7 tingkatan nafsu itu adalah :
1. Nafsu Amarah Nafsu ini adalah nafsu yang paling mudah
menjerumuskan manusia kedalam panasnya api neraka. Orang yang
memiliki nafsu ini tentu tidak kenal dengan yang namanya akhirat.
Orang ini senang melakukan perbuatan yang dilarang asalkan dirinya
bisa merasa senang dengan perbuatannya itu. Nafsu ini telah
dijelaskan dalam surat yusuf : Dan aku tidak membebaskan diriku
(dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Yusuf
53)
Mereka yang memiliki nafsu amarah mudah putus asa jika diuji
oleh Allah SWT. Maka dari itu mereka berlomba-lomba melakukan
perbuatan dosa untuk membuat dirinya senang.
2. Nafsu Lawwamah Nafsu ini tingkatannya lebih tinggi daripada
nafsu amarah. Orang yang berada pada tahap nafsu lawwamah ini sudah
tau antara perbuatan yang dilarang dan amal kebajikan. Saat jatuh
pada kejahatan dia masih merasa puas namun disisi lain ia menyesali
perbuatannya itu. Dia Kadang ia berbuat baik dan setelah itu akan
kembali melakukan perbuatan dosa lagi. Orang yang seperti ini masih
belum bisa dijamin masuk surga.
3. Nafsu Mulhamah
Orang yang berada pada tingkatan ini apabila hendak melakukan
amal kebajikan terasa berat. Namun dalam keadaan bermujahadah dia
berbuat kebaikan-kebaikan karena ia sudah mulai takut pada
kemurkaan Allah dan pedihnya api Neraka. Bila berhadapan dengan
kemaksiatan, hatinya masih rindu dengan maksiat. Namu ia masih
dapat melawan dengan membayangkan nikmatnya berada di Syurga. Dia
sudah mengenal penyakit-penyakit yang berada dalam hatinya. Seperti
iri hati, dengki, syirik, dll. Tapi dia masih belum bisa melawan.
Bila penyakit-penyakit hati ini sudah tidak ada lagi, ia akan rasa
satu kenikmatan baru dalam hatinya dan akan merasa benci dalam
melakukan kejahatan. Dan pada saat itu dia telah meningkat ke taraf
nafsu yang lebih baik lagi yaitu nafsu Muthmainnah.
4. Nafsu Muthmainnah Orang yang berada dalam tingkatan ini sudah
dijamin masuk surga. Sesuai dengan yang terkandung dalam surat
Al-Fajr ayat 27-30 : Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang redha dan diredhai, maka masuklah ke dalam
golongan hambahamba-Ku, dan masuklah ke dalam Syurga-Ku. Orang yang
berada dalam tingkatan ini senantiasa dijauhkan dari rasa cemas dan
gelisah atas segala ketetapan Allah SWT dan selalu merasa sejuk
hatinya, tenteram jiwanya,jika dia bisa melakukan suatu amal
kebajikan. Hatinya senantiasa rindu pada Allah SWT.
5. Nafsu Radhiah Sifat dari nafsu ini adalah dia selalu
menganggap yang makruh itu haram, dan yang sunat ia anggap itu
kewajiban. Jika ia tidak melaksanakan apa yang disunatkan, ia
merasa berdosa. Baginya takdir baik atau buruk adalah sama saja.
mereka tidak peduli dengan urusan yang berbau dunia. Karena hati
mereka hanya pada Allah dan ridho atas segala keputusan yang Allah
berikan kepadanya.
6. Nafsu Mardhiyah Tingakatan ini lebih tinggi dari tingkatan
nafsu radhiyah. Yang istimewa pada tingkatan ini adalah Bukan hanya
orang pada tingkatan nafsu ini yang sangat mencintai Allah SWT,
tapi Allah SWT juga sangat mencintainya. Dia buat Allah SWT cinta
padanya dengan melaksanakan apa yang di sunatkan dan tidak
melaksanakan sebuah dosa walaupun sekecil jarum di lautan. Sesuai
dengan Hadist Qudsi :
Senantiasa hambaku mendekatkan diri kepadaku dengan mengerjakan
ibadah-ibadah sunnah sehingga Aku cinta padanya. Maka apabila Aku
telkah mencintainya, jadilah Aku pendengarannya yang dengannya ia
mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, perkataannya
yang dengannya ia berkata, jadilah Aku tangannya yang dengannya ia
berbuat, jadilah Aku kakinya yang dengannya ia melangkah, dan
akalnya yang dengannya ia berpikir
7. Nafsu Kamilah Tingakatan yang ketujuh ini adalah tingkatan
para Nabi dan Rasul, manusia yang suci dan sempurna. Yang
terpelihara dari perbuatan tercela dan Allah selalu mengawasi dan
membimbingnya.
Untuk meraih nafsu dari level yang paling bawah hingga level
diatasnya dibutuhkan waktu yang bertahun-tahun hingga Allah SWT
yakin akan usahanya. Untuk itu marilah kita tak terkecuali saya
sendiri berlomba-lomba untuk meningkatkan level nafsu kita hingga
ke tingkat yang lebih tinggi agar kita semua ditempatkan oleh Allah
SWT di taman surganya yang tak dapat dilukis oleh panca indera kita
karena keindahannya. Amiin
Qudroh & Irodah Allah swt menjadikan manusia Dua eksistensi
yang berbeda : 1.Alam~Al-Kholqi )Sesuatu yang tercipta secara
"Gradual/ "via sistem evolusi dibawah Arsy dalam wilayah kekuasaan
Allah swt( : 5 Unsur ; Unsur Api,Udara,Air,Tanah.
2.Alam~Al-Amr
)Eksistensi Dunia yang tercipta langsung via titahNya " "di atas
Arsy dalam wilayah kekuasaan Allah swt/ ( ;5 Entitas/Lathifah (
Robbaniyyah&Ruhaniyyah ): Kelembutan/Kesadaran manusia yang
bersifat
* * * * *
Lathifatul-Akhfa'Lathitul-KhofiLathifatus-SirriLathifatur-RuhiLathifatul-Qolbi.
Untuk memahami sistem interiorisasi dalam "diri"
1.Qoshrun Unsur Jasmaniyyah. 2.Shodrun Lathifatun-Nafs ( Jiwa ).
3.Qolbun Lathifatul-Qolb ( Ruhaniyyah ). 4.Fuadun Lathifatur-Ruh (
Ruhaniyyah ). 5.Syaghofun Lathifatus-Sirri ( Ruhaniyyah ). 6.Lubbun
Lathifatul-Khofi.( Ruhaniyyah ) 7.Sirrun Lathifatul-Akhfa (
Ruhaniyyah ). Konsep tersebu sejalan dengan hadits Nabi saw : , , ,
, , ,
" Aku membangun pada tubuh anak adam,itu istana,disitu ada
shodr,didalam dada ada qolb,didalam hati ada fuad,didalam fuad ada
syaghofdidalam syaghof ada lubbdidalam lubb ada sirrsedangkan
didalam sirr ada AKU "
"Barangsiapa yang mengenal nafs ( dirinya ),maka ia mengetahui
akan Tuhannya,dan barangsiapa mengenal dirinya,maka sungguh ia
bodoh/tiada mengetahui.".
"Barangsiapa yang didunia ini buta,maka di akhirat akan lebih
buta lagi dan tersesat jalan"QS.17/72.
Nafs/Jiwa adalah Ruh yang telah masuk dan bersatu dengan jasad
yang menimbulkan potensi kesadaran (ego) bersifat
suci,bersih,cendrung mendekat kepada Allah mengetahui
akan Tuhannya.Akan tetapi setelah ruh bersatu dengan
jasad,akhirnya ia melihat/mengetahui yang selain Allah swt dan
karena itu terhalanglah ia dari Allah karena sibuknya dengan selain
Allah sehingga sangat perlu di didik,dilatih dan di bersihkan agar
dapat melihat,mengetahui dan berdekatan dengan Allah swt. Ruh yang
masuk dan bersatu dengan jasad manusia memiliki lapisan-lapisan
kelembutan(lathoif),sehingga dapat dikatakan bahwa 7 lathifah yang
ada pada diri manusia itu adalah An-Nafs/Jiwa :
1.Al-Ammaroh-
{ ~ Biru QS.12/12 } : kesadaran yang cenderung pada tabi'at
badaniyyah dan membawa Qolbu ke arah lebih rendah,menuruti
keinginan duniawi yang terlarang,Jiwa ini merupakan sumber segala
kejahatan dan akhlak tercela.Pusat mekanisme kerja jiwa ini berada
dalam otak jasmaniyah yaitu pada lapisan pertama.Sehingga dari
realitasnya yang tampak,jiwa ini berpusat di tengah-tengah
kening,diantara dua alis mata,ia memiliki cahaya BIRU terang yang
disebut .inilah essensi NAFS sebagai sebuah kesadaran.menurut
TQN(Thoriqot Qodiriyyah Naqsyabandiyyah ),Jiwa ini memiliki 7
gejala yaitu : 1.Kikir./ 2.Berambisi dalam bidang dunia ( material
)./ 3.Dengki dan iri hati./ 4.Bodoh,susah menerima kebenaran./
5.Keinginan untuk melanggar syari'at (hidunistik)./
6.Sombong,merasa diri besar./ 7.Marah-marah karena hawa nafsu./
Dalam hadits :< Kikir yang diperturutkan>. < Hawa nafsu
yang diikuti>. < Bangga terhadap dirinya>.
