ACARA ISALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK
I. TUJUAN1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan
tanaman.2. Mengetahui tanggapan beberap macam tanaman terhadap
tingkat salinitas yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKAEkologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
organisme dalam lingkungan hidupnya atau hubungan timbal balik
antara organisme dengan lingkungan hidupnya (Kimbal, 1965). Ekologi
memuat tiga unsur penting, yaitu materi, energi, dan informasi.
Lingkungan suatu organisme dapat bersifat biotik dan abiotik. Salah
satu prinsip utama ekosistem adalah adanya faktor pembatas. Pada
lingkungan abiotik, salah satu faktor pembatasnya adalah salinitas
(James, 1980).Faktor-faktor ekologi atau lingkungan yang
beranekaragam dapat berpengaruh terhadap ketidakadaan atau adanya
kesuburan atau kelemahan, keberhasilan atau kegagalan berbagai
komunitas tumbuhan melalui takson-takson penyusunnya. Organisme
mempunyai batasan maksimum dan minimum terahadap faktor lingkungan
yang mempengaruhinya. Hal tersebut sesuai dengan hukum toleransi
Shelford (Polunin, 1990).Salinitas merupakan cerminan dari
kandungan garam yang tidak ikut terlindi dan boleh jadi
terakumulasi pada sistim perakaran, terutama pada musim kemarau.
Pengaruh salinitas ini terutama berkaitan erat dengan nilai tekanan
osmotik. Kadar garam yang tinggi menjadikan tekanan osmotik larutan
dari luar sel meningkat sehingga larutan yang ada di dalam tanaman
terserap keluar. Dengan kata lain, penyerapan air dan unsur hara
lain oleh akar menjadi terganggu (Noor, 2004). Masalah potensial
lainnya bagi tanaman pada daerah salin adalah dalam memperoleh K+
yang cukup. Masalah ini terjadi karena ion natrium bersaing dalam
pengambilan ion K+. Tingginya penyerapan Na+ akan menghambat
penyerapan K+ (Salisbury and Ross, 1995).Menurut McKersie et al.
(1994), salinitas kadar tinggi dapat mengahambat pembelahan sel
pada jaringan muda, akar, batang, dan daun. Semakin tinggi
salinitas, luas daun, berat kering batang, berat kering daun, dan
berat kering tanaman total pada jagung berkurang (Hussein et al.,
2007). Berdasarkan adaptasi tanaman terhadap tingkat salinitas
berbeda, maka tanaman dapat dibagi menjadi (Paramita, 2011) :
Halofit, yaitu tanaman yang toleran terhadap kadar salinitas.
Euhalofit, yaitu tanaman yang toleran terhadap kadar salinitas
tinggi. Glikofit, yaitu tanaman yang rentan pada kadar salinitas
tinggi.Menurut Paramita (2011), padi adalah tanaman euhalofit,
kedelai termasuk tanaman halofit, dan mentimun termasuk tanaman
glikofit. Menurut Nafisah, dkk. (2009), tanaman padi sensitive
terhadap salinitas. Walaupun demikian, padi merupakan keluarga
serelia yang dapat ditanam pada lahan yang salin. Hal ini karena
padi mampu tumbuh pada lahan yang tergenang yang dapat mencuci
garam yang ada dipermukaan maupun di dalam tanah.
