Page 1
TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN
ANALISA KASUS DISLIPIDEMIA
KELAS A
KELOMPOK II
Aprin Puspa Dinar 2015000009
Ardelia Giselle 2015000010
Arina Nur Safitri 2015000011
Arum Oktavianti 2015000012
Asri Diansari 2015000013
Astrialita Linuih 2015000014
Atikah Arifah 2015000015
Aulia Yolanda 2015000016
Asima Rohana 2015000142
Bayu Yudistira W. Sana 2015000143
Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Prof. Dr. Syamsudin, M.Biomed., Apt.
UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2015
Page 2
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan YME, yang telah
melimpahkan rahmat, rezeki serta karunia-Nya sehingga atas izin-Nya kami dapat
menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ANALISA KASUS DISLIPIDEMIA”
yang disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Farmakoterapi Terapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah yaitu
Prof. Dr. Syamsudin, M.Biomed., Apt. Kami menyadari bahwa karya tulis ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun selalu
dinantikan demi penyempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, dengan segala
kerendahan hati kami mengharapkan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi klinik.
Jakarta, September 2015
Kelompok II
Farmakoterapi Terapan Kelas A
Page 3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................1
B. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................2
BAB II KASUS DAN DRUG THERAPY MONITORING.......................8A. KASUS........................................................................................8
B. DRUG THERAPY MONITORING............................................9
1. Data Pasien............................................................................9
2. SOAP.....................................................................................10
BAB III PEMBAHASAN................................................................................11
A. PROFIL PENGOBATAN............................................................11
B. DRP (DRUG RELATED PROBLEMS)........................................13
C. DISKUSI PERTANYAAN..........................................................14
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20
Page 4
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid
yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total /
hiperkolesterolemia, kadar Low Density Lipoprotein (LDL), kadar trigliserida
(hipertrigliseridemia), serta penurunan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Low Density Lipoprotein mengandung banyak kolesterol ester yang
berdensitas lebih kecil dan lebih aterogenik, dimana telah lama diidentifikasi
oleh National Cholesterol Education Program (NCEP) sebagai target utama
untuk terapi penurunan kolesterol. Keadaan tersebut berhubungan erat dengan
terjadinya patologi aterosklerosis arteri-arteri vital yang dapat meningkatkan
resiko terkena berbagai penyakit berbahaya, salah satunya penyakit yang
berhubungan dengan kardiovaskuler.
Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu penyakit kronis dari seluruh
permasalahan kesehatan global dunia. Diperkirakan pada tahun 2030, 7 dari
10 kematian di seluruh dunia akan disebabkan oleh penyakit kronis dan
penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab paling utama. Penderita
dislipidemia mempunyai resiko 2,8 kali lebih besar terkena penyakit jantung
koroner. Sebuah penelitian yang dilakukan di Yogyakarta menyebutkan
bahwa dislipidemia tidak bisa dikenali dari gemuk atau tidaknya seseorang,
tidak semua penderita dislipidemia merupakan orang yang berbadan gemuk
bahkan beberapa diantaranya mempunyai berat badan yang ideal. Hal tersebut
menjelaskan bahwa tidak hanya orang gemuk yang mempunyai resiko
penyakit jantung koroner, namun individu dengan berat badan ideal pun bisa
beresiko terkena penyakit kardiovaskuler.
Penelitian Monica di Jakarta (1988) menunjukkan bahwa kadar rata-rata
kolesterol total pada wanita adalah 206,6 mg/dl dan pria 199,8 mg/dl, tahun
1993 meningkat menjadi 213,0 mg/dl pada wanita dan 204,8 mg/dl pada pria.
