PERBEDAAN KECEPATAN PENYEMBUHAN ANGULAR CHEILITISDENGAN
PEMBERIAN VITAMIN B KOMPLEKS DANVITAMIN B KOMPLEKS DALAM
MULTIVITAMINPADA ANAK-ANAK PANTI ASUHAN ELIDA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapisyarat guna
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi
Oleh:KRISTINA R HNIM : 070600105
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS SUMATERA
UTARAMEDAN2011Fakultas Kedokteran GigiDepartemen Ilmu Penyakit
MulutTahun 2011
Kristina Rentauli HutagalungPerbedaan Kecepatan Penyembuhan
Angular Cheilitis Dengan Pemberian Vitamin B Kompleks dan Vitamin B
Kompleks Dalam Multivitamin Pada Anak-Anak Panti Asuhan Elidaxi +
49 halamanPerbedaan kecepatan penyembuhan angular cheilitis dengan
pemberian vitamin B kompleks dan vitamin B kompleks dalam
multivitamin pada anak-anak panti asuhan Elida perlu diketahui
dalam menentukan jenis vitamin yang paling terjangkau dan efektif
terutama dalam perawatan angular cheilitis akibat defisiensi
nutrisi serta sangat membantu dalam mendukung pemberian nutrisi
yang lengkap bagi anak-anak panti asuhan. Pada beberapa panti
asuhan di Sumatera Utara, Indonesia, telah dilakukan penelitian
mengenai prevalensi terjadinya angular cheilitis dan melihat
hubungannya dengan etiologinya. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui ada atau tidak ada perbedaan kecepatan penyembuhan
angular cheilitis dengan pemberian vitamin B kompleks dan vitamin B
kompleks dalam multivitamin pada anak-anak penderita angular
cheilitis di panti asuhan Elida.Penelitian ini dilakukan
menggunakan rancangan penelitian eksperimental sederhana dengan
rancangan paralel yang melibatkan 20 orang sebagai subjek
penelitian dan dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. Kelompok
pertama diberi vitamin B kompleks dan kelompok kedua diberi vitamin
B kompleks dalam multivitamin. Teknik pengambilan sampling adalah
dengan cara purposive sampling dan pengelompokan subjek penelitian
dilakukan secara randomisasi. Data hasil pengukuran lingkar lengan
atas yang bertujuan untuk melihat status gizi anak dan pemeriksaan
fisik berupa pemeriksaan klinis seluruh tubuh, rambut, kulit, kuku
dan rongga mulut yang dicatat dalam rekam medik.Hasil penelitian
ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (P > 0,05)
antara kecepatan penyembuhan angular cheilitis dengan pemberian
vitamin B kompleks dan vitamin B kompleks dalam multivitamin pada
anak-anak panti asuhan Elida artinya vitamin B kompleks sama
efektifnya dengan vitamin B kompleks dalam multivitamin maka
vitamin B kompleks menjadi pilihan dalam penyembuhan angular
cheilitis dengan harga paling terjangkau. Melalui pemeriksaan
fisik, diperoleh 83 % anak dengan gambaran klinis defisiensi
nutrisi.Vitamin B kompleks menjadi pengobatan yang efektif,
sederhana dan murah serta belum diketahui efek racun yang
signifikan untuk pasien yang menderita angular cheilitis.Daftar
rujukan: 32 ( 1970 2011 )
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 02 Maret 2011
Pembimbing : Tanda tangan
Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si. ..NIP : 195106111983032001
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 02 Maret 2011
TIM PENGUJI
KETUA: Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si.
ANGGOTA: 1. Sayuti Hasibuan, drg., Sp. PM 2. Nurdiana, drg., Sp.
PM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Perbedaan
Kecepatan Penyembuhan Angular Cheilitis dengan Pemberian Vitamin B
Kompleks dan Vitamin B Kompleks dalam Multivitamin pada Anak-anak
Panti Asuhan Elida, selesai disusun untuk memenuhi kewajiban
penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Gigi. Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga
penulis yang sangat penulis cintai, orang tua tersayang yaitu
Ronald Efendi Hutagalung dan Tumiur Sihite, adikadik penulis yaitu
Welly Hutagalung, Donny Hutagalung, Yohana Hutagalung, Sylvia
Hutagalung beserta seluruh keluarga atas segala perhatian,
motivasi, harapan dan doa, dukungan moril dan materil serta cinta
dan kasih sayang yang melimpah.Dalam penyelesaian skripsi ini,
penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan
penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada:1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku
dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.2. Sayuti
Hasibuan, drg., Sp. PM., selaku ketua Departemen Ilmu Penyakit
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.3. Wilda
Hafny Lubis, drg., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi atas
kesabaran dan waktu yang diberikannya untuk membimbing penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.4. Dwi
Tjahyaning Putranti drg., MS., selaku dosen pembimbing akademik
penulis yang telah memberi motivasi dalam kegiatan akademik
penulis.5. Drs. Abdul Jalil A.A., M.Kes selaku Pembantu Dekan I FKM
USU atas bimbingan dalam analisis statistik hasil penelitian.6.
Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi terutama staf
pengajar dan pegawai di Departemen Penyakit Mulut, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan serta
dukungannya.7. Kepala Pengurus Panti Asuhan Elida Medan Tuntungan
atas pemberian izin, kemudahan, kerja sama dan segala bantuan yang
diberikan selama berlangsungnya kegiatan penelitian.8. Seluruh
anak-anak Panti Asuhan Elida Medan Tuntungan khususnya anak-anak
selaku subjek penelitian atas kesediaan waktu dan kerjasama yang
telah diberikan.9. Tomo Goom Tua Siagian atas segala bantuan, doa
dan dukungan yang diberikan dalam suka dan duka.10. Teman-teman
penulis yang memberi bantuan, doa, dan dukungan: Sandra Tampubolon,
Dessy Sijabat, Merry Munthe, Tika Purba, Jessica Sihite, Dedy
Sigalingging, Rafeatun Nisa dan teman teman seangkatan 2007 lain
yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.Akhir kata, penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran
bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi
khususnya Departemen Penyakit Mulut dan masyarakat.
Medan, 02 Maret 2011Penulis,
( Kristina R Hutagalung) NIM : 070600105
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN ..HALAMAN TIM PENGUJI
SKRIPSI..KATA PENGANTAR ivDAFTAR ISI ..viiDAFTAR TABEL....ixDAFTAR
GAMBAR ..xDAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB 1PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah ...41.3
Hipotesis ..41.4 Tujuan Penelitian .41.5 Manfaat Penelitian
...5
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angular Cheilitis ..62.1.1 Etiologi
Angular Cheilitis ..62.1.2 Gambaran Klinis Angular Cheilitis
..72.1.3 Patogenesis Angular Cheilitis ...72.1.4 Perawatan Angular
Cheilitis .82.1.5 Penyembuhan Angular Cheilitis ...82.2 Defisiensi
Nutrisi .102.2.1 Etiologi Defisiensi Nutrisi 102.2.2 Gambaran
Klinis Defisiensi Nutrisi ..102.3 Mikronutrien 112.4 Penilaian
Status Gizi 132.4.1 Pengukutan antropometri ..13KERANGKA TEORI
14
BAB 3METODE PENELITIAN3.1 Rancangan Penelitian ....153.2 Tempat
dan Waktu Penelitian ..153.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel
163.4 Identifikasi Variabel .173.4.1 Variabel Tercoba ...173.4.2
Variabel Eksperimental .173.4.3 Variabel Terkendali 173.4.4
Variabel Tak Terkendali 173.5 Defenisi Operasional 183.6 Sarana
Penelitian ..193.6.1 Alat 193.6.2 Bahan .193.7 Prosedur Penelitian
203.7.1 Pemilihan Subjek Penelitian ...203.7.2 Pengumpulan Data
..203.7.3 Pemberian Vitamin .203.8 Kerangka Konsep 213.9 Pengolahan
dan Analisis Data ....22
BAB 4HASIL PENELITIAN .23BAB 5PEMBAHASAN .29BAB 6KESIMPULAN DAN
SARAN6.1 Kesimpulan ...346.2 Saran .34
DAFTAR PUSTAKA ..36LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TabelHalaman1 Vitamin dan Mineral yang Umum Terkandung dalam
MultivitaminAnak 112 Gambaran Karakteristik Subjek Berdasarkan
Jenis Kelamin, Medan,2010 233Gambaran Karakteristik Subjek
Berdasarkan Usia dan JenisKelamin, Medan, 2010 ...244 Gambaran
Rata-rata Hasil Pengukuran LLA Terhadap Usia danJenis Kelamin,
Medan, 2010 ..255Gambaran Hasil Pemeriksaan Klinis, Medan, 2010
...266Rerata Hari Sembuh Setelah Pemberian Vitamin B Kompleks
danVitamin B Kompleks dalam Multivitamin ..277Analisis Hasil
Kelompok I dan II dengan Menggunakan Uji T-testIndependent 27
DAFTAR GAMBAR
GambarHalaman1 (a) Angular Cheilitis, (b) Sembuh dari Angular
Cheilitis..92Bangunan Panti Asuhan Elida ..163Sarana Penelitian:
(a) Vitamin B Kompleks, (b) Multivitamin,(c) Pita Pengukur Lingkar
Lengan Atas 19
DAFTAR GAMBAR
GambarHalaman1 (a) Angular Cheilitis, (b) Sembuh dari Angular
Cheilitis..92Bangunan Panti Asuhan Elida ..163Sarana Penelitian:
(a) Vitamin B Kompleks, (b) Multivitamin,(c) Pita Pengukur Lingkar
Lengan Atas 19
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangJaringan rongga mulut terdiri dari sel-sel
yang selalu mengalami pergantian sehingga memerlukan pasokan
nutrisi yang cukup. Defisiensi nutrisi dapat menyebabkan atrofi,
peradangan dan terbentuknya celah (fissure) pada mukosa bibir , dan
angular cheilitis (inflamasi pada sudut mulut), yang sebagian besar
disebabkan tingginya proses pergantian sel di labial commissures.
