8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
1/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. MAKSUD DAN TUJUAN
Praktikan mampu mengetahui pengertian ilmu ukur tanah dan manfaat-
nya.
Praktikan mengetahui pengertian umum peta.
Praktikan dapat menguasai dan mengerti proses pembuatan peta
topografi.
I.2. DASAR TEORI
Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus
mempelajari sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan
pengukuran-pengukuran guna mendapatkan peta. Pengukuran di lakukan
terhadap titik-titik detail alam maupun buatan manusia meliputi posisi
horizontal (x,y) maupun posisi vertikalnya (z) yang direrensikan terhadap
permukaan air laut rata-rata.
Dalam pengertian yang lebih umum pengukuran tanah dapat dianggap
sebagai disiplin yang meliputi semua metoda untuk menghimpun dan
melakukan proses informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis.
Salah satu aplikasi dari ilmu ukur tanah adalah membuat peta yang
nantinya akan digunakan lagi dalam disiplin ilmu lain terutama yang
menggunakan peta untuk dasarnya. Penggunaan peta untuk terutama dibidang
geologi contohnya dalam geomorfologi, pemetaan geologi dan geofisika, dan
lain sebagainya.
I.3. PENGERTIAN PETA
Peta adalah penyajian informasi spasial permukaan/bawah permukaan
bumi dalam skala tertentu dan digambarkan di atas bidang datar melalui
sistem proyeksi. Dari definisi di atas dapat dimengerti bahwa peta merupakan
alat untuk menyampaikan informasi (alat komunikasi). Informasi yang
disampaikan adalah unsur-unsur permukaan/bawah bumi secara grafis.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
2/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 2
Penyajian informasi dalam bentuk grafis akan mempersoalkan beberapa
pengertian yang perlu diketahui, yaitu :
1. Visualisasi : data yang akan dirubah menjadi gambar,
2. Universal : sesuatu yang akan disajikan/digambar haruslah difahami oleh
setiap orang,
3. Grafik : gambar tersebut harus dapat diperkecil skalanya, direproduksi
tanpa merubah pengertian yang mendasar tentang sesuatu informasi.
Berkaitan dengan masalah komunikasi, ada beberapa pengertian yang perlu
dipahami sehubungan dengan masalah peta.
1. Peta adalah alat untuk menyampaikan pendapat,
2. Pendapat itu ingin disampaikan melalui mata kepada yang menerimanya,
3. Dengan menggunakan peta, diharapkan pendapat tersebut bisa diterima
dengan lebih mudah, dibandingkan tanpa menggunakan peta,
4. Pendapat yang ingin disampaikan adalah segala hal yang menyangkut
ruang.
Pada pelaksanaan pembuatan peta, akan dijumpai beberapa masalah yang
berhubungan dengan komunikasi, antara lain :1. Imajinasi (daya cipta)
Pembuat peta harus dapat menyajikan dengan jelas informasi yang
menyatakan bahwa kepadatan penduduk suatu tempat lebih padat
dibandingkan dengan tempat lain.
2. Persepsi
Perlu disadari bahwa akan timbul suatu kesulitan antara pembuat dan
pemakai peta dalam hal :a. Sampai sejauh mana pemakai peta dapat mengerti pesan yang akan
disampaikan pada selembar peta,
b. Adanya perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh pembuat
dan pemakai peta,
c. Konsep-konsep untuk data-data geometrik pada peta yang belum tentu
sama antara pembuat dan pemakai peta.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
3/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 3
Menyadari bahwa pada dasarnya peta adalah alat penyampai pesan, maka
agar pesan dapat dimengerti (sampai) pada penerimanya, diperlukan bahasa
yang sama antara pembuat dan pemakai peta. Melalui kesepatakan
(kompromi), bahasa yang sama tersebut diwujudkan melalui simbol-simbol
(titik, garis, luasan, warna, dan sebagainya).
I.4. FUNGSI PETA
Dalam penyajian suatu peta, isi peta mempunyai karakteristik dan fungsi
tertentu, yang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Peta merupakan gambaran dalam bentuk 2(dua) dimensi,
2. Gambaran yang disajikan adalah dalam bentuk hasil reduksi dari keadaanyang sebenarnya,
3. Informasi/data yang disajikan merupakan suatu bentuk penegasan atau
enhancement dari unsur yang ada.
Sedang fungsi peta adalah :
1. Memperlihatkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam
hubungannya terhadap tempat lain di permukaan bumi),2. Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak-
jarak di permukaan bumi.
3. Memperlihatkan bentuk (dari peta dapat dilihat bentuk-bentuk daerah
bergunung, permukiman, dataran, dan obyek lain yang cukup besar,
sehingga dimensinya dapat diperlihatkan dalam peta dengan skala yang
tertentu),
4. Menghimpun dan menyeleksi data (peta menghimpun dan menyeleksi
sejumlah data-data tertentu dari suatu daerah dan disajikan dalam bentuk
yang memadai keadaan di permukaan bumi).
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
4/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 4
I.5. KLASIFIKASI PETA
Tidak ada klasifikasi peta yang bersifat baku. Secara garis besar, peta
dapat dibagi berdasarkan bentuk penyajian, isi atau informasi utama pada
peta, dan kegunaan peta.
1. Klasifikasi Peta bersadarkan bentuk penyajiannya
a. Peta Garis (Line Map)
Peta yang menyajikan gambaran dari permukaan bumi dalam bentuk
garis atau grafis.
b. Peta Foto (Photo Map)
Gambaran dari permukaan bumi disajikan dalam bentuk fotografis,
hasil dari pemotretan udara.
c. Peta Digital (Digital Map)
Suatu peta yang data-datanya (nomor titik, koordinat horisontal,
vertikal) tersimpan dalam media komputer.
2. Klasifikasi Peta berdasarkan isi peta
a. Peta Topografi (Topographic Map)/RupabumiBAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional) mendefinisikan Peta Topografi/Rupabumi sebagai peta yang
menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada permukaan dan di
bawah bumi yang meliputi :
Hipsografi (tinggi rendahnya lasekap dalam bentuk kontur),
Hidrografi (tatanan air : sungai, danau, dan sebagainya),
Vegetasi (budidaya dan non budidaya),
Toponimi (nama-nama generik unsur-unsur muka bumi),
Batas-batas administrasi,
Unsur-unsur buatan manusia (jalan, bendungan, permukiman,
termasuk peninggalan purbakala, dan sebagainya),
Rujukan geografis baku.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
5/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 5
b. Peta Tematik (Thematic Map)
Peta yang menyajikan informasi unsur-unsur tertentu dari permukaan
bumi sesuai dengan tema peta bersangkutan dan umumnya
mempunyai hubungan tertentu dengan informasi topografi.
c. Chart
Suatu peta untuk kegunaan bersifat khusus, dalam hal ini data-data
yang disajikan berhubungan dengan masalah navigasi.
3. Klasifikasi Peta berdasarkan kegunaan peta
a. Peta Referensi atau Peta Serbaguna
Peta yang dijadikan dasar dari perencanaan pembangunan nasional
dan regional, umumnya diproduksi dalam satu seri peta.
Jenis dari peta referensi antara lain :
1) Peta Planimetris
Peta yang hanya menyajikan posisi horisontal dari unsur-unsur
permukaan bumi tanpa menyajikan data ketinggian.
2) Peta KadasterPeta yang menyajikan batas pemilikan tanah.
3) Peta Topografi/Rupabumi
Peta yang menggambarkan tidak hanya detil planimetris dari
unsur-unsur di permukaan bumi, tetapi juga menggambarkan
bentuk terein/relief. Seri pemetaan nasional adalah dalam bentuk
Peta Topografi/Rupabumi.
b. Peta Tematik
Dalam pembuatan peta tematik, diperlukan dua elemen penting, yaitu
peta dasar serta data/informasi spesifik yang akan disajikan.
Contoh peta tematik antara lain :
1) Peta Geologi,
2) Peta Geomorfologi,
3) Peta Sumber Daya Alam,
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
6/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 6
4) Peta Jaringan Jalan,
5) Peta Tanah,
6) Peta Pariwisata,
7) Peta Sumber Daya Hutan,
8) Peta Tata Guna Lahan,
9) Peta Sumber Daya Air,
I.6. PETA DASAR
Di samping pengklasifikasian peta di atas, dikenal juga istilah Peta
Dasar. Ada dua pengertian peta dasar, yaitu ditinjau dari segi teknis
pengadaan dan dari segi fungsinya.
1. Peta Dasar dari segi teknis pengadaan
Dari segi teknis pengadaan, R.Janicot memberi pembatasan
sebagai berikut : "Peta Dasar (Basic Map) adalah peta yang dibuat
langsung dari survei lapangan". Dengan demikian ketelitian peta dasar
tergantung pada skala yang dibuat. Skala ini menentukan persyaratan
teknis pembuatannya, seperti skala foto udara, distribusi titik-titik kontrol
lapangan, dan pesifikasi kartografi lainnya.
Bersadarkan peta dasar tersebut dapat dibuat peta-peta jabaran
(derived map) dengan skala yang lebih kecil dengan hanya operasi
kartografis saja, yaitu melalui generalisasi (tanpa perlu kerja lapangan).
Misalnya, kalau peta dasar tersebut 1 : 50.000, maka dapat dibuat peta
jabaran 1 : 100.000, 1 : 250.000, 1 : 500.000, dan 1 : 1.000.000. Peta
dasar yang dibuat langsung dari lapangan hanya dilakukan satu kali saja.
Jika peta dasar telah "out of date", maka dilakukan revisi peta atau dibuat
peta dasar baru yang skalanya lebih besar dari peta dasar semula.
