ADAT KEBUDAYAAN DI MASYARAKAT LOMBOK UTARA
Pulau Lombok terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat, terkenal
dengan keindahan Gunung Rinjani dan Pantai Senggiginya yang
menawan. Di luar itu, pulau nan indah di sebelah timur pulau Bali
ini juga menyimpan bukti sejarah perkembangan Islam yang teramat
tua, dan masih terawat dengan baik hingga kini.Dengan
kapasitaspulau lombok yang tidak begitu besar, pulau ini juga
memiliki potensi dalam bidang budaya. Budaya yang terdapat pada
pulau lombok itu sendiri seperti : budaya yang beragama, budaya
dalam pertanian , budaya dalam kesenian dan budaya yang lainnya
lainnya yang terdapat didesa Bayan yang memiliki unsur dan
perkembanganbudaya yang tidak kalah terkenal dengan budaya daerah
lainnya, yang dapat mendatangkan wisatawan lokal, maupun wisatawan
mancanegara. Desa Bayan adalah salah satu kecamatan di Kabupaten
Lombok Utara. Letaknya paling ujung timur kabupaten yang baru
seumur jagung tersebut sekalian jadi wilayah perbatasan dengan
Kabupaten Lombok Timur. Bayan mempunyai tempat pariwisata yang
indah, Air Terjun Sendang Gile atau yang sering di sebut oleh orang
lokal sebagai Batu Ko' (batu kerbau). Menurut certa rakyat setempat
Sendang Gile ini tempatnya waktu dulu tempat bidadari mandi kalau
lagi turun ke bumi.Dari Bayan juga kita dapat melakukan
tracking/pendakian ke Danau Segara Anak di Gunung Rnjani.Desa Bayan
merupakan satu-satunya daerah yang masih kuat dengan budaya dan
tata adatnya jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang ada
di sekitar pulau Lombok, hanya saja untuk kedepannya budaya dan
tata adat yang berlaku atas kesepakatan komunal masyarakat adat
Bayan terancam mengalami pengikisan sedikit demi sedikit.
Masyarakat bayan sendiri sebenarnya sudah dapat memahamiserta
menerima budaya yang masuk dari berbagai unsur-unsur yang dapat
mempengaruhi budaya desa bayan itu sendiri. Akan tetapi masyarakat
bayan belum mampu menghindari pengaruh perkembangan globalisai yang
semakin meningkat dari waktu ke waktu.
1) WAKTU TELU ( Kec. Bayan) Masyarakat tradisional Bayan, pada
masa lalu dikenal sebagai penganut agama Islam Waktu Telu.Walaupun
keberadaan ajaran ini secara formal sudah tidak ada, namun
sisa-sisa kepercayaan lama masih dapat dilihat pada penyelenggaraan
berbagai upacara tradisi, misalnya upacara sedekah urip, upacara
minta hujan, dan sebagainya.Dalam berbagai aspek, penganut
kepercayaan Islam Waktu Telu di Bayan memiliki pandangan yang serba
tiga, misalnya :a)Dalam kehidupan bermasyarakat, sumber hukum yang
dianutnya terbentuk atas tiga prinsip, yaitu : agama, adat dan
pemerintahan.b)Sistem organisasi kemasyarakatan, masyarakat Bayan
mengenal tiga lembaga, yaitu :1.Pemangku Adat, yang menjadi
pimpinan tertinggi di desa, biasanya dijabat secara turun
temurun.2.Pembantu Pemangku, bertindak menangani urusan
pemerintahan3.Penghulu, dijabat oleh Kiyai, bertugas menangani
urusan keagamaan.
Dari penuturan para Pemangku Adat diperoleh keterangan bahwa
bilangan tiga merupakan pencerminan dari pemahaman terhadap asal
usul terjadinya manusia.Manusia lahir di atas dunia atas kehendak
Tuhan dengan perantaranya ayah dan ibu. Inti ajaran Waktu Telu
merupakan pengejawantahan ajaran budi pekerti dalam kehidupan
sehari-hari.
2) MAULID ADAT ( Kec. Bayan )
Tradisi-tradisi adat masih bertahan dan terjaga dengan baik di
wilayah ini. Salah satu contohnya adalah Prosesi Maulid Adat yang
masih terjaga hingga saat ini dan akan terus dilestarikan.
