BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada umumnya tinjauan terhadap perekonomian di suatu daerah atau Negara secara makro dilakukan dengan melihat hubungan kausal berbagai variabel ekonomi agregatif seperti pertumbuhan ekonomi, pendapatan, tingkat suku bunga, investasi, dan lain-lain. Hubungan kausal atau disebut juga hubungan sebab akibat diperoleh dari kenyataan bahwa hubungan antara variabel-variabel ekonomi memiliki sifat reversible, dalam arti bahwa meningkatnya variabel A bertendensi mengakibatkan meningkatnya variabel B, atau sebaliknya meningkatnya variabel A justru mengakibatkan menurunnya variabel B (Reksoprayitno, 2000:3-7). Dengan mengetahui hubungan tersebut diharapkan dapat membantu dalam memecahkan berbagai masalah dalam perekonomian melalui berbagai agregatif tindakan. Tindakan yang dilakukan pemerintah biasanya berbentuk kebijakan atau sering disebut sebagai kebijakan ekonomi makro (macroeconomic policy). Kebijakan ekonomi makro dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan pemerintah yang berupa usaha untuk mempengaruhi besaran-besaran/variabel- variabel ekonomi agregatif, atau dengan kata lain untuk mempengaruhi jalannya perekonomian dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi mencerminkan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu
72
Embed
70340774 Pengaruh Investasi Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kaltim
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada umumnya tinjauan terhadap perekonomian di suatu daerah atau
Negara secara makro dilakukan dengan melihat hubungan kausal berbagai
variabel ekonomi agregatif seperti pertumbuhan ekonomi, pendapatan, tingkat
suku bunga, investasi, dan lain-lain. Hubungan kausal atau disebut juga hubungan
sebab akibat diperoleh dari kenyataan bahwa hubungan antara variabel-variabel
ekonomi memiliki sifat reversible, dalam arti bahwa meningkatnya variabel A
bertendensi mengakibatkan meningkatnya variabel B, atau sebaliknya
meningkatnya variabel A justru mengakibatkan menurunnya variabel B
(Reksoprayitno, 2000:3-7).
Dengan mengetahui hubungan tersebut diharapkan dapat membantu dalam
memecahkan berbagai masalah dalam perekonomian melalui berbagai agregatif
tindakan. Tindakan yang dilakukan pemerintah biasanya berbentuk kebijakan atau
sering disebut sebagai kebijakan ekonomi makro (macroeconomic policy).
Kebijakan ekonomi makro dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan
pemerintah yang berupa usaha untuk mempengaruhi besaran-besaran/variabel-
variabel ekonomi agregatif, atau dengan kata lain untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi mencerminkan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu
2
periode perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti kegiatan ekonomi
pada periode tersebut mengalami peningkatan. Sedangkan jika pada suatu periode
perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi pada
periode tersebut mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci
dari tujuan ekonomi makro. Hal ini didasari oleh tiga alasan. Pertama, penduduk
selalu bertambah. Bertambahnya jumlah penduduk ini berarti angkatan kerja juga
selalu bertambah. Pertumbuhan ekonomi akan mampu menyediakan lapangan
kerja bagi angkatan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan
lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja, hal ini mendorong terjadinya
pengangguran. Kedua, selama keinginan dan kebutuhan selalu tidak terbatas,
perekonomian harus selalu mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa
untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Ketiga, usaha menciptakan
kemerataan ekonomi (economic stability) melalui redistribusi pendapatan (income
redistribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi
yang tinggi.
Beberapa sektor ekonomi di Kalimantan Timur pada tahun 2008
mengalami laju pertumbuhan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Diantaranya
adalah sektor pertambangan yang pada tahun sebelumnya sebesar 2,76 persen
menjadi 5,72 persen. Sektor industri pengolahan mengalami peningkatan yang
signifikan dari 3,86 persen menjadi 2,17 persen dan dari sektor perdagangan 5,27
persen menjadi 9,06 persen. Sedangkan lima sektor lainnya mengalami
pertumbuhan yang melambat (Anonim, 2009 : 483).