Status nutrisi yang suboptimum juga akan meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi mulut, termasuk kandidiasis dan infeksi
stafilokokal sekunder, menyebabkan jaringan meradang secara
kronis.1Masalah nutrisi di Indonesia dan di negara berkembang pada
umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi dan Protein
(KEP), masalah Anemia Defisiensi Besi, masalah Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan
masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Secara umum masalah
nutrisi di Indonesia, terutama KEP, masih lebih tinggi daripada
negara ASEAN lainnya.2 Berdasarkan analisis data yang dilakukan
Departemen Kesehatan, prevalensi gizi buruk/ KEP berat tertinggi
(>10%) pada tahun 1999 terdapat di 6 propinsi yaitu DI Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, NTB, NTT, dan Kalimantan Barat. Di
samping kemiskinan, faktor lain yang berpengaruh adalah, kurangnya
persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi),
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan
kesehatan dan adanya daerah miskin gizi.3Jay D, dkk dalam
penelitiannya mengenai lesilesi rongga mulut pada 33.994 orang
penduduk di Amerika dijumpai sebanyak 23,3 % yang menderita angular
cheilitis.4 Berdasarkan penelitian Lubis S mengenai hubungan status
gizi dengan terjadinya angular cheilitis pada 200 anakanak di enam
panti asuhan Kotamadya Medan, dijumpai penderita angular cheilitis
47 % dan 53 % tidak menderita angular cheilitis.5 Hasil penelitian
Selanty N di panti asuhan menunjukkan persentase angular cheilitis
pada anak yang mengalami defisiensi nutrisi (gizi buruk) adalah 56
%, lebih besar daripada anak status gizi normal (44 %).6 Anak-anak
panti asuhan dengan kekurangan gizi kemungkinan sebelum masuk panti
asuhan sudah kekurangan gizi sejak kecil.5Defisiensi vitamin
menyebabkan gangguan fungsi normal tubuh dan menjadikan tubuh mudah
terserang penyakit.7 Mengalami defisiensi vitamin (vitamin B) dalam
waktu yang lama akan menimbulkan gejala gejala defisiensi vitamin
(vitamin B), yang menyebabkan terganggunya kesehatan optimal tubuh
dan manifestasinya terhadap rongga mulut yaitu angular cheilitis,
glositis, atrofi papilla dan stomatitis.8,9 Oleh karena itu, dalam
perawatan angular cheilitis, perlu diberikan asupan makanan yang
mengandung vitamin seperti buah buahan, sayur sayuran, dan
lain-lain, atau pemberian suplemen vitamin baik berupa multivitamin
atau hanya dengan pemberian vitamin B kompleks.8Vitamin B kompleks
dan vitamin B kompleks dalam multivitamin memiliki perbedaan
berdasarkan harga dan kandungan isinya. Berdasarkan harga, vitamin
B kompleks memiliki harga lebih murah daripada vitamin B kompleks
dalam multivitamin, disebabkan kandungan vitamin dalam multivitamin
lebih lengkap dibanding vitamin B kompleks. Berbagai macam merek
dagang multivitamin dan vitamin B kompleks untuk anak seperti
Sakatonik ABC, Fitkom, Lycalvit, Hufavit kalk, Supravit, Becombion,
Vitamin produk IPI (A, C, B kompleks, B1, B6, B12) dijual secara
bebas, dari harga termurah hingga termahal dan tersedia dalam
berbagai bentuk sediaan misalnya, sirup, kaplet dan tablet.
10Penelitian terdahulu mengenai angular cheilitis hanya melihat
prevalensi terjadinya di berbagai kalangan dan melihat hubungannya
dengan etiologinya. Namun, belum pernah dilakukan penelitian
mengenai perbedaan kecepatan penyembuhan angular cheilitis dengan
pemberian vitamin B kompleks saja dan vitamin B kompleks di dalam
multivitamin. Diketahui, perawatan angular cheilitis yang
disebabkan defisiensi vitamin B kompleks adalah pemberian vitamin B
kompleks. Menurut beberapa literatur, konsumsi multivitamin dalam
proses pengobatan infeksi dan pemulihan kesehatan umum lebih
efektif dibanding pemberian vitamin B kompleks.11,12Berdasarkan
fakta di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang perbedaan
kecepatan penyembuhan angular cheilitis oleh vitamin B kompleks dan
vitamin B kompleks dalam multivitamin yang akan diuji pada anak
anak penderita angular cheilitis dan mengalami defisiensi nutrisi
usia 612 tahun di panti asuhan Elida. Pemilihan jenis vitamin yang
paling cepat efek penyembuhannya adalah salah suatu pilihan tepat
bagi penyembuhan yang diharapkan pada angular cheilitis. Vitamin B
kompleks dan multivitamin menjadi pilihan karena kedua vitamin
tersebut merupakan golongan vitamin yang mudah didapat dengan harga
terjangkau. Efek vitamin diharapkan dapat menyembuhkan angular
cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi nutrisi serta hampir
tidak memiliki efek samping.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang masalah
diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Apakah ada perbedaan kecepatan penyembuhan angular cheilitis dengan
pemberian vitamin B kompleks dan vitamin B kompleks dalam
multivitamin pada anak-anak penderita angular cheilitis di panti
asuhan Elida?
1.3 Hipotesis Ada perbedaan kecepatan penyembuhan angular
cheilitis dengan pemberian vitamin B kompleks dan vitamin B
kompleks dalam multivitamin pada anak anak penderita angular
cheilitis di panti asuhan Elida.
1.4 Tujuan PenelitianAdapun tujuan umum penelitian ini dilakukan
adalah : Untuk mengetahui ada atau tidak ada perbedaan kecepatan
penyembuhan angular cheilitis dengan pemberian vitamin B kompleks
dan vitamin B kompleks dalam multivitamin pada anak anak penderita
angular cheilitis di panti asuhan Elida.
Tujuan khusus penelitian ini dilakukan adalah : Untuk melihat
ada tidaknya gambaran klinis defisiensi nutrisi melalui pemeriksaan
fisik pada anak anak penderita angular cheilitis.
