1 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA I KADAR LENGAS TANAH Disusun Oleh: 1. Juli Permata (13221) 2. Nuzila Fitri Filaila (13285) 3. Ahmad Sofyan (13397) 4. Mustika Ajrng K.P.P (13474) 5. Dimas Anggoro Bayu S (13510) 6. Ayu Nurwinda Sari (13514) Golongan/Kelompok : B2/4 Asisten Koreksi : Risa Shofia LABORATORIUM TANAH UMUM JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA I
KADAR LENGAS TANAH
Disusun Oleh:
1. Juli Permata (13221)
2. Nuzila Fitri Filaila (13285)
3. Ahmad Sofyan (13397)
4. Mustika Ajrng K.P.P (13474)
5. Dimas Anggoro Bayu S (13510)
6. Ayu Nurwinda Sari (13514)
Golongan/Kelompok : B2/4
Asisten Koreksi : Risa Shofia
LABORATORIUM TANAH UMUM
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2
YOGYAKARTA
2014
ACARA I
Kadar Lengas Tanah
ABSTRAKSI
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah Acara I yang berjudul “Kadar Lengas Tanah (Kadar Lengas Kering Angin (Udara))” telah dilaksanakan pada hari Selasa, 29 April 2014 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar lengas tanah, kadar lengas masing-masing tanah berdasarka ukuran maupun jenis tanah, dan manfaat kadar lengas tanah. Pengertian kadar lengas tanah adalah kadar air yang tersimpan dalam tanah. Dalam praktikum ini digunakan lima jenis tanah yaitu entisol, alfisol, ulfisol, vertisol, dan mollisol dengan Ø 0.5 mm, Ø 2 mm, dan bongkah. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah enam buah botol timbang, timbangan, oven, dan desikator. Metode yang digunakan untuk mengukur kadar lengas ini adalah gravimetri, yaitu menghitung selisih berat tanah sebelum dan sesudah dioven. Hasil yang diperoleh dari praktikum ini antara lain tanah Ø 0.5 mm, kadar lengasnya 16.41% untuk mollisol, vertisol 13.09%, ultisol 9.92%, alfisol 12.98%, dan entisol 5.3%. Untuk tanah Ø 2 mm, didapat kadar lengas mollisol 15.6%, vertisol 13.79%, ultisol 10.73&, alfisol 13.38%, dan entisol 6.05%. Untuk tanah bongkah didapat kadar lengasnya mollisol 16.32%, vertisol 13.86%, ultisol 8.75%, alfisol 13.43%, dan entisol 3.2%. Kadar lengas dapat dipengaruhi oleh tekstur dan luas permukaan butiran tanah, semakin besar luas permukaan maka semakin besar daya serap sehingga semakin tinggi kadar lengasnya.
Kata kunci: gravimetri, jenis tanah, kadar lengas
I. PENGANTAR
Kadar lengas merupakan
kandungan air yang terdapat didalam
pori tanah. Sebagian besar air yang
diperlukan oleh tanaman berasal dari
tanah, kebutuha air tiap-tiap tanaman
berbeda-beda. Pemahaman terhadap
kadar lengas tanah sangat penting dalam
pertanian karena melalui proses
pengaturan lengas ini dapat dikontrol
pula serapan hara dan pernapsan akar-
akar tanaman yang selanjutnya
berpengaruh pada pertumbuhan dan
produktivitas tanaman.
Lengas tanah adalah air yang
terdapat dalam tanah yang terikat dalam
berbagai kakas ikat, yaitu kakas ikat
matrik, osmosis, dan kapiler (Masganti
dkk, 2002). Menurut Prawiro (1998) ,
tegangan lengas digunakan untuk
mengklasifikasikan air dalam tanah,
yaitu kaoasitas tambat maksimum,
kapasitas lapang, tara lengas, titik layu
tetap, koefisien higrokopis, kering
angin, dan kering tungku.
Kandungan uap air sangat penting
dalam pembentukan tanah, tanah dapat
dikatakan terbentuk bila pada tanah
3
tersebut ditemukan lempung, koloid
organik, atau garam terlarut yang
terakumulasi larut dalam air. Tingkat
pergerakan koloid dan kedalaman
sebagian ditentukan oleh jumlah dan
pola pengendapan yang menimbulkan
tindakan pelepasan (Donahue, 1958).
