Top Banner

of 106

9-91 ISI MODUL 2012

Jul 06, 2018

Download

Documents

Dendy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    1/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. MAKSUD DAN TUJUAN

    Praktikan mampu mengetahui pengertian ilmu ukur tanah dan manfaat-

    nya.

    Praktikan mengetahui pengertian umum peta.

    Praktikan dapat menguasai dan mengerti proses pembuatan peta

    topografi.

    I.2. DASAR TEORI

    Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus

    mempelajari sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan

    pengukuran-pengukuran guna mendapatkan peta. Pengukuran di lakukan

    terhadap titik-titik detail alam maupun buatan manusia meliputi posisi

    horizontal (x,y) maupun posisi vertikalnya (z) yang direrensikan terhadap

    permukaan air laut rata-rata.

    Dalam pengertian yang lebih umum pengukuran tanah dapat dianggap

    sebagai disiplin yang meliputi semua metoda untuk menghimpun dan

    melakukan proses informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis.

    Salah satu aplikasi dari ilmu ukur tanah adalah membuat peta yang

    nantinya akan digunakan lagi dalam disiplin ilmu lain terutama yang

    menggunakan peta untuk dasarnya. Penggunaan peta untuk terutama dibidang

    geologi contohnya dalam geomorfologi, pemetaan geologi dan geofisika, dan

    lain sebagainya.

    I.3. PENGERTIAN PETA

    Peta adalah penyajian informasi spasial permukaan/bawah permukaan

    bumi dalam skala tertentu dan digambarkan di atas bidang datar melalui

    sistem proyeksi. Dari definisi di atas dapat dimengerti bahwa peta merupakan

    alat untuk menyampaikan informasi (alat komunikasi). Informasi yang

    disampaikan adalah unsur-unsur permukaan/bawah bumi secara grafis.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    2/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 2

    Penyajian informasi dalam bentuk grafis akan mempersoalkan beberapa

    pengertian yang perlu diketahui, yaitu :

    1. Visualisasi : data yang akan dirubah menjadi gambar,

    2. Universal : sesuatu yang akan disajikan/digambar haruslah difahami oleh

    setiap orang,

    3. Grafik : gambar tersebut harus dapat diperkecil skalanya, direproduksi

    tanpa merubah pengertian yang mendasar tentang sesuatu informasi.

    Berkaitan dengan masalah komunikasi, ada beberapa pengertian yang perlu

    dipahami sehubungan dengan masalah peta.

    1. Peta adalah alat untuk menyampaikan pendapat,

    2. Pendapat itu ingin disampaikan melalui mata kepada yang menerimanya,

    3. Dengan menggunakan peta, diharapkan pendapat tersebut bisa diterima

    dengan lebih mudah, dibandingkan tanpa menggunakan peta,

    4. Pendapat yang ingin disampaikan adalah segala hal yang menyangkut

    ruang.

    Pada pelaksanaan pembuatan peta, akan dijumpai beberapa masalah yang

    berhubungan dengan komunikasi, antara lain :1. Imajinasi (daya cipta)

    Pembuat peta harus dapat menyajikan dengan jelas informasi yang

    menyatakan bahwa kepadatan penduduk suatu tempat lebih padat

    dibandingkan dengan tempat lain.

    2. Persepsi

    Perlu disadari bahwa akan timbul suatu kesulitan antara pembuat dan

    pemakai peta dalam hal :a. Sampai sejauh mana pemakai peta dapat mengerti pesan yang akan

    disampaikan pada selembar peta,

    b. Adanya perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh pembuat

    dan pemakai peta,

    c. Konsep-konsep untuk data-data geometrik pada peta yang belum tentu

    sama antara pembuat dan pemakai peta.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    3/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 3

    Menyadari bahwa pada dasarnya peta adalah alat penyampai pesan, maka

    agar pesan dapat dimengerti (sampai) pada penerimanya, diperlukan bahasa

    yang sama antara pembuat dan pemakai peta. Melalui kesepatakan

    (kompromi), bahasa yang sama tersebut diwujudkan melalui simbol-simbol

    (titik, garis, luasan, warna, dan sebagainya).

    I.4. FUNGSI PETA

    Dalam penyajian suatu peta, isi peta mempunyai karakteristik dan fungsi

    tertentu, yang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :

    1. Peta merupakan gambaran dalam bentuk 2(dua) dimensi,

    2. Gambaran yang disajikan adalah dalam bentuk hasil reduksi dari keadaanyang sebenarnya,

    3. Informasi/data yang disajikan merupakan suatu bentuk penegasan atau

    enhancement dari unsur yang ada.

    Sedang fungsi peta adalah :

    1. Memperlihatkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam

    hubungannya terhadap tempat lain di permukaan bumi),2. Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak-

    jarak di permukaan bumi.

    3. Memperlihatkan bentuk (dari peta dapat dilihat bentuk-bentuk daerah

    bergunung, permukiman, dataran, dan obyek lain yang cukup besar,

    sehingga dimensinya dapat diperlihatkan dalam peta dengan skala yang

    tertentu),

    4. Menghimpun dan menyeleksi data (peta menghimpun dan menyeleksi

    sejumlah data-data tertentu dari suatu daerah dan disajikan dalam bentuk

    yang memadai keadaan di permukaan bumi).

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    4/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 4

    I.5. KLASIFIKASI PETA

    Tidak ada klasifikasi peta yang bersifat baku. Secara garis besar, peta

    dapat dibagi berdasarkan bentuk penyajian, isi atau informasi utama pada

    peta, dan kegunaan peta.

    1. Klasifikasi Peta bersadarkan bentuk penyajiannya

    a. Peta Garis (Line Map)

    Peta yang menyajikan gambaran dari permukaan bumi dalam bentuk

    garis atau grafis.

    b. Peta Foto (Photo Map)

    Gambaran dari permukaan bumi disajikan dalam bentuk fotografis,

    hasil dari pemotretan udara.

    c. Peta Digital (Digital Map)

    Suatu peta yang data-datanya (nomor titik, koordinat horisontal,

    vertikal) tersimpan dalam media komputer.

    2. Klasifikasi Peta berdasarkan isi peta

    a. Peta Topografi (Topographic Map)/RupabumiBAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan

    Nasional) mendefinisikan Peta Topografi/Rupabumi sebagai peta yang

    menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada permukaan dan di

    bawah bumi yang meliputi :

    Hipsografi (tinggi rendahnya lasekap dalam bentuk kontur),

    Hidrografi (tatanan air : sungai, danau, dan sebagainya),

    Vegetasi (budidaya dan non budidaya),

    Toponimi (nama-nama generik unsur-unsur muka bumi),

    Batas-batas administrasi,

    Unsur-unsur buatan manusia (jalan, bendungan, permukiman,

    termasuk peninggalan purbakala, dan sebagainya),

    Rujukan geografis baku.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    5/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 5

    b. Peta Tematik (Thematic Map)

    Peta yang menyajikan informasi unsur-unsur tertentu dari permukaan

    bumi sesuai dengan tema peta bersangkutan dan umumnya

    mempunyai hubungan tertentu dengan informasi topografi.

    c. Chart

    Suatu peta untuk kegunaan bersifat khusus, dalam hal ini data-data

    yang disajikan berhubungan dengan masalah navigasi.

    3. Klasifikasi Peta berdasarkan kegunaan peta

    a. Peta Referensi atau Peta Serbaguna

    Peta yang dijadikan dasar dari perencanaan pembangunan nasional

    dan regional, umumnya diproduksi dalam satu seri peta.

    Jenis dari peta referensi antara lain :

    1) Peta Planimetris

    Peta yang hanya menyajikan posisi horisontal dari unsur-unsur

    permukaan bumi tanpa menyajikan data ketinggian.

    2) Peta KadasterPeta yang menyajikan batas pemilikan tanah.

    3) Peta Topografi/Rupabumi

    Peta yang menggambarkan tidak hanya detil planimetris dari

    unsur-unsur di permukaan bumi, tetapi juga menggambarkan

    bentuk terein/relief. Seri pemetaan nasional adalah dalam bentuk

    Peta Topografi/Rupabumi.

    b. Peta Tematik

    Dalam pembuatan peta tematik, diperlukan dua elemen penting, yaitu

    peta dasar serta data/informasi spesifik yang akan disajikan.

    Contoh peta tematik antara lain :

    1) Peta Geologi,

    2) Peta Geomorfologi,

    3) Peta Sumber Daya Alam,

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    6/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 6

    4) Peta Jaringan Jalan,

    5) Peta Tanah,

    6) Peta Pariwisata,

    7) Peta Sumber Daya Hutan,

    8) Peta Tata Guna Lahan,

    9) Peta Sumber Daya Air,

    I.6. PETA DASAR

    Di samping pengklasifikasian peta di atas, dikenal juga istilah Peta

    Dasar. Ada dua pengertian peta dasar, yaitu ditinjau dari segi teknis

    pengadaan dan dari segi fungsinya.

    1. Peta Dasar dari segi teknis pengadaan

    Dari segi teknis pengadaan, R.Janicot memberi pembatasan

    sebagai berikut : "Peta Dasar (Basic Map) adalah peta yang dibuat

    langsung dari survei lapangan". Dengan demikian ketelitian peta dasar

    tergantung pada skala yang dibuat. Skala ini menentukan persyaratan

    teknis pembuatannya, seperti skala foto udara, distribusi titik-titik kontrol

    lapangan, dan pesifikasi kartografi lainnya.

    Bersadarkan peta dasar tersebut dapat dibuat peta-peta jabaran

    (derived map) dengan skala yang lebih kecil dengan hanya operasi

    kartografis saja, yaitu melalui generalisasi (tanpa perlu kerja lapangan).

    Misalnya, kalau peta dasar tersebut 1 : 50.000, maka dapat dibuat peta

    jabaran 1 : 100.000, 1 : 250.000, 1 : 500.000, dan 1 : 1.000.000. Peta

    dasar yang dibuat langsung dari lapangan hanya dilakukan satu kali saja.

    Jika peta dasar telah "out of date", maka dilakukan revisi peta atau dibuat

    peta dasar baru yang skalanya lebih besar dari peta dasar semula.

