassampingan.

Kontribusi Pendapatan Usahatani KomoditasHortikultura

Pendapatan usahatani diperoleh dari selisihantara total penerimaan dan total biaya dariusahatani tersebut. Sedangkan untuk mengetahuikontribusi pendapatan usahatani diperoleh daripendapatan komoditas dibagi total pendapatanseluruh komoditas dari usahatani. Pendapatan rillyang diterima petani dalam waktu satu tahundengan luas areal 50 are untuk komoditasperkebunan dan hortikultura diperoleh sebesar Rp.17.524.450,- (Tabel 3). Adapun pendapatan yangditerima petani tertinggi yaitu komoditas kopidengan kontribusi sebesar 35,01%. Berdasarkantotal pendapatan rill yang diterima petani kontribusitertinggi terdapat pada komoditas perkebunansebesar 70,04%, sedangkan komoditashorikultura hanya mencapai 29,06%. Hal ini yangmenyebabkan komoditas perkebunan masihdominan diusahakan dan lebih diperhatikan dalampemeliharaannya. Lain halnya dengan komoditashortikultura, sebagian besar petani tidakmemelihara komoditas tersebut dengan maksimal.

Berdasarkan analisa pendapatan usahatanidalam waktu satu tahun dengan luas areal 50 areuntuk komoditas perkebunan dan hortikulturadiperoleh pendapatan sebesar Rp. 5.179.450,-.Pendapatan usahatani tertinggi yaitu padakomoditas hortikultura diperoleh sebesar 86,97%dengan komoditas yang potensi adalah pisang.Sedangkan komoditas perkebunan hanyaberkontribusi terhadap pendapatan usahatanisebesar 13,02%. Hal ini disebabkan karenausahatani kopi dan kakao mengalami kerugian jikadiperhitungan secara bisnis denganmemperhitungkan biaya input tenaga kerja dalamkeluarga. Kerugian usahatani komoditas

Tabel 2. Analisis Usahatani Komoditas Hortikultura di Subak Merta Sari, Desa Belatungan, KecamatanPupuan, Kabupaten Tabanan Tahun 2012

Jenis Usahatani Komoditas HortikulturaNo. Uraian

Pisang (Rp) Manggis (Rp) Durian (Rp)

1. Biaya sarana produksi 250,000 - -2. Biaya tenaga kerja 560,000 35,000 150,0003. Biaya rill yang dikeluarkan 250,000 - -4. Penerimaan 3,750,000 250,000 1,500,0005. Pendapatan usahatani 2,940,000 215,000 1,350,0006. Pendapatan rill yang diterima 3,500,000 250,000 1,500,0007. R/C ratio 4.63 7.14 10.008. Kelayakan usaha layak layak layak

Kontribusi Pendapatan Usahatani Komoditas Hortikultura di Kawasan Perkebunan Kabupaten Tabanan(Studi Kasus Desa Belatungan, Kec. Pupuan, Kab. Tabanan) | Jemmy Rinaldi

Page 19: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014140

perkebunan khususnya usahatani kopi dan kakaotidak hanya dari sisi biaya input usahatani, tetapiumur tanaman yang diusahakan sudah melebihiumur maksimum produksi. Sehingga produksiyang dihasilkan dari usahatani kopi dan kakaotidak mampu lagi memenuhi biaya input produksi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Komoditas hortikultura sebagai usahasampingan dengan luas lahan sebesar 50 are danditanam diantara tanaman perkebunan mampumemeperoleh pendapatan usahatani sebesar Rp.5.250.000,- per tahun dengan komoditas yangpaling berpotensi yaitu pisang. Dari sisi kelayakanusahatani, komoditas hortikultura layakdiusahakan sebagai tambahan pendapatan bagipetani.

Komoditas hortikultura berkontribusi lebihbesar dibandingkan komoditas perkebunan jikasemua biaya input usahatani diperhitungkan,termasuk biaya input tenaga kerja dalam keluarga.Tetapi jika perhitungan pendapatan hanya biayainput rill yang dikeluarkan petani, maka komoditashortikultura hanya mampu memberikan kontribusipendapatan sebesar 30 persen.

Saran

Komoditas hortikultra ternyata memberikanpendapatan yang baik walaupun hanya sebagaikomoditas sampingan dan sebagian besar tidakterpelihara dengan baik. Sebaiknya petanimelakukan pemeliharaan yang optimal terhadapkomoditas hortikultura agar pendapat yangdihasilkan lebih maksimal.

Komoditas perkebunan sebagai komoditasdominan yang diusahakan petani terutama kopidan kakao dapat ditingkatkan pendapatannya, jikaumur tanaman tidak lebih dari umur maksimumproduksi. Oleh karena itu sebaiknya pemerintahdaerah mampu memberikan bibit untuk menggantitanaman kopi dan kakao yang sudah tidakproduktif.

DAFTAR PUSTAKA

Downey, W.D. dan S.P. Erickson. 1985.Manajemen Agribisnis. Dialihbahasakan olehRochidayat, Gonda S dan Alfonsus. PenerbitErlangga. Jakarta. 516 hal.

Kartono, G. Suyamto, F. Kasijadi, R. Hardianto,B. Irianto dan Z. Arifin. 2004. ProsidingSeminar Prospek Sub Sektor PertanianMenghadapi Era AFTA Tahun 2003. PusatPenelitian dan Pengembangan SosialEkonomi Pertanian. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian.

Tabel 3. Kontribusi Pendapatan Usahatani per Tahun di Subak Merta Sari, Desa Belatungan, KecamatanPupuan, Kabupaten Tabanan Tahun 2012

No. Komoditas

1. Komoditas PerkebunanKopi 600 -240,000 6,135,000 35.01 -4.63Kakao 90 -1,565,550 3,659,450 20.88 -30.23Kelapa 25 2,480,000 2,480,000 14.15 47.88Total Pendapatan 674,450 12,274,450 70.04 13.02Perkebunan

2. Komoditas HortikulturaPisang 50 2,940,000 3,500,000 19.97 56.76Manggis 5 215,000 250,000 1.43 4.15Durian 2 1,350,000 1,500,000 8.56 26.06Total Pendapatan 4,505,000 5,250,000 29.96 86.97Hortikultura

Total Pendapatan 5,179,450 17,524,450 100.00 100.00

Populasi(pohon/rumpun)

PendapatanUsahatani

(Rp)

PendapatanRill yangDiterima

(Rp)

KontribusiPendapatanRill diterimaPetani(%)

KontribusiPendapatanUsahatani

(%)

Page 20: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

141

Leeuwis, Cees. 2000. ReconceptualisingParticipation For Sustainable RuralDevelopment. Toward a Negotiation Approach.Development and Change. Vol. 31, Number5, November 2000 p. 931-959.

Rachmadi Ramli dan Dewa K.S. Swastika. 2005.Analisis Keunggulan Kompetitif BeberapaTanaman Palawija di Lahan Pasang SurutKalimantan Tengah. Jurnal Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8,No.1, Maret 2005 : 67 – 77. Pusat Penelitiandan Pengembangan Sosial EkonomiPertanian.

Slameto. 2003. Analisis Produksi, Penawaran danPemasaran Kakao di Daerah SentraPengembangan Komoditas UnggulanLampung. Tesis Program PascasarjanaInstitut Pertanian Bogor. Bogor.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. PenerbitUniversitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Suratiyah, K. 1997. Analisis Usahatani. JurusanSosial Ekonomi Pertanian. Fakultas PertanianUniversitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Tumanggor, D.S. 2009. Analisis Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Produksi Cokelat diKabupaten Dairi. Tesis Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera Utara, Medan.

Wahyudi, T., T.R. Panggabean dan Pujianto. 2009.Panduan Lengkap Kakao, ManajemenAgribisnis dari Hulu Hingga Hilir. CetakanKedua. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kontribusi Pendapatan Usahatani Komoditas Hortikultura di Kawasan Perkebunan Kabupaten Tabanan(Studi Kasus Desa Belatungan, Kec. Pupuan, Kab. Tabanan) | Jemmy Rinaldi

Page 21: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014142

Peluang Meningkatkan Nilai Tambah Usahatani Padi dengan Pembinaan KelompokTani Sebagai Penangkar Benih

Ni Putu Sutami

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah rai Pesanggaran Denpasar – Selatan, Bali, 80222

Email : [email protected]

Submitted date : 14 Nopember 2015 Approved date: 10 Desember 2015

ABSTRACTOpportunity to Increase The Rice Farming V alue -Added by Seed Breeder Coaching

To The Farmers Group

Awareness of the importance of the use of best seed(labeled) encourage the growth ofseed breedingbussiness. Rice seed breeding inTabanan Regency implemented by farmers/breeder in the form of individualsor groups whose member are farmers (Gapoktan). This research was conducted in Subak Guama fromMarch to June 2013. The Policyto provides guidance and assistance to the farmer groups breeder intendedto increase the value-added rice production that ultimately may increase farmers’ income. Also, it wasexpected to farmer groups as abreeder/producer of seed develops into business units agribsnis orientedbusinesses. The aimof this study were to calculate and analyze the rece ivedadded-value of the farmers whowere implementing the processing breeder rice seed. The results of this study were also expected to in formthe important notice to the farmer breeder sand other parties interested inconducting rice seed.The resultsshowed that mostly KUAT Subak Guama breeds the Ciherang Varieties with seed class of BD, BP and BRwhich is conducted in collaboration with the UPBS of AIAT Bali, Ministry of Agriculture. The added valueobtained by the breeder farmers through calculation of the gap between the out put and material price toprocessing of 1 kg dry grain harvest (GKP) into the seed was Rp 1,855. It was indicated that agribusiness ofpaddy seed create value added (positive). The results of this study were expected to provide information tofarmers, breeders and others interested who conducting rice seed breeding.

Keywords: Value-added, coaching groups and paddy seed breeder

ABSTRAK

Kesadaran akan pentingnya penggunaan benih unggul (berlabel) mendorong tumbuhnya usaha perbenihan.Penangkaran benih padi di Kabupaten Tabanan dilaksanakan oleh petani/penangkar dalam bentukperorangan ataupun yang tergabung dalam kelompoktani/Gapoktan. Penelitian ini dilakukan di Subak Guamadari Bulan Maret-Juni 2013. Kebijakan memberikan pembinaan dan pendampingan kepada kelompok tanipenangkar dimaksudkan agar dapat meningkatkan nilai tambah produksi padinya sehingga pada akhinyadapat meningkatkan pendapatan petani. Dan diharapkan pula kelompok tani sebagai penangkar/produsenbenih berkembang menjadi unit usaha bisnis yang berorientasi agribsnis. Tujuan dari penelitian ini antaralain untuk menghitung dan menganalisis nilai tambah yang diterima petani penangkar dalam melaksanakanprosessing benih padi. Hasil penelitian ini juga diharapkan menghasilkan informasi yang penting untukpetani penangkar maupun pihak lain yang tertarik melakukan kegiatan penangkaran benih padi. Hasilpenelitian menunjukkan KUAT Subak Guama sebagian besar menangkarkan benih varietas Ciherangdengan kelas benih BD, BP dan BR yang dilakukan bekerjasama dengan UPBS BPTP Bali. Nilai tambahyang diperoleh petani penangkar dengan menghitung selisih antara nilai output dan harga bahan bakuuntuk pengolahan 1 kg GKP menjadi benih sebesar Rp 1.855. Hal ini berarti agribisnis penangkaran benihpadi sawah memberikan nilai tambah (positif). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasikepada petani, penangkar maupun pihak lain yang tertarik melakukan kegiatan penangkaran benih padi

Kata kunci :Nilai tambah, pembinaan kelompok dan penangkar benih padi

Page 22: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

143

PENDAHULUAN

Peningkatan produktivitas beras saat inimengalami penurunan, salah satunya akibat alihfungsi lahan termasuk untuk pemukiman. Olehkarena itu sangat dibutuhkan dukungan dankeberpihakan pemerintah pusat maupun daerahpada sektor pertanian. Melalui HKTI, Bali jugameminta agar pemerintah melakukan terobosandan revitalisasi pengelolaan pertanian dalam upayamewujudkan sistem pertanian industrial unggulberkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokaluntuk meningkatkan kemandirian pangan, nilaitambah, ekspor dan kesejahteraan petani.

Pengembangan usaha agribisnis padi danupaya peningkatan produktivitas beras membukapeluang berkembangnya industri sarana produksidan jasa pelayanan, salah satunya adalahpenyediaan benih unggul. (Badan Penelitian danPengembangan Pertanian, 2007). Penyediaanbenih unggul merupakan salah satu inovasiteknologi (inotek) yang dihasilkan oleh BadanLitbang Pertanian dan lembaga penelitian lainnyadalam mendukung pembangunan pertanianterutama dalam penyediaan pangan (Darman dkk,2007). Ketersediaan benih unggul yang diperlukanpetani merupakan hal penting yang perlu dicermatioleh pemangku kepentingan termasuk pengambilkebijakan guna mendukung keberhasilan budidayapadi. Mengingat pentingnya fungsi benih dalamketahanan pangan, maka penggunaan benihunggul disesuaikan dengan agroklimat danpreferensi konsumen.

Kebutuhan benih padi unggul di Bali mencapai3.775 ton, dengan potensi luas tanam 151.000hektar. Sementara produksi benih dari penangkarhanya 2.336,7 ton. Sistem pengadaan dan distrbusibenih unggul meliputi berbagai aspek kegiatanyang saling terkait dan berjenjang mulai dari tingkatnasional sampai ke petani pengguna yangmengadopsi. Namun demikian ketersediaan benihdalam volurne yang besar dan dalam waktu yangbersamaan sulit dilakukan karena berkaitandengan ketersediaan varietas yang diinginkanpetani, pengadaan dan pengawasan kualitas sertadistribusinya.

Selama ini benih unggul yang digunakan dalamusahatani sangat tergantung pada benih yangdihasilkan oleh Balai Pengawasan dan SertifikasiBenih (BPSB). Padahal kemampuan BPSB untukmenghasilkan benih yang dibutuhkan petani sangatterbatas. Untuk itu diperlukan kerjasama antarapemerintah, swasta dan petani guna memecahkanmasalah ketersediaan benih. Dalam rangka

membantu penyediaan benih unggul, upaya yangdilakukan adalah memberikan peluang kepadapetani baik secara berkelompok (kelompok taniatau gabungan kelompok tani) untuk tumbuhmenjadi penangkar benih. Kemandirian petaniuntuk memproduksi sendiri kebutuhan benih dapatmenghemat waktu dan biaya. Dalam memproduksibenih, kelompok tani penangkar menggunakanteknologi yang telah ada dan perlu dukunganpenguatan kelembagaan kelompok melaluipenyuluhan dan pendampingan.

Pembinaan kelompok tani atau gapoktansebagai penangkar benih pada awalnya diharapkandapat membantu memenuhi kebutuhan benih padidi tingkat lokal. Kebijakan memberikan pembinaandan pendampingan kepada kelompok tanipenangkar dimaksudkan agar dapatmeningkatkan nilai tambah produksi padinyasehingga pada akhinya dapat meningkatkanpendapatan petani. Dan diharapkan pula kelompoktani sebagai penangkar/produsen benihberkembang menjadi unit usaha bisnis yangberorientasi agribsnis.

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung danmenganalisis nila tambah yang diterima petanipenangkar dalam melaksanakan prosessing benihpadi. Hasil penelitian ini juga diharapkanmenghasilkan informasi yang penting untuk petanipenangkar maupun pihak lain yang tertarikmelakukan kegiatan penangkaran benih padi.

METODE PENELITIAN

Lokasi peneltian dilakukan di Subak Guama,Desa Selanbawak, Kecamatan Marga. Lokasipenelitian ditentukan secara sengaja denganpertimbangan kelompok tani ini secara konsistenmengembangkan usaha penangkaran dan produksibenih padi Penelitian ini melibatkan seluruhpemangku kepentingan yang meliputi instansipemerintah, swasta dan petani penangkar benih.Kajian ini menggunakan data yang bersifatkuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif beruapaangka-angka seperti jumlah benih yangditangkarkan dan kebutuhan benih. Sedangkandata kualitatif berupa pernyataan verbal sepertikebijakan perbenihan di Bali, persepsi dan saranpemangku kepentingan perbenihan.

Untuk memperoleh kedua jenis data tersebut,bersumber dari data primer dan sekunder. Metodepengumpulan data primer diperoleh dari survey danwawancara secara mendalam kepada petanipenangkar. Sedangkan data sekunder diperoleh

Peluang Meningkatkan Nilai Tambah Usahatani Padi dengan Pembinaan Kelompok TaniSebagai Penangkar Benih | Ni Putu Sutami

Page 23: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014144

dari publikasi dan laporan yang terkait seperti dariBPS Provinsi Bali dan Dinas Pertanian Tanamanpangan Provinsi Bali.

Data yang terkumpul selanjutnya ditabulasidan dianalisis dengan metode analisis deskriptifdengan tujuan menjelaskan atau mendeskripsikankeadaan yang sebenarnya. Untuk perhitungan nilaitambah digunakan Metode Output-Input. Semuanilai dinilai berdasarkan harga masing-masingproduk atau input yang berlaku pada tahunanalisis. Berdasarkan hasil analisis akan diperolehperkiraan nilai tambah dan keuntungan (Rp/kg).Kriteria nilai tambh adalah :1. Jika NT > 0, berarti agrib isnis penangkaran

benih padi sawah memberikan nilai tambah(positif)

2. Jika NT < atau = 0, bararti agribisnispenangkaran benih padi sawah tidakmemberikan nilai tambah (negative)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Penangkar Benih dan JejaringKemitraan Perbenihan

Penangkar benih di Kabupaten Tabanan dapatdikelompokkan menjadi tiga, yaitu berasal dariperusahaan swasta dalam bentuk CV atau UD,instansi pemerintah/BUMN oleh PT Pertani ditingkat kabupaten dan petani/kelompok tani. Padaumumnya, kelompok tani yang terdiri dari petani-petani penangkar benih padi memproduksi benihpadi kelas Benih Sebar (BR), sedangkan produsenbenih padi dengan kelas yang lebih tinggi (BenihDasar dan Benih Pokok) adalah instansipemerintah dalam hal ini adalah Balai Benih lnduk

(BBI) Kabupaten Tabanan. Sedangkan Balai BenihUmum (BBU), Balai Benih Pembantu (BBP) danUPTD di kabupaten memproduksi kelas benih BPdan/atau BR. Daftar nama penangkar padi dankelas benih yang ditangkarkan Provinsi Bali padatahun 2012 disajikan pada Tabel 1

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwadi Kabupaten Tabanan terdapat 12 penangkar dariberbagai kelas benih termasuk diantaranya BBI,UPTD, perusahaan swasta, BUMN (PT Pertani),kelompok tani/subak dan petani perorangan.Jumlah ini merupakan jumlah penangkarterbanyak terdapat di Kabupaten Tabanan. Hal inisejalan dengan kondisi wilayah Tabanan yangdikenal sebagai ‘lumbung padi’ Provinsi Bali bahwaketersediaan agro-input benih berdekatan denganpetani pengguna. Jumlah penangkar saja tidakcukup untuk menjamin ketersediaan benih, karenaada faktor lain yang perlu diperhatikan seperti kelasbenih, varietas dan kemampuan produksi.

Hal spesifik yang dijumpai di lapangan adalahpenyediaan benih melalui kelompok-kelompok taniadalah berbasis subak karena tidak satupunkegiatan pengadaan tanaman pangan, khususnyapadi, tanpa melibatkan subak. Organisasi petanidalam wadah subak telah dikenal solid dalammenyepakati pengaturan air, jadwal tanam danvarietas yang diinginkan anggota subak. Semuaitu dilaksanakan berdasarkan musyawarahmufakat. Oleh karena itu peran kepala subak,disebut dengan pekaseh, sangat penting.Perusahaan swasta dan BUMN yang bekerjasama dengan kelompok tani dalam pengadaanbenih selalu melakukan pendekatan denganpekaseh terlebih dahulu agar lebih mudahmencari anggota petani yang mau melakukanpenangkaran.

Tabel 1. Daftar Nama Penangkar dan Kelas Benih yang Ditangkarkan di Kabupaten Tabanan Tahun 2012

No Nama produsen/penangkar Alamat Kelas

1 UPT BBITPH Desa Timpag, Kec. Kerambitan BD, BP2 UPTD Perbenihan Bongan Sbk Bongan, Desa Bongan BP, BR3 Kop. KUAT Subak Guama Desa Selanbawak, Kec. Marga BD, BP, BR4 UD Wahyu Sani Arta Sbk. Kukuh, Desa Kukuh, Kec. Marga BP, BR5 CV Sunari Gading Desa Batannyuh, Kec. Marga BD, BP, BR6 UD Bali Bangun Persada Sbk. Nyitdah, Desa Pandak, Kec. Kediri BD7 Klp. Sbk Babakan Wanasari Desa Wanasari, Kec. Tabanan BR8 Klp. Sbk. Anyar Surabrata Desa Lalanglinggah, Kec. Selemadeg BR9 PT Pertani Sbk. Gungungan, Desa Wanasari BP, BR10 I Wayan Sukanada Sbk. Jakadayang, Kec. Marga BD11 I Kt. Suka Ardana Sbk. Bongan, Desa Bongan BP, BR12 Klp. Penangkar. Subak Jadi Sbk. Jadi, Desa Banjar Anyar, Kediri BR

Sumber: BPSBTPH Bali (2012)

Page 24: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

145

Berdasarkan klasifikasi produsen/penangkar,penangkar benih di Bali pada umumnya tergolongke dalam katagori pemula dan madya. Pembagianklasifikasi pemula, madya dan maju didasarkanpada pengalaman memproduksi benih,kemampuan teknis memproduksi benih, luas lahanyang diusahakan, kontinuitas produksi benih danlamanya berusaha penangkaran benih (BPSB Bali,2012). Sebagai contoh, penangkar benih pemulaadalah petani/kelompok tani yang belummempunyai pengalaman memproduksi calon benihserta kemampuan teknis memproduksi benihtergolong rendah. Selain itu, penangkar pemulamemiliki sarana/prasarana kerja sangat minim,modal terbatas, luas lahan yang diusahakankurang dari 5 hektar dan lama berusaha kurangdari 5 tahun.

Distribusi benih dari produsen ke petanipengguna sangat didukung oleh adanya pedagang/penyalur benih. Di Provinsi Bali terdapat 65pedagang/penyalur benih berkualitas yang terdaftardi BPSBTH Bali dengan berbagai kemampuanpenyaluran, seperti terlihat pada Tabel 2. Penyalurbenih di Provinsi Bali memiliki kemampuanmenyalurkan benih sebanyak 1.935 ton per tahun.Bila dilibandingkan dengan kebutuhan benih pertahun yang mencapai 3.775 ton, hal inimenggambarkan bahwa masih banyak peluangdalam usaha penyaluran benih di Bali.Kemampuan penyalur benih di Kabupaten Tabananmemiliki kemampuan menyalurkan benih terbesarsampai 1.225 ton/tahun (63,30%) dari totalkemampuan penyalur benih di Bali.

Penyebaran pedagang/penyalur benihtampaknya sudah dipikirkan oleh pebisnis denganmelihat peluang pasar pada masing-masingdaerah. Saluran pemasaran benih tidak terlepas

dari kondisi penawaran dan permintaan (supplyand demand) serta pemangku kepentingan yangterlibat sepanjang saluran pemasaran benih.Penangkar benih merupakan produsen benih yangproduknya akan dipakai oleh konsumen (petanipengguna benih) melalui jasa penyalur benih yangberfungsi sebagai pengecer. Untuk dapatmemahami potensi penangkar benih dalampenyediaan benih berkualitas, maka diperlukanpemahaman antara penawaran dan permintaanpasar terhadap varietas benih, jumlah, waktu danharga benih.