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUMPraktikum Dasar-Dasar Ekologi
acara I yang berjudul Salinitas sebagai Faktor pembatas Abiotik
dilaksanakan pada hari Kamis, 18 April 2013, di Rumah Kaca, Jurusan
Budidaya, Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah timbangan
analitik, gelas ukur, erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanam,
dan penggaris. Bahan yang digunakan ialah benih padi (Oryza
sativa), benih kedelai (Glycine max L. ), benih Mentimun (Cucumis
sativus), polybag, NaCl teknis, pupuk kandang, dan kertas
label.Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini ialah
pertama, 12 polybag disiapkan dan diisi dengan tanah sebanyak
kurang lebih 3 kg (3/4 volume polybag). Bila ada kerikil, sisa-sisa
akar tanaman dan kotoran harus dihilangkan supaya tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman. Kedua, dipilih biji yang sehat dari jenis
tanaman yang akan diperlakukan, selanjutnya ditanam 5 biji ke dalam
masing-masing polybag. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan air
biasa. Ketiga, setelah tanamn berumur 1 minggu, bibit dijarangkan
menjadi 2 tanaman/ polybag, dan dipilih bibit yang sehat. Ketiga,
larutan NaCl dibuat dengan konsentrasi 2000 ppm ( 2 gram NaCl +
1000 ml aquades ), dan 4000 ppm ( 4 gram NaCl + 1000 ml aquades ).
Masing- masing perlakuan diulang tiga kali. Keempat, masing-masing
konsentrasi larutan garam tersebut dituangkan pada tiap-tiap
polybag sesuai perlakuan sampai kapasitas lapang. Volume
masing-masing larutan untuk tiap-tiap polybag harus sama. Tiap
polybag diberi label sesuai perlakuan dan ulanganya. Pemberian
larutan garam dilakukan setiap dua hari sekali sampai tujuh kali
pemberian. Selang hari diantaranya tetap dilakukuan penyiraman
dengan air biasa dengan volume yang sama. Percobaan dilakukan
sampai tanaman berumur 21 hari. Terakhir, setelah tanaman berumur
21 hari dilakukan pemanenan. Diusahakn agar akar tidak
rusak/terpotong. Pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi tanaman
setiap 2 hari sekali, abnormalitas tanaman (klorosis pada daun dan
sebagainya), panjang akar utama (pada akhir pengamatan), dan berat
segar, serta berat kering tanaman (pada akhir pengamatan). Pada
akhir percobaan, dari seluruh data yang terkumpul, dihitung rerata
tiga ulangan pada setiap perlakuan, selanjutnya data tersebut
dibuat grafik dan histogram.
IV. HASIL PENGAMATANA. Tabel Tinggi TanamanTabel 1.1 Tinggi
Tanaman PadiPerlakuanTinggi Tanaman (cm)
1234567
0 ppm10,21515,13316,50519,26721,09819,17222,27
2000 ppm10,38315,28216,93320,11720,08521,13322,26
4000 ppm8,828313,53315,58318,30819,71720,3621,46
Tabel 1.2 Tinggi Tanaman KedelaiPerlakuanTinggi Tanaman (cm)
1234567
0 ppm13,03819,222,5524,86731,0836,53340
2000 ppm15,12420,37226,18327,60230,7538,83341,7
4000 ppm15,78319,76722,4526,3631,6334,61737,983
Tabel 1.3 Tinggi Tanaman MentimunPerlakuanTinggi Tanaman
(cm)
1234567
0 ppm7,4058,666710,512,41714,6517,93319,583
2000 ppm6,277,538,60510,79312,46715,51718,7
4000 ppm4,61675,99337,359,511,46713,73314,783
B. Tabel Jumlah DaunTabel 2.1 Jumlah Daun Tanaman
PadiPerlakuanJumlah Daun
1234567
0 ppm1,26671,93332,8673,063,153,26666673,3833333
2000 ppm1,33332,21672,8832,753,2673,23,5
4000 ppm1,43332,052,7672,69333,22,83,3
Tabel 2.2 Jumlah Daun Tanaman KedelaiPerlakuanJumlah Daun
1234567
0 ppm3,31672,53333,33,74,24,54,5
2000 ppm3,21672,5453,2673,654,2624,31666674,55
4000 ppm3,052,73,253,86673,63,91666674,2666667