3
Tingkat bunga, investasi dan pengeluaran pemerintah merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Dikatakan tingkat bunga
berpengaruh karena tingkat bunga mempengaruhi jalannya investasi dan deposito
yang terjadi di Kalimantan timur. Tingkat bunga mempengaruhi investor atau
keputusan seseorang dalam mengalokasikan dana yang dimilikinya, apakah akan
di investasikan dalam kegiatan produksi atau menabungkan dananya di bank
untuk memperoleh bunga.
Tingkat suku bunga diyakini oleh para ekonom sebagai salah satu
determinan investasi. Hal ini menyangkut biaya investasi (cost of investment)
yang harus ditanggung investor. Semakin besar biaya investasi maka akan
semakin kecil keuntungan (profitability) yang diperoleh investor, akibatnya
semakin kecil minat untuk berinvestasi. Hal ini dibuktikan dengan melambungnya
tingkat suku bunga pada masa krisis yang menyebabkan menurunnya investasi
domestik.
Secara umum nilai Penanaman Modal Asing (PMA) Kaltim mengalami
peningkatan dari tahun 2001 sampai 2006, di tahun 2003, nilai Penanaman Modal
Asing (PMA) mencapai angka Rp.8,1 triliun tetapi di tahun-tahun berikutnya
jumlah ini tidak pernah tercapai. Sedangkan nilai Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) Kaltim mengalami kenaikan dan penurunan tiap tahunnya.
Beberapa permasalahan yang menyebabkan terhambatnya investasi Kaltim
adalah: 1. Prosedur perijinan investasi yang rumit, panjang, dan menimbulkan
ekonomi biaya tinggi; 2. Masih rendahnya kepastian hukum; 3. Belum
menariknya insentif bagi kegiatan investasi; 4. Rendahnya kualitas dan kapasitas
4
infrastruktur yang sebagian besar terus memburuk dan rusak akibat berbagai
mcam bencana; 5. Iklim dan ketenegakerjaan yang kurang kondusif; 6. Garansi
keamanan untuk melakukan kegiatan investasi/usaha. Selain permasalahan
tersebut, kendala aturan investasi yang tidak konsisten, jaminan keamanan,
pembiayaan, tata ruang lokasi investasi juga turut membuat investor enggan
masuk ke Kaltim ( Anonim, 2008 : 436-437 ).
Setelah tingkat bunga dan investasi maka beralih ke pengeluaran
pemerintah yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kalimantan timur.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah target dari semua pemerintah. Semua
pemerintah ingin mencapai tujuan tersebut karena pertumbuhan ekonomi dapat
menggambarkan kondisi masyarakat dan dapat menunjukkan indeks kesejahteraan
suatu daerah.
Dari sini kita melihat apakah pengeluaran pemerintah berperan aktif dalam
pembangunan Kalimantan Timur atau hanya sekedar perbincangan di kalangan
pemerintah saja, dimana program dalam meningkatkan infrastruktur di
Kalimantan Timur dalam menunjang kegiatan ekonomi masyarakat baik
infrastruktur jalan, bangunan dan jembatan, masih terus dikembangkan namun
pada akhir tahun 2008 ini sedikit mengalami perlambatan realisasi. Dengan hal
tersebut, terjadi juga pada kegiatan pihak swasta dalam pengembangan
infrastruktur yang mulai mengalami kelesuan, akibat ketatnya likuiditas
pendanaan.
Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah berkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Timur apabila tingkat bunga turun maka investasi akan naik
5
dengan didukung peran pemerintah daerah, sebaliknya apabila tingkat bunga naik
maka investasi pun berkurang, karena investasi berkurang maka pemerintah
membantu dalam hal pengeluaran untuk pembangunan daerah. Walaupun
sebenarnya pengeluaran pemerintah tidak selalu berpatokan pada saat investasi
menurun tetapi pemerintah juga memiliki anggaran untuk pembangunan. Dengan
melihat keterkaitan tersebut, apakah investasi dan pengeluaran pemerintah yang
terjadi selama 10 tahun terakhir ini sudah memberikan andil dalam pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Timur ? Yang mana diketahui bahwa Kalimantan Timur
adalah daerah yang sedang membangun dan memiliki Sumber Daya Alam yang
melimpah.
