Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang cukup tertinggal dalam bidang kesehatan dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Faktor-faktor penyebab memburuknya sektor kesehatan di Indonesia diantaranya adalah angka kematian ibu melahirkan yang tinggi, angka kematian bayi yang tinggi, dan tingginya angka prevalensi malnutrisi dan penyakit menular. Hal ini diperburuk dengan isu-isu yang terkait tidak meratanya pelayanan kesehatan dan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, serta adanya peningkatan biaya berobat yang tidak terkontrol (Tim Field Lab FK UNS, 2012). Angka kematian ibu melahirkan dan bayi yang tinggi tersebut merupakan akibat dari kondisi ibu hamil yang menderita KEK (Kekurangan Energi Kronis). Ibu hamil dengan KEK memiliki risiko kematian mendadak pada masa perinatal atau risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Chinue, 2009). Salah satu cara untuk menentukan kondisi KEK pada ibu hamil adalah dengan melakukan pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas). Apabila dalam pengukuran LILA tersebut hasil yang
41

a9 lap fl

Dec 09, 2015

Download

Documents

Wiharesi Putri

vvvccc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: a9 lap fl

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang cukup tertinggal dalam bidang kesehatan

dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Faktor-faktor penyebab

memburuknya sektor kesehatan di Indonesia diantaranya adalah angka

kematian ibu melahirkan yang tinggi, angka kematian bayi yang tinggi, dan

tingginya angka prevalensi malnutrisi dan penyakit menular. Hal ini

diperburuk dengan isu-isu yang terkait tidak meratanya pelayanan kesehatan

dan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, serta adanya

peningkatan biaya berobat yang tidak terkontrol (Tim Field Lab FK UNS,

2012).

Angka kematian ibu melahirkan dan bayi yang tinggi tersebut

merupakan akibat dari kondisi ibu hamil yang menderita KEK (Kekurangan

Energi Kronis). Ibu hamil dengan KEK memiliki risiko kematian mendadak

pada masa perinatal atau risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan

lahir rendah (BBLR) (Chinue, 2009). Salah satu cara untuk menentukan

kondisi KEK pada ibu hamil adalah dengan melakukan pengukuran LILA

(Lingkar Lengan Atas). Apabila dalam pengukuran LILA tersebut hasil yang

didapatkan adalah kurang dari 23,5 cm, maka ibu hamil tersebut termasuk ke

dalam kelompok KEK (Weni, 2010).

WHO (2003) menekankan bahwa kunci untuk meningkatkan status

kesehatan dan mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah

dengan memperkuat sistem pelayanan kesehatan primer (Primary Health

Care) (Tim Field Lab FK UNS, 2012). Peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan primer merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan status

kesehatan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

pelayanan kedokteran keluarga yang melaksanakan pelayanan secara holistik

dan komprehensif yang meliputi usaha promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif dengan pendekatan keluarga (Tim Field Lab FK UNS, 2012).

Page 2: a9 lap fl

Untuk dapat melaksanakan pelayanan secara holistik, dokter layanan

primer harus mampu melaksanakan kunjungan rumah (home visit) serta

melakukan perawatan pasien di rumah (home care) terhadap keluarga yang

membutuhkan, dalam hal ini khususnya melakukan kunjungan rumah terhadap

ibu hamil yang menderita KEK.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa

mampu melakukan kunjungan rumah (home visit) sebagai pelayanan dokter

keluarga. Adapun learning outcome pembelajaran ini adalah diharap

mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan dasar-dasar kunjungan rumah (home visit) dalam kedokteran

keluarga.

2. Melakukan tahapan-tahapan dan prosedur kegiatan kunjungan rumah

dalam pelayanan kedokteran keluarga.

3. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan keluarga berdasarkan fungsi

keluarga (home visit) dan menyusun usulan penatalaksanaannya secara

holistik dan komprehensif.

Page 3: a9 lap fl

BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan field lab home visit kelompok A9 dilakukan di Puskesmas

Sukoharjo. Rincian kegiatan field lab kami adalah sebagai berikut:

A. Kegiatan pertemuan pertama (Kamis, 27 September 2012)

Pada hari pertama, kami berkumpul di Puskesmas Sukoharjo pada

pukul 07.30 WIB dengan mengikuti acara apel pagi terlebih dahulu. Kegiatan

selanjutnya yang kami lakukan adalah mendapatkan penjelasan mengenai

kegiatan field lab home visit yang akan kami laksanakan di Puskesmas

Sukoharjo hingga evaluasi laporan kegiatan field lab. Selain itu, kami juga

mendapatkan penjelasan secara umum mengenai program kunjungan rumah

yang sudah berjalan di wilayah Puskesmas Sukoharjo. Pengarahan mengenai

kegiatan home visit yang akan dilaksanakan pada pertemuan kedua dijelaskan

oleh instruktur lapangan kami, yaitu dr. Ari.

Dalam pelaksanaan kunjungan rumah pada hari kedua, kelompok kami

akan dibagi ke dalam 2 kelompok kecil. Kelompok pertama beranggotakan

Dentiko, Humaira, Indah, Satria, dan Sekar, sedangkan kelompok kedua

beranggotakan Imam, Ivan, Riza, Rizky, dan Wiharesi. Masing-masing

kelompok akan melakukan kunjungan rumah ke rumah ibu hamil yang

mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis). Dalam melakukan kunjungan

rumah tersebut, kami akan dibimbing oleh bidan desa setempat. Pengarahan

tersebut dilakukan sampai pukul 09.30 WIB. Setelah pengarahan selesai

diberikan, kami kembali ke Fakultas Kedokteran UNS.

