BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Bakar Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan atau trauma yang dapat dibedakan menjadi trauma mekanik, trauma fisik, serta trauma kimiawi. 7 Luka bakar adalah cedera/diskontinuitas terhadap jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi (bahan-bahan korosif), barang-barang elektrik (aliran listrik atau lampu), friksi, atau energi elektromagnetik dan radian. 1,14 Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah, jaringan epidermal dan jari ngan lainnya. Korban luka bakar dapat mengalami komplikasi lokal berupa pembentukan parut dan kontraktur, maupun komplikasi sistemik. Faktor kontribusi utama dari komplikasi sistemik ini adalah rusaknya integritas kulit dan kehilangan cairan. 14 8
28
Embed
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka Bakar Luka adalah suatu ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Luka Bakar
Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat
kekerasan atau trauma yang dapat dibedakan menjadi trauma mekanik, trauma
fisik, serta trauma kimiawi.7 Luka bakar adalah cedera/diskontinuitas terhadap
jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan sumber panas ataupun suhu
dingin yang tinggi, panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas),
kimiawi (bahan-bahan korosif), barang-barang elektrik (aliran listrik atau
lampu), friksi, atau energi elektromagnetik dan radian. 1,14
Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda
tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan
komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan
otot, tulang, pembuluh darah, jaringan epidermal dan jari ngan lainnya. Korban
luka bakar dapat mengalami komplikasi lokal berupa pembentukan parut dan
kontraktur, maupun komplikasi sistemik. Faktor kontribusi utama dari
komplikasi sistemik ini adalah rusaknya integritas kulit dan kehilangan cairan.14
8
9
2.1.1 Penyebab Luka Bakar
Penyebab luka bakar tersering adalah terbakar api langsung yang
dapat dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yg mudah terbakar
seperti bensin, gas kompor rumah tangga, cairan dari tabung pemantik
api, yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian
tebal kulit. Pada anak, kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air
panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga dan umumnya
merupakan luka bakar superfisial, tetapi dapat juga mengenai seluruh
lapisan kulit (derajat tiga).
Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik, maupun bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa
asam atau basa kuat. 8
2.1.2 Patofisiologi
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m2 pada
anak baru lahir sampai 1 m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar
atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler di bawahnya, area sekitarnya
dan area yang jauh sekali pun akan rusak dan menyebabkan permeabiltas
meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial
sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit.
Rusaknya kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi
kulit sebagai barrier dan penahan penguapan.
10
Kedua penyebab di atas dengan cepat menyebabkan berkurangnya
cairan intravascular. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%,
mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang
terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok hipovolemik disertai
gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil
dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah,
dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap
panas yang terhirup. Udem laring yang ditimbulkannya dapat
menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea,
stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. 8
2.1.3 Kedalaman dan Luas Luka Bakar
Penentuan derajat luka pada kasus luka bakar dilakukan dengan
menilai: kedalaman luka bakar, luas luka bakar, hasil pemeriksaan
penunjang, dan trauma yang menyertai luka bakar.14 Kedalaman
kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada tingginya suhu
sumber luka bakar, penyebab luka bakar dan lamanya pajanan dengan
tubuh penderita.8,15
11
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh
tubuh. Pada orang dewasa digunakan “rumus 9”, yaitu luas kepala dan
leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas
kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki
kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah
daerah genitalia. Rumus ini membantu untuk menaksir luasnya
permukaan tubuh yang terbakar. 8
Gambar 1. Rule of nine 16
12
Tabel 2. Kategori kedalaman luka bakar17
Derajat
Luka
Bakar
Penyebab Gambaran
Luka
Warna Level Nyeri
Satu
(superficial)
Cahaya api,
ultraviolet
(terbakar sinar
matahari)
Kering, tidak
melepuh, tidak
atau edema
minimal
Eritema Nyeri
Dua
(partial
thickness)
Kontak dengan
cairan panas
atau benda padat
panas, pakaian
terbakar, api
langsung, zat
kimia,
ultraviolet
Bleb lembab,
melepuh
Burik putih
hingga merah
muda
Sangat nyeri
Tiga (full
thickness)
Kontak dengan
cairan panas
atau benda padat
panas, api, zat
kimia, listrik
Kering dengan
eskar yang keras
hingga
debridement,
tampak
pembuluh darah
yang gosong
dibawah eskar
Campuran
putih, seperti
lilin, seperti
mutiara,
gelap, gosong
Sedikit nyeri
atau tidak
nyeri,
rambut
mudah
tercabut
Empat
(termasuk
struktur
jaringan
dibawahnya)
Kontak lama
dengan api,
listrik
Sama dengan
derajat tiga,
mungkin tampak
tulang, otot,
tendon
Sama dengan
derajat tiga
Sama
dengan
derajat tiga
13
2.2 Saluran Pernapasan
Secara anatomis, saluran pernapasan dibagi menjadi bagian atas dan bagian
bawah. Saluran napas bagian atas terdiri dari lubang hidung (cavitas nasi) dan
bagian-bagian faring. Saluran napas bagian bawah terdiri dari laring, batang
tenggorok/trakea, dan paru. Paru kanan memiliki tiga lobus dan paru kiri
mempunyai dua lobus.18, 19
Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah
hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari
hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika
masuk rongga hidung, udara disaring, dihangatkan, dan dilembabkan. Ketiga
proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel
toraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh
lapisan mucus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu
yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung,
sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia
mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior
di dalam sistem pernapasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sini pertikel
halus akan tertelan atau dibatukkan keluar. 20
2.2.1 Saluran Napas Bawah
Saluran napas bawah terdiri dari laring, trakea, bronkus, yang terdiri
dari bronkus primer, sekunder, dan tersier, bronkiolus, meliputi
14
bronkiolus terminalis dan bronkiolus respiratorius, dan paru-paru
termasuk alveoli di dalamnya.18,21
Gambar 2. Anatomi saluran napas atas dan bawah22
2.2.1.1 Laring
2.2.1.1.1 Anatomi
Laring adalah saluran kaku yang pendek untuk masuknya
udara dan terletak diantara faring dan trakea. Dindingnya
diperkuat oleh kartilago hialin (di tiroid, krikoid, dan kartilago
aritenoid inferior) dan kartilago elastis yang lebih kecil (di
15
epiglotis, kuneiformis, kornikulatum, dan kartilago aritenoid
superior), yang semuanya dihubungkan oleh ligamen.19
2.2.1.1.2 Histologi
Dinding laring memiliki bagian otot rangka dan bagian
kartilago, yang semuanya membuat laring dikhususkan untuk
produksi suara. Epitel dari laring adalah epitel kolumner
kompleks. Vestibulum laring dikelilingi oleh kelenjar
seromukosa. Dinding lateral region ini menonjol sebagai
pasangan lipatan luas, plika vestibularis. Plika ini juga memiliki
kelenjar seromukosa dan jaringan areolar dengan MALT, sering
dengan nodul limfoid dan sebagian besar dilapisi oleh epitel
respiratorik, dengan region di dekat epiglottis yang memiliki
epitel skuamosa berlapis. Di bawah setiap plika vestibularis
terdapat celah sempit atau ventrikel, dan dibawahnya terdapat
pasangan plika lateral lainnya, yaitu plika vokalis atau pita suara.
Pita suara dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis dan menonjol
lebih dalam ke lumen, yang membatasi tepi lubang laring itu
sendiri.19,23
16
Gambar 3. Mikroskopis laring normal perbesaran 15x