Top Banner
ABSTRAK Semula status sosialekonomi warga masyarakat Desa Kutuhyang menjual tanah itu adalah sebagai petani lahan kering. Tujuan mereka menjual tanah tentu saja untuk memperoleh uang, yang digunakan untuk membeli barang yang tersedia di pasar yang dibutuhkannya untuk bergaya hidup. Teori yang digunakan adalah teori praktik sosial, teori konsumerisme, dan teori modernisasi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif perspektif cultural studies. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif melalui tahapan dekonstruksi dan penyusunan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Pertama,artikulasi gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh yang bersifat karnal terdiri atas tata cara memilih dan menggunakan busana, tata cara memilih dan mengonsumsi makanan, pemanfaatan waktu senggang, kepemilikan alat transportasi, serta kondisi tempat tinggal dan tempat ibadah. Kedua, ideologi di balik gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanahadalah seperti ideologi-ideologi yang disebutkan pada artikulasi tetapi bersifat libidinal. Ketiga, implikasi gaya hidup pascapenjualan tanah di Desa Kutuh, yaitu munculnya masyarakat konsumtif, hedonis, masyarakat ekonomi kreatif, kesetaraan gender dalam pembagian hasil penjualan tanah, dan kepemilikan peralatan rumah tangga. Peran pemerintah daerah sangat diharapkan untuk membuat peraturan daerah tentang pembatasan menjual tanah bagi masyarakat Desa Kutuh; masyarakat yang telah menjual tanahnya agar lebih berhati-hati mengelola uang hasil penjualan tanahnya danterhindar dari gaya hidup konsumtif dan hedonis; dan untuk mengetahui dampak dari gaya hidup konsumtif dan hedonis disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut. Temuan penelitian ini adalah (1) terjadinya gaya hidup masyarakat mewah yang bersifat karnal; (2) terjadinya pergeseran nilai guna dan nilai tukar menuju nilai tanda dan nilai simbol yang bergaya hidup konsumtif dan bersifat libidinal; (3) akibat dari pengaruh gaya hidup modern yang diadopsi dari budaya barat, banyak masyarakat Desa Kutuh yang bergaya hidup hedonis dan tidak mampu mempertahankan warisan tanah leluhurnya; (4) ditinjau dari temuan produktif masyarakat Desa Kutuh mampu meningkatkan kesejahteraannya melalui peningkatan ekonomi kreatif untuk menunjang modal usahanya. Kata kunci :gaya hidup, artikulasi, ideologi, dan implikasi
26

ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

Nov 23, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

ABSTRAK

Semula status sosialekonomi warga masyarakat Desa Kutuhyang menjual

tanah itu adalah sebagai petani lahan kering. Tujuan mereka menjual tanah tentu

saja untuk memperoleh uang, yang digunakan untuk membeli barang yang

tersedia di pasar yang dibutuhkannya untuk bergaya hidup.

Teori yang digunakan adalah teori praktik sosial, teori konsumerisme, dan

teori modernisasi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif perspektif

cultural studies. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara

mendalam, dan studi dokumen. Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif

melalui tahapan dekonstruksi dan penyusunan etnografi.

Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Pertama,artikulasi gaya

hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh yang bersifat karnal terdiri

atas tata cara memilih dan menggunakan busana, tata cara memilih dan

mengonsumsi makanan, pemanfaatan waktu senggang, kepemilikan alat

transportasi, serta kondisi tempat tinggal dan tempat ibadah. Kedua, ideologi di

balik gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanahadalah seperti ideologi-ideologi

yang disebutkan pada artikulasi tetapi bersifat libidinal. Ketiga, implikasi gaya

hidup pascapenjualan tanah di Desa Kutuh, yaitu munculnya masyarakat

konsumtif, hedonis, masyarakat ekonomi kreatif, kesetaraan gender dalam

pembagian hasil penjualan tanah, dan kepemilikan peralatan rumah tangga. Peran

pemerintah daerah sangat diharapkan untuk membuat peraturan daerah tentang

pembatasan menjual tanah bagi masyarakat Desa Kutuh; masyarakat yang telah

menjual tanahnya agar lebih berhati-hati mengelola uang hasil penjualan tanahnya

danterhindar dari gaya hidup konsumtif dan hedonis; dan untuk mengetahui

dampak dari gaya hidup konsumtif dan hedonis disarankan agar dilakukan

penelitian lebih lanjut.

Temuan penelitian ini adalah (1) terjadinya gaya hidup masyarakat mewah

yang bersifat karnal; (2) terjadinya pergeseran nilai guna dan nilai tukar menuju

nilai tanda dan nilai simbol yang bergaya hidup konsumtif dan bersifat libidinal;

(3) akibat dari pengaruh gaya hidup modern yang diadopsi dari budaya barat,

banyak masyarakat Desa Kutuh yang bergaya hidup hedonis dan tidak mampu

mempertahankan warisan tanah leluhurnya; (4) ditinjau dari temuan produktif

masyarakat Desa Kutuh mampu meningkatkan kesejahteraannya melalui

peningkatan ekonomi kreatif untuk menunjang modal usahanya.

Kata kunci :gaya hidup, artikulasi, ideologi, dan implikasi

Page 2: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

iii

ABSTRACT

Originally the socio-economic status of the vilagers of Kutuh Vilage who

sold the land was as dryland farmers. Their goal of selling their land, definitely, to

earn money, which is used to buy the goods available in the markets that they

need for a lifestyle.

