perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ABSTRAK Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2010 dengan Metode Pendekatan data Envelopment Analysis (DEA) SORAYA ISNAENI F0108023 Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Efisiensi dalam dunia perbankan meerupakan salah satu parameter kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan – kesulitan dalam menghitung ukuran – ukuran kinerja perbankan. Salah satu cara mengetahui kinerja perbankan syariah sendiri dapat dilihat dari tingkat efisiensinya, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat efisiensi teknik perbankan syariah di Indonesia tahun 2010, yang terdiri dari 10 Bank Umum Syariah (BUS) dan 5 Unit Usaha Syariah (UUS). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA), dimana variabel yang digunakan terdiri dari input (simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja) dan output (pembiayaan dan pendapatan operasional) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Bank Umum Syariah yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100% adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan Bank Victoria Syariah. Sedangkan Unit Usaha Syariah yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100% adalah BII (Maybank), Bank Tabungan Negara, Bank Jateng, dan Bank Permata. Sedangkan bank-bank syariah lainnya mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami inefisiensi selama tahun pengamatan. Hasil penelitian analisis efisiensi perbankan syariah membenarkan secara statistik efisiensi perbankan syariah. Meskipun terdapat perbedaan efisiensi antara Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Dengan kata lain efisiensi kedua kelompok dapat dikatakan sama. Kata Kunci : Tingkat Efisiensi Teknik, Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, DEA.
99
Embed
ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Analisis... · Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2010 dengan Metode Pendekatan data Envelopment Analysis (DEA) ... (Booklet Perbankan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ABSTRAK
Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2010 dengan
Metode Pendekatan data Envelopment Analysis (DEA)
SORAYA ISNAENI
F0108023
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Efisiensi dalam dunia perbankan meerupakan salah satu parameter kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan – kesulitan dalam menghitung ukuran – ukuran kinerja perbankan.
Salah satu cara mengetahui kinerja perbankan syariah sendiri dapat dilihat dari tingkat efisiensinya, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat efisiensi teknik perbankan syariah di Indonesia tahun 2010, yang terdiri dari 10 Bank Umum Syariah (BUS) dan 5 Unit Usaha Syariah (UUS). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA), dimana variabel yang digunakan terdiri dari input (simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja) dan output (pembiayaan dan pendapatan operasional)
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Bank Umum Syariah yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100% adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan Bank Victoria Syariah. Sedangkan Unit Usaha Syariah yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100% adalah BII (Maybank), Bank Tabungan Negara, Bank Jateng, dan Bank Permata. Sedangkan bank-bank syariah lainnya mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami inefisiensi selama tahun pengamatan.
Hasil penelitian analisis efisiensi perbankan syariah membenarkan secara statistik efisiensi perbankan syariah. Meskipun terdapat perbedaan efisiensi antara Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Dengan kata lain efisiensi kedua kelompok dapat dikatakan sama.
Kata Kunci : Tingkat Efisiensi Teknik, Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, DEA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRACT
An Analysis on Syariah Banking Efficiency in Indonesia in 2010 with Data Envelopment Analysis (DEA) approach method
SORAYA ISNAENI F0108023
Efficiency is one of performance parameter theoretically constituting one
of performances underlying an organization’s entire performance. Efficiency in banking sector is a popular parameter of performance, used widely because it is an answer to difficulties in calculating the measures of banking performance.
One way of seeing the performance of syariah banking is to look at its efficiency, so that this research aims to find out and to analyze the efficiency level of syariah banking technique in Indonesia in 2010, consisting of 10 Syariah Public Bank (BUS) and 5 Syariah Business Unit (UUS). In this research, the method used was Data Envelopment Analysis (DEA), in which the variable used consisted of input (saving, asset, and labor cost) and output (operational cost and income).
The result of research showed that the Syariah Public Banks that had achieved efficiency level of 100% were Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, and Bank Victoria Syariah. Meanwhile the Syariah Business Units that had achieved efficiency level of 100% were BII (Maybank), Bank Tabungan Negara, Bank Jateng, and Bank Permata. Meanwhile, other syariah banks experienced fluctuation and tended to experience inefficiency during observation year.
The result of research on the efficiency analysis of syariah bank justified statistically the efficiency of syariah banking. Despite any efficiency difference between Syariah Public Bank and Syariah Business Unit, it was not significant. In other words, the efficiency of both groups above could be said as the same.
Keywords: Technical Efficiency Level, Syariah Public Bank, Syariah Business Unit, DEA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip
Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluar-kan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah. (Booklet Perbankan Indonesia, 2011)
System keuangan islam secara garis besar dapat dikemukakan secara
sederhana. System ini terutama dapat atas skema PLS (profit-and-loss-sharing)
atau system bagi hasil. Bank islam yang dikenal dengan bank syariah, tidak
menetapkan system bunga, melainkan system bagi hasil, dimana bank juga
menjagak deposan ikut serta dalam suatu usaha. Deposan juga mendapatkan
bagian dari keuntungan bank tersebut, sesuai dengan rasio yang telah ditetapkan
di awal. Dengan demikian maka akan terjalin hubungan kemitraan antara bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dan deposan di satu pihak, dan di pihak lain antara bank dan nasabah investasi,
yang mengelola simpanan deposan dalam berbagai usaha produktif. Dengan
menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan
skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif
sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Landasan hukum, yang menjadi titik tolak perkembangan bank syariah di
Indonesia adalah UU No.7/1992 yang diubah oleh UU No.10 Tahun 1998 tentang
Perbankan. Dalam UU tersebut prinsip syariah sudah dinyatakan, meskipun masih
samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil, yang kemudian diperbaharuhi
dengan UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU No 3 tahun
2004. Undang-undang ini memberikan arahan bagi bank konvensional untuk
membuka cabang syariah atau mengkonversikan diri menjadi bank syariah.
