1 A. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. S Umur : 42 tahun Jenis kelamin : Perempuan Status perkawinan : Menikah Pendidikan : SD Pekerjaan : SWASTA Alamat : Tlompakan 3/3 Tuntang No CM : 155xxx-xxx Tanggal masuk RS : 25 September 2018 SUBJEKTIF/ANAMESA Diperoleh secara autoanamnesis di ruang Poliklinik Saraf pada tanggal 25 September 2018 jam 11.00. a) KELUHAN UTAMA Pasien merasakan kesemutan disepanjang kedua lengan atas dan bawah hingga tangan dan kebas dari perut bawah hingga kaki sejak 1 minggu SMRS RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien mengatakan timbul kesemutan pada kedua lengan atas, bawah, tangan dan rasa baal yang menjalar dan diawali dari ujung kaki yang disertai kelemahan pada kedua kaki sejak 1 minggu SMRS. Rasa kesemutan diawali dengan nyeri punggung kemeng khususnya bagian kanan kemudian perlahan – lahan timbul rasa baal menjalar dari ujung kaki ke pangkal paha dan kesemutan di kedua ektremitas atas. Rasa Kesemutan seperti ditusuk jarum. Kesemutan dan baal tersebut dirasakan terus – menerus oleh pasien, tidak membaik dengan istirahat dan saat dipijat dengan balsam. Pasien juga merasa sesak bersamaan dengan adanya kesemutan dan baal, sesak dirasakan terus- menerus terutama saat pasien beraktivitas dan tidak membaik dengan istirahat. Dikarenakan
36
Embed
A. IDENTITAS PASIEN - sarafambarawa.files.wordpress.com · Diperoleh secara autoanamnesis di ruang Poliklinik Saraf pada tanggal 25 September 2018 jam 11.00. a) KELUHAN UTAMA ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : SWASTA
Alamat : Tlompakan 3/3 Tuntang
No CM : 155xxx-xxx
Tanggal masuk RS : 25 September 2018
SUBJEKTIF/ANAMESA
Diperoleh secara autoanamnesis di ruang Poliklinik Saraf pada tanggal 25
September 2018 jam 11.00.
a) KELUHAN UTAMA
Pasien merasakan kesemutan disepanjang kedua lengan atas dan bawah hingga
tangan dan kebas dari perut bawah hingga kaki sejak 1 minggu SMRS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengatakan timbul kesemutan pada kedua lengan atas, bawah, tangan
dan rasa baal yang menjalar dan diawali dari ujung kaki yang disertai kelemahan
pada kedua kaki sejak 1 minggu SMRS. Rasa kesemutan diawali dengan nyeri
punggung kemeng khususnya bagian kanan kemudian perlahan – lahan timbul rasa
baal menjalar dari ujung kaki ke pangkal paha dan kesemutan di kedua ektremitas
atas. Rasa Kesemutan seperti ditusuk jarum.
Kesemutan dan baal tersebut dirasakan terus – menerus oleh pasien, tidak
membaik dengan istirahat dan saat dipijat dengan balsam. Pasien juga merasa sesak
bersamaan dengan adanya kesemutan dan baal, sesak dirasakan terus- menerus
terutama saat pasien beraktivitas dan tidak membaik dengan istirahat. Dikarenakan
2
keluhan sesak tersebut semakin memberat, pasien dibawa ke IGD RSUD
Ambarawa, namun kemudian merasa baikan dan dipulangkan.