Theories used are the theory of social practice, the theory of consumerism,

and the theory of modernization. The method used is qualitative method of

cultural studies perspective. Data collection techniques were through observation,

in-depth interviews, and document studies. Data analysis technique was conducted

descriptively and qualitatively through the stages of decontruction, and the

preparation of ethnography.

The results showed.First,the articulation of carnal lifestyle of the people

after the sale of land in Kutuh vilage includes the stylish choice of wearing

fashion, lifestyle of selecting and consuming foods, utilization of leisure time,

ownership of means of transportation, condition of houses and places of worship.

Second, the ideology behind the post-land sales and the people's lifestyle is like

the ideologies mentioned in articulation but are libidinal. Third, the implications

of post-sale lifestyles in Kutuh Vilage are the emergence of consumptive, hedonic,

creative economy communities, gender equality in the distribution of land sales,

and ownership of household appliances. The role of the regional government is

desirable to make a regional regulation on restrictions on selling land for the

people of Kutuh Vilage; for people who have sold their land to be more careful in

managing the money from the sale of their land and avoid consumptive and

hedonic lifestyles; and to investigate the impact of consumptive and hedonic

lifestyle, it is suggested to do further research.

The findings of the research are (1) there is a luxurious lifestyle of the

people which have character of carnal; (2) the occurrence of shifts in value of use

and exchange rate in value of sign and value of symbols which there is a

consumptive lifestyle and character of libidinal; (3) as a result of the influence of

modern lifestyle adopted from western culture, many Kutuh vilagers are hedonist-

style and unable to maintain the inheritance of their ancestral lands; (4) viewed

from the productive findings of the people of Kutuh Vilage, it is able to improve

their welfare through the improvement of creative economy to support their

business capital.

Keywords: lifestyle, articulation, ideology, and implications

Page 3: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

RINGKASAN

Munculnya gagasan dan asumsi di balik judul “Gaya Hidup Masyarakat

Pascapenjualan Tanah di Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten

Badung” dilatarbelakangi oleh adanya penjajakan ke lokasi. Catatan notaris

(2016) menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 -2015 sebanyak 95

orang warga masyarakat Desa Kutuh, yang menjual tanah. Terkait dengan hal

iniBali Post (5 Februari 2008) memberitakan bahwa dengan semakin pesatnya

perkembangan pariwisata di wilayah Desa Kutuhyang ditandai dengan adanya

objek wisata Pantai Pandawa telah mendorong para investor untuk membeli tanah

di Desa Kutuh. Dalam keadaan demikian, tanah masyarakat Desa Kutuhtelah

terjual kepada investor dengan harga yang relatif murah, yakni sekitar Rp

3.000.000,00 per arepada tahun 1990. Sekarang harga tanah di Desa Kutuh sudah

mencapai harga sekitar Rp. 175.000.000,00 per are.

Semula tanah yang dijual itu merupakan pertanian lahan kering yang oleh

para pemiliknya digunakan untuk bercocok tanam palawija berupa kacang-

kacangan, jagung, dan umbi-umbian seperti ketela pohon dan ketela rambat.

Berdasarkan hal itu, dapat diketahui bahwa status sosialekonomi warga

masyarakat Desa Kutuhyang menjual tanah itu adalah sebagai petanilahan kering.

Tujuan mereka menjual tanah tentu saja untuk memperoleh uang.Uang yang

diperoleh itu dipakai untuk membeli barang yang tersedia di pasar yang

dibutuhkannya antara lain untuk bergaya hidup.

Berdasarkan fenomena tersebut, masalah yang dikaji adalah artikulasi gaya

hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh,ideologi di balik gaya

hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh, dan Implikasi gaya hidup

masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh. Rumusan masalah penelitian

menggunakan teori praktik sosial, teori konsumerisme, dan teori modernisasi.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif perspektif cultural

studies. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan

studi dokumen. Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif melalui tahapan

dekonstruksi dan penyusunan etnografi.

Page 4: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

v

Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikutPertama, artikulasi gaya

hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh, dilihat dari (a) tata cara

memilih dan menggunakan busana sebagian besar masyarakat yang menjual tanah

membeli pakaian di mall, sedangkan busana untuk pergi ke pura, busana untuk

undangan, busana kerja, busana sehari-hari berbeda-beda menurut

penggunaannya;(b) tata cara memilih dan mengonsumsi makanan sebagian besar

masyarakat Desa Kutuh yang menjual tanah melupakan makanan tradisional

seperti memanfaatkan bongkol pisang yang dahulu dimakan sebagai pengganti

beras, sayur tui, sayur belengo dan sambal cabai kering, zaman sekarang

masyarakat lebih suka pergi ke restoran cepat saji;(c) pemanfaatan waktu

senggang, sekarang masyarakat Desa Kutuh lebih senang menghabiskan waktu

senggangnya ke mall, ke tempat wisata, serta melaksanakan tirtayatra ke pura-

pura, baik yang ada di Bali maupun di luar Bali;(d) kepemilikan alat transportasi,

yaitu sebagian besar masyarakat menjual tanah untuk membeli mobil,bahkan di

antara mereka ada yang ingin memiliki mobil lebih dari satu;(e) rehabilitasi

arsitektur tempat tinggal dan tempat ibadah dengan mewah.

Kedua, ideologi gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa

Kutuh dari hasil pengamatan dan wawancara adalah sebagai berikut. (a) Ideologi

memilih dan menggunakan busana, yaitu lebih suka menggunakan pakaian yang

dibeli di mall dan pada saat pulang membawa tas yang ada mereknya agar

dipandang sebagai sosok manusia yang kaya dan mereka sering berganti busana

pada saat ke pura, menghadiri undangan, kerja, dan sehari-hari mengikuti

perkembangan model busana terbaru supaya tidak kelihatan ketinggalan zaman.