1
Page 5
2
Di beberapa daerah, nilai kolesterol yang sama yaitu Surabaya (1985) adalah
195 mg/dl, Ujung Pandang (1990) adalah 219 mg/dl dan Malang (1994)
adalah 206 mg/dl. Apabila digunakan batas kadar kolesterol >250 md/dl
sebagai batasan hiperkolesterolemia, maka pada penelitian Monica yang
pertama terdapatlah hiperkolesterolemia 13,4% untuk wanita dan 11,4%
untuk pria. Pada penelitian Monica yang kedua, hiperkolesterolemia terdapat
pada 16,2% untuk wanita dan 14% untuk pria. Hal ini menunjukkan bahwa
dislipidemia merupakan penyebab penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
adanya penyempitan pada arteri koronaria, sehingga aliran darah ke otot
jantung menjadi terganggu. Di Inggris, penyakit kardiovaskular membunuh
satu dari dua penduduk dalam populasi dan menyebabkan 250.000 kematian
pada tahun 1998. Satu dari empat laki-laki dan satu dari lima perempuan
meninggal karena penyakit jantung koroner (PJK). Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia
menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun kematian yang disebabkan PJK
semakin meningkat dan saat ini menduduki urutan pertama. World Health
Organization (WHO) memperkirakan bahwa dislipidemia memiliki hubungan
dengan PJK. Survei Monitoring Trends and Determinant in Cardiovascular
Disease (MONICA) yang dilakukan pada populasi usia 25-64 tahun di
Jakarta pada tahun 1993 menunjukkan peningkatan dislipidemia dari 13,4%
menjadi 16,4%. Pada tahun 1992, kasus melaporkan bahwa PJK menempati
urutan ketiga penyebab kematian, kemudian pada tahun 1992 dan 1995
dilaporkan bahwa PJK menempati urutan pertama penyebab kematian. Untuk
itu pencegahan dislipidemia harus diusahakan pada PJK agar setiap tahun
dapat terjadi penurunan angka resiko pasien yang menderita PJK.
Page 6
3
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Dislipidemia
a. Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kenaikan kadar kolestrol total, kolestrol LDL, dan
trigliserida serta penurunan kadar kolestrol HDL (Sunita, 2004).
Dislipidemia merupakan keadaan terjadinya peningkatan kadar LDL
kolestrol dalam darah atau trigliserida dalam darah yang dapat disertai
penurunan kadar HDL kolestrol (Andry Hartono, 2000).
Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya memiliki
peran yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain, sehingga
tidak mungkin dibahas sendiri – sendiri. Ketiganya dikenal sebagai triad
lipid, yaitu:
1) Kolestrol total
Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar
kolestrol total darah dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK)
sangat kuat, konsisten, dan tidak bergantung pada faktor resiko lain.
Penelitian genetik, eksperimental, epidemiologis, dan klinis
menunjukkan dengan jelas bahwa peningkatan kadar kolestrol total
mempunyai peran penting pada patogenesis penyakit jantung koroner
(PJK).
2) Kolestrol HDL dan LDL
Bukti epidemiologis dan klinis menunjang hubungan negatif antara
kadar kolestrol HDL dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat
atau diet dapat menaikan kadar kolestrol HDL dan dapat mengurangi
penyakit jantung koroner.
3) Trigliserida
Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dL dianggap berhubungan
dengan penyakit jantung koroner apabila disertai adanya penurunan
kadar HDL.
Page 7
4
Tabel I.1. Kadar Lemak Darah dalam Tubuh
Kadar Lemak Darah Kisaran Ideal (mg/dL)
Kolestrol total < 200
LDL < 100
HDL < 40
Trigliserida < 150
b. Klasifikasi Dislipidemia
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit adalah sebagai
berikut:
1) Dislipidemia Primer
Merupakan kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat
menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.
