yang telah saling me- mahami satu dengan yang lain. Arus ataupun gelombang musim barat pun dapat dilalui karena para juru mudi seolah telah mengenal laut dengan lekat; bahkan musim barat pun terka- dang dipakai sebagai salah satu pertanda ban- yak atau sedikitnya cu- rah hujan. Perhitungan- perhitungan siklus bulan menjadi petunjuk kapan waktu metting yang kaya akan ikan atau kerang; deburan gelombang menjadi isyarat dari Manusia dan Laut Kehidupan jemaat dan masyarakat (orang) Semau sangatlah dekat dengan laut. Selain ke- bun dan sawah, laut menjadi tempat di mana orang Semau menggan- tungkan kehidupan mereka. Para nelayan selalu melaut untuk mengambil hasil berupa ikan, kerang, cumi, guri- ta (pado) dan lain se- bagainya. Pengusaha transportasi laut (perahu) dan juru mudi perahu mencari nafkah di laut; petani rumput laut melakukan budidaya rumput laut untuk menopang kehidupan keluarga; belum lagi pe- rusahaan mutiara yang menggali kekayaan yang juga disediakan oleh laut. Pergaulan dengan laut telah menjadikan hubungan dengan laut seperti sahabat karib Karena badai, sebuah kapal tenggelam di lautan luas. Yang selamat hanyalah dua laki-laki yang berhasil berenang ke sebuah pulau terpencil. Di sana mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat, kecuali berdoa. Namun untuk mengetahui doa siapa yang lebih manjur, mereka memutuskan membagi pulau tersebut menjadi dua bagian. Kemudian mereka pun berpisah untuk menempati daerah masing-masing. Pertama mereka berdoa untuk makanan. Paginya, orang pertama mendapati sebuah pohon dengan buah-buahnya yang bergelantungan. Sementara orang yang kedua tidak menemukan apa-apa. Seminggu berlalu. Orang pertama merasa kesepian sehingga ia berdoa memohon seorang istri. Tanpa diduga, keesokan harinya ada kapal karam. Hanya seorang wanita yang berhasil selamat dan sampai ke bagian pulau yang ditempati orang pertama. Segera setelah itu, si orang pertama berdoa minta rumah, pakaian dan lebih banyak lagi makanan. Dan, ajaib! Segalanya terkabul dengan segera. Ironisnya,tetap tidak terjadi apa-apa bagi orang kedua. Akhirnya, orang pertama berdoa meminta sebuah kapal agar ia dan istrinya bisa meninggalkan pulau tersebut. Lagi, esok harinya ia menemukan sebuah kapal terdampar di bagian pulau yang ditempatinya. Buru-buru ia dan istrinya naik ke kapal hendak meninggalkan orang kedua. Ia merasa bahwa orang kedua tidak layak menerima berkat Allah karena tidak satu pun doanya dikabulkan Allah. Ketika si orang pertama hendak meninggalkan pulau, tiba-tiba terdengar suara bergemuruh dari surga: "Mengapa kamu hendak meninggalkan temanmu sendirian di pulau?" "Berkat ini hanya untukku," jawabnya. "Semua doanya tidak ada yang terkabul. Berarti ia memang tak pantas menerima apa-apa." "Kamu salah," suara itu menjawab. "Ia telah berdoa untuk satu hal dan Aku hanya mengabulkan doanya. Jika bukan karena dia, kamu tidak akan menerima semua berkat ini." "Katakan," serunya pada suara itu, "Apa yang ia doakan sehingga aku harus mempedulikannya." "Ia memohon kepada-Ku agar semua doamu dikabulkan." KAMI PUN DI TEBUS KRISTUS! (Sebuah refleksi tentang laut) Oleh : Pdt. Yulius Mau Wadu DOA SIAPAKAH YANG LEBIH BERKUASA? YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN Newsletter Klasis Semau APRIL 2017 EDISI KEDUA Penanggung-jawab Majelis Klasis Harian Semau Redaktur Utama Pnt. Adam Horison Bao Pemred Pdt. Yulius Mau Wadu, S.Th Editor Pdt. Yulius Mau Wadu, S.Th Pdt. Milson Nenotek, S.Th Pdt. Yanwart Lobo, S.Th Pdt. Arly de Haan, M.Si Design Layout Pdt. Yulius Mau Wadu, S.Th Distributor Para KMJ Se-Klasis Semau
