Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNYA sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Asuhan Kebidanan Neonatus yang berjudul Obstruksi biliaris,
omfalokel, hernia diafragmatika.Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Asuhan Kebidanan Neonatus sebagai pembelajaran mata kuliah
Asuhan Kebidanan Neonatus. Dalam menyusun ini kami banyak dibantu
oleh dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan demi
kelancaran karya tulis ini dan teman-teman yang telah memberikan
semangat dan dorongan. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan dan penyusunan
makalah ini. Kami selaku penulis berharap karya tulis ini dapat
bermanfaat dan memberikan kontribusi dalam pembelajaran Asuhan
Kebidanan Neonatus. Akhirnya, sebagai manusia biasa yang tidak
terhindar dari kekeliruan kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Dan karenanya, segala saran dan kritikan yang
membangun yang datang dari pembaca sangat kami sebagai bahan
masukan untuk bahan perbaikan di masa-masa.
DAFTAR ISI KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB. IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang1.2 Kesenjangan Data1.3 Rumusan Masalah1.4
Tujuan PenulisanBAB IIPEMBAHASANA. Teori (Konsep Dasar) 2.1
Pengertian Hernia Diafragmatika 2.2 Etiologi 2.3 Patofisiologi 2.4
Tanda Dan Gejala 2.5 Komplikasi 2.6 Gambaran Klinis 2.7
PenatalaksanaanB. Menejemen Asuhan Kebidanan1. Pengertian
Menejemen2. Teori 7 (tujuh) Varley3. Pendokumentasian (SOAP)BAB III
TINJAUAN KHASUS3.1 PENGKAJIAN DATA3.2 PENDOKUMENTASIAN (SOAP)BAB IV
PEMBAHASAN DARI TUJUAN KHASUS4.1 Masalah4.2 Perencanaan4.3
ImplementasiBAB V PENUTUP5.1 KESIMPULAN5.2 SARANDAFTAR PUSTAKA
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ intra abdomen ke
dalam rongga kavum pleura melalui suatu lubang pada diafragma.
Salah satu penyebab terjadinya hernia diafragma adalah trauma pada
abdomen, baik trauma penetrasi maupun trauma tumpul, baik pada
anak-anak maupun orang dewasa. Mekanisme dari cedera dapat berupa
cedera penetrasi langsung pada diafragma atau yang paling sering
akibat trauma tumpul abdomen. Pada trauma tumpul abdomen, penyebab
paling sering adalah akibat kecelakaan sepeda motor. Hal ini
menyebabkan terjadi penigkatan tekanan intraabdominal yang
dilanjutkan dengan adanya rupture pada otot-otot diafragma. Pada
trauma penetrasi paling sering disebabkan oleh luka tembak senjata
api dan luka tusuk senjata tajam. Secara anatomi serat otot yang
terletak lebih medial dan lateral diafragma posterior yang berasal
dari arkus lumboskral dan vertebrocostal adalah tempat yang paling
lemah dan mudah terjadi ruptur. Organ abdomen yang dapat mengalami
herniasi antara lain gaster, omentum, usus halus, kolon, lien dan
hepar. Juga dapat terjadi hernia inkarserata maupun strangulasi
dari usus yang mengalami herniasi ke rongga thorak ini. Namu pada
bayi lahir penyebab adalah kemungkinan Akibat penonjolan viscera
abdomen ke dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada diafragma.
Terjadi bersamaan dengan pembentukan sistem organ dalam rahim.