B. Kegiatan pertemuan kedua (Kamis, 4 Oktober 2012)

Kegiatan  field lab pertemuan kedua di Puskesmas Sukoharjo dimulai

pada pukul 08.00. Setibanya di Puskesmas Sukoharjo kami mendapatkan

pengarahan kembali oleh Kepala Puskesmas Sukoharjo dr. Yulia Astuti.

Pengarahan yang diberikan oleh dr. Yulia Astuti lebih terfokus kepada kasus

KEK yang akan kami temui, meliputi riwayat ANC (Ante Natal Care),

Page 4: a9 lap fl

riwayat obstetri, pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, dan

LILA), dan mengenai P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi). Setelah mendapatkan pengarahan, kami melakukan beberapa

persiapan sebelum melaksanakan kegiatan home visit. Kegiatan home visit

kelompok kami dibimbing oleh Ibu Hendrati, Ibu Rusmanita, dan Ibu Sulasmi.

Rumah yang kami kunjungi adalah rumah Ibu Partiyah di Desa Gayam

RT 2 RW 9 Sukoharjo. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pendataan

oleh Ibu bidan, meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, dan LILA

(Lingkar Lengan Atas). Selanjutnya, Ibu bidan memberikan penyuluhan

kepada pasien mengenai cara menyusui dan merawat bayi yang benar, serta

memberikan penyuluhan mengenai asupan gizi yang baik pada ibu hamil.

Kemudian, dilanjutkan dengan pemberian susu ibu hamil dan obat yang terdiri

dari tablet zat besi, tablet asam folat, tablet vitamin B, dan tablet vitamin C

dari Puskesmas yang harus diminum satu tablet setiap malam.

Setelah penyuluhan dari Ibu bidan selesai, kelompok kami mulai

mengumpulkan data pasien sesuai dengan formulir kunjungan rumah yang

meliputi data karakteristik demografis keluarga, identitas keluarga, penetapan

masalah pasien, fungsi keluarga (fungsi fisiologis dan fungsi patologis),

struktur keluarga (genogram), interaksi keluarga, keadaan rumah dan

lingkungan pemukiman pasien, denah rumah, serta daftar masalah pasien

(medis dan non medis). Informasi yang kami peroleh melalui metode

wawancara langsung kepada Ibu Partiyah. Selama wawancara pasien cukup

kooperatif. Setelah selesai melakukan pengumpulan data, kami memberikan

nasihat berkenaan dengan adanya masalah KEK yang dialami pasien.

Kegiatan home visit diakhiri pada pukul 10.00 WIB, kemudian kami

kembali ke Puskesmas Sukoharjo.

C. Kegiatan pertemuan ketiga (Kamis, 11 Oktober 2012)

Kegiatan field lab pada pertemuan ketiga adalah evaluasi kegiatan,

presentasi laporan, dan diskusi mengenai home visit yang telah kami lakukan

pada pertemuan sebelumnya di Puskesmas Sukoharjo. Setelah itu, dilakukan

Page 5: a9 lap fl

pengumpulan laporan mengenai kegiatan yang telah kami lakukan selama

berada di Puskesmas Sukoharjo dan apabila diperlukan, pengumpulan revisi

laporan juga dilakukan pada pertemuan hari ketiga tersebut.

Page 6: a9 lap fl

BAB III

PEMBAHASAN

Kegiatan home visit kelompok kami adalah dengan mengunjungi rumah Ibu

Partiyah di Desa Gayam RT 2 RW 9 Sukoharjo. Ibu Partiyah (18 th) merupakan

ibu hamil yang menderita KEK (Kekurangan Energi Kronis). Batasan kunjungan

rumah atau home visit adalah untuk mengenal kehidupan pasien dan atau

memberikan pelayanan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien.

Tata cara kunjungan rumah yang kami lakukan terfokus untuk

mengumpulkan data pasien dengan urutan sebagai berikut:

1. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi

Kelompok kami mengunjungi rumah Ibu Partiyah di Desa Gayam RT 2

RW 9 Sukoharjo. Ibu Partiyah (18 th) merupakan ibu hamil yang menderita

KEK (Kekurangan Energi Kronis).

2. Mengatur jadwal kunjungan.

Kegiatan kunjungan dijadwalkan pada hari Kamis tanggal 4 Oktober 2012

pada jam 08.00. Pengaturan jadwal dibantu oleh pihak puskesmas melalui

bidan desa setempat.

3. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan.

Data yang kami kumpulkan meliputi karakteristik demografis keluarga,

identitas keluarga, penetapan masalah pasien, fungsi keluarga (fungsi fisiologis

dan fungsi patologis), struktur keluarga (genogram), interaksi keluarga,

keadaan rumah dan lingkungan pemukiman pasien, denah rumah, serta daftar

masalah pasien (medis dan non medis).

4. Melakukan pengumpulan data.

Pengumpulan data kami lakukan dengan metode wawancara langsung

kepada Ibu Partiyah.

