ACARA IV PENGARUH ETILEN DAN KMnO 4 PADA PEMATANGAN BUAH – BUAHAN A. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum acara IV Pengaruh Etilen dan KMnO 4 pada Pematangan Buah yaitu mahasiswa memahami pengaruh zat pendorong (etilen) dan KMnO 4 terhadap proses pemasakan buah. B. Tinjauan Pustaka Ethylene ( C 2 H 4 ) diproduksi secara alami oleh sebagian besar jaringan tanaman terutama pematangan buah. Ethylene adalah hormon tanaman yang mengendalikan banyak proses biologis. Di antara hormon tanaman, etilena tidak biasa karena merupakan gas. Jika salah satu tanaman atau organ tanaman yang mulai menghasilkan etilen, jaringan tanaman terdekat juga terpengaruh. Untuk tanaman, banyak proses yang melibatkan kematian jaringan seperti penurunan daun pohon gugur, penurunan kelopak bunga dalam, pematangan buah, secara aktif dikendalikan sebagai bagian dari siklus kehidupan alam. Ethylene dapat mempercepat kerusakan dalam buah-buahan dan sayur- sayuran terutama sayuran hijau. Karena mengontrol begitu banyak proses yang terkait dengan kualitas buah dan sayuran, etilen merupakan bahan kimia sangat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ACARA IV
PENGARUH ETILEN DAN KMnO4 PADA PEMATANGAN BUAH –
BUAHAN
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara IV Pengaruh Etilen dan KMnO4 pada
Pematangan Buah yaitu mahasiswa memahami pengaruh zat pendorong (etilen)
dan KMnO4 terhadap proses pemasakan buah.
B. Tinjauan Pustaka
Ethylene ( C2H4 ) diproduksi secara alami oleh sebagian besar jaringan
tanaman terutama pematangan buah. Ethylene adalah hormon tanaman yang
mengendalikan banyak proses biologis. Di antara hormon tanaman, etilena
tidak biasa karena merupakan gas. Jika salah satu tanaman atau organ tanaman
yang mulai menghasilkan etilen, jaringan tanaman terdekat juga terpengaruh.
Untuk tanaman, banyak proses yang melibatkan kematian jaringan seperti
penurunan daun pohon gugur, penurunan kelopak bunga dalam, pematangan
buah, secara aktif dikendalikan sebagai bagian dari siklus kehidupan alam.
Ethylene dapat mempercepat kerusakan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran
terutama sayuran hijau. Karena mengontrol begitu banyak proses yang terkait
dengan kualitas buah dan sayuran, etilen merupakan bahan kimia sangat
penting untuk industri penanganan produk segar . Di satu sisi digunakan untuk
memicu pematangan buah. Di sisi lain , sebagai ethylene akan merangsang
kerusakan dan penuaan (proses aktif kematian sel yang dapat menyebabkan
penurunan jaringan), penting mengontrol konsentrasi untuk mempertahankan
kualitas (Ress et all, 2011).
Banyak buah dan sayuran tropika memperlihatkan kenaikkan respirasi
yang cenderung capat selama pematangan. Buah-buah lainnya yang tidak
memmpunyai pola respirasi demikian dinamakan buah tak klimaterik.
Meskipun demikian, banyak diantara buah-buah yang dinamakan tak
klimaterik memeperlihatkan juga peningkatan respirasi yang disertai dengan
kenaikkan pengeluaran gas C2H4 pada suatu titik dalam garis
perkembangannya. Rhodes (1970) mengemukakan bahwa arah pergesarn
respirasi yang khas untuk buah-buahan tak klimakterik mungkin akan
ditunjuukan pada umur fisiologi atau dalam keadaan penyimpanan yang sesuai.
Sejalan dengan itu Aharaoni (1968) serta Murata dan Miyashita (1971)
menunjukkan, bahwa buah-buah jeruk yang muda dan kecil memperlihatkan
repirasi dan produksi C2H4 yang meningkat sesudah dipetik. Hal ini tidak
diamati pada buah-buah jeruk yang masak. Aharoni (1968) menganggap bahwa
buah masak yang diperdagangkan, terdapat dalam pasca klimatrik. Meskipun
demikian, tiadanya kenaikkan klimaterik, sifatnya yang dapat berbalik
(reversible), dan tanggapanya terhdadap etilena, menimbulkan keraguan
mengenai peran dan hubungan adanya gejala mirip klimaterik pada buah-buah
tak klimaterik (Pantastico,1986).
