Page 1
36
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Pemeriksaan Material Dasar
Pengujian dilakukan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Pasir yang digunakan adalah pasir lolos saringan
ASTM no.10 dan tertahan pada no.200 dengan nilai yang diperoleh dari
pengujian gradasi butiran. Pasir sebagai material dasar diayak terlebih dahulu
untuk mendapatkan ukuran butiran yang besarnya relatif merata. Hasil analisa
gradasi butrian dapat dilihat pada table 5.1 dan 5.2.
Tabel 5. 1 Analisis gradasi butiran sampel 1
Ayakan No.
Ayakan Dalam (mm)
Massa Tertahan (g)
Jumlah Massa Tertahan (g)
Massa Tertahan (%)
Massa Lolos (%)
No. 10 2,000 0 0 0,00 100,00 No. 20 0,850 732,1 732,1 53,06 46,94 No. 30 0,600 413,3 1145,4 83,01 16,99 No. 40 0,425 84,4 1229,8 89,13 10,87 No. 50 0,300 39 1268,8 91,96 8,04 No. 70 0,212 38,1 1306,9 94,72 5,28 No. 80 0,180 14,4 1321,3 95,76 4,24 No. 100 0,150 17,3 1338,6 97,01 2,99 No. 120 0,125 8,5 1347,1 97,63 2,37 No. 200 0,075 18,5 1365,6 98,97 1,03
Pan 14,2 1379,8 100,00 0,00 (Sumber : hasil penelitian)
Page 2
37
Gambar 5. 1 Gradasi butir sampel 1
Tabel 5. 2 Analisis gradasi butiran sampel 2
Ayakan
No.
Ayakan
Dalam
(mm)
Massa
Tertahan
(g)
Jumlah
Massa
Tertahan (g)
Massa
Tertahan
(%)
Massa Lolos
(%)
No. 10 2,000 0 0 0,00 100,00
No. 20 0,850 986,3 986,3 68,11 31,89
No. 30 0,600 422,3 1408,6 97,27 2,73
No. 40 0,425 19,4 1428 98,61 1,39
No. 50 0,300 1,7 1429,7 98,73 1,27
No. 70 0,212 0 1429,7 98,73 1,27
No. 80 0,180 0 1429,7 98,73 1,27
No. 100 0,150 2,8 1432,5 98,92 1,08
No. 120 0,125 1,4 1433,9 99,02 0,98
No. 200 0,075 4,6 1438,5 99,34 0,66
Pan 9,6 1448,1 100,00 0,00
(Sumber : hasil penelitian)
Page 3
38
Gambar 5. 2 Gradasi butir sampel 2
Analisis gradasi butiran menggunakan 2 sampel pengujian. Hasil analisis
gradasi butiran dimasukkan dalam bentuk grafik grain diameter (Gambar 5.1 dan
5.2) yang kemudian dapat diketahui d50. Pada sampel 1 hasil d50 adalah 1.182 mm
dan nilai d50 pada sampel 2 adalah 1,233 mm sehingga diperoleh nilai rata-rata d50
yaitu 1,208 mm.
B. Analisa Pola Gerusan
Pola gerusan di sekitar pilar berasal dari aliran yang berasal dari hulu yang
terhalang oleh pilar. Hal ini menyebabkann aliran air terganggu dan menjadi tidak
stabil sehingga menimbulakan pusaran yang terjadi akibat kecepatan aliran yang
membentur pilar depan menjadi gaya tekan di sekitar pilar. Gaya tekan ini
mengakibatkan terjadinya aliran bawah (down flow) yang dapat mengikis dasar
saluran, yangakan menimbulkan gerusan di sekitar pilar.
Page 4
39
Pola Gerusan Pilar Persegi
Gambar 5. 3 Tampak atas pengamatan gerusan pilar persegi
Dari pengamatan terhadap gerusan dasar saluran akibat pilar dilakukan
pengamatan terhadap elevasi cros-section yang diberi garis merah pada gambar 5.3.
Angka pada cros-section menunjukan jarak cros-section dari cros-section awal atau
crossection 0 (CR-0).
Pengamatan terhadap elevasi permukaan cros-section dilakukan dengan
membandingkan elevasi cros-section dengan kondisi running tanpa sediment
feeding dan kondisi running dengan sediment feeding. Dari perbandingan tersebut
diperoleh pola gerusan sedimen dan penumpukan sedimen pada saluran.
Gambar 5. 4 Grafik Pengamatan Crossection 20 Saluran Pilar Persegi
0 20 25 66 30
Page 5
40
Pada Gambar 5.4 menunjukan kondisi crossection 20 saluran pilar persegi. Pada
grafik dapat diketakui bahwa pada saat running pengujian gerusan tanpa sediment
feeding (ditunjukan dengan garis lurus) diperoleh nilai gerusan pada elevasi elevasi
dasar saluran 17 mm dengan nilai kedalaman gerusan maksimal 16 cm dengan
tanpa menunjkan penumpukan material sedimen. Sedangkan saat running
menggunakan sediment feeding diperoleh nilai elevasi terdalam 24,5 mm,
kedalaman gerusan maksimal 8,5 mm dan penumpukan sedimen setebal 0,5 dengan
puncak sedimen pada elevasi 33,5 mm.