1.5 Manfaat PenelitianDengan diketahuinya ada atau tidak adanya
perbedaan kecepatan penyembuhan angular cheilitis setelah pemberian
vitamin B kompleks dan vitamin B kompleks dalam multivitamin pada
anak anak penderita angular cheilitis di panti asuhan Elida, maka
diharapkan : Tenaga kesehatan dapat menentukan jenis vitamin antara
vitamin B kompleks dan vitamin B kompleks dalam multivitamin yang
paling dapat terjangkau dan efektif pada penderita angular
cheilitis. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan pengelola
panti asuhan dalam upaya memperbaiki nutrisi dan dapat menentukan
pemilihan jenis vitamin yang paling terjangkau dan efektif bagi
kesehatan mulut anak anak panti asuhan dan dapat digunakan para
donateur dalam menentukan pilihan sumbangan berupa vitamin B
kompleks atau multivitamin yang sangat membantu dalam mendukung
pemberian nutrisi yang lengkap bagi anak anak panti asuhan. Hasil
dari penelitian ini dapat menambah informasi bagi institusi
Fakultas Kedokteran Gigi dan digunakan sebagai dasar bagi program
pemerintah dalam bidang kesehatan gigi dan mulut serta peningkatan
perhatian terhadap nutrisi untuk meningkatkan kualitas hidup anak
anak panti asuhan.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Angular CheilitisAngular cheilitis merupakan suatu inflamasi
pada satu atau kedua sisi sudut mulut.8,13,14 Angular cheilitis
mempunyai nama lain perleche, angular cheilosis dan angular
stomatitis.12,15 Dapat terjadi pada anakanak dan orang dewasa baik
lakilaki maupun perempuan dan bersifat kambuhan atau sering
berulang.8
2.1.1 Etiologi Angular CheilitisBeberapa literatur menyatakan
bahwa angular cheilitis pada anak dapat tejadi karena berbagai
penyebab, diantaranya defisiensi nutrisi, hipovitaminosis
(khususnya vitamin B) dan kebiasaan menjilat bibir yang konstan.5,8
Sedangkan jamur seperti Candida albicans dan bakteri seperti
Streptococcus aureus termasuk B-haemolytic streptococci merupakan
penyebab sekunder yang keberadaannya dipicu oleh kebiasaan menjilat
bibir yang konstan.5,15 Defisiensi nutrisi dapat karena kekurangan
vitamin B12, riboflavin, vitamin B6, piridoksin, zat besi, asam
folat dan biotin. Kekurangan vitamin B kompleks lebih sering
daripada hanya vitamin B saja. Defisiensi vitamin B pada angular
cheilitis biasanya dibarengi dengan status gizi buruk pada
anak.5
2.1.2 Patogenesis Angularis Cheilitis Faktor diet memiliki peran
yang besar dalam pemeliharaan kesehatan kulit, serta mempunyai
pengaruh dalam etiologi dan terapi penyakit kulit tertentu.
Perubahan pasokan nutrisi yang menurun, walaupun hanya sedikit,
dapat memberikan efek pada kulit.16 Keadaan defisiensi nutrisi
menyebabkan keutuhan jaringan epitel berkurang. Mukokutan junction
merupakan daerah peralihan antara kulit dan mukosa mulut dengan
epitel mukosa yang lebih tipis dibanding epitel kulit sehingga
menyebabkan area ini rentan terhadap terjadinya infeksi atau
angular cheilitis.17,18 Proses terjadi angular cheilitis pada
awalnya, jaringan mukokutan di sudut - sudut mulut menjadi merah,
lunak dan berulserasi. Selanjutnya, fisura fisura eritematosa
menjadi dalam dan melebar beberapa cm dari sudut mulut ke kulit
sekitar bibir atau berulserasi dan mengenai mukosa bibir dan pipi
dalam bentuk abrasi linear. Infeksi keadaan kronis ditandai dengan
adanya nanah dan jaringan granulasi. Ulkus sering kali menimbulkan
keropeng yang terbelah dan berulserasi kembali selama fungsi mulut
yang normal. Akhirnya dapat timbul nodula nodula granulomatosa
kecil berwarna kuning coklat.19
2.1.3 Gambaran Klinis Angular CheilitisPada angular cheilitis
yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi, lesi terjadi bilateral
yang biasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi
dan ke lateral pada kulit sirkum oral 1 10 mm. Dasar lesi lembab,
adanya fisur yang tajam, vertikal dari tepi vermillion bibir dan
area kulit yang berdekatan. Secara klinis, epitel pada komisura
terlihat mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, menjadi
lebih jelas terlihat, membentuk satu atau beberapa fisur yang
dalam, berulserasi tetapi tidak cenderung berdarah. Walaupun dapat
terbentuk krusta yang bernanah pada permukaan, fisur ini tidak
melibatkan permukaan mukosa pada komisura di dalam mulut, tetapi
berhenti pada mukokutan junction.5
2.1.4 Perawatan Angular CheilitisPerawatan terhadap angular
cheilitis adalah dengan menghilangkan faktor etiologinya. Angular
cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B perawatannya
dengan memberikan suplemen vitamin B kompleks atau multivitamin
yang mengandung vitamin B.8,20 Akan tetapi, defisiensi satu jenis
vitamin biasanya diikuti dengan gejala defsiensi nutrisi,5,9 maka
dalam perawatannya pemberian multivitamin lebih efektif daripada
pemberian vitamin B kompleks saja.20 Dilaporkan bahwa pengobatan
penyakit akibat defisiensi vitamin B12 dengan terapi vitamin dapat
sembuh dalam waktu 3 minggu.1Pemberian antimikroba pada penderita
angular cheilitis yang disebabkan defisiensi nutrisi hanya
berfungsi untuk menyingkatkan waktu penyembuhan. Oleh karena
sebagian infeksi yang terjadi dapat sembuh dengan sendiri, tanpa
memerlukan antimikroba, maka sistem pertahanan tubuh yang perlu
dipertahankan atau ditingkatkan dengan pemberian vitamin tambahan
atau multivitamin.21
2.1.5 Penyembuhan Angular CheilitisMasukan dan absorbsi vitamin
dan mineral tertentu yang cukup juga diperlukan untuk penyembuhan
yang optimal. Malnutrisi merupakan penyebab yang sangat penting
dari kelambatan penyembuhan luka. Secara umum, proses fisiologis
penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 4 fase utama. Pertama,
respons inflamasi akut terhadap cedera mencakup hemostasis,
pelepasan histamine dan mediator lain dari sel sel yang rusak, dan
migrasi sel darah putih (leukosit polimorfonuklear dan makrofag) ke
tempat yang rusak tersebut. Kedua, fase destruktif yaitu
pembersihan jaringan yang mati dan yang mengalami devitalisasi oleh
leukosit polimorfonuklear dan makrofag. Ketiga, fase proliferatif
yaitu pada saat pembuluh darah baru, yang diperkuat oleh jaringan
ikat, menginfiltrasi luka sehingga memerlukan pasokan nutrisi yang
cukup. Faktor sistemik yang dapat memperlambat penyembuhan pada
stadium ini termasuk defisiensi vitamin C, defisiensi besi,
hipoproteinemia, serta hipoksia. Durasi penyembuhan pada fase
proliferatif adalah 3 24 hari. Keempat, Fase maturasi mencakup
re-epitelisasi, kontraksi luka dan reorganisasi jaringan
ikat.11Pada angular cheilitis terdapat sedikit jaringan yang
hilang, maka penyembuhan terjadi secara intens primer, yaitu dengan
menyatukan kedua tepi luka berdekatan dan saling berhadapan.
Jaringan granulasi yang dihasilkan sangat sedikit. Dalam waktu 10
14 hari, reepitelisasi secara normal sudah sempurna dan biasanya
hanya menyisakan jaringan parut tipis, yang dengan cepat dapat
memudar dari warna merah muda menjadi putih.11
abGambar 1. (a) Angular cheilitis, (b) sembuh dari Angular
cheilitis312.2 Defisiensi NutrisiDefisiensi nutrisi (malnutrisi)
memiliki potensi untuk membuat keadaan suatu penyakit menjadi lebih
buruk. Dimulai saat rusaknya sistem imun membuka jalan masuknya
penyakit, kemudian penyakit merusak asimilasi makanan dan status
nutrisi menjadi buruk. Pemberian suplemen vitamin sangat dianjurkan
untuk mempertahankan sistem imun yang baik.22
2.2.1 Etiologi Defisiensi NutrisiDefisiensi nutrisi disebabkan
oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan
makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang
disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya
distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang
salah, dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang
menyebabkan zat zat gizi tidak sampai di sel sel tubuh setelah
makanan dikonsumsi. Misalnya faktor faktor yang menyebabkan
terganggunya pencernaan, seperti gigi-geligi yang tidak baik,
kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim.3,9,23,24
2.2.2 Gambaran Klinis Defisiensi NutrisiGambaran klinis
penderita defisiensi nutrisi dapat berupa pengurangan jaringan
subkutan pada daerah lengan atas, kaki, bokong dan wajah sehingga
tubuh kelihatan kurus. Perubahan yang terjadi pada kulit adalah
kulit menjadi kering dan kasar karena kehilangan kelembaban. Jika
terjadi luka atau trauma terjadi hyperpigmentasi pada kulit
tersebut. Kuku menjadi rapuh dan mudah retak. Rambut akan kelihatan
tipis, sedikit, mudah rontok dan berwarna coklat kemerah merahan.