5. Melakukan pencatatan data.

Berikut data kunjungan rumah yang kami dapatkan:

Page 7: a9 lap fl

A. Karakteristik Demografis Keluarga

No Nama, Keduduka

n

L/P Umur (tahun

)

Pendidikan Terakhir

Pekerjaan Penderita Klinik

Ket

1. Agung Nugroho (Suami)

L 31 SMA Sopir - -

2. Partiyah (Istri)

P 18 SMP IRT KEK -

3. Fajar (Adik Ipar)

L 25 SMA Sopir - -

4. Sulis (Adik Ipar)

P 25 SMA IRT - -

5. Fungki Nurjanah

(Adik Ipar)

P 17 SMA Pelajar - -

6. Mujinem (Ibu

Mertua)

P 48 SD IRT Hiperkolesterolemia

-

7. Tinem (Bibi)

P 50 SD IRT - -

B. Identitas Penderita

Nama : Partiyah

Umur : 18 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Gayam RT 2 RW 9 Sukoharjo

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status perkawinan : Menikah

Tanggal kunjungan : 4 oktober 2012

C. Penetapan Masalah Pasien

Riwayat Medis RPS (Riwayat Penyakit Sekarang):- Keluhan utama: hamil 16 minggu berisiko tinggi

dengan KEK - Keluhan lain: akhir-akhir ini sering merasa pegal-

pegal di bagian pinggang.

Page 8: a9 lap fl

- Tidak sedang dirawat.RPD (Riwayat Penyakit Dahulu):- Riwayat maag kronis- Demam sebelum hamil- Pada awal kehamilan, kaki pasien sempat tertusuk

paku (telah diobati di rumah sakit).- Riwayat opname (-)

RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)

- Ayah mertua (almarhum): Diabetes Mellitus- Ibu mertua: Hiperkolesterolemia- Tidak ada riwayat penyakit menular

Riwayat Kebiasaan

- Merokok : tidak pernah- Alkohol : tidak pernah- Narkoba : tidak pernah- Cuci tangan : masih- Mandi : masih- BAB sembarangan: tidak pernah- Buang sampah : masih (di tempat sampah)- Potong kuku : masih- Sehari-hari melakukan pekerjaan rumah seperti

menyapu, mengepel, dan mencuci (terkadang mengangkat beban berat).

Riwayat sosial ekonomi

- Pekerjaan: Ibu rumah tangga (cuti hamil dari pekerjaan sebelumnya: tourist guide).

- Sumber penghasilan keluarga adalah suami yang bekerja sebagai supir.

- Kebutuhan sehari-hari terpenuhi dengan cukup.- Hubungan sosial dengan masyarakat cukup baik.- Pasien belum mengurus JAMKESMAS maupun

JAMPERSAL.

Riwayat gizi - IMT (Indeks Massa Tubuh):

IMT =BB (kg )

(TB )2 (m )=

38(kg)1,56m2

=15 , 61≈ IMT Kuran g

Kategori IMT Menurut Kriteria WHO 2000Kategori IMT Asia (kg/m2) Underweight <18,5 Normoweight

18,5 – 22,9

Overweight ≥ 23 Pre-obese 23,0 – 24,9 Obese I 25,0 – 29,9 Obese II ≥ 30,0

Page 9: a9 lap fl

Sumber: Bickley dan Szilagyi, 2007- Pola makan: kurang baik (nasi dan sayur), asupan

protein hewani kurang tercukupi, dan tidak suka mengonsumsi susu (pasien mengalami mual dan muntah).

Diagnosis holistic

Pasien merupakan ibu hamil berisiko tinggi dengan KEK. Di mana KEK tersebut nampaknya disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi (terutama zat gizi protein) sebagai akibat dari rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu hamil tersebut dan kurang adanya dukungan dan perhatian dari keluarga selama masa kehamilan.

D. Fungsi Keluarga

No Fungsi Isian1. Biologis a. Anggota keluarga:

1. Agung (suami)2. Partiyah (istri)3. Fajar (adik ipar)4. Sulis (adik ipar)5. Fungki (adik ipar)6. Mujinem (ibu mertua)7. Tinem (bibi)

Yang tinggal dalam satu rumah: 7 orang.b. Riwayat kelahiran:

G1P0A0: merupakan kehamilan pertama di mana pasien belum pernah melahirkan maupun mengalami abortus.

c. Penyakit yang pernah diderita:- Penyakit menular (-)- Penyakit kronis:

Ayah mertua Diabetes Mellitus Ibu mertua hiperkolesterolemia

d. Penyakit sekarangKehamilan berisiko tinggi dengan keadaan kekurangan energi kronis.

e. Riwayat pemakaian KB Belum pernah menggunakan KB

2. Psikologis a. Penderita tinggal serumah dengan: suami, 3 adik ipar, ibu mertua, dan bibi.

b. Hubungan antaranggota keluarga baik, tetapi intensitas berkumpul bersama keluarga kurang.

Page 10: a9 lap fl

c. Penyelesaian masalah dengan keluarga melalui diskusi antara suami dan istri.

3. Sosial a. Kedudukan sosial dalam masyarakat sebagai anggota masyarakat.

b. Keaktifan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan:Aktif berpartisipasi (arisan dan acara desa).