Tanah adalah kunci terrestrial
ekosistem dimana air mengalami proses
run off, infitrasi, drainase dan
penyimpanan. Pross-proses yang
dialami air di dalam tanah sangat
kompleks, pengaruh manusia besar
sekali pada proses-proses yang terjadi di
dalam tanah. Untuk mempelajari
perhitungan proses-proses yang terjadi
didalam tanah digunakan model
hidrolik tanah., dimana air tanah
diasumsikan menjadi satu dengan
komponen tanah yang didapatkan dari
pemetaan tanah di suatu tempat
(Besson, 2010).
Jumlah air yang terdapat dalam tanah
yang terikat oleh berbagai gaya
(matriks, osmosis, dan kapiler). Gaya
ini meningkat sejalan denga
peningkatan permukaan jenis zarah dan
kerapatan muatan elektrostatik zaarah
tanah. Kadar lengas sedikit berbeda
dengan kadar air. Kadar lengas tanah
mencakup air dan bahan-baha yang
terlarut didalamnya, sedangkan kadar
air tanah mengandung pengertian air
murni yang ada di dalam tanah. Dalam
kenyataannya, air yang ada di dalam
tanah merupakan suatu larutan, bukan
air murni (Anonim, 2009).
Keberadaan lengas di dalam tubuh
tanah tidak seragam dari atas ke bawah.
Keragaman kandungan lengas ini
menunjukkan adanya keragaman
potensial tubuh tanah. Adanya
perbedaan energi potensial lengas
dalam tubuh tanah akan menunjukkan
arah gerakan lengas dalam tubuh tanah
yang bergerak dari daerah energi
potensial tinggi ke daerah energi
potensial rendah ( Handayanto, 1987 ).
Tanah-tanah sawah di Indonesia
sebagian besar merupakan tanah-tanah
aluvial, regosol, glumosol dan latosol,
sebagian lagi merupakan tanah-tanah
andosol dan mediteran. Sebagian besar
tanah-tanah tersebut di atas berada pada
ketinggian kurang dari 500 meter di atas
permukaan laut (Hakim, et al., 1986).
II. METODOLOGI
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah
Acara I dengan judul Kadar Lengas
Tanah dilakukan pada hari Selasa, 29
April 2014 di Laboratorium Tanah
Umum, Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Unoversitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Pada percobaan ini bahan-
bahan yang digunakan berupa contoh
4
tanah mollisol, vertisol, ultisol, alfisol,
dan entisol dengan Ø 0.5 mm, Ø 2 mm,
dan contoh tanah bongkah (agregat
tanah utuh). Alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah enam (6) botol
timbang, timbangan, oven, dan
desikator.
Pada percobaan ini digunakan
metode gravimetri yaitu dengan
penimbangan berat tanah sebelum dan
sesudah di oven. Hal pertama yang
harus dilakukan yaitu disiapkan 6 botol
timbang kosong dan diberi label. Lalu,
masing-masing botol kosong tertutup
ditimbang dan dicatat beratnya sebagai
a gram. Masing-masing botol timbang
diisi dengan contoh tanah Ø 0.5 mm, Ø
2 mm, dan contoh bongkah sebanyak 2/3
volume botol ( ± 10 gram). Masing-
masing dibuat 2 ulangan. Selanjutnya,
tiap botol yang sudah berisi tanah
ditimbang lagi dengan keadaan tertutup
can dicatat sebagai b gram. Lalu,
masing-masing botol dioven pada suhu
105-110oC dengan tutuo sedikit terbuka.
