SOAL #1: Reaksi antara etilen bromida dan kalium iodida: C 2 H 4 Br 2 + 3 KI C 2 H 4 + 2 KBr + KI 3 berorde satu terhadap masing-masing reaktannya. Berikut ini adalah data-data percobaan yang dilangsungkan dalam reaktor batch bervolume-tetap pada suhu 59,7 o C, dengan konsentrasi KI awal sebesar 0,1531 kmol/m 3 dan C 2 H 4 Br 2 awal sebesar 0,02864 kmol/m 3 . t (kilo-detik) 29,7 40,5 47,7 55,8 62,1 72,9 83,7 Fraksi C 2 H 4 Br 2 terkonversi 0,2863 0,3630 0,4099 0,4572 0,4890 0,5396 0,5795 Tentukan harga konstanta kecepatan reaksinya! PENYELESAIAN: Dimisalkan: C 2 H 4 Br 2 ≡ A dan KI ≡ B sehingga reaksi tersebut di atas dapat dituliskan sebagai: A + 3 B produk reaksi Persamaan kecepatan reaksinya (yang berorde satu terhadap masing-masing reaktannya) dapat dituliskan sebagai: -r A = k C A 1 C B 1 Konsentrasi awal: C A0 = 0,02864 kmol/m 3 dan C B0 = 0,1531 kmol/m 3 Sistem batch bervolume-tetap: t d C d r A A − = − maka: B A A C C k t d C d = − ( ) ( ) A 0 A 0 B A 0 A A 0 A X C 3 C X 1 C k t d X d C − − = ( ) ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − − = A 0 A 0 B 0 A A 0 A A 0 A X 3 C C C X 1 C k t d X d C ( )( ) A A 0 A A X 3 M X 1 C k t d X d − − = dengan: 0 A 0 B C C M = ( )( ) ∫ ∫ = − − t 0 X 0 0 A A A A t d C k X 3 M X 1 X d A Penyelesaian integralnya: ( ) t C k X 1 M X 3 M ln 3 M 1 0 A A A = − − − [M ≠ 3] ( ) ( ) t 3 M C k X 1 M X 3 M ln 0 A A A − = − − Plot linier antara ( ) A A X 1 M X 3 M ln − − versus t akan menghasilkan slope kurva sebesar ( ) 3 M C k 0 A − 3457 , 5 m / kmol 02864 , 0 m / kmol 1531 , 0 C C M 3 3 0 A 0 B = = = t (kilo- detik) X A ( ) A A X 1 M X 3 M − − ( ) A A X 1 M X 3 M ln − − 0 0 1 0 29,7 0,2863 1,1760 0,1621 40,5 0,3630 1,2501 0,2232 47,7 0,4099 1,3048 0,2661 55,8 0,4572 1,3696 0,3145 62,1 0,4890 1,4199 0,3506 72,9 0,5396 1,5143 0,4149 83,7 0,5795 1,6047 0,4729 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0 20 40 60 80 100 t (kilo-detik) CONTOH SOAL DAN PENYELESAIANNYA
28
Embed
A0 k C 1 X C 3 C ( B0 A0 - · PDF fileSOAL #1: Reaksi antara etilen bromida dan kalium iodida: C2H4Br2 + 3 KI C2H4 + 2 KBr + KI3 berorde satu terhadap masing-masing reaktannya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SOAL #1: Reaksi antara etilen bromida dan kalium iodida: C2H4Br2 + 3 KI C2H4 + 2 KBr + KI3 berorde satu terhadap masing-masing reaktannya. Berikut ini adalah data-data percobaan yang dilangsungkan dalam reaktor batch bervolume-tetap pada suhu 59,7oC, dengan konsentrasi KI awal sebesar 0,1531 kmol/m3 dan C2H4Br2 awal sebesar 0,02864 kmol/m3. t (kilo-detik) 29,7 40,5 47,7 55,8 62,1 72,9 83,7 Fraksi C2H4Br2 terkonversi 0,2863 0,3630 0,4099 0,4572 0,4890 0,5396 0,5795
Tentukan harga konstanta kecepatan reaksinya! PENYELESAIAN: Dimisalkan: C2H4Br2 ≡ A dan KI ≡ B sehingga reaksi tersebut di atas dapat dituliskan sebagai: A + 3 B produk reaksi Persamaan kecepatan reaksinya (yang berorde satu terhadap masing-masing reaktannya) dapat dituliskan sebagai: -rA = k CA
Berdasarkan grafik di atas: Slope = k CA0 (M - 3) = 0,005634 (kilodetik)-1
sehingga: ( )( )33457,5m/kmol02864,0
ikdetkilo005634,0k 3
1
−=
−
= 0,083864 m3/kmol.kilodetik
atau: k = 0,302 liter/mol.jam
SOAL #2: Reaksi dekomposisi fase gas: A B + 2 C berlangsung dalam sebuah reaktor batch bervolume-tetap. Berikut ini adalah data-data yang diperoleh dari percobaan.
Berdasarkan data-data tersebut, tentukan besarnya: (a) orde reaksi dan konstanta kecepatan reaksinya! (b) energi aktivasi (Ea) dan faktor frekuensi tumbukan (A) reaksi! (Gunakan korelasi
Arrhenius untuk pendekatan harga k) PENYELESAIAN:
Jika model persamaan kinetika reaksi dinyatakan dalam: nA
AA Ck
tdCd
r =−=−
Hubungan antara t½ dan CA0: ( )n1
0A
1n
21 C
1nk12t −
−
−−
= [n ≠ 1]
Dalam bentuk linier, persamaan tersebut dapat dituliskan: ( ) ( ) 0A
1n
21 Clogn1
1nk12logtlog −+
−−
=−
(a) Harga n dan k reaksi ini dapat ditentukan dengan mengolah data-data pada run percobaan nomor 1-5 (karena dievaluasi pada suhu yang sama).
Harga faktor frekuensi tumbukan reaksi (A) dapat dihitung berdasarkan salah satu data T dan k.
Karena: TREa
eAk−
= maka: TR
Ea
e
kA−
=
Ambil data pada 100oC; besarnya A:
menit.molL10.29,5
K383.K.molJ314,8
molJ13,76419
exp
menit.molL20
A 11=
⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛−
=
Jadi, reaksi ini mempunyai energi aktivasi (Ea) sebesar 76419,13 J/mol atau 76,42 kJ/mol dan faktor frekuensi tumbukan (A) sebesar 5,29.1011 L/mol.menit.
SOAL #3: Dimerisasi fase-gas trifluorochloroethylene (CF2=CFCl) berlangsung dalam reaktor batch bervolume-tetap pada suhu 440oC. Mula-mula hanya terdapat trifluorochloroethylene murni. Data-data berikut diperoleh melalui percobaan:
Waktu reaksi, t (detik) 0 100 200 300 400 500 Tekanan total sistem reaksi, P (kPa) 82,7 71,1 64,0 60,4 56,7 54,8
Dengan menggunakan asumsi gas ideal untuk perilaku gas-gas dalam sistem reaksi, tentukan persamaan kinetika reaksi tersebut di atas! Gunakan model persamaan kinetika reaksi dalam bentuk hukum pangkat (-rA = k CA
Metode integral (khususnya metode merata-ratakan harga k dengan long-interval method) akan digunakan untuk menyelesaikan persoalan ini. Jika orde reaksi ditebak sebesar 0, 1, dan 2:
Dengan menggunakan korelasi yang menyatakan bahwa tekanan total sebuah sistem merupakan jumlah tekanan parsial seluruh komponennya, maka hubungan antara pA dengan P dapat dijabarkan sebagai berikut:
Pada t = 0 (mula-mula) hanya ada A murni (tidak ada zat inert) Artinya: P0 = pA0
Pada t = t (setiap saat) terdapat campuran A dan P Artinya: P = pA + pP
Berdasarkan hubungan stoikiometri komponen-komponen reaksinya: P = pA + ½ [pA0 – pA] P = pA + ½ pA0 – ½ pA P = ½ [pA0 + pA]
atau: pA = 2 P – pA0
Dengan menggunakan asumsi gas ideal (pi = Ci R T), maka besaran pA dapat diubah ke dalam
besaran CA menjadi: pA = CA R T, sehingga: TR
pC AA =
Suhu reaksi, T = 440oC = (440 + 273) K = 713 K R yang digunakan berdasarkan satuan-satuan yang bersesuaian: R = 8,314 kPa.liter/mol.K Hasil-hasil perhitungan harga k untuk ketiga tebakan orde reaksi tersebut di atas disajikan pada tabel berikut ini:
Berdasarkan harga-harga k individual yang dihitung pada tiap-tiap tebakan orde reaksi di atas, terlihat bahwa k tebakan orde 0 dan k tebakan orde 1 sama-sama tidak menunjukkan konsistensi (karena keduanya memperlihatkan kecenderungan turun) seiring dengan bertambahnya waktu reaksi yang diamati. Harga k yang relatif tetap (konsisten) dicapai pada tebakan orde 2.