Berikut merupakan hasil penggambaran potongan melintang pada crossection
yang lain
Gambar 5. 5 Cros section No 25, nilai gerusan maksimal pada saluran persegi saat sediment feeding
Pada potongan melintang nomor 25 merupakan potongan melintang dengan
gerusan maksimal saat penambahan sediment feeding. Geusan yang diciptakan
yaitu sebesar 13 cm, dengan elevasi dasar gerusan 20 cm.
Pada potongan melintang nomor 66 merupakan potongan melintang dengan
sedimen maksimal saat penambahan sediment feeding. Sedimen yang diciptakan
yaitu sebesar 4 cm, dengan elevasi muka sedimen 37 cm.
Page 6
41
Gambar 5. 6 Cros section No 66, nilai sedimen maksimal pada saluran persegi saat sediment feeding
Hasil pengukuran elevasi crossection pengamatan saluran persegi dapat dilihat
pada lampiran A. Hasil pengamatan terhadap elevasi Saluran Pilar Persegi di
tunjukan pada table berikut.
Tabel 5. 3 Hasil Pengamatan elevasi Crossection Saluran Pilar Persegi dengan Sediment feeding
Saluran Pilar Persegi dg Sediment feeding
Saluran Pilar Persegi Tnp Sediment feeding
Pot. Melintang No.
Gerusan Maks (mm)
Sedimen Maks (mm)
Pot. Melintang No.
Gerusan Maks (mm)
Sedimen Maks (mm)
0 1 1,00 0,0 0 0 1 1 0,94 1,0 0 0 2 1 0,88 2,0 0 0 3 1 0,82 3,0 0 0 4 1 0,76 4,0 0 0 5 1 0,70 5,0 0 0 6 1 0,64 6,0 0 0 7 1 0,58 7,0 0 0 8 1 0,52 8,0 0 0 9 1 0,47 9,0 0 0
10 1 0,41 10,0 0 0
Page 7
42
Tabel 5. 4 Hasil Pengamatan elevasi Crossection Saluran Pilar Persegi dengan Sediment feeding (lanjutan)
Saluran Pilar Persegi dg Sediment feeding
Saluran Pilar Persegi Tnp Sediment feeding
No. Pot.
Gerusan Maks (mm)
Sedimen Maks (mm)
No. Pot.
Gerusan Maks (mm)
Sedimen Maks (mm)
11 1.00 0.35 11 0.00 0.00 15 1.00 0.11 15 5.50 0.00 20 8.50 0.50 20 16.00 0.00 22 11.50 1.00 22 20.00 0.00 24 13.00 0.50 24 30.00 0.00 26 13.00 0.00 26 31.00 0.00 28 13.00 0.00 28 30.00 0.00 30 13.00 0.50 30 25.00 0.00 32 13.00 0.00 32 26.00 3.00 34 13.00 0.00 34 26.00 2.00 37 11.00 0.00 37 22.50 2.75 39 10.00 0.00 39 20.40 3.40 40 10.00 0.50 40 19.00 3.80 42 9.60 0.60 42 19.00 4.80 44 9.00 1.80 44 18.80 5.40 46 9.00 3.00 46 18.40 4.20 48 8.20 3.00 48 18.00 5.00 50 7.40 3.00 50 16.60 5.00 51 7.00 3.00 51 16.40 5.00 52 6.60 3.00 52 16.20 5.00 53 6.53 3.00 53 16.00 5.00 54 6.46 3.00 54 15.20 3.80 55 6.40 3.00 55 14.40 3.60 56 6.33 3.00 56 13.60 3.80 57 6.26 3.00 57 13.80 4.40 58 6.20 3.00 58 15.00 5.00 59 6.13 3.00 59 14.20 4.80 60 6.06 3.00 60 14.40 4.80 61 6.00 3.00 61 14.60 5.20 62 5.40 3.20 62 14.80 5.60 63 4.80 3.40 63 15.00 6.00 64 4.80 3.60 64 13.60 5.80 65 5.40 3.80 65 13.20 5.60 66 6.00 4.00 66 12.80 5.40
Page 8
43
Dari tabel 5.3 dan table 5.4 menunjukan elevasi dari gerusan dan sedimen yang
terjadi di masing masing cross .
Dari pengamatan terhadap dua kondisi tersebut, sediment feeding yang
diberikan selama proses running mampu menstabilkan kondisi gerusan dan
penumpukan sedimen hal ini ditunjukan dengan perubahan elevasi dasar sedimen
yang cukup signifikan pada hasil running tanpa sedimen. Perubahan elevasi yang
beragam ini dominan terjadi di sekitar pilar dan daerah di belakang pilar.