Botol timbang tersebut dioven selama
semalaman, tujuannya agar kandungan
air dapat keluar selama proses
pengovenan. Setelah dioven, botol
dikeluarkan dan ditutup serapat
mungkin dan dibiarkan dingin di dalam
desikator (15-30 menit). Desikator
berrfungsi sebagai pendingin tanah dan
agar pada saat didinginkan tanah tidak
bercampur oleh zat-zat sekitar terutama
yang ada di udara. Setelah dingin,
masing-masing botol ditimbang dalam
keadaan tertutup rapat dan dicatat
beratnya sebagai c gram. Langlah
terakhir, botol timbang dibersihkan dan
dikembalikan dalam rak penyimpanan
alat. Data yang telah diperoleh
dilanjutkan kedalam perhitungan
dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
(b-c) = berat lengas tanah
(c-a) = berat tanah kering mutlak
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar
Lengas Tanah
N
o
Jenis
Tanah
Diameter
Ukuran
Tanah
Nilai
Kadar
Lengas
1 Mollisol
Ø 0,5 mm 16,41 %
Ø 2,0 mm 15,6 %
bongkah 16,32 %
2 Vertisol
Ø 0,5 mm 13,09 %
Ø 2,0 mm 13,79%
bongkah 13,86%
3 Ultisol
Ø 0,5 mm 9,92 %
Ø 2,0 mm 10,73 %
bongkah 8,75 %
4 Alfisol Ø 0,5 mm 12,98 %
5
Ø 2,0 mm 13,38 %
bongkah 13,43 %
5 Entisol
Ø 0,5 mm 5,3 %
Ø 2,0 mm 6,05 %
bongkah 3,2 %
Contoh perhitungan KL tanah ultisol :
Pada praktikum kadar lengas ini
bertujuan agar kita mampu menentukan
kadar lengas suatu tanah. Kadar lengas
adalah kandungan uap air yang terdapat
dalam pori tanah. Kandungan lengas
didalam tanah dipengaruhi oleh anasir
iklim, relief, kandungan bahan organik,
fraksi lempung tanah, topografi, adanya
bahan penutup tanah, struktur tanah,
konsistensi tanah, usia tanah dan kondisi
pori tanah. Anasir iklim berpengaruh
besar terhadap lengas tanah adalah
selisih antara curah hujan (water input)
dengan besarnya penguapan, evaporasi
(water output) yang menentukan suatu
tanah akan mengalami defisit atau
surplus. Kandungan bahan organik yang
terkandung didalam tanah juga
mempengaruhi kadar lengas tanah
karena bahan organik mempunyai
kemampuan untuk menyimpan atau
menyekap air. Hal ini karena setiap
bahan organik memiliki ukuran berupa
koloid sehingga mempunyai luas
permukaan jenis lebih besar, semakin
besar luas permukaan jenisnya maka
kemampuannya dalam menyimpan air
pun semakin besar. Konsep kerja antara
lempung tanah dan bahan organik dalam
hal penyimpanan air pada dasarnya
hampir sama. Namun, lempung tanah
mempunyai kekurangan, yakni apabila
lempung tanah terdapat pada kedalaman
tertentu akan mampu menghambat
grafitasi dan perlokasi (proses aliran air
masuk ke dalam tanah). Topografi
berpengaruh pada kecepatan tanah turun
(diserap kedalam tanah). Selain itu,
topografi juga bisa memberi pengaruh
sebaliknya. Topografi juga mampu
mempengaruhi kecepata aliran
permukaan. Maka, karena kecepatan
aliran permukaanya yang cepat
mengakibatkan air tidak memiliki cukup
waku untuk turun ke bawah atau
terserap tanah. Relief yang datar dan
cekung memperbesar peluang air
terinfiltrasi, sedangkan relief curam
memacu terjadinya proses kehilangan
air. Faktor penutup tanah (baik organik
6
maupun anorganik) berperan
mengurangi evaporasi (penguapan)
sehingga kandungan lengas jadi lebih
awet. Misalnya jika terdapat bahan
penutup tanah seperti mulsa organik,
plastik, kain atau kertas akan
mengurangi terjadinya penguapan
sehingga air yang berada di dalam tanah
dapat bertahan lama karena penguapan
yang tidak terjadi secara sempurna.
Struktur tanah ialah ikatan-ikatan
partikel tanah satu dengan yang lain.
