6. BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP) A. Peraturan Mengenai Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 329/Menkes/PER/XII/76, yang dimaksud dengan aditif makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Termasuk ke dalamnya adalah pewarna, penyedap rasa dan aroma, pemantap,antioksidan, pengawet, pengemulsi, antigumpal, pemucat, dan pegental. Pada umumnya, bahan tambahan dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu : a. Aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja, dengan maksud dan tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman atau kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lain sebagainya. b. Aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan. Bila dilihat dari asalnya, aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin, asam sitrat, dan lain sebagainya, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6. BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP)
A. Peraturan Mengenai Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No.
329/Menkes/PER/XII/76, yang dimaksud dengan aditif
makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan
sewaktu sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan
mutu. Termasuk ke dalamnya adalah pewarna, penyedap
rasa dan aroma, pemantap,antioksidan, pengawet,
pengemulsi, antigumpal, pemucat, dan pegental.
Pada umumnya, bahan tambahan dapat dibagi menjadi
dua bagian besar, yaitu :
a. Aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan
sengaja, dengan maksud dan tujuan tertentu,
misalnya untuk meningkatkan konsistensi, nilai
gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman atau
kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lain
sebagainya.
b. Aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat
dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai
akibat dari proses pengolahan.
Bila dilihat dari asalnya, aditif dapat berasal
dari sumber alamiah seperti lesitin, asam sitrat, dan
lain sebagainya, dapat juga disintesis dari bahan kimia
yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 1
sejenis, baik susunan kimia maupun, sifat
metabolismenya, misalnya -karoten, asam askorbat, dan
lain-lain.
Pada umumnya, bahan sintetik mempunyai kelebihan
yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah.
Walaupun demikian, ada kelemahannya yaitu sering
terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung
zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan dan kadang-kadang
bersifat karsinogenik yang dapat merangsang terjadinya
kanker pada hewan atau manusia.Terciptanya perdagangan
pangan yang jujur dan bertanggungjawab merupakan salah
satu tujuan penting pengaturan, pembinaan dan
pengawasan di bidang pangan sebagaimana dikehendaki
oleh
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan.
Salah satu upaya untuk mencapai tertib pengaturan di
bidang pangan adalah melalui pengaturan di bidang label
dan iklan pangan, yang dalam prakteknya selama ini
belum memperoleh pengaturan sebagaimana mestinya.
Banyaknya pangan yang beredar di masyarakat tanpa
mengindahkan ketentuan tentang pencantuman label
dinilai sudah meresahkan. Perdagangan pangan yang
kadaluarsa, pemakaian bahan pewarna yang diperuntukkan
bagi pangan atau pembuatan-pembuatan lain yang
akibatnya sangat merugikan masyarakat, bahkan dapat
mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa manusia,
terutama bagi anak-anak pada umumnya dilakukan melalui
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 2
penipuan pada label pangan atau melalui iklan. Label
dan iklan pangan yang tidak jujur dan atau menyesatkan
berakibat buruk terhadap perkembangan kesehatan
manusia.
Dalam hubungannya dengan masalah label dan iklan
pangan maka masyarakat perlu memperoleh informasi yang
benar, jelas dan lengkap baik mengenai kuantitas, isi,
kualitas maupun hal-hal lain yang diperlukannya
mengenai pangan yang beredar di pasaran. Informasi pada
label pangan atau melalui iklan sangat diperlukan bagi
masyarakat supaya masing-masing individu secara tepat
dapat menentukan pilihan sebelum membeli dan atau
mengkonsumsi pangan. Tanpa adanya informasi yang jelas
maka kecurangan-kecurangan dapat terjadi.
Perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab
bukan semata-mata untuk melindungi kepentingan
masyarakat yang mengkonsumsi pangan. Melalui pengaturan
yang tepat berikut sanksi-sanksi hukum yang berat,
diharapkan setiap orang yang memproduksi pangan atau
memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk
diperdagangkan dapat memperoleh perlindungan dan
jaminan kepastian hukum. Persaingan dalam perdagangan
pangan diatur supaya pihak yang memprodukasi pangan dan
pengusaha iklan diwajibkan untuk membuat iklan secara
benar dan tidak menyesatkan masyarakat melalui
pencantuman label dan iklan pangan yang harus memuat
keterangan pangan dengan jujur.
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 3
Pemerintah menyadari perkembangan teknologi pangan
sangat berpengaruh terhadap pelabelan pangan.
Perkembangan tersebut tidak mungkin dicakupi secara
keseluruhan melalui Peraturan Pemerintah ini. Namun,
hal itu tidak mungkin pula untuk dikesampingkan tanpa
membuka peluang untuk pengaturan lebih lanjut. Dalam
kondisi yang demikian, Peraturan Pemerintah ini
sekaligus memerintahkan kepada Instansi terkait untuk
mengaturnya manakala diperlukan. Sudah barang tentu
pengaturannya disesuaikan dengan lingkup tugas dan
wewenang yang melekat pada instansi yang bersangkutan.
Tidak hanya masalah yang berhubungan dengan
kesehatan saja yang perlu diinformasikan secara benar
dan tidak menyesatkan melalui label dan iklan pangan,
namun perlindungan secara batiniah perlu diberikan
kepada masyarakat. Masyrakat Islam merupakan jumlah
terbesar dari penduduk Indonesia yang secara khusus dan
non diskriminatif perlu dilindungi melalui pengaturan
halal. Bagaimanapun juga, kepentingan agama atau
kepercayaan lainnya tetap dilindungi melalui
tanggungjawab pihak yang memproduksi atau memasukkan
pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan
bagi keperluan tersebut.
Selain daripada keterangan-keterangan yang wajib
dimuat pada label sebagaimana diinginkan oleh Pasal 30
ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 4
Pangan, diatur pula hal-hal lain yang sekiranya dapat
diinformasikan kepada masyarakat.
Untuk menampung pengaturan tersebut, maka pokok-pokok
yang mendasari kelompok masyarakat tertentu diatur di
dalam Peraturan Pemerintah ini. Pengaturan selanjutnya
diserahkan kepada Menteri Kesehatan yang lebih memahami
tentang aspek kesehatan masyarakat, termasuk akibat
sampingan pangan tertentu terhadap kesehatan kelompok
masyarakat tertentu.
Sebagaimana telah diuraikan, pengaruh pangan yang
dikonsumsi terhadap kesehatan manusia perlu diwaspadai.
Oleh karena itu, iklan tentang pangan perlu secara
khusus diatur dan dikendalikan dengan sebaik-baiknya
melalui Peraturan Pemerintah ini. Penggunaan anak-anak
berusia di bawah lima tahun secara tegas dilarang untuk
mengiklankan pangan yang tidak secara khusus ditujukan
untuk konsumsi oleh mereka. Larangan ini sangat
diperlukan untuk menghindarkan anak-anak terhadap
pengaruh iklan yang bersifat negatif atau menyesatkan
yang secara mudah diterima oleh anak-anak yang secara
alamiah belum mampu membedakan hal-hal yang baik atau
yang buruk.