Prinsip perbankan syariah secara tegas dinyatakan dalam UU No.21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah
Potensi dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia cukup besar,
dimana penduduk Indonesia yang mempunyai penduduk yang mayoritas
beragama islam. Yang artinya juga memiliki sumber daya manusia (SDM) yang
sangat potensial. Perbankan syariah sebagai industri keuangan yang berbasis
sektor riil sangat sesuai dengan kondisi perekonomian di Indonesia. Dimana
perkembangan pertumbuhan pasar keuangan, khususnya perbankan syariah
nasional yang semakin meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Perbankan Syariah dalam sepuluh tahun terakhir telah mengalami
peningkatan yang cukup pesat. Survey yang digelar oleh Bank Indonesia terhadap
industry ini, memperlihatkan minat besar masyarakat terhadap industri perbankan
syariah. “Hasil riset dan survei BI menunjukkan minat masyarakat terhadap bank
syariah cukup tinggi. (Sekitar) 89 persen menerima prinsip syariah,” (Ketua Tim
komisi, laba (rugi) transaksi valuta asing, fee sistem online-
payment point.
B. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah
data yang diperoleh dari orang lain yang melakukan penelitian dari sumber-
sumber yang telah ada (Hasan, 2000). Data sekunder diperoleh dari laporan
keuangan tahunan bank syariah baik yang dikategorikan BUS maupun UUS
berskala nasional pada tahun 2010.
Data sekunder yang dibutuhkan antara lain:
1. Jumlah simpanan diperoleh dari neraca dalam laporan
keuangan tahunan bank syariah baik BUS maupun UUS
bersangkutan selama periode pengamatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2. Jumlah aset yang diperoleh dari neraca dalam laporan
keuangan tahunan bank syariah baik BUS maupun UUS
bersangkutan selama periode pengamatan.
3. Biaya tenaga kerja atau biaya personalia diperoleh dari
laporan laba/rugi dalam laporan keuangan tahunan bank
syariah baik BUS maupun UUS bersangkutan selama periode
pengamatan.
4. Pembiayaan dari neraca dalam laporan keuangan tahunan
bank syariah baik BUS dan UUS bersangkutan selama
periode pengamatan.
5. Pendapatan operasional diperoleh dari laporan laba/rugi
dalam laporan keuangan tahunan bank syariah baik BUS dan
UUS bersangkutan selama periode pengamatan.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah semua objek atas individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2000).
Populasi dalam penelitian ini adalah bank-bank syariah baik yang termasuk
BUS maupun UUS yang terdaftar dalam Bank Indonesia pada tahun 2010.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya akan
diduga dan dianggap dapat mewakili populasinya. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan secara purposive sampling artinya metode pemilihan
sampel dipilih berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang berarti
pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah bank syariah baik
yang tergolong BUS maupun UUS berskala nasional yang terdaftar di Bank
Indonesia pada tahun pengamatan, yaitu pada tahun 2010.
Adapun kriteria dalam pengambilan sampel meliputi:.
1. Bank syariah baik BUS maupun UUS yang secara konsisten
terdaftar sebagai bank yang menyajikan laporan keuangan tahunan
pada periode 2010.
2. Bank syariah baik BUS maupun UUS yang secara konsisten
terdaftar sebagai bank devisa maupun non-devisa dan termasuk
sebagai bank bank persero maupun swasta nasional pada periode
pengamatan, yaitu 2010.
Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling diperoleh
sebanyak 15 bank syariah yang layak diteliti, di mana bank-bank tersebut
termasuk BUS maupun UUS. Adapun 10 Bank Umum Syariah dalam
penelitian ini, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri
(BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), Bank Negara Indonesia (BNI)
Syariah, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank
Central Asia (BCA) Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Jabar Banten
Syariah. Dan 5 Unit Usaha Syariah dalam penelitian ini adalah Bank
Danamon Syariah, BII (Maybank), Bank Permata, Bank Tabungan Negara
(BTN), Bank Jateng. Bank-bank syariah yang dijadikan sampel tersebut secara
konsisten terdaftar sebagai bank syariah di Bank Indonesia, serta menyajikan
laporan keuangan tahunan pada periode pengamatan yaitu 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
D. Metode Analisis
1. Metode Pengukuran Efisiensi dengan DEA
Efisiensi teknis perbankan diukur dengan menghitung rasio antara
output dan input perbankan. Data Envelopment Analysis (DEA) akan
menghitung bank yang menggunakan input n untuk menghasilkan
output m yang berbeda (Miller dan Noulas; 1996).
Efisiensi bank diukur sebagai berikut :
adalah efisiensi teknik bank s.
merupakan jumlah output i yang diproduksi oleh bank s
adalah jumlah input j yang digunakan oleh bank s
merupakan bobot output I yang dihasilkan oleh bank s
adalah bobot input j yang diberikan oleh bank s, dan I dihitung
dari 1 ke m serta j dihitung dari 1 ke n.
Persamaan (1) menunjukan adanya penggunaan satu variabel input dan
satu output. Rasio efisiensi ( ), kemudian dimaksimalkan dengan
kendala sebagai berikut :
Dimana N menunjukan jumlah bank dalam sampel. Pertidaksamaan
pertama menunjukan adanya efisiensi rasio untuk UKE lain tidak lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dari 1, sementara pertidaksamaan kedua berbobot positif. Angka rasio
akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien
apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya
jika mendekati 0 menunjukan efisiensi bank yang semakin rendah.
Pada DEA, setiap bank dapat menetukan pembobotnya masing –
masing dan menjamin bahwa pembobot yang dipilih akan
menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik. Beberapa bagian program
linier ditransformasikan kedalam program ordinary linier secara primal
atau dual sebagai berikut :
Kendala
Efisiensi pada masing-masing bank dihitung menggunakan
programasi linier dengan memaksimumkan jumlah output yang
dibobot dari bank s. kendala jumlah input yang dibobot harus sama
dengan satu untuk bank s, sedangkan kendala untuk semua bank, yaitu
jumlah output yang dibobot dikrangi jumlah input yang dibobot harus
kurang atau sama dengan 0 (nol). Hal ini berarti semua bank akan
berada atau dibawah refrensi kinerja frontier yang merupakan garis
lurus yang memotong sumbu origin (Insukindro, dkk, 2000:20)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Programasi linier yang menunjukan asumsi VRS adalah :
Kendala
Dimana merupakan penggal yang dapat bernilai positif atau
negative. Transformasi juga dapat dilakukan secara dual dengan
minimisasi input sebagai berikut :
Minimisasi
Kendala
Dan bebas.