Sebagai buah yang matang di pohon konsentrasi zat padat sari buah
mereka kebanyakan berubah jadi gula. Konsentrasi dari padatan terlarut dalam
sari buah dapat diukur dengan hidrometer atau dengan refractometerukuran
yang pertama kali adalah kemapuan larutan membiaskan sorotan sinar yang
proposionla untuk menghitun gkonsentrasi larutan. Kadar asam dalam buah
berubah dengan kemasakan dan mempengaruhi flavor. Konsentrasi asam dapat
di ukur dengan titrasi kimia yang sederhana dari sari buah. Tetapi beberapa
buah keasaman dan flavor benar-benar dipengaruhi oleh rasio dari gula dan
asam. Presentasi dari padatan larutan yang sebagian bear gula biasanya
dinyatakan dalam derajat Brix yang berhubungan dengan berat jenis dari
larutan yang ekuivalen dengan konsentrasi sukrosa murni. Meskipun begitu
dalam mendsekripsikan rasa atau keasaman beberapa buah dan sari buah
istilihnya rasio gula per asam atau rasio Brix per asam biasanya digunkan.
Semakin tinggi derajat brik semakin besar konsentrasi gulanya dalam sari
buah, semakin tinggi rasio Brix per asam semakin manis dan bekurang rasa
asamnya pada sari buah (Norman, 1968).
Selain proses menjadi masak dan menjadi tuanya hasil tanaman ini
banyak dihubungkan dengan terjadinya perubahan pada zat-zat tertentu dan
fisik hasil tanaman, banyak pula yang menghubungkan dengan etilena. Etilena
adalah senyawa mudah menguap yang dihasilkan selamam proses masaknya
hasil tanaman (terutama buah-buah dan sayuran). Produksietilenaerat
hubungannya dengan aktivitas respirasi, sedang yang dimaksud dengan
aktivitas respirasi yaitu banyaknya penggunaan oksigen pada prosesnya, karena
itu apabila produksi etilena banyak maka biasanya aktivitas respirasi itu
meningkat dengan ditandai oleh meningkatnya penyerapan oksigen oleh
tanaman. Namun demikian pemacu aktivitas respirasi oleh etilena dapat
dikatakan mempunyai sifat berbeda pada hasil tanaman yang klimaterik dan
non klimaterik, pada hasil tanaman yang klimatrik pengaruh itu tidaklah begitu
nyata karena di sini hanyalahuntuk mengawalkan fase klimateriknya. Berbeda
dengan hasil tanaman non klimaterik, disini ternyata produk etilena ternyata
sangat mempengaruhi aktivitas respirasi, makin tinggi prouksi etilena maka
aktivitas respirasinya semakin meningkat, yaitu ditandai dengan makin
banyaknya oksigen yang diserap (Kartasapoetra ,1989).
Berdasarkan karakter fisiologisnya mencakup pola respirasi (produksi
CO2) dan produksi etilen, buah dapat dibedakan menjadi buah klimakterik dan
buah non klimakterik. Produksi CO2 dan produksi etilen darimbuah klimakterik
mengalami lonjakan produksi pada saat buah matang, sementara untuk buah
non klimakterik tidak terjadi lonjakan produksi baik CO2 maupun etilen.
Perbedaan antara buah klimakterik dan buah non klimakterik adalah
menyangkut perolehan buah matang yaitu kematangan buah klimakterik dapat
diperoleh melalui pemeraman, sedangkan buah non klimakterik matang hanya
dapat diperoleh di pohon atau tidak dapat diperam. Contoh buah klimakterik
yaitu alpukat, cempedak, durian, kemang, kesemek, mangga, nangka, pepaya,
pisang, sawo, sirsak, srikaya, sukun. Sedangkan buah non klimakterik anggur,
Pada hari ke 0 buah jeruk mentah yang diberi perlakuan kontrol,
memiliki karakteristik yaitu buah berwarna hijau dengan aroma tidak kuat,
tekstur keras, memiliki padatan terlarut 11 Brix dan memiliki pH 3,42.
