Top Banner

of 51

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, MARKET TO BOOK VALUE OF EQUITY, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN

    TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

    NUR FITRIYAH, SE, AKSITI ATIKAH, SE, MSI, AK

    ABSTRACT

    The understanding of the antecedent conditions influencing the accounting conservatism in Indonesia is very limited. The results of these studies have been, at best, equivocal and numerous calls have been made for further research. This research has purpose to examine the influence of firms size, leverage, market to book value of equity, and ownership structure to the accounting conservatism.

    The conservatism proxy used in this research is earning (accruals) measures obtained from differences between net income and cash flow from operations. Firms size variable is measured with logarithm of assets, leverage is measured with debt to equity ratio, market to book value of equity is measured with market value of common equity to book value of common equity, and ownership structure is measured with percentage of public ownership.

    The method used in this research is library method. This research used 63 manufacturing firms that listed in Indonesian Stock Exchanges since 2003 until 2007 as the samples which are selected by using purposive random sampling. Statistical analysis method used is logistic regressions.

    The result show that firms size statistically significant to influence accounting conservatism, that mean the bigger is the firms size, the more likely the firms select a more conservative accounting strategy. However, this research cannot prove that there is a significant of the influence of leverage, market to book value of equity, and ownership structure to accounting conservatism.

    Key word: Accounting conservatism, firms size, leverage, market to book value of equity, ownership conservatism, earning (accrual) measures, and logistic regression.

  • 1.1. Latar Belakang

    Penelitian ini akan membahas prinsip konservatisme yang digunakan sebagai dasar

    penyusunan laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

    Prinsip konservatisme menyatakan bahwa ketika memilih diantara dua atau lebih teknik akuntansi yang dapat diterima, maka preferensinya adalah memilih yang paling kecil dampaknya terhadap ekuitas pemegang saham. Secara lebih spesifik, prinsip ini menunjukkan bahwa lebih disukai melaporkan nilai terendah untuk asset dan revenue dan nilai tertinggi untuk hutang dan expenses. Prinsip konservatisme kemudian menyatakan bahwa akuntan secara umum menggambarkan perilaku pesimistik ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan keuangan (Riahi-Belkaoui, 2000:187).

    Sterling dalam Sari (2004) menyatakan bahwa konservatisme merupakan prinsip yang

    paling mempengaruhi penilaian dalam akuntansi. Dewi (2003) menyatakan bahwa konservatisme

    merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai

    prinsip akuntansi yang dominan. Konvensi seperti konservatisme menjadi pertimbangan dalam

    akuntansi dan laporan keuangan karena aktivitas perusahaan dilingkupi oleh ketidakpastian.

    Di kalangan para peneliti, prinsip konservatisme akuntansi masih dianggap sebagai

    prinsip yang kontroversial. Di satu sisi, konservatisme akuntansi dianggap sebagai kendala yang

    akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Di sisi lain, konservatisme akuntansi bermanfaat

    untuk menghindari perilaku oportunistik manajer berkaitan dengan kontrak-kontrak yang

    menggunakan laporan keuangan sebagai media kontrak (Watts dalam Juanda, 2007).

    Hasil - hasil penelitian sebelumnya menunjukkan ketidakkonsistenan faktor faktor

    yang mempengaruhi konservatisme akuntansi. Sari (2004) menyatakan bahwa penelitian yang

    membuktikan bahwa akuntansi konservatif tidak berguna bagi pengguna laporan keuangan seperti

    investor antara lain dilakukan oleh Greenball (1969), Basu (1997), dan Penman dan Zhang (2000).

    Para peneliti tersebut menyatakan bahwa akuntansi konservatif akan menyebabkan kualitas laba

  • yang dihasilkan menjadi rendah. Di sisi lain, Feltham-Ohlson dan Ahmed et al. dalam Sari (2004)

    membuktikan sebaliknya bahwa konservatisme akuntansi dapat digunakan untuk menilai

    perusahaan dan berperan dalam mengurangi biaya hutang perusahaan serta mengatasi konflik

    bondholders-shareholders.

    Pernyataan tersebut didukung oleh Watts dan Zimmerman (1986); Holthausen dan

    Leftwich (1983) dalam Sari (2004) yang menyatakan bahwa pengukuran akuntansi sangat berperan

    penting dalam restriksi kebijakan dividen yang tertera dalam kontrak hutang karena metode

    akuntansi yang digunakan oleh perusahaan sangat mempengaruhi laba dan aset dalam laporan

    keuangan. Hal ini berkaitan pula dengan motif pemilihan suatu metode akuntansi yang tidak

    terlepas dari positive accounting theory, yaitu bonus plan hypothesis, political cost hypothesis, dan

    debt covenant hypothesis. Pilihan metode akuntansi lebih karena adanya keinginan manajemen

    untuk melakukan earnings management yang dimotivasi oleh faktor kompensasi (bonus plan

    hypothesis). Kemungkinan perusahaan melakukan earnings management yang dapat

    mempengaruhi jumlah laba dan aset, dapat diminimalisir dengan menerapkan kebijakan akuntansi

    yang konservatif.

    Poltical cost timbul dari konflik kepentingan antara perusahaan dengan pemerintah sebagai

    kepanjangan tangan masyarakat yang memiliki wewenang untuk melakukan pengalihan kekayaan

    dari perusahaan kepada masyarakat sesuai peraturan yang berlaku (peraturan perpajakan maupun

    peraturan lainnya). Sementara, proses pengalihan kekayaan biasanya didasarkan pada informasi

    akuntansi seperti laba perusahaan atau informasi akuntansi lainnya. Sehubungan dengan adanya

    biaya monitoring terhadap pembuatan dan penyelenggaraan aturan, keputusan regulasi ingin

    memperbaiki angka akuntansi. Political cost hypothesis memprediksikan bahwa manajer ingin

  • mengecilkan laba untuk mengurangi biaya politis yang potensial (Watts dan Zimmerman dalam

    Widya, 2004).

    Ukuran perusahaan berdasar pada asumsi bahwa perusahaan besar lebih sensitif secara

    politis dan memiliki beban transfer kesejahteraan (biaya politis) yang lebih besar daripada

    perusahaan yang lebih kecil. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Widya (2004) yang

    menyimpulkan bahwa perusahaan besar cenderung untuk memilih strategi akuntansi konservatif,

    demikian pula dengan penelitian Sari (2004) yang menyatakan bahwa total aset menunjukkan nilai

    positif signifikan yang artinya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi

    konservatisme. Namun berlawanan dengan kedua penelitian sebelumnya, Amalia (2006)

    menyatakan bahwa semakin kecil ukuran prusahaan maka besar kemungkinan perusahaan akan

    menyajikan laporan keuangan yang cenderung konservatif.

    Herawati dan Baridwan (2007) menyatakan bahwa agen biasanya bersikap oportunis dan

    tidak menyukai risiko, karena itu perusahaan khususnya manajer perusahaan yang mendekati atau

    telah melanggar perjanjian utang akan berusaha untuk mementingkan kepentingannya sendiri dan

    menghindari risiko yang ada. Debt-covenant hypothesis menyatakan bahwa jika semua hal lain

    tetap sama, semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang yang berbasis

    akuntansi, lebih mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang

    memindahkan laba yang dilaporkan dari periode masa datang ke periode saat ini, akibatnya pada

    perusahaan yang sering memutuskan perjanjian utang cenderung untuk memilih strategi akuntansi

    yang kurang konservatif.

    Zmijewski dan Hagerman (1981) dalam Almilia (2006) mendukung debt covenant

    hypothesis, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara leverage dan pilihan prosedur

    akuntansi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar debt to equity ratio, semakin

  • besar pula kemungkinan perusahaan akan menggunakan prosedur yang meningkatkan laba yang

    dilaporkan periode sekarang atau laporan keuangan yang disajikan cenderung tidak konservatif

    (optimis). Demikian pula dengan penelitian Sari (2004) yang menyatakan bahwa semakin tinggi

    proporsi hutang jangka panjang terhadap aset, maka semakin rendah tingkat konservatisme

    perusahaan. Namun, hal ini tidak sesuai dengan penelitian Lo (2005) yang menyatakan leverage

    berpengaruh positif terhadap konservatisme. Berlawanan dengan hasil penelitian lainnya, Widya

    (2004) menyatakan bahwa leverage tidak memiliki pengaruh terhadap pemilihan strategi

    akuntansi konservatif.

    Pada perusahaan yang menggunakan prinsip konservatif terdapat cadangan tersembunyi

    yang digunakan untuk investasi, sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan

    yang tumbuh (Mayangsari dan Wilopo, 2002). Pertumbuhan ini akan direspon positif oleh investor

    sehingga nilai pasar perusahaan yang konservatif lebih besar dari nilai bukunya sehingga akan

    tercipta goodwill (Widya, 2004). Pasar menilai positif atas investasi yang dilakukan perusahaan

    karena dari investasi yang dilakukan saat ini diharapkan perusahaan akan mendapatkan kenaikan

    arus kas di masa depan. Feltham-Ohlson dan Penman dalam Widya (2004) menyatakan bahwa

    akuntansi konservatif merupakan konsep yang sesuai karena konsep tersebut menunjukkan

    pertumbuhan suatu perusahaan karena aset netto yang dilaporkan lebih rendah dari nilai pasar.

    Market to book value of equity merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk

    mengetahui pertumbuhan perusahaan, sesuai dengan ukuran yang digunakan Widya (2004).

    Konservatisme akuntansi juga dipengaruhi oleh struktur kepemilikan (Widya, 2004). Hasil

    penelitiannya menunjukkan adanya hubungan positif signifikan atau dapat diartikan semakin tinggi

    konsentrasi struktur kepemilikan perusahaan terhadap modal, maka perusahaan tersebut cenderung

    memilih strategi akuntansi konservatif. Berlawanan dengan hasil penelitian Widya (2004), Fala

  • (2007) menyatakan bahwa struktur kepemilikan yang diukur dengan proporsi kepemilikan

    manajerial tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

    Berdasarkan ketidakkonsistenan penelitian terdahulu, maka penulis tertarik untuk

    mengangkat judul: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Market to Book Value of Equity, dan

    Struktur Kepemilikan terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa

    Efek Indonesia.