Tabel 2.3 Jumlah Daun Tanaman MentimunPerlakuanJumlah Daun
1234567
0 ppm1,11,76672,18332,72,753,86674,317
2000 ppm1,08331,5451,96672,26672,9833,4954,083
4000 ppm1,11,651,71672,16673,1673,653,483
C. Tabel Panjang AkarTabel 3. Panjang Akar Tanaman Padi,
Kedelai, dan MentimunTanamanPerlakuan
0 ppm2000 ppm4000 ppm
Padi9,4667,6466,4
Kedelai22,2519,3119,04
Timun20,8816,5313,34
D. Tabel Berat BasahTabel 4. Berat Basah Tanaman Padi, Kedelai,
dan MentimunTanamanPerlakuan
0 ppm2000 ppm4000 ppm
Padi0,57666670,19166670,2266667
Kedelai3,06833332,49333332,4683333
Timun54,42666673,2566667
E. Tabel Berat KeringTabel 5. Berat Kering Tanaman Padi,
Kedelai, dan MentimunTanamanPerlakuan
0 ppm2000 ppm4000 ppm
Padi0,0450,05166670,125
Kedelai0,46333330,53166670,39
Timun0,41666670,36333330,2633333
V. PEMBAHASANSalinitas merupakan faktor pembatas bagi
pertumbuhan dan hasil tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman
karenaa kadar garam yang tinggi, menurut Mengel dan Kirkby (1987)
cit. Mapegau (2006), disebabkan oleh dua hal; pertama, menurunnya
potensial air pada media tumbuh menyebabkan penyerapan air oleh
akar tanaman sangat terbatas; kedua, akumulasi ion-ion tertentu
menyebabkan keracunan pada tanaman. Tetapi yang lebih umum terjadi
adalah kesukaran dalam penyerapan air. Kramer (1969) cit. Mapegau
(2006), menyatakan bahwa berkurangnya serapan air mempengaruhi
proses fotosintesis, metabolisme karbohidrat, dan pergerakan
fotosintat dalam tanaman. Perubahan-perubahan tersebut dapat
berakibat bagi rendahnya hasil.Hayward dan Berstein (1958),
mengemukakan bahwa garam-garam yang dapat bersifat racun dari
urutan yang paling beracun adalah : NaCl, CaCl2, KNO3, Mg(NO3)2,
Na2CO3, Na2SO4, dan MgSO4. Kation-kation monovalen seperti Na+ dan
K+ dapat menyebabkan dispersi koloid sitoplasma hingga terjadi
disorganisasi, kecuali diimbangi dengan ion Ca2+. Pengaruh campuran
garam-garam tersebut menjadi tidak begitu besar karena adanya
antagonisme, misalnya adanya CaSO4 dapat mengurangi pengaruh racun
dari garam-garam Na dan Mg. 1. Grafik Tinggi Tanaman
Grafik 1.1 Tinggi tanaman padi (Oryza sativa) pada berbagai
tingkat salinitas
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tinggi tanaman padi pada
berbagai perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Dari hasil tersebut diketahui bahwa tinggi tanaman padi pada hari
terakhir pengamatan dengan perlakuan 0 ppm dan 2000 ppm tidak jauh
berbeda. Akan tetapi terlihat pada perlakuan 0 ppm hari keenam
tinggi tanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tidak sesuai
dengan teori yang ada, sebenarnya pertumbuhan tanaman bersifat
irreversible (tidak dapat balik). Hal tersebut dikarenakan
pengamatan dilakukan oleh beberapa praktikan dan praktikan satu
dengan praktikan lain mempunyai tingkat kejelian dan ketelitian
yang berbeda-beda, sehingga data pengamatan menjadi berbeda.
Perlakuan 4000 ppm menghasilkan tinggi tanaman paling rendah.
Sedangkan tinggi tanaman yang paling tinggi yaitu pada perlakuan 0
ppm. Pada perlakuan 4000 ppm pertumbuhan tanaman padi menjadi
lambat, hal ini dikarenakan tanaman padi tidak mampu beradaptasi
pada konsentrasi garam 4000 ppm. Akan tetapi tanaman padi masih
toleran dalam kondisi salin dengan konsentrasi garam sebesar 2000
ppm. Hal tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Utama et al. (2009), yaitu pada varietas padi yang diberi perlakuan
cekaman garam NaCl 4000 ppm, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.