Variabel , merupakan efisiensi teknis dan bernilai antara 0
dan 1. Programasi linier pada persamaan (7) dan (8) diasumsikan
constant return to scale (CRS). Efisiensi teknis ( ) diukur sebagai
rasio KF/KS dan bernilai kurang dari satu. Sementara (1- )
menerangkan jumlah input yang harus dikurangi untuk menghasilkan
output yang sama sebagai bentuk efisiensi bank. Kedua perhitungan,
minimisasi input atau maksimisasi output, primal atau dual akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
memberikan hasil yang relative sama, sehingga dalam penelitian ini
akan menghitung efisiensi dari satu sisi yaitu maksimisasi output.
(Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009 )
2. Input dan Output
Pengukuran efisiensi teknik DEA, langkah yang penting dilakukan
adalah penentuan variabel-variabel input dan variabel-variabel output.
Adapun variabel input-output yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat di tabel 3.1. Variabel input dalam penelitian ini mencakup:
simpanan, aset dan biaya tenaga kerja/personalia. Penelitian ini juga
menggunakan variabel output, yaitu: pembiayaan dan pendapatan
operasional.
Tabel 3.1 Variabel input dan output
No Variable Jenis Variabel Satuan 1 Simpanan Input Juta Rupiah 2 Aset Input Juta Rupiah 3 Biaya Tenaga Kerja Input Juta Rupiah 4 Pembiayaan Output Juta Rupiah 5 Pendapatan Operasional Output Juta Rupiah
Adapun variabel-variabel pada tabel diatas akan digunakan dalam
penelitian ini untuk mengukur dan menganalisis efisiensi teknik perbankan
syariah di Indonesia dengan metode DEA. Pemilihan variabel tersebut
berkaitan dengan pendekatan yang digunakan yaitu intermediasi dan
kegiatan utama dari bank syariah sebagai suatu bank. Penelitian ini
berasumsi dana yang dikumpulkan dari masyarakat (simpanan), aset
secara keseluruhan dan biaya tenaga kerja akan digunakan sebagai input
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
serta dana yang disalurkan kepada masyarakat (pembiayaan) dan
pendapatan operasional sebagai output. Aktiva likuid tidak dimasukkan ke
dalam variabel input dengan mempertimbangkan bahwa kegiatan utama
bank adalah menyalurkan dana kredit (pembiayaan) (Fadzlan Sufian,
2006).
3. One Sample Test
One sample t test merupakan teknik analisis untuk membandingkan
satu variabel bebas. Teknik ini digunakan untuk menguji apakah nilai
tertentu berbeda secara signifikan atau tidak dengan rata-rata sebuah
sampel. Uji One Sample t-Test yaitu pengujian terhadap nilai rata-rata
suatu observasi, apakah secara statistik berbeda dari nol atau sama dengan
nol. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata efisiensi
yang digunakan sebagai pembanding dengan rata-rata sebuah sampel. Dari
hasi uji ini akan diketahui apakah rata-rata efisiensi yang digunakan
sebagai pembanding berbeda secara signifikan dengan rata-rata sebuah
sampel, jika ada perbedaan, rata-rata manakah yang lebih tinggi.
Pengujian satu sampel ini pada prinsipnya ingin menguji apakah suatu
nilai tertentu berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah
sampel dan karena jumlah sample yang diambil di bawah 30 sampel
(Santoso, 2009). Pada penulisan ini pengujian hipotesis untuk rata-rata
abnormal return, dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dan t-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
tabel, lalu membuat kesimpulan. Di bawah ini merupakan kriteria dalam
pengujian hipotesis pada penulisan ini, yaitu sebagai berikut.
Untuk hipotesis pertama, digunakan uji kanan:
Ho1 diterima jika t hitung < t- tabel
Ha1 ditolak jika t hitung > t- tabel
Untuk hipotesis kedua, digunakan uji kiri:
Ho2 diterima jika t hitung > -t- tabel
Ha2 ditolak jika t hitung < -t- tabel
4. Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test)
Uji normalitas ini dilakukan sebagai syarat untuk melakukan uji beda
independent sample T-test. Uji normalitas ini dapat dilakukan dengan
analisis statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S
dilakukan dengan membuat hipotesis:
· H0: Data residual berdistribusi normal.
Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas tidak
signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol diterima yang
berarti data residual terdistribusi normal.
· HA: Data residual tidak berdistribusi normal.
Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas
signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti
data residual terdistribusi tidak normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
5. Uji Beda Independent Sample T-Test
Pengolahan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik
statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (independent sample t-test).
Perbedaan antara rata-rata hitung dua sampel dicari dengan
menghitung rasio t. Rasio t dihitung dengan cara mencari selisih antara
rata-rata hitung kelompok sampel ke-2 dibagi simpangan baku perbedaan
rata-rata hitung kelompok sampel ke-1 dan ke-2 .
Cara yang dimaksud dapat dituliskan sebagai berikut :
Rumus untuk mencari simpangan baku perbedaan rata-rata hitung
adalah sebagai berikut :
Maka rumus t-test dapat dituliskan :
Keterangan :
= rata-rata hitung efisiensi BUK ( ) dan BUS ( ) berdasarkan
hasil analisis menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) selama
periode amatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
= simpangan baku perbedaan rata-rata hitung BUK dan BUS
= varian populasi
= jumlah subjek kelompok BUK dan jumlah subjek kelompok
BUS .
Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada
penelitian ini adalah untuk verifikasi kebenaran/kesalahan hipotesis, atau
dengan kata lain menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah
dibuat. Signifikasi yang akan dipakai adalah sebesar 95%.
