10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dehidrasi 1. Definisi Dehidrasi Hidrasi difenisikan sebagai keseimbangan cairan dalam tubuh yang memiliki peran penting dalam fungsi metabolisme sel tubuh. Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh secara berlebihan disebabkan oleh asupan cairan yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh dikarenakan terbuangnya cairan lebih banyak dari pada cairan yang masuk (Buanasita et al., 2015). Konsumsi cairan dalam tubuh yang tidak tercukupi dapat mempengaruhi kebugaran,penurunan konsesntrasi, kelelahan dan status hidrasi (Ramdhan & Rismayanthi, 2016). Cairan dalam tubuh manusia bekerja secara terus menerus terutama pada saat seseorang melakukan aktivitas fisik, semakin banyak serta tingginya aktivitas fisik yang dilakukan menyebabkan terjadinya panas yang dihasilkan oleh metabolisme energi dalam tubuh ikut serta mengalami peningkatan, terjadinya kelebihan panas dalam tubuh akan di keluarkan melaui keringat. Kringat bukan hanya yang dihasilkan oleh air dalam proses metabolisme, namun air juga dapat di peroleh melalui konsumsi asupan cairan sehari-hari, sehingga apabila cairan di dalam tubuh berkurang dan jika terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama serta tidak segera diimbangi dengan mengkonsumsi cairan yang cukup maka tubuh dapat mengalami terjadinya dehidrasi (Panggalih et al., 2016).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dehidrasi
1. Definisi Dehidrasi
Hidrasi difenisikan sebagai keseimbangan cairan dalam tubuh yang
memiliki peran penting dalam fungsi metabolisme sel tubuh. Dehidrasi adalah
kehilangan cairan tubuh secara berlebihan disebabkan oleh asupan cairan
yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh dikarenakan terbuangnya cairan lebih
banyak dari pada cairan yang masuk (Buanasita et al., 2015). Konsumsi
cairan dalam tubuh yang tidak tercukupi dapat mempengaruhi
kebugaran,penurunan konsesntrasi, kelelahan dan status hidrasi (Ramdhan &
Rismayanthi, 2016).
Cairan dalam tubuh manusia bekerja secara terus menerus terutama pada
saat seseorang melakukan aktivitas fisik, semakin banyak serta tingginya
aktivitas fisik yang dilakukan menyebabkan terjadinya panas yang dihasilkan
oleh metabolisme energi dalam tubuh ikut serta mengalami peningkatan,
terjadinya kelebihan panas dalam tubuh akan di keluarkan melaui keringat.
Kringat bukan hanya yang dihasilkan oleh air dalam proses metabolisme,
namun air juga dapat di peroleh melalui konsumsi asupan cairan sehari-hari,
sehingga apabila cairan di dalam tubuh berkurang dan jika terjadi dalam
jangka waktu yang cukup lama serta tidak segera diimbangi dengan
mengkonsumsi cairan yang cukup maka tubuh dapat mengalami terjadinya
dehidrasi (Panggalih et al., 2016).
11
Status hidrasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok (Ratih &
Dieny, 2017) :
a. Euhidrasi: status cairan normal atau seimbang dalam tubuh
b. Hiperhidrasi: status cairan dalam kondisi berlebih pada tubuh (awater
excess)
c. Hipohidrasi: status cairan berkurang dalam tubuh (awater deficit)
d. Dehidrasi: proses kehilangan air di dalam tubuh yang menyebabkan
tubuh mengalami kekurangan cairan
e. Rehidrasi: suatu proses mengembalikan cairan tubuh, sehingga tubuh
dapat terhidrasi kembali
Secara fisiologis, dehidrasi merupakan suatu proses ketika cairan dalam
tubuh seimbang (euhidrasi) ke status cairan dalam tubuh berkurang
(hipodehidrasi). Dehidrasi yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan
cairan elektrolit dapat menjadi parah bila disertai lamanya aktivitas fisik yang
berada di udara panas serta adanya faktor individu seperti usia, status gizi,
dan kebiasaan pola minum pada remaja (Nilamsari et al., 2018). Dehidrasi
dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan,pusing, lemas, menurunnya
urinasi, serta adanya peningkatan denyut nadi dan respirasi (Merita et al.,
2018).
