BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia yang telah sangat berkembang dalam bidang ekonomi, teknologi, pendidikan, dan berbagai bidang lainnya, menuntut manusia untuk terus beraktivitas secara aktif mengikuti perkembangan tersebut. Kesehatan menjadi salah satu faktor yang penting demi terciptanya suatu hasil yang maksimal dalam setiap kegiatan. Berbagai masalah kesehatan dari yang ringan hingga yang berat dapat menyerang sistem kekebalan tubuh. Tidak sedikit orang yang menganggap remeh dalam menangani masalah kesehatan yang dialaminya dan akibatnya akan menimbulkan dampak lanjutan yang bisa menjadi lebih parah. Masalah kesehatan yang biasa disebut dengan penyakit sebenarnya dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya karena virus, bakteri pathogen, dan juga tidak maksimalnya kerja organ-organ dalam tubuh yang disebabkan karena pola hidup. Dalam karya tulis ini akan membahas lebih lanjut mengenai salah satu masalah kesehatan otak yaitu autisme. Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut Metode Lovaas, Terapi Efektif bagi Penyandang Autistik 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dunia yang telah sangat berkembang dalam bidang ekonomi, teknologi,
pendidikan, dan berbagai bidang lainnya, menuntut manusia untuk terus
beraktivitas secara aktif mengikuti perkembangan tersebut. Kesehatan menjadi
salah satu faktor yang penting demi terciptanya suatu hasil yang maksimal dalam
setiap kegiatan. Berbagai masalah kesehatan dari yang ringan hingga yang berat
dapat menyerang sistem kekebalan tubuh. Tidak sedikit orang yang menganggap
remeh dalam menangani masalah kesehatan yang dialaminya dan akibatnya akan
menimbulkan dampak lanjutan yang bisa menjadi lebih parah. Masalah kesehatan
yang biasa disebut dengan penyakit sebenarnya dapat disebabkan oleh banyak hal,
diantaranya karena virus, bakteri pathogen, dan juga tidak maksimalnya kerja
organ-organ dalam tubuh yang disebabkan karena pola hidup. Dalam karya tulis
ini akan membahas lebih lanjut mengenai salah satu masalah kesehatan otak yaitu
autisme.
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat
masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan
masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. Penyebab autisme
adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa
sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar
secara efektif.
Gejala yang sangat menonjol adalah sikap anak yang cenderung tidak
mempedulikan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, seolah menolak
berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam dunianya sendiri. Anak
autistik juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa dan berkomunikasi
secara verbal. Disamping itu seringkali (prilaku stimulasi diri) seperti berputar-
Metode Lovaas, Terapi Efektif bagi Penyandang Autistik 1
putar, mengepak-ngepakan tangan seperti sayap, berjalan berjinjit dan lain
sebagainya.
Autisme dapat terjadi pada siapa saja, tanpa membedakan warna kulit,
status sosial ekonomi maupun pendidikan seseorang. Tidak semua individu
memiliki IQ yang rendah. Sebagian dari mereka dapat mencapai pendidikan di
perguruan tinggi. Bahkan ada pula yang memiliki kemampuan luar biasa di
bidang tertentu.
Autisme saat ini bukan hanya menjadi masalah anak dan orang tuanya
saja, namun juga telah menjadi permasalahan global. Gangguan ini merupakan
gangguan yang paling cepat perkembangannya di seluruh dunia. Bahkan,
perkembangannya diklaim melebihi perkembangan penyakit AIDS, diabetes dan
kanker. Menurut data dari Unesco pada tahun 2011, terdapat 35 juta orang
penyandang autisme di seluruh dunia. Rata-rata, 6 dari 1000 orang di dunia telah
mengidap autisme. Di Amerika Serikat, autisme dimiliki oleh 11 dari 1000 orang.
Sedangkan di Indonesia, perbandingannya 8 dari setiap 1000 orang. Angka ini
terhitung cukup tinggi mengingat pada tahun 1989, hanya 2 orang yang diketahui
mengidap autisme.
"Bisa jadi kenaikan itu disebabkan oleh metode diagnosis autisme yang
semakin berkembang baik. Tapi bisa juga disebabkan karena adanya kontaminasi
pada trimester pertama kehamilan saat terbentuknya jaringan otak pada anak.