Marschner (1995) cit. Utama et al. (2009), menyatakan bahwa
keracunan Na+ menyebabkan terjadinya kerusakan sel tanaman yang
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman.
Grafik 1.2 Tinggi tanaman kedelai (Glycine max) pada berbagai
tingkat salinitas
Dari grafik diatas diketahui bahwa tinggi tanaman kedelai paling
tinggi didapat pada perlakuan 2000 ppm yaitu sebesar 41,7 cm,
sedangkan hasil terendah pada perlakuan 4000 ppm, yaitu sebesar
37,98. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi garam 4000 ppm
tanaman kedelai tidak mampu beradaptasi, sedangkan pada konsentrasi
2000 ppm tanaman kedelai masih mampu beradaptasi dengan baik.
Grafik 1.3 Tinggi tanaman mentimun (Cucumis sativus) pada
berbagai tingkat salinitas
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tinggi tanaman mentimun
pada berbagai perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda. Pada
pemberian larutan garam (NaCl) 0 ppm pertumbuhan tanamannya lebih
baik dari pada pemberian larutan garam 2000 dan 4000 ppm. hal
tersebut menunjukkan bahwa tanaman mentimun (Cucumis sativus) peka
terhadap salinitas. Pertumbuhan tanaman mentimun menjadi lambat
jika ditanam pada daerah yang salin. Hal tersebut dikarenakan
mentimun merupakan tanaman yang tergolong kedalam kelompok
glikofit, yaitu tanaman yang rentan terhadap kadar garam
tinggi.
Dari grafik beberapa tanaman pada berbagai tingkat salinitas
dapat diketahui bahwa tanaman padi dapat tumbuh pada salinitas
sedang (2000 ppm) dan pertumbuahan tanaman padi menjadi terganggu
apabila berada pada salinitas tinggi (4000 ppm). Dengan demikian
padi termasuk tanaman yang toleran terhadap salinitas. Menurut
Nafisah, dkk. (2009), dapat ditanam pada lahan yang salin karena
padi mampu tumbuh pada lahan yang tergenang yang dapat mencuci
garam yang ada dipermukaan maupun di dalam tanah. Begitu pula
dengan tanaman kedelai. Tanaman kedelai juga mampu mentoleransi
salinitas sedang. Sedangkan pada tanaman mentimun, ia hanya dapat
tumbuh baik pada salinitas rendah (0 ppm) dan pertumbuhan tanaman
akan terganggu jika berada pada kondisi salin.
2. Grafik Jumlah daun
Grafik 2.1 Jumlah daun padi (Oryza sativa) pada berbagai tingkat
salinitas
Dari garfik diatas diketahui bahwa jumlah daun padi pada
perlakuan 0 ppm mengalami peningkatan. Sedangkan pada perlakuan
2000 dan 4000 ppm jumlah daun padi mengalami fluktuasi. Pada hari
keempat dan keenam jumlah daun mengalami penurunan. Hal tersebut
dimungkinkan ada daun yang patah dan hilang. Dari grafik diatas
dapat diketahui bahwa pertumbuhan daun padi pada tingkat salinitas
0 ppm lebih baik dibandingkan dengan perlakuan 2000 dan 4000
ppm.
Grafik 2.2 Jumlah daun kedelai (Glycine max) pada berbagai
tingkat salinitas
Jumlah daun kedelai pada berbagai tingkat salinitas jika dilihat
dari grafik dapat diketahui bahwa jumlah daun kedelai mengalami
penurunan pada hari kedua. Pada perlakuan 0 ppm dan 4000 ppm jumlah
dau kedelai mengalami peningkatan dari hari kehari kecuali pada
hari kedua mengalami penurunan. Sedangkan untuk perlakuan 2000 ppm
jumlah daun mengalami penurunan pada hari kedua dan keenam. Dari
grafik diketahui bahwa pertumbuhan daun pada perlakuan 0 ppm lebih
baik dibandingkan dengan perlakuan 2000 dan 4000 ppm karena
pertumbuhan (pertambahan jumlah daun) lebih cepat.