Sehubungan dengan hal ini, penulis tertarik untuk melakukan analisa dan
penelitian tentang investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi Kalimantan timur dengan menetapkan judul : Pengaruh Investasi dan
Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan
Timur.
6
B. Rumusan Masalah
Proses pemulihan perbankan dan ekonomi secara keseluruhan masih
mempersoalkan faktor dan kepastian, khususnya akibat kondisi sosial politik dan
keamanan, masih akan mempengaruhi perkembangan investasi dan pengeluaran
pemerintah.
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Timur?
2. Variabel manakah antara Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah yang
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kalimantan Timur?
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya
pengaruh Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kalimantan Timur dan untuk mengetahui variabel mana yang memiliki pengaruh
dominan terhadap Pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur.
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah :
a. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan
berkaitan dengan Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah yang tepat agar
dapat meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di Kalimantan Timur.
7
b. Sebagai masukan dan acuan ilmiah bagi peneliti berikutnya, terutama yang
tertarik untuk mengkaji secara komprehensif serta mengembangkan lebih
lanjut hasil penelitian ini.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Investasi dan Tingkat Bunga
Investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk menambah atau
mempertahankan persediaan kapital (capital stock). Persediaan kapital ini terdiri
dari pabrik-pabrik, mesin-mesin kantor dan barang tahan lama lainnya yang
dipakai dalam proses produksi. Termasuk dalam persediaan kapital adalah rumah-
rumah dan persedian barang-barang yang belum dijual atau uang dipakai pada
tahun yang bersangkutan (inventory). Jadi investasi adalah pengeluaran yang
menambah persediaan kapital. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-
barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian (Sukirno, 1994 : 107).
Yang dimaksud dengan investasi adalah penanaman modal oleh
perusahaan untuk membeli barang-barang kapital baru, seperti mesin-mesin dan
peralatan lainnya seperti pabrik-pabrik, toko-toko, alat angkutan, gudang dan lain
sebagainya. Ini semua tergantung pada apakah tingkat keuntungan yang
diharapkan dari investasi tersebut lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat
bunga yang harus dibayar untuk dan pinjaman guna keperluan investasi tersebut.
(Suparmoko, 1990 : 79).
Investasi merupakan modal yang biasanya ditujukan untuk jangka panjang,
penanaman modal dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha sendiri atau
9
menyertai pada pihak lain. Maksud dari penanaman modal usaha untuk
memperoleh keuntungan yang penanamannya dapat berbentuk uang, modal tetap
atau pembelian surat berharga.
Sebagai langkah yang ditempuh oleh pemerinyah dalam usahanya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu menambah kapital atau mengadakan
investasi baru dalam sektor tertentu. Peranan pemerintah dalam hal ini cukup
dominan namun sektor swasta juga memberikan andil yang cukup besar dalam
rangka penanaman modal, dalam berbagai sektor ekonomi di Kalimantan Timur.
Investasi dapat digolongkan kedalam tiga macam golongan yaitu :
1. Investasi tetap perusahaan yang terdiri dari pengeluaran perusahaan untuk
mesin-mesin, perlengkapan, bangunan yang semuanya tahan lama.
2. Investasi untuk perumahan khususnya rumah temapat tinggal, dan
3. Investasi yang berupa penambahan persediaan (inventory).
Investasi akan mengalami kenaikkan dalam jumlahnya apabila suku bunga
pinjaman turun. Sebaliknya, bila suku bunga pinjaman naik maka jumlah investasi
akan berkurang. Dalam hal ini, investasi dapat berupa pembelian barang-barang
kapital maupun pembelian surat obligasi. Hubungan itu dapat digambarkan
dengan kurva investasi dan dinyatakan sebagai fungsi investasi. Jadi fungsi
investasi ini menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dan jumlah permintaan
investasi dalam perekonomian. Hubungan antara tingkat bunga dan investasi itu
adalah negative sifatnya. (Suparmoko, 1990 : 79).