Peraturan Pemerintah ini mewajibkan agar label
ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab
dan atau huruf Latin. Ketentuan ini berlaku mengikat
tidak hanya terhadap pangan yang diproduksi di dalam
negeri, namun berlaku juga terhadap pangan yang
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 5
dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk
diperdagangkan. Tujuan pengaturan ini dimaksudkan agar
informasi tentang pangan dapat dipahami oleh seluruh
lapisan masyarakat, baik di kota maupun di desa-desa.
Dengan tidak mengesampingkan pengaturan yang sudah
ada dalam lingkungan Undang-undang yang mengatur
tentang kesehatan, maka Peraturan Pemerintah tentang
Label dan Iklan Pangan sebagai pelaksanaan dari Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan merupakan
pelengkap terhadap pengaturan yang sudah ada. Tujuan
pengaturan tersebut adalah untuk lebih memperkuat
jaminan kepastian hukum bagi masyarakat yang
mengkonsumsi pangan.
Pada akhirnya, keterpaduan tugas di bidang
pengawasan dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini
sangat tergantung pada kemampuan aparatur negara untuk
menghindari timbulnya ekses yang tidak diharapkan.
Pada umumnya, bahan makanan mengandung beberapa
unsur atau senyawa sepetri air, karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, enzim, pigmen, dan lain-lain. Kandungan
jenis bahan tersebut bergantung pada sifat alamiah dari
bahan makanan tersebut.
Adakalanya makanan yang tersedia tida mempunyai
bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi,
dengan arti lain kualitas dari suatu produk makanan
sangat ditentukan oleh kesukaan konsumen terhadap
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 6
makanan tersebut. Umumnya, pengolahan makanan selalu
berusaha untuk menghasilkan produk yang berkualitas
baik. Kualitas makanan adalah keseluruhan sifat-sifat
dari makanan tersebut yang berpengaruh terhadap
penerimaan dari konsumen.
Atribut kualitas makanan adalah pertama yaitu
sifat indrawi/organoleptik, yaitu sifat-sifat yang
dapat dinilai dengan pancaindra seperti sifat
penampakan (bentuk, ukuran, warna), cita rasa yaitu
asam, asin, manis, pahit, flavour, tekstur yaitu sifat
yang dinilai dengan panca peraba. Kedua, nilai gizi
yaitu karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lain-
lain. Ketiga, keamanan makanan yang dikonsumsi yaitu
terbebas dari bahan-bahan pencemar atau racun yang
bersifat mikrobiologis.
Makanan yang tersaji harus tersedia dalam bentuk
yang menarik, rasa enak, rupa dan konsistensinya baik
serta awet, maka sering dilakukan penambahan bahan
tambahan makanan yang sering disebut zat aditiva kimia
(food aditiva).
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang secara
alamiah bukan merupakan bagian dari bahan makanan,
tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut karena
perlakuan saat pengolahan, penyimpanan atau pengemasan.
Definisi bahan tambahan makanan adalah bahan yang
ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 7
jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki
penampakan, cita rasa, tekstur, flavor, dan
memperpanjang daya simpan. Selain itu, dapat
meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan
vitamin.
Menurut Undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang
Pangan, pada Bab II mengenai Keamana Pangan, pasal 10
tentang Bahan Tambahan Pangan dicantumkan :
(1) Setiap orang yang memproduksi pangan untuk
diedarkan, dilarang menggunakan bahan apapun
sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan
terlarang atau melampaui ambang batas maksimal
yang telah ditetapkan.
(2) Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang
dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan
tambahan pangan dalam kegiatan atau proses
produksi pangan serta ambang batas maksimal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Jenis-jenis bahan tambahan makanan yang sering
digunakan adalah bahan pengawet, pewarna, pemanis,
antiokasidan, pengikat logam, pemutih, pengental,
emulsifier, buffer (asam, alkali), zat gizi, flavoring agent
dan lain-lain.
Pemakaian bahan tambahan makanan memberikan
keuntungan besar bagi industri makanan. Adakalanya
untuk mencegah kelebihan produksi hasil pertanian di
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 8
negara-negara berkembang, diperlukan suatu alternatif
untuk mengawetkan makanan, sehingga saat musim paceklik
dan kebutuhan bahan makanan tidak mencukupi, maka
proses pengawetan makanan dijadikan alternatif
memecahkan masalah tersebut. Sehingga kebutuhan akan
produk makanan masih dapat ditanggulangi.
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 9
B. Jenis-Jenis Bahan Tambahan Pangan
1. Zat Pemanis Sintetik
Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk
membantu mempertajam rasa manis. Beberapa jenis pemanis
buatan yang digunakan adalah sakarin, siklamat, dan
aspartam (paling bagus)
Zat pemanis sintetik merupakan zat yang dapat
menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam
penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan
kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah daripada
gula. Umumnya zat pemanis sintetik mempunyai struktur
kimia yang berbeda dengan stuktur polihidrat gula alam.
Meskipun telah banyak ditemukan zat pemanis
sintetik, tetapi hanya beberapa saja yang boleh dipakai
dalam bahan makanan. Mula-mula garam Na- dan Ca-
siklamat yang kemanisannya tiga puluh (30) kali
kemanisan sukrosa digunakan sebagai pemanis. Kemudian
penggunaannya dilarang di Amerika Serikat karena
diperkirakan besifat karsinogen.
Di Indonesia penggunaan siklamat masih diijinkan,
tetapi sebenarnya hasil metabolisme siklamat yaitu
sikloheksaminat merupakan senyawa karsinogenik;
pembuangan sikloheksaminat melalui urin dapat
merangsang tumbuhnya tumor kandung kemih pada tikus.
NH2
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 10
NH – SO2 – O – Na
Na – siklamat
(Na – siklohekanasulfamat)
Sikloheksamina
Walaupun demikian, uji ulang siklamat yang
dilakukan terhadap beberapa galur tikus dan hamster
ternyata menunjukan hasil negatif terhadap sifat
merangsang terjadinya tumor kandung kemih.
Zat pemanis sintetik yang kini banyak digunakan
dalam makanan dan minuman adalah garam Ca- atau Na-
sakarin. Penggunaan sakarin tergantung dari intensitas
kemanisan yang dikehendaki. Pada konsentrasi tinggi,
sakarin akan menimbulkan rasa pahit-getir (nimbrah).
Kemanisan sakarin empat ratus kali lebih besar dari
kemanisan larutan sukrosa 10 %.
C
C
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 11
OO
SN
SN
Ca . 3 ½
H2O Na +
O2 2
O2
Ca – sakarin Na –
sakarin
(Na-orto-
benzosulfamida)
Dari hasil penelitian di Kanada, didapat bahwa
penggunaan 5% sakarin dalam ransum tikus dapat
merangsang terjadinya tumor di kandung kemih. Dengan
alasan tersebut telah diusahakan larangan penggunaan
sakarin dalam diet food and beverages. Pelarangan itu
ditunda untuk mendapatkan data lebih lanjut.