Pada hari ke 3 terjadi perubahan warna kulit menjadi hijau kekuningan,
aroma tidak kuat, tekstur agak lunak, padatan terlarut 10,5 Brix serta pH
3,92 dan hari ke 5 warna kulit hijau kekuningan, aroma kuat, tekstur keras
padatan terlarut 13 Brix serta pH 3,15. Pada pisang yang disimpan dengan
buah matang hari ke 3 mengalami perubahan warna menjadi hijau
kekuningan, aroma kuat, tekstur agak lunak, padatan terlarut 8 Brix serta
pH 4,64 dan hari ke 5 warna hijau kekuningan, aroma sangat kuat, padatan
terlarut 9 Brix serta pH 3,92. Pada pisang yang ditambah dengan karbit
hari ke 3 mengalami perubahan warna menjadi hijau kekuningan, aroma
sangat kuat, tekstur agak lunak, padatan terlarut 9 Brix serta pH 4,83 dan
hari ke 5 warna kulit kuning kehijauan, aroma kuat, tekstur agak lunak,
padatan terlarut 10 Brix serta pH 3,90.
Pada hari ke 0 buah mangga matang yang diberi perlakuan kontrol,
memiliki karakteristik yaitu buah berwarna hijau dengan aroma tidak kuat,
tekstur lembut, memiliki padatan terlarut 11,5 ºBrix dan memiliki pH 3,80.
Pada hari ke 3 terjadi perubahan warna kulit menjadi hijau tua, aroma kuat,
tekstur lebih lembut, padatan terlarut 12 ºBrix serta pH 3,9 dan hari ke 5
terjadi perubahan warna kulit menjadi hijau segar, aroma kuat, tekstur
sangat lembut padatan terlarut 12 ºBrix serta pH 3,7. Pada mangga matang
yang disimpan dengan buah matang hari ke 3 warna kulit hijau, aroma
kuat, tekstur sangat lembut, padatan terlarut 10 ºBrix serta pH 4,29 dan
hari ke 5 warna menjadi hijau segar, aroma sangat kuat, tekstur sangat
lembut, padatan terlarut 12,5 ºBrix serta pH 3,4. Pada mangga matang
yang ditambah dengan karbit hari ke 3 warna menjadi hijau kekuningan,
aroma kuat, tekstur sangat lembut, padatan terlarut 10 ºBrix serta pH 4,21
dan hari ke 5 warna kulit hijau, aroma kuat, tekstur sangat lembut, padatan
terlarut 11,5 ºBrix serta pH 3,96
Pada hari ke 0 buah mangga mentah yang diberi perlakuan kontrol,
memiliki karakteristik yaitu buah berwarna hijau dengan aroma tidak kuat,
tekstur keras, memiliki padatan terlarut 9 ºBrix dan memiliki pH 3,73.
Pada hari ke 3 terjadi perubahan warna kulit menjadi hijau kekuningan,
aroma kuat, tekstur agak lunak, padatan terlarut 11 ºBrix serta pH 3,20 dan
hari ke 5 terjadi perubahan warna kulit menjadi hijau tua, aroma sangat
kuat, tekstur lunak padatan terlarut 12 ºBrix serta pH 3,06. Pada mangga
mentah yang disimpan dengan buah matang hari ke 3 warna kulit hijau
kekuningan, aroma kuat, tekstur agak lunak, padatan terlarut 11 ºBrix serta
pH 3,11 dan hari ke 5 warna menjadi hijau, aroma kuat, tekstur lunak,
padatan terlarut 11 ºBrix serta pH 2,69. Pada mangga matang yang
ditambah dengan karbit hari ke 3 warna menjadi hijau kekuningan, aroma
kuat, tekstur lunak, padatan terlarut 16 ºBrix serta pH 4,45 dan hari ke 5
warna kulit hijau, aroma sangat kuat, tekstur lunak, padatan terlarut 7 ºBrix
serta pH 2,67.
Dari hasil praktikum dapat diketahui bawa buah klimakterik
(pisang dan mangga) semakin lama umur penyimpanan akan semakin
tinggi pula tingkat kematangannya. Namun dengan penambahan buah
matang dan karbit dalam penyimpanan juga mempengaruhi cepat
lambatnya proses pematangan. Pada buah pisang matang yang disimpan
pada suhu ruang, lama penyimpanan saja yang mempengaruhi proses
pematangan buah, sedangkan pada penyimpanan yang ditambahkan buah
matang dan karbit akan lebih cepat proses pematangannya. Pada buah
pisang mentah yang disimpan dengan penambahan buah matang dan karbit
juga mempercepat proses pematangan, warna buah juga lebih cepat
berubah dibandingkan dengan yang disimpan pada suhu ruang.
