BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007). Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat dalam 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat
yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang
sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka
dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan
masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan perpaduan
antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta
masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan.
Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan meningkatkan dukungan
masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan serta mendorong kemandirian
dalam memecahkan masalah kesehatan.
Dalam praktek keperawatan komunitas difokuskan kepada masalah
keperawatan yang timbul pada masyarakat yang dimungkinkan oleh karena
masalah kesehatan secara umum. Dengan keterbatasan waktu, sumber daya
manusia dan jam praktek maka masalah dibatasi dalam lingkup masalah
keperawatan. Dalam praktek keperawatan komunitas kali ini kelompok
memfokuskan masalah di bidang kesehatan.
Selain itu, selama proses belajar praktek keperawatan komunitas,
mahasiswa mengidentifikasi populasi dengan risiko dan sumber yang tersedia
untuk bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan
1
komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat
akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pelayanan Kesehatan Utama
Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan yang
dalam jangka panjang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap
dan bertindak mandiri dalam menjaga kesehatannya sendiri melalui kesadaran
terhadap pentingnya upaya-upaya kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif. Paradigma sehat ditetapkan sebagai model pembangunan kesehatan
di Indonesia, yaitu pembangunan kesehatan yang mengutamakan upaya-
upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya-upaya kuratif dan
rehabilitatif (Depkes, 2001). Unsur penting dalam paradigma sehat meliputi;
Program dan kebijakan yang Bottom-up, mentalitas proaktif, pemberdayaan
sumber daya lokal, pembangunan kesehatan berbasis masyarakat, sistem
prabayar pelayanan kesehatan, dan pembangunan kesehatan multi sektor.
Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang
sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif
dari masyarakat (Stanhope, 2004).
Menurut Helvie, tanggung jawab perawat dalam sistem pelayanan
kesehatan utama adalah:
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu.
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik self care pada
masyarakat.
4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan kesehatan
dan kepada masyarakat.
3
5. Koordinasi kegiatan kebijaksanaan tentang kesehatan masyarakat.
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam
praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat
dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).
1. Individu sebagai klien
Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi
kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan
spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian klien (Riyadi, 2007).
2. Keluarga sebagai klien
Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar
manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu
kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007).
3. Masyarakat sebagai klien
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas
sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal,
mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir
tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara
mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat
(Mubarak, 2005).
B. Konsep Keperawatan Komunitas
Menurut Riyadi(2001) keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan
biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus
hidup manusia.
Kemudian menurut Handerson (1980) dalam Ali. Z (2001) menjelaskan
bahwa pelayanan keperawatan adalah upaya untuk membantu individu baik
sakit maupun sehat, dari lahir sampai meninggal dunia dalam bentuk
4
peningkatan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga individu
tersebut dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat (1990) dijelaskan
bahwa keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan
masyarakat (Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara
aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan
(Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005).
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberikan dari luar suatu
institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Naomi,
2002). Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan
beberapa prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat
yang besar bagi komunitas (Riyadi, 2007). Intervensi atau pelaksanaan
yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian
(Mubarak, 2005).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral (Riyadi, 2007)
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
5
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas
dari komunitas itu sendiri (Riyadi, 2007). Dalam pengertian melakukan
upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas
(Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan
dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah :
1. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Naomi, 2002).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat (Yuddi, 2008). Menurut
Notoatmodjo pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep
pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
2. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari
kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang
terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus.
Menurut Nies dan McEwan (2001), perawat spesialis komunitas dalam
melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status
kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model
pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau
6
pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan
masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan
pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan
masyarakat (community development) (Palestin, 2007).
3. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Partisipasi klien dalam hal
ini adalah masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif
diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan
kesehatan dan kese ahteraan (Palestin, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait
dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara
komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya
upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing
yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat (Palestin, 2007).
4. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Palestin, 2007).
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau
pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif
masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-
upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi
masyarakat (Palestin, 2007). Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas
adalah individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat
maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan
(Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :
7
a. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh
dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien (Riyadi, 2007).
b. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat
dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan
fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri
dan aktualisasi diri (Riyadi,2007).
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan
(Mubarak, 2005).
d. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga
dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan
untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada
tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan
mamandang komunitas sebagai klien (Stanhope, 2004).
8
Perawat di komunitas dapat bekerja sebagai perawat keluarga,
perawat sekolah, perawat kesehatan kerja dan perawat gerontologi.
a. Perawat keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan
tingkat kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu
kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan
perawatan sebagai upaya (Ande, 2009).
b. Perawat keluarga
Perawat teregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan
yang dipersiapkan untuk praktek memberikan pelayanan individu dan
keluarga disepanjang rentang sehat sakit. Praktek ini mencakup
pengambilan keputusan independen dan interdependen dan secara
langsung bertanggung gugat terhadap keputusan klinis. Peran perawat
keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga,
berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan
melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan, kepemimpinan,
pendidikan, case managemen dan konsultasi (Ande, 2009)..
c. Perawat kesehatan sekolah
Keperawatan sekolah adalah: keperawatan yang difokuskan pada
anak ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan
mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam
perencanaan pelayanan . Perawatan kesehatan sekolah mengaplikasikan
praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unit individu,
kelompok dan masyarakat sekolah. Keperawatan kesehatan sekolah
merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk hidup sehat,
menciptakan lingkungan dan suasana sekolah yang sehat. Fokus utama
perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkunganya dan sasaran
penunjang adalah guru dan kader (Ande, 2009).