Dimana :
Jika > maka hipotesis diterima ( ditolak)
Jika < maka hipotesis ditolak ( diterima)
Gambar 3.1
Daerah Pengujian t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan
dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam
kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan
alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat
Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan
konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat
secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi
sektor-sektor perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi
berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan
yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan
aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam
berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi
keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa
perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif,
perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa
terkecuali.
Pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan
berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan
hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan
harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya
penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung
kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-
transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem
keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka
menengah-panjang.
Diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan
industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum
yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat
lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai
rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun
terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam
mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.
Perjalanan Bank syariah di Indonesia dimulai dengan didirikannya
Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 dengan dasar UU No. 7
tahun 1992, walaupun pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
hanya sepintas diuraikan. Sistem bank syariah baru mulai dilirik sejak
terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998. Ketika itu, Bank Indonesia
melakukan uji kelayakan terhadap semua bank nasional, dan BMI yang
baru berumur beberapa tahun dan sebagai satu-satunya bank yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah menempati peringkat ke 43 dari 208
bank yang ada. Sejak itulah banyak bank konvensional mulai jatuh hati
dengan bank syariah dan mulai memberikan dan menyelenggarakan
pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi stafnya. Sebagian bank
tersebut ingin menjajaki untuk baik dengan mengkonversi bank
konvensionalnya dengan menjadi bank syariah sepenuhnya maupun hanya
dengan membuka divisi atau cabang syariah.
Hingga saat itu perkembangan perbankan syariah di Indonesia
dapat terbilang cukup pesat, apalagi sejak diberlakukannya Undang-
Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal
16 Juli 2008, yang membuat pengembangan industri perbankan syariah
nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan
mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Untuk mengetahui
seberapa besar perkembangan perbankan syariah selama 5 tahun terakhir,
mari kita lihat tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Aset Gabungan BUS dan UUS
Tabel Total Aset Gabungan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah (milyar rupiah)
2006 26.722
2007 36.538
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2008 49.555
2009 66.090
2010 97.519
2011 145.467
2012 143.888
Sumber : biro perbankan syariah, Bank Indonesia
Menurut data Bank Indonesia, terdapat 11 Bank Umum Syariah
(BUS) yang beroperasi di Indonesia dengan nilai aset per Januari 2012
adalah sebesar Rp115,3 Triliun tumbuh 46% dibandingkan pada Januari
2011 yang senilai Rp78,2 Triliun. Sedangkan aset 24 Unit Usaha Syariah
(UUS) per Januari 2012 adalah Rp28,6 Triliun tumbuh 63 persen
dibandingkan Januari 2011 yang hanya berjumlah Rp17,9 Triliun dan aset
155 Bank Perkreditan Rakyat Syariah per Januari 2012 adalah Rp3,61
Triliun dibanding posisi Januari 2011 yaitu Rp2,77 Triliun sehingga
meningkat 30,1%
Industri perbankan syariah dapat bertahan dari krisis global karena
tidak terkait dengan mekanisme pasar dan tanpa spekulasi. Di tahun 2010
pertumbuhan aset perbankan syariah global mencapai 8,9 persen dengan
total aset sebesar 900 miliar dolar AS. Dengan mayoritas penduduk
Indonesia yang beragama islam, seharusnya, pertumbuhan perbankan
syariah di Indonesia dapat lebih meningkat dan tumbuh secara signifikan.
Tentu saja masih banyak yang harus disiapkan oleh semua pihak yang
terlibat, instrumen penting dalam perkembangan perbankan syariah antara
lain pemenuhan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, peningkatan
inovasi produk dan layanan kompetitif serta berbasis kekhususan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kebutuhan masyarakat dan keberlangsungan program sosialisasi serta
edukasi kepada masyarakat. Jika ketiga unsur itu dapat dipenuhi dan
didukung dengan sarana infrastruktur yang memadai untuk
mempromosikan program syariah serta peningkatan instrumen syariah
yang terkait, harapannya adalah terwujudnya iklim dan situasi yang ideal
bagi perkembangan perbankan syariah di Indonesia.
Pertumbuhan perbankan pun mengalami kenaikan yang cukup
menggembirakan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 hanya ada 3 Bank
Umum Syariah (BUS), 19 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 92 Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), sedangkan hingga September 2011
sudah terdapat 11 BUS, 23 UUS, dan 154 BPRS. Hal ini dimungkinkan
dengan adanya UU No. 2 Tahun 2008 tentang batas waktu tahun 2023 bagi
UUS untuk menjadi BUS.
Perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang dan
layanannya telah dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan
statistik perbankan Indonesia tahun 2012, jumlah Bank Umum Syariah
(BUS) ada 11 unit, Unit Usaha Syariah (UUS) ada 24 unit dan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebesar 155 unit.