2. Peta Dasar dari segi fungsinya
Peta Dasar (Base Map) adalah peta yang menyajikan informasi
dasar, pada mana data tambahan yang sifatnya khusus dikompilasikan
atau dicetak, sehingga menghasilkan peta baru. Peta baru di atas disebut
Peta Tematik (Thematic Map) yang memuat tema-tema tertentu.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
7/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 7
I.7. MANFAAT PETA
Manfaat peta dalam konteks pembangunan (umum) adalah :
1. Sebagai Dasar Penetapan Kebijaksanaan pembangunan.
2. Sebagai alat dalam proses perencanaan.
3. Sebagai alat dalam pelaksanaan pembangunan.
4. Sebagai alat monitoring.
5. Untuk presentasi data.
Dalam konteks perencanaan/pembangunan di atas tentunya disesuaikan
dengan skala peta yang dibuat dan keperluan bidang masing-masing. Setiap
bidang pembangunan dan tahapan pembangunan membutuhkan bermacam
jenis peta dalam dengan skala peta yang berbeda (skala peta : kecil,
menengah, dan besar).
I.8. MEMBUAT PETA
Berbagai metode dapat digunakan untuk mebuat peta (peta garis), salah
satu yang akan dipelajari di sini adalah cara membuat peta dengan metode
terestris, yaitu dengan melakukan pengukuran-pengukuran langsung di
lapangan.
Kalau diperhatikan dengan cermat, peta garis merupakan kombinasi
secara sistematis dari unsur-unsur ilmu ukur Euclidian (titik, garis, dan
luasan). Data dasar yang diperlukan adalah jarak, sudut, asimut, dan tinggi
(untuk kontur). Masing-masing data dasar tersebut akan dijelaskan pada bab
selanjutnya.
I.9. SISTEM KOORDINAT PETA
Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan
bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Koordinat merupakan
titik pertemuan antara absis dan ordinat, ditentukan dengan menggunakan
sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu
sama lain
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
8/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 8
Ada tiga sistem koordinat yang digunakan pada pemetaan yakni :
1. Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat
2. Sistem Koordinat 2 Dimensi : dua sumbu koordinat
3. Sistem Koordinat 3 Dimensi : tiga sumbu koordinat
Dalam kontek perpetaan, koordinat yang dimaksud adalah koordinat posisi
titik dalam ruang. Koordinat titik dalam ruang, umumnya berupa koordinat
kartesi (X, Y) dan (L, B) serta tinggi (Z atau h(H)).
Di Indonesia umumnya digunakan 2 sistem koordinat, yaitu koordinat
geografi dan sistem Universal Transverse Mercator (UTM). Dua sistem
koordinat ini cocok digunakan di Indonesia karena Indonesia terletak disekitar garis khatulistiwa, yang lingkar garis bujur akan lebih panjang dari
pada lingkar garis bujur di kutub.
1. Koordinat Geografi
Sistem ini menggunakan titik longitude (bujur) dan latitude (lintang).
Sistem koordinat bujur-lintang (atau dalam bahasa Inggris disebut
Latitude-Longitude), terdiri dari dua komponen yang menentukan, yaitu :
Gambar I .1 Garis Khatuli stiwa
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
9/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 9
Equator adalah garis khayal yang bidang irisannya membagi bumi
menjadi dua sama besar, yaitu belahan bumi bagian utara dan
belahan bumi bagian selatan.
Garis Paralel adalah garis khayal sejajar yang dengan equator.
Garis paralel makin ke utara / ke selatan akan berbentuk lingkaran
yang bidang irisnya sejajar equator namun luasnya semakin kecil
dan akhirnya hanya berupa titik di kutub utara / selatan. Jarak busur
(dalam satuan derajat, menit dan detik) dengan patokan equator
disebut sebagai lintang (latitude).
Garis Meridian adalah garis-garis khayal yang menghubungkan
kutub utara dengan kutub selatan.
Garis meridian tidak sejajar satu sama lainnya, berawal dari satu
titik di kutub utara maupun kutub selatan dan melebar di equator,
garis-garis meridian memotong equator tegak lurus. Setiap titik di
muka bumi memiliki jarak tertentu dari garis prime meridian, jika
jarak tersebut dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik,
maka jarak tersebut disebut sebagai bujur (longitude).
Gambar I .2 Gari s Prim e M er idian
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
10/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 10
Sifat ‐sifat koordinat bujur-lintang
a. Titik longitude mempunyai nilai ‐ 180 sampai dengan 180 (W ‐E)
b. Titik latitude mempunyai nilai ‐90 sampai dengan 90 (S ‐ N) c. Penulisan koordinat biasanya ditulis dalam derajad menit detik
(degrees-minutes ‐seconds / DMS). Contoh: 110 o 30‟ 37,80 ‟ ‟
d. Pengubahan menjadi koordinat proyeksi biasanya dalam bentuk
derajad desimal (Decimal Degrees / DD). Contoh: 110,5105
e. Cara pengubahannya dengan menjumlahkan nilai:
Derajad dibagi 1 (tetap) + Menit dibagi 60 + Detik dibagi 3600
2. Koordinat Universal Transverse Mercator (UTM)
Koordinat Universal Transverse Mercator atau biasa disebut dengan
UTM, memang tidak terlalu dikenal di Indonesia karena lebih sering
menggunakan koordinat bujur-lintang.
Gambar I .3 Sistem K oordinat UTM
Sifat ‐sifat Proyeksi UTM
a. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong
bola bumi pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian
standar. Meridian pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah.
b. Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6
(derajat) atau sekitar 667 kilometer.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
11/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 11
c. Seluruh wilayah yang ada di permukaan bola bumi dibagi menjadi
60 zona bujur.
d. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang
masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 kilometer.
e. Perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996.
f. Perbesaran pada meridian tepi adalah 1,001.
g. Satuan ukuran yang digunakan adalah meter.
h. Dalam koordinat UTM, setiap zona memiliki sumbu-sumbu
tersendiri, berbeda dengan koordinat bujur-lintang yang
menggunakan satu sumbu yang berpusat di kutub.
Sistem angka pada koordinat UTM
Zona Bujur
Cara menentukan koordinat di dalam peta dalam garis bujur UTM, semua
pusat sumbu utama zona UTM terletak pada koordinat 500.000 m atau
tepat di tengah-tengah zona tersebut.
Gambar I .4 Menentukan Zona Buj ur
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
12/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 12
Zona Lintang
Garis utama untuk penentuan lintang UTM adalah garis Khatulistiwa
yang tepat berada di 0m tepat seperti yang dijelaskan di gambar dibawah
ini.
Gambar I .5 Menentukan Zona L in tang
Berikut ini adalah beberapa kelebihan koordinat UTM :
a. Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar
bujur 6 o.
b. Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan
rumus yang sama untuk setiap zona di seluruh dunia.
c. Penyimpangannya cukup kecil, antara -40 cm/1000m sampai
dengan 70 cm/1000m.d. Setiap zona berukuran 6 o bujur × 8 o lintang (kecuali pada lintang
72 o LU-84 o LU memiliki ukuran 6 o bujur × 12 o lintang).
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
13/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 13
BAB II
PENGENALAN ALAT
II.1. MAKSUD DAN TUJUAN
Praktikan memahami dan mengerti bagian-bagian alat yang digunakan
pada praktikum ilmu ukur tanah.
Praktikan memahami dan mampu mengoperasikan dan membaca alat-
alat (theodolit dan rambu) pada praktikum ilmu ukur tanah.
Praktikan mengerti tata cara dan persyaratan sebelum melakuan
pengukuran dilapangan.
II.2. DASAR TEORI
Dalam pengukuran ilmu ukur tanah dapat dilakukan menggunakan alat
Theodolit. Theodolit merupakan alat ukur tanah yang universal. Selain
digunakan untuk mengukur sudut horisontal dan sudut vertikal, theodolit juga
dapat digunakan untuk mengukur jarak secara optis, membuat garis lurus dan
sipat datar orde rendah. Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yangdigunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut
tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja.
Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon
(detik).
Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran poligon, pemetaan
situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinyamenjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut vertikalnya dibuat 90º.
Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat
dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit
sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan /
pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur
ketinggian suatu bangunan bertingkat.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
14/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 14
II.3. PENGELOMPOKAN THEODOLIT
Theodolit dikelompokan menjadi 3 yaitu :
1. Berdasarkan konstruksinya
a. Theodolit Repetisi
Lingkaran skala mendatar dapat diatur mengelilingi sumbu tegak. Bila
skrup pengunci lingkaran skala mendatar dibuka, maka tidak dapat
dilakukan pengukuran sudut. Besarnya sudut yang dibentuk oleh garis
bidik yang diarahkan ke dua buah target hanya dapat diukur kalau
skrup pengunci lingkaran skala mendatarnya terkunci. Sebab bila
sekrup pengunci skala lingkaran mendatar tidak dikunci, maka pada
saat diputar, piringan skala mendatar ikut berputar bersama-samadengan indek pembaca lingkaran mendatar.
Keuntungannya adalah dimungkinkannya mengubah bacaan pada
suatu arah garis bidik tertentu. Misal pada suatu arah garis bidik di Ao
bacaan skala mendatarnya dibuat 0 , kemudian garis bidik diarahkan
ke B, maka bacaan skala mendatar di B juga merupakan sudut APB
Gambar I I .1 Theodoli t r epetisi
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
15/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 15
b. Theodolit Reiterasi
Lingkaran skala mendatar theodolit menyatu dengan tribrach,
sehingga lingkaran mendatar tidak dapat diputar. Akibatnya bacaan
lingkaran mendatarnya untuk suatu target merupakan suatu bacaan
arah. Jadi sudut yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan kedua
target adalah bacaan arah kedua dikurangi bacaan arah pertama.
