85 Lampiran 1 : Hasil Observasi Rute Perjalanan Wiraniaga PT. Simbarco Kencana, Surabaya Nama : Yanuar Jam Pelanggan Tempat Barang Order Waktu Keterangan 08.00 – 08.30 30 Menunggu rapat dimulai 08.30 – 10.30 120 Melakukan “Morning Call” 10.30 – 11.27 57 Persiapan sampai tiba di pelanggan pertama 11.27 Toko Rahayu Pasar Turi 0 0 2 Tidak ada repeat order 11.30 Toko Inun Electric Pasar Turi Megaman 10000k, 40k, Liutech 0 8 Produk Megaman terlalu mahal 11.40 Toko Pulo Mas Pasar Turi Megaman 10000k, 40k, Liutech 0 7 Terlalu mahal, lebih suka jual Philips 11.50 Toko Sinar Jaya Pasar Turi Megaman 10000k, 40k 0 15 Terlalu mahal untuk pasar Turi 12.06 Toko Sinar Budi Pasar Turi 0 0 16 Lagi sumpek, toko habis dibobol orang
29
Embed
85 Lampiran 1 : Hasil Observasi Rute Perjalanan Wiraniaga ... · Lampiran 1 : Hasil Observasi Rute Perjalanan Wiraniaga PT. Simbarco Kencana, Surabaya (sambungan) Jam Pelanggan Tempat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
85 Lampiran 1 : Hasil Observasi Rute Perjalanan Wiraniaga PT. Simbarco Kencana,
Surabaya
Nama : Yanuar Jam Pelanggan Tempat Barang Order Waktu Keterangan
Lampiran Form Customer Record Card (tampak belakang)
96 Lampiran 3 : Contoh Form (sambungan)
Lampiran Form Customer Master File (tampak depan)
97 Lampiran 3 : Contoh Form (sambungan)
Lampiran Form Customer Master File (tampak belakang)
98 Lampiran 3 : Contoh Form (sambungan)
Lampiran Surat Jalan
Lampiran 3 : Contoh Form (sambungan)
Lampiran Faktur Penjualan
99 Lampiran 4 : Artikel
Sumber :
100 Lampiran 4 : Artikel (sambungan)
Sumber :
101 Lampiran 4 : Artikel (sambungan)
102 Lampiran 4 : Artikel (Sambungan)
06/05/2008 00:04 “Bidik Pasar Lampu Hemat” Stephen Gunawan M Husni Nanang
INILAH.COM, Jakarta – Lampu berlabel Megaman mengandalkan diferensiasi produk untuk terus bertahan di tengah tingginya persaingan lampu hemat energi. Luasnya range produk lampu asal Jerman ini membidik kelas menengah atas diyakini masih menjadi pilihan pasar.
Hal ini terungkap dalam wawancara INILAH.COM dengan Stephen Gunawan, Marketing Manager PT Simbarco Kencana, yang merupakan agen tunggal lampu Megaman, Senin (5/5).
Kelemahan produk lampu hemat energi yang beredar di pasaran, menurutnya, tidak ada inovasi desain. Jadi mereka hanya untuk penerangan saja, alias
hanya memberikan down light. Namun tidak dengan demikian dengan Megamen yang lebih fleksibel dalam hal desain.
Sebagai pemain satu-satunya di segmen ini, Megaman punya 250 produk untuk lampu hemat energi. “Secara growth kelihatannya cukup baik, fenomenal. Rata-rata per tahun 60%. Segmen yang dibidik adalah menengah ke atas,” ujarnya. Berikut wawancara lengkapnya:
Simbarco Kencana melihat prospek product Megaman seperti apa?
Prospek mestinya sangat besar, karena munculnya kepedulian tentang program penghematan energi menimbulkan celah yang cukup besar untuk meningkatkan penjualan Megaman.
Kami mulai kerjasama dengan Megaman sejak 1999, dengan merek Leuch’Tech. Megaman mulai dipasarkan di Jerman sejak 1994. Setelah 1999 masuk ke Indonesia kami membentuk brand yang ada relasinya dengan Jerman yakni Leuch’Tech. Setelah mulai bagus dan go international di 2004, baru mereka memasukkan produk Megaman.
Bagaimana positioning Megaman di Eropa?
Di Eropa mereka cukup baik. Menurut data, berada di posisi ketiga dari laporan data resmi Energy Saving Lamps (lampu hemat energi), karena ada lampu pijar dan lampu mercury.
