u L Agmn. 30) 1) 6 - 11 (2002) A \ Pengaruh Pupuk Organik dan Intensitas Naungan terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta (Coffee canephora Pierre ex Froehner) The Effect of Organ ic Fertilizer and Shadi ng Intensity on Growth of Robust a Coflee Seedling (Coffe a ane~hora ierre ex Froehner) Ade Wachjar, Yadi Setiadi dan Lies Wahyuni ~ard hik an to ') x The experiment w as aimed at study the effect of organic fertilizer and shading intensity on the growth of Robust a coffee seedling. Seven month old seedling of hybrid variety of B P 42 and BP 358 crossi ng were used in the experiment was conducted at Cikabayan Experimental Station Bogor Agricultural University, iom July 2000 to January 2001. The experiment was arranged in split plot design with three replications. The main plot was shading intensity consisted of 25 (N,), 50 (Nd, 75 N3 and 100 NJ shade. The sub plot was organic fertilizer consisting of 4 g EMAS dosage of inorganic ertilizer (d. . j (PI), 4 ml EM 4 d . f (Pd, 4 g OST d if(P&, 20 ml Soils Plus d. if PS n d dosage of inorganic fertilizer P5). Orga nic fert ilize rs a m t e d gro wth , as shown by height and stem diameter of seedling at the early period of experimbnt and shoot biomass at the end of experiment compared to one dosage of inorganic ertil izer. Shading intensity and its i nterac tion wit h or gani c fert ilize r didn't give any s i g n f ~ ant effect on all variable during the experiment. Key wo r h Coffe e, Shading, Org anic ertilizer PENDAHULUAN Kopi merupakan komoditas ekspor yang cukup penting bagi perekonomian Indonesia karena perolehan devisa dari kopi menduduki urutan keempat setelah kayu, karet, dan kelapa sawit. Indonesia dikenal sebagai pengekspor kopi Robusta terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Colom bia (International Coffee Organization, 1999). Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan kopi di lndonesia di antaranya adalah masih rendahnya produktivitas dan mutu kopi Robusta Indonesia. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan kopi nasional di bidang budidaya kopi. Salah satunya adalah optimalisasi penggunaan bahan tanam unggul. Penggunaan bahan tanam unggul serta penerapan komposisi klon Robusta secara tepat merupakan tahap awal yang sangat penting (Tondok, 1999). Pengusahaan kopi organik dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan mutu kopi Robusta Indonesia. Saat ini tuntutan konsumen terhadap produk pertanian yang bebas atau sangat sedikit menggunakan masukan bahan kimia sintetis semakin kuat dengan meningkatnya kesadaran tentang kesehatan makanan. Hal tersebut tercermin dari apresiasi konsumen yang bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi pada produk makanan bebas kimia dibandingkan dengan produk sejenis yang dihasilkan secara konvensional (Goenadi et al., 1997). Harga kopi per kilogram yang mendapat sertifikat organik sekitar US 0.20 0.30 lebih tinggi dibandingkan harga kopi yang tidak organik (Winaryo, 1992). Salah satu input produksi yang memperoleh perhatian dalam dekade terakhir adalah penggunaan mikroba inokulan atau pupuk hayati (biofertilizer) yang mampu meningkatkan eftsiensi pemupukan dan k n menekan penggunaan pupuk kimia sintetis (Goenadi et al., 1997). , Selain unsur hara, naungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kopi. Bagi tanaman kopi, naungan diperbkan untuk mengurangi pengaruh buruk akibat sinar matahari yang terik dan memperpanjang umur ekonom i (Iskandar , 1988). Naungan akan mempengaruhi jumlah intensitas cahaya matahari yang mengenai tanaman. Menurut Pendleton, Peters, dan Peek (1%6), setiap jenis tanaman membutuhkan intensitas cahaya tertentu untuk memperoleh fotosintesis yang maksimal. Oleh karena itu, pemberian naungan bertujuan mendapatkan intensitas cahaya matahari yang sesuai untuk fotosintesis. 1 Jutusan Budidaya Pertan ian, Fakul tas Per tqia n IPB JI Meranti Kampus IPB Darmaga TelpJFax. 0251) 629353
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Pengaruh Pupuk Organik dan Intensitas Naungan terhadap PertumbuhanBibit Kopi Robusta (Coffee canephora Pierre ex Froehner)
The Effect of Organic Fertilizer and Shading Intensityon Growth of Robusta Coflee Seedling (Co ffea an e~ ho ra ierre ex Froehner)
Ade Wachjar , Yadi Setiadi dan Lies Wahyuni ~a rd h ik an to ' ) x
ABSTRACT
The experiment was aimed at study the effect of organic fertilizer and shading intensity on the growth of Robusta
coffee seedling. Seven month old seedling of hybrid variety of BP 42 and BP 35 8 crossing were used in the experiment
was conducted at Cikabayan Experimental Station Bogor Agricultural University, iom July 2000 to January 2001. The
experiment was arranged in split plot design with three replications. The main plot was shading intensity consisted of
25% (N,), 50% (Nd, 75% (N3 and 100% (NJ shade. The sub plot was organic fertilizer consisting of 4 g EMAS + Kdosage of inorganic ertilizer (d. . j (PI), 4 ml EM 4 + K d. f (Pd, 4 g OST + K d.if(P&,20 ml Soils Plus + K d.i f
(PS and I dosage of inorganic fertilizer (P5).Organic fertilizers a mted growth, as shown by height and stem
diameter of seedling at the early period of experimbnt and shoot biomass at the end of experiment compared to one
dosage of inorganic ertilizer. Shading intensity and its interaction with organic fertilizer didn't give any s ignf~ant
effect on all variable during the experiment.