Perhitungan berdasarkan Sereat (Syariat) Adat Gama di Bayan
Mulud Adat Bayan dilaksanakan pada dua hari setelah ketepan
Kalender Islam Maulid Nabi tgl.12 Rabiul Awal tepatnya dimulai pada
tanggal 14-15 Rabiul Awal yang tahun 2013 ini jatuh pada tanggal
26-27 Januari.
Hari pertama adalah persiapan bahan makanan dan piranti upacara
lainnya yang dikenal dengan istilah kayu aiq. Sementara pada hari
kedua doa dan makan bersama yang dipusatkan di masjid kuno Bayan.
Prosesi pelaksanaan Mulud adat Bayan dilakukan oleh warga Desa
Loloan, Anyar, Sukadana, Senaru, Karang Bajo dan Desa Bayan. Semua
desa tersebut merupakan kesatuan wilayah adat yang disebut dengan
Komunitas Masyarakat Adat Bayan.
Sejak pagi buta, 14 Raiul Awal, komunitas adat Bayan menuju
sebuah kampu yaitu sebuah rumah yang diyakini sebagai area pertama
didiami oleh suku Sasak Islam Bayan. Mereka membawa dan menyerahkan
sebagian sumber pengahasilannya dari hasil bumi seperti padi,
beras, ketan, kelapa, kemiri, sayur-sayuran buah-buahan dan hewan
ternak berserta batun dupa (uang) dan menyertakan nazarnya kepada
inan meniq, yaitu seorang perempuan yang dipercaya untuk menerima
dan mengolah hidangan yang disajikan kepada para kiyai, penghulu
dan tokoh adat pada hari puncak perayaan mulud adat.
Hal ini dilakukan sebagai tanda syukur atas keberhasilan
panennya. Kemudian inan menik memberikan tanda di dahi warga adat
dengan mamaq dari sirih sebagai ritual adat yang dikenal dengan
nama menyembek. Setelah itu, komunitas adat Bayan saling bahu
membahu membersihkan tempat yang disebut balen unggun atau tempat
sekam dan balen tempan (alat menumbuk padi) serta membersihkan
rantok (tempat menumbuk padi) yang dibawa oleh komunitas adat.
Prosesi inipun dilanjutkan dengan membersihkan tempat gendang
gerantung yang akan disambut oleh sebagian kelompok komunitas adat.
Setibanya gendang gerantung pada tempat yang disediakan, acara
ritual dilanjutkan dengan selamatan penyambutan dan serah terima
dengan ngaturan lekes buaq (sirih dan pinang) sebagai tanda taikan
mulud atau rangkaian maulid adat dimulai.
Sekitar pukul 15.30 Wita, waktu itu disebut dengan gugur kembang
waru, para wanita adat mulai melakukan kegiatan menutu pare
(menumbuk padi) bersama-sama secara berirama dengan menggunakan
tempat yang terbuat dari bambu panjang. Padi tersebut ditumbuk pada
lesung seukuran perahu yang disebut menutu.
Pada saat bersamaan, ritual menutu pare ini diiringi dengan
gamelan gendang gerantung khas Desa Bayan. Di sisi lain, kaum
laki-laki beramai-ramai mencari bambu tutul untuk dijadikan tiang
umbul-umbul (penjor) yang akan dipasang pada setiap pojok masjid
kuno Bayan. Acara ini dikenal dengan nama pemasangan tunggul yang
dipimpin oleh seorang pemangku atau Melokaq Pengauban. Ini
dilakukan setelah mendapat restu dari inan meniq dengan menyediakan
lekok buaq. Ritual ini dijadikan sebagai media betabiq
(penghormatan) pada pohon bambu yang akan ditebang.
3) PERESEAN ( kec. Bayan ) Budaya Presean atau bertarung dengan
rotan memang sudah dikenal masyarakat Lombok sejak lama. Namun
budaya yang penuh dengan kekerasan itu berubah menjadi unik ketika
dipadukan gaya bela diri yang unik dan lucu dari pemainnya. Presean
adalah salah salah satu kekayaan budaya bumi gogo rancah (lombok).