Gambar I I .2 Theodoli t r eiterasi
2. Berdasarkan Sistem Pembacaannya
a. Sistem dengan indeks garis
Pada lingkaran pembacaan hanya ada pada garis – garis pembagian
derajat dan pembagian terkecil dalam satu derajat dibagi menjadi
enam kolom. Garis pembacaan dinamakan garis indeks yang ada di
deapan lensa mikroskop pembacaan-pembacaan. Angka yang
ditunjukkan adalah menit diperkirakan. b. Sistem dengan nonius
Garis nol skala nonius berlaku sebagai garis indeks, besar kesatuan
nonius perlu dicari untuk mengetahui besar dan skala nonius. Misal :
besar satu kolom lingkar R = 10; banyaknya kolom nonius (n) = 30;
maka kesatuan nonius = R/n = 10/30. Besar menit dan detiknya dapat
dicari dengan melihat garis yang berhimpit dengan garis skala
lingkaran.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
16/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 16
piranti alat pembacaan alat theodolit.
Gambar I I .3 Pembacaan sudut dengan cara koin sidensi
c. Sistem dengan micrometer
Garis pembacaannya berupa dua buah garis sejajar yang
pembacaannya baru bisa dilakukan apabila salah satu garis skala
lingkaran telah masuk di tengah antara dua garis indeks, dengan
menggunakan micrometer.
d. Sistem koinsidensi
Adalah sistem dimana dua buah pembacaan terdapat dalam piringan
yang sama dengan menggunakan manipulasi sinar yang masuk pada
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
17/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 17
e. Sistem digital
Adalah pembacaan piringan hasil pengukuran menggunakan alat
theodolit dengan melihat angka digital yang sudah terpampang di
kotak pembacaan. Biasanya dilakukan pada pengukuran alat digital.
3. Berdasarkan Ketelitiannya
a. Teodolit presisi/teliti, misal Wild tipeT-3
b. Teodolit satu sekon, misal Wild tipe T2
c. Teodolit puluhan sekon , misal Shokisa tipe TM-20
d. Teodolit satu menit, misal Wild tipe T0
II.4. BAGIAN THEODOLIT
Bagian-bagian yang penting dari alat theodolit:
Nivo kotak
Sebagai pertolongan pengaturan sumbu I verikal.
Teropong
Digunakan unuk membidik atau mengamati, benda yang jauh agar
kelihatan dekat, jelas dan besar. Teropong theodolit menggunakan prinsipdari kepler yaitu terdiri dari lensa objektif sebagai lensa obyekif dan lensa
negatif unuk lensa mata, yang berindak sebagai lup. Lensa obyekip
memberikan bayangan nyata terbalik dan diperkecil, bayangan ini
digunakan sebagai benda oleh lensa okuler menjadi diperbesar dekat dan
terbalik.
Nivo tabung
Sebagai pertolongan pengaturan sumbu I verikal.
Skrup kaki tribrach
Digunakan unuk mengatur sumbu I agar verikal. Sekerup ini juga disebut
dengan “level scew ”
Tribrach
Merupakan tempat tumpuan dari sumbu I
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
18/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 18
Sumbu mendatar
Adalah sumbu perputaran teropong, disangga oleh dua tiang penyangga
kiri-kanan.
Lingkaran skala mendatar
Adalah piringan dari metal atau kaca tempat skala lingkaran, berputar
bersama teropong.
Klem teropong dan penggerak halus
Digunakan untuk mematikan gerak teropong, dan unuk gerakan kecil
digunakan sekerup penggerak halus. Gerak halus ini berfungsi apabila
klem telah dimatikan.
Indeks pembaca lingkaran
Penyangga sumbu mendatar
Indeks pembaca lingkaran skala mendatar
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
19/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 19
Gambar I I .4 Bagian-bagian Al at Theodolit Wi ld T0
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
20/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 20
Gambar I I .5 Bagian-bagian Alat Teodolit TM 10C
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
21/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 21
II.5. PERSYARATAN ALAT UKUR THEODOLIT
1. Sumbu Tegak (Sumbu-I) Harus Benar-Benar Tegak.
Bila sumbu tegak miring maka lingkaran skala mendatar tidak lagi
mendatar. Hal ini berarti sudut yang diukur bukan merupakan sudut
mendatar. Gelembung nivo yang terdapat pada lingkaran skala mendatar
ditengah dan gelembung nivo akan tetap berada ditengah meskipun
theodolit diputar mengelilingi sumbu tegak. Bila pada saat maka berarti
sumbu-I tidak vertikal, ini disebabkan oleh kesalahan sistem sumbu yang
tidak benar, atau dapat juga disebabkan oleh posisi nivo yang tidak benar.
2. Sumbu Mendatar (Sumbu-II) Harus Benar-Benar Mendatar
3. Garis Bidik Harus Tegak Lurus Sumbu Mendatar
Untuk memenuhi syarat kedua dan ketiga lakukan langkah-lankah sebagai
berikut:
Gantungkan unting-unting pada dinding. Benang diusahakan agar
tergantung bebas (tidak menyentuh dinding atau lantai)
Setelah sumbu tegak diatur sehingga benar-benar tegak, garis bidik
diarahkan ke bagian atas benang. Kunci skrup pengunci sumbu tegakdan lingkaran skala mendatar.
Gerakkan garis bidik perlahan-lahan ke bawah
Bila sumbu mendatar tegak lurus dengan sumbu tegak dan garis
bidik tegak lurus dengan sumbu mendatar maka garis bidik akan
bergerak sepanjang benang unting-unting ( tidak menyimpang dari
bidikan benang).
4. Tidak Ada Salah Indeks Pada Skala Lingkaran Tegak
Setelah syarat pertama, kedua dan ketiga dipenuhi maka arahkan
garis bidik ketitik yang agak jauh.
Ketengahkan gelembung nivo lingkaran skala tegak
Baca lingkaran skala tegak, missal didapat bacaan sudut zenith (z).
Putar teropong 180 o kemudian dikembalikan garis bidik ke titik yang
sama
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
22/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 22
Periksa gelembung nivo lingkaran skala tegak, ketengahkan bila
belum terletak di tengah
Baca lingkaran skala tegak, misal z ‟. Bila bacaan z‟ = 360-z, maka
salah indeks adalah 0
Apabila keempat syarat tidak terpenuhi maka diadakan pengaturan.
Untuk mendapatkan sudut horisontal yang benar maka syarat pertama kedua
dan ketiga harus benar-benar dipenuhi, sedangkan syarat keempat dipenuhi
untuk mendapatkan sudut vertikal yang benar.
5. Mengatur Sumbu Tegak
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatur sumbu tegak
adalah sebagai berikut:
Usahakan agar nivo lingkaran mendatar sejajar dengan arah 2 skrup
kaki tribrach.
Tengahkan posisi gelembung nivo dengan cara memutar kedua skrup
kaki tribrach secara bersamaan dengan arah yang berlawanan.
Setelah keadaan gelembung nivo berada di tengah maka putaro
theodolit 90 . tengahkan posisi gelembung nivo dengan hanya
memutar skrup kaki tribrach yang ketiga
Kemudian kembalikan ke kedudukan semula (sejajar skrup kaki
tribrach 1 dan 2)
Tengahkan kembali posisi nivo apabila gelembung nivo belum
berada ditengah.
o Kemudian putar theodolit 180 , sehingga nivo berputar mengelilingi
sumbu tegak dalam kedudukan nivo yang sejajar dengan skrup kaki
kiap 1 dan 2.
Bila garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu tegak, maka
gelembung nivo akan tetap berada ditengah.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
23/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 23
II.6. PERSYARATAN SEBELUM MULAI MENGUKUR
1. Penempatan Sentris
Letakkan statif di tengah – tengah patok
Pasang unting – unting tempatnya
Naik dan turunkan kaki statif secara bergantian untuk meletakkan
unting – unting tepat di atas patok
Setelah tepat di atas patok lakukan prosedur membuat sumbu satu
vertikal
Gambar I I .6 Contoh penr mpatan sentr is
2. Membuat Sumbu I Vertikal
a. Stel Nivo Kotak
Putarlah sekrup A, B secara bersama-sama hingga gelembung nivo
bergeser ke arah garis sekrup C. ( lihat gambar a )
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
24/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 24
Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ke tengah.
Gambar I I .7 Penyetelan N ivo Kotak
b. Stel Nivo Tabung
Bila alat dilengkapi dengan dua nivo yaitu nivo kotak dan tabung,
maka setelah menyetel nivo kotak dilakukan penyetelan nivo tabung
dengan cara :
Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup AB.
Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama,
hingga gelembung nivo bergeser ke tengah.
Putarlah teropong 90° ke arah garis sekrup C.
Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ke tengah-tengah.
Gambar I I .8 Penyetelan Ni vo Tabung
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
25/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 25
II.7. CARA PEMBACAAN
1. Cara Pembacaan Theodolit
Pada waktu membaca piringan dilakukan secara bergantian (satu persatu)
baik horisontal dan vertikal, masing-masing indek diletakkan pada garis
yang bersesuaian dengan sekrup koisiden, kecuali untuk piringan vertikal
T0 dan piringan horisontal dan vertikal Theo 20A yang dibaca apa
adanya.
a. Micrometer TM 10C
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
26/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 26
b. Micrometer TL 20 DE
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
27/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 27
c. Micrometer T0
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
28/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 28
d. Micrometer TL 20
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
29/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 29
e. Theo 20A
Angka 87 menunjukkan besaran derajat
Angka 2,3,4 menunjukkan besaran puluhan menit
Dalam puluhan menit dibagi sepuluh garis strip yang artinya satu
garis strip adalah satu menit
Dalam satu garis strip satu menit dibagi menjadi 2 garis strip yang
artinya satu garis strip adalah 20 detik
Contoh Pembacaan :
Derajat : 87‟
Puluhan menit : 20‟
Satuan menit : 9‟
Detik : 40”
Jadi hasil pembacaan : 87‟ 29‟ 40”
2. Cara Pembacaan Rambu
Maksud dari pembacaan rambu adalah dapat mengerti akan besaran
satuan dan pembagiannya bila tampak dalam teropong. Rambu adalah
mistar yang digunakan pada saat pengukuran dengan menggunakan alat
ukur optis. Grid-grid rambu berupa gambar dengan bentuk E memilikitebal 1 cm untuk masing-masing garis, atau satu huruf mewakili 5 cm.