Key worh :Coffee, Shading, Organic ertilizer
PENDAHULUAN
Kopi merupakan komoditas ekspor yang cukuppenting bagi perekonomian Indonesia karena perolehandevisa dari kopi menduduki urutan keempat setelahkayu, karet, dan kelapa sawit. Indonesia dikenalsebagai pengekspor kopi Robusta terbesar ketiga didunia setelah Brazil dan Colom bia (International CoffeeOrganization, 1999).
Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaankopi di lndonesia di antaranya adalah masih rendahnyaproduktivitas dan mutu kopi Robusta Indonesia. Untukitu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan kopinasional di bidang budidaya kopi. Salah satunya adalahoptimalisasi penggunaan bahan tanam unggul.
Penggunaan bahan tanam unggul serta penerapankomposisi klon Robusta secara tepat merupakan tahapawal yang sangat penting (Tondok, 1999).
Pengusahaan kopi organik dapat dijadikan sebagaisalah satu alternatif dalam meningkatkan mutu kopiRobusta Indonesia. Saat ini tuntutan konsumenterhadap produk pertanian yang bebas atau sangatsedikit menggunakan masukan bahan kimia sintetissemakin kuat dengan meningkatnya kesadaran tentangkesehatan mak anan. Hal tersebut tercermin dariapresiasi konsumen yang bersedia membayar dengan
harga yang lebih tinggi pada produk makanan bebaskimia dibandingkan dengan produk sejenis yang
dihasilkan secara konvensional (Goenadi et al., 1997).Harga kopi per kilogram yang mendapat sertifikatorganik sekitar US$ 0.20 - 0.30 lebih tinggidibandingkan harga kopi yang tidak organik (Winaryo,1992).
Salah satu input produksi yang memperolehperhatian dalam dekade terakhir adalah penggunaanmikroba inokulan atau pupuk hayati (biofertilizer)yangmampu meningkatkan eftsiensi pemupukan dan akan
menekan penggunaan pupuk kimia sintetis (Goenadi et
al., 1997). ,Selain unsur hara, naungan juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan bibit kopi. Bagi tanaman kopi,
naungan diperbka n untuk m engurangi pengaruh burukakibat sinar matahari yang terik dan memperpanjangumur ek onomi (Iskandar, 1988).
Naungan akan mempengaruhi jumlah intensitascahaya matahari yang mengenai tanaman. MenurutPendleton, Peters, dan Peek (1%6), setiap jenis tanam anmembutuhkan intensitas cahaya tertentu untukmemperoleh fotosintesis yang maksimal. Oleh karenaitu, pemberian naungan bertujuan mendapatkanintensitas cahaya matahari yang sesuai untukfotosintesis.
1) Jutusan Budidaya Pertanian, Fakultas Per tqia n IPBJI . Meranti Kampus IPB Darmaga
(Pz), OST + % d.p.a (P3), oils Plus + '/z d.p.a (P4), dan
satu dosis pupuk anorganik (P5). Dengan demikian
terdapat 20 kombinasi perlakuan yang masing-masing
terdiri atas 3 ulangan sehingga terdapat 60 satuan
percobaan dan tiap satuan percobaan terdiri atas 5tanaman. Dalam satu petak utama berukuran 2 m x 2 m
terdapat 25 bibit dalarn polybag yang diatur denganjarak polybag 20 cm x 20 cm. Perlakuan pupuk
dilakukan dua minggu setelah tanaman dipindahkan kepetak naungan.