Grafik 2.3 Jumlah daun mentimun (Cucumis sativus) pada berbagai
tingkat salinitas
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah daun mentimun pada
berbagai tingkat salinitas dari hari ke hari mengalami peningkatan.
Pada perlakuan 0 ppm pertambahan jumlah daun mentimun lebih cepat
dibandingkan dengan perlakuan 2000 dan 4000 ppm. Sehingga perlakuan
0 ppm lebih baik dari pada perlakuan 2000 dan 4000 ppm.
Dari grafik jumlah daun beberapa tanaman pada berbagai tingkat
salinitas dapat di ketahui bahwa salinitas dapat menghampat
pertumbuhan daun tanaman padi, kedelai dan mentimun. Pertambahan
jumlah daun padi, kedelai, dan mentimun akan cepat jika pada
salinitas rendah (0 ppm) dan pertambahannya lambat jika pada
kondisi salinitas tinggi (4000 ppm)
3. Histogram Panjang Akar
Gambar 3.1 Histogram panjang akar tanaman padi
Dari histogram diatas dapat dilihat bahwa panjang akar tanaman
padi pada perlakuan 0 ppm merupakan hasil yang terbaik. Akar
tanaman padi tidak bisa tumbuh dengan baik pada perlakuan 4000 ppm.
Ini berarti bahwa aka tanaman padi hanya bisa tumbuh baik pada
kondisi salinitas rendah. Hal tersebut dikarenakan kadar garam yang
tinggi akan menyebabkan sel tanaman menjadi rusak, seperti yang di
kemukakan oleh Marschner (1995) cit. Utama et al. (2009), bahwa
keracunan Na+ menyebabkan terjadinya kerusakan sel tanaman yang
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman.
Gambar 3.2 Histogram panjang akar tanaman kedelai
Dari histogram diatas juga dapat dilihat bahwa akar tanaman
kedelai yang paling panjang yaitu pada perlakuan 0 ppm. Perbedaan
panjang akar pada perlakuan 0 ppm dengan 2000 dan 4000 ppm pada
tanaman kedelai sangat jauh. Dari hal tersebut diketahui bahwa
salinitas sangat mempengaruhi pertumbuhan akar tanaman kedelai.
Gambar 3.3 Histogram panjang akar tanaman mentimun
Seperti halnya tanaman padi dan kedelai, histogran diatas
menunjukkan bahwa pertambahan panjang akar mentimun lebih cepat
pada perlakuan 0 ppm. Pertumbuhan akar terhambat pada perlakuan
2000 dan 4000 ppm. hal tersebut menunjukkan bahwa salinitas juga
berpengaruh terhadap pertumbuhan akar mentimun.
Dari histogram panjang akar beberapa tanaman pada berbagai
tingkat salinitas di ketahui bahwa pertumbuhan akar tanaman padi,
kedelai, dan mentimun paling baik adalaah pada kondisi salinitas
rendah (0 ppm). pertumbuhan akar tanaman padi, kedelai, dan
mentimun terhambat pada kondisi salinitas sedang sampai tinggi.
Dengan demikian, salinitas sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
akar tanaman. Apalagi akar merupakan bagian yang bersinggungan
langsung dengan garam. Pada musim kemarau garam akan terakumulasi
pada sistem perakaran. Hal tersebut akan menyebabkan pembelahan sel
pada jaringan pada akar menjadi terhambat. Sehingga semakin tinggi
konsentrasi garam dalam suatu tanah, maka pertumbuhan akar tanaman
akan semakin lambat.