9
d. Perawat kesehatan kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip
keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam
segala bidang pekerjaan (American Asociation of Occupational Health
Nursing). Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktek keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di
tatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempak konstruksi, universitas dan
lain-lain. Lingkup praktek keperawatan kesehatan kerja mencakup
pengkajian riwayat kesehatan, pengamatan, memberikan pelayanan
kesehatan primer konseling, promosi kesehatan, administrasi
management quality asurance, peneliti dan kolaburasi dengan komunitas
(Ande, 2009)..
e. Perawat gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang
mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang
dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut
untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat
gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan
kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai
tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan
kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan
asuhan keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk
memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjuy usia,
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan
meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang
bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan
managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.
10
C. Peran Perawat komunitas
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah :
1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang
telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
(Helvie, 1997).
2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat
secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga
terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai
derajat kesehatan yang optimal (Helvie, 1997). Konseling adalah proses
membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau
masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan
untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan
dukungan emosional dan intelektual (Mubarak, 2005).
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan
pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan
perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama
pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi
perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
3. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh
yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru
dan dicontoh oleh masyarakat (Helvie, 1997).
11
4. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat (Helvie, 1997).
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan
termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien
(Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya (Mubarak, 2005). Tugas
yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus
dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan
berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai
dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya
(Helvie, 1997).
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien (Mubarak, 2005). Tindakan kolaborasi atau kerjasama
merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap
proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Helvie, 1997).
12
7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan (Helvie, 1997).
8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul
serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data (Helvie, 1997).
9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien (Mubarak, 2005). Pelayanan dari semua anggota
tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional
(Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan
pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa
perubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi
dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternatif, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
13
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang
dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005)
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.
Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas (Helvie, 1997).
D. Asuhan Keperawatan Komunitas
Target keperawatan komunitas adalah:
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat
diterima semua orang dari berbagai golongan
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam
hal ini komunitas
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan
perlu terjalin kerjasama yang baik
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat
mendukung maupun mengahambat
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang ada di masyarakat,
maka dapat dkembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan
praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas,
keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual)
terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi
14
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi
keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri
dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat
pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu
hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam
kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status
kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat di desa Pamijen.
7. Pengembangan tenaga kesehatan/keperawatan bagi masyarakat yang
direncanakan secara berkesinambungan dan terus menerus agar lebih baik.
15
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, metode yang
digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di
dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian
Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu :
pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau
penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah
(Mubarak, 2005).
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak,
2005). Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1) Wawancara atau anamnesa
2) Pengamatan
3) Pemeriksaan fisik
Menurut Anderson dan Elizabeth T (2006), dalam pengkajian sumber
data yang dipergunakan dapat diperoleh melalui beberapa sumber,
yaitu :
1) Sensus
Sensus merupakan sumber data yang paling lengkap. Data sensus
dapat diperoleh dengan cara survey terhadap masyarakat.
Data Statistik Vital :
Data statistik vital adalah data tentang kejadian-kejadian yang
tercatat secara legal, seperti kelahiran, kematian, perkawinan,
dan perceraian, yang dikumpulkan secara terus-menerus oleh
badan pemerintahan.
16
1) Laporan Penyakit yang Terinformasikan
Laporan penyakit yang terinformasikan adalah data yang
dilaporkan oleh departemen kesehatan baik pusat maupun
daerah tentang penyakit-penyakit yang dapat dilaporkan secara
legal. Secara legal laporan penyakit yang ditugaskan mungkin
tidak mewakili seluruh kasus penyakit sehingga laporan
tersebut tidak menyajikan penjelasan yang valid tentang
penyakit yang terjadi di masyarakat. Dalam prakteknya,
petugas kesehatan mungkin gagal untuk memberikan laporan
penyakit yang seharusnya dilaporkan.
2) Catatan Medis dan Rumah Sakit
Catatan medis dan rumah sakit digunakan secara luas dalam
mengandung komponen utama yaitu problem (masalah), etiologi
(penyebab), sign atau symtom (tanda gejala) (Mubarak, 2005).
3. Perencanaan keperawatan.
Perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana
keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana
tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk
menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas,
Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005).
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau
implementasi pada keperawatan komunitas adalah :
a. Inovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)
(Mubarak, 2005).
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan
sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2005).
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
20
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2005).
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan
dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta
kompeten (Mubarak, 2005).
e. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in
community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2005).