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pada latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini

    adalah:

    1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

    2. Apakah leverage berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

    3. Apakah market to book value of equity berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

    4. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini adalah:

    1. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi.

    2. Untuk menguji pengaruh leverage terhadap konservatisme akuntansi.

    3. Untuk menguji pengaruh market to book value of equity terhadap konservatisme

    akuntansi.

    4. Untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap konservatisme akuntansi.

    2.1. Landasan Teori

  • 2.1.1. Penelitian Terdahulu

    Penelitian ini membahas tentang pengaruh ukuran perusahaan, leverage, market to book

    value of equity, dan struktur kepemilikan terhadap konservatisme akuntansi. Selain penelitian ini,

    ada beberapa penelitian terdahulu sejenis yang dapat dijadikan sebagai acuan penelitian.

    1. Sari (2004) bermaksud menguji peran konservatisme dalam menghadapi konflik

    bondholders-shareholders yang dihadapi perusahaan seputar kebijakan dividen serta

    menguji hubungan antara penerapan akuntansi konservatif dengan peringkat obligasi

    perusahaan. Penelitian ini menguji model berdasarkan persamaan regresi yang dipakai oleh

    Ahmed et al. (2002) yaitu dengan menggunakan regresi majemuk data panel. Sampel

    penelitian merupakan perusahaan yang menerbitkan obligasi dan saham selama periode

    1999-2003 di BEJ dan BES. Kesimpulan dari pengujian model pertama adalah data

    mendukung hipotesa bahwa konservatisme berperan dalam perusahaan yang menghadapi

    konflik bondholders-shareholders seputar kebijakan dividen yang timbul pada perusahaan

    yang memiliki hutang obligasi dan menerbitkan saham. Hasil pengolahan data untuk

    pengaruh rasio hutang jangka panjang terhadap total aset menunjukkan hubungan negatif

    yang signifikan sesuai dengan debt covenant hypothesis. Dari pengujian model kedua,

    dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konservatisme

    dengan peringkat obligasi perusahaan.

    2. Penelitian Widya (2005) bertujuan untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan, debt

    covenant hypothesis, political cost hypothesis, dan growth sebagai variabel independen

    terhadap konservatisme sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan beberapa

    asumsi untuk menentukan konservatisme laporan keuangan suatu perusahaan yang

    didasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Penelitian ini juga menggunakan 3

  • ukuran konservatif yang dikemukakan oleh Watts (2003) yaitu earnings/stock returns

    relations measures, earnings/accruals measures, dan net asset measures. Alat analsis yang

    digunakan adalah analisis regresi logit dengan sampel dari perusahaan manufaktur yang

    terdaftar dari tahun 1995 sampai 2002. Hasil penelitian yaitu semakin besar konsentrasi

    struktur kepemilikan perusahaan terhadap modal, maka perusahaan tersebut cenderung

    untuk memilih strategi akuntansi konservatif; debt covenant hypothesis tidak berpengaruh

    terhadap konservatisme; semakin besar kos politis yang dikeluarkan oleh perusahaan maka

    perusahaan cenderung untuk memilih strategi akuntansi yang lebih konservatif; perusahaan

    yang bertumbuh dilihat dari rasio market to book value of equity merupakan salah satu

    yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif, dan berdasarkan

    hasil pengujian terhadap tiga proksi yang dikemukakan Watts (2003) dapat disimpulkan

    bahwa proksi ke-3 (net asset measures) merupakan proksi yang sesuai dengan model

    asumsian karena mendekati model asumsian dan menghasilkan dua variabel yaitu political

    cost hypothesis dan growth yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi

    konservatif.

    3. Penelitian Lo (2005) bertujuan untuk meneliti pengaruh tingkat kesulitan keuangan

    perusahaan terhadap konservatisme akuntansi. Sampel merupakan perusahaan manufaktur

    yang terdaftar dari tahun 1994 2002 di BEJ dan tingkat konservatisme diukur dengan

    suatu ukuran alternatif konservatisme akuntansi yang dibuat peneliti dalam penelitian

    tersebut. Dalam penelitiannya, Lo memasukkan variabel leverage dan ukuran perusahaan

    sebagai variabel kontrol. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat leverage

    berpengaruh positif terhadap kebijakan tingkat konservatisme akuntansi yang dibuat oleh

    manajer. Demikian pula dengan ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap

  • tingkat konservatisme akuntansi. Selanjutnya, penelitian Lo mendukung hipotesis teori

    signaling bahwa tingkat kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh positif terhadap

    tingkat konservatisme akuntansi.

    4. Almilia (2006) melakukan pengujian atas size hypothesis dan debt/equity hypothesis yang

    mempengaruhi tingkat konservatisme laporan keuangan perusahaan dengan tekhnik

    analisis multinomial logit. Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara purposive

    sampling. Sampel yang digunakan yaitu perusahaan-perusahaan manufaktur dan non

    manufaktur (kecuali perbankan) yang terdaftar di BEJ periode 1999-2002. Penelitian ini

    berusaha untuk menguji size hypothesis dan debt/equity hypothesis yaitu dampak size

    perusahaan atau tingkat hutang perusahaan terhadap penyajian laporan keuangan yang

    cenderung konservatif. Perusahaan yang konservatif dikelompokkan berdasarkan 3 kriteria

    yaitu: kelompok pertama untuk perusahaan yang nilai rasio market to book value equity

    lebih dari satu, kelompok kedua untuk perusahaan yang selisih net income (sebelum

    depresiasi) dengan operational cash flow bernilai negatif, dan kelompok ketiga adalah

    perusahaan yang nilai rasio market to book value equity lebih dari satu dan selisih net

    income (sebelum depresiasi) dengan operational cash flow bernilai negatif. Hasil penelitian

    ini menunjukkan bahwa semakin kecil size perusahaan maka besar probabilitas perusahaan

    akan menyajikan laporan keuangan yang cenderung konservatif. Penelitian ini juga

    memberikan bukti bahwa semakin tinggi debt to total asset ratio maka semakin besar

    probabilitas perusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang cenderung tidak

    konservatif atau optimis.

  • Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terutama dengan Widya

    (2004) yang menjadi rujukan utama peneliti adalah:

    1. Penelitian sebelumnya menggunakan data laporan keuangan sebelum atau pada saat

    masa krisis (1995-2002), sedangkan penelitian ini menggunakan data setelah periode krisis

    (2003-2007).

    2. Dalam penelitian ini, tingkat konservatisme akuntansi diukur dengan earning

    (accruals) measures seperti yang digunakan oleh Givoly dan Hayn (2000), Dewi (2003),

    dan Sari (2004). Sedangkan Widya (2004) menggunakan beberapa asumsi yang didasarkan

    pada SAK 2002 untuk mengukur tingkat konservatisme.

    3. Pada penlitian ini ukuran perusahaan diukur dengan total aset dan leverage dengan

    debt to equity, sedangkan Widya (2004) menggunakan total penjualan dan long term debt

    to asset.

    2.1.2. Konservatisme Akuntansi

    2.1.2.1.Pengertian Konservatisme akuntansi

    Tidak ada definisi otoritatif mengenai konservatisme akuntansi. Konservatisme dapat

    ditinjau dari berbagai sudut pandang, misalnya dari metode akuntansi yang digunakan, nilai ekuitas

    perusahaan, laba perusahaan, asimetri pengukuran bad news dan good news dalam laporan

    keuangan (Penman dan Zhang 2002; Ahmed et al. 1998; Gigler dan Hemmer 2000; Givoly dan

    Hayn 2000; Giner dan Rees 2001 seperti dikutip dalam Almilia, 2006).

    Istilah konservatisme umumnya dipergunakan dalam artian bahwa akuntan harus

    melaporkan yang terendah di antara berbagai nilai asset dan revenue, dan harus melaporkan

    yang tertinggi diantara nilai yang ada untuk liabilities dan expenses. Konservatisme ini juga

  • mengandung pengertian bahwa biaya-biaya harus diakui sedini mungkin sedangkan

    pendapatan harus diakui selambat mungkin (Tuanakotta, 1983).

    Konservatisme timbul karena ada kecenderungan dari pihak manajemen untuk menaikkan

    nilai aset dan pendapatan suatu perusahaan. Konservatisme saat ini lebih dikaitkan dengan kehati-

    hatian (prudence). Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik

    untuk semua pemakai laporan keuangan. Definisi konservatisme yang lebih deskriptif adalah

    memilih prinsip akuntansi yang mengarah pada minimalisasi laba kumulatif yang dilaporkan yaitu

    mengakui pendapatan lebih lambat, mengakui biaya lebih cepat, menilai aset dengan nilai yang

    lebih rendah dan menilai kewajiban dengan nilai yang lebih tinggi (Almilia, 2006).

    2.1.2.2. Pemicu konservatisme akuntansi

    Pemilihan metode akuntansi konservatif dapat dijelaskan melalui positive accounting

    theory dan agency theory. Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai beikut:

    a. Positive Accounting Theory

    1. Bonus plan hypothesis

    Sari (2004) menyatakan bahwa pilihan metode akuntansi lebih karena adanya keinginan

    manajemen untuk melakukan earnings management yang dimotivasi oleh faktor

    kompensasi (bonus plan hypothesis). Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian

    bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser

    laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini

    dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini.

    Kemungkinan perusahaan melakukan earnings management yang dapat mempengaruhi

  • jumlah laba dan aktiva, dapat diminimalisir dengan menerapkan kebijakan akuntansi yang

    konservatif.