Hasil survey terhadap kegiatan penangkaranyang dilakukan oleh Koperasi KUAT SubakGuama, Desa Selanbawak, Kecamatan Marga,Kabupaten Tabanan diperoleh informasi bahwakelas benih yang ditangkarkan adalah benihsumber (BS), BD dan BP. Benih sumber dibawadan diujikan oleh BPTP dalam rangka pengkajianperbenihan (UPBS). Koperasi KUAT Subak Guamamulai jadi penangkar sejak tahun 2004. Anggotasubak sebanyak 544 orang dan yang menjadipenangkar digilir 1 tempek (sub kelompok) untuk1 musim tanam atau sekitar 60 orang per 1 musimtanam. Pola tanam di subak ini : padi-padi-padidiganti dengan penanaman palawija setiap 5 tahunsekali. Dalam pengadaan perbenihan, KUATSubak Guama selalu mengadakan kerjasamadengan BBI. Tidak ada sistem kontrak dengan BBIatau BBU, KUAT membeli benih di BBI (KebunInduk Padi Timpag), karena harga lebih murah,dan umumnya kelas benih yang dibeli adalah BD.Pemasaran dilakukan di seluruh kabupaten ataudi subak dan kios pertanian yang ada di ProvinsiBali. Untuk luar Bali pemasaran benih sampai keNTB (Lombok, Sumbawa) dan NTT (Kupang).Varietas yang diinginkan adalah Ciherang dan

Tabel 2. Jumlah Pedagang/Penyalur Benih di Provinsi Bali Tahun 2012

No Kabupaten Jumlah pedagang/ Komoditas yang Kemampuan penyaluranpenyalur diedarkan (ton/tahun)

1 Buleleng 8 Padi 502 Jembrana 13 Padi dan jagung 3403 Tabanan 10 Padi 1.2254 Badung 4 Padi 655 Denpasar 5 Padi 326 Gianyar 10 Padi 847 Klungkung 6 Padi 848 Bangli 4 Padi 229 Karangasem 5 Padi 33

Total 65 1.935

Sumber: BPSBTPH Bali (2012), diolah

Peluang Meningkatkan Nilai Tambah Usahatani Padi dengan Pembinaan Kelompok TaniSebagai Penangkar Benih | Ni Putu Sutami

Page 25: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014146

Cigeulis. Pemasaran tergantung pada kelas benihyang diinginkan oleh pembeli. Kalau yangditangkar kelas benihnya BS maka hasil BD dijualke penangkar yang ada di Klungkung, Gianyar danJembrana. Sedangkan apabila hasil penangkarandiperoleh kelas benih BP maka hasilnya dijual kesubak dan kios-kios pertanian.

Jejaring komunikasi antar penyedia benihsumber dan pengguna benih sudah terjalin, sepertiBBI dan subak, perusahaan swasta dan subak,BUMN dan subak dan lainnya. Pengembanganbenih berkualitas di Bali sangat tergantung denganperan subak sebagai ujung tombak pengadaansekaligus pengguna benih. Jejaring ini tidakterbatas hanya di wilayah Provinsi Bali saja tetapijuga melewati batas wilayah ke provinsi lain sepertiSulteng, NTB dan NTT. Hal ini mencerminkanbahwa keseimbangan pasar input seperti benihberkualitas ini akan saling mencari informasiantara supply dan demand agar bisa mencapaikeseimbangan pasar, baik dari segi jumlahmaupun harga.

Kendala dalam penangkaran dan distribusibenih secara umum yang dijumpai di lapannganantara lain: pengadaan sumber benih tidak sesuaidengan permintaan petani pengguna.Pengembangan benih varietas Inpari sudahdilakukan di beberapa lokasi penangkaran SubakGuama, namun kebutuhan benih dan minatpengguna benih varietas ini masih kalahdibandingkan dengan varietas Ciherang. Masalahumum lainnya adalah iklim dan cuaca yang terkaitdengan infrastruktur pasca panen. Pasca panenbenih menjadi masalah bila musim hujan tibakarena proses penjemuran menjadi lebih lama danbisa mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan.

Pengembangan penangkar benih berbasissubak secara berkelanjutan perlu tetapdikembangkan dalam jejaring kerjasama yangsaling menguntungkan terutama dalammenghadapi masalah-masalah seperti:1. Pemilihan varietas tanaman untuk memenuhi

preferensi petani pengguna benih dan jugapengenalan varietas unggul yang sudah teruji.Selain itu, pengadaan benih sumber, targetdan sistem pemasaran produk, yangmemerlukan kemitraan dengan pedagang/penyalur benih.

2. Penguasaan inovasi teknologi danoperasionalisasi sistem perbenihan bagisubak atau petani pelaksanan memerlukanmitra dan pembinaan dari sumber-sumberinovasi teknologi dan kebijakan, pengawasan

dan sertifikasi, seperti Dinas Pertanian TPHPropinsi dan Kabupaten, Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP), UPT BPSB,UPTD BBI dan jajarannya.

Proses Pengolahan Benih

Prosesing yang dilakukan oleh Subak Guamadiawali dari hasil panen padi sawah yang dilakukanoleh petani penangkar berupa Gabah Kering Panen(GKP) dengan kadar air berkisar 22 – 25%. GKPditimbang dan kemudian dihamparkan atau dijemurdi bawah terik sinar matahari hingga mencapaikadar air 11 – 12%. Gabah yang telah dikeringkanakan menjadi bahan baku benih yang akandiproses lebih lanjut. Oleh karena itu perlu gudangpenyimpanan sementara yang bersih dan dengansuhu tertentu agar calon benih tidak mudah rusak.

Langkah berikutnya adalah ketua Gapoktanatau Kelompok Tani selaku produsen benihmengajukan permohonan ke BPSB untukpengujian laboratorium guna keperluan sertifikasi(Ishaq, 2009). Banyaknya contoh benih palingsedikit diambil 700 gram untuk tiap-tiap kelompokbenih. Pengujian di laboratorium dilakukan untukmengetahui kadar air, kadar kotoran benih dandaya tumbuh benih. Setelah dinyatakan luluspengujian oleh BPSB, maka penangkar dalam halini ketua kelompok dapat memesan label keBPSB. Sebelum pemasangan label, gabah calonbenih harus dipastikan bersih supaya dapatdikemas dan diberi label. Proses pengolahan benihselengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Komponen Biaya dan Hasil

Dari hasil kerjasama kegiatan UPBS BPTPBali tahun 2013 dengan penangkar Subak Guamaproduksi benih yang dihasilkan Subak Guamaisebesar 1.533 kg/ha dengan Varietas Ciherangkelas benih ES. Dari jumlah tersebut milik mitraKUAT sebanyak 1.333 kg dan 200 kg milik UPBSBPTP Bali. Capaian produksi rata-rata yang dapatdihasilkan oleh petani penangkar sebanyak 4.286kg yang dibeli oleh kelompok tani dalam bentukgabah karena 35,77% dijadikan bahan baku benih.Setelah melalui serangkaian pengolahan sesuaipersyaratan sertifikasi benih, benih unggul dijualdengan harga Rp 7.300 per kg (Rp 11.190.900)dan sebanyak 2.753 kg menjadi gabah konsumsiatau dijual dengan harga Rp 3.800 per kg (Rp10.461.400), maka diperoleh penerimaan sebesarRp 21.652.300 per hektar.

Page 26: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

147

Gambar 1. Proses Pengolahan BenihUnggul Padi sah di Subak Guama

Pendapatan diperoleh dari selisih dari totalpenerimaaan dikurangi biaya usahatani.Perhitungan biaya dapat dilihat pada Tabel 3.Keuntungan diperoleh sebesar Rp 6.656.300dengan menghitung biaya tunai, sedangkan total

keuntungan tanpa menghitung biaya tunai didapatsebesar Rp 14.942.300 per hektar.

Nilai R/C Ratio dengan menghitung biaya tunaidiperoleh 1.44 yang berarti setiap Rp 1000 biayatunai yang dikeluarkan akan memperolehpenerimaan sebesar Rp 1.440 dan nilai R/C ratiotanpa memperhitungkan biaya tunai diperolehsebesar 3.23. Nilai B/C ratio atas biaya tunaimencapai 0.44 yang berarti dari setiap Rp 1000biaya tunai yang dikeluarkan mampu memberikanbenefit/keuntungan sebesar Rp 440 dan nilai B/Cratio tanpa memperhitungkan biaya tunai mencapai1.01. Nilai R/C dan B/C ratio menunjukkan bahwakinerja agrbisnis penangkaran benih padi yangdilakukan Subak Guama cukup layak secarafinancial dan mampu memberikan keuntungan bagipengelolanya.

Analisis Nilai Tambah

Nilai tambah semata-mata dihasilkan karenaada suatu upaya penangan dan pengolahan hasil.Diharapkan melalui upaya pengolahan hasil, petanidapat menikmati peningkatan nilai jual produknya.Perhitungan analisis nilai tambah aktivitaspenangkaran padi di Suba k Guama dapat dilihatpada Tabel 4. Dasar perhitungan dalam analisisini adalah nilai tambah untuk setiap kilogram bahanbaku gabah calon benih dalam satu musim denganrata-rata produksi sebanyak 48.747 kg benih sebarberlabel biru. Nilai koefisien tenaga kerjamenunjukkan curahan hari kerja yang dibutuhkanuntuk memproses satu kg GKP menjadi benihsebar sebanyak 0.002.

Harga bahan baku Rp 3.800 per kg,sedangkan sumbangan input lain bernilai Rp 550per kg GKP. Nilai tersebut diperoleh dari

Tabel 3. Biaya Eksplisit dan Biaya Implisit pada usahatani penangkaran benih padi per hektar

No Komponen Biaya Biaya Eksplisit Biaya Implisit

1 Benih 270.0002 Pupuk 1.200.0003 Obat-obatan 925.0004 Biaya pendaftaran penangkaran 5.0005 Jasa pemeriksaan lap 30.0006 Label dan pengemasan 655.0007 Biaya pengujian lab 50.0008 Biaya TK Luar Keluarga 3.150.0009 Biaya TK Dalam Keluarga 4.520.00010 Pajak dan iuran 425.00011 Penyusutan peralatan dan sewa lahan 3.766.000

Jumlah 6.710.000 8.286.000

Total Biaya = BE + BI 14.996.000

Peluang Meningkatkan Nilai Tambah Usahatani Padi dengan Pembinaan Kelompok TaniSebagai Penangkar Benih | Ni Putu Sutami

Page 27: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014148

pembagian jumlah biaya yang dikeluarkan denganjumlah GKP yang digunakan.

Nilai tambah merupakan selisih antara nilaioutput dan harga bahan baku. Nilai tambah yangdiperoleh dari pengolahan 1 kg GKP menjadi benihsebesar Rp 1.855. Nilai tambah itu masih nilaikotor sebab belum termasuk imbalan tenaga kerja.Upaya-upaya yang dapat dapat dilakukan agar nilaitambah yang diterima petani lebih besar adalahmeningkatkan rendemen benih (factor konversi).Caranya dilakukan penanganan bahan bakusecara baik terutama saat penjemuran danpembersihan. Diupayakan juga agar gabah tidakada yang tercecer sehingga susut dapat dikurangi.Hal-hal yang dapat menghambat penyediaan benihunggul karena belum optimalnya kelembagaanperbenihan, mulai dari lembaga produksi sampaipada lembag pemasaran sehingga perlu upayamembangun jejaring kerjasama.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian tentang peluangmeningkatkan nilai tambah usahatani padi dapatdisimpulkan hal-hal sebagai berikut.

Kuantitas, jenis varietas yang memenuhipreferensi petani pengguna masih menjadiganjalan untuk memadukan keinginan petanipengguna/konsumen dan ketersediaan benih.

Masalah perbenihan sebaiknya melibatkanimulti-pihak yang perlu diperkuat melalui sistemkelembagaan, terutama di sentra-sentra produksi.

Tabel 4. Analisis nilai tambah dari usaha penangkaran benih padi di Subak Guama

No Variabel Nilai Keterangan

1 Benih dalam kemasan (kg) 48.747 12 Gabah calon benih (kg) 57.350 23 Tenaga kerja 150 34 Faktor konversi 0.85 4 = 1/25 Koefesien TK 0.002 5 = 3/26 Harga output 7.300 67 Upah TK 50.000 7

Penerimaan dan Keuntungan8 Harga bahan baku (Rp/Kg) 3.800 89 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 550 910 Nilai output (Rp/Kg) 6.205 10 = 4 x 611a Nilai tambah (Rp/kg) 1.855 11a = 10 – 9 - 811b Rasio nilai tambah (%) 29.89 11b = (11a/10) x 10012 Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/kg) 100 12 = 5 x 713 Keuntungan Rp/kg) 1.755 13a = 11a-1214 Margin Rp/kg) 2.405 14 = 10-815 Keuntungan Pengusaha (%) 72.97 15= (13/14) x100

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian, 2007. PedomanUmum Produksi Benih Sumber Padi. Jakarta,37 hal.

BPSBTPH Bali. 2012. Realisasi Sertifikasi BenihPadi Non Hibrida Tahun 2011. BPSBTPH Bali.Denpasar

BPTP Bali. 2012. Laporan Akhir Tahun Perbenihan2012. BPTP Bali. Denpasar.

Darman. M, Arsyad. Maesti, M, 2007.PEmberdayaan Kelompok Tani sebagaiPenangkar Benih Palawija. Prosiding.Lokakarya Regional Akselerasi DiseminasiInovasi Teknologi Pertanian MendukungPembangunan dari Desa. Balai BesarPengkajian dan pengembangan TeknologiPertanian Bogor. ISBN 978-979-1415-06-4

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali.2011. Surat Keputusan Penerima BantuanLangsung Benih Unggul dari BerbagaiKabupaten di Bali Tahun 2011.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali.2012. Surat Keputusan Penerima Bantuan

Ishaq, I. 2009. Petunjuk Teknis Penangkaran BenihPadi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP) Jawa Barat. Departemen Lembang.

Page 28: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

149

PENGARUH CARA PENGAIRAN TANAMAN PADI (Oryza Sativa . L)TERHADAP NERACA KETERSEDIAAN AIR IRIGASI

DI DAERAH ALIRAN SUNGAI YEH HO PROVINSI-BALI

I Gusti Komang Dana Arsana

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar - Selatan, Bali, 80222

Submitted date : 18 Oktober 2015 Approved date: 5 Desember 2015

ABSTRACTEffect Of Rice Crop Irrigation T owards Balance Of Irrigation W ater Availability

In Watershed Yeh Ho – Province of Bali

Availability of water in Bali significantly shrink, so it is needed efficient irrigation methods to the rice crops.The aim of this research is to obtain efficient irrigation practices. Mekongga rice varieties, Inpari 1 and Inpari10 Laeya, applying continuous irrigation, once in 4 days and 8 days. The research results showed wateringonce every 8 days yield 7.40 t ha-1of dry grain harvested, followed by once in 4 days 6.49 t ha-1 and continuewatering method 6.28 t ha-1. Inpari 10 Laeya yield dry grain 7.08 t ha-1 , followed by Mekongga 6.80 t ha-1and Inpari 1 was 6.74 t ha-1.The use of efficient water at initial planting of 1.21 kg/m3, followed by a secondplanting of 1.02 kg/ m3 and the third 1.01kg/m3. According to the location, upstream location is the mostefficient 1.35 kg / m3 , followed by the middle of 1.01kg/m3 and the third of 1.14 kg/m3. The researchconcluded watering once in 8 days is the most efficient method of 1.24 kg/m3 , followed by once in 4 days was1.17 kg/m3 and continuous 1.14 kg/m3 . Inpari1 is the most efficient varieties of 1.14 kg/m3 followed by Inpari10 Laeya of 1.10 kg/ m3, and Mekongga 1.04 kg /m3. Water balance for 14 months in the downstreamwatershed of Yeh Ho watering constantly spending 28,700 m3 ha-1 of reservedwater 62.700m3ha-1, followedby 4 days 25,200 m3 ha -1 of reservedwater 66.100 m3ha - 1 , and once in 8 days 22.100m3 ha-1 of reservedwater69.200 m3 ha-1 .

Keywords : Growing season, watersheds, water balance

ABSTRAK

Ketersediaan air di Bali semakin terbatas, diperlukan metode irigasi untuk tanaman padi yang efisien.Tujuan penelitian untuk mendapatkan cara pengairan yang efisien. Padi varietas Mekongga, Inpari 1 danInpari 10 Laeya, menggunakan irigasi yaitu terus menerus,sekali dalam 4 hari dan 8 hari. Hasil penelitianmenunjukkan pengairan sekali dalam 8 hari menghasilkangabahkering panen 7.40 t ha-1, diikuti sekalidalam 4 hari 6.49 t ha-1 dan kontinyu 6,28 t ha-1, masing-masing. Inpari 10 Laeya menghasilkan gabahkering 7.08 t ha-1, diikuti oleh Mekongga6,80 t ha-1 dan Inpari 1 sebesar 6.74 t ha-1, masing-masing.Penggunaan air, penanaman awal efisien 1,21 kg/m3, diikuti dengan penanaman kedua 1,02 kg/m3 danyang ketiga 1.01kg/m3, masing-masing. Berdasarkan lokasi, hulu adalah yang paling efisien1,35 kg/m3,diikuti oleh tengah 1.01kg/m3 dan yang ketiga menghasilkan efisiensi 1,14 kg/m3, masing-masing.Kesimpulan: penyiraman sekali dalam 8 hari adalah metode yang paling efisien 1,24 kg/m3, diikuti olehsekali dalam 4 hari 1,17 kg/m3 dan kontinyu 1,14 kg/m3. Inpari1 adalah varietas yang paling efisien 1,14 kg/m3 diikuti oleh Inpari 10 Laeya 1,10 kg/m3, dan Mekongga 1,04 kg/m3. Neraca air selama 14 bulan daerahhilir DAS Yeh Ho pengairan terus menerus menggunakan 28,700 m3 ha-1 dari cadangan air 62.700m3ha-1,diikuti oleh 4 hari sekali 25,200 m3 ha-1 dari cadangan air 66,100 m3ha-1, dan sekali dalam 8 hari 22.100m3

ha-1 dari cadangan air69,200m3ha-1.

Kata kunci : Musim tanam, daerah aliran sungai, neraca air

Pengaruh Cara Pengairan Tanaman Padi (Oryza Sativa. L) terhadap Neraca Ketersediaan Air IrigasiDi Daerah Aliran Sungai Yeh Ho Provinsi Bali | I Gusti Komang Dana Arsana

Page 29: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014150

PENDAHULUAN

Di provinsi Bali dewasa ini sektor pertaniantidak dapat diandalkan sepenuhnya, perludilakukan diversifikasi usahatani yang salingbersinergi sehingga dapat menambah lapanganpekerjaan. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2025akan menjadi + 273,2 juta jiwa atau meningkat 42juta jiwa dari tahun 2009 (BPS, 2010). Konsumsiberas rakyat Indonesia adalah yang tertinggi didunia, mencapai +134 kg/kapita/tahun. Kebutuhanpemenuhan beras terus bertambah selaras denganlaju pertumbuhan penduduk sebesar 1,36% pertahun. Maka, kebutuhan pangan dalam jumlahyang cukup adalah salah satu dari empat sukseskementrian pertanian periode 2010-2014. Berasselain merupakan makanan, pokok lebih dari 95%rakyat Indonesia bercocok tanam padi danmenyediakan lapangan pekerjaan bagi sekitar 20juta rumah tangga petani di perdesaan, sehinggapadi menduduki posisi strategis dari segi sosial,ekonomi, dan politis (Arsana,2006). Disisi lain airmerupakan salah satu unsur yang sangat pentingdalam produksi padi sawah, terutama untuk padisawah beririgasi. Hasil dari penelitian di berbagainegara Asia menunjukkan ±20% air irigasi berubahmenjadi energi yang lain di perjalanan dari waduksampai ke jaringan primer, 15% dari jaringan primerke sekunder dan tersier dari total air yangdisalurkan, hanya 65% digunakan padapersawahan (Yakup dan Nusyirwan, 1997).

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitiantentang pemanfaatan sumberdaya air yang efisientanpa menurunkan produksi padi. Penelitian inibertujuan:1)mempelajari pengaruh cara pengairanberselang terhadap pertumbuhan, komponen hasildan hasil gabah beberapa varietas padi sawah padaposisi lokasi di DAS dan musim yang berbeda.2)mencari cara pengairan berselang yang sesuaiuntuk masing-masing varietas pada posisi lokasidi DAS dan musim berbeda. 3)mempelajarihubungan cara pengairan dan faktor lingkunganserapan hara, pertumbuhan, komponen hasil danhasil gabah padi sawah pada posisi lokasi di DASdan musim berbeda.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan di lahan petani dalamsuatu seri percobaan pada wilayah subak yang

mewakili sub-DAS hulu, tengah dan hilir dari DASYeh Ho. Percobaan di sub-DAS hulu dilaksanakandi subak Wangaya Betan, Kecamatan Penebel.Tinggi tempat ±564m dari permukaan laut (dpl).Percobaan di sub-DAS tengah ditempatkan diSubak Meliling, Kecamatan Kerambitan. Padaketinggian ±152m (dpl). Percobaan di sub-DAShilir bertempat di Subak Tibu Biyu, KecamatanKerambitan pada ketinggian ±40m (dpl). Padasetiap lokasi ditempatkan satu unit percobaanselama tiga musim tanam: musim tanam MT1/musim penghujan (MP) Desember 2009-April2010, MT2/musim kemarau1(MK1) Mei 2010-September 2010 dan MT 3/ musim kemarau2(MK2) Oktober 2010–April 2011).

Neraca Air

Neraca air pada pertanaman padi sawahmerupakan banyaknya air yang masuk dan keluardari unit petak sawah. Berkaitan dengan inidilakukan pengamatan terhadap neraca air daripengairan terus menerus, pengairan 4 hari sekalidan pengairan 8 hari sekali. Dengan demikiandiperoleh tiga model neraca air di masing-masingkawasan adalah sbb:1.I+Ch = P+Pt +P

1+C, 2. I+Ch =P+Pt +P

2 +C, 3.

I+Ch = P+Pt+P3+C

Dimana:I = Irigasi (yang diukur dan diamati adalah air

tanah dangkal),Ch = Curah hujan,P = Penguapan, Pt=Pengolahan tanah,P

1= Pengairan terus menerus

P2

= Pengairan 4 hari sekali danP

3= Pengairan 8 hari sekali dan

C = Cadangan.

Analisis data

Data hasil pengamatan dianalisis ragam(analysis of variance ) untuk mengetahuisignifikansi pengaruh perlakuan air dan varietasmaupun interaksi dengan menggunakan uji F padataraf 5% dan 1%. Bila terjadi pengaruh yang berarti(significant) dari perlakuan untuk karakter tertentu,maka selanjutnya diuji perbandingan pasanganrata-rata dari karakter tersebut berdasarkan JarakBerganda Duncan dengan taraf 5% dan 1%.Analisis gabungan/Combine analysis (Federer.2007). Untuk membandingkan data di masing-masing bagian sub-DAS.

Page 30: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

151

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman

Hasil analisis gabungan menunjukkanpertumbuhan tanaman yang ditunjukkan dengantinggi tanaman berbeda nyata saat panen berbedatidak nyata.Saat panen tinggi tanaman berbedatetapi tidak nyata.Varietas padi Mekongga, Inpari1 dan Inpari 10 Laeya berbeda 49 HST dan saatpanen.Jumlah anakan padi umur 35HST dan 49HST dipengaruhi musim tanam, lokasi danpengairan. Secara keseluruhan anakan padi umur56 HST sampai saat panen banyak yang mati,hal ini diduga telah terjadi persaingan internalsehingga anakan yang tumbuh lambat (late tillers)yang lemah banyak yang mati.Pertumbuhananakan ditentukan periode waktu (phyllochrons)munculnya batang, daun, dan akar dari dasartanaman. Ukuran phyllochrons ditentukan olehtemperatur, kelembaban, kesuburan tanah,ketersediaan air, cahaya serta ketersediaan nutrisibatang dan berikutnya menghasilkan batang baru,akhirnya meningkat secara berlipat (Berkelaar,2001).