(b) Ideologi memilih dan mengonsumsi makanan, memilih makan di luar dan

mengonsumsi makanan-makanan cepat saji seperti McDonald atau sejenisnya,

pizza, jaco atau sejenisnya, jus, minuman bersoda, ice cream. (c) Pemanfaatan

waktu senggang, di sini momen keagamaan berdampingan dengan momen

konsumsi, pengalaman agama selalu dilekatkan dengan wisata atau momen yang

pas untuk mengisi masa liburan atau waktu luang. Disini paket “wisata religius”

sedikit banyak bisa menggambarkan pelapisan sosial dalam level keagamaan. (d)

Kepemilikan alat transportasi, mobil bukan hanya sebagai alat transportasi. Mobil

Page 5: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

adalah sebuah simbol bagi masyarakat kaya di Desa Kutuh, maka menjadi wajar

bila mobil menduduki tempat terhormat bagi para pemakaianya. Simbolisasi

mobil dikalangan masyarakat Desa Kutuh bukanlah gejala

konsumtifisme,melainkan merupakan kebutuhan pokok. Kesuksesan seseorang

didukung oleh keharusan untuk menampilkan dirinya secara proporsional.Dengan

demikian, mobil menggambarkan citra diri pemakainya. Citra merupakan

reputasi,sedangkan reputasi sendiri awal dari kesuksesan seseorang. (e) Ideologi

tempat tinggal dan tempat ibadah,sebagian besar masyarakat di Desa Kutuh

membangun rumah dengan konsep arsitektur Bali dan minimalis.Hal ini

disebabkan oleh keterbatasan lahan yang dimiliki, akibatsebagian lahan yang

dimiliki telah dijual kepada orang lain. Sebagian besarmasyarakat Desa Kutuh

membangun tempat ibadah di sekitar rumah mereka pascapenjualan tanah.Kondisi

ini bermakna bahwa mereka terjebak pada hibrid-spiritualitas, mengingat bahwa

tindakan mereka memadukan unsur yang berbeda, yakni kesucian dan keprofanan,

spiritual dan keduniaan.

Ketiga, implikasi gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa

Kutuh, yaitu sebagai berikut (a) Implikasi masyarakat konsumtif, dari hasil

wawancara di lapangan diketahui bahwa uang hasil penjualan tanah lebih banyak

digunakan untuk konsumtif seperti berfoya-foya untuk memenuhi gaya hidupnya

(membeli mobil, pakaian, makanan, rekreasi, rumah, dan tempat ibadah) dan pergi

ke kafe untuk berkecan dengan perempuan kafe. (b) Implikasi berikutnya adalah

merangsang masyarakat untuk berkreasi dalam memenuhi kebutuhan ekonomi,

seperti menyewakan homestay, vila, rentcar mobil, membuka toko, membuat

kost-kostan, menyewakan areal parkir. (c) Implikasi kesetaraan gender terungkap

dalam pembagian hasil penjualan tanah, yaitu setiap keputusan dalam penggunaan

hasil penjualan tanah dimusyawarahkan bersama keluarga. (d) Implikasi

kepemilikan peralatan rumah tangga mereka berusaha untuk memiliki peralatan

rumah tangga yang mewah, seperti AC, kulkas, TV, memiliki hp lebih dari satu,

kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa.

Beberapa temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pertama, gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh dalam

Page 6: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

vii

halpembedaan ini tampak dari gaya hidup mewah, seperti memakai pakaian yang

dibeli di mall, makan di restaurant, mengisi waktu senggang dengan cara pergi

ketempat wisata atau mengadakan tirtayatra,baik di Bali maupun di luar Bali,

mempunyai mobil lebih dari satu, memiliki rumah serta tempat ibadah

berarsitektur Bali dan minimalis. Pembedaan ini adalah upaya dari salah satu

kelompok untuk mendominasi kelompok lain dengan menunjukkan strata sosial,

dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat.

Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan karakter

masyarakat postmodern.Di Desa Kutuh ada enam kategori orang yang menjual

tanah. Keenam kategori tersebut adalah(1) hasil penjualan tanahnya digunakan

untuk membangun rumah dan tempat ibadah, bahkan ada keluarga yang

menghabiskan uang hingga miliaran untuk membangun tempat ibadah sampai

selesai diupacarai; (2) upacara ngaben yang menghabiskan uang hingga ratusan

juta rupiah; (3) berfoya-foya untuk memenuhi gaya hidupnya; (4) pemakai

narkoba awalnya hanya ingin mencoba diberikan gratis oleh rekannya setelah

ketagihan harus membeli karena tidak mempunyai, uang terpaksa minta ke

keluarganya untuk menjual tanah; (5) membeli tanah (sawah) di tempat lain

seperti di Jembrana dan Tabanan; dan (6) ada juga masyarakat yang menjual tanah

digunakan untuk modal usaha.Akan tetapi, dari sepuluh orang yang menjual tanah

hanya dua orang yang berwirausaha, sedangkan delapan orang konsumtif.

Ketiga, pola kehidupan atau gaya hidup modern yang mulai dinikmati oleh

masyarakat Desa Kutuh pada akhirnya mengakibatkan gaya hidup yang sulit

untuk dilepaskan. Bahkan, mereka akan dapat melakukan berbagai cara untuk

menikmatinya walaupun hal itu bertentangan dengan ajaran agama, norma,dan

nilai kedaerahan. Gaya hidup modern seperti ini sulit dihindari. Jalan pintas yang

dilakukan adalah menjual tanah untuk memenuhi kebutuhan gaya

hidupnya.Akibat dari pengaruh gaya hidup modern yang diadopsi dari budaya

Barat, banyak masyarakat Desa Kutuh yang terlena dengan hedonisme itu.

Perubahan-perubahan tersebut terjadi akibat mereka ingin mencoba gaya hidup

tanpa memikirkan risiko yang akan menjerumuskan mereka. Bila mereka sudah

mengalami ketagihan dengan kenikmatan gaya hidup yang luar biasa dan tidak

Page 7: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

bisa dibayangkan,mereka akan sulit untuk melepaskan diri dari cengkeraman

hedonisme. Akibatnya, mereka akan kehilangan identitas diri karena telah

dipengaruhi oleh gaya hidup modern atau gaya hidup Barat.

Peran pemerintah daerah terutama kepala desa beserta jajarannya untuk

secara terus menerus mensosialisasikan Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2015

tentang Arahan Peraturan Zonasi Sistem Perdesaan pasal 14 ayat (1) huruf (p)

untuk mempertahankan porsi lahan pertanian pangan berkelanjutan minimal 90%

(sembilan puluh persen) dari total luas yang ada.Untuk masyarakat di Desa Kutuh

pascapenjualan tanah agar tetap mempertahankan budaya kepribadian yang tidak

berfoya-foya sebagai identitas budaya orang Bali, walaupun sekarang ini sedang

terjebak kedalam pilihan gaya hidup mewah karena sedang memiliki

banyakuang.Masyarakat Desa Kutuh khususnya yang telah menjual tanah agar

lebih hati-hati mengelola uang hasil penjualan tanah agar terhindar dari gaya

hidup yang konsumtif.Untuk mengetahui dampak dari gaya hidup konsumtif dan

hedonis diharapkan ada penelitian lebih lanjut.

Page 8: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

ix

DAFTAR ISI

PRASYARAT GELAR ii

LEMBAR PERSETUJUAN iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT v

UCAPAN TERIMA KASIH vi

ABSTRAK ix

ABSTRACT x

RINGKASAN xi

DAFTAR ISI xvi

DAFTAR TABEL xx

DAFTAR GAMBAR xxi

GLOSARIUM xxiii

DAFTAR SINGKATAN xxv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 8

1.3 Tujuan Penelitian 9

1.3.1 Tujuan Umum 9

1.3.2 Tujuan Khusus 9

1.4 Manfaat Penelitian 9

1.4.1 Manfaat Teoretis 9

1.4.2 Manfaat Praktis 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN 11

2.1 Kajian Pustaka 11

2.2 Konsep 15

2.2.1 Gaya Hidup 15

Page 9: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

2.2.1.1 Gaya Hidup Hedonis 20

2.2.1.2Gaya Hidup Konsumtif 23

2.2.1.3 Hierarki Kebutuhan Maslow 25

2.2.2Globalisasi 26

2.2.3 Artikulasi 29

2.2.4 Ideologi 30

2.2.5 Implikasi 32

2.3 Landasan Teori 33

2.3.1 Praktik Sosial 34

2.3.2 Teori Konsumerisme 39

2.3.3 Teori Modernitas 41

2.4 Model Penelitian 47

BAB III METODE PENELITIAN 49

3.1 Rancangan Penelitian 49

3.2 Lokasi Penelitian 49

3.3 Jenis dan Sumber Data 50

3.3.1 Jenis Data 50

3.3.2 Sumber Data 50

3.4 Penentuan Informan 51

3.5 Instrumen Penelitian 51

3.6 Teknik Pengumpulan Data 52

3.6.1 Observasi 52

3.6.2 Wawancara 53

3.6.3 Studi Dokumen 54

3.7 Teknik Analisis Data 55

3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data 55

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 56

4.1 Geografi 56

4.2 Sejarah 59

Page 10: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

xi

4.3Demografi 69

4.3.1 Jumlah Penduduk 70

4.3.2 Kesehatan 72

4.3.3 Pendidikan 74

4.4 Sistem Mata Pencaharian 76

4.5 Sistem Sosial Budaya 80

4.5.1 Religi 80

4.5.2 Bahasa 95

4.5.3 Kesenian 101

4.6Struktur Organisasi Pemerintahan 107

4.7 Potensi Objek Wisata 111

BAB V ARTIKULASI GAYA HIDUP MASYARAKAT

PASCAPENJUALAN TANAH DI DESA KUTUH 124

5.1 Tata Cara Memilih dan Memakai Pakaian 125

5.2 Tata Cara Memilih dan Mengonsumsi Makanan 145

5.3 Pemanfaatan Waktu Senggang 162

5.4 Kepemilikan Alat Transportasi 176

5.5 Kondisi Arsitektur Tempat Tinggal dan Tempat Ibadah 182

BAB VI IDEOLOGI DIBALIK GAYA HIDUP MASYARAKAT

PASCAPENJUALAN TANAH DI DESA KUTUH 192

6.1 Ideologi Tata Cara Memilih dan Memakai Pakaian 197

6.2 IdeologiTata Cara Memilih dan Mengkonsumsi Makanan 210

6.3 IdeologiPemanfaatan Waktu Senggang 216

6.4 Ideologi Kepemilikan Alat Transportasi 221

6.5 Ideologi Kondisi Arsitektur Tempat Tinggal dan Tempat Ibadah 228

BAB VII IMPLIKASI GAYA HIDUP MASYARAKAT

PASCAPENJUALAN TANAH DI DESA KUTUH 240

7.1 Masyarakat Konsumtif 241

Page 11: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

7.2 Masyarakat Ekonomi Kreatif 248

7.3 Kesetaraan Gender dalam Pembagian Hasil Penjualan Tanah 265

7.4 Kepemilikan Peralatan Rumah Tangga 270

BAB VIII SIMPULAN, TEMUAN DAN SARAN 293

8.1 Simpulan 293

8.2 Temuan Penelitian 295

8.3 Saran 297

DAFTAR PUSTAKA 299

LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA 311

DAFTAR INFORMAN 314

Page 12: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas dan Penggunaan Lahan di Desa Kutuh 58

