BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan pembedahan
seringkali menjadi ancaman potensial atau actual bagi integritas
seseorang. Hal ini disebabkan tindakan pembedahan dapat
membangkitkan reaksi stress baik fisiologis maupun psikologis.
Setiap klien berbeda pandangan dalam menanggapi tindakan bedah atau
operasi sehingga responnya berbeda beda pula. Pada respon
fisiologis ada tindakan langsung dengan bedah, karena tindakan
bedah merupakan stressor pada tubuh. Bila stress terhadap system
cukup gawat atau kehilangan darah cukup banyak, tubuh akan terlalu
banyak beban dan terjadi shock. Sedangkan respon psikologi secara
umum berhubungan dengan adanya ketakutan terhadap anesthesia,
diagnosis yang belum pasti, keganasan, nyeri, ketidakmampuan dan
cerita dari orang lain. ( Long, 1996 ). Operasi apendiktomi
termasuk salah satu tindakan pembedahan yang juga dapat
membangkitkan reaksi stress pada klien. Karena pasien yang
mengalami proses peradangan apendiktomi harus dilakukan operasi (
Martius, 1990). Oleh karena itu seorang perawat haruslah dapat
membuat asuhan keperawatan yang baik dan tepat terutama pada klien
dengan kasus pembedahan apendiks.
B. Rumusan Masalah 1. Apa Definisi dari Apendiktomi ? 2. Apa
saja Macam Macam Apendiktomi ? 3. Apa saja Indikasi ? 4. Apa saja
Kontra indikasi ? 5. Bagaimana Pathwaynya ? 6. Apa saja Komplikasi
dari Apendiktomi ? 7. Apa saja Pemeriksaan Penunjangnya ? 8.
Bagaimana Asuhan Keperawatannya ?
C. Tujuan 1. Mengetahui Definisi dari Apendiktomi 2. Mengetahui
Macam Macam Apendiktomi 3. Mengetahui Indikasi 4. Mengetahui Kontra
indikasi 5. Mengetahui Pathwaynya 6. Mengetahui Komplikasi dari
Apendiktomi 7. Mengetahui Pemeriksaan Penunjangnya 8. Mengetahui
Asuhan Keperawatannya
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Apendiktomi Apendiktomi adalah pembedahan untuk
mengangkat apendiks yang dilakukan sesegera mungkkin untuk
menurunkan resiko perforsi ( Smeltzer , 2001). Apendiktomi
meradang. tindakan pembedahan yaitu dengan pengangkatan apendiks
yang
B. Macam Macam Apendiktomi Pembedahan untuk mengangkat apendiks
dapat dilakukan dengan apendiktomi terbuka dan apendiktomi
laparoskopi.
1. Apendiktomi Terbuka Bila apendiktomi terbuka, incise McBurney
paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Mc Burney/ Wechselschnitt/
muscle splitting: sayatan berubah-ubah sesuai serabut otot.
TEKNIK APENDIKTOMI McBurney a. Pasien berbaring terlentang dalam
anastesi umum ataupun regional. Kemudian dilakukan tindakan asepsis
dan antisepsis pada daerah perut kanan bawah b. Dibuat sayatan
menurut Mc Burney sepanjang kurang lebih 10 cm dan otot-otot
dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya,
berturut-turut m. oblikus abdominis eksternus, m. abdominis
internus, m. transverses abdominis, sampai akhirnya tampak
peritoneum c. Peritoneum disayat sehingga cukup lebar untuk
eksplorasi d. Sekum beserta apendiks diluksasi keluar e.
Mesoapendiks dibebaskan dann dipotong dari apendiks secara biasa,
dari puncak ke arah basis f. Semua perdarahan dirawat. g. Disiapkan
tabac sac mengelilingi basis apendiks dengan sutra, basis apendiks
kemudian dijahit dengan catgut h. Dilakukan pemotongan apendiks
apical dari jahitan tersebut i. Puntung apendiks diolesi betadine
j. Jahitan tabac sac disimpulkan dan puntung dikuburkan dalam
simpul tersebut. Mesoapendiks diikat dengan sutra k. Dilakukan
pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan alat-alat didalamnya,
semua perdarahan dirawat. l. Sekum dikembalikan ke abdomen. m.