14
Embed
A D A L A H T U H A N Newsletter Klasis Semau fileA D A L A H T U H A N Newsletter Klasis Semau E D I S I K E D U A A P R I L 2 0 1 7 Penanggung-jawab Majelis Klasis Harian Semau Redaktur
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
yang telah saling me-
mahami satu dengan
yang lain. Arus ataupun
gelombang musim barat
pun dapat dilalui karena
para juru mudi seolah
telah mengenal laut
dengan lekat; bahkan
musim barat pun terka-
dang dipakai sebagai
salah satu pertanda ban-
yak atau sedikitnya cu-
rah hujan. Perhitungan-
perhitungan siklus bulan
menjadi petunjuk kapan
waktu metting yang kaya
akan ikan atau kerang;
deburan gelombang
menjadi isyarat dari
Manusia dan Laut
Kehidupan jemaat dan
masyarakat (orang)
Semau sangatlah dekat
dengan laut. Selain ke-
bun dan sawah, laut
menjadi tempat di mana
orang Semau menggan-
tungkan kehidupan
mereka. Para nelayan
selalu melaut untuk
mengambil hasil berupa
ikan, kerang, cumi, guri-
ta (pado) dan lain se-
bagainya. Pengusaha
transportasi laut
(perahu) dan juru mudi
perahu mencari nafkah
di laut; petani rumput
laut melakukan budidaya
rumput laut untuk
menopang kehidupan
keluarga; belum lagi pe-
rusahaan mutiara yang
menggali kekayaan yang
juga disediakan oleh
laut. Pergaulan dengan
laut telah menjadikan
hubungan dengan laut
seperti sahabat karib
Karena badai, sebuah kapal tenggelam di
lautan luas. Yang selamat hanyalah dua
laki-laki yang berhasil berenang ke sebuah
pulau terpencil. Di sana mereka tidak tahu
apa yang harus diperbuat, kecuali berdoa.
Namun untuk mengetahui doa siapa yang
lebih manjur, mereka memutuskan
membagi pulau tersebut menjadi dua
bagian. Kemudian mereka pun berpisah
untuk menempati daerah masing-masing.
Pertama mereka berdoa untuk makanan.
Paginya, orang pertama mendapati sebuah
pohon dengan buah-buahnya yang
bergelantungan. Sementara orang yang
kedua tidak menemukan apa-apa.
Seminggu berlalu.
Orang pertama merasa kesepian sehingga
ia berdoa memohon seorang istri. Tanpa
diduga, keesokan harinya ada kapal karam.
Hanya seorang wanita yang berhasil
selamat dan sampai ke bagian pulau yang
ditempati orang pertama. Segera setelah
itu, si orang pertama berdoa minta rumah,
pakaian dan lebih banyak lagi makanan.
Dan, ajaib! Segalanya terkabul dengan
segera.
Ironisnya,tetap tidak terjadi apa-apa bagi
orang kedua.
Akhirnya, orang pertama berdoa meminta
sebuah kapal agar ia dan istrinya bisa
meninggalkan pulau tersebut. Lagi, esok
harinya ia menemukan sebuah kapal
terdampar di bagian pulau yang
ditempatinya.
Buru-buru ia dan istrinya naik ke kapal
hendak meninggalkan orang kedua. Ia
merasa bahwa orang kedua tidak layak
menerima berkat Allah karena tidak satu
pun doanya dikabulkan Allah.
Ketika si orang pertama hendak
meninggalkan pulau, tiba-tiba terdengar
suara bergemuruh dari surga: "Mengapa
kamu hendak meninggalkan temanmu
sendirian di pulau?"
"Berkat ini hanya untukku," jawabnya.
"Semua doanya tidak ada yang terkabul.
Berarti ia memang tak pantas menerima
apa-apa."
"Kamu salah," suara itu menjawab. "Ia
telah berdoa untuk satu hal dan Aku hanya
mengabulkan doanya. Jika bukan karena
dia, kamu tidak akan menerima semua
berkat ini."
"Katakan," serunya pada suara itu, "Apa
yang ia doakan sehingga aku harus
mempedulikannya."
"Ia memohon kepada-Ku agar semua
doamu dikabulkan."
KAMI PUN DI TEBUS KRISTUS! (Sebuah refleksi tentang laut) Oleh : Pdt. Yulius Mau Wadu
DOA SIAPAKAH YANG LEBIH BERKUASA?