Acara ini berupa pertarungan dua lelaki Sasak bersenjatakan tongkat
rotan (penjalin) serta berperisai kulit kerbau tebal dan keras
(ende). Petarung biasa disebut pepadu. Presean bermula dari luapan
emosi para prajurit jaman kerajaan taun jebot (dahulu kala) sehabis
mengalahkan lawan di medan perang. Acara tarung presean ini juga
diadakan untuk menguji keberanian/nyali lelaki sasak yang wajib
jantan dan heroik saat itu.
Uniknya dari pertarungan presean, pesertanya tidak pernah
dipersiapkan secara khusus. Pepadu atau petarung dicomot (diambil)
dari penonton yang mau adu nyali dan ketangguhan mempermainkan
tongkat rotan dan perisai yang disediakan. Penonton/calon peserta
bisa mengajukan diri atau dipilih oleh wasit pinggir (pakembar
sedi). Setelah mendapat lawan, pertarungan akan dimulai dan
dimpimpin oleh wasit tengah (pekembar).
Duel dua pepadu diadakan dalam lima ronde, pemenangnya
ditentukan oleh hasil nilai yang diperoleh atau salah satu pepadu
bocor kepala, bedarah-darah, atau kibar bendera putih. Uniknya, di
sela-sela pertarungan para pepadu plus para wasit harus menari jika
musik dimainkan. Mungkin maksudnya untuk melepas ketegangan selama
jalannya pertandingan. Asik juga ngeliatnya, sesaat para petarung
saling baku hantam, beberapa detik kemudian mereka menari sembari
tertawa dan mencari-cari celah kelemahan lawan, sedetik kemudian
rotan keras menghantam perisai plak!, lalu mereka menari lagi
Amazing dan mendebarkan!!! Tarian rotan dari Lombok ini sudah
dikenal masyarakat Sasak secara turun temurun. Awalnya merupakan
sebuah bagian dari upacara adat yang menjadi ritual untuk memohon
hujan ketika kemarau panjang. Sebuah tradisi-yang dalam
perkembangan kemudian-sekaligus berfungsi sebagai hiburan yang
banyak diminati. Sebagai salah satu upaya melestarikan budaya
daerah, Presean Lombok pun mulai sering dilombakan. Pertandingan
diakhir dengan salam dan pelukan persahabatan antar petarung. Tanda
tiada dendam dan semua hanyalah permainan! Benar-benar sportif.
Adegan seperti ini sering di lakukan masyarakat pulau lombok apa
bila ada acara adat, tidak heran masyarakat sangat antusias untuk
menonton acara seperti ini,selain dapat menarik wisatawan
mancanegara wisatawan lokal pun berbondong-bondong menyaksikan
acara ini. Dalam adengan presean tidak jarang salah satu dari orang
yang presean mengalami luka yang cukup parah tapi mereka tetap
senang dan bergembira
4) MASJID BAYAN BELEQ ( Kec. Bayan ) Masjid kuno Bayan Beleq
adalah peninggalan terpenting dan terbesar yang dapat dijadikan
sebagai bukti dan bahan kajian tentang masa awal berkembangnya
ajaran agama Islam di Pulau Lombok pada umumnya, dan Bayan
khususnya.