Stephen Gunawan (iPhA/M Husni Nanang)
103 Bagaimana masyarakat merespon produk pertama kali?
Dari awal kita bener-bener diferensiasi, sangat eksklusif, bentuknya sangat berbeda. range produknya juga cukup banyak. Itu salah satu kekuatan dari Megaman. Sedangkan untuk produk energy saving lamps, saat ini yang familiar adalah produk 2U, 3U, dan spiral. Megaman sendiri untuk lampu hemat energi punya 250 produk.
Saat ini Megaman adalah pemain satu-satunya di segmen ini. Meski begitu untuk produk 2U, 3U juga ada tapi tidak diekspose besar-besaran. Produknya sendiri masih 100% import dari Jerman. Saat ini sedang dipikirkan untuk assembly di sini.
Kelemahan produk lampu hemat energi di pasaran, tidak ada produk untuk desain. Jadi mereka hanya untuk penerangan saja. Megamen lebih fleksibel dalam hal desain, misalnya lampu yang tebalnya 2,5 cm, biasanya untuk lampu furnitur, lampu interior kitchen set yang hanya berketebalan 5 cm. Ini tidak mungkin dilakukan produk lain. Seluruh range produk Megaman bisa applicable terhadap kebutuhan desain.
Bagaimana posisi Megaman di pasar Indonesia?
Secara growth kelihatannya cukup baik, cukup fenomenal. Rata-rata per tahun sebesar 60%. Segmen yang dibidik adalah menengah ke atas. Kalau market share belum terlalu besar.
Selama ini bagaimana promosi Megaman?
Kami memasang iklan, melalui koran dan majalah-majalah desain, rumah. Selain itu di outlet, kami punya tiga konsep, concept store yang dikelola kami sendiri sebagai education corner untuk display lengkap.
Di dalamnya ada produk kerjasama seperti FOZZ dari Perancis yang menyediakan armatur-armatur (rumah) lampu yang khusus dipakai Megaman. Kedua, bekerjasama dengan toko tradisional.
Ketiga melalui modern market, seperti supermarket bahan bangunan. Karena kami merasa segmennya berat, jadi orang yang ke sana bukan hanya kalangan menengah ke atas, tapi juga mereka sedang renovasi rumah.
Ada produk unggulan yang banyak diminati konsumen?
Respon paling besar sebenarnya produk-produk khusus, seperti produk pengganti lampu halogen. Biasanya lampu halogen itu panas sekali, cepat sekali putus, dan merusak warna, daya listriknya sangat tinggi. Dari yang biasanya membutuhkan daya 50 watt, cukup memakai 11 watt. Kalau biasanya butuh 1.000 jam, Megaman bisa 1.500 jam.
104 Bagaimana peluang pasarnya?
Sangat besar, dengan produk-produk yang unik ini bagaimana kita substitusi orang yang biasa memakai halogen, mercury, beralih ke lampu hemat energi. Ada dua pasar yang berbeda, yakni pasar yang secara umum, dan pasar yang butuh edukasi.
Asal kita ketemu dengan orang yang tepat, terus terang akan sangat menarik, Misalnya, ada klien yang menggunakan 100 lampu halogen, dengan harga per KWH PLN yang lama, biaya yang harus dibayar sebesar Rp 24 juta.
Namun setelah menggunakan lampu Megaman turun menjadi Rp 4 juta. Penghematan sebesar Rp 20 juta. Beli lampunya tidak sampai Rp 20 juta. Memang investasinya relatif lebih besar dari lampu halogen, tapi ada pengurangan biaya setiap bulan Rp 20 juta. [E2]
105 Lampiran 4 : Artikel (Sambungan)
Wednesday, August 30th, 2006 at 5:34 am
Laju pertumbuhan kota bebani kebijakan perumahan By Yusuf Asy'ari
[ English version ] Jumlah daerah kumuh perkotaan Indonesia naik dengan cepat, dari 47.500 hektar di tahun 2004 menjadi 54.000 hektar di tahun 2006, demikian Menteri Negara Perumahan Rakyat Mohammad Yusuf Asy’ari. Kondisi memprihatinkan ini terjadi berbarengan dengan tumbuhnya jumlah penduduk perkotaan secara signifikan, dari 32,8 juta jiwa atau 22,3 persen dari seluruh jumlah penduduk di tahun 1980, menjadi 55,4 juta jiwa atau 30,9 persen dari seluruh jumlah penduduk di tahun 1990. Mengutip data Population Research Center, Yusuf menggambarkan bahwa jumlah penduduk perkotaan atau urban dwellers akan mencapai jumlah 74 juta jiwa atau 37 persen dari total penduduk di tahun 2015.