4. Ekonomi dan pemenuhan kebutuhan

a. Penghasilan utama keluarga berasal dari suamisebesar Rp. 400.000,00 per minggu.

b. Pekerjaan penderita: Ibu rumah tangga (IRT).c. Pekerjaan anggota keluarga yang lain:

Supir, IRT, dan pelajar.d. Pengeluaran sehari-hari: penghasilan per minggu

digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar kredit motor.

e. Sehari-hari makan dengan: nasi dan sayur.f. Biaya berobat apabila ada anggota keluarga yang

sakit: tidak ada anggaran khusus bagi kesehatan.

5. Pengawasan masalah dan kemampuan beradaptasi

a. Keputusan penting keluarga dipegang oleh:Melalui diskusi suami istri.

b. Cara menyelesaikan masalah keluarga:Diskusi suami istri.

c. Hubungan dengan masyarakat sekitar: cukup baik, tetapi narasumber merasa dirinya sempat menjadi bahan pembicaraan tetangga sekitar.

6. Fisiologis Dinilai dengan menggunakan skor APGARa. Adaptation

Kemampuan anggota tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota keluarga yang lain.

b. PartnershipMenggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi, antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

c. GrowthMenggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan keluarga tersebut.

d. AffectionMenggambarkan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.

e. Resolve

Page 11: a9 lap fl

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Skor untuk masing-masing kategori adalah:0 = jarang/tidaksamasekali1 = kadang-kadang2 = sering/selalu

Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu:≤5 :kurang6-7 :cukup8-10 :baik

- Form Penilaian Skor APGARNama anggota keluarga: PartiyahPosisi dalam keluarga: Istri

Sering(2)

Kadang(1)

Jarang(0)

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah.

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.

A Saya puas dengan cara

Page 12: a9 lap fl

keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll.

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama.

APGAR SCORE: 4

FUNGSI KELUARGA:Kurang

Keterangan : Untuk anggota keluarga yang lain tidak mengisi dikarenakan sedang tidak berada di rumah.

7. Patologis Dinilai dengan menggunakan skor SCREEMa. Social (melihat bagaimana interaksi dengan

tetangga sekitar)- Pasien aktif mengikuti acara di desa seperti

arisan dan acara desa.b. Culture (melihat bagaimana kepuasan keluarga

terhadap budaya, tatakrama, dan perhatian terhadap sopan santun)- Baik.

c. Religious (melihat ketaatan anggota keluarga dalam menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya)- Beribadah, tetapi tidak pernah melakukan

ibadah secara bersama (misal, solat berjamaah).

d. Economic (melihat status ekonomi anggota keluarga)- Kebutuhan sehari-hari tercukupi, penghasilan

per minggu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar kredit motor.

e. Educational (melihat tingkat pendidikan anggota keluarga)

Page 13: a9 lap fl

- Pendidikan terakhir penderita SMP, suami SMA.

f. Medical (melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai)- Mendapatkan pelayanan kesehatan dengan

baik. Jika ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke puskesmas atau rumah sakit. Pasien belum mengurus JAMKESMAS maupun JAMPERSAL.

E. Struktur Keluarga (Genogram)

Identifikasi:

Penyakit menurun: Bp. Mujinem (Alm) Diabetes Mellitus

Ibu. Mujinem Hiperkolesterolemia

Penyakit menular: tidak ditemukan.

F. Interaksi keluarga

Interaksi keluarga cukup baik meskipun jarang terdapat agenda

khusus bersama keluarga. Kurang terjalin komunikasi antaranggota

keluarga. Ibu mertua lebih sering beribadah sendiri ke mesjid. Dalam

menyelesaikan masalah, pasien cenderung berdiskusi dengan suami tanpa

melibatkan anggota keluarga yang lain.

G. Keadaan Rumah dan Lingkungan

1. Ukuran rumah - Kebersihan cukup (masih banyak debu)- Ventilasi cukup (sewaktu kunjungan:

Bp. Mujinem Ibu Mujinem

Agung N Partiyah Fajar SulisFungki

Page 14: a9 lap fl

jendela tidak dibuka)- Penerangan baik- Lantai keramik

2. Ruang tamu - Kebersihan baik- Ventilasi cukup (sewaktu kunjungan:

jendela tidak dibuka)- Penerangan baik- Lantai keramik

3. Ruang keluarga - Kebersihan baik- Ventilasi cukup- Penerangan baik- Lantai keramik

4. Kamar tidur - Kebersihan baik- Ventilasi cukup- Penerangan baik- Lantai keramik

5. Kamar mandi/ WC - WC leher angsa- Sumber air dari sumur- Penerangan baik- Lantai keramik

6. Dapur - Kompor gas- Kebersihan cukup baik- Ventilasi baik- Menyatu dengan rumah induk

7. Dinding rumah Tembok8. Ventilasi rumah Ada (cukup)9. Lantai rumah Keramik10. Sumber air Sumur (kondisi air kurang baik, air berwarna

kekuningan dan tidak jernih)11. Septic tank Ada12. Tempat pembuangan

sampahPermanen, terpisah dari rumah, terdapat petugas sampah tiap hari.

H. Denah Rumah

UTeras rumah

Ruang tamu

Tempat sepeda dan motor

Ruang keluargaDapur Kamar tidur

Page 15: a9 lap fl

Keterangan:

I. Daftar Masalah

Masalah medis - Ibu hamil 16 minggu (G1P0A0)LILA = 20 cmBB = 38 kgTB = 156 cmIMT = 15,61Hb = 9,6 gr/dl

- Kehamilan berisiko tinggi (usia pasien < 20 tahun).- Menderita kekurangan energi kronis (KEK).- ANC rutin tiap bulan ke bidan desa ( Ibu Bidan

Hendrati, nomor telepon: 085229700030) dengan diantar oleh suami.