2. Zat Penjernih larutan
Masalah yang utama dalam pembuatan bir, anggur,
dan sari buah adalah timbulnya kekeruhan, pengendapan,
dan oksidasi yang menyebabkan perubahan warna. Senyawa
kimia yang bertanggung jawab atas terjadinya perubahan
tersebut terutama golongan fenol seperti antosianin,
flavonoid, leukoantosianogen, dan tannin. Protein atau
pectin bereaksi dengan polifenol membentuk koloid yang
menimbulkan kekeruhan. Untuk menghilangkan kekeruhan
itu dapat dipakai enzim yang menghidrolisis protein
atau pektin, tetapi kadang-kadang terbentuk busa bila
kadar enzim terlalu banyak. Karena itu lebih sering
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 12
dipakai bahan penjernih dan adsorben yang dapat
menyerap polifenol atau protein.
Daya larut zat penjernih sangat menentukan
efektivitas bahan. Makin kecil daya larutnya, makin
besar daya serap adsorben terhadap partikel-partikel
tersuspensi seperti kompleks tannin-protein.
Bentonit adalah zat penjernih yang digunakan dalam
anggur untuk mencegah pengendapan protein. Bentonit
menyerap protein karena adanya tarik menarik antara
muatan negatif dari silikat yang dikandung bentonit
dengan muatan positif protein. Partikel bentonit yang
telah menyerap protein dapat juga menyerap tannin dan
fenol lainnya. Kemudian dengan penyaringan dapat
dipisahkan koloid-koloid yang telah terendapkan ini.
Untuk menjernihkan minuman sering kali digunakan
senyawa golongan protein, yaitu gelatin. Penambahan
gelatin pada sari buah akan membentuk kompleks gelatin-
tannin yang dapat diendapkan kemudian dipisahkan. Pada
sari buah dengan kandungan polifenol rendah,
ditambahkan asam tanat atau tanin untuk mempermudah
pengendapan gelatin tersebut.
Pada konsentrasi rendah, gelatin dan bahan
penjernih yang bersifat larut lainnyabertindak sebagai
koloid pelindung. Sedangkan pada konsentrasi tinggi
bahan-bahan tersebut akan menyebabkan pengendapan,
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 13
tetapi bila konsentrasi terlalu tinggi bahan tersebut
tidak dapat menyebabkan pengendapan lagi.
Bahan penjernih lainnya yang sering digunakan
adalah arang aktif. Tetapi arang aktif selain menyerap
molekul-molekul yang besar, juga dapat menyerap
molekul-molekul kecil seperti pigmen dan senyawa lain
yang penting artinya dalam cita rasa. Tanin dapat juga
digunakan untuk mengendapkan protein, tetapi penggunaan
tanin kadang-kadang menimbulkan akibat yang kurang
baik, yaitu dapat mengendapkan berbagai senyawa yang
diperlukan dalam bahan.
3. Zat Pemucat
Tepung terigu yang baru berwarna kekuningan dan
bersifat kurang elastis. Bila dijadikan adonan roti,
tidak dapat mengembang dengan baik. Untuk mamperoleh
terigu dengan mutu yang baik, terigu dibiarkan selama
lebih kurang enam minggu. Selama masa pemeraman
tersebut, bahan-bahan yang menyebabkan sifat lekat dan
juga pigmen karotenoid akan teroksidasi sehingga akan
diperoleh tepung terigu yang berwarna putih dan dengan
daya pengembangan yang baik.
Tentu saja proses pemeraman ini sangat tidak
praktis. Untuk mempercepat proses tersebut biasanya
ditambahkan zat pemucat. Zat pemucat ini bersifat
oksidator. Ikatan rangkap dalam karotenoid, yaitu
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 14
xantofil, akan dioksidasi. Degradasi pigmen karotenoid
akan menghasilkan senyawa yang tak berwarna.
Selain itu bahan pemucat ini mengoksidasi gugus
sulfhidril dalam gluten menjadi ikatan disulfide.
Dengan adanya ikatan S – S ini terbentuk polimer
protein yang panjang, lurus, dan membentuk lapisan-
lapisan tipis yang saling melekat. Lapisan-lapisan
tersebut dapat menahan gelembung udara, karena itulah
roti akan mengembang.
Di samping zat pemucat yang berfungsi sebagai
pemucat saja, ada juga yang berfungsi meningkatkan daya
mengembang terigu, dan ada yang berfungsi gabung
keduanya. Misalnya benzoil peroksida (C6H5CO)2 bersifat
memucatkan terigu saja. KBrO3, Ca(IO3)2, dan CaO2
bersifat hanya meningkatkan daya mengembang terigu.
Sedangkan gas Cl2, ClO2, nitrosil klorida (NOCl), dan
nitrogen oksida berfungsi ganda. Yang terakhir ini
berwujud gas dan segera aktif berhubungan dengan
terigu.
Dalam pengunaan bahan pemucat yang bersifat
oksidator ini harus diperhatikan jumlahnya. Pemakaiaan
yang berlebihan akan menghasilkan adonan roti yang
pecah-pecah dan butirannya tidak merata, berwarna
keabu-abuaan, dan volumenya menyusut.
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 15
4. Asidulan, Zat Pengasam
Asidulan merupakan senyawa kimia yang bersifat
asam yang ditambahkan pada proses pengolahan makanan
dengan berbagai tujuan. Asidulan dapat bertindak
sebagai penegas rasa dan warna atu menyelubungi after
taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat
mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai
bahan pengwet. Kemudian pH rendah buffer yang
dihasilkannya mempermudah proses pengolahan. Bahan ini
bersifat sinergis terhadap antioksidan dalam mencegah
ketengikan dan browning.
Asam kadang-kadang ditambahkan pada buah-buahan
dan sayuran yang pH-nya sedang dengan tujuan menurunkan
pH sampai dibawah 4,5. Dengan penurunan pH ini maka
suhu sterilisasi yang dibutuhkan akan lebih rendah dan
kemungkinan tumbuhnya mikroba yang berbahaya akan
lebih kecil.
Garam asam kalium tartrat digunakan dalam
pembuatan kembang gula dan coklat untuk mengurangi
hidrolisis atau inverse sukrosa. Dengan adanya gula
pereduksi yang rasanya lebih manis tersebut pembentukan
kristal sukrosa akan terhambat.
Salah satu tujuan utama penambahan asam pada
makanan adalam untuk memberikan rasa asam. Asam juga
dapat mengintensifkan penerimaan rasa-rasa lain. Unsur
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 16
yang menyebabkan rasa asam adalah ion H+ atau ion
hidrogenium H3O+.
Asam yang banyak digunakan pada bahan makanan
adalah asam organik seperti asam asetat, asam laktat,
asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam suksinat,
dan asam tartrat. Sedangkan satu-satunya asam organik
yang digunakan sebagai makanan adalah asam fosfat. Sam
organik lain seperti HCl mempunyai derajat disosiasi
yang tinggi sehingga berakibat kurang baik bagi mutu
produk akhir.