1.2 Kesenjangan Data
Menurut World Health Organization (WHO) menunjukkan di Indonesia
terdapat Angka Kematian Ibu sekitar 307 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi di Indonesia 35 per 1000
kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Bayi tersebut disebabkan
oleh asfiksia neonatorum (49-60 %), infeksi (24-34 %),
permaturus/BBLR (15-20 %), trauma persalinan (2-7 %) dan cacat
bawaan (1-3%). Menurut data dari rekam medis Rumah Sakit Umum
Daerah Praya, angka mortalitas bayi dengan kasus Hernia
Diafragmatika cukup tinggi. Data terbaru untuk tiga tahun terakhir,
yaitu pada tahun 2006 terdapat 495 kasus dengan klasifikasi
laki-laki 273 orang dan perempuan 222 orang dengan angka kematian
11 orang. Tahun 2007 menurun menjadi 401 kasus dimana laki-laki 234
orang dan perempuan 175 orang dengan angka kematian sebanyak 7
orang. Sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 624 orang,
laki-laki 285 orang dan perempuan 339 orang dengan angka kematian
10 orang.Hernia difragmatika terjadi karena berbagai faktor, yang
berarti banyak faktor baik faktor genetik maupun lingkungan.
Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita hernia
diafragmatika tipe Bockdalek antara lain 20 % mengalami kerusakan
kongenital paru-paru dan 5 16 % mengalami kelainan kromosom. Selain
itu dapat menimbulkan beberapa komplikasi misalnya :a. Gangguan
Kardiopulmonal karena terjadi penekanan paru dan terdorongnya
mediastinum ke arah kontralateral.b. Sesak nafas berat berlanjut
dengan asfiksia.c. Mengalami muntah akibat obstruksi usus.d. Adanya
penurunan jumlah alveoli dalam pembentukan bronkus.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini
adalah,yaitu :a. Pengertian Hernia Diafragmatikab. Penyebab Hernia
Diafragmatika c. Patofisiologis Henia Diafragmatikad. Tanda dan
gejala Hernia Diafragmatikae. Komplikasi Hernia Diafrgmatikaf.
Penatalaksanaan Henia Diafragmatika
1.4 Tujuan PenulisanAdapun yang menjadi tujuan dalam makalah ini
antara lain, mengetahui :a. Pengertian Hernia Diafragmatika ?b.
Penyebab Hernia Diafragmatika ?c. Patofisiologis Henia
Diafragmatika ?d. Tanda dan gejala Hernia Diafragmatika ?e.
Komplikasi Hernia Diafrgmatika ?
BAB II PEMBAHASAN
A. TEORI (KONSEP DASAR)
2.1 Pengertian Hernia Diafragmatika Hernia adalah penonjolan
gelung atau ruas organ atau jaringan melalui lubang abnormal. Henia
diafragmatika adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga
perut. Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam
rongga dada melalui suatu lubang pada diafragma. Akibat penonjolan
viscera abdomen ke dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada
diafragma. Terjadi bersamaan dengan pembentukan sistem organ dalam
rahim. Hernia diafragmatika termasuk kelainan bawaan yang terjadi
karena tidak terbentuknya sebagian diafragma, sehingga ada bagian
isi perut masuk kedalam rongga torak.
2.2 Etiologi Hernia DiafragmatikaDitemukan pada 1 diantara
2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjadi pada sisi tubuh bagian kiri.
Janin tumbuh di uterus ibu sebelum lahir, berbagai sistem organ
berkembang dan matur. Diafragma berkembang antara minggu ke-7
sampai 10 minggu kehamilan. Esofagus (saluran yang menghubungkan
tenggorokan ke abdomen), abdomen, dan usus juga berkembang pada
minggu itu. Pada hernia tipe Bockdalek, diafragma berkembang secara
tidak wajar atau usus mungkin terperangkap di rongga dada pada saat
diafragma berkembang. Pada hernia tipe Morgagni, otot yang
seharusnya berkembang di tengah diafragma tidak berkembang secara
wajar. Pada kedua kasus di atas perkembangan diafragma dan saluran
pencernaan tidak terjadi secara normal. Hernia difragmatika terjadi
karena berbagai faktor, yang berarti banyak faktor baik faktor
genetik maupun lingkungan.
2.3 Patofisiologis Hernia DiafragmatikaDisebabkan oleh gangguan
pembentukan diafragma. Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu
membrane pleuroperitonei, septum transversum dan pertumbuhan dari
tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan
itu dapat berupa kegagalan pembentukan seperti diafragma, gangguan
fusi ketiga unsure dan gangguan pembentukan seperti pembentukan
otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang
hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan
diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi. Para ahli belum
seluruhnya mengetahui faktor yang berperan dari penyebab hernia
diafragmatika, antara faktor lingkungan dan gen yang diturunkan
orang tua.