Pada rongga mulut terdapat perubahan seperti Cheilosis, Angular
stomatitis.25,26
2.3 MikronutrienYang termasuk mikronutrien adalah kelompok
vitamin dan mineral. Mikronutrien dibutuhkan untuk penggunaan
makronutrien secara tepat dan terlibat dalam fungsi-fungsi
fisiologis yang bervariasi luas. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan mikronutrien meliputi kehilangan melalui
gastrointestinal (misalnya: diare, muntah, keluaran fistula yang
tinggi, hipermetabolisme), fungsi ginjal (terutama natrium, kalium,
magnesium, dan fosfor), dan sindrom refeeding (elektrolit).27 Tabel
1. VITAMIN DAN MINERAL YANG UMUM TERKANDUNG DALAM MULTIVITAMIN ANAK
3,22,27VitaminSumberAkibat kekurangan
ASusu, keju, kuning telur, hati dan berbagai ikan yang tinggi
kandungan lemaknya, dan wortelKulit kering dan pecah pecah,gangguan
penglihatan, dan memperparah penyakit infeksi
DSinar matahari, kuning telur, hati, mentega dan minyak hati
ikanRicketsia, tetani, osteomalasia, gangguan penyerapan kalsium
dan fosfor pada saluran pencernaan dan gangguan mineralisasi
sruktur tulang dan gigi
EMinyak nabati, kecambah, sayuran hijau dan kacang
kacanganKerusakan sel darah merah, anemia dan sindroma
neurologi
KHati, kacang kedelai, minyak nabati, gandum dan sayur sayuran
hijauPerdarahan
CBuah sitrus, sayuran dan buah-buahan terutama buah-buahan
segar, cabe hijau dan kubisScurvy, perdarahan di bawah kulit, mudah
kena infeksi, kulit kasar, luka sukar sembuh
B kompleks:-B1(Tiamin)Serelia tumbuk/setengah giling,
kacang-kacangan, daging tanpa lemak, kuning telur, unggas dan
ikanBeri beri, lemah, tidak ada nafsu makan
-B2(Riboflavin)Susu, keju, daging dan sayuran berwarna
hijauAngular cheilitis, atrofi papil lidah, penyembuhan luka
memburuk, red conjunctivae
-B3 (Asam nikotinat)Daging ayam, ikan, hati, ginjal, dan kacang
tanahAngular cheilitis, atrofi papil lidah dan pellagra
-Asam PantotenatHati, ginjal, kuning telur, khamir, daging,
ikan, unggas, serealia utuh, dan kacang-kacanganGangguan saluran
cerna, insomnia dan lelah
-B6 (Piridoksin)Khamir, kecambah, gandum, hati, ginjal, serealia
tumbuk, kacang-kacangan, kentang, dan pisangAngular cheilitis,
atrofi papil lidah, anemia mikrositik, depresi, peripheral
neurophathy dan Dermatitis
-B12(Kobalalamin)Hati, ginjal, jantung, daging, ikan,unggas,
kerang, susu dan hasil olahannya, telurAngular cheilitis, anemia
pernisiosa, anemia makrositik, atrofi papil lidah dan peripheral
paresthesia
Kalium (K)Pisang, jeruk, kentang, tomat, biji bunga matahari,
sayuran hijauOtot lemah dan muntah muntah
Natrium (Na)Wortel, telur, susu, sayuran hijau, garam
dapurOedema
Kalsium (Ca)Keju, susu, tepung, tulang, kacang kedelaiGangguan
pertumbuhan pada anak anak
Magnesium (Mg)Sayuran hijau, serealia tumbuk, biji bijian,
kacang, daging, susuLemah, sukar menelan, gangguan pertumbuhan pada
anak
Klorida (Cl)Garam dapurMuntah
Besi (Fe)Kuning telur, jantung dan hati, ginjal sapi, kerang,
asparagus, kacangAnemia defisiensi besi, kekebalan menurun,
kemampuan belajar menurun, gatal, luka sukar sembuh
Seng (Zn)Telur, susu kering, daging sapi dan kambing, biji
semangkaMenurunkan absorbsi tembaga
Iodium (I)Bawang, ikan lautGondok, hambatan pertumbuhan pada
anak
Selenium (Se)Tomat, bawang, brokoli, ikan tunaResiko penyakit
jantung
Tembaga (Cu)Hati sapi, kacang kacangan, ikan laut, udangAnemia,
mengganggu pertumbuhan dan metabolisme
Mangan (Mn)Kacang, sayuran hijau, kuning telur, serealiJarang
ditemui
Fluor (F)Ikan laut, gelatin, daun tehFluorosis, diare, muntah,
gatal
Khrom (Cr)Tomat, bawang, brokoli, ikan tunaJarang ditemui
Molidben (Mo)Sayuran hijau, kacang kacanganGangguan enzim
Sedangkan kandungan vitamin B kompleks adalah Thiamin (B1),
Riboflavin (B2), Piridoksin (B6), Calcium Pantothenate dan
Nicotinamide.
2.4 Penilaian Status GiziStatus gizi adalah keadaan yang
diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi
dan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi
biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliharaan kesehatan, dan mengatur proses tubuh.3,22,26
2.4.1 Pengukuran antropometriPengertian istilah nutritional
anthropometry didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran
pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada
tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda.30 Tujuan yang hendak
dicapai dalam pemeriksaan antropometris adalah besaran komposisi
tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status
gizi.26Lingkar lengan bagian tengah atas merupakan ukuran dari
jaringan subkutan dan otot rangka.27 Lingkar lengan atas juga dapat
menunjukkan gizi kurang pada anak yang diukur menggunakan pita
plastik.23,26 Lengan yang diukur adalah lengan kiri. Pita plastik
harus ditekan sedemikian rupa hingga menempel pada kulit, namun
tidak sampai mengerutkan kulit, dan tidak pula longgar. 26 Jelliffe
dan Jelliffe menyusun klasifikasi berdasarkan besar lingkar lengan
atas, usia dan jenis kelamin termasuk penggunaan buku acuan
Caucasian untuk membedakan KKP ringan (80% baku), sedang (70% baku)
dan berat (60% baku).26,28
KERANGKA TEORI
Angular cheilitis
AntropometriVitamin B kompleks:-Thiamin(B1)-Riboflavin B2)-Asam
Nikotinat-Asam pantotenat-Piridoksin(B6)MikronutrienDefisiensi
nutrisiPenilaian Status GiziMultivitamin:Vitamin:-Vitamin Larut
Lemak (A,D,E,K)-Vitamin larut air (C&B kompleks)Mineral:-Makro
(Na, Cl, K, Mg, Ca)-Mikro (Fe, Zn, I, Se, Cu, Mn, F, Cr,
Mo)Penyembuhan Angular cheilitis
BAB 3METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan PenelitianPenelitian dilakukan menggunakan
rancangan penelitian eksperimental sederhana dengan rancangan
paralel yaitu rangkaian kegiatan penelitian obat pada manusia,
dimana subjek-subjek yang dilibatkan dalam penelitian dibagi dua
kelompok pengobatan, jumlah subjek dalam tiap-tiap kelompok
pengobatan harus seimbang atau sama. Pengelompokan subjek dilakukan
secara randomisasi. Satu kelompok diberikan multivitamin yang
mengandung vitamin B kompleks dan kelompok lainnya diberi vitamin B
kompleks saja. Selanjutnya rata-rata hari sembuh pada hasil
pengobatan di masing-masing kelompok dibandingkan.
3.2 Tempat dan waktu penelitianTempat penelitian dilakukan di
Panti asuhan Elida di jalan Flamboyan, Tanjung Selamat, Kecamatan
Medan Tuntungan karena berdasarkan penelitian sebelumnya diperoleh
hasil, sejumlah anak anak panti sering mengalami luka di sudut
mulut pada periode waktu tertentu. Waktu penelitian dilaksanakan
pada bulan Desember 2010.