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan
komunitas terdiri atas:
a. Pencegahan Primer
b. Pencegahan Sekunder
c. Pencegahan Tersier
5. Evaluasi atau Penilaian
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program
kesehatan dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan obyektif
program. Data evaluasi merupakan hal penting untuk memperbaiki
database dan diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari
analisis pengkajian data komunitas.Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah
masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian
21
yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun semula. Sejalan dengan landasan teoretis
dalam menjalin kemitraan dengan komunitas, program evaluasi yang kita
jalankan didasarkan pada prinsip yang dikenukakan oleh Foundation,
W.K.K (1998). Prinsip tersebut disimpulkan sebagai berikut :
a. Memperkuat program
Tujuan perawatan adalah promosi kesehatan dan peningkatan
kepercayaan diri komunitas. Evaluasi membantu pencapaiain ini
dengan cara menyediakan proses yang sistematik dan berkelanjutan
dalam mengakaji program dampaknya serta hasil akhir program
tersebut.
b. Menggunakan pendekatan multipel
Selain pendekatan multidisiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan
bermacam-macam. Tidak ada satu pendekatan yang lebih unggul,
tetapi metode yang dipilih harus señalan anegan tujuan program.
c. Merancang evaluasi untuk memnuhi isu nyata
Program berbasis dan berfokus-komunitas, yang berakar pada
comunitas nyata dan berdasarkan pengkajian comunitas, harus
memiliki rancangan evalausi untuk mengukur kriteria mengenai
pentingnya program tersebut bagi komunitas.
d. Menciptakan proses partisipasi
Apabila anggota komunitas merupakan bagian dari pengkajian,
analisis, perencanaan, dan implementasi, merekapun harus menjadi
mitra dalam evaluasi.
e. Memungkinkan fleksibilitas
Pendekatan evaluasi harus fleksibel dan bersifat prestiktif; jira tidak,
akan sulit untuk mendokumentasikan munculnya perubahan yang
sering kali meningkat secara tajam dan komplek.
f. Membangun kapasitas
Prose evaluasi, selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan
ketrampilan, pengetahuan, dan perilaku individu yang terlibat
22
didalamnya. Hal ini serupa dengan kontek profesional maupun
nonprofesional.
Komponen penting dalam fokus evaluasi adalah:
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses
c. Efisiensi biaya
d. Efektifitas kerja
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka
waktu berapa?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:
Gambar 2.1 Perubahan dampak kesehatan
Keterangan:
: peran masyarakat
: peran perawat
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga
yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya
peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pemecahan masalah keperawatan melalui proses asuhan keperawatan
komunitas.
23
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Kabupaten : Banyumas
2. Kecamatan : Baturraden
3. Kelurahan/ Desa : Rempoah
4. RW : 03
5. Jumlah RT : 8
6. Jumlah KK : 339 KK
7. Jumlah Penduduk : 1081 jiwa
a. Laki- laki : 553 jiwa
b. Perempuan : 528 jiwa
8. Jumlah Penduduk Miskin terdapat 254 KK dengan jumlah penduduk 613
jiwa.
9. Data agama
a. Katolik : 1 jiwa
b. Kristen : -
c. Hindu : -
d. Budha : -
e. Islam : 1.080 jiwa
10. Batas Wilayah RW 03
a. Sebelah Utara : Jalan Anggrek
b. Sebelah Selatan : Jalan Pemuda
c. Sebelah Timur : Sungai Jurig
d. Sebelah Barat : Kelurahan Karang Tengah
24
B. Format Pengkajian Komunitas Rw 03 Desa Rempoah Kecamatan
Baturraden Kabupaten Banyumas
1. Data Inti Komunitas
a. Sejarah
Wilayah Desa Rempoah secara administratif termasuk dalam
wilayah Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Terletak
kurang lebih 8 Km arah utara kota Purwokerto. Desa Rempoah
terdiri dari 3 dusun, 6 RW, dan terbagi dalam 40 RT. Wilayah RW
03 sendiri terdiri dari 8 RT dengn jumlah kepala keluarga sebanyak
339 KK.
RW 03 mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Jalan Anggrek
Sebelah Selatan : Jalan Pemuda
Sebelah Timur : Sungai Jurig
Sebelah Barat : Kelurahan Karang Tengah
Wilayah RW 3 banyak mengalami perubahan, bangunan jadi
permanen, banyak bangunan tambahan, sdangkan jaman dahulunya
wilayah ini masih banyak tanah kosong (kebon). Warga yang paling
lama tinggal di RW 03 adalah Ibu Tirem yang tinggal di RT 1, beliau
telah ada di desa ini sejak zaman penjajahan Belanda dan banyak
mengetahui sejarah dan perubahan di desa Rempoah.