- Pasien belum melakukan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi).

Masalah non medis Perilaku hidup:- Cukup baik dalam menjaga kebersihan- Mengonsumsi makanan secara bervariasi setiap

harinya, tetapi masih kurang dalam memenuhi asupan zat gizi protein.

- Cenderung tidak mengonsumsi susu sebagai asupan nutrisi tambahan karena setiap mengonsumsi susu mengalami mual dan muntah.

- Terkadang masih melakukan aktivitas rumah tangga yang terlalu berat seperti mengangkat bak pakaian saat mencuci.

- Masalah psikososial:- Tingkat pendidikan pasien yang tergolong rendah

(SMP) mengakibatkan kurangnya pengetahuan mengenai asupan gizi yang baik dan seimbang selama masa kehamilan.

- Meskipun pasien menyatakan bahwa hubungan antaranggota dalam keluarga tergolong baik, tetapi skor pada penilaian APGAR tergolong kurang.

- Secara tersirat, pasien juga menyatakan bahwa dirinya sempat merasa menjadi bahan pembicaraan tetangga sekitar.

:pintu :jendela

Kamar tidur Kamar tidurKamar mandi

Page 16: a9 lap fl

J. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Keluhan utama pasien adalah kondisi hamil berisiko tinggi dengan KEK.

Bentuk keluarga: extended family

Diagnosis biopsikososial:

Kehamilan yang dialami oleh pasien tergolong ke dalam kehamilan

berisiko tinggi (usia pasien <20 tahun) yang juga ditambah dengan

kondisi KEK (Kekurangan Energi Kronis). Keadaan KEK tersebut

nampaknya disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi (terutama zat gizi

protein) sebagai akibat dari rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki

oleh ibu. Ditambah dengan kondisi ekonomi yang hanya sekadar cukup

(beban keluarga yang terlalu banyak dengan sumber penghasilan hanya

pada suami) dan kurangnya dukungan serta perhatian dari keluarga

selama masa kehamilan.

Saran

Promotif

a. Melakukan perbaikan gizi dengan makan makanan yang bergizi

lengkap dan seimbang dengan jumlah 1 porsi makanan lebih

banyak dari porsi makan sebelum hamil atau 300 kkal/hari

(Soetrisno, 2012).

b. Mulai membiasakan diri untuk mengonsumsi susu sebagai

asupan tambahan bagi janin dalam kandungan.

c. Kurangi aktivitas sehari-hari yang terlalu berat seperti

mengangkat beban berat dan jangan beraktivitas hingga terlalu

lelah.

Preventif

a. Memberikan penyuluhan kepada WUS (Wanita Usia Subur)

baik yang sudah menikah maupun belum mengenai asupan gizi

yang lengkap dan seimbang.

Page 17: a9 lap fl

b. Memberikan penyuluhan kepada WUS (Wanita Usia Subur)

yang sudah menikah mengenai perencanaan kehamilan yang

baik seperti rentang usia terbaik untuk hamil (20-35 tahun),

asupan gizi selama hamil, dan ANC.

Kuratif (KEK OBATNYA APA YA?)

a. Memberikan makanan tambahan yang tinggi kalori dan tinggi

protein.

Rehabilitatif

a. Memberikan suplemen tambahan, seperti susu khusus ibu hamil,

vitamin C, vitamin B, asam folat, dan tablet Fe guna memenuhi

kebutuhan gizi ibu dan janin.

b. Memberikan makanan tambahan yang tinggi kalori dan tinggi

protein dengan penerapan porsi kecil, tetapi sering sebagai

upaya pencegahan bayi lahir dengan berat badan rendah

(Chinue, 2009).

c. Memberikan edukasi mengenai pentingnya melakukan

pemeriksaan kehamilan atau ANC secara rutin.

d. Memperkenalkan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi) sebagai upaya untuk mengurangi

angka kematian ibu dan bayi terutama pada kondisi kehamilan

yang berisiko tinggi.

6. Menyampaikan nasihat dan atau penyuluhan kesehatan.

Nasihat yang kami berikan berikan terfokus pada tindakan promotif dan

preventif, yaitu antara lain:

a. Ibu Partiyah harus memperbaiki asupan nutrisinya dengan mengkonsumsi

makanan yang bergizi lengkap dan seimbang dengan jumlah 1 porsi

makanan lebih banyak dari porsi makan sebelum hamil atau 300 kkal/hari

(Soetrisno, 2012). Makanan yang dikonsumsi lebih diutamakan yang

Page 18: a9 lap fl

mengandung banyak kalori dan protein, seperti telur, daging, telur, tahu,

dan tempe.

b. Ibu Partiyah sebaiknya mulai membiasakan diri untuk meminum susu

khusus ibu hamil demi terpenuhinya asupan nutrisi janin.

c. Ada baiknya juga untuk mulai mengurangi aktivitas atau pekerjaan yang

terlalu berat dan melelahkan.

d. Mengingatkan Ibu Partiyah untuk mengonsumsi suplemen yang telah

diberikan oleh ibu bidan sesuai dengan aturan dan juga untuk selalu

memeriksakan kandungannya secara rutin ke bidan maupun puskesmas.

e. Karena Ibu Partiyah memiliki riwayat maag kronis, sebaiknya hindari

makanan yang dapat merangsang pengeluaran asam lambung seperti

makanan pedas dan asam.

f. Keluarga Ibu Partiyah diharapkan untuk dapat melaksanakan pola hidup

bersih dan sehat, menjaga lingkungan rumah dan sekitarnya agar tetap

sehat, serta memberikan dukungan dan perhatian kepada Ibu Partiyah

selama masa kehamilan.

DISKUSI

Kegiatan home visit dilaksanakan dengan mengunjungi pasien yang

bernama Ibu Partiyah, 18 tahun. Di mana kehamilan yang terjadi pada pasien

tersebut termasuk ke dalam kategori kehamilan berisiko tinggi dan pasien juga

mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis). Ibu Partiyah adalah pasien dengan

riwayat kehamilan G1P0A0, yang berarti pasien telah mengandung sebanyak 1

kali (merupakan kehamilan pertama) dan belum pernah melahirkan maupun

mengalami abortus.

Kehamilan berisiko tinggi yang dialami oleh pasien disebabkan oleh usia

pasien yang terlalu muda untuk hamil. Wanita yang pertama kali hamil dan

usianya masih di bawah 20 tahun disebut dengan primigravida muda, sedangkan

wanita yang pertama kali hamil dan usianya sudah melebihi 35 tahun disebut

dengan primigravida tua. Kondisi primigravida muda seperti yang dialami oleh

Page 19: a9 lap fl

pasien (18 tahun) dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin dalam

kandungan (Manuaba, 2007).

Pengawasan pada ibu hamil yang tergolong ke dalam primigravida muda

perlu diperhatikan karena sering terjadi anemia, hipertensi menuju preeklamsia

atau eklamsia, persalinan dengan berat badan lahir rendah, kehamilan disertai

infeksi, penyulit proses persalinan yang diakhiri dengan tindakan operasi. Dan,

ditambah dengan adanya aspek sosial yang sering menyertai ibu hamil dengan

usia muda, seperti kehamilan yang belum diinginkan, kecanduan obat dan atau

perokok, serta kurang diperhatikannya arti dan manfaat dari ANC (Manuaba,

2007).

Selain mengalami kondisi kehamilan yang berisiko tinggi, pasien juga

mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis). KEK merupakan kondisi di mana

ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan

kekurangan asupan energi dan protein yang berlangsung terus menerus yang dapat

mengakibatkan timbulnya gangguan penyakit tertentu. Penderita KEK memiliki

risiko melahirkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) lebih tinggi bila

dibandingkan dengan WUS normal (Depkes, 2002).

Untuk memastikan seorang ibu hamil masuk ke dalam kondisi KEK atau

tidak perlu dilakukan pemeriksaan antropometri yang meliputi pengukuran BB,

TB, dan LILA (Lingkar Lengan Atas). Data berat badan dan tinggi badan

diperlukan untuk menentukan IMT (Indeks Massa Tubuh) pasien. Hasil

perhitungan IMT pada Ibu Partiyah berdasar data yang telah didapatkan adalah

sebesar 15, 61, di mana angka tersebut tergolong ke dalam kategori berat badan

kurang (Normal: 18,5-22,9). Hasil pengukuran LILA pada Ibu Partiyah adalah 20

cm (Normal ≥ 23, 5 cm). Karena hasil pengukuran LILA pada pasien < 23,5 cm

maka pasien berisiko terkena KEK. Ibu hamil dengan KEK seperti yang dialami

oleh Ibu Partiyah diperkirakan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah

(Supariasa, 2002).

Page 20: a9 lap fl

Kondisi KEK seperti yang dialami oleh Ibu Partiyah dapat disebabkan

oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:

1. Faktor Sosial Ekonomi

a. Pendidikan

Faktor pendidikan mempengaruhi pola makan ibu hamil. Tingkat

pendidikan yang lebih tinggi diharapkan dapat memberikan pengetahuan

atau informasi lebih tentang gizi yang lengkap dan seimbang sehingga bisa

memenuhi asupan gizinya.

Pada kasus home visit ini, tingkat pendidikan terakhir yang dimiliki

oleh pasien adalah SMP, di mana pendidikan setingkat SMP masih

tergolong ke dalam tingkat pendidikan ynag rendah. Tingkat pendidikan

yang rendah ini memungkinkan rendahnya ilmu pengetahuan yang

dimiliki ibu hamil mengenai asupan gizi dan kesehatan (Khaidar, 2005).

b. Pekerjaan

Resiko-resiko yang berhubungan dengan pekerjaan selama

kehamilan termasuk :

1. Berdiri lebih dari 3 jam sehari.

2. Bekerja pada mesin pabrik terutama jika terjadi banyak getaran atau

membutuhkan upaya yang besar untuk mengoperasikannya.

3. Tugas-tugas fisik yang melelahkan seperti mengangkat, mendorong dan

membersihkan.

