STATUS PASIEN Identitas Nama : E Umur : 9 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jambi Agama : Islam MRS : 17-01-2011 Anamnesa Keluhan Utama : Rasa sakit pada pipi bagian kiri Riwayat Penyakit sekarang : ± 1 tahun yang lalu Os mengeluh sakit gigi dan bengkak pada gusi bagian kiri, sakit hilang timbul. Os berobat kedokter, gigi yang sakit sudah dicabut tapi sakit masih timbul. ± 3 bulan yang lalu Os mengeluh pipi sebelah kiri semakin bengkak, kepala pusing dan gigi sakit hilang timbul. Os mengaku tidak batuk, pilek. Status Presen 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STATUS PASIEN
Identitas
Nama : E
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jambi
Agama : Islam
MRS : 17-01-2011
Anamnesa
Keluhan Utama :
Rasa sakit pada pipi bagian kiri
Riwayat Penyakit sekarang :
± 1 tahun yang lalu Os mengeluh sakit gigi dan bengkak pada gusi bagian kiri,
sakit hilang timbul. Os berobat kedokter, gigi yang sakit sudah dicabut tapi sakit
masih timbul.
± 3 bulan yang lalu Os mengeluh pipi sebelah kiri semakin bengkak, kepala
pusing dan gigi sakit hilang timbul.
Os mengaku tidak batuk, pilek.
Status Presen
- Sensorium : Compos mentis - Nadi : 84 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit - TD : 90/60 mmHg
- Suhu : 37º C - KU : Baik
1
Hal-Hal Lain yang Penting
Hidung : Kanan Kiri
• Cairan :
Encer - -
Kental - -
Darah - -
Nanah - -
• Berbau : - -
• Tumpat : - -
• Penciuman : + +
• Sakit : - -
• Gatal : - -
• Bersin-bersin : - -
Telinga : Kanan Kiri
• Cairan:
Encer - -
Kental - -
Darah - -
Nanah - -
• Gatal : - -
• Dikorek : - -
• Sakit : - -
• Bengkak : - -
• Pendengaran : + +
• Tinitus : - -
• Mengunyah sakit : - -
2
Kerongkongan : Laring :
• Sakit leher : - - Suara serak : -
• Sakit menelan : - - Sesak nafas : -
• Sangkut menelan : - - Batuk : -
• Seperti ada benda : -
• Terasa kering : -
• Gatal : -
• Lendir : -
• Berbunyi : -
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala dan Leher
Bentuk : Normal
Kelenjar Regional : Normal
Telinga
Kanan Kiri
- Daun Telinga : Normal Normal
- Liang Telinga : Serumen (+) Serumen (+)
- Membran timpani : Normal, RC (+) Normal, RC (+)
- Retro auriculaur : Normal Normal
- Pre auriculaur : Normal Normal
Tes Pendengaran Kanan Kiri
Rinne : + +
Weber : Lateralisasi (-) Lateralisasi (-)
Schwabach : = pemeriksa = pemeriksa
Kesimpulan : Pendengaran Normal
3
Hidung
• Bentuk : N
• Luka : -
• Cairan : -
• Krusta : -
• Bisul : -
• Fraktur : -
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri
Vestibulum nasi N N
Kavum nasi sempit sempit
Selaput lendir Hiperemis - Hiperemis -
Septum nasi Deviasi - Deviasi -
Lantai+dasar hidung Hiperemis - Hiperemis -
Konka inferior Hipertropi Hipertropi
Meatus nasi inferior N N
Konka media N N
Meatus nasi media N N
Polip - -
Korpus alienum - -
Massa tumor - -
Rinoskopi Posterior : tidak dapat dinilai, karena os selalu merasa ingin muntah.
Transluminasi : sinus maxillaris sinistra (+)
Mulut
Selaput lendir mulut : Normal
Bibir : Mukosa bibir basah
Lidah : Ulkus (-), Warna merah muda
Gigi : Karies (+) di gigi Molar kiri atas.
Kelenjar ludah : Normal
4
Faring
Uvula : bentuk normal, hiperemis (-), edema (-)
Palatum mole : Normal
Palatum durum : Normal
Plika anterior : Hiperemis (-)
Tonsil : T0 – T0
Plika posterior : Hiperemis (-)
Mukosa orofaring : Hiperemis (-), bergranul (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi :
- Rontgen foto panoramic: suspek peri apical abses regio 2-5,
dd Tumor maxillaris sinistra.
- Rongten posisi waters: Tumor sinus maxillaris sinistra.
- CT-Scan: Tumor sinus maxillaris sinistra.
Laboratorium : WBC : 21,3 x 103/mm3
RBC : 3,78 x 106/mm3
Hb : 10 gr/dl
Ht : 30,1 %
PLT : 197x 103/mm3
Patologi Anatomi : -
DIAGNOSA BANDING :
- Tumor maxillaris
- Kista sinus maxillaris
- Sinusitis
DIAGNOSIS KERJA :
5
Kista sinus maxillari
PENATALAKSANAAN : /
- Antibiotik
- Analgetik
- Anti inflamasi
- Rencana Operasi
Tgl 18/1/11 –> dilakukan operasi
Diagnosa pra op: Kista maxillaris
Diagnosa post op: Ekstirpasi kista maxillaris sinistra
Th/: Bedah CWL
Pemasangan tampon sinus maxilarris dan tampon anterior
Antibiotik, analgetik
6
TINJAUAN PUSTAKA
KISTA SINUS MAXILLARIS
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir
sinus maksila bervolume 6 – 8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat
dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa.
Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding anterior sinus adalah
permukaan fasial os maksila yang disebut fossa kanina, dinding posteriornya
adalah permukaan infra-temporal maksial, dinding medialnya ialah dinding lateral
rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita, dan dinding inferiornya
ialah prosessus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada disebelah
superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui
infundibulum etmoid.
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah :
1. Dasar dari anatomi sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang
atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang – kadang juga gigi
taring (C), dan gigi molar (M3), bahkan akar – akar gigi tersebut dapat menonjol
kedalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik keatas menyebabkan
infkesi.
2. Kista sinus maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita.
3. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase
kurang baik, lagipula drainase juga harus melalui infundibulum yang sempit.
4. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dean pembengkakan
akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus
maksila dan selanjutnya menyebabkan kista.
Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus terdapat mukosa
bersilia dan palut lendir diatasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara
teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti
jalur-jalur yang sudah tertentu polanya. Pada dinding lateral hidung
terdapat dua aliran transpor mukosiliar dari sinus. Lendir yang berasal dari
kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid dialirkan
7
ke nasofaring di depan muara tuba eustaehius. Lendir yang berasal dari
kelompok sinus posterior bergabung di resesus sfeno-etmoidalis, dialirkan
ke nasofaring di postero-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada
sinusitis didapati sekret pasca nasal (post nasal drip) tetapi belum tentu ada
sekret di rongga hidung.
Beberapa teori dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara
lain; sebagai pengatur kondisi udara, sebagai penahan suhu, membantu
keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, peredam perubahan
tekanan udara, dan membantu produksi mucus untuk membersihkan
rongga hidung.
Sinus maksila disebut juga antrum highmore, merupakan sinus yang paling sering kena,
oleh karena :
1. Merupakan sinus paranasal yang terbesar.
2. Letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret (drainase) dari
sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia.
3. Dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosessus olveolaris), sehingga
infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila maupun kista maxillaris.
8
4. Ostium sinus maksila terletak di meatus medius, disekitar hiatus semilunaris
yang sempit, sehingga mudah tersumbat.
2. Pengertian
Kista sinus maksilaris adalah pertumbuhan jaringan abnormal
terletak di salah satu rongga yang terletak di belakang tulang pipi di kedua
sisi hidung. Rongga ini disebut sinus, dan mereka berada di rahang atas,
atau bagian atas rahang. Kista ditutup kapsul/jkantung berisi dengan
cairan, udara atau materi setengah padat, yang mirip dengan tumor dan
biasanya jinak. Kebanyakan kista tidak berbahaya dan membutuhkan
pengobatan hingga cukup besar dan mengganggu fungsi jaringan
sekitarnya.
3. Etiologi
Kista dapat terbentuk di manapun pada tubuh dan dapat disebabkan
oleh infeksi, reaksi inflamasi, penyumbatan cairan atau genetik. Kista juga
dapat disebabkan oleh adanya infeksi pada gigi.
4. Gejala Klinis
Gejala seperti sakit kepala, nyeri wajah, termasuk di gigi atau
mata; infeksi sinus kronis, tekanan, dan pembengkakan dapat dialami jika
kista sinus maksilaris tumbuh terlalu besar atau terletak di daerah sensitif.
Kista ini dapat terbentuk di ostium, sebuah tabung yang memungkinkan
sinus untuk menguras, dan dapat menutup pembukaan. Hal ini
menyebabkan peningkatan nyeri wajah dan bengkak karena drainase
terganggu
Jika infeksi tidak sudah ada, itu sangat mungkin bahwa
penyumbatan seperti ini akan mengarah ke satu dengan cepat. Terlepas
dari ukuran atau lokasi, mungkin bahwa kista akan menjadi terinfeksi dan
menyebabkan gejala tambahan atau peningkatan keparahan gejala yang
ada seperti pembengkakan, nyeri dan demam. Infeksi dari buruk busuk
9
atau abses gigi dapat menyebar ke daerah itu, terutama setelah bedah
mulut, karena lokasi sinus rahang atas.
5. Diagnosis
Diagnosis kista sinus maxillaris dibuat berdasarkan anamnesis
yang cermat, pemriksaan rinoskopi anterior dan posterior, serta
pemeriksaan penunjang berupa transluminasi untuk sinus maksila,
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Ed 5, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2001 ; 115 – 24.
2. Jian-Ming Dong. Resection of inferior meatus maxillary cyst fenestration [J]. Chinese Journal of Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery, 2007,14:302. www.altheweb.com
3. Zhao Xiao. Maxillary cyst by endoscopic observation [J] . Third Military Medical University School, 2007,29:1264. www.altheweb.com
4. Australia & New Zealand Journal of Surgery 2008. Komplikasi Of The Operasi Caldwell-Luc Dan Cara Hindari Them.