Selain untuk tujuan diatas, ada beberapa macam
asam dan senyawa bersifat asam yang berfungsi sebagai
bahan pengawet, bahan pengembang adonan, pengkelat dan
lain-lain. Untuk masing-masing bahan tersebut akan
diberikan pembahasan tersendiri.
5. Pengembang Adonan
Beberapa senyawa kimia akan terurai dengan
menghasilkan gas dalam adonan roti. Selama pembakaran,
volume gas bersama dengan udara dan uap air akan ikut
terperangkap dalam adonan akan mengembang, sehingga
diperoleh roti dengan struktur berpori-pori. Senyawa
kimia tersebut terdapat dalam tepung terigu yang sudah
diperam, tepung adonan dan tepung soda kue.
Bahan pengembang adonan yang sekarang dipakai
menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat menghasilkan
CO2. Gas ini diperoleh dari garam-garam karbonat atau
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 17
garam bikarbonat (NaHCO3). Kadang-kadang garam ammonium
karbonat atau ammonium bikarbonat juga digunakan.
Tetapi garam-garam ini terurai pada suhu tinggi. Garam
KHCO3 jarang digunakan karena bersifat higroskopik dan
sedikit menimbulkan rasa pahit.
Reaksi NaHCO3 dalam air adalah sebagai berikut :
NaHCO3 Na+ + HCO3-
HCO3- + H+ H2CO3
HCO3- CO3
2-+ H+
Sedangkan reaksinya dalam adonan akan lebih
kompleks karena terdapat protein maupun ion-ion yang
mungkin ikut bereaksi. Penambahan bahan pengembang yang
bersifat asam akan menimbulkan ion H+ sehingga dalam
adonan reaksinya adalah sebagai berikut:
R-O-, H+ + NaHCO3 R-O-, Na+ + H2O + CO2
Perbandingan antara asam dan NaHCO3 harus
diperhatikan agar tidak menimbulkan rasa seperti sabun
ataupun rasa asam dan pahit.
Bahan pengembang asam tidak selalu berupa asam,
tetapi yang penting dapat memberikan ion H+ agar dapat
melepaskan CO2 dari NaHCO3. Misalnya garam aluminium
sulfat bila bereaksi dengin air akan menghasilkan asam
sulfat.
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 18
Na2SO4.AI2(SO4)3+ 6H2O Na2SO4 + 2 Al(OH)3+ 2
H2SO4
Bahan asam pengembang mempunyai kelarutan dalam air
yang berbeda-beda. Pada suhu biasa larutannya dalam air
akan menentukan kecepatannya dalam melepaskan gas CO2.
Berdasar kecepatannya, bahan pengembang adonan dapat
dibagi atas bermacam-macam kelas dengan aktivitas cepat
atau lambat. Misalnya senyawa yang mudah larut akan
melepaskan CO2 dengan cepat, sebaliknya yang sulit
larut akan lambat melepaskan CO2
Kecepatan pelepasan CO2 oleh bahan pengembang akan
mempengaruhi tekstur produk. Kecepatan ini meningkat
bila suhu bertambah tinggi seperti terlihat pada Gambar
1.
Gambar 1. Pengaruh suhu terhadap kecepatan
pelepasan CO2 hasil reaksi
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 19
NaHCO3 dengan garam asam Na-
pirofosfat
(Stahl and Ringer: 1971)
Bahan pengembang adonan yang sekarang banyak
digunakan adalah garam asam K-tartrat, Na-
aluminiumsulfat, glukano-8-lakton, serta garam-garam
fosfat. Tepung soda kue merupakan bahan pengembang
adonan yang umum digunakan dalam pembuatan roti. Bahan
ini terdiri dari NaHCO3, dan tepung. Ada dua macam soda
kue, yaitu soda kue dengan aktivitas cepat yang disebut
juga sebagai aktivitas tinggi dan soda kue dengan
aktivitas lambat atau disebut juga sebagai aktivitas
ganda. Perbedaan antara keduanya adalah pada mudah
tidaknya komponen asam atau pembentuk asam larut dalam
air dingin.
Soda kue aktivitas cepat terbuat dari dua macam
asam, yaitu asam tartrat dan garam asam K-tartrat yang
mudah larut dalam air dingin. Karena itu kecepatan
pelepasan CO2 lebih cepat. Reaksi soda kue aktivitas
cepat adalah sebagai berikut:
2 NaHCO3 + H2C4H4O6 N a2C4H4O6 +
2 CO2 + 2 H2O
asam tartrat natrium
tartrat
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 20
H2O
H2O
NaHCO3 + KHC4H4O6 KNaC4H4O6 + CO2 +
H2O
Soda kue yang lebih banyak digunakan sekarang ini
adalah soda kue dengan aktivitas lambat, yang
mengandung Ca(HPO4)H2O dan Na2SO4. Al2(SO4)3. Garam
Ca(HPO4)2.H2O tidak begitu larut dalam air dingin
sehingga kecepatan pelepasan CO2 juga rendah.
Sebaliknya garam Na2SO4. Al2(SO4)3 yang bukan asam harus
bereaksi terlebih dahulu dengan air panas untuk bisa
menghasilkan asam. Kemudian asam dengan NaHCO3 akan
menghasilkan CO2.
Reaksi soda kue aktivitas lambat adalah sebagal
berikut:
Na2Al2(SO4)4 + 6 H2O 2 Al(OH)3 + Na2SO4 +
3 H2SO4
Na-aluminpumsulfat
3 H2SO4 + 6 NaHCO3 3 Na2SO4 + 6 CO2 +
6 H2O
3 CaH4(PO4)2 + 8 NaHCO3 Ca3(PO4)2 + 4
Na2HPO4 + 8CO2 +
monokalsiumfosfat 8H2O
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 21
panas
H2O
Pemilihan jenis soda kue akan mempengaruhi
elastisitas dan plastisitas adonan. Soda kue aktivitas
lambat yang lambat melepaskan CO2 setelah adonan
terbentuk akan menghasilkan retak-retak pada tepi
biskuit. Bila dipergunakan suhu awal (pembakaran roti)
rendah, maka akan diperoleh volume produk yang lebih
besar. Tetapi bila kenaikan suhu kurang cepat, volume
yang diperoleh akah lebih kecil. Untuk menghindari hal
yang merugikan tersebut sebaiknya digunakan suhu
pembakaran yang merata.
6. Zat Pengawet
Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan
anorganik dalam bentuk asam, atau garamnya. Aktivitas-
aktivitas bahan pengawet tidaklah sama, misalnya ada
yang efektif terhadap bakteri, khamir, ataupun kapang.
Cara tertua penggunaan bahan pengawet makanan
adalah asap yang dapat mengawetkan daging. Kalsium
propionat atau natrium propionate digunakan untuk
menghambat pertumbuhan kapang, asam sorbat menghambat
pertumbuhan kapang dalam keju, sirup dan buah kering.