Pada buah mangga matang dan mentah yang disimpan pada suhu
ruang mengalami proses pematangan yang lebih lambat dibandingkan
dengan yang disimpan dengan menambahkan buah matang dan karbit.
Tekstur buah juga akan lebih cepat berubah, dalam praktikum ini buah
mangga lebih cepat empuk dibandingkan dengan yang disimpan pada suhu
ruang. Pada buah jeruk yang termasuk buah non klimakterik yaitu lama
penyimpanan tidak begitu berpengaruh pada kecepatan pematangan buah.
Sedangkan buah jeruk yang sudah matang justru akan busuk jika dilakukan
penyimpana terlalu lama.
Menurut (Antarlina, 2009) Dengan meningkatnya umur petik buah,
kandungan padatan terlarut bertambah dan kadar asam tertitrasi menurun.
Kadar pati juga bertambah selama perkembangan buah. Dapat diketahui
bahwa hasil praktikum pada semua perlakuan sebagian besar padatan
terlarutnya bertambah seiring lama penyimpanan buah, sedangkan kadar
asam dari semua perlakuan mengalami perbedaan, ada yang naik dan ada
yang turun kadar asamnya. Dapat diketahui bahwa hasil praktikum belum
sesuai dengan teori. Menyimpangnya hasil praktikum dengan teori yaitu
dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah yang berbeda-beda karena tidak
langsung petik dari pohonnya, sehingga sehingga hasil yang didapatkan
ada penyimpangan.
Karbid atau Kalsium karbida adalah senyawa dengan rumus kimia
CaC2. Karbit apabila terkena air atau uap yang mengandung air akan
menghasilkan gas asetilene yang dapa mempercepat proses pematangan
buah dengan syarat gas asetilene harus dimasukkan ke dalam ruang/ wadah
tertutup. Buah – buahan dan sayuran merupakan bahan hasil pertanian
yang masih tetap hidup walaupun sudah dipanen/ dipetik. Pada buah dan
sayur setelah dipanen masih terdapat aktivitas metabolisme antara lain
respirasi, tranpirasi, proses pematangan buah dll. Berdasarkan karakter
fisiologisnya mencakup pola respirasi (produksi CO2) dan produksi etilen,
buah dapat dibedakan menjadi buah klimakterik dan buah non klimakterik.
Perbedaan antara buah klimakterik dan buah non klimakterik adalah
menyangkut perolehan buah matang yaitu kematangan buah klimakterik
dapat diperoleh melalui pemeraman, sedangkan buah non klimakterik
matang hanya dapat diperoleh di pohon atau tidak dapat diperam.
Walaupun demikian, untuk menjaga kualitasnya maka buah harus dipetik
pada tingkat kematangan yang cukup. Buah non klimakterik tidak dapat
masak setelah dipetik dan kualitasnya tetap seperti pada saat dipetik
meskipun disimpan beberapa lama. Secara umum kelompok buah
klimakterik memiliki rasa manis (total padatan terlarut >14 Brix). Buah
yang muda atau belum matang umumnya memiliki kadar air yang lebih
tinggi daripada buah masak, namun kadar gula buah muda (mentah) lebih
rendah daripada buah masak. Kandungan vitamin C dan total asam buah
muda lebih tinggi. Oleh karena itu, rasa buah juga dipengaruhi oleh tingkat
kemasakan. Dengan meningkatnya umur petik buah, kandungan padatan
terlarut bertambah dan kadar asam tertitrasi menurun. Kadar pati juga
bertambah selama perkembangan buah. (Antarlina, 2009).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemasakan dan
pematangan buah atau sayur hasil pertanian antara lain respirasi dan
produksi etilen. Pada buah yang tergolong klimakterik akan menunjukkan
peningkatan CO2 sehingga akan terjadi proses pemasakan atau
pematangan. Buah klimakterik akan menghasilkan produksi etilen yang
lebih banyak dibandingkan dengan produksi buah nonklimakterik. Buah
non klimakterik akan menurunkan produksi CO2. Respirasi merupakan
sebuah proses biologis menyerap oksigen yang akan digunakan pada
proses pembakaran (oksidasi) dan kemudian akan menghasilkan energi
diikuti oleh pengeluaran sisa-sisa pembakaran yaitu berupa gas CO2 dan
air. Laju respirasi yang tinggi akan menurunkan umur simpan. Laju
respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur dan jenis
komoditas, penaikan atau penurunan suhu sebesar 100 C, konsentrasi O2
yang rendah dan CO2 yang tinggi dan produksi etilen. Proses respirasi dapat
menyebabkan kebusukan. Suhu yang rendah dapat menurunkan laju respirasi dan akan
mempertahankan umur simpan serta mempertahankan mutu. Konsentrasi
O2 yang rendah dan CO2 yang tinggi dapat menyebabkan respirasi yang rendah
sehingga akan menunda proses pematangan buah. Proses etilen (C2H4)
akan mempercepat buah klimakterik dengan menstimulasi respirasi.