b. Demografik
Jumlah kepala keluarga di RW 03 adalah 339 KK dengan
jumlah penduduk sebanyak 1.081 jiwa yang terdiri dari 553 laki-laki
dan 528 perempuan dengan pembagian RT 1 terdapat 47 KK, RT 2
terdapat 56 KK, RT 3 terdapat 56 KK, RT 4 terdapat 41 KK, RT 5
terdapat 42 KK, RT 6 terdapat 42 KK, RT 7 terdapat 32 KK, dan RT
8 trdapat 23 KK. Warga didaerah ini kebanyakan berasal dari suku
jawa dan beberapa pendatang berasal dari suku cina. Pendatang yang
kemudian menjadi penduduk RW 03 hanya sedikit karena sebagian
besar warga RW 03 merupakan pribumi asli dari desa tersebut. Pada
wilayah RW 03 ini kebanyakan penduduknya adalah lansia dan
25
dewasa, jumlah anak bayi dan balita hanya sedikit, jarang sekali
terdapat remaja karena kebanyakan remaja pergi bekerja ke luar
kota. Sehingga di wilayah ini kebanyakan warganya didominasi
orang lansia dan dewasa.
jumlah penduduk RW 03
laki-laki
perempuan
553528
Grafik 1. Pembagian Penduduk di RW 03 (Survei Data Penduduk, 2010)
RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 5 RT 6 RT 7 RT80
10
20
30
40
50
60
JUMLAH KEPALA KELUARGA
Grafik 2. Jumlah Kepala Keluarga di setiap RT
c. Etnisitas
Warga didaerah ini berasal dari suku jawa dan beberapa
pendatang berasal dari suku cina. Ada beberapa pendatang di RT 01
ini yaitu warung Ndeso, toko material dan bengkel mobil. Tipe
keluarga kebanyakan extended family, karena banyak yang masih
tinggal dengan orang tua ataupun sanak saudara yang lain.
26
Kebanyakan populasinya homogen karena mempunyai suku yang
sama yaitu suku Jawa. Kelompok budaya jawa masih sangat melekat
pada warga terlihat dengan adanya kepercayaan warga yang sangat
kuat terhadap budaya Jawa seperti ngupati, mitoni, begalan dalam
pernikahan, 40 hari, selapanan.
d. Nilai dan keyakinan
RW 03 mempunyai 8 mushola yang terbagi di setiap RT.
Mayoritas warga di RW 03 beragama Islam. Terdapat budaya
tahlilan di daerah ini. Mereka mengadakan pengajian rutin terutama
untuk para ibu. Para remaja juga diberdayakan untuk mengajar anak-
anak di TPA. Kegiatan keagamaan di TPA yang diperuntukan bagi
anak-anak bertujuan untuk menanamkan keyakinan agama sejak dini
sedangkan kegiatan remaja mengajar di TPA bertujuan untuk remaja
tetap mempertahankan keyakinannya dengan berkegiatan dalam
bidang keagamaan.
Nilai dan norma yang ada dimasyarakat RW 03 seperti
masyarakat pada umumnya. Mereka masih mengenal nilai
kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini
dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang
masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, sambatan, dan
takziyah. Budaya gotong royong masih melekat di RW 03, setiap 1
bulan sekali dilakukan kegiatan gotong royong untuk membersihkan
pemakaman umum di daerah tersebut dan setiap 2 minggu sekali
dilakukan kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekitar
pemukiman warga.
Warga selalu tolong menolong apabila ada salah seorang
warga yang membutuhkan pertolongan. Anak-anak juga diajarkan
untuk menghormati orang yang lebih tua, sopan terhadap orang baru
yang datang ke desa seperti mahasiswa yang datang berkunjung
untuk melakukan observasi. Warga sangat menyambut kedatangan
siapapun dengan hangat jika memang kedatangan orang tersebut
bertujuan baik. Dibuktikan dengan kedatangan kelompok kami
27
ketika akan melakukan pengkajian semua ketua RT dan ketua RW
sudah tidak asing dengan kedatangan mahasiswa untuk melakukan
pengkajian dan mereka menerima kelompok kami dengan terbuka.
Tidak terdapat peninggalan sejarah di daerah ini. Di daerah
ini tidak terdapat taman bunga, tetapi di daerah ini terdapat banyak
tumbuh-tumbuhan hijau.
2. Subsistem
a. Lingkungan fisik
1) Iklim/cuaca dan suhu ruangan
Wilayah ini sedang dalam iklim hujan sehingga terasa sejuk.
Berdasarkan wawancara dengan ketua RW dan ketua RT bahwa
suhu Desa Rempoah jika sedang musim kemarau juga terasa
panas. Desa Rempoah saat musim hujan bisa dikatakan lebih
sering hujan bila dibandingkan dengan wilayah Purwokerto Kota.
2) Paparan zat kimia
Tidak terdapat paparan zat kimia
3) Penataan wilayah
Wilayah dalam keadaan yang padat dan letak rumah-rumah
penduduknya saling berdempetan. Di wilayah tersebut saluran
airnya terbuka hal ini bertujuan agar saluran air mudah dibersihkan.
4) Dampak lingkungan fisik terhadap warga
Warga di daerah ini menggunakan air yang berasal dari
Gunung Slamet untuk kebutuhan sehari-harinya. Di daerah ini juga
banyak terdapat tanaman-tanaman hijau di sekitar rumah warga
maupun di kebun. Ada beberapa warga yang memelihara hewan
ternak, seperti ayam, kerbau, dan ikan. Keadaan alam di daerah ini
masih sangat alami, terbukti dengan banyaknya pepohonan yang
tumbuh dan struktur daerah yang masih alami.