Ada dua jenis rambu, rambu tegak digunakan untuk teodolit dan rambu
terbalik untuk BTM.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
30/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 30
Untuk mempermudah pembacaanrambu, tepatkan benang tengah di
bacaan angka genap
Gambar I I .9 Cara Pembacaan Rambu
Langkah Kerja :
1. Dirikan alat dengan baik dan benar diatas patok yang sudahditentukan.
2. Lakukan sentring unting-unting.
3. Atur sumbu I vertikal.
4. Semua sekrup pengunci dikendorkan kecuali sekrup kunci repetisi.
5. Dirikan rambu sesuai dengan kemampuan normal alat.
6. Arahkan teropong ke arah rambu.
7. Semua sekrup pengunci dikencangkan.
8. Perhatikan ketiga benang silang (horizontal), benang atas (ba), benang
tengah (bt), benang bawah (bb).
9. Tempatkan benang vertikal tepat di tengah-tengah rambu dengan
penggerak halus.
10. Catat hasil yang ditunjukkan dari hasil pembacaan ba, bt, bb. Jika
benar akan didapatkan persamaan bt = ½ (ba + bb).
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
31/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 31
BAB III
POLIGON TERTUTUP
III.1. MAKSUD DAN TUJUAN
Praktikan mampu mengukur dan mengerti tatacara pengukuran dengan
metode poligon tertutup.
Praktikan mengerti dan mampu melakukan perhitungan dan
penggambaran poligon tertutup.
III.2. DASAR TEORI
Poligon berasal darikata “ poly” yang berarti banyak dan “ gono” yang
berarti sudut. Secara harafiah, poligon berarti sudut banyak. Namun arti
yang sebenarnya adalah rangkaian titik-titik secara berurutan sebagai
kerangka dasar pemetaan. Sebagai kerangka dasar, posisi, atau koordinat
titik-titik poligon harus diketahui atau ditentukan secara teliti. Pengukuran
poligon harus memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu.
Poligon tertutup adalah poligon yang titik awalnya dan akhirnya
menjadi satu. Poligon ini merupakan poligon yang paing disukai dan paling
banyak digunakan dilapangan karena tidak membutuhkan titik ikat yang
banyak yang memang sulit ditemukan dilapangan. Namun demikian hasil
pengukurannya cukup terkontrol.
P.1
A12 J 12
S 1
J 71
P.2
S 2
S 7 P.7
J 23 P.3
S 3
J 34
S 4 P.4
J 67
S 6
P.6 J 56
S 5
P.5
J 45
Gambar I I I .1 Poli gon Tertutup
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
32/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 32
III.3. PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP
1. Dirikan alat ukur (theodolit) di tempat yang nyaman di atas patok yang
sudah dipasang (misalnya di titik P.1), dua rambu masing-masing
didirikan di titik P.n (titik terakhir yang direncanakan) dan titik P.2
(dipegang).
2. Lakukan prosedur membuat sumbu I vertikal dan sentering (unting-
unting tepat di atas patok), ukur tinggi alat (Ta).
3. Dalam kedudukan teropong biasa (B) arahkan ke rambu P.n, benang
silang vertikal ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang
horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt,
piringan horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.4. Putar teropong dan arahkan ke rambu P.2, benang silang vertikal
ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang horisontal
ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan
horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.
5. Kedudukan teropong dijadikan luar biasa (LB) dan arahkan kembali ke
titik P.n, benang silang vertikal ditepatkan pada tengah-tengah rambu
dan benang silang horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, dan catat dalam formulir.
6. Putar teropong dan arahkan ke rambu P.2, benang silang vertikal
ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang horisontal
ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan
horisontal.
7. Alat ukur di pindah ke titik P.2, lakukan langkah 1) sampai 6).
8. Begitu seterusnya sampai alat ukur (theodolit) berdiri di titik terakhit
(Pn).
III.4. PROSEDUR PERHITUNGAN
1. Penentuan Asimut
Banyak cara bisa dilakukan untuk menentukan asimut, salah satu cara
tersebut adalah dengan cara menghitung asimut dari dua titik yang
diketahui koordinatnya. Untuk praktikum ukur tanah, koordinat titik
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
33/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 33
didapat dengan penentuan koordinat dengan GPS Receiver. Misalnya
titik yang ditentukan dengan GPS adalah P.1 dan P.2, maka asimut titik
dimaksud dapat ditentukan dengan rumus berikut :
Catatan :
P.1 (X 1 , Y 1 ) dan P.2 (X 2 , Y 2 ), diperoleh dari pembacaan koordinat
GPS (UTM).
2. Menghitung Sudut Dalam
Pada dasarnya sudut dalam tidak bisa langsung diukur, yang diukur
adalah arah-arah ke depan dan ke belakang dari pembacaan piringan
horisontal. Memperhatikan gambar poligon di atas, masing-masing
sudut dalam dapat dihitung dengan rumus :
Catatan : S n : Sudut dalam,
Hz n-1 : bacaan arah piringan horisontal ke belakang (biasa),
Hz n+1 : bacaan arah piringan horisontal ke depan (biasa),
Hz ’ n-1 : bacaan arah piringan horisontal ke belakang (luar biasa),
Hz ’ n+1 : bacaan arah piringan horisontal ke depan (luar biasa).
3. Menghitung Asimut Antar Titik
Asimut antar titik bisa dihitung (ditentukan) jika asimut awal diketahui.
Rumus yang digunakan tergantung arah pengukuran dan sudut yang
diukur (sudut dalam atau sudut ke-kanan). Berikut adalah rumus
menghitung asimut antar titik dengan ketentuan : arah pengukuran ke
kanan (searah jarum jam), sedang yang di ukur sudut dalam.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
34/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 34
o
Poligon Tertutup
J 12 A12
P.2
S 2
J 23 P.3
S 3
J 34
P.1 S 1
J 71 S 7 P.7 S 4 P.4
J 67
S 6
P.6 J 56
S 5
P.5
J 45
A23 A12 180 S 2 atau
An .( n 1) A( n 1). x 180
o S n
Catatan : A23 = Asimut 2 ke 3
S 2 = S udut dalam titik 2
4. Menghitung Beda Tinggi dan Tinggi Titik
Banyak cara/metode yang dapat dilakukan untuk menghitung beda
tinggi, dalam praktikum ini ditentukan berdasar bacaan benang dan
sudut tegak. Adapun rumusnya sebagai berikut :
H J tg h Ta - bt H n H n 1 H ( n 1) n
Catatan :
∆H : beda tinggi antar titik (m),
J : jarak datar (m),
h : sudut helling,
Ta : tinggi alat (m),
bt : bacaan benang tengah (m).
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
35/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 35
5. Menghitung Jarak Datar
Jarak datar yang akan ditentukan pada kegiatan ini adalah jarak yang
diperoleh secara tidak langsung (jarak optis) – merupakan fungsi dari :
bacaan benang (ba, bb, bt) dan sudut tegak (sudut helling ataupun sudut
zenith). Sebelum sampai pada rumus jarak optis, di sini dijelaskan
perbedaan antara sudut helling dan sudut zenith (periksa Gambar
berikut).
Z
arah sasaran
z
h H
Catatan :
z + hh
z
= =
=
90o
, 90o – z,
90o – h.
Setelah bisa membedakan dua sudut tegak (helling dan zenith), berikut
adalah rumus untuk menghitung jarak datar.
Catatan :
J : jarak datar (m),
J AY cos 2 h
A : konstanta pengali = 100 (tanpa satuan),
Y : (ba – bb),
ba : bacaan benang atas (m)
bb : bacaan benang bawah (m)
h : sudut helling
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
36/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 36
III.5. SYARAT POLIGON TERTUTUP
Syarat geometris poligon tertutup adalah :
1. ∑ Sd = ( n – 2 ) x 180 o
2. ∑ ( J sin A) = 0 atau ΔX = 0
3. ∑ ( J cos A) = 0 atau ΔY = 0
4. ∑ ∆H = 0
n adalah jumlah titik poligon
Sebagaimana dijelaskan di atas, kondisi ini sulit dicapai, karena adanya
galat (sistematik maupun acak) dan yang umum terjadi adalah :
1. ( n – 2 ) x 180o
- ∑ Sd = fs2. ∑ ( J sin A) = fx
3. ∑ ( J cos A) = fy
4. ∑ ( ΔH ) = fh
dimana :
fs = total kesalahan pengukuran sudut
fx = total kesalahan pengukuran jarak untuk absis
fy = total kesalahan pengukuran jarak untuk ordinat
fh = total kesalahan pengukuran titik ketinggian
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
37/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 37
III.6. PROSEDUR PERATAAN
Maksud perataan di sini adalah untuk kerangka peta (poligon), meliputi
posisi horisontal (perataan koordinat planimetri – X , Y) dan posisi vertikal
(perataan tinggi – Z). Peratan disini merupakan perhitungan dengan koreksi
sesuai dengan syarat poligon.
Langkah peerataan :
1. Hitung syarat geometris poligon terbuka yaitu
∑ Sd = ( n – 2 ) x 180 o
Sd : sudut dalam
Apabila tidak memenuhi syarat maka:a. Hitung total kesalahan penutup sudut (fs).
fs = Sd – (( n – 2 ) x 180 o)
b. Hitung besar koreksi sudut (Ks)
dimana n adalah jumlah titik poligon.
c. Menghitung sudut dalam terkoreksi tiap titik (S ‟n)
S‟n = S n ± Ks
S n : sudut dalam pada titik n
2. Hitung Asimut Antar Titik (A)
An(n+1) = A (n-1)n + 180 0 - S‟
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
38/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 38
3. Absis
Syarat Absis ΔX = 0.