Kontaminasi dari luar ini bisa berasal dari makanan atau lingkungan dan
disebabkan karena kandungan logam berat dari makanan atau dari timbal dari
kendaraan bermotor," kata dr Kresno Mulyadi, Sp.KJ, psikiater dari RS Omni
Hospital Alam Sutera Jakarta dalam acara peluncuran jurnal Communicare
mengenai anak berkebutuhan khusus di kampus STIKOM London School of
Public Relation, Jakarta.
Menurut psikiater yang lebih akrab dipanggil kak Kresno ini, ada banyak
faktor yang diduga bisa menyebabkan autisme. Bahkan, diduga juga bisa
disebabkan karena keturunan. Penelitian saat ini masih berkembang untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memicu autisme. Lebih lanjut lagi,
Kak Kresno yang merupakan saudara kembar Seto Mulyadi, ketua Komisi
Metode Lovaas, Terapi Efektif bagi Penyandang Autistik 2
Perlindungan Anak ini menegaskan kepada orang tua anak penyandang autis
untuk tetap berbesar hati. Saat ini, berbagai program penanganan anak autis sudah
banyak tersedia. Penanganan yang diberikan sejak dini terbukti mampu membuat
anak-anak penyandang autis tumbuh baik dan tak kalah dengan teman-teman
sebayanya yang lain.
Dalam karya tulis ini akan membahas lebih lanjut mengenai metode
Lovaas, salah satu metode penanganan bagi penyandang autis. Metode Lovaas
atau yang juga dikenal dengan metode ABA (Applied Behavior Analysis). Hal ini
dikarenakan Ivar Lovaas (seorang psikolog Amerika) yang menggunakan dan
mempopulerkan metode ini pada penatalaksanaan bagi anak yang mengalami
gangguan perkembangan termasuk didalamnya adalah anak-anak autistik.
Hasilnya sungguh sangat menggembirakan, sebab 47 % dari anak-anak austik
yang ditanganinya bisa bergabung ke sekolah umum. Dari hasil tersebut orang tua
yang mempunyai anak-anak autistik dan para professional yang menangani anak-
anak autistik sangat besar harapannya dan akhirnya metode ini menjadi
berkembang pesat sampai sekarang. Di Indonesia metode ini baru berkembang
kira-kira akhir tahun 1996.
Metode Lovaas banyak dipakai untuk menangani anak-anak autistik
dikarenakan metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu : terstruktur (teknik
mengajar yang jelas), terarah (panduan program yang dapat dijadikan acuan),
terukur (keberhasilan / kegagalan dapat diketahui dengan pasti).
Adanya kejelasan dari metode Lovaas tersebut di atas, metode ini sekarang
banyak dipakai sebagai intervesi dini dalam penanganan perilaku untuk anak-anak
autistik di Indonesia. Penjelasan lebih lanjut tentang metode Lovaas sebagai
pendekatan terapi autis pada anak lebih lanjut akan dibahas pada karya tulis ini.
Metode Lovaas, Terapi Efektif bagi Penyandang Autistik 3
B. Pembatasan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah masalah kesehatan
otak autisme. Pembahasan juga akan menekankan pada penanganan dini dan
intervensi bagi penyandang autisme sehingga anak autis juga bisa mendapat
kesempatan yang sama dengan anak normal untuk memperbaiki hidupnya kelak.
Salah satu teknik penanganan dini yang terbukti efektif dalam karya tulis ini
adalah dengan menggunakan terapi metode Lovaas bagi anak autis. Lebih lanjut,
penulis akan pula membahas tentang peran pangan serta layanan pendidikan bagi
penyandang autisme.
C.Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah gejala-gejala yang menandakan seseorang mengidap autisme?
2. Apakah faktor yang mempengaruhi autisme?
3. Bagaimanakah penanganan dini yang harus dilakukan pada anak autis?
4. Bagaimanakah Metode Lovaas dapat menangani anak autis?
D.Tujuan Penulisan
Karya Tulis ini ditulis dengan tujuan untuk:
1. Menjelaskan gejala dan faktor penyebab autisme.
2. Menguraikan deteksi serta penanganan dini terhadap autisme.
3. Memaparkan bagaimana Metode Lovaas sebagai terapi efektif autisme.
E. Manfaat Penelitian
Karya Tulis ini ditulis dengan harapan akan memberikan manfaat, seperti:
1. Memenuhi salah satu tugas akhir tahun siswa kelas XI SMA 1 Kudus sebagai
syarat kenaikan kelas.
2. Agar pembaca dapat lebih mengetahui gejala autisme sehingga dapat
melakukan upaya pengobatan dini.
3. Sebagai informasi bagi pembaca mengenai berbagai faktor yang menyebabkan
autisme sehingga pembaca dapat lebih awal mendeteksi.
4. Memperkenalkan terapi pada anak autis menggunakan metode Lovaas.
Metode Lovaas, Terapi Efektif bagi Penyandang Autistik 4
5. Menambah informasi mengenai pencegahan dan pengobatan autisme. Sebagai
tambahan informasi bagi pembaca mengenai kesehatan otak penyandang
autisme.
6. Sebagai sumber informasi bagi pembaca sehingga dapat meningkatkan
kesadaran pembaca untuk peduli terhadap penanganan anak autis.
7. Sebagai sumber informasi bagi pembaca agar menambah wawasan pembaca.
F. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode studi
pustaka. Penulis menggunakan buku cetakan maupun buku elektronik sebagai
bahan referensi dalam menulis. Selain itu, sumber data juga diperoleh dengan
melakukan kajian literatur melalui informasi yang terdapat di berbagai web di
internet. Metode tersebut dipilih karena lebih mudah dalam segi pelaksanaan,
waktu, dan juga biaya.
G.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pertama, penulis memaparkan latar belakang masalah yang
mendasari karya tulis ini sekaligus membatasinya yaitu dalam lingkup metoda
Lovaas. Penulis juga menjabarkan rumusan serta tujuan penulisan karya tulis ini.
Tidak lupa, penulis menyertakan manfaat penulisan karya tulis ilmiah bagi
pembaca.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab kedua, penulis menjelaskan landasan teori yang mendasari
penulisan karya tulis ini, yang antara lain adalah mengenai definisi dari autism
sendiri serta definisi dari metode Lovaas sebagai penanganannya.
BAB III METODEOLOGI PENELITIAN
Metode Lovaas, Terapi Efektif bagi Penyandang Autistik 5
Pada bab ketiga yang merupakan isi dari karya tulis ini, penulis membagi
pembahasan menjadi beberapa sub bab. Sub bab yang pertama mengulas
mengenai autisme. Hal yang dibahas dalam sub bab ini yaitu berkisar tentang
klasifikasi autisme, penyebab autisme, gejala awal autisme, pentingnya deteksi
dan intervensi dini.
Sedangkan pada sub bab kedua, penulis menekankan pembahasan
mengenai metode lovaas, langkah awal dengan teori lovaas, kurikulum metode
lovaas, serta metode lovaas bagi penyandang autism.
Pada sub bab ketiga, penulis menjelaskan hal-hal yang mendukung
tumbuh kembang penyandang autistik yaitu autisme dan peran pangan, kesalahan
yang kerap dilakukan saat menangani anak autis, salurkan kecerdasan sesuai
minat dan bakat, dan layanan pendidikan bagi anak autis
BAB IV PENUTUP
Pada bab empat sekaligus bab terakhir dalam karya tulis ini, penulis
memberikan kesimpulan atas topik yang menjadi pokok bahasan serta
memberikan saran bagi masalah yang menjadi ulasan dalam karya tulis ini.
Metode Lovaas, Terapi Efektif bagi Penyandang Autistik 6
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Definisi Autisme
Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan
“isme” yang berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham
tertarik pada dunianya sendiri (Suryana, 2004). Autisme pertama kali ditemukan
oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai
ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang
ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, mutism,
pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute
ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di
dalam lingkungannya. (Dawson & Castelloe dalam Widihastuti, 2007).
Gulo (1982) menyebutkan autisme berarti preokupasi terhadap pikiran dan
khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran
subjektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu penderita autisme disebut orang yang hidup di “alamnya” sendiri.
Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-
anak yang unik dan menonjol yang sering disebut sindrom Kanner yang dicirikan
dengan ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan
pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau
mengajak mereka berkomunikasi (Budiman, 1998).
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks
menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai
tampak sebelum anak berusia 3 tahun (Suryana, 2004).
Menurut dr. Faisal Yatim DTM&H, MPH (dalam Suryana, 2004), autisme
bukanlah gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana terjadi
penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian
terhadap sekitar, sehingga anak autisme hidup dalam dunianya sendiri.
Metode Lovaas, Terapi Efektif bagi Penyandang Autistik 7
Sehingga autisme dapat didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang luar
biasa asik dengan dirinya sendiri (Reber, 1985 dalam Trevarthendkk, 1998).
Pengertian ini menunjuk pada bagaimana anak-anak autis gagal bertindak dengan
minat pada orang lain, tetapi kehilangan beberapa penonjolan perilaku mereka.
Ini, tidak membantu orang lain untuk memahami seperti apa dunia mereka.
Ketidakmampuan sosial meliputi suatu kegagalan untuk menggunakan
kontak mata langsung untuk membangun interaksi sosial, jarang mencari orang
lain untuk memperoleh kenyamanan atau afeksi, jarang memprakarsai permainan
dengan orang lain dan tidak memiliki relasi dengan teman sebaya untuk berbagi
minat dan emosi secara timbal balik. Selain kekurangan sosial ini, anak-anak
autistik juga memperlihatkan keabnormalan komunikasi yang terfokus pada
masalah penggunaan bahasa dalam rangka membangun komunikasi sosial, tidak
adanya keselarasan dan kurangnya timbal balik, serta penggunaan bahasa yang
stereotip dan berulang-ulang. Misalnya jika kita bertanya (pada anak autistik)
“Apa kabar Budi?” Budi akan menjawab “Apa kabar Budi” anak-anak autistik
juga juga bingung dengan kata ganti misalnya ialah ketika mereka memakai kata
anda untuk aku.
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat
masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan
masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen,
1993).
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks
menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Dan anak
autistik adalah anak yang mempunyai masalah atau gangguan dalam bidang
komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, pola bermain, perilaku dan
emosi. (Depdiknas, 2002).
Autisme merupakan gangguan perkembangan organik yang
mempengaruhi anak-anak dalam berinteraksi dan menjalani kehidupannya
(Hanafi, 2002).
Metode Lovaas, Terapi Efektif bagi Penyandang Autistik 8
Autisme merupakan gangguan perkembangan yang berentetan atau
pervasive (Matsondalam APA, 1987).
Autisme bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan
gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan
berbahasa dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Sehingga anak autisme
seperti hidup dalam dunianya sendiri. Dengan kata lain pada anak autisme terjadi
kelainan emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasive). Autisme
merupakan suatu keadaaan dimana seorang anak berbuat semaunya sendiri baik
cara berpikir maupun berperilaku. Keadaan ini mulai terjadi sejak usia masih kecil
biasanya sekitar usia 2-3 tahun. Autisme bisa mengenai siapa saja, baik yang sosio
ekonomi mapan maupun kurang, anak maupun dewasa, dan semua etnis.
Berdasarkan uraian di atas, maka autisme adalah gangguan perkembangan
yang sifatnya luas dan kompleks, mencakup aspek interaksi sosial, kognisi,
bahasa dan motorik.
Metode Lovaas, Terapi Efektif bagi Penyandang Autistik 9
B. Definisi Metode Lovaas
Ada beberapa pengertian tentang terapi Lovaas atau ABA ( Applied
Behaviour ) Yang digunakan untuk penanganan anak autistik.
Menurut Handoyo dalam Jessica Kingley ( 2006 : 8) Terapi ini sangat
representatif bagi penanggulangan anak spesial dengan gejala autisme. Sebab
memiliki prinsip yang terukur, terarah dan sistematis juga variasi yang diajarkan
luas sehingga dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, sosial dan motorik
halus maupun kasar.
Terapi Lovaas adalah metode tatalaksana perilaku yang berkembang sejak
puluhan tahun, ditemukan psikolog Amerika, Universitas California Los Angeles,
Amerika Serikat, Ivar O. Lovaas (Handojo, 2008: 15)., Beliau memulai
eksperimen dengan cara mengaplikasikan teori B.F. Skinner, Operant
Conditioning. Di dalam teori ini disebutkan suatu pola perilaku akan menjadi
mantap jika perilaku itu diperoleh si pelaku (penguat positif) karena
mengakibatkan hilangnya hal-hal yang tidak diinginkan (penguat negatif).
Sementara suatu perilaku tertentu akan hilang bila perilaku itu diulang terus
menerus dan mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan (hukuman) atau
hilangnya hal-hal yang menyenangkan si pelaku (penghapusan).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa Metode
Lovaas / Applied Behavior Analysis (ABA) merupakan metode yang mengajarkan
kedisiplinan dimana pada kurikulumnya telah dimodifikasi dari aktivitas sehari-
hari dan dilaksanakan secara konsisten untuk meningkatkan perilaku yang
signifikan. Kepatuhan dan kontak mata merupakan kunci utama dalam penerapan
metode Lovaas, tanpa penguasaan kedua kemampuan tersebut anak autisme akan
sulit diajarkan aktivitas-aktivitas perilaku yang lain.
Metode Lovaas, Terapi Efektif bagi Penyandang Autistik 10
BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN
A.Autisme
Autisme terjadi pada 5 dari setiap 10.000 kelahiran, di mana jumlah
penderita laki-laki empat kali lebih besar dibandingkan penderita wanita.
Meskipun demikian, bila kaum wanita mengalaminya, maka penderitaanya akan
lebih parah dibandingkan kaum pria. Gejala-gelaja autisme mulai tampak sejak
masa yang paling awal dalam kehidupan mereka. Istilah autisme dikemukakan
oleh Dr Leo Kanner pada 1943. Ada banyak definisi yang diungkapkan para ahli.
Chaplin menyebutkan: “Autisme merupakan cara berpikir yang dikendalikan oleh
kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan
penglihatan dan harapan sendiri, dan menolak realitas, keasyikan ekstrem dengan
pikiran dan fantasi sendiri”.
Pakar lain mengatakan: “Autisme adalah ketidaknormalan perkembangan
yang sampai yang sampai sekarang tidak ada penyembuhannya dan gangguannya
tidak hanya mempengaruhi kemampuan anak untuk belajar dan berfungsi di dunia
luar tetapi juga kemampuannya untuk mengadakan hubungan dengan anggota
keluarganya.”
Semua masalah perilaku anak autis menunjukkan 3 serangkai gangguan
yaitu: kerusakan di bidang sosialisasi, imajinasi, dan komunikasi. Sifat khas pada
anak autistik adalah: (1) Perkembangan hubungan sosial yang terganggu, (2)
gangguan perkembangan dalam komunikasi verbal dan non-verbal, (3) pola
perilaku yang khas dan terbatas, (4) manifestasi gangguannya timbul pada tiga
tahun yang pertama.
Teori awal menyebutkan, ada 2 faktor penyebab autisme, yaitu: (1). Faktor
psikososial, karena orang tua “dingin” dalam mengasuh anak sehingga anak
menjadi “dingin” pula; dan (2). Teori gangguan neuro-biologist yang
menyebutkan gangguan neuroanatomi atau gangguan biokimiawi otak. Pada 10-
15 tahun terakhir, setelah teknologi kedokteran telah canggih dan penelitian mulai
Metode Lovaas, Terapi Efektif bagi Penyandang Autistik 11
membuahkan hasil. Penelitian pada kembar identik menunjukkan adanya
kemungkinan kelainan ini sebagian bersifat genetis karena cenderung terjadi pada
kedua anak kembar.
Meskipun penyebab utama autisme hingga saat ini masih terus diteliti,
beberapa faktor yang sampai sekarang dianggap penyebab autisme adalah: faktor
genetik, gangguan pertumbuhan selotak pada janin, gangguan pencernaan,
keracunan logam berat, dan gangguan auto-imun. Selain itu, kasus autisme juga
sering muncul pada anak-anak yang mengalami masalah pre-natal, seperti:
prematur, postmatur, pendarahan antenatal pada trisemester pertama-kedua, anak
yang dilahirkan oleh ibu yang berusia lebih dari 35 tahun, serta banyak pula
dialami oleh anak-anak dengan riwayat persalinan yang tidak spontan.
Gangguan autisme mulai tampak sebelum usia 3 tahun dan 3-4 kali lebih
banyak pada anak laki-laki, tanpa memandang lapisan sosial ekonomi, tingkat
pendidikan orang tua, ras, etnik maupun agama, dengan ciri fungsi abnormal
dalam tiga bidang: interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan
berulang, sehingga kesulitan mengungkapkan perasaan maupunkeinginannya
yang mengakibatkan hubungan dengan orang lain menjadi terganggu. Gangguan
perkembangan yang dialami anak autistik menyebabkan tidak belajar dengan cara
yang samaseperti anak lain seusianya dan belajar jauh lebih sedikit dari
lingkungannya bila dibandingkan dengan anak lain.
Autisme hadir bersama sejumlah gangguan psikiatrik lainnya, seperti
sindrom Tourettes, obsesif-kompulsif, dan gangguan bipolar. Terdapat sejumlah
informasi sehubungan dengan gejala-gejala yang menyertai gangguan autisme:
64% memiliki kemampuan untuk memusatkan perhatian yang buruk, 36-48%
menderita hiperaktif, 43-88% memustkan perhatian pada hal-hal ganjil, 37%