ABSES PARU BAGIAN ILMU BEDAH ORTHOPEDI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN AULIA AFRIANI C11111316
ABSES PARU
BAGIAN ILMU BEDAH ORTHOPEDI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
AULIA AFRIANIC11111316
DEFENISI
• Abses paru didefinisikan sebagai nekrosis jaringan paru dan
pembentukan rongga yang berisi sebukan nekrotik atau cairan
yang disebabkan oleh infeksi mikroba. Bila diameter kavitas
< 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small abscesses)
dinamakan “necrotising pneumonia” atau gangren paru.
EPIDEMIOLOGIPenyakit yang mematikan di era preantibiotic, sepertiga dari pasien meninggal, yang lain sepertiga pulih, dan sisanya berkembang menjadi penyakit seperti abses berulang, empiema kronis, bronkiektasis, atau komplikasi yang lain dari infeksi piogenik kronis.
ETIOLOGI
•Finegolal dan Fisliman : penyebab abses paru lebih dari 89 %
adalah kuman anaerob.
•Asher dan Beandry : pada anak-anak kuman penyebab abses
paru terbanyak adalah Stapillococous aureus.
Klasifikasi
• Abses paru dibedakan atas 2, yaitu:– Primer adalah akibat pneumonia aspirasiatau bronkogenik– Abses paru Sekunder adalah akibat penyebaran infeksidari
tempat lain secara :• Hematogen• Limfogen• Perkontinuitatum
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK- Demam. Kadang dijumpai dengan temperatur > 40C
– Batuk, pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga abses dengan bronkus batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk yang khas (Foetor ex oroe (40-75%).–Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40 – 75% penderita abses paru.– Nyeri dada ( 50% kasus)– Batuk darah ( 25% kasus)– Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat badan. Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda proses konsolidasi seperti redup, suara nafas yang meningkat, sering dijumpai adanya jari tabuh serta takikardi.
GAMBARAN RADIOLOGIS
Komplikasi Pneumonia pneumokokus oleh nekrosis paru-paru dan pembentukan abses
Sebuah rontgen dada lateral menunjukkan tingkat karakteristik air fluid level abses paru
Abses paru pada lobus kiri bawah, segmen superior
• Gambaran ini sering dijumpai pada paru kanan lebih dari paru kiri. Bila terdapat hubungan dengan bronkus maka didalam kavitas terdapat Air fluid level. Tetapi bila tidak ada hubungan maka hanya dijumpai tanda-tanda konsolidasi (opasitas).
PEMERKSAAN LABORATORIUM
• a. Pada pemeriksaan darah rutin. – Ditentukan leukositosis > 12.000/mm3 (90% kasus) bahkan pernah
dilaporkan peningkatan sampai dengan 32.700/mm3. – LED > 58 mm / 1 jam. – Pada hitung jenis sel darah putih didapatkan pergeseran shit to the left
• b. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram tahan asam dan KOH merupakan pemeriksaan awal untuk menentukan pemilihan antibiotik secara tepat.
• c. Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan antibiotikan merupakan cara terbaik dalam menegakkan diagnosa klinis dan etiologis
Abses paru –Dinding paru yang tebal
DIAGNOSIS• Diagnosis abses paru tidak bisa ditegakkan hanya berdasarkan
kumpulan gejala seperti pneumonia dan pemeriksaan fisik • Riwayat penyakit sebelumnya. Keluhan penderita yang khas
misalnya malaise, sesak nafas, penurunan berat badan, panas, badan yang ringan, dan batuk yang produktif, Foetor ex oero. Adanya riwayat penurunan kesadaran berkaitan dengan sedasi, trauma atau serangan epilepsi. Riwayat penyalahgunaan obat yang mungkin
• Hasil pemeriksaan Fisik• Pemeriksaan Laboratorium• Pemeriksaan penunjang: foto Radiologi Ap/lateral
PENATALAKSANAAN
• Berdasarkkan pemeriksaan mikrobiologi dan data penyakit dasar penderita serta kondisi yang mempengaruhi berat ringannya infeksi paru. beberapa modalitas terapi yang diberikan pada abses paru :
• Medika Mentosa– antibiotik: kombinasi antibiotika antara golongan penicillin G dengan
clindamycin atau dengan Metronidazole, atau kombinasi clindamycin dan Cefoxitin.
•Alternatif lain adalah kombinasi Imipenem dengan B Lactamase inhibitase,
pada penderita dengan pneumonia nosokomial yang berkembang menjadi
Abses paru.
–Waktu pemberian antibiotika tergantung dari gejala klinis dan respon
radiologis penderita. Penderita diberikan terapi 2-3 minggu setelah bebas
gejala atau adanya resolusi kavitas, jadi diberikan antibiotika minimal 2-3
minggu.
• Drainase postural dan fisioterapi dada 2-5 kali seminggu selama 15 menit
diperlukan untuk mempercepat proses resolusi abses paru.
–Pada penderita abses paru yang tidak berhubungan dengan bronkus maka
perlu dipertimbangkan drainase melalui bronkoskopi.
• Bedah: Reseksi segmen paru yang nekrosis diperlukan bila:
–Respon yang rendah terhadap terapi antibiotika.
–Abses yang besar sehingga mengganggu proses ventilasi perfusi
–Infeksi paru yang berulang
–Adanya gangguan drainase karena obstruksi
• Lebih dari 90% dari abses paru-paru sembuh dengan manajemen medis saja, kecuali disebabkan oleh obstruksi bronkial sekunder untuk karsinoma. Angka kematian yang disebabkan oleh abses paru terjadi penurunan dari 30 – 40 % pada era preantibiotika dan sampai 15 – 20 % pada era sekarang7.
• Pada penderita dengan beberapa faktor predisposisi mempunyai prognosis yang lebih jelek dibandingkan dengan penderita dengan satu faktor predisposisi. 2,4% angka kematian Abses paru karena CAP dibanding 66% Abses paru karena HAP
PROGNOSIS
TERIMA KASIH