Kondisi dehidrasi yang berkelanjutkan dapat memicu terjadinya
pengentalan pada sirkulasi darah yang dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan fungsi organ (Penggalih et al., 2014). Dehidrasi di klasifikasikan
menjadi tiga bagian yaitu pertama dehidrasi ringan, kedua dehidrasi sedang,
dan ketiga dehidrasi berat (Abdillah & Jusoh, 2018). Dehidrasi ringan dapat
12
dilihat dari 4% berat badan, dehidrasi sedang 6% dari berat badan dan
dehidrasi berat 8% dari berat badan (Leksana, 2015).
2. Gejala dan Tanda Dehidrasi
Rasa lemas, rasa haus berlebih , pusing, pegal, kram otot , cepat lelah dan
pandangan menjadi gelap pada posisi berdiri lama, perubahan suasana hati
(mood), penurunan konsentrasi merupakan tanda dan gejala yang dirasakan pada
tingkat dehidrasi ringan (Bahrudin & Nafara, 2019). Pada tingkat yang lebih
berat ketika tubuh mengalami kehilangan cairan <6% berat badan dapat
menimbulkan kekakuan pada otot, kegagalan fungsi ginjal, bibir membiru dan
bisa berakibat fatal atau menyebabkan kematian (Sari & Nindya, 2017)
Table 1.1 Presentasi Kehilangan Air Tubuh Dengan Tanda dan
Gejalanya (Sumber : Ratih & Dieny, 2017)
% Kehilangan Berat Badan
Karna Air
Tanda yang ditimbulkan
1-2 Rasa haus yang begitu kuat, perasaan
tidak nyaman, dan kehilangan cita rasa
3-5 Mulut terasa kering, kosentrasi menurun
pada saat bekerja dan menjadi sulit untuk
fokus dalam bekerja, gemetar berlebihan,
kulit terasa panas, muntah, mengantuk,
tidak sadarkan diri, ketidak stabilan
emosi, pengeluaran urin berkurang
6-8 Peningktan suhu tubuh, kenaikan denyut
jantung serta laju pernafasan, sesak
nafas, sakit kepala, artikulasi berbicara
tidak lancer otot lemah dan membiru
9-11 Mengalami kejang, berhalusinasi, lidah
terlihat membengkak,sirkulasi
keseimbangan lemah, gagal ginjal dan
menurunnya volume tekanan darah
13
3. Faktor Risiko Terjadinya Dehidrasi
a. Usia
Batasan usia remaja menurut para ahli diklasifikaskan menjadi tiga
rentan usia yaitu usia 10-14 tahun merupakan usia remaja awal , usia 15-17
tahun merupakan usia remaja menengah, usia 18-20 tahun merupakan usia
remaja akhir dan usia 20-30 tahun merupakan tahap awal remaja dewasa
(Febriyanti & Widartika, 2018). Menurut Briawan et al., (2011) usia remaja
seringkali mengelami dehidrasi disebabkan oleh tingginya aktivitas fisik yang
tidak diimbangi dengan asupan cairan serta kurangnya kesadaran,
pengetahuan tentang konsumsi air minum yang cukup.
b. Jenis Kelamin
Menurut Febriyanti & Widartika (2018) berdasarkan Dietary
Recommendation International laki laki membutuhkan asupan cairan 2,4-3,7
liter/hari sedangkan wanita 2,1-2,7 liter/hari, hal tersebut dikarenakan laki-
laki lebih sering melakukan aktivitas fisik daripada wanita sehingga
membutuhkan asupan cairan yang lebih banyak untuk menggantikan cairan
yang dikeluarkan. Selain itu komponen air dalam tubuh laki-laki lebih banyak
daripada perempuan dikarenakan pada saat menginjak usia remaja wanita
mengalami masa pubertas dan masa lemak tubuh yang lebih tinggi, sehingga
presentasi air pada wanita lebih rendah daripada remaja laki-laki.