    2. Political cost hypothesis

    Salah satu hal yang dapat memicu manajer untuk melakukan penurunan laba (laporan

    keuangan disajikan cenderung konservatif) adalah keinginan untuk meminimalkan risiko

    politik (Scott dalam Almilia, 2006). Rekayasa laba dilakukan dengan meminimalkan risiko

    politik yang dikenal dengan istilah political cost hypothesis atau size hypothesis. Hipotesis

    ini menyatakan bahwa perusahaan yang berhadapan dengan biaya politik, cenderung untuk

    melakukan rekayasa penurunan laba dengan tujuan untuk meminimalkan biaya politik yang

    harus mereka tanggung. Biaya politik mencakup semua biaya (transfer kekayaan) yang

    harus ditanggung oleh perusahaan terkait dengan tindakan-tindakan anti trust, regulasi,

    subsidi pemerintah, pajak, tarif, tuntutan buruh dan lain sebagainya (Watts dan Zimmerman

    dalam Almilia, 2006).

    3. Debt covenant hypothesis

    Debt-covenant hypothesis menyatakan bahwa jika semua hal lain tetap sama, semakin

    dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang yang berbasis akuntansi, lebih

    mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba

    yang dilaporkan dari periode masa datang ke periode saat ini, akibatnya pada perusahaan

    yang sering memutuskan perjanjian utang cenderung untuk memilih strategi akuntansi yang

    kurang konservatif (Widya, 2004).

    b. Teori Agensi

  • Jensen dan Meckling (1976) dalam Tarjo dan Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa sebuah

    perusahaan adalah merupakan pusat kontrak antara individu yang berpartisipasi dalam operasi

    perusahaan. Dalam teorinya, Jensen dan Meckling (1976) mengambarkan mengenai hubungan

    perusahaan sebagai kontrak antara pemilik (principal) dengan bagian lain (agen) untuk melakukan

    usaha bagi kepentingan principal, dan pihak principal menyerahkan keputusan pelaksanan kepada

    agen atau perusahaan.

    Adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan antara principal dengan

    agent akan menyebabkan timbulnya asymmetry information. Menurut Scott dalam Kiryanto dan

    Supriyanto (2006) ada dua jenis asymmetry information, yaitu adverse selection dan moral hazard.

    Konflik bondholders-shareholders timbul pada saat perusahaan mencari pendanaan dari

    hutang. Masalah yang timbul antara lain adalah seputar kebijakan dividen. Pembayaran dividen

    yang terlalu tinggi akan menyebabkan ancaman bagi debtholder karena akan mengurangi aset yang

    seharusnya tersedia untuk pelunasan hutang. Untuk mengatasi masalah ini, debtholder biasanya

    akan mensyaratkan pembatasan pembayaran dividen. Smith and Warner dalam Sari (2004)

    menyatakan bahwa di dalam kontrak hutang, pembayaran dividen dibatasi oleh besarnya laba yang

    diperoleh oleh perusahaan.

    Laba dan aset yang konservatif akan dapat membatasi pembayaran dividen untuk

    pemegang saham. Dengan demikian, penggunaan akuntansi yang semakin konservatif akan

    membuat semakin kecil kemungkinan adanya pembayaran dividen yang terlalu tinggi kepada

    pemegang saham.

    2.1.2.3.Pengukuran Konservatisme

  • Penman dan Zhang (2002) menggunakan conservatism index (C-score) sebagai proksi

    konservatisme neraca, dan earnings quality indicator (Q-score) untuk menghitung tingkat

    konservatisme laporan laba rugi. Beaver dan Ryan (2000) dalam Dewi (2003) menggunakan nilai

    aset yang understatement dan kewajiban yang overstatement untuk mengetahui konservatisme

    laporan keuangan. Proksi pengukuran ini menggunakan market-to-book ratio.

    Konservatisme dalam penelitian ini diukur menggunakan earnings (accrual) measures,

    konsisten dengan penelitian Givoly dan Hayn (2002), Dewi (2003), dan Sari (2004). Semakin

    besar akrual negatif yang diperoleh maka semakin konservatif akuntansi yang diterapkan. Hal ini

    dilandasi oleh teori konservatisme menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat pengakuan

    biaya. Tingkat konservatisme akuntansi dapat dikategorikan dalam akuntansi konservatif dan

    akuntansi liberal atau optimis (Penman dalam Lo, 2005). Akuntansi yang konservatif berarti bahwa

    akuntan bersikap pesimis dalam menghadapi ketidakpastian laba atau rugi. Rumus dari proksi

    konservatisme ini menurut Givoly dan Hyan (2002) dalam Sari (2004) adalah sebagai berikut:

    itititCFNIC =

    Keterangan :

    Cit = Tingkat konservatisme akuntansi

    NIit = net income sebelum extraordinary item ditambah depresiasi dan amortisasi

    CFit = cash flow dari kegiatan operasional.

    Laba bersih yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu laba bersih sebelum

    extraordinary item yang ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Extraordinary item adalah

    item-item yang berasal dari kegiatan lain di luar kegiatan pokok perusahaan.

  • Pos luar biasa harus dipisahkan dari hasil usaha sehari-hari dan ditunjukkan secara terpisah

    dalam perhitungan rugi laba disertai pengungkapan mengenai sifat dan jumlahnya. Namun, pada

    kenyataannya masih banyak hal-hal yang sukar untuk dipisahkan mana yang menjadi pos luar

    biasa dan mana yang bukan pos luar biasa. Oleh karenanya, hal tersebut tergantung kepada

    kebijaksanaan akuntansi perusahaan. Alasan lain mengeluarkan extraordinary items dan

    discontinued operations adalah untuk menghilangkan elemen yang mungkin menyebabkan

    pertumbuhan laba meningkat dalam satu periode yang tidak akan timbul dalam periode yang lain.

    Depresiasi dan amortisasi merupakan alokasi biaya dari aset yang dimiliki perusahaan.

    Pada saat pembelian aset, kas yang dibayarkan termasuk dalam arus kas dari kegiatan investasi dan

    bukan dari kegiatan operasi. Dengan demikian, alokasi biaya depresiasi yang akan tercermin dalam

    net income tidak berhubungan dengan arus kas dari kegiatan operasi. Sehingga depresiasi dan

    amortisasi dikeluarkan dari net income dalam perhitungan tingkat konservatisme berdasarkan

    earnings (accrual) measures (Sari, 2004).

    Arus kas operasi adalah arus kas dari aktivitas pengahasil utama pendapatan perusahaan

    dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Arus kas operasi yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah arus kas bersih dari aktivitas operasi. Jumlah arus kas yang

    berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi

    perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara

    kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa

    mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.

    2.1.2.4.Ukuran Perusahaan

    Ukuran perusahaan adalah suatu skala di mana dapat diklasifikasikan sebagai besar kecil

    perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aset, nilai total penjualan bersih, dan nilai

  • pasar saham. Pada dasarnya ukuran perusahaan terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar,

    perusahaan menengah, dan perusahaan kecil (Almilia, 2006). Namun, dalam penelitian ini

    perusahaan hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu perusahaan besar dan kecil. Ukuran

    perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Pada perusahaan besar dengan total

    aset yang besar akan lebih berani untuk menggunakan modal dari pinjaman dalam membelanjai

    seluruh aset baik aset tetap maupun aset lancar yang digunakan untuk perluasan usaha,

    dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil ukurannya.

    Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan logaritma natural dari total aset

    sesuai dengan penelitian Sari (2004) dan Lo (2005). Semakin besar aset perusahaan berarti

    semakin besar juga angka ekponensial logaritmanya.

    2.1.2.5.Leverage

    Arti leverage secara harfiah (literal) adalah pengungkit. Leverage bisa digunakan untuk

    meningkatkan tingkat keuntungan yang diharapkan. Rasio leverage (leverage ratios) mengukur

    tingkat sejauh mana aset perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang (Brigham dan

    Houston, 2001:86).

    Rasio yang umum digunakan dalam penelitian konservatisme adalah debt ratio atau disebut

    juga dengan rasio utang terhadap total asset. Kreditor lebih menyukai rasio utang yang rendah

    karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur

    dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih

    besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2001:86).

    Rasio ini diukur dengan rumus sebagai berikut:

    Debt to equity ratio = Total Kewajiban

    Total ekuitas

  • 2.1.2.6.Market to book value of equity

    Teori contracting Watts dan Zimmerman dalam Fanani (2006) menyatakan bahwa set

    kesempatan investasi mempengaruhi peristiwa kontrak, yang pada gilirannya mempengaruhi

    pilihan manajer atas metode akuntansi yang digunakan, dan memberikan bukti secara empirik

    hubungan manajemen laba dan set kesempatan investasi. Gul et al. (2003) dan Riahi-Belkoui

    (2003) dalam Fanani (2006) menyatakan bahwa perusahaan ber-IOS tinggi mengelola laba lebih

    sebagai alat untuk menyampaikan informasi privat yang memiliki relevansi nilai dari pada

    menyembunyikan kinerja buruk yang oportunistik. Pertumbuhan perusahaan menurut Smith dan

    Watts (1992) dalam Tarjo dan Jogiyanto (2003) dapat diukur melalui kombinasi dari berbagai

    peningkatan investment opportunity set (IOS).

    Salah satu proksi IOS yang dapat digunakan dalam mengetahui hubungan dengan

    konservatisme akuntansi adalah market to book value of equity. Rasio nilai pasar terhadap nilai

    buku memberikan penilaian akhir dan mungkin yang paling menyeluruh atas status pasar saham

    perusahaan. Rasio ini mengikhtisarkan pandangan investor tentang perusahaan secara keseluruhan,

    manajemennya, labanya, likuiditasnya, dan prospek masa depan perusahaan. Oleh karenanya

    dengan melihat rasio ini dapat dilihat reaksi pasar atas sinyal positif dari perusahaan tentang

    adanya penerapan konservatisme akuntansi yang diberikan melalui laporan keuangan. Rumus

    untuk menghitung market to book value of equity menurut Collins dan Kothari (1981) dalam

    Widya (2004) adalah:

    (saham beredar x harga penutupan saham)

    MVE/BVE = Total ekuitas

    2.1.2.7.Struktur Kepemilikan

  • Agency problem dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan (kepemilikan internal dan

    kepemilikan eksternal). Struktur kepemilikan dapat mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada

    akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu

    maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya kontrol yang mereka miliki.