Daerah di belakang pilar ini merupakan daerah yang terpengaruh akibar
perubahan pola aliran yang terjadi alibat pilar sehingga menyebabkan perubahan
elevasi.
Gambar 5. 7 Peta elevasi muka dasar saluran pilar persegi dengan penambahan sediment feeding.
Page 9
44
Gambar 5.7 menunjukan gambar dasar saluran yang ditunjukan dengan
menggunakan skala warna dari biru yang mendeskripsikan elevasi sebesar 38 mm
sampai warna merah yang mendeskripsikan kedalaman gerusan maksimum pada
elevasi 20 mm. Elevasi awal dasar saluran ditunjukkan dengan warna biru sebesar
33 mm terdapat disepanjang hulu dan hilir saluran. Elevasi dasar saluran mulai
terlihat berubah ketika mendekati halangan berupa pilar jembatan. Perubahan
tersebut terlihat di sekitar hulu pilar elevasi dasar semakin dalam sampai tepat
berada di sisi kiri dan kanan pilar persegi yang ditandai dengan warna merah
menunjukkan elevasi dasar dengan kedalaman 20 mm. Daerah pengaruh gerusan
juga terlihat mendekati tebing saluran, semakin menuju ke tebing saluran elevasi
mengalami kenaikan yang ditunjukkan dengan warna kuning dan hijau. Elevasi
dasar saluran mulai mengalami kenaikan ketika menuju bagian hilir. Terdapat pula
daerah pengaruh gerusan berupa timbunan (sedimentasi) dengan elevasi dasar
sebesar 38 mm.
Untuk mengamati dan membandingkan pola dasar saluran pada konsidi tanpa
sediment feeding dan dengan sediment feeding, pengamatan dilakukan terhadap
pola kontur dan pemodelan 3D. Pembuatan peta kontur dan pemodelan 3D
menggunakan program Surfer 13.
Surfer 13 adalah program yang digunkan untuk menggambarkan peta dari
data koordinat. Surfer digunakan karena sesuai dengan kertersedian data koordinat
XYZ dari hasil pengujin lab. Dan fiturnya yang mampu memberikan hasil sesuai
kebutuhan analisa.
Page 10
45
Gambar 5. 8 Hasil penggambaran Surfer 13, peta kontur saluran pilar persegi
dengan sediment feeding
Gambar 5. 9 Hasil penggambaran Surfer 13, peta kontur saluran pilar persegi
tanpa sediment feeding
Dari Gambar 5.8 dan Gambar 5.9 dapat terlihat perbedaan elevasi dari garis
kontur dan pola kontur pada dua peta tersebut. Saluran dengan sedimen feeding
lebih menunjukan sebabaran elevasi yang merata antara sedimen dan gerusan.
Sedangkan pada saluran tanpa sediment feeding lebih menunjukan gerusan diarea
setelah pilar. Hal ini disebankan karena tidak ada sedimen yang menutupi gerusan
akibat aliran yang mengalir. Gerusan pada saluran tanpa sediment feeding lebih
dominan dari pada saluran dengan sediment feeding.
Page 11
46
Gambar 5. 10 Hasil penggambaran peta wireframe untuk dasar saluran pilar persegi tanpa sediment feeding dengan surfer 13
Gambar 5. 11 Hasil penggambaran peta wireframe untuk dasar saluran pilar lingkaran tanpa sediment feeding dengan surfer 13
Sum
bu z S
umbu z
Page 12
47
Gambar 5. 12 Hasil penggambaran peta wireframe untuk dasar saluran pilar lingkaran tanpa sediment feeding dengan surfer 13
Gambar 5. 13 Tampilan 3D dasar saluran pilar persegi dengan sediment feeding
Page 13
48
Pola Gerusan Pilar Lingkaran
Gambar 5. 14 Tampak atas pengamatan gerusan pilar Lingkaran
Dari pengamatan terhadap gerusan dasar saluran akibat pilar dilakukan
pengamatan terhadap elevasi cros-section yang diberi garis merah pada gambar
5.14. Angka pada cros-section menunjukan jarak cros-section dari cros-section
awal atau crossection 0 (CR-0).
Pengamatan terhadap elevasi permukaan cros-section dilakukan dengan
membandingkan elevasi cros-section dengan kondisi running tanpa sediment
feeding dan kondisi running dengan sediment feeding. Dari perbandingan tersebut
diperoleh pola g erusan sedimen dan penumpukan sedimen pada saluran.