Maka hitung dulu :
a. Absis ΔX n(n+1) = J n(n+1) sin A n(n+1)
J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1
A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1
b. Total kesalahan pengukuran jarak untuk absis (fx)
fx = ΔX
c. Menghitung koreksi absis
J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1
∑ J : jumlah total jarak
d. Menghitung absis terkoreksi
ΔX‟n = Xn Kx
e. Menghitung koordinat X tiap-tiap titik
Xn = X (n-1) + X‟n
4. Ordinat
Syarat ordinat ΔY = 0. Maka hitung dulu
a. Ordinat ΔY n(n+1) = J n(n+1) cos A n(n+1)
J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1
A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
39/106
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
40/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 40
d. Menghitung beda tinggi terkoreksi ( ΔH‟)
H‟ = H k H
e. Menghitung tinggi titik (H)
H = H awal H‟
H awal : tinggi titik ikat (BM)
III.7. PENGGAMBARAN POLIGON TERTUTUP
1. Siapkan kertas millimeter.
2. Tentukan sumbu : Y + (Utara), X + (Timur), Y – (Selatan), X – (Barat).
3. Tentukan skala yang dipergunakan pada sumbu tersebut.
4. Tempatkan titik-titik poligon sesuai dengan koordinatnya.
5. Hubungkan tiap titik tersebut sesuai dengan urutannya sehingga
menjadi poligon yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di
lapangan.
6. Beri keterangan di setiap titik poligon, baik sudut dalamnya, asimut,maupun nomor titik poligon.
7. Lengkapi gambar poligon dengan draft peta.
8. Sesuikan dengan format peta dan beri warna dan keterangan.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
41/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 41
BAB IV POLIGON
TERBUKA
IV.1. MAKSUD DAN TUJUAN
Praktikan mampu mengukur dan mengerti tatacara pengukuran dengan
metode poligon terbuka.
Praktikan mengerti dan mampu melakukan perhitungan dan
penggambaran poligon terbuka.
IV.2. DASAR TEORI
Poligon terbuka adalah poligon dengan titik awal dan titik akhir yang
tidak sama, biasanya berbentuk memanjang. Titik awal hitungan pada
poligon di atas lazimnya dikatakan sebagai titik ikat yang merupakan titik
referensi (acuan) dalam perhitungan koordinat titik-titik selanjutnya.
Bila ditinjau dari ketersediaan jumlah dan penyebaran titik ikat yang
digunakan pada suatu poligon, maka untuk jenis poligon terbuka dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu poligon terbuka lepas, poligon terbuka
terikat, dan poligon terbuka terikat sempurna. Akan tetapi untuk jenis
ploigon yang akan dilakukan pada acara praktikum adalah poligon terbuka
terikat dan poligon terbuka terikat sempurna.
Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik awal dan
akhirnya tidak dalam satu titik yang sama. Karena bersifat terikat sempurna
maka poligon tersebut memiliki titik awal dan titik akhir yang berbeda dan
telah diketahui ketinggian serta koordinatnya.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
42/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 42
1. Poligon terbuka lepas
JA1
AA1 S2
S1 J12J23
S3 J34
S4
J45
Catatan :
Gambar I V.1 Poligon terbuk a lepas
A (X A ,Y A ) = Titik A dengan koordinat (XA,YA) , titik awal hitungan
A A1 = Sudut jurusan awal
S i = Sudut mendatar pada titik I
J ij = Jarak mendatar dari titik I ke j
Ο = Titik-titik yang akan ditentukan koordinatnya
2. Poligon terbuka terikat
JA1
AA1 S2
S1 J12
J23
S3
J34
S4
J4B
Gambar I V.2 Poligon terbuka teri kat
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
43/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 43
Catatan :
A (X A ,Y A ) = Titik A dengan koordinat (XA,YA) , titik awal hitungan
B (X B ,Y B ) = Titik B dengan koordinat (XB,YB) , titik akhir hitungan
A A1 = Sudut jurusan awal
S i = Sudut mendatar pada titik I
J ij = Jarak mendatar dari titik I ke j
O = Titik-titik yang akan ditentukan koordinatnya
3. Poligon terbuka terikat sempurna
S2
JAB
S1 JB1
J12
S2 J34
SC
Catatan :
Gambar I V.1 Poligon terbuka teri kat sempur na
= Titik-Titik ikat B (X B ,Y B ) = Titik awal hitungan
C (X C ,Y C ) = Titik akhir hitungan
S i = Sudut mendatar pada titik I
Jij = Jarak mendatar dari titik I ke j
O = Titik-titik yang akan ditentukan koordinatnya
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
44/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 44
IV.3. PENGUKURAN POLIGON TERBUKA
1. Dirikan alat pada BM 2 dengan tepat dan benar.
2. Lakukan prosedur membuat sumbu I vertikal dan sentering (unting-
unting tepat di atas patok), ukur tinggi alat (Ta).
3. Rambu diletakkan masing-masing di BM 1 dan titik 1.
4. Dalam kedudukan teropong biasa (B) arahkan ke rambu BM 1, benang
silang vertikal ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang
horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt,
piringan horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.
5. Putar teropong dan arahkan ke rambu P.1, benang silang vertikal
ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang horisontalditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan
horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.
6. Kedudukan teropong dijadikan luar biasa (LB) dan arahkan kembali ke
titik BM1, benang silang vertikal ditepatkan pada tengah-tengah rambu
dan benang silang horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan
pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, dan catat dalam formulir.
7. Putar teropong dan arahkan ke rambu P.1, benang silang vertikalditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang horisontal
ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan
horisontal.
8. Buat sketsa lintasan dari hasil pengukuran, bila menemui kejanggalan
segera diskusikan dengan assisten dan segera lakukan pengecekan ulang
sebelum melangkah ke poligon selanjutnya.
9. Pindahkan alat ke titik P.1 dan lakukan langkah 2 sampai langkah 8.
10. Setelah selesai melakukan pengukuran, lakukan pengukuran dengan gps
pada titik BM 1 sampai BM 4 lalu catat koordinat titik tersebut untuk
titik ikat.
11. Kemudian lakukan perhitungan terhadap koreksi pengukuran, kesalahan
pengukuran harus diusahakan sekecil mungkin, bila koreksi kesalahan
terlalu besar maka pengukuran sebaiknya diulang kembali atau dikoreksi
pada poligon yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
45/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 45
IV.4. PROSEDUR PERHITUNGAN
1. Penentuan Asimut
Banyak cara bisa dilakukan untuk menentukan asimut, salah satu cara
tersebut adalah dengan cara menghitung asimut dari dua titik yang
diketahui koordinatnya. Untuk praktikum ukur tanah, koordinat titik
didapat dengan penentuan koordinat dengan GPS Receiver. Misalnya
titik yang ditentukan dengan GPS adalah P.1 dan P.2, maka asimut titik
dimaksud dapat ditentukan dengan rumus berikut :
Catatan :
P.1 (X 1 , Y 1 ) dan P.2 (X 2 , Y 2 ), diperoleh dari pembacaan koordinat
GPS (UTM).
2. Menghitung Sudut Dalam
Pada dasarnya sudut dalam tidak bisa langsung diukur, yang diukur
adalah arah-arah ke depan dan ke belakang dari pembacaan piringan
horisontal. Memperhatikan gambar poligon di atas, masing-masing
sudut dalam dapat dihitung dengan rumus :
Catatan :
S n : Sudut dalam,
Hz n-1 : bacaan arah piringan horisontal ke belakang (biasa),
Hz n+1 : bacaan arah piringan horisontal ke depan (biasa), Hz ’ n-1 : bacaan arah piringan horisontal ke belakang (luar biasa),
Hz ’ n+1 : bacaan arah piringan horisontal ke depan (luar biasa).
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
46/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 46
3. Menghitung Asimut Antar Titik
Asimut antar titik bisa dihitung (ditentukan) jika asimut awal diketahui.
Rumus yang digunakan tergantung arah pengukuran dan sudut yang
diukur (sudut dalam atau sudut ke-kanan). Berikut adalah rumus
menghitung asimut antar titik dengan ketentuan : arah pengukuran ke
kanan (searah jarum jam), sedang yang di ukur sudut dalam
Poligon Terbuka / Memanjang
AB1=A AB – 180 + S0
A (n-1) =A (n-1).n – 180 + Sn
4. Menghitung Beda Tinggi dan Tinggi Titik
Banyak cara/metode yang dapat dilakukan untuk menghitung beda
tinggi, dalam praktikum ini ditentukan berdasar bacaan benang dan
sudut tegak. Adapun rumusnya sebagai berikut :
H J tg h Ta - bt
H n H n 1 H ( n 1) n
Catatan : ∆H : beda tinggi antar titik (m),
J : jarak datar (m),
h : sudut helling,
Ta : tinggi alat (m),
bt : bacaan benang tengah (m).
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
47/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 47
5. Menghitung Jarak Datar
Jarak datar yang akan ditentukan pada kegiatan ini adalah jarak yang
diperoleh secara tidak langsung (jarak optis) – merupakan fungsi dari :
bacaan benang (ba, bb, bt) dan sudut tegak (sudut helling ataupun sudut
zenith). Sebelum sampai pada rumus jarak optis, di sini dijelaskan
perbedaan antara sudut helling dan sudut zenith (periksa Gambar
berikut).
Z
arah sasaran
z
h H
Catatan :
z + h = 90o ,
h = 90o – z,
z = 90o – h.
Setelah bisa membedakan dua sudut tegak (helling dan zenith), berikut
adalah rumus untuk menghitung jarak datar.