Harga k rata-ratanya (pada tebakan orde 2) adalah sebesar:
ikdet.molL2912,0
54560,1
52974,03035,02797,02959,02795,0
ik
k i ==++++
==∑∑
Jadi, reaksi ini berorde 2, dengan konstanta kecepatan reaksi sebesar 0,2912 L/mol.detik. Atau, persamaan kinetika reaksi ini adalah: -rA = k CA
2 -rA = 0,2912 CA
2 di mana –rA [=] mol/L.detik, CA [=] mol/L, dan k [=] L/mol.detik, serta A menyatakan trifluorochloroethylene
SOAL #4: Reaksi thermal cracking n-nonana pada 900oC berlangsung 20 kali lebih cepat dibandingkan dengan reaksi pada 800oC. Hitunglah energi aktivasi reaksi ini!
Kebergantungan kecepatan reaksi terhadap suhu didekati dengan korelasi Arrhenius: TREa
eAk−
= Kecepatan reaksi dianggap mengikuti bentuk persamaan kinetika: r = k Ci
n sehingga jika ditinjau pada 2 suhu yang berbeda (T1 dan T2), maka:
r1 = k1 Cin dan: r2 = k2 Ci
n
atau: 20kk
CkCk
rr
1
2n
i1
ni2
1
2 ===
1
2
TREa
TREa
1
2
eA
eA20kk
−
−
== atau: ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−==
121
2
T1
T1
REaexp20
kk
Dengan mengambil harga logaritma natural terhadap kedua ruas persamaan, maka:
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−==
121
2
T1
T1
REa20ln
kk
ln
Jika harga-harga T1 dan T2 disubstitusikan (dengan mengambil harga R = 8,314 J/mol.K), maka:
mol/kJ5,313mol/J7,313480
K1
10731
11731
20lnK.mol
J314,8Ea ==
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−=
Atau, jika diambil R = 1,987 kal/mol.K, maka Ea = 74920,1 kal/mol = 74,9 kkal/mol
SOAL #5: Berikut ini adalah data percobaan kinetika untuk reaksi pelarutan MnO2 dalam HBr, salah satu reaksi pelarutan padatan dalam cairan, yakni pelarutan semikonduktor MnO2 dalam pembuatan chip komputer:
Tentukan besarnya orde reaksi dan laju reaksi spesifik dengan menggunakan teknik kuadrat terkecil (least-squares), jika kecepatan atau laju reaksi dianggap mengikuti model persamaan kinetika: ( )nHBr
"HBr C"kr =−
PENYELESAIAN: Misalkan: HBr ≡ A Dengan menggunakan konsentrasi reaktan awal dan laju awal (initial rates), maka:
( )nHBr"HBr C"kr =− dapat dituliskan menjadi: ( )n0A
"0A C"kr =−
Jika dituliskan dalam bentuk persamaan linier (atau, proses linierisasi dengan cara mengambil harga logaritma bilangan natural terhadap kedua ruas persamaan), maka: 0A
"0A Cln.n"kln)r(ln +=−
Misalkan: X ≡ ln CA0; Y ≡ ln (-rA0”); a ≡ ln k”; b ≡ n maka persamaan hasil linierisasi tersebut dapat dituliskan menjadi: Y = a + b X Untuk sejumlah N buah run atau data percobaan, a dan b dapat ditentukan melalui penggunaan metode least squares (kuadrat terkecil) terhadap persamaan Y = a + b X di atas, sehingga:
∑ ∑= =
+=N
1i
N
1iii X.ba.NY dan ∑ ∑∑
= ==
+=N
1i
N
1i
2i
N
1iiii X.bX.a)YX(
Hasil-hasil pengolahan datanya disajikan pada tabel berikut ini: Run CA0 -rA0" X Y X2 XY
SOAL #6: Tentukan besarnya energi aktivasi (Ea) dan faktor frekuensi tumbukan (A) reaksi bimolekuler pembentukan metileter dalam larutan etil akohol, berdasarkan data-data percobaan berikut ini:
T (oC) 0 6 12 18 24 30 k x 105 (L/gmol.detik) 5,6 11,8 24,5 48,8 100 208
Kebergantungan k terhadap T didekati melalui persamaan Arrhenius. PENYELESAIAN:
Persamaan Arrhenius: TREa
eAk−
= Untuk sejumlah data percobaan yang menghasilkan beberapa harga k pada beberapa harga T yang berbeda, harga Ea dan A dapat diperoleh melalui harga-harga kemiringan dan intercept dari plot
linier terhadap persamaan Arrhenius menjadi: T1
REaAlnkln −= , antara ln k versus
T1
Hasil-hasil perhitungan terhadap data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut ini: T (oC) T (K) k (L/gmol.detik) 1/T (K-1) ln k
Dengan demikian, jika diambil R = 1,987 kal/gmol.K, maka: Ea = - (1,987 kal/gmol.K) (-9913,4 K) = -19698 kal/gmol = -19,7 kkal/gmol A = exp(26,489) = 3,2 x 1011 L/gmol.detik
sebuah reaktor batch bervolume-tetap, pada suhu 220oC. H2 yang ditambahkan ke dalam reaktor sangat berlebih sehingga kecepatan reaksi dapat dianggap hanya merupakan fungsi dari CA. Hubungan CA terhadap t dapat dianggap linier pada interval waktu pengamatan pada dua titik yang berdekatan. Bentuk persamaan kecepatan reaksi:
SOAL #8: Reaksi dekomposisi fase-gas berorde-satu: A → 2,5 B, berlangsung dalam sebuah reaktor batch pada kondisi isotermal, dengan tekanan 2 atm dan reaktan awal yang terdiri atas 80%-mol A dan sisanya inert, serta volumenya bertambah 60% dalam waktu 20 menit. Dengan komposisi reaktan yang sama dan jika reaksi dilakukan dalam reaktor bervolume-tetap, hitunglah waktu yang dibutuhkan agar tekanannya menjadi 3,5 atm (dari tekanan awal sebesar 2 atm)!
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode regresi linier terhadap data-data yang bersesuaian, diperoleh:
n = 2,0647 ≈ 2 log k = 0,7094 atau: 1,51215,510k 7094,0 ≈== Jadi, reaksi ini mempunyai orde n = 2, dengan konstanta kecepatan atau kecepatan spesifik sebesar
PENYELESAIAN: Reaksi: A → 2,5 B -rA = k CA (berorde-satu) Komposisi reaktan awal: A = 80%; inert = 20% ♦ Tinjaulah kondisi 1: Reaksi pada sistem volume berubah (P = 2 atm)
Kondisi ini digunakan untuk menghitung harga konstanta kecepatan reaksi ini pada suhu T. V – V0 = ΔV = 60% V0 : t = 20 menit
Pada sistem volume berubah, fraksi perubahan volume sistem reaksinya dapat ditinjau melalui perhitungan harga εA, yang dalam kasus ini (basis yang diambil: mula-mula ada 5 mol gas):
Basis (mol) A B Inert Jumlah Mula-mula (XA = 0) 4 0 1 5 Akhir (XA = 1) 0 2,5 x 4 = 10 1 11
sehingga: 2,156
5511
A ==−
=ε
Pada sistem batch bervolume berubah: ( )dt
VlndCdtCdr
A
0AAA ε
=−=−
sehingga pada kinetika reaksi orde-satu: ( )⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+−
=AA
A0A
A
0A
X1X1Ck
dtVlndC
εε
atau, dalam bentuk yang telah diintegralkan: ( ) tkX1lnVV1ln A
0A
=−−=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−εΔ
( ) ( )menit20k5,01ln2,16,01ln =−−=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −−
Dengan demikian: XA = 0,5 dan ( ) 1menit035,0menit20
5,01lnk −=−
−=
♦ Tinjaulah kondisi 2: Reaksi pada sistem volume tetap P0 = 2 atm : P = 3,5 atm
Kondisi ini digunakan untuk menghitung t (berdasarkan harga k yang diperoleh sebelumnya). Pada t = 0: P0 = pA0 + pinert,0 = 2 atm
Pada t = t: P = pA + pB + pinert = 3,5 atm Jika dinyatakan sebagai fungsi konversi A (XA): P = pA0 (1 – XA) + pB0 + 2,5 pA0 XA + pinert P = pA0 – pA0 XA + 0 + 2,5 pA0 XA + pinert P = pA0 + pinert + 1,5 pA0 XA
( ) ( ) %5,62625,06,15,1
4,06,15,3p5,1
ppPX0A
inert0AA ==
−−=
−−=
Kinetika reaksi orde-satu pada sistem batch volume-tetap: ( )A0AA
0A X1Cktd
XdC −=
atau, dalam bentuk yang telah diintegralkan: ( ) tkX1ln A =−− ( ) ( ) tmenit035,0625,01ln 1−=−−
Dengan demikian: ( ) menit3,28menit035,0
625,01lnt 1 =−
−= −
Catatan: Penentuan XA juga dapat dilakukan melalui penyusunan tabel stoikiometri reaksi, seperti yang telah diuraikan dalam materi kuliah.