2.4 Tanda dan Gejala Hernia DiafragmatikaGejalanya berupa: a.
Retraksi sela iga dan substernalb. Perut kecil dan cekungc. Suara
nafas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut.d. Bunyi
jantung terdengar di daerah yang berlawanan karena terdorong oleh
isi perut.e. Terdengar bising usus di daerah dada.f. Gangguan
pernafasan yang beratg. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat
kekurangan oksigen) h. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)i.
Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)j.
Takikardia (denyut jantung yang cepat).
2.5 Komplikasi Hernia DiafragmatikaLambung, usus dan bahkan hati
dan limpa menonjol melalui hernia. Jika hernianya besar, biasanya
paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara sempurna.
Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera
terisi oleh udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga
menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat pernafasan.
Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita hernia
diafragmatika tipe Bockdalek antara lain 20 % mengalami kerusakan
kongenital paru-paru dan 5 16 % mengalami kelainan kromosom. Selain
itu dapat menimbulkan beberapa komplikasi misalnya :a. Gangguan
Kardiopulmonal karena terjadi penekanan paru dan terdorongnya
mediastinum ke arah kontralateral.b. Sesak nafas berat berlanjut
dengan asfiksia.c. Mengalami muntah akibat obstruksi usus.d. Adanya
penurunan jumlah alveoli dalam pembentukan bronkus.
2.6 Gambaran klinis Kelainan yang sering ditemukan adalah adanya
penutupan yang tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal ( foramen
bochdalek ) yang terletak pada bagian postero-lateral dari
diafragma, tetapi jarang di temukan hernia sinussubsternal (foramen
morgagni) yang melalui hiatus esofagus.
2.7 Penatalaksanaan Diafragmatikaa. Pemeriksaan fisik1) Pada
hernia diafragmatika dada tampak menonjol, tetapi gerakan nafas
tidak nyata2) Perut kempis dan menunjukkan gambaran scafoid3) Pada
hernia diafragmatika pulsasi apeks jantung bergeser sehingga
kadang-kadang terletak di hemitoraks kanan4) Bila anak didudukkan
dan diberi oksigen, maka sianosis akan berkurang5) Gerakan dada
pada saat bernafas tidak simetris6) Tidak terdengar suara
pernafasan pada sisi hernia7) Bising usus terdengar di dada
b. Pemeriksaan Penunjang1) Foto thoraks akan memperlihatkan
adanya bayangan usus di daerah toraks2) Kadang-kadang diperlukan
fluoroskopi untuk membedakan antara paralisis diafragmatika dengan
eventerasi (usus menonjol ke depan dari dalam abdomen)Yang dapat
dilakukan seorang bidan bila menemukan bayi baru lahir yang
mengalami hernia diafragmatika yaitu :1. Berikan oksigen bila bayi
tampak pucat atau biru.2. Posisikan bayi semifowler atau fowler
sebelum atau sesudah operasi agar tekanan dari isi perut terhadap
paru berkurang dan agar diafragma dapat bergerak bebas.3. Awasi
bayi jangan sampai muntah, apabila hal tersebut terjadi, maka
tegakkan bayi agar tidak terjadi aspirasi.4. Lakukan informed
consent dan informed choice untuk rujuk bayi ke tempat pelayanan
yang lebih baik.
c.Perencanaan Apabila pada anak dijumpai adanya kelainan
kelainan yang biasa mengarah pada Hernia diafragmatika, maka anak
perlu segera dibawa ke dokter atau rumah sakit agar segera bisa
ditangani dan mendapatkan diagnosis yang tepat. Tindakan yang bisa
dilakukan sesuai dengan masalah yang keluhan keluhan yang dirasakan
:1. Anak ditidurkan dalam posisi duduk dan dipasang pipa
nasogastrik yang dengan teratur dihisap.2. Diberikan antibiotika
profilaksis dan selanjutnya anak dipersiapkan untuk operasi. Organ
perut harus dikembalikan ke rongga perut dan lubang pada diafragma
diperbaiki.
