BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologis Olahraga Tubuh manusia merupakan sesuatu mesin yang luar biasa di mana aktivitas tubuh yang terkoordinasi sempurna terjadi secara simultan. Peristiwa-peristiwa tubuh ini memungkinkan fungsi kompleks tubuh seperti mendengar, melihat, bernapas serta pengolahan informasi tanpa upaya kesadaran. Apabila seseorang melakukan aktivitas seperti berjalan, dia akan menggeser sistem tubuh dari keadaan istirahat kepada keadaan aktif. Jika aktivitas itu dilakukan beberapa kali, tubuhnya akan beradaptasi terhadap aktivitas tersebut. Aktivitas yang dilakukan tadi disebut „aktivitas fisik‟. Aktivitas fisik ini merupakan proses yang rumit dimana pelatih perlu mengawasi perubahan pada subjek setiap menit sewaktu aktivitas. Oleh itu, jika seseorang itu ingin menjadi atlet, dia perlu mempunyai tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi dibanding dengan populasi normal. ( Shetty, 2005) Perubahan fisiologis yang nyata dapat terjadi dalam tubuh kita apabila aktivitas fisik atau latihan olahraga yang berterusan dilakukan. Oleh karena itu, tanggapan tehadap latihan memiliki dua aspek analog dengan respon tubuh terhadap ligkungan stress. Salah satunya adalah respon jangka pendek iaitu serangan tunggal setelah sesekali olahraga ataupun dapat disebut latihan akut. Aspek kedua adalah respon jangka panjang iaitu setelah olahraga teratur yang mempermudahkan latihan berikutnya serta meningkatkan kinerjanya. Adaptasi terhadap latihan kronik ini disebut „training‟. (Willmore et al, 1999) Adaptasi terhadap latihan akut adalah respon terhadap latihan di mana efek terhadap pelatihan. (Willmore, 1994) Universitas Sumatera Utara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisiologis Olahraga
Tubuh manusia merupakan sesuatu mesin yang luar biasa di mana aktivitas
tubuh yang terkoordinasi sempurna terjadi secara simultan. Peristiwa-peristiwa tubuh
ini memungkinkan fungsi kompleks tubuh seperti mendengar, melihat, bernapas serta
pengolahan informasi tanpa upaya kesadaran. Apabila seseorang melakukan aktivitas
seperti berjalan, dia akan menggeser sistem tubuh dari keadaan istirahat kepada
keadaan aktif. Jika aktivitas itu dilakukan beberapa kali, tubuhnya akan beradaptasi
terhadap aktivitas tersebut. Aktivitas yang dilakukan tadi disebut „aktivitas fisik‟.
Aktivitas fisik ini merupakan proses yang rumit dimana pelatih perlu mengawasi
perubahan pada subjek setiap menit sewaktu aktivitas. Oleh itu, jika seseorang itu
ingin menjadi atlet, dia perlu mempunyai tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi
dibanding dengan populasi normal. ( Shetty, 2005)
Perubahan fisiologis yang nyata dapat terjadi dalam tubuh kita apabila aktivitas
fisik atau latihan olahraga yang berterusan dilakukan. Oleh karena itu, tanggapan
tehadap latihan memiliki dua aspek analog dengan respon tubuh terhadap ligkungan
stress. Salah satunya adalah respon jangka pendek iaitu serangan tunggal setelah
sesekali olahraga ataupun dapat disebut latihan akut. Aspek kedua adalah respon
jangka panjang iaitu setelah olahraga teratur yang mempermudahkan latihan
berikutnya serta meningkatkan kinerjanya. Adaptasi terhadap latihan kronik ini disebut
„training‟. (Willmore et al, 1999) Adaptasi terhadap latihan akut adalah respon
terhadap latihan di mana efek terhadap pelatihan. (Willmore, 1994)
Universitas Sumatera Utara
Respon jangka pendek serta jangka panjang ini memenuhi kebutuhan energi.
Kenaikan pesat dalam kebutuhan energi sewaktu latihan memerlukan penyesuaian
peredaran darah yang seimbang untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen,
nutrisi serta mengeliminasi produk akhir metabolisme seperti karbon dioksida dan
asam laktat dan membebaskan panas berlebihan. Pergeseran metabolisme tubuh terjadi
melalui kegiatan terkoordinasi dari semua sistem tubuh iaitu neuromuskuler,
respiratori, kardiovaskular, metabolik, dan hormonal. (Shetty , 2005)
2.1.1 Respon Jangka Panjang dan Jangka Pendek Terhadap Latihan Fisik
2.1.1.1 Sistem respirasi
Latihan fisik akan mempengaruhi konsumsi oksigen dan produksi karbon
dioksida. Kadar oksigen dalam jumlah yang besar akan terdifusi dari alveoli ke dalam
darah vena kembali ke paru-paru. Sebaliknya, kadar karbon dioksida yang sama
banyak masuk dari darah ke dalam alveoli. Oleh itu, ventilasi akan meningkat untuk
mempertahankan konsentrasi gas alveolar yang tepat untuk memungkinkan
peningkatan pertukaran oksigen dan karbon dioksida. (William, 1999).