Gambar 2. Bangunan Panti Asuhan Elida
3.3 Populasi, Sampel dan Besar SampelJumlah seluruh anak yang
tinggal dalam panti asuhan adalah 70 orang, sekaligus menjadi
jumlah populasi. Sampel dalam penelitian adalah anak anak penderita
angular cheilitis di panti asuhan Elida.Rancangan penelitian adalah
rancangan eksperimental sederhana, maka pengambilan besar sampel
dilakukan menggunakan rumus eksperimental yakni rumus federer
:(n-1) (r-1) 15r = kelompok perlakuan (2 kelompok)n = jumlah sampel
tiap kelompokBanyaknya sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah,(n-1) (2-1) 15(n-1) 15n 16Artinya, jumlah sampel minimal
yang dibutuhkan adalah 16 orang pada setiap kelompok. Jadi, besar
sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 32
orang, 16 orang diberi vitamin B kompleks saja dan 16 orang diberi
vitamin B kompleks dalam multivitamin. Teknik pengambilan sampling
adalah dengan cara purposive sampling atau memilih sampel sesuai
dengan kriteria inklusi.Kriteria inklusi kelompok sampel : Anak
anak usia 6 12 tahun yang menderita angular cheilitis Anak anak
yang mengalami defisiensi nutrisi Anak anak yang bersedia diberikan
terapi vitaminKriteria eksklusi kelompok sampel : Anak anak yang
sedang mengkonsumsi obat obatan Anak anak yang sedang mengalami
diare, muntah atau penyakit infeksi lainnya
3.4 Identifikasi Variabel Penelitian3.4.1 Variabel tercoba: Anak
penderita angular cheilitis3.4.2 Variabel eksperimental: - Vitamin
B kompleks - Vitamin B kompleks dalam multivitamin 3.4.3 Variabel
terkendali: - Usia 6 12 tahun - Defisiensi nutrisi3.4.4Variabel tak
terkendali: - Kebiasaan menjilat bibir - Keparahan angular
cheilitis
3.5 Definisi Operasional3.5.1 Angular cheilitis : luka pada
sudut mulut berupa celah, biasanya meluas beberapa mm dari sudut
mulut pada mukosa pipi dan ke lateral pada kulit sirkum oral 1 10
mm dan bilateral. Nyeri pada saat membuka mulut.3.5.2 Penyembuhan
Angular cheilitis : penyembuhan Angular cheilitis dengan tidak ada
terlihat lagi fissure pada komisura bibir dan biasanya hanya
menyisakan jaringan parut tipis, yang dengan cepat dapat memudar
dari warna merah muda menjadi putih (reepitelisasi).3.5.3 Anak usia
sekolah : anak anak pada tingkat sekolah dasar dengan rentang usia
6 12 tahun.3.5.4 Defisiensi nutrisi : hasil dari penurunan asupan
nutrisi yang berkepanjangan yang dapat dinilai dengan pengukuran
antropometri (pengukuran lingkar lengan atas) yang membedakan KKP
ringan (80% baku), sedang (70% baku) dan berat (60% baku)
berdasarkan buku acuan Caucasian oleh Jelliffe dan Jelliffe.3.5.5
Vitamin B kompleks : vitamin yang larut dalam air, terdiri dari
vitamin B1 (Tiamin), B2 (Riboflavin), B3 (Nikotinat), B6
(Piridoksin), B12 (Kobalalamin), dan asam Pentotenat. 3.5.6
Multivitamin: suatu formula yang terdiri dari vitamin yang larut
dalam lemak, vitamin yang larut dalam air dan beberapa mineral.
3.6 Sarana Penelitian3.6.1 Alat formulir pencatatan berupa
blanko rekam medik penelitian pita pengukur lingkar lengan atas
plastik obat alat tulis 3.6.2 Bahan vitamin B kompleks
multivitamin
ab
c
Gambar 3. Sarana penelitian: (a) vitamin B kompleks,(b)
multivitamindan (c) pita pengukur lingkar lengan atas
3.7 Prosedur Penelitian3.7.1 Pemilihan subjek penelitian1.
Pemilihan subjek penelitian dimulai dengan pemeriksaan objektif dan
subjektif pada seluruh anak panti. Apabila anak menderita angular
cheilitis, sedang mengalami defisiensi nutrisi dan tidak sedang
dalam masa pengobatan maka dapat dijadikan sebagai sampel.2.
Setelah itu, anak diberikan informed consent supaya mendapat izin
untuk dijadikan subjek penelitian.3. Pengambilan data dapat
dilakukan pada anak yang menderita angular cheilitis dan telah
setuju untuk dijadikan subjek penelitian. Data yang dicatat
termasuk nama, usia, jenis kelamin dan sebagainya.3.7.2 Pengumpulan
data1. Data demografi (identitas subjek penelitian) berupa nama,
umur dan jenis kelamin diperoleh dengan cara melakukan wawancara
secara langsung terhadap anak-anak penderita angular cheilitis.2.
Data hasil anamnesa atau wawancara secara langsung berupa keluhan
subjek penelitian mengenai nyeri pada sudut mulut dan riwayat medis
yang sedang dialami oleh anak-anak penderita angular cheilitis.3.
Data hasil pemeiksaan fisik berupa pemeriksaan jaringan subkutan
pada daerah lengan atas, kaki, bokong dan wajah (kelihatan kurus),
kulit, rambut dan rongga mulut khususnya pada sudut mulut yang
diperoleh dari hasil penglihatan peneliti secara langsung terhadap
subjek penelitian.4. Data hasil pengukuran lingkar lengan atas
(LLA) yang diperoleh dengan cara sebagai berikut :- Subjek
didudukkan dengan keadaan rileks dan posisi pemeriksa berada di
samping kiri subjek karena lengan yang diukur adalah lengan kiri.-
Posisi pita pengukur lingkar lengan atas berada pada bagian tengah
lengan atas. Penentuan daerah pertengahan lengan atas adalah dengan
membagi dua panjang lingkar lengan atas (dimulai dari bahu hingga
siku).- Lingkarkan pita pengukur lingkar lengan atas pada bagian
tengah lengan atas. Pita pengukur lingkar lengan atas harus ditekan
sedemikian rupa hingga menempel pada kulit, namun tidak sampai
mengerutkan kulit, dan tidak pula longgar.- Catat hasil pengukuran
pada blanko rekam medic penelitian.3.7.3 Pemberian vitamin B
kompleks dan vitamin B kompleks dalam multivitamin1. Sampel dibagi
menjadi dua kelompok. Kelompok I diberi vitamin B kompleks dengan
dosis 1 tablet x 1 hari. Kelompok II diberi vitamin B kompleks
dalam multivitamin dengan dosis 1 kapsul x 1 hari. Catat tanggal
pemberian vitamin kepada setiap subjek pada blanko rekam medic
penelitian.2. Pengevaluasian kecepatan penyembuhan angular
cheilitis dilakukan oleh peneliti setiap hari. Catat tanggal kapan
subjek penelitian dinyatakan sembuh dari angular cheilitis.3.
Seluruh data yang diperoleh selama penelitian dicatat dalam rekam
medik masing-masing subjek penelitian.3.8 Kerangka Konsep
Defisiensi nutrisi
Anak anak usia 6-12 tahun yang menderita angular cheilitis
Pemberian vitamin B kompleksPemberian vitamin B kompleks dalam
multivitamin
Lama penyembuhanLama penyembuhan
ReepitelisasiReepitelisasi
3.9 Pengolahan & Analisis DataPengolahan data dilakukan
menggunakan sistem komputerisasi dengan program SPSS For Windows
17.0. Analisa data dilakukan dengan metode uji T independent yang
tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata
(mean) antara dua kelompok, dimana tidak terdapat hubungan antara
dua sampel yang akan diuji. Uji T merupakan uji parametrik sehingga
sebelum menggunakan analisa uji T harus dilakukan uji Normalitas
yaitu uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan tujuan untuk mengetahui
apakah suatu variabel berdistribusi data normal atau tidak. Data
yang mempunyai distribusi normal berarti mempunyai sebaran yang
normal dan dianggap bisa mewakili populasi.BAB 4HASIL
PENELITIAN
Populasi anak-anak yang tinggal di panti asuhan Elida adalah 70
orang, penelitian dilakukan pada 20 orang (18,5 %) yang berasal
dari anak-anak panti asuhan Elida yang menderita angular cheilitis
yang diakibatkan defisiensi nutrisi dan dibagi menjadi dua kelompok
perlakuan. Kelompok pertama adalah anak-anak yang menderita angular
cheilitis dan diberi vitamin B kompleks. Kelompok kedua adalah
anak-anak yang menderita angular cheilitis dan diberi multivitamin
yang mengandung vitamin B kompleks.