B. Menejemen Asuhan Kebidanan1. Pengertian MenejemenManajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian
tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan
menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses
manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang
disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan
pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang
dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien.
2. Teori 7 (tujuh) Varney Langkah 1 : Pengkajian Pada langkah
ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh
data dapat dilakukan dengan cara:a. Anamnesab. Pemeriksaan fisik
sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vitalc.
Pemeriksaan khususd. Pemeriksaan penunjang Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter dalam
penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang
akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data
sesuai dengan kasus yang di hadapi akan menentukan proses
interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya,
sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data
subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya dan valid.
Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap
dan akurat.
Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Merumuskan Masalah
Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah
tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil
pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa
kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan.
Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah PotensialPada
langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose
potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu
mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan
antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi
Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter
dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan.
Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik
atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut
bersama bidan terus-menerus. Pada penjelasan diatas menunjukkan
bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas
masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan
tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah
potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan
tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu maupun
bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu
dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat
rujukan.
Langkah V: Merencana Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang
telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi
data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi
dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga
dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti
apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau
masalah psikologi. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh
kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan
rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan dilakukan klien.
Langkah VI: Implementasi
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan
efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap
bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi
dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan
asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien
Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam
pelaksanaannya.Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya
merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang
mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena
proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik
dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik3.
Pendokumentasian Metode SOAPPendokumentasian atau catatan manajemen
kebidanan dapat di terapkan dengan metode SOAP yang tersusun
berdasarkan pola fikir manajemen asuhan kebidanan .
S ( data subjektif )Data subjektif( S ), merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan. Menurut Helen Varney langkah
pertama ( pengkajian data ).Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien yang diperoleh melalui anamnesa. Pada pasien
yang bisu, di bagian data di belakang huruf S, di beri tanda hurufO
atau X. Tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita
tuna wicara.
O ( data objektif )Data objektif ( O ) merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan. Menurut Helen Varney pertama
(pengkajian data). Merupakan pendokumentasian hasil pengumpulan
data kilen yang di peroleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnostik lain.
A ( assesment )A (analysis/assesment) merupakan pendokumentasian
hasil analisis dan interpretasi ( kesimpulan ) dari data subjektif
dan objektif.Analisis/assesment merupakan pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua,ketiga dan
keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini :* diagnosis/masalah
kebidanan* diagnosis/masalah potensial, serta* perlunya
mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi
diagnosis/masalah potensial.
P ( planning )Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan
saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan
hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertunjuan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya Meskipun secara istilah, P adalah
planning atau perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP ini juga
merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi.
Dengan kata lain, P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manejemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan
ketujuh.B.
7 LANGKAH MENURUT VARNEYA5 LANGKAHSOAP
1. Pengumpulan dataPengumpulan data S O
2. Merumuskan diagnosa atau masalah aktual3. Merumuskan diagnosa
atau masalah potensial4. Tindakan segera dan kolaborasiIdentifikasi
masalah atau diagnosaA
5. Menyusun rencana tindakan asuhan kebidananRencana asuhanP
6. Implementasi langsung pada klienImplementasi langsung pada
klien
7. Evaluasi asuhan kebidananEvaluasi rencana asuhan
kebidanan
BAB IIITINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI Ny. M DENGAN HERNIA DIAFRAGMATIKA DI
PUSKESMAS GINTU KECAMATAN LORE SELATANKABUPATEN POSO TANGGAL 28 30
OKTOBER 2012
I. TANGGAL PENGKAJIANHari/ tanggal:Selasa, 11 Oktober
2011Jam:11.00 WIBTempat:Poliklinik YPenolong:Bidan
II. PENGGUMPULAN DATAA. Data Subjektif1. BiodataBAYINama:By.
XTTL:Baturaden, 11 Oktober 2011Jenis Kelamin:Laki lakiAnak Ke:1
ORANGTUAIBUNama:Ny. AUmur:24
tahunAgama:IslamPekerjaan:IRTPendidikan:SMPAlamat:Jalan Raya
Baturaden km. 12, KarangmanguPurwokerto.