Ikatan ini disebut agregat. Konsistensi
tanah ialah daya adhesi dan kohesi
diantara partikel tanah dan ketahanan
massa tanah terhadap perubahan bentuk
oleh tekanan atau kekuatan lain. Usia
tanah sangat memengaruhi kadar lengas
yang ada pada suatu tanah. Semakin tua
usia tanah maka akan semakin
berkurang kadar lengasnya. Tanah yang
sudah tua biasanya berwarna lebih cerah
karena sedikitnya unsur hara, hal
tersebut terjadi setelah proses pelindian,
dan penempatan lapisan-lapisan tanah.
Kondisi pori berkaitan dengan tekstur.
Tekstur besar maka partikel besar
sehingga kurang mampu menyimpan
lengas.
Pada acara I praktikum kadar
lengas ini dibandingkan kadar lengas
berdasarkan jenis tanah dan ukuran
diameter butirannya (pori). Jenis tanah
yang dibandingkan adalah tanah
mollisol, tanah vertisol, tanah ultisol,
tanah alfisol, dan tanah entisol. Masing-
masing tanah ada yang Ø 0.5 mm, Ø 2
mm, dan gumpalan atau bongkah.
Untuk mengukur kadar lengas masing-
masing tanah ini digunakan metode
gravimetri.
Dari hasil percobaan pada tanah
mollisol diperoleh kadar lengas Ø 0.5
mm adalah 16,41%, kadar lengas Ø 2
mm adlah 15,6%, dan kadar lengas
bongkah 16,32%. Kadaar lengas
mollisol ini hampir mirip atau lebih
besar dari kadar lengas vertisol karena
bahan induknya juga seperti tanah
vertisol sehingga juga memiliki
kandungan lempung. Tingkat
permeabilitasnya cukup lambat
sehingga cukup mampu menahan air.
Tanah mollisol baik digunakan sebagai
lahan pertama.
Tanah vertisol adalah jenis tanah
mineral yang mempunyai warna abu
kehitaman, bertekstur liat dengan
kandungan lempung lebih dari 30%
pada horizon permukaan sampai
kedalaman 50 cm yang didominasi jenis
tanah lempung montmorillonit sehingga
dapat mengembang dan mengerut. Dari
percobaan pada praktikum ini dapat
diketahui bahwa kadar lengas pada
tanah vertisol Ø 0.5 mm 13,09%, pada
7
tanah Ø 2 mm 13,79%, sedangkan pada
bongkah kadar lengasnya 13,86%. Hal
ini tidak sesuai dengan teori karena
seharusnya semakin besar diameter
permukaan tanah maka akan semakin
kecil kadar lengasnya. Pada beberapa
penelitian tentang tanah vertisol,
menurut penelitian Nurdin dkk (2008),
di Kabupaten Gorontalo, tanah vertisol
memiliki kadar lengas 38,06%. Vertisol
dapat menyimpan air dalam jumlah
besar dan pengikatan antar partikel
tanah yang kuat. Pada percobaan di
laboratorium hasilnya sangat berbeda
dengan penelitian yang telah di berbagai
tempat. Hasil ini disebabkan oleh anasir
iklim, topografi, kandungan bahan
organik, fraksi lempung, dan adanya
bahan penutup tanah. Dari data tersebut
diketahui bahwa perbedaan topografi
sangat berpengaruh terhadap kadar
lengas tanah.
Dari hasil praktikum dapat
diketahui bahwa rata-rata dengan dua
kali ulangan kadar lengas tanah ultisol
berukuran Ø 0,5 mm adalah 9,92%, Ø 2
mm sebesar 10,73%, dan bongkah
sebesar 8,75%. Tanah ultisol
terakumulasi daari lempung dengan
kandungan basah yang rendah dan
biasanya lembab. Ciri umum tanah ini
adalah tekstur lempung debuan, struktur
remah sampai gumpal lemah dan
konsistensi gembur. Tanah ultisol
memilikki kemampuan menahan air
dalam tanah lebih lama dibandingkan
tanah yang bertekstur pasiran.
Berdasarkan ukuran unit partikel tanah
yaitu Ø 0,5 mm, Ø 2 mm merupakan
kadar lengas halus, sedangkan bongkah
merupakan kadar lengas tanah
gumpalan. Permeabilitas tanah ultisol
tergolong lambat karena tekstur tanah
yang lempung debuan.