Pengaruh hormonal terhadap wanita memicu terjadinya kerentanan
dehidrasi, dimana pengaruh hormonal tersebut dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan elektrolit sehingga menyebabkan kecenderungan
14
mengkonsumsi makanan pada wanita lebih tinggi daripada mengkonsumsi
minuman (Ernovitania & Sumarmi, 2017)
c. Status gizi
Status gizi cukup dan baik dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
perkembangan yang optimal pada usia remaja, komposisi nilai gizi yang
cukup dapat mempengaruhi ketahanan tubuh sehingga tubuh tidak rentan
terkena penyakit. Selain itu status gizi juga dapat membantu untuk
mendeteksi lebih dini resiko terjadinya masalah kesehatan salah satunya
dehidrasi. Asupan cairan pada seseorang dengan status gizi normal dan non
obesitas berbeda dengan asupan cairan pada obesitas yaitu asupan cairan
pada obesitas 2 kali lebih banyak daripada seseorang dengan status gizi
normal (Bakri, 2019).
d. Overweight
Kelebihan berat badan (overweight) menjadi salah satu faktor
terjadinya dehidrasi hal ini dikarenakan terjadinya ketidakseimbangan
elektrolit dalam tubuh sehingga menekan seseorang untuk meningkatkan
nafsu makan. Meningkatnya nafsu makan dapat menurunkan konsumsi
asupan cairan dalam tubuh, kandungan air dalam tubuh obesitas lebih
sedikit daripada non obesitas hal tersebut dikarenakan kandungan air dalam
sel lemak lebih rendah dari pada kandungan air dalam sel otot, sehingga
dengan orang yang mengalami obesitas lebih sering terjadi kekurangan
asupan cairan dan mengalami dehidrasi daripada orang dengan non obesitas
(Merita et al., 2018)
15
e. Aktivitas fisik
aktivitas fisik merupakan gerak tubuh yang melibatkan otot-otot
skeletal dan menyebabkan pengeluaran energi. Akivitas fisik tergolong
menjadi 3 yaitu, aktivitas fisik ringan,sedang,berat. Selama aktivitas ringan
yang dilakukan di suhu lingukan dingin atau sedang tubuh dapat
memproduksi keringat mencapai 100 mL/jam sedangkan aktivitas fisik
pada lingkungan panas individu dapat mengeluarkan keringat mencapai
lebih dari 3000 mL/jam (Merita et al., 2018). Semakin tinggi aktivitas fisik
yang dilakukan oleh tubuh, maka semakin banyak konsumsi air yang di
butuhkan dan semakin berpeluang untuk mengalami dehidrasi.
4. Dampak Dehidrasi
Seorang mahasiswi mempunyai berbagai macam aktivitas serta kegiatan
pengembangan diri yang menuntut untuk mempunyai ketahanan serta kondisi
fisik yang kuat. Kondisi fisik yang kuat dapat dipenuhi dengan asupan cairan
yang cukup sehingga tubuh dapat terhidrasi dengan baik. Asupan cairan yang
tidak terpenuhi dapat memicu terjadinya faktor dehidrasi pada tubuh, dehidrasi
memiliki dampak negatif yang dapat menggu aktivtas sehari-hari seperti sakit
kepala, mengantuk ,mual, perubahan mood, menurunkan daya tahan tubuh,
ingatan jangka pendek, gangguan keseimbangan, serta dapat berdampak pada
penurunan kognitif yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar pada
mahasiswi (Ramadhan, 2020).
Menurut Kramer et al., (2012) dehidrasi dapat berdampak buruk terhadap
kardiovaskular yaitu dapat memicu terjadinya penurunan volume darah, tekanan
darah menurun, peningkatan denyut nadi serta penuruhan curah jantung.
16
Dehidrasi berkepanjangan dapat meningkatan kekentalan darah (visikositas)
terjadinya peningkatan visikositas dapat mempengaruhi penurunan plasma darah
yang diakibatkan dari kurangnya cairan dalam darah, dan membuat aliran darah
menjadi lambat sehingga jantung harus ekstra bekerja untuk memompa darah
hal tersebut dapat memicu terjadinya tekanan darah tingi (Samodra, 2020).