4. Histogram Berat Basah dan Berat Kering
Gambar 3.4 Histogram Berat Basah dan Berat Kering tanaman
padi
Dari histogram diatas dapat diketahui bahwa, berat basah tanaman
padi paling tinggi adalah pada perlakuan 0 ppm. Sedangkan berat
basah terendah adalah pada perlakuan 2000 ppm. Berat kering
tertinggi adalah pada perlakuan 4000 ppm dan berat kering terendah
adalah pada peralakuan 0 ppm. Pada perlakuan 2000 ppm tanaman padi
memiliki berat basah yang terendah, hal ini dikarenakan pada kadar
garam 2000 ppm tanaman tidak mampu menyerap unsur hara dengan
maksimal.
Gambar 3.5 Histogram Berat Basah dan Berat Kering tanaman
kedelai
Dari histogram diatas dapat diketahui bahwa, berat basah tanaman
kedelai paling tinggi adalah pada perlakuan 0 ppm. Sedangkan pada
perlakuan 2000 dan 4000 ppm berat basah tanaman sama. Berat kering
tertinggi adalah pada perlakuan 2000 ppm dan berat kering terendah
adalah pada peralakuan 4000 ppm.
Gambar 3.6 Histogram Berat Basah dan Berat Kering tanaman
mentimun
Dari histogram diatas dapat diketahui bahwa, berat basah dan
berat kering tanaman mentimun paling tinggi adalah pada perlakuan 0
ppm. Sedangkan berat basah dan berat kering terendah adalah pada
perlakuan 4000 ppm. dari histogram tersebut diketahui bahwa semakin
tinggi kadar garam dalam tanah, maka berat basah dan berat kering
tanamna mentimun berkurang.
Dari histogram berat basah dan berat kering beberapa tanaman
pada berbagai tingkat salinitas dapat diketahui bahwa berat basah
tertinggi tanaman padi, kedelai, dan mentimun adalah pada kondisi
salinitas rendah (0 ppm). Berat basah tanaman tersebut akan menurun
saat diberi perlakuan 2000 dan 4000 ppm. Hal tersebut dikarenakan
secara tidak langsung, kadar garam yang tinggi di dalam tanah akan
mengganggu penyerapan unsur hara yang di butuhkan tanaman untuk
menunjang pertumbuhannya. Noor (2004), mengemukakan bahwa kadar
garam yang tinggi aka menyebabkan tekanan osmotik larutan dari luar
sel meningkat sehingga larutan yang ada di dalam tanaman terserap
keluar. Dengan kata lain, penyerapan air dan unsur hara lain oleh
akar menjadi terganggu, sehingga hal ini akan menyebabkan berat
basah tanaman menjadi berkurang seiring bertambahnya kadar garam
dalam tanah.Berat kering tertinggi tanaman padi yaitu pada
perlakuan 4000 pm sedangkan berat kering terendahnya pada perlakuan
0 ppm. Berat kering tertinggi tanaman kedelai yaitu pada perlakuan
2000 ppm dan berat kering terendah yaitu pada perlakuan 4000 ppm.
Berat kering tertinggi tanaman mentimun yaitu pada perlakuan 0 ppm
dan berat kering terendah pada perlakuan 4000 ppm. Berat kering
pada tanaman mentimun telah sesuai dengan teori. Hussein et al.
