1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Musik adalah salah satu hasil karya seni seseorang yang tidak lepas dari pengaruh masyarakat pendukungnya. Musik sudah ada sejak kehidupan manusia purba, yang ditandai dengan lukisan beberapa alat musik sederhana di goa-goa tempat mereka tinggal dan artefak-artefak alat musik sederhana yang terbuat dari bahan- bahan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, contohnya adalah seruling dari tulang hewan, batuan yang dipukul keras dan nekara. Pada masa itu musik dimainkan, untuk mengungkapkan emosi manusia seperti perasaan sedih, senang dan gembira. Pada perkembangan selanjutnya, bukti keberadaan musik dapat dilihat pada sejarah bangsa Yunani Kuno, dengan adanya muses atau sembilan dewi yang mencerminkan cabang-cabang seni. Musik memegang peranan yang sangat penting di setiap aspek kehidupan masyarakat Yunani, mulai dari upacara keagamaan seperti perkawinan, kematian, dan pemujaan para dewa hingga perang dan kompetisi, bahkan dalam mitologi Yunani, musik dianggap berasal dari sesuatu yang sifatnya sakral, mempunyai kekuatan magis, yang bisa menyembuhkan penyakit,
42
Embed
A. LATAR BELAKANG - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74502/potongan/S2-2014... · boleh dimain dan dinyanyikan di dalam gereja untuk memuji Tuhan. Ada
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Musik adalah salah satu hasil karya seni seseorang yang tidak
lepas dari pengaruh masyarakat pendukungnya. Musik sudah ada
sejak kehidupan manusia purba, yang ditandai dengan lukisan
beberapa alat musik sederhana di goa-goa tempat mereka tinggal
dan artefak-artefak alat musik sederhana yang terbuat dari bahan-
bahan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, contohnya
adalah seruling dari tulang hewan, batuan yang dipukul keras dan
nekara. Pada masa itu musik dimainkan, untuk mengungkapkan
emosi manusia seperti perasaan sedih, senang dan gembira.
Pada perkembangan selanjutnya, bukti keberadaan musik
dapat dilihat pada sejarah bangsa Yunani Kuno, dengan adanya
muses atau sembilan dewi yang mencerminkan cabang-cabang
seni. Musik memegang peranan yang sangat penting di setiap
aspek kehidupan masyarakat Yunani, mulai dari upacara
keagamaan seperti perkawinan, kematian, dan pemujaan para
dewa hingga perang dan kompetisi, bahkan dalam mitologi
Yunani, musik dianggap berasal dari sesuatu yang sifatnya sakral,
mempunyai kekuatan magis, yang bisa menyembuhkan penyakit,
2
serta menenangkan pikiran, dan hal ini masih berlanjut sampai
pada abad pertengahan. Pada abad pertengahan, musik hanya
boleh dimain dan dinyanyikan di dalam gereja untuk memuji
Tuhan. Ada tindakan tegas dari dewan gereja jika musik
diperdengarkan di tempat umum, tidak mengherankan karena
pada waktu itu gereja adalah pusat dari kehidupan masyarakat,
semua kehidupan bermasyarakat di atur oleh gereja. Musik baru
dapat dimainkan didepan umum sebagai hiburan pada masa
klasik dan berlanjut hingga sekarang. Di jaman yang serba
modern ini, musik menjadi bentuk yang bebas tanpa terikat oleh
aturan-aturan lama yang membatasinya, karena lebih
menekankan pada pengekspresian perasaan.
Musik adalah rangkaian nada yang menjadi melodi dan diatur
menurut urutannya dan di dalamnya terdapat ritme dan harmoni
dan diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu satu
kesatuan. Di dalam musik terdapat unsur nada, ritme, harmoni
dan tempo. Musik adalah seni yang muncul dalam kerangka
waktu dan bukan dalam ruang.1 Apa yang diungkapkan oleh
William H. Baxter, tersebut menunjukkan bahwa produksi
maupun reproduksi sebuah musik memiliki dimensi kesesaatan
dan pengalaman yang bersifat interpretatif. Dengan kata lain
musik dipertunjukan pada kerangka waktu yaitu pertunjukan
1 William H. Baxter, Jr. Basic Studies in Music (Boston: Allyn and Bacon Inc,
1968), 4
3
yang disajikan dengan permainan musik oleh orkestra, penyanyi,
pemain instrumen solo maupun band pada waktu, durasi dan
ditempat tertentu. Berbeda dengan seni rupa yang dipertunjukan
dalam kerangka ruang, misalnya sebuah lukisan dipamerkan
dengan penataan dan diruang tertentu, masalah waktu tidak akan
merubah lukisan tersebut menjadi berbeda dari lukisan tersebut
pada waktu pertama kali dipamerkan. Namun musik akan
menjadi berbeda ketika ditampilkan ulang. Kondisinya akan
berubah tidak sama dengan musik yang didengar pertama kali,
yang mempengaruhi hal ini adalah perbedaan interpretasi penyaji,
konduktor yang berbeda dan interpretasi yang berbeda-beda dari
para pendengar, bahkan kondisi musik menjadi berbeda walaupun
musik ditampilkan ulang oleh seniman yang sama.