Selanjutnya perlu dipahami juga bahwa dalam hal investasi atau
penanaman modal terdapat suatu kecenderungan bahwa semakin banyak
10
penanaman modal maka akan memberikan tingkat keuntungan (MEI) yang
semakin rendah. Hal ini dapat terjadi karena pada umumnya setiap faktor produksi
digunakan pertama-tama pada proyek-proyek yang tingkat keuntungannya lebih
rendah dan seterusnya. Oleh karena itu fungsi investasi itu sama artinya dengan
fungsi kemungkinan hasil yang diharapkan atau marginal efficiency of
investment (r).
i
i0
I = f(i) = MEI
0 I0 I1 Jumlah Investasi ( I )
Gambar 1. Fungsi Investasi; MEI
Dengan menggunakan gambar di atas, kita melihat bahwa pada tingkat
bunga setinggi io, jumlah investasi yang terjadi setinggi io.
Investasi dalam keseimbangan terjadi pada saat tingkat bunga sama
dengan tingkat hasil yang diharapkan (I = r). mengapa investasi yang terjadi tidak
pada jumlah I1. Hal ini terjadi karena pada jumlah investasi setinggi I1, tingkat
bunga (i) lebih tinggi daripada tingkat hasil yang diharapkan (r), sehingga
penanaman modal tidak berminat untuk mengadakan investasi setinggi I1.
Sebaliknya apabila tingkat bunga setinggi I1, jumlah investasi yang akan terjadi
11
akan setinggi I1, karena pada saat itu tingkat bunga (i) akan sama dengan tingkat
hasil yang diharapkan (r).
Jadi dari pembahasan tersebut di atas terbukti bahwa investasi merupakan
fungsi dari tingkat bunga : I = f (i). Kemudian apakah hanya tingkat bunga saja
yang memperngaruhi tinggi rendahnya investasi. Ada faktor lain yang
mempengaruhi tinggi rendahnya investasi yaitu tingkat pendapatan nasional,
semakin tinggi pendapatan semakin tinggi pula tingkat investasi. Oleh karena itu
terdapat hubungan yang positif antara tingkat investasi dengan tingkat pendapatan
nasional.
Investasi semacam ini disebut dengan investasi yang dipacu (induced
investment) dan kita dapat melukisnya sebagai I = f (Y). dengan demikian kita
dapat mengetahui adanya kemungkinan perubahan investasi, yaitu jumlah
investasi akan berubah apabila terdapat peningkatan jumlah pendapatan nasional
walaupun tingkat bunga tetap/tidak berubah. Oleh karena itu kita dapat juga
menuliskan fungsi investasi sebagai I = f(I,Y). (Suparmoko, 1990 : 81).
Investasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam GNP.
Biasanya pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan
pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan terjadinya
resesi. Oleh karena itu para ahli ekonomi sangat tertarik untuk menganalisanya,
terutama dalam kaitannya dengan kebijaksanaan stabilitas untuk mengatasi akibat
buruk dari adanya fluktuasi investasi. Investasi sangat penting bagi pertumbuhan
ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja dan jumlah kapital.
Tanpa investasi maka tidak aka nada pabrik atau mesin baru dan dengan demikian
12
tidak ada ekspansi. Pengertian investasi mencakup investasi barang-barang tetap
pada perusahaan, persediaan, serta perumahan.
Teori investasi pada umumnya hendak menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi investasi. Beberapa faktor yang diduga kuat pengaruhnya terhadap
investasi ini antara lain adalah tingkat bunga, penyusutan, kebijaksanaan
perpajakan serta perkiraan tentang penjualan dan kebijaksanaan ekonomi.
Mempertimbangkan ekspansi ke dalam penentuan imvestasi merupakan
pandangan yang relative baru (Nopirin a, 2000 : 133).
Pembangunan nasional memerlukan investasi dalam jumlah besar,
mengingat Indonesia sebagai negara berkembang, yang kekurangan dana guna
membiayai pembanguan seperti dikatakan oleh Hasanudin (1984 : 33), dewasa ini
hampir tidak ada negara berkembang di dunia dalam melaksanakan pembangunan
ekonominya semata-mata mengandalkan pada sumber pembiayaan dalam negari,
sumber pembiayaan luar negeri sebagai sarana dalam mempercepat proses
pembangunan negara sedang berkembang semakin disadari pentingnya.