Pasien tidak merasakan nyeri kepala, pusing berputar ataupun kejang. Nyeri
dan kekakuan pada leher disangkal pasien. Bengkak dan kemerahan pada anggota
tubuh dan wajah disangakal pasien. Wajah perot (-), Lateralisasi (-), penurunan
kesadaran (-). Gangguan bicara atau rasa bingung disangkal oleh pasien. Mual dan
muntah disangkal oleh pasien. Demam disangkal, keringat berlebihan disangkal,
BAB (-) selama 2 hari dan BAK normal tidak sakit dan tidak berdarah. Riwayat
menstruasi normal tidak ada keluhan. Pasien belum mengkonsumsi obat -obatan
untuk gejala yang diderita namun pasien mengaku memakaikan balsam dan minyak
urut pada tubuhnya, namun gejala tidak berkurang.
b) RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Sekitar 3 minggu sebelum kelemahan, kesemutan dan baal timbul pasien
mengaku batuk dan tenggorokan gatal serta perut selalu terasa penuh dan nyeri di
bagian kanan, pasien belum mengkonsumsi obat untuk batuk.
1. Riwayat keluhan serupa : disangkal
2. Riwayat DM : disangkal
3. Riwayat stroke : disangkal
4. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
5. Riwayat batuk lama : disangkal
6. Riwayat trauma : fraktur klavikula 19 tahun lalu
7. Riwayat operasi : diakui, operasi orif
8. Riwayat alergi : disangkal
9. Riwayat Asma : disangkal
10. Riwayat penyakit jantung : disangkal
11. Riwayat penyakit Ginjal : disangkal
12. Riwayat penyakit Hormonal : disangkal
3
c) RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
1. Riwayat keluhan serupa : disangkal
2. Riwayat stroke : disangkal
3. Riwayat DM : disangkal
4. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
5. Riwayat tumor pada keluarga : disangkal
6. Riwayat alergi : disangkal
7. Riwayat batuk lama : disangkal
d) RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
• Pasien merupakan seorang karyawan
• Datang dengan status pasien BPJS non PBI, kesan ekonomi baik
• Pasien menyangkal pernah minum minuman keras atau merokok
• Pasien menyangkal memakai obat-obatan terlarang dan jamu jamuan rutin.
e) RIWAYAT PENGOBATAN
• Pasien belum minum obat untuk keluhannya
B. ANAMNESIS SISTEM
1. Sistem cerebrospinal : kelemahan anggota gerak (+),
kesemutan dan baal (+/+), nyeri kepala (-), muntah menyembur (-), pingsan (-),
perubahan tingkah laku (-), wajah merot(-), bicara pelo (-).
2. Sistem kardiovascular : riwayat hipertensi (-), riwayat sakit
CIDP memiliki gambaran klinik seperti AIDP, tetapi perkembangan gejala
neurologinya bersifat kronik. Pada sebagian anak, kelainan motorik lebih
dominant dan kelemahan otot lebih berat pada bagian distal.
6. Acute pandysautonomia
Tanpa sensorik dan motorik merupakan tipe SGB yang jarang terjadi.
Disfungsi dari sistem simpatis dan parasimparis yang berat mengakibatkan
terjadinya hipotensi postural, retensi saluran kemih dan saluran cerna,
anhidrosis, penurunan salvias dan lakrimasi dan abnormalitas dari pupil.
Pathogenesis
Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang
mempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada SGB masih belum diketahui
dengan pasti. Sehingga etiologi dari GBS tergolong idiopatik. Banyak ahli
membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf yang terjadi pada sindroma ini adalah
melalui mekanisme imunlogi. Bukti-bukti bahwa imunopatogenesis merupakan
mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah:
1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (cell
mediated immunity) terhadap agen infeksius pada saraf tepi.
2. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi.
3. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran
pada pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demielinisasi
saraf tepi
Proses demielinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh respon imunitas
seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnya.
Pada SGB, gangliosid merupakan target dari antibodi. Ikatan antibodi dalam sistem
imun tubuh mengaktivasi terjadinya kerusakan pada myelin. Alasan mengapa
9
komponen normal dari serabut mielin ini menjadi target dari sistem imun belum
diketahui, tetapi infeksi oleh virus dan bakteri diduga sebagai penyebab adanya
respon dari antibodi sistem imun tubuh. Hal ini didapatkan dari adanya lapisan
lipopolisakarida yang mirip dengan gangliosid dari tubuh manusia. Campylobacter
jejuni, bakteri patogen yang menyebabkan terjadinya diare, mengandung protein
membran yang merupakan tiruan dari gangliosid GM1. Pada kasus infeksi oleh
Campylobacter jejuni, kerusakan terutama terjadi pada degenerasi akson.