Tabel 4.2Jumlah Penduduk Desa KutuhMenurut Usia 71

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan 74

Tabel 4.4 Lembaga Pendidikan dari TK sampai SLTA 75

Tabel 6.1 Perbedaan Agama Hindu dengan Agama Pasar 196

Page 13: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Penelitian 47

Gambar 4.1Kantor Perbekel Desa Kutuh 57

Gambar 4.2Pohon Kutuh 60

Gambar 4.3 Pura Gunung Payung 85

Gambar 4.5 Prosesi NgabenMassal di Desa Kutuh 88

Gambar 4.6 Gambar Sekha Angklung Desa Kutuh 105

Gambar 4.7 Tari Kecak Desa Kutuh 106

Gambar 4.8Usaha-usaha yang Ada di Pantai Pandawa

Desa Kutuh 115

Gambar 4.9 Lapangan Golf di Desa Kutuh 120

Gambar 4.10 Beberapa Vila yang ada di Desa Kutuh 121

Gambar 4.11 Restoran yang dekat Pantai Pandawa 122

Gambar 5.1 Seorang warga Desa Kutuh

yang memilih baju di shopping mall 127

Gambar 5.2 Pakaian adat ke Pura 130

Gambar 5.3 Beberapa Model Gaya Berpakaian 135

Gambar 5.4 Pakaian Endek kombinasi brokat 142

Gambar 5.5 Makanan Tradisional Masyarakat Kutuh 148

Gambar 5.6 Lauk Khas Desa Kutuh 155

Gambar 5.7Makanan dan Minuman Favorit di Restoran 158

Gambar 5.8 Makan di Restoran dan di mall 161

Gambar 5.9Rekreasi di Toko dan Big Garden Padang Galak 167

Gambar 5.10 Jalan-jalan dan Tirtayatra

Pengelola Desa Kutuh & PKK 169

Gambar 5.11 Pesta Ulang Tahun Salah Satu

Warga Desa Kutuh 171

Gambar 5.12 Kepemilikan Alat Transportasi 182

Gambar 5.13 Sebelum renovasi, sesudah renovasi

Page 14: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

xv

rumah dan bale gede 184

Gambar 5.14 Sebelum renovasi tempat ibadah

dan setelah renovasi tempat ibadah 185

Gambar 6.1 Seorang Warga Desa Kutuh yang

Selesai Belanja di Mall 199

Gambar 6.2 Pakaian Adat ke Pura 207

Gambar 6.3 Masyarakat yang Makan di Restoran 212

Gambar 6.4Tirtayatra Masyarakat Desa Kutuh Ke

Pura Besakih dan Lumajang 220

Gambar 6.5 Penggunaan Alat Transportasi 224

Gambar 6.6 Tempat Ibadah Setelah direnovasi 233

Gambar 6.7Bangunan Rumah Modern di Desa Kutuh 237

Gambar 7.1 Tempat Tongkrongan Remaja Desa Kutuh 245

Gambar 7.2 Bidang Usaha Vila 256

Gambar 7.3 Usaha yang dimiliki oleh Bapak Nyoman Lana 257

Gambar 7.4 Penyewaan Parkir Mobil, Kost-kostan, Toko 259

Gambar 7.5 Beberapa usaha yang dimiliki 261

Gambar 7.6 Peralatan rumah tangga 277

Page 15: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

GLOSARIUM

awig-awig =acuan hukum normatif yang mendasari tatanan

dan proses kehidupan sosial, budaya, dan religi

dari masyarakat desa adat di Bali (kurang lebih

bisa disejajarkan sebagai semacam konstitusi desa

adat)

banjar = kesatuan masyarakat desa di Bali yang

strukturnya berada di bawah desa adat

bendesa adat = sebutan untuk kepala desa adat/pakraman di Bali

desa pakraman =kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali

yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata

krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu

secara turun temurun dalam ikatan kahyangan

tiga atau kahyangan desa yang mempunyai

wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta

berhak mengurus rumah tangganya sendiri.

malaspas = upacara pembersihan dan penyucian bangunan

yang baru selesai dibangun atau baru ditempati.

ngaben = upacara pengembalian badan kasar dan halus ke

asalnya.

ngusaba kedasa = salah satu upacara yang erat kaitannya dengan

pelestarian alam dan budaya Bali yang umum

dilakukan di Desa Tenganan.

penyakap = petani yang mengusahakan lahan milik orang lain

dan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan.

pemedek = orang-orang yang bersembahyang di pura.

pitra yadya = korban suci yang tulus ikhlas ditujukan kepada

pitara/leluhur untuk keselamatan bersama.

pura paibon = pura keluarga.

sanggah = tempat suci keluarga bagi umat Hindu.