    2. Peta Dasar dari segi fungsinya

    Peta Dasar (Base Map) adalah peta yang menyajikan informasi

    dasar, pada mana data tambahan yang sifatnya khusus dikompilasikan

    atau dicetak, sehingga menghasilkan peta baru. Peta baru di atas disebut

    Peta Tematik (Thematic Map) yang memuat tema-tema tertentu.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    7/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 7

    I.7. MANFAAT PETA

    Manfaat peta dalam konteks pembangunan (umum) adalah :

    1. Sebagai Dasar Penetapan Kebijaksanaan pembangunan.

    2. Sebagai alat dalam proses perencanaan.

    3. Sebagai alat dalam pelaksanaan pembangunan.

    4. Sebagai alat monitoring.

    5. Untuk presentasi data.

    Dalam konteks perencanaan/pembangunan di atas tentunya disesuaikan

    dengan skala peta yang dibuat dan keperluan bidang masing-masing. Setiap

    bidang pembangunan dan tahapan pembangunan membutuhkan bermacam

    jenis peta dalam dengan skala peta yang berbeda (skala peta : kecil,

    menengah, dan besar).

    I.8. MEMBUAT PETA

    Berbagai metode dapat digunakan untuk mebuat peta (peta garis), salah

    satu yang akan dipelajari di sini adalah cara membuat peta dengan metode

    terestris, yaitu dengan melakukan pengukuran-pengukuran langsung di

    lapangan.

    Kalau diperhatikan dengan cermat, peta garis merupakan kombinasi

    secara sistematis dari unsur-unsur ilmu ukur Euclidian (titik, garis, dan

    luasan). Data dasar yang diperlukan adalah jarak, sudut, asimut, dan tinggi

    (untuk kontur). Masing-masing data dasar tersebut akan dijelaskan pada bab

    selanjutnya.

    I.9. SISTEM KOORDINAT PETA

    Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan

    bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Koordinat merupakan

    titik pertemuan antara absis dan ordinat, ditentukan dengan menggunakan

    sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu

    sama lain

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    8/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 8

    Ada tiga sistem koordinat yang digunakan pada pemetaan yakni :

    1. Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat

    2. Sistem Koordinat 2 Dimensi : dua sumbu koordinat

    3. Sistem Koordinat 3 Dimensi : tiga sumbu koordinat

    Dalam kontek perpetaan, koordinat yang dimaksud adalah koordinat posisi

    titik dalam ruang. Koordinat titik dalam ruang, umumnya berupa koordinat

    kartesi (X, Y) dan (L, B) serta tinggi (Z atau h(H)).

    Di Indonesia umumnya digunakan 2 sistem koordinat, yaitu koordinat

    geografi dan sistem Universal Transverse Mercator (UTM). Dua sistem

    koordinat ini cocok digunakan di Indonesia karena Indonesia terletak disekitar garis khatulistiwa, yang lingkar garis bujur akan lebih panjang dari

    pada lingkar garis bujur di kutub.

    1. Koordinat Geografi

    Sistem ini menggunakan titik longitude (bujur) dan latitude (lintang).

    Sistem koordinat bujur-lintang (atau dalam bahasa Inggris disebut

    Latitude-Longitude), terdiri dari dua komponen yang menentukan, yaitu :

    Gambar I .1 Garis Khatuli stiwa

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    9/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 9

    Equator adalah garis khayal yang bidang irisannya membagi bumi

    menjadi dua sama besar, yaitu belahan bumi bagian utara dan

    belahan bumi bagian selatan.

    Garis Paralel adalah garis khayal sejajar yang dengan equator.

    Garis paralel makin ke utara / ke selatan akan berbentuk lingkaran

    yang bidang irisnya sejajar equator namun luasnya semakin kecil

    dan akhirnya hanya berupa titik di kutub utara / selatan. Jarak busur

    (dalam satuan derajat, menit dan detik) dengan patokan equator

    disebut sebagai lintang (latitude).

    Garis Meridian adalah garis-garis khayal yang menghubungkan

    kutub utara dengan kutub selatan.

    Garis meridian tidak sejajar satu sama lainnya, berawal dari satu

    titik di kutub utara maupun kutub selatan dan melebar di equator,

    garis-garis meridian memotong equator tegak lurus. Setiap titik di

    muka bumi memiliki jarak tertentu dari garis prime meridian, jika

    jarak tersebut dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik,

    maka jarak tersebut disebut sebagai bujur (longitude).

    Gambar I .2 Gari s Prim e M er idian

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    10/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 10

    Sifat ‐sifat koordinat bujur-lintang

    a. Titik longitude mempunyai nilai ‐ 180 sampai dengan 180 (W ‐E)

    b. Titik latitude mempunyai nilai ‐90 sampai dengan 90 (S ‐ N) c. Penulisan koordinat biasanya ditulis dalam derajad menit detik

    (degrees-minutes ‐seconds / DMS). Contoh: 110 o 30‟ 37,80 ‟ ‟

    d. Pengubahan menjadi koordinat proyeksi biasanya dalam bentuk

    derajad desimal (Decimal Degrees / DD). Contoh: 110,5105

    e. Cara pengubahannya dengan menjumlahkan nilai:

    Derajad dibagi 1 (tetap) + Menit dibagi 60 + Detik dibagi 3600

    2. Koordinat Universal Transverse Mercator (UTM)

    Koordinat Universal Transverse Mercator atau biasa disebut dengan

    UTM, memang tidak terlalu dikenal di Indonesia karena lebih sering

    menggunakan koordinat bujur-lintang.

    Gambar I .3 Sistem K oordinat UTM

    Sifat ‐sifat Proyeksi UTM

    a. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong

    bola bumi pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian

    standar. Meridian pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah.

    b. Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6

    (derajat) atau sekitar 667 kilometer.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    11/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 11

    c. Seluruh wilayah yang ada di permukaan bola bumi dibagi menjadi

    60 zona bujur.

    d. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang

    masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 kilometer.

    e. Perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996.

    f. Perbesaran pada meridian tepi adalah 1,001.

    g. Satuan ukuran yang digunakan adalah meter.

    h. Dalam koordinat UTM, setiap zona memiliki sumbu-sumbu

    tersendiri, berbeda dengan koordinat bujur-lintang yang

    menggunakan satu sumbu yang berpusat di kutub.

    Sistem angka pada koordinat UTM

    Zona Bujur

    Cara menentukan koordinat di dalam peta dalam garis bujur UTM, semua

    pusat sumbu utama zona UTM terletak pada koordinat 500.000 m atau

    tepat di tengah-tengah zona tersebut.

    Gambar I .4 Menentukan Zona Buj ur

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    12/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 12

    Zona Lintang

    Garis utama untuk penentuan lintang UTM adalah garis Khatulistiwa

    yang tepat berada di 0m tepat seperti yang dijelaskan di gambar dibawah

    ini.

    Gambar I .5 Menentukan Zona L in tang

    Berikut ini adalah beberapa kelebihan koordinat UTM :

    a. Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar

    bujur 6 o.

    b. Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan

    rumus yang sama untuk setiap zona di seluruh dunia.

    c. Penyimpangannya cukup kecil, antara -40 cm/1000m sampai

    dengan 70 cm/1000m.d. Setiap zona berukuran 6 o bujur × 8 o lintang (kecuali pada lintang

    72 o LU-84 o LU memiliki ukuran 6 o bujur × 12 o lintang).

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    13/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 13

    BAB II

    PENGENALAN ALAT

    II.1. MAKSUD DAN TUJUAN

    Praktikan memahami dan mengerti bagian-bagian alat yang digunakan

    pada praktikum ilmu ukur tanah.

    Praktikan memahami dan mampu mengoperasikan dan membaca alat-

    alat (theodolit dan rambu) pada praktikum ilmu ukur tanah.

    Praktikan mengerti tata cara dan persyaratan sebelum melakuan

    pengukuran dilapangan.

    II.2. DASAR TEORI

    Dalam pengukuran ilmu ukur tanah dapat dilakukan menggunakan alat

    Theodolit. Theodolit merupakan alat ukur tanah yang universal. Selain

    digunakan untuk mengukur sudut horisontal dan sudut vertikal, theodolit juga

    dapat digunakan untuk mengukur jarak secara optis, membuat garis lurus dan

    sipat datar orde rendah. Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yangdigunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut

    tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja.

    Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon

    (detik).

    Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,

    theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran poligon, pemetaan

    situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinyamenjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut vertikalnya dibuat 90º.

    Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat

    dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit

    sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan /

    pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur

    ketinggian suatu bangunan bertingkat.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    14/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 14

    II.3. PENGELOMPOKAN THEODOLIT

    Theodolit dikelompokan menjadi 3 yaitu :

    1. Berdasarkan konstruksinya

    a. Theodolit Repetisi

    Lingkaran skala mendatar dapat diatur mengelilingi sumbu tegak. Bila

    skrup pengunci lingkaran skala mendatar dibuka, maka tidak dapat

    dilakukan pengukuran sudut. Besarnya sudut yang dibentuk oleh garis

    bidik yang diarahkan ke dua buah target hanya dapat diukur kalau

    skrup pengunci lingkaran skala mendatarnya terkunci. Sebab bila

    sekrup pengunci skala lingkaran mendatar tidak dikunci, maka pada

    saat diputar, piringan skala mendatar ikut berputar bersama-samadengan indek pembaca lingkaran mendatar.

    Keuntungannya adalah dimungkinkannya mengubah bacaan pada

    suatu arah garis bidik tertentu. Misal pada suatu arah garis bidik di Ao

    bacaan skala mendatarnya dibuat 0 , kemudian garis bidik diarahkan

    ke B, maka bacaan skala mendatar di B juga merupakan sudut APB

    Gambar I I .1 Theodoli t r epetisi

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    15/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 15

    b. Theodolit Reiterasi

    Lingkaran skala mendatar theodolit menyatu dengan tribrach,

    sehingga lingkaran mendatar tidak dapat diputar. Akibatnya bacaan

    lingkaran mendatarnya untuk suatu target merupakan suatu bacaan

    arah. Jadi sudut yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan kedua

    target adalah bacaan arah kedua dikurangi bacaan arah pertama.