Ada beberapa rumah yang tidak memiliki halaman
sehingga di rumah mereka tidak terdapat tanaman. Hampir seluruh
selokan yang terdapat di RW 03 dalam keadaan terbuka, saat kami
melakukan pengkajian terlihat warga yang berada di RT 02 setelah
28
hujan sedang menyapu halaman rumah yang ada sampahnya dan
dimasukan keselokan.
Lingkungan fisik di wilayah ini tidak terdapat industri,
namun disetiap RT memiliki warung kecil yang digunakan warga
untuk membeli barang kebutuhan mereka. Terlihat terdapat toko
yang agak besar yang melayani kebutuhan pokok warga seperti
yang terdapat pada RT 02.
5) Kebisingan, udara dan air
Wilayah ini termasuk dalam kondisi yang tidak terdapat
kebisingan. Udara di wilayah ini dalam kondisi yang sejuk dan
terkadang dingin saat musim penghujan seperti sekarang ini dan
akan terasa panas ketika musim kemarau. Wilayah ini pada musim
penghujan ataupun musim kemarau air akan tetap mengalir. Warga
di RT 02 memanfaatkan air yang banyak untuk ternak ikan mujaer,
lele dan beskap. Hampir semua warga di RT 02 memiliki kolam
ikan. Sumber air warga berasal dari aliran air yang berasal dari
Gunung Slamet, mereka tidak memanfaatkan air PAM.
Berdasarkan informasi dari ketua RW ketika musim kemarau
walaupun air dari sumur dan sungai sedikit tetapi mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan wilayah ini belum pernah
terjadi kekeringan.
6) Fasilitas yang dimiliki
Fasilitas yang dimiliki oleh RW 03 adalah lapangan badminton
yang terdapat di RT 02, mushola disetiap RT.
7) Struktur bangunan, keamanan dan kenyamanan
Hampir semua rumah dibangun permanen, warga merasa aman dan
nyaman tinggal di wilayah ini. Kenyamanan dibuktikan dengan
masalah sampah yang cara pembuangannya yaitu itu dilakukan
oleh petugas sampah yang berasal dari Rt 03/ Rw 03 dengan
grobak sampah yang disediakan oleh RT, dan nantinya akan
dikumpulkan untuk dibuang di TPA. Sampah diambil 2 kali dalam
29
seminggu yaitu setiap hari rabu dan minggu. Iuran sampah ini
dilakukan perbulan yaitu Rp 10.000,00.
8) Jenis industri yang ada di sekitarnya
Tidak terdapat industri di wilayah ini.
9) Pembuangan limbah
Pembuangan limbah rumah tangga di wilayah ini di alirkan melalui
selokan dan berujung di sungai terdekat, sedangkan untuk WC,
limbahnya langsung di hubungkan ke kolam-kolam ikan yang ada
di belakang rumah masing-masing.
b. Pendidikan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari observasi ke desa
Rempoah rata-rata pendidikan warga yang berusia 50 tahun ke atas
adalah SD, 40 tahun kebawah kebanyakan lulusan SMA, naun masih
banyak penduduk yang lulusan SMP.
Bila dijelaskan kembali secara rinci maka rata-rata masyarakat
yang ada di RT 1 sampai RT 3 hanya tamatan dari pendidikan SD
sampai SMA. Hal itu dikarenakan dari keterbatasan biaya dan
kurangnya dukungan dari keluarga untuk bisa melanjutkan kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
c. Keamanan dan transportasi
Di wilayah RW 3 tidak terdapat penjaga keamanan secara
khusus. Poskamling dan kegiatan ronda malam sudah tidak berjalan
lagi karena warga sudah jarang rapat sehingga sudah jarang pula
kegiatan tersebut dijalankan. Tetapi baru-baru ini pada tanggal 24
November 2011 di wilayah RT 1 telah terjadi kemalingan, sehingga
keamanan di RT 01 menjadi lebih ditingkatkan lagi dan ronda malam
mulai diberlakukan. Namun hampir seluruh warga di RT lain
berdasarkan penuturan dari ketua RT mengungkapkan walaupun tidak
ada poskamling dan ronda malam wilayah ini masih dalam kondisi
aman.
Alat transportasi yang biasa digunakan adalah sepeda motor,
mobil, sepeda, dan angkutan umum. Namun, karena penduduk
30
umumnya memiliki kendaraan sepeda motor, sehingga kebanyakan
mereka menggunakan sepeda motor dalam sehari-harinya.
d. Politik dan pemerintahan
Program dari pemerintah yang sudah masuk desa ada beberapa
antara lain:
1) Program Jaminan Persalinan (Jampersal) dan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas)
Program pemerintah tentang proses kelahiran gratis untuk 2 kali
kelahiran. Program ini di luncurkan untuk mendukung program
KB (2 anak lebih baik).
2) Pembuatan mata air baru
Pembuatan sumber mata air baru karena masyarakat RW 03
masih memanfaatkan dari air sungai untuk kehidupan sehari-hari.
Penyakit yang muncul biasanya diare. Tapi tidak bisa di data
karena tidak ada yang melaporkan, biasanya cuma diobati sendiri.