0 40 50 30
Page 14
49
Gambar 5. 15 Grafik Pengamatan Penampang Melintang Nomor 21 Saluran Pilar Lingkaran
Potongan ini merupakan potongan melintang saluran. Gambar 5.12 menunjukan
pola gerusan pada bagian hulu pilar di bagian pilar. Jika dilihat data elevasi
pengujian yang dilakukan pada saat pengujian tanpa menggunakan sediment
feeding pada jarak yang sama.
Dasar saluran saat menggunakan sediment feeding mengalami gerusan sebesar
7,5 mm hinga elevasi 25,5 mm. Sedangkan dasar saluran tanpa sediment feeding
mengalami gerusan setebal 24 mm hingga elevasi 9 mm
Jika dilihat pada data awal sebelum dilakukannya pengujian, dimana ketebalan
sediment sebesar 10 cm, dapat diketahui bahwa gerusan maksimum yang terjadi
apabila tidak menggunakan sediment feeding pada titik ini adalah sebesar 0 cm. hal
ini berarti bahwa pemberian sediment feeding cukup efektif untuk meminimalisir
gerusan pada bagian 0 cm pada pilar dari bagian hulu.
Page 15
50
Gambar 5. 16 Penampang melintang nomor 30 dasar saluran pilar lingkaran
Gambar 5. 17 Penampang melintang nomor 50 dasar saluran pilar lingkaran
Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan terhadap gambar 5.12 tentang
gerusan dan sedimen. Pada gambar 5.13 dan 5.14 menunjukan hasil penggambaran
grafik crossection dasar saluran. Hasil gerusan dan sedimen ditampilkan dalam
tabel berikut.
Page 16
51
Tabel 5. 5 Hasil pengamatan elevasi dasar saluram pilar lingkaran
Saluran Pilar Lingkaran dg Sediment feeding
Saluran Pilar Lingkaran Tnp Sediment feeding
No. Pot
Elv. Gerusan Maks (mm)
Elv. Sedimen Maks (mm)
No. Pot
Elv. Sedimen Maks (mm)
Elv Gerusan Maks (mm)
0 0.00 0.00 33 0.00 0.00 5 0.00 0.00 5 0.00 0.00
10 0.00 0.00 10 0.00 0.00 12 1.00 5.00 12 0.00 0.00 15 0.00 0.00 15 0.00 0.00 16 0.60 5.00 16 0.00 0.00 18 0.60 5.00 18 0.00 0.00 20 0.80 5.00 20 0.00 0.00 21 0.90 5.00 21 0.00 0.00 22 1.00 5.00 22 0.00 0.00 23 0.42 4.85 23 0.00 0.00 24 0.00 4.71 24 0.00 0.00 25 0.00 4.57 25 0.00 0.00 26 0.00 4.57 26 0.00 0.00 27 0.14 4.71 27 0.00 0.00 28 0.57 4.85 28 0.00 0.00 29 1.00 5.00 29 0.00 0.00 30 3.50 5.00 30 0.00 0.00 31 6.00 5.00 31 0.00 0.00 32 7.00 4.00 32 0.00 0.00 33 8.00 4.00 33 0.00 1.40 34 7.50 3.50 34 0.00 17.00 35 8.00 3.00 35 0.00 11.00 36 7.50 3.00 36 0.00 17.00 37 8.00 3.00 37 0.00 19.00 38 7.50 3.50 38 0.00 24.00 39 8.00 5.00 39 0.00 22.50 40 7.50 3.50 40 0.00 24.00 41 8.00 4.00 41 0.00 23.00 42 7.50 3.50 42 0.00 33.00 43 7.00 3.00 43 0.00 33.00 44 7.00 3.50 44 1.00 24.00 45 7.00 5.00 45 0.00 18.50 46 7.00 5.00 46 0.00 17.00 47 7.00 5.00 47 0.00 15.66 48 6.60 4.60 48 0.00 15.33
Page 17
52
Tabel 5. 6 Hasil pengamatan elevasi dasar saluram pilar lingkaran (lanjutan)
Saluran Pilar Lingkaran dg Sediment feeding
Saluran Pilar Lingkaran Tnp Sediment feeding
No. Pot
Elv. Gerusan Maks (mm)
Elv. Sedimen Maks (mm)
No. Pot
Elv. Sedimen Maks (mm)
Elv Gerusan Maks (mm)
49 6.2 4.2 49 0 16 50 5.8 3.8 50 0 16.8 51 5.4 3.8 51 0 17.6 52 5 4 52 0 18.4 53 5 3.6 53 0 19.2 54 5 3.2 54 0 20 55 5 3 55 0 18.8 56 5 3 56 0 17.6 57 5 3 57 0 16.4 58 5 2.8 58 0 15.2 59 5 2.6 59 0 14 60 5 2.6 60 0 13.6 61 5 2.8 61 0 13.2 62 5 3 62 0 13.8 63 4.8 2.9 63 0 14.4 64 4.6 2.8 64 0 15 65 4.4 2.7 65 0 14.4 66 4.2 2.6 66 0 13.8 67 4 2.5 67 0 13.2 68 3.8 3 68 0 13.2 69 3.6 3.5 69 0 14 70 3.4 4 70 0 11.2 71 3.2 4.5 71 0 8.4 72 3 5 72 0 6.6 73 0 0 73 0 5.6 74 0 0 74 0 5 75 0 0 75 0 4.2 76 0 0 76 0 3.4 77 0 0 77 0 3.8 78 0 0 78 0 4.4 79 0 0 79 0 5 80 0 0 80 0 4
Page 18
53
Gambar 5. 18 Kontur elevasi dasar disekitar pilar persegi
Gambar 5.18 menunjukan gambar kontur elevasi dasar saluran yang
ditunjukan dengan menggunakan skala warna dari biru yang mendeskripsikan
elevasi sebesar 38.5 mm sampai warna merah yang mendeskripsikan kedalaman
gerusan maksimum sebesar 25 mm. Elevasi awal dasar saluran ditunjukkan dengan
warna biru 33 mm terdapat disepanjang hulu dan hilir saluran. Elevasi dasar saluran
mulai terlihat berubah ketika mendekati halangan berupa pilar jembatan. Perubahan
tersebut terlihat di sekitar hulu pilar elevasi dasar semakin dalam sampai tepat
berada di sisi kiri dan kanan pilar kapsul yang ditandai dengan warna merah
menunjukkan elevasi dasar. Daerah pengaruh gerusan juga terlihat mendekati
tebing saluran, semakin menuju ke tebing saluran elevasi mengalami kenaikan yang
ditunjukkan dengan warna kuning dan hijau. Elevasi dasar saluran mulai
mengalami kenaikan ketika menuju bagian hilir. Terdapat pula daerah pengaruh
gerusan berupa timbunan dengan elevasi dasar .
Page 19
54
Gambar 5. 19 Hasil penggambaran Surfer 13, peta kontur saluran pilar
lingkaran dengan sediment feeding
Gambar 5. 20 Hasil penggambaran Surfer 13, peta kontur saluran pilar
lingkaran tanpa sediment feeding
Page 20
55
Gambar 5. 21 Hasil penggambaran peta wireframe untuk dasar saluran pilar lingkaran tanpa sediment feeding dengan surfer 13
Gambar 5. 22 Hasil penggambaran peta wireframe untuk dasar saluran pilar lingkaran tanpa sediment feeding dengan surfer 13
Melalui Gambar 5.19, Gambar 5.20, Gambar 5.21 dan Gambar 5.22 dasar
permukan saluran dapat terpetakam dan tervisualisasikan dengan baik. Peta kontur
pada Gambar 5.19 dan Gambar 5.20 dapat menunjukan perbedaan pola gerusan dan
Page 21
56
sedimentsi pada dasar saluran. Peta wireframe dapat memberikan visualisasi bentuk
morfologi dasar saluran secara 3D
Gambar 5. 23 Hasil penggambaran peta 3D surface dasar saluran pilar lingkaran
dengan surfer 13
Gambar 5. 24 Hasil penggambaran peta 3D surface dasar saluran pilar
lingkaran dengan surfer 13
Page 22
57
C. Analisa Volum Geusan dan Sedimentasi
Volum gerusan dan volum sedimentasi merupakan hasil dari sediment transport
yang ada di aliran selama pelaksanaan pengujian. Volum gerusan dan sedimentasi
ini digunkaan untuk mengetahui dampak sediment feeding selama terhadap kondisi
morfologi saluran. Analisa perhitungan volume gerusan dan sedimentasi
menggunakan bantuan software surfer 13.
Gambar 5. 25 Vitur Gid-volum yang digunakan untuk menghitung volum pada surfer
Data yang digunakan dalam analisa ini adalah data elevasi potongan melintang
yang telah diporoleh dari pengujian. Surfer akan melakukan kalkulasi pada data
grid. Data grid ini berisi koordinat xyz yang digunakan dalam pemetaan pada subab
B. Nilai elevasi (Z) yang diperlukan adalah nilai elevasi maksinal dan nilai evelasi
minimal.
Nilai volum gerusan sedimetasi ini diketahui dengan menentukan nilai elevasi
normal atau datum. Datum ini yang akan memisahkan bagian yang akan dihitung
sebagai gerusan dan bagian yang akan dihitung sebagai sedimentasi.
Page 23
58
Gambar 5. 26 informasi elevasi maksimal dan minimal
Gambar 5.26 merupakan informasi yang meninjukan nilai upper surface-
permukaan tertinggi, dan lower surface-permukan terendah. Dalam penelitian ini,
elevasi datum adalah 33, baik pada salluran dengan pular lingkaran dan saluran
pada pilar persegi. Nilai datum ini, kemudian akan diisikan pada kolom Z yang
diberi tanda kontak merah pada gambar. Setelah diisi maka klik OK.
Gambar 5. 27 Grid volum report
Tampilan yang muncul setelah perhitungan yang dilakukan oleh surfer adalah
Grid Volum Report. Untuk nilai volum cut bertolak dari nilai base line (datum),
yang sudah ditentukan diawal (z=33). Nilai volum cut ini yang kemudian dalam
Page 24
59
analisis akan di sebut sebagai volum sedimen, dan nilai volum fill akan disebut
sebagai nilai volum gerusan.
Gambar 5. 28 Sketsa ilustrasi bagian vol.cut, vol. fill dan baseline
Hasil yang diperoleh dari analisa volum gerusan dan sedimentasi pada saluran
ditampilkan pada table berikut.
Tabel 5. 7 Volum gerusan dan sedimentasi
Deskripsi Volume
Sedimentasi (cm3)
Volume Gerusan
(cm3)
Saluran Pilar Lingkaran
dengan sedimen feeding
3406.017 2627.653
tanpa sedimen feeding
12.137 8348.997
Saluran Pilar persegi
dengan sedimen feeding
665.771 9245.506
tanpa sedimen feeding
628.665 11657.705
Datum (Baseline)
Volume cut
Volume fill
Page 25
60
D. Analisa Pola Aliran
Pola aliran mengalir dari hulu menuju ke hilir saluran, dalam teori hidraulika
air akan mengalir dari daerah yang memiliki tekanan yang tinggi menuju ke tekanan
yang rendah.Tetapi, pola atau arah aliran bias saja berbelok apabila adanya
perubahan morfologi penampang saluran seperti adanya pilar jembatan. Pola aliran
berpengaruh untuk mengetahui jenis belokan aliran yang terjadi pada saat menabrak
pilar jembatan. Hal tersebut juga berhubungan dengan turbulensi aliran yang akan
memengaruhi kedalaman dan pola gerusan yang terjadi. Pola aliran dapat dianalisis
dengan menggunakan sediment tracking. Sediment tracking tersebut akan mengalir
sesuai arah aliran yang terjadi. Hal tersebut diamati secara visual menggunakan
kamera yang diletakkan tepat di atas saluran.
Pada pilar lingkaran dan persegi bagian hulu terlihat aliran masih stabil, namun
mendekati pilar aliran mulai tidak stabil karena terjadi penyempitan aliran dimana
terdapat pilar lingkaran yang diletakkan di tengah flume. Di daerah di hulu pilar
terjadi turbulesi dan pola aliran di kanan dan kiri pilar mengikuti bentuk pilar dan
cenderung melebar. Terlihat setelah aliran melewati pilar dan semakin aliran
menuju ke hilir semakin stabil. Pola aliran ini akan mempengaruhi bentuk gerusan
yang terjadi di sekitar pilar.
Pola Aliran Saluran Pilar Persegi
(a)
Page 26
61
(b)
(c)
(d)
Gambar 5. 29 (a), (b), (c), (d) Pola aliran dari hulu sampai hilir pilar persegi
menggunakan sediment tracking.
Page 27
62
Gambar 5. 30 Vektor aliran pada pilar persegi
Pola Aliran Saliran Pilar Lingkaran
(a)
(b)
Page 28
63
(c)
(d)
Gambar 5. 31 (a), (b), (c), (d) Pola aliran dari hulu sampai hilir pilar lingkaran
menggunakan sediment tracking.
Gambar 5. 32 Vektor aliran pada pilar lingkaran
Page 29
64
E. Analisa Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran di sekitar pilar berbeda pada setiap pilar setelah dilakukan
simulasi menggunakan flume test. Kecepatan aliran akan berubah apabila terdapat
perubahan morfologi pada penampang saluran seperti dibangunnya pilar pada
jembatan. Perubahan tersebut dapat berupa percepatan maupun perlambatan dari
kecepatan aliran awal sebelum adanya perbedaan morfologi penampang saluran.
Perbedaan bentuk pilar jembatan juga mempengaruhi perubahan kecepatan aliran
pada saluran. Pada penelitian ini digunakan dua bentuk pilar yang berbeda, yaitu
pilar dengan bentuk lingkaran dan persegi untuk mengetahui perbedaan perubahan
kecepatan aliran pada setiap pilar.
Simulasi dilakukan pada flume test menggunakan sediment tracking untuk
mengetahui pergerakan kecepatan aliran serta dilakukan dua kali yaitu
menggunakan pilar dengan bentuk lingkaran dan persegi. Setelah pergerakan
sediment tracking ditandai maka dapat diketahui perubahan kecepatan aliran.