    Gambar I I .2 Theodoli t r eiterasi

    2. Berdasarkan Sistem Pembacaannya

    a. Sistem dengan indeks garis

    Pada lingkaran pembacaan hanya ada pada garis – garis pembagian

    derajat dan pembagian terkecil dalam satu derajat dibagi menjadi

    enam kolom. Garis pembacaan dinamakan garis indeks yang ada di

    deapan lensa mikroskop pembacaan-pembacaan. Angka yang

    ditunjukkan adalah menit diperkirakan. b. Sistem dengan nonius

    Garis nol skala nonius berlaku sebagai garis indeks, besar kesatuan

    nonius perlu dicari untuk mengetahui besar dan skala nonius. Misal :

    besar satu kolom lingkar R = 10; banyaknya kolom nonius (n) = 30;

    maka kesatuan nonius = R/n = 10/30. Besar menit dan detiknya dapat

    dicari dengan melihat garis yang berhimpit dengan garis skala

    lingkaran.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    16/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 16

    piranti alat pembacaan alat theodolit.

    Gambar I I .3 Pembacaan sudut dengan cara koin sidensi

    c. Sistem dengan micrometer

    Garis pembacaannya berupa dua buah garis sejajar yang

    pembacaannya baru bisa dilakukan apabila salah satu garis skala

    lingkaran telah masuk di tengah antara dua garis indeks, dengan

    menggunakan micrometer.

    d. Sistem koinsidensi

    Adalah sistem dimana dua buah pembacaan terdapat dalam piringan

    yang sama dengan menggunakan manipulasi sinar yang masuk pada

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    17/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 17

    e. Sistem digital

    Adalah pembacaan piringan hasil pengukuran menggunakan alat

    theodolit dengan melihat angka digital yang sudah terpampang di

    kotak pembacaan. Biasanya dilakukan pada pengukuran alat digital.

    3. Berdasarkan Ketelitiannya

    a. Teodolit presisi/teliti, misal Wild tipeT-3

    b. Teodolit satu sekon, misal Wild tipe T2

    c. Teodolit puluhan sekon , misal Shokisa tipe TM-20

    d. Teodolit satu menit, misal Wild tipe T0

    II.4. BAGIAN THEODOLIT

    Bagian-bagian yang penting dari alat theodolit:

    Nivo kotak

    Sebagai pertolongan pengaturan sumbu I verikal.

    Teropong

    Digunakan unuk membidik atau mengamati, benda yang jauh agar

    kelihatan dekat, jelas dan besar. Teropong theodolit menggunakan prinsipdari kepler yaitu terdiri dari lensa objektif sebagai lensa obyekif dan lensa

    negatif unuk lensa mata, yang berindak sebagai lup. Lensa obyekip

    memberikan bayangan nyata terbalik dan diperkecil, bayangan ini

    digunakan sebagai benda oleh lensa okuler menjadi diperbesar dekat dan

    terbalik.

    Nivo tabung

    Sebagai pertolongan pengaturan sumbu I verikal.

    Skrup kaki tribrach

    Digunakan unuk mengatur sumbu I agar verikal. Sekerup ini juga disebut

    dengan “level scew ”

    Tribrach

    Merupakan tempat tumpuan dari sumbu I

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    18/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 18

    Sumbu mendatar

    Adalah sumbu perputaran teropong, disangga oleh dua tiang penyangga

    kiri-kanan.

    Lingkaran skala mendatar

    Adalah piringan dari metal atau kaca tempat skala lingkaran, berputar

    bersama teropong.

    Klem teropong dan penggerak halus

    Digunakan untuk mematikan gerak teropong, dan unuk gerakan kecil

    digunakan sekerup penggerak halus. Gerak halus ini berfungsi apabila

    klem telah dimatikan.

    Indeks pembaca lingkaran

    Penyangga sumbu mendatar

    Indeks pembaca lingkaran skala mendatar

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    19/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 19

    Gambar I I .4 Bagian-bagian Al at Theodolit Wi ld T0

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    20/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 20

    Gambar I I .5 Bagian-bagian Alat Teodolit TM 10C

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    21/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 21

    II.5. PERSYARATAN ALAT UKUR THEODOLIT

    1. Sumbu Tegak (Sumbu-I) Harus Benar-Benar Tegak.

    Bila sumbu tegak miring maka lingkaran skala mendatar tidak lagi

    mendatar. Hal ini berarti sudut yang diukur bukan merupakan sudut

    mendatar. Gelembung nivo yang terdapat pada lingkaran skala mendatar

    ditengah dan gelembung nivo akan tetap berada ditengah meskipun

    theodolit diputar mengelilingi sumbu tegak. Bila pada saat maka berarti

    sumbu-I tidak vertikal, ini disebabkan oleh kesalahan sistem sumbu yang

    tidak benar, atau dapat juga disebabkan oleh posisi nivo yang tidak benar.

    2. Sumbu Mendatar (Sumbu-II) Harus Benar-Benar Mendatar

    3. Garis Bidik Harus Tegak Lurus Sumbu Mendatar

    Untuk memenuhi syarat kedua dan ketiga lakukan langkah-lankah sebagai

    berikut:

    Gantungkan unting-unting pada dinding. Benang diusahakan agar

    tergantung bebas (tidak menyentuh dinding atau lantai)

    Setelah sumbu tegak diatur sehingga benar-benar tegak, garis bidik

    diarahkan ke bagian atas benang. Kunci skrup pengunci sumbu tegakdan lingkaran skala mendatar.

    Gerakkan garis bidik perlahan-lahan ke bawah

    Bila sumbu mendatar tegak lurus dengan sumbu tegak dan garis

    bidik tegak lurus dengan sumbu mendatar maka garis bidik akan

    bergerak sepanjang benang unting-unting ( tidak menyimpang dari

    bidikan benang).

    4. Tidak Ada Salah Indeks Pada Skala Lingkaran Tegak

    Setelah syarat pertama, kedua dan ketiga dipenuhi maka arahkan

    garis bidik ketitik yang agak jauh.

    Ketengahkan gelembung nivo lingkaran skala tegak

    Baca lingkaran skala tegak, missal didapat bacaan sudut zenith (z).

    Putar teropong 180 o kemudian dikembalikan garis bidik ke titik yang

    sama

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    22/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 22

    Periksa gelembung nivo lingkaran skala tegak, ketengahkan bila

    belum terletak di tengah

    Baca lingkaran skala tegak, misal z ‟. Bila bacaan z‟ = 360-z, maka

    salah indeks adalah 0

    Apabila keempat syarat tidak terpenuhi maka diadakan pengaturan.

    Untuk mendapatkan sudut horisontal yang benar maka syarat pertama kedua

    dan ketiga harus benar-benar dipenuhi, sedangkan syarat keempat dipenuhi

    untuk mendapatkan sudut vertikal yang benar.

    5. Mengatur Sumbu Tegak

    Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatur sumbu tegak

    adalah sebagai berikut:

    Usahakan agar nivo lingkaran mendatar sejajar dengan arah 2 skrup

    kaki tribrach.

    Tengahkan posisi gelembung nivo dengan cara memutar kedua skrup

    kaki tribrach secara bersamaan dengan arah yang berlawanan.

    Setelah keadaan gelembung nivo berada di tengah maka putaro

    theodolit 90 . tengahkan posisi gelembung nivo dengan hanya

    memutar skrup kaki tribrach yang ketiga

    Kemudian kembalikan ke kedudukan semula (sejajar skrup kaki

    tribrach 1 dan 2)

    Tengahkan kembali posisi nivo apabila gelembung nivo belum

    berada ditengah.

    o Kemudian putar theodolit 180 , sehingga nivo berputar mengelilingi

    sumbu tegak dalam kedudukan nivo yang sejajar dengan skrup kaki

    kiap 1 dan 2.

    Bila garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu tegak, maka

    gelembung nivo akan tetap berada ditengah.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    23/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 23

    II.6. PERSYARATAN SEBELUM MULAI MENGUKUR

    1. Penempatan Sentris

    Letakkan statif di tengah – tengah patok

    Pasang unting – unting tempatnya

    Naik dan turunkan kaki statif secara bergantian untuk meletakkan

    unting – unting tepat di atas patok

    Setelah tepat di atas patok lakukan prosedur membuat sumbu satu

    vertikal

    Gambar I I .6 Contoh penr mpatan sentr is

    2. Membuat Sumbu I Vertikal

    a. Stel Nivo Kotak

    Putarlah sekrup A, B secara bersama-sama hingga gelembung nivo

    bergeser ke arah garis sekrup C. ( lihat gambar a )

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    24/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 24

    Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo

    bergeser ke tengah.

    Gambar I I .7 Penyetelan N ivo Kotak

    b. Stel Nivo Tabung

    Bila alat dilengkapi dengan dua nivo yaitu nivo kotak dan tabung,

    maka setelah menyetel nivo kotak dilakukan penyetelan nivo tabung

    dengan cara :

    Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup AB.

    Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama,

    hingga gelembung nivo bergeser ke tengah.

    Putarlah teropong 90° ke arah garis sekrup C.

    Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo

    bergeser ke tengah-tengah.

    Gambar I I .8 Penyetelan Ni vo Tabung

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    25/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 25

    II.7. CARA PEMBACAAN

    1. Cara Pembacaan Theodolit

    Pada waktu membaca piringan dilakukan secara bergantian (satu persatu)

    baik horisontal dan vertikal, masing-masing indek diletakkan pada garis

    yang bersesuaian dengan sekrup koisiden, kecuali untuk piringan vertikal

    T0 dan piringan horisontal dan vertikal Theo 20A yang dibaca apa

    adanya.

    a. Micrometer TM 10C

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    26/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 26

    b. Micrometer TL 20 DE

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    27/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 27

    c. Micrometer T0

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    28/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 28

    d. Micrometer TL 20

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    29/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 29

    e. Theo 20A

    Angka 87 menunjukkan besaran derajat

    Angka 2,3,4 menunjukkan besaran puluhan menit

    Dalam puluhan menit dibagi sepuluh garis strip yang artinya satu

    garis strip adalah satu menit

    Dalam satu garis strip satu menit dibagi menjadi 2 garis strip yang

    artinya satu garis strip adalah 20 detik

    Contoh Pembacaan :

    Derajat : 87‟

    Puluhan menit : 20‟

    Satuan menit : 9‟

    Detik : 40”

    Jadi hasil pembacaan : 87‟ 29‟ 40”

    2. Cara Pembacaan Rambu

    Maksud dari pembacaan rambu adalah dapat mengerti akan besaran

    satuan dan pembagiannya bila tampak dalam teropong. Rambu adalah

    mistar yang digunakan pada saat pengukuran dengan menggunakan alat

    ukur optis. Grid-grid rambu berupa gambar dengan bentuk E memilikitebal 1 cm untuk masing-masing garis, atau satu huruf mewakili 5 cm.