Tabel 2. GAMBARAN KARAKTERISTIK SUBJEK BERDASARKAN JENIS
KELAMIN, MEDAN, 2010
Jenis KelaminKelompok I (n)Kelompok II (n)
Laki-laki68
Perempuan42
Gambaran karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis
kelamin pada masingmasing kelompok adalah kelompok I terdiri dari 6
orang laki-laki dan 4 orang perempuan sedangkan kelompok II terdiri
dari 8 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
Tabel 3. GAMBARAN KARAKTERISTIK SUBJEK BERDASARKAN USIA DAN
JENIS KELAMIN, MEDAN, 2010
UmurJenis kelamin
PerempuanLaki-lakiJumlah
61 (10%)3 (15%)4 (20%)
71 (5%)1 (5%)2 (10%)
81 (5%)1 (5%)2 (10%)
91 (5%)1 (5%)2 (10%)
101 (5%)1 (5%)2 (10%)
110 (0%)3 (15%)3 (15%)
121 (5%)4 (20%)5 (25%)
Jumlah6 (30%)14 (70%)20 (100%)
Gambaran karakteristik subjek penelitian berdasaran usia dan
jenis kelamin sebagai data demografi diperoleh subjek penelitian
terdiri dari 14 orang laki-laki (70%) dan 6 orang perempuan (30%)
dengan rentang usia 6-12 tahun. Usia subjek penelitian yang
terbanyak adalah berusia 12 tahun (25%) dan yang paling sedikit
adalah 7-10 tahun (10%).
Tabel 4. GAMBARAN RATA-RATA HASIL PENGUKURAN LLA TERHADAPUSIA
DAN JENIS KELAMIN, MEDAN, 2010
UmurJns KelaminLLA (cm)LLA normal (cm)
614,5715,6
14,515,5
714,616,0
14,616,0
815,116,5
15,416,6
916,317,1
15,917,2
1016,517,7
16,917,9
1117,2718,4
-18,6
1217,92519,1
18,419,3
Pengukuran lingkar lengan atas (LLA) dilakukan untuk melihat
status gizi anak-anak penderita angular cheilitis. Berdasarkan buku
acuan Caucasian oleh Jelliffe dan Jelliffe yang menyusun
klasifikasi berdasarkan besar lingkar lengan atas, usia dan jenis
kelamin maka diperoleh rata-rata hasil bahwa seluruh subjek
penelitian mengalami defisiensi nutrisi derajat ringan / KKP ringan
(80% baku).Tabel 5. GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN KLINIS, MEDAN,
2010HalYa (%)Tidak (%)
Pengurangan jaringan subkutan pada daerah lengan atas, kaki,
bokong dan wajah (kelihatan kurus)1000
Kulit kering7525
Hyperpigmentasi pada kulit9515
Kuku rapuh5050
Rambut kelihatan tipis dan berwarna coklat
kemerah-merahan6040
Fisur-fisur, retak-retak atau sedikit luka pada bibir dan sudut
mulut1000
Berwarna kemerahan pada sudut mulut1000
Total8317
Selain pengukuran lingkar lengan atas, pemeriksaan fisik subjek
penelitian juga dapat menentukan status gizi kurang. Dari hasil
pengamatan peneliti, diperoleh subjek penelitian sebesar 83% anak
dengan gambaran klinis defisiensi nutrisi dan 17% anak tidak
terlihat gambaran klinis defisiensi nutrisi. Seluruh subjek
penelitian mengalami pengurangan jaringan subkutan pada daerah
lengan atas, kaki, bokong dan wajah (kelihatan kurus), fisur-fisur,
retak-retak atau sedikit luka pada bibir dan sudut mulut serta
berwarna kemerahan pada sudut mulut (100%). Hal kedua terbanyak
yang dapat menentukan defisiensi dari pemeriksaan klinis sebesar
95% adalah hyperpigmentasi kulit.
Tabel 6. RERATA HARI SEMBUH SETELAH PEMBERIAN VITAMIN B KOMPLEKS
( KELOMPOK I) DAN VITAMIN B KOMPLEKS DALAM MULTIVITAMIN (KELOMPOK
II)
NKelompok IKelompok II
1016 hari13,1 hari
Perbedaan rerata hari penyembuhan angular cheilitis dengan
pemberian vitamin B kompleks dan vitamin kompleks dalam
multivitamin pada anak-anak penderita angular cheilitis dan
mengalami defisiensi nutrisi usia 6-12 tahun dapat dilihat pada
tabel 6. Tabel 6 menunjukkan rerata hari sembuh kelompok I sebesar
16 hari dan rerata hari sembuh pada kelompok II sebesar 13,1 hari.
Walaupun kelompok II menunjukkan kecepatan penyembuhan yang lebih
tinggi dibandingkan kelompok I, namun perbedaan tersebut tidak
signifikan secara statistik (Tabel 6).
Tabel 7.ANALISIS HASIL KELOMPOK I DAN II DENGAN MENGGUNAKAN UJI
T-TEST INDEPENDENT
Group Statistics
Kelompok perlakuanNMeanStd. DeviationP
Hari sembuhvit. B Kompleks1016.004.5220.206
vit. B Kompleks dalam Multivitamin1013.105.322
Pada tabel 7, nilai P > 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak
ada perbedaan yang signifikan antara kecepatan penyembuhan angular
cheilitis dengan pemberian vitamin B kompleks dan vitamin B
kompleks dalam multivitamin pada anak-anak panti asuhan Elida.
BAB 5PEMBAHASAN
Perhatian terhadap penderita angular cheilitis semakin meningkat
khususnya pada anak-anak terlantar dan yang tinggal di panti
asuhan. Meningkatnya perhatian terhadap angular cheilitis juga
dipengaruhi oleh meningkatnya perhatian terhadap KEP yang menjadi
masalah nutrisi di Indonesia. Angular cheilitis yang diderita
anak-anak di panti asuhan merupakan manifestasi dari kekurangan
gizi (KEP). Pada umumnya anak-anak yang tinggal di panti asuhan ini
adalah anak-anak terlantar korban bencana alam di Nias dan Mentawai
yang kehilangan keluarga dan tempat tinggal dengan rentang usia
5-13 tahun.
Menurut rumus Federer, rumus penentuan jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 32 orang dengan jumlah
masing-masing kelompok adalah 16 orang. Namun sesuai kriteria
inklusi, dari 70 anak yang tinggal di panti ini, peneliti menjumpai
20 orang anak menderita angular cheilitis dan mengalami defisiensi
nutrisi (KEP ringan) serta berada dalam rentang usia 6-12
tahun.Beberapa kendala yang dihadapi saat melakukan penelitian
antara lain ketika melakukan anamneses kepada setiap subjek
penelitian. Dijumpai beberapa responden yang sulit mengerti
mengenai pertanyaan, sehingga peneliti harus menjelaskan lebih
dengan bahasa yang sangat sederhana. Hal ini disebabkan sebagian
subjek penelitian berasal dari daerah terpencil yang belum mengerti
bahasa Indonesia dengan baik. Untungnya, seluruh anak yang
dijadikan sampel penelitian bersedia untuk meminum vitamin dengan
dosis satu kali dalam satu hari. Pada saat melakukan penelitian,
peneliti bekerja sama dengan ibu pengurus panti asuhan dalam
pengevaluasian penyembuhan maka evaluasi penyembuhan dapat
dilakukan setiap hari.Keadaan kurang gizi anak-anak panti asuhan
dapat dilihat dari hasil pengukuran lingkar lengan atas.
Sebelumnya, pengukuran lingkar lengan atas untuk mengetahui status
gizi seseorang hanya dilakukan pada anak-anak usia 1-4 tahun. Namun
telah dimodifikasi oleh Jelliffe & jelliffe, sehingga
pengukuran lingkar lengan atas tidak tergantung pada usia. Shakir,
dkk menemukan terdapat hubungan antara lingkar lengan atas dengan
berat badan dan berat badan terhadap tinggi badan.28 Hasil
penelitian O ojo, Deane dan Amuna menyatakan bahwa pengukuran
antropometri yang paling baik kepekaannya dalam menentukan status
malnutrisi pada anak adalah pengukuran lingkar lengan atas.