5. Fisiologi Dehidrasi
Air merupakan komponen terbesar dalam tubuh manuisa 60% pada orang
dewasa terdiri atas air. Jumlah cairan dalam tubuh terkait pada usia, jenis
kelamin serta drajat status gizi pada seseorang. Cairan tubuh terbagi menjadi dua
komponen : (William, 2017)
a. Cairan Intraseluler
Ciran intraseluler merupakan cairan yang terdapat di dalam sel,
terdiri kurang lebih 2/3 cairan dalam tubuh pada orang dewasa.
b. Cairan Ekstraseluler
Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang terdapat di luar sel,
cairan ekstraseluler mencangkup plasma dan cairan interstitial. Cairan
interstitial meiliki jumlah yang lebih banyak dari pada plasma, 4/5 cairan
interstitial terdiri dari cairan ekstraseluler sedangkan plsma terdiri dari 1/5
cairan intraseluler.
Dehidrasi merupakan suatu hal yang berhubungan dengan
keseimbangan cairan dalam tubuh. Keseimbangan cairan adalah suatu
bentuk kontrol tubuh untuk menjaga homeostasis. Homeostasis merupakan
kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri serta menjaga keseimbangan
17
kondisi cairan di dalam tubuh mengenai perubahan lingkungan skitar
(Amalia et al., 2016)
Terdapat dua jenis faktor untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dalam tubuh yaitu : (William, 2017)
a. Proses Volume Cairan Ekstraseluler
Volume cairan ekstraseluler penting untuk di jaga keseimbangannya
karna bisa mempengaruhi tekanan darah, tubuh dapat menjaga volume
cairan ekstraseluler dengan mengatur kadar natrium (garam) dalam
tubuh. Apabila volume cairan ekstraseluler menurun dapat menyebabkan
terjadinya penurunan tekanan darah. Jumlah kandungan garam di dalam
tubuh sebanyak 10,5 g/hari, sementara itu pengeluaran garam dari dalam
tubuh sebnyak 0.5 g/hari melwati keringat dan fases, sedangkan 10 g/hari
garam pengeluarannya terkontrol oleh ginjal.
Manusia mengkonsumsi garam bukan karna untuk memunhi
kebutuhan tubuh, tetapi manusia mengkonsumsi garam karna rasa garam
yang membuat masakan menjadi lebih enak, akibatnya natrium dalam
tubuh mengalami peningkatan dan penumpukan di dalam cairan
ekstraseluler. Natrium yang meningkat dapat menghambat
keseimbangan cairan dalam tubuh , terhambatnya keseimbangan cairan
dalam tubuh dapat memicu terjadinya faktor dehidrasi. Untuk
mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh ,cairan ekstraseluler
mengalami peningkatan yang menyebabkan kerja tubuh dalam
memompa darah juga mengalami peningkatan sehingga terjadinya
tekanan darah tinggo. Selain itu ginjal ikut serta berperan dalam proses
18
sekresi natirum yang dapat menjadi faktor risiko adanya gangguan fungsi
ginjal.
b. Proses Osmolaritas Cairan Ekstraseluler
Osmolaritas merupakan jumlah volume zat terlarut dan pelarut yang
berpengaruh terhadap tekanan osmotik yang menyebabkan pergerakan
cairan tubuh (Rambert, 2014). Terjadinya peningkatan osmolaritas dapat
menyebabkan rangsangan pada hipotalamus yang kemudian akan dibawa
menuju ke rangsan neuron hipotalamus. Proses ini merupakan sinyal tubuh
ketika osmolaritas dalam tubuh terlalu tinggi, sehingga menyebabkan rasa
haus dan membuat orang lebih banyak mengkonsumsi air minum.