    Semakin tinggi kepemilikan publik maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan

    mengurangi agency cost, sehingga perusahaan akan menggunakan dividen yang rendah.

    Struktur kepemilikan dalam penelitian ini diukur sesuai dengan penelitian Wibowo (2002)

    dan Widya (2004) yaitu proporsi lembar saham yang dimiliki oleh investor individual eksternal

    (publik) akhir tahun 2003-2007. Wibowo dalam Widya (2004) menyatakan bahwa variabel ini

    mampu mengukur asimetri informasi sebagai salah satu determinasi konservatisme.

    2.1.2.8. Pengaruh Ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi

    Size hypothesis berdasar pada asumsi bahwa perusahaan besar lebih sensitif secara politis

    dan memiliki beban transfer kesejahteraan (biaya politis) yang lebih besar daripada perusahaan

    yang lebih kecil. Perusahaan besar mungkin memiliki tarif pajak yang lebih tinggi, tetapi

    perusahaan besar kemungkinan juga memperoleh manfaat politis yang lebih besar (perjanjian

    dengan pemerintah yang menguntungkan dan pembatasan impor) sebagai kompensasi dari tarif

    pajak yang tinggi (Almilia ,2006). Almilia (2006) menyatakan size hypothesis yakin pada

    pengujian asumsi oleh Zimmerman (1983) yang menyatakan bahwa perusahaan besar lebih sensitif

    secara politis daripada perusahaan yang lebih kecil.

    Salah satu hal yang dapat memicu manajer untuk melakukan penurunan laba (laporan

    keuangan disajikan cenderung konservatif) adalah keinginan untuk meminimalkan risiko politik

    (Scott dalam Almilia, 2006). Perusahaan yang berukuran besar biasanya lebih

  • diawasi oleh pemerintah dan masyarakat. Ukuran perusahaan berpengaruh

    positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Jika perusahaan berukuran

    besar mempunyai laba tinggi secara relatif permanen, maka pemerintah dapat

    terdorong untuk menaikkan pajak dan meminta layanan publik yang lebih

    tinggi kepada perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan berukuran besar akan

    cenderung melaporkan laba rendah secara relatif permanen dengan

    menyelenggarakan akuntansi konservatif.

    2.1.2.9. Pengaruh leverage terhadap konservatisme akuntansi

    Teori akuntansi positif memprediksi bahwa leverage perusahaan dapat

    mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi (Lo, 2005). Jika perusahaan

    mengalami kesulitan keuangan, manajer sebagai agen dapat dianggap akan

    melanggar kontrak. Kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah

    diakibatkan oleh kualitas manajer yang buruk. Keadaan tersebut dapat

    memicu pemegang saham melakukan penggantian manajer, yang kemudian

    dapat menurunkan nilai pasar manajer di pasar tenaga kerja. Ancaman

    tersebut dapat mendorong manajer menurunkan tingkat konservatisme

    akuntansi. Pada perusahaan yang tidak mempunyai masalah keuangan,

    manajer tidak menghadapi tekanan pelanggaran kontrak sehingga manajer

    menerapkan akuntansi konservatif untuk menghindari kemungkinan konflik

    dengan kreditur dan pemegang saham. Oleh karena itu, leverage perusahaan

    yang semakin tinggi akan mendorong manajer untuk mengurangi tingkat

    konservatisme akuntansi, dan sebaliknya.

  • Namun apabila dilihat dari teori signalling yang menjelaskan bahwa jika kondisi

    keuangan dan prospek perusahaan baik, manajer memberi sinyal dengan

    menyelenggarakan akuntansi yang tidak konservatif yang tercermin dalam

    akrual diskresioner positif untuk menunjukkan bahwa kondisi keuangan

    perusahaan dan laba periode kini serta yang akan datang lebih baik daripada

    yang diimplikasikan oleh laba non-diskresioner periode kini (Lo, 2005). Jika

    perusahaan dalam kesulitan keuangan dan mempunyai prospek buruk,

    manajer memberi sinyal dengan menyelenggarakan akuntansi konservatif

    yang tercermin dalam akrual diskresioner negatif untuk menunjukkan bahwa

    kondisi keuangan perusahaan dan laba periode kini serta yang akan datang

    lebih buruk daripada laba non-diskresioner perioda kini. Dengan demikian,

    tingkat kesulitan keuangan perusahaan yang semakin tinggi akan mendorong

    manajer untuk menaikkan tingkat konservatisme akuntansi, dan sebaliknya.

    Di lain pihak pada perusahaan yang mempunyai utang relatif tinggi, kreditur mempunyai

    hak lebih besar untuk mengetahui dan mengawasi penyelenggaraan operasi dan akuntansi

    perusahaan. Hak lebih besar yang dimiliki kreditur akan mengurangi asimetri informasi di antara

    kreditur dengan manajer perusahaan. Manajer mengalami kesulitan untuk menyembunyikan

    informasi dari kreditur. Kreditur berkepentingan terhadap distribusi aset bersih dan laba yang lebih

    rendah kepada manajer dan pemegang saham sehingga kreditur cenderung meminta manajer untuk

    menyelenggarakan akuntansi konservatif.

    2.1.2.10. Pengaruh market to book value of equity terhadap konservatisme akuntansi

    Pada perusahaan yang menggunakan prinsip konservatif terdapat cadangan tersembunyi

    yang digunakan untuk investasi, sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan

  • yang tumbuh (Mayangsari dan Wilopo, 2002). Pertumbuhan ini akan direspon positif oleh investor

    sehingga nilai pasar perusahaan yang konservatif lebih besar dari nilai bukunya sehingga akan

    tercipta goodwill. Pasar menilai positif atas investasi yang dilakukan perusahaan karena dari

    investasi yang dilakukan saat ini diharapkan perusahaan akan mendapatkan kenaikan arus kas

    dimasa depan. Pertumbuhan sendiri dapat diukur dengan menggunakan market to book value of

    equity, sehingga semakin besar nilai market to book value of equity, semakin besar pula

    kecenderungan perusahaan menyelenggarakan akuntansi konservatif.

    Feltham dan Ohlson (1995) dan Penman (2001) dalam Widya (2004) menyatakan bahwa

    akuntansi konservatif merupakan konsep yang sesuai karena konsep tersebut menunjukkan

    pertumbuhan suatu perusahaan karena aset netto yang dilaporkan lebih rendah dari nilai pasar.

    2.1.2.11. Pengaruh struktur kepemilikan terhadap konservatisme akuntansi

    Wibowo (2002) dalam Widya (2004) menyatakan terdapat hubungan positif antara struktur

    kepemilikan dengan konservatisme laba. Qiang (2003) dalam Widya (2004) menyatakan bahwa

    tingkat konsentrasi struktur kepemilikan modal perusahaan yang besar akan mengurangi

    keuntungan bersih yang diharapkan manajer terhadap laba atas modal sehingga tingkat

    konservatisme meningkat.

    2.1.3. Kerangka Konseptual

    Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji kembali pengaruh ukuran perusahaan, leverage,

    market to book value of equity, dan struktur kepemilikan terhadap konservatisme akuntansi pada

    perusahaan manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia. Gambaran kerangka konseptual

    penelitian ini terlihat pada gambar di bawah ini:

  • Ukuran Perusahaan

    Leverage

    Market to book value of equity

    Struktur kepemilikan

    Konservatisme Akuntansi

    (+)

    (+) atau (-)

    (+)

    (+)

    Keterangan: (+) Pengaruh positif

    ( - ) Pengaruh negatif

    Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

    2.1.4. Perumusan Hipotesis

    Berdasarkan pada rumusan masalah, kajian teoritis, dan hasil penelitian terdahulu, maka

    dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

    H1 :Diduga terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi

    H2 :Diduga terdapat pengaruh leverage terhadap konservatisme akuntansi

    H3 :Diduga terdapat pengaruh market to book value of equity terhadap konservatisme

    akuntansi.

    H4 :Diduga terdapat pengaruh struktur kepemilikan terhadap konservatisme akuntansi.

    3.1. Jenis Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah penelitian asosiatif, karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dihubungkan.

  • Hubungan antar variabel ada tiga yaitu: simetris, kausal, dan interaktif. Hubungan yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah kausal. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.

    Jadi di sini ada variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2004:30).

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara variabel

    independen yaitu ukuran perusahaan, leverage, market to book value of equity, dan struktur

    kepemilikan perusahaan dengan konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur di Bursa

    Efek Jakarta.

    3.2. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang secara konsisten

    mempublikasikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui sarana Indonesian

    Capital Market Directory dan melalui situs www.idx.co.id selama kurun waktu lima tahun, yaitu

    tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.

    3.3. Populasi dan sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang listing di BEI

    periode 2003-2007. Alasan digunakannya perusahaan manufaktur karena jumlah sub populasinya

    yang cukup besar sehingga dianggap cukup representatif dalam mewakili kondisi BEI.

    Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling atau juga

    dikenal dengan Judgment Sampling. Teknik Purposive Sampling merupakan salah satu teknik

    pengambilan sampel non probabilitas, dimana teknik penentuan sampelnya dilakukan berdasarkan

    pertimbangan atau kriteria tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Sugiyono,

    2004:78).

    Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama lima tahun tahun berturut-turut dari

    tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.

    b. Perusahaan telah mempublikasikan laporan keuangan fiskal dan auditannya yang berakhir

    pada 31 desember 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007.

    c. Mata uang yang digunakan dalam laporan keuangannya adalah menggunakan satuan

    rupiah.

    d. Perusahaan yang diteliti tersebut berturut-turut tidak memiliki nilai ekuitas negatif selama

    periode penelitian. Nilai buku ekuitas negatif tidak bisa mencerminkan modal yang

    tertanam, selain itu dimasukkannya nilai buku ekuitas dapat mengakibatkan kondisi

    sampel tidak homogen.

    e. Data-data mengenai variabel-variabel yang akan diteliti tersedia dengan lengkap dalam

    laporan keuangan perusahaan. Data tersebut berupa data mengenai rasio debt to equity,

    closing price, dan struktur kepemilikan perusahaan.

    Tabel 3.1. Prosedur pemilihan sampel

    No Keterangan Jumlah1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama lima tahun

    berturut-turut dari tahun 2003 2007.

    Perusahaan tidak mempublikasikan laporan keuangan fiskal dan

    auditan yang berakhir pada 31 Desember.

    Perusahaan yang menggunakan mata uang selain rupiah dalam

    laporan keuangan.

    Perusahaan yang memiliki nilai ekuitas negatif

    Perusahaan yang tidak memenuhi syarat (data tidak lengkap)

    140

    (3)

    (9)

    (12)

    (53)Jumlah sampel yang memenuhi kriteria 63

    Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

  • 3.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

    3.4.1. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumenter

    atau metode analis dokumen. Metode ini dipergunakan karena dalam penelitian ini dilakukan

    pengumpulan data yang berjenis data sekunder (data dokumenter). Metode dokumenter adalah

    metode pengumpulan data berjenis data dokumenter sebagai bahan atau dasar analisis data

    (Indriantoro dan Supomo, 2002:146).

    3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi.

    Teknik dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui buku-buku atau dokumen tertulis yang

    dihasilkan oleh instansi yang berkaitan dengan penelitian. Dalam hal ini dilakukan pencatatan atas

    dokumen yang dipublikasikan oleh BEI berupa harga saham, rasio keuangan, data mengenai

    jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2003-2007, data-data dalam laporan

    keuangan utamanya neraca, laporan laba rugi, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan dari

    masing-masing perusahaan manufaktur.

    3.5. Jenis dan Sumber Data

    3.5.1 Jenis data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar

    (Sugiyono, 2004:14). Dalam penelitian ini, data kualitatif yang digunakan yaitu gambaran

    umum perusahaan-perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2003-2007.

    b. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka meliputi laporan kinerja dan

    laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2003-2007.

  • 3.5.2. Sumber data

    Penelitian ini menggunakan data sekunder yang meliputi laporan kinerja dan laporan

    keuangan (annual report) perusahaan manufaktur yang didaftarkan dan memenuhi kriteria go-

    public di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2007. Data yang dikumpulkan selama periode

    pengamatan adalah yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan website

    Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id .

    3.6. Identifikasi dan Klasifikasi Variabel

    3.6.1 Identifikasi

    Dalam penelitian ini dapat diidentifikasi variabel-variabel sebagai barikut:

    1. Konservatisme akuntansi

    2. Ukuran perusahaan

    3. Leverage

    4. Market to book value of equity

    5. Struktur kepemilikan

    3.6.2 Klasifikasi Variabel

    Berdasarkan pokok permasalahan, hipotesis, dan identifikasi variabel di atas, maka

    variabel-variabel tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua variabel yaitu:

    1. Variabel Dependen (Y)

  • Adalah variabel yang dipengaruhi variabel independen (bebas), dalam penelitian ini

    adalah konservatisme akuntansi.

    2. Variabel Independen (X)

    Adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain, dalam penelitian ini adalah variabel

    ukuran perusahaan, leverage, market to book value of equity, dan struktur kepemilikan

    perusahaan.

    3.7. Definisi operasional variabel

    Definisi operasional adalah definisi berupa cara mengukur variabel agar dapat dioperasikan

    (Jogiyanto, 2005: 159).

    1. Konservatisme akuntansi diukur berdasarkan selisih antara laba bersih sebelum

    extraordinary item ditambah depresiasi dan amortisasi dengan arus kas dari kegiatan

    operasional. Jika perhitungan konservatisme menghasilkan nilai negatif digolongkan

    perusahaan konservatif dan diberi kode 1, dan sebaliknya akan digolongkan sebagai

    perusahaan optimis dan diberi kode 0.

    2. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran

    perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural total aset yang kemudian

    dikategorikan menjadi perusahaan besar (1) dan kecil (0).

    3. Leverage diukur dengan menggunakan rasio debt to equity. Debt to equity ratio

    merupakan perbandingan antara utang dengan modal sendiri dalam pendanaan

    perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan ekuitas dalam memenuhi seluruh

    kewajiban finansial suatu perusahaan. DER mengukur seberapa besar aset perusahaan

    dibelanjai dengan ekuitas yang digunakan untuk menjamin utang.

  • 4. Market to book value of equity diukur dengan menggunakan MVE/BVE yaitu

    membandingkan nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku ekuitas. Proksi ini digunakan

    karena terdapat perbedaan antara market value dan book value of equity yang tercakup

    dalam kesempatan investasi nilai perusahaan di masa yang akan datang.

    5. Struktur kepemilikan diukur dengan jumlah proporsi kepemilikan publik atas saham

    perusahaan. Struktur kepemilikan merupakan variabel dummy, 1 jika kepemilikan publik

    bernilai lebih besar atau sama dengan rata-rata struktur kepemilikan modal dan 0 untuk

    nilai lainnya.

    3.8. Prosedur Analisis Data

    3.8.1. Menghitung nilai dari variabel-variabel yang akan diuji

    Untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka digunakan analisis terhadap indikator

    konservatisme akuntansi, ukuran perusahaan, leverage, market to book value of equity, dan struktur

    kepemilikan perusahaan. Adapun prosedur analisisnya sebagai berikut:

    1. Menghitung tingkat konservatisme akuntansi, ukuran perusahaan, leverage, market to

    book value of equity, dan struktur kepemilikan perusahaan.

    a. Konservatisme akuntansi dihitung dengan menggunakan earnings (accruals)

    measures yaitu dengan mengurangkan net income sebelum extraordinary item dengan

    depresiasi dan amortisasi dan arus kas dari kegiatan operasional. Rumus yang

    digunakan:

    Cit = NI it CF it (Givoly dan Hyan dalam Sari, 2004)

    Keterangan:

    Cit = Tingkat konservatisme akuntansi

  • NI it = Net income sebelum extraordinary item ditambah depresiasi dan amortisasi.

    CF it = Arus kas dari kegiatan operasional.

    Jika perhitungan konservatisme menghasilkan nilai negatif digolongkan perusahaan

    konservatif dan diberi kode 1, dan sebaliknya akan digolongkan sebagai perusahaan

    optimis dan diberi kode 0.

    b. Ukuran perusahaan merupakan variabel dummy, dengan 1 untuk peruasahaan besar dan

    0 untuk perusahaan kecil. Pengkategorian ini menggunakan nilai logaritma natural dari

    total aset yang kemudian dianalisis dengan menggunakan cluster k-mean.

    c. Leverage diproksikan dengan debt to equity

    Jumlah kewajibanDebt to equity =

    Jumlah ekuitas

    d. Market to book value of equity

    (Saham beredar X Harga penutupan saham)

    MVE/BVE= Total ekuitas

    e. Struktur kepemilikan menggunakan proporsi lembar saham yang dimiliki investor

    individual eksternal (publik) akhir tahun 2003-2007. Struktur kepemilikan merupakan

    variabel dummy, 1 jika kepemilikan publik bernilai lebih besar atau sama dengan rata-

    rata struktur kepemilikan modal dan 0 untuk nilai lainnya.

    2. Menghitung pengaruh ukuran perusahaan, leverage, market to book value of equity, dan

    struktur kepemilikan terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur di

    Bursa Efek Indonesia. Untuk menghitung pengaruh tersebut digunakan alat analisis sebagai

    berikut:

    3.8.2. Melakukan analisis Regresi Logit

  • Untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan pengujian

    hipotesis, maka data dianalisis dengan menggunakan model regresi logit. Analisis ini digunakan

    karena variabel dependen merupakan variablel dummy dan variabel independennya merupakan

    campuran dari variabel metrik dan nonmetrik (Ghozali, 2004). Akibatnya, regresi logistik

    mengabaikan heteroscedasitiy, artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk

    masing-masing variabel independennnya.

    Berikut uraian mengenai logit analysis dalam Hadad ,et al (2003)

    Pada logit analysis, asumsi multivariate normal distribution diabaikan. Dengan adanya asumsi inilah maka keterbatasan yang terdapat pada teknik pengujian statistik dengan menggunakan MDA (Model Discriminant Analysis) dapat diatasi oleh logit. Logit disebut sebagai conditional probability model karena logit menyediakan conditional probability dari observasi yang berasal dalam suatu kelompok. Pertimbangan lain untuk memilih Logit antara lain karena Logit model memiliki keunggulan secara statistik.

    Bentuk umum dari model regresi logistic adalah sebagai berikut:

    ( ))443322110(11)1( XbXbXbXbbe

    p+++++

    === (Supranto, 2004)

    Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

    Keterangan:

    p =P (Y=1) : Peluang atau probabilitas perusahaan menggunakan akuntansi konservatif.

    b0 : Parameter konstanta

    bi : Koefisien regresi

    X1 : Ukuran perusahaan

    X2 : Leverage

    X3 : Ratio of market to book value of equity

  • X4 : Struktur kepemilikan

    Log of odds = 4433221101ln XbXbXbXbbY

    pp

    ++++==

    atau

    Odds = 4433221101

    XbXbXbXbbY eep

    p ++++==

    (Ghozali, 2004)

    Dari persamaan di atas, diperoleh unconstrained probability estimate, di mana p adalah

    probabilitas bahwa perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan konservatif dan q=(1-P)

    merupakan probabilitas bahwa suatu perusahaan dikategorikan sebagai optimis (tidak konservatif).

    Hubungan antara probabilitas p dan variabel bebas adalah non linier, sedangkan hubungan

    antara log dari odds dan variabel bebas adalah linier. Dengan demikian interpretasi terhadap

    koefisien variabel bebas harus dilihat pengaruhnya terhadap log dari odds dan bukan terhadap

    probabilitas p.

    Konstanta dan koefisien variabel independen dari persamaan regresi logit dapat dicari

    dengan menggunakan pendekatan maximum likelihood. Pendekatan ini menghitung intercept dan

    koefisien konstanta sedemikian rupa sehingga kemungkinan pengamatan nilai variabel dependen

    adalah semaksimal mungkin sehingga mendekati nilai yang sebenarnya.

    Analisis yang dilakukan untuk regresi logit adalah :

    1. Menilai Kelayakan Model Regresi.

    Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshows Goodness

    of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar daripada

    0,05 maka hipotesis nol yang menyatakan model yang dihipotesiskan fit dengan data tidak

  • dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat

    dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2004).

    2. Menilai Model Fit.

    Adanya pengurangan nilai antara - 2LL awal (initial - 2LL function) dengan nilai - 2LL

    pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data

    (Ghozali, 2004). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian "Sum of

    Square Error" pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan

    model regresi semakin baik.

    3.8.3. Uji Signifikansi

    Estimasi parameter dilihat melalui koefisien regresi yang dengan memakai metode

    Maximum Likelihood Estimation (MLE). Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji

    menunjukkan bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara sebagai

    berikut:

    a. Merumuskan Hipotesis

    H0 : pi > 0,05 artinya tidak ada pengaruh secara signifikan antara variabel ukuran

    perusahaan, leverage, market to book value of equity, dan struktur

    kepemilikan terhadap konservatisme akuntansi.

    Ha : pi < 0,05 artinya ada pengaruh secara signifikan antara variabel ukuran perusahaan,

    leverage, market to book value of equity, dan struktur kepemilikan terhadap

    konservatisme akuntansi.

    b. Menentukan penerimaan dan penolakan H0

  • Pengujian terhadap hipotesis dilakukan secara parsial terhadap masing-masing variabel

    independen dengan menggunakan Level of significance =5%. Kaidah pengambilan

    keputusan dalam pengujian hipotesis adalah:

    1. Apabila nilai probabilitas (p) < =5% maka hipotesis nol ditolak

    2. Apabila nilai probabilitas (p) > =5% maka hipotesis nol diterima

    c. Menarik kesimpulan

    Jika Ho diterima, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap

    variabel terikat.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Analisis

    4.1.1. Gambaran Umum

    Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia merupakan perusahaan

    yang cukup sensitif terhadap berbagai isu, peristiwa, dan informasi relevan yang terjadi seperti

    situasi politik dalam negeri, kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah, kondisi keamanan

    dalam negeri dan kondisi lainnya yang menyebabkan harga saham pada sektor manufaktur

    mengalami kenaikan atau penurunan. Perusahaan manufaktur merupakan salah satu jenis dari

    perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia yang memiliki sektor usaha cukup beragam. Jumlah

    perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berdasarkan ICMD (Indonesian Capital Market

    Directory) tahun 2007 sebanyak 152 perusahaan. Kegiatan perusahaan manufaktur terbagi dalam

    20 sektor perusahaan yaitu food and beverages; tobacco manufactures; textile mill products;

    appareal and other textile products; lumber and wood products; paper and allied products;

  • chemical and allied products; adhesive; plastics and glass products; cement; metal and allied

    products; fabricated metal products; stone, clay, glass, and concrete products; machinery; cable;

    electronics and office equipment; automotive and allied products; photographic equipment;

    pharamaceuticals; and consumer goods.

    4.1.2.1 Tingkat Konservatisme Akuntansi (Cit)

    Pengukuran Cit (tingkat konservatisme) dilakukan dengan mengurangkan NIit (net income

    sebelum extraordinary item ditambah depresiasi dan amortisasi) dengan CFit (arus kas dari

    kegiatan operasional). Menurut konsep pengukuran konservatisme ini, laba digolongkan

    konservatif jika net income lebih rendah dari cash flow yang diperoleh perusahaan pada periode

    tertentu. Dengan kata lain, apabila selisih antara net income dan arus kas bernilai negatif, maka

    laba digolongkan konservatif dan apabila selisih antara net income dan arus kas bernilai positif,

    maka laba digolongkan optimis. Nilai Cit untuk tahun 2003-2007 dihitung dengan melihat laporan

    keuangan perusahaan, kemudian digolongkan menurut positif dan negatifnya, menjadi bentuk

    nominal yaitu 1 untuk konservatif dan 0 untuk optimis.

    4.1.2.2 Ukuran Perusahaan (Size)

    Ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan, diantaranya dengan

    nilai penjualan, total aset, dan nilai pasar saham. Proksi ukuran perusahaan (size) dalam penelitian

    ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu dengan menggunakan logaritma natural dari total

    aset perusahaan dalam menentukan besar kecilnya perusahaan. Besar kecilnya perusahaan diuji

    dengan menggunakan analisis cluster K-mean.

  • Leverage

    Ukuran leverage perusahaan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Almilia (2006)

    yang menggunakan debt to equity ratio (DER). Debt to equity ratio tahun 2003-2006 diperoleh

    dari laporan kinerja perusahaan yang diterbitkan BEI melalui situs www.idx.co.id, sedangkan DER

    2007 diperoleh dengan menghitung total kewajiban dibagi dengan total ekuitas pada laporan

    keuangan 2007.

    4.1.2.4 Market to book value of equity

    Market to book value of equity diukur dengan menggunakan market value of common

    equity/book value of common equity (MBV/BVE). MBV/BVE adalah rasio nilai pasar ekuitas

    terhadap nilai buku ekuitas. Proksi pengukuran ini mencerminkan nilai pasar aset relatif terhadap

    nilai buku aset perusahaan. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasi penerapan akuntansi

    konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya. Nilai

    dari rasio untuk tahun 2003-2005 diperoleh melalui perhitungan dengan melihat data-data yang

    dibutuhkan pada ICMD 2003-2006, sedangkan nilai rasio untuk tahun 2006 dan 2007 dihitung

    dengan melihat laporan keuangan dan laporan kinerja perusahaan tahun 2007.

    4.1.2.5 Struktur Kemilikan

    Pengukuran struktur kepemilikan menggunakan proporsi lembar saham yang dimiliki

    investor individual eksternal (publik) akhir tahun 2003-2007. Struktur kepemilikan merupakan

    variabel dummy, 1 jika kepemilikan publik bernilai lebih besar atau sama dengan rata-rata struktur

    kepemilikan modal dan 0 untuk nilai lainnya.

    Untuk lebih memperjelas gambaran data pada tabel konservatisme akuntansi, ukuran

    perusahaan, leverage, market to book value of equity, dan struktur kepemilikan, berikut disajikan

    hasil persentase dan statistik deskriptif terhadap variabel penelitian. Tabel 4.6 berikut ini

  • menyajikan persentase sampel yang dikelompokkan berdasarkan tingkat konservatisme akuntansi,

    yaitu perusahaan optimis dan perusahaan konservatif.

    Tabel 4.6Persentase sampel berdasarkan tingkat konservatisme

    No. Kategori konservatisme

    Jumlah Persentase

    1 Perusahaaan Konservatif

    126 40

    2 Perusahaan Optimis 189 60Jumlah sampel 315 100

    Sumber data : Lampiran 7 (diolah)

    Proksi yang digunakan untuk mengukur tingkat konservatisme dalam penelitian ini adalah

    earning (accrual) measures. Apabila perusahaan memiliki nilai earning (accrual) measures positif

    maka digolongkan sebagai perusahaan optimis, sebaliknya apabila nilainya negatif akan

    digolongkan sebagai perusahaan konservatif. Berdasarkan hasil pengelompokan sampel pada Tabel

    4.6 di atas, selama 5 tahun periode pengamatan diperoleh sebanyak 126 perusahaan (40%)

    menggunakan metode akuntansi konservatif dan sebanyak 189 perusahaan (60%) menggunakan

    metode akuntansi optimis.

    Tabel 4.7

    Persentase sampel berdasarkan ukuran perusahaan

    No. Kategori Ukuran perusahaan

    Jumlah Persentase

    1 Perusahaaan besar 127 40,32 Perusahaan kecil 188 59,7

    Jumlah sampel 315 100Sumber data: lampiran 7 (diolah)

  • Berdasarkan hasil pengelompokan sampel pada Tabel 4.7 di atas, selama 5 tahun periode

    pengamatan diperoleh sebanyak 127 perusahaan (40,3%) merupakan perusahaan besar dan

    sebanyak 188 perusahaan (59,7%) merupakan perusahaan kecil.

    Tabel 4.8

    Persentase berdasarkan sampel struktur kepemilikan

    No. Kategori Struktur Kepemilikan

    Jumlah Persentase

    1 Perusahaaan dengan kepemilikan besar

    133 42,2

    2 Perusahaan dengan kepemilikan kecil

    182 57,8

    Jumlah sampel 315 100Sumber data: Lampiran 7 (diolah)

    Berdasarkan hasil pengelompokan sampel pada Tabel 4.8 di atas, selama 5 tahun periode

    pengamatan diperoleh sebanyak 133 perusahaan (42,2%) merupakan perusahaan dengan

    kepemilikan besar (lebih besar dari rata-rata kepemilikan modal saham) dan sebanyak 182 (57,8%)

    perusahaan dengan kepemilikan kecil.

  • Tabel 4.9Statistik Deskriptif

    Sumber data: lampiran 7 (diolah)

    Hasil statistik deskriptif terhadap leverage menunjukkan nilai minimum sebesar 0,06 kali,

    nilai maksimum sebesar 23,10 kali, dengan rata-rata sebesar 1,5232 kali. Nilai minimum market to

    book value of equity sebesar 0,00, nilai maksimum sebesar 19,13, dengan rata-rata sebesar 1,6080.

    Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh dari perusahaan sampel, dapat disimpulkan bahwa

    persentase market to book value of equity bernilai lebih besar dari 1 lebih tinggi dibanding dengan

    persentase market to book value of equity lebih kecil dari 1.

    4.1.3 Hasil Uji Hipotesis

    Pengujian terhadap hipotesis penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ukuran

    perusahaan, leverage, market to book value of equity, dan struktur kepemilikan berpengaruh

    terhadap konservatisme akuntansi perusahaan. Pengujian dilakukan secara pooled data

    menggunakan uji regresi logit dengan =5%. Regresi dilakukan dengan bantuan SPSS 16.00. Hasil

    pengujian disajikan pada Tabel 4.10 berikut ini.

    n Minimum Maximum Mean Std. Deviation

    Leverage 315 0,06 23,10 1,5232 1,91498Market to book value of equity

    315 0,00 19,13 1,6080 2,13986

    Valid N (listwise) 315

  • Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi

    Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

    X1 ,498 ,253 3,889 1 ,049* 1,646X2 ,086 ,064 1,805 1 ,179 1,090X3 ,111 ,060 3,429 1 ,064** 1,117X4 ,062 ,245 ,064 1 ,800 1,064Constant -1,055 ,272 15,049 1 ,000 ,348

    n 315

    -2 Log likelihood Block 0-2 Log likelihood Block 1

    423,997415,749

    Hosmer and lemeshow testSignifikansi Chi-Square

    4,8200,777

    * Signifikan pada 0,05, ** signifikan pada 0.1Sumber data: Lampiran 8 (diolah)

    Sampel yang diteliti menjadi 315 (63 perusahaan dengan 5 tahun jangka waktu penelitan).

    Nilai Hosmer and lemeshow test sebesar 4,820 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,777 yang

    nilainya jauh di atas 0,05, menunjukkan bahwa model ini sudah cukup baik, artinya tidak

    ditemukan adanya perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan yang diamati

    dan model regressi logit ini layak dipakai untuk analisis selanjutnya. Untuk menilai keseluruhan

    model (overall model fit) adalah dengan membandingkan angka 2LL pada awal (Block 0) dengan

    angka 2LL pada model final (Block 1). Apabila terjadi penurunan maka dapat ditarik kesimpulan

    bahwa model tersebut menunjukkan model regresi yang baik. Untuk metode langsung angka 2LL

    pada model awal sebesar 423.997 dan angka 2LL pada model final sebesar 415,749 yang

    menunjukkan adanya penurunan sebesar 8,248, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model

    tersebut menunjukkan model regresi yang lebih baik.

    Hasil pengujian regresi logit pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa:

  • 1. Koefisien regresi untuk ukuran perusahaan (X1) adalah positif secara statistik signifikan

    pada p < 0,05 dengan nilai Wald (W) =3,889, maka dapat dikatakan bahwa dengan tingkat

    keyakinan 95% ukuran perusahaan mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap

    konservatisme akuntansi. Tanda positif menunjukkan bahwa semakin besar ukuran

    perusahaan maka perusahaan tersebut akan cenderung untuk memilih strategi akuntansi

    konservatif. Hasil ini memberi dukungan untuk hipotesis pertama.

    2. Hasil tabel menunjukkan nilai W=1,805, dengan df=1, dan nilai p=0,179. Dengan demikian

    pada taraf keyakinan =0,05, dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima, artinya

    leverage yang diukur dengan debt to equity tidak mempunyai pengaruh terhadap

    konservatisme akuntansi. Hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis kedua.

    3. Koefisien regresi untuk market to book value of equity (X3) adalah positif tetapi secara

    statistik tidak signifikan pada p < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa dengan tingkat

    keyakinan 95% dengan W = 3,429 , market to book value of equity tidak mempunyai

    pengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Namun, apabila dilihat dari signifikansi 0,1,

    market to book value of equity (X3) berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Tanda

    positif menunjukkan bahwa semakin besar market to book value of equity maka perusahaan

    tersebut akan cenderung untuk memilih strategi akuntansi konservatif. Hasil penelitian ini

    tidak mendukung hipotesis ketiga.

    4. Koefisien regresi untuk struktur kepemilikan (X4) adalah positif tetapi secara statistik tidak

    signifikan pada p < 0,05 dengan W = 0,064, maka dapat dikatakan bahwa dengan tingkat

    keyakinan 95% struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

    Hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis keempat.

  • 4.1.4. Model regresi yang terbentuk

    Berdasarkan hasil pengujian seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.10, model regresi yang

    terbentuk adalah sebagai berikut:

    Y = = ppLn

    1 -1,055+ 0,498 X1 + 0,086 X2 + 0,111 X3 + 0,062 X4

    atau

    ey =

    )4062,03111,02086,01498,0055,1(

    1XXXXe

    pp ++++

    =

    Penjelasan yang dapat diberikan dari model logit di atas adalah:

    1. Jika X2, X3, dan X4 dianggap konstan, maka log of odds perusahaan akan

    menggunakan akuntansi konservatif naik menjadi 0,498 untuk perusahaan besar

    dibandingkan perusahaan kecil. Interpretasi yang lebih bermanfaat yaitu dengan

    menggunakan antilog dari berbagai koefisien arah. Antilog dari koefisien ukuran

    perusahaan (X1) sebesar 1,645 (pendekatan dari e0,498). Artinya, jika X2, X3, dan X4

    dianggap konstan, maka odds perusahaan akan menerapkan konservatif adalah 1,645 lebih

    tinggi untuk perusahaan besar dibandingkan perusahaan kecil.

    2. Jika variabel leverage naik 1 unit sedangkan variabel lainnya tetap, maka log of odd

    perusahaan menggunakan akuntansi konservatif akan naik sebesar 0,086 atau jika X1, X3,

    dan X4 dianggap konstan maka odds perusahaan akan menggunakan akuntansi konservatif

    naik dengan faktor 1,090 (e0,086) untuk setiap unit perubahan X2.

    3. Jika variabel market to book value of equity naik 1 unit sedangkan variabel lainnya

    tetap, maka log of odd perusahaan menggunakan akuntansi konservatif naik sebesar 0,111

  • atau jika X1, X2, dan X4 dianggap konstan, maka odds perusahaan akan menggunakan

    akuntansi konservatif naik dengan faktor 1,117 (e0,111) untuk setiap unit perubahan X3.

    4. Jika variabel struktur kepemilikan naik 1 unit sedangkan variabel lainnya tetap, maka

    akan diikuti oleh kenaikan log of odd perusahaan menggunakan akuntansi konservatif

    sebesar 0,062. Dengan kata lain jika X1, X2, dan X3 dianggap konstan, maka odds

    perusahaan akan menerapkan akuntansi konservatif adalah 1,064 (e0,062) lebih tinggi untuk

    perusahaan dengan kepemilikan publik besar dibandingkan perusahaan yang

    kepemilikannya kecil.

    4.2 Pembahasan

    4.2.1 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis ke-1

    Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-1, penelitian ini mampu membuktikan

    adanya pengaruh positif antara ukuran perusahaan terhadap tingkat konservatisme akuntansi

    perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung keempat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan

    oleh Sari (2004), Widya (2004), Lo (2004) dan Almilia (2006), di mana kesemua peneliti tersebut

    menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

    Perbedaannya hanya terletak pada arah hasil, di mana penelitian ini membuktikan pengaruh positif

    sesuai dengan penelitian Sari (2004), Widya (2004), dan Lo (2005).

    Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Perusahaan

    yang berukuran besar biasanya lebih diawasi oleh pemerintah dan masyarakat. Jika perusahaan

    berukuran besar mempunyai laba tinggi secara relatif permanen, maka pemerintah dapat terdorong

    untuk menaikkan pajak dan meminta layanan publik yang lebih tinggi kepada perusahaan. Oleh

    karena itu, perusahaan berukuran besar akan cenderung melaporkan laba rendah secara relatif

  • permanen dengan menyelenggarakan akuntansi konservatif. Penelitian ini mendukung adanya size

    hypothesis atau political cost hypothesis yang berdasar pada asumsi bahwa perusahaan besar lebih

    sensitif secara politis dan memiliki beban transfer kesejahteraan (biaya politis) yang lebih besar

    daripada perusahaan yang lebih kecil.

    4.2.2 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis ke-2

    Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-2, penelitian ini gagal membuktikan

    adanya pengaruh dari leverage terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan. Tidak

    ditemukannya pengaruh antara leverage dengan konservatisme akuntansi sesuai dengan penelitian

    Widya (2004) dan Qiang (2003), yang menyatakan leverage tidak berpengaruh terhadap

    konservatisme akuntansi. Variabel leverage mempunyai hubungan tanda (sign) yang sesuai dengan

    logika teori, sesuai dengan penelitian Lo (2005) yang menyatakan bahwa tingkat leverage

    berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Pada perusahaan yang mempunyai

    utang relatif tinggi, kreditur mempunyai hak lebih besar untuk mengetahui dan mengawasi

    penyelenggaraan operasi dan akuntansi perusahaan. Hak lebih besar yang dimiliki kreditur akan

    mengurangi asimetri informasi di antara kreditur dengan manajer perusahaan. Manajer mengalami

    kesulitan untuk menyembunyikan informasi dari kreditur. Kreditur berkepentingan terhadap

    distribusi aset bersih dan laba yang lebih rendah kepada manajer dan pemegang saham sehingga

    kreditur cenderung meminta manajer untuk menyelenggarakan akuntansi konservatif.

    Hasil pengujian yang tidak konsisten dengan teori diduga disebabkan oleh perilaku

    oportunistik perusahaan tidak bisa dilihat dalam waktu yang lama, penelitian ini menggunakan

    jangka waktu yang panjang yaitu selama lima tahun. Hasil penelitian ini konsisten dengan

    penelitian Widya (2004) yang menggunakan jangka waktu yang panjang yaitu delapan tahun.

    Hasil penelitian yang tidak konsisten ini dapat juga disebabkan karena periode krisis juga

  • dimasukkan dalam penelitian sebelumnya, nilai hutang yang tinggi bukan disebabkan karena

    adanya penambahan hutang tetapi karena penurunan nilai tukar rupiah yang berdampak pada

    peningkatan nilai hutang luar negeri perusahaan.

    4.2.3 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis ke-3

    Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis ke-3, penelitian ini tidak mampu

    membuktikan secara statistik adanya pengaruh antara market to book value of equity dengan

    konservatisme akuntansi. Namun, apabila dilihat p < 0.1 menunjukkan adanya pengaruh positf

    antara market to book value of equity dengan konservatisme. Pengaruh positif diartikan bahwa

    semakin tinggi market to book value of equity maka semakin tinggi pula kecendrungan perusahaan

    untuk memilih akuntansi konservatif.