Page 16: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

xvii

sekaa =kesatuan organisasi masyarakat di desa adat Bali

yang dibentuk untuk suatu tujuan khusus tertentu.

tirtayatra =perjalanan ke tempat-tempat suci yang bertujuan

untuk meningkatkan kesucian pribadi dan

memperkuat keimanan kepada Tuhan.

wewangsalan =pantun Bali

Page 17: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

DAFTAR SINGKATAN

BPD : Badan Pemusyawaratan Desa

BPLP : Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata

BTDC : Bali Tourism Development Corporation

GPCP : Gunung Payung Cultural Park

ILO : International Labour Organization

KTI : Karang Taruna Indonesia

LPMD : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MoU : Memorandum of Understanding

OKB : Orang Kaya Baru

PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

PT BRW : Perseroan Terbatas Bali Raga Wisata

PT ITDC : Perseoan Terbatas Indonesia Tourism Development Corporation

RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

SCETO : Societe centrale Equipment Turistique Outre-Mer

Page 18: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

xix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Judul penelitian ini menunjukkan bahwa yang hendak disoroti adalah gaya

hidup warga masyarakat di Desa Kutuh, khususnya yang telah menjual tanah

mereka. Secara implisit judul ini juga mencerminkan asumsi bahwa perolehan

uang hasil penjualan tanah itu diiringi oleh tindakan yang menunjukkan

perubahan gaya hidup mereka.

Agaknya asumsi seperti itu cukup logis, mengingat perkembangan gaya

hidup berkaitan sangat erat dengan budaya konsumen (Chaney, 2004:40). Artinya,

masyarakat pendukung budaya konsumen, yaitu masyarakat konsumtif sangat

membutuhkan uang untuk membiayai gaya hidupnya. Kadang kala kebutuhan

uang untuk memenuhi tuntutan gaya hidup seseorang tidak sebanding dengan

kemampuan ekonominya. Dalam keadaan demikian, orang pun tidak segan-segan

mencari kredit untuk mencicil barang yang dibutuhkan untuk memoles gaya

hidupnya.

Tampaknya orang Bali pun tidak luput dari urusan kredit dalam rangka

gaya hidupnya. Sehubungan dengan itu Atmadja (2010:111) menegaskan bahwa

berutang merupakan gaya hidup, bahkan telah membudaya dalam masyarakat

Bali. Hal ini berarti bahwa tanpa memiliki uang yang cukup pun orang tetap

mengembangkan gaya hidupnya, apalagi memiliki uang yang cukup tentu saja

orang senantiasa tidak akan membiarkan gaya hidupnya ketinggalan zaman.

Page 19: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

Munculnya gagasan dan asumsi judul penelitian sebagaimana dipaparkan

di atas dilatarbelakangi oleh adanya penjajakan. Catatan notaris (2016)

menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 - 2015 sebanyak 95 orang

warga masyarakat Desa Kutuh, menjual tanahnya. Terkait dengan hal ini, Bali

Post (5 Februari 2008) memberitakan bahwa dengan semakin pesatnya

perkembangan pariwisata di wilayah Desa Kutuh yang ditandai dengan adanya

objek wisata Pantai Pandawa telah mendorong para investor untuk membeli tanah

di Desa Kutuh. Dalam keadaan demikian, tanah masyarakat Desa Kutuh telah

terjual kepada investor dengan harga yang relatif murah pada tahun 1990, yakni

sekitar Rp 3.000.000,00 per are. Akan tetapi, harga tanah di Desa Kutuh sudah

mencapai sekitar Rp 175.000.000,00 per are.

Semula tanah yang dijual merupakan pertanian lahan kering yang oleh

para pemiliknya digunakan untuk bercocok tanam palawija berupa kacang-

kacangan, jagung, dan umbi-umbian seperti ketela pohon dan ketela rambat.

Berdasarkan hal itu, dapat diketahui bahwa status social ekonomi warga

masyarakat Desa Kutuh yang menjual tanah adalah sebagai petani, yaitu petani

Desa Kutuh. Tujuan mereka menjual tanah tentu saja untuk memperoleh uang.

Uang yang diperoleh itu dipakai untuk membeli barang yang tersedia di pasar

yang dibutuhkannya antara lain untuk bergaya hidup.

Berkenaan dengan gaya hidup petani dikenal teori “Gaya Hidup Petani

Desa Robert Redfield yang menyatakan bahwa yang menandai gaya hidup petani

desa antara lain sikap konservatif dan mendambakan kekayaan (Danandjaja,

1988:47). Berdasarkan teori ini dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Kutuh

Page 20: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

xxi

yang merupakan petani sepantasnya bersikap konservatif dan mendambakan

kekayaan. Berdasarkan sikap itu mestinya mereka senantiasa melakukan tindakan

untuk mempertahankan atau melestarikan pola-pola tindakan khas yang telah

menjadi tradisi dalam kehidupan masyarakat petani Desa Kutuh. Selain itu,

mengingat sikap mendambakan kekayaan juga merupakan penanda gaya hidup

petani desa, maka sesuai dengan pepatah lama (hemat pangkal kaya), semestinya

masyarakat petani Desa Kutuh juga tetap hidup menghemat agar kekayaan yang

didambakan dapat diwujudkan.

Berbeda dengan teori yang menyatakan gaya hidup petani desa ditandai

oleh sikap konservatif sebagaimana dipaparkan di atas, Chaney (2004 : 40)

menyatakan bahwa gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern, atau yang

biasa juga disebut modernitas. Ini berarti bahwa dalam rangka bergaya hidup,

manusia senantiasa berorientasi pada modernisasi sehingga perubahan sikap dan

perilaku justru dianggap penting, sedangkan sikap dan perilaku konservatif bisa

dianggap ketinggalan zaman. Berdasarkan gagasan seperti ini tidak tertutup

kemungkinan bahwa masyarakat Desa Kutuh yang petani itu pun berorientasi

pada modernisasi. Kemungkinan seperti ini terlihat bersesuaian dengan penegasan

Ibrahim (2011:11-12) sebagai berikut.

