10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Auditing Tujuan audit untuk memberikan opini tentang kewajaran laporan keuangan, artinya bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen perlu verifikasi apakah telah sesuai dengan standar pelaporan yang berterima umum. Pilihan antara segera mengumumkan laporan keuangan atau menunda adalah merupakan pertimbangan costbenefit. Auditing adalah salah satu jasa yang diberikan oleh akuntan publik yang sangat diperlukan dalam memeriksa kewajaran suatu laporan keuangan entitas usaha, sehingga laporan keuangan suatu entitas yang diaudit dapat lebih dipercaya oleh pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Dikutip dari buku Theodorus M. Tuanakotta, dari ISA 2013, “Tujuan suatu audit ialah mengangkat tingkat kepercayaan dari pemakai laporan keuangan yang dituju, terhadap laporan keuangan itu. Tujuan itu dicapai dengan pemberian opini oleh auditor mengenai apakah laporan disusun, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Pada umumnya, dalam kerangka pelaporan keuangan dengan tujuan umum, opini tersebut menyatakan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, atau memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai kerangka pelaporan etika
26
Embed
› xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 8711 › Bab 2.pdf... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian …International Standards on Auditing (ISA) merupakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Auditing
2.1.1 Pengertian Auditing
Tujuan audit untuk memberikan opini tentang kewajaran laporan
keuangan, artinya bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen perlu
verifikasi apakah telah sesuai dengan standar pelaporan yang berterima umum.
Pilihan antara segera mengumumkan laporan keuangan atau menunda adalah
merupakan pertimbangan costbenefit.
Auditing adalah salah satu jasa yang diberikan oleh akuntan publik yang
sangat diperlukan dalam memeriksa kewajaran suatu laporan keuangan entitas
usaha, sehingga laporan keuangan suatu entitas yang diaudit dapat lebih dipercaya
oleh pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Dikutip dari buku Theodorus M.
Tuanakotta, dari ISA 2013, “Tujuan suatu audit ialah mengangkat tingkat
kepercayaan dari pemakai laporan keuangan yang dituju, terhadap laporan
keuangan itu. Tujuan itu dicapai dengan pemberian opini oleh auditor mengenai
apakah laporan disusun, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Pada umumnya, dalam kerangka pelaporan
keuangan dengan tujuan umum, opini tersebut menyatakan apakah laporan
keuangan disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, atau
memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai kerangka pelaporan etika
11
keuangan. Suatu audit yang dillaksanakan sesuai dengan ISAs dan persyaratan
ketka yang relevan memungkinkan auditor memberikan pendapat tersebut”.
Menurut Theodorus M. Tuanakotta, dari ISA 2013:
“Auditing termasuk salah satu jasa asurans, tapi bukan satu-satunya
jasa asurans. Audit adalah salah satu (tetapi bukan satu-satunya) jasa
Atestasi. Dalam asestasi, selain jasa audit ada jasa review, misalnya
review atas laporan keuangan kuartalan atau semesteran yang
dilakukan ditengah tahun (interim)”.
Menurut Tuanakotta (2011 :52) definisi audit dapat diartikan :
”Auditing is analytical, not contructive, it is critical, investigative,
concernedwith the basis for accounting measurement and assertions.”
Dalam buku Hayes, et al (2005:11) dikatakan bahwa definisi auditing adalah:
“An audit is a systematic process of objectively obtaining and
evaluate evidence regarding assertions about economic actions and
events to ascertain the degree of correspondence between the
assertions and established criteria, and communicating the result to
interested users”
Dari definisi diatas dapat diketahui unsur-unsur penting dalam audit yaitu
dilakukan secara kritis dan merupakan suatu proses sistematik yang bersifat logis,
terstruktur, dan terorganisir. Proses sistematis yang dilakukan tersebut merupakan
proses untuk menghimpun bukti-bukti yang kemudian dievaluasi oleh auditor dan
akan digunakan oleh pemakai yang berkepentingan.
Menurut Mulyadi (2013 : 9) mengemukakan definisi audit sebagai berikut:
“Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan- pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan- pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,
12
serta penyampaian hasil - hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan”.
Menurut Agoes (2012 : 4), pengertian auditing adalah:
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh
pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen, beserta catatan - catatan pembukuan dan
bukti - bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Menurut Arens and Loebbecke (2010 : 4):
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
betwen the information and established criteria. Auditing should be done
by a competent , independent person”.
Dari definisi diatas memberikan pertanyaan bahwa auditor memeriksa
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Dalam pemeriksanya, seorang auditor
melakukan audit berbasiskan pada International Standards on Auditing (ISA).