Perubahan-perubahan kimia yang terjadi akibat respirasi akan
menghasilkan CO2, H2O, dan etilen yang jika diakumulasikan akan
menyebabkann reaksi pembusukan. Pengaruh O2 dan CO2 dalam penyimpanan
memiliki hubungan yang akan mempengaruhi laju pematangan, pembusukan
dan produksi etilen.
Selain itu proses pematangan buah juga dipengaruhi oleh aktivitas
komoditi saat pertumbuhan dan perkembangan. Faktor yang menpengaruhi
proses pematangan buah antara lain :
1. Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi proses
pematangan buah dari dalam dan tidak dapat diubah atau dihambat.
Faktor internal tersebut antara lain :
a. Faktor gen
Gen merupakan sesuatu yang sangat berperan dalam
penurunan sifat. Informasi genetik pada gen menegndalikan
ternbentuknya sifat penampakan fisik (fenotip) melalui
interaksinya dengan lingkungan.
b. Faktor Hormon
Hormon merupakan senyawa organik dalam jumlah sedikit
dapat mendukung, menghambat dan mengubah proses fisiologis
tumbuhan. Pada konsentrasi tertentu hormon dapat memacu
pertumbuhan, tetapi pada konsentrasi yang tinggi dapat menekan
pertumbuhan.
2. Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi proses
pematangan yang berasal dari luar komoditi dan pengaruhnya dapat
dihambat atau dikurangi.
a. Air
Air berfungsi untuk fotosintesis, mengaktifkan reaksi
enzimatik, menjaga kelembaban dan membantu perkecambahan
biji. Air merupakan tempat berlangsungnya reaksi – reaksi kimia
tertentu, tanpa air reaksi kimia dalam sel tidak dapat berlangsung
sehingga menyebabkan kematian.
b. Cahaya
Cahaya sangat dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses
respirasi. Namun terkadang keberadaan cahaya dapat menghambat
pertumbuhan, sebab cahaya dapat merusak hormon auksin yang
terdapat pada ujung tanaman.
c. Kelembaban
Kelembabap adalah banyaknya kandungan uap air dalam
udara atau tanah. Tanah yang lembab berpengaruh baik terhadap
pertumbuhan tumbuhan. Kondisi yang lembab banyak air yang
dapat diserap oleh tumbuhan danlebih sedikit penguapan. Kondisi
ini sangat berpengaruh pada pemanjangan sel dan untuk
mempertahankan stabilitas bentuk sel.
d. Makanan
Makanan adalah sumber energi dan sumber materi untuk
mensintesis berbagai komponen sel. Tidak hanya karbondioksida
an air saja yang dibutuhkan tumbuhan untuk bisa tumbuh tetapi
juga beberapa unsur mineral. Mineral terdapat dalam makroelemen
dan mikroelemen.
e. Suhu
Tumbuahn membutuhkan suhu tertentu untuk tumbuh. Suhu
dimana tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan
maksimal disebut dengan suhu optimum. Suhu paling rendah yng
masih memungkinkan suatu tumbuhan untuk tumbuh disebut suhu
minimun sedangkan suhu tertinggi yang masih memungkinkan
tmbuhan untuk tumbuh disebut suhu maximum.
Pada dasarnya secara alami buah-buahan akan mengalami proses
kematangan dengan sendirinya. Tetapi waktu yang dibutuhkan agar buah-
buahan matang sempurna cukup lama dan matangnya pun tidak serentak
atau bersamaan. Oleh karena biasanya dalam proses pematangan buah
misal pisang, digunakan karbit sebagai alat bantu agar proses pematangan
buah lebih cepat dan tingkat kematangannya pun dapat serentak. Karbit
atau etilen merupakan satu diantara banyak senyawa mudah menguap
(votatile) yang dikeluarkan oleh buah-buahan dan sayuran, dan diketahui
sebagai komponen aktif bagi stimulasi pemasakan. Senyawa etilen (C2H4)
dapat mempercepat pemasakan dengan perombakan pigmen khlorofil,
etilen mempunyai efek juga terhadap jalannya respirasi, terutama bagi
buah-buahan klimakterik termasuk pisang.