Perubahan pada akson ini menyebabkan adanya cross-reacting antibodi ke bentuk
gangliosid GM1 untuk merespon adanya epitop yang sama. Berdasarkan adanya
sinyal infeksi yang menginisisasi imunitas humoral maka sel-T merespon dengan
adanya infiltrasi limfosit ke spinal dan saraf perifer. Terbentuk makrofag di daerah
kerusakan dan menyebabkan adanya proses demielinisasi dan hambatan
penghantaran impuls saraf.
Gejala klinis
Secara umum, gejala pertama dari GBS adalah nyeri, kelemahan, kebas dan
paraesthesia pada kedua ekstremitas (simetris). GBS merupakan penyebab
paralisis akut yang dimulai dengan rasa baal, dengan ciri khas parestesia pada
bagian distal dan diikuti secara cepat oleh parese atau paralisis ke empat ekstremitas
yang bersifat asenden. Parestesia ini biasanya bersifat bilateral simetris. Refleks
fisiologis akan menurun dan kemudian dapat menghilang sama sekali.
Hipoventilasi akibat kelemahan otot respirasi dan diafragma, retensi sekret
akibat hilangnya refleks batuk , hilangnya mekanisme protektif jalan napas dan
disfungsi autonomy (takikardia/bradikardia, aritmia, hiper/hipotensi) dapat
timbul seiring berjalannya penyakit.
Jika dijabarkan secara sistematis gejala klinis yang dapat timbul pada GBS
adalah :
1. Kelemahan Motorik
Kerusakan saraf motorik biasanya dimulai dari ekstremitas bawah dan menyebar secara progresif, dalam hitungan jam, hari maupun minggu, ke ekstremitas atas, tubuh dan saraf pusat. Kerusakan saraf motoris ini
10
bervariasi mulai dari kelemahan sampai pada yang menimbulkan quadriplegia flacid. Keterlibatan saraf pusat , muncul pada 50 % kasus, biasanya berupa facial diplegia. Pasien mengalami paralisis yang khas dapat disebut juga Landry’s ascending paralysis. Kelemahan otot pernapasan dapat timbul secara signifikan dan bahkan 20 % pasien memerlukan bantuan ventilator dalam bernafas. Pada anak-anak biasanya menjadi mudah terangsang dan progersivitas kelemahan dimulai dari menolak untuk berjalan, tidak mampu untuk berjalan, dan akhirnya menjadi tetraplegia.
2. Perubahan Sensorik
Kerusakan saraf sensoris yang terjadi kurang signifikan dibandingkan dengan kelemahan pada otot. Saraf yang diserang biasanya proprioseptif dan sensasi getar. Gejala yang dirasakan penderita biasanya berupa parestesia dan disestesia pada extremitas distal. Rasa sakit dan kram juga dapat menyertai kelemahan otot yang terjadi. Pada anak anak rasa sakit ini biasanya merupakan manifestasi awal pada lebih dari 50% anak anak yang dapat menyebabkan kesalahan dalam mendiagnosis.
3. Perubahan otonom
Keterlibatan sistem saraf otonom dengan disfungsi dalam sistem simpatis dan parasimpatis dapat diamati pada pasien dengan SGB. Perubahan otonom dapat mencakup sebagai berikut; Takikardia, Bradikardia, Facial flushing, Hipertensi paroksimal, Hipotensi ortostatik. Retensi urin karena gangguan sfingter urin, karena paresis lambung dan dismotilitas usus dapat ditemukan
4. Keterlibatan saraf kranial
Keterlibatan saraf kranial tampak pada 45-75% pasien dengan SGB. Saraf kranial III-VII dan IX-XII mungkin akan terpengaruh. Keluhan umum mungkin termasuk sebagai berikut; wajah droop (bisa menampakkan palsy Bell), Diplopias, Dysarthria, Disfagia, Ophthalmoplegia, serta gangguan pada pupil. Kelemahan wajah dan orofaringeal biasanya muncul setelah tubuh dan tungkai yang terkena. Varian Miller-Fisher dari SGB adalah unik karena subtipe ini dimulai dengan defisit saraf kranial.
5. Lain-lain
Gejala gejala tambahan yang biasanya menyertai GBS adalah pasien SGB cenderung memiliki kelemahan pernafasan atau orofaringeal. Keluhan yang khas yang sering ditemukan adalah sebagai berikut; Dispnea saat aktivitas, Sesak napas, Kesulitan menelan, Bicara cadel. Kegagalan ventilasi yang memerlukan dukungan pernapasan biasa terjadi pada hingga
11
sepertiga dari pasien di beberapa waktu selama perjalanan penyakit mereka dan dapat ditemui penglihatan kabur (blurred visions).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat membantu menegakan diagnosis pada GBS antaralain:
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin dan metabolik biasanya diperiksa untuk mencari penyebab dari penyakit ini, yang sering meninbulkan GBS ialah adanya infeksi sebelumnnya, elektrolit dan fungsi liver diperiksa bila diperlukan. Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk menyingkirkan penyebab lain paralisis.
2. Pemeriksaan LCS /CSS
Kebanyakan pasien dengan GBS mempunyai kenaikan level protein LCS (>0,55g/L). Pemeriksaan cairan cerebrospinal pada 48 jam pertama penyakit tidak memberikan hasil apapun juga. Kenaikan kadar protein biasanya terjadi pada minggu pertama atau kedua. Kebanyakan pemeriksaan LCS pada pasien akan menunjukkan jumlah sel monosit < 10/mm3 (albuminocytologic dissociation).
3. Pemeriksaan EMG
Gambaran elektromiografi pada awal penyakit masih dalam batas normal, kelumpuhan terjadi pada minggu pertama dan puncaknya pada akhir minggu kedua dan pada akhir minggu ke tiga mulai menunjukkan adanya perbaikan. Pada pemeriksaan EMG minggu pertama dapat dilihat adanya keterlambatan atau bahkan blok dalam penghantaran impuls, gelombang F yang memanjang dan latensi distal yang memanjang. Bila pemeriksaan dilakukan pada minggu ke 2, akan terlihat adanya penurunan potensial aksi (CMAP) dari beberapa otot, dan menurunnya kecepatan konduksi saraf motorik.
Pada beberapa keadaan, gambaran EMG dapat normal karena demielinisasi terjadi pada otot paling proksimal sehingga tidak dapat dinilai oleh EMG.
4. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan MRI akan memberikan hasil yang bermakna jika dilakukan kira-kira pada hari ke-13 setelah timbulnya gejala. MRI akan memperlihatkan gambaran cauda equina yang bertambah besar.
5. Pemeriksaan Antibodi
12
Pemeriksaan antibody antigangliosida dilakukan bila diagnose SGB sulit ditegakan. Antibodi GM1 dan GD1 meningkat terutama pada varian AMAN dan AMSAN.
Diagnosis
Penegakan diagnosis pada GBS dilakukan dengan mengenali tanda dan gejala
serta mengekslusikan penyebab lainnya. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
bila keadaan dan fasilitas menunjang.
Kriteria diagnostik GBS menurut The National Institute of Neurological and Communicative Disorders and Stroke ( NINCDS)
Gejala utama :
1. Kelemahan yang bersifat progresif pada satu atau lebih ekstremitas
dengan atau tanpa disertai ataxia.
2. Arefleksia atau hiporefleksia yang bersifat general
Gejala tambahan :
1. Progresivitas dalam waktu sekitar 4 minggu
2. Biasanya simetris
3. Adanya gejala sensoris yang ringan
4. Terkenanya SSP, biasanya berupa kelemahan saraf facialis bilateral
5. Disfungsi saraf otonom
6. Tidak disertai demam
7. Penyembuhan dimulai antara minggu ke-2 sampai ke-4
Pemeriksaan LCS :
1. Peningkatan protein (>0,55g/L).
2. Sel MN < 10 /ul
Pemeriksaan elektrodiagnostik :
Terlihat adanya perlambatan atau blok pada konduksi impuls saraf
Gejala yang menyingkirkan diagnosis :
13
1. Kelemahan yang sifatnya asimetri
2. Disfungsi vesica urinaria yang sifatnya persisten
3. Sel PMN atau MN di dalam LCS > 50/ul
4. Gejala sensoris yang nyata
Diagnosis Differensial
Diagnosis banding yang memiliki gejala serupa GBS antaralain:
• Myelopathy Akut (cth, akibat kompresi, myelitis transversa, vascular injury)
Dasar diagnosis klinis : adanya kelemahan keempat anggota gerak dan terjadi
gangguan sensibilitas pada ekstremitas atas, bawah dan regio abdomen bawah secara
simetris dengan onset akut dan progresif, ditemukan hyponatremia pada pemeriksaan
penunjang.
Dasar diagnosis topis : adanya hipestesia dan parese pada bagian anggota gerak
(polyneuropathy)
Dasar diagnosis etiologik : sebelum kelemahan terjadi (sekitar 3 minggu) terdapat
gangguan traktus respiratorius bagian atas berupa batuk dan gatal pada tenggorokan
dan terdapat peningkatan pada leukosit.
29
PLANNING
• Terapi medikamentosa :
IVFD Asering 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Inj. Metycobalamin 1 x 1 amp
Inj. Ketorolac 2 x 30 mg extra 1 hari
Po : Paracetamol 3 x 650 mg
Metylprednisolon 4 x 125 dosis tetap
PROGNOSIS
Death : Dubia ad bonam
Disease : Dubia ad bonam
Dissability : Dubia ad bonam
Discomfort : Dubia
Dissatisfaction : Dubia ad bonam
Distutition : Dubia ad bomam
Diskusi III
• IVFD Asering 20 tpm
Stabilisasi hemodinamik dilakukan dengan pemberian cairan kristaloid secara
intravena.
• Injeksi ranitidine 2x1 amp
Ranitidine merupakan antagonis reseptor H2 (AH2) yang bekerja menghambat
sekresi asam lambung. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam
lambung, dengan pemberian ranitidine maka reseptor tersebut akan dihambat secara
selektif dan reversible sehingga sekresi asam lambung dihambat. Ranitidine
30
diberikan sebagai gastroprotektor dan mencegah efek samping dan interaksi obat
lain.
• Injeksi Methylcobalamin 1x1
Methylcobalamin atau mecobalamin adalah salah satu bentuk kimia dari vitamin
B12 (cobalamin), yaitu vitamin larut air yang memegang peranan penting dalam
pembentukan darah serta menjaga fungsi sistem saraf dan otak.
• Methylprednisolone 4x125 mg dosis tetap
Methylprednisolone digunakan pada indikasi alergi dan inflamasi, penyakit
reumatik yang memberi respon terhadap terapi kortikosteroid, penyakit kulit dan
saluran napas, penyakit endokrin, penyakit autoimun, gangguan hematologic,
syndrome nefrotik
• Paracetamol 2x650 mg
Parasetamol atau asetaminofen diindikasikan untuk mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, dan nyeri setelah pencabutan gigi serta menurunkan demam. Selain itu, parasetamol juga mempunyai efek anti-radang yang lemah.
• Inj. Cerftriaxone 2x1gr
Merupakan golongan sefalosporin yang mempunyai spektrum luas dengan waktu
paruh eliminasi 8 jam. Efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan negative.