Bila kita perhatikan bentuk, ukuran, dan gaya arsitekturnya,
terdapat persamaan yang sangat mendasar dengan bangunan-bangunan
masjid kuno yang terdapat di Rembitan dan Gunung Pujut, Kabupaten
Lombok Tengah. Persamaan ini dapat menjadi petunjuk bahwa ketiga
bangunan masjid itu berasal dari periode yang sama.Bentuk dasar
bangunan bujur sangkar, konstruksi atap tumpang dengan hiasan
puncak berupa mahkota yang merupakan ciri khas dari bangunan masjid
periode awal berkembangnya agama Islam di Indonesia.Letak bangunan
berada di tempat yang relatif tinggi, tata letaknya berdampingan
dengan makam tokoh-tokoh penyebar agama Islam di Bayan.Kesemuanya
itu menunjukkan adanya kesamaan konsepsi pemikiran masyarakat
pendukung kebudayaan itu (Islam di Bayan) dengan masyarakat pra
Islam.Sikap konsisten masyarakat Bayan yang selalu berusaha untuk
tidak mengubah bentuk maupun bahan bangunan yang digunakan (dengan
alasan kepercayaan) menunjukkan bahwa pengaruh kebudayaan lama pada
masyarakat Bayan sangat kuat.Menurut Pemangku Adat Bayan, bahwa
bahan atap bangunan masjid diambil dari tempat khusus, di desa
Senaru. Bila atapnya rusak atau hancur, perbaikannya harus pada
tahun Alip yang datangnya sewindu (8 tahun) sekali. Pembebanan
biayanya secara tardisional telah terbagi kepada masyarakat desa di
sekitarnya yaitu :a). atap sebelah utara, desa Anyarb). atap
sebelah timur, desa Loloanc). atap sebelah selatan, desa Bayand)
atap sebelah barat, desa Sukasadapelaksanaan perbaikan dilakukan
secara gotong royong, dipimpin oleh para Pemangku Adatnya
5) KAIN TENUN (Kec. Bayan)
Penggunaan pakaian adat selalu berkenaan dengan penyelenggaraan
upacara adat.Di antara berbagai upacara adat di Bayan, ada dua
kategori upacara adat yang senantiasa melibatkan kemeriahan orang
banyak.Kategori pertama ialah upacara berkenaan hari-hari besar
adat-keagamaan, yakni maulud, lebaran tinggi (Fitri) dan lebaran
pendek (Adha).Pada kategori upacara ini prosesi mauludan adat
merupakan yang paling gegap-gempita, diselenggarakan selama dua
hari dua malam.Kategori kedua ialah upacara berkenaan dengan siklus
hidup seseorang, seperti perkawinan hingga kematian. Dalam kategori
ini Orang Bayan membaginya menjadi dua, yaitu Gawe Urip, yaitu
upacara-upacara terkait kehidupan seseorang, misalnya perkawinan,
kehamilan, kelahiran, buang awu (memberi nama bayi), ngurisan
(potong rambut) hingga nyunatan (khitan); dan, Gawe Mati, yaitu
upacara-upacara terkait dengan kematian, mulai hari 'H'
meninggalnya si mati hingga rangkaian upacara lanjutannya, hingga
ton-tonan (peringatan ulang tahun kematian). Dalam kategori kedua
ini upacara besarnya disebut gawe beliq, yang bisa berupa
perkawinan atau khitanan.Disebut demikian, artinya upacara besar,
karena seringkali rangkaian hari 'H' upacara ini bisa berlangsung
sampai sekitar seminggu non-stop.Setiap hari sekurang-kurangnya
seekor kerbau atau sapi dipotong untuk masakan menjamu para tetamu,
lain lagi hitungan kambing dan domba yang ikut disembelih guna
memeriahkan perhelatan.Peresaian, yakni permainan olahraga adu
rotan dan berbagai group seni kerawitan (musik tradisional)
biasanya ikut diselenggarakan dalam pelaksanaan gawe beliq
ini.Ketika dilaksanakan inti perayaan maulud maupun penyelenggaraan
gawe beliq, para pelaku upacara menggunakan pakaian adat lengkap
sesuai peruntukannya. Dalam rangkaian pawai adat maulud di Desa
Bayan Beliq misalnya, dua pasang pria berdandan dan berpakaian
sebagai pasangan lelaki dan perempuan yang menyimbolkan Adam-Hawa
dan tuaq-turun (leluhur) Orang Bayan, lalu diikuti oleh wakil-wakil
dari kampu, yaitu kesatuan pemukiman adat dan desa-desa adat
terkait. Sedangkan di Desa Semokan, satu desa yang lebih
konservatif di lingkungan masyarakat adat Bayan, para wanita yang
melaksanakan pawai berbaris menuju pedangan (dapur umum) setelah
prosesi pencucian beras adat di Sungai Semokan.Sebagian pakaian
adat Bayan merupakan hasil karya tenunan tangan (manual) para
gadis, ibu-ibu hingga nenek-nenek di Desa Bayan, Kecamatan Bayan
dan sekitarnya. Misalnya Jong, yakni penutup kepala wanita, hanya
dapat dibuat oleh para penenun yang berpengalaman karena rumitnya
corak dan pewarnaan yang harus dikerjakan. Penenun Jong biasanya
menyimpan rahasia pembuatannya sebagai warisan turun-temurun.