Bertitik tolak dengan pendapat di atas, maka pemerintah perlu mengambil
beberapa kebijaksanaan dalam usaha menutupi kekurangan dana untuk keperluan
investasi, yaitu diikut sertakan pihak swsta dalam proses pembangunan ekonomi,
seperti dikatakan oleh Agie (1980 : 80). Jika modal untuk investasi dari
pemerintah tidak cukup untuk keperluan pencapaian sasaran laju pertumbuhan
ekonomi yang dikehendaki, maka diharapkan kekurangan tersebut dipenuhi
dengan peranan modal swasta.
13
Investasi merupakan modal yang biasanya di tujukan untuk jangka
panjang, penanaman modal dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha sendiri
atau menyertai pada pihak lain. Maksud dari penanaman modal usaha untuk
memperoleh keuntungan yang penanamannya dapat berbentuk uang, modal tetap
ataupun pembelian surat berharga.
Herbert (1996 : 1) berpendapat tentang investasi yaitu “Investment is the
commitment of present funds for the purpose deriving future income in the form of
interest, dividends, rent or retirement benefit or appreciation in the value or
principal”.
Sebagai langkah yang di tempuh oleh pemerintah dalam usahanya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu dengan menambah kapital atau
mengadakan investasi baru dalam sektor tertentu. Peranan pemerintah dalam hal
ini cukup dominan namun sektor swasta juga memberikan andil yang cukup besar
dalam rangka penanaman modal dalam berbagai sektor ekonomi.
Dalam ketentuan pelaksanaan penanaman modal (investasi) dalam rangka
menunjang pembangunan, kebijaksanaan dasar dalam bidang investasi adalah
bahwa untuk menyelenggarakan pembanguan maka disamping modal negara yang
menggunakannya dilakukan melalui anggaran pendapatan daerah juga dikerahkan
modal dari sektor swasta dalam negari maupun sektor asing.
Keynes menanamkan fungsi The Marginal Efficiency of Capital dan sering
kali para ahli ekonomi menyebutnya “MEC”. Bentuk geometris dari fungsi MEC
dapat dilihat pada kurva dibawah ini :
14
Tingkat Bunga (i)
(%)
I2 B
I1 A
0 i2 i1 Investasi
Gambar 2. The Marginal Efficiency of Capital
Fungsi ini dapat dipandang sejenis dengan kurva permintaan. Semakin
rendah ongkos pinjaman semakin besar jumlah pembelian barang-barang modal
(investasi). Kalau rate of return (MEC) dari investasi lebih besar dari tingkat
bunga, pengusaha akan meminjamkan uang dari pasar modal untuk membeli
barang-barang modal. Jadi dengan i = i1, investasi akan berjumlah i2 dan titk A
disebut titik keseimbangan 0 dalam pasar modal (Soediyono, 1997 : 179).
Menurut Hansen (1982 : 57) “The volume of investment is determined by
the rate of interestin relation to the investment-demand schedule. The investment
demand schedule (the investment function) relates the marginals efficiency of
capital which we shall call r to the volume of investment thus r = f(I)”.
Inflasi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi yang
berbentuk fisik maupun investasi dalam bentuk surat-surat berharga seperti saham
dan obligasi. Inflasi sebagai suatu fenomena ekonomi terutama terjadi di negara-
negara yang sedang berkembang. Dampak dari inflasi bagi perekonomian sangat
besar dan melibatkan banyak pihak perilaku ekonomi, sehingga penyelesaian juga
15
harus melibatkan berbagai pihak terutama para pelaku ekonomi swasta dan
pemerintah. Di Indonesia formulasi sebagai kebijakan moneter untuk
menanggulangi laju pertumbuhan inflasi dipercayakan kepada otoritas moneter.
Inflasi lebih terasa pengaruhnya jika investasi yang dilakukan dibiayai dengan
utang luar negeri, bahan baku impor atau bahan yang memiliki kandungan lokal
lebih kecil daripada kandungan impornya.
Inflasi merupakan suatu keadaan terjadi kenaikan harga-harga secara tajam
yang berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama.
(Khalwaty, 2000 : 5).