Bahan kimia yang digunakan seebagai pengawet diharapkan
dapat mengganggu kondisi optimal pertumbuhan mikroba
tersebut. Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan mikroba
yang paling rawan adalah keseimbangan elektrolit pada
sistem metabolismenya. Karena itu, bahan kimia yang
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 22
digunakan untuk antimikroba yang efektif biasanya
digunakan asam-asam organik. Bahan pengawet adalah zat
kimia yang dapat menghambat kerusakan pada makanan,
karena serangan bakteri, ragi, cendawan.
Reaksi-reaksi kimia yang sering harus dikendalikan
adalah reaksi oksidasi, pencoklatan (browning) dan
reaksi enzimatis lainnya. Reaksi enzimatis dirangsang
aktivitas mikroba sehingga pertumbuhan mikroba ditekan
dan diharapka reaksi enzimatis berkurang. Dengan
merusak sel dan aktivitas jaringan yang menurun, maka
aktivitas enzim akan menurun pula, kecuali jika
terdapat oksiigen atau senyawa logam.
Oksigen adalah salah satu sumber penyebab
kerusakan oksidatif dan enzimatis. Kerusakan oksidatif
dapat dicegah dengan penambahan bahan kimia yaitu
antioksidan atau senyawa pereduksi lainnya. Antioksidan
yang sering digunakan adalah vitamin E, butylated hydroxyl
anisol (BHA) butylated hydroxyl toluen (BHT).
a. Zat Pengawet Organik
Zat pengawet organik lebih banyak dipakai daripada
yang anorganik karena bahan ini lebih mudah dibuat.
Bahan organik digunakan baik dalam bentuk asam maupun
dalam bentuk garamnya. Zat kimia Yang sering dipakai
sebagai bahan pengawet ialah asam sorbat, asam
propionat, asam benzoat, asam asetat, dan epoksida.
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 23
Asam sorbat tergolong asam lemak monokarboksilat
yang berantai lurus dan mempunyai ikatan tidak jenuh
(α-diena). Bentuk yang digunakan umumnya garam Na- dan
K-sorbat. Sorbat terutama digunakan untuk mencegah
pertumbuhan kapang dan bakteri. Sorbat aktif pada pH di
atas 6,5 dan keaktifannya menurun dengan meningkatnya
pH.
Mekanisme asam sorbat dalam mencegah pertumbuhan
mikroba adalah dengan mencegah kerja enzim
dehidrogenase terhadap asam lemak. Struktur α-diena
pada asam sorbat dapat mencegah oksidasi asam lemak
oleh enzim tersebut. Sebaliknya hewan tingkat tinggi
dapat memetabolisasi asam sorbat seperti asam lemak
biasa.
Asam propionat (CH3CH2COOH) yang mempunyai struktur
yang terdiri dari tiga atom karbon tidak dapat
dimetabolisasi oleh mikroba. Hewan tingkat tinggi dan
manusia dapat memetabolisasi asam propionat ini seperti
asam lemak biasa. Propionat biasanya digunakan dalam
bentuk garam Na- dan Ca-nya, dan bentuk efektifnya
adalah bentuk molekul tak terdisosiasi. Propionat
efektif terhadap kapang dan beberapa khamir pada pH di
atas 5.
Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet
yang luas penggunaannya dan sering digunakan pada bahan
makanan yang asam. Bahan ini digunakan untuk mencegah
pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif pada pH
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 24
2,5 - 4,0. Karena kelarutan garamnya lebih besar, maka
biasa digunakan dalam bentuk garam Na-benzoat.
Sedangkan dalam bahan, garam benzoat terurai menjadi
bentuk efektif, yaitu bentuk asam benzoat yang tak
terdisosiasi.
Dalam tubuh terdapat mekanisme detoksifikasi
terhadap asam benzoat, sehingga tidak terjadi
penumpukan asam benzoat. Asam benzoat akan bereaksi
dengan glisin menjadi asam hipurat yang akan dibuang
oleh tubuh. Asam benzoat secara alami terdapat dalam
rempah-rempah seperti cengkeh dan kayu manis.
Cuka adalah larutan 4% asam asetat dalam air dan
sering digunakan sebagai bahan pengawet dalam roti
untuk mencegah pertumbuhan kapang. Sebaliknya, asam
asetat tidak dapat mencegah pertumbuhan khamir Cuka
aktivitasnya lebih besar pada pH rendah.
Bahan pengawet kimia biasanya hanya bersifat
mencegah pertumbuhan mikioba saja. Tetapi senyawa
epoksida seperti etilen oksida dan proplien oksida
bersifat membunuh semua mikroba termasuk spora dan
virus.
Mekanisme epoksida tidak diketahui, tetapi diduga
gugus hidroksil etil mengadakan alkilasi terhadap
senyawa antara yang esensial bagi pertumbuhan mikroba
sehingga merusak sistem metabolismenya.
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 25
Erilen oksida dan propilen oksida digunakan sebagai
fumigan terhadap bahan-bahan kering seperti rempah-
rempah, tepung, dlan lain-lain. Etilen oksida lebih
efektif dibanding propilen oksida, tetapi etil oksida
lebih mudah menguap, terbakar, dan meledak, karena itu
biasanya diencerkan dengan senyawa lain membentuk
campuran 10% etilen oksida dengan 90% CO2.
Formalin
Formalin adalah larutan 37 % formaldehida dalam air
yang biasanya mengandung 10 sampai 15 persen metanol
untuk mencegah polimerisasi.
Formalin banyak digunakan sebagai desinfektan
untuk pembersih lantai, kapal, gudang, dan pakaian,
sebagai germisida dan fungisida pada tanaman dan
sayuran, serta sebagai pembasmi lalat dan serangga
lainnya.
Formalin sangat mudah diserap melalui saluran
pernafasan dan pencernaan. Penggunaan formalin dalam
jangka panjang dapat berakibat buruk pada organ tubuh,
seperti kerusakan hati dan ginjal. Karena beracun,
kemasan formalin diberi label dengan tanda gambar
tengkorak pada dasar kotak berwarna jingga. Jangan
menggunakan formalin untuk mengawetkan pangan seperti
mie dan tahu.
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 26
b. Zat Pengawet Anorganik
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakal
adalah sulfit, nitrat, dan nitrit. Sulfit digunakan
dalam bentuk gas SO2, garam Na, atau K-sulfit,
bisulfit, dan metabisulfit. Bentuk efektifnya sebagai
pengawet adalah asam sulfit yang tak terdisosiasi dan
terutama terbentuk pada pH di bawah 3. Molekul sulfit
lebih mudah menembus dinding sel mikroba, bereaksi
dengan asetaldehida membentuk senyawa yang tak dapat
difermentasi oleh mikroba, mereduksi ikatan disulfida
enzim, dan bereaksi dengan keton membentuk
hidroksisulfonat yang dapat menghambat mekanisme
pernafasan.