2.Al-Lawwamah-
{ ~ Kuning~Nabi Adam.QS75/2.} : Jiwa ini suatu kesadaran akan
kebaikan dan kejahatan,sehingga ia suka mencela ( ) pada diri
sendiri maupun pada orang lain.Jiwa ini berada pada cahaya HATI (
berwarna KUNING yang tak terhingga ).Pusat pengendalian jiwa ini
dibawah qidam Nabi Adam as.Jiwa ini berada dibawah dominasi 9
sifat-sifat jelek manusia :
1.Suka mencela,mencaci./ 2.Senang menuruti keinginan hawa
nafsu./ 3.Menipu./ 4.Bangga terhadap dirinya./
5.Menggunjing,Mengumpat./ 6.Pamer terhadap amal & prestasinya./
7.Menganiaya < tidak adil >./ 8.Berbohong./ 9.Lupa dari
mengingat Allah swt./ Walaupun jiwa ini mendominasi manusia
sifat-sifat jelek tersebut.Tetapi Lathifatul-Qolb juga merupakan
sifat-sifat baik yaitu Iman/keyakinan akan kebenaran syari'at
Islam,Penyerahan diri kepada ketentuan-ketentuan syari'at Allah
swt,Tauhid,serta ma'rifat.
3.Al-Mulhimah- { ~ Merah~Nabi Nuh asQS.91/8.: Kelembutan jiwa
ini merupakan kesadaran yang mudah menerima Intuisi ( Ilham ) dari
Allah swt yang berupa pengetahuan. Pusat pengendali dibawah susu
kanan berjarak sekitar dua jari.Ia memiliki hubungan dengan
paru-paru jasmaniyah,Fana-Shifat.Mulhimah memiliki 7 sifat yang
dominan :
1.Kedermawanan./ 2.Menerima puas dari yang ada./ 3.Berlapang
dada,Murah hati./ 4.Rendah hati./ 5.Bertawbat./ 6.Bersabar ( tahan
akan ujian )./ 7.Tahan menjalani penderitaan./ Dalam jiwa Mulhimah
ini bersarang jiwa rendah kebinatangan / .jiwa binatang jinak
memiliki kecendrungan hawa nafsu untuk bersenang-senang semata (
hidonisme ) terutama yang berkaitan dengan seksual.
4.Muthmainnah { ~ Putih~Nabi Musa.as~QS.10/7 }: Jiwa yang tenang
diterangi oleh cahaya hati nurani,jiwa ini merupakan starting poin
untuk tingkat kesempurnaan,dari thariqat menuju haqiqat.Jiwa ini
didomonasi sifat-sifat terpuji : 1.Suka memberi demi ketaatan
kepada Allah swt./ 2.Bertawakal kepada Allah seperti anak kecil
dirinya pasrah kepada ibunya./ 3.Beribadah ( Ikhlash ) kepada Allah
swt./ 4.Bersyukur krn merasa menerima nikmat dari Allah./ 5.Rela
terhadap hukum dan ketentuan Allah swt./ 6.Merasa takut mengerjakan
maksiat kepada Allah./ Dalam jiwa ini juga bersemayam sifat jahat
yang sangat berbahaya binatang buas / jika muthmainnah tidak
dihidupkan,maka yang muncul nafsu binatang buas,Kecenderungan hati
untuk bersifat rakus,ambisius,menghalalkan segala cara,suka
bertengkar & bermusuhan.
5.Rodhiyyah { ~ Hijau~Nabi Isa.QS.69:21: Jiwa ini didominasi
oleh 6 sifat terpuji ;
1.Mulia ( dermawan ) senang shodaqoh,hadiah,dan beramal
jariyah./ 2.Bertapa dari materi.Menerima materi hanya yang halal
walaupun sedikit,dan meninggalkan yang syubhat walaupun banyak,apa
lagi yang haram./ 3.Memurnikan niatnya kepada Allah swt./
4.Berhati-hati dalam beramal ( memilih yang benar-benar baik
menurut syari'at )./ 5.Latihan terus menerus / untuk menyiksa hawa
nafsu dengan selalu menghias dir dengan Akhlaqul-karimah dan
meninggalkan akhlaq yang bersifat hawayaniyyah. 6.Senantiasa
memegang janji terutama janjinya kepada Allah swt./ Dalam jiwa ini
juga bersarang sifat-sifat buruk yang sangat berbahaya yaitu sifat
sifat kesetanan dan tabiat iblis seperti
hasad,takabur,khianat,licik,busuk hati,munafiq.
6.Mardhiyyah. ~ Hitam~Nabi Muhammad saw QS.89:28} :Jiwa ini
merupakan kelembutan yang paling dalam dari alam kesadaran
manusia.Dengan demikian ia merupakan kesadaran yang paling bersih
dari pengaruh unsur-unsur materi yang paling rendah.Jiwa ini
didominasi 6 sifat mulia yang sangat utama yaitu : 1.Akhlaq yang
Baik ( lahir-natin ).< .> 2.Meninggalkan sesuatu yang selain
Allah.< > 3.Belas kasihan kepada semua makhluq.. 4.Mengajak
kepada maslahat.. 5.Pemaaf/lapang dada terhadap semua kesalahan
makhluq dan mencintainya.. 6.Simpatik terhadap semua makhluq dengan
maksud melepaskan mereka dari pengaruh tabiat dan nafsu mereka
kepada cahaya ruhani yang suci. < > Dalam jiwa ini ada juga
bersarang sifat-sifat jelek yang sangat berbahaya,yaitu sifat sifat
ketuhanan yang tidak semestinya dipergunakan oleh manusia seperti
takabur,ujub,riya',sum'ah.dan sebagainya.
7.Kamilah.
QS.5:3 }: Jiwa ini CAHAYA ILAHIYYAH YANG BENING TANPA
CAHAYA~Raja Dzikir - sebenarnya merupakan kesadaran Ruhaniyyah dari
oleh karena itu ia bersifat meliputi baik dari aspek Ruhaniyyah
maupun Jasmaniyyah,ia & merupakan jiwa tertinggi bagi manusia
secara realitas,manusia sebagai makhluq jasmani ruhani,hamba Allah
sekaligus penguasa alam semesta.Manusia sebagai makhluq tertinggi
diantara dua alam yaitu Alam-Malaikat & Alm-Syaithoni.Sedangkan
jiwa kamilah sebagai Ruh yang bersih dari pengaruh unsur-unsur
materi.Pusat pengendali jiwa ini berada .diseluruh tubuh
manusia.mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki : Adapun jiwa ini
didominasi oleh sifat-sifat mulia yang sangat utama yaitu
: 12-05-2551
:
:
. : ( ). : ( ). : ( ) . . . . : : ( ) : ( ) : ( ) : ( . ( ) . .
)
Kajian Tasawuf Martabat Tujuh
MARTABAT TUJUH
Mengenai martabat pewujudan diri rahasia Allah swt atau dikenali
juga dengan istilah Martabat Tujuh itu terbagi menjadi 7 alam, yang
masing-masing martabat atau alam ini terkandung ia di dalam surah
Al-Ikhlas: Qul huw Allah Ahad (Ahdah) Allah al-shomad (Wahdah) Lam
yalid (Wahidiah) Walam yulad (Alam Ruh, Alam Malakut) Walam yakun
lahu (Alam Mitsal, Alam Bapak) Kufuwan (Alam Ajsam, Janin di Rahim
Ibu), Ahad (Alam Insan). Seperti firmanNya lagi dalam QS.
Al-Rad:33, Maka, apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa
yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)?
Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah,
Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu. Atau apakah kamu hendak
memberitakan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di bumi,
atau kamu mengatakan (tentang hal itu) sekadar perkataan pada
lahirnya saja. Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh
syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari
jalan (yang benar). Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, Maka
baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk. NUR MATA
HATI DAN HATI NUR-NUR ILAHI ADALAH KENDARAAN DAN RAHASIA HATI. NUR
ITU IALAH TENTARA HATI, SEBAGAIMANA KEGELAPAN ADALAH TENTARA NAFSU.
JIKA ALLAH S.W.T MAU MENOLONG HAMBA-NYA MAKA DIBANTU DENGAN TENTARA
ANWAR (NUR-NUR) DAN DIHENTIKAN BEKALAN KEGELAPAN. NUR ITU BAGINYA
MENERANGI (MEMBUKA TUTUP), MATA HATI ITU BAGINYA MENGHAKIMKAN DAN
HATI ITU BAGINYA MENGHADAP ATAU MEMBELAKANG.
Allah s.w.t hanya bisa dikenal jika Dia sendiri mau Dia
dikenali. Jika Dia mau memperkenalkan Diri-Nya kepada hamba-Nya
maka hati hamba itu akan dipersiapkan dengan mengurniakannya warid.
Hati hamba diterangi dengan Nur-Nya. Tidak mungkin mencapai Allah
s.w.t tanpa dorongan yang kuat dari Nur-Nya. Nur-Nya adalah
kendaraan bagi hati untuk sampai ke Hadrat-Nya. Hati adalah umpama
badan dan ruh adalah nyawanya. Ruh pula yang berkait dengan Allah
s.w.t dan perkaitan itu dinamakan al-sirr (rahasia). Ruh menjadi
nyawa kepada hati dan sirr menjadi nyawa kepada ruh. Boleh juga
dikatakan bahwa hakikat kepada hati adalah ruh dan hakikat kepada
ruh adalah sirr. Sirr atau rahasia yang sampai kepada Allah s.w.t
dan sirr yang masuk ke Hadirat-Nya. Sirr yang mengenal Allah s.w.t.
Sirr adalah hakikat kepada sekalian yang mawjud. Nur Ilahi
menerangi hati, ruh dan sirr. Nur Ilahi membuka bidang
hakikat-hakikat. Amal dan ilmu tidak mampu menyingkap rahasia
hakikat-hakikat. Nur Ilahi yang berperanan
menyingkap tabir hakikat. Orang yang mengambil hakikat dari
buku-buku atau dari ucapan orang lain, bukanlah hakikat
sebenar-benarnya yang ditemuinya, tetapi hanyalah sangkaan dan
khayalan semata-mata. Jika mau mencapai hakikat perlu mengamalkan
wirid sebagai pembersih hati. Kemudian bersabar menanti sambil
terus juga berwirid. Sekiranya Allah s.w.t kehendaki, maka warid
akan didatangkan-Nya kepada hati yang asyik dengan wirid itu.
Itulah keberuntungan yang besar yang dicapai oleh seseorang hamba
semasa hidupnya di dunia ini. Alam ini pada hakikatnya adalah
gelap. Alam menjadi terang karena ada kenyataan Allah s.w.t
padanya. Mitsalkan kita berdiri di atas puncak sebuah bukit pada
waktu malam yang gelap gulita. Apa yang dapat dilihat hanyalah
kegelapan. Apabila hari siang, matahari menyinarkan sinarnya,
kelihatanlah tumbuh-tumbuhan dan hewan yang menghuni bukit itu.
Kewujudan di atas bukit itu menjadi nyata karena diterangi oleh
cahaya matahari. Cahaya menlahirkan kewujudan dan gelap pula
membungkusnya. Jika kegelapan hanya sedikit maka kewujudan
kelihatan samar. Sekiranya kegelapan itu tebal maka kewujudan tidak
kelihatan lagi. Hanya cahaya yang dapat menlahirkan kewujudan,
karena cahaya dapat menghalau kegelapan. Jika cahaya matahari dapat
menghalau kegelapan yang menutupi benda-benda alam yang nyata, maka
cahaya Nur Ilahi pula dapat menghalau kegelapan yang menutup
hakikat-hakikat yang gahib. Mata di kepala melihat benda-benda alam
dan mata hati melihat kepada hakikat-hakikat. Banyaknya benda alam
yang dilihat oleh mata karena banyaknya cermin yang memantulkan
cahaya matahari, sedangkan cahaya hanya satu jenis saja dan
datangnya dari matahari yang satu jua. Begitu juga halnya pandangan
mata hati. Mata hati melihat banyaknya hakikat karena banyaknya
cermin hakikat yang memantulkan cahaya Nur Ilahi, sedangkan Nur
Ilahi datangnya dari nur yang satu yang bersumberkan Dzat Yang Maha
Esa. Kegelapan yang menutupi mata hati menyebabkan hati terpisah
daripada kebenaran. Hatilah yang tertutup sedangkan kebenaran tidak
tertutup. Dalil atau bukti yang dicari bukanlah untuk menyatakan
kebenaran tetapi adalah untuk mengeluarkan hati dari lembah
kegelapan kepada cahaya yang terang benderang bagi melihat
kebenaran yang sememangnya tersedia ada, bukan mencari kebenaran
baru. Cahayalah yang menerangi atau membuka tutupan hati. Nur Ilahi
adalah cahaya yang menerangi hati dan mengeluarkannya dari
kegelapan serta membawanya menyaksikan sesuatu dalam keadaannya
yang asli. Apabila Nur Ilahi sudah membuka tutupan dan cahaya
terang telah bersinar maka mata hati dapat memandang kebenaran dan
keaslian yang selama ini disembunyikan oleh alam nyata. Bertambah
terang cahaya Nur Ilahi yang diterima oleh hati bertambah jelas
kebenaran yang dapat dilihatnya. Pengetahuan yang diperolehi
melalui pandangan mata hati yang bersuluhkan Nur Ilahi dinamakan
ilmu ladunny atau ilmu yang diterima dari Allah s.w.t secara
langsung. Kekuatan ilmu yang diperolehi bergantung kepada kekuatan
hati menerima cahaya Nur Ilahi.
Murid yang masih pada peringkat permulaan hatinya belum cukup
bersih, maka cahaya Nur Ilahi yang diperolehinya tidak begitu
terang. Oleh itu ilmu ladunny yang didapatinya masih belum mencapai
peringkat yang halus-halus. Pada tahap ini hati masih bisa
mengalami kekeliruan. Kadang-kadang hati menghadap kepada yang
kurang benar dengan membelakangkan yang lebih benar. Orang yang
pada peringkat ini perlu mendapatkan penjelasan dari ahli makrifat
yang lebih arif. Apabila hatinya semakin bersih cahaya Nur Ilahi
semakin bersinar meneranginya dan dia mendapat ilmu yang lebih
jelas. Lalu hatinya menghadap kepada yang lebih benar, sehingga dia
menemui kebenaran hakiki.
TERBUKA MATA HATI MEMPERLIHATKAN KEPADA KAMU AKAN KEDEKATAN
ALLAH S.W.T. PENYAKSIAN MATA HATI MEMPERLIHATKAN KEPADA KAMU AKAN
KETIADAAN KAMU DI SAMPING WUJUD ALLAH S.W.T. PENYAKSIAN HAKIKI MATA
HATI MEMPERLIHATKAN KEPADA KAMU BAHWA HANYA ALLAH YANG WUJUD, TIDAK
TERLIHAT LAGI KETIADAAN KAMU DAN WUJUD KAMU.
Apabila hati sudah menjadi bersih maka hati akan menyinarkan
cahayanya. Cahaya hati ini dinamakan Nur Kalbu. Ia akan menerangi
akal lalu akal dapat memikirkan dan merenungi tentang hal-hal
ketuhanan yang menguasai alam dan juga dirinya sendiri. Perenungan
akal terhadap dirinya sendiri membuatnya menyadari akan perjalanan
hal-hal ketuhanan yang menguasai dirinya. Kesadaran ini membuatnya
merasakan dengan mendalam betapa dekatnya Allah s.w.t dengannya.
Lahirlah di dalam hati nuraninya perasaan bahwa Allah s.w.t
senantiasa mengawasinya. Allah s.w.t melihat segala gerak-gerinya,
mendengar pertuturannya dan mengetahui bisikan hatinya. Jadilah dia
seorang mukmin yang cermat dan berwaspada. Di antara sifat yang
dimiliki oleh orang yang sampai kepada martabat mukmin ialah: 1.
Cermat dalam pelaksanaan hukum Allah s.w.t. 2. Hati tidak cenderung
kepada harta, berasa cukup dengan apa yang ada dan tidak sayang
membantu orang lain dengan harta yang dimilikinya. 3. Bertaubat
dengan sebenarnya (taubat nasuha) dan tidak kembali lagi kepada
kejahatan. 4. Ruhaninya cukup kuat untuk menanggung kesusahan
dengan sabar dan bertawakal kepada Allah s.w.t. 5. Kehalusan
keruhaniannya membuatnya berasa malu kepada Allah s.w.t dan
merendah diri kepada-Nya. Orang mukmin yang taat kepada Allah
s.w.t, kuat melakukan ibadat, akan meningkatlah kekuatan ruhaninya.
Dia akan kuat melakukan tajrid yaitu menyerahkan urusan
kehidupannya kepada Allah s.w.t. Dia tidak lagi khawatir
terhadap sesuatu yang menimpanya, walaupun bala yang besar. Dia
tidak lagi meletakkan pergantungan kepada sesama makhluk. Hatinya
telah teguh dengan perasaan rela terhadap apa jua yang ditentukan
Allah s.w.t untuknya. Bala tidak lagi menggugat imannya dan nikmat
tidak lagi menggelincirkannya. Baginya bala dan nikmat adalah sama
yaitu takdir yang Allah s.w.t tentukan untuknya. Apa yang Allah
s.w.t takdirkan itulah yang paling baik. Orang yang seperti ini
senantiasa di dalam penjagaan Allah s.w.t karena dia telah
menyerahkan dirinya kepada Allah s.w.t. Allah s.w.t kurniakan
kepadanya keupayaan untuk melihat dengan mata hati dan bertindak
melalui Petunjuk Ladunny, tidak lagi melalui fikiran, kehendak diri
sendiri atau angan-angan. Pandangan mata hati kepada hal ketuhanan
memberi kesan kepada hatinya (kalbu). Dia mengalami suasana yang
menyebabkan dia menafikan kewujudan dirinya dan dinisbatkannya
kepada Wujud Allah s.w.t. Suasana ini timbul akibat hakikat
ketuhanan yang dialami oleh hati.. Dia berasa benar-benar akan
keesaan Allah s.w.t bukan sekadar mempercayainya. Pengalaman
tentang hakikat dikatakan memandang dengan mata hati. Mata hati
melihat atau menyaksikan keesaan Allah s.w.t dan hati merasakan
akan keadaan keesaan itu. Mata hati hanya melihat kepada Wujud
Allah s.w.t, tidak lagi melihat kepada wujud dirinya. Orang yang di
dalam suasana seperti ini telah berpisah dari sifat-sifat
kemanusiaan. Dalam berkeadaan demikian dia tidak lagi mengindahkan
peraturan masyarakat. Dia hanya mementingkan soal perhubungannya
dengan Allah s.w.t. Soal duniawi seperti makan, minum, pakaian dan
pergaulan tidak lagi mendapat perhatiannya. Kelakuannya boleh
menyebabkan masyarakat menyangka dia sudah gila. Orang yang
mencapai peringkat ini dikatakan mencapai maqam tawhid sifat.