2) Dislipidemia sekunder
Disebabkan oleh suatu keadaan seperti hiperkolestrolemia yang
diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik syndrome, kehamilan,
anoreksia nervosa dan penyakit hati obstruktif. Hipertrigliserida
disebabkan oleh DM, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, miokard
infark dan kehamilan. Dislipidemia dapat disebabkan oleh
hipotiroidisme, nefrotik syndrome, gagal ginjal akut, penyakit hati dan
akromegali.
c. Epidemiologi
Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dinding pembuluh darah
dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Entitas klinis
utama dari penyakit tersebut adalah PJK, stroke iskemik, dan penyakit arteri
perifer. Penyebab penyakit tersebut bersifat multifaktorial di mana sebagian
diantaranya dapat dimodifikasi. Salah satu faktor risiko yang dapat
dimodifikasi adalah dislipidemia. Terdapat hubungan yang kuat antara
dislipidemia dan penyakit kardiovaskular yang relatif setara antara populasi
Asia dan non-Asia di wilayah Asia Pasifik. Data di Indonesia berdasarkan
Laporan Riskesdas Bidang Biomedis tahun 2007 menunjukkan bahwa
Page 8
5
prevalensi dislipidemia atas dasar konsentrasi kolesterol total >200 mg/dL
adalah 39,8%. Beberapa propinsi di Indonesia seperti Nangroe Aceh,
Sumatra Barat, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau mempunyai
prevalensi dislipidemia ≥50%.7 Data prevalensi pada umumnya
menggunakan data populasi negara barat atau negara di Asia. Mengingat hal
di atas, tatalaksana dislipidemia harus dianggap sebagai bagian integral dari
pencegahan penyakit kardiovaskular.
2. Penanganan Kondisi Dislipidemia
a. Perencanaan Terapi Diet
Pada pasien dislipidemia harus diterapkan diet seimbang yang
mengandung semua nutrient dalam jumlah yang memadai.
1) Tujuan diet yang diberikan untuk pasien dengan kondisi dislipidemia:
a) Menurunkan berat badan bila terjadi kegemukan
b) Mengubah jenis dan asupan lemak makanan
c) Menurunkan asupan kolestrol makanan
d) Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan
asupan karbohidrat sederhana
2) Syarat Diet yang diberikan:
a) Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan
aktivitas fisik
b) Lemak sedang, < 30% dari kebutuhan energi total
c) Protein cukup, yaitu 10-20% dari kebutuhan total
d) Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari kebutuhan total
e) Serat tinggi, terutama yang larut air
f) Cukup vitamin dan mineral (Sunita, 2004)
b. Intervensi Gizi
Intervensi gizi biasa dilakukan dengan memberikan edukasi gizi yang
melibatkan ahli pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi pada
pasien. Pengetahuan gizi merupakan pencapaian pada status gizi yang baik
dan sangat penting bagi kesehatan dan kesejahtraan setiap orang. Untuk
memenuhi kebutuhan gizinya, setiap individu memiliki pola makanan yang
Page 9
6
mengandung gizi yang dapat digunakan oleh tubuh. Pengetahuan gizi dapat
memegang peranan penting terhadap tata cara penggunaan pangan dengan
baik sehingga akan mencapai kebutuhan gizi yang seimbang. Tingkat
pengetahuan gizi akan dapat menentukan perilaku seseorang untuk
memperbaiki pola konsumsi makanan yang umumnya dipandang lebih baik
dan dapat diberikan sedini mungkin (Suharjo, 1989)).
c. Pengelolaan Penderita Dislipidemia
1) Umum
Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya non farmakologis
yang meliputi modifikasi diet, latihan jasmani, serta pengelolaan berat
badan. Tujuan terapi diet adalah menurunkan resiko penyakit jantung
koroner dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolestrol serta
mengembalikan keseimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi.
Perbaikan keseimbangan kalori biasanya memerlukan peningkatan
penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta pembatasan asupan
kalori.
2) Upaya Non Farmakologis
a) Terapi Diet
Dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi
makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolestrol serta
seberapa sering keduanya dikonsumsi.
b) Latihan jasmani
Berdasarkan beberapa penelitian, diketahui bahwa latihan fisik
dapat meningkatkan kadar HDL, menurunkan trigliserida,
menurunkan LDL dan menurunkan berat badan.