3) Raskin
Ada pembagian Raskin (beras miskin) di RW 03, kebijakan
masing-masing ketua RT setempat beras tersebut dibagi rata pada
lebih banyak penduduk tidak sesuai dengan daftar warga miskin
yang seharusnya menerima jatah raskin dari pemerintah sehingga
beras yang diterima lebih sedikit.
Biasanya saat ada pemilihan RT merupakan sistem kepercayan
dari masyarakat. Orang yang di percaya mampu oleh masyarakat di
tunjuk setelah melakukan musyawarah. Ketua RT bisa diturunan dari
jabatannya bila melakukan pelanggaran tugas, melakukan tindakan
kriminal, atau apabila mendapat mosi tidak percaya oleh masyarakat.
Pemilihan ketua RT dan ketua RW dilakukan dengan cara
kumpulan/rembugan saat perkumpulan rutin. Tidak ada peraturan
yang menjelaskan mengenai lama jabatan ketua RT dan ketua RW,
sehingga masa jabatan Ketua RT dan ketua RW dapat mencapai waktu
5 tahun, 10 tahun, sampai dengan 15 tahun. Pemilihan Kades
dilaksanakan setiap 6 tahun sekali, pemilihan Kades dilakukan secara
31
langsung oleh warga dengan cara pencoblosan. Para calon kepala desa
mencalonkan sendirinya, kemudian di data oleh petugas desa. Para
calon kepala desa sepakat iuran untuk membayar para pencoblos,
sekitar 20 ribu per orang sebagai ongkos transportasi.
Tidak ada campur tangan parpol dalam pemilihan kepala desa.
Ada beberapa partai politik yang berkontribusi dalam pembangunan
RW. Namun, banyaknya parpol yang masuk belum menyentuh ke
bidang kesehatan. Parpol yang dominan pada waktu pemilu adalah
partai PDIP dan demokrat.
e. Pelayanan kesehatan dan sosial
Masyarakat wilayah RW 3 di setiap RT belum pernah dilanda
kejadian luar biasa. Hingga kegiatan fogging belum pernah dilakukan
di wilayah RW 3 ini karena belum pernah terjadi DBD. Apabila warga
sakit ringan maka pergi berobat ke Puskesmas dan bidan desa,
sedangkan bila sakit parah maka warga biasanya pergi berobat ke
RSUD Margono dan RST Wijaya Kusuma. Di wilayah RW 3 terdapat
tempat kesehatan yang sering dikunjungi warga yaitu puskesmas,
dokter praktik dan bidan. Setiap warga memeriksakan kesehatan di
tempat kesehatan tersebut. Di wilayah RT 2, sudah tidak terdapat
dukun, namun di beberapa RT masih terdapat dukun bayi yang
disertakan oleh bidan dalam proses perawatan ibu setelah melahirkan.
Pelaksanaan posyandu balita dan imunisasi rutin dilaksanakan warga
RW 3, dibuktikan pelaksanaan posyandu balita dilaksanakan setiap 1
bulan sekali setiap tanggal 14 di posyandu balita di wilayah RT 3.
Posyandu lansia RW 03 digabung dengan posyandu lansia RW 04, hal
ini yang menyebabkan lansia RW 03 malas mengunjungi posyandu
karena jarak yang jauh, sehingga lansia sudah tidak rutin
mengikutinya. Lansia di wilayah ini kebanyakan menderita hipertensi.
Kegiatan penyuluhan kesehatan pernah dilakukan di wilayah RW 3,
antara lain pembinaan dari PMI, namun belum pernah diberikan
penyuluhan oleh puskesmas setempat. Jaminan kesehatan yang
dimiliki dan digunakan oleh wilayah RW 3 sebagian besar
32
menggunakan Jamkesmas. Pasar dan pertokoan terdapat di dekat
wilayah RW 3 sehingga memudahkan warga RW 3 dalam memenuhi
kebutuhannya.
f. Komunikasi
Daerah RW 3 yang terbagi menjadi 8 RT menggunakan sarana
mushola sebagai alat untuk mengkomunikasikan informasi atau
pengumuman. Di beberapa RT, mushola dan rumah warga yang
dilaksanakan secara bergiliran digunakan sebagai sarana berkumpul
warga dan rapat, namun sudah jarang warga yang hadir bila rapat
diadakan. Kebanyakan di setiap rumah memiliki TV, sedangkan
telepon rumah hanya sedikit karena lebih banyak menggunakan
handphone. Kentongan masih digunakan oleh warga di RT 3.
Komunikasi yang sama dan hampir seluruh warga memilikinya adalah
handphone dan televisi. Warga juga memakai bahasa sehari-hari yaitu
bahasa jawa banyumasan.
g. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW dan ketua RT
kebanyakan warga bekerja sebagai wiraswasta yaitu mereka seingkali
berjualan di area wisata Baturraden dan ada pula warga yang menjadi
PNS, buruh tani, dan kerja serabutan. Dikatakan ketua RW dan ketua
RT jika penghasilan warganya kebanyakan berada dibawah UMR,
namun warganya mampu membeli sepeda motor walaupun dengan
cara kredit.
h. Rekreasi
Di wilayah RW 03, anak-anak biasa bermain di kebun,
permainan yang biasa digunakan adalah permaianan tradisional.