Selain sebagai pengawet, sulfit dapat berinteraksi
dengan gugus karbonil. Hasil reaksi itu akan mengikat
melanoldin sehingga mencegah timbulnya warna coklat.
Sulfur dioksida juga dapat berfungsi sebagai
antioksidan dan meningkatkan daya Pengembangan terigu.
Garam nitrit dan nitrat umumnya digunakan dalam
proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik
dan mencegah pertumbuhan mikroba. Mekanismenya belum
diketahui, tetapi diduga bahwa nitrit bereaksi dengar,
gugus sulfhidril dan rnembentuk senyawa yang tidak
dapat dimetabolisasi oleh mikroba dalam keadaan
anaerob. Dalam daging, nitrit akan membentuk nitroksida
yang dengan pigmen daging akan membentuk
nitrosomioglobin yang berwarna merah cerah.
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 27
Pembentukan nitrooksida akan terlalu banyak bila
hanya menggunakan garam nitrit, karena itu biasanya
digunakan campuran garam nitrat dan garam nitrit. Garam
nitrat akan tereduksi oleh bakteri nitrat menghasilkan
nitrit. Peranan garam nitrat sendiri sebagai bahan
pengawet masih dipertanyakan. Dari penelitian yang
telah dilakukan, didapat bahwa nitrat tidak dapat
mencegah kebusukan, bahkan akan mempercepat kebusukan
bila dalam keadaan aerobik.
Penggunaan natrium nitrit sebagai pengawet dan
untuk mempertahankan warna daging atau ikan, ternyata
menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan. Nitrit
dapat berikatan dengan amino atau amida dan membentuk
turunan nitrosamin yang bersifat toksik. Reaksi
pembentukan nitrosamin dalam pengolahan atau dalam
perut yang bersuasana asam adalah sebagai berikut:
R2NH + N2O5 R2N, NO + HNO2
(amin sekunder. missal; pirolidina)
R3N + N2O5 R2N.NO + R,
nitrosoamina (karsinogen
ik)Nitrosamin ini dapat menimbulkan kanker pada
hewan. Sampai sejauh ini, penelitian menunjukkan jumlah
nitrosoamina yang terbentuk pada makanan masih jauh
dari dosis yang membahayakan hewan. Tetapi jumlah
tersebut telah cukup membuat pemakaian nitrit dibatasi.
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 28
7. Surfaktan
Surfaktan digunakan dalam pengolahan pangan untuk
meningkatkan mutu produk dan mengurangi kesulitan
penanganan bahan yang mudah rusak. Pemakaian surfaktan
selama produk disimpan akan mempertahankan viskositas,
tekstur, mouthfeel, dan memperpanjang masa simpannya.
Yang termasuk dalam golongan surfaktan adalah
pengemulsi, penstabil, pengental, dan pembasah.
8. Pengental
Bahan tambahan makanan yang digunakan untuk
memperbaiki tekstur dan kualitas makanan merupakan
kelompok yang paling banyak digunakan dalam pengolahan
bahan makanan, diantaranya adalah pengental yaitu bahan
tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan
atau mengentalkan makanan yang dicampur dengan air,
sehingga membentuk kekentalan tertentu. Contoh
pengental adalah pati, gelatin, dan gum (agar, alginat,
karagenan).
Bahan makanan yang berupa cairan dapat dikentalkan
dengan menggunakan gumi dan bahan polimer sintetik.
Viskositas yang lebih tinggi diperoleh dengan tehnik
pembuatan emulsi. Partikel-partikel terdispersi
ditambahkan sehingga lebih banyak dari partikel fase
kontinyu. Misalnya pada mayonnaise yang system
emulsinya o/w, terkandung lebih banyak minyak daripada
fase kontinyu (air dan cuka).
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 29
9. Pembasah
Bahan pangan mempunyai daya menyerap air yang
berbeda-beda. Misalnya bubuk coklat atau susu bubuk
skim lebih mudah menyerap air dibandingkan rehidrasi
tepung santan atau sayur yang dikeringkan.
Ada tiga macam system pada bahan yang akan
mempengaruhi mudah tidaknya bahan tersebut terbasahi
oleh air, yaitu pembasahan permukaan yang berlapis
lilin, pembasahan kapiler, dan pembasahan tepung.
a. Pembasahan Permukaan yang Berlapis lilin
Adanya lapisan lilin di permukaan bahan seperti
pada apel dan daun kol menyebabkan air sulit diserap
dan membentuk butiran air di atas lapisan lilin. Karena
itu bahan tidak dapat dibasahi. Surfaktan yang dipakai
harus dapat mengikat lemak dan air sehingga air terikat
oleh bahan dan bahan menjadi basah.
b. Pembasahan Kapiler
Misalnya rehidrasi akan dilakukan pada bahan yang
mempunyai struktur berpori-pori. Makin tinggi tegangan
permukaan, makin besar daya penetrasi air. Karena itu
penambahan surfaktan yang menurunkan tegangan akan
merugikan.
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 30
c. Pembasahan Tepung
Pembasahan tepung yang terlalu cepat akan membuat
tepung diselubungi oleh cairan dengan menahan udara di
dalanya sehingga tepung agak sukar larut. Untuk itu
kadang-kadang diperlukan surfaktan yang menurunkan
tegangan permukaan cairan sehingga adsorpsi cairan oleh
tepung akan lebih mudah.
10. Zat Warna
Penggunaan bahan tambahan makanan lainnya seperti
pewarna makanan, warna dapat memperbaiki dan memberikan
daya tarik tersendiri. Makanan akan lebih menarik dan
menimbulkan selera dengan warna yang indah. Penggunaan
pewarna dalam bahan makanan dimulai pada akhir tahun
1800, yaitu pewarna tambahan berasal dari alam seperti
kunyit, daun pandan, daun suji atau karamel. Zat warna
sintetik ditemukan oleh William Henry Perkins tahun
1856, zat warna ini lebih stabil dan tersedia dari
berbagai warna. Zat warna sintesis mulai digunakan
sejak tahun 1956 dan saat ini ada 90 % zat warna buatan
digunakan untuk industri makanan.
Karena potensi bahayanya, keempat jenis bahan
kimia ini (formalin, boraks, pewarna merah rhodamin B,
dan pewarna kuning metanil yellow) dilarang digunakan di
dalam produk pangan (Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor : 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan
Makanan).
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 31
Rhodamin B
Rhodamin B adalah zat warna sintesis berbentuk
serbuk kristal, berwarna hijau atau ungu kemerahan,
tidak berbau, dan dalam larutan berwarna merah terang
berfluoresens. Rhodamin B umumnya digunakan sebagai
pewarna kertas dan tekstil.
Percobaan pada binatang menujukkan rhodamin B
diserap lebih banyak pada saluran pencernaan. Kerusakan
pada hati tikus terjadi sebagai akibat pakan yang
mengandung rhodamin B dalam waktu lama dapat
menimbulkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.