Seiring perkembangan jaman, musik mengalami perubahan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,
perubahan sosial politik dan teknologi pada setiap jaman. Hal ini
ditandai dengan banyaknya genre-genre musik yang muncul saat
ini yang beraneka ragam. Genre baru tersebut merupakan
perkembangan dari genre yang sudah ada sebelumnya maupun
genre dengan unsur yang baru tanpa terpengaruh dari unsur
genre sebelumnya. Fungsi musikpun sekarang tidak hanya
sebagai pertunjukan hiburan dan media ekspresi. Banyak kita
jumpai sekarang ini musik digunakan sebagai media terapi, media
4
pengajaran, pengembangan diri, sebagai latar belakang atau
backsound dari sebuah film atau drama, sebagai latar belakang
pembacaan puisi dan sebagai media apresiasi karya sastra
khususnya puisi. Musik yang digunakan untuk media apresiasi
puisi berhubungan erat dengan bentuk puisinya.
Puisi sebagai bagian dalam karya sastra pada dasarnya
merupakan sarana ekspresi seseorang dari alam batinnya.
Perwujudan ekspresi pengarang lewat puisi selanjutnya
presentasikan melalui bahasa yang bertujuan memberi kesan dan
suasana emotif tertentu untuk mempengaruhi perasaan dan
pikiran penikmat puisi. Pradopo menyimpulkan bahwa puisi
memiliki unsur-unsur berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide,
nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan,
kepadatan dan perasaan pengarang semua hal tersebut terungkap
dalam media bahasa.2 Puisi mengekspresikan pemikiran yang
membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca
indera dalam susunan kata yang berirama, sehingga tujuan puisi
adalah untuk menggugah dan membangkitkan perasaan dan
menuntut penikmat puisi untuk berimajinasi sesuai dengan
2 Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan
Analisis Struktural dan Semiotik (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2002), 7
5
interpretasinya masing-masing setelah membaca atau
mendengarkan puisi dibacakan.3
Struktur dan ragam puisi adalah hasil karya kreatif terus-
menerus berubah, setiap jaman mempuyai ciri ke-khas-an bentuk
puisinya. Puisi selalu berkembang sesuai selera jamannya seperti
yang dikatakan oleh Riffaterre bahwa puisi selalu berubah –ubah
sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya,
contohnya puisi modern sekarang ini tidak lagi terikat oleh
aturan-aturan puisi lama, bentuknya menjadi lebih bebas tetapi
tetap memperhatikan bunyi yang terdapat dalam diksi yang
menyusunnya.4
Pengungkapan dan menyampaian puisi disebut dengan istilah
apresiasi puisi sebagai sebuah bentuk dari karya sastra. Apresiasi
mempunyai pengertian memahami, menikmati, menghargai atau
menilai5. Apresiasi puisi dilakukan sesuai dengan interpretasi
pelaku apresiasi, sehingga setiap pelaku apresiasi mempunyai
interpretasi masing-masing. Kegiatan apresiasi puisi ini dapat
berbentuk dalam beberapa kegiatan seperti misalnya deklamasi
3 Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan
Analisis Struktural dan Semiotik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002, 7
4 Michael Riffaterre, dalam Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 2002), 1
5 Jacob Sumardjo dan Saini K. M. Apresiasi Kesusastraan (Jakarta: PT.
Gramedia, 1988), 173
6
puisi, poetry reading, dramatisasi puisi maupun musikalisasi
puisi.
Kegiatan pembacaan puisi melalui media musik disebut
dengan istilah musikalisasi puisi. Puisi tidak lagi dinikmati dengan
cara dibaca sebagai bentuk teks saja, melainkan dapat dinikmati
dalam bentuk yang lain yaitu dalam bentuk musik. Musikalisasi
puisi adalah adalah bentuk kesenian baru yang menggabungkan
dua seni yaitu seni sastra dan seni musik. Di Indonesia misalnya
musikalisasi puisi sudah dilakukan sejak tahun 1950-an oleh
Cornel Simanjuntak. Karya musikalisasi puisinya dikenal dengan
nama lagu seriosa (lagu serius), yang dianggap sebagai sebuah
komposisi musik vokal dengan iringan piano yang mempunyai
nilai estetis yang tinggi. Di Eropa musikalisasi bahkan sudah
dilakukan berabad-abad yang lalu yang berakar dari kesenian
kaum seniman keliling, puisi diciptakan dan dinyanyikan menjadi
sebuah lagu dengan iringan satu alat musik seperti gitar, biola,
seruling atau banjo dan dimainkan dengan berkeliling dari satu
tempat ke tempat lain. Bentuk tersebut mengalami perkembangan
menjadi sebuah karya seni dengan bobot estetis yang sangat tinggi
karena diciptakan oleh seorang komposer yang dikenal dengan
nama art song. Puisi diambil dari karya penyair terkenal pada
jaman tersebut, dan musik diciptakan oleh seorang komposer.
Pada Jaman Romantik ini adalah jaman keemasan puisi dan
7
musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi mendapatkan tempat
tertinggi dan ditampilkan dalam gedung-gedung konser dan
dinikmati oleh para bangsawan.
Supratman Abdul Rani, dkk., dalam buku Intisari
Kesusastraan Indonesia, mendefinisikan musikalisasi puisi
sebagai upaya untuk menampilkan puisi dengan jalan
memasukkan unsur-unsur musik secara dominan.6 Tujuan utama
musikalisasi puisi sama seperti tujuan dalam deklamasi puisi
maupun poetry reading adalah menyampaikan isi puisi kepada
audiensi. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan
tentang definisi musikalisasi puisi yaitu, sarana komunikasi yang
terjalin diantara seniman atau penyair penampil musikalisasi puisi
dengan audiensi dengan tujuan untuk menyampaikan isi puisi
melalui media musik (nada. Irama, ritme dan lain-lain).
Musikalisasi puisi dilakukan oleh kelompok musik dan tak jarang
ditampilkan oleh penyairnya sendiri yang berupa hasil
gubahannya sendiri baik puisi dan musiknya atau kolaborasi
antara penyair dan pemusik.
Musikalisasi puisi memiliki peminat dan publik apresiasi
dalam kalangan tertentu saja yaitu kalangan sastra, teater
maupun musik, namun di masyarakat umum musikalisasi puisi
ini terbilang asing. Secara tidak sadar musikalisasi puisi
6 Rani, Supratman Abdul dkk. Intisari Kesusastraan Indonesia, (Bandung:
Pustaka Setia, 2004), 8.
8
sebenarnya sering kita jumpai dalam lagu-lagu populer sekarang
ini dengan pengemasan dalam bentuk jenis tertentu, misalnya
lagu-lagu yang di bawakan Bimbo, Ebiet G. Ade, God Bless,
Kantata Taqwa dan lain-lain. Lagu-lagu yang mereka bawakan
berangkat dari sebuah puisi karya penyair terkenal di Indonesia,
seperti Chairil Anwar, Taufik Ismail, W.S. Rendra dan lain-lain,
lagu-lagu tersebut merupakan sebuah musikalisasi puisi, tetapi
masyarakat lebih mengenalnya sebagai sebuah lagu dari penyanyi
tersebut tanpa pengetahui bahwa lirik lagunya diambil dari
sebuah puisi.
Sekarang ini pertunjukan musikalisasi sangat marak
ditampilkan pada pembukaan seminar seni, pembukaan pameran
lukisan, pembukaan pameran buku, seminar budaya dalam taraf
lokal, nasional maupun internasional. Minat masyarakat terhadap
musikalisasi puisi semakin besar, ditunjukkan dengan munculnya
grup-grup musikalisasi puisi baik dalam lingkup seniman,
masyarakat umum, pelajar dan mahasiswa, apresiasinya juga
cukup bagus dengan diadakannya festival dan lomba-lomba
musikalisasi puisi, dan selalu ramai diikuti oleh para praktisinya,
bahkan sekarang ini musikalisasi puisi masuk dalam kurikulum
pembelajaran apresiasi puisi di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA).
9
Namun demikian, istilah musikalisasi puisi juga banyak
menimbulkan perdebatan di kalangan sastrawan, pendidik
maupun masyarakat umum. Hal ini terjadi karena istilah
musikalisasi belum mempunyai konvensi yang jelas, pasti dan
bukan istilah yang baku, ditambah dengan penggunakan
penyebutan lain dari musikalisasi puisi seperti, musik puisi, puisi
bunyi, tembang puisi, musik sastra atau lagu puisi. Pada
penelitian ini akan dibatasi pada pengertian musikalisasi sesuai
dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sebutan-sebutan tersebut
bukanlah istilah tetap untuk kegiatan ini karena masing-masing
orang, orang, seniman maupun kelompok mempunyai kepentingan
sendiri-sendiri atas istilah tersebut. Hal ini hanyalah masalah
selera dari seniman tersebut dalam penyebutannya. Tan Lioe Ie
menyebut kegiatan ini sebagai “musikalisasi puisi”, Untung Basuki
menyebutnya dengan istilah “lagu puisi”, panitia Festival Musik
Puisi Yogyakarta dan Japhens Wisnujati menyebutnya sebagai
“musik puisi”.7 Musikalisasi puisi ini lahir di kalangan tertentu
khususnya di kalangan komunitas sastra maupun komunitas
teater yang berkreativitas dalam hal pengapresiasian puisi,
walaupun istilah ini tidak baku, istilah ini sampai sekarang masih
terus diupayakan eksistensinya.
7 Tan Lioe Ie, Musikalisasi Puisi, Pluralisme Istilah dan Penciptaan, dalam
Raudal Tanjung Banua dan Iman Budhi Santosa, Musik Puisi: Dari Istilah ke Aksi (Yogyakarta: Pustaka Sastra LKiS, 2005), 3
10
Musikalisasi dapat digolongkan dalam 2 kategori berdasar
ketetapan bentuknya, yaitu sebagai berikut: 1). musikalisasi puisi
yang dibuat berdasarkan program saja, dibuat hanya untuk suatu
program pertunjukan tertentu dan dalam waktu sekali waktu itu
saja, 2). Musikalisasi puisi yang dibuat paten atau tetap secara
aransemen lagu, melodi, dan pemakaian alat musiknya, jenis ini
mempunyai bentuk aransemen yang tetap walaupun
dipertunjukan pada tempat dan waktu yang berbeda-beda. Pada
jenis ini aransemen dapat ditulis dalam notasi musik maupun
hanya ingatan saja.
Setiap grup maupun seniman mempunyai ciri khasnya sendiri
dalam menciptakan musikalisasi puisi yang nantinya akan
menjadi karakter dari karya-karyanya, seperti penggunaan alat
musik tertentu, penggunaan backup vocal sebagai paduan suara,
memasukkan beberapa unsur dari salah satu jenis musik tertentu
atau lebih, penggunaan teknik vokal yang tinggi, dan lain-lain.
Seniman bebas berekspresi dalam pembuatan musikalisasi ini,
bebas berekspresi dalam pembuatan dan penggunaan puisi dan
bebas berekspresi dalam membuat musiknya, tentunya kedua hal
tersebut nantinya menjadi satu kesatuan bentuk. Ciri khas ini
yang nantinya akan membedakan karya musikalisasi puisi
diantara seniman satu dengan yang lainnya, dan ciri khas masing-
masing seniman mempunyai kelebihan dan keunikan tersendiri.
11
Salah satu seniman musikalisasi puisi di Yogyakarta adalah
Untung Basuki. Ia sudah banyak melakukan pementasan
musikalisasi karyanya baik dalam maupun luar kota dan bahkan
sampai keluar negeri. Untung Basuki adalah seniman
multitalenta, disamping membuat musikalisasi puisi, ia juga aktif
sebagai pelukis dan pemain serta pelatih teater. Latar belakang
pendidikan seninya adalah seni rupa yaitu seni lukis, sedangkan
pengalaman-pengalaman teater, ia peroleh ketika bergabung
dengan Bengkel Teater pimpinan W.S. Rendra. Untung tidak
memiliki latar belakang pendidikan musik, ia belajar musik secara
otodidak. Di sela-sela kegiatan teaternya, ia mulai aktif
menciptakan puisi pada tahun 1972, kemudian muncul
keinginannya untuk membuat musik untuk karya-karya puisinya
walaupun selanjutnya ia juga menggunakan puisi seniman lain
sebagai dasar penciptaan musikalisasi puisi karyanya.
Mencermati hal tersebut, tentunya Untung Basuki sebagai
seniman serba bisa dan memiliki daya kreasi yang tinggi termasuk
unik karena dapat menggubah lagu dengan kemampuan
otodidaknya. Keterbatasan pengetahuan pendidikan musik justru
dengan tidak sengaja membuat karya musikalisasinya
mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri, berbeda dengan
karya musikalisasi seniman lain. Dengan demikian penelitian ini
akan terfokus pada posisi musikalisasi puisi yang dihubungkan
12
dengan art song sebagai bentuk musikalisasi puisi pada jaman
Romantik, apa saja tema musikalisasi puisinya, jenis musik apa
yang mempengaruhi gaya bermusiknya dan keterkaitan bentuk
musik dan puisi dalam karya musikalisasi puisinya. Oleh karena
hal-hal itulah penelitian mengenai karya musikalisasi Untung
Basuki dilakukan.
B. RUMUSAN MASALAH
Mencermati terhadap uraian latar belakang tersebut diatas
maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana keterkaitan Musikalisasi Puisi karya Untung
Basuki dengan Art Song?
2. Tema pokok apa saja yang tercermin dalam karya-karya
musikalisasi puisi Untung Basuki?
3. Bagaimana Untung Basuki menyikapi hubungan puisi dan
musik pada karya-karyanya tersebut?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian tentang Kajian Tekstual Musikalisasi Puisi Karya