Tabel 4.2
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
2009 2010 2011 2012
Bank Umum Syariah
Jumlah Bank 6 11 11 11
Jumlah Kantor 711 1215 1401 1435
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Unit Usaha Syariah
Jumlah Bank 25 23 24 24
Jumlah Kantor 287 262 336 378
Bank Perkreditan Rakyat
Syariah
Jumlah Bank 138 150 155 155
Jumlah Kantor 225 285 364 389
Total Kantor 1223 1763 2101 2202
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2012
B. Analisis Variabel Input dan Output.
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, akan tetapi sampel tersebut bersifat secara spesifik yang
berarti bahwa sampel tersebut bersifat secara spesifik yang berarti bahwa
sampel tersebut mencerminkan Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) yang diteliti
dan tidak mencerminkan atau mewakili populasi secara umum. Beberapa bank
syariah baik BUS maupun UUS merupakan objek dalam penelitian ini, di
mana sampel yang diambil telah menyediakan laporan keuangan tahunan
selama objek pengamatan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, objek penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi 10 Bank Umum Syariah, dan 5 Unit Usaha Syariah :
a. Bank Umum Syariah (BUS), terdiri dari: BCA Syariah, BNI Syariah, BRI
syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank
Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Syariah Mandiri, Bank
Syariah Mega Indonesia, Bank Victoria Syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b. Unit Usaha Syariah (UUS), terdiri dari : Bank Permata, Bank
Danamon Indonesia, BII (Maybank), Bank Jateng, dan Bank Tabungan
Negara (BTN)
Efisiensi yang digunakan dalam pengukuran penelitian ini adalah tingkat
teknis yang diperoleh dari rasio input yang digunakan terhadap output yang
dihasilkan. Hasil olahan data input – output dengan menggunakan data
envelopment analysis (DEA) terhadap 10 BUS dan 5UUS. Hasil analisis ini
dibagi menjadi 2 kategori yakni bank yang efisien dan bank yg inefisien. Bank
yang efisien ditunjukan dengan score efisiensi yang sudah mencapai 100%
yang berarti penggunaan input untuk menghasilkan output sudah optimal.
Sedangkan, bank yang belum efisien secara teknis atau inefisien ditunjukan
dengan score efisiensi yang belum mencapai 100% dimana penggunaan input
menghasilkan output belum maksimal. Hasil pengolahan data ini juga
menunjukan target yang seharusnya dicapai. Target ini terdiri dari 5 objek,
yaitu :
a. Variable, merupakan nama nama variable input dan output yang
digunakan dalam analisis dan sebagai objek yang akan di evaluasi
tingkat efisiennya.
b. Actual, merupaka nilai dari variabel input dan output yang terjadi secara
rill dalam operasional bank.
c. Target, merupakan nilai yang seharusnya dicapai oleh variabel input dan
output untuk mencapai tingkat efisiensi maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
d. To Gain, merupakan presentase nilai yang masih bias dimaksimalkan
oleh variabel input untuk mencapai produktivitas maksimal, sedangkan
untuk variabel output merupakan presentase nilai yang belum dicapai.
e. Achieved, bagi variabel input adalah presentase nilai yang sudah
dimanfaatkan, sedangkan untyk variabel output merupakan presentase
nilai yang sudah dicapai.
Variabel – Variabel yang digunakan dalam penelitian.
Perhitungan efisiendi perbankan syariah dengan analisis DEA ini
menggunaksn tiga variabel input, yaitu : Simpanan, Aset, Biaya tenaga kerja /
beban operasional. Variabel outputnya meliputi pembiayaan dan pendapatan
operasional.
1) Simpanan
Variabel input pertama, simpanan yaitu jumlah dana masyarakat
baik individu maupun berbadan hukum yang dapat di himpun oleh bank
syariah (baik BUS / UUS)
Table 4.3 Simpanan
Bank Umum Syariah Kode Bank Simpanan Wadiah
(X₁) Bank Syariah Mandiri BSM 4.174.663.897.074 Bank Syariah Bukopin BSB 95.501.632.957
Bank Victoria Syariah BVS 2.776.000.000 Bank Mega Syariah BMS 1.182.822.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 171.250.704.000 BNI Syariah BNIS 644.624.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 2.514.428.195.000 Bank Panin Syariah BPS 15.335.161.000 BCA Syariah BCAS 96.610.518.088
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BRI Syariah BRIS 1.054.006.000.000
Unit Usaha Syariah Kode Bank Simpanan Wadiah
(X₁) BII (Maybank) BIIUUS 46.344.000.000 Bank Danamon BDUUS 275.663.000.000 Bank Permata BPUUS 241.016.000.000 Bank Jateng BJUUS 33.525.058.846 Bank Tabungan Negara BTNUUS 16.305.236.000 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.
Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah simpanan yang terdiri
atas tabungan syariah, deposito, dan giro syariah pada kesepuluh Bank
Umum Syariah (BUS) dalam penelitian ini. Bank Mandiri Syariah
mempunyai jumlah simpanan terbanyak yaitu 4,174 Triliyun rupiah, ini
artinya Bank Syariah Mandiri paling banyak menghimpun dana dari
masyarakat. Sedangkan Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah
oertama yang ada di Indonesia menduduki tingkat kedua dalam jumlah
dana simpanan, yakni sebesar 2,514 Triliyun rupiah. Jumlah simpanan
yang paling kecil dalam penelitian ini adalah Bank Victoria Syariah yaitu
sebesar 2,776 Milyar rupiah. Pada Unit Usaha Syariah dari lima Bank yang
diteliti dapat dilihat bahwa jumlah simpanan terbesar adalah Bank
Danamon, yakni sebesar 275,663 Miliar rupiah.
2) Aset
Berikut tabel jumlah aser Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) pada tahun 2010.
Tabel 4.4 Aset
Bank Umum Syariah Kode Bank Aset (X₂)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Bank Syariah Mandiri BSM 6.161.825.512.494 Bank Syariah Bukopin BSB 435.475.788.699 Bank Victoria Syariah BVS 12.025.000.000 Bank Mega Syariah BMS 830.999.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 309.999.286.000 BNI Syariah BNIS 1.568.756.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 2.535.765.945.000 Bank Panin Syariah BPS 140.162.674.000 BCA Syariah BCAS 186.494.416.670 BRI Syariah BRIS 945.204.000.000
Unit Usaha Syariah Kode Bank Aset (X₂)
BII (Maybank) BIIUUS 640.290.000.000 Bank Danamon BDUUS 157.540.000.000 Bank Permata BPUUS 817.592.000.000 Bank Jateng BJUUS 14.746.123.152 Bank Tabungan Negara BTNUUS 5.841.535.000 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.