    Ada dua jenis rambu, rambu tegak digunakan untuk teodolit dan rambu

    terbalik untuk BTM.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    30/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 30

    Untuk mempermudah pembacaanrambu, tepatkan benang tengah di

    bacaan angka genap

    Gambar I I .9 Cara Pembacaan Rambu

    Langkah Kerja :

    1. Dirikan alat dengan baik dan benar diatas patok yang sudahditentukan.

    2. Lakukan sentring unting-unting.

    3. Atur sumbu I vertikal.

    4. Semua sekrup pengunci dikendorkan kecuali sekrup kunci repetisi.

    5. Dirikan rambu sesuai dengan kemampuan normal alat.

    6. Arahkan teropong ke arah rambu.

    7. Semua sekrup pengunci dikencangkan.

    8. Perhatikan ketiga benang silang (horizontal), benang atas (ba), benang

    tengah (bt), benang bawah (bb).

    9. Tempatkan benang vertikal tepat di tengah-tengah rambu dengan

    penggerak halus.

    10. Catat hasil yang ditunjukkan dari hasil pembacaan ba, bt, bb. Jika

    benar akan didapatkan persamaan bt = ½ (ba + bb).

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    31/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 31

    BAB III

    POLIGON TERTUTUP

    III.1. MAKSUD DAN TUJUAN

    Praktikan mampu mengukur dan mengerti tatacara pengukuran dengan

    metode poligon tertutup.

    Praktikan mengerti dan mampu melakukan perhitungan dan

    penggambaran poligon tertutup.

    III.2. DASAR TEORI

    Poligon berasal darikata “ poly” yang berarti banyak dan “ gono” yang

    berarti sudut. Secara harafiah, poligon berarti sudut banyak. Namun arti

    yang sebenarnya adalah rangkaian titik-titik secara berurutan sebagai

    kerangka dasar pemetaan. Sebagai kerangka dasar, posisi, atau koordinat

    titik-titik poligon harus diketahui atau ditentukan secara teliti. Pengukuran

    poligon harus memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu.

    Poligon tertutup adalah poligon yang titik awalnya dan akhirnya

    menjadi satu. Poligon ini merupakan poligon yang paing disukai dan paling

    banyak digunakan dilapangan karena tidak membutuhkan titik ikat yang

    banyak yang memang sulit ditemukan dilapangan. Namun demikian hasil

    pengukurannya cukup terkontrol.

    P.1

    A12 J 12

    S 1

    J 71

    P.2

    S 2

    S 7 P.7

    J 23 P.3

    S 3

    J 34

    S 4 P.4

    J 67

    S 6

    P.6 J 56

    S 5

    P.5

    J 45

    Gambar I I I .1 Poli gon Tertutup

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    32/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 32

    III.3. PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP

    1. Dirikan alat ukur (theodolit) di tempat yang nyaman di atas patok yang

    sudah dipasang (misalnya di titik P.1), dua rambu masing-masing

    didirikan di titik P.n (titik terakhir yang direncanakan) dan titik P.2

    (dipegang).

    2. Lakukan prosedur membuat sumbu I vertikal dan sentering (unting-

    unting tepat di atas patok), ukur tinggi alat (Ta).

    3. Dalam kedudukan teropong biasa (B) arahkan ke rambu P.n, benang

    silang vertikal ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang

    horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt,

    piringan horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.4. Putar teropong dan arahkan ke rambu P.2, benang silang vertikal

    ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang horisontal

    ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan

    horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.

    5. Kedudukan teropong dijadikan luar biasa (LB) dan arahkan kembali ke

    titik P.n, benang silang vertikal ditepatkan pada tengah-tengah rambu

    dan benang silang horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, dan catat dalam formulir.

    6. Putar teropong dan arahkan ke rambu P.2, benang silang vertikal

    ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang horisontal

    ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan

    horisontal.

    7. Alat ukur di pindah ke titik P.2, lakukan langkah 1) sampai 6).

    8. Begitu seterusnya sampai alat ukur (theodolit) berdiri di titik terakhit

    (Pn).

    III.4. PROSEDUR PERHITUNGAN

    1. Penentuan Asimut

    Banyak cara bisa dilakukan untuk menentukan asimut, salah satu cara

    tersebut adalah dengan cara menghitung asimut dari dua titik yang

    diketahui koordinatnya. Untuk praktikum ukur tanah, koordinat titik

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    33/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 33

    didapat dengan penentuan koordinat dengan GPS Receiver. Misalnya

    titik yang ditentukan dengan GPS adalah P.1 dan P.2, maka asimut titik

    dimaksud dapat ditentukan dengan rumus berikut :

    Catatan :

    P.1 (X 1 , Y 1 ) dan P.2 (X 2 , Y 2 ), diperoleh dari pembacaan koordinat

    GPS (UTM).

    2. Menghitung Sudut Dalam

    Pada dasarnya sudut dalam tidak bisa langsung diukur, yang diukur

    adalah arah-arah ke depan dan ke belakang dari pembacaan piringan

    horisontal. Memperhatikan gambar poligon di atas, masing-masing

    sudut dalam dapat dihitung dengan rumus :

    Catatan : S n : Sudut dalam,

    Hz n-1 : bacaan arah piringan horisontal ke belakang (biasa),

    Hz n+1 : bacaan arah piringan horisontal ke depan (biasa),

    Hz ’ n-1 : bacaan arah piringan horisontal ke belakang (luar biasa),

    Hz ’ n+1 : bacaan arah piringan horisontal ke depan (luar biasa).

    3. Menghitung Asimut Antar Titik

    Asimut antar titik bisa dihitung (ditentukan) jika asimut awal diketahui.

    Rumus yang digunakan tergantung arah pengukuran dan sudut yang

    diukur (sudut dalam atau sudut ke-kanan). Berikut adalah rumus

    menghitung asimut antar titik dengan ketentuan : arah pengukuran ke

    kanan (searah jarum jam), sedang yang di ukur sudut dalam.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    34/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 34

    o

    Poligon Tertutup

    J 12 A12

    P.2

    S 2

    J 23 P.3

    S 3

    J 34

    P.1 S 1

    J 71 S 7 P.7 S 4 P.4

    J 67

    S 6

    P.6 J 56

    S 5

    P.5

    J 45

    A23 A12 180 S 2 atau

    An .( n 1) A( n 1). x 180

    o S n

    Catatan : A23 = Asimut 2 ke 3

    S 2 = S udut dalam titik 2

    4. Menghitung Beda Tinggi dan Tinggi Titik

    Banyak cara/metode yang dapat dilakukan untuk menghitung beda

    tinggi, dalam praktikum ini ditentukan berdasar bacaan benang dan

    sudut tegak. Adapun rumusnya sebagai berikut :

    H J tg h Ta - bt H n H n 1 H ( n 1) n

    Catatan :

    ∆H : beda tinggi antar titik (m),

    J : jarak datar (m),

    h : sudut helling,

    Ta : tinggi alat (m),

    bt : bacaan benang tengah (m).

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    35/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 35

    5. Menghitung Jarak Datar

    Jarak datar yang akan ditentukan pada kegiatan ini adalah jarak yang

    diperoleh secara tidak langsung (jarak optis) – merupakan fungsi dari :

    bacaan benang (ba, bb, bt) dan sudut tegak (sudut helling ataupun sudut

    zenith). Sebelum sampai pada rumus jarak optis, di sini dijelaskan

    perbedaan antara sudut helling dan sudut zenith (periksa Gambar

    berikut).

    Z

    arah sasaran

    z

    h H

    Catatan :

    z + hh

    z

    = =

    =

    90o

    , 90o – z,

    90o – h.

    Setelah bisa membedakan dua sudut tegak (helling dan zenith), berikut

    adalah rumus untuk menghitung jarak datar.

    Catatan :

    J : jarak datar (m),

    J AY cos 2 h

    A : konstanta pengali = 100 (tanpa satuan),

    Y : (ba – bb),

    ba : bacaan benang atas (m)

    bb : bacaan benang bawah (m)

    h : sudut helling

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    36/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 36

    III.5. SYARAT POLIGON TERTUTUP

    Syarat geometris poligon tertutup adalah :

    1. ∑ Sd = ( n – 2 ) x 180 o

    2. ∑ ( J sin A) = 0 atau ΔX = 0

    3. ∑ ( J cos A) = 0 atau ΔY = 0

    4. ∑ ∆H = 0

    n adalah jumlah titik poligon

    Sebagaimana dijelaskan di atas, kondisi ini sulit dicapai, karena adanya

    galat (sistematik maupun acak) dan yang umum terjadi adalah :

    1. ( n – 2 ) x 180o

    - ∑ Sd = fs2. ∑ ( J sin A) = fx

    3. ∑ ( J cos A) = fy

    4. ∑ ( ΔH ) = fh

    dimana :

    fs = total kesalahan pengukuran sudut

    fx = total kesalahan pengukuran jarak untuk absis

    fy = total kesalahan pengukuran jarak untuk ordinat

    fh = total kesalahan pengukuran titik ketinggian

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    37/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 37

    III.6. PROSEDUR PERATAAN

    Maksud perataan di sini adalah untuk kerangka peta (poligon), meliputi

    posisi horisontal (perataan koordinat planimetri – X , Y) dan posisi vertikal

    (perataan tinggi – Z). Peratan disini merupakan perhitungan dengan koreksi

    sesuai dengan syarat poligon.

    Langkah peerataan :

    1. Hitung syarat geometris poligon terbuka yaitu

    ∑ Sd = ( n – 2 ) x 180 o

    Sd : sudut dalam

    Apabila tidak memenuhi syarat maka:a. Hitung total kesalahan penutup sudut (fs).

    fs = Sd – (( n – 2 ) x 180 o)

    b. Hitung besar koreksi sudut (Ks)

    dimana n adalah jumlah titik poligon.

    c. Menghitung sudut dalam terkoreksi tiap titik (S ‟n)

    S‟n = S n ± Ks

    S n : sudut dalam pada titik n

    2. Hitung Asimut Antar Titik (A)

    An(n+1) = A (n-1)n + 180 0 - S‟

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    38/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 38

    3. Absis

    Syarat Absis ΔX = 0.