AYAHNama:Tn. YUmur:27
tahunAgama:IslamPekerjaan:SwastaPendidikan:SMAAlamat:Jalan Raya
Baturaden km. 12, Karangmangu Purwokerto
2. Keluhan UtamaIbu mengatakan bayi lahir tanggal 11 Oktober
2011 jam 04.00 WIB jenis kelamin laki laki, langsung menangis.
Tetapi bayi terlihat sesak napas setelah menangis.3. Riwayat
KehamilanIbu mengatakan selama kehamilan, ibu tidak pernah
menderita penyakit kronis atau menular. Ibu makan seperti biasa
dengan porsi 3x sehari dan melakukan kunjungan ANC sebanyak 8x pada
bidan, serta telah mendapat imunisasi 2x TT, mendapat tablet besi
dan vitamin C.4. Riwayat PersalinanIbu melahirkan pada usia
kehamilan 37 minggu dengan penolong persalinan bidan. Lahir
spontan, menangis. BB : 2900 gram, PB : 49 cm. Tidak ditemukan
komplikasi persalinan.5. Riwayat NifasBayi menangis keras, gerakan
akfif, berwarna merah. Tidak terdapat perdarahan postpartum.6.
Riwayat Tumbuh KembangBB:2900 gramPB:49 cm7. Riwayat ImunisasiBelum
mendapat imunisasi8. Pola Kebiasaana. Pola Nutrisi:Bayi diberi
ASIb. Pola Eliminasi:Bayi mengeluarkan mekoniumc. Pola Tidur: 12
jam/ harid. Pola Kebersihan:Bayi disabun 2x / hari. Diganti
popokSetiap BAB dan BAK. III.PENGKAJIAN FISIK
B.Data Objektif1. Pemeriksaan UmumKeadaan umum:Tidak cukup baik,
sianosisKesadaran:compos mentis2. TTVSuhu:36 0CNadi:50 x/
menitRespirasi:25 x/ menitAS:53. Pemeriksaan Fisika.
KepalaRambut:Hitam, lurusMata:konjungtiva merah jambu, sklera
putihHidung:simetris, bersih, tidak terdapat polipMulut:Sianosis,
tidak terdapat sumbing, reflexhisap baik.Telinga:Simetris, bersih,
tidak ditemukan secret.Leher:tidak ditemukan pembesaran kelenjar
tiroid.b. DadaDada asimetris saat bernapas, terdengar bising usus
di rongga dada sebelah kiri. Bentuk diding dada kiri dan kanan
asimetris.c. AbdomenPerut teraba kosongd. Genetalia Tidak terdapat
kelainan genetalia. Testis turun di scrotum.e. EkstremitasGerakan
normal, tidak ada kelainan. Jumlah jari tangan kanan 5 kiri 5. Jari
kaki kanan 5 kiri 5. Tidak ditemukan pembengkakan atau bercak
bercak hitam.f. IntegumentWarna kulit merah, turgor baik, ditemukan
sedikit vernik pada tubuh bayi. Tidak terdapat pembengkakan atau
bercak bercak hitam.g. Refleks Menghisap:-Menggenggam:+
IV. ANALISIS DATADiagnosis:Bayi baru lahir dengan Hernia
diafragmatika7 jam postpartum.Masalaha. Bayi dengan sesak napas.b.
Bayi mengalami muntah akibat obstruksi ususKebutuhana. Bayi
ditidurkan dalam posisi setengah duduk dan dipasang pipa
nasogastrik yang dengan teratur dihisapb. Diberikan antibiotika
profilaksisc. Beri oksigend. Rongent, USG, fluoroskopie. Bedah,
transplantasi paru
V.DIAGNOSIS KEBIDANAN
Diagnosis Kebidanan:Bayi baru lahir dengan Hernia diafragmatika7
jam postpartum.