Hatinya jelas merasakan bahwa tidak ada yang berkuasa melainkan
Allah s.w.t dan segala sesuatu datangnya dari Allah s.w.t. Ruhani
manusia melalui beberapa peningkatan dalam proses mengenal Tuhan.
Pada tahap pertama terbuka mata hati dan Nur Kalbu memancar
menerangi akalnya. Seorang mukmin yang akalnya diterangi Nur Kalbu
akan melihat betapa dekatnya Allah s.w.t. Dia melihat dengan
ilmunya dan mendapat keyakinan yang dinamakan ilmu al-yaqin. Ilmu
berhenti di situ. Pada tahap keduanya mata hati yang terbuka sudah
dapat melihat. Dia tidak lagi melihat dengan mata ilmu tetapi
melihat dengan mata hati. Kemampuan mata hati memandang itu
dinamakan kasyaf. Kasyaf melahirkan pengenalan atau makrifat.
Seseorang yang berada di dalam maqam makrifat dan mendapat
keyakinan melalui kasyaf dikatakan memperolehi keyakinan yang
dinamakan ain al-yaqin. Pada tahap ain al-yaqin makrifatnya gahib
dan dia juga gahib dari dirinya sendiri. Maksud gahib di sini
adalah hilang perhatian dan kesadaran terhadap sesuatu perkara..
Beginilah hukum makrifat yang berlaku. Makrifat lebih tinggi
nilainya dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pencapaian
terhadap persoalan yang terpecah-pecah bidangnya. Makrifat pula
adalah hasil pencapaian terhadap hakikat-hakikat yang menyeluruh
yaitu hakikat kepada hakikat-hakikat. Tetapi, penyaksian mata hati
jauh lebih tinggi dari ilmu dan makrifat karena penyaksian itu
adalah
hasil dari kemauan keras dan perjuangan yang gigih disertai
dengan upaya hati dan pengalaman. Penyaksian (Syuhud al-Haq) adalah
setinggi-tinggi keyakinan. Penyaksian yang paling tinggi ialah
penyaksian hakiki oleh mata hati atau penyaksian yang haq. Ia
merupakan keyakinan yang paling tinggi dan dinamakan haqq al-yaqin.
Pada tahap penyaksian hakiki mata hati, mata hati tidak lagi
melihat kepada ketiadaan dirinya atau kewujudan dirinya, tetapi
Allah s.w.t dilihat dalam segala sesuatu, segala kejadian, dalam
diam dan dalam tuturkata. Penyaksian hakiki mata hati melihat-Nya
tanpa dinding penutup (hijab) antara kita dengan-Nya. Tiada lagi
interval antara atau ruang antara kita dengan Dia. Dia berfirman,
Dan Ia (Allah) tetap bersama-sama kamu di mana saja kamu berada.
(QS.AlHadiid:4) Dia tidak terpisah dari kamu. Penyaksian yang
hakiki ialah melihat Allah s.w.t dalam segala sesuatu dan pada
setiap waktu. Pandangannya terhadap makhluk tidak menutup
pandangannya terhadap Allah s.w.t. Inilah maqam keteguhan yang
dipenuhi oleh ketenangan serta kedamaian yang sejati dan tidak
berubah-ubah, bernaung di bawah payung Yang Maha Agung dan
Ketetapan Yang Teguh. Pada penyaksian yang hakiki tiada lagi
ucapan, tiada bahasa, tiada ibarat, tiada ilmu, tiada makrifat,
tiada pendengaran, tiada kesadaran, tiada hijab dan semuanya sudah
tiada. Tabir hijab telah tersingkap, maka Dia dipandang tanpa
ibarat, tanpa huruf, tanpa abjad. Allah s.w.t dipandang dengan mata
keyakinan bukan dengan mata lahir atau mata ilmu atau kasyaf.
Yakin, semata-mata yakin bahwa Dia yang dipandang sekalipun tidak
ada sesuatu pengetahuan untuk diceritakan dan tidak ada sesuatu
pengenalan untuk dipamerkan. Orang yang memperolehi haqq al-yaqin
berada dalam suasana hatinya kekal bersama-sama Allah s.w.t pada
setiap ketika, setiap ruang dan setiap keadaan. Dia kembali kepada
kehidupan seperti manusia biasa dengan suasana hati yang demikian,
di mana mata hatinya senantiasa menyaksikan Yang Hakiki. Allah
s.w.t dilihat dalam dua perkara yang berlawanan dengan sekali
pandang. Dia melihat Allah s.w.t pada orang yang membunuh dan orang
yang kena bunuh. Dia melihat Allah s.w.t yang menghidupkan dan
mematikan, menaikkan dan menjatuhkan, menggerakkan dan mendiamkan.
Tiada lagi perkaitannya dengan kewujudan atau ketidakwujudan
dirinya. Wujud Allah Esa, Allah s.w.t meliputi segala sesuatu.
TANDA KEJAHILAN AHLI HAKIKAT JIKA KAMU MELIHAT SESEORANG (AHLI
HAKIKAT) MENJAWAB SETIAP PERTANYAAN DAN MENERANGKAN SETIAP
PENGLIHATAN (MATA HATI) DAN MENCERITAKAN SETIAP YANG DIKETAHUINYA,
MAKA KETAHUILAH BAHWA YANG DEMIKIAN ITU ADALAH TANDA
KEJAHILANNYA.
Manusia digesa supaya menggunakan akal fikirannya untuk mengkaji
tentang kejadiankejadian alam maya ciptaan Tuhan Maha Pencipta.
Semakin mendalam pengetahuan tentang ciptaan Allah s.w.t, semakin
kelihatan kebesaran dan keagungan-Nya. Bertambah pula keinsafan
tentang kelemahan yang ada pada diri manusia terutamanya dalam
menghuraikan hal ketuhanan. Ilmu pengetahuan yang mahir dalam
perbahasan tentang makhluk menjadi tidak bermaya apabila mencoba
menyingkap rahasia-rahasia ketuhanan. Bila mengakui akan kejahilan
dirinya seseorang itu menyerahkan dirinya dengan beriman kepada
Allah s.w.t. Penyerahan ini dinamakan taslim dan orang yang berbuat
demikian dinamakan orang muslim. Orang yang beriman tidak
membahaskan tentang Allah s.w.t karena mereka mengakui kelemahan
akal dalam bidang tersebut. Bidang yang tidak dapat dinalar oleh
akal masih mampu dijangkau oleh hati. Hati yang suci bersih
mengeluarkan cahayanya yang dinamakan Nur Kalbu. Nur Kalbu
menerangi akal dan bersuluhkan cahaya Nur Kalbu ini, akal dapat
menyambung kembali perjalanannya dari station ia telah berhenti.
Perjalanan akal yang diterangi oleh cahaya Nur Kalbu mampu
menyingkap perkara-perkara yang gahib dan beriman dengannya
walaupun akal manusia umum menafikannya. Terdapat perbedaan yang
besar antara akal biasa dengan akal yang diterangi oleh nur. Akal
biasa beriman kepada Allah s.w.t berdasarkan dalil-dalil yang nyata
dan logis. Akal yang beserta nur mampu menyelami di bawah atau di
balik yang nyata yaitu perkara gahib, dan beriman kepada Allah
s.w.t berdasarkan pengalaman tentang perkara-perkara gahib.
Walaupun perkara gahib itu tidak dapat diterima oleh akal biasa,
tetapi akal yang bersuluhkan nur tidak sedikit pun ragu-ragu
terhadapnya. Pengetahuan yang terhasil dari cetusan atau tindakan
nur ini dinamakan ilmu hakikat, ilmu ghaib, ilmu Rabbany atau ilmu
ladunny. Walau apa pun istilah yang digunakan, ia adalah
pengetahuan tentang ketuhanan yang didapati dengan cara mengalami
sendiri tentang hal-hal ketuhanan, bukan menurut perkataan orang
lain, dan juga bukan menurut sangkaannya sendiri. Hatilah yang
mengalami hal-hal tersebut dan pengalaman ini dinamakan pengalaman
rasa, dzawq atau hakikat. Apa yang dialami oleh hati tidak dapat
dilukiskan atau dibahasakan. Lukisan dan bahasa hanya sekadar
menggerakkan pemahaman sedangkan hal yang sebenar jauh berbeda.