Catatan :
J : jarak datar (m),
J AY cos 2 h
A : konstanta pengali = 100 (tanpa satuan),
Y : (ba – bb),
ba : bacaan benang atas (m)
bb : bacaan benang bawah (m)
h : sudut helling
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
48/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 48
IV.5. SYARAT POLIGON TERBUKA
Syarat geometris poligon terbuka adalah :
1. Sd = (A ak - A aw) + (n . 180 0)
2. ΔX = X ak – X aw
3. ΔY = Y ak – Y aw
4. H = H ak – Haw
dimana n adalah jumlah titik poligon.
Apabila perhitungan yang dilakukan benar, maka syarat diatas akan dapat
terpenuhi namun hal seperti ini jarang terjadi sebelum dilakukan koreksi
terlebih dahulu hingga hasil perhitungan terkoreksinya adalah sebagai
berikut :
1. Sd - (Aak - A aw) - (n . 1800 ) = fs
2. ΔX – (X ak – Xaw) = fx
3. ΔY – (Y ak – Y aw) = fy
4. ( H) – (H ak – Haw) = fh
dimana :
fs = total kesalahan pengukuran sudut
fx = total kesalahan pengukuran jarak untuk absis
fy = total kesalahan pengukuran jarak untuk ordinat
fh = total kesalahan pengukuran titik ketinggian
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
49/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 49
IV.6. PERATAAN POLIGON TERBUKA
Seperti halnya pada poligon tertutup, maksud perataan di sini adalah untuk
kerangka peta (poligon), meliputi posisi horisontal (perataan koordinat
planimetri – X , Y) dan posisi vertikal (perataan tinggi – Z). Peratan disini
merupakan perhitungan dengan koreksi sesuai dengan syarat poligon.
Langkah perhitungannya :
1. Hitung syarat geometris poligon terbuka yaitu
Sd = (A ak - A aw) + (n . 1800) atau
Aak - A aw = Sd - (n . 1800
)
Apabila tidak memenuhi syarat maka:
a. Hitung total kesalahan penutup sudut (fs).
fs = Sd - (Aak - Aaw) - (n . 180 0 )
b. Hitung besar koreksi sudut (Ks)
dimana n adalah jumlah titik poligon.
c. Menghitung sudut dalam terkoreksi tiap titik (S ‟n)
S‟n = S n ± Ks
dimana S n : sudut dalam pada titik n
2. Hitung Asimut Antar Titik (A)
A (n-1) = A (n-1).n – 180 + S‟n
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
50/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 50
3. Syarat Absis
ΔX = X ak – Xaw
Maka hitung dulu
a. Absis
ΔX n(n+1) = J n(n+1) sin A n(n+1)
J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1
A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1
b. Total kesalahan pengukuran jarak untuk absis (fx)
fx = ΔX – (X ak – Xaw)c. Menghitung koreksi absis
J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1
∑ J : jumlah total jarak d. Menghitung absis terkoreksi
ΔX‟n = Xn Kx
e. Menghitung koordinat X tiap-tiap titik
Xn = X (n-1) + X‟n
4. Syarat ordinat
ΔY = Y ak – Y aw
Maka hitung dulu
a. Ordinat
ΔYn(n+1) = J n(n+1) cos A n(n+1)
J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1
A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
51/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 51
b. Total kesalahan pengukuran jarak untuk ordinat (fy)
fy = ΔY – (Y akhir – Y awal )
c. Menghitung koreksi ordinat
J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1
∑ J : jumlah total jarak
d. Menghitung ordinat terkoreksi
ΔY‟n = Yn Ky
e. Menghitung koordinat Y tiap-tiap titik
Yn = Y (n-1) + Y‟n
5. Syarat geometris tinggi
H = H ak – Haw
Untuk memenuhi syarat tinggi
a. Menghitung beda tinggi antar titik ( ΔH)
H = J . tg h + ( Ta – bt )
h : sudut helling,
Ta : tinggi alat (m),
bt : bacaan benang tengah (m).
b. Total kesalahan pengukuran titik ketinggian (fh)
fh = ( H akhir – Hawal ) - H
c. Menghitung koreksi beda tinggi ( k ΔH )
Jn : jarak titik n
∑ J : jumlah totak jarak
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
52/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 52
d. Menghitung beda tinggi terkoreksi ( ΔH‟)
H‟ = H k H
e. Menghitung tinggi titik (H)
H = H awal H‟
H awal : tinggi titik ikat (BM)
IV.7. PENGGAMBARAN POLIGON TERBUKA
1. Siapkan kertas milimeter.
2. Tentukan sumbu : Y + (Utara), X + (Timur), Y – (Selatan), X – (Barat).
3. Tentukan skala yang dipergunakan pada sumbu tersebut.
4. Tempatkan titik-titik poligon sesuai dengan koordinatnya.
5. Hubungkan tiap titik tersebut sesuai dengan urutannya sehingga menjadi
poligon yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dilapangan.
6. Beri keterangan di setiap titik poligon, baik sudut dalamnya, asimut,
maupun nomor titik poligon.
7. Lengkapi gambar poligon dengan draft peta.8. Sesuaikan dengan format peta dan beri warna dan keterangan.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
53/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 53
BAB V
PETA PLANIMETRI
V.1. MAKSUD DAN TUJUAN
Praktikan mengetahui cara pengambilan data, perhitungan, dan
pembuatan peta planimetri dengan baik dan benar.
Praktikan mengetahui manfaat – manfaat dari pembuatan peta
planimetri.
V.2. DASAR TEORI Peta dapat diartikan sebagai gambaran sebagian atau seluruh permukaan
bumi yang diperkecil pada suatu bidang datar. Macam – macam peta antara
lain :
1. Peta umum
2. Peta khusus
3. Peta stasioner
4. Peta dinamik5. Peta planimetri
Peta planimetri adalah peta yang dibuat pada bidang datar, yang
memiliki kedudukan serta memuat informasi-informasi tertentu tetapi hanya
2D (horisontal dan vertikal saja) tanpa adanya titik ketinggian. Kenampakan
permukaan bumi pada peta ini digambarkan dengan menggunakan simbol –
simbol tertentu, misalnya dataran rendah yang digambarkan dengan warna
hijau, pegunungan dengan warna coklat, dan perairan dengan warna biru.
Peta planimetri biasanya digunakan dalam pembuatan peta dari suatu
kawasan gedung. Perbedaannya dengan peta topografi adalah tidak adanya
unsur ketinggian pada peta planimetri, karena yang digambarkan adalah
bentuk – bentuk objek peta.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
54/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 54
Gambar V.1 Contoh peta plani metri
V.3. PENGUKURAN PETA PLANIMETRI
Langkah pengukuran untuk pembuatan peta planimetri pada awalnya
harus dimulai dengan pembuatan poligon. Baik poligon tertutup maupun
terbuka. Pembuatan poligon terlebih dahulu akan mendasari pengambilan
data-data detail yang diperlukan nantinya dalam pembuatan peta.
Disini poligon dijadikan dasar untuk pengeplotan titik detail. Dalam
pengambilan titik detail pasti akan melalui titik poligon. Maka harus yakin
poligon yang telah dibuat telah benar, karena apabila ada kesalahan dalam
pembuatan poligon maka nantinya dalam pembuatan peta tidak akan match
dengan kondisi dilapangan.
Langkah kerjanya:
1) Setelah selesai pengukuran pologon, lakukan koreksi dan telitilah bahwa
poligon sudah benar.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
55/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 55
2) Dirikan alat ukur (theodolit) di salah satu titik yang sudah diukur
poligonnya (misalnya di titik P.1), dua rambu masing-masing didirikan di
titik detil.
3) Lakukan prosedur membuat sumbu I vertikal dan sentring (unting-unting
tepat di atas patok), ukur tinggi alat (Ta).
4) Dalam kedudukan teropong biasa (B) arahkan ke rambu P.n, atau ke P.2,
(pilih salah satu), tepatkan benang silang vertikal di tengah-tengah rambu,
dan lakukan hanya pembacaan piringan horisontal.
5) Arahkan ke rambu pertama dan kedua (secara bergantian), yang sudah
didirikan di atas titik detil, tepatkan benang silang vertikal di tengah-
tengah rambu dan benang silang horisontal ditepatkan pada angka genap,
lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, sudut tegak (h atau z),
dan catat dalam formulir.
6) Arahkan kembali teropong ke rambu pertama dan kedua (secara
bergantian), yang sudah didirikan di atas titik detil lainnya.
7) Tepatkan benang silang vertikal di tengah-tengah rambu dan benang silang
horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt,
piringan horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.8) Lakukan langkah 4) maupun 5) hingga secara radial semua detil ter cover .
9) Theodolit di pindah ke titik polygon berikutnya, lakukan langkah 3) dan
5), untuk langkah (c) ini sesuaikan titiknya, artinya kalau berdiri di titik
P.2, rambu di arahkan ke P.1 atau P.3 (hanya salah satu).
10) Lakukan langkah 4), 5), dan 6).
11) Begitu seterusnya (pindah ke titik poligon yang lain) hingga semua titik
detil dalam area pemetaan ter cover .
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
56/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 56
V.4. CARA PENGAMBILAN DETIL
Detil yang perlu diambil dalam rangka pembuatan Peta Planimetri, antara lain
:
1. Detail alamiah, seperti :
a. Sungai
b. Danau
c. Belokan sungai
2. Detail buatan, seperti :
a. Rumah
b. Jalan
c. Bangunan
Kali ini dijelaskan secara singkat melalui gambar-gambar pengambilan data
detail planimetri.
Gambar V.2 Pengambilan detil planimetri un tuk j alan sungai yang lu ru s.
Keterangan :
101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
57/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 57
Gambar V.3 Pengambilan detil planimetri untuk j alan sungai yang
berkelok.
Keterangan :
101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)
Gambar V.4 Pengambilan detil planimetri un tuk perempatan j alan.
Keterangan :
101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
58/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 58
V.5. PEMBUATAN PETA PLANIMETRI
Penggambaran dilakukan sesuai dengan urutan prosedur berikut :
a. Plotkan semua titik poligon, tulis ketinggian di samping nomor titik
poligon.
b. Plotkan semua titik detail, tulis ketinggiannya (titik detail digunakan
sebagai penunjuk koma angka ketinggian).
c. Hubungkan detail - detail planimetri sesuai sketsa yang dibuat.
d. Letakan sesui dengan format peta dan beri warna dan keterangan.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
59/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 59
BAB VI
PETA TOPOGRAFI
VI.1. MAKSUD DAN TUJUAN
Praktikan mengetahui cara pengambilan data, perhitungan, dan
pembuatan peta topografi dengan baik dan benar.
Praktikan mengetahui manfaat – manfaat dari pembuatan peta topografi.
VI.2. DASAR TEORI
Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan
bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-
garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta
topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat
diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi
tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief dan
ukuran planimetrik. Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang
sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan
pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-
ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.
Peta topografi dibuat untuk memberikan informasi tentang keberadaan,
lokasi, dan jarak, seperti lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi.
Peta topografi juga menampilkan variasi daerah, ketinggian kontur, dan
tingkat tutupan vegetasi.
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik
berketinggian sama yang diukur dari atas permukaan air laut. Sifat-sifat garis
kontur adalah sebagai berikut:
1. Garis kontur selalu merupakan garis lengkung yang tertutup/tidak terputus.
2. Garis kontur tidak pernah berpotongan atau menjadi satu.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
60/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 60
3. Garis kontur tidak mungkin pecah atau bercabang. Garis kontur dengan
ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang lebih
tinggi,kecuali bila disebutkan khusus untuk hal-hal tertentu seperti kawah.
4. Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap walaupun kerapatan
garis berubah-ubah.
5. Untuk daerah yang landai terlihat bahwa jarak antara garis kontur jarang-
jarang.
6. Untuk daerah yang curam jarak antara garis-garis kontur terlihat rapat.
7. Punggungan gunung/ bukit terlihat dipeta sebagai rangkaian kontur
berbentuk „U‟ yang ujungnya mlengkung menjauhi puncak.
8. Lembah terlihat dipeta sebagai rangkaian kontur berbentuk „V‟ yangujungnya tajam dan menjorok kearah puncak.
Gambar VI .1 Contoh peta topograf i
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
61/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 61
VI.3. PENGUKURAN SITUASI PETA TOPOGRAFI
Untuk pengukuran yang dipakai dalam pengukuran peta topografi tidak
berbeda dengan cara pengukuran pada bab sebelumnya. Diawali denan
pembuatan poligon dan usahakan penentuan titik poligon dapat mencakup
seluruh sasaran detail pada peta yang akan di gambarkan nantinya dad sesuai
dengan kenyataan lapangan.
1. Dirikan alat ukur (theodolit) di salah satu titik yang sudah diukur
poligonnya (misalnya di titik P.1), dua rambu masing-masing didirikan di
titik detil (detil topografi maupun litologi).
2. Lakukan prosedur membuat sumbu I vertikal dan sentering (unting-unting
tepat di atas patok), ukur tinggi alat (Ta).3. Dalam kedudukan teropong biasa (B) arahkan ke rambu P.n, atau ke P.2,
(pilih salah satu), tepatkan benang silang vertikal di tengah-tengah rambu,
dan lakukan hanya pembacaan piringan horisontal.
4. Arahkan ke rambu pertama dan kedua (secara bergantian) – yang sudah
didirikan di atas titik detil (detil topografi maupun litologi), tepatkan
benang silang vertikal di tengah-tengah rambu dan benang silang
horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.
5. Teropong arahkan kembali ke rambu pertama dan kedua (secara
bergantian) – yang sudah didirikan di atas titik detil lainnya (detil
topografi maupun litologi), tepatkan benang silang vertikal di tengah-
tengah rambu dan benang silang horisontal ditepatkan pada angka genap,
lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, sudut tegak (h atau z),
dan catat dalam formulir.6. Lakukan langkah 4) maupun 5) hingga secara radial semua detil ter cover .
7. Theodolit di pindah ke titik poligon lainnya (terserah), lakukan langkah 3)
dan 5), untuk langkah (c) ini sesuaikan titiknya – artinya kalau berdiri di
titik P.2, rambu di arahkan ke P.1 atau P.3 (hanya salah satu).
8. Lakukan langkah 4), 5), dan 6).
9. Begitu seterusnya (pindah ke titik poligon yang lain) hingga semua titik
detil dalam area pemetaan ter cover (topografi dan litologi).
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
62/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 62
VI.4. CARA PENGAMBILAN DETIL TOPOGRAFI
Untuk cara pengambilan detail topografi sebenarnya sama pada pengambilan
detail planimetri, hanya saja pada detail topografi ditambah dengan detail
ketinggian pada setiap detailnya. Detail yang diambil dalam pembuatan peta
topografi adalah semua unsur - unsur topografi dan non topografi seperti :
a. Beda tinggi (melalui bacaan benang, sudut vertikal, dst)
b. Termasuk semua detail planimetri baik yang alami maupun yang
buatan
Detail alamiah, seperti :
o Sungai
o Danau
o Belokan sungai
Detail buatan, seperti :
o Rumah
o Jalan
o Bangunan
Dibawah ini dijelaskan secara singkat melalui gambar-gambar pengambilan
data ketinggian untuk pembuatan peta topografi.
Gambar VI .2 Pengambilan detil topografi (ketingian) u ntuk lereng dan
lembah.
Keterangan :
101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
63/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 63
Gambar VI .3 Pengambilan detil topografi (ketingian) un tuk l ereng.
Keterangan :
101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)
Gambar VI .4 Pengambilan detil topografi (ketingian) un tuk l ereng dan
sungai.
Keterangan :
101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
64/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 64
VI.5. PEMBUATAN PETA TOPOGRAFI
Penggambaran dilakukan sesuai dengan urutan prosedur berikut :
1. Plotkan semua titik poligon, tulis ketinggian di samping nomor titik
poligon
2. Plotkan semua titik detail, tulis ketinggiannya (titik detail digunakan
sebagai penunjuk koma angka ketinggian)
3. Hubungkan detail - detail planimetri sesuai sketsa yang dibuat
4. Lakukan penarikan garis kontur sesuai metode interpolasi kontur.
5. Sesuikan dengan format peta dan beri warna dan keterangan.
Metode Interpolasi Kontur Penarikan garis kontur diperoleh dengan cara perhitungan interpolasi,
pada pengukuran garis kontur cara langsung, garis-garis kontur merupakan
garis penghubung titik-titik yang diamati dengan ketinggian yang sama,
sedangkan pada pengukuran garis kontur cara tidak langsung umumnya titik-
titik detail itu pada titik sembarang tidak sama.
Bila titik-titik detail yang diperoleh belum mewujudkan titik-titik
dengan ketinggian yang sama, posisi titik dengan ketinggian tertentu dicari, berada diantara 2 titik tinggi tersebut dan diperoleh dengan prinsip
perhitungan 2 buah segitiga sebangun. Data yang harus dimiliki untuk
melakukan interpolasi garis kontur adalah jarak antara 2 titik tinggi di atas
peta, tinggi definitif kedua titik tinggi dan titik garis kontur yang akan
ditarik. Hasil perhitungan interpolasi ini adalah posisi titik garis kontur yang
melewati garis hubung antara 2 titik tinggi.
Posisi ini berupa jarak garis kontur terhadap posisi titik pertama atau
kedua. Titik hasil interpolasi tersebut kemudian kita hubungkan untuk
membentuk garis kontur yang kita inginkan. Maka perlu dilakukan interpolasi
linear untuk mendapatkan titik-titik yang sama tinggi.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
65/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 65
Contoh Dalam Interpolasi
Misalkan ada dua titik detil d.301 dan d.206 yang berjarak 8,7 cm (di peta)
dan masing-masing mempunyai mempunyai ketinggian 96,8 meter dan 104,4
meter. Kedua titik tersebut akan diinterpolasi setiap 1 meter sehingga harus
dicari jaraknya untuk ketinggian 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, dan 104
meter pada bidang kertas (proyeksi di bidang datar).
Titi k dili hat dari atas
Gambar VI .8 Ti tik diproyeksikan dari samping
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
66/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 66
Perhatikan segitiga dibawah ini
Segitiga ABC siku-siku di B, garis BC sejajar DE, maka berlaku rumus
berikut :
dan
Melihat gambar sebelumnya, jika harus mencari jarak-jarak ketinggian 97,
98,dst, maka dapat dicari dengan rumus perbandingan dalam segitiga siku-
siku.
Jika AD merupakan jarak ketinggian 97 (dicari), maka
DE = 97 – 96,8
= 0,2 (m)
AB = 8,7 (cm)
BC = 7,6 (m).
AD(97) = 0,2 cm, AD(98) = 1,4 cm, AD(99) = 2,5 cm, AD(100) = 3,7 cm dst.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
67/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 67
Sebaran titik detil berikut akan ditarik garis konturnya
Langkah Pertama
Lihat dan amati titik detail pada peta yakinlah bahwa titik tersebut sudah benar.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
68/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 68
Langkah kedua
Hubungkan tiap-tiap detail ketinggian. Usahakan memakai pensil atausesuatu yang nantinya bisa dihapus kalau salah atau kalau interpolasi sudahselesai
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
69/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 69
Langkah ketiga
Mulailah hitungan interpretasi dan jangan lupa untuk mencatat dan memberitanda pada garis-garis yang tadi sudah dibuat. Kali ini juga gunakanlah pensil atausesuatu yang nantinya bisa dihapus kalau salah atau kalau interpolasi sudahselesai.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
70/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 70
Langkah keempat
Hubungkanlah tanda-tanda atau hitungan interpolasi tadi sesuai denganketinggian yang dimilikinya, jangan sampai bercabang, menabrak, ataupunmemotong. Sesuaikan dengan kondisi lapangan. Apabila belus sesuai maka adakesalahan dalam interpolasi.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
71/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 71
Langkah kelima
Hapus garis bantu segingga lembar kerja hanya tertinggal garis kontur dantitik ketinggian saja. Rapikan dan bedakan antara indeks kontur dan konturinterval.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
72/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 72
BAB VII
AUTOCAD LAND DESKTOP
VII. 1. PENDAHULUAN
Pada era sekarang ini, perkembangan teknologi terasa sangat cepat. Hampir semua
aspek kehidupan mulai disentuh dengan yang namanya teknologi. Dengan teknologi
semua terasa lebih mudah dikerjakan. Berbagai inovasi tidak henti-hentinya dilakukan
untuk meningkatkan penggunaan dan penerapan teknologi dalam kehidupan manusia.