Gabah kering panen, komponen hasil, jeramidan EPA

Hasil padi kering panen (GKP) setelahdikonversi menjadi gabah kering panen (k.a.14%),menunjukkan antara musim terjadi perbedaanyang nyata. MT1 menghasilkan gabah keringpanen paling tinggi 7.240 kg ha-1 dan berbeda nyatadengan MT2 yaitu 6.690 kg ha -1 dan MT3sebanyak 6.230 kg ha-1. GKP dari MT2 lebih tinggidengan nyata dari MT3. Lokasi penelitianberpengaruh nyata terhadap hasil GKP. GKPdilokasi hulu yaitu 6.450 kg ha-1 dengan tengah6.460 kg ha-1, sebanding dan lebih rendah darilokasi hilir 7.260 kg ha-1 dengan perbedaan yangnyata. Pengairan 8 hari sekali 7.400 kg ha-1

meningkatkan hasil sebanyak 17,3% daripengairan terus menerus 6.280 kg ha-1 danpengairan 4 hari sekali 6.490 kg ha-1 (12,3%).Varietas Mekongga menghasilkan 6.800 kg ha-1

GKP 5,0% lebih rendah daripada varietas Inpari10Laeya, 4,1% lebih rendah dari varietas Inpari 1.Inpari 1 lebih rendah 0,89% dari Inpari 10Laeya7.080 kg ha-1. Hasil GKP tertinggi pada MT1, padapengairan 8 hari sekali dan varietas Inpari 10 Laeyadidukung oleh komponen hasilnya yang lebihtinggi. Hasil tertinggi di lokasi hilir tidakdidukung dengan oleh data komponen hasilnyakarena CV yang tinggi diatas 15% untuk nilai/

rumpun, persentase gabah isi dan nisbah gabah/jerami.

Hubungan antara hasil GKP dengankomponen hasil dianalisis dengan regresistepwise, menunjukkan berturut turut: (1) jumlahmalai rumpun-1 saat panen 24,39%. (2)jumlahanakan waktu panen 21,95%. (3) Jumlah anakan49 HST 21,95%. (4)jumlah gabah isi malai-117,07%. (5)jumlah anakan 49HST 7,32%.(6)jerami kg ha-1 4,88% dan (7)nisbah gabah/jerami2,44%. Jumlah anakan produktif rumpun-1 saatpanen menunjukkan paling banyak berpengaruhterhadaphasil GKP, jumlah malai dipengaruhi olehbanyaknya anakan waktu panen yang mempunyainilai yang sama dengan anakan 49HST,persentase gabah isi malai-1. Nisbah gabah/jeramimenentukan hasil gabah kering panen.Tabel 5 hasilanalisis gabungan menunjukkan konsumsi airpertanaman padi MT1 mengkonsumsi airsebanyak 5.983 m3ha-1 menghasilkan EPA 1,21,MT2 mengkonsumsi air sebanyak 6.558 m3ha-1

menghasilkan EPA 1,02, MT3 mengkonsumsi airsebanyak 6.168 m3ha-1 menghasilkan EPA 1,01.Lokasi penelitian di hulu mngkonsumsi airsebanyak 4.777m3ha-1 menghasilkan EPA 1,35.Lokasi penelitian di tengah mngkonsumsi airsebanyak 6.396 m3ha-1 menghasilkan EPA 1,01dan Lokasi penelitian di hilir mngkonsumsi airsebanyak 6.368 m3ha-1 menghasilkan EPA 1,14.

Cara pengairan terus menerus mngkonsumsiair sebanyak 5.508 m3ha-1 menghasilkan EPA1,14,Cara pengairan 4 hari sekali mngkonsumsi airsebanyak 5.547m3ha-1 menghasilkan EPA 1,17dan Cara pengairan 4 hari sekali mngkonsumsiair sebanyak 5.967 m3ha-1 menghasilkan EPA1,24. Varietas padi yang digunakan nampakMekongga mengkonsumsi air sebanyak 6.538m3ha -1 menghasilkan EPA 1,04, Inpari 1mengkonsumsi air sebanyak 5.912 m3ha-1

menghasilkan EPA 1,14 dan Inpari 10 Laeyamengkonsumsi air sebanyak 6.436m3ha -1

menghasilkan EPA 1,10. Secara gabungan nilaiEPA tidak berbeda secara nyata, artinya walaupunpadi menghasilkan hasil yang berbeda nyata tetapiefisiensi pemanfaatan air tidak berbeda inikemungkinan disebabkan oleh tanaman padisendiri dalam memanfaatkan air juga lingkungantumbuh.Musim tanam1 sedikit menggunakan air,lokasi pengkajian daerah hulu paling rendahmenggunakanair. Perlakuan pengairan ternyataperlakuan pengairan 8 hari sekali menghasilkannilai efisiensi tertinggi. Varietas nampak padi Inpari1 menghasilkan nilai EPA tertinggi walaupun tidakberbeda nyata. Tabel 5.

Pengaruh Cara Pengairan Tanaman Padi (Oryza Sativa. L) terhadap Neraca Ketersediaan Air IrigasiDi Daerah Aliran Sungai Yeh Ho Provinsi Bali | I Gusti Komang Dana Arsana

Page 31: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014152

Pemilihan Teknologi Budidaya Padi Hemat Airdengan analisis kluster

Hasil analisis kluster gabungan ketiga musimmenunjukkan jarak matrik 25 (atau ketidaksamaan 100%) diperoleh 2 kelompok. Secaragaris besar sama dengan MT1 pemanfaatan airdengan pengairan 8 hari sekali lebih efisiendibanding dengan pengairan terus menerus danpengairan berselang 4 hari sekali. Pengairan 4hari sekali mempunyai efisiensi yang sama denganpengairan terus menerus. Dari ketiga musimtanam yaitu MT1, MT2 dan MT3 dapat disarikanpengairan 8 hari sekali menggunakan varietasMekongga atau varietas Inpari 10 Laeyamenghasilkan efisiensi penggunaan air yangtinggi. Artinya pengairan 8 hari sekalimenggunakan varietas Mekongga, Inpari 1 atauInpari 10 Laeya dapat direkomendasikan untukpertanaman secara luas diseluruh subak DAS YehHo.Untuk DAS lainnya yang terdapat di seluruhprovinsi Bali karena memiliki karakter biofisik danmempunyai kelembagaan subak yang hampirsama, maka teknologi ini dapat diterapkan denganterlebih dahulu mengikuti prosedur prosespenyebaran teknologi misalnya dengan membikinpetak-petak demplot percontohan skala usaha taniGambar 1.

Pendukung Hidrologi

Sumber daya air/Curah hujanCurah hujan bulanan rata-rata dari 10 tahun

sebelum pengkajian dilaksanakan tertinggi terjadipada bulan Desember dan terrendah terjadi bulanAgustus. Pola pertanaman setahun adalah padi-padi-palawija atau padi-padi-bera. Pada saatpenelitian tahun 2010 pola curah hujan bulananberubah, sehingga pola tanam berubah menjadipadi-padi-padi. Hasil pengamatan curah hujan didaerah bagian Hulu menunjukkan curah hujantertinggi terjadi bulan September. Curah hujanterendah terjadi bulan Agustus. Curah hujan didaerah bagian tengah curah hujan tertinggi padabulan September. Curah hujan ter-rendah terjadipada bulan Agustus, yaitu. Hasil pengukuran curahhujan di daerah bagian hilir menunjukkan curahhujan tertinggi terjadi bulan September. Curahhujan terrendah terjadi bulan Agustus. Untukdaerah hilir sama dengan daerah hulu dan tengahpola pertanaman berubah dari padi -padi - palawijamenjadi padi - padi - padi.

Terjadinya curah hujan yang tinggi, petanimemilih menanam padi walaupun resiko lebihbesar daripada palawija. Rata rata curah hujanbulanan selama sepuluh tahun nampak lebih

Tabel 5. Hasil gabah kering panen, komponen hasil, nisbah gabah/jerami, konsumsi air dan Efisiensipemanfaatan air (EPA)

Perlakuan GKP Malai Bobot 1000 Gabah isi Nisbah Konsumsi EPA(kg ha-1) rumpun-1 butir (g) malai-1(%) gabah/jerami air (m3 ha-1) (kg/m3)

Musim1.MT 1 7.240a 17,33a 29,66a 83,45a 0,67a 5.983 1,21a

2.MT 2 6.690b 16,32ab 29,33b 83,15a 0,63b 6.558 1,02a

3.MT 3 6.230c 15,91b 28,39c 79,23a 0,61b 6.168 1,01a

CV 2,50 15,07 2,25 12,55 7,44 - 4.64Lokasi1.Hulu 6.450b 16,73a 29,33a 84,60a 0,66a 4.777 1,35a

2.Tengah 6.460b 16,71a 29,55a 81,32a 0,65a 6.396 1,01a

3.Hilir 7.260a 16,11a 28,49a 79,92a 0,61a 6.368 1,14a

CV 12,06 18,95 5,99 22,05 22,01 - 4,60Pengairan1.Terus menerus 6.280b 13,68b 28,84b 83,98a 0,62b 5.508 1,14a

2.4hari sekali 6.490b 13,95b 29,04b 81,00a 0,65ab 5.547 1,17a

3.8hari sekali 7.400a 21,93a 29,49a 80,86a 0,65a 5.967 1,24a

CV 10,82 12,66 4,82 18,01 14,15 - 6,43Varietas1.Mekongga 6.800c 15,69b 27,65c 78,74a 0,63a 6.538 1,04a

2.Inpari1 6.740b 16,76a 28,62b 83,13a 0,65a 5.912 1,14a

3.Inpari10Laeya 7.080a 17,11a 31,09a 83,96a 0,64a 6.436 1,10a

CV 9,83 0,89 4,38 20,25 14,39 - 4,61

Keterangan : Angka dalam kolom dan perlakuan yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbedasecara nyata berdasarkan DMRT 5%

Page 32: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

153

rendah dari Januari sampai Oktober, bulanNovember nampak lebih tinggi. Tahun 2010 selamapengkajian curah hujan rata-rata bulanan sangattinggi. Curah hujan tertinggi terjadi bulanSeptember baik didaerah hulu, daerah tengah dandaerah hilir.Perubahan pola curah hujan secaraumum akibat perubahan iklim. Perubahan inimengakibatkan pola pertanaman berubah atauterjadi pergeseran musim hujan dan musimkemarau menjadi tidak jelas. Sering disebut musim

kemarau yang basah. Curah hujan yang tinggipada bulan September 2010 membuat petanimengambil keputusan melalui rapat subak untukmelakukan penanaman padi. Pengolahan tanahdilakukan dengan serentak supaya penanamandapat dipercepat. Akibatnya sisa-sisa tanamanterdahulu berupa singgang-singgang tidak sempatmembusuk malahan tumbuh beberapa ratun.Keadaan demikian ada buruknya yaitu menjadisumber penyakit tungrogambar 2.

Gambar 1 Dendrogram hasil analisis kluster berdasarkan efisiensi pemanfaatan air MT1, MT2 dan MT3

Keterangan :Minimal curah hujan untuk padi sawahMinimal curah hujan untuk palawija

Pengaruh Cara Pengairan Tanaman Padi (Oryza Sativa. L) terhadap Neraca Ketersediaan Air IrigasiDi Daerah Aliran Sungai Yeh Ho Provinsi Bali | I Gusti Komang Dana Arsana

Gambar 2. Grafik curah hujan sebelum penelitiandan pada saat penelitian

Page 33: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014154

Air tanah

Air tanah adalah air yang terdapat dalamlapisan tanah atau batuan di bawah permukaantanah, atau air bawah permukaan adalah batasanyang digunakan untuk menggambarkan semua airyang ditemukan di bawah permukaantanah.Keberadaan air tanah dikontrol oleh kondisigeologi, deliniasi dan kondisi batas tanah danformasi batuan (UU.No.7 Th 2004).

Faktor lain yang berpengaruh adalah aktivitasmanusia dan iklim lingkungan sekitarnya, baiksecara alami maupun dipengaruhi oleh manusia.Jika air tanah tersebut secara ekonomi dapatdikembangkan dan jumlahnya mencukupi untukkeperluan manusia, maka formasi atau keadaantersebut dinamakan lapisan pembawa air atauakuifer baik berupa formasi tanah, batuan ataukeduanya. Muka air bawah permukaan adalahpermukaan atas dari air tanah bebas yang terdapatpada zona jenuh air dan kedalaman (perched) mukaair tanah oleh Thorne dan Peterson (1954)mendefinisikan sebagai permukaan atas darisebuah tubuh air tanah bebas yang terdapat padazona jenuh air yang berbeda.

Hasil pengamatan fluktuasi muka air tanahdari Desember 2009 sampai Januari 2011 nampakdi bagian hulu, tengah dan hilir pergerakan airtanah hampir sama. Naik turunnya muka air tanahberhubungan erat dengan perubahan volume airyang tersimpan (storage) dalam akifer (Todd,1980).Disamping itu dinamika muka air tanahditentukan oleh sifat hidrologi, fisik tanah, topografi,kondisi drainase, batas kedalaman air tanah, curahhujan, evapotranspirasi, dan tanaman yangditanam (Budi, 1987; Webster dan Wilson, 1980).Kedalaman muka air tanah merupakan salah satuparameter yang mempunyai pengaruh terhadappertumbuhan tanaman. Walaupun kedalamanmuka air tanah tidak langsung mempengaruhipertumbuhan tanaman, tetapi secara langsungmempengaruhi lengas tanah dan akanmempengaruhi suplai air (Wesseling, 1974).Penggunaan air untuk irigasi pertanian di ProvinsiBali menempati porsi paling besar dibandingkandengan keperluan lain diluar sektor pertanian.Terdapat beberapa cara untuk menghematpenggunaan air irigasi pada sistim pertanamanpadi sawah tanpa mengurangi hasil antara laindengan pengelolaan atau pemanfaatan air yangsesuai dengan keperluan tanaman dengan tahapanfase pertumbuhan tanaman padi dengan mengaturinterval hari (intermitten). Tanaman padi sawahsering disebut tanaman semi aquatic, air

digunakan untuk menyusun jaringan tanaman,pelarut zat hara dan sebagai sarana untukmemudahkan pengolahan tanah serta menekanpertumbuhan gulma.

Hasil pengamatan selama tiga musim tanam,fluktuasi konsumsi air untuk setiap musim, dimanatanaman menyerap air yang paling banyak padasaat tanaman pada fase pengisian sampaipemasakan. Hasil pengamatan muka air bawahpermukaan dari bulan Desember 2009 sampaiJanuari 2011 di daerah bagian hulu, tengah danhilir menunjukkan tidak terjadi penurunan sampaitidak ada air. Keberadaan air bawah permukaanberhubungan dengan curah hujan.

Penguapan/evaporasi

Data sebelum penelitian menunjukkan rata-rata tiap bulan penguapan tertinggi terjadi padabulan Oktober dan terrendah terjadi pada bulanJuni.Hasil pengamatan selama penelitian di daerahbagian hulu menunjukkan penguapantertinggiterjadi pada bulan November dan terrendah bulanAgustus.Hasil pengamatan di bagian tengahmenunjukkan penguapan tertinggi terjadi padabulan April dan terrendah terjadi pada bulanAgustus.Daerah hilir penguapan tertinggi terjadibulan Juni dan terrendah terjadi pada bulanAgustus Gambar 3.

Neraca Air Kawasan

Pada saat penelitian perlakuan pengairanyang digunakan adalah pengairan terus menerus,pengairan 4 hari sekali dan pengairan 8 hari sekali.Dengan demikian diperoleh tiga model neraca airdi masing-masing kawasan bagianadalah sbb: 1. I +Ch = P+Pt+P

1 +C,2. I+Ch =

P+Pt+P2+C, 3. I+Ch = P+Pt +P

3 +C

Dimana:I = Irigasi (yang diukur dan diamati adalah air

tanah dangkal),Ch = Curah hujan,P = Penguapan,Pt = Pengolahan tanah,P

1= Pengairan terus menerus,

P2

= Pengairan 4 hari sekali danP

3= Pengairan 8 hari sekali dan C= Cadangan.

Neraca air kawasan DAS Yeh Ho sebelumpenelitian

Ketersediaan air di pulau Bali didominasi airyang berasal dari curah hujan. Data curah hujan

Page 34: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

155

sepuluh tahun 2000-2009 menunjukkan curahhujan tertinggi terjadi bulan Desember danterrendah terjadi bulan Agustus, curah hujanseperti ini menyebabkan musim penghujan danmusim kering menjadi jelas. Neraca air DAS YehHo sebelum pengkajian dihitung berdasarkan rata-rata curah hujan bulanan selama 10 tahun. Jumlahcurah hujan setahun mencapai penguapan sebesar174,2cm sehingga air yang dapat digunakan untukkeperluan irigasi dan lainnya mencapai 80,7cm.Dilihat dari rata-rata bulanan nampak musimpenghujan dan musim kering sangat jelas sehingga

pola tanam padi-padi-palawija dapat diterapkan.Ketersediaan air cukup untuk palawija petani tanpaada motivasi, lahan dibiarkan bera. Neraca airsebelum penelitian dilaksanakan disajikanGambar 4.

Pemanfaatan air untuk kawasan DAS Yeh Ho

Pemanfaatan air di kawasan DAS Yeh Hoselama 14 bulan (Desember 2009-Januari 2011)dari hulu sampai ke hilir pemberian air untuktanaman padi dengan sistim pengairan terus

Gambar 3 Grafik penguapan/epavorasi sebelum dan pada saat penelitian

Sumber : BMG Denpasar data diolah

Pengaruh Cara Pengairan Tanaman Padi (Oryza Sativa. L) terhadap Neraca Ketersediaan Air IrigasiDi Daerah Aliran Sungai Yeh Ho Provinsi Bali | I Gusti Komang Dana Arsana

Gambar 4 Neraca Air DAS Yeh Ho (cm) rata-rata 2000-2009

Page 35: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014156

menerus, air yang digunakan 287cm atau 28,700m3ha-1 menyisakan cadangan air dapat digunakanuntuk keperluan lainnya adalah 627cm atau 62,700m3ha-1.

Pengairan 4 hari sekali menghabiskan air252cm atau 25,200 m3ha-1 menyisakan cadanganair sebanyak 661cm atau 66,100m3ha-1danpengairan 8 hari sekali menghabiskan air 221cmatau 22,100 m3ha-1 menyisakan cadangan air692cm atau 69,200 m3ha-1. Secara keseluruhanpengairan 8 hari sekali lebih sedikit menggunakanair dan menyisakan lebih banyak cadanganair.Kelebihan air dari keperluan irigasi dapatdimanfaatkan secara musyawarah antara subaksebagai pengguna dengan pengguna lainnya. Hasilpengamatan menunjukkan selama 14 bulandengan pengairan terus menerus menyisakan air69%, pengairan 4 hari sekali 72%, pengairan 8hari sekali 76% Gambar 5.

Peresentase pemanfaatan air DAS Yeh Ho

Persentase pemanfaatan air untuk pengairandengan cara terus menerus mempunyai cadanganair sebanyak 54%. Untuk keperluan irigasipengairan terus menerus adalah 23% danpenguapan adalah sebesar 23%.Untuk sistimpengairan 4 hari sekali penguapan 23%, Pengairanuntuk pengolahan tanah dan kebutuhan tanamansebesar 23%. Sisa air yang digunakan lain-lainadalah sebanyak 57%. Untuk pengairan 8 harisekali penguapan mencapai 23% dan untukpengolahan tanah pengairan 8 hari sekali 17% lain-lain 60%.

Persentase pemakaian air (%) menunjukkanpemanfaatan air kawasan tengah pengairan

dengan sistim terus menerus mempunyaicadangan air yang digunakan untuk keperluan lain-lain adalah 50%. Untuk keperluan irigasi pengairanterus menerus 21% dan penguapan sebesar28%.Untuk sistim pengairan 4 hari sekalipenguapan 19%, pengairan untuk pengolahantanah dan kebutuhan tanaman sebesar 23%. Sisaair dapat digunakan lain-lain adalah sebanyak 53%.Dengan pengairan 8 hari sekali penguapanmencapai 17% dan pengolahan tanah28%.Digunakan lain-lain sebanyak 55%.Persentase pemanfaatan air dikawasan hilirdengan sistim pengairan terus menerusmempunyai cadangan air sebanyak 49%. Untukkeperluan irigasi 26% dan penguapan adalahsebesar 25%.

Pengairan 4 hari sekali mengalami penguapan

26%, untuk pengolahan tanah dan kebutuhantanaman sebesar 23% dengan sisa air sebanyak51%. Untuk pengairan 8 hari sekali penguapanmencapai 26% dan untuk pengolahan tanahpengairan 8 hari sekali 21%. Cadangan sisa airdan lain lain sebanyak 53% Gambar 6.

Persentase Pemanfaatan Air Gabungan

Secara keseluruhan bagian hulu, tengah danhilir DAS Yeh Ho menggunakan sistim pengairansecara terus menerus. Air yang digunakan untukpengairan meliputi pengolahan tanah dan konsumsiair untuk tanaman menghabiskan air sebanyak23%, mengalami penguapan sebanyak 26% dancadangan, lain-lain 51%.

Gambar 5. Pengaruh pengairan terhadap pemanfaatan dan cadangan air (cm) Desember2010 -Januari 2011

------------------------------------- cm -----------------------------------

Page 36: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

157

Menggunakan sistim pengairan 4 hari sekali,air yang digunakan untuk pengolahan tanah dankonsumsi air untuk tanaman menghabiskan airsebanyak 20%, mengalami penguapan sebanyak26% dan cadangan, lain-lain 54%. Menggunakansistim pengairan 8 hari sekali, air yang digunakanuntuk pengolahan tanah dan konsumsi air untuktanaman menghabiskan air sebanyak 17%,mengalami penguapan sebanyak 26% dancadangan, lain-lain 57%.

Artinya persentase penguapan antarapengairan terus menerus dengan pengairan 4 harisekali, pengairan 8 hari sekali mempunyai nilaiyang sama. Pengairan terus menerus lebih tinggipersentase menghabiskan air dari pada pengairan4 hari sekali dan pengairan 8 hari sekali. Cadangan

air semakin meningkat dari pengairan terusmenerus, pengairan 4 hari dan pengairan 8 harisekali. Ditunjukkan Gambar 7.

KESIMPULAN

Secara keseluruhan di DAS Yeh Hopemberian air dengan pengairan terus menerus,air yang digunakan 28,700 m3 ha -1dengancadangan air 62,700 m3 ha-1. Pengairan 4 hari sekalimenghabiskan air 25,200 m3 ha-1dengan cadanganair 66,100m3 ha-1 dan pengairan 8 hari sekalimenghabiskan 22,100m3 ha-1 dengan cadangan air69,200 m3 ha-1. Hasil pengamatan menunjukkandengan pengairan terus menerus menyisakan air

Gambar 6. Peresentase pemanfaatan air bagian hulu, tengah dan hilir

Gambar 7. Persentase (%) gabungan pemanfaatan air DAS Yeh HoDesember 2009 – Januari 2011

Pengaruh Cara Pengairan Tanaman Padi (Oryza Sativa. L) terhadap Neraca Ketersediaan Air IrigasiDi Daerah Aliran Sungai Yeh Ho Provinsi Bali | I Gusti Komang Dana Arsana

Page 37: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014158

4,0%, pengairan 4 hari sekali 15%, pengairan 8hari sekali 46,3%.