    Maka hitung dulu :

    a. Absis ΔX n(n+1) = J n(n+1) sin A n(n+1)

    J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1

    A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1

    b. Total kesalahan pengukuran jarak untuk absis (fx)

    fx = ΔX

    c. Menghitung koreksi absis

    J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1

    ∑ J : jumlah total jarak

    d. Menghitung absis terkoreksi

    ΔX‟n = Xn Kx

    e. Menghitung koordinat X tiap-tiap titik

    Xn = X (n-1) + X‟n

    4. Ordinat

    Syarat ordinat ΔY = 0. Maka hitung dulu

    a. Ordinat ΔY n(n+1) = J n(n+1) cos A n(n+1)

    J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1

    A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    39/106

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    40/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 40

    d. Menghitung beda tinggi terkoreksi ( ΔH‟)

    H‟ = H k H

    e. Menghitung tinggi titik (H)

    H = H awal H‟

    H awal : tinggi titik ikat (BM)

    III.7. PENGGAMBARAN POLIGON TERTUTUP

    1. Siapkan kertas millimeter.

    2. Tentukan sumbu : Y + (Utara), X + (Timur), Y – (Selatan), X – (Barat).

    3. Tentukan skala yang dipergunakan pada sumbu tersebut.

    4. Tempatkan titik-titik poligon sesuai dengan koordinatnya.

    5. Hubungkan tiap titik tersebut sesuai dengan urutannya sehingga

    menjadi poligon yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di

    lapangan.

    6. Beri keterangan di setiap titik poligon, baik sudut dalamnya, asimut,maupun nomor titik poligon.

    7. Lengkapi gambar poligon dengan draft peta.

    8. Sesuikan dengan format peta dan beri warna dan keterangan.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    41/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 41

    BAB IV POLIGON

    TERBUKA

    IV.1. MAKSUD DAN TUJUAN

    Praktikan mampu mengukur dan mengerti tatacara pengukuran dengan

    metode poligon terbuka.

    Praktikan mengerti dan mampu melakukan perhitungan dan

    penggambaran poligon terbuka.

    IV.2. DASAR TEORI

    Poligon terbuka adalah poligon dengan titik awal dan titik akhir yang

    tidak sama, biasanya berbentuk memanjang. Titik awal hitungan pada

    poligon di atas lazimnya dikatakan sebagai titik ikat yang merupakan titik

    referensi (acuan) dalam perhitungan koordinat titik-titik selanjutnya.

    Bila ditinjau dari ketersediaan jumlah dan penyebaran titik ikat yang

    digunakan pada suatu poligon, maka untuk jenis poligon terbuka dapat

    dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu poligon terbuka lepas, poligon terbuka

    terikat, dan poligon terbuka terikat sempurna. Akan tetapi untuk jenis

    ploigon yang akan dilakukan pada acara praktikum adalah poligon terbuka

    terikat dan poligon terbuka terikat sempurna.

    Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik awal dan

    akhirnya tidak dalam satu titik yang sama. Karena bersifat terikat sempurna

    maka poligon tersebut memiliki titik awal dan titik akhir yang berbeda dan

    telah diketahui ketinggian serta koordinatnya.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    42/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 42

    1. Poligon terbuka lepas

    JA1

    AA1 S2

    S1 J12J23

    S3 J34

    S4

    J45

    Catatan :

    Gambar I V.1 Poligon terbuk a lepas

    A (X A ,Y A ) = Titik A dengan koordinat (XA,YA) , titik awal hitungan

    A A1 = Sudut jurusan awal

    S i = Sudut mendatar pada titik I

    J ij = Jarak mendatar dari titik I ke j

    Ο = Titik-titik yang akan ditentukan koordinatnya

    2. Poligon terbuka terikat

    JA1

    AA1 S2

    S1 J12

    J23

    S3

    J34

    S4

    J4B

    Gambar I V.2 Poligon terbuka teri kat

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    43/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 43

    Catatan :

    A (X A ,Y A ) = Titik A dengan koordinat (XA,YA) , titik awal hitungan

    B (X B ,Y B ) = Titik B dengan koordinat (XB,YB) , titik akhir hitungan

    A A1 = Sudut jurusan awal

    S i = Sudut mendatar pada titik I

    J ij = Jarak mendatar dari titik I ke j

    O = Titik-titik yang akan ditentukan koordinatnya

    3. Poligon terbuka terikat sempurna

    S2

    JAB

    S1 JB1

    J12

    S2 J34

    SC

    Catatan :

    Gambar I V.1 Poligon terbuka teri kat sempur na

    = Titik-Titik ikat B (X B ,Y B ) = Titik awal hitungan

    C (X C ,Y C ) = Titik akhir hitungan

    S i = Sudut mendatar pada titik I

    Jij = Jarak mendatar dari titik I ke j

    O = Titik-titik yang akan ditentukan koordinatnya

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    44/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 44

    IV.3. PENGUKURAN POLIGON TERBUKA

    1. Dirikan alat pada BM 2 dengan tepat dan benar.

    2. Lakukan prosedur membuat sumbu I vertikal dan sentering (unting-

    unting tepat di atas patok), ukur tinggi alat (Ta).

    3. Rambu diletakkan masing-masing di BM 1 dan titik 1.

    4. Dalam kedudukan teropong biasa (B) arahkan ke rambu BM 1, benang

    silang vertikal ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang

    horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt,

    piringan horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.

    5. Putar teropong dan arahkan ke rambu P.1, benang silang vertikal

    ditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang horisontalditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan

    horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.

    6. Kedudukan teropong dijadikan luar biasa (LB) dan arahkan kembali ke

    titik BM1, benang silang vertikal ditepatkan pada tengah-tengah rambu

    dan benang silang horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan

    pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, dan catat dalam formulir.

    7. Putar teropong dan arahkan ke rambu P.1, benang silang vertikalditepatkan pada tengah-tengah rambu dan benang silang horisontal

    ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan

    horisontal.

    8. Buat sketsa lintasan dari hasil pengukuran, bila menemui kejanggalan

    segera diskusikan dengan assisten dan segera lakukan pengecekan ulang

    sebelum melangkah ke poligon selanjutnya.

    9. Pindahkan alat ke titik P.1 dan lakukan langkah 2 sampai langkah 8.

    10. Setelah selesai melakukan pengukuran, lakukan pengukuran dengan gps

    pada titik BM 1 sampai BM 4 lalu catat koordinat titik tersebut untuk

    titik ikat.

    11. Kemudian lakukan perhitungan terhadap koreksi pengukuran, kesalahan

    pengukuran harus diusahakan sekecil mungkin, bila koreksi kesalahan

    terlalu besar maka pengukuran sebaiknya diulang kembali atau dikoreksi

    pada poligon yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    45/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 45

    IV.4. PROSEDUR PERHITUNGAN

    1. Penentuan Asimut

    Banyak cara bisa dilakukan untuk menentukan asimut, salah satu cara

    tersebut adalah dengan cara menghitung asimut dari dua titik yang

    diketahui koordinatnya. Untuk praktikum ukur tanah, koordinat titik

    didapat dengan penentuan koordinat dengan GPS Receiver. Misalnya

    titik yang ditentukan dengan GPS adalah P.1 dan P.2, maka asimut titik

    dimaksud dapat ditentukan dengan rumus berikut :

    Catatan :

    P.1 (X 1 , Y 1 ) dan P.2 (X 2 , Y 2 ), diperoleh dari pembacaan koordinat

    GPS (UTM).

    2. Menghitung Sudut Dalam

    Pada dasarnya sudut dalam tidak bisa langsung diukur, yang diukur

    adalah arah-arah ke depan dan ke belakang dari pembacaan piringan

    horisontal. Memperhatikan gambar poligon di atas, masing-masing

    sudut dalam dapat dihitung dengan rumus :

    Catatan :

    S n : Sudut dalam,

    Hz n-1 : bacaan arah piringan horisontal ke belakang (biasa),

    Hz n+1 : bacaan arah piringan horisontal ke depan (biasa), Hz ’ n-1 : bacaan arah piringan horisontal ke belakang (luar biasa),

    Hz ’ n+1 : bacaan arah piringan horisontal ke depan (luar biasa).

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    46/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 46

    3. Menghitung Asimut Antar Titik

    Asimut antar titik bisa dihitung (ditentukan) jika asimut awal diketahui.

    Rumus yang digunakan tergantung arah pengukuran dan sudut yang

    diukur (sudut dalam atau sudut ke-kanan). Berikut adalah rumus

    menghitung asimut antar titik dengan ketentuan : arah pengukuran ke

    kanan (searah jarum jam), sedang yang di ukur sudut dalam

    Poligon Terbuka / Memanjang

    AB1=A AB – 180 + S0

    A (n-1) =A (n-1).n – 180 + Sn

    4. Menghitung Beda Tinggi dan Tinggi Titik

    Banyak cara/metode yang dapat dilakukan untuk menghitung beda

    tinggi, dalam praktikum ini ditentukan berdasar bacaan benang dan

    sudut tegak. Adapun rumusnya sebagai berikut :

    H J tg h Ta - bt

    H n H n 1 H ( n 1) n

    Catatan : ∆H : beda tinggi antar titik (m),

    J : jarak datar (m),

    h : sudut helling,

    Ta : tinggi alat (m),

    bt : bacaan benang tengah (m).

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    47/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 47

    5. Menghitung Jarak Datar

    Jarak datar yang akan ditentukan pada kegiatan ini adalah jarak yang

    diperoleh secara tidak langsung (jarak optis) – merupakan fungsi dari :

    bacaan benang (ba, bb, bt) dan sudut tegak (sudut helling ataupun sudut

    zenith). Sebelum sampai pada rumus jarak optis, di sini dijelaskan

    perbedaan antara sudut helling dan sudut zenith (periksa Gambar

    berikut).

    Z

    arah sasaran

    z

    h H

    Catatan :

    z + h = 90o ,

    h = 90o – z,

    z = 90o – h.

    Setelah bisa membedakan dua sudut tegak (helling dan zenith), berikut

    adalah rumus untuk menghitung jarak datar.