Tabel 4.4 diatas dapat dilihat jumlah aset yang dimiliki Bank
Umum Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah (UUS). Adapun jumlah
aset Bank Umum Syariah (BUS) yang paling besae adalah aset Bank
Syariah Mandiri sebesar 6,161 Triliyun rupiah. Hal ini menunjukan
kinerja yang semakin baik dari sebuah bank. Sedangkan aset yang paling
kecil pada penelitian ini adalah bank 12,025 miliyar rupiah. Dari tabel 4.4
juga dapat dilihat aset yang dimiliki kelima Unit Usaha Syariah (UUS)
pada tahun 2010. Jumlah aset terbesar pada semua Unit Usaha Syariah
(UUS) adalah sebesar 817,592 Miliyar rupiah yang merupakan aset Bank
Permata. Sedangkan jumlah aset terendah Unit Usaha Syariah (UUS)
sejumlah 5,841 Miliyar rupiah yang merupakan aset Bank Tabungan
Negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
3) Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja / personalia didefinisikan sebagai gaji, biaya
pendidikan, dan tunjangan kesejahteraan karyawan bank syariah. Berikut
merupakan tabel biaya tenaga kerja Bank Syariah (baik BUS atau UUS)
tahun 2010.
Tabel 4.5 Biaya Tenaga Kerja
Bank Umum Syariah Kode Bank Biaya Tenaga Kerja
(X₃) Bank Syariah Mandiri BSM 1.593.254.907.021 Bank Syariah Bukopin BSB 81.229.390.134 Bank Victoria Syariah BVS 14.090.000.000 Bank Mega Syariah BMS 566.115.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 77.960.993.000 BNI Syariah BNIS 169.559.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 788.653.131.000 Bank Panin Syariah BPS 21.922.530.000 BCA Syariah BCAS 32.321.415.096 BRI Syariah BRIS 455.838.000.000
Unit Usaha Syariah Kode Bank Beban Operasional
(X₃) BII (Maybank) BIIUUS 73.194.000.000 Bank Danamon BDUUS 71.365.000.000 Bank Permata BPUUS 107.668.000.000 Bank Jateng BJUUS 4.049.017.781 Bank Tabungan Negara BTNUUS 2.247.211.000 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa dari kesepuluh Bank Umum
Syariah (BUS) tersebut biaya tenaga kerja yang paling besar adalah Bank
Mandiri Syariah yakni sebesar 1,593 Triliyun rupiah. Sedangkan biaya
tenaga kerja terendah menurut penelitian ini adalah Bank Victoria Syariah,
yakni sebesar 14,090 Miliyar rupiah. Dari kelima Unit Usaha Syariah
(UUS) yang diteliti dalam penelitian ini, biaya tenaga kerja yang paling
besar adalah Bank Permata, yakni sebesar 107,668 Miliar rupiah, dan biaya
tenaga kerja terendah dalam penelitian ini adalah bank tabungan negara,
yakni sebesar 2,247 Miliyar rupiah.
4) Pembiayaan
Selanjutnya adalah variabel output dari penelitian ini ada dua
variabel. Adapun variabel output yang pertama adalah pembiayaan.
Pembiayaan yang berarti produk penyaluran dana Bank Syariah (baik
BUS/UUS) kepada masyarakat baik individu maupun berbadan hokum
dengan menggunakan akad-akad mudharabah / musyarakah. Berikut
adalah tabel jumlah variabel output pembiayaan pada Bnak Umum Syariah
(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) pada tahun 2010.
Tabel 4.6 Pembiayaan
Bank Umum Syariah Kode Bank Pembiayaan
(Y₁) Bank Syariah Mandiri BSM 8.394.986.953.161 Bank Syariah Bukopin BSB 2.451.077.163 Bank Victoria Syariah BVS 1.640.000.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Bank Mega Syariah BMS 140.095.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 466.051.846.000 BNI Syariah BNIS 677.767.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 7.343.577.959.000 Bank Panin Syariah BPS 181.836.742.000 BCA Syariah BCAS 138.797.000.000 BRI Syariah BRIS 1.309.790.000.000
Unit Usaha Syariah Kode Bank Pembiayaan
(Y₁) BII (Maybank) BIIUUS 180.592.000.000 Bank Danamon BDUUS 561.978.000.000 Bank Permata BPUUS 1.399.000.000 Bank Jateng BJUUS 97.109.167.287 Bank Tabungan Negara BTNUUS 40.732.954.000 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.
Dari tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah pembiyaan
terbesar Bank Umum Syariah (BUS) adalah pembiayaan Bank Syariah
Mandiri yaitu sebesar 8,394 Triliyun rupiah. Dengan jumlah pembiayaan
yang besar berarti Bank Syariah Mandiri telah melaksanakan peran
intermediasi yang semakin baik. Sedangkan pembiayaan terendah dalam
penelitian ini adalah pembiayaan sejumlah 1,640 Miliyar rupiah yang
merupakan pembiayaan Bank Victoria Syariah. Untuk Unit Usaha Syariah
pembiayaan terbesar adalah pembiayaan pada Bank Danamon yakni
sebesar 561,978 Miliyar rupiah, sedangkan pembiayaan terendah dalam
penelitian ini adalah Bank Permata yakni sebesar 1,399 Miliar rupiah.
5) Pendapatan Operasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Output selanjutnya adalah pendapatan operasional. Pendapatan
operasional adalah pendapatan hasil dari kegiatan operasional Bank
Syariah (baik BUS atau UUS)
Pendapatan Operasional terbesar pada Bank Umum Syariah (BUS)
adalah pada Bank Syariah mandiri yaitu sebesar 2,768 Triliyun rupiah.
Sedangkan pendapatan terendah adalah pendapatan operasional Bank
Victoria Syariah yakni sebesar 18,864 Miliyar rupiah. Untuk Unit Usaha
Syariah (UUS) jumlah pendapatan operasional terbesar adalah Bank
Permata sejumlah 258,312 Miliyar rupiah. Dan pendapatan operasional
terendah dalam penelitian ini adalah Bank Tabungan Negara, yakni sebesar
Bank Umum Syariah Kode Bank Pendapatan Operasional
(Y₂) Bank Syariah Mandiri BSM 2.768.071.921.323 Bank Syariah Bukopin BSB 198.406.443.095 Bank Victoria Syariah BVS 18.864.000.000 Bank Mega Syariah BMS 971.497.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 118.747.138.000 BNI Syariah BNIS 417.661.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 1.608.141.129.000 Bank Panin Syariah BPS 21.368.741.000 BCA Syariah BCAS 22.969.445.315 BRI Syariah BRIS 643.736.000.000
Unit Usaha Syariah Kode Bank Pendapatan Operasional (Y₂)
BII (Maybank) BIIUUS 65.489.000.000 Bank Danamon BDUUS 138.738.000.000 Bank Permata BPUUS 258.312.000.000 Bank Jateng BJUUS 22.030.970.290 Bank Tabungan Negara BTNUUS 6.498.752.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.