Jangan mewarnai pangan dengan rhodamin B.
Metanilyellow
Metanilyellow adalah zat warna sintesis berbentuk
serbuk berwarna kuning kecoklatan, larut dalam air,
agak larut dalam benzen, eter, dan sedikit larut dalam
aseton. Metanilyellow umumnya digunakan sebagai pewarna
tekstil dan cat serta sebagai indikator reaksi
netralisasi asam-basa.
Metanilyellow adalah senyawa kimia azoaromatik amin
yang dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan
hati, kandung kemih, saluran pencernaan, atau jaringan
kulit. Jangan mewarnai pangan dengan metanil yellow.
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 32
Demi perlindungan terhadap kesehatan dan
keselamatan konsumen, Badan POM meminta produsen pangan
tidak menggunakan keempat jenis bahan kimia yang
dilarang di atas untuk pangan. Demikian juga, Badan POM
meminta toko pengecer bahan kimia untuk tidak menjual
keempat jenis bahan kimia di atas kepada produsen
pangan.
11. Zat Pengenyal
Boraks
Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih,
tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal.
Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida
dan asam borat. Boraks umumnya digunakan untuk mematri
logam, pembuatan gelas dan enamel, sebagai pengawet
kayu, dan pembasmi kecoa.
Asam borat maupun boraks adalah racun bagi sel-sel
tubuh, berbahaya bagi susunan saraf pusat, ginjal dan
hati. Jangan menggunakan boraks dalam pembuataan bakso,
kerupuk, mie dan sejenisnya.
12. Emulsifier
Emulsifier adalah zat yang dapat mempertahankan
disperse lemak dalam air dan sebaliknya. Pada mayonaise
tanpa adanya emulsifier, maka lemak akan terpisah dari
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 33
airnya. Contoh emulsifier yaitu kuning telur dan
lesitin.
13. Zat Pengikat Logam
Sekuestran atau zat pengikat logam merupakan bahan
penstabil yang digunakan dalam berbagai pengolahan
bahan makanan. Sekuestran dapat mengikat logam dalam
bentuk ikatan kompleks sehingga dapat mengalahkan sifat
dan pengaruh jelek loga tersebut dalam bahan. Dengan
demikian, senyawa ini dapat membantu menstabilkan
warna, cita rasa, dan tekstur.
Logam terdapat dalam bahan alami dalam bentuk
senyawa kompleks misalnya Mg dalam klorofil; Fe sebagai
feritin, rufin, porfirin, serta hemoglobin; Co sebagai
vitamin B12; Cu, Zn, dan Mn dalam berbagai enzim. Ion-
ion logam ini dapat terlepas dari ikatan kompleksnya
karena hidrolisis maupun degradasi. Ion logam bebas
mudah bereaksi dan mengakibatkan perubahan warna,
ketengikan, kekeruhan, maupun perubahan rasa.
Sekuestran akan mengikat ion logam sehingga menjaga
kestabilan bahan.
Molekul atau ion dengan pasangan elektron bebas
dapat mengkompleks ion logam. Karena itulah, senyawa-
senyawa yang mempunyai dua atau lebih gugusan
fungsional seperti –OH, -SH, -COOH, -PO3H2-C=O, -NR2,-S-
dan -O- dapat mengkelat logam dalam lingkungan yang
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 34
sesuai. Sekuestran yang paling sering digunakan dalam
bahan makanan adalah asam sitrat dan turunannya,
fosfat, dan garam etildiamintetraasetat (EDTA).
Proses pengikatan logam merupakan proses
keseimbangan pembentukan kompleks ion logam dengan
sekuestran. Secara umum, keseimbangan itu dapat ditulis
sebagai berikut :
L + S LS
Keterangan :
L = ion logam
S = sekuestran (ligan)
LS = kompleks logam-sekuestran
Ligan atau sekuestran dapat berupa senyawa organik
seperti asam sitrat, EDTA, maupun senyawa anorganik
seperti polifosfat.
Untuk memperoleh ikatan metal yang stabil,
diperlukan ligan yang mampu membentuk cincin 5-6 sudut
dengan sebuah logam, misalnya ikatan antara EDTA dengan
Ca. Ion logam terkoordinasi dengan pasangan. Elektron
dari atom-atom nitrogen EDTA dan juga dengan keempat
gugus karboksil yang terdapat pada molekul EDTA.
Selain susunan ruang dan konfigurasi ligan yang
sesuai dengan ion logam, pH juga mempengaruhi
pembentukan ikatan. Gugus asam karboksilat yang tak
terionisasi bukanlah donor elektron yang baik,
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 35
sebaliknya ion karboksil merupakan donor yang baik.
Kenaikan pH menyebabkan terdisosiasinya gugus karboksil
sehingga meningkatkan efisiensi pengikatan logam.
Dalam keadaan tertentu, ion hidroksil berikatan
dengan ion logam dalam ikatan tersendiri sehingga
menyaingi dan menurunkan efektifitas ligan. Ion logam
tersebut akan terdapat sebagai kompleks hidrat.
Kecepatan pembentukan kelat terganggu karena harus
memecahkan kompleks hidrat terlebih dahulu.
Sekuestran atau ligan dapat menghambat proses
oksidasi. Senyawa ini merupakan sinergik antioksidan
karena dapat menghilangkan ion-ion logam yang
mengkatalisis proses oksidasi. Dalam penggunaan
sekustran sebagai sinergik antioksidan harus
diperhatikan kelarutannya. Asam dan ester-ester sitrat
(20-30 ppm) dengan propilen glikol larut dalam lemak,
sehingga efektif sebagai sinergik pada semua lemak.
Sebaliknya, Na2EDTA dan Na2Ca-EDTA hanya sedikit larut
dalam lemak, dan karena itu kurang efektif dalam lemak
murni, tetapi garam-garam EDTA (500 ppm) sangat efektif
sebagai antioksidan dalam sistem emulsi karena adanya
fase air yang kontinyu, misalnya untuk mayonnaise,
margarin, dan lain-lain.
Polifosfat dan EDTA digunakan dalam pengolahan
ikan kalengan untuk mencegah pembentukan kristal
MgNH4PO4.6H2O yang menyerupai kristal gelas yang
terbentuk selama penyimpanannya. Selain itu, pengkelat
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 36
ini dapat membentuk kompleks dengan Fe, Co, dan Zn.
Logam-logan ini bila bereaksi dengan sulfida akan
mengakibatkan perubahan warna.
Penambahan sekuestran pada sayuran sebelum
diblansir dapat mencegah perubahan warna yang
disebabkan oleh logam. Demikian juga sekuestran dapat
melepaskan ion Ca dari pektin dinding sel sehingga
menyebabkan sayuran menjadi lunak.
Asam sitrat dan fosfat yang digunakan dalam
minuman selain berfungsi sebagai sebagai asidulan
(pengasam) juga berguna untuk mengikat logam yang dapat
mengkatalisis oksidasi komponen cita rasa (terpena) dan
warna. Dalam minuman hasil fermentasi malt, pengkelat
akan mengkompleks Cu. Cu bebas akan mengakibatkan
oksidasi senyawa polifenol yang kemudian dengan protein
menyebabkan kekeruhan.