Permulaan aktivitas fisik ini disertai dengan peningkatan dua tahap ventilasi.
Hampir segera dapat terlihat peningkatan pada inspirasi dan kenaikan bertahap pada
kedalaman dan tingkat pernapasan. Kedua tahap penyesuaian menunjukkan bahwa
kenaikan awal dalam ventilasi diproduksi oleh mekanisme gerakan tubuh setelah
latihan dimulai, namun sebelum rangsangan secara kimia, korteks motor menjadi lebih
aktif dan mengirimkan impuls stimulasi ke pusat inspirasi, yang akan merespon
dengan meningkatkan respirasi juga. Secara umpan balik proprioseptif dari otot rangka
dan sendi aktif memberikan masukan tambahan tentang gerakan ini dan pusat
pernapasan dapat menyesuaikan kegiatan itu berdasarkan kesesuaiannya. (Guyton,
2006)
Universitas Sumatera Utara
Tahap kedua lebih bertahap dengan kenaikan respirasi yang dihasilkan oleh
perubahan status suhu dan kimia dari darah arteri. Sambil latihan berlangsung,
peningkatan proses metabolisme pada otot menghasilkan lebih banyak panas, karbon
dioksida dan ion hidrogen. Semua faktor ini meningkatkan penggunakan oksigen
dalam otot, yang meningkatkan oksigen arteri juga. Akibatnya, lebih banyak karbon
dioksida memasuki darah, meningkatkan kadar karbon dioksida dan ion hidrogen
dalam darah. Hal ini akan dirasakan oleh kemoreseptor, yang sebaliknya merangsang
pusat inspirasi, dimana terjadi peningkatan dan kedalaman pernapasan. Beberapa
peneliti telah menyarankan bahwa kemoreseptor dalam otot juga mungkin terlibat iaitu
dengan meningkatkan ventilasi dengan meningkatkan volume tidal. (Willmore, 1999)
Walaupun sistem kardiovaskular adalah begitu efisien dengan menyuplai
jumlah darah yang cukup ke jaringan, daya tahan akan masih terhalang jika sistem
pernapasan tidak membawa oksigen yang cukup untuk memenuhi permintaan. Fungsi
sistem pernapasan biasanya tidak terbatas karena ventilasi dapat ditingkatkan ke
tingkat yang lebih besar daripada fungsi kardiovaskular. Melainkan sistem
kardiovaskuler dan sistem lain, sistem respirasi juga mengalami adaptasi khusus untuk
ketahanan pelatihan untuk memaksimalkan efisiensi. Adaptasi ini meliputi,
peningkatan ventilasi dengan peningkatan dalam pengambilan oksigen maksimal
dengan minimum empat minggu pelatihan (William, 1991) dan diikuti dengan
pengurangan yang signifikan pada ventilasi yang setara yang diamati. Akibatnya,
sedikit udara akan dihirup pada konsumsi oksigen pada tingkat tertentu. Hal ini akan
mengurangi persentase oksigen total yang digunakan dibandingkan pernapasan. Oleh
karena itu, keadaan ini membantu dalam melakukan olahraga berat yang
berkepanjangan tanpa kelelahan otot ventilasi. Mekanisme yang tepat tidak diketahui
untuk adaptasi pelatihan dalam sistem ventilasi. Secara umum, ada peningkatan dalam
'volume dan kapasitas' saat istirahat karena fungsi pernapasan ditingkatkan. (Bijalani,
1998)
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.2 Sistem Kardiovaskular
Memahami dasar anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler, seseorang dapat
melihat secara khusus bagaimana sistem ini merespon terhadap peningkatan tuntutan
tubuh sewaktu pelatihan. Selama latihan, permintaan oksigen di otot aktif meningkat,
lebih banyak nutrisi digunakan dan proses metabolisme dipercepatkan serta
menghasilkan sisa metabolisme. Jadi, untuk memberikan lebih banyak nutrisi dan
untuk menghilangkan sisa metabolisme, sistem kardiovaskuler harus beradaptasi untuk
memenuhi tuntutan sistem muskuloskeletal selama latihan. (Willmore, 1999)
Respon akut atau langsung yang terlihat sewaktu latihan adalah peningkatan