C. Analisis Data dan Pembahasan.
Efisiensi merupakan salah satu pencerminan kinerja perbankan, dimana
suatu bank dikatakan memiliki kinerja yang tinggi apabila dapat meningkatkan
efisiensinya dengan menggunakan variabel yang seuai untuk memberikan hasil
yang maksimal. (Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009)
Penelitian ini dilakukan terhadap 10 Bank Umum Syariah (BUS) dan 5
Unit Usaha Syariah (UUS). Penggunaan data Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah Indonesia. BUS dan UUS tersebut relative lengkap menyampaikan
laporan keuangannya kepada Biro Syariah Bank Indonesia, sebagai lembaga
pengawasan perbankan. Disamping itu struktur biaya BUS dan UUS bervariasi
disbanding Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Adapun BPRS tidak
termasuk ke dalam penelitian ini karena laporan keuangannya tidak lengkap.
Bank sebagai UKE, dikatakan efisiensi secara relative apabila nilai dualnya
sama dengan satu (nilai efisiensi = 100%). Sebaliknya, nilai dualnya yang kurang
dari satu maka UKE bersangkutan dianggap tidak efisien (inefisien) secara relative
(Silkman, 1986; Nugroho, 1995 dalam Huri M.D. dan Indah Susilowati, 2004).
1. Hasil Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Secara DEA
a. Bank Umum Syariah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Hasil olah data terhadap 10 Bank Umum Syariah menunjukan
bahwa 4 Bank yang belum efisien yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Jabar
Banten Syariah, BCA Syariah, BRI Syariah. 6 Bank yang sudah efisien
secara teknis yaitu Bank Syariah Bukopin, Bank Victoria Syariah, Bank
Mega Syariah, BNI Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Panin
Syariah.
Berdasarkan perhitungan metode DEA dengan software DEAWIN.
Dapat dilihat tingkat efisiensi teknis BUS – BUS di Indonesia pada tabel
4.8. Hasil perhitungan tersebut menggambarkan pencapaian nilai tingkat
efisiensi masing-masing bank sangat beragam.
Tebel 4.8
Hasil Pengolahan BUS Menggunakan DEA
Bank Umum Syariah Kode Bank Nilai Efisien Keterangan
Bank Syariah Mandiri BSM 80,45% Inefisien Bank Syariah Bukopin BSB 100% Efisien Bank Victoria Syariah BVS 100% Efisien Bank Mega Syariah BMS 100% Efisien Bank Jabar Banten Syariah BJBS 83,28% Inefisien BNI Syariah BNIS 100% Efisien Bank Muamalat Indonesia BMI 100% Efisien Bank Panin Syariah BPS 100% Efisien BCA Syariah BCAS 46,52% Inefisien BRI Syariah BRIS 78,40% Inefisien sumber : hasil olahan DEA
Data statistik pada tabel 4.8 menunjukan bahwa BUS – BUS yang
belum mencapai tingkat efisiensi teknik 100% (inefisien) pada tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
adalah Bank Syariah Mandiri (80,45%), Bank Jabar Banten Syariah
(83,28%), BCA Syariah (46,52%), dan BRI Syariah (78,40%). Sedangkan
BUS yang sudah mencapai tingkat efisiensi adalah Bank Syariah Bukopin,
Bank Victoria Syariah, Bank Mega Syariah, BNI Syariah, Bank Muamalat
Indonesia, dan Bank Panin Syariah.
Perhitungan DEA tidak hanya mengukur nilai efisiensi dari masing-
masing bank syariah yang ada dalam sampel, tetapi juga memberikan
refrensi atau acuan bank bagi bank yang berada dalam kondisi inefisien
menjadi efisien (Harjun Muharam dan Pusvitasari, 2007) tabel 4.9
menunjukan bahwa beberapa BUS yang efisien menjadi acuan (refrensi)
perbaikan untuk BUS lainnya yang inefisien.
Tabel 4.9
BUS-BUS Acuan bagi BUS-BUS yang Inefisien Tahun 2010
Bank Umum Syariah Kode Bank
Nilai Efisien Benchmarks
Bank Syariah Mandiri BSM 80,45% BSB
4.669 BNIS 0.021
BMI 1.140
Bank Syariah Bukopin BSB 100% Bank Victoria Syariah BVS 100% Bank Mega Syariah BMS 100%
Bank Jabar Banten Syariah BJBS 83,28% BSB
0.109 BVS
0.334 BMI
0.049 BPS
0.596 BNI Syariah BNIS 100% Bank Muamalat Indonesia BMI 100% Bank Panin Syariah BPS 100%
BCA Syariah BCAS 46,52% BMI
0.018 BPS
0.055
BRI Syariah BRIS 78,40% BSB
0.007 BVS
2.568 BMS 0.327
BMI 0.172
sumber : hasil olahan DEA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Bank – bank yang inefisien, dapat dikatakan bahwa bank tersebut
belum dapat memaksimalkan nilai input dan output yang dimilikinya. Hal
ini berarti nilai input dan output yang dicapai oleh bank yang inefisien
belum dapat meraih target yang sebenarnya (Harjum Muharam Dan
Pusvitasari, 2007).