Investasi adalah suatu transaksi melepaskan uang, modal atau dana pada
saat sekarang dengan harapan memperoleh keuntungan pada masa yang akan
dating. Investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu investasi dalam bentuk
aktiva nyata (real asset) dan investasi dalam bentuk aktiva keuangan (financial
asset). Investasi dalam bentuk aktiva nyata antara lain pendirian pabrik, hotel dan
industry wisata. Sedangkan yang termasuk dalam kategori investasi aktiva
keuangan misalnya pembelian surat berharga, saham, obligasi dan valuta asing.
Dilihat dari situasi atau saatnya investor melakukan investasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Situasi pasti (certain situation)
2. Situasi tidak pasti (uncertain situation)
Investasi yang dilakukan dalam situasi atau dalam keadaan dimana stabilitas
nasional baik ekonomi maupun politik terjamin, besarnya dana yang dibutuhkan,
tingkat suku bunga, masa pengembalian investasi dan tingkat keuntungan dapat
16
diprediksikan secara pasti. Sedangkan investasi dalam situasi tidak pasti, misalnya
adalah keputusan investasi yang diambil pada saat krisis moneter, tingkat inflasi
sangat tinggi, tingkat suku bunga tidak menentu dan penuh dengan hura-hura
(Khalwalty, 2000 : 96).
Pengertian besar dari dasar teori tingkat suku bunga yaitu harga dari
penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Bunga merupakan imbalan atas
ketidaknyamanan karena melepas uang, dengan demikian bunga adalah harga
kredit. Tingkat suku bunga berkaitan dengan peranan waktu di dalam kegiatan-
kegiatan ekonomi. Tingkat suku bunga muncul dari kegemaran untuk mempunyai
uang sekarang.
Teori klasik menyatakan bahwa tingkat bunga adalah harga dari leonable
funds (dana investasi) dengan demikian bunga adalah harga yang terjadi di pasar
dan investasi. Menurut teori Keynes tingkat bunga merupakan suatu fenomena
moneter, artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan
uang (ditentukan oleh pasar). (Hidayatullah, 2004 : 440).
Salah satu kebijaksanaan moneter yaitu mempengaruhi tingkat bunga.
Bunga sebagai instrument moneter yang selalu digunakan dalam berbagai
kebijakan moneter yang diambil oleh otoritas moneter. Bunga sebagai instrument
artinya adalah tingkat bunga yang berlaku dalam suatu Negara dapat berfluktuasi
dari tingkat yang satu ke tingkat yang lainnya. Sekilas dapat dikatakan bahwa
bunga adalah suatu bentuk penghasilan. Seperti layaknya orang bekerja maka
penghasilan yang mereka peroleh disebut dengan upah dan gaji, para pemegang
saham menerima penghasilan yang disebut dividen, pemegang hak cipta
17
memperoleh penghasilan yang disebut royalty dan banyak jenis penghasilan
lainnya yang diperoleh dengan cara berbeda-beda. Demikian juga dengan bunga,
bunga adalah penghasilan yang di peroleh orang-orang yang memberikan
kelebihan uangnya untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang
membutuhkan dan menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya.
(Rimsky, 2002 : 80).
1. Bunga menurut teori Klasik
Menurut teori Klasik tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga, makin
tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung.
Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong
untuk mengorbankan/mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah
tabungan. (Kamerchen, 1984 : 280).
Investasi juga merupakan fungsi bunga. Makin tinggi tingkat bunga,
keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Tingkat bunga dalam
keadaan seimbang (artinya ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai
apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk
melakukan investasi. Secara grafik, tingkat bunga dapat digambarkan seperti
dalam gambar di belakang :
18
Tingkat Bunga S
Investasi 1
Investasi 1
S0 S1
Gambar 6. Teori Klasik Tentang Bunga
Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik i0, dimana jumlah tabungan
sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga diatas i0, jumlah tabungan melebihi
keinginan pengusaha melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing
untuk meminjamkan uangnya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga
akan turun balik posisi i0, sebaliknya apabila tingkat bunga pada posisi tersebut
para pengusaha akan saling bersaing untuk memperoleh dana yang relative
jumlahnya lebih kecil. Persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik lagi
(Nopirin b, 2000 : 70).