Pengairan 8 hari sekali menghasilkan GKPter tinggi yaitu 7,40 t ha-1 dan ter rendah pengairanterus menerus yaitu 6,28 t ha-1. Varietas padiunggul baru Inpari 10Laeya menghasilkan GKPtertinggi yaitu 7,08 t ha-1 dan ter rendah Mekongga6,80 t ha-1. EPA tertinggi berdasarkan musimadalah pada MT1 yaitu 1,21 kg/m3 terrendah padaMT3 yaitu 1,01 kg/m3, menurut lokasi tertinggi dibagian hulu yaitu 1,35 kg/m3 dan terrendah dibagian tengah yaitu 1,01 kg/m3, pengairan 8 harisekali menyebabkan Epa tertinggi yaitu 1,24 kg/m3 dan terrendah pengairan terus menerus 1,14kg/m3 dan varietas Inpari 1 tertinggi yaitu 1,14 kg/m3 dan terrendah yaitu Mekongga yaitu 1,04 kg/m3.

Cara pengairan 8 hari sekali disebut pengairanintermitten 8 hari sebagai cara budidaya padi diDAS Yeh Ho. Kondisi tanah berada padakapasitas lapangan walaupun diberi pengairan 8hari sekali hal ini menyebabkan serapan hara lebihbaik ditunjukkan dengan tanaman lebih sehatsehingga jumlah malai setiap rumpun lebih banyakdan bobot 1000 butir lebih meningkatmenyebabkan hasil yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Statistik Indonesia. Biro PusatStatistik Jakarta

Arsana, I.G.K.D. 2006. Peranan varietas unggulbaru padi dalam mendukung usahatanitanaman-ternak di Subak Delod Bakas,Klungkung, Bali.Di dalam : (eds.). Suprihatno,B., (eds.). Inovasi teknologi padi.Menujuswasembada beras berkelanjutan. Buku Dua.Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan.Hal : 477-488.

Federer T.,Walter. & F. Kign. 2007. Variations onSplit Plot and Split Block Experiment Designs.Departmentsof Biological Statistics andComputational Biology and StatisticalSciences Ithaca. NY.

Suadnya, I.G.G. 1997. Pengembangan danPemeliharaan Jaringan Irigasi Subak Di dalam: Pitana (eds) : Subak Sistem IrigasiTradisional di Bali, Sebuah Canang Sari. hal94-108.

Yakup & Nusyrwan, 1997.” ReaktualisasiPengelolaan Air dan Kelembagaan Petani”,Di dalam Dinamika Petani No. 30 Tahun 1997.Pusat Studi Pengembangan Sumberdaya Airdan Lahan (PSDL), LP3ES.Jakarta hal.1-4.

Page 38: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

159

PENGARUH PEMBERIAN PROBITIK BIOCAS PADA SAPI PENGGEMUKANDI KELOMPOK TERNAK MEKAR JAYA DUSUN SELASIH DESA PUHU

KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR

Putu Sweken Elizabeth dan Nengah Dwijana

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar – Selatan, Bali,80222

Email: [email protected]

Submitted date : 20 September 2015 Approved date: 10 Desember 2015

ABSTRACT

The Effect of Probiotic Biocas Application to The Fattening Cattle of Mekar Jaya FarmerGroup at Selasih, Puhu, Gianyar Regency

The aim of this study is to determine the increase of weight gain, revenues, profits and feasibility of livestockfarming which was applying probiotik biocas in fattening cattle. Study was conducted at Mekar Jaya farmersgroup, Selasih, Puhu Village, sub-District of Payangan, Gianyar Regency. The Studies start February 1,2014 to October 1, 2014, using 14 cows as samples in which the 4 samples treated by biocas probiotic +conventional farmers method, 4 samples without any probiotic biocas 4 cc /cow/day + 2 kg of bran/cow/dayand 6 samples by conventional farmer method. Data collected by weighing the cattles every three months atbeginning middle and end, interviews with farmer group , and the record book of the farmer group regardingdata production and sale. Method of analysis by farming analysis then compared every treatment. Theresults showed that probiotic biocas treatment added with 1 kg of bran/ cow/ day weight gain of cattle providethe highest weitgh 0,42 kg. Applying biocas for the fattening cattle 0.5 cc/ cow/day were able to provide thehighest profit Rp 2.033.550,- the R/C ratio was 1,20.

Keyword: Biocas, cattle, profits

ABSTRAK

Tujuan dari pengkajian ini untuk mengetahui seberapa besar penambahan berat badan, penerimaan,keuntungan dan kelayakan usaha dengan pemberian probitik biocas pada sapi penggemukan di kelompokternak Mekar Jaya Dusun Selasih Desa Puhu Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Kajian dilakukanmulai 1 Februari 2014 sampai dengan 1 Oktober 2014, dengan menggunakan 14 ekor sapi sebagaisampel dimana 4 ekor diberikan perlakuan biocas + cara petani, 4 ekor tanpa diberi probiotik biocas 4 cc/ekor/hari + 2 kg dedak/ekor/hari dan 6 ekor dengan cara petani. Data dikumpulkan dengan cara melakukanpenimbangan setiap tiga bulan sekali pada awal pertengahan dan akhir, wawancara dengan kelompokternak, dan buku catatan kelompok mengenai data produksi, dan data penjualan. Data dianalsis denganmetode analisis usahatani kemudian dibandingkan hasilnya dari setiap perlakuan. Dari hasil yang diperolehkesimpulan Pemberian probiotik biocas di tambah dengan 1 kg dedak/ekor/hari memberikan penambahanberat badan sapi paling tinggi yaitu 0,42 kg. pemberian biocas pada sapi penggemukan sebanyak 0,5 cc/ekor/hari mampu memberikan keuntungan tertinggi yaitu sebesar 2.033.550,- dengan R/C ratio sebesar1,20.

Kata kunci: Bio Cas, sapi, keuntungan.

Pengaruh Pemberian Probiotik Biocas Pada Sapi Penggemukan di Kelompok Ternak Mekar JayaDusun Selasih Desa Puhu Kec. Payangan, Kab. Gianyar | Putu Sweken Elizabeth dkk.

Page 39: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014160

PENDAHULUAN

Pertanian memegang peran penting bagiperekonomian di Indonesia karena sebagian besarproduksi nasional merupakan hasil pertanian dansebagian besar pendapatan rumah tanggadibelanjakan untuk membeli hasil-hasil pertanian(Firdaus, 2010). Peternakan merupakan bagiandari pertanian dalam arti luas, Memiliki peluangbesar dikembangkan menjadi agribisnispeternakan. Peluang agribisnis peternakankhususnya sapi dilihat dari kebutuhan daging sapisetiap tahun meningkat. Pada tahun 2011 jumlahkebutuhan daging sapi nasional sebesar 449.000ton, kebutuhan di tahun 2015 diperkirakanmeningkat menjadi sebesar 640.000 ton (Anonim,2011). Fikar dan Ruhyadi 2012, menyatakan dasarpertimbangan peningkatan kebutuhan akan dagingsapi adalah pertumbuhan penduduk mencapaiyang mencapai 1,49% dan pertumbuhan ekonomisebesar 6,6%. Kebutuhan itu jugamemperhitungkan elastisitas daging sekitar 1,2dan koreksi kebutuhan daging saat hari besarkeagamaan dan nasional sebesar 1,984 ton. (Fikardan Ruhyadi, 2012).

Sapi bali merupakan salah satu komoditasjenis ternak yang menjadi unggulan di PropinsiBali. Sehingga sapi bali mempunyai potensiekonomis yang tinggi, baik sebagai ternak potongmaupun sebagai ternak bibit. Sebagai ternakpotong, sapi bali merupakan jenis sapi lokal yangmemegang peran penting sebagai penghasildaging yang merupakan sumber potein hewanibagi kehidupan manusia. hingga kini sapi balimasih dianggap sebagai sapi potong lokal yangterbaik diantara sapi potong lokal lainnya diIndonesia. Potensi sapi bali sebagai ternak daginglokal yang memberi hasil daging mutu yang baikmember harapan untuk dikembangkan menjadisapi tipe daging prima untuk pasar internasionalcukup menjanjikan. Sampai saat ini sekitar 80%sapi bali menguasai populasi sapi potong yangmenyebar di Indonesia (Unud press, 2012).

Petani di Bali memelihara sapi bali sejakratusan tahun yang lalu, manfaat yang diperolehsangat banyak, ini yang menjadi alasan kenapasapi bali semakin disukai untuk diusahakan.Petani di Bali memelihara sapi bali denganbeberapa tujuan, 1) Untuk membantu mengerjakantanah 2) sebagai tabungan yang sewaktu-waktubisa di jual dan juga 3) sebagai keperluan uparaadat/agama hindu di Bali dan 4) Kotoran dan urinesapi dimanfaatkan sebagai pupuk organik (UnudPress, 2012).

Desa Puhu Kecamatan payangan merupakandaerah yang sangat potensial untuk dikembangkanusaha penggemukan sapi bali. Kondisi wilayahdengan iklim sedang dan tanahnya yang suburmembuat daerah ini memiliki ketersediaan pakanuntuk sapi yang cukup banyak. Salah satusumberdaya yang tersedia untuk pakan sapiadalah batang pisang batu. Petani di Desa PuhuKecamatan Payangan Gianyar menjadikan pisangbatu sebagai komoditas pertanian karenadianggap mampu memberikan keuntungan danmudah dalam membudidayakannya. Hasil utamapisang batu adalah daunnya yang dijual oleh petanike pasar sekitar hingga ke pasar di Denpasar.Limbah dari pisang batu adalah batang daritanaman yang sudah tidak produktif lagi. Olehpetani limbah berupa batang pisang batu dianggapmasih memiliki nutrisi banyak nutrisi sehinggabanyak dimanfaatkan untuk pakan ternak babimaupun sapi berupa pakan segar. Komposisi yangdigunakan petani adalah 50 % batang pisang dan50 % dari hijauan berupa rumput dan daun-daunan.

Menurut analisis dari Fakultas PeternakanUniversitas Udayana batang pisang memiliki minimnutrisi di bandingkan bahan lainnya. Oleh karenaitu diperlukan pakan tambahan seperti konsentratdan probiotik. Hasil penelitian IP2TP menunjukkanpemberian pakan tambahan berupa dedak padisebanyak 0,7 % dari berat badan memberikantambahan berat sebesar rata-rata 490-500 gram/ekor/hari. Disamping pemberian pakan tambahan,pemberian probiotik akan membantu pertumbuhansapi. Hasil penelitian IP2TP pemberian probiotikakan lebih efektif apabila dikombinasikan dengankonsentrat (Guntoro, 2002).

Kelompok Ternak Mekar Jaya di Desa PuhuKecamatan Payangan Kabupaten Gianyar berdiritahun sudah berdiri selama tujuh tahun, jumlahanggotanya mencapai 83 orang. Sebagian besaranggotanya merupakan petani kecil ini terlihat dariterbatasnya sumberdaya dasar tempat merekaberusaha tani. dengan keterbatasan sumberdayayang dimiliki petani kegiatan usaha penggemukansapi selama ini dilakukan petani secara traditional.Intensifikasi dan Perubahan teknologi belumpernah dilakukan petani.

Menurut soekartawi 2011 intensifikasi telahcukup menunjukkan perubahan teknologi dandapat memberikan pendapatan yang lebih tinggi.Pengkajian dengan pemberian probiotik bio casmerupakan salah satu teknologi yang dihasilkanoleh BPTP Bali. Tujuan dari kajian ini adalahmengetahui pengaruh probiotik biocas terhadappenambahan berat badan sapi penggemukan milik

Page 40: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

161

petani dan apakah teknologi biocas mampumemberikan keuntungan yang lebih tinggi kepadapetani dibandingkan cara petani yang masihtraditional.

METODE PENELITIAN

Kajian dilakukan di Kelompok Tani MekarJaya, Desa Puhu Kecamatan PayanganKabupaten Gianyar, waktu pelaksanaan mulai 1Februari 2014 sampai dengan 1 Oktober 2014,dengan menggunakan 14 ekor sapi sebagaisampel dimana 4 ekor diberikan perlakuan biocas+ cara petani, 4 ekor tanpa diberi probiotik biocas4 cc/ekor/hari + 2 kg dedak/ekor/hari dan 6 ekordengan cara petani . Data dikumpulkan dengancara melakukan penimbangan setiap dua bulansekali pada awal pertengahan dan akhir,wawancara dengan anggota kelompok mengenaidata produksi, dan data penjualan. Data dianalsisdengan metode analisis usahatani denganmenghitung keuntungan dan kelayakan usahatani.perhitungan keuntungan menggunakan rumus P= R-TC sedangkan kelayakan dengan R/C Ratio.dimanaN = Keuntungan (Profit)R = Penerimaan (Revenue)TC = Total biaya (Total Cost)

Setiap perlakuan dihitung keuntungan dankelayakan usahataninya kemudian dibuatperbandingannya sehinga diperoleh kesimpulanperlakuan yang paling menguntungkan dan palinglayak dilakukan oleh petani dari ketiga perlakuanyang diberikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penimbangan awal diketahui rata-rataberat sapi bakalan sebesar 210 kg. Penggemukandilakukan selama 10 bulan setiap tiga bulan sekalidilakukan penimbangan dan diketahui sapipenggemukan yang diberikan tambahan Dedak 2kg + bio cas 5 cc/ekor/hari pada pakan memilikipenambahan berat badan paling tinggi yaitu 0,42kg/ekor/hari, diikuti oleh cara peternak yang hanya

ditambahkan Bio cas 5 CC/ekor/hari yaitu 0,31/ekor/hari dan sapi yang dipelihara dengan carapetani memiliki penambahan berat badan terkecilyaitu 0,21 kg/ekor/hari. Secara lebih rinci rata-ratapenambahan berat badan harian sapi enggemukanmasing-masing perlakuan Kelompok Ternak MekarJaya di Dusun Selasih Desa Puhu tahun 2014disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Rata-rata penambahan berat badan sapiper hari usaha penggemukan sapi carapetani dengan pemberian probiotik bio caspada kelompok ternak mekar jaya di DusunSelasih Desa Puhu tahun 2014

No Perlakuan rata-rata

1 Bio cas 5 CC+ cara petani 0.312 Cara peternak tanpa bio cas 0.213 Dedak 2 kg + bio cas 0.42

5 cc/ekor/hari

Sumber: Diolah dari data primer

Dari ketiga perlakuan pada sapipenggemukan milik peternak di Kelompok TernakMekar Jaya di Dusun Selasih Desa Puhu tahun2014 diketahui bahwa penerimaan petani yangberasal dari penjualan sapi dan kotoran sapiperekornya paling tinggi adalah pada sapi yangdiberikan tambahan Dedak 2 kg + bio cas 5 cc/ekor/hari pada pakan yaitu Rp. 13.305.375,-sedangkan penerimaan petani terendah yaitudengan cara petani yaitu sebear Rp.11.655.000,-akan tetapi setelah dikurangi biaya-biaya yangdikeluarkan keuntungan tertinggi bukan denganperlakuan pemberian Dedak 2 kg + bio cas 5 cc/ekor/hari pada pakan melainkan pada perlakuanpemberian Bio cas 5 CC+ cara petani yaitu Rp.2.033.550,-. ini disebabkan karena biayatambahan yang dikeluarkan untuk pembeliandedak masih lebih tinggi dibandingkan dengankenaikan berat harian yang diperoleh.Perbandingan dengan analisis ekonomi, usahapenggemukan sapi cara petani dengan pemberianprobiotik bio cas pada kelompok ternak MekarJaya di Dusun Selasih Desa Puhu tahun 2014secara lebih rinci disajikan dalam tabel 2.

Pengaruh Pemberian Probiotik Biocas Pada Sapi Penggemukan di Kelompok Ternak Mekar JayaDusun Selasih Desa Puhu Kec. Payangan, Kab. Gianyar | Putu Sweken Elizabeth dkk.

Page 41: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014162

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian probiotik biocas 5 cc + 1 kg dedak/ekor/hari memberikan penambahan berat badansapi paling tinggi yaitu 0,42 kg. Secara finansialpemberian biocas pada sapi penggemukansebanyak 5 cc/ekor/hari mampu memberikankeuntungan tertinggi yaitu sebesar 2.033.550,-dengan R/C ratio tertinggi sebesar 1,20.

Saran

Dari hasil kajian usaha penggemukan sapidi kelompok ternak Mekar Jaya Dusun SelasihDesa Puhu Kecamatan Payangan KabupatenGianyar disaran agar petani yang ingin melakukanpenggemukan sapi cukup dengan pemberianbiocas/ekor/hari + dengan cara petani karenamampu memberikan keuntungan paling tinggi bagipetani.

Tabel 3. Analisis usahatani penggemukan sapi cara petani dengan pemberian probiotik bio cas padaKelompok Ternak Mekar Jaya di Dusun Selasih Desa Puhu tahun 2014

A Biaya Variabel Cara petani Bio cas 5 cc/ekor/ Biocas 5 cc + 1 kghari + cara petani dedak/ekor/hari

1 Bibit 8.370.000 8.000.000 8.440.0002 Penyusustan kandang 50.000 50.000 50.0003 Pakan

- Batang pisang 180.000 180.000 180.000 - Rumput 540.000 540.000 540.000 - Dedak 540.000 - Biocas 125.000 150.000

4 Tenaga kerja 750.000 750.000 750.0005 Bunga modal 602.400 587.700 658.800

B Biaya Tetap1 Penyusutan alat 100.000 100.000 100.000

C Biaya lain-lain Biaya upakara 50.000 50.000 50.000D Total Cost (TC) 10.642.400 10.382.700 11.458.800E Penerimaan

1 Penjualan Sapi 11.115.000 11.876.250 12.765.3752 Kotoran sapi 540.000 540.000 540.000

A Penerimaan total 11.655.000 12.416.250.00 13.305.375B Keuntungan usaha 1.012.600 2.033.550.00 1.846.575C R/C Ratio 1.10 1.20 1.16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Kebutuhan-daging-sapi-2015 http://www.tribunnews.com/bisnis diakses tanggal28 November 2014.

Fikar,S, dan Ruhyadi,D. 2012 Penggemukan sapi4 bulan panen. Agromedia pustaka 2012.

Firdaus, M, 2010. Manajemen Agribisnis.Bumiaksara. Jakarta

Guntoro, S.2002. Membudidayakan sapi bali,kanisius Yogyakarta.

Soekartawi dkk, 2011. Ilmu Usahatani danPenelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil.Universitas Indonesia. Jakarta.

Unud, 2012, Sapi Bali Sumberdaya Genetik AsliIndonesia. Pusat Kajian Sapi Bali UdayanaUniversity.

Kariada, 2014. laporan m-P3MI Gianyar tahun2014. Balai Pengkajian Teknologi PertanianBali. Denpasar.

Page 42: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

163

PENGARUH SISTEM TANAM TERHADAP PERTUMBUHANDAN HASIL VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH

S.A.N. Aryawati, Nengah Dwijana dan Wayan Sunanjaya

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar - Selatan, Bali, 80222

Email: [email protected]

Submitted date : 25 September 2015 Approved date: 10 Desember 2015

ABSTRACTEffect Of Planting System On The Growth And Yield Of New Rice Field Superior V ariety

Assessment was conducted in Subak Timbul, Gadung Sari Village, District Selemadeg Timur, Tabanan Balifrom March to June 2012. Assessment arranged withUnpaired Comparation with two rice varieties treatment,ten times replications.The treatments were: VUB Inpari 10 and Inpari 13 separately using row plantingsystem legowo 2: 1 and spacing system. Plant parameters measured were: plant height, number of tillers,panicle length, number of grains per panicle and empty contents, weight of 1000 seeds and dry grain harvestof crops per hectare. The analysis showed that the rice varieties treatments significantly affect growth andyield. Growth and yield by planting system legowo 2: 1 is better than spacing cropping systems. Dry grainharvest per hectare crop legowo system 2: 1 of Inpari 10 was 5.8 ton/ha, whereas Inpari 13 was 7.04 ton/ha,increased by 21-22% compared to spacing cropping systems.

Keywords: cropping systems, growth and yield, VUB paddy.

ABSTRAK

Kajian ini dilaksanakan di Subak Timbul, Desa Gadung Sari, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan Balidari bulan Maret sampai Juni 2012. Kajian menggunakan rancangan percobaan sederhana tidakberpasangan dengan ragam sama (Unpaired Comparation)dengan dua perlakuan varietas diulang sepuluhkali. Perlakuan tersebut adalah: VUB Inpari 10 dan Inpari 13secara terpisah dengan menggunakan sistemtanam jajar legowo 2:1 dan tegel. Parameter tanaman yang diamati adalah : tinggi tanaman, jumlah anakan,panjang malai, jumlah gabah isi dan hampa per malai, bobot 1000 biji dan hasil gabah kering panen (GKP)per hektar. Hasil analisis menunjukkan perlakuan varietas yang dikaji berpengaruh nyataterhadappertumbuhan dan hasil. Pertumbuhan dan hasil dengan sistem tanam legowo 2:1 lebih baikdaripada sistem tanam tegel. Hasil gabah kering panen per hektar dengan sistem legowo 2:1 yaitu varietasInpari 10 sebesar 5,8 ton/ha, sedangkan varietas Inpari 13 sebesar 7,04 ton/ha, meningkat sebesar 21 - 22% dibanding sistem tanam tegel.

Kata kunci :sistem tanam, pertumbuhan dan hasil, vub padi sawah.

PENDAHULUAN

Padi merupakan bahan makanan pokokbangsa Indonesia yang produksinya harus terusditingkatkan seiring dengan pertambahan jumlahpenduduk. Sumbangan terbesar dari peningkatanproduksi padi Indonesia dalam kurun waktu 1970-2010 adalah teknologi dan didalamnya terdapatperan varietas unggul. Inovasi varietas unggulmerupakan salah satu kunci dalam keberhasilanpeningkatan produksi padi Indonesia (Sasmita dkk,2013).

Dalam upaya peningkatan produksi padimenuju swasembada beras berkelanjutan, langkahyang telah diambil oleh Kementerian Pertanianantara lain perluasan areal panen dengan menekanlaju konversi lahan sawah, peningkatanproduktivitas melalui pengembangan varietasunggul baru berdaya hasil tinggi, tahan terhadaphama dan penyakit, toleran kekeringan,rendaman,salinitas dan suhu rendah (BadanLitbang, 2011).

Kendala produktivitas lahan sawahdiantaranya akibat serangan hama, penyakit dan

Pengaruh Pemberian Probiotik Biocas Pada Sapi Penggemukan di Kelompok Ternak Mekar JayaDusun Selasih Desa Puhu Kec. Payangan, Kab. Gianyar | Putu Sweken Elizabeth dkk.

Page 43: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014164

gulma. Perkembangan pengganggu tanaman inisering didukung oleh cara tanam yang sebenarnyamasih bisa diperbaiki. Banyak hal yangmempengaruhi proses meningkatnya produksipadi, mulai dari penggunaan bibit unggul,pemupukan yang tepat sasaran, pengairan yangtepat, pengendalian hama penyakit, dan lainsebagainya. Pada saat ini ada cara yang bisa ditempuh oleh petani dalam proses meningkatkanproduksi padi, salah satu yang bisa di pilih yaitucara tanam padi dengan sistem jajar legowo.“Legowo” di ambil dari bahasa jawa yang berasaldari kata “Lego” yang berarti luas dan “Dowo” yangberarti panjang. Tujuan utama dari tanam padidengan sistem jajar legowo yaitu meningkatkanpopulasi tanaman dengan cara mengatur jaraktanam dan memanipulasi lokasi dari tanamanyang seolah-olah tanaman padi berada di pinggir(tanaman pinggir) atau seolah-olah tanaman lebihbanyak berada di pinggir (Badan Litbang, 2014).

Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahuikeragaan pertumbuhan dan hasil VUB Inpari 10dan 13 dalam sistem tanam yang berbeda padaintroduksi PTT di Subak Timbul, Desa Gadung Sari,Kecamatan Selemadeg Timur, KabupatenTabanan.

METODE PENELITIAN

Pengkajian dilaksanakan diSubak Timbul,Desa Gadung Sari, Kecamatan Selemadeg Timur,Kabupaten Tabananpada Maret–Junitahun 2012dalam satu unit SL-PTT seluas 25 ha.Dimana 1ha lahan untuk 1 unit Laboratorium Lapang (LL),24 ha unit Sekolah Lapang (SL). Komponen PTTpadi sawah yang diterapkan meliputi (1) Varietasyaitu Inpari 10 dan Inpari 13; (2) Benih bermutu/bersertifikat; (3) Tanam bibit muda <20 hss; (4)Jumlah bibit 2-3 batang/lubang; (5) Sistem tanamjajar legowo 2:1 (25 cm x 12,5 cm x 50 cm) danTegel (25 cm x 25 cm); (6) Pemupukan berimbangdengan pupuk urea 200 kg/ha, ponska 200 kg/ha,dan pupuk organik 2 ton/ha; (7) Pengairanberselang (intermittent) yaitu pengaturan lahansawah dalam kondisi kering dan tergenang secarabergantian;(9) Pengendalian gulma dan penyakitdengan PHT.

Rancangan penelitian menggunakanRancangan percobaan sederhana tidakberpasangan dengan ragam sama (UnpairedComparation), menggunakan 2 jenis VUByaituInpari 10 dan 13, diulang 10 kali. Petak perlakuanmenggunakan petak alami dan pengacakan

dilakukan pada setiap blok (ulangan). Parameteryang diamati antara lain tinggi tanaman, jumlahanakan produktif, gabah isi per malai, gabahhampa per malai, berat 1000 butir, dan hasil (GKP).Analisis data (ANOVA) menggunakan uji F saja/tanpa dilanjutkan dengan uji beda rerata. Lebihlanjut dijelaskan bahwa untuk perlakuan ber-dbtunggal (1) cukup dengan uji F dan bilaberpengaruh nyata atau sangat nyata jugasekaligus menyatakan perbedaan perlakuan yangdiberikan(Gomez dan Gomez, 1984, NarkaTenaya, 1986).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Wilayah Pengkajian

Desa Gadung Sari, kabupaten Tabananmerupakan daerah yang memiliki luas wilayah340,34 ha yang terdiri dari pemukiman 12,45 ha,sawah irigasi teknis 120 ha, dan kebun campuran201 ha. Desa Gadung Sari merupakan dataranrendah terletak pada ketinggian ± 210 m daripermukaan laut.Curah hujan rata-rata 3000 mm/tahun. Lahan sawah merupakan lahan dominan(47,58%). Tanah umumnya berasal dari bahaninduk vulkan (Andisols), umumnya gembur, ringandan porous, dengan tingkat kesuburan tanahsedang (Monografi Desa, 2013).

Varietas Inpari 10Tinggi Tanaman

Hasil analisis komponen pertumbuhan danhasilvarietas Inpari 10 disajikan pada Tabel 1. Tinggitanaman dengan sistem tanam legowo 2:1 yaitu96,9 cm lebih tinggi dibandingkan dengan sistemtanam tegel yaitu 96,6 cm.

Hasil analisis statistik sistem tanamberpengaruh nyata terhadap jumlah anakan.Jumlah anakan dengan sistem tanam legowo 2:1yaitu 22,3 batang lebih tinggi dibandingkan dengansistem tanam tegel yaitu19,3 batang. Banyaknyabatang tanaman padi yang tumbuh dalam satulubang tanam mempengaruhi jumlah anakan yangtumbuh. Hal ini terlihat jumlah anakan per rumpunpada perlakuan tapin legowo 2:1 lebih banyakdibandingkan dengan sistem tegel. Persaingantanaman untuk mendapatkan unsurhara akanterjadi apabila unsur hara tersebut tidak tersediadalam jumlah yang cukup atau apabila populasinyamelebihi populasi yang seharusnya (Aribawa dkk,2012).

Page 44: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

165

Hasil analisis statistik sistem tanam tidakberpengaruh nyata terhadap panjang malai.Panjang malai dengan sistem tanam legowo 2:1yaitu 26,1 cm lebih tinggi dibandingkan dengansistem tanam tegel yaitu 24,7 cm. Jumlah gabahisi/malai belum dipengaruhi sistem tanam, akantetapi terlihat kecendrungan bahwa sistem tanamjajar legowo 2:1 memberikan hasil yang lebihbanyak terhadap gabah isi/malai dibandingkandengan sistem tanam tegel.

Hasil analisis statistik sistem tanamberpengaruh nyata terhadap jumlah gabah hampa.Jumlah gabah hampa per malai terbanyakdihasilkan oleh perlakuan sistem tanam legowo2:1 yaitu 55,7 butir. Demikian juga jumlah gabahper malai yaitu sebesar 171 butir.

Hasil analisis statistik sistem tanamberpengaruh nyata terhadap berat 1000 butir. Berat1000 butir tertinggi dihasilkan oleh perlakuansistem tanam legowo 2:1 yaitu 28,5 gr. Berat gabahkering panen tertinggi dihasilkan oleh perlakuantapin legowo 2:1 yaitu 5,8 ton/ha lebih tinggi 21%bila dibandingkan dengan sistem tegel. Hal inidisebabkansistem tanam jajar legowo 2:1memberikan ruang yang lebih lebar bagi tanamanuntuk memperoleh cahaya matahari yangdipergunakan dalam proses fotosintesis. Semakinbanyak cahaya matahari yang bisa diserap olehtanaman akan semakin cepat proses fotosintesis,menghasilkan asimilat yang lebih banyak yangsekaligus akan mempercepat pertumbuhantanaman. Jarak tanam yang lebar pada sistem jajarlegowo 2:1 mengakibatkan tanaman dapat tumbuhlebih leluasa sehingga ketersediaan unsur haradapat diserap lebih optimal oleh tanaman (Yunizardan Ali Jamil, 2012). Demikian halnya jumlahrumpun tanaman padi per hektar yang ditanamdengan sistem legowo 2:1 lebih tinggi biladibandingkan dengan cara tegel. Tingginya beratgabah kering panen yang dihasilkan didukung olehpanjang malai dan jumlah gabah isi per malai yanglebih tinggi bila dibandingkan dengantegel(Aribawa dkk, 2012).

Varietas Inpari 13Tinggi Tanaman

Hasil analisis stastistik komponenpertumbuhan dan hasil varietas Inpari 13 disajikanpada Tabel 2. Tinggi tanaman dengan sistem tanamlegowo 2:1 yaitu 104,8 cm lebih tinggidibandingkan dengan sistem tanam tegel yaitu102,0 cm.

Tinggi tanaman yang lebih tinggi dengan ruangantar kanopi daun lebih terbuka memungkinkanpenetrasi cahaya lebih besar dibanding dengantipe tanaman yang lebih pendek. Perbedaanmasa pertumbuhan total dalam hal ini jumlahanakan padi yang terjadi pada fase vegetatif lebihdipengaruhi oleh sifat genetik tanaman atautergantung pada sensitivitas dari varietas yangdibudidayakan terhadap lingkungan (Guswara,2010).

Hasil analisis statistik sistem tanamberpengaruh nyata terhadap jumlah anakan.Jumlah anakan dengan sistem tanam legowo 2:1yaitu 22,1 batang lebih tinggi dibandingkan dengansistem tanam tegel yaitu 14,1 batang. H a s i lanalisis statistik sistem tanam tidak berpengaruhnyata terhadap panjang malai. Panjang malaidengan sistem tanam legowo 2:1 yaitu 26,2 cmlebih tinggi dibandingkan dengan sistem tanamtegel yaitu 22,1 cm. Jumlah gabah isi/malai tidakdipengaruhi sistem tanam, akan tetapi terlihatkecendrungan bahwa sistem tanam jajar legowo2:1 memberikan hasil yang lebih baik terhadapgabah isi/malai dibandingkan dengan sistemtanam tegel.

Hasil analisis statistik sistem tanamberpengaruh nyata terhadap jumlah gabah hampa.Jumlah gabah hampa per malai terbanyakdihasilkan oleh perlakuan sistem tanam legowo2:1 yaitu 59,4butir. Demikian juga dengan jumlahgabah per malai yaitu sebesar 189 butir.

Hasil analisis statistik terhadap sistem tanamberpengaruh nyata terhadap berat 1000 butir. Berat1000 butir tertinggi dihasilkan oleh perlakuan

Tabel 1. Rata-rata beberapa variabel yang diamati pada varietas Inpari 10 pada dua cara tanam

Tinggi Jml Panjang Gabah Gabah Jumlah Berat Hasil tonUraian Tanaman Anakan Malai Isi/malai hampa/ Gabah per 1000 GKP/ha

(cm) (Batang) (cm) (butir) malai (butir) malai (butir) butir (gr)

Legowo 2:1 96,9 a 22,3 a 26,1 a 127,3 a 55,7 a 171 a 28,5 a 5,8 aTegel 96,6 a 19,3 b 24,7 a 108,1 a 27,4 b 136 b 26,4 b 4,8 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda nyata pada tarafuji BNT 5%.

Pengaruh Sistem Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Varietas Unggul BaruPadi Sawah | S.A.N Aryawati, dkk.

Page 45: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014166

sistem tanam legowo 2:1 yaitu 28,8 gr. Berat gabahkering panen tertinggi dihasilkan oleh perlakuantapin legowo 2:1 yaitu 7,04 ton/ha lebih tinggi 22%bila dibandingkan dengan sistem tegel.

Kecendrungan hasil gabah kering panen lebihtinggi pada tanam jajar legowo dibandingkan tegelyakni sebesar 22% disebabkan oleh : (1) lebihmeningkatnya ruang dalam mengintersepsicahaya matahari, penyerapan CO2 serta substratfotosintesis lainnya, (2) mengurangi kompetisiantar tanaman (interplant) dan dalam tubuhtanaman itu sendiri (intraplant) dama pemanfaatanhara atau asimilat untuk perkembangan maupunpenyimpanan di dalam biji. Menanam tanamansecara seragam/teratur sehingga tanaman teraturjuga sampai di atas tanah dapat mengurangikompetisi antar tanaman selamapertumbuahannya dan meningkatkan lajupenyerapan radiasi matahari (Gardner et al., 2008).

KESIMPULAN

Sistem tanam antara jajarlegowo 2:1 dengantegel berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasilvarietas Inpari 10 maupun Inpari 13.

Pertumbuhan dan hasil dengan sistem tanamlegowo 2:1 lebih baik daripada sistem tanam tegel.

Hasil gabah kering panen per hektar dengansistem legowo 2:1 yaitu varietas Inpari 10 sebesar5,8 ton/ha, sedangkan varietas Inpari 13 sebesar7,04 ton/ha, meningkat sebesar 21 - 22%dibanding sistem tanam tegel.

DAFTAR PUSTAKA

Aribawa,IB., IBK Suastika., dan AANBKamandalu. 2012. Tampilan beberapa varietasunggul baru padi dalam sistem tanam berbedamendukung kegiatan perbenihan padi di Bali.Buku 3 : Hlm. 1045-1064. Proseding SeminarNasional Hasil Penelitian Padi 2012 : Inovasi

Teknologi Padi Mengantisipasi CekamanLingkungan Biotik dan Abiotik. BB TanamanPadi. Balitbangtan. Kementan.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Varietas UnggulPadi Untuk Rakyat Mendukung SwasembadaBeras Berkelanjutan. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. KementerianPertanian.

Badan Litbang Pertanian. 2014. Sistem TanamLegowo. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. KementerianPertanian.

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2012. ProfilBalai Besar Penelitian Tanaman Padi.Varietas Unggul Padi Untuk RakyatMendukung Swasembada BerasBerkelanjutan. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. KementerianPertanian.

Gardner, EP., Pearce, R.B., and Mitchell.1991.Physiology of crop plants. The lowa stateuniversity, press

Gomez and Gomez. 1984. Statistical Proceduresfor Agricultural Research. Second Edition. AnInternational Rice Research Instute Book. AWiley Interscience Publ. John Wiley andSons. New York. 680 p.

Guswara, A. 2010. Penampilan pertumbuhan danhasil genotipe padi tipe baru pada dua sistemtanam di lahan sawah irigasi. Dalam FaddjriDjufry. (Eds). Buku 3 : Hlm. 905-913.Proseding Seminar Nasional Hasil PenelitianPadi 2012 : Inovasi Teknologi PadiMengantisipasi Cekaman Lingkungan Biotikdan Abiotik. BB Tanaman Padi. Balitbangtan.Kementan.

Tabel 2. Rata-rata beberapa variabel yang diamati pada varietas Inpari 13 pada dua cara tanam

Tinggi Jml Panjang Gabah Gabah Jumlah Berat Hasil tonUraian Tanaman Anakan Malai Isi/malai hampa/ Gabah per 1000 GKP/ha

(cm) (Batang) (cm) (butir) malai (butir) malai (butir) butir (gr)

Legowo 2:1 104,8 a 22,1 a 26,2 a 129,5 a 59,4 a 189 a 28,80 a 7,04 aTegel 102,0 b 14,1 b 25,1 a 115 a 25,2 a 171 a 26,60 b 5,76 b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda nyata pada tarafuji BNT 5%.

Page 46: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

167

Narka Tenaya, 1986. Perancangan Percobaan,Rancangan Dasar. Diktat Mata KuliahStatistik. Fakultas Pertanian UniversitasUdayana.

Sasmita, P., Mejana, J., dan Baliadi, Y., 2013.Laporan Tahunan 2012. Inovasi Teknologi danVarietas Unggul Padi Adaptif Perubahan IklimGlobal. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Kementerian Pertanian.

Monografi Desa. 2013. Profil Pembangunan, DesaGadung Sari, Kecamatan Selemadeg Timur,Kabupaten Tabanan

Yunizar dan Jamil, A. 2012. Pengaruh sistemtanam dan macam bahan organik terhadappertumbuhan dan hasil padi sawah di daerahKuala Cinaku Kabupaten Indragiri Hulu Riau.Buku 3 : Hlm. 999-1008. Proseding SeminarNasional Hasil Penelitian Padi 2012 : InovasiTeknologi Padi Mengantisipasi CekamanLingkungan Biotik dan Abiotik. BB TanamanPadi. Balitbangtan. Kementan.

Pengaruh Sistem Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Varietas Unggul BaruPadi Sawah | S.A.N Aryawati, dkk.

Page 47: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014168

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG SERTA PERUBAHAN SIFAT FISIK TANAHAKIBAT PEMUPUKAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI LAHAN KERING

I Nyoman Adijaya

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah rai Pesanggaran Denpasar – Selatan, Bali, 80222

e-mail: [email protected]

Submitted date : 28 Oktober 2015 Approved date: 10 Desember 2015

ABSRACTCorn Growth Yield and Soil Physical Changes Due T o Fertilization by Organic and

Inorganic in the Dry Land

Low soil fertility is one cause towards corn low productivity in the dryland area of Bali. Mostly, farmers onlyapply chemical fertilizers. Study of organic and inorganic fertilization was carried out at Sumberkima Village,Gerokgak, Buleleng from July to November 2012. The experiment of fertilization on maize “Lokal Seraya”varieties with fertilization treatments, namely: P1: common farmers fertilize (using Urea 300 kg/ha alone);P2: cow manure 10 t/ha + 150 kg urea/ha; P3: compost 10 t/ha + 150 kg urea/ha and P4: compost 10 t/ha +25.000 liters of bio urine/ha. The experiment was designed using a randomized block design with threereplications. Plant spacing applied was 75 cm x 40 cm (666.666 crops/ha) with plot size of 3.5 m x 4.0 m. Theanalysis showed organic fertilization yields lower than inorganic fertilizer and their combinations. Organicfertilizer treatment and the combination may improve the physical properties of soil with increasing the watercontent of soil.

Keywords: Organic fertilizer, inorganic, corn, soil physical and chemical properties

ABSTRAK

Rendahnya kesuburan lahan merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas jagung di lahankering di Bali. Petani sebagian besar hanya menggunakan pupuk kimia saja dalam usahataninya. Kajianpemupukan organik dan anorganik ini dilaksanakan di Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Bulelengdari bulan Juli sampai Nopember 2012. Pemupukan yang diuji pada tanaman jagung varietas Lokal Serayadengan perlakuan pemupukan yaitu: P1: Cara petani (hanya menggunakan Urea 300 kg/ha); P2: Pupukkandang sapi 10 t/ha + 150 kg Urea/ha; P3: Kompos 10 t/ha + 150 kg Urea/ha dan P4: Kompos 10 t/ha +25.000 liter bio urin/ha. Percobaan dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan.Jarak tanam yang digunakan yaitu 75 cm x 40 cm (666.666 tan/ha) dengan ukuran petak 3,5 m x 4,0 m. Hasilanalisis menunjukkan pemupukan organik memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan pemupukananorganik dan kombinasinya. Perlakuan pemupukan organik dan kombinasinya mampu meningkatkansifat fisik tanah dengan menurunkan bulk density, meningkatkan kadar air dan total ruang pori tanah.

Kata kunci: Pemupukan organik, anorganik, jagung, sifat fisik dan kimia tanah

PENDAHULUAN

Secara umum produktivitas jagung di lahankering di Bali masih rendah. Agung (2003)menyatakan hasil jagung di lahan kering berkisarantara 3,0-3,5 t/ha. Hal ini disebabkan selainpenggunaan varietas lokal juga disebabkan olehbudidaya tanaman khususnya pemupukantanaman yang tidak mampu mencukupi kebutuhantanaman jagung.

Kendala yang menyebabkan rendahnya hasiltersebut antara lain karena sifat fisik tanah yangkurang baik dan kekahatan tanah akan unsurmakro serta mikro, sehingga menurunkanproduktivitas lahan (Kuntyastuti et al.,1989;Suastika et al., 2004). Takaran pupuk yangmengandung N, P dan K anjuran yang diberikanpada tanaman jagung berkisar antara 90-135 kgN ha-1, 30-75 kg P

2O

5 ha-1 dan 40-60 kg K

2O ha-1

(Anonim., 2005b), sedangkan Purwono dan

Page 48: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

169

Hartono (2005) menyatakan bahwa rata-rata dosispemupukan jagung per hektar yaitu 200-300 kgurea, 100-200 kg SP-36 dan 50-100 kg KCl,sedangkan dosis pemupukan per hektar untukjagung bersari bebas yaitu 200 kg urea, 150 kgSP-36 dan 100 kg KCl.

Yasa et al. (2006) menyatakan hasil PRAmenunjukkan bahwa pada usahatani jagung dilahan kering, rendahnya kesuburan lahan tidakdiimbangi dengan pemupukan yang optimal olehpetani. Petani umumnya hanya memupuktanaman jagungnya sekali saja menggunakanurea dalam dosis yang tidak tepat danmenggunakan pupuk kandang seadanya padasaat pengolahan tanah, sehingga produktivitasnyarendah.

Pupuk kandang merupakan salah satu sumberbahan organik tanah yang sangat berperan dalammemperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.Pupuk kandang seperti halnya pupuk organik dapatmeningkatkan pH, kadar C-organik sertameningkatkan ketersediaan nitrogen, fosfor, kaliumdan unsur mikro bagi tanaman (Flaig, 1984;Suprijadi, et al., 2000). Kuntyastuti dan Rahmania(2001) menyatakan pemanfaatan pupuk organikdalam usaha peningkatan produktivitas lahanmemerlukan takaran pupuk yang cukup tinggi,sehingga menjadi faktor pembatas dalam aplikasiskala luas.

Selain menghasilkan pupuk kandang padatternak juga menghasilkan urin yang dapat dijadikanpupuk bagi tanaman. Bio urin adalah urin ternakyang difermentasi (Anonim, 2007). Rahman (1989dalam Negara et al., 2007) menyatakan untukmengolah limbah kotoran sapi (air kencing)tersebut menjadi produk yang lebih bermanfaat danpotensial meningkatkan pendapatan masyarakatpeternak, diperlukan paket teknologi fermentasidengan melibatkan peran bakteri (mikroorganisme)untuk mengubah atau mentransformasikansenyawa kimia ke substrat organik sehingga bisadiimplementasikan langsung sebagai nutrisi padatanaman pertanian seperti pada tanaman padi,sayur-mayur, dan tanaman perkebunan.

Kajian pemanfaatan pupuk organik dananorganik ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhpemupukan organik, anorganik serta kombinasinyaterhadap pertumbuhan dan produktivitas jagungserta pengaruhnya terhadap sifat fisik dan kimialahan.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Sumberkima,Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali dari bulanJuli sampai dengan Nopember 2012. Pemupukandiuji pada tanaman jagung varietas Lokal Serayadengan perlakuan : P1: Cara petani (hanyamenggunakan Urea 300 kg/ha); P2: Kompos 10 t/ha + 150 kg Urea/ha; P3: Pupuk kandang sapi 10t/ha + 150 kg Urea/ha; dan P4: Kompos 10 t/ha +25.000 liter bio urin/ha. Percobaan dirancangmenggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan3 ulangan. Jarak tanam yang digunakan yaitu 75cm x 40 cm (666.666 tan/ha) dengan ukuran petak3,5 m x 4,0 m.

Pemupukan cara petani menggunakan Ureadiberikan 1 kali yaitu umur tanaman 14 hari.Pemberian kompos dan pupuk kandang (P2,P3dan P4) diberikan sebelum tanam sedangkanpupuk urea pada perlakuan (P2 dan P3) diberikandua kali yaitu umur 14 han 35 hst masing-masing½ dosis. Perlakuan Bio Urin pada P4 diberikan 4kali yaitu umur 14, 28, 42 dan 56 hst masing-masing ¼ dosis dengan konsentrasi 20% diberikandengan cara dikocor di sekitar pangkal batangjagung.

Variabel yang diamati yaitu komponenpertumbuhan (tinggi tanaman, berat berangkasansegar per tanaman dan per hektar, berat keringberangkasan per tanaman dan per hektar),komponen hasil (jumlah tongkol/tanaman, beratkering biji/tanaman) dan hasil biji kering/ha.

Variabel sifat fisik dan kimia tanah yangdiamati pada pemanfaatan pupuk organik (komposdan bio urin) pada ketiga komoditas tanamantersebut seperti berikut:1. Berat volume tanah (bulk density) (g cm-3)

Berat volume tanah diamati sebanyak dua kaliyaitu umur tanaman 42 hst dan saat panen.Pengamatan dilakukan dengan mengambilcontoh tanah di lapangan denganmenggunakan ring sampel pada kedalaman0 cm - 10 cm. Berat volume tanah dihitungdengan rumus:Berat volume Berat tanah kering oven (g)tanah = ————————————(g cm-3) Volume tanah (cm3)

2. Kadar air tanah (%)Pengamatan kadar air tanah dilakukan denganmetode gravimetrik (Soepardi, 1979).

Pertumbuhan dan Hasil Jagung Serta Perubahan Sifat Fisik Tanah Akibat Pemupukan Organik danAnorganik di Lahan Kering | I Nyoman Adijaya

Page 49: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014170

Pengamatan air tanah dilakukan dua kali yaituumur tanaman 42 hst dan pada saat panen.Contoh tanah ditimbang dan dikeringkandalam oven pada suhu 1050C sampaiberatnya konstan. Kadar air tanah dihitungdengan rumus:

Berat tanah – Berat tanah kering basah (g) oven (g)

KAT (%) = ——————————— x 100 % Berat basah tanah (g)

3. Total ruang pori tanah (%)Pengukuran dihitung berdasarkan hasilpenetapan berat volume tanah (bulk density)dan kerapatan partikel tanah (2,65 g cm-3)(Buckman dan Brady, 1982). Pengukuranruang pori dilakukan umur tanaman 42 hstdan pada saat panen. Total ruang pori dihitungdengan persamaan:f = (1,0 – b/p) x 100 %Dimana:f = Total ruang pori (%)b = Berat volume tanah (g cm-3)p = Kerapatan partikel tanah yang

diasumsikan 2,65 g cm-3

Data hasil pengamatan dianalisis sidik ragamdilanjutkan dengan uji BNT taraf 5% jika perlakuanberpengaruh nyata (Gomez and Gomez, 1995)..