Salah satu teknologi yang berkembang pesat adalah CADD (Computer Aided Design and
Drafting). Pengembangan teknologi ini bertujuan untuk mempermudah para designer dan
drafter untuk memvisualisasikan idenya ke dalam bentuk gambar. Sebuah desain yang
dibuat dengan AutoCAD dapat dengan mudah untuk diedit bila masih ada kesalahan dan
kekurangan, memiliki layout gambar yang sangat variatif, skala dapat diubah-ubah,
disesuaikan dengan ukuran kertas, dan sangat praktis penyimpanannya. Software CADD
yang akan kita bahas adalah AutoCAD, di mana software tersebut mempunyai
fleksibilitas yang tinggi. AutoCAD tidak hanya dipakai untuk aplikasi khusus saja, seperti
arsitektur, mekanikal, geodesi, atau mesin, tetapi mempunyai kemampuan untuk
menggambar apa saja. Jika kita ingin membuat AutoCAD menjadi software yang khusus,
kita dapat menambahkan yang dinamakan “3rd party software”, contohnya:
Autodesk Architectural Desktop untuk aplikasi arsitektur. AutoYatch untuk desain perahu dan kapal layar (yatch). Auto-Site-Lite untuk aplikasi kalkulasi pencahayaan. Autodesk Land Desktop untuk aplikasi sipil, pemetaan, dan planologi. AutoCAD-MAP untuk aplikasi GIS.
SEW-CAD untuk aplikasi fashion dan tekstil. Autodesk Mechanical Desktop untuk aplikasi mekanikal.
Dengan adanya software-software tersebut di atas, kita dapat lebih meningkatkan
produktivitas kerja sesuai dengan bidang kerja kita.
Program AutoCAD Land Development merpakan pengembangan dari program
AutoCAD dan AutoCAD Map, sedangkan farian dari Land Development terdiri dari
versi, AutoCAD Survey, AutoCAD Civil dan AutoCAD Overlay.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
73/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 73
Data-data yang dapat di-input ke dalam program ALD dibagi menjadi tiga macam,
yaitu :
1. Data yang bersumber dari loading alat ukur, seperti theodolit.
2.
Data yang bersumber dari import file extensi .dat, .xls, .csv, .dgn, .prn3. Data yang bersumber dari data baku hasil pengukuran.
Dari macam-macam data tersebut yang sering digunakan dan paling mudah yaitu data
yang bersumber import file dan data dari pengolahan data baku hasil pengukuran. Data-
data sumber import ada beberapa macam, antara lain.
Import microstation file, format yang dipakai berupa file .dgn Import ASCII point file, format yang dipakai berupa file .txt, data yang dapt
dimasukkan berupa, nomor, northing, easthing, elevation dan description.
Dalam penyajiananya ALD masih berupa default, yaitu bentuk standar dari perincian
program yang berasal dari AutoCAD coursware.
VII. 2. TUTORIAL
Dalam tutorial berikut ini akan dijelaskan mengenai manual prosedur pemetaan
dasar menggunakan Autodesk Land Desktop (ALD). Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah
yang lalu, praktikan telah diajarkan mengenai pengambilan data titik poligon maupun
detailnya menggunakan theodolite sampai dengan pembuatan peta secara manual. Dalam
tutorial Autodesk Land Desktop di bawah akan dijelaskan pembuatan peta secara
otomatis menggunakan software diatas. Berikut merupakan tutorial penggunaan Autodesk
Land Desktop dalam pemetaan dasar.
VII. 2. 1. Menyiapkan Data Titik-Titik Koordinat
Ada 2 macam format penyimpanan yang akan dimasukkan dalam Autodesk Land
Desktop. Keduanya merupakan data yang tadinya telah diolah dan sudah disimpan dalam
Ms.Excel. Dari data tersebut kita dapat menyimpan kembali dalam bentuk .csv atau .prn.
Jika .csv maka data tadi dipisahkan oleh tanda koma (comma delimited), dan jika .prn
maka data tadi dipisahkan oleh adanya space (space delimited).
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
74/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 74
VII. 2. 2. Pengaturan Project pada Autodesk Land Desktop
1. Buka ALD yang dimulai dengan membuat project baru dengan klik “new” untuk
memulai.
2. Berikan nama project yang diinginkan pada “Name”, serta pilih tempat
penyimpanan, klik “Browse”.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
75/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 75
3. Lalu klik “Create Project” untuk membuat settingan awal.
4. Setelah itu klik “OK”
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
76/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 76
5. Atur Load Setting yang diinginkan, lalu “Next”
6. Atur Linear Units, Angle Units, Angle Display, dan Display Precission. Lalu
“Next”
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
77/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 77
7. Atur skala horizontal dan vertikal. Lalu “Next”.
8. Atur zona yang saudara inginkan. Lalu “Next”.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
78/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 78
VII. 2. 3. Memasukkan Titik-Titik Koordinat
1. Untuk mengimport point gunakan menu Points > Import/Export Points > Import
Points.
2. Lalu muncul kotak dialog Format Manager-Import Points. Pilih format data yang
digunakan, jika .csv gunakan yang comma delimited, jika .prn gunakan space
delimited. Sedangkan untuk format data digunakan PENZD, PENZ, ENZ, dsb.
Lalu pilih source file yang digunakan.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
79/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 79
Berikut merupakan format yang ada:
P = Points , berisi nomor points
E = Easting, berisi koordinat X N = Northing, berisi koordinat Y
Z = Zenit, berisi elevasi
D = Description,deskripsi tiap
titik
3. Gunakan “Add Points” untuk menggabungkan seluruh titik. Beri nama pada point
group terse but. Lalu “OK”.
4. Lalu muncul kotak dialog “COGO Database Import Options”, terima semua
default yang ada dengan klik “OK”.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
80/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 80
5. Apabila point sudah berhasil ter-import maka akan muncul kotak dialog
bertuliskan “Done!”. Apabila poin belum terlihat klik View > Zoom > Erase
(short key : tulis “Z” > enter > tulis “E” > enter).
VII. 2. 3. Memunculkan Segitiga Triangulasi dan Kontur pada Autodesk Land
Desktop
1. Klik menu “Terrain” > “Terrain Model Explorer...”
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
81/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 81
2. Klik kanan pada “Terrain” > “New Surface”, kemudian expand lah folder
“Surface1” tersebut dengan klik tanda plus (+) di depan “Surface1” hingga muncl
data dibawahnya, yaitu “TIN Data”. Kemudian pilih “Point Groups” klik kanan >
“Add Points Group...”
3. Lalu muncul kotak dialog “Add Point Group”, pilih “Point Group Name” dengan
nama yang telah dibuat pada saat import point, kemudian klik “OK”. Kemudian
Klik kanan pada “Surface1” tersebut dan pilih “Build...”.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
82/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 82
4. Untuk memunculkan segitiga triangulasi pilih menu “Terrain” > “Edit Surface” >
“Import 3D Lines”.
5. Lalu untuk membuat kontur pilih “Terrain” > “Create Contours...”, atur major dan
minor kontur, kemudian klik “OK”.
VII. 2. 5. Mengatur Kontur pada Autodesk Land Desktop
1. Untuk mengatur style kontur gunakan “Contour Style Manager...” yang ada pada
pilihan “Terrain”. Disini “Text Style” digunakan untuk mengatur indeks kontur,
mulai dari warna, style sampai tebal text. Pada “Label Position” dapat dibentuk
indeks kontur dan letaknya.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
83/106
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
84/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 84
VII. 2. 7. Membuat Sayatan Otomatis pada Autodesk Land Desktop
1. Untuk membuat sayatan, buat garis dengan polyline terlebih dahulu. Gunanya
menentukan daerah yang akan disayat.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
85/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 85
2. Lalu pilih menu “Terrain” > “Sections” > “View Quick Section”, kemudian select
polyline yang sebelumnya telah dibuat, lalu tekan enter.
3. Sayatan akan segera muncul.
4. Jika ingin mengubah tampilan sayatan, pilih menu “Section” > “View Properties”hingga nantinya muncul kotak dialog “Quick Section Properties” yang
memungkinkan untuk mengubah “Grid Settings”, “Color Settings”, dan “Surface
Color Settings”.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
86/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 86
5. Untuk memasukkan sayatan tersebut kedalam lembar kerja lakukan dengan pilih
menu
6. Klik ditempat dimana sayattan akan diletakkan, enter. Kemudian tutu p “Quick
Section View”.
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
87/106
8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012
88/106
Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 88
2. Ketikkan “ddrmodes”. Kemudian gunakan fungsi “grid” yang berfungsi untuk
membuat titik-titik yang membantu mengatur jarak antar titik – titik pada lembar
kerja. Gunakan fungsi “Snap” yang memungkinkan kursor mengunci Grid.
“Snap” ini diperunakan untuk mengontrol agar object selalu mengenai grid.
3. Buat garis yang menghubungkan dua titik sehingga membentuk garis vertikal
sebagai acuan, kemudian tekan tombol escape. Untuk membentuk garis horisontal
sebagai acuan, ketik “pl” > Enter