I. PENDAHULUANA. JudulMorfologi KapangB. Latar BelakangMikrobia
atau mikroorganisme adalah kelompok jasad hidup berukuran kecil
dengan kisaran ukuran sel sekitar 0,1 10 m. Mikroorganisme disebut
juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali berseltunggal
(uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Mikrobia terdiri
dari jutaan jenis dan masih banyak belum teridentifikasi. Kapang
termasuk dalam kelompok mikrobia, untuk membedakan kapang dengan
mikrobia lainnya maka kita harus mengetahui ciri-ciri morfologi
dari kapang.Morfologi merupakan salah satu kunci identifikasi dan
determinasi untuk setiap kelompok mahkluk hidup. Oleh karena itu
pengamatan morfologi penting dalam bidang mikrobiologi. Pada
pengamatan kapang kita akan struktur, hifa, dan perbesaran yang
digunakan.C. Tujuan1. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi jamur
benang, baik secara makroskopis maupun mikroskopis2. Mahasiswa
dapat membedakan jenis jamur benang satu dengan lainnya
II. TINJAUAN PUSTAKAJamur merupakan kelompok organisme
eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi, jamur pada
umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda
dengan organisme lainnya dalam cara makan, struktur tubuh,
pertumbuhan, dan reproduksinya. Tubuh jamur tersusun dari dasar
komponen yang disebut hifa, hifa membentuk jaringan yang disebut
miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh
buah, hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari
dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma hifa, sitoplasma mengandung organel eukariotik
(Handayani dan Sulistyo, 2000).Kebanyakan hifa dibatasi oleh
dinding melintang atau septa. Septa memiliki pori besar untuk
dilewati ribosom, mitikondria, dan kadangkala inti sel yang
mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak
bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan
oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan
pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit
biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan
organ penyerap makanan dari substrat, haustoria dapat menembus
jaringan substrat (Purves dan Sadava, 2003).Semua jenis jamur
bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur
tidak memangsa dan mencernakan makanan untuk memperoleh makanan,
jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan
miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh
karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat
yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia
lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Jamur dapat
bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit (Purves
dan Sadava, 2003).Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong
dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang
termasuk mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena
selain berperan penting dalam industri makanan, kapang juga banyak
menjadi penyebab kerusakan pangan. Kapang adalah fungi multiseluler
yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada makanan mudah
dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora
telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis
kapang (Ahmad, 2009).Menurut Ahmad (2009), kapang bukan merupakan
kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggota-anggota dari kapang
tersebar ke dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, danBasidiomycot.
Kapang memiliki spesies sekitar 10.000 spesies. Habitat kapang
sangat beragam, namun pada umumnya kapang dapat tumbuh pada
substrat yang mengandung sumber karbon organik. Klasifikasi kapang
berdasarkan ada tidaknya septa dibedakan beberapa kelas yaitu :1.