Dosis pupuk yang diberikan untuk masing-masingperlakuan terdiri atas 4 g EMAS + % d.p. hibit, 4 ml
EM 4 + % d.p.a hib it, 4 g OST + % d.p.a hibit, 20 ml
larutan Soils Plus + % d.p.a h ib it dan satu dosis pupukanorganikfbibit.Dosis pupuk anorganik yang digunakan
dalam percobaan tercantum pada Tabel 1. Waktupemberian disesuaikan dengan kebutuhan bibit menw ut
umur.
Tabel I . Dosis pupuk anorganik yang digunakan dalam percobaan
Umur Bibit(bulan)
Urea . SP-36*) KC1
Total 6.00 3.81 3.00- - - - -- - - -Sumber : Wachjar (1984)Keterangan : *) Dosis SP-36 telah disesuaikan dengan dosis anjuran TSP.
Pada perlakuan pupuk OST, pupuk anorganik sedangkan pupuk Soils Plus diaplikasikan hanya satu
diberikan satu minggu setelah pemberian pupuk OST. kali saja yaitu dua minggu setelah tanaman dipindahkan
Pada perlakuan pupuk EMAS, EM 4 dan Soil Plus, ke naungan.pupuk anorganik diberikan bersamaan dengan Pupuk Urea, SP-36, dan KC1 ditaburkan dalampemberian pupuk-pupuk tersebut. Pupuk EM 4 alur di sekeliling tanaman di tepi polybag dengan
diaplikasikan setia p minggu dengan dosis 0.5 mllbibit, kedalaman f cm, demikian juga dengan pupuk EMAS
Ade Wachjar, Yadi Setiadi dan Lies Wahyuni Mardhikanto 7
keterbatasan media di dalam polybag, diduga setelah 4BSP bahan organik yang tersedia di dalam tanahtersebut telah berkurang sehingga mikro-organismeyang terkandung di dalam pupuk tidak aktif.
Kemungkinan ketiga, dosis pupuk organik yangdiberikan kurang sesuai untuk umur bibit kopi yangdigunakan, pada 4 BSP bibit kopi telah berumur 11bulan setelah semai sehingga sudah cukup um ur untukdipindahkan ke lapang.
Pemberian pup uk organik + % d.p.a menghasilkanpertumbuhan bibit kopi yang sama baiknya dengankontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupukorganik yang berasal dari inokulasi berbagaimikroorganisme dapat menurunkan dosis penggunaanpupuk anorganik.
Hasil percobaan ini sejalan dengan hasil percobaanJunaedi, Wachjar, dan Rahman (1999) yang
menunjukkan bahwa pemupuka n 20 g EM AS + K d.p.a,10 ml EM 4 + K d.p.a, dan 1 d.p.a menghasilkanpertumbuhan yang sama baiknya. Menurut Goenadi(1999), secara umum aplikasi biofertilizer EMASmampu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk,tingkat produksi tanaman yang diberi pupukkonvensional (100 : 0) dan yang dikombinasikandengan EMAS (75 : 25, 50 : 50, dan 25 : 100) tidakberbeda secara nyata. Hasil percobaan yang dilakukanAntiri (1999) menunjukkan bahwa bibit kakao yangdiberi pupuk 4 ml EM 4 + '/z d.p.a menghasilkanpertumbuhan yang secara umum lebih baikdibandingkan dengan yang dipupuk d osis anjuran pupukanorganik. Higa dan Wididana (1996) menyatakanbahwa pemberian EM 4 dapat m enurunkan penggunaan
Tabel 5. Pertumbuhan bibit kopi pada berbagai intensitas
dosis pupuk anorganik sebesar 50 persen untuk berbagaijenis tanaman.
Perlakuan intensitas naungan sama sekali tidakberpengaruh terhadap semua peubah yang diamati
selama periode pengamatan dalam percobaan.Pertumbuhan bibit kopi pada berbagai intensitasnaungan pada umur 6 BSP tercantum pada Tabel 5.Tidak nyatanya pengaruh naungan diduga karenakelemahan teknis percobaan. Bergeraknya matahari kearah selatan pada bulan September mengakibatkanlokasi percobaan hampir setengahnya temaungi olehtanaman karet yang berada d i sekitar lokasi percobaan.
Selain itu, jarak antar polybag yang cukup dekat, *20 cm, diduga turut mempengaruhi banyaknya sinaryang jatuh ke permukaan daun kopi mengingat cukupbesamya bibit kopi yang tumbuh. Jarak tanam yangrapat memungkinkan tanaman kopi saling menaungi
satu sama lain (Winaryo dan Sunaryo, 1986). Daun-daun bagian atas menerima radiasi langsung dan radiasidifusi, sedangkan daun-daun bagian bawah menerimasebagian kecil dari radiasi langsung berupa bercak-bercak sinar matahari (sun fleck) yang lewat dari daunlapisan luar.