“Kondisi ini (menimbulkan) tekanan yang sangat kuat terhadap kualitas lingkungan, penyediaan sarana dan prasarana perkotaan, penyediaan lapangan kerja dan kemampuan pemerintah mengatasi permasalahan lintas sektoral dan lintas wilayah administratif,” demikian Yusuf dalam sambutannya saat membuka Kawasan Siap Bangun (Kasiba) di Alalak Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan pagi ini.
Permasalahan menjadi lebih komplek mengingat cepatnya perubahan lahan produktif menjadi berbagai keperluan non-agrikultur seperti industri, permukiman, prasarana umum dan sebagainya. Dalam 10 tahun terakhir ini di Pulau Jawa saja sudah terjadi konversi lahan pertanian produktif antara 40.000 sampai 100.000 hektar per tahun. Secara keseluruhan, alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya seperti pertanian, perumahan dan sebagainya mencapai 50.000 hektar per tahun.
“Kecenderungan tersebut, suka atau tidak suka, sangat mempengaruhi kebijakan nasional bidang perumahan dan permukiman. Agar pembangunan perumahan dapat menyentuh hajat hidup rakyat dan mampu memecahkan masalah secara mendasar, bukan sekedar simptomatik, maka kondisi lingkungan strategis tersebut harus disikapi dan dijadikan pertimbangan dalam membangun perumahan dan permukiman secara keseluruhan,” demikian Yusuf.
Daerah kumuh, perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, pegawai negeri sipil dan anggota TNI dan Polri adalah beberapa saja dari fokus penting program kantor Menpera. Berbagai upaya memberikan perumahan layak bagi kelompok-kelompok masyarakat ini, yang menjadi amanah bagi pemerintah, masih kerap terhambat karena berbagai kesulitan. Termasuk di dalam kesulitan ini adalah keterbatasan anggaran, baik APBN maupun APBD, masih kurangnya
106 subsidi maupun tingginya biaya tambahan yang disebabkan pengurusan berbagai perijinan. Dukungan lain seperti PLN, di beberapa tempat juga masih dirasakan belum memadai sehingga ada sejumlah kawasan perumahan yang siap dihuni namun tidak diminati karena ketiadaan listrik.
“Ini menjadi amanah bagi kita semua, karena kalau untuk orang kaya, biar diserahkan kepada pasar. Sedangkan masyarakat berpenghasilan rendah, kadang-kadang untuk mengumpulkan uang muka saja tidak mampu,” demikian Yusuf dalam pertemuan siang harinya dengan berbagai di pihak di rumah dinas Gubernur Kalimantan Selatan.
Hingga akhir Mei 2006, tercatat sekitar 86 lokasi Kasiba yang sudah ditetapkan di berbagai kabupaten di Indonesia. Khusus di Alalak Utara, Banjarmasin, ditetapkan tahun ini sebanyak 52 hektar dan direncanakan akan dibangun 3.100 rumah di atasnya. Sampai hari ini sudah dibangun 900 unit rumah, yang dikembangkan oleh pengembang anggota REI.
Kantor Menpera memberikan bantuan stimulan fisik misalnya berupa ruas jalan primer di tujuh lokasi Kasiba pada tahun 2006 ini yakni Kota Bontang, Kota Pare-pare, Banjarmasin, Palembang, Bone Bolango, Kab. Buton dan Kab. Ogan Komering Ilir.
“Inilah wujud komitmen pemerintah, dalam hal ini Kantor Menpera, untuk bersama dengan daerah membangun wilayah Nusantara ini,” demikian Yusuf
107 Lampiran 5 : Foto
Foto Pak Robert Saat Morning Call
Foto Morning Call Bersama Sales Indoor
108 Lampiran 5 : Foto ( sambungan)
Foto Saat Morning Call Bersama Sam Surya, Sales Coordinator
Foto Tri, Sales Indoor
109 Lampiran 5 : Foto ( sambungan)
Foto Elvira, Bagian Kasir
Foto Yanuar (Sales Outdoor), Tri (Indoor), dan Dharmawan (Outdoor)