Kapang tidak berseptaa. Kelas Oomycetes (spora seksual disebut
oospora) terdiri dari ordo saprolegniales (spesies Saprolegnia) dan
ordo Peronosporales (spesies Pythium).b. Kelas Zygomycetes (spora
seksual zigospora) terdiri dari ordo Mucorales (spora aseksual
adalah sporangiospora) seperti : Mucor mucedo, Zygorrhynchus,
Rhizopus, Absidia, dan Thamnidium.2. Kapang berseptaa. Kelas fungi
tidak sempurna (imperfecti) tidak mempunyai spora seksual1.) Ordo
Monialesa). Famili Monialiaceae : Aspergillus, Penicillium,
Trichothecium, Geotrichum, Neurospora, Sporatrichum, Botrytis,
Cephalosporium, Trichoderma, Scopulariopsis, Pullularia.b). Famili
Dematiceae : Cladosporium, Helminthosporium, Alternaria,
Stempylium.c). Famili Tuberculariaceae : Fusariumd). Famili
Cryptococcaceae (fungsi seperti khusus atau false yeast) : Candida
(khamir), Cryptococcuse). Famili Rhodotorulacee : Rhodotorula
(khamir)2). Ordo Melanconiales : Colletotrichum, Gleosporium,
Pestalozzia.3). Ordo Sphaeropsidales (konidia berbentuk botol,
dinamakan piknidia) : Phoma, Dlipodia.b. Kelas Ascomycetes. Spora
seksual adalah askospora, seperti : jenis Endomyces, Monascus,
Sclerotinia. Yang termasuk dalam fungi imperfecti : Neurospora,
Eurotium (tahap seksual dari Aspergillus), dan Penicillium.Kapang
terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang
bercabang yang disebut dengan hifa. Hifa tumbuh dari spora yang
melakukan germinasi membentuk suatu tuba germ, dimana tuba ini akan
tumbuh terus membentuk filamen yang panjang dan bercabang yang
disebut hifa. Kemudian seterusnya akan membentuk suatu massa hifa
yang disebut miselium. Pembentukan miselium merupakan sifat yang
membedakan grup-grup didalam fungi (Ahmad, 2009).Hifa dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu hifa vegetatif atau hifa tumbuh
dan hifa fertil yang membentuk bagian reproduksi. Pada kebanyakan
kapang hifa fertil tumbuh di atas permukaan, tetapi pada beberapa
kapang mungkin terendam. Penyerapan nutrien terjadi pada permukaan
miselium, sifat-sifat kapang baik penampakan makroskopik ataupun
mikroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang.
Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur
hifa yaitu hifa tidak bersekat atau nonsepta dan hifa bersekat atau
septa yang membagi hifa dalam ruangan-ruangan, dimana setiap
ruangan mempunyai satu atau lebih inti sel (nukleus). Dinding
penyekat yang disebut septum tidak tertutup rapat sehingga
sitoplasma masih bebas bergerak dari suatu ruangan ke ruangan
lainnya (Ahmad, 2009).Jamur benang atau kapang adalah golongan
fungi yang membentuk lapisan jaringan miselium dan spora yang
tampak, tetapi tidak dapat membentuk badan buah yang makroskopis.
Beberapa hifa bersifat coenositik (memiliki banyak inti), dan tidak
memiliki septa. Hifa dapat memiliki beberapa modifikasi, seperti
hifa reproduktif (untuk berkembang biak), hifa nutritif (untuk
menyerap nutrisi), rhizoid (untuk menempel ke inang atau substrat),
bahkan pada sepesies tertentu, hifa predasi (berbentuk perangkap
yang bisa menjebak nematoda kecil sebagai sumber nutrisi)
(Singleton dan Sainsbury, 2006).Menurut Howard (1983), secara
alamiah kapang berkembang biak dengan berbagai cara, baik aseksual
dengan pembelahan, penguncupan, atau pembentukan spora. Dapat pula
secara seksual dengan peleburan nukleus dari kedua induknya. Pada
pembelahan, suatu sel membelah diri untuk membentuk dua sel anak
yang serupa, penguncupan suatu sel anak tumbuh dari penonjolan
kecil pada sel inangnya. Secara aseksual spora kapang diproduksi
dalam jumlah banyak, berukuran kecil dan ringan, serta tahan
terhadap keadaan kering. Spora ini mudah beterbangan diudara, dan
bila berada pada substrat yang cocok, maka spora tersebut tumbuh
menjadi miselium baru. Spora aseksual yaitu:1. Konidiospora atau
konidia, yaitu spora yang dibentuk di ujung atau di sisi suatu
hifa.Konidia kecil dan berselsatu disebut mikrokonidia. Sedangkan
konidia besar dan banyak disebut makrokonidia.2. Sporangiospora.
Spora bersel satu, terbentuk di dalam kantung spora yang disebut
sporangium di ujung hifa khusus yangdisebut sporangiofora.3. Oidium
atau arthrospora, spora bersel satu ini terjadi karena segmentasi
pada ujung-ujung hifa.Sel-sel tersebutselanjutnya membulat dan
akhirnya melepaskan diri sebagai spora.4. Klamidospora, spora ini
berdinding tebal, dan sangat resisten terhadap keadaan yang buruk
yang terbentuk pada sel-sel hifa vegetatif.5. Blastospora,
terbentuk dari tunas pada miselium yang kemudian tumbuh menjadi
spora.Menurut Howard (1983), perkembangbiakan secara generatif atau
seksual dilakukan dengan isogametatau heterogamet. Pada beberapa
spesies perbedaan morfologi antara jenis kelamin belum nampak
sehingga semua disebut isogamet. Tapi pada beberapa spesies
mempunyai perbedaan gamet besar dan kecil sehingga disebut
mikrogamet (sel kelamin jantan) dan makrogamet (sel kelamin
betina). Spora seksual yaitu :1. Askospora. Spora bersel satu
terbentuk di dalam kantung. Biasanya terdapat 8 askospora di dalam
setiap askus.2. Basidiospora. Spora bersel satu terbentuk yang
dinamakan basidium3. Zigospora. Spora besar dan berdinding tebal
yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual
serasi dinamakan gametangia.4. Oospora. Spora terbentuk di dalam
struktur betina khusus yang disebut oogonium. Pembuahan telur atau
oosfer oleh gamet jantan di anteridium menghasilkan oospora. Dalam
setiap oogonium terdapat satu atau lebih oosfer.Fardiaz (1989),
kapang merupakan salah satu mikroorganisme yang merugikan. Akan
tetapi pada umumnya kapang yang tumbuh pada makanan yang diolah
dengan panas, tidak menyebabkan penyakit pada manusia, bahkan
digunakan dalam pengolahan bahan makanan. Beberapa jenis kapang
yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bahan makanan yaitu :a.
Rhizopus Oligospora (dimanfaatkan dalam pembuatan tempe dan
pembuatan oncom hitam)b. Rhizopus Oryzae (digunakan dalam pembuatan
tempe)c. Neurospora sitophia (digunakan dalam pembuatan oncom
merah)d. Aspergillus Oryzae (digunakan dalam pembuatan kecap dan
tauco)e. Rhizopus, Aspergillus, khamir ( tape)f. Penicililium
roqueforti (Keju biru)g. P. camemberti (keju camembert) Selain
dimanfaatkan dalam bidang industri pangan kapang juga
sangatbermanfaat dalam bidang nonpangan. Pemanfaatan kapangdalam
bidang industri nonpangan adalah sebagai berikut:a. Asam sitrat
selain digunakan dalam obat-obatan (transfusi darah), juga
digunakan dalam industri tinta dan cat. Dalam hal ini jenis kapang
yangberperan penting adalah Asperigillus niger dan A.wentii.b. Asam
glukonat salah satu produk yang dimanfaatkan dalam bidang
farmasifotografi dan tekstil. Jenis kapang yang digunakan dalam
memproduksi asamglukonat adalah A.Niger.Beberapa belajar dari
pengalaman karakter morfologi membuat pendahuluan karakterisasi
Penicillium, apakah konidiofora tidak bercabang, kondisi
monovertisilata atau apakah filiad didukung dalam satu perintah
dari cabang pendukung yang pendek (metulae, yang berarti "antara
struktur", metula berarti tunggal ) (Howard, 1983). Tingkat
pertama, metulae, membelah untuk menghasilkan tingkat kedua,
filiad. Filiad adalah sel yang menghasilkan konidia sporogenous
melalui proses pemula apikal khusus (Sewall dkk., 1990).Penicillium
sp, hidup ditempat lembab dan berair, dijumpai pula pada roti dan
makanan busuk lainnya. Tubuhnya tersusun atas benang bersekat dan
bersel satu. Bersel satu pada ujung tidak melebar melainkan
bercabang-cabang. Reproduksi Penicillium sp secara vegetatif dan
generatif. Secara vegetatif yaitu dengan pembentukan konidium dalam
rantai konidiofor sedangkan secara generatif dengan cara pembelahan
spora di salam askus (Howard, 1983). Menurut Howard (1983),
morfologinya yaitu konidia adalah alat reproduksi seksual, miselium
adalah kumpulan dari hifa, konidiofor adalah tangkai konidia yang
berbentuk tabung dan spora yang dihasilkannya disebut
konidia.Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut filiad
sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari filiad yang
merupakan tempat pembentukan dan pematangan spora disebut sterigma.
Stolon adalah hifa yang membentuk jaringan. Klasifikasi Penicillium
sp yaituKerajaan : FungiFilum : AscomycotaKelas: EuascomycetesOrdo:
EurotialesFamili: TrichocomaceaeGenus :
PenicilliumSpesies:PenicilliumspMenurut Howard (1983), Penicillium
ini sering menyababkan kerusakan pada sayuran, buah-buahan dan
serealia. Penicillium juga digunakan oleh dalam industri untuk
memproduksi antibiotik. Beberapa ciri spesifik:a. Hifa septa,
miselium bercabang, biasanya tidak berwarnab. Konidiofora septa dan
muncul di atas permukaan, berasal dari hifa dibawah permukaan,
bercabang atau tidak bercabangc. Kepala yang membawa spora
berbentuk seperti sapu, dengan sterigmata atau fialida muncul dalam
kelompokd. Konidia membentuk rantai karena muncul satu per satu
dari sterigmatae. Konidia pada waktu masih muda berwarna hijau,
kemudian berubah menjadi kebiruan atau kecoklatan
Gambar 1. Penicillium sp (Anonim, 2013).Menurut Singleton dan
Sainsbury (2006), Mucor adalah genus fungi yang berasal dari ordo
Mucorales yang merupakan fungi tipikal saprotrop pada tanah dan
serasah tumbuhan. Hifa vegetatifnya bercabang-cabang, bersifat
coenositik dan tidak bersepta. Mucor berkembangbiak secara aseksual
dengan membentuk sporangium yang ditunjang oleh batang yang disebur
sporangiofor. Ciri khas pada Mucor adalah memiliki sporangium yang
berkolom-kolom atau kolumela. Klasifikasi Mucor : Kerajaan: Fungi
Divisi : Zygomycota Kelas: Zygomycetes Ordo : Mucorales Famili :
Mucoraceae Genus: Mucor Spesies:Mucorsp
Gambar 2. Mucor sp (Anonim, 2013).Menurut Singleton dan
Sainsbury (2006), Monilia spadalah genus fungi dari ordo
Hypomycetes, filum Askomycota. Sekarang nama genus Monilia tidak
dipakai lagi dan diganti dengan Candida.Candida sp tergolong jamur
tidak sempurna, karena tidak memiliki siklus seksual yang jelas,
walaupun analisis genom pada spesiesCandida albicansmemiliki
pengulangan yang mengindikasikan kemungkinan siklus seksual.
BentukCandida sp menyerupai khamir walau tergolong jenis jamur
benang. Antara hifa satu dengan yang lainnya tidak berikatan erat
sehingga sel gampang terlepas dan membentuk tunas.Menurut Singleton
dan Sainsbury (2006), Candida sp jarang membentuk misellium maupun
konidium, dan bila ada, biasanya bersifat rudimenter. Metode
perkembangbiakanCandida sp lebih didominasi cara pertunasan.Candida
sp dapat ditemukan hidup saprotrof di tanah, makanan, tanaman dan
beberapa jenis hidup secara parasit di tubuh hewan atau manusia,
contohnyaCandida albicansyang hidup di saluran kelamin manusia.
Klasifikasi Candida sp :Kerajaan : FungiDivisi: AscomycotaKelas:
SaccharomycetesOrdo: SaccharomycetalesFamili:
SaccharomycetaceaeGenus: CandidaSpesies: Candida albicans
Gambar 3. Candida sp (Anonim, 2013).Menurut Singleton dan
Sainsbury (2006), Aspergillus sp adalah salah satu jenis
mikroorganisme yang termasuk jamur, dan termasuk dalam
mikroorganisme eukariotik. Aspergillus sp secara mikroskopis
dicirikan sebagai hifa bersepta dan bercabang, pada bagian ujung
hifa terutama pada bagian yang tegak membesar merupakan
konidiofornya. Konidiofora pada bagian ujungnya membulat menjadi
visikel. Pada visikel terdapat batang pendek yang disebut
sterigmata. Sterigmata atau fialida berwarna atau tidak berwarna
dan tumbuh konidia yang membentuk rantai berwarna hijau, coklat,
atau hitam. Untuk membedakan spesies berdasarkan perbedaan warna
dari konidia. Aspergillus sp memilik spora berwarna putih sedangkan
Aspergillus niger memiliki spora berwarna hitam.Aspergillus sp
secara makroskopis mempunyai hifa fertil yang muncul dipermukaan
dan hifa vegetatif terdapat dibawah permukaan. Jamur tumbuh
membentuk koloni mold berserabut, smoth, cembung serta koloni yang
nampak berwarna hijau kelabu, hijau coklat, hitam, puith. Warna
koloni dipengaruhi oleh warna spora misalnya spora berwarna hijau,
maka koloni hijau. Yang semula berwarna putih tidak tampak lagi.
Klasifikasi :Kingdom : FungiFilum : AscomycotaKelas :
EurotiomycetesOrdo : EurotialesFamily : TrichocomaceaeGenus :
AspergillusSpesies :Aspergillus sp. dan Aspergillus niger
Gambar 4. Aspergillus sp (Anonim, 2013).
Gambar 5. Aspergillus niger (Anonim, 2013).Rhizopus sering
disebut kapang roti karena sering tumbuh dan menyebabkan kerusakan
pada roti. Selain itu kapang ini juga sering tumbuh pada sayuran
dan buah-buahan. Spesies Rhizopus yang sering tumbuh pada roti
adalah R. stolonifer dan R.nigricans. selain merusak makanan,
beberapa spesies Rhizopus juga digunakan dalam pembuatan beberapa
makanan fermentasi tradisional, misal R. oligosporus dan R. oryzae
yang digunakan dalam fermentasi berbagai macam tempe dan oncom
hitam (Karmini dkk., 1999). Menurut Karmini dkk (1999), Rhizopus
mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang membentuk rhizoid
untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memiliki hifa
coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium
dariRhizopus sp.yang juga disebut stolon menyebar diatas
substratnya karena aktivitas dari hifa vegetatif.Rhizopus sp
bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak sporangiofor
yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh kearah atas dan mengandung
ratusan spora. Sporagiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa
lainnya oleh sebuah dinding seperti septa. Ciri-ciri spesifik
Rhizopus adalah :a. Hifa nonseptab. Mempunyai stolon dan rhizoid
yang warnanya gelap jika sudah tuac. Sporangiofora tumbuh pada noda
dimana terbentuk juga rhizoidd. Sporangia biasanya besar dan
berwarna hitame. Kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk seperti
cangkirf. Tidak mempunyai sporangiolag. Membentuk hifa vegetative
yang melakukan penetrasi pada substrat dan hifa fertil yang
memproduksi sporangia pada ujung sporangiofora
Gambar 6. Rhizopus sp (Anonim, 2013).Pengecatan dengan
laktofenol adalah pengecatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi
jamur benang. Laktofenol merupakan larutan yang dibuat dari
campuran fenol, gliserol, dan cotton blue. Fenol berfungsi untuk
mematikan jamur, gliserol mengawetkan preparat dan mencegah
presipitasi dari cat, dan cotton blue berfungsi untuk mewarnai
jamur menjadi biru. Laktofenol ini berfungsi untuk mencegah
penguapan dan pengkerutan sel. Prinsip kerja dari pengecatan ini
yaitu pengecatan untuk mengetahui sel mikrobia terutama kapang
(Natadisastra, 2009).
III. METODEA. Alat dan BahanAlat :1. Gelas benda2. Gelas
penutup3. Jarum ose4. Lampu spiritus5. Pipet tetes6. MikroskopBahan
:1. Laktofenol2. Biakan kapangB. Cara KerjaGelas benda, gelas
penutup, dan jarum ose disterilkan. Kemudian laktofenol diteteskan
pada gelas benda (1-2 tetes). Biakan kapang diambil dengan jarum
ose (proses aseptis), lalu biakan kapang dioleskan di atas gelas
benda. Setelah itu gelas benda ditutup dengan gelas penutup.
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Tabel 1. Hasil Pengamatan
KapangNoPreparatPengecatanGambarKeterangan
1Morfologi kapang (Aspergillus sp)Laktofenol
Gambar 1. Aspergillus sp dalam pengecatan laktofenol-
-
- Perbesaran mikroskop : 45 x 10
2Morfologi kapang (Mucor)
Laktofenol
Gambar 2. Mucor dalam pengecatan laktofenol
- Perbesaran mikroskop : 45 x 10
3Kapang (Aspergillus sp)Laktofenol
Gambar 3. Aspergillus sp dalam pengecatan laktofenol
- Perbesaran mikroskop : 45 x 10
4Kapang (Aspergillus niger)Laktofenol
Gambar 4. Aspergillus niger dalam pengecatan laktofenol
- Perbesaran mikroskop : 45 x 10
5Kapang (Monilia sp)Laktofenol
Gambar 5. Aspergillus niger dalam pengecatan laktofenol
- Perbesaran mikroskop :
6Kapang (Mucor)Laktofenol
Gambar 6. Mucor dalam pengecatan laktofenol
- Perbesaran mikroskop : 45 x 10
7Kapang (Penicillium sp)Laktofenol
Gambar 7. Mucor dalam pengecatan laktofenol
- Perbesaran mikroskop : 45 x 10
B. PembahasanJamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang
membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya
multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan
organisme lainnya dalam cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan,
dan reproduksinya. Tubuh jamur tersusun dari dasar komponen yang
disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium.
Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa
adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding
berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma hifa, sitoplasma mengandul organel eukariotik (Handayani
dan Sulistyo, 2000).Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong
dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang
termasuk mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena
selain berperan penting dalam industri makanan, kapang juga banyak
menjadi penyebab kerusakan pangan. Kapang adalah fungi multiseluler
yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada makanan mudah
dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora
telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis
kapang (Ahmad, 2009).Pada pengamatan morfologi kapang pertama gelas
benda, gelas penutup, dan jarum ose disterilkan terlebih dahulu
dengan cara disemprot alkohol 70% dan dipanaskan sebentar
menggunakan lampu spiritus. Hal ini bertujuan supaya tidak terjadi
kontaminasi. Kemudian laktofenol diteteskan pada gelas benda,
dengan tujuan untuk mencegah penguapan serta pengkerutan pada sel
biakan. Laktofenol akan mewarnai sitoplasma dan menyediakan latar
belakang biru terang, yang menyebabkan dinding hifa dapat terlihat
(Natadisastra, 2009).Lalu biakan kapang diambil dengan jarum ose
(proses aseptis), saat mengambil biakan tutup tabung reaksi
dipanaskan dulu sebentar supaya tidak terjadi kontaminasi. Setelah
itu baru biakan kapang diambil dan sekali lagi tutup tabung reaksi
dipanaskan kemudian ditutup. Biakan kapang dioleskan di atas gelas
benda. Pada saat biakan kapang dioleskan ke gelas benda yang telah
ditetesi laktofenol, maka sel biakan tidak akan langsung mengkerut
karena kontak langung dengan udara luar hal ini dikarenakan fungsi
dari laktofenol tersebut. Dengan tidak mengkerutnya sel kapang,
maka morfologi kapang dapat diamati dengan seksama dan tepat
(Natadisastra, 2009).Dari percobaan yang dilakukan, ada satu kapang
yang tidak sempat untuk diamati yaitu Rhizopus sp dikarenakan
keterbatasan waktu. Oleh karena itu untuk pembahasan mengenai
Rhizopus sp tidak dapat dibandingkan dengan teori. Dari hasil
pengamatan dapat dilihat bahwa Mucor tidak bersekat, memiliki
sporangium, memiliki sporangiofor, dan memiliki sporangiospora.
Dari pengamatan untuk Monilia memiliki hifa yang tidak berikatan
erat sehingga sel gampang terlepas dan memiliki spora tersebar.
Kedua jamur benang yang diamati sudah sesuai dengan teori menurut
Singleton dan Sainsbury (2006).Dari hasil pengamatan dapat dilihat
bahwa Penicilium sp memiliki hifa bersekat, spora tersebar, dan
nonidium memiliki cabang-cabang yang disebut filiad sehingga tampak
membentuk gerumbul. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa
Aspergillus niger memiliki konidiospora, konidiofor, hifa bersekat,
spora berwarna hitam sedangkan Aspergillus sp memiliki
konidiospora, konidiofor, hifa bersekat, spora berwarna putih.
Kedua jamur benang yang diamati sudah sesuai dengan teori menurut
Singleton dan Sainsbury (2006).
V. KESIMPULANDari percobaan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut :1. Mucor tidak
bersekat, memiliki sporangium, memiliki sporangiofor, dan memiliki
sporangiospora. 2. Monilia memiliki hifa yang tidak berikatan erat
sehingga sel gampang terlepas dan memiliki spora tersebar. 3.
Penicilium sp memiliki hifa bersekat, spora tersebar, dan nonidium
memiliki cabang-cabang yang disebut filiad sehingga tampak
membentuk gerumbul.4. Aspergillus niger memiliki konidiospora,
konidiofor, hifa bersekat, spora berwarna hitam sedangkan
Aspergillus sp memiliki konidiospora, konidiofor, hifa bersekat,
spora berwarna putih. 5. Rhizopus memiliki hifa yang membentuk
rhizoid untuk menempel ke substrat, memiliki hifa coenositik
sehingga tidak bersepta atau bersekat.
DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2013. Mircobes. www.eapcri.eu. 16 Maret
2014. Ahmad, Z. R. 2009. Cemaran Kapang Pada Pakan dan
Pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian. 28(1):15-20.Fardiaz, S.
1989. Mikrobiologi Pangan. IPB PAU Pangan dan Gizi.
Bogor.Handayani, S. dan Sulistyo, J. 2000. Analisis Keragaman
Kapang Pencemar Pakan Unggas Komersial. Jurnal Mikrobiologi
Indonesia. 5:36-38.Howard, H. D. 1983. Pathogenic Fungi in Humans
and Animals Second Edition. Marcel Dekker, Inc. USA.Karmini, M.,
Sutopo, D. dan Hermana. 1999. Aktivitas Enzim Hidrolitik Kapang
Rhizopus sp Pada Proses Fermentasi Tempe. Jurnal Penelitian.
8(13):94-99.Natadisastra, D. 2009. Parasitologi Kedokteran. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.Purves dan Sadava. 2003.Life The Science of
Biology SeventhEdition. Sinauer Associates Inc. New York.Sewall, C.
T., Mims, W. C. dan Timberlake, E. W. 1990. Aba Controls Phialide
Differentiation in Aspergillus nidulans. Jurnal of plant
physiologists. 2:721-739.Singleton dan Sainsbury. 2006.Dictionary
of Microbiology and Molecular Biology Third Edition.John Wiley and
Sons. England.