Terdapat sebuah tanah kosong yang cukup luas yang digunakan
sebagai lapangan untuk bermain bola. Sedangkan di wilayah RT 02
RW 03, jenis rekreasi yang dilakukan oleh warga adalah mengadakan
badminton, namun karena sekarang ini sering hujan lapangan
badminton dan warga sudah jarang menggunakannya, namun masih
ada beberapa warga yang mengadakan badminton di gedung yang
33
berada di dekat wilayah RT 02. Di wilayah RT 03, warga melakukan
rekreasi tidak rutin. Tempat yang pernah dikunjungi sebagai tempat
rekreasi yaitu curug Belot. Masyarakat jarang melakukan rekreasi
secara rutin. Pelaksanaan rekreasi biasanya dilakukakn bila melalui
kegiatan sekolah atau organisasi seperti PKK, jenis rekreasi yang
biasa dilakukan oleh ibu-ibu PKK adalah bertamasya ketempat wisata
seperti Guci., dan organisasi lain dalam rangka perayaan hari besar
misalnya perayaan kemerdekaan.
C. Diagnosa Keperawatan Komunitas
Data Problem Etiologi
1 DS: ketua RT melaporkan bahwa di RW 3 tidak terdapat penjaga keamanan, Poskamling juga tidak ada dan kegiatan ronda malam sudah tidak berjalan. Ketua RT 01 juga mengatakan bahwa baru-baru ini telah terjadi pencurian tepatnya pada tanggal 24 November 2011, sehingga keamanan di RT 01 menjadi lebih ditingkatkan lagi dan ronda malam mulai diberlakukan.DO: tidak terlihat pos ronda di RW 3
Cemas terhadap kejadian kriminalitas terutama pencurian di RW 3
kejadian pencurian khususnya di RT 1 RW 3
2 DS: ketua RW mengatakan bahwa di RW tiga jarang dilakukan rapat RT, warga jarang berkumpul ke sesama tetangga, warga jarang mendatangi rapat RT, kegiatan posyandu lansia jarang dilaksanakan
Kesiapan peningkatan koping komunitas
posyandu lansia yang tidak rutin dan komunikasi warga yang kurang
3 DO: Ketua RW mengatakan bahwa limbah di buang di selokan, aliran WC dialirkan ke kolam-kolam.DS: ada beberapa warga yang membuang sampah di selokan
Risiko Lingkungan RW 3 yang tidak sehat
perilaku warga RW 3 yang tidak efektif
34
4. DS: Bu bidan mengatakan lansia RW 03 kebanyakan menderita hipertensi dan perilaku lansia RW 03 yang malas mengikuti posyandu lansia yang berada di RW 04. Ketua RT juga mengatakan bahwa lansia sudah jarang mengikuti posyandu lansia dibuktikan dengan sudah jarang ada senam lansia.
Hipertensi pada Lansia
Ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia
Diagnosa Keperawatan:
1. Cemas terhadap kejadian kriminalitas terutama pencurian di RW 3
khususnya di RT 1 berhubungan dengan adanya kejadian pencurian
diraerah RT 1 RW 3.
2. Kesiapan peningkatan koping komunitas ditandai dengan posyandu lansia
yang tidak rutin dan komunikasi warga yang kurang
3. Risiko Lingkungan RW 3 yang tidak sehat berhubungan dengan perilaku
warga RW 3 yang tidak efektif.
4. Hipertensi pada lansia berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam
mengikuti posyandu lansia.
Prioritas MasalahDiagnosa
Keperawatan
Komunitas
Kriteria Penapisan
Tersedia Sumber
a b C d e F g h I j k l Jumlah
Diagnosa 1 4 1 1 4 2 3 2 4 4 3 3 4 35
Diagnosa 2 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 40
Diagnosa 3 3 3 3 4 2 2 4 4 4 3 4 4 40
Diagnosa 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 41
a. Sesuai dengan peran perawat komunitas
b. Jumlah yang berisiko
c. Besarnya risiko
d. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
e. Minat masyarakat
35
f. Kemungkinan untuk diatasi
g. Sesuai program pemerintah
h. Sumber daya tempat
i. Sumber daya waktu
j. Sumber daya dana
k. Sumber daya peralatan
l. Sumber daya manusia
36
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis SWOT
STRENGTH :1. Warga terbuka2. Sudah mengenal kesehatan
dibuktikan dengan apabila sakit dating ke dokter, puskesmas, dan bidan desa.