    Catatan :

    J : jarak datar (m),

    J AY cos 2 h

    A : konstanta pengali = 100 (tanpa satuan),

    Y : (ba – bb),

    ba : bacaan benang atas (m)

    bb : bacaan benang bawah (m)

    h : sudut helling

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    48/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 48

    IV.5. SYARAT POLIGON TERBUKA

    Syarat geometris poligon terbuka adalah :

    1. Sd = (A ak - A aw) + (n . 180 0)

    2. ΔX = X ak – X aw

    3. ΔY = Y ak – Y aw

    4. H = H ak – Haw

    dimana n adalah jumlah titik poligon.

    Apabila perhitungan yang dilakukan benar, maka syarat diatas akan dapat

    terpenuhi namun hal seperti ini jarang terjadi sebelum dilakukan koreksi

    terlebih dahulu hingga hasil perhitungan terkoreksinya adalah sebagai

    berikut :

    1. Sd - (Aak - A aw) - (n . 1800 ) = fs

    2. ΔX – (X ak – Xaw) = fx

    3. ΔY – (Y ak – Y aw) = fy

    4. ( H) – (H ak – Haw) = fh

    dimana :

    fs = total kesalahan pengukuran sudut

    fx = total kesalahan pengukuran jarak untuk absis

    fy = total kesalahan pengukuran jarak untuk ordinat

    fh = total kesalahan pengukuran titik ketinggian

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    49/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 49

    IV.6. PERATAAN POLIGON TERBUKA

    Seperti halnya pada poligon tertutup, maksud perataan di sini adalah untuk

    kerangka peta (poligon), meliputi posisi horisontal (perataan koordinat

    planimetri – X , Y) dan posisi vertikal (perataan tinggi – Z). Peratan disini

    merupakan perhitungan dengan koreksi sesuai dengan syarat poligon.

    Langkah perhitungannya :

    1. Hitung syarat geometris poligon terbuka yaitu

    Sd = (A ak - A aw) + (n . 1800) atau

    Aak - A aw = Sd - (n . 1800

    )

    Apabila tidak memenuhi syarat maka:

    a. Hitung total kesalahan penutup sudut (fs).

    fs = Sd - (Aak - Aaw) - (n . 180 0 )

    b. Hitung besar koreksi sudut (Ks)

    dimana n adalah jumlah titik poligon.

    c. Menghitung sudut dalam terkoreksi tiap titik (S ‟n)

    S‟n = S n ± Ks

    dimana S n : sudut dalam pada titik n

    2. Hitung Asimut Antar Titik (A)

    A (n-1) = A (n-1).n – 180 + S‟n

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    50/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 50

    3. Syarat Absis

    ΔX = X ak – Xaw

    Maka hitung dulu

    a. Absis

    ΔX n(n+1) = J n(n+1) sin A n(n+1)

    J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1

    A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1

    b. Total kesalahan pengukuran jarak untuk absis (fx)

    fx = ΔX – (X ak – Xaw)c. Menghitung koreksi absis

    J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1

    ∑ J : jumlah total jarak d. Menghitung absis terkoreksi

    ΔX‟n = Xn Kx

    e. Menghitung koordinat X tiap-tiap titik

    Xn = X (n-1) + X‟n

    4. Syarat ordinat

    ΔY = Y ak – Y aw

    Maka hitung dulu

    a. Ordinat

    ΔYn(n+1) = J n(n+1) cos A n(n+1)

    J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1

    A n(n+1) : asimut titik n ke titik n +1

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    51/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 51

    b. Total kesalahan pengukuran jarak untuk ordinat (fy)

    fy = ΔY – (Y akhir – Y awal )

    c. Menghitung koreksi ordinat

    J n(n+1) : jarak datar titik n ke titik n +1

    ∑ J : jumlah total jarak

    d. Menghitung ordinat terkoreksi

    ΔY‟n = Yn Ky

    e. Menghitung koordinat Y tiap-tiap titik

    Yn = Y (n-1) + Y‟n

    5. Syarat geometris tinggi

    H = H ak – Haw

    Untuk memenuhi syarat tinggi

    a. Menghitung beda tinggi antar titik ( ΔH)

    H = J . tg h + ( Ta – bt )

    h : sudut helling,

    Ta : tinggi alat (m),

    bt : bacaan benang tengah (m).

    b. Total kesalahan pengukuran titik ketinggian (fh)

    fh = ( H akhir – Hawal ) - H

    c. Menghitung koreksi beda tinggi ( k ΔH )

    Jn : jarak titik n

    ∑ J : jumlah totak jarak

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    52/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 52

    d. Menghitung beda tinggi terkoreksi ( ΔH‟)

    H‟ = H k H

    e. Menghitung tinggi titik (H)

    H = H awal H‟

    H awal : tinggi titik ikat (BM)

    IV.7. PENGGAMBARAN POLIGON TERBUKA

    1. Siapkan kertas milimeter.

    2. Tentukan sumbu : Y + (Utara), X + (Timur), Y – (Selatan), X – (Barat).

    3. Tentukan skala yang dipergunakan pada sumbu tersebut.

    4. Tempatkan titik-titik poligon sesuai dengan koordinatnya.

    5. Hubungkan tiap titik tersebut sesuai dengan urutannya sehingga menjadi

    poligon yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dilapangan.

    6. Beri keterangan di setiap titik poligon, baik sudut dalamnya, asimut,

    maupun nomor titik poligon.

    7. Lengkapi gambar poligon dengan draft peta.8. Sesuaikan dengan format peta dan beri warna dan keterangan.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    53/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 53

    BAB V

    PETA PLANIMETRI

    V.1. MAKSUD DAN TUJUAN

    Praktikan mengetahui cara pengambilan data, perhitungan, dan

    pembuatan peta planimetri dengan baik dan benar.

    Praktikan mengetahui manfaat – manfaat dari pembuatan peta

    planimetri.

    V.2. DASAR TEORI Peta dapat diartikan sebagai gambaran sebagian atau seluruh permukaan

    bumi yang diperkecil pada suatu bidang datar. Macam – macam peta antara

    lain :

    1. Peta umum

    2. Peta khusus

    3. Peta stasioner

    4. Peta dinamik5. Peta planimetri

    Peta planimetri adalah peta yang dibuat pada bidang datar, yang

    memiliki kedudukan serta memuat informasi-informasi tertentu tetapi hanya

    2D (horisontal dan vertikal saja) tanpa adanya titik ketinggian. Kenampakan

    permukaan bumi pada peta ini digambarkan dengan menggunakan simbol –

    simbol tertentu, misalnya dataran rendah yang digambarkan dengan warna

    hijau, pegunungan dengan warna coklat, dan perairan dengan warna biru.

    Peta planimetri biasanya digunakan dalam pembuatan peta dari suatu

    kawasan gedung. Perbedaannya dengan peta topografi adalah tidak adanya

    unsur ketinggian pada peta planimetri, karena yang digambarkan adalah

    bentuk – bentuk objek peta.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    54/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 54

    Gambar V.1 Contoh peta plani metri

    V.3. PENGUKURAN PETA PLANIMETRI

    Langkah pengukuran untuk pembuatan peta planimetri pada awalnya

    harus dimulai dengan pembuatan poligon. Baik poligon tertutup maupun

    terbuka. Pembuatan poligon terlebih dahulu akan mendasari pengambilan

    data-data detail yang diperlukan nantinya dalam pembuatan peta.

    Disini poligon dijadikan dasar untuk pengeplotan titik detail. Dalam

    pengambilan titik detail pasti akan melalui titik poligon. Maka harus yakin

    poligon yang telah dibuat telah benar, karena apabila ada kesalahan dalam

    pembuatan poligon maka nantinya dalam pembuatan peta tidak akan match

    dengan kondisi dilapangan.

    Langkah kerjanya:

    1) Setelah selesai pengukuran pologon, lakukan koreksi dan telitilah bahwa

    poligon sudah benar.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    55/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 55

    2) Dirikan alat ukur (theodolit) di salah satu titik yang sudah diukur

    poligonnya (misalnya di titik P.1), dua rambu masing-masing didirikan di

    titik detil.

    3) Lakukan prosedur membuat sumbu I vertikal dan sentring (unting-unting

    tepat di atas patok), ukur tinggi alat (Ta).

    4) Dalam kedudukan teropong biasa (B) arahkan ke rambu P.n, atau ke P.2,

    (pilih salah satu), tepatkan benang silang vertikal di tengah-tengah rambu,

    dan lakukan hanya pembacaan piringan horisontal.

    5) Arahkan ke rambu pertama dan kedua (secara bergantian), yang sudah

    didirikan di atas titik detil, tepatkan benang silang vertikal di tengah-

    tengah rambu dan benang silang horisontal ditepatkan pada angka genap,

    lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, sudut tegak (h atau z),

    dan catat dalam formulir.

    6) Arahkan kembali teropong ke rambu pertama dan kedua (secara

    bergantian), yang sudah didirikan di atas titik detil lainnya.

    7) Tepatkan benang silang vertikal di tengah-tengah rambu dan benang silang

    horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt,

    piringan horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.8) Lakukan langkah 4) maupun 5) hingga secara radial semua detil ter cover .

    9) Theodolit di pindah ke titik polygon berikutnya, lakukan langkah 3) dan

    5), untuk langkah (c) ini sesuaikan titiknya, artinya kalau berdiri di titik

    P.2, rambu di arahkan ke P.1 atau P.3 (hanya salah satu).

    10) Lakukan langkah 4), 5), dan 6).

    11) Begitu seterusnya (pindah ke titik poligon yang lain) hingga semua titik

    detil dalam area pemetaan ter cover .

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    56/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 56

    V.4. CARA PENGAMBILAN DETIL

    Detil yang perlu diambil dalam rangka pembuatan Peta Planimetri, antara lain

    :

    1. Detail alamiah, seperti :

    a. Sungai

    b. Danau

    c. Belokan sungai

    2. Detail buatan, seperti :

    a. Rumah

    b. Jalan

    c. Bangunan

    Kali ini dijelaskan secara singkat melalui gambar-gambar pengambilan data

    detail planimetri.

    Gambar V.2 Pengambilan detil planimetri un tuk j alan sungai yang lu ru s.

    Keterangan :

    101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    57/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 57

    Gambar V.3 Pengambilan detil planimetri untuk j alan sungai yang

    berkelok.

    Keterangan :

    101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)

    Gambar V.4 Pengambilan detil planimetri un tuk perempatan j alan.