Kecepatan Aliran Saluran Pipa Persegi
Gambar 5. 33 Vektor kecepatan aliran di sekitar pilar persegi
Gambar 5.33 menunjukan pengamatan partiket saat pelaksanaan PIV. Masing
masing titik mrnunjukan pergerakan yang ditunjukan dengan perpindahannya
dengan anak panah. Pergerakan masing masing partikel terjadi dalam jangka waktu
yang bersamaan, sehimgga dari pengamatan visual sederhana dapat diketahui
bahwa partikel dengan perpindahan yang panjan (ditunjukan dengan anak panah
yang panjang) menunjukan kecepatan yang besar. Untuk mengetahui nilai
Page 30
65
kecepatan masing masing partikel, maka dilakukan pengamatan dan perhitungan
sebagai berikut.
Tabel 5. 1 Perhitungan kecepatan aliran di sekitar pilar persegi
Kode
Jarak x
Jarak y
Perpindahan Kecepatan, V
cm cm Cm cm/s m/s 1 7 0.5 7.01 91.14 0.91 2 7 1 7.07 91.83 0.91 3 8 1.5 8.13 105.70 1.05 4 10 4.5 10.96 142.41 1.42 5 4 0.5 4.03 52.35 0.52 6 5.5 1 5.59 72.59 0.72 7 4 0 4.00 51.94 0.51 8 6.5 0 6.50 84.41 0.84 9 5 0 5.00 64.93 0.64
10 4 1 4.12 53.54 0.53 11 4 1 4.12 53.54 0.53 12 5 0 5.00 64.93 0.64 13 7 0 7.00 90.90 0.90 14 7 1 7.071 91.83 0.91 15 7 0.5 7.01 91.14 0.91 16 6 0.5 6.02 78.19 0.78
(sumber : perhitungan penelitian)
Vektor kecepatan aliran menunjukkan arah aliran dan dari jarak yang didapat
maka bisa dihitung besaran kecepatan aliran yang terjadi di sekitar pilar. Aliran
yang semula stabil berubah menjadi tidak stabil karena terjadi perubahan morfologi
pada penampang saluran yaitu berupa pilar jembatan. Perubahan tersebut berupa
percepatan dan perlambatan kecepatan aliran sebelum adanya perubahan morfologi
penampang dasar saluran. Pada Gambar 5.72 menunjukkan vektor kecepatan aliran
di sekitar pilar persegi. Aliran yang menabrak dinding pilar mengikuti bentuk pilar.
Kecepatan aliran cenderung mengalami perlambatan ketika berada di dekat dinding
pilar. Perlambatan kecepatan ditandai dengan vektor yang pendek, perlambatan
maksimum ditunjukkan pada vektor nomor 5 yaitu dengan kecepatan 0,52 m/s.
Sedangkan percepatan kecepatan aliran terjadi pada aliran yang terletak jauh dari
pilar. Percepatan maksimum ditunjukkan pada vektor nomor 4, yaitu dengan
kecepatan 1,42 m/s.
Page 31
66
Kecepatan Aliran Saluran Pipa Lingkaran
Gambar 5. 34 Vektor kecepatan aliran di sekitar pilar Lingkaran
Tabel 5. 2 Perhitungan kecepatan aliran di sekitar pilar lingkaran Kode
Jarak X
Jarak Y
Perpindahan V mm mm/s m/s
1 110.45 0.40 110.44 777.79 0.77 2 122.18 5.67 122.31 861.35 0.86 3 110.24 6.79 110.454 777.81 0.77 4 116.96 5.51 117.08 824.56 0.82 5 109.12 21.19 111.15 782.80 0.78 6 109.12 20.81 111.083 782.30 0.78 7 48.55 0.048 48.55 341.91 0.34 8 36.04 0.048 36.04 253.83 0.25 9 151.05 6.35 151.18 1064.66 1.06
10 125.96 1.14 125.96 887.09 0.88 11 76.319 10.90 77.09 542.91 0.54 12 42.94 0.04 42.94 302.44 0.30 13 24.13 5.51 24.75 174.35 0.17 14 36.044 0.04 36.04 253.83 0.25 15 128.4 24.43 130.70 920.43 0.92 16 43.52 0.048 43.52 306.52 0.30 17 105.53 10.08 106.00 746.52 0.74 18 60.00 10.46 60.90 428.92 0.42 19 151.05 6.35 151.18 1064.66 1.06 20 119.01 1.57 119.01 838.16 0.83 21 113.30 5.32 113.42 798.73 0.79
(Sumber : hasil perhitungan)
Page 32
67
Vektor kecepatan aliran menunjukkan arah aliran dan dari jarak yang didapat
maka bisa dihitung besaran kecepatan aliran yang terjadi di sekitar pilar. Aliran
yang semula stabil berubah menjadi tidak stabil karena terjadi perubahan morfologi
pada penampang saluran yaitu berupa pilar jembatan. Perubahan tersebut berupa
percepatan dan perlambatan kecepatan aliran sebelum adanya perubahan morfologi
penampang dasar saluran. Pada Gambar 5.23 menunjukkan vektor kecepatan aliran
di sekitar pilar persegi. Aliran yang menabrak dinding pilar mengikuti bentuk pilar.