Y E S U S K R I S T U S
A D A L A H T U H A N
Newsletter Klasis Semau A P R I L 2 0 1 7 E D I S I K E D U A
Penanggung-jawab
Majelis Klasis Harian
Semau
Redaktur Utama
Pnt. Adam Horison Bao
Pemred
Pdt. Yulius Mau Wadu,
S.Th
Editor
Pdt. Yulius Mau Wadu,
S.Th
Pdt. Milson Nenotek,
S.Th
Pdt. Yanwart Lobo,
S.Th
Pdt. Arly de Haan, M.Si
Design Layout
Pdt. Yulius Mau Wadu,
S.Th
Distributor
Para KMJ Se-Klasis
Semau
P A G E 2
“TUHAN Allah mengambil
manusia itu dan menempatkannya dalam taman
Eden untuk mengusahakan
dan memelihara taman itu”
( Kej. 2 : 15 )
Kamipun ditebus… (samb. Hal. 1)
kehidupan pun dapat mempengaruhi per-ilaku manusia ter-hadap alam. Ketid-aktahuan ini men-dorong orang untuk bertindak ceroboh terhadap alam.
Faktor Sosial Yang menarik dari
kasus pemboman ikan adalah tingkat inisiatif masyarakat untuk melaporkan kasus pemboman ikan sangatlah minim. Walaupun diketahui dengan jelas namun sering didiamkan sa-ja. Ini bisa terjadi ka-rena hubungan kekerabatan ataupun adanya hubungan emosional lainnya dengan para pelaku pemboman ikan. Pembiaran ini seolah mengizinkan pembo-man ikan.
Faktor rohani Tidak bisa dipungkiri
bahwa peran gereja dalam menyuarakan suara kenabiannya terhadap pelestarian laut teristimewa pem-boman ikan tidak be-gitu nyaring terdengar. Suara ke-
dalam penjualannya. Faktor Pribadi Kurangnya
kesadaran mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam membuat orang tidak peduli dengan ke-langsungan alam ini. Yang ada tiap orang berpikir tentang kebu-tuhannya, kepent-ingannya dan kepua-sannya sendiri. Kita sering lupa bahwa kelangsungan ke-hidupan manusia ju-ga sangat bergan-tung pada kelangsun-gan ala mini, terma-suk laut. Jika ekosistem laut diru-sak maka hasil laut yang baik hanya akan dinikmati dalam kurun waktu yang singkat sementara generasi-gerenasi selanjutnya hanya akan mendengar cerita tentang kekayaan alam dan mewarisi kerusakan alam laut.
Faktor pendidikan Kurangnya penge-
tahuan mengenai ke-rusakan alam laut dan dampaknya bagi
N E W S L E T T E R K L A S I S S E M A U
Faktor pendorong maraknya pemboman ikan Entah disadari atau tid-ak, cara menangkap ikan dengan bom seolah telah menjadi sebuah “budaya gelap” yang terkesan dilegalkan atau setidaknya disetujui masyarakat Semau. Buktinya adalah marak-nya pemboman ikan di pesisir Semau. Hampir setiap hari suara bom ikan terdengar. Marak-nya pemboman ikan ini sangat dipengarui oleh beberapa hal: Faktor ekonomi Dengan bom ikan,
waktu melaut lebih singkat namun hasil melimpah. Sekali membuang bom akan mendapatkan jumlah ikan yang jauh lebih banyak dari memanc-ing semalam suntuk atau menebar pukat. Dengan ikan yang banyak tentu diharap-kan penghasilan yang lebih baik. Be-lum lagi ikan hasil bom juga sangat dim-inati karena harganya yang relatif lebih mu-rah sehingga mudah
Cerita Lucu Kaki Kambing
Dalam sebuah pelajaran matematika, Ibu guru bertanya kepada murid. Ibu Guru : Kaki ayam ada berapa, Bonar ? Bonar : Dua bu Ibu Guru : Bagus, sekarang jojon, kaki kambing ada berapa ? Jojon : Delapan Ibu Guru Ibu Guru : Bagaimana bisa begitu ? Jojon : Coba hitung, 2 kaki depan, 2 kaki belakang, 2 kaki kiri dan 2 kaki kanan. Kan 2+2+2+2=8 Ibu Guru : Jojon, sungguh pintar kau seperti pejabat saja.
Kisah Refleksi
P A G E 3 E D I S I K E D U A
Sekelompok anak muda yang dalam keadaan mabuk berat datang menjemput teman mereka untuk bepergian bersama,dan memang karena mereka seumuran susah juga untuk menghentikan niat mereka. Ketika mobil yang mereka tumpangi tiba didepan rumah teman mereka, ibu anak ini mencoba menegur anak ini untuk tidak bepergian bersama mereka karena mereka semua dalam keadaan mabuk. Tetapi teguran ini tidak dapat menghentikan kemauan keras anak tersebut untuk bepergian bersama teman. Karena ibu ini sudah mencoba tetapi mereka tetap ngotot, maka ibu ini akhirnya merelakan mereka sambil berkata, “Pergilah berjalanlah
bersama Yesus.” Mendengar perkataan ibu tersebut, salah seorang anak lalu menjawab balik, ”Mobil sudah penuh, kalo ibu titip Yesus pada kami maka tidak ada tempat duduk lagi buat Yesus, yang ada cuma di
bagasi ,jadi kami menaruh Yesus di bagasi yaa”, jawab anak itu dengan sombong dan dalam keadaan mabuk berat.