Pada tabel 4.9 menunjukan ada enam bank yang sudah efisien,
yaitu Bank Syariah Bukopin, Bank Victoria Bukopin, Bank Mega Syariah,
BNI Syariah, Bank Muamalat Indoensia, Bank Panin Syariah. Dan empat
bank yang belum efisien yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Jabar Banten,
BCA Syariah, dan BRI Syariah. Bank yang belum efisien harus
berpatokan (benchmark) kepada bank Yang telah efisien, agar bank
tersebut menjadi efisien.
b. Unit Usaha Syariah
Hasil olah data terhadap 5 Unit Usaha Syariah menunjukan bahwa 1 Bank
yang belum efisien yaitu Bank Danamon. 4 Bank yang sudah efisien secara teknis
yaitu Bank Permata, BII (maybank), Bank Jateng, Bank Tabungan Negara.
Tabel 4.10
Hasil Pengolahan UUS Menggunakan DEA
Unit Usaha Syariah Kode Bank Nilai Efisien Keterangan
BII (Maybank) BIIUUS 100% Efisien Bank Danamon BDUUS 74,49% Inefisien Bank Permata BPUUS 100% Efisien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Bank Jateng BJUUS 100% Efisien Bank Tabungan Negara BTNUUS 100% Efisien sumber : hasil olahan DEA
Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik Unit
Usaha Syariah (UUS) di Indonesia Tahun 2010. Data Statistik tabel 4.10
menunjukan bahwa UUS yang belum mencapai tingkat efisiensi teknik
100% (inefisien) pada tahun 2010 adalah Bank Danamon (74,49%).
Sedangkan UUS yang sudah mencapai tingkat efisiensi adalah BII
(Maybank), Bank Permata, Bank Jateng, dan Bank Tabungan Negara.
Tabel 4.11
UUS – UUS Acuan bagi UUS – UUS yang Inefisien Tahun 2010
Unit Usaha Syariah Kode Bank Nilai
Efisien Benchmarks
BII (Maybank) BIIUUS 100% Bank Danamon BDUUS 74,49% BPUUS 0.038 BJUUS 5.852 Bank Permata BPUUS 100% Bank Jateng BJUUS 100% Bank Tabungan Negara BTNUUS 100% sumber : hasil olahan DEA
Tabel 4.11 menunjukan ada empat bank yang sudah efisien, yaitu
BII (Maybank), Bank Permata, Bank Jateng, dan Bank Tabungan Negara.
Dan satu bank yang belum efisien yaitu Bank Danamon. Bank yang belum
efisien harus berpatokan (benchmark) kepada bank Yang telah efisien, agar
bank tersebut menjadi efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2. Hasil Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Secara Statistik.
Tabel 4.12
One-Sample Test
Test Value = 100
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
efisiensi-2.271 14 .039 -9.12400 -17.7420 -.5060
Tabel 4.12 Memperlihatkan hasil one sample test. Dengan
membandingkan t-hitung dan t-tabel, yakni t hitung sebesar -2.271 dan t
tabel 2.271, maka harus dilakukan uji dua sisi (two tailed test) sehingga
diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.039 (lebih kecil dari 0.05). Artinya
rata rata sampel tidak berbeda secara statistik dengan rata rata hipotesis
100. Pada pengujian ini menghasilkan kesimpulan membenarkan secara
statistik efisiensi perbankan syariah.
3. Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha
Syariah
Ada tidaknya perbedaan efisiensi yang signifikan antara Bank
Umum Syariah dengan Unit Usaha Syari’ah diuji secara statistik
menggunakan teknik independent samples t test. Teknik tersebut
merupakan metode statistik parametrik yang digunakan dengan syarat data
memenuhi asumsi normalitas.
a) Uji Normalitas
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas (One Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Kelompok Sampel Z p
Bank Umum Syariah
Unit Usaha Syariah
1,051
1,057
0,219
0,214
Sumber: Hasil Olah Data
Tabel 4.13 memperlihatkan hasil uji normalitas data efisiensi
yang dibagi ke dalam 2 kelompok sampel. Pengujian dilakukan pada
taraf signifikansi 5% sehingga data pada setiap kelompok dinyatakan
berdistribusi normal apabila nilai Z terletak di antara –1,96 dan 1,96
atau nilai p > 0,05. Berdasarkan tabel terlihat bahwa data kedua
kelompok memiliki nilai Z yang terletak di antara –1,96 dan 1,96 (yaitu
1,051 dan 1,057) atau memiliki nilai p > 0,05 (yaitu 0,219 dan 0,214).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data efisiensi kedua
kelompok sampel berdistribusi normal, yang berarti bahwa syarat
penggunaan uji t terpenuhi.
b) Uji t
Tabel 4.14 Hasil Uji Beda (Independent Samples T Test)
Kelompok Sampel Mean Mean
Difference
t df p
Bank Umum Syariah
Unit Usaha Syariah
89,265
94,898
5,633 0,654 13 0,525
Sumber: Hasil Olah Data
Tabel 4.14 memperlihatkan hasil perhitungan uji perbedaan
efisiensi antara Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Berdasarkan rata-rata diketahui bahwa efisiensi Unit Usaha Syariah
(94,898%) lebih tinggi dibandingkan efisiensi Bank Umum Syariah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
(89,265%). Terdapat selisih sebesar 5,633%. Apabila selisih tersebut
diuji diperoleh nilai uji statistik t sebesar 0,654 dengan p sebesar 0,525.
Pengujian dilakukan dengan derajat bebas (df) sebesar 13 dan pada
taraf signifikansi sebesar 5%. Dengan demikian selisih efisiensi
dinyatakan signifikan apabila nilai t > 2,160 atau t < –2,160 atau
apabila nilai p < 0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t dan
p tidak memenuhi kriteria tersebut yang berarti bahwa selisih efisiensi
tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat
perbedaan efisiensi antara Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Dengan kata lain
efisiensi kedua kelompok dapat dikatakan sama.
4. Hasil Perhitungan Inefisien Perbankan Syariah a. Bank Syariah Mandiri (Bank Umum Syariah)
Tabel 4.15
Hasil perhitungan efisiensi variabel input dan output BANK SYARIAH MANDIRI