ABSTRAK Semula status sosialekonomi warga masyarakat Desa Kutuhyang menjual tanah itu adalah sebagai petani lahan kering. Tujuan mereka menjual tanah tentu saja untuk memperoleh uang, yang digunakan untuk membeli barang yang tersedia di pasar yang dibutuhkannya untuk bergaya hidup. Teori yang digunakan adalah teori praktik sosial, teori konsumerisme, dan teori modernisasi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif perspektif cultural studies. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif melalui tahapan dekonstruksi dan penyusunan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Pertama,artikulasi gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh yang bersifat karnal terdiri atas tata cara memilih dan menggunakan busana, tata cara memilih dan mengonsumsi makanan, pemanfaatan waktu senggang, kepemilikan alat transportasi, serta kondisi tempat tinggal dan tempat ibadah. Kedua, ideologi di balik gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanahadalah seperti ideologi-ideologi yang disebutkan pada artikulasi tetapi bersifat libidinal. Ketiga, implikasi gaya hidup pascapenjualan tanah di Desa Kutuh, yaitu munculnya masyarakat konsumtif, hedonis, masyarakat ekonomi kreatif, kesetaraan gender dalam pembagian hasil penjualan tanah, dan kepemilikan peralatan rumah tangga. Peran pemerintah daerah sangat diharapkan untuk membuat peraturan daerah tentang pembatasan menjual tanah bagi masyarakat Desa Kutuh; masyarakat yang telah menjual tanahnya agar lebih berhati-hati mengelola uang hasil penjualan tanahnya danterhindar dari gaya hidup konsumtif dan hedonis; dan untuk mengetahui dampak dari gaya hidup konsumtif dan hedonis disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut. Temuan penelitian ini adalah (1) terjadinya gaya hidup masyarakat mewah yang bersifat karnal; (2) terjadinya pergeseran nilai guna dan nilai tukar menuju nilai tanda dan nilai simbol yang bergaya hidup konsumtif dan bersifat libidinal; (3) akibat dari pengaruh gaya hidup modern yang diadopsi dari budaya barat, banyak masyarakat Desa Kutuh yang bergaya hidup hedonis dan tidak mampu mempertahankan warisan tanah leluhurnya; (4) ditinjau dari temuan produktif masyarakat Desa Kutuh mampu meningkatkan kesejahteraannya melalui peningkatan ekonomi kreatif untuk menunjang modal usahanya. Kata kunci :gaya hidup, artikulasi, ideologi, dan implikasi
26
Embed
ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ABSTRAK
Semula status sosialekonomi warga masyarakat Desa Kutuhyang menjual
tanah itu adalah sebagai petani lahan kering. Tujuan mereka menjual tanah tentu
saja untuk memperoleh uang, yang digunakan untuk membeli barang yang
tersedia di pasar yang dibutuhkannya untuk bergaya hidup.
Teori yang digunakan adalah teori praktik sosial, teori konsumerisme, dan
teori modernisasi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif perspektif
cultural studies. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara
mendalam, dan studi dokumen. Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif
melalui tahapan dekonstruksi dan penyusunan etnografi.
Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Pertama,artikulasi gaya
hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh yang bersifat karnal terdiri
atas tata cara memilih dan menggunakan busana, tata cara memilih dan
mengonsumsi makanan, pemanfaatan waktu senggang, kepemilikan alat
transportasi, serta kondisi tempat tinggal dan tempat ibadah. Kedua, ideologi di
balik gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanahadalah seperti ideologi-ideologi
yang disebutkan pada artikulasi tetapi bersifat libidinal. Ketiga, implikasi gaya
hidup pascapenjualan tanah di Desa Kutuh, yaitu munculnya masyarakat
konsumtif, hedonis, masyarakat ekonomi kreatif, kesetaraan gender dalam
pembagian hasil penjualan tanah, dan kepemilikan peralatan rumah tangga. Peran
pemerintah daerah sangat diharapkan untuk membuat peraturan daerah tentang
pembatasan menjual tanah bagi masyarakat Desa Kutuh; masyarakat yang telah
menjual tanahnya agar lebih berhati-hati mengelola uang hasil penjualan tanahnya
danterhindar dari gaya hidup konsumtif dan hedonis; dan untuk mengetahui
dampak dari gaya hidup konsumtif dan hedonis disarankan agar dilakukan
penelitian lebih lanjut.
Temuan penelitian ini adalah (1) terjadinya gaya hidup masyarakat mewah
yang bersifat karnal; (2) terjadinya pergeseran nilai guna dan nilai tukar menuju
nilai tanda dan nilai simbol yang bergaya hidup konsumtif dan bersifat libidinal;
(3) akibat dari pengaruh gaya hidup modern yang diadopsi dari budaya barat,
banyak masyarakat Desa Kutuh yang bergaya hidup hedonis dan tidak mampu
mempertahankan warisan tanah leluhurnya; (4) ditinjau dari temuan produktif
masyarakat Desa Kutuh mampu meningkatkan kesejahteraannya melalui
peningkatan ekonomi kreatif untuk menunjang modal usahanya.
Kata kunci :gaya hidup, artikulasi, ideologi, dan implikasi
iii
ABSTRACT
Originally the socio-economic status of the vilagers of Kutuh Vilage who
sold the land was as dryland farmers. Their goal of selling their land, definitely, to
earn money, which is used to buy the goods available in the markets that they
need for a lifestyle.
Theories used are the theory of social practice, the theory of consumerism,
and the theory of modernization. The method used is qualitative method of
cultural studies perspective. Data collection techniques were through observation,
in-depth interviews, and document studies. Data analysis technique was conducted
descriptively and qualitatively through the stages of decontruction, and the
preparation of ethnography.