“Dalam masyarakat mutakhir seringkali soal cita rasa dan gaya hidup tidak

jelas lagi batas-batasnya. Gaya hidup kini bukan lagi monopoli suatu kelas,

tapi sudah lintas kelas. Mana yang kelas atas, menengah/bawah sudah

bercampur baur dan terkadang dipakai berganti-ganti”.

Jadi, ada dua kemungkinan yang tidak hanya berbeda, tetapi juga saling bertolak

belakang mengenai gaya hidup masyarakat Desa Kutuh, sebagaimana dipaparkan

di atas.

Page 21: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

Berdasarkan hal ini masalah penelitian yang penting dan perlu dikaji

adalah kurangnya pengetahuan mengenai cara masyarakat Desa Kutuh

mengonstruksi kemasan gaya hidup mereka sebagai warga masyarakat yang

semula adalah petani, tetapi kini hidup pada era modern, bahkan era postmodern.

Masalah penelitian ini perlu dikaji tidak hanya untuk menambah pengetahuan

mengenai berbagai hal terkait dengan masalah tersebut, tetapi juga untuk

melahirkan pemikiran tertentu yang bisa bermanfaat, baik secara teoretis maupun

praktis.

Jika dicermati secara lebih mendalam, tampak bahwa kedua kemungkinan

atau dugaan yang saling bertolak belakang sebagaimana dipaparkan di atas

mengandung kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dugaan pertama bahwa di

kalangan masyarakat Bali telah muncul wacana tentang ajeg Bali, maka

kemungkinan orang Bali, termasuk masyarakat Desa Kutuh berusaha

mempertahankan (konservasi) tradisi budayanya, termasuk mempertahankan

pola-pola tindakannya yang disebut gaya hidup petani desa. Kelemahan dugaan

ini adalah bahwa masyarakat Bali telah dilanda oleh pengaruh globalisasi

sehingga dugaan kedua menjadi kuat.

Dikatakan kuat karena pada era globalisasi ini terjadi perubahan mendasar

dalam kehidupan masyarakat Bali sehingga gaya hidup mereka pun ikut berubah

(Atmadja, 2010). Dalam keadaan demikian, gaya hidup seseorang dari golongan

petani desa seperti halnya petani Desa Kutuh yang telah menjual tanahnya belum

tentu selalu atau hanya menunjukkan tradisi budaya yang ada di dalam masyarakat

Page 22: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

xxiii

Desa Kutuh. Mereka juga bisa tampil dengan meniru gaya hidup orang dari

komunitas atau kelas lain.

Logika yang lebih meyakinkan adalah bahwa gaya hidup masyarakat Desa

Kutuh tidak sepenuhnya bersifat konservatif. Hal ini bisa terjadi mengingat

sejalan dengan perkembangan pariwisata di Kuta Selatan, masyarakat Desa Kutuh

kini tidak hanya hidup bersama komunitasnya, tetapi juga berinteraksi dengan

berbagai pihak dari berbagai daerah di Bali dan Indonesia, bahkan dari

mancanegara. Seiring dengan hal ini mereka pun menjual tanah mereka. Hal ini

menandakan bahwa mereka tidak mengonservasi, tetapi mengonversi atau

mengubah status kepemilikannya atas tanah mereka.

Pergaulan atau interaksi masyarakat Desa Kutuh yang sangat luas itu

membuka peluang bagi mereka untuk melakukan peniruan gaya hidup pihak lain

yang tergolong modern. Namun, sikap konservatif yang menandai gaya hidup

petani dinyatakan bersifat universal karena dapat ditemukan pada petani desa di

berbagai desa di dunia, seperti Polandia, Cina, Kurdish, Guatamala, Bali,

Kalimantan Tengah, dan Pulau Nias (Danandjaja, 1988:47). Karena kedua

macam dugaan berbeda tentang gaya hidup masyarakat Desa Kutuh tadi sama-

sama mengandung kekuatan dan kelemahannya, perlu diformulasikan dugaan

yang lebih meyakinkan.

Adapun dugaan yang kiranya lebih meyakinkan dalam hal ini adalah

bahwa gaya hidup masyarakat petani desa atau mantan petani desa seperti halnya

masyarakat Desa Kutuh, Kuta Selatan bisa saja bersifat campuran atau hibrid.

Artinya, gaya hidup mereka tidak hanya menunjukkan ciri khas komunitasnya

Page 23: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

yang bersifat tradisional, tetapi menunjukkan juga ciri-ciri modernitas. Dugaan ini

terlihat kuat jika dikaitkan dengan pemikiran yang bersifat dialektis bahwa di

dalam modernitas ada tradisional dan di dalam tradisional ada modernitas. Kadar

tradisional dan modernitas dalam gaya hidup tampaknya berkaitan erat dengan

pilihan tiap-tiap pihak yang bersangkutan yang mungkin terus berubah sesuai

dengan perkembangan zaman. Hal ini sejalan dengan gagasan Ibrahim (2011:12 -

13) sebagai berikut.

“…ternyata pilihan gaya hidup yang kita buat dari sekian banyak pilihan

model gaya hidup yang ditawarkan dalam masyarakat adalah hasil dari

pergulatan diri kita dalam pencarian identitas dan sensibilitas kita dengan

lingkungan di mana kita hidup”.