3) Farmakologis
Apabila terapi non farmakologi tidak berhasil, maka dapat diberikan
bermacam – macam obat, seperti golongan statin (efek kuat). Tujuan
dari pengelolaan dislipidemia dalam jangka pendek adalah untuk
mengontrol kadar LDL dan HDL dalam darah dan menghilangkan
keluhan maupun gejala yang terjadi pada penderita dislipidemia. Tujuan
Page 10
7
jangka panjang untuk mencegah terjadinya jantung koroner. Cara
penanganannya dengan menormalkan kadar kolestrol LDL dan HDL
dalam darah.
Page 11
8
BAB II
KASUS DAN DRUG THERAPY MONITORING
A. KASUS
MN, seorang pria 48 tahun dengan riwayat hipertensi dan merokok (1
bungkus/hari) datang ke klinik untuk test kolesterol. Ia melaporkan tidak
pernah mengalami nyeri dada atau riwayat infark miokard, stroke, atau
penyakit arteri perifer. Ia tidak memiliki saudara kandung dan kedua orang
tua hidup tanpa ada riwayat Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Riwayat kesehatan pasien: Hipertensi selama 9 tahun, riwayat gout
Riwayat keluarga : Ayah dan ibu hidup tanpa ada riwayat PJK atau diabetes.
Riwayat sosial: Bekerja sebagai programer komputer dan duduk di mejanya
sepanjang hari, tidak berolahraga secara teratur; minum alkohol.
Obat-obatan :
Aspirin 80 mg sekali sehari
Verapamil SR 180 mg sekali sehari
Tanda vital : BP 142/86 mmHg, denyut nadi 71/menit, pernafasan 16/ menit,
suhu 37° C.
Tidak ada nyeri dada, sesak napas, atau pusing
Laboratorium:
Kolesterol total 256 mg/dL (6,63 mmol/L), trigliserida 235 mg/dL (2,66
mmol/L), kolesterol HDL 27 mg/dL (0,70 mmol/L), glukosa 115 mg/dL (6,38
mmol / L), data laboratorium lainnya semua dalam batas normal.
8
Page 12
9
B. DRUG THERAPY MONITORING
1. Data Pasien
a. Nama : MN
b. Jenis Kelamin : Pria
c. Tanggal Lahir : -
d. Umur : 48 tahun
e. BB/TB : -
f. Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi, gout
g. Riwayat Penyakit Sekarang : Hipertensi
h. Keluhan Utama : -
i. Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah ibu tidak ada riwayat PJK atau
diabetes
j. Riwayat Sosial : Sebagai programmer, minum alkohol,
olahraga tidak teratur
k. Riwayat Alergi : -
l. Diagnosa Awal : Hipertensi
m. Diagnosa Akhir : -
Page 13
2. SOAP
Subjective Objective Assesment PlanTidak ada nyeri dada, sesak
napas, dan pusing
Tanda Vital :
BP 142/86 mmHg
Denyut nadi 71/menit
Pernapasan 16/menit
Suhu 37°C
Hasil Lab :
Kolesterol total 256 mg/dL
(6,63 mmol/L)
Trigliserida 235 mg/dL
(2,66 mmol/L)
Kolesterol HDL 27 mg/dL
(0,70 mmol/L)
Glukosa 115 mg/dL
(6,38 mmol/L)
DislipidemiaHipertensi
Aspirin 80 mg
sekali sehari
Verapamil SR 180 mg
sekali sehari
10
10
Page 14
BAB III
PEMBAHASAN
A. PROFIL PENGOBATAN
Menurut diskusi kelompok II, obat-obatan yang diberikan pada pasien MN sudah tepat dan sesuai indikasi. Penambahan obat