Penggunaan EDTA yang berlebihan dalam bahan
makanan akan menyebabkan tubuh kekurangan Ca dan
mineral lain. Hal ini disebabkan EDTA sangat efektif
mengkelat ion logam. Karena itu, dalam garam EDTA
ditambahkan juga Ca dalam bentuk garam EDTA dari Na dan
Ca.
14. Zat Antikerak
Zat antikerak biasanya ditambahkan pada bahan-
bahan berbentuk tepung atau butiran yang bersifat
higroskopik untuk mempertahankan sifat butirannya. Zat
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 37
antikerak akan melapisi partikel-partikel bahan dan
menyerap air yang berlebihan atau membentuk campuran
senyawa yang tak dapat larut.
Zat antikerak yang umumnya digunakan dalam
pengolahan pangan adalah kalsium silikat, CaSiO3.xH2.
Kalsium silikat digunakan untuk mencegah pengerakan kue
soda dengan konsentrasi 5% atau mencegah pergerakan
garam meja dengan konsentrasi 2%.
Selain itu, Ca-silikat juga efektif menyerap
minyak dan senyawa organik nonpolar lainnya. Karena
itulah Ca-silikat sering digunakan dalam campuran
tepung maupun rempah-rempah yang mengandung minyak
atsiri.
Ca-stearat seringkali ditambahkan pada bahan
tepung untuk mencegah penggumpalan selama proses
pengolahan dan agar tidak larut dalam air. Ca-stearat
ini dapat melekat dan melapisi partikel bahan sehingga
tidak akan larut dalam air. Tepung stearat mempunyai
volume kecil dengan permukaan yang luas sehingga sangat
ekonomis digunakan sebagai bahan antikerak (0,5-2,5%).
Zat antikerak lainnya yang digunakan dalam
industri pangan adalah Na-silikoaluminat, Ca3(PO4)2, Mg-
silikat, dan MgCO3. Senyawa-senyawa ini tidak larut
dalam air, tetapi mempunyai daya serap air yang
berbeda. Bahan antikerak ini tidak bersifat toksik dan
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 38
ikut termetabolisasi oleh tubuh sejauh batas jumlah
yang diperbolehkan dalam makanan.
15. Zat Pemantap
Jaringan sel tanaman keras terutama disebabkan
adanya ikatan molekular antargugus karboksil bebas pada
komponen penyusun dinding sel, yaitu pektin. Proses
pengolahan, pemanasan, atau pembekuan dapat melunakkan
jaringan sel tanaman tersebut sehingga produk yang
diperleh mempunyai tekstur yang lunak.
Untuk memperoleh tekstur yang keras, dapat
ditambahkan garam Ca (0,1-0,25% sebagai ion Ca). Ion
kalsium akan berikatan dengan pektin membentuk Ca-
pektinat atau Ca-pektat yang tidak larut. Pada umumnya,
untuk maksud tersebut digunakan garam-garam Ca seperti
CaCl2, Ca-sitrat, CaSO4, Calaktat, dan Ca-monofosfat.
Hanya sayangnya, garam-garam kalsium ini kelarutannya
rendah dan rasanya pahit.
Ion trivalen seperti Al3+ dalam bentuk
NaAl(SO4)2.12H2O, KAlSO4, Al2(SO4).18H2O biasa digunakan
pada pembuatan pikel ketimun dengan melarutkan garam
tersebut dalam larutan garam sebelum fermentasi.
Tujuannya adalah agar tekstur pikel yang diperoleh
tetap keras dan renyah. Ion trivalen diduga membentuk
kompleks dengan senyawa-senyawa pektin menghasilkan
jaringan yang keras. Tetapi Al2(SO4)3 ternyata
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 39
memperlunak pikel segar dan mencegah pengerasan
jaringan sel pada larutan pH rendah.
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 40
C. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan dan Dampak Negatifnya
Perubahan gaya hidup dan perilaku makan telah
menimbulkan masalah gizi ganda yaitu masalah gizi lebih
dan gizi kurang dengan berbagai risiko penyakit yang
ditimbulkannya. Sekarang ini makanan siap saji
merupakan makanan yang paling banyak dikonsumsi, dan
banyak menimbulkan pro dan kontra. Makanan siap saji
memberikan keuntungan dan kemudahan dalam penyajian.
Akan tetapi, makanan siap saji yang dipasarkan saat ini
menggunakan berbagai bahan aditif yang bertujuan untuk
mengawetkan dan memberikan citarasa yang lebih baik
pada produknya. Kekhawatiran yang muncul akibat adanya
bahan aditif ini adalah adanya efek negatif dari bahan
tersebut yang berdampak pada kesehatan konsumen. Selain
dari bahan aditif, efek tersebut juga dapat berasal
dari kemasan yang digunakan. Efek negatif yang dapat
terjadi antara lain dihubungkan dengan penyakit
degeneratif.
Makanan siap saji yang dimaksud adalah jenis
makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau
diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya
diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan
teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif
untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk
tersebut. Makanan siap saji biasanya berupa lauk pauk
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 41
dalam kemasan, mi instan, nugget, atau juga corn flakes
sebagai makanan untuk sarapan.
Meski tidak semua bahan pengawet berbahaya, orang
tua hendaknya tetap berhati-hati. Bahan pengawet yang
dikatakan aman, jika dikonsumsi melebihi dosis maksimum
pun tetap berbahaya.. Jajanan di warung-warung, juga
aneka camilan dan minuman di supermarket semuanya
diduga kuat mengandung bahan makanan berpengawet.
Bahkan, aneka saus dan selai pun mengandung bahan
pengawet. Terlebih sumber makanan hewani dan nabati
yang dikemas dalam kaleng.
Menurut Dr. Sri Durjati Boedihardjo, ada beberapa
alasan mengapa para pembuat makanan mengawetkan produk
mereka. Salah satunya karena daya tahan kebanyakan
makanan memang sangat terbatas dan mudah rusak
(perishable). Dengan pengawetan, makanan bisa disimpan
berhari-hari, bahkan berbulan-bulan dan ini jelas-jelas
sangat menguntungkan pedagang. Alasan lain, beberapa
zat pengawet berfungsi sebagai penambah daya tarik
makanan itu sendiri. Seperti penambahan kalium nitrit
agar olahan daging tampak berwarna merah segar.
Tampilan yang menarik biasanya membuat konsumen jatuh
hati untuk membelinya.
Menurut pakar gizi dari RS Internasional Bintaro,
Banten, secara garis besar zat pengawet dibedakan
menjadi tiga. Ada GRAS (Generally Recognized as Safe) yang
umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek
Bahan Tambahan Pangan/Kiling-Sulis Page 42
racun sama sekali. Jenis berikut adalah ADI (Acceptable
Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan