T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010. 1 GAMBARAN RADIOGRAFI ODONTOGENIK KERATOKISTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : T. Agus Surya NIM : 050600137 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
32
Embed
repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › ... GAMBARAN RADIOGRAFI ODONTOGENIK KERATOKISTAbasal epitel rongga mulut dan 40% sisanya berasal dari pertumbuhan reduced
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
1
GAMBARAN RADIOGRAFI ODONTOGENIK
KERATOKISTA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
T. Agus Surya NIM : 050600137
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2009
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
2
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 8 Desember 2009 Pembimbing : Tanda tangan H. Amrin Thahir, drg. ……………................................. NIP : 19510421 198403 1 001
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
3
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 8 Desember 2009
TIM PENGUJI
KETUA : Trelia Boel, drg, M. Kes, Sp.RKG
ANGGOTA : 1. H. Asfan Bahri, drg., M. Kes, Sp. RKG
2. H. Amrin Thahir, drg
3. Lidya Irani, drg
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
4
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Radiologi Dental
Tahun 2009
Teuku Agus Surya
ix + 24 Halaman
Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista
Odontogenic keratocyst (OKC) adalah kista yang berasal dari gigi (primordial
odontogenic epithelium) dan memiliki lapisan keratin serta mempunyai gejala klinis
yang agresif yaitu mempunyai tingkat rekuren yang tinggi. Pada OKC yang kecil
biasanya asimptomatik dan hanya tampak pada gambaran radiografi saja. Pada OKC
yang lebih besar biasanya menimbulkan rasa sakit, pembengkakan dan muncul fistel.
Pada kasus yang ekstrem, bahkan kista yang besar bisa tanpa rasa sakit.
Secara histopatologis epitelnya parakeratotik dengan sel basal silindris dan
kuboid yang memperlihatkan gambaran jelas parakeratotik dan kadang-kadang
ortokeratotik. Pada gambaran radiografi kista ini dapat muncul sebagai lesi unilocular,
lesi lobulated dan lesi multilocular.
Odontogenic keratocyst (OKC) lebih sering menyerang pada pria
dibandingkan wanita dan lebih sering tumbuh pada mandibula terutama di bagian
posterior mandibula. Prinsip terapi odontogenik keratokista adalah enukleasi disertai
dengan tindakan kuretase karena cenderung rekuren. Selain kecenderungan untuk
rekuren, prognosis keseluruhan untuk sebagian besar odontogenik keratokista adalah
baik.
Daftar Rujukan 17 ( 1996-2009)
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
5
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, skripsi ini telah selesai
disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat pengarahan, bimbingan, bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada :
1. Prof. Ismet Daniel Nasution, drg., PhD., Sp. Pros. selaku dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG. sebagai Ketua Departemen Radiologi Dental.
3. H. Amrin Thahir, drg. selaku dosen pembimbing skripsi sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
4. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp. BM selaku penasehat akademik yang telah
membimbing penulis selama masa perkuliahan..
5. Seluruh staf pengajar radiologi Dental yang telah memberikan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Perpustakaan USU yang telah menyediakan buku-buku serta bahan-bahan dalam
penulisan skripsi ini.
7. Wawa, Desy Purnama Sari, Muhammad Ariansyah Lubis, Bang Alex, Ira,
Rismaidar, Hamdi, Franky, Kak Yuli, Kak Rani, teman – teman yang telah memberi doa
dan semangat kepada penulis.
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
6
Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan
masyarakat.
Medan, 8 Desember 2009 Penulis
T. Agus Surya NIM : 050600137
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
7
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………..i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………………..ii HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI……………………………………………....iii KATA PENGANTAR………………………………………………………………..iv DAFTAR ISI……………………………………………………………………...….vi DAFTAR GAMBAR …………………………...……………………………..…...viii BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………1 BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, GAMBARAN HISTOPATOLOGIS DAN
Secara mikroskopis odontogenik keratokista menunjukkan gambaran yang
khas yaitu 1,2,5,6 :
1. Bentuk lapisan epitel skuamosa yang mengalami parakeratinisasi dan
mempunyai ketebalan antara 6 sampai 10 lapis sel.
2. Lapisan sel basal yang terdiri atas sel-sel berbentuk kolumner atau
kuboid yang tersusun secara palisade.
3. Pembesaran mikroskopik yang menunjukkan lumen yang dilapisi
oleh lapisan epitel yang mengalami keratinisasi.
4. Lumen yang berisi sejumlah disquamated parakeratin
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
14
Gambar 1. Lumen yang dilapisi oleh lapisan epitel yang mengalami keratinisasi 1
Gambar 2. Dinding kista tersusun atas 6-10 sel yang mengalami keratinisasi 1
2.4 Diagnosa Banding Odontogenik Keratokista
Odontogenik keratokista memiliki diagnosa banding dengan beberapa kista
rongga mulut lainnya, yaitu Kista Dentigerous, Ameloblastoma dan Kista Odontogenik
Berkalsifikasi. 10
1. Kista Dentigerous
Kista dentigerous tumbuh dari dental follicle pada gigi yang tidak erupsi atau
dari gigi yang sedang dalam masa pertumbuhan. Paling sering tumbuh di regio posterior
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
15
baik mandibula maupun maksila dan umumnya berkaitan dengan gigi molar ketiga.
Kista ini ditemukan pada semua usia dengan angka kejadian terbesar pada usia 20
tahun. 1,7,9,11,12
2. Ameloblastoma
Ameloblastoma di kenal juga dengan nama adamantinoma.
Ameloblastoma berkembang dari sel ameloblast yang merupakan epitel odontogenik
yang bertanggung jawab pada pembentukan enamel. Ameloblastoma memiliki tingkat
rekuren yang tinggi dan biasanya terjadi di dekat sudut mandibula daerah molar tiga
meskipun sebenarnya ameloblastoma dapat timbul di sepanjang alveolus, baik
mandibula(80%) maupun maksila(20%). Ameloblastoma berkembang lambat dan
timbul pada usia 30 – 50 tahun. 1,7,9,11,12
3. Kista Odontogenik Berkalsifikasi
Kista odontogenik berkalsifikasi merupakan lesi kistik yang non neoplastik
dimana lapisan epitel menunjukkan lapisan sel-sel kolumnar yang tebal dan sejumlah
kumpulan sel-sel ghost yang terdapat pada dinding kista. Sel-sel ghost ini dapat
berkalsifikasi. Kista ini dapat tumbuh di segala usia dengan angka kejadian terbesar
pada usia remaja dan sering tumbuh pada wanita dan regio yang sering adalah maksila.
Kista ini merupakan kista satu-satunya yang berkalsifikasi sehingga memiliki gambaran
campuran radio lusen dan radio opak. 1,7,9,11,13
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
16
BAB 3
GAMBARAN KLINIS ODONTOGENIK KERATOKISTA
Odontogenik keratokista dapat ditemukan pada pasien di dalam rentang usia
dari masa kanak-kanak sampai usia tua, tetapi sekitar 60% dari semua kasus yang
didiagnosis dalam masyarakat, odontogenik keratokista ditemukan pada pasien antara
10 dan 40 tahun. Kista ini lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada wanita. Sekitar
60% sampai 80% dari kasus terjadi di rahang bawah dan lebih banyak terjadi pada
ramus mandibula. 5,6,7,14
Gambar 3. Distribusi Odontogenik Keratokista pada rahang 2
Odontogenik keratokista kecil biasanya asimptomatis dan hanya ditemukan
pada gambaran radiografi saja, tidak tampak secara klinis. Odontogenik keratokista
besar mungkin dapat menyebabkan pembengkakan, dan drainase pada daerah kista.
Pada kasus yang ekstrem, bahkan kista yang sangat besar bisa tanpa rasa sakit. 2,5,,6,15
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
17
Apabila terjadi di daerah ramus, bisa menyebabkan ketidaknyamanan
pergerakan sendi TMJ. Pada saat kista membesar dapat menyebabkan malposisi gigi,
ekspansi tulang rahang dan resorpsi akar gigi serta pada kasus yang cukup ekstrem
dapat juga terjadi resorbsi tulang rahang.1,5,14
Odontogenik keratokista memiliki gambaran klinis yang hampir sama
dengan gambaran klinis kista - kista lainnya di rongga mulut, sehingga tidak dapat di
jadikan sebagai petunjuk diagnosis. Walaupun gambaran radiografi dapat memberikan
gambaran yang jelas adanya odontogenik keratokista, namun untuk diagnosis pasti
melalui pemeriksaan histopatologis. 1,2
Gambar 4. Gambaran secara ekstra oral menunjukkan adanya pembengkakan pada maksila sebelah kiri pasien. 14
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
18
Gambar 5. Gambaran secara intra oral menunjukkan adanya massa pada maksila sehingga menunjukkan pembengkakan. 14
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
19
BAB 4
GAMBARAN RADIOGRAFI ODONTOGENIK KERATOKISTA
DISERTAI DIAGNOSA BANDINGNYA
4.1 Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista
Odontogenik keratokista dapat muncul sebagai lesi unilocular, lesi lobulated
dan lesi multilocular. Pada gambaran radiogarafi, paling sering muncul dalam bentuk
lesi unilocular dengan gambaran radiolusen dikelilingi lapisan sklerotik berupa radio-
opak yang sangat tipis. Pada lesi lobulated dan lesi multilocular, adanya tulang kortikal
yang irregularly dengan bentuk scalloping. 1,5,16
Odontogenik keratokista pada maksila lebih kecil ukurannya dari pada pada
mandibula. Ketika membesar, kista ini cenderung untuk memperluas tulang sehingga
pada gambaran radiografi adanya ekspansi tulang rahang. 1,5,16
Gambar 6. Odontogenik keratokista bentuk unilocular pada regio molar tiga impacted. 16
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
20
Gambar 7. Odontogenik keratokista dengan bentuk lesi lobulated pada gambaran panoramik radiografi 16
Gambar 8. Odontogenik keratokista dengan bentuk lesi lobulated pada gambaran MRI radiografi 16
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
21
Gambar 9. Odontogenik keratokista multilokuler pada mandibula 16
4.2 Perbandingan Odontogenik Keratokista Dengan Kista Dentigerous
Pada gambaran radiografis, kista dentigerous menunjukkan radiolusen
unilokuler yang berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi. Gambaran
radiolusen tersebut berbatas jelas dengan batas yang sklerotik, sama seperti odontogenik
keratokista unilokuler. 1,7,9,11,12
Odontogenik keratokista berasal dari pertumbuhan sisa-sisa dental lamina atau
sel-sel basal epitel rongga mulut (60%) dan sisanya berasal dari pertumbuhan reduced
enamel dental follicle (40%). Sedangkan kista dentigerous tumbuh dari dental follicle
pada gigi yang tidak erupsi atau gigi yang sedang dalam masa pertumbuhan. Sehingga
kista ini selalu di jumpai pada gigi yang impacted atau dalam masa pertumbuhan.
1,7,9,11,12
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
22
Gambar 10. Kista dentigerous pada rahang bawah 3
Gambar 11. Kista dentigerous pada regio molar tiga kanan impaksi 1
4.3 Perbandingan Odontogenik Keratokista Dengan Ameloblastoma
Ameloblastoma berkembang dari sel ameloblast yang merupakan epitel
odontogenik yang bertanggung jawab pada pembentukan enamel. Pada kasus – kasus
tertentu odontogenik keratokista dapat menimbulkan rasa sakit sedangkan
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
23
ameloblastoma tidak menimbulkan rasa sakit dan pertumbuhannya lambat.
Ameloblastoma memiliki tingkat kekambuhan yang lebih tinggi (45-90%) dari pada
odontogenik keratokista (30-60%). Sama seperti odontogenik keratokista,
ameloblastoma juga sering terjadi pada ramus mandibula. 7,9,11,13
Pada gambaran radiografis, ameloblastoma sering tampak multilokular dengan
lobus yang jelas. Jika unilokular, sulit dibedakan dengan kista dentigerous atau
kelainan-kelainan tulang rahang yang memberikan gambaran radiolusensi. 7,9,11,13
Gambar 12. Ameloblastoma multilokuler pada mandibula 13
4.4 Perbandingan Odontogenik Keratokista Dengan Kista Odontogenik
Berkalsifikasi
Calcifying odontogenic cyst merupakan jenis kista yang menyerupai
odontogenic keratocysts tetapi tidak seagresif odontogenik keratokista dan tidak mudah
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
24
rekuren. Kista ini dilapisi oleh lapisan kalsifikasi, berbeda dengan odontogenik
keratokista yang dinding kistanya dilapisi oleh keratin. 1,7,9,11,14
Odontogenik keratokista sering terjadi pada posterior mandibula sedangkan
kista odontogenik berkalsifikasi sering terjadi pada maksila. Odontogenik keratokista
lebih sering terjadi pada laki-laki sedangkan odontogenik berkalsifikasi lebih sering
terjadi pada wanita. 1,7,9,11,14
Pada awal pertumbuhan odontogenik berkalsifikasi mempunyai gambaran
yang sepenuhnya radiolusen. Pada saat mengalami maturasi, akan tumbuh suatu proses
kalsifikasi yang akan ditunjukkan dengan gambaran berbatas jelas dan gambaran
campuran radiolusen dan radio-opak. Pada gambaran odontogenik berkalsifikasi dalam
bentuk unilokuler, maka diagnosis dapat mengarah pada odontogenik keratokista dan
ameloblastoma. 1
Gambar 13. Odontogenik berkalsifikasi pada maksila disertai gigi kaninus kiri atas impaksi. Adanya gambaran radiolusen dan radio-opak di dalam lumen kista. 1
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
25
BAB 5
PERAWATAN ODONTOGENIK KERATOKISTA
Odontogenik keratokista merupakan jenis kista yang paling agresif dan
mudah rekuren. Prinsip terapi odontogenik keratokista adalah enukleasi. Dikarenakan
tingkat rekuren yang tinggi dari odontogenik keratokista, maka setelah tindakan
enukleasi harus selalu disertai dengan tindakan kuretase. 1,2,5,17
Rekurensi dapat timbul akibat adanya dinding kita yang masih melekat pada
jaringan mukosa, terutama pada regio molar ketiga rahang bawah, sering terdapat
perlekatan yang kuat antara kista dan jaringan mukosa di atasnya, maka sebaiknya
dilakukan juga eksisi pada mukosa tempat perlekatannya dengan jarigan ikat untuk
mencegah kekambuhan akibat tertinggalnya sisa-sisa sel basal. Odontogenik keratokista
mempunyai kecenderungan meluas sepanjang komponen tulang spongiosa dan tidak
banyak berekspansi ke arah tulang korteks. 1,4,10
Pada kasus odontogenik keratokista yang telah meluas, di mana telah terjadi
perforasi pada tepi atau margin mandibula, maka perawatannya adalah melakukan
reseksi tulang rahang. 1,5,17
Pada kasus odontogenik keratokista yang memerlukan tindakan reseksi
rahang dilakukan apabila:
1) Bila didapatkan kembali lesi multipel setelah perawatan kuretase dan enukleasi,
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
26
2) Bila pada lesi sedemikian besar dan pada tindakan kuretase dan enukleasi akan
menyisakan sedikit tulang di bagian marginal dan akan menyebabkan hilangnya
kontinuitas rahang, maka diperlukan tindakan reseksi.
Odontogenik keratokista mempunyai kecenderungan untuk kambuh sangat
tinggi, sehingga perlu dilakukannya pemeriksaan ulang dengan interval-interval waktu
tertentu. Pada umumnya pemeriksaan ulang dilakukan pada kurun waktu 5 tahun
pertama setelah operasi dan diikuti dengan pemeriksaan selanjutnya 10 tahun kemudian.
Kista ini mempunyai kecenderungan kambuh yang tinggi, kecuali jenis orthokeratinized
odontogenik keratokista. Selain kecenderungan untuk rekuren, prognosis keseluruhan
untuk sebagian besar odontogenik keratokista adalah baik.1,2,5,17
Gambar 14. Perawatan odontogenik keratokista dengan enukleasi secara intra oral pada mandibula. 17
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
27
Gambar 15. Dilakukan kuretase setelah tindakan bedah untuk mencegah rekuren odontogenik keratokista pada maksila. 17
Gambar 16. Tindakan bedah pada pasien odontogenik keratokista pada mandibula di sertai tindakan reseksi rahang. 17
Enukleasi merupakan pilihan perawatan OKC, bahkan pada kasus OKC yang
mempunyai diameter besar perlu dilakukan tindakan bedah secara ekstra oral agar
jaringan dapat dibersihkan dengan lebih sempurna. 1
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
28
BAB 6
KESIMPULAN
Odontogenic keratocyst (OKC) adalah kista yang berasal dari gigi (primordial
odontogenic epithelium) dan memiliki lapisan keratin serta mempunyai gambaran
histopatologis yang khas yaitu epitelnya parakeratotik dengan sel basal tersusun seperti
pagar atau kuboid yang memperlihatkan gambaran jelas parakeratotik dan kadang-
kadang ortokeratotik. Kista ini berasal dari pertumbuhan sisa-sisa dental lamina atau
sel-sel basal epitel rongga mulut sekitar 60% dan 40% sisanya berasal dari pertumbuhan
reduced enamel dental follicle. Pada gambaran radiografi kista ini dapat muncul sebagai
lesi unilocular, lesi lobulated dan lesi multilocular.
Kista ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita dan sering tumbuh
di mandibula terutama di bagian posterior mandibula. Pada OKC yang kecil biasanya
asimptomatik dan hanya tampak pada gambaran radiografi saja. Pada OKC yang lebih
besar biasanya menimbulkan rasa sakit, pembengkakan dan muncul fistel. Pada kasus
yang ekstrem, bahkan kista yang besar bisa tanpa rasa sakit.
Kista ini merupakan jenis kista yang paling agresif dan mudah rekuren. Prinsip
terapi odontogenik keratokista adalah enukleasi. Dikarenakan tingkat rekuren yang
tinggi dari kista ini, maka setelah tindakan enukleasi harus selalu disertai dengan
tindakan kuretase. Selain kecenderungan untuk rekuren, prognosis keseluruhan untuk
sebagian besar kista ini adalah baik.
T. Agus Surya : Gambaran Radiografi Odontogenik Keratokista, 2010.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Danudiningrat CP. Kista Odontogen dan Nonodontogen. Surabaya: Airlangga
University Press, 2006: 14-24, 32-34
2. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral&Maxillofacial Pathology.
Second Edition . An imprint of Elseiver: Saunders, 2007: 594-597
3. WhaiteS E et al. Essential of Dental Radiography and Radiology. Third Edition.
London: Elsevier, 2003: 296-297, 300-302, 324
4. Pogrel MA. The History of The Odontogenic Keratocyst. WB Saunders 2003 : 311-