Maka berangkatlah mereka bersama dalam
keadaan mabuk seperti itu, dan satu jam
kemudian terdengar kabar bahwa mobil yang
mereka tumpangi mengalami kecelakaan berat,
para polisi berdatangan ke tempat kecelakaan
tersebut, tetapi polisi lalu lintas ini jadi heran, dan
dia berbicara kepada teman polisinya, ”kecelakaan
sebegini tragis,semua anak yang ada di dalam
mobil ini meninggal, tapi ada lima rak telur dalam
bagasi yang dibawa anak-anak ini kok tidak ada
satupun yang pecah??? Tetapi ibu dari anak yang
menegur mereka juga datang dan menyaksikan
kecelakaan tersebut dan si ibu ini berpendapat
bahwa telur-telur yang tidak pecah dalam bagasi
tersebut dikarenakan... bahwa anak-anak tersebut
menaruh Yesus di bagasi maka tidak ada satupun
yang pecah, sedangkan mereka semua mati karena
tidak memberikan tempat duduk bagi YESUS.....
(Pdt. Milson Ch. Nenotek, S.Th)
konteks dalam perjanjian lama. Pengharapan Mesianis politik seperti ini juga sangat kental dalam diri orang Yahudi atau menjadi semacam konsepsi-konsepsi Yudaisme. Dalam Kisah Para Rasul 1:6,nampak harapan masih ada disaat Yesus mau naik ke sorga, mereka juga belum mengerti Misi dari ALLAH DALAM DIRI Yesus. Semua bangsa di dunia ini punya pengharapan mesianis, yang adalah seorang pelepas dari berbagai soal, dan dalam Perjanjian Baru Mesias tersebut digenapi dalam diri Yesus Kristus. Yesuslah yang menggenapi nubuatan-nubuatan Mesianis dalam Perjanjian lama. Karena itu pertanyaannya adalah kapan
Yesus diurapi olah Allah menjadi seorang
Mesias yang membawa kelepasan bagi
seluruh umat manusia? Apakah Maria yang
mengurapi Yesus sebagai Mesias dengan
minyak narwastu tersebut? Bukan!!!!..Yesus
diurapi oleh Allah di golgota. Penyaliban
adalah urapan bagi Yesus, yang adalah juga
sebuah kemenangan. Dari pengurapan itu
Allah memberikan jabatan pada Yesus
Kristus yaitu Raja. Lalu apa yang didapat
oleh Yesus yang diurapi jadi Raja tersebut?
Yang didapat dari pengurapan sebagai raja
setelah penebusan itu adalah Tuhan Yesus
diberi tempat duduk disebelah kanan Allah
Bapa.ingat hanya Yesus saja yang diberi
tempat dinsebelah
kanan ALLAH,ntidak ada satu manusiapun
yang seperti Yesus, karna itu mari tetap
mengimani Yesus yang hidup, agar di
manapun Yesus berada kitapun ada bersama
Yesus Kristus sang Mesias.......Slamat
Paskah 2017....