Selanjutnya pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan
publik berasal dari luar perusahaan dan tidak memiliki kepentingan tertentu di
dalam perusahaan. Tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa.
Menurut Committee On Basic Auditing Concepts dalam Boynton et.al
(2003 : 5) merumuskan definisi umum dari auditing sebagai berikut:
“A systematic process of objectively obtaining and evaluating
evidence regarding assertions about economic actions and events to
ascertain the degree of correspondence between those assertions and
established criteria and communicating the results to interested
users”.
13
2.1.2 Audit atas Laporan Keuangan
Menurut Mulyadi (2010 : 30) menjelaskan audit atas laporan keuangan
sebagai berikut:
“Audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan
keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan
keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan
atas dasar kesesuaian dengan prinsip akuntansi berterima umum”.
2.1.3 Tujuan Audit atas Laporan Keuangan
Menurut Mulyadi (2010 : 72), menjelaskan tujuan audit atas laporan
keuangan sebagai berikut:
“Tujuan umum audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum Indonesia.
Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang
terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan
keuangan”.
Adapun bentuk opini auditor terdiri atas 2 yaitu:
1) Opini Tanpa Modifikasian
Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan merujuk
atau menjelaskan dengan cukup, kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku (ISA 700.15). Auditor wajib memberikan opini yang tidak
dimodifikasi (WTP) ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan
keuangan dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.
ISA 700.35 menjelaskan bahwa ketika memberikan pendapat yang
tidak dimodifikasi atas laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka
penyajian wajar, pendapat auditor harus, kecuali ditetapkan lain oleh
14
ketentuan perundang-undangan, menggunakan rasa, yang dipandang
ekuivalen dengan:
a) Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku,
atau
b) Laporan keuangan memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
ISA 700.46, ketika memberikan pendapat yang tidak dimodifikasi atas
laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka kepatuhan, pendapat
auditor harus menyatakan laporan keuangan yang dibuat, dalam semua
hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.
2) Opini Modifikasian (ISA 705)
Jika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang
wajar, tidak mencapai penyajian agar wajar, auditor wajib membahas ini
dengan manajemen dan tergantung pada persyaratan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku dan bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor
wajib menentukan apakah perlu memodifikasi opini sesuai dengan ISA
705. Opini modifikasi terdiri dari 3 jenis yaitu:
1) Opini wajar dengan pengecualian
a) Kesalahan penyajjian, baik secara individual maupun kolektif,
adalah material, tetapi tidak perpasif, terhadap laporan keuangan
15
b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
yang mendasari opini auditor, tetapi auditor menyimpulkan bahwa
kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi
terhadap laporan keuangan, jika ada, dapa bersifat mateial, tetapi
tidak pervasif.
2) Opini tidak wajar
Auditor,berdasarkan bukti audit yng cukup dan tepat yang telah
diperoleh, menyimpukan bahwa kesalahan penyajian, baik secara
individual maupun kolektif, adalah material, tetapi pervasif, terhadap
laporan keuangan.
3) Opini tidak menyatakan pendapat
a) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
mendasari opini auditor, dan auditor menyimpulkan bahwa
kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi
terhadap laporan keuangan, jika ada, da bersifat material dan
pervasif.
b) Dalam kondisi yang sangat jarang terjadi dan melibatkan lebih dari
satu ketidakpastian, auditor menyimpulkan bahwa meskipun telah
memperoleh bukt audit yang cukup dan tepat tentang setiap
ketidakpastian tersebut, adalah tidak mungkin untuk merumuskan
opini atas laporan keuangan karena interaksi yang potensial dari
ketidakpastian tersebut dengan kemungkinan dampak kumulatif
dati ketidakpastian tersebut terhadap laporan keuangan.
16
2.1.4 Standar Auditing
International Standards on Auditing (ISA) merupakan standar audit yang
berbasis pada resiko. Indonesia sendiri mulai menggunakan ISA pada awal tahun
2013. Dalam audit berbasis resiko, auditor menggunakan kearifan profesional
dalam pelaksanaan audit dan lebih menekankan pada professional judgement
(Tuanakotta, 2013:12).
Pernyataan Standar Auditing (PSA), merupakan penjabaran lebih lanjut
dari masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. PSA berisi
ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan
Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang
diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk di
dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditng (IPSA), yang
merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-
ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA. Dengan demikian, IPSA
memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-
ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut
berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi seluruh
anggota IAPI, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.
Adapun dalam melaksanakan audit berbasis risiko, auditor harus mematuhi
standar-standar auditing yang diatur di dalam International Standards on Auditing