4. Jam kerja yang panjang.

Pekerjaan Ibu Partiyah adalah menjadi ibu rumah tangga. Dan

berdasarkan hasil wawancara yang telah didapat, diketahui bahwa Ibu

Partiyah sehari-hari melakukan kegiatan rumah tangga, seperti menyapu,

mengepel, dan terkadang masih mengangkat beban berat seperti bak

pakaian saat mencuci.

c. Pendapatan

Tingkat ekonomi seseorang berpengaruh dalam pemilihan

makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari. Pendapatan merupakan faktor

yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak

Page 21: a9 lap fl

mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh. Seseorang

dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil, maka kemungkinan besar

gizi yang dibutuhan akan tercukupi (Weni, 2010).

Sumber penghasilan utama keluarga Ibu Partiyah berasal dari

penghasilan suaminya yang bekerja sebagai supir. Penghasilan per minggu

yang didapatkan adalah Rp 400.000,00. Penghasilan tersebut digunakan

untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan membayar kredit motor.

Keadaan ekonomi keluarga yang hanya sekadar cukup akan mengurangi

ketersediaan makanan yang berkualitas gizi baik bagi kesehatan Ibu

Partiyah dan janinnya. Apalagi ditambah dengan banyaknya jumlah

anggota keluarga yang menjadi tanggungan (7 orang).

2. Asupan nutrisi

Asupan makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang

dimakan seseorang dan dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau

energi dan zat gizi. Adanya kondisi gizi kurang dapat diakibatkan oleh

adanya perilaku asupan nutrisi ynag tidak baik. Tingkat asupan seseorang

akan mempengaruhi status gizi orang tersebut. Tingkat asupan ditentukan

oleh kualitas dan kuantitas hidangan.

Kebutuhan zat gizi setiap individu berbeda satu sama lain

disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, aktivitas, dan keadaan khusus

lainnya, seperti kehamilan. Kebutuhan zat gizi ibu hamil akan jauh lebih

banyak apabila dibandingkan dengan kondisi sebelum hamil.

Dalam keseharianya, Ibu Partiyah lebih sering mengonsumsi nasi

dan sayur, dan kurang mencukupi asupan protein yang sangat diperlukan

oleh ibu dan janin dalam kandungan. Apalagi, pasien juga tidak

mengonsumsi susu sebagai asupan nutrisi tambahan karena selalu merasa

mual dan muntah setelah meminum susu.

3. Kebersihan lingkungan dan dukungan keluarga

Dengan terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat, akan dapat

mengurangi kemungkinan terkena atau tertular penyakit yang dapat

mengganggu kesehatan ibu hamil. Dan, dengan adanya dukungan keluarga

Page 22: a9 lap fl

selama masa kehamilan akan meningkatkan rasa aman dan percaya diri

pada diri ibu hamil tersebut, yang kemudian akhirnya ibu hamil tersebut

akan berusaha sebaik mungkin untuk selalu menjaga kesehatan diri dan

kandungannya.

Ibu Partiyah sendiri telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) dengan baik. Akan tetapi, berdasarkan pada hasil wawancara

diketahui bahwa terdapat tetangga dekat rumah ada yang menderita

muntaber. Selain itu, dalam menghadapi masa kehamilan ini, sepertinya

pasien tidak mendapatkan perhatian dan dukungan yang cukup dari

anggota keluarga lain, kecuali oleh suami. Sedangkan suami pasien sendiri

yang bekerja sebagai supir, pulang hanya setiap akhir minggu saja.

Selain faktor-faktor tersebut, masih terdapat faktor lain yang dapat

menyebabkan KEK, yaitu seperti faktor paritas dan faktor jarak antarkelahiran

(Rochjati, 2003). Namun, karena kehamilan pada Ibu Partiyah merupakan

kehamilan pertama, maka dapat disimpulkan bahwa kedua faktor tersebut tidak

berpengaruh terhadap kondisi KEK yang dialami pasien.

Kondisi KEK yang dialami ibu hamil dapat menyebabkan bayi lahir

dengan berat badan rendah (BBLR), peningkatan risiko abortus, terhambatnya

perkembangan otak pada bayi, serta terjadinya anemia dan infeksi pada bayi yang

baru lahir (Supariasa, 2002).

Ibu hamil yang mengalami KEK harus segera mendapatkan tindak lanjut.

Kiki tolong tambahin penatalaksanaan KEK yaa :D maaci

Selain melaksanakan penatalaksanan terhadap kondisi KEK pada ibu

hamil, juga diperlukan adanya pengenalan dan sosialisasi Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang merupakan salah satu upaya

menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Di mana program ini tidak hanya

diberlakukan bagi ibu hamil dengan risiko tinggi maupun kondisi KEK saja. P4K

memiliki pengertian pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh bidan sebagai

upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil, suami, dan keluarga, tentang:

1. Semua kehamilan berisiko atau membahayakan,

Page 23: a9 lap fl

2. Bahaya kehamilan dan persalinan,

3. Ajakan kepada ibu hamil, suami dan keluarganya untuk melakukan

perencanaan persalinan, meliputi:

a. Tempat persalinan

b. Penolong persalinan

c. Persiapan transportasi

d. Persiapan keuangan

e. Calon donor darah

f. Persiapan pakaian bayi dan ibu hamil

g. Perencanaan KB (Keluarga Berencana) setelah melahirkan, dengan

menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran untuk meningkatkan

cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Dinkes

Jaksel, 2010).

Gambar 1. Stiker P4K

Kondisi nya ibu partiyah ttg p4k nya perlu diceritain g ki? Kan soalnya ibunya

belom mikirin p4k. Aku bingunggg -,-

Kunjungan rumah yang telah dilakukan sebagaimana dipaparkan di atas

merupakan salah satu program dalam meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat dengan cara mengenal lebih mendalam tentang kehidupan pasien

pasien serta membangung hubungan antara dokter dan pasien secara lebih baik.

Manfaat dilakukannnya kunjungan rumah yang lain adalah:

Page 24: a9 lap fl

1. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien.

2. Dengan adanya kunjungan rumah, dokter akan memperoleh banyak informasi

tentang kondisi pasien. Dokter juga dapat menemukan beberapa kasus tertentu

yang masih bisa dicegah dan ditanggulangi sebelum berkelanjutan.

3. Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter-pasien.

4. Kunjungan dokter ke rumah pasien dapat mempererat hubungan kekeluargaan

antara dokter dan pasien sehingga keterbukaan satu sama lain dapat terwujud.

5. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.

Dengan makin meningkatnya pemahaman dokter tentang keadaan pasien,

dan atau dengan makin baiknya hubungan dokter-pasien, berarti sekaligus

akan meningkatkan pula pemahaman dokter tentang kebutuhan serta tuntutan

kesehatan pasien. Adanya pemahaman yang seperti ini jelas akan

berperanan besar dalam upaya lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan

tuntutan kesehatan pasien.

6. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien. Pelayanan kedokteran yang dapat

memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien, apalagi jika disertai

dengan hubungan dokter-pasien yang baik, pasti mempunyai peranan yang

amat besar dalam lebih meningkatkan kepuasan pasien (patient satisfaction).

Page 25: a9 lap fl

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Masalah kesehatan pasien harus dipandang secara biopsikososial baik

dari pasien, keluarga maupun lingkungan sekitarnya sehingga dapat

dilakukan pelayanan secara holistik dan komprehensif.

2. Dalam kasus ini, Ibu Partiyah (18 tahun) mengalami kehamilan berisiko

tinggi (usia pasien <20 tahun) yang juga ditambah dengan kondisi KEK

(Kekurangan Energi Kronis). Keadaan KEK tersebut nampaknya

disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi (terutama zat gizi protein)

sebagai akibat dari rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu.

Ditambah dengan kondisi ekonomi yang hanya sekadar cukup (beban

keluarga yang terlalu banyak dengan sumber penghasilan hanya pada

suami) dan kurangnya dukungan serta perhatian dari keluarga selama

masa kehamilan.

3. Penyedia layanan kesehatan primer baik puskesmas atau dokter keluarga

harus mampu melakukan kunjungan rumah dan perawatan pasien di

rumah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pasien.

B. Saran

1. Bagi ibu hamil, sebaiknya selalu memperhatikan asupan nutrisi makanan

yang dikonsumsi dan memeriksakan kandungannya secara rutin ke

Puskesmas atau bidan terdekat.

2. Bagi ibu bidan, sebaiknya selalu aktif dalam melaksanakan kegiatan

kunjungan ke rumah untuk memantau keadaan ibu hamil, terutama bagi

ibu hamil dengan risiko tinggi maupun kondisi KEK. Di samping juga,

memberikan edukasi maupun konseling mengenai asupan nutrisi yang

baik selama kehamilan, pemeriksaan kehamilan, P4K, dan cara menyusui

serta merawat bayi dengan baik.

Page 26: a9 lap fl

3. Bagi pihak Puskesmas, sebaiknya secara rutin melaksanakan sosialisasi

tentang pelaksanaan kunjungan rumah kepada petugas kesehatan dan

masyarakat sehingga baik petugas kesehatan maupun pasien dapat saling

bekerjasama untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal. Dan

juga, meningkatkan kualitas pemahaman mengenai kunjungan rumah

kepada petugas pelaksana kunjungan rumah, sehingga pelayanan

kunjungan rumah dapat berjalan lebih baik dan lancar.

Page 27: a9 lap fl

DAFTAR PUSTAKA

Bickley LS, Szilagyi PG (2007). Guide to Physical Examination and History Taking. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Chinue C (2009). Kekurangan energi kronik (KEK). http://chinue.wordpress.com/2009/03/14/makalah-KEK - Diakses Oktober 2012.

Depkes (2002). Pedoman praktis memantau status gizi orang dewasa. http://www.gizi.depkes.go.id/ - Diakses Oktober 2012.

Dinkes Jaksel (2010). Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. http://selatan.jakarta.go.id/sudinkes/?page=Artikel&id=6p4k – Diakses Oktober 2012.

Khaidar (2005). Hubungan kekurangan energi kronik pada ibu hamil dengan berat badan lahir bayi di wilayah Puskesmas Seyegan Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman Yogyakarta. Yogyakarta : FK UGM.

Manuaba IBG (2007). Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC.

Rochjati P (2003). Skrining antenatal pada ibu hamil. Surabaya : FK UNAIR

Soetrisno (2012). Faktor risiko tumbuh kembang janin. Surakarta: FK UNS.

Supariasa IDN (2002). Penilaian status gizi. Jakarta : EGC.

Tim Field Lab FK UNS. 2012. Home visit. Surakarta: FK UNS

Weni (2010). Gizi ibu hamil. Yogyakarta : Muha Medika.