Setiap bangsa manapun punya pengharapan mesianis. Pengharapan tersebut tertuju pada satu tokoh yang dapat membebaskan situasi hidup mereka dari berbagai persoalan, entah itu politik, ekonomi dan berbagai soal dalam kehidupan sosial mereka. Memang dalam Perjanjian Lama, Mesias yang artinya diurapi tersebut, itu juga bisa dilantik menjadi raja untuk menyatakan Kuasa Allah, serta pelantikan seseorang sebagai Mesias selalu disertai dengan inisiasi atau upacara keagamaan, memang di daerah timur kuno ada dua konsepsi tentang Mesias. Kalau bangsa di luar Israel menganggap Mesias itu adalah seorang keturunan Allah, bisa disebut dewa atau dewi atau anak Allah, sedangkan di Israel seorang Mesias adalah seorang manusia biasa, tidak ada unsur anak Allah. Ini yang membedakan secara hakiki konsep raja di Israel dan di luar Israel, karena itu Samuel sebagai Hakim dan Imam menjadi sangat hati-hati dalam menghadapi dilematis seperti ini, sebab bangsa isrrael meminta raja seperti bangsa-bangsa lain, dan bisa juga nanti raja tersebut bertindak sewenang-wenang seperti raja dari bangsa sekitar israel. Menjadi Raja artinya dapat memerintah, dan ini berhubungan dengan kekuasaan bukan kesewenang-wenang, Tetapi intinya dalam berkuasa harus menunjukan Syalom Allah, yang membawa keutuhan pada seluruh kehidupan masyarakat. kira-kira demikian
MESIAS YANG MEMULIHKAN Kisah Para Rasul 1 : 6 Pdt. Milson Christian Nenotek, S.Th
N0 URAIAN PENERIMAAN PENGELUARAN
A.1 Dana Kebersamaan
Saldo awal 19,638,150
1 terima yuran dari jmt ko-dael mesa untuk bulan Pebuari 2017 200,000
2 Terima yuran dari jmt Imanuel Buhun untuk bln Januari 2017 150,000
3 terima yuran dari jmt Bait - el -Uitihutuan untuk bulan Pebuari 2017 150,000
4 terima yuran dari jmt Sonaf -Neka Huilelot untuk bulan Pebuari 2017 150,000
5 terima yuran dari jmt Getsemani Otan untuk bulan Pebuari 2017 150,000
6 Jual surat gerejawi
- surat baptis 15 lbr @ Rp 15,000 225,000
- Surat sidi 5 lbr @ Rp. 15,000 75,000
7 terima yuran dari jmt Semau Tenggah utara untuk bulan Januari 2017 250,000
8 terima yuran dari jmt Pniel Batuinan untuk bulan Januari 2017 150,000
9 Terima yuran dari jmt Silo onan sila untuk bln Pebuari 2017 150,000
10 Terima yuran dari Jmt Tiga Sobat untuk bln Januari 2017 250,000
11 Teriama yuran dari jmt S.S.T. untuk 2 bulan 500,000
12 Terima yuran dari jmt Semau Selatan Barat untuk bln Pebuari 2017 250,000
13 Terima yuran dari jmt Semau Selatan Barat untuk bln Januari 2017 200,000
14 Terima yuran dari Jmt Sonaf Mole Uiasa untuk bulan Jan dan Peb 300,000
15 Terima dana surplus dari Jmt Pniel Batuinan 100,000
JUMLAH 435,200 108,800 544,000 TOTAL.(1,II,III,IV,VII,VIII,) 13,111,300 191,000 1,275,350 14,577,650
Telah diterima oleh MS GMIT pada tanggal : ..................................................................................................Semau, Maret 2017
Pemegang kas
Adam Ngefak
DAFTAR PERINCIAN SETORAN TANGGUNGAN JEMAAT
KLASIS SEMAU
Bulan Maret 2017
RINCIAN DARI SETORAN
KETNAMA JEMAAT
Yang menyetor
Pnt. Erwin Darwin Mola
Sek. Kom. Keuangan
( Pdt.Rebeka.R.M.Logo.M. S.Th.)
Mengetahui:
PESAN PASKAH PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA TAHUN 2017
Kebangkitan Kristus Membebaskan Kita dari Kuasa Kematian (Roma 6:10)
Saudara-saudara umat Kristiani terkasih di mana pun
Saudara berada.
Salam Sejahtera dalam Yesus Kristus,
Dalam tradisi gereja, perayaan Paskah selalu didahului
dengan masa Prapaskah selama 40 hari. Saat ini kita sedang
berada dalam masa Prapaskah tersebut, yang lazim juga dise-
but Minggu-minggu Passion. Dalam masa ini kita diajak untuk
mengingat dan merenungkan makna penderitaan Kristus hing-
ga kematianNya di kayu salib karena dosa-dosa kita. Sebagai
pengikut Kristus, kita percaya bahwa kita mengambil bagian
dalam kematian Kristus dengan cara ‘mati’ atau
‘menguburkan’ atau meninggalkan dosa kita, dan bangkit ber-
sama Kristus kepada cara-cara hidup baru yang sesuai dengan
kehendak Kristus. (Roma 6:5-6). Kita tidak lagi membiarkan dosa
menguasai hidup kita. Karena itu, dalam masa perenungan ini,
ada baiknya kita memeriksa kehidupan pribadi, keluarga mau-
pun masyarakat kita, sambil menanyakan pada diri kita: dosa-
dosa apakah yang sedang menguasai kita? Hanya dengan
kesadaran kita akan dosa-dosa kita, serta mengandalkan rah-
mat Allah yang membawa kita kepada pertobatan dan tekad
untuk membarui hidup, kita dapat dan layak menyambut serta
merayakan Paskah.
Tidaklah berlebihan kalau kami menyebutkan bahwa kini
kita diperhadapkan dengan berbagai bentuk bayang-bayang
kematian. Dalam kehidupan berbangsa, kita sedang berada
dalam peradaban yang mementingkan jumlah penganut aga-
ma; peradaban yang mengedepankan mereka yang bersuara
keras; peradaban yang memenangkan mereka yang hidup
mapan, dan peradaban yang mengarus-utamakan kekerasan.
Kita juga sedang berhadapan dengan kecenderungan
peradaban yang mengedepankan kepentingan kelompok,
suku dan agama seraya mengorbankan nilai-nilai kebersa-
maan, kesetaraan dan kemanusiaan. Kita prihatin dengan
maraknya korupsi dan eksploitasi alam yang berlebihan, serta
peradaban yang mengutamakan kepentingan jangka pendek
dan sesaat, misalnya Pilkada lima tahunan. Semua ini mengor-
bankan nilai-nilai universal yang lebih berjangka panjang. Kita
risau dengan perkembangan peradaban sedemikian, karena
pada gilirannya akan menimbulkan perselisihan, kebencian dan
balas-dendam; suatu peradaban yang membuahkan budaya
kematian daripada budaya cinta yang menghidupkan manusia
dan segenap makhluk ciptaan Allah.
Syukurlah, berita Paskah mewartakan bahwa kematian
bukanlah kata akhir. Kematian Kristus justru merupakan cara
Allah mengalahkan kematian itu, sehingga sengat maut, yakni
kematian itu, tidak lagi berkuasa atas kehidupan kita. Dosa
tidak lagi berkuasa! Kristus telah bangkit, dan dengan itu Ia
membebaskan kita dari kuasa kematian (Roma 6:10).Oleh kare-
na itu, dengan merayakan Paskah, kita tidak hanya mewar-
takan kebangkitan-Nya, tetapi juga menghidupi kebangkitan
itu. Kita bangkit mengalahkan bayang-bayang kematian dan
kuasa dosa, yang sebaiknya kita mulai dari diri kita.
Y E S U S K R I S T U S A D A L A H T U H A N
Dalam semangat Kebangkitan Kristus yang membebaskan
kita dari Kuasa Kematian inilah kami mengajak seluruh warga
gereja dan masyarakat umum untuk:
Ikut serta dalam karya Allah memerangi segala bentukdosa
yang membawa kita ke arah bayang-bayang kematian dan
belenggu maut, seperti perilaku manipulatif-koruptif, materialis-
tis, maupun tindakan kekerasan terhadap sesame dan alam
serta kerakusan yang tak kenal batas. Kita diajak untuk memeli-
hara kehidupan bersama yang berlandaskan kasih dan keadi-
lan, dengan memberi perhatian khusus kepada mereka yang
menjadi korban kekerasan dan ketidak-adilan.
Ikut menebar bibit perdamaian dan mengupayakan
kesejukan serta kesejahteraan dalam kehidupan bersama di
tengah kemajemukan suku, bahasa, agama dan budaya
bangsa. Kekayaan Indonesia dengan keragaman suku, bahasa,
agama dan budaya, adalah karunia Allah yang harus terus kita
pelihara dan perjuangkan dalam upaya membangun Indonesia
sebagai rumah bersama yang harmonis dan damai.
Ikut berjuang melawan konsumerisme dan perilaku kon-
sumtif. Untuk itu, dalam masa Prapaskah ini, kita diajak untuk
berbela rasa denganmereka yang selama ini kurang beruntung
dan terpinggirkan dari berbagai sumber-sumber ekonomi, sosial,
dan budaya. Misalnya dengan mengurangi pola hidup kon-
sumtif dan mengkonversi pengurangan tersebut untuk aksi-aksi
solidaritas bagi mereka yang selama ini tersisih dan menderita.
Ikut serta dalam upaya pemulihan alam yang telah rusak
oleh perlakuan manusia yang ceroboh dan tamak. Kebang-
kitan Kristus tidakhanya mendamaikan Allah dengan manusia,
tetapi juga mendamaikan Allah dengan alam semesta, dan
manusia dengan alam semesta. Oleh karena itu, dalam seman-
gat Paskah kita juga diajak untuk terus mengembangkan aksi-
aksi penyelamatan bumi dan segala isinya.