Kecepatan aliran cenderung mengalami perlambatan ketika berada di dekat dinding
pilar. Perlambatan kecepatan ditandai dengan vektor yang pendek, perlambatan
maksimum ditunjukkan pada vektor nomor 8 yaitu dengan kecepatan 0,25 m/s.
Sedangkan percepatan kecepatan aliran terjadi pada aliran yang terletak jauh dari
pilar. Percepatan maksimum ditunjukkan pada vektor nomor 19, yaitu dengan
kecepatan 1,06 m/s.
F. PERBANDINGAN HASIL
Pengujian yang telah dianalisis kemudian dibandingkan untuk mengetahui
perbedaan dari masing masing parameter. Adapun parameter yang dibandingkan
adalah pola gerusan, pola aliran dan kecepatan aliran.
Saluran Pilar Lingkaran dan Persegi dengan kondisi running sediment feeding
Pilar lingkaran dan pilar persegi memiliki perngaruh yang berbeda pada
saluran. Perngaruh ini disebabkan karena bentuk permukaan yang bersenturan
dengan aliran pada saluran.
Gambar 5. 35 Pola aliran saluran pilar persegi
Page 33
68
Gambar 5. 36 Pola Aliran Saluran
Aliran pada saluran bergerak dari kiri ke kanan. Aliran diasumsikan sebagai
aliran laminar. Kemudian pengamatan pola aliran dilakukan menggunakan metode
PIV.
Dari hasil pengmatan, pola aliran mengalami turbulen dan membentuk vortex
saat mendekali dan berada disekitar pilar. Pada pilar persegi, aliran cendering
menyebar setelah menabrak pilar, sedangkan pada pilar lingkaran cenderung
membelok melewati pilar.
Hal ini disebabkan oleh sudut yang menghampat aliran pada saluran. Pada pilar
lingkaran lebih cenderung mengikuti aliran asli karena pilar lingkaran tidak
memiliki sudut yang memotong aliran.
Gambar 5. 37 Peta kontur dasar saluran pilar lingkaran
Page 34
69
Gambar 5. 38 Peta kontur dasar saluran pilar persegi
Dari pola gerusan yang dapat diamati pada peta kontur, pilar persegi
memberikan dampak gerusan yang lebih banyak daripada pilar lingkaran. Hal
ini di sebabkan karena pilar persegi membentuk sudut yang memotong aliran,
sehingga menimbukan gerakan vortek. Vortek ini lah yang kemudian mengerus
dasar saluran.
Selain fenomena gerusan, terdapat juga fenomena sedimen. Sedimen
dominan terbentuk dibagian hilir. Sedimen ini beriisi hasil gerusan dan sediment
feeding yang tdak terbewa oleh aliran alir.
Page 35
70
Gambar 5. 39 Peta 3D dasar saluran pilar persegi
Gambar 5. 40 Peta 3D dasar saluran pilar Lingkaran
mm
mm
Sumbu z
Sumbu z
Page 36
71
Saluran pilar dengan menggunakan sediment feeding dan tanpa sediment feeding
Penggunaan sediment feeding saat running percobaan laboratorium
dilakukan untuk menggambarkan kondisi aliran debris di lapangan. Aliran
debris ini membawa material berupa pasir, sehingga dalam percobaan
laboratorium peru di beri tambahan sediment feeding di hulu saluran.
Dalam membandingkan kondisi tersebut dilakukan pengujian dengan
kondisi aliran dengan sediment feeding dan tanpa sediment feeding. Pengujian
tanpa menggunakan sediment feeding dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Dengan kondisi batas yang sama dan system pengujian yang sama, makadapat
digunakan sebagai data pembanding. Yang membedakan pengujian hanya
penambahan yang dilakukan pada peneliitian sekarang.
Dari parameter yang ada, hal yang paling menunjukan perbedaan adalah
parameter gerusan, dalam hal ini adalah elevasi gerusan. Pada masing masing
saluran dengan pilar persegi maupun pilar lingkaran, menunjukan bahwa
elevasi gerusan saluran dengan sediment feeding lebih tinggi dari pada elevasi
saluran tanpa sediment feeding.
Tabel 5. 3 Hasil pengamatan saluran pilar lingkaran dan persegi Sediment feeding Tanpa sediment
feeding Nilai maksimal Gerusan Sedimen Gerusan Sedimen
Pilar persegi 13 mm 4 mm 31 mm 6 mm Pilar Lingkaran 8 mm 5 mm 33 mm 1 mm
Secara umum, elevasi ssaluran saat penambahan sediment feeding lebih
stabil dan tidak mengalami gerusan dan sedimentasi yang berlebihan. Geusan
yang berlebihan pada daerah sekitar pilar akan sangat mengganggu stuktur
pilar, karena akan mempengaruhi struktur pilar.