golongan statin diperlukan untuk mengobati indikasi hiperkolesterolemia berdasarkan hasil test kolesterol pasien. Berikut adalah
obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan pasien MN beserta penjelasan indikasi, efek samping, dosis lazim, dan interaksi obat
tersebut dengan obat-obatan lainnya:
No. Nama Obat Indikasi Efek SampingDosis
LazimInteraksi Obat Keterangan
1 Verapamil
Hipertensi.Obat ini merupakan antagonis
kalsium yang menghambat masuknya ion Ca kedalam sel dan
dengan demikian dapat mengurangi penyaluran impuls
dan kontraksi myokard serta dinding pembuluh. Senyawa ini tidak mempengaruhi kadar Ca diplasma. Mengurangi curah jantung dan memperlambat
denyut jantung (3)
Konstipasi, mual, muntah,
pusing (4)
180-360 mg sehari sekali
Kombinasi dengan digoksin plasma dan siklosporin plasma
dapat meningkatkan efek verapamil (5)
Indikasi sesuai
Dosis pasien = dosis lazim
Page 15
2
Pravastatin
Hiperkolesterolemia.Obat ini merupakan obat
golongan statin yang menghambat secara kompetitif enzim HMG
CoA reduktase, yakni enzim pada sintesis kolesterol, terutama dalam
hati (4)
Pusing, mual, muntah,
konstipasi, ruam kulit, nyeri dada,
rasa lelah (4)
10-40 mg per hari
pada malam hari (4)
Pemakaian bersama-sama dengan
immunosupresan, itrakonazol,
gemfibrozil, niasin dan eritromisin dapat
menyebabkan peningkatan pada
gangguan otot skelet (rabdomiolisis dan miopati). Antipirin,
propranolol, digoksin
-
3 Aspirin
Sebagai antiplatelet yang menghambat sintesis tromboksan A2 (TXA2) di dalam trombosit dan prostasiklin (PGI2) di pembuluh
darah dengan menghambat secara ireversibel enzim siklooksigenase
(5)
Rasa tidak enak di perut,
mual dan pendarahan di saluran cerna
(5)
80-320 mg sehari
sekali (5)
Kombinasi dengan ACE inhibitor dan beta
blocker dapat mengurangi respon TD terhadap terapi ACEI
dan beta blocker
Indikasi sesuai
Dosis pasien = dosis lazim
12
Page 16
B. ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS (DRP) BERDASARKAN PHARMACEUTICAL CARE PRACTICE
Drug Therapy Problem Keterangan Action Monitor
Membutuhkan terapi
tambahan
Terdapat hasil laboratorium
yang menunjukkan bahwa
pasien menderita kolesterol
tetapi tidak diberikan terapi
untuk mengatasi kolesterol
tersebut oleh dokter
Menginformasikan dan menyarankan
kepada dokter untuk menurunkan
kolesterol, menurunkan trigliserida,
dan meningkatkan kolesterol HDL
dengan menggunakan terapi obat
Pravastatin
Hasil pemeriksaan nilai
kolesterol dan penggunaan
obat
Pengobatan tanpa indikasi - - -
Pengobatan yang tidak
tepat
- - -
Dosis terlalu tinggi - - -
ADR (Adverse Drug
Reaction)
- - -
Dosis terlalu rendah - - -
Interaksi Obat - - -
Kepatuhan - - -
13
Page 17
14
C. DISKUSI PERTANYAAN
1. Apa penilaian Anda tentang resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK)
pada MN?
Jawab:
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang diakibatkan
oleh penyempitan pembuluh nadi koroner. Penyempitan ini dapat
menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa
nyeri. Menurut diskusi kelompok II, pasien MN memiliki resiko PJK yang
ditandai dengan adanya beberapa faktor resiko sebagai berikut:
a. Faktor resiko primer
i. Merokok (1 bungkus dalam sehari)
Penelitian dari Framingham menyebutkan bahwa kematian mendadak
akibat PJK pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan
perokok dan pada perempuan perokok 4.5 kali lebih besar dari pada
bukan perokok. Efek rokok adalah meningkatkan beban miokard
karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi O2
akibat inhalasi CO atau dengan kata lain dapat menyebabkan
Takikardia, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas
dinding pembuluh darah dan merubah 5-10 % Hb menjadi carboksi -
Hb. Disamping itu dapat menurunkan HDL kolesterol tetapi
mekanismenya belum jelas . Makin banyak jumlah rokok yang dihirup,
kadar HDL kolesterol makin menurun. Merokok juga dapat
meningkatkan tipe IV abnormal pada diabetes disertai obesitas dan
hipertensi, sehingga orang yang merokok cenderung lebih mudah
terjadi proses aterosklerosis dari pada yang bukan perokok. Apabila
berhenti merokok penurunan resiko PJK akan berkurang 50 % pada
akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang
tidak merokok setelah berhenti merokok 10 tahun.
ii. Hipertensi (diastolik > 90 mmHg ; siastolik > 150 mmHg)
Page 18
15
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab
terjadinya PJK. Peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi
dapat menyebabkan meningkatknya beban kerja jantung.
Hipertensi juga dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis.
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma
langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner), hal
ini menyebabkan angina pektoris, insufisiensi koroner dan infark
miokard lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibanding
orang normal. Tekanan darah sistolik diduga mempunyai pengaruh
yang lebih besar. Kejadian PJK pada hipertensi sering dan secara
langsung berhubungan dengan tingginya tekanan darah sistolik.
Penelitian Framingham selama 18 tahun terhadap penderita berusia 45-
75 tahun mendapatkan hipertensi sistolik merupakan faktor pencetus
terjadinya angina pektoris dan infark miokard.
iii. Peningkatan kolesterol plasma (> 240 – 250 mg/dl) /
Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup penting karena
termasuk faktor resiko utama PJK di samping hipertensi dan merokok.
Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari
yang masuk dalam tubuh (diet). Kadar kolesterol darah dapat dilihat
dari nilai LDL, HDL, dan TG (trigliserid).
LDL (Low Density Lipoprotein) merupakan jenis kolesterol yang
bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol) karena kadar LDL yang
meningkat akan rnenyebabkan penebalan dinding pembuluh darah.
Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui
resiko PJK dari pada kolesterol total.
HDL (High Density Lipoprotein) merupakan jenis kolesterol yang
bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol), karena
mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk
dibuang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau
Page 19
16
mencegah terjadinya proses arterosklerosis, jadi makin rendah kadar
HDL kolesterol, makin besar kemungkinan terjadinya PJK. Kadar HDL
kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan, menambah
exercise dan berhenti merokok.
Trigliserid terdiri dari 3 jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak
tunggal dan lemak jenuh ganda. Kadar trigliserid yang tinggi
merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK. Pada pasien MN terjadi
peningkatan nilai LDL dan TG, sedangkan nilai HDL mengalami
penurunan, hal ini menunjukkan bahwa pasien MN mengalami
hiperkolesterolemia yang dapat menjadi salah satu resiko penyebab
PJK.
b. Faktor resiko sekunder
i. Kurang aktivitas fisik
Pasien MN bekerja sebagai programmer komputer dan duduk di
mejanya sepanjang hari, serta tidak berolahraga secara teratur. Perilaku
ini dapat menjadi salah satu resiko terjadinya PJK.
Aktivitas fisik atau exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol
dan memperbaiki kolaterol koroner sehingga resiko PJK dapat
dikurangi. Exercise bermanfaat karena :
Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
Menurunkan berat badan sehingga lemak tubuh yang berlebihan
berkurang bersama-sama dengan menurunkan LDL kolesterol.
Membantu menurunkan tekanan darah
Meningkatkan kesegaran jasmani.
ii. Minum alkohol
Pasien MN memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol. Konsumsi
alkohol berlebih dapat menyebabkan miopati, yaitu keadaan dimana
serabut otot mengalami kelemahan ataupun kelumpuhan, yang dapat
pula terjadi pada otot jantung, hal ini juga dapat menjadi salah satu
faktor resiko PJK.
Page 20
17
2. Tentukan tujuan pengobatan untuk MN!
Jawab:
Pengobatan MN bertujuan untuk:
a. Menurunkan tekanan darah pasien
b. Menormalkan kadar kolesterol darah pasien dengan menurunkan nilai
LDL dan TG, serta meningkatkan nilai HDL.
c. Melancarkan peredaran darah pasien untuk menghindari terjadinya
serangan jantung
3. Susunlah rencana terapi nonfarmakologi dan farmakologi untuk MN!
Jawab:
Berikut adalah rencana terapi pasien MN menurut diskusi kelompok II:
a. Terapi nonfarmakologi:
i. Melakukan aktivitas fisik aerobik seperti jalan kaki
ii. Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension)
iii. Menghentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol
b. Terapi Farmakologi:
i. Verapamil SR
Golongan : kalsium antagonis
Dosis lazim : 180-360 mg/hari
Frekuensi pemberian : 1xsehari
Kontraindikasi : Heart block, disfungsi sistolik gagal jantung
Efek samping : Sakit kepala, flushing, edema perifer, konstipasi,
disfungsi ereksi
Produk lepas lambat lebih disukai oleh penderita hipertensi,
obat-obat ini menyekat slow channels di jantung dan
menurunkan denyut jantung, dapat menyebabkan heart block,
dan dapat digunakan untuk pasien dengan atrial takhiaritmia.
Penggunaan verapamil dapat menyebabkan interaksi obat karena
kemampuannya menghambat sistem isoenzim sitokrom P450
Page 21
18
3A4 isoenzim.akibatnya dapat meningkatkan serum konsentrasi
obat-obat lain seperti siklosporin, digoksin, lovastatin,
simvastatin, takrolimus, dan teofilin.
ii.Pravastatin
Obat ini merupakan obat golongan statin yang menghambat secara
kompetitif enzim HMG CoA reduktase, yakni enzim pada sintesis
kolesterol, terutama dalam hati.
iii. Aspirin
Digunakan sebagai antiplatelet yang menghambat sintesis tromboksan
A2 (TXA2) di dalam trombosit dan prostasiklin (PGI2) di pembuluh darah
dengan menghambat secara irreversibel enzim siklooksigenase.
Page 22
BAB IV
KESIMPULAN
Hasil analisa kasus pasien MN berdasarkan data pasien, SOAP pengobatan pasien,
dan studi literatur terkait, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pasien MN mengalami dislipidemia sehingga memerlukan terapi dengan obat
golongan statin, yaitu Pravastatin.
2. Pasien MN memiliki resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) karena memiliki
riwayat hipertensi, gaya hidup yang kurang sehat, dan mengalami dislipidemia.
3. Tujuan terapi pasien MN adalah menormalkan nilai kolesterol darah,
menurunkan tekanan darah, dan mencegah pembekuan darah sehingga
mengurangi resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK).
4. Pasien MN memerlukan terapi baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi.
19
Page 23
DAFTAR PUSTAKA
1. Cipolle, R.J., Strand, L.M., Moorley P.C., Pharmaceutical Care Practice, McGrawHill. 1998
2. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta; Sugeng Setu. 2008. h. 43, 169.
3. Tjay Tan Hoan, Rahardja Kirana. Obat-obat Penting Edisi Keenam. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2007. h. 555.
4. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 43, 169.
5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. h. 813.
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular. Edisi Pertama. 2015.
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia. Edisi Pertama. 2013.
8. Anwar TB. Resiko Penyakit Jantung Koroner. e-USU Repository 2004;1-10.
9. Kartikasari NI, Syauqy A. Perbedaan Kadar Kolesterol LDL dan HDL Sebelum dan Sesudah Pemberian Jus Kacang Hijau (Phaseolus radiatus Linn) pada Pria Dislipidemia. Journal of Nutrition College. 2014;3(4):698-705.
10. Sutrisno D, Panda AL, Ongkowijaya J. Gambaran Profil Lipid pada Pasien Penyakit Jantung Koroner. Jurnal e-Clinic. 2015;3(1):420-427.
20
Page 24
DISLIPIDEMIA
Pertanyaan dan Jawaban Kelas A Kelompok 2
1. Pasien merupakan perokok berat dengan riwayat hipertensi, mengapa
pada pemilihan obat diberikan pravastatin bukan atorvastatin ?
Dalam kasus ini, pasien memiliki riwayat sosial sebagai perokok berat
dengan hipertensi. Dari hasil data laboratorium, ternyata pasien juga
mengalami dyslipidemia. Obat golongan Hipolipidemik yang paling kuat
adalah golongan statin. Golongan statin seperti atorvastatin, simvastatin,
lovastatin, pravastatin. Apabila dilihat dari riwayat sosial si pasien
sebagai perokok, penggunaan atorvastatin memang sangat cocok karena
atorvastatin memiliki struktur molekul yang bersifat antioksidan sehingga
pada saat pasien merokok, atorvastatin dapat bersifat sebagai penangkal
radikal bebas. Namun pasien memiliki riwayat hipertensi dan
menggunakan obat antihipertensi yaitu verapamil yang merupakan
golongan CCB. Dalam hal ini, golongan CCB dengan simvastatin,
atorvastatin, lovastatin dimetabolisme oleh enzim yang sama yaitu
CYP3A4 yang mengakibatkan terjadinya interaksi obat secara
farmakokinetik antara verapamil dengan atorvastatin, sehingga dapat
meningkatkan kadar verapamil dan menimbulkan efek samping hipotensi
yang berakibat si pasien akan merasa pusing luar biasa (sempoyongan).
Oleh karena itu, untuk pengobatan dyslipidemia pasien dipilih
pravastatin.
2. Kenapa antihipertensinya menggunakan verapamil ?
Pemilihan obat antihipertensi disesuaikan dengan keadaan pasien. Dalam
kasus ini dipilih verapamil sebagai antihipertensi. Verapamil salah satu
golongan Calcium Channel Blocker (CCB) sebagai vasodilator yang kuat.
Karena pasien mengalami dyslipidemia dengan hipertensi, maka
dikhawatirkan terjadi penyumbatan pembuluh darah sehingga dibutuhkan
vasodilator yang kuat yang bersifat arteridilator yaitu verapamil. Obat
20
Page 25
antihipertensi golongan ACE Inhibitor dan Beta Blocker tidak dipilih
dalam terapi pengobatan pasien karena kedua golongan obat tersebut
kontraindikasi dengan Aspirin yang digunakan sebagai antiplatelet untuk
pasien, sedangkan golongan diuretik tidak dipilih karena golongan
tersebut tidak dapat digunakan jangka panjang untuk pasien hipertensi
kronis, sedangkan pasien MN merupakan pasien hipertensi kronis dengan
riwayat hipertensi lebih dari 9 tahun. Verapamil yang digunakan adalah
Verapamil SR (Slow Release) yang cukup digunakan sehari sekali
sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien untuk minum obat.
3. Bagaimana cara mengatasi efek samping mual dan muntah pada
penggunaan obat-obat yang diberikan seperti aspirin, pravastatin dan
verapamil?
Untuk mengurangi keluhan efek samping mual dan muntah dengan cara
mengatur penggunaan obat sehingga obat tidak diminum sekaligus. Pada
golongan statin seperti pravastatin diminum pada saat malam hari.
Verapamil diminum 1 kali sehari. Aspirin diminum sesudah makan,
apabila pasien mengeluh mual dan muntah maka dapat diberikan
golongan antihistamin H2 sebagai antasida. Namun apabila tidak ada
keluhan, maka tidak perlu diberikan dan tetap pada penggunaan obat yang
diatur.
21