Jika hal pengalaman hati dipegang pada lukisan dan bahasa ibarat,
maka seseorang itu akan menjadi keliru. Jika lukisan dan simbol
diiktikadkan sebagai hal ketuhanan maka yang demikian adalah kufur!
Pemegang ilmu gahib terdiri dari dua golongan. Golongan pertama
adalah orang yang terlebih dahulu memasuki bidang pembelajaran
tentang tawhid dan latihan penyucian hati menurut tarekat tasawuf.
Pembelajaran dan latihan yang mereka lakukan tidak membuka bidang
hakikat. Ini membuat mereka mengerti akan nilai dan kedudukan ilmu
gahib yang sukar diperolehi itu. Mereka hanya dapat belajar,
melatih diri, kemudian menanti dan terus menanti. Jika Allah s.w.t
berkenan maka dikurniakan sinaran nur yang menerangi hati si murid
itu. Si murid itu pun mengalami dan berpengetahuan tentang hakikat.
Pengetahuan
yang diperolehi itu sangat berharga baginya dan dijaganya
benar-benar, tidak dibukakannya kepada orang lain karena dia tahu
yang orang ramai sukar memahami perkara yang telah dialaminya itu.
Pemegang ilmu gahib golongan kedua tidak pula melalui proses
pembelajaran dan latihan seperti golongan pertama. Golongan ini
tiba-tiba saja dibukakan hakikat kepada mereka (hanya Allah s.w.t
mengetahui mengapa Dia berbuat demikian). Oleh sebab mereka
memperolehnya dengan mudah dan tanpa asas pengetahuan yang kuat,
mereka tidak mengetahui nilai sesungguhnya dari pengetahuan yang
mereka dapati itu. Mereka menyangkanya sebagai ilmu biasa. Lantaran
mereka memahaminya mereka menyangka orang lain juga memahaminya.
Sebab itu mereka mudah memperkatakan ilmu tersebut di hadapan orang
ramai. Oleh sebab ilmu ini tidak dapat diceritakan kecuali dengan
ibarat, satu daripada dua kemungkinan akan berlaku. 1.Pertama,
lantaran orang ramai melihat latar belakang orang hakikat tadi
tidak mempunyai asas agama yang kuat, bukan orang alim, maka mereka
menganggapnya pembohong dan pembawa cerita khayal. 2.Kedua,
kemungkinan ada orang yang mempercayainya tetapi kepercayaan itu
tertuju kepada ibarat bukan kepada yang diibaratkan. Kedua-dua
kemungkinan tersebut adalah tidak sehat. Sebab itu dilarang keras
memperkatakan tentang ilmu hakikat kepada bukan ahlinya. Orang yang
membeberkannya dengan mudah disebut orang jahil yang tidak tahu
nilai berlian yang ada padanya.
Nur Sifat Allah s.w.t Menerangi Rahasia hati DITERANGI-NYA YANG
LAHIR DENGAN CAHAYA ATSAR DAN DITERANGI-NYA RAHASIA HATI DENGAN NUR
SIFAT-NYA. OLEH SEBAB ITU TERBENAM CAHAYA TERANG YANG LAHIR TETAPI
TIDAK TERBENAM CAHAYA KALBU DAN SIRR (HATI DAN RAHASIA HATI).
BERKATA ORANG BIJAK PANDAI : MATAHARI SIANG TERBENAM PADA WAKTU
MALAM TETAPI MATAHARI HATI TIDAK TERBENAM. Makhluk ini asalnya adam
(tidak ada). adam menerima kewujudan dari pengaruh perbuatan Allah
s.w.t. Ada perbedaan antara perbuatan dengan kesan perbuatan.
Mitsalnya, melukis adalah perbuatan dan lukisan adalah kesan
perbuatan. Kesan kepada perbuatan adalah baru sementara perbuatan
pula menunjukkan sifat si pembuat. Perbuatan tidak berpisah
daripada sifat dan sifat tidak berpisah daripada dzat atau diri
yang berkenaan. Kesan perbuatan tidak sedikit pun menyamai sifat
yang asli. Kewujudan yang lahir dari kesan perbuatan Allah s.w.t
tidak sedikit pun menyamai sifat Allah s.w.t. Apa saja
yang mengenai Allah s.w.t, termasuklah perbuatan-Nya adalah:
lays kamitslih syai, tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya.
Kewujudan baru yang menjadi kesan kepada perbuatan Allah s.w.t
dinamakan atsar. Alam semesta adalah atsar. Tidak ada dari kalangan
atsar yang boleh dijadikan gambaran, ibarat atau lukisan untuk
menceritakan tentang Pencipta atsar. Kewujudan atsar hanya boleh
dijadikan dalil untuk menunjukkan Wujud Maha Pencipta. Jika tidak
ada tindakan dari Maha Pencipta tentu tidak ada kewujudan yang
menjadi kesan dari tindakan tersebut. Ahli ilmu merumuskan wujud
alam menjadi bukti wujudnya Tuhan. Alam boleh menjadi bahan bukti
karena sifatnya yang boleh dilihat dan ada kenyataan mengenainya Ia
menjadi nyata karena ia diterangi oleh cahaya dan cahaya yang
meneranginya adalah bahagian daripada atsar juga. Matahari, bulan
dan bintang adalah atsar yang mampu memberikan cahaya. Sifat atsar
adalah berubah-ubah, tidak menetap. Cahaya yang keluar darinya juga
berubah-ubah, dari terang kepada gelap dan seterusnya terbenam.
Allah s.w.t berfirman dalam QS. Al-Anaam: 75 79: Dan demikianlah
Kami perlihatkan kepada Nabi Ibrahim kebesaran dan kekuasaan (Kami)
di langit dan di bumi, dan supaya menjadilah ia dari orang-orang
yang percaya dengan sepenuh-penuh yaqin. Maka ketika ia berada pada
waktu malam yang gelap, ia melihat sebuah bintang (bersinar-sinar),
lalu ia berkata: Inikah Tuhanku? Kemudian apabila bintang itu
terbenam, ia berkata pula: Aku tidak suka kepada yang terbenam
hilang. Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan
cahayanya), ia berkata: Inikah Tuhanku? Maka setelah bulan itu
terbenam, berkatalah ia: Demi sesungguhnya, jika aku tidak
diberikan petunjuk oleh Tuhanku, niscaya menjadilah aku dari kaum
yang sesat. Kemudian apabila ia melihat matahari sedang terbit
(menyinarkan cahayanya), berkatalah ia: Inikah Tuhanku? Ini lebih
besar. Setelah matahari terbenam, ia berkata pula: Wahai kaumku,
sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu
sekutukan (Allah dengannya). Sesungguhnya aku hadapkan muka dan
diriku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi, sedang aku
tetap di atas dasar tawhid dan bukanlah aku dari orang-orang yang
menyenkutukan Allah (dengan sesuatu yang lain). Ibrahim a.s mencari
Tuhan dengan matanya bersuluhkan cahaya-cahaya atsar. Beliau a.s
kecewa karena semua cahaya itu tidak menetap dan tidak bertahan.
Lalu beliau a.s meninggalkan cahaya atsar dan menghadapkan hati
serta Rahasia hatinya kepada Maha Pencipta. Barulah beliau a.s
mendapat keyakinan yang teguh karena cahaya yang menerangi hati dan
Rahasia hatinya tidak berubah, tidak pudar dan tidak terbenam.
Beliau a.s melihat dengan jelas bahwa atsar tetap atsar, tidak ada
satu pun yang boleh disekutukan atau disifatkan kepada Tuhan.
Kekeliruan tentang Tuhan terjadi karena manusia melihat kesan
perbuatan Tuhan sebagai perbuatan, kemudian meletakkan hukum bahwa
perbuatan tidak berpisah daripada sifat dan sifat tidak berpisah
daripada dzat. Oleh sebab itu perbuatan juga dzat. Jika dzat
menjadi
Tuhan maka perbuatan juga Tuhan dan apa yang terbit dari
perbuatan juga Tuhan. Begitulah kesesatan yang terjadi akibat
percobaan melihat Tuhan dengan suluhan cahaya atsar dan menggunakan
hukum logika-matematik. Seseorang haruslah melihat kepada asalnya
yaitu adam (tidak wujud). Adam adalah lawan bagi Wujud. Jika
manusia berpaling kepada adam maka dia akan terhijab dari Wujud
Allah s.w.t. Pandangannya akan diliputi oleh atsar yang juga datang
dari adam. Tidak mungkin manusia menemui jalan yang sebenarnya jika
mereka melalui jalan yang berdasarkan asal kejadiannya yaitu adam.
Tuhan adalah wujud, mustahil adam. Wujud-Nya Esa, tidak berbilang
sedangkan wujud atsar yang dari adam berbilang-bilang. adam tetap
tidak ada walaupun banyak makhluk yang diciptakan daripadanya.
Penciptaan yang demikian tidak menambahkan Wujud. Walau sebanyak
mana pun makhluk yang diciptakan namun, Allah s.w.t tetap Esa.