    Keterangan :

    101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    58/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 58

    V.5. PEMBUATAN PETA PLANIMETRI

    Penggambaran dilakukan sesuai dengan urutan prosedur berikut :

    a. Plotkan semua titik poligon, tulis ketinggian di samping nomor titik

    poligon.

    b. Plotkan semua titik detail, tulis ketinggiannya (titik detail digunakan

    sebagai penunjuk koma angka ketinggian).

    c. Hubungkan detail - detail planimetri sesuai sketsa yang dibuat.

    d. Letakan sesui dengan format peta dan beri warna dan keterangan.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    59/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 59

    BAB VI

    PETA TOPOGRAFI

    VI.1. MAKSUD DAN TUJUAN

    Praktikan mengetahui cara pengambilan data, perhitungan, dan

    pembuatan peta topografi dengan baik dan benar.

    Praktikan mengetahui manfaat – manfaat dari pembuatan peta topografi.

    VI.2. DASAR TEORI

    Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan

    bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-

    garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta

    topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat

    diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi

    tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief dan

    ukuran planimetrik. Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang

    sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan

    pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-

    ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.

    Peta topografi dibuat untuk memberikan informasi tentang keberadaan,

    lokasi, dan jarak, seperti lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi.

    Peta topografi juga menampilkan variasi daerah, ketinggian kontur, dan

    tingkat tutupan vegetasi.

    Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik

    berketinggian sama yang diukur dari atas permukaan air laut. Sifat-sifat garis

    kontur adalah sebagai berikut:

    1. Garis kontur selalu merupakan garis lengkung yang tertutup/tidak terputus.

    2. Garis kontur tidak pernah berpotongan atau menjadi satu.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    60/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 60

    3. Garis kontur tidak mungkin pecah atau bercabang. Garis kontur dengan

    ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang lebih

    tinggi,kecuali bila disebutkan khusus untuk hal-hal tertentu seperti kawah.

    4. Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap walaupun kerapatan

    garis berubah-ubah.

    5. Untuk daerah yang landai terlihat bahwa jarak antara garis kontur jarang-

    jarang.

    6. Untuk daerah yang curam jarak antara garis-garis kontur terlihat rapat.

    7. Punggungan gunung/ bukit terlihat dipeta sebagai rangkaian kontur

    berbentuk „U‟ yang ujungnya mlengkung menjauhi puncak.

    8. Lembah terlihat dipeta sebagai rangkaian kontur berbentuk „V‟ yangujungnya tajam dan menjorok kearah puncak.

    Gambar VI .1 Contoh peta topograf i

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    61/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 61

    VI.3. PENGUKURAN SITUASI PETA TOPOGRAFI

    Untuk pengukuran yang dipakai dalam pengukuran peta topografi tidak

    berbeda dengan cara pengukuran pada bab sebelumnya. Diawali denan

    pembuatan poligon dan usahakan penentuan titik poligon dapat mencakup

    seluruh sasaran detail pada peta yang akan di gambarkan nantinya dad sesuai

    dengan kenyataan lapangan.

    1. Dirikan alat ukur (theodolit) di salah satu titik yang sudah diukur

    poligonnya (misalnya di titik P.1), dua rambu masing-masing didirikan di

    titik detil (detil topografi maupun litologi).

    2. Lakukan prosedur membuat sumbu I vertikal dan sentering (unting-unting

    tepat di atas patok), ukur tinggi alat (Ta).3. Dalam kedudukan teropong biasa (B) arahkan ke rambu P.n, atau ke P.2,

    (pilih salah satu), tepatkan benang silang vertikal di tengah-tengah rambu,

    dan lakukan hanya pembacaan piringan horisontal.

    4. Arahkan ke rambu pertama dan kedua (secara bergantian) – yang sudah

    didirikan di atas titik detil (detil topografi maupun litologi), tepatkan

    benang silang vertikal di tengah-tengah rambu dan benang silang

    horisontal ditepatkan pada angka genap, lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, sudut tegak (h atau z), dan catat dalam formulir.

    5. Teropong arahkan kembali ke rambu pertama dan kedua (secara

    bergantian) – yang sudah didirikan di atas titik detil lainnya (detil

    topografi maupun litologi), tepatkan benang silang vertikal di tengah-

    tengah rambu dan benang silang horisontal ditepatkan pada angka genap,

    lakukan pembacaan ba, bb, bt, piringan horisontal, sudut tegak (h atau z),

    dan catat dalam formulir.6. Lakukan langkah 4) maupun 5) hingga secara radial semua detil ter cover .

    7. Theodolit di pindah ke titik poligon lainnya (terserah), lakukan langkah 3)

    dan 5), untuk langkah (c) ini sesuaikan titiknya – artinya kalau berdiri di

    titik P.2, rambu di arahkan ke P.1 atau P.3 (hanya salah satu).

    8. Lakukan langkah 4), 5), dan 6).

    9. Begitu seterusnya (pindah ke titik poligon yang lain) hingga semua titik

    detil dalam area pemetaan ter cover (topografi dan litologi).

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    62/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 62

    VI.4. CARA PENGAMBILAN DETIL TOPOGRAFI

    Untuk cara pengambilan detail topografi sebenarnya sama pada pengambilan

    detail planimetri, hanya saja pada detail topografi ditambah dengan detail

    ketinggian pada setiap detailnya. Detail yang diambil dalam pembuatan peta

    topografi adalah semua unsur - unsur topografi dan non topografi seperti :

    a. Beda tinggi (melalui bacaan benang, sudut vertikal, dst)

    b. Termasuk semua detail planimetri baik yang alami maupun yang

    buatan

    Detail alamiah, seperti :

    o Sungai

    o Danau

    o Belokan sungai

    Detail buatan, seperti :

    o Rumah

    o Jalan

    o Bangunan

    Dibawah ini dijelaskan secara singkat melalui gambar-gambar pengambilan

    data ketinggian untuk pembuatan peta topografi.

    Gambar VI .2 Pengambilan detil topografi (ketingian) u ntuk lereng dan

    lembah.

    Keterangan :

    101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    63/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 63

    Gambar VI .3 Pengambilan detil topografi (ketingian) un tuk l ereng.

    Keterangan :

    101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)

    Gambar VI .4 Pengambilan detil topografi (ketingian) un tuk l ereng dan

    sungai.

    Keterangan :

    101, 102, dst = Nomor Detil (Penempatan Rambu)

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    64/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 64

    VI.5. PEMBUATAN PETA TOPOGRAFI

    Penggambaran dilakukan sesuai dengan urutan prosedur berikut :

    1. Plotkan semua titik poligon, tulis ketinggian di samping nomor titik

    poligon

    2. Plotkan semua titik detail, tulis ketinggiannya (titik detail digunakan

    sebagai penunjuk koma angka ketinggian)

    3. Hubungkan detail - detail planimetri sesuai sketsa yang dibuat

    4. Lakukan penarikan garis kontur sesuai metode interpolasi kontur.

    5. Sesuikan dengan format peta dan beri warna dan keterangan.

    Metode Interpolasi Kontur Penarikan garis kontur diperoleh dengan cara perhitungan interpolasi,

    pada pengukuran garis kontur cara langsung, garis-garis kontur merupakan

    garis penghubung titik-titik yang diamati dengan ketinggian yang sama,

    sedangkan pada pengukuran garis kontur cara tidak langsung umumnya titik-

    titik detail itu pada titik sembarang tidak sama.

    Bila titik-titik detail yang diperoleh belum mewujudkan titik-titik

    dengan ketinggian yang sama, posisi titik dengan ketinggian tertentu dicari, berada diantara 2 titik tinggi tersebut dan diperoleh dengan prinsip

    perhitungan 2 buah segitiga sebangun. Data yang harus dimiliki untuk

    melakukan interpolasi garis kontur adalah jarak antara 2 titik tinggi di atas

    peta, tinggi definitif kedua titik tinggi dan titik garis kontur yang akan

    ditarik. Hasil perhitungan interpolasi ini adalah posisi titik garis kontur yang

    melewati garis hubung antara 2 titik tinggi.

    Posisi ini berupa jarak garis kontur terhadap posisi titik pertama atau

    kedua. Titik hasil interpolasi tersebut kemudian kita hubungkan untuk

    membentuk garis kontur yang kita inginkan. Maka perlu dilakukan interpolasi

    linear untuk mendapatkan titik-titik yang sama tinggi.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    65/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 65

    Contoh Dalam Interpolasi

    Misalkan ada dua titik detil d.301 dan d.206 yang berjarak 8,7 cm (di peta)

    dan masing-masing mempunyai mempunyai ketinggian 96,8 meter dan 104,4

    meter. Kedua titik tersebut akan diinterpolasi setiap 1 meter sehingga harus

    dicari jaraknya untuk ketinggian 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, dan 104

    meter pada bidang kertas (proyeksi di bidang datar).

    Titi k dili hat dari atas

    Gambar VI .8 Ti tik diproyeksikan dari samping

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    66/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 66

    Perhatikan segitiga dibawah ini

    Segitiga ABC siku-siku di B, garis BC sejajar DE, maka berlaku rumus

    berikut :

    dan

    Melihat gambar sebelumnya, jika harus mencari jarak-jarak ketinggian 97,

    98,dst, maka dapat dicari dengan rumus perbandingan dalam segitiga siku-

    siku.

    Jika AD merupakan jarak ketinggian 97 (dicari), maka

    DE = 97 – 96,8

    = 0,2 (m)

    AB = 8,7 (cm)

    BC = 7,6 (m).

    AD(97) = 0,2 cm, AD(98) = 1,4 cm, AD(99) = 2,5 cm, AD(100) = 3,7 cm dst.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    67/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 67

    Sebaran titik detil berikut akan ditarik garis konturnya

    Langkah Pertama

    Lihat dan amati titik detail pada peta yakinlah bahwa titik tersebut sudah benar.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    68/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 68

    Langkah kedua

    Hubungkan tiap-tiap detail ketinggian. Usahakan memakai pensil atausesuatu yang nantinya bisa dihapus kalau salah atau kalau interpolasi sudahselesai

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    69/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 69

    Langkah ketiga

    Mulailah hitungan interpretasi dan jangan lupa untuk mencatat dan memberitanda pada garis-garis yang tadi sudah dibuat. Kali ini juga gunakanlah pensil atausesuatu yang nantinya bisa dihapus kalau salah atau kalau interpolasi sudahselesai.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    70/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 70

    Langkah keempat

    Hubungkanlah tanda-tanda atau hitungan interpolasi tadi sesuai denganketinggian yang dimilikinya, jangan sampai bercabang, menabrak, ataupunmemotong. Sesuaikan dengan kondisi lapangan. Apabila belus sesuai maka adakesalahan dalam interpolasi.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    71/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 71

    Langkah kelima

    Hapus garis bantu segingga lembar kerja hanya tertinggal garis kontur dantitik ketinggian saja. Rapikan dan bedakan antara indeks kontur dan konturinterval.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    72/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 72

    BAB VII

    AUTOCAD LAND DESKTOP

    VII. 1. PENDAHULUAN

    Pada era sekarang ini, perkembangan teknologi terasa sangat cepat. Hampir semua

    aspek kehidupan mulai disentuh dengan yang namanya teknologi. Dengan teknologi

    semua terasa lebih mudah dikerjakan. Berbagai inovasi tidak henti-hentinya dilakukan

    untuk meningkatkan penggunaan dan penerapan teknologi dalam kehidupan manusia.