Sehingga pengukuran lingkar lengan tepat digunakan dalam penilaian
status gizi anak terutama bila usia yang tepat tidak diketahui dan
alat penimbang tidak tersedia.29
Hasil pengukuran lingkar lengan atas pada anak-anak panti asuhan
yang menderita angular cheilitis, menunjukkan subjek penelitian
mengalami defisiensi nutrisi derajat ringan. Hasil penelitian Lubis
S juga menunjukkan hasil yang sama, dimana hasil pengukuran status
gizi berdasarkan pengukuran berat badan/umur diperoleh anak yang
menderita angular cheilitis dan mempunyai status KEP ringan
dijumpai sebanyak 51,79%. Artinya terdapat hubungan yang bermakna
antara status gizi (kurang energi protein) dengan angular
cheilitis.5
Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa seluruh subjek
penelitian mengalami pengurangan jaringan subkutan pada daerah
lengan atas, kaki, bokong dan wajah (kelihatan kurus). Sesuai
dengan hasil penelitian O ojo, Deane dan Amuna, bahwa pemeriksaan
klinis memiliki hubungan yang erat dengan pemeriksaan antropometri
(pengukuran lingkar lengan atas). Pengurangan jaringan subkutan
pada daerah lengan atas mempengaruhi nilai hasil pengukuran lingkar
lengan atas.29 Artinya, pemeriksaan tanda-tanda klinis malnutrisi
yang digunakan peneliti menunjukkan hasil yang sesuai bahwa
anak-anak penderita angular cheilitis yang mengalami defisiensi
nutrisi juga ditemukan gambaran klinis defisiensi nutrisi.
Riwayat medis seperti masalah muntah, diare dan penyakit lainnya
dipastikan peneliti tidak sedang dialami oleh subjek penelitian.
Berdasarkan teori, faktor-faktor seperti diare, muntah, kerusakan
fungsi ginjal dan sindrom refeeding (elektrolit) dapat mempengaruhi
kebutuhan mikronutrien.27 Penggunaan obat-obatan juga dapat
mempengaruhi status gizi seseorang dengan mempengaruhi makanan yang
masuk atau absorbsi, metabolisme dan ekskresi dari zat-zat gizi.
Sebaliknya, makanan yang masuk dapat mempengaruhi absorbsi,
metabolisme dan ekskresi beberapa obat-obatan. Kewaspadaan akan
potensi terjadinya interaksi ini dapat membantu memperkuat efek
obat atau vitamin.30
Proses penyembuhan luka memerlukan status gizi yang optimal.
Penelitian terdahulu yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa
kekurangan energi dan protein kronis secara signifikan menghambat
proses penyembuhan. Maria T, dkk dalam penelitiannya menunjukkan
proporsi pasien berisiko kekurangan gizi atau sedang kurang gizi
secara signifikan lebih tinggi menderita ulkus. Pada manusia,
keadaan malnutrisi menyebabkan peningkatan kebutuhan terhadap
nutrisi dua kali lipat pada saat sintesis kolagen dan mengganggu
pembentukan jaringan granulasi.12
Proses penyembuhan angular cheilitis adalah sama dengan proses
penyembuhan pada umumnya. Penyembuhan angular cheilitis akibat
defisiensi vitamin B adalah dengan memberi vitamin B kompleks.
Jenis defisiensi vitamin B yang diduga menyebabkan angular
cheilitis adalah vitamin B2 (riboflavin).24 Gejala defisiensi
vitamin satu jenis vitamin B mungkin tampak bertanggung jawab atas
sekelompok gejala, tetapi tidak dapat dipungkiri bisa juga diikuti
gejala defisiensi lainnya.22
Berdasarkan data pabrik, kandungan vitamin B2 dalam satu tablet
vitamin B kompleks yang diberikan pada subjek penelitian di
kelompok I adalah 2 mg setiap hari. Sedangkan kandungan vitamin B2
pada satu kaplet multivitamin yang diberikan pada subjek penelitian
di kelompok II adalah 1 mg. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
Republik Indonesia (AKG RI), konsumsi vitamin B2 pada usia 6-12
tahun yang dianjurkan adalah 1-2 mg setiap hari yang dapat
diperoleh dari makanan dan minuman berupa susu, keju, daging dan
sayuran berwarna hijau atau suplemen yang mengandung vitamin B
kompleks.26 Biji-bijian, daging (terutama jeroan), dan ikan lemak
juga merupakan sumber yang baik riboflavin, dan buah-buahan dan
sayuran tertentu, terutama sayuran hijau tua, mengandung
konsentrasi riboflavin cukup tinggi.16Hasil pengujian statistika
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemberian
vitamin B kompleks dan vitamin B kompleks dalam multivitamin
terhadap kecepatan penyembuhan angular cheilitis pada anak-anak
penderita angular cheilitis usia 6-12 tahun di panti asuhan Elida.
Ini menandakan bahwa dalam pengobatan angular cheilitis akibat
defisiensi nutrisi pada anak-anak dapat dilakukan hanya dengan
pemberian makanan yang mengandung vitamin B atau suplemen vitamin B
kompleks. Melalui penelusuran peneliti di beberapa apotek diketahui
juga bahwa harga vitamin B kompleks kualitas standar lebih murah
dibanding dengan harga multivitamin yang mengandung vitamin B
kompleks kualitas standar.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Salah
satu yang dapat mempengaruhi kecepatan penyembuhan angular
cheilitis adalah lingkungan yang lembab. Kebiasaan menjilat bibir
mengakibatkan lingkungan lembab pada daerah luka dan memicu
keberadaan jamur seperti Candida albicans dan bakteri seperti
Streptococcus aureus yang dapat memperlambat penyembuhan angular
cheilitis.5,11,15 Selain itu, kekuatan obat juga mempengaruhi
proses penyembuhan. Kekuatan obat adalah jumlah kandungan obat yang
berkhasiat.32 Menurut Tim D G Watson, kecepatan penyembuhan luka di
kulit dipengaruhi oleh pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang.
Komposisi kandungan suplemen untuk terapi yang diberikan harus
bertujuan untuk mengeliminasi defisiensi vitamin tertentu sesuai
gejala yang tampak.16
BAB 6KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KesimpulanBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada ditemukan perbedaan yang signifikan
dari kecepatan penyembuhan angular cheilitis dengan pemberian
vitamin B kompleks dan vitamin B kompleks dalam multivitamin pada
anak-anak panti asuhan Elida usia 6-12 tahun artinya vitamin B
kompleks sama efektifnya dengan vitamin B kompleks dalam
multivitamin maka vitamin B kompleks menjadi pilihan dalam
penyembuhan angular cheilitis dengan harga paling terjangkau. Hasil
pengukuran lingkar lengan atas yang bertujuan untuk mengetahui
status gizi anak menunjukkan subjek penelitian mengalami defisiensi
nutrisi derajat ringan / KEP ringan. Kemudian hasil pemeriksaan
gambaran klinis mendukung hasil pengukuran lingkar lengan atas
bahwa anak-anak tersebut mengalami defisiensi nutrisi.
6.2 Sarana. Perlu penelitian lanjutan terhadap gambaran klinis
defisiensi nutrisi pada penderita malnutisi dengan beberapa
kriteria menambah kriteria yang digunakan dalam penelitian ini.b.
Dapat dilakukan pemeriksaan hematologi atau laboratori untuk
menguji defisiensi nutrisi yang lebih spesifik seperti kekurangan
vitamin B2, B12 dan vitamin lainnya.c. Diharapkan kepada pemerintah
dan para donateur memberikan sumbangan vitamin B kompleks yang
sangat membantu dalam mendukung pemberian nutrisi yang lengkap bagi
anak-anak panti asuhan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Decker RT, David AS, Connie CM. Nutrition and Oral Medicine.
Totowa, New Jersey: Humana Press, 2005:17, 31, 73.2. Saragih JO.
Konsep Masalah Gizi. 2009. (17 Agustus 2010)3. Almatsier S. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004: 3034.
Shulman JD, Miles B, Francisco R. The Prevalence of Oral Mucosal
Lesions in U.S. Adults. J Am Dent Assoc. 2004; 135(9): 1279-865.
Lubis S. Hubungan Status Gizi dengan Terjadinya Keilitis Angularis
pada Anak Umur 6-12 Tahun di Enam Panti asuhan di Kota Madya Medan.