VI.INTERVENSI1. Jelaskan pada ibu tentang keadaan/ kondisi
bayinya.R:Meningkatkan pengetahuan dan mengurangi kecemasan ibu2.
Pantau keadaan bayi selama dirawatR:Deteksi dini adanya kelainan3.
Lakukan perawatan pada bayi baru lahirR:Agar kondisi bayi tetap
stabil
4. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesering
mungkin.R:Untuk memenuhi nutrisi bayi.5. Jangan lakukan rawat
gabung/ rooming inR:Untuk melakukan observasi intensif, karena bayi
dengankomplikasi.6. Jaga kehangatan bayi R:Agar bayi tidak
mengalami hipotermi.7. Segera beri oksigenR:Agar bayi tidak sesak
napas, dan mengalami syok.8. Segera lakukan persiapan
operasiR:Melakukan pembedahan pada Hernia diafragmatika
untukmengembalikan usus ke rongga abdomen, agar tidak
terjadikomplikasi lebih lanjut pada paru dan jantung.
VII. IMPLEMENTASI1. Menjelaskan pada ibu bahwa keadaan bayinya
tidak cukup sehat, dan dilihat dari geraknya yang kurang aktif,
warna kulit kebiruan, walau lahir langsung namun bayi mengalami
sianosis.2. Memantau keadaan bayinya selama dirawat meliputi :a.
Keadaan umumb. TTVc. BAB, BAKd. Nutrisie. Perubahan warna kulitf.
Gerakan atau aktivitasg. Tali pusath. refleks
3. Melakukan perawatan pada bayi baru lahira. Mandi 2 x/ harib.
pemberian profilaksis (chloramfenicol 1% / oxiteracylin)c.
pemberian vitamin K 0.002 cc pada jam pertama setelah lahird.
Perawatan tali pusat (cara : luka tali pusat dibersihkan kemudian
dibalut dengan kasa steril)e. Mengganti popok tiap kali BAB dan
BAK, kemudian dibersihkan dengan sabun lalu dikeringkan.4.
Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin, yaitu
setiap bayi menangis atau setiap 2 jam sekali. Karena ASi
mengandung antibody yang dapat menjegah terjadinya infeksi pada
bayi.5. Tidak melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi, guna
memudahkan melakukan observasi intensif pada bayi, karena bayinya
mengalami komplikasi.6. Menjaga kehangatan bayiDengan cara:-
menjaga suhu ruangan dan lingkungan- Memakaikan topi, sarung tangan
dan kaki7. Segera diberikan oksigen, agar bayi tidka mengalami
sesak napas lagi.8. Segera siapkan operasi untuk mengembalikan
organ abdomen ketempat seharusnya.
VIII. EVALLUASITanggal: 11 Oktober 2011 jam : 11.00 WIBBayi
tidak sehat, dan dilihat dari gerakan kurang aktif, warna kulit
kebiruan. Walaupun langsung menangis setelah lahir bayi jadi
mengalami sianosis. Bayi muntah karena mengalami obstruksi
usus.BBL:2900 gramNadi:50 x/ menitRR:25 x/ menitSuhu:36 0C
BAB IV PEMBAHASAN DARI TUJUAN KHASUS
4.1 MasalahSalah satu penyebab terjadinya hernia diafragma
adalah trauma pada abdomen, baik trauma penetrasi maupun trauma
tumpul abdomen, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Mekanisme
dari cedera dapat berupa cedera penetrasi langsung pada diafragma
atau yang paling sering akibat trauma tumpul abdomen. Pada trauma
tumpul abdomen, penyebab paling seering adalah akibat kecelakaan
sepeda motor. Hal ini menyebabkan terjadi penigkatan tekanan
intraabdominal yang dilanjutkan dengan adanya rupture pada
otot-otot diafragma. Pada trauma penetrasi paling sering disebabkan
oleh luka tembak senjata api dan luka tusuk senjata tajam. Sekitar
0,8-1,6 % dengan trauma tumpul pada abdomen mengalami rupture pada
diafragma. Perbandingan insiden pada laki-laki dan perempuan
sebesar 4:1. Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan
80-90% terjadi pada sisi tubuh bagian kiri.4.2 PerencanaanApabila
pada anak dijumpai adanya kelainan kelainan yang biasa mengarah
pada Hernia diafragmatika, maka anak perlu segera dibawa ke dokter
atau rumah sakit agar segera bisa ditangani dan mendapatkan
diagnosis yang tepat. Tindakan yang bisa dilakukan sesuai dengan
masalah yang keluhan keluhan yang dirasakan :1. Anak ditidurkan
dalam posisi duduk dan dipasang pipa nasogastrik yang dengan
teratur dihisap.2. Diberikan antibiotika profilaksis dan
selanjutnya anak dipersiapkan untuk operasi. Organ perut harus
dikembalikan ke rongga perut dan lubang pada diafragma
diperbaiki.