Dari hasil percobaan diketahui
bahwa hasil tanah alfisol memiliki
kadar lengas tertinggi pada tanah
bongkah, yaitu 13,43%, sedangkan pada
tanah berdiameter 0,5 mm dan 2 mm
kadar lengas tanahnya 12,98% dan
13,38%. Hal ini tidak sesuai dengan
teori, karena menurut Walker and Paul
(2002) kadar lengas berbanding terbalik
dengan diameter tanah karena semakin
besar diameter tanah maka akan
mengurangi ruang antar tanah untuk
menyimpan air. Demikian pula
sebaliknya, semakin kecil diameter
tanah semakin bersar kemampuan tanah
untuk menyimpan air.
Dari hasil percobaan diperoleh hasil
kadar lengas pada tanah entisol paling
kecil dibandingkan jenis tanah lainnya.
Kadar lengas tanah Ø 0,5 mm adalah
5,3%, kadar lengas Ø 2 mm adalah
6,05%, dan kadar lengas bongkah 3,2%.
8
Hal ini disebabkan karena bahan induk
terbesar tanah entisol adalah pasir
endapan marin sehingga tanah entisol
memiliki tekstur pasir. Butiran pasir
lebih kasar dan besar daripada butiran
liat dan lempung, sehingga pori-pori
tanah entisol lebih besar (luas
permukaan pori lebih kecil). Oleh
karena pori-pori tanah yang lebih besar
inilah, tanah entisol memiliki
kemampuan mengikat dan menahan air
lebih rendah dan permeabilitasnya
sangat cepat karena pori-pori yang besar
dapat langsung melewatkan air tanpa
menyerapnya sehingga air yang diserap
hanya sedikit.
Kadar lengas dalam bidang
pertanian sangat berperan penting
dalam pertumbuhan tanaman. Apabila
kadar lengas tanah rendah maka
diperlukan perairan yang cukup agar
perairan yang cukup agar kebutuhan air
tanaman tercukupi. Faktor dominan
penyebab beda kadar lengas pada setiap
tanah antara lain tekstur dari masing-
masing tanahnya. Kadar lengas
berperan penting dalam proses genesa
tanah. Kelangsungan hidup dan renik
tanah. Setiap reaksi kimia dan fisika
terjadi dalam tanah hampir selalu
melibatkan air sebagai pelarut garam-
garam mineral, senyawa asam dan basa,
serta ion-ion dan gugus-gugus organik
maupun anorganik. Manfaat kadar
lengas yang lainnya adalah untuk
menentukan waktu aplikasi dalam
pemupukan, mengetahui kebutuhan air
untuk persawahan ataupun kegiatan
pertanian lain, dan metode irigasi
mengetahui daya serap atau daya,
penyimpanan air dan mempermudah
dalam proses pengolahan lahan.
Penentuan kadar lengas dapat
ditentukan dengan berbagai metode,
yaitu gravimetri, tensiometri, pancaran
neutron, dan kalsium. Metode tersebut
masing-masing mempunyai kelebihan
dan kelemahan. Meode gravimetri yaitu
menghitun selisih berat lengas antara
sebelum dan sesudah dikeringkan,
namun dalam pemakaiannya timbangan
harus sensitif karena diperlukan
ketelitian yang tinggi dalam baca data
agar hasil tidal salah dan menyimpang.
Untuk itulah dalam menimbang data
harus digunakan timbangan yang sama
agar hasilnya lebih akurat, keunggulan
dari metode ini adalah harganya yang
murah dan tidak memakan biaya yang
besar. Metode tensiometer yaitu
menentukan tekanan matriks tanah
terhadap air, kelemahan metode ini
adalah diperlukan kurva standar dan
prosesnya yang cukup sulit, sedangkan
keunggulannya adalah praktikan dapat
meliha fluktuasi air tanah dari kurva
9
standar tersebut. Metode pancaran
neutron digunakan untuk menghitung
partikel neutron yang tertabrak oleh air
tanah dan tercatat oleh detektor,
kelemahan metode ini adalah alat
detektor harus sensitif dan harganya
sangat mahal, kelebihannya adalah data
yang diperoleh lebih akurat dan teliti.
Metode kalsium karbit adalah
menetukan kandungan lengas terukur,
yaitu tekana yang dicatat oleh
manometer akibat desakan gas hasil
reaksi antara bahan karbit dengan air
tanah, kelemahan dari metode ini adalah
tidak terdeteksinya kadar air yang
jumlahnya sedikit. Sedangkan
kelebihannya adalah tidak memerlukan
biaya yang mahal dan dapat langsung
diterapkan dilapangan.
IV. KESIMPULAN
1. Kadar lengas adalah kandungan
uao air dalam pori tanah.
2. Faktor yang mempengaruhi kadar
lengas yaitu iklim, kandungan
bahan organik, fraksi lempung
tanah, topografi, dan adanya
penutup tanah.
3. Nilai kadar lengas untuk contoh
tanah Ø 0.5 mm adalah mollisol
16.41% > vertisol 13.09% > alfisol
12.98% > ultisol 9.92% > entisol
5.3%.
4. Nilai kadar lengas untuk contoh
tanah Ø 2 mm adalah mollisol
15.6% > vertisol 13.79% > alfisol
13.38% > ultisol 10.73% > entisol
6.05%.
5. Nilai kadar lengas untuk contoh
tanah bongkah adalah mollisol
16.32% > vertisol 13.86% > alfisol
13.43% > ultisol 8.75% > entisol
3.2%.
V. PENGHARGAAN
Laporan Praktikum Dasar-Dasar
Ilmu Tanah ini tidak begitu berharga
tanpa bantuan pihak-pihak yang terkait.
Oleh karena itu, kami mengucapkan
terimakasih atas bantuan dan waktu
luangnya untuk :
1. Bapak Ir. Suci Handayani, MP
sebagai koordinator Prktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah, yang
secara tidak langsung telah
membimbing kami sebagai
Mahasiswa Fakultas Pertanian.
2. Danny Utama, sebagai koordinator
laboratorium yang telah
membimbing alam melaksanakan
praktikum dan telah berbagi ilmu
pada kami.
3. Seluruh asisten praktikum Dasar-
Dasar Ilmu Tanah golongan B2
untuk kesabaran serta yag telah
membimbing kami dengan baik.
10
4. Teman-teman golongan B2 yang
telah bekerja sama dan selalu
bersemangat.
5. Tidak lupa juga kelompok 4 yang
telah meluangkan waktunya untuk
selalu bekerja sama dalam
penyelesaian laporan resmi Dasar-
Dasar Ilmu Tanah ini.
Hanya ini yang dapat kami sampaikan,
kami sangat mengapresiasi serta banyak
berterimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu terselesaikannya
laporan resmi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Sistem Informasi Status hara Lahan Pertanian. http://bappeda.kendalkab.go.id/lahan/content.php?query=definisioperasional. Diakses pada tanggal 3 Mei 2014.
Besson, A., I. Causin, H. Bourrenae, B. Nicouland, C. Pasquier, G. Richard, A. Dosigny, D. King. 2010. The spatial and temporal organization of soil water at the filed scale as described by dectrical resistivity measurements. Europan Journal of Soil Science 61 : 120-132.
Donuhue, R.L. 1958. Soil, An Introduction to Soil and Plant Growth. Prentecehall Internaional, Inc. Engle Wood Cliffs, New Jersey.
Hakim, N, M. Yusuf, Nyakpa, A.M. Lubis, Sutopo, M. Amin, D. Gobh, HH, Balley. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Handayanto, E. 1987. Dasar-dasar dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya, Malang.
Masganti, T. Notohadikusumo, A. Maas, B. Radjaguguk. 2002. Metode pengukuran kadar air tanah gambut. Jurnal Tanah dan Air 3 : 42- 48.
Nurdin, P. Maspeke, Z. Ilahude, F. Zakaria. 2008. Pertumbuhan dan hasil jagung yang dipupuk N, P, dan K pada tanah vertisol Isumu Utara Kabupaten Gorontalo. Jurnal Tanah Tropika 14 : 49-56.
Prawiro, T. J. 1998. Tanah dan Lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Walker, J. P, and R. H. Paul. 2002. Evaluation of the happer instrument for soil measurement. Journal of Soil Science Society of America 66 : 110-123.