Radiasi tidak langsung menjadi lebih nyatadisebabkan oleh radiasi yang dipancarkan melalui daundan dipantulkan kembali dari daun serta permukaantanah (Gardner, Pearce, dan Mitchell, 1985).
Tidak temaunginya bagian sisi petak naunganmungkin juga merupakan penyebab tidakberpengaruhnya naungan terhadap semua peubah karenacahaya matahari dapat secara langsung mengenaitanaman pada bagian sisi yang tidak temaun gi tersebut.
naungan pada umur 6 BSP
Intensitas Tinggi Jumlah Diameter LuasNaungan Bibit Pasang Batang Daun
(%) (cm) Daun (mm) (cm2)
Bobot Bobot Bobot Bobot NisbahRasah Basah Kering Kering BobotTajuk Akar Tajuk Akar Kering
(g) (g) (g) (g) Tajuk-Akar
DAFTAR PUSTAKA
Antiri, T. 1999. Pengaruh penggunaan berbagai jenispupuk hayati dan frekuensi penyiramanterhadap pertumbuhan bibit Kakao(Theobroma ca ca o L.). (Skripsi). JurusanBudi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogo+ Bogo r. (Tidakdipublikasikan).
Gardner, P. F., R. B. Pearce, R. L. Mitchell. 1985.Fisiologi Tanarnan Budidaya. UniversitasIndonesia Press. Jakarta. 428 hal.
Goenadi, D. H. 1994. Peluang aplikasi mikroba dalammenunjang pengelolaan tanah perkebunan.Buletin Bioteknologi Perkebunan. 1 (1) : 17-
Geonadi, D.H., R. Saraswati, N. A. Nganro, J. S.Adiningsih. 1997. Mikroba Pelarut Haradan Pemantap Agregat sebagai Biofertilizer
untuk Meningkatkan Daya Dukung TanahUltisols bagi Tanaman Kakao. RisetUnggulan Terpadu (RUT) 11. Laporan Akhir.Dewan Riset Nasional dan Kantor MenteriNegara Riset dan Teknologi. Proyek PusatPenelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.84 hal.
. 1999. Biofertilizer EMAS sebagai upayaalternatif dalam meningkatkan efisiensipemupukan. Unit Penelitian BioteknologiPerkebunan Bogor. Publikasi Intern. 8 hal.
Harjadi, S. S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. JurusanBudidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. 500 hal.
Higa, T., G. N. Wididana. 1996. Tanya JawabTeknologi Effective Microoraganism (EMTechnology). Indonesian Kyusei NatureFarming Societies (IKNFS) dan PT.Songgolangit Persada. Jakarta. 8 hal.
International Coffee Organization. 1999. CoffeeStatistics, December 1998. No. 13. 10p.
Iskandar, S. H. 1988. Beberapa Aspek BudidayaTanarnan Perkebunan. Jurusan BudidayaPertanian, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor. Bogor. 48 hal.
Junaedi, A., A. Wachjar, A. Rahman. 1999. Pengaruhpenggunaan berbagai jenis pupuk hayatiterhadap pertumbuhan tanman belummenghasilkan (TBM I) kopi Robusta (Cofea
canep hora Pierre ex Froehner). Bul. Agron,27 (2) : 12-17.
Pantja, S. 1985. Pengaruh pupuk nitrogen-fosfor danintensitas naungan terhadap pertumbuhanbibit kopi Arabika (CoBa arabica L.).(Skripsi). Jurusan Budi Daya Pertanian,Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Bogor. (Tidak dipublikasikan).
Pendleton, J. W., D. B. Peters, J. W. Peek. 1966. Role ofreflected light in the corn ecosystem. Agron.J. 58 :73-74.
Salisbury, F. B., C. W. Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan. Jilid I. Penerbit ITB. Bandung.24 1 hal.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah,Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Bogor. 21 7 ha].
Tondok, A. R. 1999. Kebijakan pengembangan kopi diIndonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi danKakao. 15 (1) : 1-21.
Wachjar, A. 1984. Pengantar Budidaya Kopi. JurusanBudidaya Pertanian. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. 141 hal.
Winarsih, S. 1985. Kapasitas fotosintesis danpengaruhnya pada pertumbuhan danperkembangan tanaman kopi. MenaraPerkebunan. 53 (6): 07-2 13.
Winaryo, Soenaryo. 1986. Permasalahan jarak tanamsempit pada kopi Arabika (Cofea arabicaL.). Pelita Perkebunan. 2 (1 ) : 1- 9.
Ade Wachjar, Yadi Setiadi dan Lies Wahyuni Mardhikanto