Osmolaritas cairan ekstraseluler dapat di turunkan dengan mengkonsumsi
air minum agar tubuh mengurangi terjadinya faktor dehidrasi
5. Pengukuran Status Dehidrasi
Pengukuran status dehidrasi di dapat dilakukan mdengan cara
melakukan observasi langsung berdasarkan Urine Chart Colour. Metode ini
dipilih karna mudah untuk dilakukan, waktu analisis singkat, sering dilakukan,
ketepatan baik serta rendahnya resiko bagi subjek. Pengambilan sample urin
menggunakan botol kaca bening, setalah itu urin di bandingkan dengan warna
yang ada di UCC (Fitriah et al., 2018)
19
Gambar 2.1 Urine Chart Colour (Megahed et al., 2019)
Setelah dilakukannya pengambilan urine melakukan botol pot kaca,
selanjutnya warna urin akan dibandingkan dengan nomer 1-3 mengalami
dehidrasi dengan baik, nomer 4-6 bersatus dehidrasi sedang, dan nomer 7-8
mengalami dehidrasi berat.
B. Tekanan Darah
1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah diefinisikan sebagai jumlah energi yang diperlukan oleh
jantung pada saat menekan darah terhadap arteri ketika jantung memompakan
darah ke seluruh tubuh (Puspita & Widajati, 2017). Tekanan darah terbagi
menjadi dua yaitu tekanan sistolik dan tekanan darah diastolik.
Tekanan darah sistolik merupakan tekanan tertinggi akibat jantung bilik
kiri memompa darah ke arteri, sedangkan tekanan darah diastolik merupakan
tekanan rendah karena pada saaat jantung beristirhat.Tekanan darah dapat
20
dikatakan normal pada saat tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg,
sedangkan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg (Amiruddin et al.,
2015)
2. Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah
a. Usia
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada
seseorang yaitu usia. Hubungan antara usia dan tekanan darah
dikarenakan semakin bertmabahnya usia seseorang maka akan
menyebabkan terjadinya kelenturan atau elastisitas pembuluh darah
semakin berkurang (Nilamsari et al., 2018)
b. Jenis kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang terlalu relavan terhadap
tekanan darah pada perempuan atau laki laki. Laki laki cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi setalah masa pubertas,
sedangkan pada wanita tekanan darah bisa meningkat setalah masa
menopouse, hal ini sebabkan karena adanya produksi hormone estrogen
yang mengalami penrunan saat terjadi menopause (Aristoteles, 2018)
c. Genetik
Faktor genetik merupakan risiko terbesar seseorang dapat terkena
hipertensi dari pada dengan seseorang yang tidak memiliki faktor
genetik. Selain itu faktor genetik juga berhubungan dengan metabolisme
pengaturan garam serta renin membran sel (Agustina & Raharjo, 2015).
21
d. Gaya hidup
Gaya hidup pada remaja terutama pola makan yang sering
dilakukan yaitu mengkonsumsi makanan cepat saji yang mengandung
tinggi natrium, lebih sering mengkonsumsi makanan-makanan
berlemak serta jarang mengkonsumsi buah dan sayuran hal tersebut
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sistol (Merdianti et al.,
2019).
3. Jenis Tekanan Darah
a. Tekanan Darah Normal (Nermotensi)
Tekanan darah dikatakan normal yaitu ketika darah sistolik <120 mmHg
dan diastolik <80 mmHg
b. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)
Hipotensi merupakan penurunan tekanan darah sistolik ≥ 20 mmHg atau
terjadinya penurunan tekanan darah ≤ 90 mmHg pada saat tekanan darah
sisitolik ≤ 100 mmHg, sehingga pada setiap organ dari badan tidak menerima
aliran darah yang cukup dapat menimbulkan terjadinya gejala darah rendah
(Hamonangan et al., 2014)
c. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keaadan dimana
tekanan sistolik pada seseorang ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90
mmHg, menurut WHO hipertensi adalah terjadinya peningkatan sistolik
22
sebesar 160 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 95mmHg (Agustina &
Raharjo, 2015).
4. Efek Dehidrasi Terhadap Tekanan Darah
Perubahan tekanan darah dapat di picu oleh 2 faktor utama yaitu volume
darah dalam sisitem sirkulasi dan adanya hambatan terhadap tekanan darah.