3. Warga yang usianya produktif meninggalkan desa untuk bekerja.
OPPORTUNITY :1. Masih ada posyandu balita2. Ada bidan desa dan dokter praktek3. Ada Jaminan Persalinan
(Jampersal)4. Dekat dengan puskesmas dan pasar5. Sumber air melimpah6. Dengan dengan tempat wisata7. Terdapat lapangan badminton di
RT 028. Wilayah RW 03 dekat dengan
gedung badmintonWEAKNESS :1. Perilaku buruk dalam membuang
sampah2. Sudah jarang berkumpul sehingga
komunikasi kurang (interaksi kurang) dibuktikan dengan rapat yang sudah jarang karena warga jarang datang
3. Kurang partisipasi aktif dari warga, dibuktikan dengan senam lansia yang sudah tidak berjalan dan jarang mengikuti rapat
4. Pendidikan warga RW 03 kebanyakan masih lulusan SD
TREATH :1. Posyandu lansia sudah tidak
berjalan2. Tidak terdapat gardu poskamling
dan ronda malam
Analisis Strategis : S-W = 3-4 = -1
O-T = 8-2 = +6
37
B. Pembahasan
Analisa diatas membantu mengidentifikasi wilayah RW 03 tentang
kelebihan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dengan melihat analisa di atas
maka kelompok kami mencoba untuk merancanakan pengembangan
pelaksanaan proses keperawatan dengan melibatkan warga dan kondisi
lingkungan yang memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kondisi warga yang terbuka memudahkan mahasiswa melakukan
pengkajian dan hal ini juga menjadi kelebihan dari warga yang mudah dalam
menerima informasi. Namun warga sekarang ini sudah jarang berkumpul
dibuktikan dengan ketika diadakan penyuluhan KB, petugas kesehatan harus
mendatangi warga dari rumah ke rumah. Solusi dari kami ketika akan
melakukan penyuluhan, petugas kesehatan sebaiknya memberikan
penyuluhan yang menarik perhatian dan minat warga. Misalnya ketika
melakukan penyuluhan disertai dengan pemeriksaan kesehatan gratis.
Warga yang memiliki usia produktif yang sebagian besar bekerja
diluar kota menjadi kelebihan dari wilayah ini karena dengan bekerja maka
ada penghasilan dan mengurangi angka pengangguran diwilayah ini, selain
itu warga yang memiliki usia produktif kemungkinan memiliki wawasan
yang lebih luas karena mereka telah hidup dalam kondisi yang berbeda.
Petugas kesehatan dapat bekerjasama dengan warga yang memiliki wawasan
luas untuk membantu menyelesaikan masalah untuk merubah perilaku warga
yang buruk seperti membuang sampah ke selokan, karena hal ini dapat
menyebabkan banjir dan sarana penyakit berkumpul.
Masalah posyandu lansia yang sudah jarang diikuti oleh lansia harus
segera diatasi bersama dengan tokoh masyarakat dan petugas kesehatan.
Solusi dari kelompok kami adalah perlunya pertemuan bersama untuk
memecahkan masalah posyandu lansia yang sudah jarang diikuti oleh lansia
RW 03. Diharapkan dalam pertemuan ini ada pembahasan mengenai alasan
lansia tidak mengikuti posyandu lansia yang ada di RW 04 dan solusi apa
yang bisa memotivasi lansia untuk tetap mengikuti posyandu lansia.
38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis meliputi biologis,
psikologis, sosial dan spiritual yang utuh dan bukan hanya suatu keadaan
yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan yang memungkinkan setiap
individu hidup secara mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder
dan tersier.
3. Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama.
4. Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan,
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan kesehatan/ keperawatan.
5. Peran yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat adalah
sebagai penyedia pelayanan (Care Provider), pendidik dan konsultan
(Nurse Educator and Counselor), panutan (Role Model), pembela (Client
Advocate), manajer kasus (Case Manajer), kolaborator, perencana tindak
anjut (Discharge Planner), pengidentifikasi masalah kesehatan (Case
Finder), koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services),
pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader), dan pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas
(Community Care Provider And Researcher).
6. Tahapan proses keperawatan kesehatan komunitas yaitu 1) pengkajian
yang terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,
penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan, prioritas masalah,
39
dan aspek politis; 2) diagnosa keperawatan; 3) perencanaan keperawatan;
4) pelaksanaan; serta 5) evaluasi dan penilaian.
7. Diagnosa keperawatan yang muncul setelah dilakukan pengkajian di RW
03 adalah :
a. Cemas terhadap kejadian kriminalitas terutama pencurian di RW 3
khususnya di RT 1 berhubungan dengan adanya kejadian pencurian
diraerah RT 1 RW 3.
b. Kesiapan peningkatan koping komunitas ditandai dengan posyandu
lansia yang tidak rutin dan komunikasi warga yang kurang.
c. Risiko Lingkungan RW 3 yang tidak sehat berhubungan dengan
perilaku warga RW 3 yang tidak efektif.
d. Hipertensi pada lansia berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia
dalam mengikuti posyandu lansia.
B. Saran
Peran petugas kesehatan sangat penting untuk menangani masalah
kesehatan yang muncul di Desa Rempoah ini, khususnya di RW 03 serta
partisipasi dari masyarakat itu sendiri agar terciptanya lingkungan yang sehat.
Jika lingkungan di desa tersebut sudah baik maka insiden penyakit akan
berkurang. Sehingga kerjasama antara petugas kesehatan dan masyarakat
harus dijalin dengan kuat sehingga masalah-masalah kesehatan yang ada di