Usaha untuk menemui keesaan Wujud Allah s.w.t dengan menuruti jalan
adam adalah sia-sia. Kewujudan aspek kedua mestilah disingkap jika
Allah s.w.t mau ditemui. Kewujudan yang perlu disingkapkan itu
adalah yang berhubung dengan Wujud Allah s.w.t, bukan yang
datangnya dari adam. Kewujudan yang berhubung dengan Wujud Allah
s.w.t itu adalah ruhani. Firman-Nya dalam QS. Shaad:7172: (Ingatlah
peristiwa) tatkala Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya
Aku hendak menciptakankan manusia Adam dari tanah; Kemudian apabila
Aku sempurnakan kejadiannya, serta Aku tiupkan padanya ruh
(ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu sujud kepadanya. Dan dalam QS.
Al- Israa:85, Katakan, Ruh itu dari (perkara) urusan Tuhanku. Ruh
adalah amr (urusan atau perintah) Allah s.w.t, tidak termasuk dalam
golongan yang diperintah. Malaikat, jin dan lain-lain termasuk
dalam golongan yang diperintah. Ruh manusia adalah satu Rahasia
Allah s.w.t. Ia dinisbatkan kepada Allah s.w.t, bukan kepada Adam.
Pada tahap amr (urusan) Tuhan ia dipanggil sirr (rahasia Allah
s.w.t), atau rahasia hati. Pada tahap berkait dengan jasad ia
dinamakan kalbu atau hati. Semua kualitas yang baik adalah berkait
dengan toh dan semua kualitas yang jahat berkait dengan adam. Jika
alam maya diterangi oleh cahaya atsar, hati dan rahasia hati yang
dinisbatkan kepada ruh urusan Tuhan, diterangi oleh nur sifat Allah
s.w.t. Kualitas hati dan rahasia hati adalah mengenal. Nur sifat
Allah s.w.t itulah yang menerangi hati untuk menyaksikan kepada
Tuhannya. Hati orang arif bi Allah yang diterangi oleh nur sifat
Allah s.w.t tidak lagi dikelirukan oleh cahaya atsar dan
benda-benda yang dipamerkan. Mata hati menyaksikan rububiyah pada
segala perkara. Lahirnya sibuk dengan makhluk, hatinya menyaksikan
rububiyah dan sirrnya (rahasia hati) tidak berpisah daripada Allah
s.w.t walau sedetik pun. Sirr yang menerima sinaran Nur sifat Allah
membawa sifat-sifat yang menceritakan tentang sifat Allah s.w.t
yang menyinarinya. Manusia pilihan yang ditarik (majdzub) oleh sirr
tersebut akan memakai sifat-sifat yang menceritakan hubungannya
dengan Allah s.w.t. Nabi Muhammad s.a.w dikenali sebagai Habib
Allah; Nabi Isa a.s sebagai Ruh Allah; Nabi Musa a.s sebagai Kalim
Allah; Nabi Ibrahim a.s sebagai Khalil Allah. Manusia yang bukan
nabi juga menerima pimpinan sirr yang menerima sinaran Nur sifat
Allah dan dengan yang demikian
mereka dikenali. Abu Bakar dikenali sebagai Al-Shiddiq dan
Hamzah sebagai Singa Allah. Manusia lain pula ada yang dikenali
sebagai Abdul Malik, Abdul Wahab, Abdul Karim, Abdul Latif dan
lain-lain. Hamba-hamba pilihan itu mendapat gelaran yang
dihubungkan dengan Allah s.w.t karena Sirr mereka disinari oleh Nur
sifat Allah, sebagai persediaan buat mereka untuk menanggung amanat
Allah s.w.t. Firman-Nya dalam QS. Shaad:45 48, Dan (ingatkanlah
peristiwa) hamba-hamba Kami; Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq serta Nabi
Yaqub, yang mempunyai kekuatan (melaksanakan taat setianya) dan
pandangan yang mendalam (memahami agamanya). Sesungguhnya Kami
telah jadikan mereka suci bersih dengan sebab satu sifat mereka
yang murni, yaitu sifat senantiasa memperingati negeri akhirat. Dan
sesungguhnya mereka di Hadirat Kami adalah orang-orang pilihan yang
sebaik-baiknya. Dan (ingatkanlah peristiwa) Nabi Ismail dan Nabi
Ilyasa, serta Nabi Dzulkifli; dan mereka masingmasing adalah dari
orang-orang yang sebaik-baiknya. Allah s.w.t mempersucikan
hambahamba pilihan-Nya dengan menyinari sirr mereka dengan nur
sifat-Nya dan dengan itu mereka menjadi sebaik-baik hamba yang
menjalankan perintah Allah s.w.t. CARA HAKIKAT: Anjuran Dalam
pengajian Ilmu Hakikat adalah dilarang sama sekali mendatangi dan
juga pengetahuan ini di sampaikan kepada ulama syariat dan
dinasihatkan supaya bertanya, berguru pada ahli hakikat lagi
makrifat lagi mursyid. Jangan sesekali bilang sesat niscaya sesat
itu akan kembali pada diri sendiri yang mengatakan. Selain dari
cara syariaat dan cara tarekat, terdapat satu lagi untuk
memendekatkan hubungan antara hamba dan tuhannya yaitu cara
hakikat.Cara hakikat merupakan cara yang ketiga yaitu satu cara
mendalami ilmu hakikat dengan menyelami dan mengenali diri sendiri,
yang merupakan satu satu jalan yang di lalui oleh wali wali Allah,
arif bi Allah. Mereka yang menjalani pengajian ilmu hakiki ini akan
berikhtiar dengan tekun dan tabah untuk mendekatkan hubungan
dirinya dengan Allah s.w.t., dengan cara membongkar, menyeliki dan
menyaksikan diri sendiri yaitu diri rahasia yang ditanggung oleh
dirinya dan berusaha untuk membentuk dirinya menjadi
kamil-mukammil. Bagi mereka yang ingin melalui cara hakiki ini
dinasihatkan terlebih dahulu melalui cara tarukat (menanggalkan),
thuruqat (menapak) dan berhasil pula membersihkan dirinya dari dari
segala bentuk syirik shaghir, syirik khafy dan dan syirik jaly.
Mereka hendaklah menjalani perguruan dengan guru guru hakikat dan
makrifat serta mursyid yang mempunyai pengetahuan yang luas serta
mencapai pula ke tahap martabatnya. Untuk pengetahuan lebih jelas
silakan bertanya pada guru-guru makrifat lagi mursyid. Orang orang
hakiki yang sampai pada martabatnya bukan saja mulia di sisi Allah
malah mendapat pula kemuliannya di tengah masyarakat. Adalah perlu
ditegaskan di sini tujuan akhir pengajian HAKIKAT adalah untuk
megembalikan diri Asal Mu Mula Allah yaitu pada
Lahir dan Batin yakni pada diri lahir dan diri batin pada
martabat kemuliaan insan kamil mukammil. Tiada sesuatu pun pada
dirinya kecuali Allah semata-mata. Dan balikmu semula Allah. Untuk
itu pengajian hakikat ini mestilah ada kesinambungan dengan
pengajian makrifat. Sesungguhnya kata hakikat dan makrifat dua
perkataan yang tidak boleh di pisahkan. 1.MARTABAT TUJUH Dalam
mengistilahkan Alam Tujuh atau Martabat Tujuh ini, ia tidak lepas
dari istilah Asal Mu Mula Balik Semula Pada Tuhan, ini di sandarkan
pada firman-Nya yang berbunyi: Inna lillah wa inna ilayh rajiun.
Jatuh hujunnya Asal Mu Allah Balik Mu semula Allah. Oleh itu, di
sini dua aspek utama dibahaskan; 1.Asal kejadian manusia yang
dinyatakan melalui penjelasan pada Martabat Tujuh Atau Martabat
Alam Insan. 2. Balik Mu semula Allah yaitu menerangkan persiapan
untuk menyerah atau mengembalikan diri rahasia yang di kandung oleh
jasad sebagaimana asalnya suci bersih. Diri Empunya Diri
mentajallykan dirinya dari satu martabat ke satu martabat atau dari
satu alam ke satu satu alam. Dalam kita memperkatakan alam atau
Martabat Tujuh atau Martabat Alam Insan yang dikenali juga Martabat
Tujuh, terkandung di dalam Surah AlIkhlas, di dalam Al Quran yaitu
dalam menyatakan tentang kewujudan Allah yang menjadi diri rahasia
kepada manusia itu sendiri dan membahas proses penwujudan Allah
untuk diterima oleh manusia sebagai diri rahasianya. Proses
pemindahan atau Tajally Dzat Allah s.w.t bermula dari alam ghayb
al-ghuyyub, terbentuk diri lahir dan diri batin manusia ketika ia
mulai bernafas di dalam kandungan ibu kemudian lahir ke dunia yaitu
karena pada martabat ghayb al-ghuyyub adalah merupakan martabat
manusia yang paling tingggi dan suci. Inilah martabat yang
benar-benar diridlai oleh Allah s.w.t. Diri manusia pada martabat
Insan Kamil adalah sebatang diri yang suci mutlak pada lahir dan
batin, tiada cacat celanya dengan Allah s.w.t. yaitu Tuan Empunya
Rahasia. Lantaran itu, Rasul Allah s.a.w pernah menegaskan dalam
sabdanya, bahwa kelahiran seseorang kanakkanak itu dalam keadaan
yang suci, tetapi yang mencorakkannya menjadi kotor adalah
ibubapaknya. Jadi ibu-bapaklah yang mencorakkan sehingga
kanak-kanak kotor termasuk masyarakatnya, bangsanya dan juga
negaranya sekaligus dengan manusia itu sendiri hanyut mengikut
gelombang godaan hidupnya di dunia ini.