Bekerja dengan menghambat pembentukan dinding kuman. Dosis IV pada dewasa
0.5-2g.
• Inj. Ketorolac 2x30mg
Ketorolac merupakan analgesik poten dengan anti-inflamasi sedang. Ketorolac
memperlihatkan efektivitas sebanding morfin, masa kerjanya lebih panjang dan efek
sampingnya lebih ringan. Karena ketorolac sangat selektif menghambat COX-1,
maka obat ini hanya dianjurkan dipakai tidak lebih dari 5 hari karena kemungkinan
tukak lambung dan iritasi lambung besar sekali.
• Renadinac 2 x 50 mg
Renadinac merupakan obat yang berisi Natrium Dikolfenak merupakan golongan
NSAID (non-steroid anti-inflamatory drug) dimana kandungan ini diindikasikan
31
untuk penyakit peradangan pada sendi dan tulang. Obat ini dapat mengurangi
peradangan dan mengurangi nyeri
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
26/09/2018
Kelemahan dan kebal
pada ekstremitas
bawah (+),
kesemutan pada
ekstremitas atas (+)
ujung-ujung jari
tangan sulit
menggenggam, sesak
nafas (+), mual (-),
muntah (-) demam (-
), BAB (-) sejak 2
hari, BAK (+)
normal, nyeri
punggung bagian
kanan (+) , cephalgia
(-)
KU: sakit sedang
Kes: compos
mentis
GCS: E4 V5 M6
TD: 132/95mmHg
N: 84 x/mnt
RR: 21 x/mnt
S: 36,1ºC
SpO2:98%
Motorik :
5 5
4 4
Sensibilitas :
hiperparestesia
Guillain-Barre
syndrome Hp-
II/Ho IX
Terapi Saraf
IVFD Asering 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Inj. Metycobalamin 1 x 1
amp
Inj. Ketorolac 2 x 30 mg
extra 1 hari
Po Paracetamol 3 x 650
mg
Metylprednisolon 4 x 125
dosis tetap
27/09/2018
Kelemahan dan kebal
pada ekstremitas
bawah (+) terasa
melayang saat
berjalan, kesemutan
pada ekstremitas atas
(+) jari tangan sulit
menggenggam, sesak
nafas (-), mual (-),
KU: sakit sedang
Kes: compos
mentis
GCS: E4 V5 M6
TD: 140/90 mmHg
N: 80 x/mnt
RR: 18 x/mnt
S: 36,5ºC
SpO2:98%
Guillain-Barre
syndrome Hp-
III/Ho X
Terapi Saraf
IVFD Asering 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Inj. Metycobalamin 1 x 1
amp
Inj. Ketorolac 2 x 30 mg
extra 1 hari
32
muntah (-) demam (-
), BAB (-) sejak 3
hari, BAK (+)
normal, nyeri
punggung bagian
kanan (+) , cephalgia
(-)
5 5
Motorik : 4 4
Sensibilitas :
hiperparestesia
Po Paracetamol 3 x 650
mg
Metylprednisolon 4 x
125 dosis tetap
28/09/2018
Ekstremitas bawah
sudah ringan namun
masih kebal pada
kaki kiri, kesemutan
pada ujung- ujung
jari tangan (+), sesak
nafas (-), mual (-),
muntah (-) demam (-
), BAB (-) sejak 4
hari, BAK (+)
normal, nyeri
punggung bagian
kanan (+) , cephalgia
(-)
KU: sakit sedang
Kes: compos
mentis
GCS: E4 V5 M6
TD: 130/90 mmHg
N: 80 x/mnt
RR: 20 x/mnt
S: 36 ºC
SpO2:99%
5 5
Motorik : 5 5
Sensibilitas :
hiperparestesia
Guillain-Barre
syndrome Hp-
IV/Ho XI
IVFD Asering 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Inj. Metycobalamin 1 x 1
amp
Inj. Ketorolac 2 x 30 mg
extra 1 hari
Po Paracetamol 3 x 650
mg
Metylprednisolon 4 x
125 dosis tetap
29/09/2018
Kelemahan dan
kebas pada
ekstremitas bawah (-)
pasien sudah dapat
berjalan, rasa kebas
hanya pada regio
inguinal dextra (+),
kesemutan pada
KU: sakit sedang
Kes: compos
mentis
GCS: E4 V5 M6
TD: 141/92 mmHg
N: 80 x/mnt
RR: 20 x/mnt
S: 36,6ºC
Guillain-Barre
syndrome Hp-
V/Ho XII
IVFD Asering 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Inj. Metycobalamin 1 x 1
amp
Inj. Ketorolac 2 x 30 mg
extra 1 hari
33
ekstremitas atas (-),
sesak nafas (-), mual
(-), muntah (-)
demam (-), BAB (-)
sudah 6 hari , nyeri
punggung bagian
kanan (-) , cephalgia
(-)
SpO2:99%
5 5
Motorik : 5 5
Sensibilitas :
Hiperparestesia
Po Paracetamol 3 x 650
mg
Metylprednisolon 4 x
125 dosis tetap
30/09/2018
Kelemahan dan
kebas pada
ekstremitas bawah (-)
pasien sudah dapat
berjalan, rasa kebas
hanya pada regio
inguinal dextra (-),
kesemutan pada
ekstremitas atas (-),
sesak nafas (-), mual
(-), muntah (-)
demam (-), BAB (-)
sudah 6 hari , nyeri
punggung bagian
kanan (-) , cephalgia
(-)
KU: sakit sedang
Kes: compos
mentis
GCS: E4 V5 M6
TD: 140/90 mmHg
N: 68 x/mnt
RR: 20 x/mnt
S: 36,9 ºC
SpO2:98%
5 5
Motorik : 5 5
Sensibilitas :
Hiperparestesia (+)
Guillain-Barre
syndrome Hp-
VI/Ho XIII
IVFD Asering 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Inj. Metycobalamin 1 x 1
amp
Po Paracetamol 3 x 650
mg
Program : bila stasioner,
senin BLPL.
34
01/10/18
Kelemahan dan
kebas pada
ekstremitas bawah (-)
pasien sudah dapat
berjalan, rasa kebas
hanya pada regio
inguinal dextra (-),
kesemutan pada
ekstremitas atas (-),
sesak nafas (-), mual
(-), muntah (-)
demam (-), BAB (+)
, nyeri punggung
bagian kanan (-) ,
cephalgia (-)
KU: sakit sedang
Kes: compos
mentis
GCS: E4 V5 M6
TD: 150/90 mmHg
N: 72 x/mnt
RR: 20 x/mnt
S: 36,5 ºC
SpO2:98%
5 5
Motorik : 5 5
Sensibilitas :
Hiperparestesia (+)
Guillain-Barre
syndrome Hp-
VII/Ho XIV
(BLPL)
Inf. Asering 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
(H.VI)
Inj.meticobalamin 1x1
Inj. Ranitidine 2x1
Po : paracetamol 3x650
BLPL
Obat pulang :
Ranitidin 2 x 1
Metycobalamin 3 x 500
Renadinac 2 x 50
Metylprednisolon 2 x 32
mg
Kontrol ke poli saraf 5
hari lagi ( 6/10/18)
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, S. N. 2013. Sindroma Guillain-Barre dalam Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan
II Neurologi Malang 2013. PT Danar Wijaya, Malang. p27-42
Overview of Guillain-Barre Syndrome. http:// www.mayoclinic.com /health/ guillain-
barre- syndrome /DS00413/ DSECTION.
Newswanger Dana L., Warren Charles R., Guillain-Barre Syndrome,
http://www.americanfamilyphysician.com.
Japardi I. Sindroma Guillan-Barre. FK USU Bagian Bedah. Available from :