Berdasarkan gagasan ini, dapat dikatakan bahwa gaya hidup yang bersifat

campuran atau hibrid bisa merupakan hasil upaya orang atau kelompok yang

bersangkutan menyatukan dua unsur gaya hidup yang tradisional dan yang

modern. Dalam konteks ini dikenal istilah “artikulasi” yang merupakan salah satu

istilah kunci dalam ilmu kajian budaya. Pentingnya istilah artikulasi dalam kajian

budaya terlihat dari diposisikannya istilah tersebut sebagai bagian dari glosarium

pada buku karangan Chris Barker yang berjudul Cultural Studies (2013:68). Di

samping itu, juga dimuat pada buku Kamus Kajian Budaya (2014:12) yang juga

ditulis oleh Barker. Secara ringkas, istilah artikulasi dalam hal ini dapat diartikan

sebagai upaya menyatukan dua hal yang berbeda dan tidak mempunyai kaitan

yang niscaya. Oleh karena itu, salah satu masalah yang perlu dijadikan fokus

penelitian ini adalah cara masyarakat Desa Kutuh mengartikulasikan gaya

hidupnya. Hal ini penting unrtuk mengetahui bobot dimensi tradisional dan

modernitas dalam gaya hidup masyarakat Desa Kutuh.

Page 24: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

xxv

Artikulasi itu penting untuk dikaji, tetapi untuk memperoleh gambaran

yang lebih dalam mengenai gaya hidup masyarakat Desa Kutuh maka diperlukan

telaah terhadap aspek-aspek lain yang berkaitan dengan gaya hidup mereka. Satu

aspek yang lazim dikaji dalam kajian budaya adalah ideologi yang ada di balik

tindakan yang dilakukan orang atau kelompok tertentu (Barker, 2013:68). Aspek

ideologi menjadi penting dalam penelitian ini selain karena penelitian ini adalah

penelitian kajian budaya juga mengingat gaya hidup sebagaimana dikemukakan di

atas merupakan pilihan.

Tentu saja memilih gaya hidup merupakan suatu tindakan sedangkan

tindakan manusia dipandu oleh ideologi yang diturunkan ke dalam kerangka aksi

dan aturan-aturan tindakan (Takwin, 2003:7). Ideologi dijadikan kerangka suatu

aksi atau aturan tindakan karena ideologi sebagaimana dikemukakan oleh Jones

dan Wareing (dalam Atmadja dan Anantawikrama, 2008:240) juga bisa dilihat

sebagai “keyakinan-keyakinan yang dirasakan logis dan „wajar‟ oleh orang-orang

yang menganutnya”. Jadi, melalui kajian aspek ideologi di balik gaya hidup

dimungkinkan untuk memperoleh gambaran yang lebih dalam lagi mengenai gaya

hidup masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, rumusan masalah juga

perlu dikaji dalam penelitian adalah rumusan masalah yang mempertanyakan

ideologi yang ada di balik gaya hidup masyarakat Desa Kutuh pascapenjualan

tanah.

Jika kajian tentang ideologi yang ada di balik gaya hidup yang

memungkinkan mendorong orang untuk melakukan tindakan yang dirasakan logis

dan wajar dalam memilih gaya hidup, maka masih ada lagi yang kiranya tidak

Page 25: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

kalah pentingnya untuk dikaji, yakni implikasi gaya hidup masyarakat Desa Kutuh

dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini perlu dikaji karena implikasi

sebagaimana dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:529) dan

oleh Keraf (1985:8), bahwa implikasi biasanya tidak ditegaskan padahal sudah

ada atau terangkum dalam suatu fenomena. Jadi, implikasi bersifat implisit dalam

suatu fenomena, tetapi tidak disebut-sebut mungkin karena kurang disadari bahwa

itu penting. Dengan demikian, satu rumusan masalah lagi yang juga penting

dalam hal ini adalah yang mempertanyakan hal-hal yang terangkum atau tercakup,

tetapi tidak ditegaskan dalam gaya hidup masyarakat Desa Kutuh.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan alasan-alasan yang telah dikemukakan pada paparan

mengenai latar belakang di atas, ada tiga rumusan masalah yang hendak dikaji

dalam penelitian ini. Adapun tiga rumusan masalah tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Bagaimanakah masyarakat Desa Kutuh mengartikulasikan gaya hidup

pascapenjualan tanah?

2. Ideologi apakah yang ada di balik gaya hidup masyarakat Desa Kutuh

pascapenjualan tanah mereka?

3. Bagaimanakah implikasi gaya hidup masyarakat Desa Kutuh pascapenjualan

tanah mereka?

1.3 Tujuan Penelitian

Page 26: ABSTRAK€¦ · kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan sofa. ... dan berdampak pada kesenjangan sosial dalam masyarakat. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi seiring dengan perubahan

xxvii

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah di Desa

Kutuh di samping itu, juga untuk mengetahui kepedulian serta kebijakan

pemerintah, swasta beserta stakeholder lainnya, termasuk masyarakat, LSM yang

peduli terhadap perubahan gaya hidup masyarakat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui artikulasi gaya hidup masyarakat pascapenjualan tanah

di Desa Kutuh.

2. Untuk memahami ideologi di balik gaya hidup masyarakat pascapenjualan

tanah di Desa Kutuh.

3. Untuk menginterpretasi implikasi gaya hidup masyarakat pascapenjualan

tanah di Desa Kutuh.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Diharapkan temuan penelitian ini dapat menambah wawasan,

pengetahuan, dan referensi di bidang kajian budaya dalam hal gaya hidup

masyarakat pascapenjualan tanah di Desa Kutuh.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan

bagi penentu kebijakan untuk memecahkan masalah gaya hidup masyarakat

pascapenjualan tanah di Desa Kutuh.