    Salah satu teknologi yang berkembang pesat adalah CADD (Computer Aided Design and

    Drafting). Pengembangan teknologi ini bertujuan untuk mempermudah para designer dan

    drafter untuk memvisualisasikan idenya ke dalam bentuk gambar. Sebuah desain yang

    dibuat dengan AutoCAD dapat dengan mudah untuk diedit bila masih ada kesalahan dan

    kekurangan, memiliki layout gambar yang sangat variatif, skala dapat diubah-ubah,

    disesuaikan dengan ukuran kertas, dan sangat praktis penyimpanannya. Software CADD

    yang akan kita bahas adalah AutoCAD, di mana software tersebut mempunyai

    fleksibilitas yang tinggi. AutoCAD tidak hanya dipakai untuk aplikasi khusus saja, seperti

    arsitektur, mekanikal, geodesi, atau mesin, tetapi mempunyai kemampuan untuk

    menggambar apa saja. Jika kita ingin membuat AutoCAD menjadi software yang khusus,

    kita dapat menambahkan yang dinamakan “3rd party software”, contohnya:

    Autodesk Architectural Desktop untuk aplikasi arsitektur. AutoYatch untuk desain perahu dan kapal layar (yatch). Auto-Site-Lite untuk aplikasi kalkulasi pencahayaan. Autodesk Land Desktop untuk aplikasi sipil, pemetaan, dan planologi. AutoCAD-MAP untuk aplikasi GIS.

    SEW-CAD untuk aplikasi fashion dan tekstil. Autodesk Mechanical Desktop untuk aplikasi mekanikal.

    Dengan adanya software-software tersebut di atas, kita dapat lebih meningkatkan

    produktivitas kerja sesuai dengan bidang kerja kita.

    Program AutoCAD Land Development merpakan pengembangan dari program

    AutoCAD dan AutoCAD Map, sedangkan farian dari Land Development terdiri dari

    versi, AutoCAD Survey, AutoCAD Civil dan AutoCAD Overlay.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    73/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 73

    Data-data yang dapat di-input ke dalam program ALD dibagi menjadi tiga macam,

    yaitu :

    1. Data yang bersumber dari loading alat ukur, seperti theodolit.

    2.

    Data yang bersumber dari import file extensi .dat, .xls, .csv, .dgn, .prn3. Data yang bersumber dari data baku hasil pengukuran.

    Dari macam-macam data tersebut yang sering digunakan dan paling mudah yaitu data

    yang bersumber import file dan data dari pengolahan data baku hasil pengukuran. Data-

    data sumber import ada beberapa macam, antara lain.

    Import microstation file, format yang dipakai berupa file .dgn Import ASCII point file, format yang dipakai berupa file .txt, data yang dapt

    dimasukkan berupa, nomor, northing, easthing, elevation dan description.

    Dalam penyajiananya ALD masih berupa default, yaitu bentuk standar dari perincian

    program yang berasal dari AutoCAD coursware.

    VII. 2. TUTORIAL

    Dalam tutorial berikut ini akan dijelaskan mengenai manual prosedur pemetaan

    dasar menggunakan Autodesk Land Desktop (ALD). Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah

    yang lalu, praktikan telah diajarkan mengenai pengambilan data titik poligon maupun

    detailnya menggunakan theodolite sampai dengan pembuatan peta secara manual. Dalam

    tutorial Autodesk Land Desktop di bawah akan dijelaskan pembuatan peta secara

    otomatis menggunakan software diatas. Berikut merupakan tutorial penggunaan Autodesk

    Land Desktop dalam pemetaan dasar.

    VII. 2. 1. Menyiapkan Data Titik-Titik Koordinat

    Ada 2 macam format penyimpanan yang akan dimasukkan dalam Autodesk Land

    Desktop. Keduanya merupakan data yang tadinya telah diolah dan sudah disimpan dalam

    Ms.Excel. Dari data tersebut kita dapat menyimpan kembali dalam bentuk .csv atau .prn.

    Jika .csv maka data tadi dipisahkan oleh tanda koma (comma delimited), dan jika .prn

    maka data tadi dipisahkan oleh adanya space (space delimited).

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    74/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 74

    VII. 2. 2. Pengaturan Project pada Autodesk Land Desktop

    1. Buka ALD yang dimulai dengan membuat project baru dengan klik “new” untuk

    memulai.

    2. Berikan nama project yang diinginkan pada “Name”, serta pilih tempat

    penyimpanan, klik “Browse”.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    75/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 75

    3. Lalu klik “Create Project” untuk membuat settingan awal.

    4. Setelah itu klik “OK”

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    76/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 76

    5. Atur Load Setting yang diinginkan, lalu “Next”

    6. Atur Linear Units, Angle Units, Angle Display, dan Display Precission. Lalu

    “Next”

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    77/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 77

    7. Atur skala horizontal dan vertikal. Lalu “Next”.

    8. Atur zona yang saudara inginkan. Lalu “Next”.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    78/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 78

    VII. 2. 3. Memasukkan Titik-Titik Koordinat

    1. Untuk mengimport point gunakan menu Points > Import/Export Points > Import

    Points.

    2. Lalu muncul kotak dialog Format Manager-Import Points. Pilih format data yang

    digunakan, jika .csv gunakan yang comma delimited, jika .prn gunakan space

    delimited. Sedangkan untuk format data digunakan PENZD, PENZ, ENZ, dsb.

    Lalu pilih source file yang digunakan.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    79/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 79

    Berikut merupakan format yang ada:

    P = Points , berisi nomor points

    E = Easting, berisi koordinat X N = Northing, berisi koordinat Y

    Z = Zenit, berisi elevasi

    D = Description,deskripsi tiap

    titik

    3. Gunakan “Add Points” untuk menggabungkan seluruh titik. Beri nama pada point

    group terse but. Lalu “OK”.

    4. Lalu muncul kotak dialog “COGO Database Import Options”, terima semua

    default yang ada dengan klik “OK”.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    80/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 80

    5. Apabila point sudah berhasil ter-import maka akan muncul kotak dialog

    bertuliskan “Done!”. Apabila poin belum terlihat klik View > Zoom > Erase

    (short key : tulis “Z” > enter > tulis “E” > enter).

    VII. 2. 3. Memunculkan Segitiga Triangulasi dan Kontur pada Autodesk Land

    Desktop

    1. Klik menu “Terrain” > “Terrain Model Explorer...”

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    81/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 81

    2. Klik kanan pada “Terrain” > “New Surface”, kemudian expand lah folder

    “Surface1” tersebut dengan klik tanda plus (+) di depan “Surface1” hingga muncl

    data dibawahnya, yaitu “TIN Data”. Kemudian pilih “Point Groups” klik kanan >

    “Add Points Group...”

    3. Lalu muncul kotak dialog “Add Point Group”, pilih “Point Group Name” dengan

    nama yang telah dibuat pada saat import point, kemudian klik “OK”. Kemudian

    Klik kanan pada “Surface1” tersebut dan pilih “Build...”.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    82/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 82

    4. Untuk memunculkan segitiga triangulasi pilih menu “Terrain” > “Edit Surface” >

    “Import 3D Lines”.

    5. Lalu untuk membuat kontur pilih “Terrain” > “Create Contours...”, atur major dan

    minor kontur, kemudian klik “OK”.

    VII. 2. 5. Mengatur Kontur pada Autodesk Land Desktop

    1. Untuk mengatur style kontur gunakan “Contour Style Manager...” yang ada pada

    pilihan “Terrain”. Disini “Text Style” digunakan untuk mengatur indeks kontur,

    mulai dari warna, style sampai tebal text. Pada “Label Position” dapat dibentuk

    indeks kontur dan letaknya.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    83/106

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    84/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 84

    VII. 2. 7. Membuat Sayatan Otomatis pada Autodesk Land Desktop

    1. Untuk membuat sayatan, buat garis dengan polyline terlebih dahulu. Gunanya

    menentukan daerah yang akan disayat.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    85/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 85

    2. Lalu pilih menu “Terrain” > “Sections” > “View Quick Section”, kemudian select

    polyline yang sebelumnya telah dibuat, lalu tekan enter.

    3. Sayatan akan segera muncul.

    4. Jika ingin mengubah tampilan sayatan, pilih menu “Section” > “View Properties”hingga nantinya muncul kotak dialog “Quick Section Properties” yang

    memungkinkan untuk mengubah “Grid Settings”, “Color Settings”, dan “Surface

    Color Settings”.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    86/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 86

    5. Untuk memasukkan sayatan tersebut kedalam lembar kerja lakukan dengan pilih

    menu

    6. Klik ditempat dimana sayattan akan diletakkan, enter. Kemudian tutu p “Quick

    Section View”.

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    87/106

  • 8/17/2019 9-91 ISI MODUL 2012

    88/106

    Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

    Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 88

    2. Ketikkan “ddrmodes”. Kemudian gunakan fungsi “grid” yang berfungsi untuk

    membuat titik-titik yang membantu mengatur jarak antar titik – titik pada lembar

    kerja. Gunakan fungsi “Snap” yang memungkinkan kursor mengunci Grid.

    “Snap” ini diperunakan untuk mengontrol agar object selalu mengenai grid.

    3. Buat garis yang menghubungkan dua titik sehingga membentuk garis vertikal

    sebagai acuan, kemudian tekan tombol escape. Untuk membentuk garis horisontal

    sebagai acuan, ketik “pl” > Enter