)PP(1pp 00AA −−=δ
atau: )PP(1pp 0A0A −=−δ
atau: )PP(1Xp 0A0A −=δ
Pada kasus ini: pA0 = (0,8) (2 atm) = 1,6 atm; dan δ = 2,5 – 1 = 1,5
Dengan demikian: 1,6 XA = (3,5 – 2) / 1,5 atau: XA = 0,625 = 62,5%
SOAL #9: Di dalam sebuah reaktor alir katalitik, CO dan H2 terkonversi menjadi CH3OH. a). Jika 1000 kg jam-1 CO diumpankan ke dalam reaktor (yang berisi 1200 kg katalis) dan 14%
CO terkonversi, hitung kecepatan pembentukan metanol per g katalis. b). Jika katalis mempunyai luas permukaan spesifik sebesar 55 m2 g-1, hitung kecepatan
pembentukan metanol per m2 katalis. c). Jika setiap m2 katalis mempunyai 1019 pusat aktif katalitik, hitung jumlah molekul metanol
yang dihasilkan per satuan pusat aktif katalitik per detik.
PENYELESAIAN: Reaksi yang terjadi: CO + 2 H2 ⎯⎯ →⎯katalis CH3OH Massa molekul relatif: CO = 28 kg/kmol; Metanol (CH3OH) = 32 kg/kmol Umpan CO: laju alir massa = 1000 kg jam-1; konversi = 14% Katalis: massa = 1200 kg; luas permukaan spesifik = 55 m2 g-1
banyaknya pusat aktif katalitik = 1019 per m2 Bilangan Avogadro, Nav = 6,02 x 1023 molekul mol-1
a) Laju alir molar umpan CO = 1
1
kmolkg28jamkg1000
−
−
= 35,71 kmol jam-1
CO yang terkonversi = 14% x umpan CO = 14% x 35,71 kmol jam-1 = 5 kmol jam-1 Metanol yang terbentuk = 1
1 x CO yang terkonversi = 5 kmol jam-1
Metanol yang terbentuk per g katalis = katalismassa
terbentukyangoltanme
= kataliskg1200
jamoltanmekmol5 1−
x g1000
kg1 x kmol
mol1000
= 4,2 x 10-3 jam.katalisgoltanmemol x
mololtanmeg32
= 0,1344 (g metanol) (g katalis)-1 (jam)-1 ∴ Kecepatan pembentukan metanol per g katalis adalah sebesar:
4,2 x 10-3 (mol) (g katalis)-1 (jam)-1 atau 0,1344 (g) (g katalis)-1 (jam)-1
b) Metanol yang terbentuk per m2 katalis = 4,2 x 10-3 jam.katalisgoltanmemol
x 2m55katalisg
= 7,58 x 10-5 jam.katalismoltanmemol
2 x mol
oltanmeg32
= 2,43 x 10-3 (g metanol) (m2 katalis)-1 (jam)-1 ∴ Kecepatan pembentukan metanol per m2 katalis adalah sebesar:
7,58 x 10-5 (mol) (m2 katalis)-1 (jam)-1 atau 2,43 x 10-3 (g) (m2 katalis)-1 (jam)-1
c) Metanol yang terbentuk per satuan pusat aktif katalitik per detik =
= 7,58 x 10-5
jam.katalismoltanmemol
2 x katalitikaktifpusat10
katalism19
2
x mol
molekul10x02,6 23
x ikdet3600
jam1
= 1,27 x 10-3 molekul metanol.(satuan pusat aktif katalitik)-1.(detik)-1 ∴ Jumlah molekul metanol yang dihasilkan per satuan pusat aktif katalitik per detik sebesar :
1,27 x 10-3 molekul.(satuan pusat aktif katalitik)-1.(detik)-1
SOAL #10: Persamaan kecepatan reaksi: 2
3 A + 2 B → 3 C dapat dinyatakan sebagai: -rA = k CA CB a). Tuliskan persamaan kinetika yang menyatakan kecepatan konsumsi B dan kecepatan
pembentukan C. b). Berapakah orde reaksi tersebut dan tentukan satuan konstanta kecepatan reaksinya.
3 A + 2 B → 3 C Persamaan kecepatan reaksi: -rA = k CA CB
Hubungan antara kecepatan konsumsi A, konsumsi B, dan pembentukan C : 2
3
Ar− =
2rB−
= 3rC
a) Persamaan kinetika yang menyatakan kecepatan konsumsi B: 2
3
Ar− =
2rB−
-rB = 2 x 32 x (-rA)
-rB = 34 k CA CB
Persamaan kinetika yang menyatakan kecepatan pembentukan C: 2
3
Ar− =
3rC
rC = 3 x 32 x (-rA)
rC = 2 k CA CB b) Berdasarkan persamaan kecepatan reaksi tersebut di atas, orde reaksi terhadap A = 1, orde reaksi
terhadap B = 1, dan orde reaksi keseluruhan = 1 + 1 = 2 Untuk reaksi berorde 2 (n = 2), satuan konstanta kecepatan reaksinya: (konsentrasi)1-n (waktu)-1
(konsentrasi)-1 (waktu)-1 Misalkan, jam merupakan satuan waktu dan mol L-1 merupakan satuan konsentrasi, maka satuan konstanta kecepatan reaksinya adalah k [=] L . mol-1 . jam-1
SOAL #11: Jika –rA = -(dCA/dt) = 0,2 mol/liter.detik pada saat CA = 1 mol/liter, berapakah kecepatan reaksinya pada saat CA = 10 mol/liter? Catatan: orde reaksi tidak diketahui
PENYELESAIAN: Model umum persamaan kinetika reaksi: -rA = -dCA/dt = kCA
n 0,2 mol/L.detik = k.1n
Untuk setiap harga orde reaksi (n) berapa pun: k = 0,2 Dengan demikian, jika CA = 10 mol/L maka: –rA = -dCA/dt = 0,2 x 10n mol/L.detik
Jika diasumsikan :
n = 0 : k = 0,2 mol/L.detik, dan –rA = -dCA/dt = 0,2 x 100 = 0,2 mol/L.detik
n = 1 : k = 0,2 detik-1, dan –rA = -dCA/dt = 0,2 x 101 = 2 mol/L.detik
n = 2 : k = 0,2 L/mol.detik, dan –rA = -dCA/dt = 0,2 x 102 = 20 mol/L.detik
Analog untuk harga n yang lain. Gambar di samping ini mengilustrasikan profil –rA = 0,2 x 10n (grafik hubungan antara –rA vs n, untuk 0 ≤ n ≤ 2)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2
n, orde reaksi
-rA [=
] mol
/L.s
SOAL #12: Cairan A terdekomposisi melalui kinetika reaksi berorde-satu. Dalam sebuah reaktor batch, 50% A terkonversi dalam waktu 5 menit. Berapakah waktu yang diperlukan agar konversi A mencapai 75%? Ulangi soal ini jika kinetika reaksi tersebut berorde-dua!
Karena harga k tetap pada 2 waktu t yang ditinjau, maka: ( ) ( )2
2A
1
1A
tX1ln
tX1ln −
−=−
−
( ) ( )2t
75,01lnmenit5
5,01ln −−=
−−
sehingga: t2 = t pada saat XA sebesar 75% = 10 menit
Dengan cara yang sama, jika persamaan kinetika reaksi berorde-dua: 2A
AA Ck
tdCdr =−=−
Dalam bentuk yang telah diintegralkan: tkC
1C1
0AA
=− atau: tkX1
XC
1
A
A
0A
=−
Karena harga [k.CA0] tetap pada 2 waktu t yang ditinjau, maka: ( ) ( )2A2
2A
1A1
1A
X1tX
X1tX
−=
−
( ) ( ) ( )75,01t75,0
5,01menit55,0
2 −=
−
sehingga: t2 = t pada saat XA sebesar 75% = 15 menit
SOAL #13: Dalam sebuah reaksi polimerisasi cairan pada kondisi isotermal, 20% monomer terkonversi dalam waktu 34 menit untuk konsentrasi awal monomer sebesar 0,04 mol/liter dan juga 0,8 mol/liter. Tentukan persamaan yang menyatakan kecepatan berkurangnya monomer!