Oleh sebab itu adalah menjadi tanggungjawab seorang manusia yang
ingin kembali menuju jalan kesucian dan makrifat kepada tuhannya,
selayaknyalah dia mengembalikan dirinya ke suatu tahap yang
dikenali Kamil Al-Kamil atau di namakan tahap Martabat Alam Insan.
Dalam membahas tingkatan atau martabat pentajallyan Allah Tuan Yang
Empunya Diri yang menjadi rahasia manusia ianya melalui tujuh
tingkatan. Tingkatan tersebut secara umumnya sebagai berikut: 1.
Ahadah -Alam Lahut -Martabat Dzat 2. Wahdah-Alam Jabarut Martabat
Sifat 3. Wahdiah-Alam Wahdiah Martabat Asma 4. Alam Ruh-Alam
Malakut -Martabat Afaal 5. Alam Mitsal Alam Bapa 6. Alam Ajsam-
Alam Ibu 7. Alam Insan Alam Nyata AL-IKHLAS (1-7) 1.MARTABAT TUJUH
1.1 ALAM AHDAH Pada pembahasan alam ghayb al-ghuyyub yaitu pada
martabat Ahdah di mana belum ada sifat, belum ada ada asma, belum
ada afaal dan belum ada apa-apa lagi yaitu pada martabat la tayin,
Dzat Al-Haqq telah menegaskan untuk memperkenalkan Diri-Nya dan
untuk diberi tanggungjawab ini kepada manusia dan di tajallykanNya
DiriNya dari satu peringkat ke peringkat sampai lahirnya manusia
berbadan ruhani dan jasmani. Adapun martabat Ahdah ini terkandung
ia di dalam Al-Ikhlas pada ayat pertama: Qul huw Allah Ahad, yaitu
Sa (Esa-Satu) pada Dzat semata-mata dan inilah dinamakan martabat
Dzat. Pada martabat ini diri Empunya Diri (Dzat Al-Haqq) Tuhan Rabb
Al-Jalal adalah dengan dia semata-mata yaitu dinamakan juga Diri
Sendiri. Tidak ada permulaan dan tiada akhirnya yaitu Wujud Hakiki
lagi qadim. Pada masa ini tida shifat, tiada asma dan tida afaal
dan tiada apa-apa pun kecuali Dzat Mutlak semata-mata. Maka
berdirilah Dzat itu dengan Dia semata-mata. Dalam keadaan ini
dinamakan Ayn Al-Kafur dan diri dzat dinamakan Ahdah jua atau
dinamakan KUNH DZAT. 1.2 ALAM WAHDAH
Alam Wahdah merupakan peringkat kedua dalam proses pentajallyan.
Diri Empunya Diri telah mentajallykan diri ke suatu martabat sifat
yaitu La tayin tsani, pengungkapan nyata yang pertama atau disebut
juga martabat noktah mutlak yaitu ada permulaannyan. Martabat ini
dinamakan martabat noktah mutlak atau disebut juga Sifat
Muhammadiyah. Martabat ini juga dinamakan martabat Martabat Wahdah,
terkandung pada ayat Allah AlShomad yaitu tempat Dzat Allah tiada
terselindung sedikit pun meliputi 7 petala langit dan 7 lapis bumi.
Pada peringkat ini Dzat Allah Taala mulai bersifat. Sifat-Nya itu
adalah sifat batin jauh dari nyata. Dapat diumpamakan sepohon pokok
besar yang subur yang masih di dalam dalam biji, tetapi ia telah
wujud, tidak nyata, tetapi nyata sebab itulah ia dinamakan Tsabit
Nyata Pertama atau martabat la tayin awwal yaitu keadaan nyata
tetapi tidak nyata (wujud pada Allah) tetapi tidak lahir. Pada
peringkat ini Tuan Empunya Diri tidak lagi Berasma dan di peringkat
ini terkumpul Dzat Mutlak dan sifat batin. Di saat ini tidaklah
berbau, belum ada rasa, belum nyata di dalam nyata yaitu di dalam
keadaan yang dikenal dengan istilah Ruh Idlafy. Pada peringkat ini
sebenarnya pada Hakiki Sifat. (Kesempurnaan sifat) Dzat Al-Haqq
yang ditajallykannya itu telah sempurna cukup lengkap segala-gala.
Masih terhimpun dan tersembunyi di samping telah lahir pada
hakikinya. 1.3 ALAM WAHDIAH Pada peringkat ketiga, setelah tajally
Diri-Nya pada peringkat la tayin awwal, maka Empunya Diri kepada
Diri rahasia manusia ini, mentajallykan pula diri-Nya ke satu
martabat Asma yakni pada martabat segala nama dan dinamakan
martabat: Muhammad Munfashal, yaitu keadaan terhimpun lagi bercerai
cerai atau dinamakan Hakikat Insan. Martabat ini terkandung dalam
lam yalid yaitu sifat qadim lagi baqa, tatkala menilik wujud Allah.
Pada martabat ini keadaan tubuh diri rahasia telah terhimpun pada
hakikinya Dzat, sifat batin dan asma batin. Apa yang dikatakan
berhimpun lagi bercerai-cerai karena pada peringkat ini sudah dapat
di tentukan jenis masing-masing, tetapi belum lahir, masih di dalam
Ilmu Allah, yaitu dalam keadaan Ayn Tsabitah. Artinya sesuatu
keadaan yang tetap dalam rahasia Allah, belum terlahir, malah untuk
mencium baunya pun belum dapat lagi. Martabat ini dinamakan juga
wujud idlofy dan martabat wujud amm karena wujud di dalam sekalian
jenis dan wujudnya bersandarkan pada Dzat Allah Dan Ilmu Allah.
Pada peringkat ini juga telah terbentuk diri rahasia Allah dalam
hakiki dan dalam batin, boleh dikatakan ruh di dalam ruh.
Dinyatakan Nyata tetapi Tetap Tidak Nyata. 1.4 ALAM RUH Pada
peringkat keempat di dalam Empunya Diri, Dia menyatakan,
mengolahkan diri-Nya untuk membentuk satu batang tubuh halus yang
dinamaka ruh. Jadi pada peringkat ini
dinamakan Martabat Ruh pada Alam Ruh. Tubuh ini merupakan tubuh
batin hakiki manusia dimana batin ini sudah nyata Dzat, Shifat dan
Afaalnya. Diri yang sempurna, cukup lengkap seluruh anggota-anggota
batinnya, tida cacat, tiada cela. Keadaan ini dinamakan Alam
Kharijah yaitu nyata lagi lahir pada hakiki dari Ilmu Allah. Tubuh
ini dinamakan ia Jisim Lathif yaitu satu batang tubuh yang liut
lagi halus. Dia tidak mengalami cacat cela dan tidak mengalami
suka, duka, sakit, menangis, asyik dan hancur binasa. Inilah yang
dinamakan Khalidat Allah. Martabat ini terkandung di dalam walam
yulad. Dan berdirilah ia dengan diri tajally Allah dan hiduplah ia
buat selama-lamanya. Inilah yang dinamakan keadaan Tubuh Hakikat
Insan yang mempunyai awal tiada kesudahannya, dialah yang
sebenarnyanya dinamakan Diri Nyata Hakiki Rahasia Allah dalam Diri
Manusia. 1.5 ALAM MITSAL Alam Mitsal adalah peringkat ke lima dalam
proses pentajallyan Empunya Diri dalam menyatakan rahasia diriNya
untuk ditanggung oleh manusia untuk menyatakan diri-Nya. Allah
w.w.t. terus menyatakan diri-Nya melalui diri rahasia-Nya dengan
lebih nyata dengan membawa diri rahasia-Nya untuk dikandung pula
oleh bapak yaitu dinamakan Alam Mitsal. Untuk menjelaskan lagi Alam
Mitsal ini adalah dimana unsur ruhani yaitu diri rahasia Allah
belum bercamtum dengan badan kebendaan. Alam mitsal jenis ini
berada di Alam Malakut. Ia merupakan peralihan dari alam Arwah
(alam ruh) menuju ke alam nasut maka itu dinamakan ia Alam Mitsal
dimana proses peryataan ini, pewujudan Allah pada martabat ini
belum lahir, tetapi nyata dalam tidak nyata. Diri rahasia Allah
pada martabat Wujud Allah ini mulai di tajallykan kepada ubun-ubun
bapak, yaitu pemindahan dari alam ruh ke alam Bapak (mitsal). Alam
Mitsal ini terkandung ia di dalam walam yakun , yaitu dalam keadaan
tidak bisa dibagaikan. Dan seterusnya menjadi di: wadi, mani yang
kemudian disalurkan ke satu tempat yang berbaur diantara diri
rahasia batin (ruh) dengan diri kasar Hakiki di dalam tempat yang
dinamakan rahim ibu. Maka terbentuklah apa yang di katakan Manikam
ketika berlakunya bersetubuhan diantara laki-laki dengan perempuan
(Ibu dan Bapak). Perlu diingat, tubuh rahasia pada masa ini tetap
hidup sebagaimana awalnya tetapi di dalam keadaan rupa yang elok
dan tidak binasa dan belum lagi lahir. Dan ia tetap hidup tidak
mengenal ia akan mati. 1.6 ALAM AJSAM Pada peringkat keenam,
selepas saja rahasia diri Allah pada Alam Mitsal yang dikandung
oleh bapak, maka berpindah pula diri rahasia ini melalui Mani bapak
ke dalam rahim Ibu dan ini dinamakan Alam Ajsam.