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan dan Hasil Jagung

Penggunaan kombinasi bio urin dan pupukkompos belum mampu memberikan hasil sepertiperlakuan pupuk kimia maupun kombinasi antara

pupuk organik (kompos dan pupuk kandang sapi)dengan 50% pupuk kimia. Hal ini ditunjukkan olehlebih rendahnya komponen hasil dan komponenpertumbuhan yang dihasilkan pada perlakuantersebut. Komponen pertumbuhan dan hasiltanaman pada perlakukan pemupukan kimia dankombinasi pemupukan organik 10 ton/ha denganmenurunkan dosis pupuk kimia setengahdosismemberikan hasil yang tidak berbeda (Tabel1 dan 2). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaanpupuk organik (kompos dan pupuk kandang sapi)mampu mensubsitusi penggunaan 150 kg urea/ha yang merupakan sumber Nitrogen padapemupukan jagung tanpa mengurangi produktivitastanaman. Hasil ini sesuai dengan pendapatSyafruddin et al., (2007) yang menyatakanpemberian 50% N Urea dan 50% N dari pupukkandang sapi memberikan hasil yang samadengan pemberian 100% N Urea.

Sirappa (2002) menyatakan batas kritisnitrogen untuk tanaman jagung adalah 0,15%,sedangkan Sutoro (1988, dalam Nurdin et al.,2009) menyatakan pupuk N sangat diperlukantanaman jagung pada tanah dengan kandunganN-total kurang dari 0,4%. Apabila kadar nitrogendalam tanah lebih rendah dari batas kritis tersebutmaka tanaman jagung akan sangat responsifterhadap pemupukan nitrogen yang dilakukan.Semakin tinggi dosis pupuk urea yang diberikanakan meningkatkan kandungan N-total dalamtanah. Semakin tinggi kadar nitrogen dalam tanahmengakibatkan nitrogen yang tersedia bagitanaman akan meningkat, sehingga pertumbuhantanaman akan semakin terpacu yang ditandaidengan tanaman semakin tinggi, jumlah daunsemakin banyak, daun lebih luas, diameter batangsemakin besar, panjang ruas semakin panjang dan

Tabel 1. Komponen pertumbuhan, komponen hasil dan hasil jagung Lokal Seraya akibat pemupukanorganik dan anorganik di Desa Sumberkima, Gerokgak, Buleleng tahun 2012

Tinggi Jumlah Berat Berat biji Berat biji Berat bijiPerlakuan tanaman tongkol /tan tongkol / pipilan/ pipilan / kering oven/

(cm) (tongkol) tan (g) tan (g) ha (t) ha (t)

P1 284,80 a 1,50 a 160,43 a 86,90 a 4,63 a 3,99 aP2 283,37 a 1,53 a 155,97 a 86,33 a 4,60 a 3,96 aP3 280,73 a 1,50 a 148,50 ab 81,90 ab 4,37 ab 3,76 abP4 273,17 a 1,25 b 140,07 b 77,50 b 4,13 b 3,55 b

BNT 5% - 0,21 14,23 7,88 0,42 0,36

Keterangan:- P1: Cara petani (hanyamenggunakan Urea 300 kg/ha); P2: Kompos 10 t/ha + 150 kg Urea/ha; P3:

Pupukkandangsapi 10 t/ha + 150 kg Urea/hadan P4: Kompos 10 t/ha + 25.000 liter bio urin/ha.- Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

pada uji BNT 5%

Page 50: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

171

akhirnya mengakibatkan berat berangkasan lebihtinggi. Hal ini disebabkan oleh fungsi nitrogen yangmemberikan pengaruh yang paling cepat terhadappertumbuhan tanaman dibandingkan hara lainnya.Lebih lanjut Sutejo (2002) dan Poerwowidodo(1992) menyatakan nitrogen diperlukan untukmerangsang pertumbuhan vegetatif, meningkatkankandungan klorofil daun memperbesar ukuran daundan biji. Pendapat ini sejalan dengan hasilpenelitian Kuruseng dan Kuruseng (2008) yangmendapatkan peningkatan dosis pemupukan ureadari 250 kg/ha menjadi 350 kg/ha nyatameningkatkan pertumbuhan dan hasil tiga varietastanaman jagung yang diuji.

Pupuk organik umumnya memiliki sifat yangslow release dalam pelepasan hara, sehinggaperlakuan P4 (organik penuh) memberikanpertumbuhan dan hasil yang lebih rendahdibandingkan dengan pemupukan kimia dankombinasinya dengan pemupukan organik.

Aritonang et al., (2012) mendapatkan kisarankandungan N-total pada bio urin sapi antara 0,18%-0,24%. Kandungan N tersebut jauh lebih rendahdibandingkan kandungan N urea sehingga dengandosis pemberian sebesar 25.000 liter/ha belummampu mensubstitusi kebutuhan N bagi tanamanjagung.

Sifat Fisik Tanah

Terhadap sifat fisk tanah setelah panenpemupukan organik tidak berpengaruh nyataterhadap bulk density dan total ruang pori tanah,namun nyata meningkatkan kadar air tanah (Tabel3). Kombinasi pemupukan kompos dan bio urinesapi memberikan sifat fisik tanah terbaik (kadarair tanah) yang berbeda nyata dibandingkandengan cara petani (pemupukan dengan urea saja),sedangkan kombinasi penggunaan pupuk komposdan pupuk kandang sapi dengan 50% pupuk urea

Tabel 2. Berangkasan basah dan kering jagung Lokal Seraya pada berbagai perlakuan pemupukan dilahan kering di Desa Sumberkima, Gerokgak, Buleleng tahun 2012

Perlakuan Berat berangkasan Berat berangkasan Berat berangkasan Berat berangkasansegar/tan (g) segar/ha (t) kering oven/tan (g) kering oven/ha (t)

P1 499,90 ab 26,66 ab 110,98 ab 5,92 abP2 508,63 a 27,13 a 112,92 a 6,02 aP3 489,17 ab 26,09 ab 108,60 ab 5,79 abP4 457,13 b 24,38 b 101,48 b 5,41 b

BNT 5% 46,50 2,48 10,32 0,55

Keterangan:- P1: Cara petani (hanyamenggunakan Urea 300 kg/ha); P2: Kompos 10 t/ha + 150 kg Urea/ha; P3:

Pupukkandangsapi 10 t/ha + 150 kg Urea/hadan P4: Kompos 10 t/ha + 25.000 liter bio urin/ha.- Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

pada uji BNT 5%

Tabel 3. Sifat fisik tanah akibat perlakuan pemupukan organik dan anorganik pada tanaman jagung diDesa Sumberkima, Gerokgak, Buleleng tahun 2012

Perlakuan Bulk density (g/cm3) Kadar air tanah (%) Total ruang pori tanah (%)

P1 1,18 a 21,37 b 55,47 aP2 1,17 a 22,74 ab 55,84 aP3 1,17 a 22,77 ab 55,95 aP4 1,15a 24,01 a 56,71 a

BNT 5% - 2,07 -

Keterangan:- P1: Cara petani (hanyamenggunakan Urea 300 kg/ha); P2: Kompos 10 t/ha + 150 kg Urea/ha; P3:

Pupukkandangsapi 10 t/ha + 150 kg Urea/hadan P4: Kompos 10 t/ha + 25.000 liter bio urin/ha.- Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

pada uji BNT 5%

Pertumbuhan dan Hasil Jagung Serta Perubahan Sifat Fisik Tanah Akibat Pemupukan Organik danAnorganik di Lahan Kering | I Nyoman Adijaya

Page 51: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014172

memberikan sifat fisik yang tidak berbeda denganpemupukan cara petani maupun pemupukanorganik secara penuh (kombinasi kompos dan biourin sapi).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasilpenelitian Suratmini (2004) yang menyatakanbahwa pemberian 15 ton ha-1 pupuk kadang sapipada tanaman jagung, meningkatkan kadar airtanah dari 27,22% menjadi 29,11%, sedangkanMuku (2002) juga mendapatkan pemupukan pupukkandang sapi 15 t ha-1 pada bawang merahmeningkatkan kadar air tanah dari 15,87% menjadi17,52%. Lebih lanjut Agus et al. (2006)menyatakan perbaikan sifat fisik tanah sangat eratkaitannya dengan kemudahan penetrasi akar didalam tanah, drainase, aerasi tanah dan kadar airtanah.

Hasil serupa juga didapatkan pada penelitianpemupukan organik dengan pupuk kandang danbio urin sapi pada tanaman jagung, dimanapengaruh sifat fisik tanah lebih besar dipengaruhioleh pemberian pupuk kandang sapi dibandingkanpengaruh pemupukan bio urin sapi (Adijaya, 2010).Hal ini disebabkan oleh kandungan bahan organikdalam bio urin yang jauh lebih rendah dibandingkandengan pupuk kandang sapi. Pupuk kandang sapimemiliki komposisi C-organik sebesar 23,75%sedangkan bio urin sapi memiliki kandungan C-organik 0,49%.

KESIMPULAN

Pemupukan 300 Urea kg/ha dan kombinasipemupukan kimia (50% Urea) dan organik (komposdan pupuk kandang sapi 10 ton/ha) mampumemberikan hasil jagung tertinggi dengan kisaranhasil biji pipilan kering 4,37 ton - 4,63 ton/hadibandingkan pemupukan organik secara penuhdengan hasil biji pipilan kering 4,13 ton/ha.

Pemupukan dengan pupuk kandang 10 ton/ha + bio urin sapi 25.000 liter/ha meningkatkansifat fisik tanah dengan meningkatkan kadar airtanah(24,01%) dibandingkan pemupukan urea(21,37%).

DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, N. 2010. Pengaruh Dosis Pupuk Kandangdan Bio Urin Sapi terhadap Pertumbuhan danHasil Jagung (Zea mays L.) di LahanKering.Denpasar. (Tesis). Program Magister

Pertanian Lahan Kering. Universitas Udayana.65 hal.

Agung, I.G.A.M.S., Suprapto, Nurjaya, I.G.M.O.2003. Pengaruh Kerapatan Tanaman Jagung(Zea mays L.) dan Varietas Kacang Tanah(Arachis hypogaea L.) terhadap Hasil Jagungdan Kacang Tanah dalam SistemTumpangsari di Lahan Kering. Jurnal Agritrop22(1):8-13.

Agus, F., Yustika R.D., Haryati, U. 2006.Penetapan Berat Volume Tanah. Sifat FisikTanah dan Metode Analisisnya. Dalam:Kurnia, U., Agus, F., Adimihardja, A., Dariah,A., editor. Sifat Fisik dan Metode Analisisnya.Bogor: Balai Besar Penelitian danPengembangan Sumberdaya LahanPertanian. Hal. 25-34.

Anonim. 2005. Pedoman Produksi Benih Jagung(Bersari Bebas). Jakarta: Direktorat JenderalBina Produksi Tanaman Pangan. DirektoratPerbenihan. 112 hal.

Anonim. 2007. Proses Membuat Bio Urin. (leaflet).Denpasar: Balai Pengkajian TeknologiPertanian Bali bekerjasama dengan BappedaProvinsi Bali.

Aritonang, F., Y. Setiyo dan I.B.P. Gunadnya. 2012.Optimalisasi Proses Fermentasi Urin SapiMenjadi Biourin. Fakultas Teknologi PertanianUNUD. 11 hal.

Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. IlmuTanah. Jakarta: Terjemahan Soegiman.Penerbit Bhatara Karya Aksara. 788 hal.

Flaig, W. 1984. Soil Organic Matter as a Sourceof Nutrients. Organic Matter and Rice. LosBanos Laguna, Philippines: International RiceResearch Institute. p. 73-92.

Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. ProsedurStatistik Untuk Penelitian. (Syamsudin, E.,Baharsyah, J.S., Pentj.). Jakarta: UniversitasIndonesia Press. 698 hal.

Kuntyastuti, H. dan A.A. Rahmania. 2001.Pemanfaatan Pupuk Alternatif Organik danAnorganik pada Kedelai di Lahan Sawah.Prosiding Seminar Nasional PengembanganTeknologi Pertanian dalam UpayaOptimalisasi Potensi Wilayah MendukungOtonomi Daerah. Denpasar, 5 September2001. Pusat Penelitian dan PengembanganSosial Ekonomi Pertanian. Hal. 124-234

Page 52: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

173

Kuruseng, H. dan M.A. Kuruseng. 2008.Pertumbuhan dan Produksi Beberapa VarietasTanaman Jagung Pada Dua Dosis PupukUrea. Jurnal Agrisistem 4(1):26-36.

Muku, O.M. 2002. Pengaruh Jarak Tanam AntarBarisan dan Macam Pupuk Organik terhadapPertumbuhan dan Hasil Tanaman BawangMerah (Allium ascalonicum L.) di LahanKering. (tesis). Denpasar: UniversitasUdayana.

Negara, I.M.S., Simpen, Arsa, Diantariani danMiwada. 2007. Teknik Penampungan danFermentasi Air Kencing Sapi Bali di DesaDauh Yeh Cani, Badung Menjadi PupukOrganik Ramah Lingkungan. Denpasar:Universitas Udayana. 5 hal.

Nurdin, P. Maspeke, Z. Ilahude dan F. Zakaria.2009. Pertumbuhan dan hasil Jagung yangDipupuk N, P dan K pada Tanah Vertizol IsimuUtara kabupaten Gorontalo. Jurnal TanahTropika 14(1): 45-56.

Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah.Bandung: Penerbit Angkasa. 275 hal.

Purwono dan R. Hartono. 2005. Bertanam JagungUnggul. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.67 hal.

Sirappa, M.P. 2002. Penentuan Batas Kritis danDosis Pemupukan N untuk Tanaman Jagungdi Lahan Kering pada Tanah TypicUsthorthents. Jurnal Ilmu Tanah danLingkungan 3(2):25-37.

Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor:Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian,IPB. 648 hal.

Suastika, D.K.S., F. Kasim, R. Hendrayana, K.Suhariyanto, R.V. Gerpacio dan P.L. Pingali.2004. Maize in Indonesia. Mexico, D.F. :CIMMYT: Production Systems, Constrainsand Research Priorities.

Suprijadi, S. Abdulrachman, I. Juliardi. dan Pahim.2000. Pemupukan Berimbang pada TanamanPadi di Lahan Sawah Irigasi dan Tadah Hujan.Prosiding Seminar Membangun SistemProduksi Tanaman Pangan BerwawasanLingkungan. Pati, 7 Nopember 2000. PusatPenelitian dan Pengembangan TanamanPangan. Hal. 139-144.

Suratmini, N.P. 2004. Pengaruh Dosis PupukNitrogen dan Pupuk Kandang Sapi terhadapHasil, Kadar Gula Biji dan Kadar ProteinKasar Brangkasan Jagung Manis (Zea mayssaccharata Sturt). (tesis). Denpasar:Universitas Udayana.

Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan.Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 177 hal.

Syafruddin, Faezal dan M. Akil. 2007. PengelolaanHara Tanaman Jagung. Balai PenelitianTanaman Serealia, Maros. 13 hal.

Yasa, I.M.R., I.G.A.K. Sudaratmaja, I.N. Adijaya,I.K. Mahaputra, Suharyanto, N.W. Trisnawati,I.P.A. Kertawirawan, P. Sugiarta, A. Rachim.2006. Participatory Rural Apraisal Prima Tanidi Lahan Kering Dataran Rendah BeriklimKering Desa Sanggalangit KecamatanGerokgak Kabupaten Buleleng. Denpasar:Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. 46hal.

Pertumbuhan dan Hasil Jagung Serta Perubahan Sifat Fisik Tanah Akibat Pemupukan Organik danAnorganik di Lahan Kering | I Nyoman Adijaya

Page 53: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014174

PRODUKTIVITAS SORGUM BATANG MANIS (Sorghum bicolor L. Moench)DI LAHAN KERING DATARAN RENDAH DAN LAHAN IRIGASI DATARAN MEDIUM

Suprio Guntoro dan Anak Agung Ngurah Badung Sarmuda Dinata

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah rai Pesanggaran Denpasar – Selatan, Bali, 80222

Email: [email protected]

Submitted date : 23 September 2014 Approved date: 10 Desember 2014

ABSTRACTProductivity of Sweet Sorghum (Sorghum bicolor L. Moench) in the Low Dry Land Againts

Medium Irrigation land

Development of biofuels as a renewable energy source in many places often collide with the developmentof feed and food. Development of sweet sorghum (Shorgum bicolor L.) is expected to be a solution, since itmay produce feed material (forages and concentrates), food and bio-fuel materials. This study aims todetermine the productivity of sweet sorghum in the dry land and irrigated land. The study arranged withcompletely randomized design (CRD) conducted in two locations, each using four replications and eachreplication breadth 10 acres. Sorghum seed of Rio varieties were planted on ridges with spacing of 70 cmbetween rows and 35 cm within rows. Fertilization applied were organic fertilizers 1.5 tons per hectare andinorganic fertilizers i.e urea, SP-36 and KCl, with successive doses of 150 kg/ha, 75 kg/ha and 75 kg/ha. Theresults showed that sorghum plants growth, seed production and waste which was cultivated on irrigated landof medium plateau was higher than the sorghum grown on lowland dry land. However, the nutritional contentof both locations, were non significantly different at the seeds and its by-products. Except, the crops grown ondry land contains higher energy than dry land crops. While the sap production on irrigated land was higher inquantity. The crops on the dryland has higher brix number.

Keywords: Sweet sorghum, productivity, dry land and irrigation land

ABSTRAK

Pengembangan biofuel sebagai sumber energi terbarukan di banyak tempat sering berbenturan denganpengembangan pakan maupun pangan. Pengembangan sorgum batang manis (Shorgum bicolor L.)diharapkan menjadi solusi, karena dapat menghasilkan bahan pakan (hijauan dan konsentrat), bahanpangan dan bahan bio fuel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas sorgum batang manisdi lahan kering dan lahan irigasi. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang dilakukandi dua lokasi, masing-masing menggunakan 4 ulangan dan setiap ulangan luasnya 10 are. Benih sorgumvarietas Rio ditanam pada guludan dengan jarak 70 cm antar baris dan 35 cm dalam barisan. Pemupukanmenggunakan pupuk organik sebanyak 1,5 ton per hektar dan pupuk an-organik yakni urea, SP-36 dan KCl,dengan dosis berturut-turut 150 kg/ha, 75 kg/ha dan 75 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanamansorgum yang dibudidayakan pada lahan irigasi dataran medium memiliki pertumbuhan, produksi biji, danlimbah lebih tinggi dibandingkan dengan sorgum yang dibudidayakan di lahan kering dataran rendah.Namun, kandungan nutrisi pada biji dan limbah sorgum yang dibudidayakan di kedua lokasi tersebut, tidakberbeda nyata, kecuali kandungan energi pada batang yang lebih tinggi pada sorgum yang dibudidayakandi lahan kering. Sedangkan produksi nira pada lahan irigasi secara kuantitas lebih tinggi, tetapi secarakualitas angka brix nyata lebih tinggi pada sorgum yang ditanam di lahan kering.

Kata kunci: Sorgum batang manis, produktivitas, lahan kering dan lahan irigasi

Page 54: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

175

PENDAHULUAN

Untuk mengantisipasi krisis energi fosil,beberapa negara mulai merintis penggunaanenergi alternatif yang terbarukan, diantaranyaadalah biofuel. Namun, pengembangan biofueldalam berbagai kasus ternyata berbenturandengan upaya pengembangan areal untuk panganmaupun pakan (Prabowo,2007). Salah satu upayauntuk mengurangi kompetisi kepentingan tersebutadalah dengan membudidayakan jenis tanamanmultiguna, yang dapat menjadi sumber pangan,pakan dan atau energi.

Tanaman sorghum batang manis (Sorghumbicolor L. Moench) merupakan salah satutanaman alternatif yang berpotensi sebagai sumberpakan, sumber pangan sekaligus sebagai sumberbioetanol (Sirappa.2003). Tanaman ini jugamemiliki keistimewaan yakni mudahdibudidayakan dan memiliki daya tahankekeringan yang lebih tinggi dibanding jagung danmemiliki daya adaptasi yang luas dengan dayahasil yang cukup tinggi (Suranto.2008 ).

Tanaman ini memiliki potensi sebagai sumberpakan, karena produktivitas batang dan daun cukuptinggi, serta memiliki daya tahan terhadapkekeringan yang sangat baik, sehingga dapatdikembangkan pada lahan marginal (Mc.Laren etal., 2003). Kandungan nutrisi biji sorgum setaradengan biji jagung, dengan energi termetabolissebesar 3288 kkal/kg, protein kasar 8,8%, lisin0,21% dan metionin 0,16% (NRC, 1984). BahkanPurnomo (2008) menyatakan biji tanaman sorgumkandungan proteinnya relatif tinggi, mencapai 11%lebih, dengan serat kasar 2-9% (Nyman et al.,1984) sehingga bisa dijadikan sumber konsentratuntuk ternak ruminansia maupun monogastrik.

Produksi hijaunnya juga mengandung nutrisiyang setara dengan rumput gajah yakni dengankandungan protein kasar sebesar 3,3% dan seratkasar 32,2% (Hartadi et al., 1991). Tanamansorgum batang manis dapat menghasilkanbioetanol, dengan potensi produksi sekitar 5.500-6000 liter/ha/tahun (Direktorat Jendral TanamanPangan, 2007). Disamping sebagai sumberbioetanol, menurut Atang (1996), nira sorgumbatang manis juga potensial diolah menjadiberbagai industri minuman terfermentasi.

Dengan demikian, pengembangan tanamanini, akan dapat mendukung pengembangan ternak,karena memiliki potensi sebagai sumber pakan,disamping sumber bioenergi (bioetanol) danpangan. Karena itu perlu dilakukan penelitian untukmemperoleh data produktivitas dan kualitas baik

sebagai sumber pakan maupun energi dengankondisi lingkungan berbeda yang ada di Bali.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di 2 (dua) lokasi, yaknidi desa Bebalang, kecamatan Bangli kabupatenBangli yang merupakan lahan irigasi dataranmedium dan di desa Bukti, kecamatanKubutambahan kabupaten Buleleng, yangmerupakan lahan kering, dataran rendah.

Metode

a. Rancangan PenelitianPenelitian menggunakan rancangan acaklengkap (RAL) yang dilakukan di dua lokasi,masing-masing menggunakan 4 ulangan dansetiap ulangan luasnya 10 are (0,1 ha),sehingga luas setiap lokasi 40 are atau total80 are.

b. BenihDalam penelitian ini menggunakan benihvarietas Rio, merupakan varietas unggul sweetsorgum yang dihasilkan oleh Pusat Penelitiandan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI)-Jawa Timur.

c. Teknis BudidayaSebelum benih ditanam, lahan diolah (dibajak)kemudian dibuat guludan selebar ± 110 cm.Selanjutnya benih ditanam 2 baris setiapguludan dengan jarak 70 cm (antar baris) dan35 cm dalam barisan.Penanaman dilakukan dengan tugal denganjumlah 3 biji per lubang. Pada saat pembuatanguludan ditaburkan pupuk organik (kompos)dengan dosis 1,5 ton per hektar sebagaipupuk dasar. Pupuk an-organik diberikan padaumur 4 dan 6 minggu dengan dosis dan jenisyang sama yakni urea, SP-36 dan KCl,dengan dosis pupuk secara keseluruhan,berturut-turut 150 kg/ha, 75 kg/ha dan 75 kg/ha. Bersamaan dengan pemupukan pupuk an-organik pertama dilakukan penjarangansehingga per titik tanam hanya terdapat 1(satu) batang tanaman.

d. Panen dan pasca Panen.- Panen dilakukan setelah buah keras dan

berubah warna dari hijau menjadi warnakrem kekuningan

- Panen dilakukan dengan memotong

Produktivitas Sorgum Batang Manis (Sorghum bicolor L.Moench) di Lahan Kering DataranRendah dan Lahan Irigasi Dataran Medium | Suprio Guntoro, dkk.