Dentika Dent J. 2006; 11(2): 117-1216. Selanty N. Penilaian Tingkat
Pengetahuan dan Status Gizi pada Anak Panti Asuhan Umur 6 12 Tahun
Hubungannya dengan Angular Cheilitis. Skripsi, FKG 2008;24-40.7.
Yendriwati. Kebutuhan Vitamin C dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan
Tubuh dan Rongga Mulut. Dentika Dent J. 2006; 11(1): 78-838. Scully
C. Oral and Maxillofacial Medicine. Edinburgh: Wright, 2004:
189-1939. Robbins dan Cotran. Pathologic Basis of Disease. 7th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders, 2005: 446-46610. Widodo R.
Pemberian Makanan, Suplemen & Obat pada Anak. Jakarta: EGC,
2010: 31-8, 8411. Morison, MJ. Manajemen Luka. Jakarta: EGC, 2003:
1-4, 10, 19-2112. Szewczyk MT, Arkadiusz J, Kornelia KK, dkk. The
Nutritonal Status of Older Adults With and Without Venous Ulcers.
2008. (19 Januari 2011)13. Scully C, Oslei PA, dkk. Oral Medicine
and Pathology at a Glance. USA: Wiley-Blackwell, 2010: 3714. Akpan
A, R Morgan. Oral Candidiasis. 2002. (03 September 2010).15. Field
A dan Lesley L. Tyldesleys Oral Medicine. 5th ed. United Kingdom:
Oxford University Press, 2003: 3-4, 64-516. Watson TDG. Diet and
Skin Disease in Dogs and Cats. J Nutr. 1998; 128: 2783S89S17.
Binnie WHdan TLehner. Histology of the muco-cutaneous junction at
the corner of the human mouth. Archives of Oral Biology. 1970; 15
(8): 777 (abstrak)18. Wolfram-Gabel R dan H Sick.
Microvascularization of the Mucocutaneous Junctions of the Head in
Fetuses and Neonates. Cells Tissues Organs. 2002; 171: 250-9
(abstrak)19. Langlais RP dan Craig SM. Atlas Berwarna: Kelainan
Rongga Mulut yang Lazim. 1st ed. Jakarta: Hipokrates, 2000: 3420.
Banks A. Angular Cheilitis Causes and Treatment. 2010. (20
September 2010)21. Syarif A, dkk. Farmakologi dan Terapi. 5th ed.
Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, 2007: 9122.
Sizer F dan Ellie W. Nutrition Concepts and Controversies. 10th ed.
United States of America: Thomson Wadsworth, 2006: 39423. Barasi,
ME. At a Glance: Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga, 2007:14-1524.
Sediaoetama AD. Ilmu Gizi Mahasiswa dan Profesi Jilid II. 6th ed.
Jakarta: Dian Rakyat, 2009: 105-85, 22925. Shashidhar HR.
Malnutrition. 2009. <
http://emedicine.medscape.com/article/985140-diagnosis> (16
September 2010)26. Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. 2nd ed.
Jakarta: EGC. 2010: 143-45, 214, 227-827. Rospond RM. Penilaian
status nutrisi. 2008. (24 September 2010)28. Waterlow JC.
Classification and Definition of Protein-Energy Malnutrition. 29.
Ojo O, R Deane, P Amuna. The Use of Anthropometric and Clinical
Parameters for Early Identification and Categorication of
Nutritional Risk in Pre-School Cildren in Benin City, Nigeria. Sage
J Online. 2000; 120(4): 230 (abstrak)30. Moore MC. Buku Pedoman
Terapi Diet dan Nutrisi. 2nd ed. Jakarta: Hipokrates,1997:33331.
Shah R. Cheilitis. 2008. (24 Februari 2011)32. Badan POM RI.
Konsumen (Obat) yang Berdaya, Sadar akan Haknya atas Informasi
Obat. Info POM J. 2008; 9(3): 3
LAMPIRAN 1 No.
REKAM MEDIK PENELITIANPERBEDAAN KECEPATAN PENYEMBUHAN ANGULAR
CHEILITISDENGAN PEMBERIAN VITAMIN B KOMPLEKS DANVITAMIN B KOMPLEKS
DALAM MULTIVITAMINPADA ANAK-ANAK PANTI ASUHAN ELIDA
Tgl Pemeriksaan.Tgl Pemberian Vitamin.Tgl Evaluasi
Penyembuhan.
A. DATA DEMOGRAFI1. Nama:2. Umur:3. Jenis Kelamin:
B. ANAMNESA KELUHAN SUBJEKTIF: Ya Tidaka. Nyeri pada sudut
mulutC. ANAMNESA RIWAYAT MEDIS:a. Apakah saat ini memiliki masalah
kesehatan seperti muntah dan diare?b. Apakah saat ini sedang
mengkonsumsi obat?Jika ya, jenis :
c. Apakah ada alergi terhadap obat tertentu?Jika ya, jenis :d.
Apakah saat ini sedang menderita suatu penyakit tertentu ?Nama
penyakit :D. PEMERIKSAAN FISIK1. Pemeriksaan Klinis Defisiensi
Nutrisia. Pengurangan jaringan subkutan pada daerah lengan
atas,kaki, bokong dan wajah (kelihatan kurus)b. Kulit keringc.
Hyperpigmentasi pada kulit akibat lukad. Kuku rapuhe. Rambut
kelihatan tipis dan berwarna coklat kemerahmerahan2. Pemeriksaan
Rongga Muluta. Fisur-fisur, retak-retak atau sedikit luka pada
bibir dansudut mulutb. Berwarna kemerahan pada sudut mulutE.
ANTROPOMETRI (Pengukuran LLA)Hasil:CMLAMPIRAN 2LEMBARAN PENJELASAN
KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Selamat sore adik-adik,
Perkenalkan nama saya Kristina Rentauli Hutagalung, mahasiswa
FKG USU ingin menjelaskan penelitian mengenai Perbedaan kecepatan
penyembuhan angular cheilitis dengan pemberian vitamin B kompleks
dan vitamin B kompleks dalam multivitamin pada anakanak panti
asuhan Elida. Angular cheilitis juga dapat dikenali sebagai luka
sudut mulut yang dapat berlaku pada kiri dan kanan sudut mulut.
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan kecepatan penyembuhan Angular cheilitis dengan pemberian
vitamin B kompleks dan vitamin B kompleks dalam multivitamin pada
anakanak panti asuhan Elida. Penelitian ini memiliki manfaat bagi
berbagai pihak yakni, dapat digunakan pengelola panti asuhan dalam
upaya memperbaiki nutrisi dan dapat menentukan pemilihan jenis
vitamin yang paling efisien dan paling terjangkau bagi kesehatan
mulut anakanak panti asuhan dan dapat digunakan para donateur dalam
menentukan pilihan sumbangan berupa vitamin B kompleks atau
multivitamin yang sangat membantu dalam mendukung pemberian nutrisi
yang lengkap bagi anak anak panti asuhan.Hasil dari penelitian ini
juga dapat menambah informasi bagi institusi Fakultas Kedokteran
Gigi dan digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah dalam
bidang kesehatan gigi dan mulut serta peningkatan perhatian
terhadap nutrisi untuk meningkatkan kualitas hidup anakanak panti
asuhan.Saya akan mencatat identitas adik adik (nama, umur dan jenis
kelamin). Setelah itu, saya akan bertanya beberapa pertanyaan
mengenai keluhan adik-adik dan masalah kesehatan. Saya juga akan
melakukan pengukuran lingkar lengan adikadik menggunakan pita
pengukur LLA dengan cara pita lingkar lengan atas akan ditempel dan
dilingkarkan pada lengan atas adik-adik. Kemudian, saya akan
memberi adikadik vitamin yang harus diminum 1 x 1 hari hingga
angular cheilitis sembuh atau tidak kelihatan lagi.Partisipasi
adikadik dalam penelitian ini bersifat sukarela. Peneliti menjamin
tidak akan ada efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian
berlangsung, ada keluhan yang adikadik alami, silahkan menghubungi
saya, Kristina Rentauli Hutagalung (No HP: 081397201589).Demikian
penjelasan dari saya, atas partisipasi dan kesediaan waktu adik
adik, saya ucapkan banyak terima kasih.
Peneliti,
(Kristina R H)
LAMPIRAN 3LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Saya yang namanya tersebut di bawah ini :Nama:Umur:Jenis
Kelamin:
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka
dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, Saya menandatangani dan
menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.
Medan, / / 2010PenelitiPeserta Penelitian
(Kristina R H)