Para ekonom Klasik berpendapat bahwa dalam masyarakat harus ada
interaksi positif antara dua Kelompok yang saling melengkapi dengan yang
lainnya. Kelompok pertama adalah penabung dan Kelompok kedua adalah
pengusaha atau orang yang kekurangan dana. Kedua Kelompok tersebut
berinteraksi di pasar investasi untuk mencari kesepakatan harga atau Equilibrium
19
Position dari uang yang mereka gunakan untuk keperluan investasi. Kesepakatan
haraga yang tercipta diantara keduanya selanjutnya disebut dengan istilah bunga.
Harga kesepakatan akibat interaksi antara dua Kelompok tersebut di atas,
memperjelas pendapat kaum Klasik mengenai bunga, bahwa fluktuasi bunga
dapat mempengaruhi perilaku penabung maupun investor. (Rimsky, 2002 : 81).
2. Teori Leonable Funds
Bunga adalah “harga” dari (penggunaan) leonable funds. Terjemahan
langsung dari istilah tersebut adalah “dana yang tersedia untuk dipinjamkan”.
Terjemahan bebasnya mungkin lebih baik kita gunakan istilah “dana investasi”,
sebab menurut teori Klasik, bunga adalah “harga” yang terjadi di “pasar” dana
investasi.
Apakah pasar dana investasi itu ? dalam suatu periode ada anggota
masyarakat yang menerima pendapat melebihi apa yang mereka perlukan untuk
kebutuhan konsumsinya selama periode tersebut. Mereka ini adalah kelompok
“penabung”. Bersama-sama jumlah seluruh “tabungan” mereka membentuk
supply atau penawaran akan Leonable Funds. Di lain pihak, dalam periode yang
sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana, mungkin karena mereka
ingin berkonsumsi lebih daripada pendapatan yang diterima selama periode
tertentu, atau yang lebih penting karena mereka adalah pengusaha yang
memerlukan dana untuk operasi atau perluasan usahanya. Mereka ini adalah
“investor” dan jumlah dari seluruh kebutuhan mereka akan dana membentuk
permintaan akan Leonable Funds”.
20
Selanjutnya para “penabung” dan para „investor” ini bertemu di pasar
Leonable Funds dan dari proses tawar-menawar antara mereka akhirnya akan
dihasilkan tingkat bunga kesepakatan (keseimbangan). Berikut kurva terjadinya
tingkat bunga keseimbangan di pasar dana investasi (leonable funds) dalam suatu
periode.
Tingkat Bunga
%
S
R
I
0 F Dana Investasi ( Leonable Founds )
Gambar 7. Kurva Tingkat Bunga di Pasar Dana Investasi
Mengapa kurva penawaran akan dana investasi (S) menaik dan kurva
permintaan dana investasi menurun? Teori Klasik mempunyai jawaban untuk ini
sebagai berikut:
Untuk tabungan (penawaran) yang menarik apabila tingkat bunga naik,
jawabannya atas perilaku anggota masyarakat yang sejalan dengan perilaku
memaksimumkan kepuasan (utility) dalam teori permintaan konsumen. Misalkan
Tuan B mempunyai pendapatan sebesar Y1 dalam periode 1 dan Y2 dalam
periodenya. Apabila pola konsumsinya mengikuti pola pendapatannya
(artinya,dalam periode ia mengkonsumsi habis pendapatannya), maka posisinya
21
adalah pada titik A dalam gambar diatas, diman konsumsinya dalam periode 2
(C1) sama dengan pendapatannya (Y1) dan konsumsinya dalam periode 2 (C2)
sama dengan pendapatannya (Y2). Tingkat kepuasan (utility) yang dicapai dengan
pola konsumsi seperti ini ditunjukkan oleh kurva indeferensi (indifference curve)
IC1.
B. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah (Fiscal Policy) adalah suatu kebijakan ekonomi
dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik
dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini
mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun
kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapan dan belanja
pemerintah.
Tujuan Kebijakan Fiskal
Tujuan dari kebijakan fiskal yaitu :
1. Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan
ekonomi.
2. Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
3. Untuk menstabilkan harga-harga barang, khususnya mengatasi inflansi.
Perangkat Kebijakan Fiskal
Ada dua perangkat kebijakan fiscal yaitu :
1. Belanja/pengeluaran negara (G = Government Expenditure)