Page 55: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014176

batang sorgum bagian bawah danmenyisakan satu mata tunas agartanaman dapat tumbuh kembali

- Selanjutnya dipisahkan antara malai, daundan batang

- Untuk memperoleh biji kering simpan,malai dijemur hingga kering lalu bijidirontokkan

- Nira diperoleh dengan mengepres batangsorgum dalam keadaan segar

e. Analisa dataParameter yang diukur meliputi pertumbuhantanaman, produksi biji, produksi limbah danproduksi nira. Data diolah dengan uji bedarata-rata (t-test) dengan tingkat kesalahan 5%(p<0,005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Biji

Budidaya sweet sorgum varietas Rio di lahanirigasi dataran medium (Bebalang) menghasilkanpertumbuhan tanaman yang nyata lebih tinggidibanding tanaman yang dibudidayakan di lahankering dataran rendah (Bukti). Pada lahan irigasidataran medium diperoleh tinggi tanaman 264,48cm yang nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingyang dibudidayakan di lahan kering dataran rendahdengan tinggi tanaman hanya 186,3 cm.Sedangkan umur panen pada tanaman di lahankering 2 hari lebih cepat daripada di lahan irirgasi,namun tidak berbeda nyata secara statistik.

Produksi biji kering panen (dengan malai)nyata lebih tinggi yang dibudidayakan di lahanirigasi yakni 9.456 kg sementara pada lahan keringhanya 6.002 kg. Demikian pula produksi biji keringsimpan/kering giling (tanpa malai) pada sorgumyang dipelihara di lahan irigasi 32,91% lebih tinggidibandingkan yang dibudidayakan di lahan kering.Kondisi tanah di lahan irigasi yang lebih subur danketersediaan air yang tercukupi sepanjang waktu,memberi peluang pertumbuhan tanaman lebihtinggi dan produktivitas yang lebih tinggi pula(Salisbury dan Ross, 1995)..

Tetapi bila dibandingkan dengan varietas lainseperti varietas Numbu, Kawali atau lokal, padavarietas Rio baik yang dibudidayakan di lahanirigasi maupun di lahan kering umur panennyamasih jauh lebih pendek dan produktivitasnya lebihtinggi (Anon, 2012 ; Anon, 2013)

Produksi Limbah

Sebagaimana produksi biji, produksi limbahpada sorgum di lahan irigasi dataran medium nyatalebih tinggi dibanding yang dibudidayakan di lahankering dataran rendah. Produksi malai pada lahanirigasi sebesar 2.176 kg atau 45,36% nyata lebihtinggi (P<0,05) dibandingkan produksi malai dilahan kering. Produksi malai yang lebih tinggi iniberkorelasi positif dengan produksi biji yang jugalebih tinggi yang dibudidayakan di lahan irigasi.Demikian pula dengan produksi batang, pada lahanirigasi 77,82% nyata lebih tinggi (P<0,05)dibandingkan produksi batang di lahan kering.Lebih tingginya produksi batang disebabkan tinggi

Tabel 1. Pertumbuhan Tanaman, Umur Panen dan Produksi Biji Sorgum Batang Manis var. Rio yangDibudidayakan di Lahan Kering dan Lahan Irigasi

No Parameter Lahan Kering Dataran Rendah Lahan Irigasi Dataran Medium

1 Umur Panen (hari) 85a 87a

2 Tinggi Tanaman (cm) 186,3 a 264,48 b

3 Produksi Biji- Kering Panen (kg) 6.032 a 9.456 b

- Kering Simpan (kg) 3.014 a 4.906 b

Keterangan : Huruf yang berbeda pada lajur yang sama adalah berbeda nyata (P<0,05)

Tabel 2. Produksi Limbah Tanaman Sorgum Batang Manis var. Rio Dibudidayakan di Lahan Kering danLahan Irigasi

No Parameter Beriklim Kering Dataran Rendah (kg) Lahan Irigasi Dataran Medium (kg)

1 Malai 1.497 a 2.176 b

2 Batang 23.408 a 41.623 b

3 Daun 11.632 a 13.740 b

Keterangan: Huruf yang berbeda pada lajur yang sama adalah berbeda jika (P<0,05).

Page 56: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

177

tanaman pada lahan irigasi nyata lebih tinggi.Untuk produksi daun pada lahan irigasi 18,12%nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan produksidaun di lahan kering.

Lebih tingginya produksi limbah pada sorgumyang ditanam di lahan irigasi ini juga tidak terlepasdari faktor kesuburan tanah dan ketersediaan airsepanjang waktu (Salisbury dan Ross, 1995).

Komposisi Kimia Biji dan Limbah

Potensi limbah sorgum sebagai bahan pakantidak hanya perlu dilihar dari kuantitas, tetapi jugaperlu dipertimbangkan secara kualitas. Untukmengetahui kualitas bahan tersebut dilakukandengan analisa proximate, sehingga diketahuikandungan gizi yang ada di dalamnya, sepertiprotein, energi, dll.

Dari hasil “proximate analysis” menunjukkanbahwa kandungan nutrisi pada biji maupun limbah(batang dan daun) sorgum yang ditanam di lahankering dataran rendah tidak berbeda dengan yangdibudidayakan di lahan irigasi dataran medium,kecuali kandungan energi pada batang.Kandungan energi pada batang nyata lebih tinggipada sorgum yang ditanam di lahan kering dataranrendah. Hal ini terkait dengan kandungan gula yangnyata lebih tinggi pada nira dari sorgum yangditanam di lahan kering dibandingkan yang ditanam

di lahan irigasi (lihat tabel 4). Dimana angka brixpada nira sorgum yang dibuddidayakan di lahankering mencapai lebih dari 14%, sedangkan yangdi lahan irigasi kurang dari 10%. Angka brixmerupakan angka yang menunjukkan kadar guladan kandungan gula amat berpengaruh terhadapkandungan energi (Hendroko, 2008; Atang 1996).Kandungan energi yang lebih tinggi pada sorgumyang dibudidayakan di lahan kering juga terjadipada biji maupun daun, meskipun perbedaannyatidka nyata. Hal ini kemungkinan juga karenapengaruh kadar gula (karbohidrat sederhana) yanglebih tinggi pada biji dan daun sorgum yangdibudidayakan di lahan kering.

Produksi Nira

Nira adalah cairan batang dari tanamansorgum yang diperoleh dengan prosespengepresan. Terkait dengan pengembanganbioenergi biasanya nira dimanfaatkan untuk industribioetanol. Disamping itu nira sorgum juga bisadiolah menjadi berbagai macam gula dan minuman(Sirappa, 2003).

Pada proses pembuatan bioetanol, niradifermentasi selanjutnya didestilasi, sehinggadiperoleh bioetanol. Dalam proses pembuatanbioetanol, diperoleh 2 (dua) jenis limbah, masing-masing bagase (ampas batang) dan limbah (cairan)

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Biji Dan Limbah Sorgum Varietas Rio yang Dibudidayakan di Lahan Keringdan Lahan Irigasi

Komposisi

No Bahan Protein Serat Lemak (%) Ca (%) P (%) GE (Kkal/gr) Kasar (%) Kasar (%)

LKDR LIDM LKDR LIDM LKDR LIDM LKDR LIDM LKDR LIDM LKDR LIDM

1 Biji 10,30 9,40 4,12 3,77 2,97 2,89 0,3 0,3 0,02 0,02 4091 40182 Batang 4,21 4,41 30,61 29,37 0,92 0,98 0,98 0,43 0,02 0,02 3881a 3739b

3 Daun 9,30 9,02 28,13 27,81 3,06 2,39 0,69 0,60 0,03 0,03 3917 3819

Keterangan :LKDR : lahan kering dataran rendahLIDM : lahan irigasi dataran medium

Tabel 4. Produksi Nira Sorgum Batang Manis yang Dibudidayakan di Lahan Irigasi Dataran Medium danLahan Kering dataran Rendah (Per Ha Per Kali Panen)

No Lokasi Produksi Batang (Kg) Produksi Nira (Kg) Angka Brix

1 Lahan Irigasi Dataran Medium 41.623 a 23.209 a 9,8 a

2 Lahan Kering dataran Rendah 23.408 b 6.577 b 14,7 b

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda yaitu (Pd”0,05)

Produktivitas Sorgum Batang Manis (Sorghum bicolor L.Moench) di Lahan Kering DataranRendah dan Lahan Irigasi Dataran Medium | Suprio Guntoro, dkk.

Page 57: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014178

destilasi. Kedua jenis limbah ini dapatdimanfaatkan pula sebagai bahan pakan ternak.

Secara kuantitas, produksi nira per hektar,nyata lebih tinggi pada sorgum yang dibudidayakandi lahan irigasi. Tetapi secara kualitas angka brix,nyata lebih tinggi pada tanaman yangdibudidayakan di lahan kering dataran rendah.Tingginya kadar nira juga dipengaruhi oleh faktorlingkungan terutama ketersediaan air (Atang,1996). Sedangkan angka brix yang lebih tinggi akanmenghasilkan rendemen etanol yang lebih tinggipula ( Hendroko, 2008).

KESIMPULAN DAN SARAN

Tanaman sorgum yang dibudidayakan di lahanirigasi dataran medium memiliki pertumbuhan,produksi biji, dan produksi limbah yang nyata lebihtinggi dibandingkan yang dibudidayakan di lahankering dataran rendah. Tetapi secara kualitaskandungan nutrisi biji maupun limbah tidakberbeda nyata, kecuali kandungan energi bagianbatang yang lebih tinggi dibandingkan sorgum dilahan kering.

Secara kuantitas kandungan nira padatanaman yang dibudidayakan di lahan irigasi nyatalebih tinggi, tetapi secara kualitas angka brix nyatalebih tinggi pada sorgum yang dibudidayakan dilahan kering

Meskipun secara kuantitas produksi biji,limbah dan nira pada sorgum yang dibudidayakandi lahan kering lebih rendah, tetapi dengan potensilahan kering yang cukup besar, maka denganadaptasi yang cukup baik tanaman sorgum varietasRio layak pula direkomendasikan pengem-bangannya di lahan kering.

DAFTAR PUSTAKA

Anon. 2012. Sorgum Varietas Kawali. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/index.(Diakses : 21/2/2012)

Anon. 2013. Sorgum Varietas Numbu http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/index.(Diakses : 21/2/2013)

Atang, S.1996 . Prospek Teknologi dan EkonomiTebu Genjah dan Sorgum Manis DalamIndustri Fermentasi. Jurnal Berita P

3GI No 17,

Oktober 1996.

Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2007.Sorghum Sebagai Bahan Baku Etanol.

Direktorat Budidaya Serealia Ditjen TanamanPangan-Departemen Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgummanis komoditi harapan di propinsi kawasantimur Indonesia. Risalah Simposium ProspekTanaman Sorgum untuk PengembanganAgroindustri, 17"18 Januari 1995. EdisiKhusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No.4-1996: 6" 12.

Hartadi, H., S. Reksohadiprojo dan A. D. Tillman.1991. Tabel Komposisi Pakan UntukIndonesia. Gajah Mada University Press,Yogyakarta.

Hendroko, R. 2008. Teknis Budidaya tanamanSorgum Batang Manis Sebagai PenghasilBioetanol. Makalah Dalam PelatihanBioetanol. Surfactant and Bioenergy ResearchCenter-LPPM-Institute Pertanian Bogor (IPB).Bogor

McLaren, J.S., N,Lakey, and J, Osborne, 2003.Sorghum as a bioresources platform for futurerenewable resources. Proceeding 57th Cornand Sorghum Research Conference. CDROM.American Seed TradeAssosiation.Alexandria. VA.USA.

NRC. 1984. Nutrient Requirement of Goats. No.15.National Academy Press. Washington, D.C.

Nyman, M., M. Siljestrom,, B. Pederson., K. E.Bachknudsen., N. G. ASP., C. G. Johansonand B. O. Eggum. 1984. Dietary fiber contentand composition in six cereals at differentextraction lates. Cereal Chem. 61 : 14-19.

Prabowo, A.F. 2007. Pertarungan Energi denganPangan. Kompas: 8 November 2007.

Salisbury, FB dan Ross, C. W. 1995. FisiologiTumbuhan. Penerbit ITB-Bandung

Sumarno dan S. Karsono. 1996. Perkembanganproduksi sorgum di dunia dan penggunaannya.Risalah Simposium Prospek TanamanSorgum untuk Pengembangan Agroindustri,17-18 Januari 1995. Edisi Khusus BalaiPenelitian Tanaman Kacang-kacangan danUmbi-umbian No. 4-1996: 13-24

Suranto, H. 2008. Prospek Sorghum BatangManis. Pusat Aplikasi Teknologi Isotop danRadiasi. Badan tenaga Nuklir. Jakarta.

Sirappa. 2003. Prospek Pengembangan SorgumDi Indonesia Sebagai Komoditas AlternatifUntuk pangan, Pakan dan Industri.JurnalLitbang Pertanian No 22, Vol.4.- April 2003.

Page 58: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

179

TAMPILAN BEBERAPA KLON KAKAO SE (SOMATIC EMBRIOGENESIS)PADA KEGIATAN INTENSIFIKASI DI SUBAK ABIAN TAMAN SARI, DESA CANDI KUSUMA,

KECAMATAN MELAYA, KABUPATEN JEMBRANA

I Nengah Duwijana dan IB. Aribawa

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai Denpasar-Selatan, Bali, 80222

E-mai: [email protected]

Submitted date : 26 September 2014 Approved date: 10 Desember 2014

ABSTRACTAppreance of Some Clones of Cocoa SE (Somatic Embryogenesis) on Intensification

Program at Subak Abian T aman Sari, Candi Kusuma V illage, Melaya District,Regency of Jembrana

Studies aimed to determine appearance some cocoa clones SE (Somatic embryogenesis) in Subak AbianTaman Sari, the Village Of Candi Kusuma has been implemented in fiscal year (TA) 2013. The objective ofthis study was to determine the appreance of yield components and the yield of cocoa. Studies using arandomized block design (RBD) five treatments, three replications. The treatments were five cocoa clones,namely ICCRI 03, ICCRI 04, 1 Sulawesi, Sulawesi, 2, and Scavina 6. Plants parameters observed were:number of bunch of flowers, fruit teat number, the number of young fruit, the number of fruit ready to harvest,fruit diameter, fruit length, fruit weight, wet seed weight, dry seed weight and number of seeds per fruit.Statistical analysis showed a significant effect of treatment on all parameters observed, except for the numberof fruits per plant ready to harvest. Weight of the heaviest fruit produced by clones ICCRI 03, was 615.25 g.

Keywords: Appearance clone, subak abian and yield of cocoa

ABSTRAK

Kajian untuk mengetahui tampilan beberapa klon kakao SE (Somatic Embriogenesis) di Subak AbianTaman Sari, Desa Candi Kusuma telah dilaksanakan pada tahun anggaran (TA) 2013. Tujuan dari kegiatanini adalah untuk mengetahui tampilan dalam hal ini komponen hasil dan hasil tanaman kakao. Kajianmenggunakan rancangan acak kelompok (RAK) lima perlakuan diulang tiga kali. Perlakuan yang dimaksudadalah lima klon kakao, yaitu ICCRI 03, ICCRI 04, Sulawesi 1, Sulawesi 2, dan Scavina 6. Parametertanaman yang diamati adalah : jumlah dompol bunga, jumlah pentil buah, jumlah buah muda, jumlah buahsiap panen, lingkar buah, panjang buah, berat buah, berat biji basah, berat biji kering, dan jumlah biji perbuah. Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata terhadap semua parameter tanamanyang diamati, kecuali jumlah buah siap panen per tanaman. Berat buah terberat dihasilkan oleh klon ICCRI03, yaitu 615,25 g.

Kata kunci : Tampilan klon, subak abian dan hasil kakao

PENDAHULUAN

Saat ini sub sektor perkebunan merupakansektor yang penting bagi keberlanjutanperekonomian bangsa. Dari sisi penerimaannegara, pada tahun 2008 sub sektor perkebunanmemberikan sumbangan penerimaan negara lebihdari US $ 18,85 milyar yang melibatkan petanisebanyak 19,43 juta KK (Anon, 2009a). Selain

sebagai komoditi ekspor, komoditi perkebunanjuga berperan dalam mendukung penyediaanbahan baku industri dalam negeri, seperti industriban, sarung tangan, minyak goreng, rokok,minuman, tekstil, cokelat dan sebagainya. Kakaomerupakan komoditi sub sektor perkebunan yangmemiliki nilai yang strategis. Komoditi kakaomerupakan komoditi yang sangat penting karenahampir 90% dimiliki oleh petani (Perkebunan

Tampilan Beberapa Klon Kakao SE (Somatic Embriogenesis) Pada Kegiatan IntensifikasiDi Subak Abian Taman Sari, Desa Candi Kusuma..... | I Nengah Duwijana, dkk.

Page 59: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014180

Rakyat) dari total areal sekitar 1,5 juta ha (Anon,2009b; Anon, 2010).

Indonesia adalah negara produsen kakaoterbesar ke tiga di dunia setelah Ivory-Coast danGhana, dengan luas areal 1.563.423 ha danproduksi 795.581 ton. Sungguhpun Indonesiadikenal sebagai negara produsen kakao terbesardi dunia, tapi produktivitas dan kualitasnya(mutunya) masih sangat rendah (Anon, 1988;Anon, 2010). Rata-rata produktivitasnya hanya 660kg/ha, masih jauh di bawah rata-rata potensi yangdiharapkan sebesar 2000 kg/ha/thn, sedangkanPantai Gading produktivitasnya sudah mencapai1500 kg/ha/thn.

Beberapa faktor yang menyebabkanrendahnya produktivitas, antara lain kondisi kebunyang kurang terawat, serangan hama dan penyakit,umur tanaman yang sudah tua (tidak produktif),serangan hama penyakit terutama adalah seranganPBK (Penggerak Buah Kakao), Vascular StreakDieback (VSD), dan penyakit busuk buah(Phytopthora palmivora).

Kementerian Pertanian (Kementan)menargetkan produksi kakao nasional pada 2014mencapai 1,1 juta ton atau meningkat dari tahun2013 yang sebanyak 800 ribu ton. DirjenPerkebunan Kementan, mengemukakan salahsatu upaya dalam peningkatan produksi tersebutadalah dengan melanjutkan program gerakannasional peningkatan produksi dan mutu kakao(Gernas Kakao) pada 2014. Dengan pelaksanaangernas kakao ini, produksi kakao nasionaldidorong menjadi nomor dua di dunia dengan targetsebesar 1,1 juta ton. Program Gernas Kakao telahdilaksanakan pada 2009-2011 dengan kucurananggaran sekitar Rp3 triliun serta cakupan areal400 ribu hektare atau 27 persen dari luasperkebunan kakao 1,6 juta ha saat ini (Anon, 2014).

Gerakan peningkatan produksi dan mutukakao nasional (Gernas Kakao) telah dicanangkanoleh Kementerian Pertanian, melalui DirektoratJendral Perkebunan. Gerakan ini melibatkanprovinsi dan kabupaten yang merupakan sentrakakao di Indonesia. Gerakan ini mencakup tigaprogram utama, yaitu : (1) intensifikasi (2)rehabilitasi melalui sambung samping denganmenggunakan klon kakao unggul, dan (c)peremajaan menggunakan bibit kakao hasilSomatic Embriogenesis (Anon, 2009a). Untukprovinsi Bali Gernas Kakao yang diprogramkan daritahun 2009 mencapai 8.000 ha yang dipusatkandi Kabupaten Jembrana dan Tabanan. Peremajaandengan bibit SE seluas 1.700 ha, sedangkan6.300 ha akan ditempuh dengan program

rehabilitasi dan intensifikasi dengan menggunakanklon kakao unggul hasil perbanyakan secarasomatic embriogenesis.

Desa Candi Kusuma, di Kecamatan Melaya,Jembrana Provinsi Bali, merupakan salah satudesa yang mendapat program Gernas Kakao. Datamenunjukkan, luas perkebunan kakao rakyat diKecamatan Melaya pada tahun 2008 adalah1287,55 hektar, meningkat menjadi 1936,49 hektarpada tahun 2012, sedangkan produksinya menurundari 1173,63 ton menjadi 518,41 ton biji kakaokering (BPS, 2013). Sehingga dengan demikianproduktivitas kakao di Kecamatan Melayamenurun dari 0,91 ton biji kakao kering per hektarpada tahun 2008 menjadi 0,27 kg biji kakao kering/ha pada tahun 2012. Produktivitas kakao yangdihasilkan di tingkat petani ini jauh lebih rendahbila dibandingkan dengan produktivitas kakao yangmencapai 0,70 s/d 0,90 ton biji kakao kering/hapada kegiatan Demplot Intensifikasi Gernas Kakaodi Subak Abian Sumber Urip, Desa Pengragoan,Kecamatan Pekutatan dan Desa Candi Kusuma,Kecamatan Melaya, Jembrana (Aribawa et al.,2011; Aribawa et al., 2012 dan Aribawa et al.,2013).

Dalam gerakan peningkatan produksi danmutu kakao nasional (Gernas Kakao) padakegiatan Intensifikasi di Kabupaten Jembrana,digunakan lima klon tanaman kakao terpilih yangtelah dilepas oleh Menteri Pertanian, yaitu : ICCRI03, ICCRI 04, Sulawesi 1, Sulawesi 2 dan Scavina6, dimana semua klon ini merupakan hasil dariperbanyakan secara somatic embriogenesis.Untuk melihat tampilan dari masing-masing klonkakao yang ditanam, maka dilakukan kajian ini.Kajian ini bertujuan untuk melihat tampilanbeberapa klon kakao unggul hasil perbanyakansecara SE di Subak Abian Taman Sari, Desa CandiKusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana.

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam kajian ini adalahpupuk anorganik dan pupuk organik, seperti pupukphonska, pestisida dan bahan lainnya. Selain itudigunakan klon kakao unggul hasil SE, sepertiICCRI 03, ICCRI 04, Sulawesi 1, Sulawesi 2 danScavina 6. Sedangkan alat yang digunakan adalahalat untuk bercocok tanam, meteran, timbangandan alat-alat yang lainnya.

Page 60: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

181

Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian ini dilakukan di Subak Abian TamanSari, Desa Candi Kusuma, Kecamatan MelayaJembrana pada TA. 2013, pada tanaman kakaoyang mulai belajar berbuah. Tanaman kakaokegiatan intensifikasi ini dianggarkan TA. 2009,tapi ditanam petani pada bulan Maret 2010.

Rancangan Percobaan

Kajian dilaksanakan dengan menggunakanRancangan Acak Kelompok (RAK) lima perlakuan,diulang 3 kali. Pengkajian dilaksanakan di lahantegalan milik petani seluas 10.000 m² padatanaman kakao dengan jarak tanam 3 m x 3 m.Pupuk yang digunakan adalah pupuk organikdengan dosis 5,00 kg/pohon dan 225 g pupukPhonska/pohon. Pupuk organik dan anorganik inidiberikan pada akhir musim hujan sekali setahun,sesuai dengan dosis rekomendasi yangdikeluarkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Bali.