Martabat ini dinamakan martabat Inssan Kamil yaitu batang diri
rahasia Allah telah dikamilkan dengan kata diri manusia, dan
akhirnya ia menjadi Kamil Al-Kamil. Yaitu menjadi satu pada
lahirnya kedua-dua badan ruhani dan jasmani. Kemudian lahirlah
seoarang insan melalui faraj ibu. Sesungguhnya martabat kanak-kanak
yang baru dilahirkan itu adalah yang paling suci yang dinamakan
Insan Kamil. Martabat ini terkandung ia di dalam lahu kufuwan yaitu
bersekutu dalam keadaan Kamil Al-Kamil dan nyawa pun di masukkan
dalam tubuh manusia. Selepas cukup tempuh dan masanya dan diri
rahasia Allah yang menjadi Kamil Al-Kamil itu dilahirkan dari perut
ibunya, maka disaat ini sampailah ia pada Martabat Alam Insan. 1.7
ALAM INSAN Alam ketujuh yaitu alam Insan, ini terkandung ia di
dalam Ahad yaitu Sa (Esa-Satu). Di dalam keadaan ini, maka
berkumpullah seluruh proses pewujudan dan peryataan diri rahasia
Allah s.w.t. di dalam tubuh badan insan yang mulai bernafas dan
dilahirkan ke alam maya yang fana ini. Maka alam insan ini dapat
dikatakan satu alam yang terkumpul seluruh proses pentajallyan diri
rahasia Allah dan pengumpulan seluruh alam-alam yang ditempuhi dari
satu peringkat ke satu peringkat dan dari satu martbat ke satu
martabat. Oleh karena ia merupakan satu perkumpulan seluruh
alam-alam lain, maka mulai alam maya yang fana ini, bermulalah
tugas manusia untuk menggembalikan balik diri rahasia Allah itu
kepada Tuan Empunya Diri. Proses penyerahan kembali rahasia Allah
ini hendaklah bermulah dari alam maya ini lantaran itu persiapan
untuk balik kembali asalnya mula kembalimu semula hendaklah
disegerakan tanpa berlengah-lengah lagi. 2.TUJUAN MARTABAT ALAM
INSAN 1. Ada pun tujuan utama pengkajian dan keyakinan Martabat
Alam Insan ini; 2. Bertujuan memahami dan memegang satu keyakinan
Mutlak bahwa diri kita ini sebenar benarnya bukanlah diri kita,
tetapi kembalikan semula asalnya Tuhan. 3. Dengan kata lain untuk
memperpanjangkan kajian, kita juga dapat mengetahui pada hakikatnya
dari mana asal mula diri kita sebenarnya hinggalah kita lahir di
alam maya ini. 4. Dalam pada itu dapat pula kita mengetahui pada
hakikatnya kemana diri kita harus kembali. 5. Apakah tujuan sebenar
diri kita di lahirkan. 6. Dalam memperkatakan Martabat Alam Insan
Dengan memahami Martabat Alam Insan ini, maka sudah pastilah kita
dapat mengetahui bahwa diri kita ini adalah pantulan sifat Allah
taala semata-mata. Diri sifat yang ditajallykan untuk menyatakan
sifat-Nya sendiri yakni pada alam shaghir dan alam kabir. Dan Allah
taala
memuji Diri-Nya dengan asma-Nya sendiri dan Allah taala menguji
Diri-Nya sendiri dengan Afaal-Nya sendiri. Dalam memaparkan
Martabat Alam Insan kita membahas diri kita sendiri. Diri kita dari
sifat Tuhan yang berasal daripada ghayb al-ghuyub (Martabat Ahdah)
yaitu pada martabat Dzat hingga lahir kita bersifat dengan sifat
bangsa Muhammad. Oleh yang demikian wujud atau lahir kita ini bukan
sekali-kali diri kita, tetapi sebenarnya diri kita ini adalah
penyata kepada diri Tuhan semesta alam semata-mata. Firman-Nya:
Inna lillah wa inna ilayh rajiun, Sesungguhnya asal dirimu itu dari
Allah dan hendaklah kembali pulang kepada-Nya (Tuhan Asal Diri Mu).
Setelah mengetahui dan memahami secara jelas lagi terang bahwa asal
kita ini adalah dari Tuhan pada Martabat Ahdah dan nyatanya kita
sebagai pantulan sifat-Nya pada Martabat Alam Insan, maka pada Alam
Insan inilah kita memulakan langkah untuk mensucikan sifat diri
kita ini pada martabat sifat kepada martabat ketuuhanan kembali
yaitu asal mula diri kita sendiri atau Martabat Dzat. Sesungguhnya
Allah s.w.t diri kita pada Martabat Ahdah menyatakan diri-Nya
dengan sifatNya sendiri dan memuji sifat-Nya sendiri dengan
asma-Nya sendiri serta menguji sifat-Nya dengan afal-Nya sendiri.
Sesungguhnya tiada sesuatu sebenarnya pada diri kita kecuali diri
sifat Allah, Tuhan semesta semata-mata. Sekian peryataan kuliah ini
akan di sambung di lain kali. (21/08/2004) 3.PROSES MENGEMBALIKAN
DIRI Dalam proses menyucikan diri dan mengembalikan rahasia kepada
Tuhan Empunya Rahasia, maka manusia itu semestinya mempertingkatkan
kesuciannya sampai ke peringkat asal kejadian rahasia Allah taala.
Manusia ini sebenarnya mesti menapaki dan melalui dari Alam Insan
pada nafsu amarah ke Martabat Dzat yaitu nafsu Kamaliah yaitu maqam
Izzat Al-Ahdah. Lantaran itulah tugas manusia semestinya mengenal
hakikat diri ini lalu balik untuk mengembalikan amanah Allah s.w.t.
tersebut sebagaimana mula proses penerimaan amanahnya pada
peringkat awalnya. Sesunggunya Allah dalam mengenalkan diri-Nya
melalui lidah dan hati manusia, maka Dia telah mentajallykan
Diri-Nya menjadi rahasia kepada diri manusia. Sebagaimana dikatakan
dalam hadis qudsy: ( )
TUJUH LATHIFAH SIMPUL BATHIN
By kisunan Dan 7 titik batin yang kita sebut dengan lathifah,
yaitu: 1. Latifatul-qolby Di sini letaknya sifat-sifat syetan,
iblis, kekufuran, kemusyrikan, ketahayulan dan lain-lain, letaknya
dua jari dibawah susu sebelah kiri, Kita buat dzikir
sebanyak-banyaknya, Insya Allah pada tingkat ini diganti dengan
Iman, Islam, Ihsan, Tauhid dan Marifat. 2. Latifatul-roh Di sini
letaknya sifat bahimiyah (binatang jinak) menuruti hawa nafsu, ,
letaknya dua jari dibawah susu sebelah kanan, Kita buat dzikir
sebanyak-banyaknya Insya Allah di isi dengan khusyu dan tawadhu. 3.
Latifatus-sirri Di sini letaknya sifat-sifat syabiyah (binatang
buas) yaitu sifat zalim atau aniaya, pemarah dan pendendam, ,
letaknya dua jari diatas susu sebelah kiri, Kita buat dzikir
sebanyakbanyaknya Insya Allah diganti dengan sifat kasih sayang dan
ramah tamah. 4. Latifatul-khafi Di sini letaknya sifat-sifat
pendengki, khianat dan sifat-sifat syaitoniyah, , letaknya dua jari
diatas susu sebelah kanan, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya
Insya Allah diganti dengan sifat-sifat syukur dan sabar. 5.
Latifatul-akhfa Di sini letaknya sifat-sifat robbaniyah yaitu riya,
takabbur, ujub, suma dan lain-lain, , letaknya ditengah-tengah
dada, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti
dengan sifat-sifat ikhlas, khusyu, tadarru dan tafakur. 6.
Latifatun-nafsun-natiqo Di sini letaknya sifat-sifat nafsu amarrah
banyak khayalan dan panjang angan-angan, , letaknya tepat diantara
dua kening, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti
dengan sifat-sifat tenteram dan pikiran tenang. 7. Latifah
kullu-jasad
Di sini letaknya sifat-sifat jahil ghaflah kebendaan dan
kelalaian, , letaknya diseluruh tubuh mengendarai semua aliran
darah kita yang letak titik pusatnya di tepat ditengah-tengah
ubun-ubun kepala kita, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya
Allah diganti dengan sifatsifat ilmu dan amal