4.3 ImplementasiPemilihan penatalaksaan bedasarkan lama waktu
yang dibutuhkan dalam mendiagnosis hernia diafragma Pada keadaan
akut terapi repair diafragma trasabdominal merupakan pilihan karena
tingginya insiden trauma yang berhubungan dengan abdomen. Pada fase
latent repair transthorakal menjadi pilihan karena sudah terjadi
perlengketan organ intra thorakal. Laparoskopi eksplorasi juga bisa
menjadi pertimbangan untuk diagnosis dan sekaligus terapi yang
bersifat minimal invasive.
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan Hernia diafragmatika adalah sekat yang membatasi
rongga dada dan rongga perut. Hernia Diafragmatika adalah
penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang
pada diafragma. Akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam rongga
thorax melalui suatu pintu pada diafragma. Ditemukan pada 1
diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjadi pada sisi tubuh
bagian kiri. Janin tumbuh di uterus ibu sebelum lahir, berbagai
sistem organ berkembang dan matur. Diafragma berkembang antara
minggu ke-7 sampai 10 minggu kehamilan. Esofagus (saluran yang
menghubungkan tenggorokan ke abdomen), abdomen, dan usus juga
berkembang pada minggu itu. Gejalanya berupa: 1).Retraksi sela iga
dan substernal,2). Perut kecil dan cekung,3). Suara nafas tidak
terdengar pada paru karena terdesak isi perut,4). Bunyi jantung
terdengar di daerah yang berlawanan karena terdorong oleh isi
perut,5). Terdengar bising usus di daerah dada,6). Gangguan
pernafasan yang berat. Yang dapat dilakukan seorang bidan bila
menemukan bayi baru lahir yang mengalami hernia diafragmatika yaitu
:1). Berikan oksigen bila bayi tampak pucat atau biru,2). Posisikan
bayi semifowler atau fowler sebelum atau sesudah operasi agar
tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan agar diafragma
dapat bergerak bebas,3). Awasi bayi jangan sampai muntah, apabila
hal tersebut terjadi, maka tegakkan bayi agar tidak terjadi
aspirasi,4). Lakukan informed consent dan informed choice untuk
rujuk bayi ke tempat pelayanan yang lebih baik.
5.2 SaranDengan adanya KTI yang berjudul Hernia Diafrgamatika
penulis mengharapkan pembaca dapat sedikit mengetahui tentang
hernia diafragmatika serta komplikasi yang disebabkan oleh hernia
diafragmatika.
DAFTAR PUSTAKA
Markum. A.H. (2002). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I.
FKUI. JakartaNelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. EGC.
JakartaWiknjosastro. H. (2006). Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. JakartaNanny Vivian.2010.Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:Salemba Medika.
Wafi Nur Muslihatun.2010. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Dan
Balita.Yogyakarta.Fitramaya
MAKALAH HERNIA DIAFRAGMATIKA
Di susun oleh:1. fitriyani2.Rika rosmalia
Akademi kebidanan adila bandar lampung Tahun 2014