Tahapan Kegiatan

Kegiatan dimulai dengan penentuan lokasi danpetani kooperator sebagai lokasi pelaksanaan.Pada tahap persiapan juga dilakukan koordinasike tingkat pusat (Puslitbangbun) Bogor, gunamencari informasi inovasi teknologi untukmendukung pelaksanaan kegiatan di tingkatlapangan disamping itu, dilakukan juga kegiatansosialisasi di daerah dan di lapangan.

Sosialisasi di daerah dilakukan denganinstansi terkait (Distan, dan Disbun) mulai daritingkat kabupaten, kecamatan, serta desa/kelompok tani untuk mencari masukan dari tingkatlapangan guna penyempurnaan kegiatan.

Pengumpulan dan Analisis Data

Jumlah tanaman yang diamati setiap klonadalah tiga pohon (tanaman). Pengamatandilakukan terhadap komponen produksi/daya hasil

dan hasil tanaman kakao yaitu jumlah dompolbungan, jumlah pentil buah, jumlah buah muda,jumlah buah siap panen, lingkar buah, panjangbuah, berat buah, berat basah dan berat keringbiji, dan jumlah biji per buah. Data yang diperolehkemudian dianalisis statistik, untuk melihatperbedaan masing-masing klon tanaman kakao,apabila ada perbedaan maka dilanjutkan denganuji BNT 5% ( Gomez dan Gomez, 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Intensifikasi adalah upaya untukmeningkatkan produktivitas tanaman melaluipenerapan standar teknis budidaya tanaman (Tabel1). Kegiatan intensifikasi ini dilakukan di KelompokTani Subak Abian Taman Sari, Desa CandiKusuma. Adapun standar teknis budidaya kakaoyang dilakukan disajikan pada Tabel 1, di bawahini :

Data karakter komponen hasil tanaman kakaoseperti jumlah dompol bunga, jumlah pentil buah,jumlah buah muda, dan jumlah buah siap panendisajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2, terlihatperlakuan dalam hal ini klon kakao berpengaruhnyata terhadap jumlah dompol bunga. Jumlahdompol bunga terbanyak dihasilkan oleh klon ICCRI04 dan berbeda nyata bila dibandingkan denganklon kakao yang lainnya. Jumlah dompol bungaterrendah dihasilkan oleh klon Sulawesi 2. Jumlahpentil buah, jumlah buah muda dan jumlah buahsiap panen terbanyak dihasilkan oleh klonSulawesi 1, sementara itu jumlah pentil buah,jumlah buah muda dan jumlah buah siap panenterrendah dihasilkan oleh klon ICCRI 03.

Data karakter buah kakao seperti lingkar buah,panjang buah dan berat buah disajikan pada Tabel3. Pada Tabel 3, terlihat perlakuan berpengaruhnyata terhadap seluruh parameter buah yangdiamati. Lingkar buah terbesar dihasilkan oleh klonICCRI 03 dan berbeda nyata dengan perlakuanlainnya, kecuali dengan klon ICCRI 04. Lingkarbuah terkecil dihasilkan oleh klon Sulawesi 2.

Tabel 1. Standar teknis budidaya yang diterapkan pada kegiatan intensifikasi tanaman kakao di SubakAbian Taman Sari, Desa Candi Kusuma, Melaya, Jembrana, Bali TA. 2013.

No Teknis budidaya Keterangan

1 Pemangkasan Ringan, sesering mungkin2 Pemupukan anorganik dan organik Disesuaikan umur tanaman3 Panen sering Pada tanaman yang sudah berbuah4 Sanitasi Dilakukan sesering mungkin5 Pengendalian OPT Apabila terjadi serangan OPT

Tampilan Beberapa Klon Kakao SE (Somatic Embriogenesis) Pada Kegiatan IntensifikasiDi Subak Abian Taman Sari, Desa Candi Kusuma..... | I Nengah Duwijana, dkk.

Page 61: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014182

Untuk panjang buah yang terpanjaang dihasilkanoleh klon ICCRI 03 dan yang terpendek dihasilkanoleh klon Scavina 6. Sedangkan berat buahterberat dihasilkan oleh klon ICCRI 03 dan beratbuah terrendah dihasilkan oleh klon Scavina 6.

Data kakater buah yang lain seperti berat bijibasah, berat biji kering dan jumlah biji per buahdisajikan pada Tabel 4. Pada Tabel 4, terlihatperlakuan berpengaruh nyata terhadap seluruh

Tabel 2. Beberapa karakter komponen hasil tanaman kakao SE di Subak Abian Taman Sari, Desa CandiKusuma, Kecamatan Melaya Jembrana TA. 2013.

Klon Jumlah dompol Jumlah pentil Jumlah buah Jumlah buahbunga buah muda siap panen

ICCRI 03 16,23b 1,66a 1,26a 1,03aICCRI 04 39,80d 3,31ab 3,29b 1,49aSulawesi 1 19,23b 8,37c 7,54c 2,20aSulawesi 2 9,94a 4,89b 3,26ab 1,00aScavina 6 28,20c 7,54c 6,37c 2,66a

BNT 5 % 6,00 2,50 2,00 -

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata padataraf BNT 5 %.

Tabel 3. Beberapa karakter komponen buah tanaman kakao SE di Subak Abian Taman Sari, Desa CandiKusuma, Kecamatan Melaya Jembrana TA. 2013.

Klon Lingkar buah (cm) Panjang buah (cm) Berat buah (g)

ICCRI 03 27,75b 22,50b 615,25cICCRI 04 27,54b 21,42b 592,92cSulawesi 1 26,67a 21,69b 567,78cSulawesi 2 25,88a 18,63a 478,13bScavina 6 25,98a 17,64a 401.40a

BNT 5 % 1,00 2,00 75,00

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata padataraf BNT 5 %.

parameter tanaman yang diamati. Berat biji basahterberat dihasilkan oleh klon ICCRI 04 dan hanyaberbeda nyata bila dibandingkan dengan klonSulawesi 2 dan Scavina 6. Berat basah bijiterrendah dihasilkan oleh klon Scavina 6.Sedangkan untuk berat kering biji yang terberatdihasilkan oleh klon ICCRI 03 dan yang terrendahdihasilkan oleh klon Scavina 6. Untuk jumlah bijiper buah terbanyak dihasilkan oleh klon ICCRI 03

Tabel 4. Beberapa karakter buah tanaman kakao SE di Subak Abian Taman Sari, Desa Candi Kusuma,Kecamatan Melaya Jembrana TA. 2013

Klon Berat biji basah (g) Berat biji kering (g) Jumlah biji per buah

ICCRI 03 133,75c 49,69c 44,63dICCRI 04 137,08c 45,94bc 38,54bSulawesi 1 126,11bc 42,28b 36,72aSulawesi 2 120,50b 47,63c 39,88bScavina 6 109,40a 38,27a 41,70ac

BNT 5 % 11,00 4,00 1,80

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata padataraf BNT 5 %.

Page 62: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

183

dan yang terrendah dihasilkan oleh klonSulawesi 1.

Klon-klon tanaman kakao yang diamatibervariasi baik dalam komponen hasil, maupunhasilnya. Hal ini bisa dimaklumi karena adanyaperbedaan genetis dari masing-masing klon dalammemanfaatkan lingkungan dimana tanaman kakaotersebut dibudidayakan. Tanaman kakao di SubakAbian Taman Sari yang digunakan dalam kegiatanintensifikasi ini, sebagian besar dianggarkan padatahun anggaran 2009 dan ditanam awal tahun 2010di musim hujan. Disamping dengan pemangkasan,perbaikan budidaya juga dilakukan denganpemberian pupuk, yaitu pupuk organik dananorganik. Pupuk organik yang diberikan adalahpupuk organik dari kotoran sapi. Pupuk organikyang diberikan dosisnya 5 ton ha-1. (5.000 grampohon-1). Pupuk anorganik yang diberikan adalahpupuk phonska dengan dosis 225 kg ha-1 (225 grampohon-1). Karakter buah yang dihasilkan oleh klon-klon tanaman kakao di kegiatan perbaikanbudidaya (intensifikasi) kakao sudah memenuhikriteria dari karakter buah kakao, diantaranyapanjang buah antara 10-30 cm dan jumlah bijiantara 20-50 biji per buah (Adi Prawoto dan SriWinarsih, 2010; Siregar et al., 2010).

Tanaman kakao yang diuji merupakantanaman yang baru belajar berbuah. Jadi dengandemikian tanaman kakao hasil SE ini baru berumursekitar tiga tahun lebih. Sehingga dengan demikiankarakter buah kakao yang diamati belum stabil,demikian juga terlihat secara visual di lapangan,buah masing-masing klon sangat bervariasi, baikdidalam klon sendiri, maupun antar klon. Hal yangsama dikemukakan juga oleh Widyaningsih danIB. Aribawa (2012) yang mendapatkan bahwatampilan klon-klon yang dibudidayakan di SubakAbian Buana Sari, Desa Tuwed, menunjukkantampilan yang bervariasi baik didalam klon itusendiri maupun antar klon.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tampilan klon tanaman kakao hasil SE diSubak Abian Taman Sari bervariasi, baik dalamklon sendiri maupun antar klon.

Klon-klon yang diuji berpengaruh nyataterhadap semua parameter tanaman yang diamati,kecuali jumlah buah siap panen

Berat buah kakao yang terberat dihasilkanoleh klon ICCRI 03, yaitu 615,25 g

Saran

Tanaman kakao yang diamati baru mulaibelajar berbuah, sehingga hasilnya belum stabil,sehingga dengan demikian untuk melihat stabilitashasil diperlukan kajian yang berkelanjutan.

Kajian mengenai tampilan klon tanamankakao hasl SE, di subak abian lain perlu dilakukanagar hasil yang diperoleh dapat mewakili ataumendekati daya hasil atau potensi hasil kakaoyang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adi Prawoto A., dan Sri Winarsih. 2010. MengenalTanaman Kakao. Dalam Lukito AM et al(Editor). Buku Pintar Budi Daya Kakao.AgroMedia Perkasa. Jakarta. Hlm. 11-32.

Anonimus. 1988. Peningkatan Mutu KakaoRakyat. Direktorat Penyuluhan Perkebunan.Proyek Pengembangan PenyuluhanPertanian Pusat. Badan Diklatluhtan. Deptan.28 hal.

Anonimus. 2009a. Sub Sektor PerkebunanSebagai Salah Satu Roda PenggerakPerekonomian Nasional. http://ditjenbun.deptan.go.id/web.old//index.php?o p t i o n = c o m _ c o n t e n t & t a s k = v i e w &id=305&Itemid=62

Anonimus. 2009b. Komisi IV DPR-RI DukungGernas Kakao. http://ditjenbun.deptan.go.id/web.old//index.php?option=com_content&task= view&id=305&Itemid=62

Anonimus. 2010. Budidaya & Pasca PanenKakao. Puslitbangbun. Badan Litbangtan.Kementerian Pertanian. 92 hal.

Anonimus. 2014. Produksi kakao 2014 ditargetkanmencapai 1,1 juta ton. http://www.antaranews.com/berita/412735/produksi-kakao-2014-ditargetkan-mencapai-11-juta-ton.Diakses, 12 Desember 2014.

Anonimus. 2014. Eropa Pasar Kakao PalingMenggiurkan. http://www.tempo.co/read/news/2014/04/16/092570998/Eropa-Pasar-Kakao-paling-Menggiurkan. Diakses tanggal25 April 2014.

Aribawa, IB., IN. Sumawa, IBK. Swastika, IN.Duwijana dan I Made Sukarja. 2011. LaporanAkhir Demplot Gernas Kakao di Bali. Balai

Tampilan Beberapa Klon Kakao SE (Somatic Embriogenesis) Pada Kegiatan IntensifikasiDi Subak Abian Taman Sari, Desa Candi Kusuma..... | I Nengah Duwijana, dkk.

Page 63: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 37 Desember 2014184

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali,BBP2TP Bogor. Badan Litbang Pertanian.Jakarta.

Aribawa, IB., IN. Sumawa, IBK. Swastika, IN.Duwijana dan I Made Sukarja. 2012. LaporanAkhir Demplot Gernas Kakao di Bali. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali,BBP2TP Bogor. Badan Litbang Pertanian.Jakarta.

Aribawa, IB., IN. Sumawa, IBK. Swastika, IN.Duwijana dan I Made Sukarja. 2013. LaporanAkhir Demplot Gernas Kakao di Bali. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali,BBP2TP Bogor. Badan Litbang Pertanian.Jakarta.

BPS. 2013. Kecamatan Melaya Dalam Angka2012. Badan Pusat Statistik KabupatenJembrana. Jembrana.

Gomez and Gomez. 1984. Statistical Proceduresfor Agricultural Research. Second Edition. AnInternational Rice Research Instute Book. AWiley Interscience Publ. John Wiley andSons. New York. 680 p.

Siregar, T.H.S. Slamet Riyadi, Laeli Nuraeni. 2010.Budi Daya Cokelat. Penebar Swadaya.Jakarta. 172 hlm.

Page 64: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

185

hasil yang diperoleh dan bahasan yang berkaitandengan laporan-laporan sebelumnya. Hindarimengulang pernyataan yang telah disampaikanpada metode, hasil dan informasi lain yang telahdisajikan pada pendahuluan.

3.7 Kesimpulan dan Saran : Disajikan secara terpisahdari hasil dan pembahasan.

3.8 Ucapan Terima Kasih : Dapat disajikan biladipandang perlu. Ditujukan kepada yangmendanai penelitian dan untuk memberikanpenghargaaan kepada lembaga mau punperseorangan yang telah membantu penelitianatau proses penulisan ilmiah.

3.9 Daftar Pustaka : disusun secara alfabetismenurut nama dan tahun terbit. Singkatanmajalah/jurnal berdasarkan tata cara yangdipakai oleh masing-masing jurnal.

Contoh penulisan daftar pustaka :

Jurnal/Majalah :Suharno. 2006. Kajian pertumbuhan dan produksi 8 varietas

kedelai (Glysine max L) di lahan sawah tadah hujan.Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 2 (1) hlm. 66 - 72

Buku :Houghton J. 1994. Global Warming. Lion Publishing plc,

Oxford, England.

Bab dalam buku :Carter, J.G., 1980. Environmental and biological controls of

bivalve shell mineralogy and microstructure. In: Rhoads,D.C. and Lutz, R.A. (Eds), Skeletal growth of aquaticorganism. Plenum Press, New York and London: 93-134.

AbstrakWilcox GE, Chadwick BJ, Kertayadnya G. 1994. Jembrana

disease virus: a new bovine lentivirus producing anacute severe clinical disease ini Bos javanicus cattle.Abstrak 3rd Internastional Congress on VeterinaryVirology, Switserland Sept. 4-7.

Prosidng KonferensiHerawati T., Suwalan S., Haryono dan Wahyuni, 2000.

Perananan wanita dalam usaha tani keluarga di lahanrawa pasang surut, Prosiding Seminar NasionalPenelitian dan Pengembangan di Lahan Rawa.Cipayung, 25 – 27 Juli 2000, hlm 247 – 258.Puslitbangtan.

Tesis/DisertasiStone, I.G., 1963. A morphogenetic study of study stages in

the life-cycle of some Vitorian cryptograms. Ph.DThesis, Univ. of Melbourne.

Informasi di Internet:Badan Pusat Statistik. 2010. The results of population

census in 2010: The aggregate data per province.Jakarta, Agustus. http://www.bps. go.id/download_file/SP2010_agregat_data_ perProvinsi.pdf (Diakses:29/8/2010).

4. Naskah dari artikel ulas balik (review), dan laporankasus sesuai dengan aturan yang lazim.

5. Pengiriman naskah buletin dapat diserahkan kepadaredaksi di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Bali berupa hardfile dan softfile.

PEDOMAN BAGI PENULISBULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN

1. Buletin Teknologi Pertanian memuat naskah ilmiah/semiilmiah dalam bidang pertanian dalam arti luas. Naskahdapat berupa : hasil penelitian, pengkajian, artikel ulasbalik (review). Naskah harus asli (belum pernahdipublikasikan) dan ditulis menggunakan bahasaindonesia.

2. Naskah diketik dengan kertas berukuran A4. Naskahdiketik dengan 1,15 menggunakan program olah kataMS Word, huruf Arial ukuran huruf 10.

3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitian hendaknyadisusun menurut urutan sebagai berikut : judul, identitaspenulis, abstrak, abtract (bahasa Inggris),pendahuluan, materi dan metode, hasil danpembahasan, kesimpulan dan saran, ucapan terimakasih, dan daftar pustaka. Gambar dan tableditempatkan pada akhir naskah, masing-masing padalembar berbeda. Upayakan dicetak hitam\putih 1,15spasi, dan keseluruhan naskah tidak lebih dari 10halaman.3.1 Judul : Singkat dan jelas (tidak lebih dari 14 kata),

ditulis dengan huruf besar.3.2 Identitas penulis : Nama ditulis lengkap (tidak

disingkat) tanpa gelar. bila penulis lebih dariseorang, dengan alamat instansi yang berbeda,maka dibelakang setiap nama diberi indeks angka(superscript). Alamat penulis ditulis di bawahnama penulis, mencakup laboratorium, lembaga,dan alamat indeks dengan nomor telpon/faksimilidan e-mail. Indeks tambahan diberikan padapenulis yang dapat diajak berkorespondensi(corresponding author).

3.3 Abstrak : Ditulis dalam bahasa indonesia danbahasa Inggris. Abstrak dilengkapi kata kunci(key words) yang diurut berdasarkankepentingannya. Abstrak memuat ringkasannaskah, mencakup seluruh tulisan tanpamencoba merinci setiap bagiannya. Hindarimenggunakan singkatan. Panjang abstrakmaksimal 250 kata.

3.4 Pendahuluan : Memuat tentang ruang lingkup,latar belakang tujuan dan manfaat penelitian.Bagian ini hendaknya membeikan latar belakangagar pembaca memahami dan menilai hasilpenelitian tanpa membaca laporan-laporansebelumnya yang berkaitan dengan topik.Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukungpembahasan.

3.5 Metode Penelitian : Hendaknya diuraikan secararinci dan jelas mengenai bahan yang digunakandan cara kerja yang dilaksanakan, termasukmetode statiska. Cara kerja yang disampaikanhendaknya memuat informasi yang memadaisehingga memungkinkan penelitian tersebutdapat diulang dengan berhasil.

3.6 Hasil dan Pembahasan : Disajikan secarabersama dan pembahasan dengan jelas hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian dpat disajikandalam bentuk penggunaan grafik jika hal tersebutdapat dijelaskan dalam naskah. Batas pemakainfoto, sajikan foto yang jelas menggambarkanhasil yang diperoleh. Gambar dan table harusdiberi nomor dan dikutip dalam naskah. Foto dapatdikirim dengan ukuran 4 R. Biaya pemuatan fotobewarna akan dibebani ke penulis. Grafik hasilpengolahan data dikirim dalam file yang terpisahnaskah ilmiah dan disertai nama program dandata dasar penyusunan grafik. Pembahasanyang disajikan hendaknya memuat tafsir atas

Page 65: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

Bul. Tek & Info Pertanian Vol. 12 No. 37 Hal. 122-184 DenpasarDesember 2014

ISSN: 1693 - 1262

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIANISSN: 1693 - 1262

Penanggung JawabKepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Dewan RedaksiDr. Ir. I Wayan Alit Artha Wiguna, M.Si (Peternakan dan Ilmu Lingkungan)

Dr. Ir. Ida Bagus Gede Suryawan, M.Si (Hama Penyakit)Dr. Drh. I Made Rai Yasa, M.Si (Sistem Usaha Pertanian)

Ir. Ida Bagus Aribawa, MP (Ilmu Tanah)Ir. Ida Ayu Parwati, MP (Sistem Usaha Pertanian)

Drh. Nyoman Suyasa, M.Si (Sistem Usaha Pertanian)Ir. Suprio Guntoro (Manajemen Peternakan)

Ir. WayanTrisnawati, MP (Teknologi Pangan dan Pascapanen)

Mitra BestariProf. Ir.M Sudiana Mahendra, MAppSc, Ph.D (Ilmu Lingkungan)

Prof.Ir.I Made S. Utama, M.S,Ph.D (Teknologi Pascapanen Hortikultura)Prof. (Riset) Dr. I Wayan Rusastra, M.S (Agroekonomi dan Kebijakan Pertanian)

Dr. Ir. Rubiyo, M.Si (Pertanian Lahan Kering dan Budidaya Pertanian)

Redaksi PelaksanaIr. I Ketut Kariada, M.ScM.A Widyaningsih, SP

Fawzan Sigma Aurum, S.TPI Gusti Made Widianta, SP

Alamat RedaksiBalai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) - Bali

Jl. Bypass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Denpasar, Bali 80222PO.BOX 3480

Telepon/ Fax: (+62361) 720498email: [email protected]

website: http://www.bali.litbang.deptan.go.id

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian memuat pemikiran ilmiah, hasil – hasil kelitbangan, atautinjuan kepustakaan bidang pertanian secara luas yang belum pernah diterbitkan pada media

apapun, yang terbit tiga kali dalam satu tahun setiap bulan April, Agustus, dan Desember

Page 66: ADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALIbali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/desember2014.pdf · Komoditi padi adalah komoditi tanaman pangan yang dominan diusahakan oleh

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN

Volume 12 Nomor 37, Desember 2014

ISSN 1693 - 1262

TABLE OF CONTENT

PEADOPSI PROGRAM SL-PTT PADI DI BALII Ketut Mahaputra dan Suharyanto .......................................................................................... 122-128

KONSUMSI KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIBERI KULIT KOPITERFERMENTASI DAN LEGUMINOSAI Made Londra ......................................................................................................................... 129-135

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI KOMODITAS HORTIKULTURADI KAWASAN PERKEBUNAN KABUPATEN TABANAN(Studi Kasus Desa Belatungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan)Jemmy Rinaldi ........................................................................................................................ 136-141

PELUANG MENINGKATKAN NILAI TAMBAH USAHATANI PADI DENGAN PEMBINAANKELOMPOK TANI SEBAGAI PENANGKAR BENIHNi PutuSutami ........................................................................................................................ 142-148

PENGARUH CARA PENGAIRAN TANAMAN PADI (Oryza Sativa. L) TERHADAP NERACAKETERSEDIAAN AIR IRIGASI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI YEH HO PROVINSI-BALII Gusti Komang Dana Arsana ................................................................................................. 149-158

PENGARUH PEMBERIAN PROBITIK BIOCAS PADA SAPI PENGGEMUKANDI KELOMPOK TERNAK MEKAR JAYA DUSUN SELASIH DESA PUHUKECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYARPutu Sweken Elizabeth dan Nengah Dwijana ......................................................................... 159-162

PENGARUH SISTEM TANAM TERHADAP PERTUMBUHANDAN HASIL VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAHS.A.N. Aryawati, Nengah Dwijana dan Wayan Sunanjaya........................................................ 163-167

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG SERTA PERUBAHAN SIFAT FISIK TANAHAKIBAT PEMUPUKAN ORGANIK DAN ANORGANIK DI LAHAN KERINGI Nyoman Adijaya .................................................................................................................... 168-173

PRODUKTIVITAS SORGUM BATANG MANIS (Sorghum bicolor L. Moench)DI LAHAN KERING DATARAN RENDAH DAN LAHAN IRIGASI DATARAN MEDIUMSuprio Guntoro dan Anak Agung Ngurah Badung Sarmuda Dinata ........................................ 174-178

TAMPILAN BEBERAPA KLON KAKAO SE (SOMATIC EMBRIOGENESIS)PADA KEGIATAN INTENSIFIKASI DI SUBAK ABIAN TAMAN SARI, DESA CANDI KUSUMA,KECAMATAN MELAYA, KABUPATEN JEMBRANAI Nengah Duwijana dan IB. Aribawa ........................................................................................ 179-184