Kiranya kebangkitan Kristus yang telah mengalahkan ke-
matian, melingkupi dan menyemangati kita untuk men-
galahkan berbagai bentuk dosa dan bayang-bayang kematian
dalam keseharian kita.Kristus bangkit, haleluya! Dialah
pengharapan kita.
Jakarta, Maret 2017
Atas nama Majelis Pekerja Harian PGI
TTD
Pdt. Dr. Henriette T. H-Lebang
Ketua Umum
TTD
Pdt. Gomar Gultom
Sekretaris Umum
S E P U T A R P E R A T U R A N P A S T O R A L
PENGUBURAN/PEMAKAMAN ORANG MATI
Dasar:
Yoh. 11:25, Akulah kebangkitan dan
hidup, barangsiapa percaya kepada-Ku,
ia akan hidup walaupun ia sudah mati.
1Kor. 15:3-4, Kristus telah mati karena
dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab
Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan
bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari
yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.
ARTI PENGUBURAN ORANG MATI
• Penguburan orang mati pada hakekatnya adalah
perwujudan dari pelayanan Gereja untuk memuliakan
Allah Pencipta, melalui pemberitaan kabar
keselamatan bagi umat manusia tentang kematian
dan kebangkitan Yesus Kristus.
• Penguburan orang mati adalah penghormatan gereja
kepada makhluk ciptaan Allah yang mulia, dalam
konteks budaya tertentu, melalui pelayanan ibadah
dan pastoral yang memberi pengharapan dan
memulihkan.
SIAPA YANG BOLEH DILAYANI?
Pelayanan penghiburan dan penguburan orang mati
dapat dilakukan terhadap:
1. Anggota GMIT yang meninggal dunia, mulai dari
usia 0 tahun dan seterusnya;
2. Bukan anggota GMIT atau bukan beragama Kristen,
atas permintaan keluarga yang adalah anggota
GMIT;
3. Orang tanpa identitas, atas permintaan pimpinan
instansi yang berkompeten atau atas keputusan
Majelis Jemaat jika tidak ada instansi yang terlibat.
BAGAIMANA PELAKSANAANNYA?Penguburan orang mati dilaksanakan dalam
bentuk ibadah penghiburan, ibadah
penguburan/pemakaman dan ibadah
syukur dengan berpedoman pada Tata
Ibadah yang ditetapkan oleh GMIT, dan
pastoral yang bersumber pada belas kasihan
Kristus.
BAGAIMANA TEKNIS PELAKSANAAN?
Ibadah Penghiburan dilaksanakan sebelum hari penguburan dan
dipimpin oleh Pendeta atau Penatua atau Vicaris.
Ibadah Syukur dilaksanakan setelah penguburan dan dipimpin oleh
Pendeta atau Penatua.
Ibadah Penguburan dapat dirangkai dengan acara lain yang diatur
bersama oleh keluarga dan Majelis Jemaat serta pihak lain yang terkait
dalam semangat penghormatan kepada Allah dan Pastoral bagi keluarga.
Pelayan Ibadah Penguburan oleh Pendeta dapat menggunakan
pakaian jabatan berupa toga atau kemeja berkolar, berdasarkan
keputusan Majelis Jemaat dan tidak bersifat diskriminatif.
PERLUKAH PENYERAHAN JENAZAH DARIKELUARGA KEPADA GEREJA?
Penyerahan jenazah dari keluarga kepada pejabat
gereja tidak perlu karena keluarga dan gereja
bukanlah dua kelompok terpisah.
Gereja dan keluarga ada dalam satu komunitas
persekutuan iman dengan luas lingkup yang berbeda.
Keluarga adalah komunitas terkecil dari gereja, dan
gereja adalah keluarga besar bagi seluruh komunitas
umat Allah, dengan para pejabat gereja sebagai
pelaksana pelayanan Ibadah dan pastoral.
BAGAIMANA DENGAN UNGKAPAN KHAS INI?Ungkapan-ungkapan yang tidak berdasarkan ajaran iman Kristen hendaknya
tidak digunakan oleh pelayan baik dalam Tata Ibadah maupun pastoral.
1. Penguburan didasari keyakinan dan pengharapan akan Rumah
Bapa, karena itu ucapan “semoga arwahnya diterima” dan ungkapan “di
sinilah tempat peristirahatan terakhir/sementara” tidaklah benardan hendaknya tidak diucapkan baik oleh pelayan maupun jemaat.
2. Ungkapan yang kini mulai lazim dimuat dalam liturgi penguburan yang
dalam Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus” tidaklah diperlukan.
Ungkapan tersebut secara teologis digunakan dalam rangka peneguhan
iman orang-orang hidup dan hal itu tentu tidak diperlukan mereka yang
sudah mati.
KAPAN DAN DIMANA JENAZAH DISEMAYAKMKAN?
• Waktu Ibadah penghiburan dan penguburan ditentukan atas
kesepakatan Majelis Jemaat dan keluarga. Pelaksanaan waktu
Ibadah Penguburan di rumah duka dan di tempat penguburan
jenazah dilaksanakan pada hari yang sama dalam satu rangkaian
Tata Ibadah. Ibadah Syukur dapat dilaksanakan pada waktu yang
bersamaan dengan hari penguburan atau waktu lain yang
disepakati bersama oleh Majelis Jemaat dan keluarga.
• Tempat jenazah disemayamkan di rumah duka atau tempat
tertentu yang disepakati bersama oleh keluarga. Jenazah pejabat
gereja atau anggota jemaat dapat disemayamkan di gedung
gereja berdasarkan kesepakatan Majelis Jemaat dan keluarga,
karena alasan tertentu atau alasan praktis.
SIAPA YANG MELAYANI? Penguburan orang mati dilaksanakan oleh para pejabat
pelayanan suatu jemaat dalam wilayah pelayanan jemaat
tersebut: dipimpin oleh Pendeta atau Presbiter
Penatua yang tidak berada di bawah tindakan disiplin
Gereja dan yang ditunjuk oleh Majelis Jemaat untuk
melaksanakan tugas itu.
Anggota suatu jemaat yang meninggal dan disemayamkan di
luar wilayah pelayanan jemaat asal dapat dilayani oleh
jemaat setempat berdasarkan kesepakatan Majelis Jemaat
dari kedua pihak dan keluarga.
Bersambung ke hal. 14
Sambungan dari hal. 13
BERPADULAH SUNGGUH Pulau Dewata taman wisata Rindunya hati ke gunung Liman Berpadulah sudah apa adanya Sungguh tak baik berkelaliman Kekuasaan Penindasan Keserakahan Kelaliman Nabot, Sebuah risalah Para korban tak bersalah Mereka Bukan bersalah namun disalahkan Bukan setuju tapi tertipu Bukan mengalah tetapi terpaksa Bukan kalah tapi pasrah Kyrieeleisson!!! (1 Raj 21:17-19)
By. S. A. M. Bissilisin
SEPUTAR PERATURAN PASTORAL
PUISI
BAGAIMANA DENGAN KEBIASAAN/ BUDAYA?
Segala bentuk ritual budaya suku dilaksanakan dalam kerangka penghormatan,
pengharapan dan pastoral pemulihan yang berpusat pada Allah Pemberi hidup di dalam
Yesus Kristus.
Proses ritual itu dalam terang Injil Kristus tidak lagi dilihat sebagai penyembahan
berhala atau kepercayaan sia-sia, melainkan pengharapan dan penghormatan kepada
Allah bahwa ke tempat terbaiklah si mati pergi, berjumpa dengan Allah dan para
leluhur (pendahulu), karena itu lembaran kain yang direntang, tarian, bunyi gong, dan
nyanyian, adalah simbol pengharapan dan penghormatan yang mengiring perjalanan
indah menuju Rumah Bapa di sorga.
Proses penguburan baik secara ritual maupun ibadah berlaku satu kali, sebagaimana
seorang manusia ditetapkan mati hanya satu kali. Karena itu pemindahan tulang-
belulang sesungguhnya tidak lagi memerlukan ritual dan ibadah khusus sebagaimana
saat pemakaman.
Menaruh barang milik si mati tidak diperlukan. Jawaban teologis dari kisah jubah elia:
apa yang dibutuhkan di dunia, tidak dibutuhkan di sorga karena itu tidak perlu dibawa
serta.
BAGAIMANA PELAYANAN PASCA PENGUBURAN?
Dalam semangat pastoral, kehadiran gereja melalui para
pejabatnya tetap diperlukan untuk menuntun istri atau suami,
atau anak-anak dan keluarga untuk meneruskan panggilan
hidup kudus dalam persekutuan dengan Kristus.
Ibadah lepas kabung yang seringkali dikaitkan dengan
penyelesaian makam hendaknya mengarahkan iman umat
kepada konsep “Rumah Bapa yang kekal”, dan bukan melihat
makam secara fisik. Makam mewah tidak penting, sederhana
pun tidak soal, karena yang terpenting adalah pengharapan
akan Rumah Bapa.
Pelatihan Organis Klasis Semau Di Jemaat Getsemani Otan