Penambahan karbit dan buah matang sama – sama dapat
mempercepat proses pematangan pada buah klimakterik. Namun
pematangan buah terjadi lebih cepat pada buah yang ditambah dengan
karbit sebab konsentrasi gas etylene yang dihasilkan lebih banyak.
Sedangkan penambahan karbit dan buah matang pada buah non kimakterik
hanya mempercepat respirasi dan pembusukan atau kerusakan pada buah.
Untuk menghambat proses pematangan dapat dilakukan dengan
penambahan KMnO4 sebab KMnO4 berfungsi menyerap gas ethylene yang
dihasilkan oleh buah. Namun dalam penggunaannya untuk menghambat
proses pematangan buah dilarang sebab KMnO4 merupakan bahan
berbahaya dan buah dapat terkontaminasi oleh KMnO4.
E. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan pengaruh Ethylene dan KMnO4 pada
proses pematangan buah diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Buah klimakterik adalah buah yang mengalami kenaikkan respirasi
pada proses pematangan buah dan buah dipanen pada saat buah masih
tua. Contoh buah klimakterik dalam praktikum ini adalah pisang dan
mangga.
2. Buah non klimakterik adalah buah yang tidak mengalami kenaikkan
respirasi pada saat proses pematangan sehingga buah dipanen pada saat
matang. Sebab buah knon klimakterik tidak mengalami proses
pematangan setelah buah dipetik. Contoh buah non klimakterik dalam
praktikum ini adalah buah jeruk.
3. Gas karbit/ ethylene adalah gas/ senyawa yang diproduksi oleh buah
matang yang berperan dalam proses pematangan buah. Ethylene akan
meningkatkan aktivitas enzim untuk merombak kandungan pada buah
seperti pigmen warna kulit, senyawa asam dll.
4. Pemberian karbit pada buah klimakterik (pisang dan mangga) akan
mempercepat proses pematangan buah yang ditandai dengan
perubahan warna buah dan penurunan tingkat keasaman
5. Pemberian karbit pada buah non klimakterik (jeruk) cenderung
mempercepat proses pembusukan pada buah sebab buah non
klimakterik tidak mengalami proses pematangan setelah buah dipanen.
DAFTAR PUSTAKA
Antarlina. 2009. Identifikasi Sifat Fisik dan Kimia Buah – Buahan Lokal Kalimantan. Jurnal Buletin Plasma Nutfah. Vol 15 (2):1-11
Broto, Wisnu. 2005. Teknologi Penangan Pascapanen Buah Untuk Pasar. Jurnal Pascapanen. Vol 01 (1):1-19
Kartasapoetra. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Bina Aksara. Jakarta
Pantastico. 1989. Fisiologi Pasca Panan, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Sub Tropika. Gadjah Mada University Press. Yokyakarta
Rees et all. 2011. Testing Ethylene Control Technologies in Domestic Fridges. Journal Natural Resource. Vol 1 (01) : 1-64
Saltveit, Mikal. 1999. Effect of Ethylene on Quality of Fresh Fruit and Vegetables. Journal Biology and Technology. Vol 15: 279 - 292
Samad, Yusuf. 2006. Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu Komoditas Hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol 08 (1): 31-36
Singal, Suman. 2012. Application of Apple as Ripening Agent for Banana. Indian Journal of Natural Products and Resources. Vol 3 (1): 61-64
Wild, Hans. 2003. Carbon Dioxide Action On Ethylene Biosynthesis of Preclimacteric And Climacteric Pear Fruit. Journal Experimental Botani. Vol 54: 387
LAMPIRAN
Gambar 1.1 Perlakuan kontrol hari ke 0 Gambar 1.2 Perlakuan + buah matang
hari ke 0
Gambar 1.3 Perlakuan karbid hari ke 0 Gambar 1.4 Perlakuan kontrol hari ke 5
Gambar 1.5 Perlakuan + buah matang Gambar 1.6 Pengukuran pH dengan pH