Sebelum ditutup, peritoneum dijepit dengan minimal 4 klem dan
didekatkan untuk memudahkan penutupannya. Peritoneum ini dijahit
jelujur dengan chromic catgut dan otot-otot dikembalikan
2. Apendiktomi Laparoscopi Pengangkatan usus buntu ini dilakukan
untuk usus buntu akut. Apendiktomi laparoskopi merupakan alternatif
yang baik untuk pasien dengan usus buntu akut, khususnya wanita
muda pada usia subur, karena prosedur laparoskopi memiliki
keunggulan diagnosa untuk diagnosa yang belum pasti. Keunggulan
lainnya termasuk hasil kosmetik lebih baik, nyeri berkurang dan
pemulihan lebih cepat. Pada apendiktomi laparoskopi, 3 bukaan kecil
untuk memasukkan kamera miniature dan peralatan bedah dibuat
melintang bagian bawah perut untuk mengangkat usus buntu. Ini
dibandingkan dengan 4 hingga 6 cm sayatan yang dibutuhkan untuk
apendiktomi terbuka.
D. Indikasi apendiktomi, yaitu: Apendiktomi terbuka a.
apendisitis akut b. periapendikuler infiltrat c. apendisitis
perforate
-
Apendiktomi Laparoskopi a. Apendisitis akut b. Dan Appendicitis
kronik
D. Kontra indikasi relative apendiktomi laparoskopi a. Wanita
dengan kehamilan trimester kedua dan ketiga b. Penyulit radang
pelvis dan endometriosis
E. Pathway
F. Komplikasi 1.Durante Operasi: perdarahan intra peritoneal,
dinding perut, robekan sekum atau usus lain. 2.Pasca bedah dini:
perdarahan, infeksi, hamatom, paralitik ileus, peritonitis, fistel
usus, abses intraperitoneal.
G. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium rutin dan Urine lengkap
(untuk wanita ditambahkan PPT) 2. USG abdomen 3. CT scan 4. Foto
thoraks
Persiapan umum operasi Hal yang bisa dilakukan oleh perawat
ketika klien masuk ruang perawat sebelum operasi : a.
Memperkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas rumah
sakit untuk mengurangi rasa cemas klien dan kerabatnya (orientasi
lingkungan). b. Mengukur tanda-tanda vital. c. Mengukur berat badan
dan tinggi badan. d. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium yang
penting (Ht, Serum Glukosa, Urinalisa). e. Wawancara. 2. Persiapan
klien malam sebelum operasi Empat hal yang perlu diperhatikan pada
malam hari sebelum operasi : a. Persiapan kulit Kulit merupakan
pertahanan pertama terhadap masuknya bibit penyakit. Karena operasi
merusak integritas kulit maka akan menyebabkan resiko terjadinya
ifeksi. Beberapa ahli bedah lebih menyukai mencukur rambut karena
bisa mengganggu prosedur operasi. b. Persiapan saluran cerna
Persiapan kasus yang dilakukan pada saluran cerna berguna untuk :
1. Mengurangi kemungkinan bentuk dan aspirasi selama anestasi. 2.
Mengurangi kemungkinan obstruksi usus. 3. Mencegah infeksi faeses
saat operasi.
Untuk mencegah tiga hal tersebut dilakukan : 1. Puasa dan
pembatasan makan dan minum. 2. Pemberian enema jika perlu. 3.
Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.
4. Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum
selama 8 - 10 jam sebelum operasi : mencegah aspirasi gaster.
Selang gastro intestinal diberikan malam sebelum atau pagi sebelum
operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester. c.
Persiapan untuk anastesi Ahli anastesi selalu berkunjung pada
pasien pada malam sebelum operasi untuk melakukan pemeriksaan
lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan menunjukkan
tipe anastesi yang akan digunakan selama operasi. d. Meningkatkan
istirahat dan tidur Klien pre operasi akan istirahat cukup sebelum
operasi bila tidak ada gangguan fisik, tenaga mentalnya dan diberi
sedasi yang cukup.
3. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1
(satu) jam sebelum obat-obatan pre operasi : 1. Catat tanda-tanda
vital 2. Cek gelang identitas klien 3. Cek persiapan kulit
dilaksanakan dengan baik 4. Cek kembali instruksi khusus seperti
pemasangan infuse 5. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam
terakhir 6. Anjurkan klien untuk buang air kecil 7. Perawatan mulut
jika perlu 8. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala 9.
Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia
lebih mudah.
PELAKSANAAN 1. Sebelum operasi Pemasangan kateter untuk control
produksi urin Rehidrasi Antibiotic dengan spectrum luas, dosis
tinggi dan diberikan secara intravena. Obat-obatan penurun panas,
phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka
pembuluh-pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi
tercapai. Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2. Operasi Apendiktomi Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami
perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan
antibiotika Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya
mungkin
mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka
waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan
operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan
3. Pasca operasi Observasi TTV Angkat sonde lambung bila pasien
telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah
Baringkan pasien dalam posisi semi fowler Pasien dikatakan baik
bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan
Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa
dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal Berikan minum
mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di
tempat tidur selama 230 menit Pada hari kedua pasien dapat berdiri
dan duduk di luar kamar Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien
diperbolehkan pulang.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih
aktif yang ditandai dengan : Keadaan umum klien masih terlihat
sakit, suhu tubuh masih tinggi Pemeriksaan lokal pada abdomen
kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-tanda peritonitis
Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis
terdapat pergeseran ke kiri. Pada keadaan massa apendiks dengan
proses radang yang telah mereda ditandai dengan : Umumnya klien
berusia 5 tahun atau lebih. Keadaan umum telah membaik dengan tidak
terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi. Pemeriksaan lokal
abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba
massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan. Laboratorium hitung
lekosit dan hitung jenis normal.
Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian
antibiotik dan istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila
dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila
massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak
serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam
perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum.
H. Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1. Wawancara Dapatkan
riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai: Keluhan utama
klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan
terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang
lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan
muntah, panas. Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan
dengan masalah. kesehatan klien sekarang ditanyakan kepada orang
tua. Diet, kebiasaan makan makanan rendah serat. Kebiasaan
eliminasi.
2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak
sakit ringan/sedang/berat. Sirkulasi : Takikardia. Respirasi :
Takipnoe, pernapasan dangkal. Aktivitas/istirahat : Malaise.
Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau
tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar
epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi
pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk,
atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak. Demam lebih dari 380C. Data
psikologis klien nampak gelisah. Ada perubahan denyut nadi dan
pernapasan.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan
penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi. Berat badan sebagai
indicator untuk menentukan pemberian obat.
3. Pemeriksaan penunjang Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan
bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat ileal atau caecal
ileus (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau ileum).
Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis
infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada
ginjal. Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil. Pada
enema barium apendiks tidak terisi. Ultrasound: fekalit
nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.
B. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi 1. Nyeri akut berhubungan
dengan proses penyakit. Tujuan: Nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil: Nyeri berkurang Ekspresi nyeri lisan atau pada
wajah Kegelisahan atau ketegangan otot Mempertahankan tingkat nyeri
pada skala 0-10 Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk
mencapai kenyamanan
Intervensi Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi
lokasi, keparahan, factor presipitasinya. Observasi ketidaknyamanan
non verbal. Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir
dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara:
masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak
terburu-buru. Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan. Anjurkan pasien untuk
istirahat. Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.
Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia. Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien adekuat.
Kriteria Hasil: Mempertahankan berat badan. Toleransi terhadap diet
yang dianjurkan. Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
Turgor kulit baik.
Intervensi Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya. Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan
mual dan muntah. Pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah
makan.
3. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan, perubahan
status kesehatan dan pemenuhan informasi. Tujuan : kecemasan klien
berkurang sampai hilang sehingga klien merasa tenang dan nyaman
Kriteria Hasil: Intervensi: Kaji ansietas klien Ajarkan tehnik
relaksasi Beri informasi tentang proses penyakit dan tindakan
Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya dalam pemberian
obat anti depresan jika diperlukan Klien tampak tenang dan merasa
nyaman
Post Operasi 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan / insisi pembedahan. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang. Kriteria
Hasil: Nyeri berkurang Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10. Menunjukkan teknik
relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi
lokasi, keparahan. Observasi ketidaknyamanan non verbal Gunakan
pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan
posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru. Kendalikan
factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan. Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan
tenkik relaksai saat nyeri. Libatkan keluarga dalam pengendalian
nyeri pada anak. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
2.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan : mempercepat proses penyembuhan luka sehingga dapat
meningkatkan
integritas kulit. Kriteris hasil : Luka pasca operasi
menunjukkan proses penyembuhan Intervensi : Kaji integritas kulit
klien Lakukan perawatan luka dengan adekuat Beri informasi dan
ajarkan klien dan keluarga klien mengenai hal-hal yang dapat
mempercepat penyembuhan luka. Kolaborasi dengan dokter dan tim
kesehatan lainnya (dermatologi) guna meningkatkan integritas
kulit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual,muntah, anoreksia. Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien adekuat.
Kriteria Hasil: Mempertahankan berat badan. Toleransi terhadap diet
yang dianjurkan. Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
Turgor kulit baik.
Intervensi Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya. Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan
mual dan muntah. Pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah
makan.
4.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pasca operasi.
Tujuan: Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali
normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat
mengurangi rasa sakit dengan demikian penderita merasa sehat dan
membantu memperoleh kekuatan dan mempercepat kesembuhan. Kriteria
hasil : mobilitas klien meningkat klien aktif dan bersemangat dalam
meningkatkan mobilisasi diri. rasa nyeri klien berkurang otot -
otot perut dan panggul kembali normal kekuatan otot perut
meningkat
Intervensi: 5. kaji tingkat mobilisasi klien ajarkan rom aktif
dan pasif dorong klien dan keluarga dalam meningkatkan pergerakkan
klien.
Resiko infeksi berhubungan dengan port de entre. Tujuan :
mengurangi resiko infeksi akibat luka pasca operasi sehingga
mempercepat proses penyambuhan. Kriteria hasil: - luka pasca
operasi tidak menunjukkan tanda tanda inflamasi - luka menunjukkan
proses penyembuhan
Intervensi : Kaji tanda tanda inflamasi pada luka operasi
Lakukan perawatan luka dengan tehnik steril Beri tahu klien dan
keluarga cara menjaga luka pasca operasi untuk menghindari resiko
infeksi Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya dalam
pemberian antibiotic.
6.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan
yang tidak adekuat. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan keseimbangan cairan pasien normal dan dapat
mempertahankan hidrasi yang adekuat. Kriteria hasil: Mempertahankan
urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal.
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal. Tidak ada
tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa
lembab. Tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
Monitor vital sign dan status hidrasi. Monitor status nutrisi Awasi
nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.
Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi. Atur
kemungkinan transfusi darah.
BAB III PENUTUP
A. Simpulan Apendiktomi yaitu suatu tindakan operasi yang
dilakukan untuk mengangkat apendiks. Apendiktomi dapat dilakukan
dengan apendiktomi terbuka dan apendiktomi laparoskopi. Terdapat
beberapa indikasi untuk dilakukannya
apendiktomi dan kontraindikasi untuk dilakukannya apendiktomi.
Apabila apendiktomi tidak dilakukan dengan baik dapat menimbulkan
beberapa resiko komplikasi. Selain itu sangatlah penting untuk
melakukan pemeriksaan penunjang sebelum dilakukannya apendiktomi.
Asuhan keperawatan pada kasus pembedahan apendiks termasuk pada
asuhan keperawatan preoperative dan pasca operasi.
B. Saran Pada tindakan pembedahan apendiktomi sangatlah penting
untuk memperhatikan hal hal yang harus dilakukan sebelum dan
sesudah pembedahan. Oleh karena itu seorang perawat hendaklah
memperhatikan asuhan keperawatan yang tepat pada kasus klien dengan
pembedahan apendiks baik asuhan keperawatan sebelum maupun sesudah
operasi.
DAFTAR PUSTAKA [1] Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I.,
Setiowulan, W., editor., Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan Kelima. Media
Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313.