LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT PASCA PANEN ACARA 1 PENGENALAN JAMUR PATOGEN (JAMUR, BAKTERI, VIRUS, NEMATODA) YANG DIJUMPAI PADA BAHAN PASCAPANEN Disusun oleh : Nama : Valentina E F A NIM : 11525 / PN Asisten : LABORATORIUM KLINIK TUMBUHAN JURUSAN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT PASCA PANEN
ACARA 1
PENGENALAN JAMUR PATOGEN (JAMUR, BAKTERI, VIRUS,
NEMATODA) YANG DIJUMPAI PADA BAHAN PASCAPANEN
Disusun oleh :
Nama : Valentina E F A
NIM : 11525 / PN
Asisten :
LABORATORIUM KLINIK TUMBUHAN
JURUSAN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
ACARA 1
PENGENALAN JAMUR PATOGEN (JAMUR, BAKTERI, VIRUS, NEMATODA) YANG
DIJUMPAI PADA BAHAN PASCAPANEN
I. TUJUAN
Mengenal patogen-patogen yang banyak dijumpai pada bahan pasca panen.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu penyebab kerusakan bahan pangan, khususnya biji-bijian adalah kontaminasi
jamur selama penyimpanan. Mikotoksin yang umum mencemari biji-bijian adalah aflatoksin dan
fumonisin. Selain itu, okratoksin dan patulin merupakan mikotoksin yang juga dapat mencemari
biji-bijian. Sebanyak 72,2% biji jagung di Thailand terkontaminasi baik oleh fumonisin maupun
aflatoksin (Yoshizawa dkk., 1996).
Jamur yang sering menyerang biji kacang-kacangan pasca panen diantaranya adalah
Aspergillus spp. Spesies dari genus Aspergillus diketahui terdapat di mana-mana dan hampir
dapat tumbuh pada semua substrat. Jamur ini akan tumbuh pada buah busuk, sayuran, biji-bijian,
roti, dan bahan pangan lainnya. Koloni Aspergillus terlihat dengan warna hijau, kuning, krem,
hitam atau coklat (Novaldianto (2007) cit Akin dan Wagianto, (2007)).
Kebanyakan patogen yang menyerang hasil pertanian dalam sismpanan mengadakan
infeksinya di lapangan pada fase prapanen. Semua biji-bijian, buah, umbi, dan sebagainya,
membawa banyak spora pada waktu dipanen. Beberapa macam di antara jasad renik ini dapat
menyebabkan terjadinya penyakit simpanan dalam keadaan uang cocok. Pemanenan dan
penanganan buah pasti menyebabkan terjadinya luka, tetapi harus diusahakan agar luka yang
terjadi sesedikit mungkin. Gangguan-gangguan fisiologi dapat melemahkan pertahanan luar
bahan-bahan yang disimpan sehingga dapat ditembus oleh jasad renik. Demikian pula infeksi
patogen tertentu dapat membuka jalan bagi infeksi patogen lain (Semangun, 1996).
Patogen yang beserta dengan biji-biji dapat sangat mengurangi nilai gizi biji dan juga
mengurangi gaya tumbuhnya. Selama disimpan sebagai gabah, kandungan karbohidrat dan
protein beras menurun. Perlu diketahui juga bahwa biji yang berjamur (berkapang) dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia dan ternak. Gandum barli yang berkudis dan
jagung yang berjamur diberitakan dapat menyebabkan ganngguan pada ternak dan unggas (Lim
and Khoo, 1985).
Jamur termasuk division Thallophyta, sub divisio Fungi. Jamur adalah golongan
organisme yang tubuh vegetatifnya (struktur somatisnya) berupa thalus, tidak mempunyai
klorofil, tidak mempunyai berkas pengangkutan. Struktur somatisnya biasanya berbentuk benang
halus yang bercabang-cabang, mempunyai dinding yang tersusun dari khitin, selulosa atau
kedua-duanya, dan mempunyai inti sejati (eukaryotic) yang biasanya dapat dilihat dengan
mikroskop cahaya dengan mudah. Jamur umumnya tidak dapat bergerak, tetapi beberapa dari
anggota Phycomycetes yang rendah mempunyai sel yang dapat bergerak dengan pertolongan
bulu cambuk (flagellum) dan tidak berdinding. Benang hifa yang merupakan tubuh vegetatif
jamur dapat memanjang dengan pertumbuhan ujung (Triharso, 2004).
Sebagian besar jamur memiliki tubuh vegetatif yang terdiri atas filamen memanjang,
saling bersambungan, bercabang, bersifat mikroskopis, dan berdinding sel yang jelas. Tubuh ini
disebut miselium dan cabang tunggal atau filamen disebut hifa. Pada beberapa jenis jamur,
miselium terdiri atas banyak sel yang mengandung satu atau dua inti persel (seluler). Miselium
lain bersifat senositik yaitu mengandung banyak inti. Keseluruhan miselium ini berupa satu sel
multi inti yang bersambungan, turbular seperti pipa. Miselium ada yang bercabang dan ada yang
tidak bercabang; dibagi oleh beberapa dinding melintang (septa), setiap segmen akan menjadi
hifa multi inti (Agrios, 1988).
Jika miselium dalam bentuk parasit atau saprofit mulai berkembang dari satu titik,
perkembangan selanjutnya akan terjadi secara radial menuju kesegala arah, kecuali untuk
beberapa substrat. Hal ini terlihat dari bercak-bercak daun karena cendawan berbentuk bulat
sesuai dengan sifat berkembangnya secara radial menuju ke segala arah. Demikian juga buah-
buahan busuk memiliki bercak-bercak yang bulat. Namun, luka pada kulit kayu umumnya sedikit
memanjang atau agak elips. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan membujur dari cendawan
lebih cepat dari pada pertumbuhan melintang (Pracaya, 2008).
Jamur bereproduksi secara seksual atau aseksual, terutama dengan membentuk spora.
Spora merupakan struktur khusus untuk perbanyakan atau bereproduksi yang dibentuk secara
aseksual melalui bagian miselium yang dimodifikasi atau secara seksual melalui fusi sel jantan
dan sel betina. Spora dapat berfungsi untuk multiplikasi, diseminasi, dan alat pertahanan pada
kondisi ekstrim. Tubuh jamur dapat berbentuk spora, miselium, plasmodium, dan badan buah
yang tiap bagiannya berpotensi untuk tumbuh membentuk jamur lengkap (Sinaga, 2003).
Menurut Jutono etal (1973), Pengamatan morfologi jamur benang sangat penting untuk
identifikasi dan determinasi. Dalam pengamatan morfologi secara mikroskopik beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah :
1. Hifa : bersepta atau tidak, transparan atau berwarna.
2. Spora seksual : meliputi oospora, askospora, basidiospora, atau bentuk lain.
3. Spora aseksual : meliputi sporangiospora, konidiospora, artrospora (oidia), atau bentuk yang
lain; warna, ukuran, dsb.
4. Badan buah : bila sporangium ditentukan bentuk, warna, ukuran, letak. Bila penghasil
2. Setiap jamur memiliki morfologi dan karakteristik yang berbeda-beda.
3. Jamur patogen organ vegetatifnya berupa miselium sedangkan organ generatifnya berupa
spora seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Akin, H.M. dan Wagianto. 2007. Kumpulan Abstrak Jurusan Proteksi Tanaman. <http://www.unila.ac.id/~fp/index.htm >. Diakses pada tanggal 27 Maret 2011.
Agrios, G.N. 1988. Plant Pathology. 3d Ed. Acad. Press., San Diego.
CAB International. 2005. Crop Protection Compendium. 2005 Edition. Wallingford, UK: Centre for Agriculture and Bioscience International. www.cabicompendium.org/cpc. CD-ROM.
Erwin, D. C. and Ribeiro, O. K. 1996. Phytophthora Diseases Worldwide. APS Press, MN, USA.
Samuels, G.J., Chaverri, P., Farr, D.F., & McCray, E.B. 2011. Trichoderma : Overview of The Genus.<http://nt.ars-grin.gov/taxadescriptions/keys/frameGenusOverview.cfm?gen=Trichoderma>. Diakses tanggal 27 Maret 2011.
Jutono, J. Soedarsono, S. Hartadi, S. Kabirun, Suhadi, dan Soesanto. 1973. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lim T.K. and K.C. Khoo. 1985. Diseases and Disorders of Mango in Malaysia. Tropical Press, Kuala Lumpur.
Pracaya. 2003. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sinaga, M.S.2003. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Semangun, H. 2004. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Smith, M.A., L.P. McColloch, and B.A. Friedman. 1966. Market Diseases of Asaparagus, Onion, Beans, Peas, Carrots, Celery, and Related Vegetables. US Dept. Agric. Handbook, USA.
Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Yoshizawa, T., A. Yamashita, and N. Chokethaworn. 1996. Occurrence of Fumonisins and Aflatoxins in corn, Thailand.