The results showed.First,the articulation of carnal lifestyle of the people
after the sale of land in Kutuh vilage includes the stylish choice of wearing
fashion, lifestyle of selecting and consuming foods, utilization of leisure time,
ownership of means of transportation, condition of houses and places of worship.
Second, the ideology behind the post-land sales and the people's lifestyle is like
the ideologies mentioned in articulation but are libidinal. Third, the implications
of post-sale lifestyles in Kutuh Vilage are the emergence of consumptive, hedonic,
creative economy communities, gender equality in the distribution of land sales,
and ownership of household appliances. The role of the regional government is
desirable to make a regional regulation on restrictions on selling land for the
people of Kutuh Vilage; for people who have sold their land to be more careful in
managing the money from the sale of their land and avoid consumptive and
hedonic lifestyles; and to investigate the impact of consumptive and hedonic
lifestyle, it is suggested to do further research.
The findings of the research are (1) there is a luxurious lifestyle of the
people which have character of carnal; (2) the occurrence of shifts in value of use
and exchange rate in value of sign and value of symbols which there is a
consumptive lifestyle and character of libidinal; (3) as a result of the influence of
modern lifestyle adopted from western culture, many Kutuh vilagers are hedonist-
style and unable to maintain the inheritance of their ancestral lands; (4) viewed
from the productive findings of the people of Kutuh Vilage, it is able to improve
their welfare through the improvement of creative economy to support their
business capital.
Keywords: lifestyle, articulation, ideology, and implications
RINGKASAN
Munculnya gagasan dan asumsi di balik judul “Gaya Hidup Masyarakat
Pascapenjualan Tanah di Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten
Badung” dilatarbelakangi oleh adanya penjajakan ke lokasi. Catatan notaris
(2016) menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 -2015 sebanyak 95
orang warga masyarakat Desa Kutuh, yang menjual tanah. Terkait dengan hal
iniBali Post (5 Februari 2008) memberitakan bahwa dengan semakin pesatnya
perkembangan pariwisata di wilayah Desa Kutuhyang ditandai dengan adanya
objek wisata Pantai Pandawa telah mendorong para investor untuk membeli tanah
di Desa Kutuh. Dalam keadaan demikian, tanah masyarakat Desa Kutuhtelah
terjual kepada investor dengan harga yang relatif murah, yakni sekitar Rp
3.000.000,00 per arepada tahun 1990. Sekarang harga tanah di Desa Kutuh sudah
mencapai harga sekitar Rp. 175.000.000,00 per are.
Semula tanah yang dijual itu merupakan pertanian lahan kering yang oleh
para pemiliknya digunakan untuk bercocok tanam palawija berupa kacang-
kacangan, jagung, dan umbi-umbian seperti ketela pohon dan ketela rambat.
Berdasarkan hal itu, dapat diketahui bahwa status sosialekonomi warga
masyarakat Desa Kutuhyang menjual tanah itu adalah sebagai petanilahan kering.
Tujuan mereka menjual tanah tentu saja untuk memperoleh uang.Uang yang
diperoleh itu dipakai untuk membeli barang yang tersedia di pasar yang
dibutuhkannya antara lain untuk bergaya hidup.
Berdasarkan fenomena tersebut, masalah yang dikaji adalah artikulasi gaya
hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh,ideologi di balik gaya
hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh, dan Implikasi gaya hidup
masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh. Rumusan masalah penelitian
menggunakan teori praktik sosial, teori konsumerisme, dan teori modernisasi.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif perspektif cultural
studies. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan
studi dokumen. Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif melalui tahapan
dekonstruksi dan penyusunan etnografi.
v
Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikutPertama, artikulasi gaya
hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh, dilihat dari (a) tata cara
memilih dan menggunakan busana sebagian besar masyarakat yang menjual tanah
membeli pakaian di mall, sedangkan busana untuk pergi ke pura, busana untuk
undangan, busana kerja, busana sehari-hari berbeda-beda menurut
penggunaannya;(b) tata cara memilih dan mengonsumsi makanan sebagian besar
masyarakat Desa Kutuh yang menjual tanah melupakan makanan tradisional
seperti memanfaatkan bongkol pisang yang dahulu dimakan sebagai pengganti
beras, sayur tui, sayur belengo dan sambal cabai kering, zaman sekarang
masyarakat lebih suka pergi ke restoran cepat saji;(c) pemanfaatan waktu
senggang, sekarang masyarakat Desa Kutuh lebih senang menghabiskan waktu
senggangnya ke mall, ke tempat wisata, serta melaksanakan tirtayatra ke pura-
pura, baik yang ada di Bali maupun di luar Bali;(d) kepemilikan alat transportasi,
yaitu sebagian besar masyarakat menjual tanah untuk membeli mobil,bahkan di
antara mereka ada yang ingin memiliki mobil lebih dari satu;(e) rehabilitasi
arsitektur tempat tinggal dan tempat ibadah dengan mewah.
Kedua, ideologi gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa
Kutuh dari hasil pengamatan dan wawancara adalah sebagai berikut. (a) Ideologi
memilih dan menggunakan busana, yaitu lebih suka menggunakan pakaian yang
dibeli di mall dan pada saat pulang membawa tas yang ada mereknya agar
dipandang sebagai sosok manusia yang kaya dan mereka sering berganti busana
pada saat ke pura, menghadiri undangan, kerja, dan sehari-hari mengikuti
perkembangan model busana terbaru supaya tidak kelihatan ketinggalan zaman.
(b) Ideologi memilih dan mengonsumsi makanan, memilih makan di luar dan
mengonsumsi makanan-makanan cepat saji seperti McDonald atau sejenisnya,