    Market to book value of equity pada dasarnya merupakan salah satu ukuran dari IOS yang

    merupakan proksi dari pertumbuhan perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

    sebelumnya yaitu Widya (2004) yang menghasilkan pengaruh positif dan signifikan pada P > 0.05

    untuk model asumsi yang menggunakan earning (accrual) measures dalam analisis datanya. Pada

    perusahaan yang menggunakan prinsip konservatif terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan

    untuk investasi, sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan yang tumbuh

    (Mayangsari dan Wilopo, 2002). Pertumbuhan ini akan direspon positif oleh investor sehingga

    nilai pasar perusahaan yang konservatif lebih besar dari nilai bukunya sehingga akan tercipta

    goodwill. Pasar menilai positif atas investasi yang dilakukan perusahaan karena dari investasi yang

    dilakukan saat ini diharapkan perusahaan akan mendapatkan kenaikan arus kas di masa depan.

    Hasil penelitian yang tidak menemukan adanya pengaruh secara statistik signifikan

    kemungkinan disebabkan karena pengukuran proksi konservatisme yang menggunakan earning

    (accrual) measures berbeda dengan yang digunakan pada Dewi (2003) dan Widya (2004) yang

  • mengurangkan kembali nilai depresiasi dan amortisasi terhadap net income. Akibatnya, diperoleh

    banyak perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatif dan berpengaruh terhadap market to

    book value of equity. Tingkat konservatisme dalam penelitian ini mengikuti formulasi pada

    penelitian Sari (2004) yang menambahkan depresiasi dan amortisasi pada perhitungan earning

    (accrual) measures.

    4.2.4 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis ke-4

    Hasil pengujian hipotesis keempat tidak dapat membuktikan adanya pengaruh signifikan

    secara statistik antara variabel struktur kepemilikan dengan konservatisme akuntansi. Namun,

    hubungan tanda (sign) variabel stuktur kepemilikan sesuai dengan logika teori yaitu berhubungan

    positif. Tanda positif pada koefisien interaksi dapat diartikan bahwa semakin tinggi konsentrasi

    struktur kepemilikan perusahaan terhadap modal maka perusahaan tersebut akan cenderung

    memilih strategi akuntansi konservatif dibanding perusahaan yang konsentrasi kepemilikannya

    rendah. Qiang dalam Widya (2004) menyatakan bahwa tingkat konsentrasi struktur kepemilikan

    modal perusahaan yang besar akan mengurangi keuntungan bersih yang diharapkan manajer

    terhadap laba atas modal sehingga tingkat konservatisme meningkat

    Hasil yang tidak signifikan ini konsisten dengan penelitian Fala (2007) yang tidak

    menemukan adanya pengaruh antara struktur kepemilikan dengan konservatisme akuntansi. Hal ini

    kemungkinan disebabkan karena struktur kepemilikan publik perusahaan di Bursa Efek Indonesia

    masih sangat kecil dan didominasi oleh keluarga. Faktor lain seperti perbedaan periode penelitian

    dan sampel yang digunakan memungkinkan perbedaan hasil penelitian.

    BAB V

  • PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil dari

    penelitian ini adalah:

    1. Hasil pengujian terhadap ukuran perusahaan menunjukkan adanya

    pengaruh terhadap konservatisme akuntansi perusahaan. Adanya pengaruh tersebut

    menunjukkan adanya kecenderungan bahwa perusahaan besar cenderung menerapkan

    konservatisme akuntansi untuk menutupi biaya politik yang tinggi.

    2. Berdasarkan hasil pengujian terhadap leverage, penelitian ini tidak

    berhasil menemukan adanya pengaruh terhadap konservatisme akuntansi perusahaan. Hasil

    ini diduga disebabkan karena perilaku oportunistik perusahaan tidak bisa dilihat dalam

    waktu yang lama, penelitian ini menggunakan jangka waktu yang panjang yaitu selama

    lima tahun. Demikian pula dengan pemasukan periode krisis dalam penelitian sebelumnya,

    nilai hutang yang tinggi bukan disebabkan karena adanya penambahan hutang tetapi karena

    penurunan nilai tukar rupiah yang berdampak pada peningkatan nilai hutang luar negeri

    perusahaan.

    3. Hasil pengujian terhadap market to book value of equity

    menunjukkan tidak ada pengaruh yang nyata terhadap konservatisme akuntansi perusahaan.

    Hasil ini kemungkinan disebabkan karena penggunaan proksi konservatisme yang berbeda

    dengan penelitian sebelumnya.

    4. Hasil pengujian terhadap struktur kepemilikan tidak menemukan

    adanya pengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini kemungkinan disebabkan

  • karena jumlah kemilikan publik perusahaan di Bursa Efek Indonesia cenderung kecil dan

    lebih didominasi keluarga.

    5.2 Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut:

    1. Konservatisme menyangkut pemilihan metode dan estimasi yang digunakan

    perusahaan dalam menyajikan laporan keuangan. Proksi yang digunakan untuk mengukur

    konservatisme dalam penelitian ini memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menghitung

    secara tepat tingkat konservatisme akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan.

    2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur.

    Penggunaan sampel yang hanya berasal dari satu kategori industri dikhawatirkan dapat

    menyebabkan tingkat generalisasi yang rendah.

    15.3 Saran untuk Penelitian Selanjutnya

    Dengan adanya keterbatasan pada penelitian ini, penelitian selanjutnya bisa dikembangkan

    dengan melakukan penyempurnaan sebagai berikut:

    1. Apabila dimungkinkan penelitian selanjutnya bisa dilakukan dengan menggunakan periode

    yang lebih panjang. Dengan adanya penggunaan periode yang lebih diharapkan pengukuran

    terhadap trend konservatisme oleh perusahaan bisa lebih akurat.

    2. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan proksi konservatisme yang lain atau dapat juga

    melakukan analisis sensitivitas untuk menguji hipotesis penelitian, sehingga akan didapat

    data yang lebih akurat.

  • 3. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan dengan menggunakan sampel dari berbagai kategori

    industri. Dengan pengambilan sampel yang berasal dari berbagai ketegori industri

    diharapkan hasil analisis akan memiliki tingkat generalisasi yang lebih besar.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Almilia, L. S. 2006. Pengujian Size Hypothesis dan Debt/Equity Hypothesis yang Mempengaruhi Tingkat Konservatisma Laporan Keuangan Perusahaan dengan Tehnik Analisis Multinomial Logit. Jurnal Bisnis dan Akuntansi.

    Baridwan, Z. 2004. Intermediate Accounting edisi 8. BPFE, Yogyakarta.

    Brigham, JF dan Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Binarupa Aksara, Jakarta.

    Dewi, R. A. A. A. 2003. Pengaruh Konservatisma Laporan Keuangan Terhadap Earnings Response Coefficient. Makalah yang disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi 6, Surabaya.

    Fala, D. A. S. 2007. Pengaruh Konservatisma Akuntansi terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi oleh Good Corporate Governance. Makalah yang disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi 10, Makassar.

    Fanani, Z. 2006. Manajemen Laba: Bukti dari Set Kesempatan Investasi, Utang, Kose Politis, dan Konsentrasi Pasar pada Pasar yang sedang Berkembang. Makalah yang disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang.

    Ghozali, I. 2004. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

    Hadad. MD., W. Santoso dan I. Rulina. 2003. Indikator Kepailitan di Indonesia: An Additional Early Warning Tools pada Stabilitas Sistem Keuangan. http://google.com/

  • Hartono, J. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. BPFE Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.

    Herawati, N. Z., Baridwan. 2007. Manajemen Laba pada Perusahaan yang Melanggar Perjanjian Utang. Makalah yang disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi 10, Makassar.

    Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.

    Institute For Economic And Financial Research. 2003-2006. Indonesian Capital Market Directory. Bursa Efek Jakarta.

    Juanda. 2007. Pengaruh Risiko Litigasi dan Tipe Strategi terhadap Hubungan antara Konflik Kepentingan dan Konservatisma Akuntansi. Makalah yang disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi 10, Makassar.

    Kiryanto. E., Supriyanto. 2006. Pengaruh Moderasi Size terhadap Hubungan Laba Konservatisme dengan Neraca Konservatisme. Makalah yang disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang.

    Lo, E. W. 2005. Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan terhadap Konservatisma Akuntansi. Makalah yang disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi 8, Solo.

    Mayangsari, S dan Wilopo. 2001. Konservatisme Akuntansi, Value Relevance, dan Discretionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham-Ohlson 1996. Makalah yang disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi 4.

    Riahi-Beauloki, A. 2000. Teori Akuntansi. Salemba Empat, Jakarta.

    Sari, D. 2004. Hubungan antara Konservatisma Akuntansi dengan Konflik Bondholder-Shareholder Seputar Kebijakan Dividen dan Peringkat Obligasi Perusahaan. Makalah yang disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi 7, Denpasar.

    Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Alfa Beta, Bandung.

    Supranto, J. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

    _________ 2004. Ekonometri Buku Kedua. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

    Suwardjono. 1989. Teori Akuntansi: Perekayasaan Akuntansi Keuangan Edisi Kedua. BPFE, Yogyakarta.

    Tuanakotta, T. M. 2000. Teori Akuntansi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

    Website Bursa Efek Jakarta: www.idx.co.id

  • Widya. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan terhadap Akuntansi Konservatif. Makalah yang disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi 7, Denpasar.

    (saham beredar x harga penutupan saham) (Saham beredar X Harga penutupan saham) Market to book value of equity diukur dengan menggunakan market value of common equity/book value of common equity (MBV/BVE). MBV/BVE adalah rasio nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku ekuitas. Proksi pengukuran ini mencerminkan nilai pasar aset relatif terhadap nilai buku aset perusahaan. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasi penerapan akuntansi konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya. Nilai dari rasio untuk tahun 2003-2005 diperoleh melalui perhitungan dengan melihat data-data yang dibutuhkan pada ICMD 2003-2006, sedangkan nilai rasio untuk tahun 2006 dan 2007 dihitung dengan melihat laporan keuangan dan laporan kinerja perusahaan tahun 2007.