Pada saat seseorang melakukan aktivitas berat dapat memicu terjadinya
pengeluaran keringat sehingga dapat meningkatkan osmolalitas plasma,
kepadatan volume darah dan tekanan darah (Krisnawati et al., 2011)
Dehidrasi pada tubuh apabila berkelanjutkan dapat mengakibatkan
pengentalan pada darah, kondisi dehidrasi dapat mempengaruhi keadaan tekanan
darah serta denyut jantung seseorang yang di amati dengan menggunakan
pengukuran ortostatik atau disebut hipotensi artostatik. Hipotansi artostatik
adalah terjadinya penurunan terhadap tekanan darah sistolik 20 mmHg atau
tekanan darah diastolik 10 mmHg dimana seseorang merasakan pusing ketika
hendak berdiri dari duduk, konsentrasi menurun, pandangan menjadi kabur, dan
merasa lemas (Anggraeni & Fayasari, 2020)
5. Fisiologi Tekanan Darah
Menurut Chalik (2016) fisilogis tekanan darah dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Curah Jantung
Tekanan darah menggambarkan hubungan antara curah jantung,
resistensi perifer, volume darah , kekentalan darah dan elastisitas arteri.
Curah jantung dapat meningkat saat waktu melakukan pekerjaan
berat,peningkatan suhu lingkungan,strees, serta dalam keadaan hamil,
23
dan curah jantung dapat menurun ketika waktu tidur atau beristirahat,
penurunan atau peningkatan curah jantung dapat mengakibatkan
perubahan yang sebanding pada tekanan darah. Volume darah dapat
berkurang disebabkan oleh terjadinya perdarahan berat, muntah, diare
atau asupan cairan yang kurang, volume darah yang berkurang dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah
b. Resistensi Perifer
Resistensi perifer yaitu perlawanan terhadap aliran darah yang
terjadi karena adanya gesekan darah terhadap dinding pembuluh darah.
Kenaikan resistensi perifer dapat menyebabkan adanya peningkatan
pada tekanan darah, sedangkan penurunan resisteni perifer dapat
menurunkan tekanan darah. Resistensi perifer dipengaruhi oleh
diameter dan tonus otot pada pembuluh darah. Semakin besar ukuran
lumen pada pembuluh darah maka semakin meningkat resistensinya
terhadap aliran darah, adanya peningkatan resistensi aliran darah dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah , sedangkan pada
saat dilatasi akan terjadi penurunan resistensi dan tekanan darah
menurun
c. Volume Darah
Volume darah yang bersikulasi pada system vaskular dapat
berpengaruh terhadap tekanan darah. sebagian besar orang dewasa
mempunyai 500mL volume darah. volume tekanan darah biasanya
tetap, jika terjadi peningkatan pada volume darah maka akan memicu
terjadinya peningkatan tekanan terhadap dinding arteri. Sebagai contoh
24
pada saat cairan infus dimasukan melalui intervena jika pergerakannya
cepat dan tidak terkontrol dapat memicu terjadinya peningkatan
tekanan darah, dan pada saat volume darah berkurang (terjadinya
dehidrasi) tekanan darah akan menurun.
d. Kekentalan Darah (Visikositas)
Visikositas atau kekentalan pada darah dapat mempengaruhi
percepatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil. Kekentalan
darah di tentukan oleh hematocrit (presentase sel darah merah dalam
darah). Jika terjadi peningkatan hematocrit maka laju darah akan
melambat dan tekanan arteri mengalami peningkatan, sehingga
membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah pada
system sirkulasi.
e. Elastisitas Arteri
Dinding arteri normal mempunyai sifat elastis serta dapat
memanjang. Adanya peningkatan tekanan dalam arteri menjadi faktor
penyebab terjadinya perubahan diameter pada pembuluh darah.
Disensibilitas arteri dapat mengurangi terjadinya fluktasi besar dalam
tekanan darah, akan tetapi pada penyakit tertentu seperti artericlorosis
yaitu hilangnya elastisitas dinding pembuluh darah, yang di gantikan
dengan jaringan fibrosis tidak dapat mengalami peregangan dengan
baik sehingga resistensi terhadap jaringan darah semakin meningkat,
akibatnya pada saat ventrikal kiri memompakan stroke volume
pembuluh darah tidak dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan.