LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOKTopik Pembahasan : Kepemimpinan
Rasulullah Saw Dan Khulafaur RasyidinKelas : AKelompok : 8A.
Pembagian Tugas
NoNama Tugas Buku Rujukan
1. Namira YusufMenjelaskan tentang kepemimpinan Rasulullah SAW1.
ESQ (Ary Ginanjar)2. Shirah Nabawiyah3. Hidup Ala Rasulullah
2.Sitti Sarah Menjelaskan tentang kepemimpinan Khulafaur
Rasyidin Menjelaskan tentang kepemimpinan Abu Bakar Ash Siddiq1.
Pendidikan Agama Islam, Tarikh dan Kebudayaan Islam (Dr. Marzuki,
M.Ag) hal. 128-1342. Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan
nilai-nilai Pendidikan Islam (Hermanto, 2013) hal. 20-263.
Perkembangan Kebudayaan Islam (Mohd. Fachruddin Fuad, 1995) hal.
774. Tokoh Tokoh Besar Islam (Syeikh Muhammad Said Musri, 2007)
hal. 85. Islam Masa Khulafaur Rasyidin, Hal. 16. Tonggak Sejarah
Kebudayaan Islam IIV.7. The Early Caliphate (Khulafa- ur-
Rasyidin), (Muhammad Ali, 2007) hal 12
3.Marlina Menejelaskan tentang Kepemimpinan Umar Bin Khattab1.
Kecemerlangan Khalifah Umar Bin Khattab terjemahan H. Bustami A.
Gani dan Zainal Abidin Ahmad (Abbas Mahmud Akkad)2. Khalifah dan
Kerajaan Terjemahan. M. Al-Baqir (Al-Maududi Abul Ala)
4.IskandarMenjelaskan tentang Kepemimpinan Ustman Bin Affan 1.
Sirrah Nabawiyah( Ridha Muhammad)
5.Herlina Menjelaskan Tentang Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib1.
Sejarah Perdaban Islam (Dirasah Islmaiyah II)2. Pembaharuan dalam
Islam (sejarah Pemikiran dan Gerakan) (Harun Nasution)
KEPEMIMPINAN RASULULLAH DAN KHULAFAUR RASYIDIN
OLEH
KELOMPOK : 8
ANGGOTA: NAMIRA YUSUF: SITTI SARAH: MARLINA: ISKANDAR:
HERLINAMK: PUBLIC HEALTH LEADERSHIP
DOSEN : Dr. EDE SURYA DARMAWAN, SKM, MDM
PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKATUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEHBANDA ACEH2015
KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas dengan topikkepemimpinan rasulullah dan
khulafaurrasyidin. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak dan teman-teman yang ikut
berprtisipasi dalam pembuatan makalah ini.Laporan ini disusun dalam
rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Public Health Leadership
terselasainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan
dorongan semua pihak, , terutama bantuan dan bimbingan langsung
dari dosen pengajar mata kuliah ini yaitu Bapak Dr. Ede Surya
Darmawan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih.Kami menyadari
bahwa dalam penyelesaian tugas mata kuliah ini masihjauh dari
kesempurnaan , oleh karenanya kami mengharapkan kritik juga
saran-saran yang membangun demi kesempurnaan tugas ini di kemudian
hari.
Banda Aceh, 30 mei 2015Hormat Kami,
Kelompok 8
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiKEPEMIMPINAN1A.
Pengertian kepemimpinan1B. Karakteristik dan Tipe Kepemimpinan Nabi
Muhammad saw2C. Pengertian Khulafaur Rasyidin9D. Kepemimpinan Abu
Bakar11E. Strategi Kepemimpinan Abu Bakar12F. Lima Gaya Umar bin
Khattab dalam memimpin12G. Teladan Kepemimpinan Usman Bin Affan14H.
Pemerintahan khulafaurrasyidin pada masa Ali bin Abi Thalib15I.
Strategi Ali bin Abi Thalib dalam kepemimpinan16DAFTAR PUSTAKA
KEPEMIMPINAN RASULULLAH DAN KHULAFAUR RASYIDIN
A. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah terjemahan dari
kata leadership yang berasal dari kata leader. Pemimpin (leader)
adalah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan merupakan
jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah
kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin yang artinya bimbing
atau tuntun. Dari pimpin lahir lah kata kerja memimpin yang artinya
membimbing dan menuntun (Pramuji, 1995 dalam Makmun, 2012).
Kepemimpinan mempunyai arti yang sangat beragam bahkan dikatakan
bahwa definisi kepemimpinan sama banyak dengan orang yang berusaha
mendefinisikannya. Para peneliti biasanya mendefinisikan
kepemimpinan sesuai dengan perspektif individual dan aspek dari
fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Kepemimpinan telah
didefinisikan dalam kaitannya dengan cirri-ciri individual,
perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi,
hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi administrasi, serta
persepsi orang lain mengenai keabsahan dari pengaruh (Yulk,1998
dalam Maknun, 2012).Menurut Robins (1991) kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja
mencapai tujuan dan sasaran. Sumber dari pengaruh dapat diperoleh
secara formal yaitu dengan menduduki suatu jabatan manajerial yang
didudukinya dalam suatu organisasi. Locke (1997) melukiskan
kepemimpinan sebagai suatu proses membujuk (inducing) orang lain
menuju sasaran bersama . Definisi ini mencakup tiga hal, pertama
kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi ( Relational Concept).
Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para
pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin.
Tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa para pemimpin yang
efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan
berelasi dengan para pengikut mereka. Kedua, kepemimpinan adalah
suatu proses. Agar bias memimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu.
Ketiga, kepemimpinan harus membujuk orang lain untuk mengambil
tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara,
seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model
(menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman,
restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan
visi.[footnoteRef:2] [2: Makmun, MA, 2012, Pengelolaan Pendidikan,
bandung, pt kaukaba ]
B. Karakteristik dan Tipe Kepemimpinan Nabi Muhammad sawAllah
memerintahkan pada manusia, khususnya orang-orang yang beriman,
agar taat dan patuh kepada Rasulullah saw. Ketaatan dan kepatuhan
pada beliau sebagai manusia pilihan Allah SWT. merupakan perwujudan
kepemimpinan Allah SWT. secara nyata di muka bumi ini.
Kepribadiannya sebagai pemimpin di dalam pola pikir, bersikap dan
berperilaku, merupakan pancaran isi kandungan al-Quran sehingga
sepatutnya diteladani. Untuk itu bukan beliau yang memerintahkan
atau menganjurkan agar mengambil suri teladan dari perkataan,
perbuatan dan diamnya, tetapi justru datangnya dari Allah
SWT.Derajat kepemimpinan beliau sebagai perwujudan kepemimpinan
spriritual Allah SWT. jauh berbeda dengan kepemimpinan manusia
biasa meskipun kedudukannya sebagai kepala negara yang ada di dunia
ini.1. Karakteristik Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.Dalam suatu
telaah terhadap seratus tokoh berpengaruh di dunia, Muhammad saw
diakui sebagai seorang tokoh yang paling berpengaruh dan menduduki
rangking pertama. Ketinggian itu dilihat dari berbagai perspektif,
misalnya sudut kepribadian, jasa-jasa dan prestasi beliau dalam
menyebarkan ajaran Islam pada waktu yang relatif singkat.
Kesuksesan beliau dalam berbagai bidang merupakan dimensi lain
kemampuan sebagai leader dan manajer yang menambah keyakinan akan
kebenaran Rasul.[footnoteRef:3] [3: M. Abdurrahman, Dinamika
Masyarakat Islam dalam Wawasan Fikih, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2002), hlm. 33]
Umat Islam memandang Muhammad saw bukan hanya sebagai pembawa
agama terakhir (Rasul) yang sering disebut orang sebagai pemimpin
spiritual, tetapi sebagai pemimpin umat, pemimpin agama, pemimpin
negara, komandan perang, qadi (hakim), suami yang adil, ayah yang
bijak sekaligus pemimpin bangsa Arab dan dunia.[footnoteRef:4]
Peran yang sangat komplek ini telah diperankan dengan baik oleh
Nabi Muhammad saw., sehingga menjadi dasar bagi umatnya sampai
akhir zaman. Hal ini menunjukkan bahwa peran Nabi Muhammad saw.
sebagai pemimpin umat sangat besar pengaruhnya. Perwujudan
kepemimpinan beliau dengan memberi pendidikan dan pengajaran yang
baik kepada umat dengan keteladanan yang baik (uswatun hasanah).
[4: Ibid.]
Pada dasarnya Islam memandang bahwa setiap manusia merupakan
pemimpin. Sehingga setiap umat Islam sebagai pemimpin yang beriman
harus berusaha secara maksimal untuk meneladani kepemimpinan
Rasulullah sebagai konkretisasi kepemimpinan Allah SWT., untuk itu
Allah SWT. memfirmankan agar mentaati Rasulullah, baik berdasarkan
sabda dan perilakunya, maupun diamnya beliau dalam menghadapi dan
menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.Allah berfirman dalam
Surat An-Nisa Ayat 64 yang artinya: Dan kami tidak mengutus
seseorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah.
Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang
kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul- pun
memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah maha
penerima taubat lagi maha penyayang.3 (Q.S. An-Nisa:64).Firman
Allah di atas dengan jelas memerintahkan agar setiap umat Islam
mematuhi dan taat pada perintah Allah dan Rasulullah. Allah SWT
juga menerangkan bahwa setiap Rasul yang diutus oleh-Nya kedunia
ini.dari dahulu sampai kepada Nabi Muhammad saw wajib ditaati
dengan izin (perintah) Allah karean tugas risalah mereka adalah
sama yaitu untuk menujukan umat manusia kejalan yang benar dan
kebahgiaan hidup didunia dan akhirat.[footnoteRef:5] [5: Departemen
Agama RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, Juz II, (Semarang, Wicaksana,
1993), hlm. 211]
Diterangkan pula dalam sebuah hadits bahwa Nabi Muhammad
senantiasa menganjurkan setiap orang untuk mentaati pemimpinya,
selama mereka tidak menyuruh berbuat maksiat dan kemungkaran
terhadap Allah.Dari Abi Hurairah dari rasulullah sesungguhnya telah
berkata : dia yang taat kepadaku berarti mentaati Allah dan dia
yang tidak patuh padaku berarti tidak mentaati Allah. Dan dia yang
mentaati Amir berarti mentaati Aku, dan yang tidak mentaati Amir
berarti tidak mematuhi aku (HR. Muslim).[footnoteRef:6] [6: Imam
Muslim, Shahih Muslim, Juz III, (Beirut: darKutul Ilmiyah, 1992),
hlm. 1466]
Baik dari surat An-Nisa ayat 64 maupun hadits diatas menerangkan
bahwa kita diperintahkan untuk taat kepada pemimpin yang harus
disandarkan pada izin Allah, ini berarti setiap ketaatan orang pada
pemimpinya, rakyat pada pemerintah dan anak pad orang tua
semata-mata karena izin Allah Selanjutnya di bawah ini akan
diketengahkan usaha mencari dan menggali sesuatu yang dapat dan
harus diteladani dari kepemimpinan Nabi Muhammad saw. , yaitu:a.
Kepribadian yang TangguhNabi Muhammad saw. adalah sosok yang sangat
kuat baik pada masa kecilnya, dewasanya bahkan sampai wafatnya
menunjukkan sikap yang sangat kuat teguh pendirian (istiqamah).
Sejak pertamanya beliau tidak terpengaruh oleh kondisi masyarakat
di sekitar yang terkenal kebobrokan dan kejahiliahannya, menyembah
berhala dan patung. Kepribadian itulah yang menjadi dasar atau
landasan yang kokoh bagi seorang pemimpin, karena hal itu bermakna
juga sebagai seseorang yang memiliki prinsip hidup yang kokoh dan
kuat.[footnoteRef:7] [7: Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam,
(Yogyakarta: Gajahmada University press, 1993), hlm. 273]
b. Kepribadian dan Akhlak Terpuji.Kepribadian yang terpuji ini
memiliki beberapa sifat yang terhimpun dalam pribadi Nabi Muhammad
disebut sifat wajib Rasul meliputi shiddiq, amanah, tabligh dan
fathanah. Bertolak dari sini dapat dikatakan bahwa Rasul (termasuk
Muhammad) pasti tidak memiliki sifat-sifat sebaliknya, yang disebut
sifat-sifat mustahil sifat dimaksud yakni kizb, khiyanah, kitman
dan baladah. Namun Rasul sebagai manusia pasti memiliki sifat jaiz,
yakni sifat-sifat kemanusiaan yang tidak menurunkan derajat atau
martabat beliau sebagai utusan Allah. Dalam sifat jaiz ini Rasul
tidak dapat menghindar dari ujian dan cobaan Allah SWT. seperti
rasa sedih, sabar, dan tabah.Sifat wajib dan sifat jaiz yang
dimiliki Rasul tanpa memiliki sifat mustahil, sangat menunjang
pelaksanaan kepemimpinan yang beliau laksanakan. Kondisi itu
mengakibatkan kepemimpinan Nabi Muhammad berbeda prinsipil dari
kepemimpinan manusia biasa.[footnoteRef:8] [8: Ibid., hlm. 276]
Dalam segala hal, akhlak Nabi Muhammad adalah Al-Qur'an
sebagaimana komentar yang diungkapkan oleh Nasih Ulwan yang dikutip
oleh Slamet Untung mengatakan bahwa Muhammad adalah refleksi hidup
keutaman Al-Qur'an, ilustrasi dimanis tentang petunjuk- petunjuk
Al-Qur'an yang abadi.[footnoteRef:9] [9: Slamet untung, Muhammad
sang pendidik, hal 75]
Dalam rangka menciptakan standar al-akhlakul al-karimah yang
tinggi, Muhammad mengajar manusia dengan menggunakan keteladanan
dalam keseluruhan metodenya, hal ini dapat dilihat dari seluruh
perilaku beliau yang merefleksikan nilai-nilai
pendidikan.[footnoteRef:10] [10: ]
c. Kepribadian yang Sederhana.Beliau mengajarkan pada umatnya
untuk hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Ini bukan berarti
beliau mengerjakan kemiskinan pada manusia, tetapi beliau menyuruh
umat Islam untuk selalu tampil sederhana dengan melakukan sedekah
pada orang lain dan saling membantu. Sikap hidup sederhana Nabi
Muhammad saw. beliau tunjukkan dalam hidup sehari-harinya. Entah
dalam keadaan damai ataupun perang di antara para pengikutnya atau
di antara orang- orang kafir dan musuh-musuhnya, Nabi Muhammad saw.
selalu menjadi teladan. Beliau memperlakukan orang dengan penuh
kesopanan dalam semua kesempatan.Setelah memperoleh kemenangan
beliau lebih sederhana, peramah dan pemurah hati, bahkan memberikan
maaf dan pengampunan pada musuh-musuhnya. Pada masa penaklukan kota
Makkah beliau memaafkan hampir semua musuhnya yang telah
menganiayanya dan para sahabatnya selama 13 tahun. Bahkan sebagai
kepala negara, rutinitas hariannya sangat sederhana dan
merefleksikan sikapnya yang rendah hati. Beliau memperbaiki dan
menjahit pakaiannya yang sobek dan menambal sepatunya sendiri.
Beliau biasa memerah susu kambing piaraannya dan membersihkan
lantai rumahnya yang sederhana.[footnoteRef:11] [11: ]
Sikap ini benar- benar menunjukkan betapa sederhananya Nabi
dalam hidupnya, meskipun beliau seorang pemimpin besar.
Kepemimpinan Nabi Muhammad saw. berjalan di atas nilai- nilai Islam
yang berhasil menanamkan keimanan, ketakwaan, kesetiaan dan
semangat juang untuk membela kebenaran dan mempertahankan hak
selain beroleh bantuan Allah SWT. Pada titik ini memang layak
dimunculkan pertanyaan di mana letak kunci kesuksesan kepemimpinan
Nabi Muhammad saw. selain memang mendapat petunjuk, bantuan dan
perlindungan Allah SWT. Ada beberapa kunci yang dapat diteladani
oleh umatnya, yaitu:1. Akhlak Nabi yang terpuji tanpa cela2.
Karakter Nabi yang tahan uji, tangguh, ulet, sederhana, dan
bersemangat baja.3. Sistem dakwah yang menggunakan metode imbauan
yang diwarnai dengan hikmah kebijaksanaan.4. Tujuan perjuangan Nabi
yang jelas menuju ke arah menegakkan keadilan dan kebenaran serta
menghancurkan yang batil, tanpa pamrih kepada harta, kekuasaan dan
kemuliaan duniawi.5. Prinsip persamaan.6. Prinsip kebersamaan.7.
Mendahulukan kepentingan dan keselamatan pengikut.8. Memberikan
kebebasan berkreasi dan berpendapat serta pendelegasian wewenang.9.
Tipe kepemimpinan karismatis dan demokratis.
2. Tipe kepemimpinan Nabi Muhammad saw. dalam
Pendidikan.Kepemimpinan Nabi Muhammad saw. dijalankan dengan
kerelaan dan ketulusan hati demi kaumnya dan seluruh umat manusia.
Kepemimpinan itu tidak sekedar dilaksanakan dalam suasana damai
atau setelah umat Islam mengalami kejayaan, tetapi juga pada saat
berhadapan dengan masyarakat jahiliyah yang kejam dan bengis bahkan
pada saat-saat menyerang atau diserang dalam peperangan dengan
orang-orang kafir.Uraian di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan
Nabi Muhammad saw. pada dasarnya bersifat situasional. Dalam
situasi yang berbeda-beda beliau selalu menampilkan kepemimpinan
yang tepat dan bijaksana, karena didasari oleh keagungan
kepribadian yang beliau miliki. Dilihat dari teori-teori
kepemimpinan sekarang ini berarti kepemimpinan situasional yang
beliau jalankan, selalu berubah-ubah tipenya karena harus
disesuaikan dengan situasi yang dihadapinya. Tipe-tipe yang
dijalankan Nabi Muhammad dimaksud adalah:a. Kepemimpinan
Otoriter.Perwujudan kepemimpinan otoriter Nabi Muhammad saw. tampak
dalam sikap beliau ketika menghadapi orang-orang kafir dan dalam
memberikan hukuman serta pelaksanaan petunjuk dan tuntutan Allah
SWT. lainnya. Aturan yang ada tidak boleh dibantah, jika telah
diwahyukan oleh Allah SWT. tidak dibenarkan dan tidak diperbolehkan
memberi saran, pendapat kreativitas, dan inisiatif, artinya suatu
perintah harus dilaksanakan dan larangan harus ditinggalkan. Wujud
ibadah yang tidak dapat ditawar-tawar, misalnya shalat, puasa,
zakat, haji. Kesemuanya harus dilaksanakan sesuai ketentuan
syariat. Sifat Nabi yang otoriter tampak ketika beliau menyuruh
semua orang untuk meninggalkan semua bentuk kemusyrikan dengan cara
menanamkan keyakinan dan kepercayaan penuh terhadap Allah SWT. Nabi
menjadi eksponen dari lima pilar Islam dan dengan demikian beliau
melakukan perubahan revolusioner dalam kehidupan manusia. Kelima
pilar itu yakni:1) Deklarasi atau pernyataan bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan Muhammad utusan Allah.2) Melaksanakan shalat lima
waktu di masjid bagi kaum lelaki, di rumah/di masjid bagi kaum
perempuan.3) Membayar zakat 2,5 % dari semua penghasilan dalam
setahun yang diberikan kepada fakir miskin dan wanita janda agar
memiliki kesabaran pengorbanan dan dengan demikian membersihkan
harta kekayaannya.4) Berpuasa di bulan Ramadhan sebulan penuh agar
meraih kebaikan dan kebenaran.5) Menunaikan ibadah haji, sekali
seumur hidup.[footnoteRef:12] [12: ]
b. Kepemimpinan Laissez FaireDalam menyeru umat manusia terlihat
kepemimpinan Nabi Muhammad saw. yang bersifat laissez faire bebas.
Beliau tidak memaksa dengan kekerasan, setiap manusia diberi
kebebasan memilih agama yang akan dipeluknya. Beliau hanya
diperintahkan Allah SWT. c. Kepemimpinan Demokratis.Islam
menjadikan musyawarah sebagai peraturan untuk meneliti dan
memeriksa pendapat agar memperoleh petunjuk yang terbaik Islam juga
menjamin kebebasan berpendapat bagi tiap orang selam pendapat itu
tidak bertentangan dengan akidah dan syariat Islam.Contoh pemimpin
yang paling ideal dan efektif tidak bisa lepas dari sosok seorang
Nabi besar Muhammad saw. Beliau di dalam kepemimpinan yang bersifat
situasional, tidak sedikit langkah-langkah dan prinsip-prinsip
demokrasi beliau wujudkan dan kembangkan. Perilaku demokratis itu
beliau wujudkan dalam bentuk hubungan silaturrahmi dengan para
sahabat. [footnoteRef:13] [13: ]
C. PENGERTIAN KHULAFAUR RASYIDINNabi Muhammad Saw meninggal pada
tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijrah, bertepatan dengan 9 Juni
632 M. Beliau meninggal setelah sebelumnya menderita sakit. Setelah
beliau meninggal, umat Islam kemudian mengharuskan untuk mencari
orang yang akan menggantikan kedudukannya sebagai kepala negara.
Kedudukan yang digantikan adalah dalam posisi Nabi Muhammad sebagai
seorang kepala negara, bukan sebagai seorang Nabi. Sebagai Nabi,
beliau tidak dapat digantikan kedudukannya, karena beliau adalah
nabi terakhir.Di antara orang-orang yang terpilih untuk
menggantikan kedudukan Nabi Muhammad Saw sebagai kepala negara
adalah Abu Bakar Shiddiq, kemudian disusul oleh Umar bin Khaththab,
Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Keempat orang ini dalam
sejarah Islam memperoleh sebutan atau dikenal dengan sebutan
Khulafaur Rasyidin. Kata Khulafa adalah bentuk jamak dari kata
khalifah, yang artinya pengganti. Sedang ar-Rasyidin bisa berarti
para cendikiawan atau orang-orang bijak. Dengan demikian Khulafaur
Rasyidin berarti para pengganti yang cendikia atau yang bijak.Dalam
sebutan sehari-hari para pengganti Nabi ini dipanggil dengan
sebutan khalifah, misalnya Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar,
Khalifah Usman, dan Khalifah Ali. Istilah khalifah ini, di kemudian
hari dipakai juga oleh para kepala negara pada dinasti-dinasti
Islam setelah masa Khulafaur Rasyidin. Ketika Abu Bakar terpilih
sebagai orang pertama yang menggantikan posisi Nabi sebagai kepala
negara, ia secara resmi mendapat gelar Khalifatu Rasulillah atau
pengganti Rasul. Sejak waktu itulah lahir sebutan khalifah, sebutan
yang dipakai untuk seorang kepala negara dalam sejarah Islam.Dalam
sejarah Islam, sebutan Khulafaur Rasyidin semula hanya dipakai
untuk empat orang khalifah di atas. Akan tetapi dalam perkembangan
yang kemudian, para ahli sejarah menambahkan satu nama lagi sebagai
bagian dari Khulafaur Rasyidin. Khalifah kelima yang dimasukkan ke
dalam Khulafaur Rasyidin adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz,
seorang khalifah dari dinasti Bani Umayyah. Ia dimasukkan ke dalam
kategori ini disebabkan karena kesalehannya.[footnoteRef:14] [14:
Dr. marzuki, M. Ag, Pendidikan agama islam, tarikh dan kebudayaan
islam, hal 128-134]
1. Kepemimpinan Khulafaur RasyidinDalam Islam seorang pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4
(empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni : Siddiq,
Tabligh, Amanah dan Fathanah (STAF):a. Siddiq (jujur) sehingga ia
dapat dipercaya;b. Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi
dan bernegosiasi;c. Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan
tugasnya;d. Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi,
misi, strategi dan mengimplementasikannya.Khulafaur Rasyidin
terdiri dari empat sahabat Nabi Muhammad , mempunyai karakter yang
berbeda-beda.a. Kholifah Abi Bakar as Shidiq mempunyai karakter
yang lemah lembut dan tegas. Dalam suasana yang kacau pemimpin yang
berkarakter seperti Kholifah Abu Bakar as Shidiq sangat diperlukan.
Dengan kelembutannya, dapat menginsafkan orang-orang terbujuk
berbuat makar. Sementara orang-orang yang bersikap merongrong
dihadapi secara tegas oleh Abu Bakar as Shidiq.b. Kholifah Umar bin
Khattab ,mempunyai karakter : Cerdas,tegas dan mengutamakan
kepentingan rakyat. Kecerdasannya Umar bin Khattab sangat
diperlukan untuk membangun dasar-dasar kemasyarakatan yang
islami.c. Usman bin Affan . Masa Usman bin Affan situasi sudah
aman. Kemakmuran sudah tercapai di segenap lapisan masyarakat.
Dalam kondisi seperti itu, karakter pemimpin yang shaleh, penyantun
dan sabar sangat diperlukan. Dengan karakter seperti Kholifah Usman
bin Affan kemakmuran rakyat tercapai, baik jasmani maupun
rohani.Ali bin Abi Thalib. Sebagai masa peralihan dari Kholifah
Usman bin Affan ke Kholifah Ali bin Abi Thalib , kekacauan kembali
terjadi. Dalam kondisi negara seperti itu, karakter pemimpin yang
tegas dan mengutamakan kebenaran sangat diperlukan. Khalifah Ali
bin Abi Thalib mempunyai karakter yang tepat. Ketegasan Khalifah
Ali bin Abi Thalib dalam membela kebenaran mirip dengan Khalifah
Umar bin Khattab.[footnoteRef:15] [15: Darsono. T.Ibrahim. Tonggak
Sejarah Kebudayaan Islam/ VII]
D. KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQNama lengkap Abu Bakar
Shiddiq adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amr bin Kab bin Saad
bin Taim bin Murrah at-Taimi. Nama yang dikenal pada masa Jahiliyah
adalah Abdul Kabah, dan setelah masuk Islam oleh Rasulullah
dipanggil Abdullah. Mengenai Nama Abu Bakar disebutkan bahwa ia
mendapat julukan ini karena merupakan orang yang paling awal
(pagi-pagi) masuk Islam. Kata bakr dalam bahasa Arab berarti
pagi-pagi atau awal. Abu Bakar dilahirkan di Makkah dua tahun
sesudah tahun Gajah, kira-kira tahun 573 M. Ia dikenal sebagai
orang yang berperilaku terpuji dan pandai menjaga kehormatan diri.
Ia tidak pernah minum arak (minuman keras) yang sangat membudaya
pada jaman Jahiliyah. Abu Bakar merupakan orang yang terpandang di
kalangan penduduk Makkah dan sekaligus seorang saudagar kaya. Ia
merupakan orang pertama yang masuk Islam dari kalangan kaum
laki-laki.[footnoteRef:16] [16: Dr. marzuki, M. Ag, Pendidikan
agama islam, tarikh dan kebudayaan islam, hal 132]
Bentuk pemerintahan yang dijalankan Abu Bakar setelah
pengangkatannya sebagai khalifah mengikuti model pemerintahan yang
telah dilaksanakan pada masa Nabi. Sebagaimana pada masa Nabi,
pemerintahannya bersifat sentral. Pemerintahan pada waktu itu belum
mengenal pembagian dan pemisahan kekuasaan seperti yang kita kenal
sekarang. Pemegang kekuasaan, baik kekuasaan legistatif, eksekutif,
maupun yudikatif, terpusat di tangan khalifah. Meskipun kekuasaan
terpusat di tangan khalifah, tidak berarti khalifah Abu Bakar
bersikap otoriter. Abu Bakar selalu memusyawarahkan persoalan
kenegaraan bersama para sahabatnya.Meskipun pada masa Abu Bakar
peperangan di dalam dan di luar negeri masih berlangsung,
pemerintahannya tetap berpegang pada musyawarah. Ia tidak
melaksanakan suatu pekerjaan sebelum mengadakan musyawarah. Dalam
memutuskan suatu perkara, Abu Bakar tidak pernah membeda-bedakan
satu golongan dengan golongan yang lain. Pemerintah Abu Bakar telah
merintis kesatuan politik negeri Arab, di samping kesatuan yang
bersifat keagamaan. Hal ini terlihat ketika Abu Bakar memberikaan
maaf kepada pemimpin-pemimpin pemberontak di Yaman, seperti Qurrah
bin Hubairah, Amr bin Madi dan Asyas bin Qais serta pemuka Arab
lainnya yang bermaksud melepaskan diri dari Madinah.Pada masa
kepemimpinan abu bakar ini pemerintah islam banyak mengalami ujian
dan cobaan baik internal maupun eksternal yang dapat mengancam
berlangsungnya kelestarian agama islam.Kekusaan yang dijalankan
pada masa khlaifh abu bakar, sebagaimana pada masa nabi Muhammad
SAW, bersifat sentral; kekuasaan legislative, eksekutif, dan
yudikatif terpusat dalam tangan khalifah. Selain menjalankan roda
pemerintahan, khalifah juga menjalankan hukum yang telah,
ditetapkan alquran dan assunnah. Dan abu bakar selalu mengajak para
sahabat besarnya untuk bermusyawarah. Abu bakar selalu menyediakan
kesempatan bagi kaum muslim untuk berunding dan menentukan pilihan,
inilah peradaban politik dan pemerintahan beliau ia adlah orng yang
demokratis, dengan tetap berpedoman pada al quran.E. STRATEGI
KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH SIDDIQ1. Menerapkan cara memimpin
sebagaimana yang diterapkan oleh Rasulullah SAW.2. Mengutamakan
agama sebagaimana beliau memberantas kaum musyrik dan orang yang
ingkar terhadap zakat.3. Memecahkan masalah internal yang terdapat
di dalam kubu umat Islam pada masa itu.4. Setelah permasalahan
ummat terselesaikan barulah beliau meningkatkan pada lingkup yang
lebih luas yaitu permasalahan di dalam negeri.5. Dan pada akhirnya
setelah permasalahan di dalam negeri terselesaikan maka beliau
memulai langkahnya ke luar negeri dengan membebaskan beberapa
daerah dengan tujuan penyiaran Islam dalam ruang lingkup yang lebih
luas.Dalam hal ini Abu Bakar merupakan seorang sosok pemimpin yang
tegas, dan teguh memegang kebenaran, serta beliau sangat gentar di
dalam memberantas gerakan yang menyalahi aqidah tanpa member
sedikitpun ruang untuk mereka bergerak, Abu Bakar lebih
mengutamakan pembangunan aqidah para umat ketika itu sebelum beliau
mulai membangun ketahap selanjutnya.[footnoteRef:17] [17:
http://imbogunhal.blogspot.com/2014/02/proses-pengangkatan-empat-4-khulafaur.html]
F. LIMA GAYA UMAR BIN KHATTAB DALAM
MEMIMPINPertama,MusyawarahDalam bermusyawarah, Umar Radhiyallahu
Anhu tidak pernah memposisikan dirinya sebagai penguasa. Ia
meletakkan dirinya sebagai manusia yang sama kedudukannya dengan
anggota musywarah lain.Ketika ia meminta pendapat mengenai satu
urusan, ia tidak pernah menunjukkan bahwa ia adalah pemegang
kekuasaan, bahkan Umar selalu menanamkan perasan bahwa mereka
adalah guru yang akan menunjukkannya ke jalan kebaikan,
menyelamatkannya dari kesengsaraan hisab di akhirat, karena mereka
membantunya dengan pendapat-pendapat mereka untuk memperjelas
kebenaran.Kedua,APBN untuk RakyatSemua kekayaan negara dipergunakan
untuk melayani rakyat. Kala itu, sesuai kebutuhan zaman, Umar
mendirikan tembok-tembok dan benteng untuk melindungi kaum
Muslimin. Umar juga membangun kota-kota untuk mensejahterakan
seluruh rakyatnya.Umar tidak pernah berpikir mengambil kesempatan
atau keuntungan dari APBN untuk kesenangan diri dan keluarganya.
Malah Umar hidup dengan sangat zuhud, sehingga tidak tertarik
dengan kemewahan, kenikmatan dan segala bentuk pujian manusia yang
mudah kagum dengan harta benda.Ketiga,Menjunjung tinggi kebebasan.
Dalam satu muhasabahnya, Umar berkata pada dirinya sendiri, Sejak
kapan engkau memperbudak manusia, sedangkan mereka dilahirkan
ibunya dalam keadaan merdeka?Menurut Umar, semua orang memiliki
kemerdekaan sejak lahir ke dunia. Umar sama sekali tidak takut akan
kebebasan bangsanya, tidak pula khawatir akan mengancamnya, bahkan
ia mencintai kebebasan manusia itu sendiri, seperti cinta seorang
yang mabuk kepayang serta menyanjungnya dengan penuh
ketulusan.Pemahaman kebebasan menurut Umar sangat sederhana dan
bersifat universal. Kebebasan menurutnya adalah kebebasan
kebenaran. Artinya, kebenearan berada di atas semua aturan.
Kebenaran apa itu? Tentu kebenaran Islam, bukan kebenaran kebebasan
yang disandarkan pada logika liberalisme.Keempat,Siap mendengar
kritikSuatu hari Umar terlibat percakapan dengan salah seorang
rakatnya, orang itu bersikeras dengan pendapatnya dan berkata
kepada Amirul Mukminin, Takutlah engkau kepada Allah. Dan, orang
itu mengatakan hal itu berulang kali.Lalu, salah seorang sahabat
Umar membentak laki-laki itu dengan berkata, Celakalah engkau,
engkau terlalu banyak bicara dengan Amirul Mukminin!Menyaksikan hal
itu, Umar justru berkata, Biarlah dia, tidak ada kebaikan dalam
diri kalian jika kalian tidak mengatakannya, dan kita tidak ada
kebaikan dalam diri kita jika tidak mendengarnya.Kelima,Terjun
langsung mengatasi masalah rakyatnyaSangat masyhur (populer) di
kalangan umat Islam bahwa Umar adalah sosok pemimpin yang
benar-benar merakyat. Tengah malam, saat orang terlelap, ia justru
patroli, mengecek kondisi rakyatnya. Jangan-jangan ada yang tidak
bisa tidur karena lapar, begitu mungkin pikirnya. Begitu ia
menemukan seorang ibu yang anak-anaknya menangis karena lapar,
sedangkan tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak dan disuguhkan,
dengan segenap daya Umar pergi ke Baitul Maal dan memikul sendiri
sekarung gandum untuk kebutuhan makan keluarga tersebut.Seperti
itulah, setidaknya setiap pemimpin Muslim di negeri ini. Bekerja
atas dasar iman, sehingga tidak ada yang didahulukan selain iman,
takwa dan kesejahteraan rakyatnya. Ia blusukan malam hari, bukan
siang hari apalagi hanya sekedar dilihat orang.Jika lima hal di
atas mewujud dalam diri pemimpin hari ini dan semoga di masa
mendatang, tentu bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju,
adil, makmur, cerdas dan mandiri serta bebas dari intervensi pihak
manapun juga.[footnoteRef:18] [18: M.Al-Baqir, Khalifah dan
kerajaan Al-maidh Abdul Ala]
G. TELADAN KEPEMIMPINAN USMAN BIN AFFANKepemimpinan bukanlah
suatu perkara yang ringan sebagaimana anggapan sementara sebahagian
orang. Bahkan kepemimpinan merupakan suatu tanggungjawab besar yang
hanya bisa dibawa oleh orang-orang tangguh yang sudah jauh-jauh
hari mempersiapkan diri sebelum datangnya hari di mana ia ditunjuk
sebagai pemimpin umat. Tampuk kepemimpinan juga tidak bisa
diberikan pada sembarang orang dan tidak pula bisa diwariskan turun
temurun kecuali jika keriteria yang menerima sudah dipandang cukup
dan matang. Pada umumnya, orang yang diberi kursi kepemimpinan
sebuah negeri tidak lain merupakan orang yang paling hebat dan
mulia di zamannya sehingga secara umum tidak ada yang lebih berhak
menerima tanggungjawab besar ini kecuali dirinya. Demikian ini
merupakan corak kepemimpinan Khulafa Rasyidin. Namun nampaknya hal
semacam ini jarang terjadi di masa sekarang. Utsman bin Affan
radhiallahuanhu merupakan salah satu dari empat khulafa rasyidin
tersebut. Berbagai sifat terpuji membuat semua orang tidak ragu
memberikannya tampuk kepemimpinan setelah sepeninggalan khalifah
kedua, Umar bin Al-Khattab radhiallahuanhu. Utsman merupakan satu
dari sekian banyak lulusan terbaik dari madrasah Muhammad
Shallallahualaihi Wasallam. Darinya lah kepribadian Utsman yang
tangguh itu terbentuk. Berbagai keilmuan beliau serap dari sang
nabi terakhir itu. Sebuah berkah dari kebersamaannya bersama Nabi
Muhammad Shallallahualaihi Wasallam, baik ketika masih di Madinah
maupun ketika sudah berhijrah ke Makkah.Dalam masa kepemimpinannya,
Utsman menjadikan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahualaihi
Wasallam sebagai pijakan kemudian apa saja yang telah digariskan
dan diwariskan oleh dua khalifah pendahulunya, Abu Bakar dan Umar.
Ini pulalah yang telah diisyaratkan oleh Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam sebagaimana yang diketengahkan
At-Tirmidzi dan dinilai shahih oleh Al-Albani, Ikutilah dua orang
sepeninggalanku, seraya menunjuk Abu Bakar dan Umar. Metode
kepemimpinan Utsman ini juga sudah beliau sampaikan di awal khutbah
kepemimpinannya. Yaitu dengan menjadikan Al-Quran dan Sunnah
sebagai pedoman kemudian petunjuk dua khalifah yang mendahuluinya.
Kenyataan ini tentu mengingatkan kita pada sebuah kaidah
kepemimpinan yang masyhur, yaitu sebuah ungkapan, Mulailah dengan
apa yang sudah dilakukan orang-orang terdahulu. Jangan memulai dari
apa yang telah dimulai orang-orang terdahulu. Maksudnya ketika
memimpin atau aktifitas lainnya hendaknya dilakukan dengan
meneruskan apa yang sudah dilakukan orang-orang terdahulu, bukan
malah memulai sebagaimana orang-orang terdahulu memulai.H.
PEMERINTAHAN KHULAFAUR RASYIDIN PADA MASA ALI BIN ABI THALIB
Sepeninggal nabi Muhammad, pemerintahan dipegang oleh keempat
sahabat terdekat beliau yang terkenal dengan sebutan Khulafaur
Rasyidin. Kepemimpinan Abu Bakar berakhir dengan kejayaan yang
diraih umat Islam. Beliau meninggal dan digantikan oleh Umar bin
Khatab. Islam semakin kuat dengan pemeluknya yang semakin banyak
dan daerah kekuasaan yang luas. Tidak begitu lama memimpin, Umar
meninggal dan kemudian digantikan oleh Usman bin Affan. Setelah
melewati masa-masa gemilang, khalifah Usman menghadapi berbagai
pemberontakan dan pembangkangan di dalam negri yang dilakukan oleh
orang-orang yang kecewa dengan tabiat Khalifah. Pada akhir masa
pemerintahannya, beliau dibunuh oleh pemberontak yang menyimpan
dendam kepada Khalifah.Beberapa hari setelah pembunuhan Usman, Ali
bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah oleh sebagian besar kaum
muslimin. Ketika akan dilaksanakan pembaiatan, Ali menayakan
keberadaan Talhah dan Zubair. Mereka adalah senior yang paling
unggul diantara kaum muslim kebanyakan. Merekalah yang berhak
menentukan dan membaiat siapa yang akan menjadi khalifah. Karena
ketidakhadiran mereka, mau tak mau para muslim kebanyakan membaiat
Ali.Ali resmi menjadi khalifah setelah menyatakan sumpah setianya.
Meskipun banyak yang tidak setuju atas pengangkatan Ali, namun pada
kenyataannya Ali tetap menjadi khalifah. Tidak ada alasan lain
untuk tidak menjadikan Ali sebagai khalifah. Dahulu, setelah
meninggalnya nabi, Ali tidak memungkinkan untuk menjadi khalifah
karena alasan umur. Tetapi setelah Usman meninggal, tidak ada lagi
yang menghalangi Ali untuk menjadi khalifah dari segi usia.I.
STRATEGI ALI BIN ABI THALIB DALAM KEPEMIMPINANDiantara strategi Ali
Bin Abi Thalib dalam menegakkan kekhalifaan adalah memeranig
Khawarij. Untuk kepentingan agama dan negara, Ali Bin Abi Thali
juga menggukan potensi dalam usaha pengembangan Islam, baik
perkembangan dalam bidang Sosial, politik, Militer, dan Ilmu
Pengetahuan. 1. Ali Bin Abi Thalib Memerangi KhawarijSemula
orang-orang yang kelak dikenal dengan khawarij ini turut membaiat
Ali ra., dan Ali ra. tidak menindak mereka secara langsung
mengingat kondisi umat belumlah kembali stabil, di samping para
pembuat makar yang berjumlah ribuan itu pun telah berbaur di Kota
Madinah, hingga dapat mempengaruhi hamba sahaya dan orang-orang
Badui. Jika Ali ra. bersegera mengambil tindakan, maka bisa
dipastikan akan terjadi pertumpahan darah dan fitnah yang tidak
kunjung habisnya. Karenanya Ali ra, memilih untuk menunggu waktu
yang tepat, setelah kondisi keamanan kembali stabil, untuk
menyelesaikan persoalan yang ada dengan menegakkan qishash. Kaum
khawarij sendiri pada akhirnya menyempal dari Pasukan Ali ra.
setelah beliau melakukan tahkim dengan Muawiyah ra. setelah
beberapa saat terjadi perbedaan ijtihad di antara mereka berdua ra.
(Ali ra. dan Muawiyah ra.). Orang-orang khawarij menolak tahkim
seraya mengumandangkan slogan:Tidak ada hukum kecuali hukum Allah.
Tidak boleh menggantikan hukum Allah dengan hukum manusia. Demi
Allah! Allah telah menghukum penzalim dengan jalan diperangi
sehingga kembali ke jalan Allah.Ungkapan mereka: Tiada ada hukum
kecuali hukum Allah, dikomentari oleh Ali: Ungkapan benar, tetapi
disalahpahami. Pada akhirnya Ali ra. memerangi khawarij tsb., dan
berhasil menghancurkan mereka di Nahrawan, di mana hampir seluruh
dari orang Khawarij tsb berhasil dibunuh, sedangkan yang terbunuh
di pihak Ali ra. hanya 9 orang saja.2. Upaya Pengembangan dalam
Bidang PemerintahanSituasi ummat Islam pada masa pemerintahan
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib sudah sangat jauh berbeda dengan
masa-masa sebelumnya. Ummat Islam pada masa pemerintahan Abu Bakar
dan Umar Ibnu Khattab masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas
yang harus diselesaikannya, seperti tugas melakukan perluasan
wilayah Islam dan sebagainya. Selain itu, kehidupan masyarakat
Islam masih sangat sederhana karena belum banyak terpengaruh oleh
kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukanNamun pada masa
pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan keadaan mulai berubah.
Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat
duniawi. Oleh karena itu, beban yang harus dipikul oleh penguasa
berikutnya semakin berat. Usaha-usaha Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib
dalam mengatasi persoalan tersebut tetap dilakukannya, meskipun ia
mendapat tantangan yang sangat luar biasa. Semua itu bertujuan agar
masyarakat merasa aman, tentram dan sejahtera. Usaha-usaha yang
dilakukannya diantaranya :a. Mengganti Para Gubernur yang diangkat
Khalifah Usman Ibnu AffanSemua gubernur yang diangkat oleh Khalifah
Usman Ibnu Affan terpaksa diganti, karena banyak masyarakat yang
tidak senang. Menurut pengamatan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, para
gubernur inilah yang menyebabkan timbulnya berbagai gerakan
pemberontakan terhadap pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan.
Mereka melakukan itu karena Khalifah Usman pada paruh kedua masa
kepemimpinannya tidak mampu lagi melakukan kontrol terhadap para
penguasa yang berada dibawah pemerintahannya. Hal itu disebabkan
karena usianya yang sudah lanjut usia, selain para gubernur sudah
tidak lagi banyak yang memiliki idealisme untuk memperjuangkan dan
mengembangkan Islam. Pemberontakan ini pada akhirnya membuat
sengsara banyak rakyat, sehingga rakyatpun tidak suka terhadap
mereka. Berdasarkan pengamatan inilah kemudian Khalifah Ali Ibnu
Abi Thalib mencopot mereka. Adapun para gubernur yang diangkat
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib sebagai pengganti gubernur lama yaitu;
Sahl Ibnu Hanif sebagai gubernur Syria, Sahl Ibnu Hanif sebagai
gubernur Syriah, Usman Ibnu Affan sebagai gubernur Basrah, Umrah
Ibnu Syihab sebagai gubernur kuffah, Qais Ibnu Sa'ad sebagai
gubernur Mesir, Ubaidah Ibnu Abbas sebagai gubernur Yaman.b.
Menarik kembali tanah milik negaraPada masa pemerintahan Khalifah
Usman Ibnu Affan banyak para kerabatnya yang diberikan fasilitas
dalam berbagai bidang, sehingga banyak diantara mereka yang
kemudian merongrong pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan dan
harta kekayaan negara. Oleh karena itu, ketika Khalifah Ali Ibnu
Abi Thalib menjadi Khalifah, ia memiliki tanggung jawab yang besar
untuk menyelesaikannya. Beliau berusaha menarik kembali semua tanah
pemberian Usman Ibnu Affan kepada keluarganya untuk dijadikan milik
negara.Usaha itu bukan tidak mendapat tantangan. ketika Khalifah
Ali Ibnu Abi Thalib banyak mendapat perlawanan dari para penguasa
dan kerabat mantan Khalifah Usman Ibnu Affan. Salah seorang yang
tegas menentang ketika Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib adalah Muawiyah
Ibnu Abi Sufyan. Karena Muawiyah sendiri telah terancam
kedudukannya sebagai gubernur Syria. Untuk menghambat gerakan
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, Muawiyah menghasut kepada para
sahabat lain supaya menentang rencana Khalifah, selain menghasut
para sahabat Muawiyah juga mengajak kerjasama dengan para mantan
gubernur yang dicopot oleh Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib. Kemudian
terjadi perang Jamal, perang Shiffin dan sebagainya.Semua tindakan
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib semata bertujuan untuk membersihkan
praktek Kolusi, korupsi dan Nepotisme didalam pemerintahannya. Tapi
menurut sebagian masyarakat kalo situasi pada saat itu kurang tepat
untuk melakukan hal itu, yang akhirnya Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib
pun meninggal ditangan orang-orang yang tidak menyukainya. Khalifah
Ali Ibnu Abi Thalib bekerja keras sebagai Khalifah sampai akhir
hayatnya, dan beliau menjadi orang kedua yang berpengaruh setelah
Nabi Muhammad SAW3. Perkembangan di Bidang Politik MiliterKhalifah
Ali Ibnu Abi Thalib memiliki kelebihan, seperti kecerdasan,
ketelitian, ketegasan keberanian dan sebagainya. Karenanya ketika
ia terpilih sebagai Khalifah, jiwa dan semangat itu masih membara
didalam dirinya. Banyak usaha yang dilakukan, termasuk bagaimana
merumuskan sebuah kebijakan untuk kepentingan negara, agama dan
umat Islam kemasa depan yang lebih cemerlang. Selain itu, dia juga
terkenal sebagai pahlawan yang gagah berani, penasihat yang
bijaksana, penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi,
seorang sahabat sejati, dan seorang kawan yang dermawan.Khalifah
Ali Ibnu Abi Thalib sejak masa mudanya amat terkenal dengan sikap
dan sifat keberaniannya, baik dalam keadaan damai mupun saat
kritis. Beliau amat tahu medan dan tipu daya musuh, ini kelihatan
sekali pada saat perang Shiffin. Dalam perang itu Khalifah Ali Ibnu
Abi Thalib mengetahui benar bahwa siasat yang dibuat Muawiyah Ibnu
Abi Sufyan hanya untuk memperdaya kekuatan Khalifah Ali Ibnu Abi
Thalib menolak ajakan damai, karena dia sangat mengetahui bahwa
Muawiyah adalah orang yang sangat licik. Namun para sahabatnya
mendesak agar menerima tawaran perdamaian itu. Peristiwa ini
kemudian dikenal dengan istilah "Tahkim" di Daumatul Jandal pada
tahun 34 Hijriyah. Peristiwa itu sebenarnya merupakan bukti
kelemahan dalam system pertahanan pada masa pemerintahan Khalifah
Ali Ibnu Abi Thalib. Usaha Khalifah terus mendapat tantangan dan
selalu dikalahkan oleh kelompok orang yang tidak senang terhadap
kepemimpinannya.Karena peristiwa "Tahkim" itu, timbullah tiga
golongan dikalangan umat Islam, yaitu Kelompok Khawarij, Kelompok
Murjiah dan Kelompok Syi'ah (pengikut Ali). Ketiga kelompok itu
yang pada masa berikutnya merupakan golongan yang sangat kuat dan
yang mewarnai perkembangan pemikiran dalam Islam.4. Perkembangan di
Bidang Ilmu BahasaPada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, wilayah
kekuasaan Islam telah sampai Sungai Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah,
bahkan sampai ke Indus. Akibat luasnya wilayah kekuasaan Islam dan
banyaknya masyarakat yang bukan berasal dari kalangan Arab, banyak
ditemukan kesalahan dalam membaca teks Al-Qur'an atau Hadits
sebagai sumber hukum Islam.Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib menganggap
bahwa kesalahan itu sangat fatal, terutama bagi orang-orang yang
akan mempelajari ajaran islam dari sumber aslinya yang berbahasa
Arab. Kemudian Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib memerintahkan Abu
Al-Aswad Al-Duali untuk mengarang pokok-pokok Ilmu Nahwu ( Qawaid
Nahwiyah ).Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman
dasar dalam mempelajari bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang
bukan berasal dari masyarakat Arab akan mendaptkan kemudahan dalam
membaca dan memahami sumber ajaran Islam.5. Perkembangan di Bidang
PembangunanPada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, terdapat usaha
positif yang dilaksanakannya, terutama dalam masalah tata kota.
Salah satu kota yang dibangun adalah kota Kuffah. Semula
pembangunan kota Kuffah ini bertujuao politis untuk dijadikan
sebagai basis pertahanan kekuatan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib dari
berbagai rongrongan para pembangkang, misalnya Muawiyah Ibnu Abi
Sufyan. Akan tetapi, lama kelamaan kota tersebut berkembang menjadi
sebuah kota yang sangat ramai dikunjungi bahkan kemudian menjadi
pusat pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan, seperti perkembangan
Ilmu Nahwu, Tafsir, Hadits dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid Khan, Op.Cit., hlm. 124Ahmad Muhammad Al-Hufiy,
Keteladanan Akhlak Rasulullah, (Jakarta: Pustaka Setia, 2003), hlm.
493Badri Yatim, 2007, Sejarah kebudayaan Islam, Jakarta, UIN
Jakarta Press, hal 33Darsono. T.Ibrahim. Tonggak Sejarah Kebudayaan
Islam/ VIIDarsono. T.Ibrahim. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam/ VII
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, Juz II, (Semarang,
Wicaksana, 1993), hlm. 211Didin saifuddin, 2007, sejarah peradaban
Islam, Jakarta press, hal 33Dr. marzuki, M. Ag, Pendidikan agama
islam, tarikh dan kebudayaan islam, hal 128-134Dr. marzuki, M. Ag,
Pendidikan agama islam, tarikh dan kebudayaan islam, hal 132Dr.
marzuki, M. Ag, Pendidikan agama islam, tarikh dan kebudayaan
islam, hal 128-134Dr. marzuki, M. Ag, Pendidikan agama islam,
tarikh dan kebudayaan islam, hal 132Fuad Nashori, 2009, Psikologi
Kepemimpinan, Yogyakarta, Pustaka Fahima, hal 3Hadari Nawawi,
Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajahmada University
press, 1993), hlm. 273Hadari Nawawi, Op.Cit., hlm. 283Ibid., hlm.
276Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz III, (Beirut: darKutul Ilmiyah,
1992), hlm. 1466Kartini Kartono, 2001, pemimpin dan kepemimpinan,
Jakarta :PT. Raja Grafindo Gersada. Hal 8M. Abdurrahman, Dinamika
Masyarakat Islam dalam Wawasan Fikih, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2002), hlm. 33M.Al-Baqir, Khalifah dan kerajaan Al-maidh Abdul
AlaMakmun, MA, 2012, Pengelolaan Pendidikan, bandung, PT. kaukaba
Panji Anoraga, 2001, psikologi kepemimpinan, Jakarta PT. Rineka
Cipta, cetakan 3 hal 2Slamet untung, Muhammad sang pendidik, hal
75
TUGAS KELOMPOK INDIVIDUNAMA : SITTI SARAHNIM:1410210078
BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKepemimpinn muncul bersama-sama
adanya peradaban manusia yaitu sejak nabi-nabi dan nenek moyang
manusia. Sejak itulh terjadi kerja sama antar manusia. Dan adanya
unsure kepemimpinan. [footnoteRef:19] [19: Kartini Kartono, 2001,
pemimpin dan kepemimpinan, Jakarta :PT. Raja Grafindo Gersada. Hal
8]
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain.
Keberhasilan seorang pemimpin tergantung kepada kemampuannya untuk
mempengaruhinya. Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk
menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertin,
kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak kehendak
pemimpinnya.[footnoteRef:20] [20: Panji Anoraga, 2001, psikologi
kepemimpinan, Jakarta PT. Rineka Cipta, cetakan 3 hal 2]
Kepemimpinan dalam islam didasari oleh kepercayaan, serta
menekankan kepada ketulusan, integritas dan kepedulian.
Kepemimpinan dalam islam berakar pada kepercayaan dan kesediaan
untuk berserah diri kepada Allah yang Maha Pencipta. Semua kembali
kepada menjalankan kehendak tuhan. Kepemimpinan islam sudah menjadi
fitrah setiap manusia yang sekaligus memotivasi kepemimpinan yang
islami. Manusia diamanati Allah untuk menjadi khalifah Allah (wakil
Allah) di muka bumi, yang bertugas merealisasikan misis sucinya
sebagai khalifah fil ardi menempati posisi sentral dalam
kepemimpinan Islam. Logislah bila konsep amanah kekhalifahan yang
diberikan kepada manusia menuntut terjalinnya hubungan interaksi
yang sebaik-baiknya antara manusia dengan pemberi amanah yaitu
dengan mengerjakan semua perintah Allah daan menjauhi segala
larangannya, dan ikhlas menerima hukum-hukum dan ketentuannya.
[footnoteRef:21] [21: Fuad Nashori, 2009, Psikologi Kepemimpinan,
Yogyakarta, Pustaka Fahima, hal 3]
Setelah Rasulullah wafat maka yang menggantikannya adalah Abu
Bakar, dan Abu Bakar disebut dengan Khalifah Rasulillah. Khalifah
adalah pemimpin yang diangkat setelah Rasulullah wafat untuk
menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin dan
kepala pemerintahan. [footnoteRef:22] [22: Badri Yatim, 2007,
Sejarah kebudayaan Islam, Jakarta, UIN Jakarta Press, hal 33]
Pemilihan dan penetapan Abu Bakar sebagai pemimpin dilakukan
secara demokratis. Pencalonannya dilakukan oleh Umar Bin Khattab
kemudian disetujui oleh semua umat Islam, Cara ini dilakukan karena
Rasulullah tidak menunjukkan pengganti. [footnoteRef:23]. [23:
Didin saifuddin, 2007, sejarah peradaban Islam, Jakarta press, hal
33]
B. Tujuan1. Ingin mengetahui tentang kepemimpinan Khulafaur
Rasyidin2. Ingin mengetahui pengertian Kepemimpinan
Khulafaurrasyidin3. Ingin mengetahui kepemimpinan Abu Bakar4. Ingin
mengetahui Strategi kepemimpinan Abu bakar.
BAB IIPEMBAHASANA. KEPEMIMPINAN KHULAFAURRASYIDIN1. Pengertian
Khulafaur RasyidinNabi Muhammad Saw meninggal pada tanggal 12
Rabiul Awwal tahun 11 Hijrah, bertepatan dengan 9 Juni 632 M.
Beliau meninggal setelah sebelumnya menderita sakit. Setelah beliau
meninggal, umat Islam kemudian mengharuskan untuk mencari orang
yang akan menggantikan kedudukannya sebagai kepala negara.
Kedudukan yang digantikan adalah dalam posisi Nabi Muhammad sebagai
seorang kepala negara, bukan sebagai seorang Nabi. Sebagai Nabi,
beliau tidak dapat digantikan kedudukannya, karena beliau adalah
nabi terakhir.Di antara orang-orang yang terpilih untuk
menggantikan kedudukan Nabi Muhammad Saw sebagai kepala negara
adalah Abu Bakar Shiddiq, kemudian disusul oleh Umar bin Khaththab,
Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Keempat orang ini dalam
sejarah Islam memperoleh sebutan atau dikenal dengan sebutan
Khulafaur Rasyidin. Kata Khulafa adalah bentuk jamak dari kata
khalifah, yang artinya pengganti. Sedang ar-Rasyidin bisa berarti
para cendikiawan atau orang-orang bijak. Dengan demikian Khulafaur
Rasyidin berarti para pengganti yang cendikia atau yang bijak.Dalam
sebutan sehari-hari para pengganti Nabi ini dipanggil dengan
sebutan khalifah, misalnya Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar,
Khalifah Usman, dan Khalifah Ali. Istilah khalifah ini, di kemudian
hari dipakai juga oleh para kepala negara pada dinasti-dinasti
Islam setelah masa Khulafaur Rasyidin. Ketika Abu Bakar terpilih
sebagai orang pertama yang menggantikan posisi Nabi sebagai kepala
negara, ia secara resmi mendapat gelar Khalifatu Rasulillah atau
pengganti Rasul. Sejak waktu itulah lahir sebutan khalifah, sebutan
yang dipakai untuk seorang kepala negara dalam sejarah Islam.Dalam
sejarah Islam, sebutan Khulafaur Rasyidin semula hanya dipakai
untuk empat orang khalifah di atas. Akan tetapi dalam perkembangan
yang kemudian, para ahli sejarah menambahkan satu nama lagi sebagai
bagian dari Khulafaur Rasyidin. Khalifah kelima yang dimasukkan ke
dalam Khulafaur Rasyidin adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz,
seorang khalifah dari dinasti Bani Umayyah. Ia dimasukkan ke dalam
kategori ini disebabkan karena kesalehannya.[footnoteRef:24] [24:
Dr. marzuki, M. Ag, Pendidikan agama islam, tarikh dan kebudayaan
islam, hal 128-134]
2. Kepemimpinan Khulafaur RasyidinDalam Islam seorang pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4
(empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni : Siddiq,
Tabligh, Amanah dan Fathanah (STAF):e. Siddiq (jujur) sehingga ia
dapat dipercaya;f. Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi
dan bernegosiasi;g. Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan
tugasnya;h. Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi,
misi, strategi dan mengimplementasikannya.Khulafaur Rasyidin
terdiri dari empat sahabat Nabi Muhammad , mempunyai karakter yang
berbeda-beda.d. Kholifah Abi Bakar as Shidiq mempunyai karakter
yang lemah lembut dan tegas. Dalam suasana yang kacau pemimpin yang
berkarakter seperti Kholifah Abu Bakar as Shidiq sangat diperlukan.
Dengan kelembutannya, dapat menginsafkan orang-orang terbujuk
berbuat makar. Sementara orang-orang yang bersikap merongrong
dihadapi secara tegas oleh Abu Bakar as Shidiq.e. Kholifah Umar bin
Khattab ,mempunyai karakter : Cerdas,tegas dan mengutamakan
kepentingan rakyat. Kecerdasannya Umar bin Khattab sangat
diperlukan untuk membangun dasar-dasar kemasyarakatan yang
islami.f. Usman bin Affan . Masa Usman bin Affan situasi sudah
aman. Kemakmuran sudah tercapai di segenap lapisan masyarakat.
Dalam kondisi seperti itu, karakter pemimpin yang shaleh, penyantun
dan sabar sangat diperlukan. Dengan karakter seperti Kholifah Usman
bin Affan kemakmuran rakyat tercapai, baik jasmani maupun rohani.g.
Ali bin Abi Thalib. Sebagai masa peralihan dari Kholifah Usman bin
Affan ke Kholifah Ali bin Abi Thalib , kekacauan kembali terjadi.
Dalam kondisi negara seperti itu, karakter pemimpin yang tegas dan
mengutamakan kebenaran sangat diperlukan. Khalifah Ali bin Abi
Thalib mempunyai karakter yang tepat. Ketegasan Khalifah Ali bin
Abi Thalib dalam membela kebenaran mirip dengan Khalifah Umar bin
Khattab.[footnoteRef:25] [25: Darsono. T.Ibrahim. Tonggak Sejarah
Kebudayaan Islam/ VII ]
2. KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH-SHIDDIQNama lengkap Abu Bakar
Shiddiq adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amr bin Kab bin Saad
bin Taim bin Murrah at-Taimi. Nama yang dikenal pada masa Jahiliyah
adalah Abdul Kabah, dan setelah masuk Islam oleh Rasulullah
dipanggil Abdullah. Mengenai Nama Abu Bakar disebutkan bahwa ia
mendapat julukan ini karena merupakan orang yang paling awal
(pagi-pagi) masuk Islam. Kata bakr dalam bahasa Arab berarti
pagi-pagi atau awal. Abu Bakar dilahirkan di Makkah dua tahun
sesudah tahun Gajah, kira-kira tahun 573 M. Ia dikenal sebagai
orang yang berperilaku terpuji dan pandai menjaga kehormatan diri.
Ia tidak pernah minum arak (minuman keras) yang sangat membudaya
pada jaman Jahiliyah. Abu Bakar merupakan orang yang terpandang di
kalangan penduduk Makkah dan sekaligus seorang saudagar kaya. Ia
merupakan orang pertama yang masuk Islam dari kalangan kaum
laki-laki.[footnoteRef:26] [26: Dr. marzuki, M. Ag, Pendidikan
agama islam, tarikh dan kebudayaan islam, hal 132]
Bentuk pemerintahan yang dijalankan Abu Bakar setelah
pengangkatannya sebagai khalifah mengikuti model pemerintahan yang
telah dilaksanakan pada masa Nabi. Sebagaimana pada masa Nabi,
pemerintahannya bersifat sentral. Pemerintahan pada waktu itu belum
mengenal pembagian dan pemisahan kekuasaan seperti yang kita kenal
sekarang. Pemegang kekuasaan, baik kekuasaan legistatif, eksekutif,
maupun yudikatif, terpusat di tangan khalifah. Meskipun kekuasaan
terpusat di tangan khalifah, tidak berarti khalifah Abu Bakar
bersikap otoriter. Abu Bakar selalu memusyawarahkan persoalan
kenegaraan bersama para sahabatnya.Meskipun pada masa Abu Bakar
peperangan di dalam dan di luar negeri masih berlangsung,
pemerintahannya tetap berpegang pada musyawarah. Ia tidak
melaksanakan suatu pekerjaan sebelum mengadakan musyawarah. Dalam
memutuskan suatu perkara, Abu Bakar tidak pernah membeda-bedakan
satu golongan dengan golongan yang lain. Pemerintah Abu Bakar telah
merintis kesatuan politik negeri Arab, di samping kesatuan yang
bersifat keagamaan. Hal ini terlihat ketika Abu Bakar memberikaan
maaf kepada pemimpin-pemimpin pemberontak di Yaman, seperti Qurrah
bin Hubairah, Amr bin Madi dan Asyas bin Qais serta pemuka Arab
lainnya yang bermaksud melepaskan diri dari Madinah.Pada masa
kepemimpinan abu bakar ini pemerintah islam banyak mengalami ujian
dan cobaan baik internal maupun eksternal yang dapat mengancam
berlangsungnya kelestarian agama islam.Kekusaan yang dijalankan
pada masa khlaifh abu bakar, sebagaimana pada masa nabi Muhammad
SAW, bersifat sentral; kekuasaan legislative, eksekutif, dan
yudikatif terpusat dalam tangan khalifah. Selain menjalankan roda
pemerintahan, khalifah juga menjalankan hukum yang telah,
ditetapkan alquran dan assunnah. Dan abu bakar selalu mengajak para
sahabat besarnya untuk bermusyawarah. Abu bakar selalu menyediakan
kesempatan bagi kaum muslim untuk berunding dan menentukan pilihan,
inilah peradaban politik dan pemerintahan beliau ia adlah orng yang
demokratis, dengan tetap berpedoman pada al quran.
3. STRATEGI KEPEMIMPINAN ABU BAKAR ASH SIDDIQ1. Menerapkan cara
memimpin sebagaimana yang diterapkan oleh Rasulullah SAW.2.
Mengutamakan agama sebagaimana beliau memberantas kaum musyrik dan
orang yang ingkar terhadap zakat.3. Memecahkan masalah internal
yang terdapat di dalam kubu umat Islam pada masa itu.4. Setelah
permasalahan ummat terselesaikan barulah beliau meningkatkan pada
lingkup yang lebih luas yaitu permasalahan di dalam negeri.5. Dan
pada akhirnya setelah permasalahan di dalam negeri terselesaikan
maka beliau memulai langkahnya ke luar negeri dengan membebaskan
beberapa daerah dengan tujuan penyiaran Islam dalam ruang lingkup
yang lebih luas.Dalam hal ini Abu Bakar merupakan seorang sosok
pemimpin yang tegas, dan teguh memegang kebenaran, serta beliau
sangat gentar di dalam memberantas gerakan yang menyalahi aqidah
tanpa member sedikitpun ruang untuk mereka bergerak, Abu Bakar
lebih mengutamakan pembangunan aqidah para umat ketika itu sebelum
beliau mulai membangun ketahap selanjutnya. [footnoteRef:27] [27:
http://imbogunhal.blogspot.com/2014/02/proses-pengangkatan-empat-4-khulafaur.html]
BAB IIIKESIMPULAN
Dalam sejarah Islam, sebutan Khulafaur Rasyidin semula hanya
dipakai untuk empat orang khalifah di atas. Akan tetapi dalam
perkembangan yang kemudian, para ahli sejarah menambahkan satu nama
lagi sebagai bagian dari Khulafaur Rasyidin. Khalifah kelima yang
dimasukkan ke dalam Khulafaur Rasyidin adalah Khalifah Umar bin
Abdul Aziz, seorang khalifah dari dinasti Bani Umayyah. Ia
dimasukkan ke dalam kategori ini disebabkan karena
kesalehannya.Kekusaan yang dijalankan pada masa khlaifh abu bakar,
sebagaimana pada masa nabi Muhammad SAW, bersifat sentral;
kekuasaan legislative, eksekutif, dan yudikatif terpusat dalam
tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah
juga menjalankan hukum yang telah, ditetapkan alquran dan assunnah.
Dan abu bakar selalu mengajak para sahabat besarnya untuk
bermusyawarah. Abu bakar selalu menyediakan kesempatan bagi kaum
muslim untuk berunding dan menentukan pilihan, inilah peradaban
politik dan pemerintahan beliau ia adlah orng yang demokratis,
dengan tetap berpedoman pada al quran.
DAFTAR PUSTAKAKartini Kartono, 2001, pemimpin dan kepemimpinan,
Jakarta :PT. Raja Grafindo Gersada. Hal 8Panji Anoraga, 2001,
psikologi kepemimpinan, Jakarta PT. Rineka Cipta, cetakan 3 hal
2Fuad Nashori, 2009, Psikologi Kepemimpinan, Yogyakarta, Pustaka
Fahima, hal 3Badri Yatim, 2007, Sejarah kebudayaan Islam, Jakarta,
UIN Jakarta Press, hal 33Didin saifuddin, 2007, sejarah peradaban
Islam, Jakarta press, hal 33Dr. marzuki, M. Ag, Pendidikan agama
islam, tarikh dan kebudayaan islam, hal 128-134Darsono. T.Ibrahim.
Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam/ VII Dr. marzuki, M. Ag,
Pendidikan agama islam, tarikh dan kebudayaan is
TUGAS KELOMPOK INDIVIDUNAMA : MARLINANIM:1410210037
1.SejarahNama lengkapnya Umar Bin Khattab adalahUmar bin Khattab
bin Nufal bin Abd Uzza bin Rabaah bin Abdillah bin Qurth bin Huzail
bin Ady bin Kaab bin Luway bin Fihr bin Malik.Beliau lahir pada
tahun 513 M. Umur beliau adalah 63 tahun dan beberapa bulan. Salah
satu gelar pujian beliau adalah al-Faruq (elang) yang diberikan
oleh Rasulullah saw.Selama menjabat khalifah (10 tahun enam bulan),
Umar bin Khattab banyak melakukan ijtihad atau terobosan serta
langkah konkret tidak lain adalah untuk dan demi memajukan,
menyejahterakan rakyatnya, menegakkan keadilan, penegakan hukum,
pendidikan, ekonomi, politik, serta peningkatan kualitas keimanan
dan ketakwaan rakyatnya.[footnoteRef:28] [28: Ali mufrodi,Islam di
Kawasan,Jakarta Bulan bintang,1999]
Kepedulian terhadap rakyat tidak dapat diragukan lagi. Bahkan
terhadap rakyat yang beragama Kristen maupun Yahudi sekalipun. Bagi
orang miskin yang beragama Kristen dan Yahudi, Umar bin Khattab
memberikan gaji terhadap mereka. Tidak jarang Umar bin Khattab
menyamar jadi rakyat biasa untuk mendekati sekaligus memberikan
solusi terhadap rakyat yang sedang kelaparan.Khalifah ke dua ini
sangat selektif dalam memilah pejabatnya. Pejabat yang diangkat
harus memiliki integritas, kemampuan, dan keahlian di bidangnya.
Yang tidak kalah penting adalah memiliki semangat, keberanian
moral, serta komitmen tinggi untuk kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat yang dilakukan secara profesional juga ikhlas semata-mata
mencari rida Allah SWT.[footnoteRef:29] [29: Hadari Nawawi,
kepemimpinan menurut islam, (Jogjakarta,Gajah mada
University,1998)]
Beberapa terobosan dilakukan, misalnya di bidang pemerintahan,
langkah pertama yang dilakukan Umar sebagai khalifah adalah
meneruskan kebijaksanaan yang telah ditempuh Abu Bakar dalam
perluasan wilayah Islam ke luar Semenanjung Arabia. Pada masanya
terjadi ekspansi kekuasaan Islam secara besar-besaran sehingga
periode ini lebih dikenal dengan nama periode Futuhat al-Islamiyyah
(perluasan wilayah Islam). Berturut-turut pasukan Islam berhasil
menduduki Suriah, Irak, Mesir, Palestina, dan Persia.Di bidang
administrasi pemerintahan, Umar berjasa membentuk Majelis
Permusyawaratan, Anggota Dewan, dan memisahkan lembaga pengadilan.
la juga membagi wilayah Islam ke dalam 8 propinsi yang membawahi
beberapa distrik dan subdistrik. Kedelapan propinsi itu adalah
Mekah, Madinah, Suriah, Jazirah, Kufah, Basra, Mesir, dan
Palestina. Untuk masing-masing distrik itu, diangkat pegawai khusus
selaku gubernur. Gaji mereka ditertibkan. Selain itu, administrasi
perpajakan juga dibenahi.Untuk kepentingan pertahanan, keamanan,
dan ketertiban dalam masyarakt, didirikanlah lembaga kepolisian,
korps militer dengan tentara terdaftar. Mereka digaji yang besarnya
berbeda-beda sesuai dengan tugasnya. Dia juga mendirikan pos-pos
militer di tempat-tempat strategis.Umar melakukan pembenahan
peradilan Islam.Beliaulah yang mula-mula meletakkan prinsip-prinsip
peradilandengan menyusun sebuah risalah yang kemudian dikirimkan
kepada Abu Musa al-Asyari. Risalah itu disebut Dustur Umar atau
Risalah al-Qada.Dalam upaya meningkatkan mekanisme pemerintahan di
daerah, Umar melengkapi gubernurnya dengan beberapa staf yang
terdiri dari katib (sekretaris kepala), katib ad-Diwan (sekretaris
pada sekretariat militer), sahib al-kharaj (pejabat perpajakan),
sahib al-ahdas (pejabat kepolisian), .sahib bait al-mal (pejabat
keuangan), dan qadi (hakim dan pejabat jawatan keagamaan). Selain
itu, ada staf yang langsung dikirim dari pusat.Kebijaksanaan lain
yang dilakukan Umar adalah mendaftar seluruh kekayaan pejabat yang
akan dilantik. Ini ditempuh untuk menghindari terjadinya
penyalahgunaan wewenang dan tindakan korupsi.Adapun rangkaian
penaklukan wilayah yang terjadi pada masa Umar bin Khattab
adalah:1. Penaklukkan Syam (13 H), meskipun memang awal serangan
dimulai pada masa Abu Bakar, akan tetapi kota ini baru bisa
ditaklukkan pada masa awal pemerintahan Umar bin Khattab.
Penaklukan ini dipimpin oleh Khalid bin Walid, yang kemudian
dipecat oleh Umar bin Khattab r.apada hari kemenangannya.2.
Penaklukkan Damasqus oleh Abu Ubaidah yang diteruskan ke Baalbek,
Homs dan Hama (13 H).3. Yerussalem (638).4. Caesaria (640) yang
berlanjut ke Selatan Syiria, Harran, Edessa dan Nabisin.5. Mesir
oleh Amr bin Ash (641 H/20 H) termasuk Heliopolis dan Babylonia,
sedangkan Alexandria baru ditaklukkan pada tahun (643).6. Syiria
ditaklukkan pada perang Qadisiyah (637 M/14 H).7. serangkaian
penaklukan lainnya adalah Mosul (641 M/16 H), Nihawan, Hamadazan
(21 H), Rayy (22 H), Isfahan dan kota-kota Utama Iran Barat (644
M), Khurasan (22 H).8. Pasukan lainnya menguasai Ahwaz (Khuzistan)
(640 M/17 H).9. Sijistan dan Kerman (23 H)Maka wilayah kekuasaan
Umar bin Khattab pada saat itu meliputi: benua Afrika hingga
Alexandria, Utara hingga Yaman dan Hadramaut, Timur hingga Kerman
dan Khurasan, Selatan hingga Tabristan dan Haran.Selain itu pada
masa Umar bin Khattab r.a juga tercatat ijtihad-ijtihad baru.
Beberapa sebab-sebab munculnya ijtihad baru di masa awal Islam
berkataitan dengan Alquran maupun sunnah.Di dalam Alquranpada saat
itu sudah mulai ditemukan kata-kata yang musytarak, makna lugas dan
kiasan, adanya pertentangan nash, juga makna tekstual dan makna
kontekstual. Sedangkan tentang sunnah itu sendiri, karena ternyata
para sahabat tidak mempunyai pengetahuan yang merata tentang sunnah
nabi, karena kehati-hatian para sahabat untuk menerima suatu
riwayat, terjadinya perbedaan nilai hadist, dan adanya sunnah yang
bersifat kondisional.Selain beberapa alasan diatas, tentu saja
faktor lainnya ikut mewarnai beberpa kemunculan ijtihad pada masa
Umar bin Khattab, seperti faktor militer, yakni dengan meluasnya
wilayah kekuasaan Islam, faktor sosial yang semakin heterogennya
rakyat negara Islam, dan faktor ekonomi.Contoh ijtihad Umar pada
kasus tentang pemotongan tangan bagi pencuri. Pada beberapa kasus
ternyata Umar bin Khattab tidak melaksanakan hukuman ini, terutama
pada masa musim kemarau yang berkepanjangan pada tahun 18 H, dimana
mereka hampir kehabisan bekal makanan. Selain itu dalam beberapa
kisah dikatakan bahwa dua orang budak telah terbukti mencuri unta,
akan tetapi Umar bin Khattab r.a tidak menjatuhinya hukum potong
tangan karena alasan bahwa mereka mencuri karena kelaparan, sebagai
gantinya beliau membebankan ganti harga dua kali lipat dengan
barang yang mereka curi.Sebagai Umat Islam, pastilah kita mengenal
sosoknya. Sosok yang begitu amat dikagumi kala itu, salah satu
Amirul Muminin Umar bin Khattab. Walaupun kita tidak mengenal sosok
beliau secara pribadi tetapi melalui membaca sejarah, kita dapat
mengetahui bagaimana beliau bisa menjadi seorang Amirul Muminin
yang begitu dicintai oleh rakyatnya.Saat ini, kita hanya dapat
mengenal sosok beliau melalui sejarah saja. Andai kita dapat ikut
merasakan bagaimana rasanya kepemimpinan beliau, mungkin kita
sebagai Umat Islam akan merasa bersedih. Karena hingga saat ini
Indonesia belum mampu mempunyai seorang sosok Pemimpin Pro
Rakyat.Pemimpin Indonesia, masih sering memikirkan dirinya sendiri
tak peduli dengan rakyatnya. Jauh berbeda dengan sosok Amirul
Muminin Umar bin Khattab. Sebagai pengganti khalifah Abu Bakar,
mestinya khalifah Umar mendapat gaji lebih banyak dari Abu Bakar,
sebab wilayah kekhalifahan islam semakin luas, sehingga semakin
banyak pula tugas dan kewajiban khalifah Umar, rakyatpun semakin
makmur. Tetapi ia meminta penerimaan gajinya sama dengan khalifah
Abu Bakar pendahulunya.Para sahabat merasa iba dan prihatin atas
sikap dan kesederhanaan khalifah Umar itu. Beberapa kali mereka
mengusulkan agar khalifah umar mau menerima gaji yg sesuai dengan
tanggung jawabnya, namun usulan itu selalu di tolaknya.Kenapa
kalian memaksaku untuk menerima gaji yg melebihi dari kebutuhanku?
kata khalifah Umar. Ketahuilah meskipun Rasulullah diampunkan
dosanya yg telah lewat dan yg akan datang, namun beliau tetap
memilih hidup melarat, tetapi tetap bersemangat dalam beribadah,
apalagi aku?. Itulah khalifah Umar bin Khattab yg terkenal dengan
kezuhudanya. Meski dia sebagai kepala negara atau amirul mukminin,
dia tak tergiur oleh gemerlapnya harta benda. Jangankan untuk
korupsi, mengambil yg menjadi haknya sendiri saja ia enggan
melakukannya.Itulah sosok Umar bin Khattab yang tidak mau menerima
gaji yang besar walaupun tanggung jawab yang beliau emban cukuplah
besar. Berbeda sekali dengan para pemimpin kita saat ini, inginnya
gaji besar tetapi tanggung jawab yang diemban cukup kecil.Selain
itu Umar bin Khattab adalah sosok seorang pemimpin yang tidak
pernah mau melihat anaknya hidup berfoya-foya walaupun ayahnya
adalah seorang pemimpin. Suatu hari Umar bin Khattab r.a mendengar
bahwa salah seorang anaknya membeli cincin bermata seharga seribu
dirham. ia segera menulis surat teguran kepadanya dengan kata-kata
sebagai berikut: Aku mendengar bahwa engkau membeli cincin permata
seharga seribu dirham. Kalau hal itu benar, maka segera juallah
cincin itu dan gunakan uangnya untuk mengenyangkan seribu orang
yang lapar, lalu buatlah cincin dari besi dan ukirlah dengan
kata-kata, Semoga Allah merahmati orang yang mengenali jati
dirinya.Marilah kita lihat saat ini kehidupan anak-anak para
pemimpin kita. Mereka bisa hidup enak dan berfoya-foya dengan
segala fasilitas negara. Tanpa mereka sadari bahwa apa yang mereka
gunakan adalah milik rakyat.Umar bin Khattab juga merupakan seorang
pemimpin yang mau mengakui kesalahannya dan meminta maaf atas
kesalahannya dengan berani. Hal ini pernah terjadi ketika Umar bin
Khattab r.a sedang berkhutbah, Jangan memberikan emas kawin lebih
dari 40 uqiyah (1240 gram). Barangsiapa melebihkannya maka
kelebihannya akan kuserahkan ke baitul maal. Dengan berani, seorang
wanita menjawab,Apakah yang dihalalkan Allah akan diharamkan oleh
Umar? Bukankah Allah berfirman,sedang kamu telah memberikan kepada
seseorang di antara mereka sejumlah harta, maka janganlah kamu
mengambil dari padanya sedikitpun(An Nisaa:20) Umar berkata, Benar
apa yang dikatakan wanita itu dan Umar salah.Apakah saat ini kita
pernah melihat pemimpin kita yang mau mengakui kesalahnnya tanpa
pernah mau mengalahkan orang lain. Dengan besar hati dan legowo mau
mengakui segala kesalahan yang telah dilakukannya.Umar bin Khattab
juga merupakan seorang pemimpin yang sangat peduli pada rakyatnya.
Hal ini sangat berbeda dengan para pemimpin kita saat ini. Tak ada
pemimpin yang peduli dengan rakyat sepedulinya Umar bin Khattab,
beliau selalu meninjau rakyatnya dari rumah ke rumah tanpa
diketahui oleh rakyatnya. Jika sekarang mana ada pemimpin yang mau
seperti itu berjalan dari satu rumah ke rumah yang lain untuk
melihat saat ini rakyatnya sedang makan apa. Mereka tidak peduli
sama sekali.Inilah cerita tentang ibu yang memasak batu untuk
menipu anak anaknya yang sedang kelaparan. Suatu malam Umar bersama
Aslam salah seorang ajudannya menyamar untuk melakukan inspeksi
keluar masuk kampung untuk melihat kondisi rakyatnya. Di salah satu
sudut kampung terdengarlah rintihan pilu anak anak yang sedang
menangis, dan di sana Umar menemukan seorang ibu yang sedang
memasak sesuatu di tungkunya. Wahai ibu anak anak mu kah yang
sedang menangis itu? Apa yang terjadi dengan mereka?Mereka adalah
anak anakku yang sedang menangis karena kelaparan jawab sang Ibu
sambil meneruskan pekerjaannya memasak.Setelah memperhatikan sekian
lama, Umar dan Aslam keheranan karena masakan sang ibu tidak juga
kunjung siap sementara tangisan anak anaknya semakin memilukan.
Wahai Ibu, apa yang engkau masak? Mengapa tidak juga kunjung siap
untuk anak anakmu yang kelaparan? . Engkau lihatlah sendiri dan
alangkah terkejutnya Umar ketika melihat bahwa yang sedang di masak
sang ibu adalah setumpuk batu. Engkau memasak batu untuk anak
anakmu?!!?? Inilah kejahatan pemerintahan Umar Bin Khattab .
rupanya sang ibu tidak mengenali siapa yang sedang berdiri di
hadapannya, wahai orang asing, aku adalah seorang janda, suamiku
syahid di dalam perang membela agama dan negara ini, tapi lihatlah
apa yang telah dilakukan Umar, dia samasekali tidak peduli dengan
kami, dia telah melupakan kami yang telah kehilangan kepala rumah
tangga pencari nafkah. Hari ini kami tidak memiliki makanan
sedikitpun, aku telah meminta anak anakku untuk berpuasa, dengan
harapan saat berbuka aku bisa mendapatkan uang untuk membeli
makanan tapi rupanya aku telah gagal mendapatkan uang .. memasak
batu aku lakukan untuk mengalihkan perhatian anak anakku agar
melupakan laparnya. . sungguh Umar Bin Khattab tidaklah layak
menjadi seorang pemimpin, dia hanya memikirkan dirinya
sendiri[footnoteRef:30] [30: H.Butami Agani dan Zainal Abidin
ahmad, Kecermelangan Hkalifah Umar Bin Khattab]
Aslam sang ajudan hendak bergerak untuk menegur sang sang Ibu,
hendak memperingatkan dengan siapa dia sedang berbicara saat ini.
Tapi Umar segera melarangnya dan serta merta mengajaknya untuk
pulang. Bukannya langsung beristirahat, Umar segera mengambil satu
karung gandum dan dipikulnya sendiri untuk diberikan kepada sang
Ibu. Beratnya beban karung gandum membuat Umar berjalan terseok
seok, nafasnya tersengah engah dan keringat mengalir deras di
wajahnya. Aslam yang melihat ini segera berkata Wahai Amirul
Mukminin, biarlah saya saja yang membawa karung gandum itu . Umar
memandang Aslam sang ajudan Wahai Aslam! Apakah engkau ingin
menjerumuskan aku ke neraka? Hari ini mungkin saja engkau mau
menggantikan aku memikul beban karung ini, tapi apakah engkau mau
menggantikan aku untuk memikulnya di hari pembalasan kelak? Tak ada
pemimpin jaman sekarang yang mau melakukan apa yang telah dilakukan
oleh Umar? Jangankan menggendong sekarung gandum, buku agenda atau
kertas catatan yang ringan saja pun akan meminta sang ajudan untuk
membawakannya.Apakah masih ada pemimpin seperti Umar yang merelakan
tidur nyenyaknya hilang karena berusaha untuk melihat, mencari tahu
dan berhadapan secara langsung dengan penderitaan rakyatnya? Dan
bukannya hanya sekedar mendengar dari bisik bisik manis sang ajudan
dan orang orang terdekat, atau sekedar laporan ABS (Asal Bapak
Senang).Umar bin Khattab merupakan seorang sosok yang sangat
sederhana. Hal itu dapat dilihat ketika beliau kedatanggan beberapa
utusan dari Kekaisaran Romawi ke kota Madinah untuk menemui
Khalifah Umar bin Khattab RA. Dalam benak mereka terbayanglah sosok
Khalifah Umar bin Khattab RA yang akan mereka temui adalah seorang
raja yang sedang duduk di atas singgasananya dalam sebuah istana
yang megah dan mewah serta dikelilingi oleh para pengawal dan
pasukan yang banyak. Karena mereka tidak mengetahui di mana istana
Khalifah Umar, maka mereka bertanya kepada salah seorang yang
mereka temui di jalan dan memintanya untuk menuntun mereka untuk
menemui Khalifah Umar. Lalu sampailah mereka di suatu tempat yang
terdapat sebuah pohon kurma, lalu sang penunjuk jalan berkata :
Inilah Khalifah Umar pemimpin kami yang anda ingin temui.
Terperanjatlah para utusan itu karena yang mereka lihat adalah
seseorang yang sedang tidur sendirian di bawah pohon kurma, hanya
mengenakan pakaian yang sangat sederhana tanpa seorangpun pengawal
di sampingnya.Coba lihat sekarang, Istana negara yang berencana mau
mengganti pagar Istananya dengan dana yang mencapai milyaran
rupiah, walaupun mendapat kritikan dari berbagai pihak. pemimpin
kita juga memberikan berbagai alasannya juga.Sangat menyedihkan
memang, entah kapan Indonesia akan memiliki pemimpin yang pro pada
rakyatnya. Tidak harus mirip atau menyerupai tetapi setidaknya
adalah sedikit saja kemiripan seperti yang Umar bin Khattab miliki.
Semoga suatu saat akan muncul seorang pemimpin Indonesia yang pro
dengan rakyatnya. Amiin2. Lima Gaya Umar Bin Khattab dalam
MemimpinPertama,MusyawarahDalam bermusyawarah, Umar Radhiyallahu
Anhu tidak pernah memposisikan dirinya sebagai penguasa. Ia
meletakkan dirinya sebagai manusia yang sama kedudukannya dengan
anggota musywarah lain.Ketika ia meminta pendapat mengenai satu
urusan, ia tidak pernah menunjukkan bahwa ia adalah pemegang
kekuasaan, bahkan Umar selalu menanamkan perasan bahwa mereka
adalah guru yang akan menunjukkannya ke jalan kebaikan,
menyelamatkannya dari kesengsaraan hisab di akhirat, karena mereka
membantunya dengan pendapat-pendapat mereka untuk memperjelas
kebenaran.Kedua,APBN untuk RakyatSemua kekayaan negara dipergunakan
untuk melayani rakyat. Kala itu, sesuai kebutuhan zaman, Umar
mendirikan tembok-tembok dan benteng untuk melindungi kaum
Muslimin. Umar juga membangun kota-kota untuk mensejahterakan
seluruh rakyatnya.Umar tidak pernah berpikir mengambil kesempatan
atau keuntungan dari APBN untuk kesenangan diri dan keluarganya.
Malah Umar hidup dengan sangat zuhud, sehingga tidak tertarik
dengan kemewahan, kenikmatan dan segala bentuk pujian manusia yang
mudah kagum dengan harta benda.Ketiga,Menjunjung tinggi kebebasan.
Dalam satu muhasabahnya, Umar berkata pada dirinya sendiri, Sejak
kapan engkau memperbudak manusia, sedangkan mereka dilahirkan
ibunya dalam keadaan merdeka?Menurut Umar, semua orang memiliki
kemerdekaan sejak lahir ke dunia. Umar sama sekali tidak takut akan
kebebasan bangsanya, tidak pula khawatir akan mengancamnya, bahkan
ia mencintai kebebasan manusia itu sendiri, seperti cinta seorang
yang mabuk kepayang serta menyanjungnya dengan penuh
ketulusan.Pemahaman kebebasan menurut Umar sangat sederhana dan
bersifat universal. Kebebasan menurutnya adalah kebebasan
kebenaran. Artinya, kebenearan berada di atas semua aturan.
Kebenaran apa itu? Tentu kebenaran Islam, bukan kebenaran kebebasan
yang disandarkan pada logika liberalisme.Keempat,Siap mendengar
kritikSuatu hari Umar terlibat percakapan dengan salah seorang
rakatnya, orang itu bersikeras dengan pendapatnya dan berkata
kepada Amirul Mukminin, Takutlah engkau kepada Allah. Dan, orang
itu mengatakan hal itu berulang kali.Lalu, salah seorang sahabat
Umar membentak laki-laki itu dengan berkata, Celakalah engkau,
engkau terlalu banyak bicara dengan Amirul Mukminin!Menyaksikan hal
itu, Umar justru berkata, Biarlah dia, tidak ada kebaikan dalam
diri kalian jika kalian tidak mengatakannya, dan kita tidak ada
kebaikan dalam diri kita jika tidak mendengarnya.Kelima,Terjun
langsung mengatasi masalah rakyatnyaSangat masyhur (populer) di
kalangan umat Islam bahwa Umar adalah sosok pemimpin yang
benar-benar merakyat. Tengah malam, saat orang terlelap, ia justru
patroli, mengecek kondisi rakyatnya. Jangan-jangan ada yang tidak
bisa tidur karena lapar, begitu mungkin pikirnya. [Baca:Belajar
Blusukan dari Umar Bin Khattab]Begitu ia menemukan seorang ibu yang
anak-anaknya menangis karena lapar, sedangkan tidak ada bahan
makanan yang bisa dimasak dan disuguhkan, dengan segenap daya Umar
pergi ke Baitul Maal dan memikul sendiri sekarung gandum untuk
kebutuhan makan keluarga tersebut.Seperti itulah, setidaknya setiap
pemimpin Muslim di negeri ini. Bekerja atas dasar iman, sehingga
tidak ada yang didahulukan selain iman, takwa dan kesejahteraan
rakyatnya. Ia blusukan malam hari, bukan siang hari apalagi hanya
sekedar dilihat orang.Jika lima hal di atas mewujud dalam diri
pemimpin hari ini dan semoga di masa mendatang, tentu bangsa
Indonesia akan menjadi bangsa yang maju, adil, makmur, cerdas dan
mandiri serta bebas dari intervensi pihak manapun juga. Semoga.
Wallahu alam.*[footnoteRef:31] [31: M.Al-Baqir, Khalifah dan
kerajaan Al-maidh Abdul Ala]
KESIMPULAN
1. Umar Bin Khattap merupakan Khalifah kedua dari priode
al-khalifah dari periode al-khulafaur ar rasyidin,sosok umar di
kenal sebagai seorang administrator atau pembnagunan Negara modern
dan seorang administrator atau pembangunan Negara modern dan
seorang yang adil dan merata serta alim, dari keturunan suku
quraisy Khalifah umar bin abdul aziz merupakan khalifah ke depan
dari periode dynasty umayyah yang berpusat dan untuk menciptakan
kemakmuran dan keamanan serta sukses dalam penyebaran agama islam
walaupun masyarakat yang di pinpimnya terdiri dari mereka yang
hidup damai dan menikmati kebebasan agama serta menjamin hak dan
kewajiban di bawah pemerintahannya.2. Umar Bin Khattap sebagai
khalifah yang menerapkan kebijakan-kebijaknnya berdasarkan pada
prinsip keadilan dan toleransi.dan mengajak ummatnya kepada
kebaikan dan mengharap Ridho Allah dalam rangka kemakmuran dan
mengajak ummatnya untuk menjalankan ajaran agama berdasarkan
al.quran dan Sunnah3. Dalam kepemimpinannnya Umar Bin Khattap
menerapkan kebijakan-kebijakan yang di lakukan di latarbelakangi
oleh situasi dan kondisi.4. Dalam kepemimpinannya Umar Bin Khattap
menerapkan gaya kepemimpinnya yaitu musyawarah, anggaran APBD untuk
rakyat,menjunjung tinggi kebebasan,siap mendengar kritik dan terjun
langsung mengatasi masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Akkad Abbas Mahmud,1978. Kecenderungan Khalifah Umar Bin
Khattab, terjemahan Bustami, Jakarta Bulan Bintang.
Ali mufradi,1999. Islam di Kawasan, Jakarta Bulan Bintang
Hadari Nawawi,1998. Kepemimpinan Menurut Islam,Yogyakarta Gajah
Mada University
H.Bustami Agani dab Zainal ahmad,1998 Kecermelangan Khalifah
Umar Bin Khattap,Bandung
Siti Maryam dkk.2003.Peradaban Islam Masa Klasik dan
Moderen.Jakarta.
NAMA : ISKANDARNIM : 1410210002Teladan Kepemimpinan Utsman bin
Affan RadhiallahuanhuTELADAN KEPEMIMPINAN USMAN BIN
AFFANKepemimpinan bukanlah suatu perkara yang ringan sebagaimana
anggapan sementara sebahagian orang. Bahkan kepemimpinan merupakan
suatu tanggungjawab besar yang hanya bisa dibawa oleh orang-orang
tangguh yang sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri sebelum
datangnya hari di mana ia ditunjuk sebagai pemimpin umat. Tampuk
kepemimpinan juga tidak bisa diberikan pada sembarang orang dan
tidak pula bisa diwariskan turun temurun kecuali jika keriteria
yang menerima sudah dipandang cukup dan matang. Pada umumnya, orang
yang diberi kursi kepemimpinan sebuah negeri tidak lain.merupakan
orang yang paling hebat dan mulia di zamannya sehingga secara umum
tidak ada yang lebih berhak menerima tanggungjawab besar ini
kecuali dirinya. Demikian ini merupakan corak kepemimpinan Khulafa
Rasyidin. Namun nampaknya hal semacam ini jarang terjadi di masa
sekarang. Utsman bin Affan radhiallahuanhu merupakan salah satu
dari empat khulafa rasyidin tersebut. Berbagai sifat terpuji
membuat semua orang tidak ragu memberikannya tampuk kepemimpinan
setelah sepeninggalan khalifah kedua, Umar bin Al-Khattab
radhiallahuanhu. Utsman merupakan satu dari sekian banyak lulusan
terbaik dari madrasah Muhammad Shallallahualaihi Wasallam. Darinya
lah kepribadian Utsman yang tangguh itu terbentuk. Berbagai
keilmuan beliau serap dari sang nabi terakhir itu. Sebuah berkah
dari kebersamaannya bersama Nabi Muhammad Shallallahualaihi
Wasallam, baik ketika masih di Madinah maupun ketika sudah
berhijrah ke Makkah.Dalam masa kepemimpinannya, Utsman menjadikan
Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam sebagai
pijakan kemudian apa saja yang telah digariskan dan diwariskan oleh
dua khalifah pendahulunya, Abu Bakar dan Umar. Ini pulalah yang
telah diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam
sebagaimana yang diketengahkan At-Tirmidzi dan dinilai shahih oleh
Al-Albani, Ikutilah dua orang sepeninggalanku, seraya menunjuk Abu
Bakar dan Umar. Metode kepemimpinan Utsman ini juga sudah beliau
sampaikan di awal khutbah kepemimpinannya. Yaitu dengan menjadikan
Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman kemudian petunjuk dua khalifah
yang mendahuluinya. Kenyataan ini tentu mengingatkan kita pada
sebuah kaidah kepemimpinan yang masyhur, yaitu sebuah ungkapan,
Mulailah dengan apa yang sudah dilakukan orang-orang terdahulu.
Jangan memulai dari apa yang telah dimulai orang-orang terdahulu.
Maksudnya ketika memimpin atau aktifitas lainnya hendaknya
dilakukan dengan meneruskan apa yang sudah dilakukan orang-orang
terdahulu, bukan malah memulai sebagaimana orang-orang terdahulu
memulai.
Sumber : Sirah Nabawiyah, Muhammad Ridha
NAMA : HERLINA NIM :1410210015KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW DAN
KHULAFAUR RASYIDIN (KEPEMIMPINAN ALI BIN ABI THALIB)A. Pemerintahan
Khulafaur Rasyidin pada Masa Ali bin Abi ThalibSepeninggal nabi
Muhammad, pemerintahan dipegang oleh keempat sahabat terdekat
beliau yang terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin.
Kepemimpinan Abu Bakar berakhir dengan kejayaan yang diraih umat
Islam. Beliau meninggal dan digantikan oleh Umar bin Khatab. Islam
semakin kuat dengan pemeluknya yang semakin banyak dan daerah
kekuasaan yang luas. Tidak begitu lama memimpin, Umar meninggal dan
kemudian digantikan oleh Usman bin Affan. Setelah melewati
masa-masa gemilang, khalifah Usman menghadapi berbagai
pemberontakan dan pembangkangan di dalam negri yang dilakukan oleh
orang-orang yang kecewa dengan tabiat Khalifah. Pada akhir masa
pemerintahannya, beliau dibunuh oleh pemberontak yang menyimpan
dendam kepada Khalifah.Beberapa hari setelah pembunuhan Usman, Ali
bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah oleh sebagian besar kaum
muslimin. Ketika akan dilaksanakan pembaiatan, Ali menayakan
keberadaan Talhah dan Zubair. Mereka adalah senior yang paling
unggul diantara kaum muslim kebanyakan. Merekalah yang berhak
menentukan dan membaiat siapa yang akan menjadi khalifah. Karena
ketidakhadiran mereka, mau tak mau para muslim kebanyakan membaiat
Ali.Ali resmi menjadi khalifah setelah menyatakan sumpah setianya.
Meskipun banyak yang tidak setuju atas pengangkatan Ali, namun pada
kenyataannya Ali tetap menjadi khalifah. Tidak ada alasan lain
untuk tidak menjadikan Ali sebagai khalifah. Dahulu, setelah
meninggalnya nabi, Ali tidak memungkinkan untuk menjadi khalifah
karena alasan umur. Tetapi setelah Usman meninggal, tidak ada lagi
yang menghalangi Ali untuk menjadi khalifah dari segi usia.
B. Strategi Ali Bin Abi Thalib dalam kepemimpinanDiantara
strategi Ali Bin Abi Thalib dalam menegakkan kekhalifaan adalah
memeranig Khawarij. Untuk kepentingan agama dan negara, Ali Bin Abi
Thali juga menggukan potensi dalam usaha pengembangan Islam, baik
perkembangan dalam bidang Sosial, politik, Militer, dan Ilmu
Pengetahuan. 6. Ali Bin Abi Thalib Memerangi KhawarijSemula
orang-orang yang kelak dikenal dengan khawarij ini turut membaiat
Ali ra., dan Ali ra. tidak menindak mereka secara langsung
mengingat kondisi umat belumlah kembali stabil, di samping para
pembuat makar yang berjumlah ribuan itu pun telah berbaur di Kota
Madinah, hingga dapat mempengaruhi hamba sahaya dan orang-orang
Badui. Jika Ali ra. bersegera mengambil tindakan, maka bisa
dipastikan akan terjadi pertumpahan darah dan fitnah yang tidak
kunjung habisnya. Karenanya Ali ra, memilih untuk menunggu waktu
yang tepat, setelah kondisi keamanan kembali stabil, untuk
menyelesaikan persoalan yang ada dengan menegakkan qishash. Kaum
khawarij sendiri pada akhirnya menyempal dari Pasukan Ali ra.
setelah beliau melakukan tahkim dengan Muawiyah ra. setelah
beberapa saat terjadi perbedaan ijtihad di antara mereka berdua ra.
(Ali ra. dan Muawiyah ra.). Orang-orang khawarij menolak tahkim
seraya mengumandangkan slogan:Tidak ada hukum kecuali hukum Allah.
Tidak boleh menggantikan hukum Allah dengan hukum manusia. Demi
Allah! Allah telah menghukum penzalim dengan jalan diperangi
sehingga kembali ke jalan Allah.Ungkapan mereka: Tiada ada hukum
kecuali hukum Allah, dikomentari oleh Ali: Ungkapan benar, tetapi
disalahpahami. Pada akhirnya Ali ra. memerangi khawarij tsb., dan
berhasil menghancurkan mereka di Nahrawan, di mana hampir seluruh
dari orang Khawarij tsb berhasil dibunuh, sedangkan yang terbunuh
di pihak Ali ra. hanya 9 orang saja.7. Upaya Pengembangan dalam
Bidang PemerintahanSituasi ummat Islam pada masa pemerintahan
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib sudah sangat jauh berbeda dengan
masa-masa sebelumnya. Ummat Islam pada masa pemerintahan Abu Bakar
dan Umar Ibnu Khattab masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas
yang harus diselesaikannya, seperti tugas melakukan perluasan
wilayah Islam dan sebagainya. Selain itu, kehidupan masyarakat
Islam masih sangat sederhana karena belum banyak terpengaruh oleh
kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukanNamun pada masa
pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan keadaan mulai berubah.
Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat
duniawi. Oleh karena itu, beban yang harus dipikul oleh penguasa
berikutnya semakin berat. Usaha-usaha Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib
dalam mengatasi persoalan tersebut tetap dilakukannya, meskipun ia
mendapat tantangan yang sangat luar biasa. Semua itu bertujuan agar
masyarakat merasa aman, tentram dan sejahtera. Usaha-usaha yang
dilakukannya diantaranya :b. Mengganti Para Gubernur yang diangkat
Khalifah Usman Ibnu AffanSemua gubernur yang diangkat oleh Khalifah
Usman Ibnu Affan terpaksa diganti, karena banyak masyarakat yang
tidak senang. Menurut pengamatan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, para
gubernur inilah yang menyebabkan timbulnya berbagai gerakan
pemberontakan terhadap pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan.
Mereka melakukan itu karena Khalifah Usman pada paruh kedua masa
kepemimpinannya tidak mampu lagi melakukan kontrol terhadap para
penguasa yang berada dibawah pemerintahannya. Hal itu disebabkan
karena usianya yang sudah lanjut usia, selain para gubernur sudah
tidak lagi banyak yang memiliki idealisme untuk memperjuangkan dan
mengembangkan Islam. Pemberontakan ini pada akhirnya membuat
sengsara banyak rakyat, sehingga rakyatpun tidak suka terhadap
mereka. Berdasarkan pengamatan inilah kemudian Khalifah Ali Ibnu
Abi Thalib mencopot mereka. Adapun para gubernur yang diangkat
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib sebagai pengganti gubernur lama yaitu;
Sahl Ibnu Hanif sebagai gubernur Syria, Sahl Ibnu Hanif sebagai
gubernur Syriah, Usman Ibnu Affan sebagai gubernur Basrah, Umrah
Ibnu Syihab sebagai gubernur kuffah, Qais Ibnu Sa'ad sebagai
gubernur Mesir, Ubaidah Ibnu Abbas sebagai gubernur Yaman.b.
Menarik kembali tanah milik negaraPada masa pemerintahan Khalifah
Usman Ibnu Affan banyak para kerabatnya yang diberikan fasilitas
dalam berbagai bidang, sehingga banyak diantara mereka yang
kemudian merongrong pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan dan
harta kekayaan negara. Oleh karena itu, ketika Khalifah Ali Ibnu
Abi Thalib menjadi Khalifah, ia memiliki tanggung jawab yang besar
untuk menyelesaikannya. Beliau berusaha menarik kembali semua tanah
pemberian Usman Ibnu Affan kepada keluarganya untuk dijadikan milik
negara.Usaha itu bukan tidak mendapat tantangan. ketika Khalifah
Ali Ibnu Abi Thalib banyak mendapat perlawanan dari para penguasa
dan kerabat mantan Khalifah Usman Ibnu Affan. Salah seorang yang
tegas menentang ketika Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib adalah Muawiyah
Ibnu Abi Sufyan. Karena Muawiyah sendiri telah terancam
kedudukannya sebagai gubernur Syria. Untuk menghambat gerakan
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, Muawiyah menghasut kepada para
sahabat lain supaya menentang rencana Khalifah, selain menghasut
para sahabat Muawiyah juga mengajak kerjasama dengan para mantan
gubernur yang dicopot oleh Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib. Kemudian
terjadi perang Jamal, perang Shiffin dan sebagainya.Semua tindakan
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib semata bertujuan untuk membersihkan
praktek Kolusi, korupsi dan Nepotisme didalam pemerintahannya. Tapi
menurut sebagian masyarakat kalo situasi pada saat itu kurang tepat
untuk mela