PENYELESAIAN: Pada 2 harga konsentrasi awal reaktan yang berbeda (CA0,1 = 0,04 mol/L dan CA0,2 = 0,8 mol/L), konversi reaktan A (XA) sebesar 20% sama-sama tercapai dalam waktu 34 menit. Reaksi yang memiliki karakteristik seperti ini (yakni bahwa konversi reaktannya tidak dipengaruhi oleh konsentrasi awal reaktan) adalah reaksi berorde-satu.
Bukti:
Persamaan kinetika reaksi berorde-satu: AA
A Cktd
Cdr =−=− atau: tdkCCd
A
A =−
Dengan batas-batas integrasi: CA = CA0 pada saat t = 0, dan hingga CA = CA pada saat t = t, maka:
tkCCln
0A
A =− atau: ( ) ( ) tkX1lnC
X1Cln A0A
A0A =−−=−
−
(terlihat bahwa harga XA hanya dipengaruhi oleh harga k dan t)
Menghitung harga k: ( ) ( )menit34
20,01lnt
X1lnk A −−=
−−=
k = 6,56.10-3 menit-1 Jadi, persamaan yang menyatakan kecepatan berkurangnya monomer (A) adalah: –rA = 6,56.10-3 CA dengan: -rA [=] mol/L.menit dan CA [=] mol/L
SOAL #14: Reaksi homogen fase gas ireversibel: 2 NO + 2 H2 N2 +2 H2O dipelajari dalam sebuah reaktor batch bervolume-tetap dengan campuran awal reaktan yang ekuimolar antara NO dan H2 pada berbagai tekanan awal sistem sebagai berikut:
P total (mm Hg) 200 240 280 320 360 t ½ (detik) 265 186 115 104 67
Tentukanlah orde-keseluruhan reaksi ini! PENYELESAIAN: Misalkan: NO ≡ A, H2 ≡ B, N2 ≡ P, dan H2O ≡ Q Reaksi tersebut di atas dapat dituliskan sebagai: 2 A + 2 B P + 2 Q
Hubungan antara pA, pA0, dan P (jika gas-gas diasumsikan berkelakuan seperti gas ideal): Mula-mula (t = 0) : A dan B ekuimolar, maka: pA0 = pB0 Tekanan total sistem mula-mula : P0 = pA0 + pB0 Jika A diambil sebagai basis perhitungan : P0 = pA0 + pA0 = 2 pA0 Pada t = t : Berdasarkan hubungan stoikiometri reaksinya (A diambil sebagai basis): pA = pA
pB = pA [karena perbandingan koefisien stoikimetri A:B = 1:1] pP = pP0 + ½ (pA0 - pA) = ½ (pA0 - pA) [karena pP0 = 0]
pQ = pQ0 + (pA0 - pA) = pA0 - pA [karena pQ0 = 0] Tekanan total sistem pada setiap saat (t = t):
P = pA + pB + pP + pQ P = pA + pA + ½ (pA0 - pA) + (pA0 - pA) = ½ pA + 2
3 pA0 2 P = pA + 3 pA0 atau: pA = 2 P – 3 pA0
Sebagai alternatif cara yang lain, pA sebagai fungsi pA0 dan P dapat ditentukan melalui:
( )0i
i0ii PPpp −+=∑νν sehingga, untuk komponen A:
( ) ( ) ( )00A00A00AA PP2pPP12pPP
22212pp −+=−
−−
+=−−−+
−+=
Karena dalam kasus ini: P0 = 2 pA0, maka: pA = pA0 +2 (P – 2 pA0) = pA0 + 2 P – 4 pA0 atau: pA = 2 P – 3 pA0 (sama dengan hasil yang diperoleh dengan cara sebelumnya)
Dengan pendekatan gas ideal, maka pada kondisi isotermal: pA = CA R T (dengan kata lain, perubahan CA selama reaksi berlangsung dapat diamati melalui perubahan pA)
Pada t = t½ : pA = ½ pA0 sehingga, hubungan antara pA0 dengan P (melalui pengukuran t½ reaksi): pA = 2 P – 3 pA0 atau: ½ pA0 = 2 P – 3 pA0 atau: 2
7 pA0 = 2 P
sehingga: pA0 = 74 P
Analog untuk hubungan antara t½ dengan CA0, maka hubungan antara t½ dengan pA0: ( )( )
( )( )
n1
0An1
21n1
0A
n12
1
TRp
k1n1C
k1n1t
21
−−−
−
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
−=
−−
= [n ≠ 1]
atau, dalam bentuk yang telah dilinierisasi: ( )
( ) ( )( ) 0An1
n1
21 plogn1
k1nTR
121
logtlog −+⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛
−
−= −
−
Harga orde reaksi keseluruhan (n) dapat dievaluasi dengan mengalurkan grafik linier antara log t½ versus log pA0, yakni dengan mengambil slope-nya sebagai harga [1 - n].
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut:
Berdasarkan harga slope grafik, maka: 1 - n = -2,271 atau: n = 3,271 ≈ 3 Jadi, orde keseluruhan reaksi ini adalah 3. (Harga k juga dapat sekaligus dihitung dengan menggunakan harga intercept grafik di atas)
SOAL #15: Sebuah sistem reaksi homogen kompleks yang skemanya dituliskan berikut ini dilangsungkan
dalam reaktor batch bervolume tetap:
Campuran awal sistem reaksi terdiri atas: nA0 = 4 mol; nB0 = 10 mol; nP0 = 0,1 mol; nQ0 = nR0 = 0; dan ninert,0 = 2 mol. a) Di antara komponen-komponen reaksi di atas, manakah yang merupakan limiting reactant? b) Jika ditinjau pada t = t (setiap saat), berapa banyaknya mol inert yang ada dalam sistem? c) Jika nB = 4 mol dan nP = 2,5 mol yang diamati pada saat t = t, hitunglah:
(i) Konversi A (XA) dan konversi B (XB) pada saat itu (ii) Banyaknya mol Q pada saat itu (nQ), perolehan/yield Q terhadap A dan B (YQ/A dan
YQ/B), serta selektivitas Q terhadap A dan B (SQ/A dan SQ/B) (iii) Banyaknya mol R pada saat itu (nR), perolehan/yield R terhadap A dan B (YR/A dan
YR/B), serta selektivitas R terhadap A dan B (SR/A dan SR/B) PENYELESAIAN: a) Di antara reaktan A dan B, yang merupakan limiting reactant adalah A. Hal ini disebabkan
karena, secara stoikiometri, reaktan A akan lebih dahulu habis bereaksi atau terkonversi
dibandingkan dengan reaktan B, atau: 414n
A
0A ==ν
dan 52
10n
B
0B ==ν
sehingga: B
0B
A
0A nnνν
<
b) Banyaknya inert relatif tidak berubah selama reaksi berlangsung, maka: ninert = ninert,0 = 2 mol
c) (i) nB = 4 mol, maka: B yang terkonversi = nB0 – nB = 10 – 4 = 6 mol A yang terkonversi (dihitung berdasarkan perbandingan stoikiometri antara A dan B) =
nA0 – nA = ( ) ( ) mol3mol621nn
21
B0B ==− atau: nA = 4 – 3 = 1 mol
Jadi: Konversi A, %7575,0mol4mol3
nnnX
0A
A0AA ===
−=
Konversi B, %606,0mol10mol6
nnnX
0B
B0BB ===
−=
(Karena A limiting reactant, terlihat bahwa XA > XB pada tinjauan t yang sama)
(ii) nP = 2,5 mol, maka: P yang terbentuk oleh reaksi = nP – nP0 = 2,5 – 0,1 = 2,4 mol
sehingga: %606,0mol4mol4,2
11
nnn
11Y
0A
0PPA/P ===
−=
%4848,0mol10mol4,2
12
nnn
12Y
0B
0PPB/P ===
−=
%808,0mol3mol4,2
11
nnnn
11S
A0A
0PPA/P ===
−−
=
%808,0mol6mol4,2
12
nnnn
12S
B0B
0PPB/P ===
−−
=
Q yang terbentuk (dihitung berdasarkan perbandingan stoikiometri antara P dan Q) =
(iii) R yang terbentuk dihitung berdasarkan perbandingan selektivitas antara reaksi 1 dan 2: %202,08,01S1S1S A/QA/PA/R ==−=−=−= %202,08,01S1S1S B/QB/PB/R ==−=−=−=
B0B
0RR
A0A
0RRB/RA/R nn
nn32
nnnn
312,0SS
−−
=−−
===
Karena nR0 = 0, maka: mol6
0n32
mol30n
312,0 RR −
=−
= , sehingga: nR = 1,8 mol
R yang terbentuk oleh reaksi: nR – nR0 = 1,8 – 0 = 1,8 mol
Dengan demikian: ( ) %1515,0mol4
mol08,131
nnn
31Y
0A
0RRA/R ==
−=
−=
( ) %1212,0mol10
mol08,132
nnn
32Y
0B
0RRB/R ==
−=
−=
(Bandingkan dan analisislah sendiri hasil-hasil yang diperoleh pada bagian (ii) dan (iii)) Hasil-hasil perhitungan selengkapnya disajikan dalam bentuk tabel stoikiometri reaksi berikut:
Basis (mol) A B P Q R Inert Mula-mula (t = 0) 4 10 0,1 0 0 2 Terbentuk -3 -6 2,4 4,8 1,8 0 Akhir (t = t) 1 4 2,5 4,8 1,8 2
SOAL #16: Sebuah percobaan batch terhadap reaksi searah: A P, selama 10 menit memperlihatkan bahwa 75% reaktan cair (A) telah terkonversi menjadi produk (P) melalui kinetika reaksi berorde-setengah. Hitung fraksi reaktan A yang telah terkonversi jika reaksi berlangsung selama setengah jam!
PENYELESAIAN: Persamaan kinetika reaksi berorde-setengah yang berlangsung dalam sistem batch bervolume-tetap:
21
AA
A Cktd
Cdr =−=− atau, dapat juga dituliskan sebagai: tdkC
Cd2
1
A
A =−
Dengan batas-batas integrasi: CA = CA0 pada t = 0, dan CA = CA pada t = t
maka: ∫∫ =−t
0
C
CA
A tdkC
CdA
0A 21 atau: t
0
C
C
15,0A tkC
15,01 A
0A
=+−
− +− atau: tk5,0CC 5,0A
5,00A =−
Jika dinyatakan dalam XA: ( ) tk5,0X1CC 5,0A
5,00A
5,00A =−− atau: ( )( ) tk5,0X11C 5,0
A5,0
0A =−−
atau: ( ) t'ktC
k5,0X11 5,00A
5,0A ==−− dengan: 5,0
0ACk5,0'k =
Pada t = 10 menit: XA = 0,75, sehingga: ( ) )menit10('k75,011 5,0 =−− , atau: 1menit05,0'k −= Hubungan antara t dan XA pada kasus reaksi ini dapat dituliskan sebagai: ( ) t05,0X11 5,0
A =−− dan profilnya disajikan pada tabel dan grafik berikut ini:
SOAL #17: Penggunaan katalis Fe pada reaksi sintesis amonia dapat menurunkan energi aktivasi reaksi dari 57 kkal/mol menjadi 12 kkal/mol dan meningkatkan faktor frekuensi menjadi 2 kali lipatnya. Hitung berapa kali katalis Fe dapat melipatgandakan kecepatan reaksi tersebut pada 450oC! Gunakan persamaan Arrhenius untuk konstanta kecepatan reaksi; R = 1,987 kal/mol.K
PENYELESAIAN: T = 450oC + 273 = 723 K (T tetap) Tinjaulah 2 kondisi: Kondisi 1 menyatakan reaksi (sintesis amonia) tanpa katalis dan kondisi 2
menyatakan reaksi dengan katalis Fe
Kebergantungan kecepatan reaksi terhadap suhu didekati dengan korelasi Arrhenius: TREa
eAk−
= dengan: Ea1 = 57 kkal/mol; Ea2 = 12 kkal/mol; A2 = 2 A1 Jika kecepatan reaksi dianggap mengikuti bentuk persamaan kinetika: r = k Ci
n maka pada 2 kondisi tersebut di atas (dan pada suhu T): r1 = rtanpa katalis = k1 Ci
n r2 = rdengan katalis Fe = k2 Ci
n
atau: ⎟⎠⎞⎜
⎝⎛−
⎟⎠⎞⎜
⎝⎛−
===
TREaexpA
TREaexpA
kk
CkCk
rr
11
22
1
2n
i1
ni2
1
2
Pada T = 723 K: ⎟⎠⎞⎜
⎝⎛−
⎟⎠⎞⎜
⎝⎛−
=
)K723()K.mol/kal987,1(mol/kal57000expA
)K723()K.mol/kal987,1(mol/kal12000expA2
rr
1
1
1
2
13
1
2 10.8)K723()K.mol/kal987,1(
mol/kal)5700012000(exp2rr
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −−=
Jadi, pada suhu 450oC, katalis Fe dapat meningkatkan kecepatan reaksi sintesis amonia sebesar 8.1013 kali lipat, dibandingkan dengan reaksi yang berlangsung tanpa katalis.
SOAL #18: Isomerisasi cis-trans dari senyawa 1,2-dimethylcyclopropane: cis (A) trans (B)
merupakan reaksi homogen reversibel berorde-satu. Studi eksperimen kinetika pada reaktor batch bervolume-tetap dan temperatur 453oC, dengan reaktan yang berupa cis (A) murni, menghasilkan data-data persentase cis (A) yang tersisa sebagai fungsi waktu sebagai berikut:
t (detik) 45 90 225 360 585 675 % cis (A) yang tersisa 89,2 81,1 62,3 50,7 39,9 37,2
Kesetimbangan reaksi tercapai pada saat cis (A) yang tersisa sebesar 30,0%. Tentukan harga k1 dan k-1. (Petunjuk: Gunakan metode integral)
Berdasarkan regresi linier, diperoleh: 003368,0kXM1MSlope 1
Ae
=++
=
Maka: ( ) 13Ae1 ikdet10.36,2003368,0
1070,00)slope(
1MXM
k −−=+
+=
++
=
dan ( ) 13131
Ae
Ae1 ikdet10.01,1ikdet10.36,2
70,0070,01k
XMX1k −−−−
− =+−
=+−
=
SOAL #19: Reaksi homogen fase gas: 2 A P berlangsung dalam sistem reaktor batch bervolume-tetap. Komposisi awal reaktan berupa: 60%-mol A dan inert sisanya. Tekanan awal sistem reaksi = 760 mm Hg. Jika gas-gas dalam sistem reaksi dianggap berkelakuan seperti gas ideal, berapakah tekanan total sistem reaksi pada saat A telah terkonversi 90%?
PENYELESAIAN: Tekanan total merupakan penjumlahan tekanan parsial seluruh komponen dalam sistem (reaksi), atau: ∑=
iipP
Mula-mula (t = 0) : P0 = pA0 + pinert,0 = 760 mm Hg dengan: pA0 = (0,60) (760 mm Hg) = 456 mm Hg pinert,0 = pinert = (1 – 0,60) (760 mm Hg) = 304 mm Hg
Pada saat t = t : P = pA + pP + pinert Jika dinyatakan dalam term konversi A (XA), maka:
P = pA0 (1 – XA) + pP0 + ½ pA0 XA + pinert Karena pP0 = 0 dan XA = 90%:
P = (456 mm Hg) (1 – 0,90) + 0 + ½ (456 mm Hg) (0,90) + 304 mm Hg P = 554,8 mm Hg
SOAL #20: Reaksi isomerisasi isostilbena (A) menjadi stilbena (B): berorde satu (baik
reaksi ke kanan maupun ke kiri) dan mempunyai harga konstanta kesetimbangan (K) pada 593 dan 614 K masing-masing sebesar 14,62 dan 11,99. Kinetika reaksi homogen ini dipelajari melalui percobaan batch pada sistem reaksi bervolume konstan, T = 574 K (konstan), dan reaktan awal hanya mengandung A (CA0 = 0,05 mol/L); hasilnya disajikan pada tabel berikut:
Waktu, t (detik) 1008 1140 1542 1800 1896 3624 Fraksi A yang terkonversi, XA 0,226 0,241 0,307 0,360 0,371 0,598
a) Hitung panas reaksi (ΔHR) pada kondisi percobaan (dalam kJ/mol) (jika ΔHR berharga konstan pada rentang temperatur 570-620 K) (R = 8,314 J/mol.K)
b) Hitung konstanta kesetimbangan reaksi (K) pada 574 K. c) Berdasarkan data percobaan, hitung harga-harga k1 dan k-1 (beserta satuannya).
PENYELESAIAN: Pada T1 = 593 K : K1 = 14,62 dan pada T2 = 614 K : K2 = 11,99 Percobaan batch volume-tetap : T = 574 K : reaktan awal hanya berupa A dengan CA0 = 0,05 mol/L
a) Persamaan Van’t Hoff yang menyatakan kebergantungan K terhadap T: ( )2R
TRH
dTKlnd Δ
=
Jika ΔHR dianggap tetap pada rentang T yang ditinjau: ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−=
12
R
1
2
T1
T1
RH
KKln Δ
K1
5931
6141
K.mol/J314,8H
62,1499,11ln R ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛ −−=
Δ maka: ΔHR = -28587,4 J/mol = -28,6 kJ/mol
b) Konstanta kesetimbangan pada T = 574 K dapat dihitung dengan: ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−=
1
R
1 T1
T1
RH
KKln Δ
1919,0593
1574
1K.mol/J314,8
mol/J4,28587T1
T1
RH
KKln
1
R
1
=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
−−=⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−=
Δ
2116,1)1919,0exp(KK
1
== atau: K = K pada 574 K = (1,2116) (14,62) = 17,71
c) Bagian ini diselesaikan dengan cara yang sama/analog dengan soal #18.
Pada soal ini: 0L/mol05,0
0CC
M0A
0B === [karena CB0 = 0]
71,17X1X0
X1XM
kkK
Ae
Ae
Ae
Ae
1
1 =−+
=−+
==−
maka: 947,0171,17
71,171K
KX Ae =+
=+
=
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut ini:
t (detik) ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−
Ae
A
XX
1lnXA
x y 0,226 1008 0,2728 0,241 1140 0,2938 0,307 1542 0,3921 0,360 1800 0,4786 0,371 1896 0,4975 0,598 3624 0,9990
Berdasarkan regresi linier, diperoleh: 000269,0kXM1MSlope 1
SOAL #21: Reaksi homogen fase gas: A 3 P berorde nol, dengan konstanta kecepatan reaksi (k) sebesar 0,035 mol/L.jam, dioperasikan dalam sebuah reaktor batch bervolume berubah. Jika CA0 = 0,01 mol/L, serta umpan mengandung A (60%-mol) dan inert (sisanya), tentukan: a) waktu yang dibutuhkan (dalam menit), dan b) fraksi perubahan volume (V/V0) yang terjadi
PENYELESAIAN: Reaksi: A 3 P -rA = k (berorde-nol), dengan: k = 0,035 mol/L.jam Reaksi pada sistem bervolume berubah Komposisi reaktan awal: A = 60%; inert = sisanya (40%); CA0 = 0,01 mol/L Konversi A: XA = 0,85 Perhitungan harga εA (basis yang diambil: mula-mula ada 5 mol gas):
Basis (mol) A P Inert Jumlah Mula-mula (XA = 0) 3 0 2 5 Akhir (XA = 1) 0 3 x 3 = 9 2 11
Pada sistem batch bervolume berubah: ( )dt
VlndCdtCd
rA
0AAA ε
=−=−
sehingga pada kinetika reaksi orde-nol: ( ) kdt
VlndC
A
0A =ε
atau, dalam bentuk yang telah diintegralkan: ( ) tCkX1ln
VVln
0A
AAA
0
εε =+=
a) ( ) tCkX1ln
0A
AAA
εε =+ atau: ( ) ( )( ) ( ) ( ) tL/mol01,0
2,1jam.L/mol035,085,02,11ln =+
Maka: t = 0,167 jam = menit10jam1menit60xjam167,0 =
b) ( )AA0
X1lnVVln ε+= atau: ( ) ( ) ( )85,02,11X1
VV
AA0
+=+= ε
Maka: 02,2VV
0
=
SOAL #22: Pada suhu ruang sukrose dapat terhidrolisis secara enzimatik, menggunakan enzim sukrase, menurut reaksi: produksukrose sukrase⎯⎯ →⎯ . Dengan konsentrasi sukrose awal CA0 = 1,0 mmol/L dan konsentrasi enzim awal CE0 = 0,01 mmol/L, data-data kinetika berikut ini diperoleh melalui sebuah eksperimen menggunakan sebuah reaktor batch bervolume-tetap:
SOAL #23: Pada reaksi homogen dengan persamaan stoikiometri: A + B produk, tentukan orde reaksi terhadap A, orde reaksi terhadap B, dan orde reaksi keseluruhan untuk kasus:
CA 4 1 1 CB 1 1 8 -rA 2 1 4
PENYELESAIAN: Jika persamaan kecepatan reaksi dianggap mengikuti model: -rA = k CA
m CBn
Orde reaksi terhadap A (m) ditinjau pada kondisi pada saat CA bervariasi dan CB tetap, sedangkan orde terhadap B (n) ditinjau pada kondisi pada saat CB bervariasi dan CA tetap. Untuk sejumlah N run percobaan, berlaku: [-rA]i = k [CA]i
m [CB]in dengan i menyatakan nomor run
percobaan. Tinjaulah 3 buah run percobaan: Run 1: 2 = k (4m) (1n) Run 2: 1 = k (1m) (1n) Run 3: 4 = k (1m) (8n)
Untuk menentukan m, run 1 dibandingkan dengan run 2: ( ) ( )( ) ( )nm
nm
11k14k
12= atau: 4m = 2
sehingga: m = ½
Untuk menentukan n, run 2 dibandingkan dengan run 3: ( ) ( )( ) ( )nm
nm
11k81k
14= atau: 8n = 4
sehingga: n = 32
Jadi: orde reaksi terhadap A = m = ½, orde reaksi terhadap B = n = 3
2 , dan orde reaksi keseluruhan = m + n = ½ + 3
2 = 67
SOAL #24: Ulangi soal #7, tetapi gunakanlah metode diferensial dengan cara penentuan dCA/dt yang lain, untuk menentukan besarnya orde reaksi (n) dan konstanta kecepatan reaksi (k).
PENYELESAIAN:
Penentuan td
Cd A dicoba dilakukan dengan mendekatkan data-data hubungan antara CA vs t sebagai
sebuah persamaan polinomial orde 6. Hasil curve-fitting terhadap data-data CA vs t menghasilkan persamaan dalam bentuk:
CA (t) = 8,2387 t6 – 37,349 t5 + 67,714 t4 - 62,837 t3 + 31,937 t2 – 9,0322 t + 1,508
(Persamaan ini diperoleh melalui curve-fitting langsung menggunakan paket program MS Excel)
Dengan demikian, besarnya td
Cd A untuk setiap pasangan data dapat diperoleh melalui:
=td
Cd A (6 x 8,2387) t5 – (5 x 37,349) t4 + (4 x 67,714) t3 – (3 x 62,837) t2
+ (2 x 31,937) t – 9,0322
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut ini:
Plot linier yang merepresentasikan grafik di atas adalah: AA Clognklog
tdCdlog +=⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
Karena slope = 2,2592 dan intercept = 0,7306, maka: Orde reaksi = n = slope = 2,2592; atau: n ≈ 2 Konstanta kecepatan reaksi = k = 10intercept = 100,7306 = 5,3772; atau: k ≈ 5,4 Karena reaksi berorde dua, maka: k = 5,4 L/mol.menit
(Hasil-hasil yang diperoleh melalui cara ini cukup dekat dengan penyelesaian soal #7 sebelumnya)
SOAL #25: Pada suhu 114oC kinetika reaksi fase gas: B2H6 + 4 Me2CO 2 (Me2CHO)2BH dipelajari melalui pengambilan data-data laju awal (initial rates), yakni laju awal berkurangnya tekanan parsial B2H6, yang hasilnya disajikan sebagai berikut:
Jika persamaan laju reaksi yang dianggap mewakili mempunyai bentuk: mCOMe
nHB 262
ppkr = maka tentukanlah harga-harga: n, m, dan k!
PENYELESAIAN: Persamaan laju reaksi: m
COMen
HB 262ppkr =
maka, persamaan laju reaksi awal (initial rate)-nya: m0,COMe
n0,HB0 262
ppkr = Untuk menentukan harga-harga n, m, dan k, kedua ruas persamaan di atas dinyatakan dalam fungsi logaritma, sehingga: 0,COMeHB0 20,62
plog.mplog.nklogrlog ++=
♦ Menentukan n (orde reaksi terhadap B2H6): Analisis data dilakukan terhadap data-data pada run 1-5, yakni pada saat tekanan parsial awal B2H6 dibuat bervariasi dan tekanan parsial awal Me2CO dibuat tetap; atau:
p (torr) 6 8 10 12 16 r0 x 103 (torr/detik) 0,50 0,63 0,83 1 1,28
0,HB 62plog x 0,7782 0,9031 1 1,0792 1,2041 log r0 y -3,3010 -3,2007 -3,0809 -3 -2,8928
y = 0.9854x - 4.0735R2 = 0.9951
-3.35-3.3
-3.25-3.2
-3.15-3.1
-3.05-3
-2.95-2.9
-2.850.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3
log pB2H6,0
log
r0
♦ Menentukan m (orde reaksi terhadap Me2CO):
Analisis data dilakukan terhadap data-data pada run 6-10, yakni pada saat tekanan parsial awal Me2CO dibuat bervariasi dan tekanan parsial awal B2H6 dibuat tetap; atau:
0,COMeHB0 20,62plog.mplog.nklogrlog ++=
0,COMe0 2plog.mBrlog += dengan:
0,62 HBplog.nklogB += Nomor run percobaan 6 7 8 9 10
0,COMe2p (torr) 10 20 40 60 100
r0 x 103 (torr/detik) 0,33 0,80 1,50 2,21 3,33 0,COMe2
plog x 1 1,3010 1,6021 1,7782 2 log r0 y -3,4815 -3,0969 -2,8239 -2,6556 -2,4776
Berdasarkan hasil pengolahan data (regresi linier), diperoleh:
slope = n = 0,9854 ≈ 1 dan intercept = A = -4,0735
k = 3,66.10-6 sehingga, harga k rata-ratanya = ½ (4,22.10-6 + 3,66.10-6) = 3,94.10-6 Berdasarkan satuan-satuan tekanan dan laju awal yang digunakan, yakni masing-masing [torr] dan [torr/detik], serta hasil-hasil perhitungan untuk n (orde reaksi terhadap B2H6) dan m (orde reaksi terhadap Me2CO), maka k mempunyai satuan: torr-1 detik-1
Jadi: n = 1, m = 1, dan k = 3,94.10-6 torr-1 detik-1
SOAL #26: Kinetika reaksi (fase-gas) pirolisis dimetileter: CH3OCH3 CH4 + H2 + CO dipelajari dalam sebuah reaktor bervolume-tetap pada kondisi isotermal (suhu 504oC), dengan mula-mula hanya ada dimetileter, dan data-data berikut ini diperoleh:
t (detik) 0 390 777 1195 3155 ∞ P total (kPa) 41,6 54,4 65,1 74,9 103,9 124,1
Tentukanlah orde reaksi dan konstanta kecepatan reaksi ini! Catatan: Orde reaksi dianggap bilangan bulat
PENYELESAIAN: Karena dalam soal ini orde reaksi dinyatakan berupa bilangan bulat, maka metode integral dipilih untuk menyelesaikan soal. Metode grafik (atau metode grafik pembanding) pada beberapa orde reaksi yang ditebak akan dicoba.
Dimisalkan: CH3OCH3 ≡ A; CH4 ≡ B; H2 ≡ C; dan CO ≡ D
Untuk bentuk persamaan kecepatan reaksi: nA
AA Ck
dtCdr =−=−
dan jika ditebak:
n = 0, maka persamaan kecepatan reaksi yang telah diintegrasi menjadi: tkCC A0A =−
n = 1, maka persamaan kecepatan reaksi yang telah diintegrasi menjadi: tkCCln
A
0A =
n = 2, maka persamaan kecepatan reaksi yang telah diintegrasi menjadi: tkC
1C1
0AA
=−
Berdasarkan hasil pengolahan data (regresi linier), diperoleh:
slope = m = 0,9958 ≈ 1 dan intercept = B = -4,4368
Hubungan antara tekanan parsial A (pA) dan tekanan total sistem reaksi setiap saat (P) dapat dijabarkan sebagai berikut.
Pada t = 0 : P0 = pA0 (karena dalam soal ini: reaktan mula-mula hanya berupa A) Pada t = t : P = pA + pB + pC + pD
Berdasarkan hubungan stoikiometri reaksinya: P = pA + 1
1 (pA0 – pA) + 11 (pA0 – pA) + 1
1 (pA0 – pA)
P = 3 pA0 – 2 pA atau: pA = ½ (3 pA0 – P) Karena: P0 = pA0, maka: pA = ½ (3 P0 – P) (persamaan ini digunakan untuk menentukan tekanan parsial A setiap saat t)
Dengan mengasumsikan bahwa gas-gas dalam sistem reaksi berkelakuan seperti gas ideal, maka:
TRnVp AA = atau: TR
pVnC AA
A ==
Diketahui: T = 504oC = 777 K Gunakan R yang sesuai: R = 8,314 J/mol.K = 8,314 kPa.L/mol.K
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut ini:
Keterangan: Untuk t = ∞ (waktu reaksi yang sangat lama), dimisalkan dipilih t = 10000 detik
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
t
CA
0 - C
A
y = 4.73E-04x
00.5
11.5
22.5
33.5
44.5
5
t
ln C
A0/
CA
0
4000
8000
12000
16000
20000
t
1/C
A -
1/C
A0
Berdasarkan perbandingan ketiga grafik di atas, terlihat bahwa grafik (2) yang menunjukkan profil linier (garis lurus), sedangkan grafik (1) dan grafik (3) masing-masing memperlihatkan kelengkungan negatif/turun dan kelengkungan positif/naik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa reaksi ini mempunyai orde: n = 1, dengan konstanta kecepatan reaksi sebesar 4,73.10-4 detik-1
(terlihat dari harga slope yang ditunjukkan pada kurva A
0A
CCln versus t pada grafik (2)).
Jadi: Orde reaksi, n = 1 Konstanta kecepatan reaksi, k = 4,73.10-4 detik-1
SOAL #27: Data-data berikut ini dilaporkan dari sebuah percobaan kinetika reaksi klorinasi diklorotetrametil benzena dalam larutan asam asetat pada 30oC dengan reaktor volume tetap.
Jika konsentrasi awal reaktan-reaktannya: C6(CH3)4Cl2 = 34,7 mol/m3 dan: Cl2 =19,17 mol/m3 Tentukanlah orde reaksi dan konstanta kecepatan reaksi ini! Keterangan: % konversi dinyatakan terhadap limiting reactant, dan orde reaksi berupa
bilangan bulat.
PENYELESAIAN: Berdasarkan perbandingan antara konsentrasi awal (Ci,0) dengan koefisien stoikiometri reaksi (νi) reaktan-reaktannya:
( )
( ) 1m/mol7,34C 3
ClCHC
0,ClCHC
2436
2436 =ν
dan 1
m/mol17,19C 3
Cl
0,Cl
2
2 =ν
terlihat bahwa: 2
2
Cl
0,ClCν
< ( )
( ) 2436
2436
ClCHC
0,ClCHCC
ν
Hal ini berarti bahwa reaktan yang menjadi pembatas (limiting reactant) dalam kasus ini adalah Cl2.
Dimisalkan: Cl2 ≡ A dan C6(CH3)4Cl2 ≡ B Jika kecepatan reaksi terkonsumsinya Cl2 (≡ A) dinyatakan sebagai: n
Bm
AA CCkr =− dan ditebak/diasumsikan: m = 1 dan n = 1, maka: 1
B1
AA CCkr =−
Sistem batch bervolume-tetap: td
Cdr AA −=−
maka: BAA CCk
tdCd
=−
( ) ( ) ( ) ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−=−−= A
0A
0B0AA0AA0A0BA0A
A0A X
CCCX1CkXCCX1Ck
tdXdC
( ) ( )AA0AA XMX1Ck
tdXd
−−= dengan: 0A
0B
CCM =
( )( ) ∫∫ =−−
t
0
X
00A
AA
A tdCkXMX1
XdA
Penyelesaian integralnya (dengan metode penyelesaian integral pecahan fraksional) adalah:
( ) tCkX1M
XMln1M
10A
A
A =−−
− [M ≠ 1]
( ) ( ) tkX1M
XMln1MC
1
A
A
0A
=−−
− atau: ( ) ( ) t
1X1M
XMln1MC
1kA
A
0A −−
−=
Plot linier antara ( ) ( )A
A
0A X1MXMln
1MC1
−−
− versus t akan menghasilkan slope kurva sebesar k.
Harga k individual untuk setiap pasangan data juga dapat dihitung dengan persamaan k di atas.
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel dan grafik berikut ini.
Plot yang ditunjukkan pada grafik di atas berbentuk linier (garis lurus), dan harga-harga k yang dihitung secara individual untuk setiap pasangan data pun memperlihatkan adanya konsistensi. Hal ini berarti bahwa orde reaksi yang ditebak: benar atau sesuai. Plot linier di atas menghasilkan slope sebesar 0,00015 [= harga k]. Harga ini sama dengan harga k yang dihitung dengan merata-ratakan k individualnya, yakni:
Karena orde reaksi keseluruhan: m + n = 1 + 1 = 2, maka dalam hal ini k bersatuan: m3/mol.detik
Jadi, reaksi ini berorde 2, dengan konstanta kecepatan atau kecepatan spesifik (k) sebesar 0,00015 m3/mol.detik.
SOAL #28: Berikut ini adalah data-data waktu paruh yang dilaporkan untuk reaksi penguraian/dekomposisi N2O5 dalam sebuah reaktor bervolume-tetap pada berbagai suhu.
Nomor run percobaan 1 2 3 4 5 T (oC) 300 200 150 100 50 t½ (detik) 3,9.10-5 3,9.10-3 8,8.10-2 4,6 780
Pada setiap run atau tempuhan percobaan, suhu dijaga tetap (kondisi isotermal) dan konsentrasi awal reaktannya (N2O5) sama. Dengan menggunakan persamaan Arrhenius untuk kebergantungan k terhadap T, tentukan besarnya energi aktivasi reaksi ini!
PENYELESAIAN: Berdasarkan data-data percobaan, terlihat bahwa konsentrasi awal reaktan tidak diperhitungkan dalam penentuan waktu paruh reaksi (t½) . Dengan kata lain, t½ tidak dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi awal reaktan. Reaksi yang mempunyai karakteristik seperti ini mempunyai orde, n = 1.
Misalkan: N2O5 ≡ A, dan reaksi yang terjadi: A produk reaksi
1/T (K-1) ln k T (oC) t½ (detik) T (K) k (detik-1) x y 300 3,9.10-5 573 1,78.104 1,75.10-3 9,7854 200 3,9.10-3 473 1,78.102 2,11.10-3 5,1803 150 8,8.10-2 423 7,88 2,36.10-3 2,0639 100 4,6 373 1,51.10-1 2,68.10-3 -1,892650 780 323 8,89.10-4 3,10.10-3 -7,0258
Berdasarkan pengolahan data-data tersebut di atas, diperoleh:
Slope = REa
− = -12450 Kelvin
Jika R = 8,314 J/mol.K = 1,987 kal/mol.K maka: Ea = - (slope) R = - (-12450 K) (8,314 J/mol.K) = - (-12450 K) (1,987 kal/mol.K) Ea = 103,5 kJ/mol = 24,7 kkal/mol
SOAL #29: Tinjaulah sebuah reaksi fase-cair dekomposisi A yang berlangsung menurut skema kinetika dengan persamaan kecepatannya sebagai berikut: A → B + E rB = k1 CA
A → D + E rD = k2 CA Reaksi berlangsung secara isotermal dalam sebuah reaktor batch, dengan mula-mula hanya ada A dengan CA0 = 4 mol/L dalam pelarut inert. Pada t = 1200 detik, CA = 1,20 mol/L dan CB = 0,84 mol/L. Hitunglah: (a) harga k1 dan k2 (beserta satuannya) (b) harga CD dan CE pada t = 1200 detik.
Konsentrasi E (CE) pada t = 1200 detik dapat dihitung dengan cara yang sama, melalui perbandingan kecepatan terurainya A dengan kecepatan terbentuknya E:
SOAL #30: Reaksi brominasi sebuah senyawa kompleks (dalam larutan aqueous):
[kompleks] + Br2 [kompleks-Br] + Br- berlangsung dalam sebuah reaktor bervolume-tetap pada 25oC. Konsentrasi Br2 awal = 72,6 mmol/m3 dan konsentrasi [kompleks] awal = 1,49 mol/m3 Data-data yang dilaporkan dari eksperimen tersebut disajikan pada tabel berikut ini:
(a) Berdasarkan stoikiometri reaksi tersebut di atas, berapakah persentase perubahan konsentrasi [kompleks] dalam rentang waktu yang dipelajari?
(b) Tentukan orde reaksi terhadap Br2! Tentukan konstanta kecepatan semu (pseudo rate constant) reaksi ini!
PENYELESAIAN: (a) Berdasarkan perbandingan antara konsentrasi awal (Ci,0) dengan koefisien stoikiometri reaksi
(νi) reaktan-reaktannya:
1m/mmol1490
1m/mol49,1C 33
]kompleks[
0],kompleks[ ==ν
dan 1
m/mmol6,72C 3
Br
0,Br
2
2 =ν
terlihat bahwa: 2
2
Br
0,BrCν
<<< ]kompleks[
0],kompleks[Cν
Hal ini berarti bahwa reaktan yang menjadi pembatas (limiting reactant) dalam kasus ini adalah Br2, sedangkan [kompleks] menjadi reaktan yang berlebih (excess reactant).
Perubahan konsentrasi Br2 selama reaksi dipelajari (t = 2442 detik) =
= ( ) %65,51%100.m/mmol6,72
m/mmol1,356,72C
CC3
3
0tBr
ikdet2442tBr0tBr
2
22=
−=
−
=
==
Perubahan konsentrasi [kompleks] selama reaksi dipelajari (t = 2442 detik) =
= ( )ikdet2442tBr0tBr
Br
]kompleks[
22
2
CC==
−ν
ν ( ) 33 m/mmol5,37m/mmol1,356,7211
=−=
(jika dinyatakan dalam konsentrasi)
= %52,2%100.m/mmol1490m/mmol5,37
3
3
= (angka ini jauh lebih kecil dibandingkan 51,65%!!)
(jika dinyatakan dalam persentase terhadap konsentrasi awal)
Karena konsentrasi salah satu reaktannya sangat berlebih, maka kecepatan reaksi yang teramati merupakan kecepatan reaksi semu (pseudo rate).
(b) Dimisalkan: Br2 ≡ A dan [kompleks] ≡ B Kecepatan reaksi yang menyatakan berkurangnya/terurainya Br2 (A) dapat dituliskan sebagai:
mB
nAA CCkr =− (konstanta kecepatan reaksi = k; orde reaksi = n + m)
Karena CB relatif tidak mengalami perubahan dalam rentang waktu reaksi ini dipelajari, maka CB dapat dianggap tetap/konstan pada setiap saat t yang ditinjau. Karenanya, persamaan di atas dapat dituliskan menjadi: n
AA C'kr =− dengan: mBC'k =
Bentuk ini merupakan persamaan kecepatan reaksi semu, dengan konstanta kecepatan reaksi semu = k’ dan orde reaksi semu = orde reaksi terhadap A = n.
Pada sistem batch volume tetap: nA
AA C'k
dtCdr =−=−
Penentuan n dan k’ dengan Metode Integral Pada kali ini, metode integral dicoba ditempuh melalui perhitungan harga k’ secara individual untuk setiap pasangan data kinetika, terhadap beberapa orde reaksi yang ditebak. Harga-harga k’ individual ini selanjutnya dianalisis konsistensinya. Jika ditebak:
n = 0, maka: t'kCC A0A =− , sehingga: k tebakan orde 0, t
CC'k A0A −=
n = 1, maka: t'kCCln
A
0A = , sehingga: k tebakan orde 1, tCCln
'k A
0A
=
n = 2, maka: t'kC
1C1
0AA
=− , sehingga: k tebakan orde 2, t
C1
C1
'k 0AA
−=
Hasil-hasil perhitungan terhadap data-data dalam soal disajikan pada tabel berikut ini:
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa k’ tebakan orde 0 dan orde 2 sama-sama tidak menunjukkan konsistensi; k’ tebakan orde 0 cenderung turun dengan semakin besarnya t, sedangkan k’ orde 2 cenderung naik. Dengan demikian, orde 0 dan orde 2 bukanlah orde yang sesuai untuk reaksi ini. Harga k’ tebakan orde 1 relatif tetap pada setiap saat t yang ditinjau (memperlihatkan konsistensi). Dengan demikian, orde yang sesuai untuk reaksi ini adalah n = 1.
Harga k’ dapat dihitung dengan merata-ratakan harga-harga k’ individualnya:
1ikdet00029,0'k −= ≈ 0,0003 detik-1 Jadi, orde reaksi terhadap Br2 = n = 1, dan konstanta kecepatan reaksi semunya = k’ = 0,0003 detik-1
Catatan: Melalui proses curve-fitting secara langsung terhadap data-data 2BrC vs t, diperoleh:
( ) t0003,0Br e6,72t0003,0exp6,72C
2
−=−= (dengan paket software MS Excel, menggunakan bentuk persamaan eksponensial) Bentuk ini sangat identik dengan profil CA vs t untuk sebuah reaksi searah orde 1: CA = CA0 e-kt, di mana dalam kasus ini: A ≡ Br2, CA0 = 0,Br2