(2007), mengemukakan bahwa semakin tinggi salinitas maka berat
kering tanaman total akan berkurang. Sedangkan pada tanaman padi
dan kedelai hasilnya belum sesuai dengan teori yang ada. Hal
tersebut dimungkinkan karena dalam mengeringkan tanaman, panasnya
tidak merata. Sehingga ada tanaman yang belum benar-benar
kering.Tanaman yang mampu hidup baik dalam kondisi salinitas tinggi
merupakan tanaman yang tergolong kedalam kelompok tanaman
euhalofit. Pada praktikum ini, tanaman yang tergolong kedalam
kelompok euhalofit adalah padi (Oryza sativa), karena padi mampu
tumbuh pada salinitas dengan konsentrasi garam 2000 ppm. Padi dapat
hidup pada kondisi salin karena padi mampu tumbuh pada lahan yang
tergenang yang dapat mencuci garam yang ada dipermukaan maupun di
dalam tanah.Tanaman yang tergolong kedalam kelompok halofit adalah
kedelai. Selain padi, kedelai juga mampu hidup pada kondisi tanah
salin. Namun, ketahanan tanaman kedelai terhadap kondisi salin
masih di bawah padi. Halofit merupakan golongan tanaman yang
toleran pada salinitas sedang.Tanaman yang peka terhadap kondisi
salin tergolong kedalma kelompok tanaman glikofit. Contoh tanaman
yang tergolong kelompok glikofit adalah mentimun. Mentimun sangat
peka terhadap lingkungan salin. Apabila terdapat sedikit saja kadar
garam pada lingkungannya maka pertumbuhan tanaman mentimun akan
terganggu dan terhambat.Selain pertumbuhan tanaman, salinitas juga
mempengaruhi produksi suatu tanaman. Apabila salinitas terlalu
tinggi, maka produksi tanaman akan rendah. Selain itu juga,
salinitas yang tinggi mengakibatkan tanaman tumbuh abnormal. Pada
tanaman padi, abnormalitas yang ditunjukkan adalah pada bagian
ujung daun mengering, dan ada daun yang berwarna kuning. Dan
apabila ada lingkungan memiliki tingkat salinitasnya terlalu
tinggi, maka tanaman yang berada pada lingkungan itu bisa mati. Hal
tersebut di karenakan akar tanaman tidak mampu menyerap unsur-unsur
hara yang di perlukan tanaman.
VI. KESIMPULAN1. Dampak salinitas bagi tanaman adalah
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, berat basah dan berat kering
tanaman berkurang, mengganggu penyerapan unsur hara, pertumbuhan
tanaman abnormal, jika terlalu tinggi dapat mematikan tanaman.2.
Dalam menanggapi keadaan salinitas yang berbeda maka tanaman akan
beradaptasi pada lingkungan yang salin tersebut. Tanaman yang dapat
tumbuh baik pada tingkatan salinitas tertentu, maka tanaman
tersebut dikatakan mampu beradaptasi pada lingkungan salin.
DAFTAR PUSTAKA
Hussein, Balbaa, and Gaballah. 2007. Salicilyc Acid and Salinity
Effect on Groeth of Maize Plants. Researce Journal of Agriculture
and Biological Science 3(4) : 321-328.
James, E.. 1980. General Ecology. Wm. C. Brown Publishing.
USA.
Kimbal, J. W.. 1965. Biology. Adison Wisley Publishing Compani
Inc.. Massachussete.
McKersie, B. D., Y. Y. Leshem. 1994. Sress and Stress Cooping in
Cultivated Plants. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht.
Nafisah, dan A. A. Drajat. 2009. Penapisan Varietas Padi Toleran
pada Lahan Rawa di Daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Agron
Indonesia 37 : 107-110.
Noor, M.. 2004. Lahan Rawa : Sifat dan Pengolahan Tanah
Bermasalah Sulfat Masam. Raja Grafindo. Jakarta.
Paramita, G.. 2011. Salinitas sebagai Faktor Pembatas Abiotik. .
Diakses pada tanggal 21 April 2013, pukul 01:16 WIB.
Polunin, N.. 1990. Pengantar Geografi tumbuhan dan Beberapa Ilmu
Serumpun. Gadjah Mada university Press. Yogyakarta.
Salisbury, F. B., and C. W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan.
Penerbit ITB. Bandung.
Utama, M. Z. H., W. Haryoko, R. Munir, dan Sunadi. 2009.
Penapisan varietas padi toleran salinitas pada lahan rawa di
Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Agronomi Indonesia 37:104.
Mapegau. 2006. Pengaruh salinitas tanah terhadap hasil dan
distribusi bahan kering pada tanaman jagung kultivar arjuna selama
fase pengisian biji. Jurnal Agrovigor 6:10.
Hayward, H. E. and L. Berstein. 1985. Plant of salt Tolerance.
Ann. Rev. Plant Physiol 9:25-46.